View
54
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Pembahasan yaitu pemaparan isi dari makalah yang dijelaskan secara detail
Citation preview
7/15/2019 04. Pembahasan
1/16
pembahasan
BAB 2
PASANG SURUT AIR LAUT
2.1 Pengertian Pasang Surut
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda
angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau
ukurannya lebih kecil.
Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di
perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan
topografi dasar perairan.
Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah
gelombang disebut pasang rendah.
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah
disebut rentang pasang surut (tidalrange).Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga
periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam
50 menit.
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
2/16
pembahasan
Gambar 2.1 Keadaan Kondisi Pasang Surut Air Laut
2.2 Proses Terjadinya Pasang Surut
Proses terjadinya pasang surut laut merupakan hasil dari gaya
tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan
ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan
massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih
besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari
dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di
laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitusudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
(Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi
tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya
masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan
gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini
disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari,
tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air
laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada
sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena
rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini,
yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di
wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga
memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil.
Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut
selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994)
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
http://www.ilmukelautan.com/http://www.ilmukelautan.com/http://www.ilmukelautan.com/http://www.ilmukelautan.com/7/15/2019 04. Pembahasan
3/16
pembahasan
Gambar 2.2 Kondisi Proses Terjadinya Pasut
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
4/16
pembahasan
2.3 Elevasi/Ketinggian Air Laut
Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka
air pada saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut
minimum, rata-rata berkisar antara 1 m hingga 3 m. Tetapi di TelukFundy (kanada) ditemukan kisaran yang terbesar di dunia, bisa
mencapai sekitar 20 m. Sebaliknya di Pulau Tahiti, di tengah Samudera
Pasifik, kisaran pasang-surutnya kecil, tidak lebih dari 0,3 m,
sedangkan di Laut Tengah hanya berkisar 0,10-0,15 m.
Di perairan Indonesia beberapa contoh dapat diberikan misalnya
Tanjung Priok (Jakarta) kisarannya hanya sekitar 1 m, Ambon sekitar 2
m, Bagan Siapi-api sekitar 4 m, sedangkan yang tertinggi di muara
Sungai Digul dan Selat Muli di dekatnya (Irian Jaya bagian selatan)
kisaran pasang-surutnya cukup tinggi, bisa mencapai sekitar 7-8 m
(Nontji, 1987).
Mengingat elevasi di laut selalu berubah satiap saat, maka
diperlukan suatu elevasi yang ditetapkan berdasar data pasang surut,
yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan
pelabuhan. Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 2.3 elevasi air laut
1. Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-
rata pada suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6
tahun.
2. Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air
rendah pada suatu periode waktu.
3. Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua
pasang tinggi.
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
5/16
pembahasan
4. Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut
rendah.
5. Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang
tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang
panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi
tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.
6. Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air
terendah dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang
panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).
7. Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air
tertinggi dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang
panjang. Hal ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal.
8. Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah
dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika
hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah
tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
9. Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua
air tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika
tunggang (range) pasut itu tertinggi.
10.Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang
diperoleh dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang
purnama.
11. Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari duaair tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu
jika tunggang (range) pasut paling kecil.
12. Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang
dihitung dari dua air berturut-turut selama periode pasut perbani.
13. Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide
(LAT) adalah permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat diramalkan
terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis rata-rata dan kombinasi
keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun.
HAT dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi,storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka laut yang lebih
tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan (level) di atas dapat
dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari
data beberapa tahun.
14. Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata
antara MHW dan MLW.
15. Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan
MLWS.
16.Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
6/16
pembahasan
Pada umumnya tipe pasang surut juga dapat ditentukkan berdasarkan
bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk :
dengan ketentuan :
F 0.25 : Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)
0,25
7/15/2019 04. Pembahasan
7/16
pembahasan
2.4 Tipe Dasar Pasang Surut
Secara umum terdapat empat tipe dasar pasang surut yang
didasarkan pada periode dan keteraturannya, pasang-surut di
Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yakni pasang-surut harian
tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis
campuran.
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut
dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi
secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata
adalah 12 jam 24 menit. Jenis harian tunggal misalnya terdapat
di perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan
Kalimantan.
Grafik 2.4.1 Data Pasang Surut Tipe Semi-Diurnal Tide
2. Pasang surut harian tunggal (diurnaltide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air
surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pada jenis
harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai
ke Laut Andaman.
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
8/16
pembahasan
Grafik 2.4.2 Data Pasang Surut Tipe Diurnal Tide
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed
tide prevailing semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut,
tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada pasang-surut
campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing
semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan
Indonesia bagian timur.
Grafik 2.4.3Data Pasang Surut Tipe Mixed Tide Prevailing
Semidiurnal
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal
(mixed tide prevailing diurnal)
Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu
kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan
periode yang sangat berbeda. Sedangkan jenis campuran
condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal)
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
9/16
pembahasan
contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai
utara Jawa Barat.
Grafik 2.4.4Data Pasang Surut Tipe Mixed Tide Prevailing Diurnal
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut
berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang
surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai
samudera.
2.5 Pasang Surut Purnama Dan Perbani
Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi
dalam dua kategori yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide)
dan pasang perbani (pasang kecil, neap tide).
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan
matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang
tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut
purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang
rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat
bulan 1/4 dan 3/4.
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
10/16
pembahasan
Gambar 2.5 Kondisi Pasang Purnama & Perbani
2.6 Alat Ukur Pasang Surut
Untuk mendapatkan data pasang surut pada pelabuhan /
dermaga, dapat menggunakan alat untuk pengukur pasang surut
seperti berikut :
1. Tide Staff. Papan dalam skala meter atau centi meter yangbiasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
11/16
pembahasan
Gambar 2.8Tide Staff
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
12/16
pembahasan
2. Tide Gauge. Sebuah alat/perangkat untuk mengukur perubahanpermukaan laut secara mekanik dan otomatis denganmenggunakan sensor. Tide gauge juga memiliki dua jenisyakni Floating Tide Gauge dan Pressure Tide Gauge.
Gambar 2.10 Pressure Tide Gauge
Gambar 2.12 Floating Tide Gauge
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
13/16
pembahasan
3. Satelit. Sistem yang menggunakan pemancar (transmiter),penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta perhitunganwaktu yang berakurasi tinggi.
Gambar 2.12 Satelite
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
14/16
pembahasan
2.7 Perhitungan Pasang Surut
Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat
diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data
amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit
pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari
komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena
interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar
gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah
komponen-komponen pasang surut yang baru.
Metode yang digunakan adalah metode Admiralty untuk mendapatkan
konstanta harmonik pada melalui persamaan pasang surut :
dimana :
A(t) = Amplitudo
So = Tinggi muka air laut rata-rata (MSL)
An = Amplitudo komponen harmonis pasang surut.
Gn = Phase komponen pasang surut
n = Konstanta yang diperoleh dari hasil perhitunganastronomis
t = waktu
Penentuan tinggi dan rendahnya pasang surut dapat ditentukan
dengan rumus-rumus sebagai berikut :
MSL = Z0 + 1,1 ( M2 + S2 )
DL = MSL Z0 MHWL = Z0 + (M2+S2)
HHWL = Z0+(M2+S2)+(O1+K1)
MLWL = Z0 - (M2+S2)
LLWL = Z0-(M2+S2)-(O1+K1) .
HAT = Z0 + Ai
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
http://rahmat88aceh.wordpress.com/DOCUME~1/RAHMAT~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif7/15/2019 04. Pembahasan
15/16
pembahasan
= Z0 + (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
LAT = Z0 - Ai
= Z0 - (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
dimana :
MSL = Muka air laut rerata (mean sea level ), adalah muka air rerataantara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi didaratan
MHWL = Muka air tinggi rerata (mean high water level), adalahrerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun
HHWL = Muka air tinggi tertinggi (highest high water level), adalahair tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati
MLWL = Muka air rendah rerata (mean low water level), adalahrerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun
LLWL = Air rendah terendah (lowest low water level), adalah airterendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati
DL = Datum level
HAT = Tinggi pasang surut
LAT = Rendah pasang surut
2.8 Dampak Pasang Surut
Pasang surut air laut memberikan berbagai dampak positif dan
negative dalam beberapa aspek kegiatan, salah satu dampak positif
dari kegiatan pasang surut air laut ini adalah, data yang telah
dikumpulkan sekian lama dapat dipakai untuk merencanakan
pelabuhan.
Di Indonesia, pengamatan pasang surut laut bekerjasama
dengan pihak otoritas pelabuhan, Bakosurtanal memasang alat rekam
data pasang surut otomatis di dermaga pelabuhan yang disebut
stasiun pasang surut. Alat rekam data pasang surut (AWLR =
Automatically Water Level Recorder) mencatat tinggi muka laut secara
otomatis dan terus menerus. Rekaman data berupa grafik, lubang-
lubang kertas data pada stasiun pasang surut online, data pasang
surut dicatat dan, setiap saat dapat dilakukan download lewat saluran
telepon dan menggunakan modem.
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
7/15/2019 04. Pembahasan
16/16
pembahasan
MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN
PASANG SURUT AIR LAUT
SINGGIH SETIYADI NIM : 10114020
4
Recommended