View
222
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN
INTERAKSI SOSIAL PADA WANITA YANG MENGALAMI
OBESITAS
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
• 111 iterin~.
dari . T 1. : 'i'''/C":T'l'[~''(;i'l'i"""'"'"~
. l
g . ..\ .. 0, ..... \. :.J. 'Jo. 1nctuk , o.Vi.:::.::r:1:::~::::;g::c& '.\ ldasifikasi · '1 Oleh: . · ............................................ .
ANDI SAKINAH TENRIPADA MUKHSIN
NIM : 205070000482
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M/ 1430 H
HUBUNGAN ANT ARA PENERIMAAN DlRI DE NGAN INTERAKSI
SOSIAL PADA WANITA YANG MENGALAMI OBESITAS
----u111. Unlveraitas .Islam Ncgeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
UST/\KAfl~TA;.,::i SYAHID J/i,KARTA . I --~--~
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
ANDI SAKINAH TENRIPADA MUKHSIN
NIM : 205070000482
Di bawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Yufi Adriani, M.Psi, Psi NIP. 198209182009012006
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA WANITA OBESITAS telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 September 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 10 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
Jahja Umar Ph.D NIP. 130 885 522
Penguji I
~-Neneng Tali Sumiati, M.Si, Psi NIP. 150 300 679
Pembimbing I
Anggota:
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota
Ora. ·ana Muti'ah, M.Si NIP. 19671029 1996032001
Pembimbing II
Yufi Adriani, M.Psi, Psi NIP. 19820918200912006
MOTTO
~~~~~~
~~~~/U:a«vha-ua~
~·~~~·~~
~
(:Jf9£~)
l(arya ini kupersembahkan untuk
Allah Ar-Rahman dan Rasul-Nya yang kucinta
Mamaku, Ayahku, Adikku dan Sahabat setiaku
Abstraksi
(A) Fakultas Psikologi
(B) September 2009
(C) Andi Sakinah Tenripada Mukhsin
(D) Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan lnteraksi Sosial Pada
Wanita Yang Mengalami Obesitas
(E) xiv + 70 Halaman
(F) Slim is beauty. Ungkapan itu sering kali diinterpretasikan sebagai suatu standar kecantikan, bahwa perempuan dapat dikatakan cantik apabila memiliki tubuh yang langsing (Annastasia Melliana, 2006). Karena cantik di zaman ini identik dengan tubuh minim lemak atau langsing, maka ada sebagian wanita, yang kemudian amat merasa terganggu dan tidak nyaman dengan penampilan fisiknya yang terlalu gemuk. Obesitas atau yang biasa di kenal sebagai kegemukan merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan di kalangan wanita. Menurut mereka, kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna seringkali diartikan dengan memiliki tubuh langsing dan proporsional. Sehingga banyak diantara mereka menjadi kurang percaya diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada wanita yang mengalami obesitas.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Penelitian dilaksanakan di Universitas Moestopo (Beragama) sebanyak 60 orang, yang diambil dengan teknik non-probability sampling dengan bentuk teknik accidental sampling. lnstrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala model Likert. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik yang meliputi korelasi Product Moment Pearson untuk menguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan Uji Korelasi Spearman untuk pengujian hipotesis penelitian.
Jumlah item valid untuk skala penerimaan diri sebanyak 32 item, dan untuk skala interaksi sosial sebanyak 35 item. Reliabilitas skala penerimaan diri adalah 0,9308, dan untuk skala interaksi sosial adalah 0,9371. Berdasarkan uji korelasional Spearman, diperoleh hasil r hitung
(0.514) > r tabel (0.254 ). Terdapat hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada wanita yang mengalami obesitas.
(G) Bahan Bacaan: 21 (dari tahun 1969 - 2008) + 8 pustaka online + 1 skripsi + 1 Majalah
vi
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu'alaikum Wr. Wb
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Penerimaan Diri
dengan lnteraksi Sosial Pad a Wanita yang Mengalami Obesitas".
Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, alas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya
hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Jahja Umar, Ph.D Dekan Fakultas Psikologi, beserta jajarannya di
Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak hal untuk penulis
jadikan sebagai bekal kehidupan.
2. Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si dosen pembimbing I yang telah banyak
membimbing dan membagi ilmunya kepada penulis selama belajar
dan menyelesaikan penulisan skripsi ini di Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Yufi Adriani, M.Psi, Psi dosen pembimbing II yang tidak pernah
bosan untuk menyumbangkan pendapatnya, memberikan saran yang
membangun, motivasi, sehingga penulis dapat mengatasi kendala
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Neneng Tati Sumiati, M.Psi, Psi dosen pembimbing seminar
proposal skripsi atas segala dukungan, arahan, saran, dan
motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
5. Seluruh Dosen, Staff Administrasi, dan Tata Usaha Fakultas
Psikologi UIN atas segala bantuan selama penulis menuntut ilmu.
6. Drs. Andi Mukhsin Rahman, M.Si dan Dra. Erlina Tallu Rahim
orang tuaku yang baik alas segenap kasih sayang dan limpahan
kesabaran telah membesarkan, membimbing dan mengajarkan penulis
akan arti setiap langkah hidup yang harus dijalani. Semoga Allah
meridhai segala yang telah penulis lakukan.
7. Andi Adnan Mukhsin adikku yang baik, yang juga memberikan
semangat kepada penulis agar skripsi ini cepat terselesaikan.
8. Teruntuk sahabat-sahabat penulis Widia, Uris, Mesti, lka, Ayu,
Septi, Berry, Jelita, Pipit, Thania, Ega, Rurry, Nju, lis. Sangat
bersyukur memiliki kalian, benar-benar menjadi warna dalam hidup
penulis dan tak pernah berenti memberikan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini kepada penulis. May our friendship last
forever.
9. Teruntuk sahabatku Mohammad Iqbal yang selama ini banyak
membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Memberikan
semangat, motivasi dan sumbangan pikiran kepada penulis.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebaga
balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Dan
semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah yang penulis lakukan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait.
Jakarta, 1 O Desember 2009
Penulis
viii
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISi
MOTTO................................................. iv
ABSTRAKSI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
KATA PENGANTAR...................................... vii
DAFTARISI.. ... .... .. ...... .. .. ........ .. . . .. .. .. ... .. . ix
DAFTAR TABEL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xiv
DAFT AR GAMBAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xiv
BABIPENDAHULUAN 1-11
1.1 Latar Belakang Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 ldentifikasi Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.3.1 Pembatasan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.3.2 Perumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.4.1 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 9
ix
1.4.2 Manfaat Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.4.2.1
1.4.2.2
Manfaat Teoritis. . . . . . . . . . . . . . . . .. 9
Manfaat Praktis. . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
1.5 Sistematika Penulisan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 12-41
2.1 Penerimaan Diri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.1.1 Definisi Penerimaan Diri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.1.2 Kondisi yang Mendukung Penerimaan Diri. . . . . . .. 13
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri. 14
2.1.4 Dampak Penerimaan Diri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.1.5 Proses Penerimaan Diri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
2.2 I nteraksi Sosial. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
2.2.1 Definisi lnteraksi Sosial. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
2.2.2 Syarat terjadinya lnteraksi Sosial. . . . . . . . . . . . . .. 27
2.2.3 Macam-macam lnteraksi Sosial. . . . . . . . . . . . . . . 29
2.2.4 Faktor-faktor yang Mendasari Berlangsungnya lnteraksi
Sosial. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
2.3 Obesitas ..................................... . 34
x
2.4
2.5
2.3.1 Definisi Obesitas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
2.3.2 Tingkatan Golongan dalam Obesitas. . . . . . . . . .. 36
2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Obesitas. . . . . . . . . . . . .. 36
Kerangka Berpikir ............................... .
Hipotesis ..................................... ..
39
41
BAB 3 METODE PENELITIAN 42-57
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
3.2 Variabel Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
3.3 Populasi dan Sampel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
3.3.1 Populasi. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . 43
3.3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel. . . . . . . 43
3.4 Definisi Variabel. .............................. .. 44
3.4.1 Definisi Konseptual. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 44
3.4.2 Definisi Operasional. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................... .. 46
3.5.1 Metode dan lnstrumen Penelitian. . . . . . . . . . . . . . 49
3.6 Teknik Analisis Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
3.6.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas. . . . . . . . . . . . . . . 54
xi
3.6.2 Analisis data kontrol penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . 55
3.6.3 Analisis data variable penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . 55
3. 7 Prosedur Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 58-64
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian. . . . . . . . . . . . . . 58
4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia. . 58
4.2 Distribusi Penyebaran Skor Responden. . . . . . . . . . . . . . . 59
4.2.1 Statistik Deskriptif Penyebaran Skor Responden Skala
Penerimaan Diri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
4.2.2 Statistik Deskriptif Penyebaran Skor Responden Skala
I nteraksi Sosial. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
4.2.3 Uji Persyaratan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
4.2.3.1 Uji Normalitas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
4.2.4 Uji Hipotesis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 63-67
5.1 Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 63
5.2 Diskusi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
5.3 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
5.3.1 Saran Teoritis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65
5.3.2 Saran Praktis ................... . 66
DAFTAR PUSTAKA 68-70
xii
LAMPI RAN
Lampiran 1 Blue Print Skala Penerimaan Diri
Lampiran 2 Blue Print Skala lnteraksi Sosial
Lampiran 3 Angket Kuesioner
Lampiran 4 Reliabilitas dan Validitas Penerimaan Diri
Lampiran 5 Reliabilitas dan Validitas lnteraksi Sosial
Lampiran 6 Tests of Normaity
Lampiran 7 Nonparametric Correlations
xiii
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
DAFTAR TABEL
Bobot Skala Liker! ............................ .
Blue Print Try Out Penerimaan Diri ............... .
Blue Print Try Out lnteraksi Sosial. .............. ..
Kategori Tingkat Hubungan .................... ..
Distribusi Respnden Berdasarkan Usia ........... ..
Kategorisasi Skar Penerimaan Diri ............... .
Kategorisasi Skar lnteraksi Sosial. ............... .
Uji Normalitas Penerimaan Diri dengan lnteraksi sosial
Nonparametric Correlations ..................... .
xiv
45
46
48
51
54
55
56
57
60
DAFT AR GAMBAR
Gambar 4.1 Scatterplot Penerimaan Diri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
Gambar 4.2 Scatterplot lnteraksi Sosial. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1
Pada masa ini peran masyarakat dan media, sangat membawa pengaruh
yang besar dalam mendorong seseorang untuk begitu peduli pada
penampilan dan image tubuhnya. Contohnya saja, sejak dulu di dalam
masyarakat sudah terlihat pola-pola, bahwa cantik, ganteng, keren, langsing,
akan lebih populer, disukai dan banyak mendapatkan peluang untuk
bersosialisasi. Berbagai media dan iklan bermunculan di mana-mana untuk
memperkenalkan keampuhan produk mereka yang tentu saja banyak
mendapat sambutan hangat dari masyarakat, baik tua, muda, pria maupun
wanita. Kehadiran media, tidak dipungkiri semakin mendorong pribadi
seseorang untuk meletakkan standard ideal di dalam dirinya bahwa cantik itu
adalah wanita yang bertubuh langsing. Kecantikan dan kesempurnaan fisik,
menjadi ukuran bagi seseorang sehingga banyak yang berusaha mengejar
kecantikan dan kesempurnaan, dengan bantuan kosmetik, pusat kebugaran,
fashion, ke salon untuk menata rambut mode terkini, sampai dengan
melakukan koreksi wajah dan tubuh. Bagi wanita agaknya kegemukan
merupakan suatu masalah besar yang harus diatasi. Maka tidak aneh bila
berbagai produk makanan atau ramuan yang diiklankan dapat menghambat
bahkan menurunkan berat badan sangat laku di pasaran.
2
Sedangkan pada jaman dahulu orang jawa kuno mengenal salah satu tipe
kecantikan yang di simbolkan lewat patung Dewi Parwati. lstri Dewa Siwa ini
digambarkan bertubuh gendut, dada besar, pinggang melar, dengan
pandangan mata teduh. Bahkan masyarakat Maori masih percaya bahwa
wanita gemuk adalah lambang kecantikan. Namun, cantik di zaman ini identik
dengan tubuh minim lemak. Malah kalau bisa, bebas lemak. (Taklukan
Obesitas, Maja/ah Femina No: 41, 2009).
Slim is beauty. Ungkapan itu sering kali diinterpretasikan sebagai suatu
standar kecantikan, bahwa perempuan dapat dikatakan cantik apabila
memiliki tubuh yang langsing (Annastasia Melliana, 2006). Karena cantik di
zaman ini identik dengan tubuh minim lemak atau langsing, maka ada
sebagian wanita, yang kemudian amat merasa terganggu dan tidak nyaman
dengan penampilan fisiknya yang terlalu gemuk. Mereka merasa punya
kekurangan yang fatal dan sulit diperbaiki, mereka merasa buruk rupa.
Begitu besarnya perhatian mereka akan kekurangan dan keburukan (yang
padahal orang lain tidak memandangnya demikian), sehingga seluruh daya
upaya, tenaga dan biaya, digunakan untuk menutupi kekurangan. Namun
3
semua itu tidak memberikan hasil yang maksimal. Hingga akhirnya tidak bisa
kerja, tidak bisa sosialisasi, bahkan tidak bisa menikmati hidup.
Obesitas atau yang biasa di kenal sebagai kegemukan merupakan suatu
masalah yang cukup merisaukan di kalangan wanita. Menurut mereka,
kegemukan menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk
tampil sempurna seringkali diartikan dengan memiliki tubuh langsing dan
proporsional. Sehingga banyak diantara mereka menjadi kurang percaya diri.
Dalam Davison, Gerald. C (2006) dikatakan bahwa, tubuh kurus yang ideal
berdasarkan standar sosiokultural kemungkinan merupakan sarana yang
membuat orang-orang mempelajari rasa takut menjadi gemuk atau bahkan
merasa gemuk. Selain menciptakan bentuk fisik yang tidak diinginkan,
menjadi gemuk memiliki berbagai konotasi negatif, seperti ketidak suksesan
dan kurang memiliki kontrol diri. Orang lain memandang orang-orang yang
mengalami obesitas sebagai orang yang kurang cerdas dan dicap sebagai
orang yang kesepian, pemalu dan haus kasih-sayang. Dejong & Kleck
(1986).
Menu rut Spigelman & Schutz (1981) disebutkan bahwa para wanita di
Amerika Utara dituntut untuk bertubuh langsing, karena obesitas merupakan
pemicu penilaian yang kurang baik bagi wanita maupun pria. Dalam sebuah
4
kasus, ratusan pengunjung mendatangi acara pekan musim panas, para
penyelenggara mengadakan pertunjukan bayangan atau siluet yang dimana
ditampilkan wanita dan pria masing-masing yang bertubuh obesitas dan
langsing. Ternyata para penonton memberikan respon yang kurang bagus
kepada bayangan wanita bertubuh obesitas dibandingkan pria yang bertubuh
obesitas. (Lips, Hillary. M, 2003).
Gambaran masyarakat tentang fenomena wanita obesitas yang telah di
jelaskan diatas dalam hubungannya pada penerimaan diri wanita obesitas itu
sendiri, ditanggapi dengan berbagai macam, ada yang sudah mati rasa
menerima ejekan dari orang lain tetapi ada juga yang menjadi benci pada
dirinya sendiri karena mereka ingin sekali mendapatkan pengakuan dari
masyarakat namun ha! itu sulit sekali didapatkan oleh wanita obesitas.
Mereka (wanita obesitas) yang sudah menerima dirinya sendiri, kebanyakan
mencari kelebihan lain yang ada didalam diri mereka. Seperti mengasah
personality dan knowledge. Berpenampilan menarik yang bisa bagus
dipandang oleh orang lain. (Taklukan Obesitas, Majalah Femina No: 41,
2009). Di tempat lain ada seorang wanita yang berprofesi sebagai penulis
menceritakan pengalaman pribadi mengenai tubuh obesitasnya. Sejak usia
11 tahun sampai dengan 33 tahun ia nyaris menghancurkan kesehatannya
dan sempat ingin bunuh diri. Setiap berkaca ia selalu menghina dirinya
sendiri dan tidak pernah melihat sesuatu yang baik yang ada pada dirinya.
5
(www.pearlsong.com/MakingLoveonObesitv.pdf). Menurut Psikolog Raina
Adam (2009) mengatakan setiap orang ingin mendapat pengakuan dan
penghargaan. Namun, hal yang demikian ini sulit didapat oleh orang obesitas.
(Taklukan Obesitas, Majalah Femina No: 41, 2009).
Penerimaan diri wanita obesitas nanti akan mempengaruhi ke dalam interaksi
sosial. Brehm (1999) menyatakan dalam lnteraksi sosial, bentuk fisik adalah
hal yang pertama kali dinilai dari seseorang perempuan. Masyarakat tidak
akan menilai seseorang perempuan dari kecerdasan intelektualnya atau
kelebihan lain di balik bentuk fisiknya terlebih dahulu. Budaya kesan pertama
(first impression culture) di masyarakat kita menunjukkan bahwa lingkungan
sering kali menilai seseorang berdasarkan kriteria luar, seperti tampilan fisik.
Tampilan yang baik sering diasosiasikan dengan status yang lebih tinggi,
kesempatan yang lebih luas untuk dapat menarik pasangan dan kualitas
positif lainnya. Orang cenderung menilai orang gemuk sebagai orang yang
malas dan suka memanjakan diri sendiri, sedangkan orang langsing dinilai
sebagai orang yang teratur dan disiplin Annastasia Melliana (2006). Dalam
sebuah kasus disebutkan ada seorang wanita obesitas yang bekerja sebagai
staf disalah satu lembaga konsultasi kehumasan, mengatakan, dibanding
rata-rata koleganya, ia agak sulit membuat klien mengingat dirinya. Karena
pada umumnya seorang Public Relation memiliki bentuk tubuh yang tinggi,
langsing, dan cantik. Katanya "sementara, saya bertubuh subur. Saya perlu
usaha yang lebih keras agar orang mengingat saya", ujarnya. Sehingga
wanita obesitas tersebut memerlukan usaha yang keras agar orang lain bisa
mengingat mereka. (Tak/ukan Obesitas, Maja/ah Femina No: 41, 2009).
6
Pada nantinya obesitas tidak hanya membuat daya tarik seseorang menjadi
kurang baik, tetapi menjadi sebuah dilema yang menimbulkan rasa rendah
diri, mudah iri pada orang lain dan kurang percaya diri. Hal ini yang menjadi
pemicu penerimaan diri yang kurang baik atau negatif. Namun ada juga yang
sudah bisa menerima dirinya dengan baik. Sehingga mereka bisa lebih
leluasa untuk berinteraksi sosial. Disisi lain ada juga yang sudah bisa
menerima dirinya sendiri tetapi masih saja membutuhkan waktu untuk
berinteraksi sosial. Jika kita melihat di media televisi, ada beberapa artis yang
yang memiliki bentuk tubuh obesitas, akan tetapi mereka memiliki tingkat
kepercayaan diri yang tinggi dan berani tampil di depan orang banyak.
Bahkan ketika mereka di wawancarai tentang keadaan bentuk tubuhnya,
mereka tidak terlalu mempermasalahkan bentuk tubuh mereka. Peneliti
melihat ada dua perbedaan antara wanita yang bertubuh obesitas dalam
penerimaan diri pada interaksi sosialnya. Yang menjadi menarik perhatian
peneliti untuk meneliti apakah ada hubungannya antara penerimaan diri
dengan interaksi sosial pada wanita obesitas dan berdasarkan uraian di alas
peneliti ingin mengetahui tentang "HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN
DIR/ OENGAN INTERAKS/ SOS/AL PADA WANITA YANG MENGALAMI
OBESITAS".
1.2 ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
beberapa masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerimaan diri wanita yang mengalami obesitas?
2. Bagaimana interaksi sosial wanita yang mengalami obesitas?
3. Apakah ada hubungan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial
pada wanita yang mengalami obesitas?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap wanita obesitas
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah
penelitian pada hubungan antara interaksi sosial dan penerimaan diri pada
wanita yang mengalami obesitas. Untuk memperjelas pokok masalah
penelitian, penulis memberi batasan sebagai berikut:
7
a. Penerimaan Diri
ialah suatu sikap kemampuan individu untuk mau merasa puas dengan
dirinya sendiri dan mau menerima keterbatasan dirinya tanpa merasa
bersalah. Menurut Kubler-Ross (1969) ialah fase dimana seseorang
mencapai tahap ia tidak merasa depresi, maupun marah terhadap
nasibnya dan selalu mengekspresikan perasaannya, kecemburuannya
akan kehidupan.
b. lnteraksi Sosial
8
lnteraksi sosial disini menurut definisi-definisi dari beberapa tokoh yaitu,
hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. lnteraksi sosial
terjadi ketika dua orang atau lebih saling mempengaruhi baik secara
verbal, fisik, atau emosional, yang menghasilkan suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial.
c. Obesitas
Obesitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pengukuran secara umum, yaitu: tinggi badan dikurangi 110. jadi subjek
yang dipakai obesitas sedang yang kelebihan 41-100%. Rentangan
tersebut termasuk dalam tingkatan obesitas sedang.
1.3.2 Perumusan Masalah
Terkait dengan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara penerimaan diri
dengan interaksi sosial pada wanita yang mengalami obesitas?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
penerimaan diri dengan interaksi sosial pada wanita yang mengalami
obesitas
1.4.2 Manfaat Penelitian
1.4.2.1 Manfaat Teoritis
I. Dapat memberikan gambaran penerimaan diri wanita yang mengalami
obesitas.
2. Untuk mengetahui interaksi sosial pada wanita obesitas.
3. Memperkaya khasanah ilmu psikologi terutama psikologi sosial dan
psikologi klinis.
1.4.2.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini jika hipotesisnya teruji, maka diharapkan nantinya dapat
digunakan sebagai pertimbangan dan acuan ataupun masukan baik bagi
wanita obesitas sehingga wanita tersebut mempunyai penerimaan diri yang
akan mempengaruhi proses intreaksi sosialnya.
9
1.5 Sistematika Penulisan
Agar dalam penyusunan penelitian ini lebih terarah dan sistematis, maka
penulis membuat sistematika penulisan yang terdiri dari :
BAB 1 : PENDAHULUAN
10
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 2: KAJIAN PUSTAKA
Membahas mengenai Penerimaaan Diri (Self Acceptance), Definisi
Penerimaan Diri, Kondisi yang Mendukung Penerimaan Diri, Faktor
faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri, Dampak Penerimaan
Diri, Proses Penerimaan Diri, lnteraksi Sosial, Syarat Terjadinya
lnteraksi Sosial, Definisi lnteraksi Sosial, Macam-macam lnteraksi
Sosial, Macam-macam lnteraksi Sosial, Obesitas, Definisi Obesitas,
Tingkatan Golongan dalam Obesitas, Faktor-faktor Penyebab
Obesitas, Kerangka Berpikir.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Meliputi Pendekatan dan Metode Penelitian, Populasi, Sampel dan
Teknik Pengambilan Sampel, Teknik Pengumpulan Data dan
Metode Pengolahan Data.
11
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
Meliputi Gambaran Umum Subjek dan Hasil pengumpulan data dari
kuesioner.
BAB 5 : PENUTUP
Berisi kesimpulan. Diskusi dan Saran.
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penerimaaan Diri (Self Acceptance)
2.1.1 Definisi Penerimaan diri
12
Chaplin (2006) mendefinisikan penerimaan diri (self acceptance) sebagai
sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas
dan bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan sendiri.
"Degree to wich an a individual, having considered his personal
characteristic, is able and willing to live with them" Hurlock (1973). Hurlock
mendefinisikan penerimaan diri sebagai tingkat kemampuan individu untuk
mempertimbangkan karateristik dirinya serta mampu dan mau menerimanya
tanpa merasa bersalah.
Dalam Hurlock (1971 ), Jersild (1971) mendefinisikan penerimaan diri adalah
penilaian yang realistis terhadap potensi yang dimilikinya, memahami
karakteristik dirinya dan mampu menerima kondisi yang ada dengan
sesungguhnya.
Menurut Kubler-Ross (1969) Penerimaan diri adalah fase dimana seseorang
mencapai tahap ia tidak merasa depresi, maupun marah terhadap nasibnya
dan selalu mengekspresikan perasaannya, kecemburuannya akan
kehid u pan. (http://a yura/. word press. com/2009/06/08/pendekatan-spiritual
terhadappenerimaan-acceptance-keadaan-sakitl)
Jadi penerimaan diri menurut penulis ialah suatu sikap kemampuan individu
untuk mau merasa puas dengan dirinya sendiri dan mau menerima
keterbatasan dirinya tanpa merasa bersalah. Menurut Kubler-Ross (1969)
ialah fase dimana seseorang mencapai tahap ia tidak merasa depresi,
maupun marah terhadap nasibnya dan selalu mengekspresikan
perasaannya, kecemburuannya akan kehidupan
2.1.2 Kondisi yang Mendukung Penerimaan Diri
13
Dalam Hurlock (1973:544) menyebutkan lima kondisi yang dapat membantu
dalam pembentukan penerimaan diri, yaitu :
a. Aspirasi yang realistis
Untuk dapat menerima diri harus realistis mengenai diri sendiri dan
tidak memilih tujuan yang tidak mungkin. lni bukan berarti tidak
memiliki ambisi atau tujuan. Tetapi ini berarti bahwa tujuan yang
ditetapkan sesuai dengan potensi yang dimiliki.
b. Keberhasilan
Jika tujuan sudah realistis, kesempatan untuk sukes semakin tinggi.
Untuk dapat menerima diri harus mengembangkan keberhasilan untuk
meningkatkan potensi yang dimiliki. Keberhasilan ini termasuk
memberikan inisiatif mengenai apa yang ingin dikatakan dan
dilakukan, teliti dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan.
c. Self Insight
Mampu dan mau menghargai diri sendiri dengan realistis dan
mengakui serta menerima kelemahan seperti halnya kelebihan dapat
meningkatkan penerimaan diri.
d. Social Insight
Mampu untuk melihat diri sendiri seperti orang lain melihatnya. lni
dapat menjadi pembimbing dalam bertingkah laku karena
memungkinkan untuk menyesuaikan dengan lingkungan.
e. Konsep diri yang stabil
lndividu dapat merasa bahagia dan tidak bahagia diwaktu yang
berbeda, hal ini menjadikan ambivalent mengenai dirinya. Untuk
mencapai konsep diri yang stabil, lebih penting bagi individu untuk
selalu memandang dirinya dengan menyenangkan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri
Terdapat beberapa faktor yang menentukan bagaimana seseorang dapat
menyukai dan menerima dirinya sendiri, dimana faktor tersebut berperan
penting bagi terwujudnya penerimaan dalam diri setiap individu (dalam
Hurlock, 1974: 435) faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut:
14
15
1. Self Understanding (pemahaman diri)
Pemahaman akan diri sendiri adalah persepsi tentang diri sendiri yang
dapat timbul jika seseorang mengenali kemampuan dan
ketidakmampuannya serta mau kemampuannya tersebut. Dimana
individu dapat memahami dirinya sendiri tidak hanya tergantung pada
kemampuan intelektual dirinya saja, melainkan juga pada setiap
kesempatannya untuk mengenali dirinya sendiri. Pemahaman diri dan
penerimaan diri berjalan secara berdampingan. lndividu yang
memahami dirinya dengan baik, maka akan menerima keadaan dirinya
sendiri dan tidak ada keinginan untuk berpura-pura menjadi orang lain,
begitu juga sebaliknya. Hal ini berarti semakin orang dapat memahami
dirinya sendiri, maka senantiasa ia dapat menerima dirinya.
2. Realistic expectations (harapan yang realistis)
Ketika harapan seseorang akan sesuatu hal adalah realistis, maka
kesempatan untuk mencapainya akan terwujud sesuai dengan
harapannya. Hal ini dapat memberikan kepuasan pada diri sendiri
yang sangat berkaitan dengan penerimaan diri. Adanya harapan yang
realistis bisa timbul bila individu menentukan sendiri harapannya
dengan disesuaikan pemahaman mengenai kemampuannya, dan
bukan diarahkan oleh orang lain dalam mencapai tujuannya. Jadi,
ketika individu memiliki harapan, seharusnya ia telah
mempertimbangkan kemampuan dirinya dalam mencapai tujuan
terse but.
3. Absence of environmental obstacies (tidak adanya hambatan
lingkungan)
16
Ketidakmampuan individu untuk mencapai tujuannya dapat
ditimbulkan dari lingkungan. Jika lingkungan sekitarnya menghalangi
individu menunjukkan potensinya atau untuk mengekspresikan dirinya,
maka penerimaan dirinya tentu akan sulit tercapai. Sebaliknya, apabila
didalam lingkungan individu memberikan dukungan seperti orang tua,
guru, dan teman-teman, maka individu dapat mencapai tujuannya,
merasa puas atas apa yang telah diraihnya, dan harapannya pun
menjadi realistis.
4. Favorable social attitudes (tingkah laku sosial yang sesuai)
Ketika individu menunjukan tingkah laku yang dapat diterima oleh
masyarakat, maka hal tersebut akan membantu dirinya untuk dapat
menerima diri. Yang dimaksud favourable social attitudes disini adalah
tidak adanya prasangka terhadap diri atau anggota keluarganya,
pengakuan individu terhadap kemampuan sosial orang lain, tidak
memandang buruk terhadap orang lain, serta adanya kesediaan
individu untuk menerima kebiasaan atau norma lingkungan.
5. Absence of severe emotional stress (tidak adanya stress emosional
yang berat)
Stress menandai kondisi tidak seimbang dalam diri individu yang
menyebabkan individu bertingkah \aku yang dipandang tidak sesuai
oleh lingkungannya. Perubahan pandangan ini dapat menyebabkan
pandangan individu terhadap dirinya juga berubah kearah yang
negatif, sehingga berpengaruh terhadap penerimaan dirinya. Se\ain
itu, tidak adanya gangguan stress emosional yang berat
memungkinkan seseorang untuk melakukan yang terbaik dan tidak
hanya mementingkan kepentingan dirinya saja.
6. Preponderance of successes (kenangan akan keberhasi\an)
Kegagalan yang dia\ami o\eh individu akan menimbulkan penolakan
dalam dirinya, sedangkan keberhasilan dapat berpengaruh pada
penerimaan dirnya. Seseorang yang berhasil atau gaga\ akan
mendapatkan penilaian sosial dari lingkungannya. Penilaian sosial
inilah yang akan diingat oleh individu karena dapat menjadi suatu
penilaian tambahan mengenai dirinya. Ketika seseorang mengalami
kegagalan, maka ketika ia mengingat keberhasilan dapat membantu
memunculkan penerimaan diri. Sebaliknya, kegagalan yang dialami
dapat mengakibatkan penolakan diri.
17
18
7. Identification with well-adjusted people (identifikasi dengan orang yang
memiliki penyesuaian diri yang baik)
Seseorang yang mengidentifkasikan dirinya dengan orang yang
mampu beradaptasi dengan baik, maka hal ini dapat membantu
dirinya untuk mengambangkan sikap-sikap yang positif dalam
hidupnya dan bersikap baik yang bisa menimbulkan penilaian diri dan
penerimaan diri yang baik.
8. Self perspective (perspektif diri)
Seseorang yang mampu memperhatikan pandangan orang lain
terhadap dirinya seperti ia memandang dirinya sendiri adalah
seseorang yang memiliki pemahaman diri yang cukup baik daripada
seseorang yang memiliki perspektif yang sempit mengenai dirinya, hal
inilah yang membuat ia dapat menerima dirinya dengan baik.
Perspektif diri yang luas diperoleh melalui pengalaman dan belajar.
Dalam hal ini, usia dan tingkat pendidikan memegang pernan penting
bagi seseorang untuk dapat mengembangkan perspektif dirinya.
9. Good childhood training (pola asuh masa kecil yang baik)
Meskipun ada bermacam cara penyesuaian diri yang dilakukan
seseorang untuk membuat perubahan dalam hidupnya, namun yang
menentukan penyesuaian diri seseorang dalam hidupnya adalah pola
asuh dimasa kecil. Anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis
19
dimana di dalammya terdapat peraturan yang mengajarkan kepada
anak bagaimana ia menerima dirinya sebagai individu dan cenderung
berkembang untuk menghargai dirinya sendiri. Konsep diri mulai
terbentuk pada masa kanak-kanak dimana pola asuh diterapkan,
sehingga pengaruhnya terhadap penerimaan diri tetap ada meskipun
usia individu terus bertambah.
10. Stable self-concept (konsep diri yang stabil)
Konsep diri yang stabil adalah satu cara bagaimana seseorang
mampu melihat dirinya sendiri dengan cara yang sama dari waktu ke
waktu. Hanya pada konsep diri yang sesuai seseorang mampu
menerima dirinya sendiri. Karena apabila individu memilki konsep diri
yang tidak stabil, bisa saja pada satu waktu ia menyukai dirinya, pada
waktu lain ia membenci dirinya sendiri. lni akan membuatnya kesulitan
untuk menunjukkan siapa dirinya kepada orang lain karena ia sendiri
merasa bertentangan terhadap dirinya sendiri.
2.1.4 Dampak Penerimaan diri
Hurlock (1973: 340-341) membagi dampak dari penerimaan diri menjadi dua
macam, yaitu:
a. Dalam penyesuaian diri
20
Orang yang memiliki penerimaan diri mampu mengenali kelebihan dan
kekurangannya secara akurat dan realistik. lni akan membangun
tingkah laku untuk penyesuaian diri yang baik. Selain itu mereka juga
lebih dapat menerima kritik, dibandingkan dengan orang yang kurang
dapat menerima dirinya. Dengan demikian, orang yang memiliki
penerimaan diri dapat mengevaluasi dirinya secara realistik, sehingga
ia dapat menggunakan semua potensinya secara efektif.
b. Dalam penyesuaian sosial
Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan diri
orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri dapat menyamakan
dengan orang lain dan membangun hubungan yang baik pula. lni
menandakan bahwa oang yang memiliki penerimaan diri dapat
mengadakan penyesuaian sosial yang baik.
2.1.5 Proses Penerimaan Diri
Proses penerimaan seseorang memiliki keunikan pada masing-masing
individu. Beberapa orang mengalami reaksi tertentu dan langsung melompat
pada reaksi selanjutnya, ada juga yang tidak mengalami kemajuan dan
berhenti pada tahap tertentu di individu tersebut. Ada juga yang menerima
dan menyesuaikan lebih cepat (dalam Gargiulo, 1985).
21
Proses penerimaan Kubler-Ross (dalam Gargiulo, 1985) dimaksudkan untuk
lebih dapat melihat bagaiman proses seseorang menerima suatu keadaan,
sebelum ia mampu untuk menerima dirinya sendiri. Berikut adalah tahapan
proses penerimaan diri:
1. Primary Phase
a. Shock (Keterkejutan)
Pada periode ini ditandai dengan tingkah laku, seperti menangis
berlebihan dan rasa ketidakberdayaan.
b. Denial (penolakan)
Yaitu sikap lari dari kenyataan (menolak) yang terjadi pada dirinya.
Dampak dari penolakan yang terjadi biasanya adalah dengan
merasionalisasi keadaan dengan sebaliknya. Penolakan dapat
bertahan jika orang tersebut terus-menerus menyalahkan takdir yang
terjadi pada dirinya. Tetapi, penolakan juga bisa menjadi hal yang
positif jika pada tahap ini orang yang bersangkutan belajar untuk
memahami keadaan yang dialaminya dengan baik.
c. Grief and Depression (sedih dan depresi)
Menurut Ross (dalam Gargiulo, 1985) perasaan kecewa akan
menghancurkan konsep ideal tentang hal yang berkaitan dengan
rasa kecewa tersebut pada diri seseorang. Sedih merupakan reaksi
yang penting dan berguna dan tidak harus disangkal. Perasaan ini
22
juga dapat sebagai tanda adanya perubahan konsep ideal. Pada
tahapan ini tidak memiliki batas waktu, ada yang terus menerus
merasa sedih sepanjang hidupnya. Depresi seringkali merupakan
penyebab dari proses kesedihan, depresi juga merupakan rasa
marah yang mendalam. Rasa depresi juga bisa timbul karena
seseorang merasa yakin bahwa sesuatu hal yang buruk tidak akan
menimpa dirinya. Moses (1977) dalam Gargiulo (1985) meyakini
kebanyakan orang memiliki rasa kemarahan pada dirinya.
Karenanya ketika sesuatu yang buruk itu terjadi, mereka akan marah
terhadap dirinya sendiri dan merasa lemah dan merasa tidak mampu
akan dirinya. Hal inilah yang membuat mereka depresi. Banyak
masyarakat berpendapat bahwa depresi merupakan perasaan yang
tidak pantas dan tidak dapat ditoleransi padahal depresi merupakan
suatu proses yang wajar dan penting yang dialami oleh setiap orang.
Depresi dapat diubah menjadi hal yang pantas dan masuk akal,
karena keadaan ini memungkinkan seseorang untuk menerima
segala yang tidak mungkin untuk di rubah (dalam Gargiulo, 1985).
2. Secondary phase
a. Ambivalence (perasaan yang bertentangan)
Adanya perasaan yang saling bertentangan antara penerimaan dan
menolak terhadap kenyataan yang dihadapi. Semakin kuat perasaan
frustasi pada kenyataan, maka perasaan ini akan menjadi biasa
terjadi dalam orang tersebut.
b. Guilt (perasaan bersalah)
23
Moses (dalan Gargiulo, 1985) percaya bahwa inti dari rasa bersalah
ialah apa yang menyebabkan rasa bersalah. Hal itulah yang
menyebabkan rasa sakit. Rasa bersalah dalam diri seseorang
biasanya karena memandang apa yang ia jalani sebagai sebuah
hukuman. Rasa bersalah identik dengan kata-kata pengandaian,
misalkan "seandainya saya tidak mengalami hal ini. .. " reaksi yang
umumnya terjadi pada tahap ini adalah keinginan untuk membayar
rasa bersalah tersebut. Rasa bersalah merupakan hal yang normal
dan penting, jika dirasakan tidak secara irasional dan berlebihan.
Apabila rasa bersalah tersebut dapat di mengerti dan diterima maka
akan melaju ke tahap selanjutnya.
c. Anger (rasa marah)
Marah merupakan sebuah penghadang untuk menuju penerimaan.
Penyebab marah ada dua tipe. Pertama, mengekspresikan keadilan
dan bertanya "kenapa saya?''. Kedua, merubah marah itu kepada
orang lain, jauh dari orang lain dengan alasan harus ada yang
disalahkan atas hal yang menimpanya. Wentworth (1974) dalam
Gargiulo (1985) meninjau bahwa kemarahan tidaklah menyelesaikan
apapun. Perasaan marah hanyalah bersifat merusak. Lebih dari
memikirkan objek yang menjadi kemarahannya, maka yang
dibutuhkan adalah bimbingan dan petunjuk. Jika perasaan ini
semakin meningkat maka dukungan dan penyadaran bahwa
perasaan itu adalah hal yang normal dan alami dari lingkungannya
sangat dibutuhkan (Gargiulo, 1985).
d. Shame and Embarrassment (perasaan malu dan keadaan
memalukan)
Perasaan ini timbul ketika menghadapi lingkungan sosial yang
menolak, menghasihani atau mengejek.
3. Tertiary Phase
a. Bargaining (tawar-menawar)
24
ialah strategi tersendiri yang biasanya tidak di ketahui oleh banyak
orang. Dimana seseorang mulai membuat "perjanjian" dengan Tuhan
atau pihak yang di pandang mampu untuk memberikan yang
diinginkan.
b. Adaptation and Reorganization
Merupakan proses yang bertahap yang membutuhkan waktu,
berkurangnya rasa cemas serta reaksi emosional lainnya. Tahap ini
seseorang akan mulai merasa nyaman dengan situasi yang ada dan
25
berani untuk menunjukkan rasa percaya dirinya. Hal lainnya adalah
mengorganisir kembali, sehingga meningkatkan prodiktifitas dirinya.
2.2 lnteraksi Sosial
2.2.1 Definisi Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto (2006) interaksi sosial merupakan hubungan
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang
orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia. Mereka saling menegur,
berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Walaupun
orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak
saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing
masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan
perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan,
yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan
dan sebagainya.
Menurut H. Bonner yang dikutip dalam Abu Ahmadi (2002) interaksi sosial
merupakan, hubungan antara dua individu atau lebih, di mana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang Jain atau sebaliknya.
Chaplin (2006) mendefinisikan interaksi sosial ialah proses interpersonal
yang terus berlangsung antara dua atau lebih pribadi.
26
Menurut Amin Nurdin dan Ahmad Arori (2006) interaksi sosial adalah adanya
hubungan dua orang atau lebih yang perilaku atau tindakannya direspon oleh
orang lain.
Sears, David. 0 (1970) menyatakan bahwa lnteraksi sosial terjadi ketika dua
orang atau lebih saling mempengaruhi baik secara verbal, fisik, atau
emosional. Berbicara dengan seorang terapis, debat pendapat di kelas,
marah karena berargumen dengan teman, dan menabrak seseorang dalam
lift yang penuh sesak merupakan contoh dari interaksi sosial.
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, interaksi sosial adalah
kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Pendapat lain
dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), interaksi sosial
adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial.
27
http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-bentuk-
ciri.html.
Jadi interaksi sosial dari berbagai definisi dapat disimpulkan ialah hubungan
antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. lnteraksi sosial terjadi ketika dua
orang atau lebih saling mempengaruhi baik secara verbal, fisik, atau
emosional, yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur sosial.
2.2.2 Syarat Terjadinya lnteraksi Sosial
Menurut Sears, David. 0 (1970) syarat terjadinya interaksi sosial ialah Ketika
dua orang berinteraksi, mereka saling mempengijlruhi: yaitu tiap orang saling Si
mempengaruhi satu dengan yang lain. Cara orang saling mempengaruhi
sangat beragam. Orang lain dapat membuat kita merasa bahagia atau sedih,
memberitahukan sebuah kabar terkini atau mengkritik pendapat kita,
membantu kita untuk menyelesaikan sesuatu masalah atau menyelesaikan
dengan cara kita sendiri, membuat kita tertawa atau membuat kita terjaga di
malam hari pada saat khawatir, memberikan saran atau beritahukan sebuah
rahasia, membawa kita hadiah, atau membuat kita menghabiskan uang.
~
, PERPUSTt\KAAN UTAMA ··
1
1
UIN SYAHID JAKARTA
Seperti contoh-contoh ini menggambarkan, pengaru a a 1 ~ra1Zs1 sostal
yang melibatkan perasaan, keyakinan dan perilaku. lntinya adalah bahwa
dua orang telah saling mempengaruhi satu sama lain.
28
Menurut Soerjono Soekanto (2006) suatu interaksi sosial tidak akan mungkin
terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat utama, yaitu adanya kontak sosial
(Social Contact) dan komunikasi.
a. Kontak Sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya "kontak" antara
pasukan kita dengan pasukan musuh. Suatu kontak dapat bersifat
primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan
hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya
apabilaorang-orang tersebut berjabat tangan, sambil senyum, dan
seterusnya. Sedangkan kontak sekunder memerlukan suatu perantara.
Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui
alat-alat misalnya telepon, telegraf, radio dan seterusnya.
b. Komunikasi adalah tindakan seseorang menyampaikan pesan kepada
orang lain. Arti terpenting komunikasi adalah seseorang memberikan
tafsiran pada perilaku orang lain (yang terwujud pembicaraan, gerak-
gerak badaniah atau sikap ), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian
memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh
orang lain tersebut.
2.2.3 Macam-macam lnteraksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
1. lnteraksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. lnteraksi
positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. lnteraksi negatif,
jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya
(bermusuhan).
2. lnteraksi antara individu dan kelompok
29
lnteraksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk
interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan
kondisinya.
3. lnteraksi sosial antara kelompok dan kelompok
lnteraksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan
kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk
membicarakan suatu proyek.
http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-bentuk
ciri.html.
2.2.4 Faktor-Faktor yang Mendasari Berlangsungnya lnteraksi Sosial
Abu Ahmadi (2002) dan W. A. Gerungan (2004):
1. Faktor lmitasi
30
lmitasi adalah meniru orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir,
penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain. lmitasi yang baik perlu
didahului oleh penerimaan, penghormatan, pengaguman pada sesuatu yang
hendak ditiru tersebut. (http://organisasi.orglunsur-faktor-psiko/ogi
pendorong-interaksi-sosial-imitasi-sugesti-simpati-empati-identifikasi).
Dengan cara imitasi, pandangan dan tingkah laku seseorang mewujudkan
sikap-sikap, ide-ide dan adat istiadat dari suatu keseluruhan kelompok
masyarakat, dan dengan demikian pula seseorang itu dapat lebih melebarkan
dan meluaskan hubungan-hubungannya dengan orang lain. (W. A. Gerungan
: 2004)
2. Faktor Sugesti
Yang dimaksud dengan sugesti di sini ialah pengaruh psychis, baik yang
datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang baik pada umumnya
diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini
dibedakan adanya :
1. Auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang dating dari dirinya sendiri.
2. Hetero-sugesti yaitu sugesti yang dating dari orang lain.
31
Dalam lapangan psikologi social hetero sugesti akan lebih menonjol daripada
auto sugesti. (Abu Ahmadi: 2002). Terdapat beberapa keadaan tertentu
serta syarat-syarat yang memudahakn sugesti terjadi :
a. Sugesti karena hambatan berpikir;
hambatan berpikir yang dimaksud adalah sugesti itu akan diterima
oleh orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Oleh karena itu
apabila seseorang bersikap kritis maka sugesti yang dilakukan akan
sulit diterima. Makin kurang daya kemampuan seseorang menerima
kritik, maka makin mudah pula orang tersebut menerima sugesti.
b. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-belah (disosiasi);
orang akan mudah menerima sugesti dari orang lain apabila
kemampuan berpikirnya terpecah belah. Karena itu orang yang
sedang mengalami kebingungan pada umumnya akan mudah
menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain tanpa difikir
terlebih dahulu.
c. Sugesti karena otoritas atau prestise
Dalam W. A Gerungan (2004) disebutkan bahwa orang cenderung
menerima pandangan-pandangan atau sikap-sikap tertentu apabila
pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh para ahli dalam
bidangnya sehingga dianggap otoritas pada bidang tersebut atau
memiliki prestise sosial yang tinggi. Hal ini dipergunakan pula pada
bidang propaganda ketika massa lebih cenderung untuk menerima
suatu ucapan apabila ucapan itu berasal dari seorang ahli dalam
bidang tersebut, atau mempunyai prestise sosial yang tinggi
berkaitan dengan bidang itu sehingga dapat dipercaya.
d. Sugesti karena mayoritas
Dalam W. A Gerungan (2004) disebutkan bahwa orang lebih
cenderung akan menerima suatu pandangan atau ucapan itu
didukung oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya,
kelompoknya, atau masyarakatnya.
e. Sugesti karena "will to believe"
Dalam W. A Gerungan (2004) yang terjadi dalam sugesti will to
believe ialah diterimanya suatu sikap pandangan tertentu karena
sikap pandangan itu sebenarnya sudah terdapat padanya tetapi
dalam keadaan terpendam. Dalam hal ini, isi dari sugesti akan
diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena ada pribadi orang
yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan untuk lebih
sadar dan yakin akan hal-hal disugesti itu yang sebenarnya sudah
terdapat padanya.
32
33
3. Faktor ldentifikasi
ldentifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama
dengan pihak lain baik secara disengaja maupun tanpa disengaja.
(http:llorganisasi.orglunsur-faktor-psikologi-pendorong-interaksi-sosial
imitasi-sugesti-simpati-empati-identifikasi). ldentifikasi merupakan
kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadikan sama
(identik atau serupa) dengan pihak lain. ldentifikasi ini lebih mendalam
daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar
proses ini.
(http://bumikupijak. comlindex2.php ?option=com_ content&do _pdf= 1&id=115).
ldentifikasi adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud. Proses
identifikasi pertama berlangsung secara tidak sadar, keduanya secara
irasional- jadi berdasarkan persaan-perasaan atau kecendrungan
kecendrungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional dan
ketiganya identifikasi mempunyai manfaat untuk melangkapi sistem norma,
cita-cita dan pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasikan itu.
4. Faktor Simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap
orang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan
penilaian perasaan sebagaimana proses identifikasi. Orang tiba-tiba merasa
dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan sendirinya dan
tertariknya itu bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan karena
keseluruhan cara bertingkah laku orang tersebut. Timbulnya proses simpati
itu merupakan proses yang sadar bagi diri manusia terhadap orang lain
2.3 Obesitas
2.3.1 Definisi Obesitas
34
Menurut Dr. Anjali Arora (2008) obesitas merupakan salah satu penyakit
gaya hidup masa kini. Obesitas merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut kelebihan lemak tubuh. Oleh karena itu Dr. Anjali Arora dalam
bukunya menyimpulkan obesitas itu ialah kelebihan jaringan adiposa (lemak)
di tubuh. Kelebihan 20% dari berat badan ideal disebut "kelebihan berat",
sedangkan kelebihan 30% dari berat badan ideal disebut "obesitas".
Menurut Nevid, Jefferey. S (2003) obesitas adalah suatu kondisi kelebihan
lemak tubuh, biasanya ditentukan oleh IMT (lndeks Massa Tubuh) diatas 30.
Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan
kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan
menyebabkan gangguan psikologis yang serius.
(http://www.cintaabadi.com!come insidelnews.php?item.29)
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak tubuh yang berlebihan. (http://id.wikipedia.org!wiki/Obesitas)
35
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia (Hoetomo: 2005), obesitas adalah:
Penumpukan lemak yang berlebihan didalam badan. Derajat obesitas
biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau lndeks
Massa Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam
kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9
dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30
atau lebih dikatakan sebagai obesitas.
(http://www.cintaabadi.com/come inside/news.php?item.29)
Contoh Penghitungan BMI:
Berat: 60 Kg
Tinggi: 158 Cm = 1 ,58 M
BMI = 60 : (1,58x1 ,58)
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori
yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk
kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan,
perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang
keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada
kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk
dan keluar ini berbeda pada tiap individu. Beberapa faktor yang
mempengaruh diantaranya genetik dan lingkungan.
2.3.2 Tingkatan Golongan dalam Obesitas
Berdasarkan situs http://medicastore.com/penyakit/42/0besitas.html
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah
kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b. Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%.
Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang
gemuk.
2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Obesitas
36
Berdasarkan situs http://medicastore.com/penyakit/42/0besitas.html bahwa
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara
asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas
melibatkan beberapa faktor:
1. Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga
makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya
obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan
faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor
genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan
seseorang.
2. Faktor lingkungan.
37
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas,
tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang
dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana
aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola
genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3. Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri
yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak
wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran
38
yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam
pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi
penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan
makan di malam hari (sindroma makan pada ma/am hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge
mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah
sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan
memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori
yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari,
adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan
yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
4. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
- Hipotiroidisme
- Sindroma Cushing
- Sindroma Prader-Willi
- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak
makan.
5. Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.
39
6. Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak
kanak, bisa memiliki sel lemak sampak 5 kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak
dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan
dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
7. Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat
yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit
kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak
dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami
obesitas.
2.4 Kerangka Berpikir
Obesitas merupakan masalah yang serius bagi sebagian wanita, hal itu
terjadi karena belum adanya proses penerimaan diri yang baik. Sehingga
dapat mempengaruhi pada kehidupan interaksi sosial. Namun ada juga
beberapa wanita yang menganggap bahwa berat badan yang berlebihan atau
40
obesitas bukanlah suatu halangan untuk berinteraksi sosial, menurut mereka
tidak ada gambaran tubuh sempurna, karena berat tubuh yang dicapai pada
seseorang belum tentu ideal untuk seseorang yang Jain. Sehingga wanita
perlu diingatkan bagaimana cara untuk mencapai berat tubuh yang sehat.
Jnteraksi sosial yang positif atau negatif hasilnya dapat mempengaruhi
penerimaan diri yang positif atau negatif.
Obesitas
Kerangka Berpikir
Penerimaan
Diri (+)
Penerimaan
Diri (-)
lnteraksi
Sosial l+l
lnteraksi
Sosial (-)
Berdasarkan skema diatas dapat dijelaskan bahwa wanita yang mengalami
obesitas harus mempunyai interaksi sosial yang positif karena akan
mempengaruhi penerimaan diri yang positif sedangkan interaksi sosial yang
negatif dapat mempengaruhi penerimaan diri yang negatif.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
H1 • Tak ada hubungan yang signifikan antara Penerimaan Diri dengan
lnteraksi Sosial pada wanita yang mengalami obesitas.
Ha Ada hubungan yang signifikan antara Penerimaan Diri dengan
lnteraksi Sosial pada wanita yang mengalami obesitas.
41
BAB3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitan
42
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif
dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla dkk., 1993),
metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam
rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut
keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.
Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu
populasi (Sevilla dkk., et al., 1993).
3.2 Variabel Penelitian
Variabel menurut Sevilla dkk., dkk (1993) adalah suatu karakteristik yang
memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri. Sedangkan
Kerlinger (1973, dalam Sevilla dkk., 1993) menyebutkan bahwa variabel
sebagai konstruk atau sifat yang diteliti. Variabel terbagi ke dalam dua
macam, yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat
(dependent variabel).
43
Dalam penelitian ini dilibatkan dua jenis variabel yaitu, variabel bebas
(independent variable), yaitu Penerimaan Diri dan variabel terikat (dependent
variable), yaitu lnteraksi Sosial.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Gay (1976, dalam Sevilla dkk. dkk., 1993) mendefinisikan populasi sebagai
kelompok di mana peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya.
Sedangkan dalam Sevilla dkk. (1993), Kerlinger mendefinisikan populasi
sebagai keseluruhan anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah
ditetapkan dengan baik.
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita obesitas yang kuliah di
Universitas Swasta daerah Jakarta Selatan, sejumlah 60 orang.
3.3.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel menurut Ferguson (1976) adalah beberapa bagian kecil atau
cuplikan yang ditarik dari populasi (Sevilla dkk., 1993). Sedangkan proses
yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi secara keseluruhan
menurut Ary dan Razavieh (1981 dalam Sevilla dkk., 1993) disebut sampling
atau pengambilan sampel. Dalam penelitian ini sampel diambil sebanyak 35
wanita obesitas yang kuliah di Universitas Swasta daerah Jakarta Selatan,
sebagaimana ketentuan jumlah sampel yang ditawarkan oleh Isaac dan
Michael (dalam Sugiyono, 2005) untuk pengambilan sampel yang dapat
diterima dalam penelitian korelasi.
44
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sampling yang
termasuk kedalam nonprobability sampling, nonprobability sampling adalah
teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam hal ini, bentuk yang
digunakan dalam non-probability sampling adalah teknik accidental sampling
yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu yang tidak dirancang
pertemuannya terlebih dahulu (Arikunto, 2006).
3.4 Definisi Variabel
3.4.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual untuk penerimaan diri (Self Acceptance) menurut Kubler
Ross (1969) Penerimaan diri adalah fase dimana seseorang mencapai tahap
ia tidak merasa depresi, maupun marah terhadap nasibnya dan selalu
mengekspresikan perasaannya, kecemburuannya akan kehidupan.
Sedangkan definisi konseptual interaksi sosial yang dikemukakan dari
beberapa definisi ialah hubungan antara orang-orang perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia. Dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
46
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki
kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. lnteraksi sosial terjadi ketika
dua orang atau lebih saling mempengaruhi baik secara verbal, fisik, atau
emosional, yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi
yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur sosial.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah self report dalam
bentuk kuisioner atau angket. Menurut Arikunto (2006), kuisioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui. Kuisioner ini digunakan karena dinilai mampu menampilkan contoh
tingkah laku yang akan diteliti. Selain itu, responden terbantu untuk dapat
jujur dan bebas menampilkan contoh tingkah lakunya, karena identitasnya
tidak diketahui oleh peneliti. Namun, metode ini memiliki kekurangan ketika
ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab sehingga jawaban yang
diberikan kurang mendalam, dan tidak dapat dilakukan penyelidikan lebih
lanjut oleh peneliti (Arikunto, 2006).
lnstrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
47
1. Skala Penerimaan Diri
Skala ini disusun berdasarkan Skala ini disusun berdasarkan aspek-
aspek penerimaan diri yang dikemukakan oleh Kubler-Ross (dalam
Gargiulo, 1985) dan Kubler-Ross (1969) dimaksudkan untuk lebih dapat
melihat bagaimana proses seseorang menerima keadaan, sebelum ia
mampu untuk menerima dirinya sendiri. Adapun rincian butir item
terdapat dalam blue print berikut ini :
Tabel 3.1
Blue Print Penerimaan Diri
No. Dimensi lndikator Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Primary Phase a. Shock 1, 18 2, 19 4 b. Denial 3, 20, 34 4, 21, 35 6 c. Grief and Depression 5,22, 36 6, 23, 37 6
2. Secondary a. Ambivalence 7,24 8,25 4 Phase b. Guilt 9,26 10,27 4
c. Anqer 11, 28 12,29 4 d. Shame and Embarrassment 13, 30 14, 31 4
3. Tertiary Phase a. Barqaininq 15 38 2 b. Adaptation and Orqanization 17, 32, 39 16, 33,40 6
Total 20 20 40
2. Skala lnteraksi Sosial
Pada skala ini disusun berdasarkan definisi dari beberapa definisi yaitu
hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
48
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. lnteraksi sosial
terjadi ketika dua orang atau lebih saling mempengaruhi baik secara
verbal, fisik, atau emosional, yang menghasilkan suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhimya
memungkinkan pembentukan struktur sosial .. Adapun rincian butir item
terdapat dalam blue print berikut ini :
Tabel 3.2
Blue Print lnteraksi Sosial
No. Aspek Item
Favourable Unfavorable I. Hubungan antara orang-orang
perorangan, antara kelompok- 7, 13, 15, 23 8, 14, 16, 24 kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelornpok manusia.
2. lndividu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki 1, 5, 17, 19, 21 2,6, 18,20,22 kelakuan individu yang lain atau '
sebaliknya. 3. Saling mempengaruhi baik secara
verbal, fisik, atau emosional. 3, 9, 11, 25, 33 4, 10, 12, 26, 34
4. yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang 27, 29, 31, 35, 28, 30, 32, 36, menghasilkan hubungan tetap dan 37,39 38,40 pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.
49
Skala yang digunakan adalah skala model Liker!. Item-item pada skala
model Likert disusun berdasarkan keharusan bahwa semua item di
dalamnya mengukur hal yang sama. Dalam skala ini subjek diharuskan
memilih jawaban yang paling menggambarkan dirinya sendiri, bukan
pendapat orang lain. Skala ini mengukur derajat persetujuan dan
ketidaksetujuan (strongly agree-strongly disagree) yang menggambarkan
kadar sikap positif dan negatif subjek terhadap objek sikap.
Tabel 3.1
Bobot nilai Skala Likert
NILAI PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN
Favorabel Unfavorabel
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
3.5.1 Metode dan lnstrumen Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode skala. Azwar (2005), mendefinisikan skala sebagai daftar
pernyataan yang akan mengungkapkan performansi yang menjadi
karakter tipikal pada subyek yang diteliti, yang akan dimunculkan
dalam bentuk respon-respon terhadap situasi yang dihadapi.
50
Skala yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada skala model
likert. Azwar (2005), menyatakan bahwa skala model likert adalah
metode penskalaan pernyataan individu yang menggunakan distribusi
respon sebagai dasar penentuan nilai skornya.
Instrument penelitian adalah alat yang dilakukan dalam pengukuran.
lnstrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua skala
yaitu:
1. Skala Penerimaan Diri
Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek penerimaan diri yang
dikemukakan oleh Kubler-Ross (dalam Gargiulo, 1985) dan Kubler-Ross
(1969) dimaksudkan untuk lebih dapat melihat bagaimana proses
seseorang menerima keadaan, sebelum ia mampu untuk menerima
dirinya sendiri. Adapun rincian butir item terdapat dalam blue print berikut
ini:
r~~-~~~--~~. 51 --·--.......
Tabel 3.2
PERPUSTAKAAN UTAM/\ I UIN SYAHID JAKAHTA _j
Blue Print Try Out Penerirnaan Diri
No. Dirnensi lndikator Item Jumlah Favorable Unfavorable
1. Primary Phase a. Shock 1, *18 *2, *19 4 b. Denial *3, *20, *34 *4, *21, *35 6 c. Grief and Deoression *5, *22, 36 *6, *23, *37 6
2. Secondary a. Ambivalence 7, *24 *8, 25 4 Phase b. Guilt *9, *26 *10, *27 4
c. Anaer 11, *28 *12, *29 4 --d. Shame and Embarrassment *13, *30 *14, *31 4
3. Tertiary Phase a. Baraainina *15 38 2 b. Adaptation and Oraanization *17, *32, *39 16, *33, *40 6
Total 20 20 40 *item valid
Perhitungan uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini rnenggunakan
program SPSS versi 11.5 for windows. Pada uji coba ini diteliti 35 responden,
yang mana responden yang telah di uji coba, tidak dapat lagi menjadi
responden pada ta hap penelitian. Untuk uji hasil coba (try out) pada skala
penerimaan diri, memperoleh 32 item yang valid dengan koefisien reliabilitas
0,9308 dan taraf signifikan 0,05 dari total item yang diberikan. Nomor-nomor
item yang dan akan digunakan dalam penelitian adalah 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10,
12, 13, 14, 15, 17, 18, 19,20,21,22,23,24,26,27,28,29,30,31,32,33,
34, 35, 37, 39, 40. Skor untuk butir-butir yang terdapat dalam ska la
dijumlahkan atau dijumlah rata-rata untuk mendapatkan skor sikap individu
(Kerlinger, 1993)
52
2. Skala lnteraksi Sosial
Pada skala ini disusun berdasarkan definisi dari beberapa definisi yaitu
hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. lnteraksi sosial
terjadi ketika dua orang atau lebih saling mempengaruhi baik secara verbal,
fisik, atau emosional, yang menghasilkan suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial. Adapun rincian butir item
terdapat dalam blue print berikut ini :
Tabel 3.3
Blue Print Try Out lnteraksi Sosial
No. Aspek Item
Favourable Unfavorable 1. Hubungan antara orang-orang
perorangan, antara kelompok- *7, *13, *15, *8, *14, 16, kelompok manusia, maupun antara *23 *24 orang perorangan dengan kelompok rnanusia.
2. lndividu yang satu rnempengaruhi, rnengubah, atau rnernperbaiki l,*5,*17, *2, *6, *18, kelakuan individu yang lain atau *19,*21 20, *22 sebaliknya.
3. Saling mernpengaruhi baik secara verbal, fisik, atau emosional. *3, *9, *11, *4,*10,*12,
*25, *33 *26, *34
53
4. yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang *27, *29, *31, 28, *30, *32, menghasilkan hubungan tetap dan *35,*37,*39 36,*38,*40 pada akhimya memungkinkan pembentukan struktur sosial.
Total 20 20 *item valid
Untuk hasil uji coba (try out) pada skala penerimaan diri, memperoleh 35 item
yang valid dengan koefisien reliabilitas 0,9371 dan taraf signifikansi 0,05 dari
total 40 item yang diberikan. Nomor-nomor item yang valid dan akan
digunakan dalam penelitian adalah 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
17, 18, 19,21,22,23,24,25,26,27,29,30,31,32,33,34, 35, 37,38,39,
40.
Pernyataan atau item dalam skala model liker! ini terdiri dari pernyataan
positive dan negatif. Beberapa hal harus diperhatikan dalam skala liker!
antara lain adalah bentuk jawaban menggunakan em pat kemungkinan
jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS) sedangkan Ragu-Ragu tidak digunakan. Menurut Sevilla.
et al., (1993) banyak peneliti yang memberikan penekanan pada
kecenderungan responden untuk "mengamankan" dan menempatkan
jawaban mereka di tengah sebagai angka netral.
Hal ini disebut "pengaruh kecenderungan sentral". lndividu yang mempunyai
kecenderungan tersebut selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan
54
yang ekstrim, dengan demikian tidak digunakannya kategori jawaban yang
bersifat netral atau ragu-ragu dilakukan untuk mendorng responden
memutuskan jawaban yang bersifat positif atau negatif.
3.6 Teknik Analisis Data
3.4.1 Analisis Validitas dan Reliabilitas
Azwar (2005), menjelaskan bahwa tujuan pengujian validitas adalah untuk
mengetahui apakah yang dipakai mampu menghasilkan data yang akurat
sesuai dengan tujuan ukurnya. Untuk menguji validitas dari setiap item
pernyataan dilakukan analisis item, yaitu mengkorelasikan setiap item
dengan skor total. Koefisien korelasinya diperhitungkan sebagai validitas
untuk menguji validitas skala, peneliti menggunakan rumus Product Moment
Pearson, dengan rumus sebagai berikut :
Dimana:
r = nilai korelasi
x = skor pertanyaan
y = skor total pertanyaan
Selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas. Azwar (2005), menjelaskan
bahwa tujuan dilakukan pengujian reliabilitas adalah untuk mengetahui
55
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya jika dalam beberapa
kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri
subyek tidak dirubah.
Untuk menguji reliabilitas skala, peneliti menggunakan rumus Alpha Cronbac
dalam Azwar (2005), yaitu dengan rumus :
o==[ k ][1-L,S2i] (k-1) S2i
Dimana:
K = Jumlah item
Is 2 l = Jumlah varian skor total
s2 l =Varian responden untuk item ke 1
3.4.2. Analisis data kontrol penelitian
Data kontrol dalam penelitian dianalisis dengan teknik perhitungan statistik
deskriptif, yaitu frekuensi dan persentase
3.4.3 Analisis data variabel penelitian
1. Uji Persyaratan
Uji persyaratan yang dilakukan adalah uji normalitas untuk mengetahui
penyebaran distribusi data (normal atau tidak). Uji normalitas dilakukan
56
dengan menggunakan analisis Shapiro-Wilk, karena jumlah responden
kurang dari 100.
2. Uji Hipotesis
untuk melakukan anlisi lebih lanjut dalam mengolah data, peneliti
menggunakan uji statistik parametrik Prouduct Moment Pearson. Dalam
penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis, yaitu apakah ada hubungan
antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada wanita obesitas. Hasil
out put korelasi yang diperoleh dari program SPSS versi 11.5
Tabel 3.4
Kategori tingkat hubungan
Sugiyono & Wibowo (2001), Statistika Penelitian.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0, 199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
I 0,60-0, 799 Ku at
0,80-1,00 Sangat kuat
Selain itu, untuk mengetahui perbandingan antar aspek demografi terhadap
penerimaan diri, peneliti menggunakan analisis kategorisasi atau tabulasi
silang (Crostabb). Menurut Kuncono (2003), tabulasi silang (crostab)
bertujuan untuk melihat proporsi masing-masing kategori yang telah dibuat.
57
3.7 Prosedur Penelitian
Penelitian ini berjalan dengan melalui empat tahapan prosedur penelitian,
yaitu tahap persiapan, uji coba, pengambilan data serta pengolahan data.
Persiapan : Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang
ingin diteliti, melakukan studi pustaka untuk mendaptkan gambaran dan
landasan teoritis yang tepat mengenai variabel penelitian. Kemudian
menentukan menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan.
Uji coba : Penulis menyebar kuesioner ke responden, mengolah data yang
sudah terkumpul sehingga diperoleh item-item yang reliabel dan valid untuk
digunakan di penelitian. Pengolahan Data : Menentukan sampel penelitian,
memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan
subyek untuk mengisi kuesioner penelitian serta melakukan pengambilan
data dengan memberikan alat ukur yang telah disiapkan. Pengolahan Data :
Melakukan skoring untuk setiap hasil skala yang telah diisi oleh responden
penelitian.
Rentangan usia 19 - 25 dan 26 - 30 tahun, mempunyai interaksi sosial dan
penerimaan diri yang sama.
4.2 Distribusi Penyebaran Skor Responden
59
Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti menentukan interaksi sosial
terhadap penerimaan diri terlebih dahulu. Pengkategorisasien yang dilakukan
menggunakan kategorisasi jenjang ordinal yaitu menempatkan individu dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2003).
4.2.1. Statistik Deskriptif Penyebaran Skor Responden Skala
Penerimaan Diri
Untuk mengetahui tingkat penerimaan diri pada mahasiswi yang mengalami
obesitas di daerah Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Kategorisasi Skor Penerimaan Diri
Kategori Rentang Skar Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 111 - 125 9 15%
Sedang 82 - 108 45 75%
Rendah 72 - 74 6 10%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka data yang diperoleh berdasarkan sampel
yang diambil yaitu responden yang mendapatkan jumlah skor 111 - 125
60
adalah responden yang memiliki tingkat penerimaan diri yang tinggi, yang
berjumlah 9 orang dengan persentase 15%. Responden yang mendapatkan
jumlah skor 82 - 108 adalah respond en yang memiliki tingkat penerimaan diri
sedang, yang berjumlah 45 orang dengan persentase 75%. Dan responden
yang mendapatkan jumlah skor 72- 74 adalah yang memiliki tingkat
penerimaan diri rendah, yang berjumlah 6 orang dengan persentase 10%.
4.2.2 Statistik Deskriptif Penyebaran Skor Responden Skala lnteraksi
Sosial
Untuk mengetahui tingkat interaksi sosial pada mahasiswi yang mengalami
obesitas di daerah Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Kategorisasi Skor lnteraksi Sosial
Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 103-119 10 17%
Sedang 97 - 101 42 70%
Rendah 68 - 72 8 13%
Jumlah 60 100%
Berdasarkan label di alas, maka data yang diperoleh berdasarkan sampel
yang diambil yaitu respond en yang mendapatkan jumlah skor 103 - 119
adalah responden yang memiliki tingkat interaksi sosial yang tinggi, yang
61
berjumlah 1 O orang dengan persentase 17%. Respond en yang mendapatkan
jumlah skor 97 - 101 adalah responden yang memiliki tingkat interaksi sosial
sedang, yang berjumlah 42 orang dengan persentase 70%. Dan responden
yang mendapatkan jumlah skor 68 - 72 adalah yang memiliki tingkat interaksi
sosial rendah, yang berjumlah 8 orang dengan persentase 13%.
4.2.3 Uji Persyaratan
Sebelum melakukan analisis data harus dipenuhi persyaratan analisis
terlebih dahulu. Dalam uji persyaratan tersebut, peneliti menggunakan
bantuan sistem komputer SPSS Versi 11.5. Uji persyaratan yang dilakukan
adalah uji normalitas.
4.2.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi normal atau
tidak.
Tabel 4.4
Uji Normalitas Penerimaan Diri dengan lnteraksi Sosial
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic di Sig.
lnteraksi Sosial .942 60 .007
Penerimaan Diri .963 60 .067
.. a Lilliefors S1gnif1cance Correction
62
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa angka probabilitas untuk
skala penerimaan diri 0.067 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha
5%. Dengan demikian diketahui bahwa nilai probabilitas 0.067 > 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini juga dapat terlihat
dari gambar diagram scatterplot keluaran SPSS versi 11.5.
Gambar4.1
Scatterplot Penerimaan Diri
• '"
Sedangkan hasil uji normalitas pada skala interaksi sosial diperoleh angka
probabilitas sebesar 0.007 dengan taraf signifikansi alpha 5%. Dengan
demikian diketahui bahwa nilai probabilitas 0.007 < 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Hal ini juga dapat terlihat
dari gambar diagram scatterplot keluaran SPSS versi 11.5.
63
Gambar4.2
Scatterplot lnteraksi Sosial
4.2.4 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik Spearman's rho
moment, yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor variabel Penerimaan Diri
dengan lnteraksi Sosial. Rumus korelasi ini digunakan untuk mengetahui
kekuatan hubungan antar dua variabel.
Tabel 4.5
Nonparametric Correlations
Penerimaan Diri lnteraksi Sosial
Speannan's rho Penerimaan Diri Correlation Coefficient 1.000 .477( .. )
Sig. (2·tailed) .000
N 60 60
lnteraksi Sosial Correlation Coefficient .477( .. ) 1.000
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
** Correlation 1s significant at the 0.01 level (2~tatled).
Hasil penghitungan uji korelasi dengan menggunakan teknik Spearman rho
dihasilkan nilai r hitung sebesar 0.477. Sementara nilai r tabel pada taraf
signifikansi 5% dengan N 60 adalah sebesar 0.364.
Keputusan:
Ho diterima jika rhitung < rtabel
64
Karena nilai r hitung yang didapat (0.477) > r tabel (Sig. 5%; N 60 = 0.364 ),
maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial ditolak.
Dengan demikian hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara Penerimaan Diri dengan lnteraksi Sosial
diterima. Arah hubungan yang dihasilkan adalah positif, yang bermakna
bahwa semakin tinggi penerimaan diri yang dilakukan maka makin
meningkatk pula interaksi sosial.
BAB5
KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5.1 Kesimpulan
63
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Universitas Moestopo
(Beragama) Jakarta Selatan, dari hasil data interpretasi hasil penelitian serta
pengujian hasil hipotesis dengan menggunakan metode statistik program
SPSS versi 11.5 antara variable penerimaan diri dengan interaksi sosial
diperoleh nilai koefisien sebesar r hitung = 0,514 dan r table= 0,254 pada
taraf signifikansi 5% dan 0,330 pada taraf signifikansi 1 % sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho (hipotesis nihil) ditolak Ha (hipitesis alternatif)
diterima artinya terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri
dengan interaksi sosial pada wanita yang mengalami obesitas. Tidak adanya
tanda negatif (-)di depan angka 0,514 pada tampilan output menunjukkan
bahwa korelasi memiliki pola positif atau searah. Dengan demikian bahwa
semakin tinggi penerimaan diri yang dilakukan maka makin meningkatkan
interaksi sosial wanita yang mengalami obesitas.
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat (ada) hubungan yang
signifikan antara penerimaan diri dengan interaksi sosial pada wanita
obesitas. Hal ini didasari penghitungan Kore/asi Product Moment Pearson
terhadap skor penerimaan diri dan skor interaksi sosial.
64
Dari penelitian terdahulu oleh A. Rahman Sofyan (2008) disimpulkan bahwa
"tidak ada hubungan kepercayaan diri dengan motovasi menurunkan berat
badan artinya mahasiswa yang mengalami kegemukan tetap memiliki
kepercayaan diri hal ini membuktikan bahwa kepercayaan diri bukanlah
merupakan faktor utama dalam memotivasi individu untuk menurunkan berat
badannya tetapi karena adanya beberapa faktor lain".
Obesitas menurut Anjali Arora merupakan salah satu penyakit gaya hidup
masa kini. Obesitas merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
kelebihan lemak tubuh. Oleh karena itu Anjali Arora menyimpulkan obesitas
ialah kelebihan jaringan adiposa (lemak) ditubuh. Kelebihan 20 % dari berat
badan ideal disebut" kelebihan berat'', sedangkan kelebihan 30% dari berat
badan ideal disebut "obesitas". Gambaran proses penerimaan diri itu
berdasarkan tiga dimensi yakni dimensi primary phase yang terdiri dari shock,
denial, dan grief and depression, dimensi secondary phase yang terdiri dari
ambivalence, guilt, anger, shame and embarssment dan dimensi teritary
phase yang terdiri dari bargaining, dan adaptation and reorganization.
Sedangkan interaksi sosial pada wanita yang mengalami obesitas ialah
berdasarkan definisi-definisi dari beberapa tokoh yaitu, hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya. lnteraksi sosial terjadi ketika dua orang
atau lebih saling mempengaruhi baik secara verbal, fisik, atau emosional,
yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur sosial. Sedangkan wanita yang mengalami obesitas
seharusnya mempunyai penerimaan diri yang positif sehingga dalam
berinteraksi sosial mereka (wanita obesitas) tidak mengalami suatu
kecanggungan dengan lingkungannya. Karena antara penerimaan diri
dengan interaksi sosial ada hubungan yang signifikan.
5.3 Saran
65
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, ada beberapa saran yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian berikutnya,
antara lain adalah :
5.3.1 Saran Teoritis
1. Pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 60 wanita obesitas dan
diambil dari Universitas Moestopo (Beragama). Untuk penelitian
selanjutnya disarankan untuk meneliti di berbagai Universitas yang lain
atau dilingkungan pekerjaan, agar dapat memperoleh hasil yang lebih
mendalam dan dapat melihat apakah ada hubungan antara penerimaan
66
diri dengan interaksi sosial pada wanita yang mengalami obesitas.
2. Dengan mengkombinasikan metode kuantitatif (misalkan skala) dan
kualitatif (misalkan wawancara dan observasi), sehingga akan dihasilkan
temuan yang lebih baik.
3. Untuk penelitian selanjutnya, diperiksa kembali item-item pada instrumen
penelitian. Agar tidak ada item yang ambigu, yang dapat membuat rancu
responden sehingga dapat membuat hasil penelitian tidak maksimal.
5.3.2 Saran Praktis
• Untuk para wanita yang mengalami obesitas seharusnya ditanamkan
pola pikir tidak ada gambaran tubuh sempurna, karena berat tubuh
yang dicapai pada seseorang belum tentu ideal untuk seseorang yang
lain.
• Obesitas bukan merupakan halangan untuk berinteraksi sosial dengan
lawan jenis, karena seseorang lebih melihat kelebihan atau potensi
yang ada didalam dirinya. Semakin banyak wanita obesitas yang
berpikiran positif maka pandangan masyarakat pun akan akan
berubah kepada wanita yang mengalmi obesitas.
• Menurut Hurlock (1980) penampilan fisik yang menarik merupakan
potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk
67
memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya.
Wanita obesitas dapat berpenampilan menarik dengan cara mengasah
personality, knowledge, dan juga keterampilan. Tidak lupa pula untuk
memperhatikan cara berpakaian yang serasi dan pas. Tidak
berlebihan dan tidak pula kekurangan.
• Wanita obesitas pun dapat bergabung di support group atau
komunitas-komunitas wanita obesitas, yang dibantu dengan fasilitator
seperti ahli gizi, psikolog, personal trainer, atau konsultan kepribadian
dan penampilan. Karena jika tidak dibantu dengan salah satu fasilitator
tersebut mereka (wanita obesitas) akan merasa senasib, sehingga
makin menjadikan mereka sikap dan gaya hidup yang tidak sehat.
Sehingga dengan adanya beberapa saran tersebut wanita obesitas dapat
semakin menerima dirinya dan berinteraksi sosial dengan lingkungan
sekitarnya.
Daftar Pustaka
Abu Ahmadi. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Amin Nurdin & Ahmad Arori. (2006). Mengerli Sosiologi: Pengantar
memahami konsep-konsep sosiologi. Jakarta: UIN Jakarta Press
Annastasia Melliana. (2006). Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos
Kecantikan. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara
Anjali, Arora. (2008). 5 Langkah Mengendalikan Obesitas. Jakarta: PT.
Bhuana llmu Populer
68
Arikunto Suharsimi. (2006). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineke Cipta
Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Kartini Kartono(terj).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Davison, Gerald. C. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Gargiulo, Richard. M. (1985). Working With Parents of Exceptional Children.
USA : Hughton Miffilin Company
Hoetomo. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra
Pelajar
Hurlock, Elizabeth. (1973). Adolescent development. USA: Mc. Graw Hill
-------------------------. (197 4 ). Personality Development. New Delhi : Mc. Graw
Hill
-------------------------. A Life-Span Approach, 5th ed. Psikologi Perkembangan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terj). (1980). Jakarta:
Erlangga
Kerlinger, Fred. N. (2004). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
69
Lips, Hillary. M. (2003). A New Psychology of Women. Gender, Culture, and
Ethnicity 2nd ed. USA: Mc Graw Hill
Nevid, Jeffrey. S; Rathus, Spencer. A; Green, Beverly. (2003). Abnormal
Psychology. Inc. Publishing as prentice Hall: Paerson Education
Ross, Kubler Elisabeth. (1969). On Death and Dying. New York: Macmillan
Publishing Company
Saifudin Azwar. (2006). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
--------------------. (2006). Penysunan Skala Psiko/ogi. Yogyakarta: Pustaka
Pe/ajar
Sears, David. 0 (et.al). (1970). Social Psychology ih edition. USA: Prentice
Hall International, inc
Sevilla, Consuelo. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Depok: Ul-Press
Soerjono Soekanto. (2006). Sosio/ogi suatu pengantar. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
W. A. Gerungan. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
http://jurnalsdm.bloqspot.com/2009/05/interaksi-sosial-definisi-bentuk
ciri.html.
http://orqanisasi.org/unsur-faktor-psikoloqi-pendoronq-interaksi-sosial-imitasi
suqesti-simpati-empati-identifikasi
http://bumikupijak.com/index2.php?option=com content&do pdf=1 &id=115
www.pearlsonq.com/MakinqloveonObesity.pdf
http://medicastore.com/penyakit/42/0besitas.html
http://www.cintaabadi.com/come inside/news.php?item.29
http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas
70
PERPUSTAKAAN ~MA·~·1 UIN SYAHIO JAKARTA I
http: 11 a yu ra I.word press. coml20091061081pend ekata n-s pi ritu a I-
terhadappenerimaan-acceptance-keadaan-sakitl
Skripsi
A. Rahman Sofyan. (2008). Hubungan Kepercayaan Diri Dengan
Motivasi Menurunkan Berat Badan Wanita Dewasa Awai Yang
Mengalami Obesitas.
•MPIRAN 1
No Dimensi Indikator 1. Primwy a.Shock
Phase (Keterkejutan)
b. Denial (Penolakan)
c. Grief and Depression (Sedih dan Depresi)
2. Secondwy a. Ambivalence Phase (P eras a an yang
bertentangan)
BLUEPRINT SKALA PENERIMAAN DIRI
Favorable 18. Saya suka sedih melihat
tubuh saya ketika berkaca. 1. Saya merasa tidak berdaya
dengan kondisi tubuh saya yang gemuk.
3. Saya menganggap diri saya sebagai seorang model.
20. Saya suka menyalahkan tubuh saya yang gernuk.
34. Merupakan suatu kebiasaan untuk rnernuntahkan rnakanan yang telah saya rnakan.
5. Saya kecewa dengan diri saya.
36. Tubuh yang ideal menurut saya adalah kurus tanpa lemak.
22. Keadaan tubuh saya membuat saya depresi.
7. Menjadi gemuk merupakan rnirnpi buruk bagi saya.
24. Diet yang saya lakukan
Unfavorable Jumlah 2. Saya merasa nyaman
dengan keadaan tubuh sa ya saat ini. 4
19. Tubuh saya yang gemuk tidak menghalangi aktifitas saya sehari-hari.
21. Sa ya menerima keadaan tubuh saya saat ini.
35. Saya belajar untuk rn emaharni diri sa ya. 6
4. Saya enggan mernuntahkan makanan yang telah saya rnakan.
23. Tidak ada Konsep tubuh yang ideal untuk wanita.
37. Saya tidak pemah marah dengan diri saya. 6
6. Tiada guna menangisi tubuh saya yang gemuk.
25. Menjadi gemuk merupakan ha! yang hams saya hadapi. 4
8. Saya sudah terbiasa
-"
selama ini belum berhasil. dengan tubuh gemuk" b" Guilt 9" Sa ya merasa bersalah jika 27. Memuntahkan makanan (P eras a an bersalah) makan terlalu ban yak. mempakan ha! yang wajar
26. Saya akan berolah raga bagi saya. 4 agar lemak didalam tubuh 10. Sa ya akan membuat tubuh saya terbakar. saya langsing seperti artis
Agnes Monica c. Anger 11. Kenapa hams saya yang 29. Waktu saya terbuang (Rasa Marah) bertubuh gemuk. percuma jika hanya selalu
28. Ketika berkaca saya selalu mengeluh. 4 ingin memarahi diri saya. 12. Saya sangat mensyukuri
nikmat yang ada pada diri saya.
d. Shame and 30. Saya agak canggung 14. Bukan masalah bagi saya Embarrassment ketika berkenalan dengan memakai pakaian apapun. (Perasaan malu dan seorang pna. 31. Saya tidak merasa Keadaan 13. Saya memakai pakaian canggung ketika hams 4 memalukan) wama gelap untuk berkenalan dengan
menyamarkan bentuk seorang pna. tubuh saya.
3. Teritiary a. Bargaining 15. J ika mau saya bis a 38. Saya enggan membah Phase (Tawar Menawar) menjadi langsing. bentuk tubuh saya. 2
b. Adaptation and 32. Sa ya merasa percaya diri. 40. Saya merasa minder. Reorganization 39. Bagi saya pola hidup sehat 33. Saya akan diet dengan
hams di tingkatkan. cara instan. 17. Saya berpikir tidak ada 16. Paha dan pinggul yang 6
yang salah pada tubuh saya miliki terlalu besar. saya.
Item No Aspek Favourable Unfavourable l. Hubungan antara orang- 7. Walaupun saya obesitas tetapi saya tidak malu 8. Sebenarnya saya malu untuk bersosialisasi
orang perorangan, antara untuk bersosialisasi. 14.Saya sangat khawatir untuk 13.Saya tidak takut untuk berinteraksi sosial berinteraksi sosial dengan lawan jenis.
kelompok-kelompok dengan lawanjenis. 16.Saya merasa sebagai kaum
inanusia, n1aupun antara 15.Saya tidak merasa sebagai kaum minoritas. minoritas. 23.Saya mudah akrab dengan 24.Saya tidak mudah akrab dengan
orang perorangan dengan orang yang baru saya kenal. orang yang baru saya kenal.
kelompok manusia
2. Individu yang satu l. Saya tidak akan mengikuti saran teman saya 2. Saya akan mengikuti saran teman saya
mempengaruhi, untuk mengubah tubuh saya menjadi untuk mengubah tubuh saya menjadi langsing. langsing.
mengubah, atau 5. Saya akan menjadi trendsetter fashion untuk 6. Saya enggan untuk menjadi trendsetter
memperbaiki kelakuan wanita obesitas. karena tidak ada yang menarik di diri 17.Hinaan orang-orang sekitar tentang saya saya.
individu yang lain atau tidak mempengaruhi kehidupan saya 18.Hinaan orang-orang sekitar sangat
sebaliknya selanjutnya mempengaruhi kehidupan saya 19 .Sa ya berniat untuk membuat klub Wanita selanjutnya.
obesitas. 20.Saya enggan untuk membuat klub 21.Saya sudah sering mencoba beberapa kali wanita obesitas.
Jamu pelangsing tubuh yang di tampilkan 22.Saya tidak mudah dipengaruhi oleh iklan. untuk membeli jamu pelangsing
yang di tampilkan oleh iklan. 0 Saling mempengaruhi 0 Saya akan membuat wanita yang 4. Saya lebih memilih nntuk membuat .). .) .
baik secara verbal, fisik. obesitas menjadi lebih percaya diri. diri saya percaya diri terlebih dahulu. 9. Lingkungan saya tidak memandang rendah 10.Lingkungan sekitar memandang saya
atau emosional. say a. sebagai wanita obesitas yang bodoh. 11.0rang sekitar tidak ada yang menghina 12.0rang sekitar menghina tubuh saya
Tubuh gemuk saya. yang gemuk. 25.Dukungan moril dari orang-orang non 20.Saya enggan untuk membuat klub wanita
obes1tas obesitas.
··~,· ·--·-... ·-·-- -I membuat saya semakin percaya d1ri. saya, membuat saya menj adi kurang
33.Tatapan orang lain yang merendahkan saya. percaya diri. Tidak mempengaruhi kepercayaan diri saya.
4. yang menghasilkan suatu 27.Saya tidak main memakai baju model masa 28.Saya lebih memilih pakaian yang gelap.
proses pengaruh kini yang juga dipakai oleh wanita non- walaupun banyak sekali model-model obesitas. pakaian yang menarik.
mempengaruhi yang 29.Saya akan membuat orang lain percaya 30.Saya terima saja apa yang dikatakan
menghasilkan hubungan bahwa wanita obesitas bukan wanita yang orang lain, kalau wanita obesitas itu bodoh. bodoh.
tetap dan pada akhirnya 3 1 .Bukan masalah untuk mengekspresikan 32.Saya agak mengalami kesulitan untuk
rnemungkinkan perasaan saya terhadap orang lain. mengekspresikan perasaan saya kepada
35.Walaupun tubuh saya gemuk saya yakin orang lain. pembentukan struktur akan menemukanjodoh saya. 36. Sa ya kurang yakin dengan tubuh yang
sosial. 37.Sikap sosialisasi yang saya tunjukkan gemuk ini akan menemukanjodoh saya.
kepada orang sekitar membuat orang 38.Saya kurang bisa membuat orang lain tersebut merasa nyaman. nyaman. Karena saya merasa memiliki
39.Dengan atau tanpa teman saya tetap banyak kekurangan. percaya diri untuk pergi kemanapun. 40.Saya kurang percaya diri ketika harus
pergi sendiri. TOTAL 20 20
:salamu'alaikurn Wr. Wb.
lam Sejahtera.
PENGANTAR
ya Andi Sakinah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta ingin rnerninta kesediaan
.tdara untuk mengisi angket ini. Angket ini tidak menilai benar atau salah, saya mengharapkan
.1dara menjawab dengan sejujur-jujurnya dan tidak ada jawaban yang terlewatkan. Karena
\laban saudara sangat mernpengaruhi hasil penelitian ini. Dan kerahasiaan anda akan te1jarnin.
eh karena itu sebelurn peng1sian angket harap terlebih dahulu 111eng1s1 lembar pernyataan
sediaan.
:rima kasih alas kesediaan saudara meluangkan waktunya demi rnembantu terwujudnya proses
nelitian ini. Semoga dapat berrnanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya, serta
gi kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
karta, Desember 2009
neliti,
1di Sakinah
kultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI
DALAM KONSTRUKSI ALAT UKUR
~ngan secara sukarela saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pembuatan
nstruksi tes yang dilakukan oleh peneliti.
ya dipilih menjadi responden karena saya memenuhi karakteristik-karakteristik yang
nginkan, yaitu Wanita Dewasa Awal.
da saat pelaksanaan, saya akan diminta untuk melengkapi kuesioner dan sebuah data identitas
ibadi.
mua jawaban yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya dan saya hanya alcan digunakan
tuk kepentingan konstruksi tes ini. Oleh karena itu, saya tidak perlu mencantumkan nama pada
esioner maupun identitas akhir.
mgan mengikuti penelitian ini, anda sudah be1jasa bagi perkembangan ilmu psikologi. Selain
1, penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya .
. ya yang bertanda tangan di bawah ini :
mda tangan dan inisial nama
enyatakan bersedia untuk berpartisipasi
mggal : _______ _
)hon periksa jangan sampai ada yang terlewat!
ala Penerimaan Diri
'· Pernyataan SS - ------ ·---· 1. Saya merasa nyaman dengan keadaan
tubuh saya saat ini. 2. Saya menganggap diri saya sebagai
seorang model. 3. Saya berani memakai pakaian model apa
sap. 4. Saya kecewa dengan diri saya. ~
5. Tiada guna menangisi tubuh saya yang gemuk.
6. Saya sudah terbiasa dengan tubuh gemuk.
7. Saya merasa bersalahjika makan terlalu ban yak.
8. Saya akan membuat tubuh saya langsing sepe1ii artis Agnes Monica
9. Saya sangat mensyukuri nikmat yang ada pada diri saya.
10. Saya memakai pakaian warna gelap untuk menyamarkan bentuk tubuh saya.
11. Bukan masalah bagi saya memakai pakaian apapun.
12. Jika mau saya bisa menjadi langsing. 13. Saya berpikir tidak ada yang salah pada
tubuh saya. 14. Saya suka sedih melihat tubuh saya
ketika berkaca. 15. Tubuh saya yang gemuk tidak
rnenghalangi aktifitas saya sehari-hari. 16. Saya suka kesal tubuh saya yang
gemuk. 17. Saya menerirna keadaan tubuh saya saat
1111. 18. Keadaan tubuh saya rnernbuat saya
depresi. 19. Tidak ada Konsep tubuh yang ideal
untuk wanita. 20. Diet yang saya lakukan selarna ini
belurn berhasil. 21. Saya akan berolah raga agar lernak
clidalam tubuh saya terbakar. 22. Saya merasa tidak bersalah untuk tidak
makan dimalam hari.
23. Ketika berkaca saya selalu ingin
s TS STS
rnernarahi diri saya. 24. W aktu sa ya terbuang percurna j ika
hanya selalu mengeluh. 25. Saya agak canggung ketika berkenalan
dengan seorang pria. 26. Saya tidak rnerasa canggung ketika
barns berkenalan dengan seorang pria. 27. Saya merasa percaya diri. 28. Saya akan diet dengan cara instan. 29. Saya enggan memakai pakaian
berwama cerah. 30. Saya belajar untuk memahami diri saya. 31. Saya tidak pernah marah dengan diri
saya. 32. Bagi saya pola hidup sehat harus
ditingkatkan.
ala Interkasi Sosial
'· Pernyataan SS s TS STS
1. Saya akan mengikuti saran teman saya untuk mengubah tubuh saya menjadi langsing.
2. Saya akan membuat wanita yang obesitas menjadi lebih percaya diri.
3. Saya lebih memilih untuk membuat diri saya percaya diri terlebih dahulu.
4. Saya akan menjadi trendsetter fashion untuk wanita obesitas.
5. Saya enggan untuk menjadi trendsetter karena tidak ada yang menarik di diri saya.
6. Walaupun saya obesitas tetapi saya tidak rnalu untuk bersosialisasi.
7. Sebenarnya saya malu untuk bersosialisasi dengan orang lain.
8. Lingkungan saya tidak memandang rendah saya.
9. Lingkungan sekitar memandang saya sebagai wanita obesitas yang bodoh.
10. Orang sekitar tidak ada yang menghina tubuh gemuk saya.
11. Orang sekitar menghina tubuh saya yang gemuk.
12. Saya tidak takut untuk berinteraksi sosial dengan lawan jenis
13. Saya sangat khawatir untuk berinteraksi sosial dengan lawanjenis.
14. Saya tidak merasa sebagai kaum minoritas.
15. Hinaan orang-orang sekitar tentang saya tidak mempengaruhi kehidupan saya selaniutnya.
16. Hinaan orang-orang sekitar sangat mempengaruhi kehidupan saya selanjutnya.
17. Saya berniat untuk membuat !dub wanita Obesitas.
-··-· -- --~·---· '-------- ----------·--18. Saya sudah sering mencoba beberapa kali
jamu pelangsing tubuh yang ditampilkan oleh iklan.
19. Saya tidak mudah dipengaruhi untuk membeli jamu pelangsing yang ditampilkan oleh iklan.
20. Saya mudah akrab dengan orang yang baru saya kenal.
21. Saya tidak mudah akrab dengan orang yang baru saya kenal.
--·-22. Dukungan moril dari orang-orang non
obesitas membuat saya semakin percaya diri.
23. Dukungan moril dari orang non-obesitas jarang saya dapatkan.
24. Saya tidak malu memakai baju model masa kini yangjuga dipakai oleh wanita non-obesitas.
25. Saya akan membuat orang lain percaya bahwa wanita obesitas bukan wanita yang bodoh.
26. Saya terima saja apa yang dikatakan orang lain, kalau wanita obesitas itu bodoh.
27. Bukan masalah untuk mengekspresikan perasaan saya terhadap orang lain.
28. Saya agak mengalami kesulitan untuk mengekspresikan perasaan saya kepada orang lain.
29. Tatapan orang lain yang merendahkan saya, tidak mempengaruhi kepercayaan cliri saya.
-30. Tatapan renclah seseorang terhaclap saya,
membuat saya menjadi kurang percaya diri.
31. Walaupun tubuh saya gemuk saya yakin akan menemukan jodoh saya.
32. Sikap sosialisasi yang saya tunjukkan kepada orang sekitar membuat orang tersebut merasa nyaman.
33. Sa ya kurang bisa membuat orang lain nyaman. Karena saya merasa memiliki banyak kekurangan.
34. Dengan atau tanpa teman saya tetap percaya diri untuk pergi kemanapun.
35. Saya kurang percaya diri ketika harus pergi sendiri keluar rumah.
1MPIRAN 4 ~liability Penerimaan Diri
·*** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** N of
ttistics for SCALE
Mean 110.6857
E L I A B I L I T Y
~m-total Statistics
tOOOOl W0002 W0003
W0004 (00005 W0006 t00007 W0008 W0009 WOOlO t00011 (00012 (00013 W0014 <00015 t00016 <00017 l.00018 <00019 <00020 <00021 (00022 (00023 (00024 l.00025 (00026 (00027 (00028 (00029 (00030 l.00031 l.00032 (00033 l.00034 (00035 l.00036 (00037 <O 0 03 8
Scale Mean
if Item Deleted
108.2286 107.7429 107.8286 108.0000 107.5143 107.9714 107.6000 107.7429 107.4000 108.3143 108.0857 108.1429 108.0000 108.0571 107.8000 108.0857 107. 6571 107.8857 108.4000 107.8000 108.0286 108. 4571 107.8857 108.0286 108.0857 107.7429 107.9714 107.8857 107.8571 107.6000 107.9714 107.7143 108.1429 107.8000 108.0000 108.1714 107.6000 108.3143
Variance 220.1042
Std Dev 14.8359
Variables 40
A N A L Y S I S S C A L E
Scale Variance if Item Deleted
216.0050 202.7849 206.8521 211.5882 211. 4924 201.8521 214.0118 202.7849 213.6000 213.6336 212.8454 210.4790 206.0588 211. 2319 204. 8118 2l.4.3748 208.0555 204.2218 210.4235 204.8118 204.7345 213.4908 207.2807 204.7345 221. 6689 202.7849 201.8521 204.2218 211.1849 212.7176 201.8521 212.6807 214.0084 204.8118 206.0588 224.0874 212.7176 214.5748
Corrected ItemTotal
Correlation
.2587
.6663
.5157
.3232
.4234
.7167
.2266
.6663
.4114
.3860
.2646
.4821
.5869
.3177
.6130
.2580
.4576
.5852
.5631
.6130
.5850
.5166
.4449
.5850 -.0961
.6663
.7167
.5852
. 4101
.3368
.7167
.3608
.3949
.6130
.5869 -.2793
.3368
.2501
(A L P HA)
Alpha if Item Deleted
.9188
. 9144
.9164
. 9187
.9175
. 9138
.9198
. 9144
.9177
. 9179
.9195
. 9169
.9155
.9189
. 9152
.9191
.9171
.9154
.9163
.9152
. 9155
. 9172
.9174
.9155
.9229
.9144
.9138
. 9154
. 9176
.9183
. 9138
.9181
.9178
. 9152
.9155
.9227
.9183
. 9192
~o o o 3 9 l00040
107.4000 107.8286
E L I A B I L I T Y
.iability Coefficients
Jf Cases 35.0
. 9191
tELIABILITY
ltistics for SCALE
Mean 89.6000
~m-total Statistics
l.00002 l.00003 l.00004 <00005 <00006 l.00008 <00009 lOOOJ.O <00012 <OOOJ.3 l.00014 l.00015 l.00017 l.00018 <O 0019 l.00020 l.00021 <00022 '(00023 '(00024 '(00026 <00027 '(00028
Scale Mean
if Item Deleted
86.6571 86.7429 86.9143 86.4286 86.8857 86. 6571 86.3143 87.2286 87.0571 86.9143 86.9714 86.7143 86.5714 86.8000 87.3143 86.7143 86.9429 87.3714 86.8000 86.9429 86. 6571 86.8857 86.8000
213.6000 215.8521
. 4114
.2444
A N A L Y S I S S C AL E
N of Items 40
A N A L Y S I S S C A L E
Variance 195.0706
Scale Variance if Item Deleted
177.8790 183.4908 188.3160 186.8992 177.8689 177.8790 188.5160 187.8286 185.6437 181.1983 186.3815 181.1513 182.8992 179.7529 186.2218 181.1513 180.4084 188.1815 183.9294 180.4084 177.8790 177.8689 179.7529
Std Dev 13. 9668
N of variables
32
Corrected ItemTotal
Correlation
.7059
.4745
.2654
.4261
.7177
.7059
.4414
.4631
.5023
.6178
.3306
.5905
.4934
.6004
.5454
.5905
.5931
.5738
.4058
. 5931
.7059
.7177
.6004
.9177
.9190
(AL P HA)
(A L P HA)
Alpha if Item Deleted
. 9264
. 9294
. 9319
. 9298
.9262
. 9264
. 9297
.9295
. 9290
.9276
.9313
. 9279
. 9292
. 9278
.9288
. 9279
.9279
.9290
.9305
.9279
.9264
.9262
. 9278
•MPIRAN 5 ~liability lnteraksi Sosial
'*** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
( E L I A B I L I T Y
ltistics for SCALE
Mean 112.1143
c E L I A B I L I T Y
~rn-total Statistics
l.00001 l.00002 l.00003 l.00004 'W0005 '<00006 ;(00007 R00008 R00009 ROOOlO ROOOll R00012 R00013 R00014 '<00015 R00016 R00017 R00018 R00019 R00020 R00021 R00022 R00023 R00024 R00025 R00026 R00027 R00028 R00029 R00030 R00031 R00032 R00033 R00034 R00035
Scale Mean
if Item Deleted
109.5143 109.2857 109.2857 109.1429 108.9714 109.2857 109.8857 109.1429 109.5429 109.0857 109.2286 109.5714 109.3429 108.8000 109 .1143 109.6286 109.0286 109.2857 109.7143 109.2286 109.3143 109.0286 109.3143 109.2857 109.2286 109.3429 109.8857 109.6000 109.3143 108.8000 109. 3714 109.0286 109.5429 109.3143 109.4286
ANALYSIS S C A L E
Variance 250.4571
Std Dev 15.8258
N of Variables
40
A N A L Y S I S S C A L E
Scale Variance if Item Deleted
247.0218 238.3866 238.3866 231. 8908 240.5580 231.6807 241.5748 231.8908 242. 6672 240.0218 233.5345 238.2521 230.8202 242.5176 236.0454 254.9462 239.3815 231.6807 241.6807 245.2403 238.0454 241. 0286 238.9866 232.1513 233.5345 230.8202 241.5748 247.2471 238.0454 242.5176 232.0639 239.9109 242. 6672 238.9866 234.6639
Corrected ItemTotal
Correlation
.1353
.4489
.4489
.6301
.4388
.6379
.6570
.6301
.4819
.3653
.6382
.5803
.6800
. 4642
.5309 -.2931
.4112
.6379
.4128
.1563
.5052
.3851
.3536
.6205
.6382
.6800
.6570
.1139
.5052
.4642
.6524
.4957
.4819
.3536
.5923
(A L P HA)
(A L P HA)
Alpha if Item Deleted
.9293
. 9266
.9266
.9246
. 9267
. 9245
. 9258
.9246
. 9266
.9275
. 9246
. 9255
. 9240
.9266
. 9257
.9314
.9270
.9245
.9269
. 9299
.9260
. 9272
. 9279
.9247
. 9246
.9240
. 9258
.9297
. 9260
.9266
. 9244
. 9262
.9266
.9279
. 9251
:00036 109.2000 245.6941 .2524 . 9281 :00037 109.0286 241.0286 .3851 .9272 :00038 109. 7714 239.7109 .5679 . 9257 :o 0 0 3 9 109.2286 233.5345 .6382 . 9246 :00040 109.3429 230.8202 .6800 .9240
~ E L I A B I L I Ty ANALYS I s s C A L E (A L P HA)
.iability Coefficients
>f Cases 35.0 N of Items 40
>ha = . 9280
'* * ** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
tELIABILITY
ttistics for SCALE
Mean 98.7143
IELIABILITY
~m-total Statistics
{00002 {00003 {00004 rnooo5 ,00006 {00007 ,00008 {00009 {00010 {00011 <00012 {00013 <OO 014 <00015 <00017 <00018 {00019 {00021 <00022 {00023
Scale Mean if Item Deleted
95.8857 95.8857 95.7429 95.5714 95.8857 96. 4857 95.7429 96 .1429 95.6857 95.8286 96.1714 95.9429 95.4000 95.7143 95.6286 95.8857 96.3143 95.9143 95.6286 95.9143
ANALYSIS S C AL E
Variance 238.9160
Std Dev 15.4569
N of Variables
35
ANALYSIS S C A L E
Scale Variance if Item Deleted
227.4571 227.4571 220.8437 229.4874 220. 7513 230.1983 220.8437 231.6555 228.5160 222.0286 227.3815 219. 9966 230.8941 224.2101 227.5933 220.7513 230.5748 226. 5513 229.4756 226.3748
Corrected ItemTotal
Correlation
. 4349
. 4349
.6277
.4268
.6312
.6603
. 6277
.4585
.3730
.6531
.5602
.6700
.4808
.5564
.4317
.6312
.4006
.5158
.3952
.4003
(A L P HA)
(A L P HA)
Alpha if Item Deleted
.9363
.9363
.9343
.9363
.9343
.9352
.9343
. 9361
.9370
.9341
.9352
. 9339
.9360
.9351
.9364
. 9343
. 9365
.9355
.9366
. 9370
R00024 95.8857 221.3983 .6067 .9346 R00025 95.8286 222.0286 .6531 . 9341 R00026 95.9429 219.9966 .6700 .9339 R00027 96. 4857 230.1983 .6603 .9352 R00029 95.9143 226.5513 .5158 .9355 R00030 95.4000 230.8941 .4808 .9360 R00031 95.9714 221.4403 .6330 .9343 R00032 95.6286 228.7697 .4876 . 9358 R00033 96.1429 231.6555 .4585 .9361 R00034 95.9143 226.3748 .4003 .9370 R00035 96. 0286 223.0286 .6114 .9345 R00037 95.6286 229.4756 .3952 . 9366 R00038 96.3714 228.7697 .5477 .9354 R00039 95.8286 222.0286 .6531 . 9341 R00040 95.9429 219. 9966 .6700 .9339
R E L I A B I L I T Y ANALYSIS S C AL E (A L P HA)
liability Coefficients
of Cases 35.0 N of Items 35
pha = . 9371
LAMPIRAN 6
[\-·;tf'l.P\JSTAKAAN UT;;;;:\ UlN SVAHIO JAl<ART~-
-Tests of Normality
Penerimaan Diri lnteraksi Sosial
______ Kolmog_Q[QY::§mirnov(§L ..
Statistic ' df i Siq.
.103
.140 60 60
.186
.005
a Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 7
Nonparametric Correlations
Correlations
Spearman's rho Penerimaan Diri Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N
lnteraksi Sosial Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N . .
.. Correlation 1s s1grnf1cant at the 0.01 level (2-tailed) .
. L--- ___ ,§.haQiro-Wi!kr·-- _____ _
i Statistic df I Siq.
.963
.942
Penerimaan Diri
1.000
60
.477( .. )
.000
60
60 60
.067
.007
lnteraksi Sosial
.477(")
.000
60
1.000
60
Recommended