View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Scan
ned
by C
amSc
anne
r
Scan
ned
by C
amSc
anne
r
Scan
ned
by C
amSc
anne
r
Scan
ned
by C
amSc
anne
r
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harapan masyarakat terhadap perguruan tinngi amat besar, karena perguruan
tinggi adalah institusi yang didedikasikan untuk: (1) menguasai, memanfaatkan,
mendesiminasikan, mentransformasikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni; (2) mempelajari dan melestarikan budaya serta (3)
meningkatkan mutu kehidupan masyarakat (Depdiknas, 2007: 7). Perguruan tinggi
juga sebagai lembaga yang melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu
pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Untuk menopang dedikasi dan fungsi tersebut perguruan tinggi harus mampu
mengatur diri sendiri dalam upaya meningkatkan dan menjamin mutu secara terus
menerus, baik masukan, proses maupun keluaran berbagai program dan layanan
yang diberikan kepada masyarakat.
Proses akademik yang terjadi di perguruan tinggi akan menghasilkan produk dan
layanan akademik yang dirasakan langsung oleh mahasiswa dan masyarakat
(stakeholder). Agar perguruan tinggi terutama LPTK menjadi pilihan dan harapan
masyarakat maka harus mendukung program pemerintah khususnya implementasi
kurikulum 2013.
Implementasi Kurikulum Baru 2013, membutuhkan kesiapan semua pihak yaitu
LPTK sebagai lembaga yang menghasilkan calon guru, guru, sarana prasarana serta
bahan ajar yang memadai agar tujuan yang diharapkan bisa dicapai. Kompetensi
yang diharapkan dalam kurikulum 2013 adalah kompetensi masa depan yaitu
kemampuan berkomunikasi, berfikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi
moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertangggung jawab,
memiliki kesiapan bekerja, kemampuan mengerti dan toleran, kemampuan hidup
dalam masyarakat yang, mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan,
memiliki kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya, serta memiliki kecintaan
terhadap lingkungan.
Pendidikan seni budaya ikut berperan untuk mencapai kompetensi tersebut,
sebab mata pelajaran seni budaya meliputi segala aspek kehidupan. Pelajaran
s e n i budaya membantu memperkokoh jati diri bangsa. Pendidikan Seni Budaya
memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual
bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif
dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan
berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam
kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi),
apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika,
logika, kinestetika, dan etika.
Dalam Standar lulusan pendidikan di sekolah dasar disebutkan yaitu memiliki
perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam di sekitar rumah dan sekolah serta tempat tinggal anak. Demikian
juga dalam standar proses. Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan
hard skill meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.Standar
proses mengharuskan pembelajaran di SD dilaksanakan pendekatan saintifik secara
tematik/terpadu.
Berbagai kendala di hadapi guru SD yaitu: lingkup kompetensi yang harus
dicapai cukup banyak meliputi: seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama, dan
kerajinan sangat terbatas yaitu 2 jam per minggu. Selama ini pendidikan Seni
Budaya masih belum banyak diperhatikan, baik dalam aspek proses belajar
mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk penilaiannya. Kondisi ini
berdampak guru-guru tidak memiliki rujukan dalam pembelajaran Seni Budaya.
Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu memberdayakan potensi lingkungan
budaya dan potensi sekolah untuk mendukung pembelajaran Seni Budaya. Padahal
setiap daerah memiliki potensi budaya dan kesenian yang sangat kaya ragam sebagai
media pembelajaran, termasuk permainan tradisional (Handayaningrum, 2008).
Pendidikan karakter menjadi pilihan pemerintah untuk dapat mengembalikan jati
diri bangsa, yang dinilai sedang carut marut mentalnya. Pendidikan karakter
memiliki arahan akan dapat membentuk anak dalam 4 ”olah” yakni olah pikir, olah
hati, olah rasa atau emosi dan olah raga. Dalam budaya masyarakat yang berupa
kearifan lokal sarat dengan pendidikan karakter.
Salah satu kearifan lokal yang bisa dijadikan bahan ajar dalam kurikulum
2013 adalah seni tari daerah dan seni musik (lagu-lagu daerah), seni seni rupa dan
teater.
Dalam seni tari dan seni musik serta seni rupa dan teater bukan hanya melibatkan
keterampilan fisik saja, namun tersirat simbol-simbol dan nilai-nilai moral yang
dapat digunakan sebagai panutan masyarakat khususnya anak-anak. Misalnya
kebersamaan, saling menghormati, melatih kerjasama tim, gigih dalam berusaha,
kreativitas, dan lain-lain. Kompetensi ini yang diharapkan dalam kurikulum 2013.
Anak-anak sudah jarang mengenal kesenian tradisional. Dalam kesenian
tradisional bisa memberikan aktivitas motorik, kognitif, afektif ana
Berkenaan dengan fenomena ini, pada tahun pertama telah dihasilkan
prototipe buku siswa dan buku guru seni budaya tematik berbasis keMIPAan
untuk SD. Buku siswa dengan tema kegemaranku, dengan sub tema satu (1)
kegemaranku bermusik, sub tema dua (2) kegemaranku menggambar, sub tema tiga
(3) kegemaranku menari, (4) sub tema empat kegemaranku bermain drama. Masing-
masing sub tema tetrdiri dari pembelajaran-pembelajaran yang memadukan seni
dengan matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah. Buku guru berisi
pedoman menyelenggaran pembelajaran seni budaya tematik berbasis kemipaan di
SD. Prototipe ini masih perlu mendapatkan masukan dari beberapa pihak yaitu para
ahli materi, ahli pembelajaran dan para pengguna yaitu guru SD.
1.2. Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan Penelitian tahun ke dua ini adalah menguji kevalidan dan keefektifan
prototipe Buku pendidikan Seni Budaya tematik berbasis KeMIPAan untuk SD.
Secara khusus tujuan penelitian ini (1) Mendeskripsikan kevalidan buku yang berisi
materi Pembelajaran Seni Budaya Kurikulum 2013 (seni musik, seni tari, rupa dan
teater) yang berbasis KeMIPAan (Matematika dan Ilmu Pengatuhan Alam ) untuk
anak SD, (2). Mendeskripsikan kevalidan Buku panduan pembelajaran seni budaya
tematik kurikulum 2013 untuk guru SD atau mahasiswa PGSD , (3) Membuat
rekaman pembelajaran Seni Budaya Tematik di SD.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk bahan ajar mahasiswa
PGSD dan membantu guru-guru SD dalam mengimplementasikan kurikulum 2013
khususnya pembelajaran Seni Budaya tematik berbasis Ke IPAAN, yang
memenuhi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
4
1.3 Urgensi atau Keutamaan Penelitian
Uji kevalidan dan uji efektifitas dalam penelitian pengembangan sangat penting.
Demikian juga pada hasil penelitian tahun pertama yang berupa Prototipe Buku
Pembelajaran Seni Budaya Berbasis KeMIPAan untuk SD dan Buku pedoman
penggunaan untuk guru SD masih memerlukan uji kevalidan dan keefektifan untuk
mendapatkan masukan-masukan dari berbagai pihak, baik isi atau materi, dari
penyajian buku dan penampilannya serta keefektifan oleh guru SD agar sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Hibah Bersaing tahun 2007 yang telah dilakukan dengan
judul “Pengembangan Model Pembelajaran Seni Tari untuk Meningkatkan Kreativitas
Anak TK” didapatkan hasil bahwa model pembelajaran yang dilengkapi
dengan Audio Visual telah berhasil membantu guru TK mengajar seni tari dengan
tidak mengalami kesulitan utamanya dalam mengembangkan kreativitas anak
TK ( Handayaningrum, 2007). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
Wahyuning (2003) yang berjudul Kumpulan Permainan Anak sebagai Media
Pembelajaran seni tari di TK. Hasil Penelitian DIK, berhasil membantu guru TK untuk
mengajar seni tari dengan mudah dan menyenangkan.
2.2 . P e n g e r t i a n B a h a n A j a r
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi
yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran (Dikmenjur) Dengan bahan
ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secararuntut
dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu. Pendapat lain mengatakan bahan ajar merupakan informasi,
alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan
untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
(National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for
Competency Based Training).Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun
secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar (Krisnadi dan Benny, 2010: 3 ).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa;
2.2.1 Bahan cetak: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, Bahan ajar Audio Visual seperti: video/film,VCD.
6
2.2.2 Bahan ajar Audio seperti: radio, kaset, CDaudio, PH. Bahan ajar Visual: foto,
gambar, model/maket. 2.2.3. Bahan ajar Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet
2.3 Bahan Ajar Cetak
Bahan Ajar cetak dapat berbentuk buku teks, pedoman siswa atau
buku kerja. Untuk menghasilkan bahan ajar cetak yang berkualitas
sesuai dengan kebutuhan program, karakteristik mata kuliah, dan kondisi
peserta didik terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu:
menyusun peta kompetensi, membuat silabus mata pelajaran, menulis bahan
ajar, Evaluasi bahan ajar
2.4 Model Pengembangan Bahan Ajar Cetak
Pengembangan bahan ajar cetak bisa dilakukan dengan car a:
2.4.1 Melakukan kompilasi bahan-bahan yang telah tersedia,
yang dilengkapi dengan modul pendamping.
2.4.2. Menggunakan buku teks yang sudah tersedia di pasaran
disertai dengan modul pendamping.
2.4.3 Menyadur buku teks yang tersedia sesuai dengan kebutuhan menulis
baru bahan ajar cetak yang dirancang sesuai dengan karakteristik
(Krisnadi dan Benny, 2010: 5)
2.5. Bahan Ajar Audio Visual
Bahan ajar visual mempunyai keunggulan dalam penyampaian informasi dan
pengetahuan. Program video dapat menghadirkan pengalaman realistik.
Pengembang video perlu mempunyai kemampuan untuk memilih materi yang
tepat yang dapat disampaikan melalui program video. Pemilihan isi atau
materi program yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki medium video.
Pemilihan materi yang tepat akan membantu siswa untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Informasi dan pengetahuan yang disampaikan
melalui bahan ajar video dapat dikemas dalam format demonstrasi, drama
atau features.
2.6. Fungsi Bahan ajar
Penggunaan bahan ajar berfungsi ebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dengan meteri pembelajaran yang menyenangkan
agar siswa dapat melaksakan tugas belajar secara optimal (Anonim: 2009)
7
Sedangkan menurut (Furqon: 2009) fungsi buku ajar adalah:
2.6.1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yangseharusnya
diajarkan kepada siswa.
2.6.2. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalamproses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yangseharusnya
dipelajari/dikuasainya
2.6.3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
2.6.4. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan.
2.6.5. Membantu siswa dalam prose belajar.
2.6.6. Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.6.7. Untuk menciptakan lingkungan/suasana belajar yang kondusif.
Bahan ajar yang akan dihasilkan dalam penelitian adalah bahan ajar cetak yang
berisi materi untuk siswa, serta lembar kerja. Buku pedoman untuk guru. Selain itu
juga rekaman audio visual untuk memberi gambar yang jelas tentang langkah- langkah
pembelajaran dan aktivitas siswa belajar.
2.7 Pembelajaran Tematik/Terpadu
Sebelum memasuki bangku sekolah, anak terbiasa memandang dan mempelajari
segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan
yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah- pisah).
Sayangnya ketika memasuki situasi belajar formal di bangku sekolah dasar, mereka
disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, sehingga
mereka mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di lingkungan
masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan
pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan
pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama
siswa usia sekolah dasar. Pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian
mata pelajaran-mata pelajaran tersebut membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena
hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artifisial atau pengalaman
belajar yang dibuat-buat. Untuk itu proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah
dasar, harus memperhatikan karakteristik anak yang akan
menghayati pengalaman belajar tersebut sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Pengemasan pembelajaran harus dirancang secara tepat karena akan berpengaruh
8
terhadap kebermaknaan pengalaman belajar anak. Pengalaman belajar yang
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual baik di dalam maupun antar mata
pelajaran akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan lebih
bermakna (meaningful learning) ( Trianto,2010:5).
Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran secara terintegrasi untuk memberikan
pengalaman yang bermakna bagi siswa.Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, dalam
penerapannya di sekolah dasar memerlukan persiapan yang lebih kompleks
dibandingkan dengan pembelajaran dalam satu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu
guru atau tim guru memerlukan perancangan pembelajaran terpadu yang didasarkan
atas pertimbangan yang matang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang
bermakna.
Dalam pendidikan seni yang terpenting adalah pengalaman anak mengalami
seni baik melalui apresiasi (melihat pertunjukkan atau lukisan, mendengar 9embe,
meraba patung dan lain-lain) hal ini untuk mengembangkan sikap apresiatif, sikap
demokratis, sikap toleran dan sikap menghargai seni. Ataupun pengalaman ekspresi
yaitu suatu kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk
mengaktualisasikan diri sebagai ekspresi yang unik, kejujuran, originalitas, 9ember
peluang pada anak untuk mengembangkan kreativitas. Hal yang demikian
menjadikan pembelajaran bermakna karena dengan pembelajaran terpadu, siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Fokus
pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh saat berusaha memahami
isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus
dikembangkan (Hernawan dkk, 2007: 1.5).
2.8.1. Aliran yang Mendasari Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran Terpadu secara filosofi, kemunculannya sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat berikut: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, (3) humanisme
(Hernawan dkk, 2007: 1.15).
Aliran progresivisme beranggapan bahwa pembelajaran pada hakekatnya perlu
ditekankan pada: (1) pembentukan kreativitas, (2) pemberian sejumlah kegiatan, (3)
9
suasana yang alamiah atau natural, (4) memperhatikan pengalaman siswa (Ellis dalam
Hernawan dkk, 2007).
Aliran konstruktivisme, melihat pengalaman langsung siswa (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran ini menekankan bahwa
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkustruksi
pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan
lingkungannya. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan kooperatif
secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan
masalah-masalah itu dengan temannya.
Aliran konstruktivisme, melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences)
sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil
konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkustruksi pengetahuan melalui interaksi
dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pendekatan konstruktivis dalam
pengajaran menerapkan kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep-konsep sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan masalah- masalah itu dengan temannya.
Aliran Humanisme, melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis
tingkat tinggi. Kreativitas dapat berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada lima
tahun pertama. Menurut Rogers (dalam Munandar, 1995) tiga kondisi internal dari
pribadi yang kreatif ialah: (1) keterbukaan terhadap pengalaman, (2) kemampuan
untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang, (3) kemampuan untuk
bereksperimen . Setiap orang yang mempunyai ketiga ciri di atas akan menghasilkan
karya-karya kreatif. Ketiga ciri tersebut merupakan dorongan dari dalam untuk
berkreasi. Selain itu kreativitas biisa dilihat dari segi siswa yang memiliki: (1)
keunikan/kekhasannya, (2) potensinya, dan (3) motivasi yang dimilikinya. Siswa selain
memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.
2.9. Langkah – Langkah Pembelajaran Terpadu
Dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah dasar terdapat tujuh langkah
yang harus dilakukan menurut Hernawan dkk (2007: 4.8). Tujuh langkah tersebut
bisa digambarkan dalam bagan berikut:
10
Bagan 2.1 Tujuh Langkah-langkah Pembelajaran Tematik
2.10 Seni dalam Pembelajaran Matemtika dan Ilmu Pengetahuan Alam di SD
Seni dan sains sangat berdekatan, karena masing-masing berkaitan dengan proses
penemuan sebagai hasil dari kegiatan eksperimen. Menurut Kimberely Tolley dalam
Winataputra (2010: 8.21) perbedaan keduanya adalah bila ilmuwan mempertanyakan
atau mempermasalahkan tentang bekerjanya alam semesta, sedangkan seniman
mempertanyakan cara-cara bagaimana alam dapat diinterpretasikan dan di”re –
created”. Demikian pula hubungan seniman dengan ahli matematika muncul dalam
konstruksi berpikir. Dalam karya seni musik dikembangkan iktisar-iktisar, improvisasi.
Tidak cukup dengan timbre (warna bunyi) namun untuk menciptakan melodi yang
indah komposer menambahkan irama, harmoni agar karya tersebut “hidup dan
indah”.Pada Aritmatika ditemukan formula, sifat-sifat, dan pembuktian-pembuktian
yang ketiganya itu menjadi konsep yang hidup ketika dihubungkan dan saling
keterkaitan.
Dengan seni rupa, lukisan menyediakan sumber materi yang kaya bagi
matematika. Seni dapat digunakan mempresentasikan konsep geometri termasuk
gagasan yang tidak terbatas. Dengan tarian, seorang penari bisa bergerak membuat
garis-garis sejajar, lingkaran, simetri pola-pola sekuens baik dalam kelompok maupun
individual. Dari bentuk tubuh penari dapat dimanfaatkan dalam pelajaran anatomi dan
fisika. Misalnya dengan meminta anak untuk bergerak, manakah otot yang bekerja,
manakah yang mengeluarkan energi besar. Dengan bergerak diperkenalkan pada anak
11
tentang substansi dari tari yaitu adanya ruang, waktu dan tenaga . Dengan musik
seorang guru bisa mengeksplor pecahan, bunyi not pecahan atau rasio bunyi.
Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar
dengan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya dalam proses
pembelajaran. Budaya sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan, ekspresi, komunikasi
suatu gagasan dan perkembangan pengetahuan (Winataputra, 2011: 4.12).
Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa
sebagai metode untuk memprelajari pelajaran tertentu. Misalnya untuk
memperkenalkan bilangan positif – negatif dalam satu garis bilangan, digunakanlah
Cepot (tokoh jenaka dalam wayang Sunda) Cepot akan memandu siswa berinteraksi
dengangan garis bilangan dan operasi bilangan dalam matematika.
Contoh lain untuk memperkenalkan berbagai bentuk maka guru dapat
menggunakan bentuk dan ukuran instrumen gong, saron, seruling. Untuk
memperkenalkan konsep bunyi, gelombang bunyi dan gema dalam fisika maka anak-
anak bisa diajak memukul alat-alat musik gong besar, gong sedang, gong kecil.
Untuk memperkenalkan nilai pecahan anak bisa diajak bermain dengan harga not 1/8,
¼, ½ , ¾ dan lain lain
Tujuan pembelajaran seni budaya adalah untuk meningkatkan sensitivitas,
kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan
harmoni.Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri
meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya
tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata
pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis
budaya.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus
yang diawali adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan
menggunakan suatu produk tertentu (Sukmadinata, 2010: 164). Menurut Borg dan Gall (1989)
dan Puslitjaknov (2008) ada lima langkah untuk menghasilkan produk, sebagai berikut:
3.1.1. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan dengan mengadakan
penelitian dan pengumpulan data awal.
3.1.2. Mengembangkan produk awal
3.1.3. Validasi ahli dan revisi.
3.1.4. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk.
3.1.5. Uji coba skala besar dan produk akhir.
Penelitian awal dilakukan untuk mengidentifikasi pembelajaran Seni Budaya di SD di
wilayah Sidoarjo, Gresik dan Surabaya. Penelitian awal bertujuan mengkaji realitas yang
terjadi pada proses pembelajaran seni budaya khususnya pada jenjang Sekolah Dasar.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut kemudian dilakukan pengembangan bahan
ajar Seni Budaya tematik berbasis ke MIPAAN untuk SD. Adapun hasil
pengembangan pada tahun pertama adalah prototipe buku siswa dan buku guru seni
budaya tematik berbasis kemipaan untuk SD. Buku siswa dengan tema
kegemaranku, dengan sub tema satu (1) kegemaranku bermusik, sub tema dua
(2) kegemaranku menggambar, sub tema tiga (3) kegemaranku menari, (4) sub tema
empat kegemaranku bermain drama. Masing sub tema tetrdiri dari pembelajaran-
pembelajaran yang memadukan seni dengan matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan
Bahasa daerah. Buku guru berisi pedoman menyelenggaran pembelajaran seni budaya
tematik berbasis kemipaan di SD.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan 3 tahun. Pada tahun pertama hasil
penelitian ini adalah prototipe buku siswa dan buku guru seni budaya tematik meliputi
13
berbasis kemipaan untuk SD. Buku siswa dengan tema kegemaranku, dengan sub
tema satu (1) kegemaranku bermusik, sub tema dua (2) kegemaranku menggambar, sub
tema tiga (3) kegemaranku menari, (4) sub tema empat kegemaranku bermain drama. Masing
sub tema tetrdiri dari pembelajaran-pembelajaran yang memadukan seni dengan matematika,
IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa daerah. Buku guru berisi pedoman menyelenggaran
pembelajaran seni budaya tematik berbasis kemipaan di SD.
Tahun ke II Protipe dan hasil pengembangan bahan ajar seni budaya tematik diujikan
pada ahli bahan ajar, ahli materi, pengguna yaitu guru dan siswa SD. Setelah itu diadakan
revisi dan perekaman contoh pembelajaran seni budaya terpadu berbasis ke MIPAAN.
Tahun ketiga (III) direncanakan mengujicobakan prototipe bahan ajar yang telah dibuat
kepada guru SD dan guru SD menindaklanjutinya dengan mengimplementasikan bahan
pembelajaran seni budaya tematik pada anak-anak SD
. Dilanjutkan uji luas untuk mengetahui efektifitas bahan ajar yang dibuat. Adapun
rancangan kegiatannya sebagai berikut.
Rancangan Kegiatan Penelitian
Tahun Anggara Uraian Kegiatan Hasil
Tahun I 1. Observasi terhadap
pembelajaran Seni
Budaya di SD yang
sudah
mengimplementasikan
kurikulum 2013.
Deskripsi kondisi
pembelajaran seni budaya
tematik ke MIPAAN di SD
2. Analisis Kebutuhan bahan
terhadap pengembangan
pembelajaran Seni Budaya
tematik ke MIPAan
Deskripsi tentang
kebutuhan dan Temuan
pengembangan
14
3. Membuat bahan ajar untuk kelas 1
dan 2 berupa buku yang berisi peta
kompetensi, perangkat
pembelajaran dan bahan ajar seni
budaya tematik
Protipe bahan ajar
4.
5.
Dibuat pedoman pembelajaran seni
budaya tematik lengkap dengan
contoh perangkatnya.
Prototipe pedoman
Tahun II 1. Protipe dan hasil
pengembangan bahan ajar seni
budaya tematik diujikan pada
ahli bahan ajar, ahli materi (seni)
Masukan ahli
2. Dilanjutkan revisi
3. Perekaman contoh
pembelajaran seni budaya
tematik berbasis ke IPAAN
VCd contoh pembelajaran
Tahun III 1. Direncanakan mengimplementasi
pada skala terbatas yaitu pada
beberapa SD perrwakilan di tiga
wilayah
Buku bahan ajar
permainan tradisional
2. Desiminasi. VCD/DCD untuk apresias i
15
Seni Musik, Tari dan
Rupa Ilmu
pengetahuan
Alam,Matematika
Pengembangan bahan ajar cetak:
penulisan bahan ajar, penelaahan
3.3 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar dilakukan melalui beberapa tahapan yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pengembangan bahan ajar dilakukan melalui beberapa tahapan yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.1. Lamnglah-langkah pengembangan bahan Ajar (Dikti, 2010)
KURIKULUM
PETA
KOMPETENSI
Prototipe
Persetujuan
Ahli
Pemrosesan :
Ilustrasi, Perwajahan
Penyuntingan
Dalam merancang pembelajaran seni budaya tematik di sekolah dasar terdapat
langkah-langkah yang harus dilakukan menurut Hernawan dkk (2007: 4.8). Bisa
digambarkan sebagai berikut:
16
Bagan 3.2. Langkah Merangkang Pembelajaran
TETAPKAN PELAJARAN YANG
AKAN DIPADUKAN SERTA
KOMPETENSI INTI NYA
PILIH DAN TETAPKAN
TEMA PEMERSATU
PELAJARI KD PADA KELAS DAN
SEMETSTER YANG SAMA
DALAM SETIAP MATA
PELAJARAN
BUAT PEMETAAN KETERHUBUNGAN KD SETIAP
MAPEL DENGAN TEMA
KEMBANGKAN INDIKATOR
DALAM SETIAP PELAJARAN
SUSUN RPP DENGAN
MENGAITKAN TOPIK DAN
KD SETIAP MAPE
17
Selain itu juga menggunakan model siklus pengembangan instruksional yang
dikembangkan oleh Dick & Carey (2001)
Adapun secara rinci diuraikan sebagai berikut:
3.3.1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran
Berdasrkan analisis kebutuhan, pembelajaran seni budaya termatik dengan
mata pelajaran matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia dan
Bahasa Daerah. Pertimbangan dalam memilih pembelajaran seni budaya tematik
didasarkan: (1) sesuai dengan tujuan pendidikan seni yaitu untuk memahami dunia seni
dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
merupakan tritunggal peradaban dan kebudayaan baik lokal,regional, nasional,
maupun global, (2) seni budaya tematik di SD wajib dilakukan, banyak guru merasa
kesulitan, (3) belum ada panduan yang sesuai, masih sangat terbatas sumber tersedia.
dilakukan, banyak guru merasa kesulitan, (3) belum ada panduan yang sesuai, masih
sangat terbatas sumber tersedia.
3.3.2. Mengidentifikasi Perilaku Awal dan Karakteristik Pebelajar
Pebelajar dimaksud adalah siswa SD kelas 1-2 yaitu anak berusia 7-tahun.
Hal yang perlu diperhatikan adalah kemampuan intelektual anak, kemampuan
emosional anak, kondisi sosial anak, dan kondisi fisik anak.Pada anak usia 7-8 tahun
kondisi belum stabil. Siswa masih berpikir secara holistik dalam memperoleh
pengetahuan tentang matematika, bahasa maupun IPA. Pelajaran matematika lebih
banyak mengajarkan berpikir rasional melalui kajian bastrak. Demikian pula
pelajaran bahasa memberikan rasionalitas dan realitas, karena berhubungan langsung
dengan pemanfaatan bahasa yang dimiliki anak.
Kondisi sosial anak SD sudah mulai menyadari bahwa mereka merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya.Cara yang bisa dilakukan adalah
dengan mengajak bermain secara kelompok kecil maupun besar. Kondisi perseptual
anak, anak SD sudah mampu mencerna informasi yang berasal dari luar
dirinya.Karakteristik fisik anak seyogyanya diarahkan pada memaksimalkan
perkembangan sistem syaraf, otot-otot, keterampilanmotorik dan struktur fisik.
Berdasarkan perilaku awal siswa, kemudian menentukan KI, KD selanjutnya dilakukan
pengembangan indikator, yang difokuskan pada tujuan tingkah laku diturunkan
menjadi beberapa tujuan spesifik disertai domain masing-masing.
3.3.3. Mengembangkan Butir-butir Tes Acuan Patakon
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditulis, dikembangkan produk evaluasi untuk mengukur siswa melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada
18
hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa
mereka melakukan penilaian.
3.3.4. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi meliputi kegiatan pra pembelajaran, penyajian informasi, praktik
umpan balik, pengetesen dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran
berdasarkan teori dan hasil pengamatan, karakteristik media pembelajaran yang
digunakan, bahan pembelajaran. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk memilih
strategi pembelajaran yang interaktif.
3.3.5. Mengembangkan dan memilih materi
Memilih dan menetapkan ruang lingkup materi, tingkatan kompleksitas
materi, pendekatan aspek kreativitas yang dikembangkan dalam model pembelajaran
seni budaya di SD. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk
pengembangan ini meliputi petunjuk belajar, materi pembelajaran dan soal-soal
latihan. Pengembangan materi pembelajaran bergantung pada tipe pembelajaran,
materi relevan dan sumber belajar yang ada di sekitar perancang.Komponen dalam
bahan ajar: 1) judul bab,2) kerangka isi, 3) tujuan pembelajaran, 4) deskripsi, 5) konsep
kunci, 6) uraian utama, 7) rangkuman, 8) latihan, 9) umpan balik, 10) rujukan.
Sebaiknya desain menarik dan pengorganisasian bahan ajar yang sesuai dengan prinsip
desain pesan, teori belajar dan teori pemroses informasi.Sebagai kelengkapan materi
untuk guru dilampirkan Silabus, RPP dan LKS.
19
20
adanya sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan revisi dan penyempurnaan
bahan ajar. Sedang data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan penyekoran.
Teknik pengukuran menggunakan skala Likert, untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok (Sugiyono, 2010).
3.5.1. Uji Ahli
Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data validasi ahli
berupa saran, komentar, kritik dan saran. Sedang terhadap tingkat kemanfaatan,
kemudahan, keterbacaan, kedalaman materi, kejelasan materi, ketepatan desain,
ketepatan dengan pengguna, kemutakhiran, kemenarikan, teknik analisis yang
digunakan adalah penyekoran.
3.5.2. Uji Coba Skala Kecil
Teknik analisis terhadap tingkat kemanfaatan, kemudahan, keterbacaan,
kejelasan materi, keterbacaan juga menggunakan penyekoran. Sedang saran dan
masukan dianalisis secara deskriptif.
3.5.3. Uji Coba Skala Besar
3.5.3.1. Teknik analisis terhadap tingkat kemanfaatan, kemudahan,
keterbacaan, kejelasan materi, menggunakan penyekoran
3.5.3.2. Uji efektivitas bahan Ajar
Uji efektivitas bahan ajar diukur menggunakan desain “Before-After” yaitu
desain eksperimen dengan cara membandingkan keadaan sebelum-
sesudah perlakuan (Sugiono, 2010), dengan gambar sebagai berikut:
3.3 Desain Eksperimen (Before-After) Untuk uji skala besar
O1 Nilai sebelum perlakuan O2 Nilai sesudah perlakuan
O1 X
O2
21
DAFTAR PUSTAKA
Borg, R.W. 1983. Educational Research an Introduction, London: Longman.
Dick & Carey. 2001. The Systematic Design of Instruction. United States: Addison-
Wesley Educational Publisher Inc.
Handayaningrum, Warih, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Ekspresi Estetika
di SD. Hasil Penelitian Kebijakan
Handayaningrum, Warih, dkk. 2007.”Pengembangan Model Pembelajaran Seni TAri
untuk Mengingkatkan Kreativitas Anak TK. Hasil Penelitian Hibah Bersaing.
Handayani, Eni Wahyuning. 2003 “ Kumpulan Permainan Anak sebagai Media
Pembelajaran seni tari di TK. Hasil Penelitian DIK
Hajar, Pamadhi dkk. 2011. Pendidikan Seni di SD. Jakarta: Universitas terbuka
Hernawan, A. H dan Novi Resmanai, Andayani, 2007 .Pembelajaran Terpadu di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Kresnadi, Elang dan Benny. 2010. Modul pendampingan Bahan Ajar Non Cetak.
Bermutu. Jakarta Direktorat Ketenagaan Dikti
Munandar, U. 1995. Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Jakarta: Dep Pend dan Kebudayaan DIKTI. Proyek Pendidikan Tenaga
Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013
Pramudi, Jati Juli, 2015. Seni (Rupa) Kontemporer Problem teoritis dan Praktis
dalam Pendidikan Seni, Makalah dalam seminar Kebangkitan Pendidikan Seni
di Indonesia Berbasis Budaya Lokal menjelang Era MEA. ISBN.978-
602-72614-0-2,
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata, N.S 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sutjipto,Katjik & Suseno Kartomihardjo (Penyadur), 1973, Seni Rupa Sebagai Alat
Pendidikan, Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran, IKIP Malang
Tim Penyusun. 2006. Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Winataputra, Udin.S. 2010. Pembaharuan dalam pembelajaran di SD, Jakarta:
Universitas terbuka
22
Yeti, Elindra. 2011. Pembelajaran tari Pendidikan sebagai Upaya pembentukan
karakter Anak Usia Dini melalui pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: UNY
(Proseding Seminar Nasional)
Yumiati dan Uen Rahayu, 2006. Pembelajaran Dengan dan melalui Budaya dalam
mata pelajaran Matematika dan IPA di sekolah
Recommended