View
100
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
Buletin Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Citation preview
Pembina & Penanggung Jawab: Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
Pengarah/Editor: Manerep Siregar, S.P., M.Si
Pimpinan Redaksi: Astriet Y. Manangkoda, S.IK
Staff Redaksi: Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si., Rini Purwanti, S.Si., Muhibuddin Danan Jaya, A.Md
Layout : Lidia Tesa Vitasari Seputro, S.Si
Desain Cover : Muhibbuddin Danan Jaya, A.Md
Sumber Gambar : Dokumentasi ©TNTC
Buletin Tritonis (Tanggap, Realistis, Informatif
dan inspiratif)
Merupakan media informasi dan komunikasi konservasi untuk menyebarluaskan informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara umum, pengelolaan-pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kawasan konservasi Taman Nasion-al Teluk Cenderawasih.
Alamat Redaksi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih Jln. Essau Sesa-Sowi Gunung Manokwari-Papua Barat Telp : (0986)212303 Fax : (0986)214719 E-mail : telukcenderawasih@gmail.com
B u l e t i n t r i t o n i s ,
B a l a i B e s a r T a m a n N a s i o n a l
T e l u k C e n d e r a w a s i h
S u r a t d a r i R e d a k s i
Dalam melakukan pengelolaan kawasan konservasi, perlu
adanya upaya serius dan didukung dengan kegiatan sosial-
isasi kepada stakeholder terkait, sehingga bisa meminimalisir
miss komunikasi dan miss persepsi tentang pengelolaan ka-
wasan TNTC antara pihak pengelola kawasan dengan stake-
holder terkait sebagaimana yang dilakukan pada bulan Juni
yang lalu di Swissbel Hotel Manokwari.
Pada bulan Agustus, Bangsa Indonesia merayakan HUT Ke-
merdekaan RI yang ke-66. Semoga dengan semangat para
pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa,
kita bisa meneladaninya. Semangat para pahlawan ini bisa
kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya da-
lam menunaikan tugas baik di kantor maupun di lapangan.
Pada bulan Agustus umat muslim merayakan Hari Raya Idul
Fitri 1433 H setelah menunaikan Ibadah puasa di bulan Ram-
adhan selama satu bulan penuh. Di tengah menunaikan iba-
dah puasa, kita dituntut untuk tetap semangat dalam
melaksanakan tugas yang diemban.
Dengan semangat kemerdekaan dan ramadhan yang selaras
dengan semangat rimbawan, kita bertekad untuk
mewujudkan visi Kementerian Kehutanan, yaitu Hutan Lestari
untuk Kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan men-
dorong kita untuk tetap maju dalam menatap masa depan
bangsa.
Semoga sajian pada Edisi II Buletin Tritonis ini, berkaitan hasil
hutan bukan kayu ini bisa bermanfaat bagi sidang pembaca
semua.
Liputan
Ekspedisi Gurano Bintang
Upaya Peningkatan Ketrampilan
Masyarakat Kawasan TNTC Melalui
Training Pengelolaan Hasil Laut di
Kampung Napan Yaur
Sosialisasi Pengelolaan Taman Na-
sional Teluk Cenderawasih di Papua
Barat
03
Artikel
Potensi Pohon Mangrove Sebagai
Bahan Pangan dan Obat Alternatif
Bambu sebagai Alternatif Produksi
Hasil Hutan Provinsi Papua Barat
Sutera Sebagai Produk Hasil Budi-
daya yang Cukup Menjanjikan
Sukun Sebagai Bahan Pangan Alter-
natif
Sagu yang Mulai Terlupakan
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Berkeadilan
Pinang Penyambung Kata
10
Serba-serbi
Akal, hati dan Kesombongan Manusia 37
Berita Gambar 20 Kabar Kawasan
Inventarisasi & Identifikasi Jenis
Mangrove di Kampung Yopanggar
Monitoring Habitat Peneluran Penyu
di Pulau Wairundi
29
Biodiversity
Keanekaragaman Jenis Tanaman
Obat di Kampung Iseri, Pulau Rren,
Distrik Yembeki
35
D a f t a r I s i
S U S U N A N R E D A K S I
P a g e 2
Institute San Diego California, Brent S. Stewart,
Ph.D., J.D. dan konsultasi publik dengan mengambil
tempat di Aula Fakultas Peternakan, Perikanan, dan
ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua (UNIPA).
Diskripsi Hiu Paus
Ikan Whale Shark (Rhincodon typus) atau yang
lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai
Hiu Paus ini merupakan ikan terbesar di dunia.
Masyarakat lokal juga memberikan nama Gurano
Babintang atau Gurano Bintang, karena tipe corak
ikan ini seperti bintang-bintang di langit. Hiu Paus
memiliki masa kematangan seksual pada saat su-
dah mencapai panjang 7 – 10 meter, atau saat
usianya mencapai umur 30 tahun. Whale Shark
merupakan tipe ikan penjelajah dengan wilayah
jelajah bisa lintas benua. Ikan ini biasa dijumpai di
Kenya, Seychelles, Chagos Bank, Maldives, Lak-
shadweep, Donsol Philina, Ningaloo Reef, West Aus-
tralia, dan di perairan Papua.
Makanan Gurano Bintang berupa ikan-ikan kecil
yang berkelompok, plankton maupun telur ikan.
Kecilnya ukuran makanan Hiu Paus ini berbanding
terbalik dengan ukuran tubuhnya yang sangat be-
sar. Cara makan biota laut ini dengan cara menyar-
ing makanan dari air / filter feeder.
Ancaman Gurano Bintang
Dalam kuliah umum Mr. Brent juga memaparkan
bahwa ancaman yang dihadapi oleh Hiu Paus cukup
serius, seperti halnya hiu-hiu lainnya. Ancaman per-
buruan Hiu Paus ini sangat besar, karena maraknya
kegiatan perburuan sirip hiu oleh nelayan-nelayan.
G urano Bintang atau Hiu Paus merupakan
ikan terbesar yang bisa kita temui di lautan.
Hiu Paus atau yang memiliki nama latin
Rhincodon typus ini merupakan tipe ikan yang biasa
bermigrasi dapat kita temui di perairan tropis dan
subtropis hangat, dengan suhu air laut antara 180 -
300C. Di Wilayah perairan Indonesia, Hiu paus ini
dapat kita temui di perairan Sabang, Situbondo,
Bali, Nusa Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara,
Maluku dan perairan Papua. Berdasarkan informasi
yang penulis peroleh, untuk wilayah Situbondo ke-
hadiran Gurano Bintang bersifat musiman, se-
dangkan di Perairan Kwatisore, Nabire, Papua, te-
patnya di dalam kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih (TNTC) keberadaan Gurano Bintang
ini dapat kita jumpai setiap hari di bagan ikan miliki
nelayan.
Sebagai tindak lanjut kegiatan pemantauan Hiu
Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang
sudah dilakukan sejak tahun 2010 kerjasama anta-
ra WWF Indonesia dengan Balai Besar Taman Na-
sional Teluk Cenderawasih, pada tanggal 9 – 16
Juni 2012 dilakukan kegiatan Ekpedisi Gurano Bin-
tang di Perairan Kwatisore, Taman Nasional Teluk
Cenderawsaih. Kegiatan ekpedisi ini merupakan
kerjasama antara Pemerintah Daerah Teluk Wonda-
ma, Pemerintah Daerah Nabire, Universitas Negeri
Papua, Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih, Coservation International dan WWF
Indonesia. Dan pada tanggal 18 Juni 2012 dilanjut-
kan dengan Kuliah Umum Hiu Paus oleh seorang
ahli Whale Shark dari Hubbs-Sea World Research
P a g e 3 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2
E k s p e d i s i G u r a n o B i n t a n gE k s p e d i s i G u r a n o B i n t a n gE k s p e d i s i G u r a n o B i n t a n g
L I P U T A N
Sebuah upaya pemantauan sang
raksasa penghuni lautan… . Muhibuddin Danan Jaya, A.Md*)
Paus dilakukan dengan mengambil foto pada sisi
kiri Hiu Paus, tepatnya diatas sirip samping. Cara
menbedakkan antar aindividu hiu paus satu dengan
yang lain dengan melihat pola totol putihnya.
Potensi dan Peluang dan tantangan keberadaan
Gurano Bintang di TNTC
Di beberapa negara, seperti Australia dan Filiphi-
na, keberadaan Hiu Paus secara musiman bisa
menarik kehadiran wisatawan baik domestik mau-
pun maupun wisatawan Internasional. Seperti hal-
nya di Australia, untuk menikmati Hiu paus harus
menggunakan helicopter terlebih dahulu, guna men-
cari posisi keberadaan Hiu Paus, setelah diketahui
posisi koordinat Hiu Paus, kapal yang membawa
wisatawan baru menuju ke titik koordinat yang su-
dah ada, atau Hiu Paus digiring menuju posisi
wisatawan berada. Sedangkan di perairan Kwa-
tisore, keberadaan Hiu Paus yang bisa kita temui
setiap hari, menjadi potensi wisata yang sangat luar
biasa dan menajadi daya tarik tersendiri, karena di
wilayah lain Hiu Paus ini hanya dapat ditemui
musiman.
Keberadaan Hiu Paus di perairan Kwatisore ini
menjadi peluang peningkatan pendapatan masyara-
kat yang berada di sekitar kampung Kwatisore. De-
ngan keberadaan wisatawan yang datang, masyara-
kat bisa menjual jasa yang bisa dinikmati oleh wisa-
tawan. Beberapa jasa yang bisa dijual oleh
masyarakat kepada wisatawan antara lain atraksi
budaya, upacara adat penyambutan tamu maupun
olahan makanan khas masyarakat.
Dengan dilakukan kegiatan ekspedisi Gurano
Bintang ini diharapkan keberadaan Hiu Paus ini
bisa selalu terpantau dan kelestarian di lautan ini
bisa terus terjaga. Supaya bisa selalu dinikmati oleh
anak cucu kita kelak. Selain itu harapannya Hiu
paus akan menjadi ―icon‖ baru sekaligus potensi
Objek Daya Tarik Wisata Alam (OTDWA) baru eco-
tourism campaign yang menjadikan Teluk
Cenderawasih menjadi tujuan wisata utama dengan
minat khusus.
Maraknya perburuan sirip hiu ini disebabkan karena
permintaan yang tinggi terhadap sirip hiu, untuk
bahan baku pembuatan soup sirip hiu yang terkenal
dengan kelezatan rasanya. Funsi sirip hiu paus ini
untuk membantu bermanufer dalam air. Jika Hiu
diambil siripnya, maka tidak bisa hidup lagi.
Ancaman lainnya, beberapa ikan ini sering dite-
mukan terdampar di wilayah pesisir pantai saat me-
lakukan migrasi. Jika tidak segera tertolong, bisa di-
pastikan ikan ini akan mengalami kematian. Be-
berapa bulan yang lalu di temukan dua ikan terdam-
par di pesisir pantai selatan Jawa, tepatnya di wila-
yah bantul, daerah istimewa Jogjakarta. Bahkan
pada tahun 2011 ditemukan Hiu Paus terdampar di
pantai pangandaran, oleh masyarakat ikannya
dipotong dan dagingnya dikonsumsi. Kejadian ikan
terdampar di wilayah pesisir pantai ini salah satu
penyebabnya terjebak di wilayah perairan dangkal
di pesisir pantai pada saat ikan mencari makan
berupa telur-telur ikan hasil pemijahan pada saat
ikan mengalami musim kawin.
Mr Brent memaparkan kegiatan yang dilakukan
selama kegiatan ekspedisi, dari 30 Hiu Paus yang di
tagging, 29 Ikan berkelamin jantan, sedangkan
yang betina hanya ditemui satu ikan saja. Yang jadi
tandatanya besar disini, ikan hiu yang betina di-
mana keberadaannya? Hal ini akan menjadi men-
jadi ancaman serius akan masa depan ikan hiu
paus jika jumlah populasi Hiu paus betina yang
mampu bereproduksi sangat sedikit serta masih
maraknya kegiatan perburuan hiu paus.
Identifikasi Hiu paus
Hiu Paus ini memiliki keunikan yang khas dari
corak tubuhnya. Kulit Hiu Paus memiliki ketebalan
2 mm berwarna abu-abu ini memiliki corak totol-
totol warna putih. Totol-totol pada hiu paus ini men-
jadi semamcam sidik jari pada jari manusia, se-
hingga untuk membedakan individu satu dengan
yang lainnya dapat dilihat dari tipe totol yang di-
milikinya. Salah satu metode pemantauan dan iden-
tifikasi Hiu Paus dikenal dengan istilah Photo ID.
Metode ini meruapkan metode yang paling men-
dasar dan tidak bersifat invasif. Pemantauan Hiu
P a g e 4 B u l e t i n t r i t o n i s
L I P U T A N … .
*)Penyuluh Kehutanan Pelaksana pada BBTNTC
mampu meningkatkan pendapatan mereka. Dari
keterampilan yang diperoleh, diharapkan
masyarakat mampu mengembangkan dan
menjadikannya sebagai alternatif pendapatan sehar
-hari, disamping sebagai nelayan.
Diharapkan dengan adanya kegiatan Training
Pengelolaan Hasil Laut di Kampung Napan Yaur,
masyarakat kampung Napan Yaur lebih memahami
bentuk lain dari pemanfaatan hasil laut selain
dikonsumsi secara langsung dan selanjutnya
mampu meningkatkan penghasilan mereka dengan
cara menjual hasil laut yang telah diolah.
Peserta kegiatan Training Pengolahan Hasil Laut
di Kampung Napan Yaur ini adalah ibu-ibu, karena
diharapkan keterampilan ini akan lebih mudah
dipraktekan, mengingat ibu-ibu lebih sering berada
di dapur dan diharapkan akan lebih fokus dalam
mempraktekan keterampilan yang didapat.
Diharapkan kemampuan untuk mengolah hasil ikan
tangkapan dapat lebih bervariasi dan memberikan
alternatif penghasilan. Pada umumnya ibu-ibu di
kampung ini sehari-hari hanya membantu suami
mereka yang merupakan nelayan, terkadang
mereka ikut suami mereka ke kota untuk menjual
hasil tangkapan.
W ilayah Kampung Napan Yaur yang terletak
di Kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih, tepatnya pada Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II
Yeretuar, Bidang Pengelolaan Taman Nasional
(BPTN) Wilayah I Nabire, memiliki kawasan yang
cukup baik dilihat dari segi keaktifan
masyarakatnya. Masyarakat kampung Napan Yaur
sangat antusias dalam upaya pengelolaan Taman
Nasional Teluk Cenderawasih. Selain itu di
kampung ini juga terdapat Pondok kerja SPTN
Wilayah II Yeretuar dan Field Station WWF.
Masyarakat Napan Yaur sebagian besar memiliki
pekerjaan sebagai nelayan. Ikan yang didapatkan
hanya dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari.
Padahal seharusnya masyarakat mampu
memperoleh keuntungan dari mengolah lebih lanjut
hasil ikan yang didapat. Masyarakat dapat menjual
hasil tangkapan tersebut yang sebelumnya diolah
terlebih dahulu menjadi berbagai macam produk
ikan yang baru sebelum dijual. Hal ini tentunya akan
menambah nilai jual dari ikan tersebut serta
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Peningkatan kapasitas masyarakat Napan Yaur
dalam hal pengolahan hasil laut, diharapkan
U p a y a P e n i n g k a t a n K e t r a m p i l a n
M a s y a r a k a t K a w a s a n T N T C M e l a l u i
T r a i n i n g P e n g e l o l a a n H a s i l l a u t
d i K a m p u n g N a p a n Y a u r
L I P U T A N
Sebuah upaya peningkatan kapasitas
masyarakat sekitar kawasan konservasi Widia Nur Ulfah, S.Pi*)
P a g e 5 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2
kampung, seperti bumbu dan rempah-rempah agak
sulit diperoleh, kondisi cuaca pada saat pelatihan
pembuatan kerupuk ikan tidak mendukung
dikarenakan mendung dan sedikit gerimis, ada
beberapa masyarakat yang tidak berada di
kampung dikarenakan melakukan perjalanan ke
kota sehingga target peserta yang diharapkan
terpenuhi, mengalami sedikit kendala dalam proses
penyebaran informasi, bahan untuk pelabelan
produk tidak tersedia di kampung dikarenakan
tidak adanya sumber listrik serta peralatan cetak
lainnya, sehingga perlu ke kota untuk membuat
label produk tersebut.
Namun dari beberapa kendala tersebut diatas,
dapat dilihat antusiasme warga masyarakat
kampung Napan Yaur dalam kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Balai Besar Taman Nasional
Teluk Cenderawasih selaku pengelola kawasan
taman nasional. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
kesadaran masyarakat kampung Napan Yaur sudah
tinggi, sehingga perlu adanya pembinaan seperti
kegiatan training pengolahan hasil laut ini, guna
membantu masyarakat setempat memperoleh
penghasilan lain selain dari penjualan ikan hasil
tangkapan secara langsung.
Kegiatan ini diharapkan memberikan dampak
positif terhadap pertumbuhan perekonomian
kampung, dimana masyarakat yang sudah memiliki
kemampuan untuk mengolah hasil ikan tangkapan
dalam berbagai produk, mampu menjual hasil
Saat dilakukan training ini peserta terlihat
sangat antusias dalam mengikuti seluruh materi
yang diajarkan oleh penyampai materi. Adapun
materi yang disampaikan kepada peserta training
adalah pembuatan kerupuk ikan, pembuatan
pindang ikan serta pembuatan abon ikan. dari hasil
observasi panitia kegiatan ternyata ada peserta
yang baru pertama kali mengetahui abon ikan, oleh
karena itu kegiatan peningkatan kapasitas
masyarakat seperti ini sangatlah membantu dalam
membuka wawasan serta keterampilan bagi
masyarakat. Secara umum, peserta bisa dikatakan
mudah memahami materi yang diberikan.
Kegiatan training pengolahan hasil laut ini
dilaksanakan sebagai salah satu tugas dari Balai
Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih selaku
pengelola kawasan taman nasional, dimana tugas
tersebut adalah meningkatkan kapasitas sumber
daya masyarakat yang tinggal di dalam kawasan
konservasi, sehingga secara tidak langsung akan
mengurangi tekanan dan gangguan di dalam
kawasan oleh karena pemanfaatan yang dilakukan
oleh masyarakat di dalam kawasan. Sehingga
diperoleh kondisi kawasan yang tidak tereksploitasi
secara berlebihan dan tetap terjaganya ekosistem
kawasan.
Saat kegiatan dilaksanakan, ada beberapa
kendala yang dihadapi oleh panitia pelaksana
kegiatan yaitu lokasi kampung yang jauh dari kota
sehingga bahan-bahan sebagian tidak ada di
L I P U T A N … .
Suasana Praktek Pengolahan Hasil Laut
P a g e 6 B u l e t i n t r i t o n i s
L I P U T A N … .
semangat dan kreativitas masyarakat yang tinggal
disekitar kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih. Kegiatan serupa diharapkan dapat
dilaksanakan di tempat lain dan materi yang
diberikan juga bisa lebih beragam. Diharapkan
masyarakat kampung Napan Yaur dapat diarahkan
untuk menanam sendiri tanaman bumbu untuk
memasak, sehingga memudahkan masyarakat
dalam mendapatkan bumbu masakan. Kegiatan ini
diharapkan bisa berlanjut menjadi skala usaha dan
masyarakat bisa mendapatkan pendapatan dari
usaha tersebut.
− ☼ −
olahan tersebut sehingga memberikan kontribusi
dalam pertambahan pendapatan masyarakat
kampung. Diharapkan kedepan kegiatan-kegiatan
yang bersifat peningkatan kapasitas masyarakat
atau pemberdayaan masyarakat lebih ditingkatkan,
dikarenakan masyarakat adalah ujung tombak
pengelolaan keamanan kawasan sehingga perlu
mendapatkan perhatian yang lebih dari pengelola
kawasan yaitu Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih.
Kegiatan semacam ini dirasa mampu
meningkatkan wawasan serta mendorong
*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC
P a g e 7 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2
*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC
L I P U T A N
Kegiatan Sosialisasi Pengel-
olaan kawasan Taman Nasional
Teluk Cenderawasih dilaksanakan
di Hotel Swiss Bell Manokwari
pada tanggal 21 Juni 2012.
Kegiatan ini mengundang per-
wakilan dari seluruh elemen
masyarakat baik jajaran Muspida
Papua Barat yaitu Bappeda
Provinsi Papua Barat, Bappedalda
Provinsi Papua Barat, Kantor Im-
igrasi Manokwari, Stasiun Karanti-
na Ikan Pengendalian Mutu dan
Hasil Perikanan kelas II Sorong,
Stasiun Karantina Pertanian
Manokwari, Kepala SKPD lingkup
Provinsi Papua Barat dan Kabu-
paten Manokwari, Dinas Pari-
wisata Provinsi Papua, Kelompok
Pecinta Alam Pelita, WWF Indone-
sia, Fakultas Peternakan, Peri-
kanan dan Ilmu Kelautan UNIPA
serta para pengusaha yang berge-
rak dibidang usaha Pariwisata
Alam dan Jasa Perhotelan di ling-
kup Provinsi Papua dan Papua
Barat. Instansi lain yang turut
diundang dalam kegiatan ini
terkait hal perlindungan kawasan
antara lain dari Kesatuan Militer
yaitu Kodim 1703, Manokwari
dan TNI AL Fasharkan serta
Kepolisian Resort Manokwari.
Maksud dari dilaksanakan
kegiatan ini adalah sebagai wa-
dah untuk melakukan koordinasi
dengan berbagai instansi terkait,
dengan harapan memperoleh
Taman Nasional Teluk
Cenderawasih (TNTC) memiliki
kawasan laut yang lebih luas un-
tuk dikelola dibandingkan dengan
kawasan daratannya. Hal ini men-
imbulkan beberapa kendala yang
menghambat jalannya proses
pengelolaan kawasan secara gar-
is besar, contohnya dengan
terbatasnya personil Polisi Kehu-
tanan sebagai petugas perlin-
dungan dan pengawasan kawa-
san dimana kawasan perairan
yang lebih luas dan tidak
dilengkapi dengan perlengkapan
maupun sarana perlindungan
hutan/kawasan TNTC yang me-
madai, dengan demikian dapat
dibayangkan banyaknya pelang-
garan yang akan terjadi di dalam
kawasan. Salah satu upaya tindak
lanjut dari permasalahan tersebut
diatas diantaranya adalah dengan
melakukan kegiatan Sosialisasi
Pengelolaan Kawasan TNTC.
S o s i a l i s a s i P e n g e l o l a a n
T a m a n N a s i o n a l T e l u k
C e n d e r a w a s i h d i P a p u a B a r a t
Pembukaan Acara Sosialisasi
P a g e 8 B u l e t i n t r i t o n i s
Sosialisasi pengelolaan demi pengelolaan yang
lebih terintegrasi dan sinergi… . Kurnianingsih, A.Md*)
*)Calon Polhut pada BBTNTC
L I P U T A N … .
rah Bidang Pengelolaan Wilayah I
Nabire, wisata Whale Shark. Me-
dia Trans TV pernah meliput
keberadaan Hiu Paus tersebut
dan ditayangkan dalam media
elektronik (Televisi).
Setelah dilakukan pemaparan
dari beberapa pemateri, dibuka
forum Tanya jawab. Dalam sesi ini
terdapat beberapa pertanyaan
dan tanggapan dari peserta so-
sialisasi pengelolaan TNTC. Be-
berapa pertanyaan yang disam-
paikan oleh peserta kegiatan so-
sialisasi pengelolaan TNTC sepu-
tar pengelolaan kawasan antara
lain mengenai dampak langsung
yang dapat dirasakan oleh
masyarakat lokal dengan
keberadaan Taman Nasional Te-
luk Cenderawasih. Ada juga per-
tanyaan mengenai bagaimana
pengelolaan sampah sebagai aki-
bat dari pembuangan kapal-kapal
yang beraktifitas di dalam kawa-
san khususnya bagi keindahan
alam dan kenyamanan masyara-
kat lokal, serta kegiatan pem-
berdayaan masyarakat lokal dan
bagaimana penanganan potensi
wisata dengan adanya Hiu Paus.
Selain pertanyaan-pertanyaan
bersifat membangun yang disam-
paikan oleh para peserta dalam
kegiatan sosialisasi ini, terdapat
juga beberapa masukan dari pe-
serta masukan bagi pengelolaan
TNTC. Beberapa masukan terse-
but antara lain mengenai pengel-
olaan ekowisata yang saat ini
sedang ramai diperbincangkan
yaitu wisata bersama Hiu Paus
(Whale Shark). Dalam hal ini
pengelolaan wisata hiu paus
sebaiknya dapat berjalan seiring
dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat lokal, dengan
demikian dapat meningkatkan
pendapatan bagi masyarakat ter-
sebut dan menimbulkan rasa
kepemilikan yang tinggi sehingga
meningkatkan kesadaran untuk
memelihara daerahnya secara
baik dan bijaksana.
Dengan dilaksanakannya
kegiatan Sosialisasi Pengelolaan
Kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih di Papua Barat ini,
peserta mengetahui dengan jelas
program kerja BBTNTC serta
pihak BBTNTC mendapatkan ma-
sukan untuk meningkatkan upaya
pengelolaan kawasan TNTC ke
arah yang lebih baik serta
mensinergikan program kerjanya
dengan program kerja para Stake-
holders yang memiliki kepent-
ingan dengan kawasan TNTC.
− ☼ −
kesamaan persepsi mengenai
pegelolaan TNTC secara jelas dan
menyeluruh antara seluruh
pemangku kepentingan yang
langsung dan tidak langsung terli-
bat dalam pengelolaan kawasan,
sehingga diperoleh arah ke-
bijakan pengelolaan kedepan
yang lebih baik dan terintegrasi
serta terkoordinasi dengan baik
oleh masing-masing institusi yang
terlibat di dalamnya.
Tujuan dilaksanakannya
kegiatan ini antara lain mem-
berikan penjelasan megenai
rencana pengelolaan taman na-
sional kepada para stakeholders,
mendapatkan masukan berupa
saran yang membangun dari para
stakeholders untuk pengelolaan
yang lebih baik.
Materi yang diberikan dalam
kegiatan sosialisasi Pengelolaan
Taman Nasional Teluk
Cenderawasih antara lain
mengenai Kementerian Kehu-
tanan, Pengelolaan TNTC dan
rencana kerja jangka pendek dan
jangka panjang, Perlindungan dan
pengamanan kawasan, permasa-
lahan yang dihadapi dan
bagaimana cara penanganani
masalah tersebut, potensi kawa-
san dan pemaparan Program
WWF dalam mendukung optimal-
isasi Pengelilaan TNTC. Adapun
potensi TNTC yang sedang
berkembang pesat saat ini adalah
bidang wisata. Khususnya di dae-
P a g e 9 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2
Suasana Penyampaian Materi dan Diskusi
A R T I K E L
butkan bahwa keunggulan HHBK dibandingkan den-
gan hasil kayu adalah :
Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan keru-
sakan yang besar terhadap hutan dibandingkan
dengan pemanfaatan kayu. Karena pemanenannya
tidak dilakukan dengan menebang pohon, tetapi
dengan penyadapan, pemetikan, pemangkasan, pe-
mungutan, perabutan dll
Beberapa HHBK memiliki nilai ekonomi yang be-
sar per satuan volume (contohnya, nilai jual gaharu
per kg ataupun per cm3 sangat besar). Peman-
faatan HHBK dilakukan oleh masyarakat secara
luas dan membutuhkan modal kecil sampai mene-
ngah. Dengan demikian pemanfaatannya dapat me-
ningkatkan kesejahteraan masyarakat dan usaha
pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak ka-
langan masyarakat. Teknologi yang digunakan un-
tuk memanfaatkan dan mengolah HHBK adalah
teknologi sederhana sampai menengah.
Bagian yang dimanfaatkan adalah daun, kulit,
getah, bunga, biji, kayu, batang, buah dan akar
cabutan. Dengan demikian pemanfaatan HHBK ti-
S ejauh ini kebanyakan hasil hutan yang di-
manfaatkan adalah kayu. Bahkan sering kita
mendengar berita hutan di berbagai daerah
di Indonesia mengalami degradasi. Isu global warm-
ing menjadi berita terpanas beberapa tahun tera-
khir. Itu adalah salah satu dampak buruk dari pem-
anfaatan hutan (kayu) yang tidak bertanggung ja-
wab. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menga-
tasinya. Dari mulai menanam pohon yang pro-
gramnya juga menjadi salah satu program primado-
na di Kementerian Kehutanan, hingga REDD
(Reducing Emission from Deforestation and Forest
Degradation) dimana banyak negara maju dan
berkembang yang terlibat di dalamnya. Selain itu
juga kini banyak terdengar pemanfaatan Hasil Hu-
tan Bukan Kayu (HHBK) yang tentunya mengurangi
dampak buruk dari pemanfaatan kayu hutan serta
pada beberapa contoh, juga bisa dimanfaatkan un-
tuk bahan pangan alternatif.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam peman-
faatannya memiliki keunggulan dibanding hasil
kayu, sehingga HHBK memiliki prospek yang besar
dalam pengembangannya. Sudarmalik et.al. menye-
P o t e n s i P o h o n M a n g r o v e S e b a g a i
B a h a n P a n g a n d a n O b a t A l t e r n a t i f
Sebuah potensi yang perlu dioptimalkan
diversifikasi pemanfaatan …. Widia Nur Ulfah, S.Pi*)
B u l e t i n t r i t o n i s P a g e 1 0
P a g e 1 1 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
A R T I K E L … .
Tak dapat dipungkiri bahwa ketahanan pangan
merupakan salah satu isu global yang juga tengah
melanda masyarakat Indonesia. Betapa tidak, sering
kita lihat pada berita di televisi di daerah A,
masyarakatnya memakan nasi ―aking‖ atau nasi
basi yang dikeringkan kemudian ditanak kembali.
Sebetulnya jika kita mau lebih ―kreatif‖, masih ada
sumber pangan lainnya yang masih layak. Bagi se-
bagian besar penduduk yang tinggal di pesisir, ma-
sih banyak bahan-bahan di sekitar lingkungannya
yang bisa dijadikan alternatif bahan pangan, salah
satunya adalah buah mangrove.
Mangrove merupakan vegetasi yang hidup di
daerah pasang surut, berfungsi sebagai penyangga,
fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi farmasi dan
juga buahnya dapat dijadikan makanan serta mi-
numan segar. Sejauh ini kita mengenal mangrove
berfungsi sebagai penahan arus dan mengurangi
dampak buruk tsunami, namun ternyata pada salah
satu bagian pohon mangrove juga memiliki fungsi
yang tak kalah hebatnya. Fungsi inilah yang mungkin
bagi sebagian orang, masih asing. Bagian ini adalah
buah mangrove.
Buah mangrove ternyata telah diuji kandungan
gizinya sehingga bisa dikatakan layak untuk dikon-
sumsi. Masyarakat pada beberapa daerah telah me-
manfaatkan buah mangrove untuk diolah menjadi
dodol, kue, krupuk, jus, dan bahkan kosmetik. Pe-
manfaatan buah mangrove ini tentunya bisa melatih
dak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan.
Walaupun HHBK memiliki keunggulan diban-
dingkan dengan hasil kayu, tetapi pemanfaatan
HHBK belum dilaksanakan secara optimal. Be-
berapa permasalahan yang terkait dengan peman-
faatan HHBK adalah :
1. Belum ada data tentang potensi, sebaran dan
pemanfaatan HHBK baik yang sudah diketahui
maupun yang belum diketahui manfaatnya. Hal
tersebut menyebabkan perencanaan pemanfaa-
tan HHBK tidak dapat dilakukan.
2. Pemanfaatan HHBK hanya terfokus pada HHBK
yang memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga me-
ngancam kelimpahan populasi HHBK.
3. Budidaya HHBK belum seluruhnya diketahui se-
cara pasti. Karena selama ini pemanfaatan
HHBK berasal dari hutan alam dan upaya untuk
melakukan budidaya belum dilakukan. Sehingga
perlu dilakukan upaya mendapatkan teknologi
budidaya HHBK. Pemanfaatan HHBK hanya dil-
akukan secara tradisional. Karena sifatnya tradi-
sional maka kualitas produk masih rendah.
4. Tata niaga HHBK masih banyak yang tersembunyi
dan ketiadaan akses informasi pasar sehingga
tidak memberikan margin pemasaran yang besar
pada petani/pengambil HHBK. Untuk itu perlu
dilakukan analisis pemasaran untuk memberikan
margin pemasaran yang besar bagi petani.
5. Pemerintah kurang memberikan kebijakan yang
bersifat insentif baik pada aspek pemanfaatan
HHBK maupun pengembangannya.
Sementara itu permasalahan yang terkait de-
ngan produk HHBK yang saat ini mendesak untuk
diperhatikan secara serius adalah terjadinya penu-
runan potensi sebagai akibat adanya pemanfaatan
dan belum dikuasainya teknologi budidaya yang te-
pat. Hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan
produk HHBK (seperti madu, gaharu, damar, rotan,
jernang, getah merah dll) untuk mensupply kebutuh-
an masyarakat, baik permintaan dari dalam maupun
luar negeri.
Sumber: http://kesematblog.com.
mengolah bagian pohon mangrove tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://kesematblog.com. Potensi Buah Mangrove
Sebagai Alternatif Sumber Pangan [13 April
2012 15.28 WIT]
http://mbahsangkil.com. Hutan-mangrove-dan-
pemanfaatanya [10 Mei 2012 10.00 WIT]
Purnobasuki, Hery. Potensi Mangrove Sebagai
Tanaman Obat. Universitas Airlangga. Sura-
baya. http://www.irwantoshut.com [10 Mei
2012 12.00 WIT]
Sudarmalik, Y. Rochmayanto, Purnomo. Peranan
Beberapa Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di
Riau dan Sumatera Barat. Prosiding Seminar
Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : 199-219
Wibowo, Cahyo, Cecep Kusmana, Ani Suryani, Yekti
Hartati, Poppy Oktadiyani. Pemanfaatan Pohon
Mangrove Api-api (Avicennia spp.) sebagai Ba-
han Pangan dan Obat. Prosiding Seminar Hasil-
Hasil Penelitian IPB 2009. Bogor.
− ☼ −
A R T I K E L … .
P a g e 1 2 B u l e t i n t r i t o n i s
kreatifitas masyarakat dalam mengolahnya. Dari be-
berapa jenis tanaman mangrove, Avicennia spp.
atau disebut juga api-api misalnya sejak beberapa
abad yang lalu dimanfaatkan secara tradisional
oleh masyarakat pesisir di Indonesia sebagai pakan
ternak (daun), sayuran dan makanan (biji/buah),
obat-obatan (getah untuk mencagah kehamilan,
salep dari biji untuk obat cacar/penyembuh luka),
dan abu kayu untuk sabun cuci. Wibowo dkk (2009)
dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
daun dari Avicennia spp. memiliki kadar protein,
serat dan karbohidrat yang cukup tinggi, sehingga
jenis ini bisa dijadikan alternatif bahan pangan. Pa-
da hasil penelitian yang sama juga menyimpulkan
bahwa senyawa aktif pada berbagai jaringan tana-
man api-api, yaitu alkaloid, flavonid, tannin dan sap-
onin merupakan senyawa potensial yang dapat di-
manfaatkan sebagai bahan baku industri obat-
obatan.
Biji tanaman mangrove juga dilaporkan sesuai
untuk bahan pakan ternak. Untuk kepentingan anal-
gesik (pembiusan), senyawa dari Acanthus illici-
folius, Avicennia marina, dan Excoecarcia agallho-
cha mempunyai khasiat bius namun efektivitasnya
masih sedikit di bawah khasiat morfin. Buah dari
Sonneratia juga dapat diolah menjadi sirup, dodol,
krupuk, jenang bahkan klepon. Khasiatnya sendiri
salah satunya adalah mengandung yodium alami.
Bruguiera gymnorrhiza atau biasa disebut Lindur
dikonsumsi dengan cara mencampurkannya de-
ngan nasi
Selain beberapa produk hasil olahan dari man-
grove diatas, masih banyak lagi manfaat yang bisa
diambil dari tanaman mangrove. Tentunya ek-
splorasi kandungan kimia mangrove sangatlah
penting dilakukan, sehingga selanjutnya informasi
tersebut dapat dimanfaatkan untuk memajukan
ilmu medis ataupun ilmu-ilmu lainnya yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat bermanfaat
bagi manusia. Dukungan berbagai pihak termasuk
pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) tentunya sangat diperlukan, mengingat masih
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara
*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC
P a g e 1 3 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
A R T I K E L
minyak-minyakan, getah), produk berkekuatan (ex:
rotan, bambu) sampai dengan produk budidaya (ex:
lebah madu, sutera alam).
Salah satu jenis dari hasil hutan non kayu ada-
lah bambu. Bambu yang memiliki nama ilmiah Bam-
bosa sp. dan merupakan famili Graminaceae me-
mang sudah lama dikenal oleh masyarakat kita dan
sudah memiliki hubungan keterikatan yang begitu
kuat. Klasifikasi ilmiah bambu dijelaskan sebagai
berikut:
Dari kurang lebih 1.000 spesies bambu dalam
80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera
ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja,
1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar
60 jenis. Di Indonesia, bambu ditemukan di dataran
rendah sampai pegunungan dengan ketinggian
sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan di
tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari
genangan air.
Kingdom : Plantae
Ordo : Poales
Family : Graminaceae
Genus : Bambuseae
Species : Bambosa sp.
S Salah satu penyokong ekonomi dan pem-
bangunan Indonesia berasal dari sumber
daya hutan. Potensi dan kuantitasnya yang
berlimpah menjadikan hutan sebagai areal ek-
sploitasi tiada henti. Sampai sekarang, banyak
masyarakat yang menganggap bahwa hasil hutan
hanyalah kayu, padahal ada banyak manfaat dan
produk yang bisa diambil dari sana. Namun seiring
dengan perkembangan zaman serta meningkatnya
jumlah manusia, kebutuhan akan kayu semakin
tidak terkendali. Ketimpangan yang semakin jauh
antara suplay dan demand kayu mengakibatkan
dampak negatif bagi kelangsungan hutan di dunia.
Berbagai cara ditempuh agar mampu mengeluarkan
kayu dari hutan baik legal maupun illegal. Oleh
karena itu manusia mulai berfikir kembali untuk
mencari alternatif pengganti dari kebutuhan kayu
yang semakin tinggi. Hasil hutan non kayu
merupakan solusi yang efektif. Namun pada
kenyataannya hasil ini masih dianggap sebagai
hasil sampingan dari hutan. Padahal bila kita mau
melihat potensi dan kuantitasnya, hasil hutan non
kayu tidak kalah dengan produk kayu. Bahkan hasil
hutan non kayu tidak hanya terdiri atas satu jenis
saja (tidak seperti kayu). Tumbuhan ekstraktif (ex:
B a m b u S e b a g a i A l t e r n a t i f P r o d u k s i
H a s i l H u t a n P r o v i n s i P a p u a B a r a t
Bambu dengan potensinya mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat…. Imam Setyo Hartanto, S.Hut*)
P a g e 1 4 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L … .
Industri kerajinan bambu selama ini banyak
berkutat di Pulau Jawa sedangkan di Papua,
kerajinan ini masih sangat jarang ditemui, padahal
Provinsi Papua Barat memiliki potensi tanaman
bambu yang cukup banyak dan bervariasi.
Walaupun belum banyak penelitian mengenai
bambu di Papua Barat, namun secara kasat mata
dapat kita lihat banyaknya jumlah dan jenis bambu
sepanjang jalan trans Papua. Menurut penelitian
dari Susanto Iwan dkk. (2000) dijelaskan bahwa
sepanjang daerah Amban Pantai-Kabupaten
Manokwari saja ada 6 (enam) jenis tanaman bambu
antara lain: Schizotacchyum brachycladum Kurz.,
Schizotacchyum zollingeri Steeud. Bambosa
forbessii dan Phyllostacchys aurea. Ekspansi
industri di Provinsi Papua Barat bisa menjadi salah
satu alternatif solusi dalam peningkatan produk
bambu dalam negeri. Dengan kegiatan
pengembangan skill dan kewirausahaan produk,
diharapkan pulau Papua bisa menjadi salah satu
supliyer produk kerajinan bambu dalam negeri.
Selain itu bambu seharusnya bisa menjadi alternatif
kerajinan masyarakat asli Papua. Ukir-ukiran khas
Papua bisa menggunakan bahan dasar bambu
sebagai alternatif bahan dasar selain kayu. Bambu
juga bisa dijadikan pengganti bahan konstruksi
perumahan.
Tentu saja hal ini tidaklah mudah, sebab
masyarakat asli pun belum banyak menggarap dan
memanfaatkan jenis tanaman ini. Namun hal
pertama yang seyogyanya dilakukan adalah
membangun jiwa kewirausahaan masyarakat Papua
Barat sebab dengan potensi sumber daya alam
(termasuk bambu) yang melimpah maka sungguh
sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan
seoptimal mungkin. Langkah selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah mengenalkan jenis tanaman
bambu kepada masyarakat Papua. Tidak sekedar
aspek ekonomi, akan tetapi juga perlu dijelaskan
benefit secara ekologi dan lingkungan. Bambu juga
diketahui mampu melakukan laju fotosintesis 35%
lebih cepat dibandingkan dengan jenis pohon
lainnya. Sehingga kandungan oksigen (O2) yang
dihasilkan tanaman bambu lebih banyak dan lebih
cepat dari tanaman yang lain. Selain itu, daya serap
air tanaman bambu yang mencapai 90% sangat
berperan dalam sistem hidrologi dan mencegah
erosi.
Bambu merupakan salah satu tanaman yang
memiliki kemampuan bertahan yang tinggi. Selain
bisa bertahan dalam suhu yang tinggi dan ekstrim,
bambu juga diketahui termasuk ke dalam jenis
tanaman yang cepat tumbuh. Tinggi tanaman bam-
bu berkisar antara 15-20 meter dan tinggi maksi-
mal dapat dicapai pada usia 5-6 tahun. Pertum-
buhan tinggi bambu muda antara 10-30 cm per hari
bahkan bambu Tulda bisa mencapai 70 cm per hari.
Pertumbuhan batang bambu dalam rumpun antara
5-20 batang per tahun (Asep, 2012). Bambu bisa
digunakan sebagai dinding rumah, tiang penyangga
bahkan atap. Namun belum banyak orang yang
mampu mengolah bambu lebih lanjut.
Produk bambu dari hasil industri kecil yang beru-
pa bahan kerajinan dapat memberi sokongan signif-
ikan terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. An-
yaman, pernak-pernik, mainan anak-anak merupa-
kan produk kerajinan bambu yang sering kita temui.
Sebagai bahan kerajinan, bambu sama dengan
kayu karena merupakan bahan mentah yang peka
terhadap pengaruh luar baik yang bersifat fisis,
kimiawi, maupun biologis. Bahan pengawet dan
pemantap dan perekat sering digunakan dalam
pembuatan barang kerajinan kayu dan bambu.
Pada dasarnya pangsa pasar industri kerajinan
bambu ini cukup luas (termasuk di luar negeri),
namun akibat jumlah industri, SDM dan modal yang
terbatas, kita belum bisa melakukan ekspansi di
luar negeri.
*)PEH Ahli pada BPTN Wilayah IIII Ransiki
Saat masyarakat mulai mengenal, menyukai dan
mengembangkan tanaman ini, maka akan sangat
mungkin Provinsi Papua Barat bisa menjadi
kawasan industri kerajinan bambu alternatif. Selain
bisa meningkatkan produk pasar kerajinan bambu
nasional, hal ini juga akan berimbas pada
peningkatan ekonomi masyarakat Papua sendiri.
Harapannya dengan memperbanyak diversifikasi
industri dan produk bambu maka kita akan bisa
menguasai pangsa pasar duni yang selama ini
didominasi oleh negara Cina.
Daftar Pustaka
Nia K., Asep, 2012. Bambu Alternatif Restorasi
Merapi. Buletin Konservasi Alam I:22-24.
Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan
dan Hutan Lindung-Kementerian Kehu-
tanan. Jakarta.
Tim Penyusun. 2000. Buletin Penelitian Botani
―Beccariana‖ Vol 2 Nomor 1, Mei 2000:
Jenis-jenis Bambu di Daerah Amban Pantai
Kabupaten Manokwari. Herbarium
Manokwariense, Pusat Penelitian Keane-
karagaman Hayati UNIPA. Manokwari.
P a g e 1 5 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
A R T I K E L … .
A R T I K E L
dari China dengan ciri-ciri:
kokonnya berbentuk bulat dan
berwarna putih kekuningan.
jenis Eropa, berasal dari Eropa
dengan ciri-ciri: kokonnya
berwarna besar,berwarna putih
jenis tropik,ulat sutera dari
daerah tropik denbgan ciri-ciri:
kokon kecil dan berwarna
beraneka ragam.
2. Menurut banyaknya menurunkan
generasi
jenis monovoltine, yaitu ulat
sutera yang kupunya mengalami
penggenerasian (menghasilkan
telur dan menetas menjadi ulat
sutera) sekali dalam setahun.
jenis bivoltine, yaitu jenis yang
mengalami penggenerasian 2 kali
dalam setahun.
jenis poly atau multivoltine, yaitu
jenis yang mengalami
penggenerasian lebih dari 2 kali
dalam satu tahun.
Ulat sutera sendiri dipelihara
dengan daun murbei sebagai
sumber makanannya. Tanaman
murbei dalam bentuk kebun
sebaiknya ditanam di daerah
dengan ketinggian diatas 400m
dari permukaan laut, bersuhu
antara 200C -280C dengan kondisi
tanah yang subur dan cukup
persediaan air. Jenis tanaman
murbei yang sudah dibudidayakan
antara lain Morus alba, Morus
multicaulis, Morus nigra, morus
katayana, Morus echinose, Morus
chahulu, dan Morus kumpei.
Ketersediaan daun murbei harus
cukup secara kontinyu,hal ini untuk
memberikan jaminan bagi
pemeliharaan ulat sutera, biasanya
pembudidaya ulat sutera sekaligus
menanam murbei agar dapat
memberikan ketersediaan pakan
bagi ulat sutera yang dipelihara.
Potensi daun murbei yang
memadai (maksimal) apabila
hasilnya antara 25-35 ton/ha,
termasuk cukup apabila antara 15-
25 ton/ha dan kurang (minimal)
apabila hasilnya kurang dari 15
ton/ha.
Pemeliharaan ulat sutera
Ulat sutera akan mengalami
perubahan kondisi dalam 5 stadia,
S utera merupakan produk
Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) yang berasal dari
kegiatan usaha atau budidaya
(pemeliharaan) hewan khususnya
serangga. Usaha ini dapat
dilakukan dengan skala industri
yang dapat menyerap banyak
tenaga kerja. Sutera alam
dihasilkan dari usaha persuteraan
alam yaitu dengan memelihara ulat
sutera dengan memberi makan
daun murbei(Morus sp), sehingga
diperoleh kokon sebagai sumber
serat atau benang sutera.
Ulat sutera alam ( Bombyx mori
L) yang dipelihara di negara kita
berasal dari Jepang, China,dan
beberapa negara asia tengah. Jenis
-jenis ulat sutera yang sudah
dikenal antara lain :
1. Menurut asalnya
Jenis Jepang,berasal dari Jepang
dengan ciri-ciri antara lain: kupu-
kupunya mampu bertelur banyak,
kokonnya berlekuk dan berwarna
putih.
jenis China,ulat sutera berasal
S u t e r a S e b a g a i P r o d u k H a s i l
B u d i d a y a y a n g C u k u p M e n j a n j i k a n
Doc: Agung Rizal
Topo Budi Dhanarko, S.Pi*) Sebuah potensi yang patut ditengok … .
P a g e 1 6 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L … .
2. Pengeringan kokon
Pengeringan kokon bertujuan
untuk mematikan pupa,
mengeringkan serat-serat kokon
basah menjadi kering dan serat-
serat tersebut agar terhindar dari
parasit(maggot)
3. Perebusan kokon
Perebusan kokon dalam air
panas suhu 60-1000C dilakukan
pada awal sebelum pemintalan,
dimaksudkan untuk melarutkan zat
serisin yang berada pada bagian
luar serat kokon. Bagian ini kurang
lebih sebanyak 25% dari jumlah
serat kokon. Bagian dalam serat
kokon yang merupakan serat yang
akan diambil dan dipintal tersusun
atas zat fibroin yaitu bagian inti
serat kokon dan merupakan
sumber serat penyusun benang
sutera alam yang akan dihasilkan.
Pengambilan filamen dan
pemintalannya
Pengambilan filamen(ujung
serat) dilakukan dengan bantuan
sikat dari sabut tempurung kelapa
atau sabut ijuk diputar-putar dan
dikenakan pada masing-masing
kokon yang direbus. Satu benang
sutera standar dapat diperoleh
dengan memintal 10-20 buah serat
kokon. Selama proses pemintalan,
jika ada serat kokon yang putus
harus dilakukan penyambungan.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi produk benang
sutera :
1. Kualitas kokon;
2. Bentuk,berat,dan ukuran kokon;
3. Panjang serat, reelability dan
daya gulung;
4. Daya tarik dan kelenturan;
5. Jenis alat pintal;
6. Ketrampilan sumber daya
manusia dan manajemen usaha.
yaitu stadia ulat kecil (1, 2, 3) dan
stadia ulat besar (4 dan 5).
Pemeliharaan stadia ulat kecil
dilakukan dalam ruangan semi
laboratorium. Pada ruangan ini
harus bebas dari hama penyakit
yang memungkinkan akan
mematikan ulat-ulat kecil, suhu dan
kelembaban udaranya dikontrol
serta kebutuhan cahaya (lampu
dan sinar matahari) tertentu. Pem-
berian makannya berupa pucuk
daun murbei yang dirajang
diberikan sesuai jadwal.
Pemeliharaan ulat besar
dilakukan dalam barak-barak
pemeliharaan, yaitu ruangan
terlindung yang cukup ventilasi
udaranya dan memungkinkan
adanya pengaturan kebutuhan
cahaya seperlunya. Pengokonan
biasanya dibantu pekerja dengan
menempatkan tiap-tiap ulat sutera
pada satu kotak yang tersedia pada
sasak tetapi dapat pula dibiarkan
mencari tempat pengokonannya
sendiri. Pada kotak ini kemudian
dihasilkan kokon yang dipanen.
Dalam satu kg kokon biasa
terdapat 700-750 buah kokon dan
jika dipintal biasanya menghasilkan
benang seberat 0,1—0,15 kg saja.
Pemintalan benang sutera
Kegiatan pemintalan benang
sutera terlebih dahulu diawali
dengan seleksi kokon, pengeringan,
perebusan dan pemintalan.
1. Seleksi kokon
Kokon yang hendak direbus
terlebih dahulu diseleksi dengan
memperhatikan kondisi kokon yaitu
bersih, besar, putih, dan tidak cacat
serta dibersihkan dari bulu-bulu
luar yang ada.
Kegunaan benang sutera
sendiri adalah sebagai bahan dasar
bagi kain tenun sutera dan
menghasilkan berbagai ragam
ketebalan dan kualitasnya. Kain
sutera dapat dijadikan pakaian
sehari-hari, selendang, batik, pita,
dasi, tas, dan lain-lain.
Dengan melihat produk yang
dihasilkan maka usaha persuteraan
alam hendaknya dikembangkan
dengan menambah areal budidaya
dengan didukung peningkatan
kualitas produksinya dan strategi
pemasaran produk sehingga akan
menghasilkan daya saing baik
ditingkat dalam maupun luar
negeri.
Daftar Pustaka
Kasmudjo,2011.Hasil Hutan Non
kayu. Suatu Pengantar.
Cakrawala Media. Yogyakarta.
− ☼ −
*)Calon PEH pada BPTN
Wilayah II Wasior
Kokon siap pintal
Doc: Agung Rizal
P a g e 1 7 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2
A R T I K E L
bahwa ternyata bangsa ini belum memiliki skema
yang jelas terkait ketahanan pangan. Produksi ba-
han pangan sampai dengan saat ini belum memiliki
tujuan yang jelas. Pemetaan kebutuhan pasar, ru-
mah tangga dan bahan cadangan belum terpetakan
dengan baik. Jalur distribusi bahan pangan juga
masih semrawut sehingga mudah dimainkan di
pasaran. Lebih ironis lagi adalah para petani kita se-
lalu menjadi korban dengan harga beli bahan pa-
ngan yang relative sangat murah.
Masyarakat kita juga dinilai sangat primordial
terhadap bahan pangan tertentu yaitu beras dan
kedelai. Ketergantungan terhadap kedua bahan
pangan ini menyebabkan mindset bahwa ―kalo ti-
dak makan nasi (beras) berarti belum makan nama-
nya…‖ atau ―kalo tidak ada tempe, berarti belum
ada lauk…‖. Hal-hal seperti inilah yang perlu kita
benahi.
Masyarakat kita perlu disadartahukan bahwa
yang namanya pangan tidak sekedar dua produk
tadi. Sumber karbohidrat tidak hanya didapat dari
beras dan sumber protein tidak sekedar berasal
dari tempe. Mencari bahan pangan alternatif men-
jadi salah satu solusi dalam mengatasi krisis pa-
ngan bahan ini.
Pendahuluan
S ungguh sebuah ironi, bangsa Indonesia yang
memiliki kekayaan alam yang begitu melim-
pah dan luas geografis yang sangat besar
ternyata beberapa tahun terakhir mengalami krisis
pangan. Bangsa yang dulu telah dikenal luas
dengan swasembada pangannya pada dekade 80-
90 an sekarang tengah mengalami keterpurukan di
bidang pangan. Jagung, gula, buah bahkan beras
pun harus kita impor setiap tahunnya guna memen-
uhi kebutuhan masyarakat kita. Berita paling santer
saat ini adalah krisis kedelai yang terjadi di pasar.
Impor kedelai kita yang sangat besar menyebabkan
kita tidak siap menghadapi kelangkaan pasar saat
negara pengekspor (ex: Amerika Serikat dan Brazil)
mengalami penurunan produksi atau bahkan gagal
panen. Hal ini menyebabkan harga kedelai di pasa-
ran meroket tajam, bahkan beberapa pengrajin ta-
hu-tempe terpaksa gulung tikar karena tidak mam-
pu menanggung cost yang dikeluarkan untuk bahan
baku tersebut. Inilah kenyataan pahit yang harus
diterima bangsa Indonesia.
Diversifikasi Produk Pangan
Kondisi di atas telah menyadarkan banyak pihak
S u k u n S e b a g a i B a h a n P a n g a n
A l t e r n a t i f
Diversifikasi bahan pangan menjadi
sebuah alternatif mengatasi krisis
pangan… . Imam Setyo Hartanto, S.Hut*)
P a g e 1 8 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L … .
sukun tumbuh optimal pada ketinggian 0 m – 400
m dpl, dengan tanah alluvial yang kaya humus. Cu-
rah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman
sukun adalah 1500 mm – 2500 mm/th dengan
kelembaban 70% - 90%. Tanaman sukun tumbuh
baik di tempat yang lembab panas, dengan temper-
atur antara 15 - 38°C.
Tanaman sukun mulai berbuah pada umur 4 ta-
hun, tetapi pada lingkungan yang sesuai seringkali
berbuah pada umur 3 tahun. Satu batang pohon su-
kun dapat menghasilkan 50 – 100 buah setiap
panen atau 100 kg – 150 kg (rata-rata berat buah
berkisar 1,5 kg- 2 kg). Buah sukun berbentuk lon-
jong, berkulit hijau dan kekuning-kuningan, dengan
daging buah putih krem, karbohidrat tinggi dan
setelah masak bertekstur padat, lunak dengan rasa
gurih manis. Sukun juga dikenal sebagai tanaman
serbaguna sebab selain buahnya digunakan seba-
gai bahan makanan berkarbohidrat tinggi, setiap
bagian tanaman sukun juga memiliki manfaat yang
beragam. Kayu tanaman sukun bisa digunakan se-
bagai bahan bangunan, meubel dan peralatan ru-
mah tangga lainnya, serat kayu ranting dan tanam-
an sukun muda bisa digunakan sebagai bahan ma-
terial serta pakaian bahkan getah, daun dan bun-
ganya dapat digunakan sebagai bahan obat.
Menurut Maruhum (1991) dalam Setiadi (2006),
pada daerah tertentu sukun dapat digunakan seba-
gai alternatif pangan dimana pada bulan Januari-
Pebruari dan September-Oktober sering terjadi
musim panceklik padi. Selain itu mengingat vitamin
yang terkandung di dalamnya, buah sukun sangat
cocok sebagai makanan pengganti, selain ubi jalar,
singkong, maupun talas. Dalam setiap 100 gram
buah sukun terkandung air (65 gr – 85 gr), protein
(1,2 gr – 1,4 gr), lemak (0,2 gr – 0, 5 gr) serta kar-
bohidrat (21,5 gr – 31,7 gr) dan juga terdapat kan-
dungan kalsium (18 mg – 32 mg), phosphor (52 mg
– 88 mg), zat besi (0,4 mg – 1,5 mg) dan vitamin A
(26-40 IU) (FAO, 1972).
Diversifikasi Lahan Pangan
Selain itu kita juga bisa melakukan diversifikasi
lahan pangan. Jika pemerintah Indonesia jeli maka
ada banyak sekali lahan yang bisa digunakan untuk
produksi pertanian. Lahan kosong, lahan tidur, la-
han tidak produktif dan berbagai jenis lahan lainnya
masih memiliki potensi besar untuk dapat ditanami
jenis produk pertanian. Ribuan bahkan jutaan lahan
tak bertuan dapat dipakai untuk ditanami tanaman
pangan.
Pengembangan produk pertanian yang berkutat
di Pulau Jawa perlu dicarikan alternatif lain, antara
lain: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Pun tidak melulu dengan jenis produk pertanian
yang sama. Sebagai contoh Papua dijadikan sentra
produksi sagu di Indonesia yang didukung oleh fasi-
litas (sarana-prasarana), pemasaran dan adver-
tising. Pulau Sumatera bisa dijadikan sentra beras
kedua setelah Jawa atau pengembangan jenis pro-
duk lainnya seperti kedelai dan kacang-kacangan.
Namun ini semua tidak akan berhasil tanpa
dukungan dari semua pihak (pemerintah, industri
dan masyarakat).
Tanaman Sukun Sebagai Pengganti Beras
Seperti yang sudah diuraikan di awal bahwa
masyarakat kita masih cenderung primordial terha-
dap bahan makanan terutama beras sebagai sum-
ber karbohidrat utama. Padahal banyak sekali jenis
tanaman lain yang bisa dikembangkan sebagai ba-
han pangan alternatif.
Tidak perlu jauh mencari ke dalam hutan atau
daerah terpencil, di sekitar pekarangan rumah kita
banyak dijumpai tanaman pangan yang bisa tum-
buh secara alami. Salah satu tanaman pekarangan
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat kita ada-
lah sukun. Sukun yang dikenal dengan beberapa
nama ilmiah, yaitu: Artocarpus communis Forst,
Artocarpus incisa Linn, atau Artocarpus altilis.
Sukun masuk kedalam jenis tanaman dari family
Moraceae.
Sukun dapat tumbuh hampir disemua tipe lahan
dan jenis tanah di Indonesia mulai dari tepi pantai
sampai ketinggian 700 m dpl. Namun secara umum
P a g e 1 9 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2
B E R I T A G A M B A R
P a g e 2 0 B u l e t i n t r i t o n i s
P a g e 2 1 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
B E R I T A G A M B A R
han pangan alternatif, industri perlu mendukung
sarana-prasarana pengembangan produk olahan
sukun dan masyarakat pun perlu melakukan diver-
sifikasi produk makanan melalui tanaman sukun,
bahkan jika perlu membudidayakan sukun di seki-
tar pekarangannya. Jika ini bisa berjalan simultan
dan kontinu dapat dipastikan bahwa swasembada
bahan pangan negara kita akan bisa diwujudkan.
Daftar Pustaka
Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun.
http://www.irwantoshut.com, diunduh pada 19
Juli 2012.
Setiadi, Dedi., dkk. 2006. Sukun Komoditi Pangan
Alternatif Hutan Kemasyarakatan. Pusat Lit-
bang Hutan Tanaman
− ☼ −
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai gizi
tepung sukun tidak kalah dengan bahan pangan
lainnya bahkan cenderung lebih unggul. Tanaman
sukun mampu berbuah secara kontinu dan tidak
terpengaruh oleh curah hujan. Selain relatif cepat
dalam menghasilkan buah, tanaman sukun juga
mudah dibudidayakan. Oleh karena itu sukun mem-
punyai prospek yang sangat baik sebagai bahan
pangan pengganti beras.
Di samping itu produk hasil olahan langsung dari
buah sukun segar juga sangat beragam di masyara-
kat kita misalnya keripik sukun, apem sukun, bolu
cup sukun, getuk sukun, kroket sukun, prol sukun
dan sebagainya. Bahkan beberapa penelitian maha-
siswa terbaru telah mampu menciptakan nasi ber-
bahan dasar sukun yang cepat masak dengan for-
mulasi nasi 50% tepung sukun dan 50% tepung
beras. Tentu hal ini menjadi arah positif bagi
pengembangan jenis tanaman sukun.
Penutup
Selama ini tanaman sukun belum banyak dikem-
bangkan apalagi dijadikan produk pangan utama
oleh pemerintah. Bahkan kecenderungannya
tanaman sukun semakin tersingkirkan sehingga
kuantitas (jumlahnya) semakin tahun semakin tu-
run. Padahal dengan nilai gizi yang begitu tinggi
maka tanaman ini patut dijadikan produk utama
pengganti beras.
Adalah tugas seluruh elemen bangsa menjadi-
kan bahan pangan ini kuat sehingga kita tidak perlu
lagi krisis pangan. Pemerintah bertugas mengem-
bangkan dan mempromosikan sukun sebagai ba-
A R T I K E L … .
*)PEH Ahli pada BPTN Wilayah III Ransiki
Jenis Bahan Pangan
Energi (kal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohid-rat (gr)
Tepung Sukun 302 3,6 0,8 78,9
Buah Sukun Tua
108 1,3 0,3 28,2
Beras 360 6,8 0,7 78,9
Jagung 129 4,1 1,3 30,3
Ubi Kayu 146 1,2 0,3 34,7
Ubi Jalar 123 1,8 0,7 27,9
Kentang 83 2,0 0,1 19,1
P a g e 2 2 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
S a g u y a n g M u l a i T e r l u p a k a n
dengan baik pada kelembaban udara nisbi berkisar
40% - 90% sedangkan suhu optimal untuk per-
tumbuhan sagu berkisar antara 24,50 °C – 29 °C.
Sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat
potensial disamping beras, khususnya bagi masyara-
kat kawasan timur Indonesia seperti Papua dan Malu-
ku sagu merupakan salah satu makanan pokok. Di
dunia sendiri ada tujuh spesies sagu, yaitu: (a) Metrox-
ylon sagu Rottb. (b) Metroxylon rumphii Mart. (c)
Metroylon micracanthum Mart. (d) Metroxylon longispi-
num Mart. (e) Metroxylon sylvestre Mart. (f) Metroxylon
filarae (g) Metroxylon elatum
Ditinjau dari segi taksonominya, sagu merupakan
salah satu tanaman dari suku Arecacea. Adapun con-
toh klasifikasi taksonomi salah satu spesies sagu ada-
lah sebagai berikut:
S iapa yang mau dengan papeda dan ikan kuah
kuning hangat?? Jawabanya pasti semua orang
berkata maauuuu…karena rasanya memang
yummmiii broo..Ya itulah sebait cerita bila kita sedang
berada di lapangan. Kadangkala, banyak diantara kita
yang senang makan papeda tetapi tidak mengenal
secara mendalam asal usulnya. Papeda adalah ma-
kanan sejenis bubur khas dari wilayah Indonesia timur
yang terbuat dari tepung sagu.
Sagu merupakan salah satu hasil hutan non kayu
yang potensial. Penyebarannya meliputi wilayah Asia
Tenggara, Melanesia, Mikronesia dan Polinesia. Di
Indonesia sendiri daerah penyebaran sagu cukup luas,
mulai dari Sumatera, Kepulauan Riau, Nias,
Kalimantan, Sulawesi, Banten, Maluku dan Papua.
Akan tetapi daerah penghasil sagu yang utama adalah
Papua, Maluku (terutama Seram dan Halmahera),
Sulawesi, Kalimantan (terutama Kalimantan Barat)
dan Sumatera (terutama Riau). Penyebaran tanaman
sagu hanya terbatas di wilayah tropis karena berkaitan
dengan syarat tumbuh sagu yang hanya sesuai dengan
land system di daerah tropis. Sagu dapat tumbuh
sampai pada ketinggian 700 m dpl akan tetapi
produksi sagu terbaik ditemukan sampai ketinggian
400 m dpl. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan
Ferguson, tipe iklim A dan B sangat sesuai untuk
pertumbuhan sagu dengan rata-rata curah hujan
tahunan 2500 - 4000 mm/tahun. Sagu dapat tumbuh
Sebuah potensi yang perlu dioptimalkan
diversifikasi pemanfaatanya …. Veve Ivana Pramesti,S.Hut*)
P a g e 2 3 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachedobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu Rttb.
A R T I K E L … .
Selain diambil patinya, sagu dapat dimanfaatkan
sebagai: (a) Pelepahnya dipakai sebagai dinding atau
pagar rumah; (b) Daunnya digunakan untuk atap; (c)
Kulit atau batangnya dapat dijadikan sebagai kayu
bakar; (d) Ampas sagu dapat dijadikan sebagai ma-
kanan ternak; (e) Serat sagu dapat dibuat hardboard
atau bricket bangunan bila dicampur dengan semen;
(f) Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong menjadi
3-5 rantai glukosa (modifief starch) dapat dipakai un-
tuk menguatkan daya adesif dari proses pewarnaan
kain pada industri tekstil dan; (g) Tepung sagu dapat
diolah menjadi berbagai jenis makanan.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
BPS dan Deptan, konsumsi sagu masyarkat di Indone-
sia tahun 1999-2004 mencapai 0,5 kg/kapita/tahun
sedangkan pada tahun 2009-2010 konsumsi sagu
menurun menjadi sekitar 0,41 kg/kapita/tahun serta
pada tahun 2011 menurun lagi menjadi 0,3 kg/
kapita/tahun. Menurunya konsumsi sagu ini tentunya
sangat tidak mendukung program diversifikasi pangan
khususnya dalam hal sagu sebagai alternatif subtitut
tepung lainya.
Saat ini masyarakat dalam kawasan TNTC baru
sebatas memanfaatkan tepung sagu untuk bahan
baku makanan tradisional seperti papeda dan bagea.
Padahal tepung sagu dapat dijadikan alternatif pangan
dimasa mendatang karena dapat berfungsi sebagai
subtitut dari penggunaan tepung lain seperti gandum
dan beras yang selama ini disuplai dari luar negeri
(impor). Mengingat begitu besar potensi peran sagu di
masa mendatang, maka sudah selayaknya bila kita
peduli terhadap sagu yang pada saat ini mulai dilupa-
kan dan bahkan ditinggalkan karena dianggap bernilai
ekonomi rendah. Eat sagoo everyday dimulai dari
sekarang. − ☼ −
Secara morfologis, tanaman sagu memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
Bunga dan Biji
Sagu termasuk tanaman monokarpic, yaitu tanam-
an yang setelah sekali berbunga mati. Bunganya
berwarna merah dan berpasangan tersusun secara
spiral. Sepasang berisi 1 bunga jantan dan 1 bunga
hermaprodit dan biasanya sebagian besar bunga
jantan gugur sebelum mencapai antesis. Biji bunga
(buah pelok) membulat-merapat turun sampai
mengerucut sungsang tertutup dengan sisik, ber-
bentuk ketupat, kuning kehijauan, berubah menjadi
warna kuning jerami atau sesudah buah jatuh bagian
dalamnya terdapat lapisan bunga karang berwarna
putih. Bentuk biji setengah membulat dengan selaput
biji berwarna merah tua.
Daun
Bentuk daun menyirip dengan warna daun hijau
muda sampai hijau tua. Tangkai daun kokoh melebar
pada pangkalnya menuju pelepah daun yang melekat
pada batang. Pelepah dan tangkai daun berduri.
Akar dan Batang
Akar sagu termasuk tipe serabut yang cukup keras
seperti nipah. Sagu mempunyai akar nafas. Batang
sagu bisa mencapai diameter hingga 60 cm dengan
tinggi mencapai 25 m. Batangnya merupakan tempat
penimbunan utama pati yang dihasilkan melalui pros-
es fotosintesa. Batang sagu terbentuk setelah russet
berakhir yaitu setelah berumur sekitar 45 bulan dan
kemudian membesar serta memanjang dalam kurun
waktu sekitar 54 bulan. Batang tanaman sagu mem-
iliki kulit luar yang keras (lapisan epidermal) dan em-
pulur tempat menyimpan pati.
Masyarakat di kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih menyebut proses pembuatan tepung
sagu sebagai tokok sagu. Proses tokok sagu yang bi-
asa dilakukan oleh ibu-2 relatif sederhana, yakni se-
bagai berikut: (1) Batang sagu dibelah dan dikupas
untuk membuang kulit luar yang keras; (2) Batang
sagu dicincang menjadi bagian-bagian kecil yang halus
sehingga terbentuk bubur sagu; (3) Bubur sagu terse-
but disaring berulang kali hingga airnya menjadi jernih;
(4) Pati yang diperoleh diendapkan dan dibuang air
sisa endapanya dan; (5) Pati hasil endapan dijemur
sampai menjadi tepung sagu kering.
Aktivitas masyarakat dalam mengolah sagu
(menyaring sagu)
*)Calon Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC
P a g e 2 4 B u l e t i n t r i t o n i s
A R T I K E L
mendorong pengembangan HHBK. Ini adalah kebi-
jakan pertama yang mengidentifikasi 558 jenis
HHBK (494 jenis HHBK nabati dan 64 jenis HHBK
hewani) yang menjadi urusan atau kewenangan ke-
hutanan, dan yang menyebutkan bahwa HHBK bu-
kan hanya berasal dari hasil pemungutan namun
juga dapat berasal dari hasil budidaya. Dengan
adanya kebijakan ini maka terbuka kesempatan un-
tuk membangun hutan tanaman HHBK.
b. Permenhut P.36/Menhut-II/2008
Permenhut P.36/Menhut-II/2008 memberi ke-
sempatan yang luas kepada perorangan, koperasi
dan perusahaan untuk berpartisipasi dalam
pengembangan HHBK, baik di hutan alam
(IUPHHBK-HA) maupun di hutan tanaman (IUPHHBK
-HT). Luas areal IUPHHBK yang dapat dikelola ada-
lah maksimum 10 hektar untuk perorangan, 30
hektar untuk koperasi dan belum ditetapkan luas-
nya untuk perusahaan. Dengan adanya kebijakan
ini maka tersedia landasan untuk membangun hu-
tan tanaman HHBK.
c. Permenhut P.21/Menhut-II/2009
Kebijakan ini menjelaskan kriteria, indikator dan
standar yang digunakan untuk mengukur dan me-
netapkan HHBK unggulan, yaitu HHBK yang mem-
punyai manfaat sosial tinggi dan mampu meng-
gerakkan perekonomian daerah. Kriteria yang
digunakan adalah (a) ekonomi, (b) biofisik dan ling-
kungan, (c) kelembagaan, (d) sosial, dan (e)
teknologi.
d. Perpres No. 36 tahun 2010
Memuat tentang daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan
persyaratan di Bidang Penanaman Modal ada 11
Pendahuluan
Dari perspektif pelaksanaan prioritas pembangunan
bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup,
pembangunan kehutanan ditujukan guna memberi-
kan dampak pada dalam pemanfaatan sumberdaya
hutan untuk pembangunan ekonomi, serta pening-
katan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup,
yang secara bersamaan akan memberikan kontri-
busi pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Ber-
dasarkan arah kebijakan dan strategi pemba-
ngunan nasional tersebut ditetapkan visi pemba-
ngunan kehutanan dalam Renstra Kementerian Ke-
hutanan Tahun 2010-2014, yaitu ―Hutan Lestari
Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadil-
an‖. Guna mewujudkan visi tersebut ditetapkan be-
berapa misi Kementerian Kehutanan, dengan arah
kebijakan prioritas pembangunan salah satunya
yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat 5 Permenhut
RI. No. P.10/Menhut-II/2011, yaitu revitalisasi pe-
manfaatan hutan dan industri kehutanan termasuk
komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK).
Kebijakan Pengembangan HHBK
Fungsi strategis HHBK sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menun-
jang keberhasilan pengelolaan hutan dan pemba-
ngunan daerah semakin mendapat perhatian dari
Pemerintah. Hal ini ditunjukkan oleh keluarnya
berbagai kebijakan yang terkait dengan HHBK.
Secara ringkas, isi kebijakan yang mendukung
pengembangan HHBK tersebut adalah sebagai beri-
kut:
a. Permenhut P.35/Menhut-II/2007
Kebijakan ini memberi landasan dan sekaligus
H a s i l H u t a n B u k a n K a y u ( H H B K ) U n t u k
K e s e j a h t e r a a n M a s y a r a k a t
B e r k e a d i l a n
Eric Rosady, A.Md*)
Budidaya tanaman HHBK dapat menjadi sarana meningkatkan kesejahteraan masyarakat….
P a g e 2 5 E d i s i i i A g u s t u s 2 0 1 2
A R T I K E L … .
lalui kemitraan dengan perusahaan pengelola dan
pemegang ijin pemanfaatan hutan produksi. Terkait
dengan kegiatan konservasi sumberdaya alam telah
dilakukan pengembangan desa konservasi seba-
nyak 132 unit. Sedangkan guna untuk memberikan
akses masyarakat terhadap usaha ekonomi di-
bidang kehutanan termasuk aspek permodalannya,
pada Kementerian Kehutanan telah dibentuk Ba-
dan Layanan Umum (BLU) yang akan memberikan
fasilitasi kelembagaan serta permodalan kepada
masyarakat dalam pengembangan hutan tanaman
industri (HTI) dan hutan tanaman rakyat (HTR).
Daftar Pustaka
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2007.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/
Menhut-II/2007 tanggal 28 Agustus 2007 ten-
tang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2008.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/
Menhut-II/2008 Tentang Izin Usaha Peman-
faatan Hasil Hutan Bukan Kayu Dalam Hutan
Alam (IUPHHBK-HA) / Dalam Hutan Tanaman
(IUPHHBKHT). Jakarta.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2009.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.21/
Menhut-II/2009 Tentang Kriteria dan Indikator
Penetapan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Ung-
gulan. Jakarta.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2010.
PERMENHUT RI NO. 8/2010 TENTANG
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENHUT
TAHUN 2010-2014. Jakarta.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2011.
PERMENHUT RI. No. P.10/Menhut-II/2011.
Tentang 6 (ENAM) KEBIJAKAN PRIORITAS
BIDANG KEHUTANAN DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN NASIONAL KABINET
INDONESIA BERSATU II. Jakarta.
Puspitojati T. 2011. Persoalan definisi hutan dan
hasil hutan dalam hubungannya d e n g a n
pengembangan HHBK melalui hutan tanaman.
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 8
(3):210 – 227.
− ☼ −
jenis komoditas HHBK.
Upaya dalam Pengembangan HHBK
Budidaya tanaman HHBK dapat menjadi sarana
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Budidaya
intensif menghasilkan HHBK yang tinggi, meningkat-
kan dan menyamakan kualitas HHBK, memu-
dahkan pengaturan volume dan waktu produksi,
serta memberi kesempatan kerja secara berkelan-
jutan di pedesaan. Selain itu, budidaya HHBK juga
dapat menurunkan tekanan terhadap pemungutan
HHBK komersial yang berlebihan sehingga ke-
lestarian hutan alam lebih mudah diwujudkan
(Puspitojati 2011). Mengingat potensi penting
HHBK sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan
masyarakat maka Kementerian Kehutanan melun-
curkan kebijakan yang mendorong pengembangan
HHBK, yaitu melalui usaha pemanfaatan HHBK di
hutan alam dan usaha pemanfaatan HHBK di hutan
tanaman. Pengembangan HHBK di hutan alam sulit
diimplementasikan karena sistem silvikultur peman-
faatan HHBK di hutan alam serta informasi tentang
jenis, potensi dan penyebarannya belum tersedia
atau tersedia secara terbatas. Selain itu, hutan
alam umumnya memiliki beragam jenis HHBK yang
potensi setiap jenisnya rendah. Dalam kondisi
demikian, hanya beberapa jenis HHBK dengan po-
tensi besar yang dapat dikembangkan.
Hal-hal lain yang terkait dengan kegiatan
pengembangan HHBK untuk kesejahteraan
masyrakat, antara lain dibentuknya sentra HHBK
sebanyak 10 unit, dalam hal ini ouput yang
dihasilkan sudah dilakukan fasilitasi pembentukan
dan berfungsinya sentra HHBK unggulan di 30 ka-
bupaten. Penetapan HHBK unggulan sebanyak 6
jenis, fasilitasi produksi HHBK sebanyak 10 unit,
penguatan kelembagaan petani HHBK, dan
pengembangan kemitraan industri dan petani
HHBK, serta mendorong pengembangan industri
pengolahan HHBK. Kegiatan pengembangan eko-
nomi masyarakat yang terkait dengan kegiatan
usaha pemanfaatan hutan produksi telah dilakukan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
serta kegiatan bina desa hutan yang dilakukan me-*)Calon Polhut pada Seksi PTN Wilayah IV Roon
P a g e 2 6 B u l e t i n t r i t o n i s
P a g e 2 7 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
A R T I K E L
pai 18 m, bahkan ada yang mencapai 30 m dengan
lingkaran batang 44-80 cm. Pada batang pinang ter-
dapat bekas pelepah daun yang dapat dipakai un-
tuk menduga umur tanaman. Jumlah bekas daun
baru mencapai 13-14 helai per meter, dan umur
tanaman pinang diperkirakan bias mencapai 60-
100 tahun.
c. Bunga
Tanaman pinang mulai berbunga pada umur 4-6
tahun setelah penanaman. Bunganya berbentuk
rangkaian (inflorencentina), berupa tandan yang ter-
letak di bawah pelepah daun. Setiap tandan bunga
ditutupi oleh seludang (spatha) yang panjang rata-
rata 75 cm dan lebar 45,9 cm.
d. Buah dan biji
Buahnya berwarna hijau ketika masih muda dan
berubah menjadi jingga atau merah kekuningan
setelah masak. Buahnya berbiji satu dan mempu-
nyai kulit buah yang banyak sekali mengandung
serat. Dalam biji pinang mengandung senyawa poly-
phenol, flavonoid, tanin, alkaloid dan mineral. Buah
pinang merupakan tipe buah batu karena keras.
Buah berbentuk bulat telur dan panjang buah seki-
tar 3-7 cm dengan diameter buah antara 4-5 cm
serta biji 1,9 cm. Buah pinang terdiri atas 3 lapisan
yaitu lapisan luar (epicarp) yang tipis, lapisan te-
ngah (mesocarp) berupa serabut dan lapisan dalam
(endocarp) berupa biji.
Buah pinang oleh masyarakat papua biasanya
dimanfaatkan untuk makan pinang bersama sirih,
kapur dan rokok (kakes). Di tanah Papua, khusus-
P inang….kata yang satu ini pasti sudah tidak
asing lagi ditelinga kita. Pinang adalah
tanaman sejenis palem yang merupakan ha-
sil hutan non kayu dari suku Arecacea yang serba-
guna. Tanaman Pinang dapat dimanfaatkan mulai
dari daun, buah dan batangnya. Tumbuhan ini ter-
sebar mulai dari wilayah Afrika bagian timur, Asia
hingga Kepulauan Pasifik. Adapun klasifikasi takso-
nomi pinang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L.
Pinang memiliki ciri-ciri morfologi yang unik, yakni:
a. Akar
Tanaman pinang yang baru tumbuh tunasnya
berakar tunggang, namun dalam perkembangnya
akan tumbuh akar-akar yang lain sehingga mem-
bentuk akar serabut. Banyaknya akar serabut ter-
gantung paada kesuburan tanah, iklim dan kesu-
buran tanaman.
b. Batang
Batang pinang berbentuk bulat dan tumbuh lu-
rus, tidak bercabang dengan ketinggian bisa menca-
P i n a n g P e n y a m b u n g K a t aP i n a n g P e n y a m b u n g K a t aP i n a n g P e n y a m b u n g K a t a
Sebuah potensi yang penting sebagai
bahan kontak… . Veve Ivana Pramesti, S.Hut*)
☼ −
nya Manokwari kita akan dengan mudah mendapati
orang makan pinang. Kakes pada mulanya dilaku-
kan hanya pada waktu upacara adat, syukuran dan
untuk menghormati datangnya tamu. Akan tetapi
seiring perkembangan jaman, kakes dilakukan se-
tiap hari dan sudah merupakan kebiasaan sehari-
hari sehingga akar budaya setempat khususnya
dalam hal komunikasi.
Peranan pinang dalam bidang komunikasi sa-
ngat penting khususnya bagi rekan-rekan di lapang-
an yang akan melakukan penyuluhan ataupun so-
sialisasi kepada masyarakat di kawasan Taman
Nasional Teluk Cenderawasih. Penyuluhan meru-
pakan proses mengubah perilaku sasaran suluh
agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan pe-
rubahan sikap dan perilaku sehingga tujuan penyu-
luhan dapat tercapai. Demi tercapainya perubahan
sikap dan perilaku sasaran suluh maka dalam pros-
es penyuluhan tersebut dapat dilakukan pem-
bujukan. Dalam pembujukan tersebut diperlukan
kondisi komunikasi yang mendukung. Oleh karena
itu dimanfaatkan aktivitas kakes sebagai sarana
pembujukan (alat kontak komunikasi) agar sasaran
suluh tanpa sadar dan tanpa paksaan mau mengi-
kuti ajakan dari penyuluh. Selain digunakan untuk
kakes, tanaman pinang juga dimanfaatkan untuk
obat cacingan, menguatkan gigi dan gusi, mereda-
kan batuk berdahak, mengobati sakit pinggang dan
difteri.
−
A R T I K E L … .
P a g e 2 8 B u l e t i n t r i t o n i s
Pinang kering
*)Calon Penyuluh Kehutanan pada BBTNTC
K A B A R K A W A S A N
mangrove (Dahuri et al, 2001).
Hutan mangrove merupakan salah satu tipe
ekosistem yang juga terdapat dalam kawasan
Taman Nasional Teluk Cenderawasih diantara tipe
ekosistem lainnya yang merupakan penyumbang
keanekaragaman hayati dan ekosistem. Salah satu
lokasi hutan mangrove di Taman Nasional Teluk
Cenderawasih ini terdapat di sekitar Kampung
Yopanggar yang secara adminsitratif terletak di
Distrik Teluk Duairi, Kabupaten Teluk Wondama .
Hutan mangrove tersebut berada ± 1 Km dari
Kampung Yopanggar yang juga termasuk dalam
wilayah kerja Bidang Pengelolaan Taman Nasioanl
Wilayah II Wasior, Seksi PTN Wilayah III Aisandami.
Masyarakat disekitar Kampung Yopanggar sering
memanfatkan keberadaan hutan mangrove
tersebut, baik sebagai tempat untuk mencari kayu
bakar, memasang jerat untuk menangkap satwa liar
seperti babi hutan maupun aktifitas-aktifitas lain
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Keanekaragaman jenis mangrove di sekitar
Kampung Yopanggar tersebut telah teridentifikasi
melalui kegiatan inventariasi dan identifikasi
magrove yang dilaksanakan bulan Juni 2012.
Kegiatan inventarisasi menggunakan metode garis
berpetak dengan mengamati dan mendata jumlah
H utan mangrove mempunyai karateristik
yang unik dengan berbagai sistem
perakaran maupun fungsi ekologi yang
dikandungnya. Hutan mangrove merupakan
komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi
oleh beberapa species pohon mangrove yang
mampu tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang surut pantai berlumpur (Bengen 2000).
Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada
daerah intertidal yang cukup mendapatkan
genangan air laut secara berkala dan aliran air
tawar, dan terlindung dari gelombang besar dan
arus pasang surut yang kuat. Oleh karenanya
mangrove banyak ditemukan di pantai-pantai teluk
yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai
yang terlindung.
Mangrove tumbuh optimal diwilayah pesisir yang
memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran
airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan
diwilayah pesisir yang tidak terdapat muara sungai,
hutan mangrove pertumbuhannya tidak optimal.
Mangrove tidak dapat atau sulit tumbuh di wilayah
pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus
pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak
memungkinkan terjadi pengendapan lumpur,
substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan
I n v e n t a r i s a s i & I d e n t i f i k a s i J e n i s
M a n g r o v e d i K a m p u n g Y o p a n g g a r
P a g e 2 9 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
Sebuah potensi yang memerlukan campur
tangan kita untuk menjaga kelestariannya… . Moh. Tasdiq*)
K A B A R K A W A S A N … .
Berdasarkan analisis kenanekaragaman jenis
pada tingkat semai, diketahui bahwa indeks
keanekaragaman jenis mencapai 2,205. hal ini
berarti keanekaragaman jenis ekosistem mangrove
pada tingkat pertumbuhan semai di lokasi ini
adalah sedang.
Pengamatan pada vegetasi mangrove tingkat
pertumbuhan belta, diperoleh data sebagai berikut:
Dari gambar 2 tadi dapat diamati bahwa
terdapat 3 jenis yang mendominasi enam jalur
pengamatan, yaitu Avicennia marina, Rhizophora
apiculata dan Nypa Fruticans.
Tabel 2. Analisa vegetasi mangrove tingkat belta
Seperti pada tingkat pertumbuhan semai, indeks
keanekaragaman jenis untuk tingkat pertum-
buhan belta termasuk dalam kategori sedang,
dengan nilai 2,318.
Pada mangrove dengan tingkat pertumbuhan
pohon, diketahui bahwa jenis mangrove yang men-
dominasi di setiap jalur secara berturut-turut ada-
lah Rhizophora apiculata, Avicenia marina, Brugui-
era cylindrical dan Ceriops tagal (Gambar 3).
semai pada ukuran petak (A) 2 x 2 m, tingkat belta
pada ukuran petak (B) 5 x 5 m, dan tingkat pohon
pada ukuran petak (C) 10 x 10 m.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil kegiatan tersebut telah teridentifikasi
sebanyak 6 (enam) jenis mangrove yang tergolong
dalam 6 (enam) genus dan 4 (empat) famili.
Keenam jenis mangrove tersebut adalah: Avicenia
marina, Bruguiera cylindrica, Ceriops tagal,
Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans, Rhizophora
apiculata.
Dari hasil inventarisasi dan identifikasi pada 6
(enam) jalur pengamatan hasilnya dapat dilihat
pada gambar 1 diatas bahwa pada tingkat semai
jenis-jenis yang mendominasi 3 besar adalah
dimulai dari Rhizophora apiculata, Avicennia marina
dan Bruguiera cylindrica.
Berdasarkan struktur jenis pada semai, gam-
baran mengenai analisa vegetasi semai dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Analisa vegetasi mangrove tingkat semai
P a g e 3 0 B u l e t i n t r i t o n i s
Nama Jenis K KR (%) F FR (%) INP
(%)
Avicenia marina 2.604,17 26,60 0,33 29,63 56,23
Bruguiera cylindrical 2.291,67 23,40 0,33 29,63 53,03
Ceriops tagal 1.458,33 14,89 0,08 7,41 22,30
Lumnitzera race-
mosa
208,33 2,13 0,04 3,70 5,83
Nypa fruticans 312,50 3,19 0,04 3,70 6,90
Rhizophora apiculata 2.916,67 29,79 0,29 25,93 55,71
JUMLAH 9.791,67 100 1,13 100 200
Gambar 1. Struktur jenis mangrove tingkat
Gambar 2. Struktur jenis mangrove tingkat bel-
Nama Jenis K KR (%) F FR (%) INP
(%)
Avicenia marina 250,00 34,88 0,46 39,29 74,17
Bruguiera cylindrical 66,67 9,30 0,13 10,71 20,02
Ceriops tagal 66,67 9,30 0,17 14,29 23,59
Lumnitzera racemosa 33,33 4,65 0,08 7,14 11,79
Nypa fruticans 150,00 20,93 0,08 7,14 28,07
Rhizophora apiculata 150,00 20,93 0,25 21,43 42,36
JUMLAH 716,67 100 1,17 100 200
P a g e 3 1 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
K A B A R K A W A S A N … .
Penutup
Keanekargaman jenis vegetasi hutan mangrove
di Kampung Yopanggar ini perlu terus dijaga dan
dilestarikan keberadaannya, tentu saja dengan
melibatkan semua pihak baik itu masyarakat
setempat dan tentu saja pihak Balai Besar Taman
Nasional Teluk Cenderawasih. Semua itu bertujuan
guna menjaga dan mencegah terjadinya kerusakan
ekosistem hutan mangrove demi kelangsungan
kehidupan flora dan fauna disekitarnya serta
masyarakat lokal yang tinggal di pesisir pantai.
− ☼ −
Hasil analisan vegetasi mangrove pada tingkat
pertumbuhan tingkat pohon adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Analisa vegetasi mangrove tingkat pohon
Indeks keanekaragaman jenis untuk tingkat per-
tumbuhan tingkat pohon bernilai 1,723 yang berarti
keanekaragaman jenis mangrove pada tingkat
pohon di sekitar Kampung Yopanggar termasuk
sedang.
Gambar 3. Struktur jenis mangrove tingkat pohon
Nama Jenis LBD (m) K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP(%)
Avicenia marina 2,346 50,0 35,29 0,42 34,48 9,77 62,52 132,29
Bruguiera cylindrical 0,338 16,67 11,76 0,17 13,79 1,41 9,01 34,57
Ceriops tagal 0,115 12,5 8,82 0,13 10,34 0,48 3,07 22,24
Rhizophora apiculata 0,953 62,5 44,12 0,50 41,38 3,97 25,41 110,9
JUMLAH 3,752 141,67 100 1,208 100 15,63 100 300
*)PEH pada BBTNTC
M o n i t o r i n g H a b i t a t P e n e l u r a n
P e n y u d i P u l a u W a i r u n d i
K A B A R K A W A S A N
Pulau Wairundi merupakan
salah satu pulau yang terdapat
dalam kawasan Taman Nasional
Teluk Cederawasih dan ditetap-
kan sebagai salah satu zona inti.
Pulau Wairundi menjadi salah
satu tempat pendaratan dan
peneluran penyu di kawasan
TNTC. Namun di sisi lain Pulau
Wairundi merupakan salah satu
pulau yang sangat strategis bagi
jalur pelayaran dan transit para
nelayan dan masyarakat di seki-
tar pulau tersebut. Keberadaan
para nelayan merupakan salah
satu ancaman dari keberadaan
dan kelangsungan hidup penyu
dan telurnya di Pulau Wairundi.
M aksud dar i keg iat an
Monitoring Habitat Penyudi Pulau
Wairundi adalah untuk memonitor
perkembangan dan kondisi
habitat penyu di Pulau Wairundi
sedangkan tujuannya adalah
untuk mengetahui jenis, individu,
sebaran dan kondisi habitat di
Pulau Wairundi, sehingga
diperoleh data dan informasi yang
akurat dalam mendukung
pengelolaan konservasi wilayah
secara berkelanjutan.
Kegiatan Monitoring Habitat
Penyu di Pulau Wairundi dil-
aksanakan mulai tanggal 26
Maret s/d 1 April 2011 di Pulau
Wairundi pada kawasan BPTN
Wilayah III Ransiki. Kegiatan in-
ventarisasi habitat ini dilakukan
dengan melakukan pengamatan
(survey) dengan membuat jalur
transek sepanjang pantai di Pulau
Wairundi. Sedangkan inventar-
isasi dan identifikasi individu
penyu ini dilakukan pengamatan
sepanjang pesisir pantai Pulau
Wairundi pada setiap individu
yang naik ke pantai. Khusus un-
tuk pengidentifikasiannya dilihat
berdasarkan buku/kunci identifi-
kasi yang ada.
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
Kondisi Biogeofisik Sarang Penyu
Dari hasil pengamatan dan
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.508 pulau dengan
garis pantai sepanjang 81.000
km dari luas laut sekitar 3,1 juta
km2 (0,3 juta km2 perairan terri-
torial dari 2,8 juta km2 perairan
nusantara) atau 62% dari luas
territorial. Kondisi ini merupakan
habitat yang sesuai bagi penyu
untuk singgah dan bereproduksi
di pantai kepulauan Indonesia.
Kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih juga merupakan
salah satu habitat peneluran dan
perkembangbiakan penyu. Dari 6
(enam) jenis penyu yang ada di
Indonesia, 4 (empat) jenis dian-
taranya mendarat dan bertelur di
dalam kawasan TNTC antara lain
Penyu Hijau (Chelonia mydas),
Penyu Sisik (Eretmochelys imbri-
c a t a ) , P e n y u B e l i m b i n g
(Dermochelys coriacea) dan
Penyu Lekang (Lepidochelys oliva-
ceae).
Pengukuran bagian tubuh penyu oleh Tim
Imam Setyo Hartanto, S.Hut*)
Sebuah habitat reptil yang mulai
terancam dan memerlukan perhatian… .
P a g e 3 2 B u l e t i n t r i t o n i s
K A B A R K A W A S A N … .
menggunakan thermometer
menunjukkan bahwa pada pagi
menjelang siang suhu sarang
mencapai 32,4°C dan malam
hari mencapai 27°C.
Identifikasi Individu Penyu
Tim Monitoring berhasil
mendapati satu ekor penyu yang
mendarat di Pulau Wairundi un-
tuk melakukan aktivitas bertelur.
Hasil identifikasi menunjukkan
bahwa jenis penyu yang bertelur
di Pulau Wairundi tersebut adalah
Penyu Hijau (Chelonia mydas).
Hal ini didasarkan pada ciri-ciri
yang didapatkan antara lain:
Bentuk karapas/tempurung
membulat dan menyerupai
bentuk hati
Karapas melebar berwarna
hijau s/d kehitaman
Waktu bertelur pada malam
hari
Lama aktivitas bertelur ± 2-3
jam .
Selain itu ciri lain Penyu Hijau
dapat dilihat dari jejak/tracknya.
Penyu hijau memiliki lebar jejak ±
100 cm dimana bentuk pintasan
dan pola diagonalnya berpola
simetris yang dibuat oleh tungkai
depannya. Berikut jenis track
yang dimiliki oleh beberapa jenis
penyu.
Penyu hijau tersebut memiiki
ukuran karapas dengan panjang
83 cm dan lebar 78 cm. Ukuran
kepalanya memiliki panjang 18
cm dan lebar 12 cm.
Dari hasil pemetaan sebaran
sarang didapatkan hasil bahwa
titik peneluran penyu tidak terse-
bar merata di Pulau Wairundi
melainkan hanya di bagian Barat
Daya sampai Utara pulau ini.
Hal ini terjadi karena bagian
Timur Laut s/d Timur Pulau
Wairundi di halangi oleh batuan
cadas dan karang sebelum air
laut menuju pantai. Sedangkan
bagian Tenggara s/d Selatan pu-
lau dihalangi oleh sampah dan
pengambilan data dilapangan
menunjukkan bahwa ada 35
buah titik peneluran yang berhasil
ditemukan di sepanjang pantai
Pulau Wairundi dengan rerata
jumlah sarang dalam satu titik
peneluran adalah 2 buah sarang.
Titik peneluran penyu tersebut
tersebar sepanjang pesisir pantai
Pulau Wairundi mulai dari koordi-
nat 01°48'20,6" LS 134°
25'19,4" BT sampai dengan 01°
48'35,9" LS 134°25'18,8" BT.
Hasil Pengamatan menunjuk-
kan bahwa rerata ukuran sarang
penyu bagian dalam adalah ber-
diameter 33 cm dan bagian per-
mukaan berdiameter 64 cm. Se-
dangkan rerata kedalaman sa-
rang adalah 0,55 meter. Kondisi
sarang yang berada di pesisir
pantai juga akan terkait dengan
pasang surut air laut. Hasil pen-
gukuran menunjukkan bahwa
rerata jarak sarang ke laut saat
pasang adalah 3,25 meter dan
saat surut adalah 25,75 meter.
Kondisi biogeofisik sarang
penyu di Pulau Wairundi menun-
jukkan bahwa pantai tempat
penyu bertelur berupa pasir putih
yang halus sehingga memu-
dahkan penyu mendarat dan ber-
sarang. Hasil pengukuran suhu
Pencatatan titik koordinat
sarang penyu oleh tim
Bentuk fisik penyu hijau
(atas) dan jejak penyu (kiri)
yang ditemukan di Pulau
Wairundi
Contoh jejak beberapa jenis penyu.
(a)penyu sisik; (b)penyu belimbing; dan (c)penyu hijau
a b c
P a g e 3 3 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
dilakukan penelitian yang kontinu
dan berkesinambungan guna
mengetahui perkembangan dan
persebaran populasi penyu yang
ada di sana.
Daftar Pustaka
Broward County Florida, 2001,
Sea Turtle Conservation Pro-
gram , Florida, http://
w w w . c o . b r o w a r d , f l . u s /
bri006000.htm.
Caribbean Conservation Corpora-
tion, 1996, Sea Turtles: Spe-
cies Information – Scientific
Clasification, Gainesville,
http://www.cccturtle.org/
species_class.htm.
Peraturan Pemerintah No 7 Ta-
hun 1999 tentang Pengawe-
tan Jenis Tumbuhan dan
Satwa.
Prihanta, Wahyu. 2007. Laporan
P e n e l i t i a n P e n e l i t i a n
Pengembangan Iptek: Prob-
lematika Kegiatan Konserva-
si Penyu Di Taman Nasional
Meru Betiri. Universitas Mu-
hammadiyah Malang. Ma-
lang.
Yustina, Suwondo, Arnentis, dan
Yuspen Hendri., 2004.
Analisis Distribusi Sarang
Penyu Hijau (Chelonia
mydas) di Pulau Jemur Riau.
L a b o r a t o r i u m Z o o l og i
Ju rusan PMIPA FKI P -
Universitas Riau, Pekanbaru.
− ☼ −
berbagai kayu gelondongan serta pohon tumbang akibat abrasi.
Menurut Anonim (1997) dalam Yustina, dkk (2004), bahwa kehadiran
penyu di pantai untuk membuat sarang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu pantai landai dan kekuatan gelombang yang membantu
penyu untuk mendarat dipantai, selain itu rintangan berupa tebing
batu-batu cadas dan ganguan lainnya sangat mempengaruhi
kehadiran penyu di pantai. Berdasarakan hal tersebut jelaslah bahwa
halangan/rintangan alami ikut berpengaruh terhadap aktivitas penyu
dalam memilih/membuat sarang.
PENUTUP
Sebagai penutup ada beberapa hal yang bisa menjadi perhatian
kita bersama demi keberadaan dan keberlangsungan penyu di Pulau
Wairundi. Status kawasan di sekitar Pulau Wairundi sebagai zona inti
Taman Nasional Teluk Cenderawasih perlu terus dipertahankan demi
mendukung terjaga dan terpeliharanya habitat penyu yang ada di
sana. Adanya sampah, baik organik maupun non organik yang
tersebar di sepanjang pesisir pantai serta kondisi abrasi Pulau
Wairundi yang cukup mengkhawatirkan menyebabkan kegiatan
pembinaan habitat menjadi urgent untuk dilakukan. Terakhir, perlu
K A B A R K A W A S A N … .
Peta Sebaran Habitat Sarang Penyu di Pulau Wairundi
*)Calon PEH pada BPTN
Wilayah III Ransiki
Halangan Alami Lokasi Peneluran Penyu di Pulau Wairundi
P a g e 3 4 B u l e t i n t r i t o n i s
P a g e 3 5 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
K e a n e k a r a g a m a n J e n i s T a n a m a n O b a t
d i K a m p u n g I s e r e n , D i s t r i k R u m b e r p o n
B I O D I V E R S I T Y
Alam pun menyediakan obat-obatan… . Sanny Sutanto, S.Si*)
P apua merupakan pulau kedua terbesar di
dunia setelah Greenland. Pulau Papua
menjadi habitat dari berbagai jenis hewan
dengan beragam bentuk, mulai dari bentuk-
bentuk primitive sampai eksotik. Selain itu pulau
Papua juga merupakan habitat dari kebanyakan
berbagai jenis tumbuhan. Hal ini merupakan hal
yang menakjubkan bagi para peneliti dikarenakan
spesies hewan dan tumbuhan tersebut merupa-
kan endemic papua yang tidak ditemukan di dae-
rah lain (Muller, 2005).
Pengobatan tradisional merupakan salah satu
peran aktif masyarakat dalam pelayanan dibidang
kesehatan. Metode penggunaan obat tradisional
ini dilakukan dengan cara memanfaatkan tum-
buhan yang berada di alam untuk mengobati pe-
nyakit. Pola pengobatan tradisional ini dilakukan
oleh masyarakat kampung Iseren, yang berlokasi
di dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cende-
rawasih, tepatnya di wilayah Seksi Pengelolaan
Taman nasional Wilayah V Rumberpon. .
Pola pengobatan masyarakat kampung Iseren
telah berjalan cukup lama, dan berjalan turun te-
murun diwariskan dari generasi yang tua ke gen-
erasi berikutnya. Terdapat beberapa jenis tanam-
an obat yang terdapat di kampung Iseren, yang
digunakan sebagai bahan pengobatan sehari-hari.
Dari hasil pengamatan, masyarakat kampung
Iseren memanfaatkan lima bagian tumbuhan
yang digunakan sebagai obat, yaitu bagian daun,
kulit batang, batang, bunga dan umbi. Dalam
pemanfaatan tanaman obat, terkadang masyara-
kat mengkombinasikan antara jenis tanaman
yang satu dengan tanaman yang lain. Dari hasil
pengamatan, bagian tanaman yang paling banyak
dimanfaatkan adalah kulit batang dikarenakan
pada kulit batang banyak terkandung minyak
B I O D I V E R S I T Y … .
*)Calon PEH pada BBTNTC
P a g e 3 6 B u l e t i n t r i t o n i s
No Nama Indonesia Nama Lokal (Wamesa)
Nama Ilmiah Bagian yang digunakan
Khasiat/Manfaat
1. Sawi oumes Nasturtium mon-tanum
Daun Obat sakit perut, asma, rheumatic
2. Melinjo Ijebouw Gnetum gnemon Kulit batang Obat sakit kepala
3. Benalu Idaumouv Loranthus sp. Daun Obat tumor dan kanker
4. Tali Susu Hajakkatu-mouv
Meremia peltata Batang Obat luka
5. Gembili Honmay Discorea acule-atum
Umbi Obat batuk dan sesak nafas
6. NN Sakotbo Smilax sp. Daun Obat luka dan rheumatic
7. Kayu Susu Jakala Alstonia scholaris Kulit batang Obat batuk dan TBC
8. NN Arecesrum Amommum acu-leatum
Umbi Obat sesak nafas, flu dan TBC
9. Keben Subuko Barringtonia asi-atica
Kulit batang Obat memar
10. Kayu Besi Pantai Sikabai Pongamia pinna-ta
Kulit batang Obat panas dalam dan ses-ak nafas
11. Matoa Kotei Pometia pinnata Kulit batang Obat malaria
12. Buah Roda Bekbera Hura crepitans Daun Obat demam, rheumatic, asma, malaria
13. Gayam Uboi Inocarpus fagiferus
Kulit batang Obat malaria
14. NN Bonei Cola nitida Kulit batang Obat malaria, sesak nafas, sakit perut
15. NN Afka Garcinia sp. Kulit batang Obat malaria dan sesak nafas
16. NN Bubka Palaquium gutta Kulit batang Obat malaria, sakit kepala, memperkuat kandungan
17. NN Tokui Rhammus fran-gula
Kulit batang Obat malaria
18. Rambutan Mayanggua Nephelium lap-paceum
Kulit batang Obat malaria dan sakit kepala
19. Bintagur Sekahokoho Callophylum in-ophyllum
Kulit batang dan daun
Obat sakit mata merah, sesak nafas
20. Tali Kuning Ajakkeyoho Arcangelisia flava Batang pohon Obat sakit malaria
21. Kumis Kucing NN Orthosiphon stamineus
Daun dan bunga
Obat infeksi saluran kemih
22. Sirih Hutan Remakakumi Piper sp. Daun Obat luka, bengkak,memar
23. Buah Tinta Opraka Premma corym-bosa
Daun Obat penawar bias ikan pari dan ikan bias
atsiri, getah yang mengandung senyawa Tanin dan Kristal serta senyawa-senyawa esensial lainnya yang
bermanfaat sebagai obat.
Berikut ini adalah beberapa jenis tanaman yang dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman obat:
yang lain, maka ia bertindak
seakan dia yang paling pintar,
paling ahli, paling baik dan lain-
lain. Padahal manusia di dunia ini
dalam keadaan yang sama,
karena lahir dalam keadaan yang
sama, hidup di dunia yang sama
dan sama-sama mati di dunia
yang sama. Di dunia ini, kita
hanya berusaha sebaik mungkin
untuk menu ju keh idupan
selanjutnya (akhirat). Baru di
akhirat inilah kita baru tahu,
orang yang baik dan orang yang
tidak baik. Maka kita harus lebih
hati-hati dalam melakukan
tindakan dan ucapan yang bisa
merugikan atau menyakiti orang
lain. Dan yang terpenting dari
segala pikiran dan tindakan kita
adalah kita selalu memperbaiki
niat (hati), karena niat (hati)
mudah berubah setiap saat.
Manusia seringkali merasa
sombong karena kekayaannya,
kelebihan fisiknya ataupun
kepintarannya. Sombong dalam
Islam meliputi 2 hal, yaitu
merendahkan orang lain dan
menolak kebenaran. Kekayaan,
k e l eb i h a n f i s i k a t a u p u n
kepintaran kita apabila Allah
kehendaki bisa hilang dalam
waktu sekejap saja. Kita mungkin
sering dipuji oleh orang lain, itu
sebenarnya bukan karena
kelebihan-kelebihan yang kita
punyai tetapi karena Allah
menutupi keburukan-keburukan
(aib) kita dihadapan manusia lain.
Apabila keburukan (aib) kita
dibuka oleh Allah, maka orang
lain pun akan merasa jijik dengan
diri kita. Namun seringkali kita
l upa, dan menampakkan
kesombongan kita. Padahal
kalau kita renungkan, manusia
tidak bisa hidup sendiri dengan
kesombong annya. Apapun
kebutuhan manusia, manusia
tidak bisa memenuhi sendiri,
seperti baju yang dipakai. Ia tidak
P a g e 3 7 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
A k a l , H a t i d a n K e s o m b o n g a n
M a n u s i a
S E R B A - S E R B I
K ita sebagai manusia yang
diciptakan oleh Tuhan
Y a n g M a h a E s a
mempunyai kelebihan-kelebihan,
dibanding makhluk ciptaan Tuhan
lainnya. Salah satu kelebihan kita
sebagai makhluk Tuhan adalah
kita diberi akal dan hati
(perasaan). Akal dan hati
manusia dalam kehidupan di
dunia ini, bisa mengakibatkan 2
(dua) hal, yaitu kebaikan dan
keburukan. Akal dan hati jika
diberi masukan (input) yang baik
(positif), maka pikiran dan
tindakan juga akan baik (positif)
dan sebaliknya. Kebaikan yang
kita lakukan untuk orang lain,
pada hakikatnya akan kembali
pada diri kita sendiri. Sedangkan
keburukan yang kita lakukan
untuk orang lain juga akan
berakibat atau kembali kepada
kita. Tetapi kadang-kadang
manusia merasa memil ik i
pemikiran yang lebih dibanding
Kita semua terlahir laksana kertas putih...dan
segala coretan di atasnya berada pada tangan
kita sendiri… . Rini Purwanti., S.Si*)
S E R B A - S E R B I … .
menghilangkan kebaikan-kebaikan yang telah kita
lakukan. Bagaimana mungkin kita bisa berbuat dan
bertindak sombong, kita ini tidak lebih dari orang
lain dan tidak mampu memenuhi segala kebutuhan
kita sendiri. Tidak ada orang kaya kalau tidak ada
orang miskin. Tidak ada orang pandai kalau tidak
ada orang tidak pandai. Tidak ada orang yang tinggi
kalau tidak ada orang yang pendek, tidak ada
pemimpin jika tidak ada yang dipimpin dan
sebagainya. Kita patut mencontoh ilmu padi,
semakin berisi semakin merunduk (rendah hati).
Mudah-mudahan kita bisa menjadi orang yang
selalu berusaha dan senantiasa belajar dari
lingkungan dan pengalaman yang dilihat, didengar
dan dibaca.
Semoga tulisan ini bisa terus mengingatkan
penulis untuk selalu mohon ampun pada Allah dan
memperbaiki diri atas kesalahan dan kesombongan
yang telah dilakukan, serta semoga bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya. (dari berbagai
sumber)
− ☼ −
bisa membuat jarum, benang, mesin jahit, kain
maupun menjahit sendiri. Begitu juga dalam hal
memenuhi kebutuhan pangannya, ia tidak bisa
memenuhi lauk-pauk, nasi, buah dan minumannya
sendiri. Ia tetap memerlukan bantuan orang lain,
misalnya : tukang jahit, tukang pembuat benang,
tukang pembuat kain, petani, tukang buah, tukang
buat alat rumah tangga dll.
Apa yang bisa kita sombongkan? Kita dalam
kehidupan ini sebenarnya ‗membawa kotoran‘
setiap saat, baik berupa kotoran fisik maupun
kotoran batin (kesalahan dan kealpaan).
Seperti uraian di atas, kita sebenarnya malu
akan keterbatasan dan kelemahan kita, yang
ternyata kita tidak bisa berbuat apapun tanpa
bantuan orang lain. Kesombongan kita tidak ada
g unanya, karena kesombong an akan
P a g e 3 8 B u l e t i n t r i t o n i s
*)Calon PEH pada Balai Besar TNTC
P a g e 3 9 E d i s i I I , A g u s t u s 2 0 1 2
P i m p i n a n d a n s e g e n a p s t a f f r e d a k s i
B u l e t i n T r i t o n i s B a l a i B e s a r T a m a n
N a s i o n a l T e l u k C e n d e r a w a s i h
m e n g u c a p k a n :
U C A P A N
Selamat atas kelahiran : Alif Danadyaksa Aristo (8 Juni 2012 ) Putra Pertama Bp. Astekita Ardiaristo, S.Hut, M.Sc
Daniel Haryo Dewanto (13 Juni 2012) Putra Pertama Bp. Topo Budi Dhanarko, S.Pi
Nararya Dhaniswara (30 Agustus 2012) Putra ketiga Bp. Seha Rizqon, Spt & Ibu Ida Subegti
Semoga menjadi anak yang berbakti pada orang tua dan berguna bagi bangsa dan negara.
Selamat menjalankan tugas di tempat yg baru: Ondelinus Tewa , Polhut Pelaksana , ke Balai TN. Lorentz
Ferry Fedrik , PEH Pelaksanan, ke Balai TN. Sebangau
Semoga dapat mengabdikan diri dengan baik di tempat kerja baru.
Selamat Datang di TN. Teluk Cenderawasih: Soleman Kapitarauw , Polhut Pelaksana pemula Balai TN. Danau Sentarum ke BBTNTC
Selamat datang dan selamat bekerja sama dalam keluarga besar Balai Besar TNTC.
Selamat Menempuh Hidup baru…Selamat Menempuh Hidup baru…Selamat Menempuh Hidup baru…
Recommended