View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Dasar Audiometer
Mengukur kemampuan pendegaran seseorang denagn cara
memberikan frekuensi terendah dulu dengan dB yang ditingkatkan samapi
pasien mendegar, kemusian apabila pasien sudah mendengar maka frekuensi
akan dinaikan lagi yang akan diikuti dengan kenaikan dB dan hasil
pengukuran akan ditampilkan pada LCD.
Audiometer alat elektronik pembangkit bunyi yang dipergunakan
untuk mengukur derajat ketulian. Alat elektronik ini dapat mebangkitkan
bunyi pada beberapa frekuensi dan dihubungkan dengan earphone.
Pemeriksa menekan knop frekuensi tertentu sedangkan penderita
mengacukan tanda pada sebuah kartu yang telah ada frekuensi tertentu.
Gambar 2.1. Ambang pendengaran ditentukan melalui suatu tes
pendengaran dan dibubuhi pada suatu kartu. (dikutip dari John
R. Cameron and James G. Skofronick ‘”Medical physics” John
Wiley & Sons, 1978, hlm 305)
2.2 Anatomi Telinga
Telinga memiliki fungsi mendengar dan mengatur keseimbangan yang
dibicarakan secara terpiah. Telinga secara anatomi dibagi menjadi tiga
bagian terpisah, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga
bagian luar berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara, bagia tengah
untuk mengtubah gelombang suara sehingga menghasilkan gerak resonansi
pada gendang telinga. Telinga dalam merubah bunyi menjadi rangsangan
listrik, yang berjalan kepusat pendengaran diotak, serta menerima sebagai
suara.
Gambar 2.2 Anatomi Telinga
2.3 Intensitas Bunyi
Intensitas bunyi diukur sebagai rasio antara kekuatan dan tekanan
suara. Intensiats bunyi dinyatakan dalam dB ( decibel ).
Jika kita ingin membandingkan suara yang dipukul dengan garputala,
maka jika kita memukulkan dengan halus perpindahan energi dari garputala
akan lebih sedikit dibandingkan apabila kita memukul dengan keras,
walaupun frekuensi dari getaran itu sama akan tetapi akan memberikan efek
yang berbeda pada gendang teling. Efek pada gendang telinga ini akan lebih
besar pada kasus kedua dibandingkan dengan kasuk pertama.
Pada proses ini energi akan dipindahkan melalui udara sumber suara
ke pendengar. Keseluruhan energi akustik ini diproduksi oleh sumber yang
diukur dalam watt dan aliran energi melalui daerah unit pada beberapa point
dalam hubungan langsung dari perpindahan diukur dalam W/m2.
Intensitas suara juga dapat diukur dalam skala logaritmik yaitu decibel.
Skala ini digunakan untuk mengurangi jumlah dari langkah-langkah yang
banyak karena pada pengukuran intensitas suara biasanya dilakukan dengan
memberikan suara dengan intensitas terendah hingga intensitas tetinggi
yang mungkin dapat didengar oleh telinga manusia hingga batas ketulian.
2.4 Tingkat Tekanan Bunyi ( Sond Pressure Level )
Tingkat tekanan bunyi dinyatakan dalam dB yang mana menyatakan
tingkat dalam frekuensi yang berkaitan dengan tekanan bunyi. Kegunaan
adalah untuk mengukur atau menetukan pita frekuensi.
SPL dapat dinyatkan dengan suatu persamaan yaitu :
SPL = 20 log P1………( dB )
P0
Dimana P0 adalah tegangan referensi yang didapatkan pada saran
dalam keheningan atau sepi.
2.5 Pembagian Frekuensi Bunyi
Frekuensi adalah jumlah getaran perdetik. Jadi bila dalam suatu
periode berakhir selama 1/100 detik, maka ada 100 getaran atau siklus (
cycle ) dalam sedetiknya dan kita menyebutnya sebagai frekuensinya adalah
100 cycles/sec ( c/s ). Didaratan Eropa c/s disebut Hertz ( disingkat Hz ).
Untuk menghormati ahli fisika Jerman Heinrich Hertz. Terminolginya ini
telah diberlakukan oleh badan dunia untuk pembakuan ( International
standart Association ).
Frekuensi bunyi dibedakan dlam tiga daerah frekuensi yaitu :
a. Frekuensi antara 0 – 16 Hz ( infrasound )
Frekuensi lebih keclo dari 16 Hz ahkan menyebabkan perasaan yang
kurang nayaman, kelesuan dan kadang-kadang menimbulkan perubahan
pada penglihatan. Apabila vibrasi bunyi dengan frekeunsi infra yang
mengenai tibuh kana menyebabkna resonansi dan akan terasa sakit pada
beberapa bagian tubuh
b. Frekuensi antara 16 – 20.000 Hz ( Frekuensi Pendegaran )
Frekuensi antara 16 – 20.000 Hz ( Frekuensi Pendegaran ) yaitu
frekuensi yang bias didengar oleh telinga manusia atau masih bisa
dijangkau dalam batas pendengaran manusia normal.
c. Frekuensi diatas 20.000 Hz ( Ultrasound )
Frekuensi diatas 20.000 Hz disebut juga dengan frekuensi ultrasonic.
Frekuensi ini dalam bidang kedokteran dipergunakan dalam tiga hal
yaitu diagnosis, pengobatan dan penghancuran. Hal ini terjadi karena
frekuensi yang tinggi mempunyai daya tembus yang besar terhadap
jaringan.
2.6 Derajat Ketulian
Derajat ketulian seseorang diukur dengan intensitas yang sesuai
dengan frekuensi antara 125 – 8.000 Hz
0 – 25 db : Normal
26 – 40 db : Tuli Ringan
41 – 60 db : Tuli Sedang
61 – 90 db : Tuli Berat
> 90 db : Sangat Tuli
2.7 Mekanisme Pendengaran
Telinga manusia hanya bisa mendengar frekuensi yang berada diantara
20 sampai 20.000 Hz, dan lebih peka lagi pada frekuensi sekitar 800 sampai
4Khz.
2.8 Pembagian Kebisingan
Berdasarkan tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi
maka bising dapat dibagi dalam 3 ( tiga ) kategori yaitu :
a. Audioble Noise ( Bising Pendegaran )
Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi anatar 31,5 – 8.000 Hz.
b. Occuptional Noise ( Bising yang berhubungan dengan pekerjaan )
Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja, bisng dari mesin
ketik.
c. Impuls Noise ( Bising Implusif )
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyetak, misalnya
pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil.
Berdasarkan skala intensitas maka tingkat kebisingan dibagi dalam
sangat tenang, tenang, sedang, kuat, sanagt hiruk pikuk, dan menulikan,
yang dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 2.1 Daftar Skala Intensitas Kebisingan
Tingkat Kebisingan Intensitas ( dB ) Kondisi
Menulikan 120
110
100
Halilintar
Meriam
Mesin Uap
Sangat Hiruk Pikuk 90
80
Jalan Hiruk Pikuk
Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kuat 70
60
KAntor Gaduh
Jalan pada umumnya
Radio, perusahaan
Sedang 50
40
Rumah Gaduh
Kantor Umum
Radio Perlahan
Percakapan Kuat
Tenang 30
20
Rumah Tenang
Kantor Perorangan
Auditorium
Percakapan
Sangat Tenag 10 Bunyi daun
Berbisik
2.9 Mikrokontroler AT89S51
IC Mikrokontroler AT89S51 adalah komponen produksi Atmel yang
berorientasi pada kontrol dengan level logika CMOS. Komponen ini
termasuk keluarga MCS ’51. rangkaian integrasi tersebut memiliki
perlengkapan single chip mikrokomputer. Perlengkapan yang dimaksud
adalah CPU (Central Processing Unit) yang terdiri dari komponen yang
saling berhubungan dengan komponen yang lain. Diantaranya Register,
ALU (Arithmatic Logic Unit), Unit Pengendali. Masing-masing mempunyai
fungsi yang berbeda-beda, antara lain :
1. Register.
Sebagai memori sementara di dalam CPU. Beberapa register
mempunyai fungsi tertentu, seperti program counter dan code register,
yang lain bersifat lebih umum akumulator, B register. Tiap-tiap
komputer memiliki panjang kata yang merupakan karakteristik dari
CPU. Seperti pada keluarga MCS ’51 ini besarnya ditentukan oleh bus
dan memori internal, oleh karenanya mikrokontroller keluarga MCS ’51
ini memiliki kemampuan menyimpan data 8 bit.
2. ALU (Arithmatic Logic Unit).
Dari namanya dapat diketahui bahwa ALU mampu menjalankan operasi
aritmatika dan logika dengan bilangan-bilangan biner. Dalam keluarga
MCS ’51 operasi ALU datanya terbatas pada jumlah bilangan biner 8
bit, tidak sampai pada operasi floating point (angka mengambang).
3. Unit Pengendali.
Unit pengendali digunakan untuk menyerempakkan kerja yang sangat
diperlukan oleh setiap prosessor. Sebuah instruksi diambil dan didekode,
setelah prosessor mengetahui apa yang dimaksud dengan instruksi,
maka unit pengendali akan memberikan signal pada aksi yang
dimaksud.
Mikrokontroller AT89S51 memiliki beberapa fasilitas yang dapat
dipakai oleh pengguna. Fasilitas yang dimaksud antara lain :
1. Flash program memori ROM internal sebesar 4 Kbyte. Dengan
flash PEROM ini mikrokontroller mampu diprogram dan dihapus
hingga 1000 kali.
2. Memori data RAM internal sebesar 128 Byte.
3. Kemampuan kerja clock internal dari 0 hingga 24 M Hz.
4. Terdapat 2 buah timer/counter yang dapat dipakai hingga 16 Bit.
5. Kemampuan mengalamati memori program dan data maksimum 64
Kbyte eksternal.
6. Dua buah tingkat prioritas interupsi.
7. Lima buah interupsi, yaitu 2 buah interupsi eksternal dan 3 buah
interupsi internal.
8. Empat buah I/O masing-masing 8 Bit.
9. Port serial full duplex UART (Universal Asincronous Receive
Transmitter), dengan kemampuan pendeteksian kesalahan.
10. Mode pengontrolan daya, yaitu :
Mode Idle (daya akan berkurang jika CPU dikehendaki
stand by).
Mode Power Down (oscillator berhenti yang berarti daya
akan berkurang karena intruksi yang dieksekusi menghendaki power
down).
11. Pengembalian ke mode normal setelah power down karena adanya
interupsi.
12. Dapat diprogram per bit sehingga pemrograman akan lebih leluasa
dan efektif.
Dalam IC program AT89S51 terdapat beberapa port dan program-program
lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Port 0.
Port 0 adalah 8 bit open drain bi-directional port 1/0. Pada saat sebagai
port out, tiap pin dapat dilewatkan ke 8 input TTL. Ketika logika 1
dituliskan pada port 0, maka pin-pin ini dapat digunakan sebagai input
yang berimpedansi tinggi. Port 0 dapat dikonfigurasikan untuk
dimultiplex sebagai jalur data/address bus selama membaca program
external dan memori data. Pada mode ini P0 mempunyai internal pull
up. Port 0 juga menerima kode bit selama pemrograman flash. Dan
megeluarkan kode bit selama verifikasi program.
2. Port 1.
Port 1 adalah 8-bit bi-directional Port 1/0 denga internal pull up. Port 1
mempunyai buffer output yang dapat dihubungkan dengan 4 TTL input.
Ketika logika 1 dituliskan ke port 1, pin ini dipull high dengan
menggunakan internal pull up dan dapat digunakan sebagai input.
Ketika sebagai input, pin port 1 yang secara eksternal dipull low akan
mengalirkan arus 1 L karena internal pull up. Port 1 juga menerima
address bawa selama pemrograman flash dan verifikasi.
3. Port 2.
Port 2 adalah 8 bit bi-directional port 1/0 dengan internal pull up. Port 2
output buffer dapat melewatkan 4 TTL input. Ketika logika 1 dituliskan
ke port 2, maka mereka dipull high dengan internal pull up dan dapat
digunakan sebagai input.
4. Port 3.
Port 3 adalah 8 bit bi-directional port 1/0 dengan internal pull up. Output
buffer dari port 3 dapat dilewati 4 input TTL. Ketika logika 1 dituliskan
keport 3 maka mereka akan dipull high dengan internal pull up dan
dapat digunakan sebagai input. Port 3 juga mempunyai berbagai macam
fungsi atau fasilitas. Port 3 juga menerima beberapa sinyal kontrol untuk
pemrograman flash dan verifikasi.
5. RST.
Input reset. Logika high pada pin ini akan mereset siklus mesin.
6. ALE/PROG.
Pulsa Output Address Latch Enable digunakan untuk lacthing bit bawah
dari address selama mengakses keeksternal memori. Pin ini juga
merupakan input pulsa program selama pemrograman flash. Operasi
normal dari ALE dikeluarkan pada laju konstan 1/6 dari frekuensi
oscilator, dan dapat digunakan untuk pewaktu eksternal atau pemberian
pulsa. Jika dikehendaki, operasi ALE dapat didisable dengan
memberikan setting bit 0 dari SFR pada lokasi 8 EH.
7. Port Pin Alternate Functions.
P3.0 RXD (serial input port).
P3.1 TXD (serial output port).
P3.2 INT0 (eksternal interupt 0).
P3.3 INT1 (eksternal interup 1).
P3.4 T0 (timer 0 eksternal input).
P3.5 T1 (timer 1 eksternal input).
P3.6 WR (eksternal data memori write strobe).
P3.7 RD (eksternal data memori read strobe).
8. PSEN.
Program store enable merupakan sinyal yang digunakan untuk membaca
program pada memori eksternal. Ketika 8951 mengeksekusi kode dari
program memori eksternal, PSEN diaktifkan 2 kali setiap siklus mesin,
kecuali bahwa 2 aktifasi PSEN terlewati selama pembacaan ke memori
data eksternal.
9. EA/VPP.
Eksternal Access enable. EA harus diposisikan ke GND untuk
mengaktifkan divais untuk mengumpankan kode dari program memori
yang dimulai pada lokasi 0000H sampai dengan FFFFH. EA harus
diposisikan ke VCC untuk eksekusi program internal. Pin ini juga
menerima tegangan pemrograman 12 Volt (VPP) selama pemrograman
flash.
10. XTAL 1.
A T8 9 S 5 1R S T
9
XTA L 21 8XTA L 11 9
P S E N29 A L E / P R O G30
E A / V P P3 1
P 1 . 01
P 1 . 12
P 1 . 23
P 1 . 34
P 1 . 45
P 1 . 56
P 1 . 67
P 1 . 78
P 2 . 0 / A 821
P 2 . 1 / A 922
P 2 . 2 / A 1 023
P 2 . 3 / A 1 124
P 2 . 4 / A 1 225
P 2 . 5 / A 1 326
P 2 . 6 / A 1 427
P 2 . 7 / A 1 528
P 3 . 0 / R XD10
P 3 . 1 / TXD11
P 3 . 2 / I N T012
P 3 . 3 / I N T113
P 3 . 4 / T014
P 3 . 5 / T115
P 3 . 6 / W R16
P 3 . 7 / R D17
P 0 . 0 / A D 03 9
P 0 . 1 / A D 13 8
P 0 . 2 / A D 23 7
P 0 . 3 / A D 33 6
P 0 . 4 / A D 43 5
P 0 . 5 / A D 53 4
P 0 . 6 / A D 63 3
P 0 . 7 / A D 73 2
Input oscilator inverting amplifier dan input untuk internal clock untuk
pengoperasian 2.
11. XTAL 2.
Output dari inverting oscilator amplifier.
Gambar 2.3. Konfigurasi Pin AT89S51
2.10 Headphone
Head Phone adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengubah besaran
listrik kesuara yang bisa didengar oleh manusia. Head phone biasanya
berbentuk kop kepala dengan kedua ujung yang pas ditelinga.
Gambar 2.4. Head phone
2.11 DAC 0808
Digital to Analog Converter (DAC) adalah suatu converter yang
mempunyai kemampuan mengubah data tegangan digital menjadi tegangan
analog sesuai dengan kombinasi logika biner pada input data digital.
Gambar 2.5. Rangkaian DAC 0808
Arus output pada pin 4 bergantung pada nilai D7-D0 dan arus
referensi. Hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Io=Vref / Ri X Rf
Arus referensi If =Vref / Ri =10 / 5K = 2mA
Sehingga tegangan output pada penguat :
Vo=2.10-3X5.103
Vo = 10
P 212345678
T0 RANGK HEADPHONE
+
-
U 3
L M 7 4 1
3
26
7145
R 1
1 K
R 25 k
R 6
1 0 k
C 13 0 p
F ro m M u lt ip le x e r
U 4
D A C 0 8 0 8
A 81 2
A 71 1
A 61 0
A 59
A 48
A 37
A 26
A 15
V R +1 4
V R -1 5
IO U T4
IO U T2
C O M P1 6
+ 1 2 V
-1 5 V
-1 2 V
2.12 Rangkaian Pembangkit Frekuensi (Oscilator)
LM 301 merupakan IC keluarga Operational Amplifier (OP-AMP).
Tetapi pada pembuatan ini IC LM 301 difungsikan sebagai pembangkit
frekuensi yang dapat diatur keluarannya. Pada tugas akhir dibuat beberapa
pembangkit frekuensi dengan frekuensi 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1 KHz, 2
KHz, 4 KHz, dan 8 KHz
dengan persamaan.
Gambar 2.6. Rangkaian Oscillator dengan LM 301 (dikutip dari buku penguat Operasional dan rangkaian terpadu linear “Robert F.Coughlin Frederick F. Driscoll Herman Widodo Soemitro”halaman 135)
2.13 Rangkaian Adder
Adder adalah menjumlah, mengurangi,mengali, dan membagi, semua
pekerjaan itu dapat dipandang sebagai “penjumlahan”. Itulah sebabnya
penjumlah (adders) penting penerapannya dalam rangkaian2 logika.
Rangkaian Adder disini berfungsi untuk menaikan dan menurunkan
+
- L M 3 0 1
3
26
41
7
8 5
-1 5 V +1 5 V
20 p F
C
CD Z4 , 7
R2 K
1 0 K
1 0 K
R
50 K
TO R. ADDER
Amplitudo (Db) dengan tidak mengubah bentuk isyarat pada masukan tadi
dengan persamaan.
Rf
R2
R1
1 0 K
V1
-
+
L M 7 4 17
62
4
3+1 2 V
+1 2 V
-1 2 V
-1 2 V
F R O M O S C I L A TO R
V2
TO M U X 4 0 5 1
Gambar 2.7. Rangkaian Adder
2.14 Rangkaian Multiplexer Analog 4051
IC 4051 berfungsi sebagai Multiplexer analog dengan masukan
(input) 8 kanal dan keluaran 3 kanal. Yang bertujuan untuk mengeluarkan
salah satu input dari oscilator.
U 7
4 0 5 1
X01 3
X11 4
X21 5
X31 2
X41
X55
X62
X74
I N H6
A1 1
B1 0
C9
X3
T0 DAC
o s ila t o r 2 k H zo s ila t o r 1 k H z
P1.2
o s ila t o r 8 k H zo s ila t o r 4 k H z
P1.0P1.1
o s ila t o r 5 0 0 H zo s ila t o r 2 5 0 H zo s ila t o r 1 2 5 H z
Gambar 2.8. Muliplexer 4051
74 L S 1 2 3
A1 B2 C L R3
Q13
Q4
C X1 4
R X/ C X1 5
R
C
TO M B O L P A S IE N
1 K
V C C
V C C
TO M I K R O
V C C
Tabel. 2.2. Multiplexer 4051
No INPUT A B C1 X0 0 0 02 X1 0 0 13 X2 0 1 04 X3 0 1 15 Ā³ 1 0 06 X5 1 0 17 X6 1 1 08 X7 - - -
2.15 Rangkaian Monostabil
IC TTL Monostabil 74LS123 merupakan IC pembagiagkit pulsa
tersulut ulang, dengan IC ini dapat diatur untuk keluaran lebar denyut yang
ditentukan dengan catatan Cext > 1000pf, maka lebar denyut keluaran di
definisikan sebagai:
Tw = 0,45.Rext.Cext
Dimana: Rt dalam K : 5K Rt 2600K
Cext dalam pf
Tw dalam nanodetik
Gambar 2.9. Monostabil 74LS123
2.16 LCD (Liquid Cristal Display)
LCD adalah sebuah display dot matrix yang difungsikan untuk
menampilkan tulisan berupa angka atau huruf sesuai dengan yang
diinginkan (sesuai dengan program yang digunakan untuk mengontrolnya).
Pada tugas akhir ini penulis menggunakan LCD dot matrix dengan
kharakter 2 x 16, sehingga kaki-kakinya berjumlah 16 pin.
LCD yang penulis gunakan adalah M1632, yang mana digunakan
untuk menampilkan proses pengujian pada Audiometri dari awal sampai
akhir dan didapat hasilnya yaitu apakah pasien tersebut normal atau
abnormal. LCD ini hanya memerlukan daya yang sangat kecil, tegangan
yang dibutuhkan juga sangat rendah yaitu +5 VDC. Panel TN LCD untuk
pengaturan kekontrasan cahaya pada display dan CMOS LCD drive sudah
terdapat di dalamnya. Semua fungsi display dapat dikontrol dengan
memberikan instruksi dan dapat dengan mudah dipisahkan oleh MPU. Ini
membuat LCD berguna untuk range yang luas dari terminal display unit
untuk mikrokomputer dan display unit measuring gages.
Gambar 2.10. Rangkaian Driver LCD
Cara kerja menjalankan LCD :
Langkah 1 : Inisialisasi LCD.
Langkah 2 : Arahkan pada alamat yang dikehendaki (lihat tabel alamat).
Langkah 3 : Tuliskan data ke LCD, maka karakter akan tampil pada alamat
tersebut.
Beberapa keterangan dari fungsi pin pada LCD Character 2 x 16
antara lain sebagai berikut :
Tabel 2.3. Fungsi Pin Pada LCD
No. Symbol Level Keterangan1 Vss - Dihubungkan ke 0 V (Ground)
2 Vcc -Dihubungkan dengan tegangan supply +5V dengan toleransi ± 10%.
3 Vee - Digunakan untuk mengatur tingkat kontras LCD.
³ RS H/L Bernilai logika ‘0’ untuk input instruksi dan bernilai logika ‘1’ untuk input data.
5 R/W H/LBernilai logika ‘0’ untuk proses ‘write’ dan bernilai logika ‘1’ untuk proses ‘read’.
6 E HMerupakan sinyal enable. Sinyal ini akan aktif pada failing edge dari logika ‘1’ ke logika ‘0’.
7 DB0 H/L Pin data D08 DB1 H/L Pin data D19 DB2 H/L Pin data D210 DB3 H/L Pin data D311 DB³ H/L Pin data D³12 DB5 H/L Pin data D513 DB6 H/L Pin data D614 DB7 H/L Pin data D7
15 V+BL -Back Light pada LCD ini dihubungkan dengan tegangan sebesar 4 – 4,2 V dengan arus 50 – 200 mA
16 V-BL - Back Light pada LCD ini dihubungkan dengan ground
Beberapa fungsi instruksi dari LCD, yaitu :
1. Display Clear.
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Display Clear membersihkan semua tampilan dan mengembalikan
cursor pada posisi semula (address 0). Ruang kode 20 (heksadesimal)
ditulis ke semua alamat dari DD RAM, dan alamat 0 dari DD RAM diset
ke AC (Address Counter). Jika diubah, display akan kembali ke posisi
semula. Setelah perintah eksekusi pada Display Clear, mode entry akan
ditambahkan.
2. Cursor Home.
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB00 0 0 0 0 0 0 0 1 *
* : invalid bit
Cursor Home mengembalikan cursor ke posisi semula (address 0).
DD RAM alamat 0 diset ke AC dan cursor kembali ke posisi semula.Isi
DD RAM jangan dirubah. Jika cursor sedang ON, maka akan kembali ke
sebelah kiri.
3. Entry Mode Set.
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB00 0 0 0 0 0 0 1 I/D S
Entry Mode Set diset untuk menunjukkan perpindahan cursor dan apakah
display akan dirubah.
I/D : ketika I/D = 1, alamat akan ditambah satu dan cursor berpindah ke kanan. Ketika I/D = 0, alamat akan dikurangi satu dan cursor berpindah ke kiri.
S : ketika S = 1 dan I/D = 1, display berpindah ke kiri.
ketika S = 1 dan I/D = 0, display berpindah ke kanan.
ketika S = 0 , display tak berpindah.
4. Display ON/OFF Control.
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB00 0 0 0 0 0 1 D C B
Display ON/OFF Control mengembalikan total dispay dan cursor
ON dan OFF, dan membuat posisi cursor mulai berkedip.
D : ketika D = 1, display ON
ketika D = 0, display OFF
C : ketika C = 1, cursor ditampilkan
ketika C = 0, cursor tidak ditampilkan
B : ketika B = 1, karakter pada posisi cursor berkedip
ketika B = 0, karakter pada posisi cursor tidak berkedip.
Contoh : C = 1 (cursor display)
Cursor
B = 1 (blinking)
Gambar 2.9. Penampakan Cursor pada LCD
5. Cursor/ Display Shift
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB00 0 0 0 0 1 S/C R/L * *
* : invalid bit
Cursor Disply Shift memindah cursor dan mengubah display tanpa
merubah isi dari DD RAM. Berikut ini tabel penunjukan cursor, yaitu :
Tabel 2.3. Penunjukkan cursor
S/C R/L Operasi
0 0 Posisi cursor dipindah ke kiri
0 1 Posisi cursor dipindah ke kanan
1 0 Semua display dipindah ke kiri dengan cursor
1 1 Semua display dipindah ke kanan dengan cursor
6. Function Set.
RS R/W DB7 DB6 DB5 DB4 DB3 DB2 DB1 DB0
0 0 0 0 1 DL 1 * * *
* : invalid bit
Function Set digunakan untuk mengeset pemisahan data length.
DL : ketika DL =1, data length diset untuk 8 bit (DB7 sampai DB0).
Ketika DL =0, data length diset untuk 4 bit (DB7 sampai DB4). Untuk bit
tas ditransfer lebih dulu, kemudian dilanjutkan bit bawah.
Tabel 2.5. Posisi Karakter Pada LCD Karakter 2 X 16
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 8a 8b 8c 8d 8e 8f
C0 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 Ca Cb Cc Cd Ce Cf
Recommended