View
17
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
vfytgyugu
Citation preview
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, tentang
Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang memuat Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), mencakup materi geografi, sejarah,
sosiologi, dan ekonomi. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajarannya . Dengan
pembelajaran secara terpadu, diharapkan pembelajaran IPS menjadi lebih
bermakna bagi peserta didik dalam konteks kehidupan sehari-hari. Peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan utuh...
Mata pelajaran IPS mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara
terpadu, karena kehidupan masyarakat sebenanya merupakan sebuah sistem
dan totalitas dari berbagai aspek,.Kehidupan bermasyarakat bersifat
multidimensional, sehingga pembelajaran IPS yang dilaksanakan secara terpadu
diharapkan mampu mengantarkan dan mengembangkan kompetensi peserta
didik ke arah kehidupan bermasyarakat dengan baik dan fungsional, memiliki
kepekaan sosial dan mampu berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah
sosial yang terjadi.
Namun dalam Standar Isi mata pelajaran IPS SMP, belum sepenuhnya
terpadu, sehingga menjadi beban dan tidak jarang menimbulkan kebingungan
bagi para guru, mengingat terjadi gap antara maksud dan tujuan IPS dengan
pelaksanaan di lapangan. Oleh karena itu perlu upaya-upaya dengan
mengembangkan bahan kajian yang ada dalam standar isi menjadi tema-tema
yang dibelajarkan secara terpadu.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di jenjang pendidikan dasar (SD
dan SMP). Dalam kenyataannya, guru masih mengalami kesulitan untuk
melaksanakan pembelajaran IPS secara terpadu. Masih banyak guru yang
memahami IPS sebagai mata pelajaran yang terpisah-pisah, yaitu Ekonomi,
Geografi, Sosiologi dan Sejarah, yang pembelajarannyapun dilaksanakan secara
1
A. Rasional
P E N D A H U L U A N
terpisah. Hal ini jelas tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembelajaran IPS.
Dalam konteks ini sangat mungkin di antara guru IPS yang ada, juga kurang
memahami tujuan pembelajaran IPS. Untuk itu, perlu disusun Panduan
Pengembangan Pembelajaran IPS secara terpadu
Panduan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan:
1. Pemahaman tentang konsep dan tujuan pembelajaran IPS
2. Pemahaman bagi guru tentang model pembelajaran IPS secara terpadu,
3. Kemampuan bagi guru untuk merekonstruksi SK dan KD IPS menjadi tema-
tema pembelajaran yang terpadu.
4. Kemampuan mengembangkan silabus dan RPP untuk pembelajaran IPS,
5. Kemampuan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran terpadu sehingga
lebih bermakna sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Ruang lingkup penyusunan panduan pembelajaran terpadu dalam IPS mencakup
hal-hal berikut:
1. Konsep dan tujuan pembelajaran IPS
2. Model keterpaduan dalam pembelajaran
3. Rekonstruksi SK dan KD menjadi tema-tema IPS.
4. Pengembangan materi pembelajaran IPS secara terpadu.
5. Pengembangan strategi pembelajaran.
6. Pengembangan media pembelajaran.
7. Pengembangan penilaian pembelajaran.
8. Pengembangan Silabus.
9. Penyusunan RPP.
10. Contoh bahan ajar IPS.
11. Contoh bahan ajar IPS.
2
B. Tujuan Penyusunan Panduan
C. Ruang Lingkup
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berasal dari Amerika dengan nama Social
Studies, National Council for Social Studies (NCSS) mendefinisikan social
studies sebagai berikut.
Social studies is the integrated study of the social sciences and
humanities to promote civic competence. Within the school program,
social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such
disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history,
law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as
well as appropriate content from the humanities, mathematics, and the
natural sciences (Savage and Armstrong, 1996)
Terkait dengan pengertian tersebut, mata Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dapat dikatakan sebagai mata pelajaran di sekolah yang dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang diorganisasikan dengan satu pendekatan
interdisipliner, multidipliner atau transdisipliner dari Ilmu-ilmu Sosial dan
humaniora (sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah, politik, hukum, budaya,
psikologi sosial, ekologi). Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa IPS merupakan bahan kajian yang wajib
dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang antara lain
mencakup ilmu bumi/geografi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya
yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat
(penjelasan pasal 37). Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bahan kajian
merupakan subject matter yang dapat dikemas menjadi satu atau beberapa mata
3
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS SECARA TERPADU
pelajaran atau diintegrasikan dengan bahan kajian lain sesuai dengan kebutuhan
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan
studi terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk membentuk
warganegara yang baik, mampu memahami dan menganalisis kondisi dan
masalah sosial serta ikut memecahkan masalah sosial sesuai dengan
perkembangan psikologi peserta didik. Mata pelajaran IPS di sekolah
merupakan sebuah studi yang terkoordinasi, sistematis yang dikembangkan atas
dasar konsep-konsep disiplin ilmu antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi,
sejarah, hukum, filsafat, politik, psikologi, agama, dan sosiologi, dan juga konsep-
konsep yang dibutuhkan dari ilmu alam dan matematika. Dalam buku panduan
ini, sesuai dengan Permendiknas No 22 tahun 2006, mata pelajaran IPS di SMP
meliputi bahan kajian sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi.
Karateristik mata pelajaran IPS di SMP antara lain sebagai berikut.
1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan keterpaduan dari konsep ilmu geografi,
sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Bertujuan meningkatkan berfikir kritis dan
kecerdasan serta keterampilan sosial, peka dan antisipatif dalam
memecahkan masalah sosial melalui pendekatan interdisipliner dan
multidisipliner.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas
sedemikian rupa sehingga dapat dikembangkan menjadi pokok bahasan,
topik atau tema tertentu.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar meliputi manusia dan
lingkungan, perubahan menurut waktu dan tempat, sistem sosial dan budaya,
perilaku ekonomi secara bermoral dan bernilai bagi kesejahteraan lahir batin,
dunia dan akhirat.
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi
(ruang, waktu, dan nilai/moral) dalam mengkaji dan memahami fenomena
sosial secara keseluruhan.
4
Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial
Tabel 1. Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia
Dimensi
dalam
kehidupan
manusia
Ruang Waktu Nilai/Norma
Area dan
substansi
pembelajaran
Alam sebagai
tempat dan
penyedia potensi
sumber daya
Alam dan
kehidupan yang
selalu berproses,
masa lalu, saat ini,
dan yang akan
datang
Kaidah atau aturan
yang menjadi
perekat dan
penjamin
keharmonisan
kehidupan manusia
dan alam
Kompetensi
Dasar yang
dikembangkan
Adaptasi spasial
dan eksploratif
Berpikir
kronologis,
prospektif,
antisipatif
Konsisten dengan
aturan yang
disepakati dan
kaidah alamiah
masing-masing
disiplin ilmu
Alternatif
penyajian
dalam mata
pelajaran
Geografi Sejarah Ekonomi,
Sosiologi/Antropolo
gi
Sumber: Sardiman, 2004
Tujuan pembelajaran IPS secara umum adalah menjadikan peserta didik
sebagai warga negara yang baik, mampu memahami, menganalisis, dan ikut
memecahkan masalah-masalah sosial kemasyarakatan, dengan berbagai
karakter yang berdimensi spiritual, personal, sosial, dan intelektual (Soedarno
Wiryohandoyo, 1997). Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut
(Awan Mutakin, 1998):
5
Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri
sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
6
Makna terpadu dalam pembelajaran IPS adalah adanya keterkaitan dan
keterpaduan antardimensi kehidupan (alam, sosial, ekonomi, budaya, politik,
sejarah) yang tertuang dalam materi atau Standar Isi IPS khususnya Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sehingga melahirkan konsep, tema atau
topik pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran
yang memadukan dan menghubungkan materi atau beberapa SK KD kedalam
satu tema atau topik. Keterpaduan dalam pembelajaran IPS dimaksudkan agar
pembelajaran IPS lebih bermakna, efektif, dan efisien.
Terdapat beberapa model keterpaduan dalam pembelajaran IPS antara lain:
1. Connected.
Model connected merupakan model keterpaduan yang mana konsep inti
dari suatu disiplin ilmu dipertautkan/dihubungkan/dikaitkan dengan konsep
lain dari ilmu atau KD yang berbeda.
2. Sequenced
Model sequenced merupakan model keterpaduan yang mana beberapa topik
diatur atau disusun atau diurutkan satu sama lain berdasarkan kriteria
tertentu.
3. Shared
Model shared merupakan model keterpaduan yang mana suatu konsep
dibahas oleh dua mata pelajaran/disiplin ilmu secara bersama-sama secara
tumpang tindih (overlap)
4. Webbed
Model webbed merupakan suatu model keterpaduan yang mana tema atau
topik dibangun atas dasar beberapa materi atau KD yang sengaja dibangun
7
Makna Terpadu Dalam IPS
Model Keterpaduan dalam IPS
MODEL PEMBELAJARAN IPS SECARA TERPADU
untuk menghubungkan KD.
5. Threaded
Model threaded merupakan pendekatan metakurikuler yang digunakan untuk
mencapai beberapa keterampilan dan tingkatan logika para peserta didik
dengan berbagai mata pelajaran
6. Integrated
Model integrated merupakan model keterpaduan yang mana suatu tema atau
konsep atau topik yang beririsan dan tumpang tindih dari KD yang berasal
dari beberapa bidang keilmuan. (Forgaty, 1991).
Untuk memudahkan guru, model Keterpaduan dalam panduan ini lebih
difokuskan pada model keterpaduan integrated dan connected (correlated).
1. Model Integrated
Sesuai dengan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa model integrated
menggunakan pendekatan antarbidang keilmuan yang konsepnya saling
tumpang tindih (overlap). Dalam model Integrated konsep, tema atau topik
dapat dikembangkan dapat berdasarkan (1) Isu atau peristiwa yang aktual
terjadi di masyarakat, seperti bencana, tawuran, pemilu, penemuan situs
bersejarah, dan sebagainya; (2) Potensi utama yang ada disuatu tempat,
seperti perkebunan, Candi Borobudur, Peran Sungai Bengawan Solo,
pariwisata dan sebagainya; (3) Permasalahan yang ada di masyarakat
seperti perumahan kumuh, pencemaran air, kenakalan remaja, kemacetan
lalu lintas, narkoba, dan sebagainya. Dalam model ini, SK dan KD dari
berbagai bidang ilmu sosial yang memiliki kesamaan dapat diangkat sebagai
konsep atau tema sentral Keterpaduan dalam IPS dengan menggunakan
model integrated dapat digambarkan seperti gambar 3.1.
8
Gambar 1. Model integrated dalam pembelajaran IPS
2. Model connected/ correlated
Keterpaduan connected atau biasa disebut correlated merupakan
keterhubungan yang berangkat dari satu KD/materi kemudian dicari
hubungan dengan KD/materi/aspek yang lain. Pembelajaran terpadu model
connected dilakukan dengan mengaitkan satu KD atau satu pokok bahasan
dengan KD atau pokok bahasan yang lain. Keterpaduan dalam IPS dengan
menggunakan model connected/correlated dapat digambarkan seperti
gambar 3.2.
Gambar 2. Model correlated dalam pembelajaran IPS
Model pembelajaran terpadu, baik integrated maupun correlated memiliki
beberapa kelebihan antara lain.
9
KONSEP
Konsep/ KD Sejarah
Konsep/ KD Ekonomi
Konsep/ KD SosiologiKonsep/ KD
Geografi
KD Inti Geografi
KD/ Konsep Sosiologi
KD /Konsep lain Geografi
KD /Konsep Sejarah
KD/ Konsep Ekonomi
a. Adanya kemungkinan pemahaman antarbidang studi, karena
memfokuskan pada isi pelajaran yang bertautan atau overlap, peristiwa
aktual, ketrampilan sosial tertentu, dan masalah sosial yang terjadi di
lingkungan sekitar.
b. Satu pelajaran dapat menyangkut banyak dimensi sehingga peserta didik
dalam pembelajaran menjadi semakin kaya, mendalam dan berkembang
c. Memotivasi peserta didik dalam belajar menjadi lebih tinggi karena
pembelajaran lebih kontekstual dan problematis
d. Memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu
saat
e. Waktu pembelajaran lebih efektif dan efisien karena guru tidak perlu
mengulang materi yang tumpang tindih.
f. Peserta didik dapat mengembangkan konsep-konsep kunci terus-
menerus atau berulang-ulang sehingga terjadi proses internalisasi
Sekalipun ada beberapa kelebihan, ada hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain:.
a. Guru harus menguasai hakikat IPS, menguasai materi, dan ketrampilan
memetakan KD untuk mengembangkan tema, topk pembelajaran serta
memiliki kompetensi pedagogis.
b. Pelaksanaan model integrated ini menuntut para guru bekerja ekstra di
luar kelas untuk menyusun persiapan atau perencanaan pembelajaran
c. Guru harus mempunyai etos kerja tinggi baik secara individu maupun
dalam kerjasama. Sekolah yang mempunyai satu guru IPS harus
menguasai materi disiplin ilmu lain yang serumpun dengan IPS. Mengingat
guru IPS sampai saat ini masih berlatarbelakang pendidikan satu disiplin
ilmu (misalnya geografi). Bagi sekolah yang mempunyai lebih dari satu
guru IPS harus kerjasama dengan baik untuk merencanakan sampai
pelaksanaan pembelajaran.
10
Dalam dokumen Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
terlihat bahwa SK dan KD belum menggambarkan IPS secara terpadu. Oleh
karena itu perlu ada upaya untuk merekonstruksi standar isi agar KD-KD menjadi
terpadu dan atau keterhubungan dalam materi pembelajaran. Rekonstruksi
Standar Isi dapat dikembangkan melalui dua model yaitu integrated dan
correlated (connected). Adapun langkah-langkah rekonstruksi Standar Isi
menggunakan kedua model tersebut akan dijelaskan pada uraian berikut.
1. Model Integrated
Model integrated (terintegrasi) dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi materi pokok atau beberapa KD yang tumpang tindih.
b. Merumuskan materi pokok yang tumpang tindih menjadi suatu konsep,
tema atau topik..
c.Menyusun silabus dan RPP
d. Menyusun bahan ajar
11
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS SECARA TERPADU
Rekonstruksi Standar Isi dan Model Keterpaduan dalam IPS
Gambar 3. Model integrated dalam pembelajaran IPS
Contoh silabus dan RPP model integrated dapat dilihat pada lampiran 2 dan
lampiran 3 .
2. Model Correlated atau Connected
Model connected atau correlated dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mempelajari distribusi KD dalam dua semester di tahun yang sama.
b. Menentukan KD atau topik dalam suatu bidang ilmu yang akan dipelajari
sebagai fokus pembelajaran;
c. Mengidentifikasi KD-KD yang relevan dengan KD yang menjadi fokus
pembelajaran, dan mebuat keterkaiatan anatarKD.
d. Menyusun silabus dan RPP
e. Menyusun bahan ajar
12
SK & KD Sosiologi Kelas VIIKD 2.1.
SK & KD SejarahKelas VII
KD 1.2.
SK & KD Ekonomi: Kelas VII KD 6.2.
Sk &KD Geografi Kelas VIIKD 1.1. 6.1.
Menelusuri Lembah Bengawan Solo
Tabel 2. Contoh Integrasi IPS Model Connected
NO TEMA SEJARAH GEOGRAFI EKONOMI POLITIK SOSIOLOGI
1 Pasar
(diambil dari
KD ekonomi)
Sejarah
timbulnya
pasar
Letak dan
keterjangkauan
pasar
Pengertian,
jenis dan
Fungsi pasar
.
Berbagai
kewenangan
penarik
retribusi,
perijinan.
Hubungan
penjual dan
pembeli
Dampak
sosial di
sekitar
pasar.
2 Pertanian
(diambil dari
geografi)
Sejarah
perkembangan
pertanian,
sistem/ model
pertanian.
Faktor fisik
sosial dan
budaya yang
mempengaruhi
pertanian,
regionalisasi
pertanian
Biaya
produksi,
distribusi
dan
keuntungan
Ketentuan
pajak, status
tanah
pertanian.
Karakteristik
masyarakat
agraris
3 Kolonialisme
(diambil dari
KD sejarah)
Latar belakang
kolonialisme,
perkembangan
kolonialisme di
Indonesia,
semangat
juang melawan
Daya tarik
Indonesia bagi
kolonial
Penyebaran
daerah
kekuasaan
kolonial.
Sistem
perdagangan
monopoli,
Kemiskinan.
Pelanggaran
HAM,
ketidakadilan,
pembentukan
kekuasaan.
Struktur
masyarakat
masa
kolonialisme
dan interaksi
sosialnya
13
KD.3.1 Perubahan sosial budaya pasca integrasi
KD.3.1 Perubahan sosial budaya pasca integrasi
Tinjauan ekonomi : Keuntungan ekonomi memperjuangkan Irian Barat
Tinjauan ekonomi : Keuntungan ekonomi memperjuangkan Irian Barat
Tinjauan geografis: Letak geografis dan kekayaan alam Irian Barat
Tinjauan geografis: Letak geografis dan kekayaan alam Irian Barat
KELAS IX KD. 6.1Perjuangan bangsa Indonesia merebut
Irian Barat
Gambar 4. Model Integrasi IPS connected
kolonialisme.
Contoh silabus dan RPP model correlated dapat dilihat pada lampiran 2 dan
lampiran 3.
Tema/Topik dalam model integrated dapat dikembangkan berdasarkan:
a. Isu, peristiwa, aktivitas sosial yang aktual berkembang dalam masyarakat
baik lokal, nasional maupun global, misalnya pengeboman, pemilu,
bencana dan sebagainya.
Pengembangan tema atau topik menunjukkan keterpaduan disiplin ilmu.
b. Potensi utama yang ada di wilayah setempat.
Pengembangan tema/topik dapat didasarkan pada potensi utama yang
ada di wilayah setempat; contoh,“Candi Prambanan,. Dalam
pembelajaran ini dibahas tentang Candi Prambanan ditinjau dari sudut
pandang sejarah (yang berkaitan dengan KD sejarah terpilih), ekonomi
(sesuai dengan KD ekonomi terpilih) dan sosiologi (sesuai dengan KD
sosiologi terpilih), dan geografi (lokasi, arah, jarak, membuat peta Candi
Prambanan).
c. Permasalahan yang terjadi di masyarakat
Pengembangan Tema/Topik dapat didasarkan atas permasalahan yang
terjadi di dalam masyarakat. Contohnya adalah “Pemukiman Kumuh”,
kebakaran hutan, lumpur Lapindo, kenakalan remaja, narkoba,
kemacetan lalu lintas, Berikut ini menyangkut contoh tema pembelajaran
“Pemukiman Kumuh ditinjau dari beberapa faktor sosial yang
mempengaruhinya yaitu faktor geografi, ekonomi, sejarah dan sosiologi”
14
B. Pendekatan dan Model Pembelajaran IPS
Model Pembelajaran IPS
Model Pembelajaran merupakan salah satu alternative untuk menentukan proses
pembelajaran. Didalam proses pembelajaran kita akan menemukan strategi
(menata urutan cara/metode), metode pembelajaran (fokus cara pembelajaran)
dan model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, mengenai
materi yang dibicarakan.
Model Pembelajaran IPS secara terpadu dapat dilaksanakan dengan
Pendekatan Contectual Teahing and Learning (CTL).
CTL adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan
mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan memotivasi siswa agar
menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Blanchard, 2001).
Tujuh Komponen CTL
1. Konstruktivisme (Constructivism)
2. Menemukan (Inquiry)
3. Bertanya (Questioning)
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
5. Pemodelan (Modelling)
6. Refleksi (Reflection)
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Dalam pelaksanaan ketujuh komponen CTL tersebut diatas dapat
menggunakan pembelajaran aktif dengan melibatkan aktifitas siswa secara total.
Adapun model pembelajaran aktif yang banyak digunakan di sekolah adalah
Cooperative Learning (CL)
Cooperative Learning (CL) mengupayakan seorang peserta didik mampu
membantu kepada peserta lain. Membantu teman sebaya memberikan kesempatan
pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang
bersamaan, ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain. Pengelolaan
pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja dalam situasi belajar bersama didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Manfaat CL bagi siswa:
Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi
15
Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku
selama bekerjasama.
Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang positif,
sehingga pembelajaran kooperatif siswa akan tahu kedudukannya dan belajar
untuk saling menghargai satu sama lain.
Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik,
sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Beberapa Contoh model pembelajaran kooperatif mata pelajaran IPS:
1. Model Jigsaw (Tema Menelusuri Lembah Bengawan Solo)
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
(1) Kelompok Cooperative ( awal )
o Siswa dibagi kedalam kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang.
o Bagikan bahan ajar/kartu tugas dan peta aliran Bengawan Solo
o Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan bahan ajar/kartu tugas
yang berbeda-beda dan memahami informasi yang ada didalamnya.
- Kartu 1 membahas asal usul kehidupan manusia
- Kartu 2 membahas lapisan kulit bumi
- Kartu 3 membahas kebudayaan zaman purba
- Kartu 4 membahas interaksi kehidupan manusia
- Kartu 5 membahas kehidupan ekonomi
(1) Kelompok Ahli
o Masing-masing siswa yang memiliki bahan ajar/kartu tugas yang sama
berkumpul dalam satu kelompok membentuk kelompok ahli dengan jumlah 5
kelompok.
o Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi
ahli sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
o Semua anggota kelompok ahli harus memahami dan dapat menyampaikan
informasi tentang hasil dari tugas dan dapat menginformasikan kepada
kelompok cooperative (awal).
(3) Kelompok Cooperative (awal)
16
o Apabila diskusi sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing
siswa kembali kelompok cooperative (awal)
o Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan
hasil dari tugas di kelompok ahli.
o Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-
masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi.
o Guru menunjuk salah seorang siswa untuk memberikan reflesi terhadap materi
yang telah dipelajari
2. Model Numbered Heads Togerher (Tema Keragaman Bentuk
Muka Bumi)
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
(1) Siswa dibagi dalam 6 kelompok, setiap anggota kelompok mendapat nomor
urut 1 s.d 6, tergantung jumlah siswa dalam kelas
(2) Guru memberikan wacana dan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
- Kelompok 1 membahas: Keragaman bentuk muka bumi , proses
pembentukan dan dampaknya bagi kehidupan manusia
- Kelompok 2 membahas: Faktor-faktor penyebab terjadinya gempa
bumi.
- Kelompok 3 membahas: Contoh jenis batuan yang ada di lingkungan
sekitar.
- Kelompok 4 membahas: Proses pelapukan dan erosi berosi.
- Kelompok 5 membahas: Contoh kenampakan hasil proses sedimentasi
- Kelompok 6 membahas: Dampak positif dan negatif tenaga endogen dan
eksogen bagi kehidupan serta upaya penanggulangannya
(3) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
(4) Guru mengundi/menunjuk salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil
kerja sama mereka. (keberhasilan kelompok ditentukan oleh salah seorang
yang presentasi
(5) Tanggapan dari kelompok yang lain dan klarifikasi guru dilanjutkan
presentasi masalah lain dengan cara yang sama
17
(6) Laporan hasil kelompok selesai, dilanjutkan dengan refleksi dari salah
seorang siswa tentang materi yang dibahas.
3. Model Think Pair Share (Tema Urbanisasi)
Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 4 orang, jumlah
kelompok tergantung pada jumlah siswa dalam kelas
2. Guru membagi wacana dan tugas pada masing-masing kelompok:
- Kelompok I dan V: Latar Belakang Urbanisasi
- Kelompok II dan VI: Dampak Positif Urbanisasi bagi desa dan kota
- Kelompok III dan VII: Dampak negatif urbanisasi bagi desa dan kota
- Kelompok IV dan VIII: Strategi pemecahan masalah negatif akibat
urbanisasi
3. Guru meminta setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas yang
diberikan secara mandiri/individual.
4. Setelah selesai kerja mandiri siswa diminta untuk mendiskusikan
secara berpasangan dengan salah satu temannya dalam kelompok tentang
hasil yang dikerjakan.
5. Kedua pasangan bertemu dalam kelompok berempat untuk
mendiskusikan kembali hasil pekerjaannya.
6. Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara bergilir
masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru bersama siswa
memberi klarifikasi.
7. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk memberikan reflesi
terhadap materi yang telah dipelajari
4. Model Make - A Match (Tema Perjuangan bangsa Indonesia merebut Irian Barat)
18
Langkah-langkah Pembelajaran Make-A Match :
(1) Siswa dalam kelas dibagi dalam 2 kelompok besar, setengah bagian
siswa mendapatkan kartu soal dan setengah bagian mendapatkan kartu
jawabannya.
(2) Setiap siswa diminta untuk memikirkan jawabannya dan sebagian
siswa membuat pertanyaannya.
(3) Setelah selesai mengerjakan seluruh siswa diminta untuk mencari
pasangan yang memiliki pertanyaan dan jawaban yang sama
(4) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dan benar sebelum batas waktu diberi poin
(5) Guru bersama siswa membahas semua soal dan jawabannya
5. Model Problem Based Instruction (PBI) atau Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Instruction (PBI) dan
penggunaannya untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi
masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Model ini juga dikenal
dengan nama lain Pembelajaran Proyek, Pendidikan Berdasarkan Pengalaman,
Belajar Autentik dan Pembelajaran Berakar Pada Kehidupan Nyata. Secara garis
besar PBI terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan
penyelidikan dan inkuiri.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah laku Guru
Tahap-1
Orientasi siswa
terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
Tahap-2
Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Tahap-3
Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
19
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam menyiapkan dan
mempresentasikan karya, menyusun laporan dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka atau proses-
proses yang mereka lakukan
Dalam pelaksanaan pembelajaran selain menggunakan pendekatan CTL
dengan berbagai Model CL, tentunya guru dalam pelaksanaan pembelajaran dapat
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang antara lain:
1. Ceramah
Metode ceramah merupakan metode ceramah yang divariasikan dengan
metode lainnya, seperti tanya jawab, diskusi, permainan, dan debat. Dengan
melakukan ceramah bervariasi, diharapkan peserta didik termotivasi optimal
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ceramah merupakan metode yang paling
banyak digunakan dalam berbagai kegiatan.
2. Diskusi
Diskusi adalah model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik
pada suatu permasalahan. Model tersebut mempunyai tujuan utama untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan
memahami pengetahuan peserta didik, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen,1998). Agar dalam pelaksanaan diskusi tidak didominasi oleh sebagian
siswa, maka disarankan menggunakan CL dengan berbagai macam tekniknya.
3. Inquiri (Menemukan)
Proses pembelajaran dengan metode inquiri didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaannya guru tidak
mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang
20
pembelajaran yang memungkinkan dapat menemukan sendiri materi yang harus
dipelajari.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode pembelajaran ini meliputi :
a. Merumuskan masalah
b. Mengajukan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. Membuat kesimpulan
Secara rinci dapat dipadukan dengan Model PBI/PBL diatas.
4. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai
bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin
muncul pada masa mendatang.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam bermain peran adalah:
a. Menentukan topik atau masalah serta tujuan yang akan dicapai.
b. Memberikan gambaran situasi yang ingin disimulasikan.
c. Membentuk kelompok dan menentukan peran masing-masing.
d. Menetapkan pemain yang akan dijadikan tokoh dan peranan yang harus
dimainkan.
e. Melaksanakan bermain peran.
f. Melakukan penilaian.
g. Membuat kesimpulan.
Contoh penerapan CTL dalam Pembelajaran IPS berdasarkan Tema:
No. Indikator Tema Komponen CTL
1. Menelusuri Lembah bengawan Solo Menunjukkan letak aliran sungai
Bengawan Solo
Menyebutkan kota-kota yang dilalui aliran bengawan Solo
Mendeskripsikan kondisi alam di
Konstruktivisme (Constructivism)
Menemukan (Inquiry) Bertanya (Questioning) Masyarakat Belajar (Learning
Community) Refleksi (Reflection) Penilaian yang sebenarnya
21
lembah bengawan Solo
Menjelaskan Hubungan antara kondisi alam Lembah Bengawan Solo dengan penemuan fosil-fosil manusia jaman praaksara
Mengidentifikasi sistem Kehidupan manusia praaksara
Mendeskripsikan Kehidupan ekonomi manusia praaksara
Mendeskripsikan kehidupan sosial manusia jaman praaksara di lembah bengawan Solo
Mendeskripsikan keragaman budaya masyarakat praaksara
(Authentic Assessment)
2 Urbanisasi Menjelaskan konsep urbanisasi
Mengidentifikasi latar belakang dan faktor-faktor pendorong terjadinya urbanisasi(politik, ekonomi, sosial, dan geografis)
Menjelaskan Proses urbanisasi yang terdiri dari migrasi dari desa ke kota dan perluasan masyarakat kota
Mendeskripsikan dampak urbanisasi dalam bidang sosial terutama masalah penyimpangan sosial dan penyakit sosial, sekonomi seperti kelangkaan, politik, dan budaya
Mendeskripsikan dampak politik ethis terhadap urbanisasi di Indonesia
Konstruktivisme (Constructivism)
Menemukan (Inquiry) Bertanya (Questioning) Masyarakat Belajar (Learning
Community) Refleksi (Reflection) Penilaian yang sebenarnya
(Authentic Assessment)
3 Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat Menguraikan latar belakang
terjadinya perjuangan mengembalikan Irian Barat
Konstruktivisme (Constructivism)
Menemukan (Inquiry) Bertanya (Questioning) Masyarakat Belajar (Learning
Community)
22
Mengidentifikasi perjuangan diplomasi dan konfrontasi dalam upaya mengembalikan Irian Barat
Mengidentifikasi pelaksanaan Trikomando Rakyat (Trikora)
Untuk merebut Irian Barat
Mendiskripsikan Persetujuan New York dan pengaruhnya terhadap penyelesaian masalah Irian Barat
Menjelaskan arti penting Penentuan pendapat rakyat (Pepera)
Memberi contoh terjadinya perubahan sosial budaya.
Pemodelan (Modelling) Refleksi (Reflection) Penilaian yang sebenarnya
(Authentic Assessment)
4 Bentuk Muka Bumi
Mendeskripsikan tenaga endogen yang menyebabkan terjadinya bentuk muka bumi,sebagai salah satu bukti kekuasaan Tuhan
Mendeskripsikan gejala diastropisme dan vulkanisme serta sebaran tipe gunung api dengan teliti secara berkelompok
Menunjukkan sebaran tipe gunung api di Indonesia dengan tepat
Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi dan akibat yang ditimbulkannya sebagai bukti kekuasaan Allah secara berkelompok
Konstruktivisme (Constructivism)
Menemukan (Inquiry) Bertanya (Questioning) Masyarakat Belajar (Learning
Community) Refleksi (Reflection) Penilaian yang sebenarnya
(Authentic Assessment)
23
C Pengintegrasian Pendidikan Karakter dan Kewirausahaan dalam Pembelajaran IPS
1. Konsep Pendidikan Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Dengan demikian orang
berkarakter adalah orang yang pola pikir, sikap dan ,tindakan mengandung nilai-
nilai kebaikan/berkeutamaan atau orang yang berakhlak mulia
Pendidikan karakter adalah suatu sistem transformasi dan penanaman
nilai-nilai karakter atau nilai-nilai kebaikan kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. Dalam pelaksaannya misalnya dapat dilakukan dengan modeling.
Dalam hal ini guru memiliki peran penting yakni sebagai model, sebagai teladan
bagi peserta didiknya. Bagaimana .perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya.
Pendidikan karakter dikembangkan dengan berpijak pada nilai-nilai karakter
dasar. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah:
cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur,
hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif,
kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan
rendah hati, toleransi, cinta damai, dan persatuan. Beberapa nilai dasar yang
relevan dengan pembelajaran IPS misalnya: nilai-nilai kehambaan; kemampuan
inkuiri, dan memecahkan masalah socal; kepedulian terhadap lingkungan,
menghargai antarsesama,cinta bangsa dan tanah air, meneladani
para/pahlawan/pemimpin; menghargai dan mencintai produk bangsa sendiri;
toleransi dan menghargai keberagaman; kemampuan berorganisasi dan kerja
sama. demokratis dan tanggung jawab; mandiri, bertindak efektif dan efisien.
Selanjutnya untuk mejaga keberhasilan dan keberlanjutan pendidikan karakter di
24
sekolah, perlu melibatkan dan kerja sama dengan orang tua dan anggota
masyarakat...
Nilai-nilai Karakter
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan: Religius
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
Jujur
Bertanggung jawab
Bergaya hidup sehat
Disiplin
Kerja keras
Percaya diri
Berjiwa wirausaha
Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Mandiri
Ingin tahu
Cinta ilmu
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Patuh pada aturan-aturan sosial
Menghargai karya dan prestasi orang lain
Santun
Demokratis
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Peduli sosial dan lingkungan
Melestarikan lingkungan
e. Nilai kebangsaan
Nasionalis
Menghargai keberagaman
Patriotis
5. Hakikat Pendidikan Kewirausahaan Dan Ciri-Ciri Wirausaha
25
Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang.
Kewirausahan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang
lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau
kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam
rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seseorang
yang memiliki sikap dan jiwa/karakter wirausaha selalu tidak puas dengan
apa yang telah dicapainya. Wirausaha adalah orang yang trampil
memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan
untuk meningkatkan kehidupannya.
Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan ciri-ciri
seseorang yang memiliki jiwa wirausaha (entrepeneur) sebagai orang yang
(1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko,
(4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinal.
Bentuk ketata kelakukan cirri-ciri wirausaha nampak pada tabel berkut.
Tabel 5. Bentuk Ketata Kelakukan Ciri-Ciri Wirausaha
Ciri-ciri Kewirausahaan Bentuk tata – kelakuanPercaya diri 1. Bekerja penuh keyakinan
2. Tidak berketergantungan dalam melakukan pekerjaan
Berorientasi pada tugas dan hasil 1. Memenuhi kebutuhan akan prestasi2. Orientasi pekerjaan berupa laba,
tekun dan tabah, tekad kerja keras.3. Berinisiatif
Pengambil risiko 1. Berani dan mampu mengambil risiko kerja
2. Menyukai pekerjaan yang menantang
Kepemipinan 1. Bertingkah laku sebagai pemimpin yang terbuka thd saran dan kritik.
2. Mudah bergaul dan bekerjasama dengan orang lain
Berfikir ke arah yang asli 1. Kreatif dan Inovatif2. Luwes dalam melaksanakan
pekerjaan3. Mempunyai banyak sumberdaya4. Serba bisa dan berpengetahuan
luasKeorisinilan 1. Berfikiran menatap ke depan
2. Perspektif
Sumber: Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo (1999)
26
Berdasarkan ciri-ciri wirausaha yang dikemukakan oleh Meredith di atas,
ditemukan banyak nilai-nilai kewirausahaan yang dapat ditanamkan kepada
peserta didik. Apabila semua nilai tersebut harus ditanamkan pada peserta didik
akan terasa sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih sejumlah nilai pokok sebagai
pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Nilai-nilai pokok kewirausahaan
yang perlu diintegrasikan ke semua mata pelajara, adalah (1) percaya diri, (2)
disiplin (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, dan (5) berorientasi
ke depan, (6) realistis, (7) kreatif, (8) inovatif, (9) disiplin dan (10) kejujuran, (11)
komitmen tinggi)., (12) jujur.
3. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dan Pendidikan Kewirausahaan dalam
Mata Pelajaran IPS
Maksud dari pengintegrasian pendidikan karakter dan pendidikan
kewirausahaan dalam pembelajaran IPS adalah penginternalisasian nilai-nilai
karakter dan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari melalui proses pembelajaran IPS, baik yang berlangsung di dalam
maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan
pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi
(materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik
memiliki karakter wirausaha.
Integrasi pendidikan karakter dan pendidikan kewirausahaan ke dalam
proses pembelajaran IPS dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pada tahap perencanaan ini, silabus
dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya
memfasilitasi/berwawasan pendidikan karakter dan pendidikan kewirausahaan.
Cara menyusun silabus dan RPP yang terintegrasi pendidikan karakter dan
kewirausahaan adalah dengan mengadaptasi silabus, RPP. yang telah
dibuat/ada dengan menambahkan/mengadaptasi kegiatan pembelajaran yang
bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadarinya pentingnya nilai-nilai,
dan diinternalisasinya nilai-nilai karakter dan kewirausahaan.
Disamping melalui silabus dan RPP, pengintegrasian nilai-nilai karakter
dan kewirausahaan bisa dilakukan melalui bahan ajar, karena bahan ajar
merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa
yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang
mengajar semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa
melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasi nilai-nilai karakter dan
27
kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan
materi, tugas maupun evaluasi. Contoh pengintegrasian pendidikan karakter
dan pendidikan kewirausahaan ke dalam silabus, RPP dan bahan ajar dapat
dilihat dalam lampiran 2, 3 dan 4.
I Gde Widja (1989: 60), menjelaskan bahwa media adalah “Segala sesuatu
yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka mendukung usaha-
usaha pelaksanaan strategi serta metode mengajar, yang menjurus kepada
pencapaian tujuan pengajaran” . Menurut Dientje Borman Rumampunk (1988: 4),
menegaskan bahwa media adalah kata jamak dari medium antara, merupakan
segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan informasi antara
sumber/penyampai pesan dan penerima. Kesimpulannya media pembelajaran
adalah setiap alat baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai
media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan aktivitas proses
belajar mengajar. Menurut Kemp ( 1985: 187 ) berbagai sumber pengajaran
itulah yang disebut media. Sehubungan dengan hal itu maka pada buku
panduan ini antara media dan sumber belajar tidak dibedakan. Berbagai sumber
pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran adalah:
Tabel 6. Jenis dan Contoh Media
NO JENIS MEDIA CONTOH
1 Sumber nyata - Pembicara tamu, pejabat, pimpinan organisasi, seperti
pelaku sejarah, atau saksi kejadian.
- Benda dan alat, seperti artefak, senjata, dan
sebagainya.
2 Model atau
tiruan benda
asli,
globe, peta, maket dan duplikat
3 Bahan tak
terproyeksikan
- Kertas cetak, papan tulis, peraga.
- Diagram, bagan, grafik, menyajikan informasi dan
diskusi.
- Foto – foto objek, situasi atau taata cara yang tidak dapat
di bawa ke kelas atau tidak terdapat di sekitar tempat
28
Media pembelajaran IPS
tinggal.
- Alat bantu kerja bisa berupa lembar urutan kerja.
4 Rekaman suara - Rekaman kaset suara.
- Piringan hitam dan Compact Disk (CD).
5 Gambar diam
yang
diproyeksikan
- Slide
- Potongan (carik-an) film
- Transparan
- Program komputer, sangat cocok untuk belajar mandiri
dan kelompok
Berikut ini akan ditunjukkan berbagai contoh media pembelajaran IPS
yang bisa dan mudah digunakan. Harapannya tentu agar para guru di berbagai di
daerah di Indonesia dapat mengembangkan media ini.
1. Gambar diam
Gambar diam merupakan media pembelajaran IPS yang mudah, murah
dan sangat bermanfaat dalam pembelajaran. Grafik, chart (kartu), peta, diagram,
poster, komik, foto, lukisan, adalah contoh-contoh yang termasuk gambar diam.
Guntingan gambar surat kabar, majalah, atau hasil download atau
diunduh/diambil gambar dari internet akan memberikan berbagai bentuk
informasi sangat berharga dalam pembelajaran IPS. Foto-foto jaman penjajahan
Belanda dan Jepang, akan mendorong peserta didik mudah beremphati dan
bercerita tentang kondisi bangsa Indonesia pada masa penjajahan.
Contoh :
Untuk pembelajaran kelas VIII SK 1: Memahami permasalahan sosial berkaitan
dengan pertumbuhan jumlah penduduk, “KD1.3 Mendeskripsikan permasalahan
lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan
berkelanjutan.” Bapak/ibu guru dapat mencari guntingan gambar-gambar dari
majalah atau surat kabar tentang peristiwa banjir. Media ini akan mendorong
peserta didik untuk berpikir kritis faktor-faktor penyebab terjadinya banjir, dampak
terjadinya banjir, dan bagaimana upaya penanggulangan dan penanganan banjir
sebagai masalah kehidupan sehari-hari.
2. Rekaman suara
29
Dengan menggunakan kemajuan teknologi informasi internet, guru
dapat dengan mudah mendapatkan berbagai rekaman suara untuk
pembelajaran. Sebagai contoh ketika guru hendak mengkaji sekitar perjuangan
bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Pada masa tersebut,
televisi yang merekam berbagai peristiwa di berbagai daerah tidak ada. Gambar
dan rekaman audio merupakan media yang paling memungkinkan didapatkan.
Sebagai contoh guru dapat mengunduh file MP3 pidato Bung Tomo ketika
menggelorakan rakyat Surabaya dalam melawan Sekutu. Pidato ini dapat
digunakan sebagai motivasi atau apersepsi dalam pembelajaran
3. Televisi
Televisi adalah bagian dari bentuk media audio visual. Penggunaan
paling memungkinkan dan sangat luwes adalah menggunakan VCD sebagai alat
pengembangan media televisi. Dengan menggunakan VCD, guru dapat memutar
berbagai materi pembelajaran IPS yang banyak tersedia. Selain itu guru juga
dapat membuat gambar sendiri dengan menggunakan kamera. Bahkan guru
dapat menugaskan peserta didiknya untuk mengambil beberapa gambar yang
berhubungan dengan materi pembelajaran di masyarakat. Peserta didik dapat
diberi tugas merekam gambar tentang kondisi kemiskinan, kondisi alam, penyakit
sosial, dan sebagainya. Kemajuan era digital, peserta didik dapat dengan mudah
merekam berbagai kejadian menggunakan kamera digital.
4. Benda Asli
Pada dasarnya peserta didik ingin melihat benda benda asli, atau
kenyataan yang ia pelajari. Guru dapat mengumpulkan berbagai benda
bebatuan, senjata, alat kesehatan, sebagai media pembelajaran. Guru juga
dapat mengundang pelaku sejarah, hakim, jaksa, psikolog, polisi, untuk belajar
dalam ruangan kelas. Benda-benda asli atau orang inilah yang disebut real
things.
Dalam real things guru juga dapat menggunakan simulasi sebagai
media pembelajaran. Simulasi dapat berupa bentuk bermain peran (role playing)
atau melihat kejadian secara langsung seperti persidangan, debat calon bupati,
dan sebagainya. Karena banyak hambatan, sehingga simulasi untuk media
pembelajaran IPS dapat diintegrasikan dengan model pembelajaran yang
digunakan. Misalnya simulasi persidangan, simulasi debat calon presiden,
simulasi debat anggota DPR, yang pelakunya adalah para peserta didik. Atau
guru dapat menggunakan rekaman audio visual kemudian ditayangkan
menggunakan media audio visual.
30
5. Model
Benda tiruan yang mirip atau menyerupai benda asli seperti globe,
miniatur candi, miniatur persidangan, lapisan tanah, atau benda-benda kecil
yang diperbesar seperti kuman adalah salah satu contoh bentuk model. Dalam
pembelajaran IPS, guru juga dapat menggunakan model misalnya, ketika guru
ingin menganalisis lapisan tanah, bagian gunung berapi, proses persidangan
dalam pengadilan, pasar.
6. Laboratorium di luar ruangan (Out door laboratory)
Pembelajaran IPS sangat memerlukan laboratorium di luar ruangan.
Selama ini banyak media ini tersedia di berbagai lingkungan peserta didik.
Sayang pemanfaatnnya belum optimal untuk pembelajaran IPS. Kalaupun sudah,
ternyata sebagian besar adalah laboratorium keilmuan seperti sejarah, geografi,
atau geologi. Laboratorium IPS harus dirancang terpadu, yang tidak hanya
membawa peserta didik pada masalah satu disiplin ilmu, tetapi dipadukan
dengan berbagai masalah-masalah sosial lainnya. Kebanyakan guru hanya
sebatas mengajak peserta didik mengunjungi objek sejarah, atau objek geografi
saja. Padahal lokasi tersebut dapat digarap menjadi laboratorium IPS.
Laboratorium IPS yang dapat dikembangkan misalnya kompleks situs
Ratu Boko, Dataran Tinggi Dieng, dan pegunungan Bromo. Di lokasi tersebut
terdapat lab alam dan budaya yang dapat dikaji secara terpadu yakni
vulkanisme, perkembangan kerajaan Hindu Buddha (eksistensi candi Dieng),
interaksi sosial budaya, dan kegiatan ekonomi. Pendekatan yang dilakukan
adalah mengkaji Dataran Tinggi Dieng dan sekitarnya dalam dimensi sejarah,
geografi, soiologi, antropologi, politik, hukum, dan ekonomi.
7. Motion Pictures
Gerlach (1980:333) mendefinisikan bahwa motion picture adalah
seperangkat gambar diam, yang biasanya berukuran 8 – 16 mm, yang dapat
ditayangkan secara sederhana dan mudah. Pada masa lalu, untuk menghasilkan
motion picture, kita harus merekam menggunakan film. Pada masa sekarang,
penggunaan kamera digital sangat membantu dalam menghasilkan motion
picture. Kamera digital yang harganya sangat terjangkau sangat memungkinkan
guru mengembangkan model ini.
31
8. Pengajaran terprogram dan pengajaran dengan bantuan komputer
(Programmed and computer- assisted instruction) .
Demikian halnya yang dimaksud dengan pengajaran dengan bantuan
komputer, artinya pengajaran yang telah disiapkan dengan bantuan komputer.
Kemajuan teknologi yang luar biasa abad XXI menjadikan komputer tidak hanya
sebagai perangkat kerja tetapi sarana komunikasi. Kesulitan guru menghadirkan
real things pelaku sejarah ke dalam kelas, dapat dihadirkan melalui komputer.
Dengan teknologi internet peserta didik dapat berbincang-bincang langsung
dengan tokoh yang berada di luar negeri. Sudah selayaknya para guru
menguasai perkembangan teknologi ini, bila ingin mampu mengajar mengikuti
perkembangan teknologi.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
menafsirkan, baik proses maupun hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan,
keberhasilan proses pembelajaran, tingkat kesulitan belajar siswa, menentukan
tindak lanjut pembelajaran, laporan hasil belajar peserta didik, dan
pertanggungjawaban (accountability) terhadap pihak-pihak yang berkepntingan.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kompetensi peserta didik diperlukan suatu
teknik penilaian. Ada beberapa macam teknik penilaian seperti ditunjukkan dalam
tabel berikut.
Tabel 7. Macam-macam Teknik Penilaian IPS
Jenis
Penilaian
Teknik Bentuk
Tes Tertulis Obyektif: memilih jawaban, yang
dibedakan menjadi:
1) pilihan ganda
2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
32
Penilaian Pembelajaran IPS Secara Terpadu
3) menjodohkan
4) Isian singkat
5) sebab-akibat
Urian singkat
Uraian bebas
Lisan Pertanyaan
Pernyataan
Non Tes a. Penilaian Unjuk
Kerja
(performance),
1) Pengamatan
2) Daftar Cek (Check-list)
3) Skala Penilaian (Rating Scale)
b. Penilaian Sikap 1) Pengamatan/Observasi perilaku
Peserta didik
2) Skala sikap
3) Sosiometri
4) Pertanyaan langsung)
5) Laporan pribadi
6) Catatan kejadian khusus
(anecdotal record)
c. Penilaian Proyek Laporan sesuai komponen proyek.
d. Penilaian Produk 1) Hasil pembuatan peta
2) Kliping
3) Makalah
e. Penilaian
portofolio
1) Catatan anekdot
2) Tulisan refleksi
3) Review
4) Laporan
5) Rekaman videotapes
6) Photo/gambar
7) Cuplikan tulisan
8) Catatan iskusi/kegiatan ilmiah
9) Rekaman sesuatu/audiotapes
10) Draft
11) Ilustrasi
12) Karya berupa benda
33
13) Model/maket
14) Klipping
15) Diagram
16) Grafik dan chart
17) Hasil print out computer
18) Lagu
19) Puisi
e. Penilaian Diri
(self
assessment)
1) Laporan diri
2) Skala sikap
3) Daftar check
2. Karakteristik Penilaian Pembelajaran IPS Secara Terpadu
a. Penilaian pembelajaran mengacu pada ketuntasan
KD/Tema
Dalam pembelajaran IPS secara terpadu ketuntasan penilaiannya
dilakukan setelah tercapainya satu tema. Dalam satu tema yang terdiri atas
beberapa KD, maka penilaian diprioritaskan pada KD utama. Setiap KD
dalam satu tema tidak selalu memuat seluruh indikator, artinya satu KD
baru tuntas setelah beberapa tema dibelajarkan. Maka penilaian yang
seharusnya dilakukan setiap KD, menjadi berdasarkan setiap tema.
b. Penilai diutamakan pada pencapaian KD dalam semester
berjalan. Pembelajaran IPS secara terpadu, yang menggunakan lintas
semester, penilaian dilakukan prioritas terhadap KD utama pada semester
tersebut.
c. Penilaian dikembangkan secara terpadu.
Pengembangan instrumen penilaian untuk pembelajaran IPS secara
terpadu mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor, gunakan berbagai
jenis,tehnik dan bentuk penilaian yang variatif agar diperoleh informasi
pencapaian kompetensi peserta didik yang obyektif, dan komprehensif.
Kembangkan bentuk penilaian pembelajaran secara terpadu berbasis
masalah sosial . sehingga soal dapat dikembangkan secara terpadu.
d. Penilaian mencakup unsur budaya dan karakter bangsa.
Dalam rangka penanaman dan internalisasi budaya dan karakter bangsa,
maka pembelajaran IPS secara terpadu yang mengandung aspek nilai-nilai
secara universal dimulai dari perencanaan (silabus dan RPP), proses
34
pembelajaran, penilaian dan tindak lanjut. Untuk itu penilaian
dikembangkan dengan menggunakan skala sikap, observasi, sosiometri,
catatan harian , diutamakan untuk penilaian diri (self evaluation).
e. Penilaian mencakup juga ketrampilan kewirausahaan
Salah satu tujuan pembelajaran IPS adalah menyiapkan peserta didik agar
mampu memenuhi kebutuhan hidup. Kecakapan pemenuhan kebutuhan
hidup dapat dikembangkan memalui kewirausahaan . Penilaian yang dapat
dilakukan untuk mengetahui kecakapan berwirausaha, dapat
dikembangkan dengan menggunakan jenis, teknik, bentuk, penilaian
produk, proyek, maupun performence.
Berikut ini contoh jenis, teknik, dan bentuk penilaian pembelajaran IPS secara
terpadu.
1. Tes Tertulis dalam bentuk uraian dan pilihan ganda.
Petunjuk Mengerjakan :
a. Baca dan cermati bacaan di bawah !
b. jawab pertanyaan dengan benar dan tepat !
URBANISASI
Pertumbuhan penduduk terus berkembang, sementara lahan yang
tersedia tetap sehingga tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk.
Walaupun lahan di desa masih cukup tersedia, tetapi fasilitas sangat
terbatas. Sebagai contoh fasilitas pendidikan, kesehatan, olahraga, sosial,
dan hiburan relatif terbatas. Fasilitas yang terbatas ini merupakan salah satu
sebab timbulnya urbanisasi
Kehidupan yang mengandalkan alam, ada kalanya harus
menghadapi resiko berupa kegagalan-kegagalan akibat perubahan alam itu
sendiri seperti kemarau panjang, banjir, tanah longsor, gempa, angin badai,
dan serangan hama sering membuat kehidupan masyarakat desa kurang
menentu. Hal ini mendorong masyarakat untuk dapat meningkatkan taraf
hidup sosial ekonominya, sehingga meninggalkan desa pergi ke kota untuk
memperoleh suasana kehidupan yang lebih baik.
Ketika penduduk desa pindah ke kota, akan menemui berbagai
tantangan kehidupan yang kompleks. Antara laian mulai tempat tinggal,
pendidikan, kesehatan, ketrampilan bekerja, serta tantangan untuk kompetisi
meraih prestasi. Kehidupan di kota dapat dilihat pada gambar di bawah
35
Gambar 5. Pengemis di salah satu sudut kota Banda Aceh dan pemikiman
kumuh di bantaran sungai Ciliwung Jakarta
Sumber : WWW.cyberjournalismclassss.blogdetik.com dan www.aceh-
independen.co.id/
Pertanyaan Uraian
1. Jelaskan faktor penyebab urbanisasi
2. Berdasarkan gambar di atas,
a. Tulis perilaku menyimpang yang dapat terjadi .
b. Jelaskan kondisi lingkungan akibat adanya kepadatan penduduk yang
tinggi
c. Jelaskan upaya yang perlu dilakukan agar tidak menjadi budaya peminta-
minta .
d. Bagaimana membangun semangat kebangsaan pada masyarakat urban
Rambu-rambu penilaian :
1. Faktor penyebab urbanisasi :
1. Kondisi geografis: keadaan alam yang tidak
menguntungkan, bencana alam
36
2. Kondisi ekonomi: pemenuhan kebutuhan hidup,
tersedianya fasilitas/infrastruktur
3. Kondisi sosial: mobilitas sosial, status sosial, pranata
sosial
2. a. Perilaku menyimpang yang dapat terjadi pada masyarakat
urban :
tindak kriminal (pencurian, perampokan),
penyakit sosial (miras judi, narkoba),
penyimpangan sosial (gay, lesbian)
b. Kondisi lingkungan akibat urbanisasi:
Daerah yang ditinggalkan akan kehilangan tenaga kerja, lahan
terbengkalai, daerah tidak berkembang
Daerah yang didatangi: jumlah penduduk meningkat, kebutuhan hidup
baik pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan meningkat,
lahan sempit, polusi meningkat.
c. Upaya yang perlu dilakukan agar tidak menjadi budaya peminta-minta :
Menumbuhkan semangat kewirausahaan
Menumbuhkan harga diri serta kesadaran untuk malu meminta-minta
Menumbuhkan semangat membangun bangsa Indonesia
Menumbuhkan kesadaran pemanfaatan potensi yang ada di
lingkungan
d. Membangun semangat kebangsaan pada masyarakat urban :
Rajin belajar
Aktif dalam organisasi sosial
Motivasi untuk hidup lebih baik
Kriteria Penilaian :
Pembobotan :
Soal no 1. skor maksimum = 3
Soal no 2 a. skor maksimum = 3
Soal no 2 b. skor maksimum = 2
Soal no 2 c. skor maksimum = 4
Soal no2 d. skor maksimum = 3
_____________________
Jumlah skor maksimum = 15
∑ Skor perolehan
37
Nilai = X 100
Skor Maksimal
Pertanyaan pilihan ganda
3. Walaupun lahan di desa masih cukup tersedia, tetapi arus
urbanisasi tetap berlangsung. Mengapa demikian?
a. Fasilitas terbatas
b. Terbatasnya lapangan pekerjaan
c. Semakin sempitnya lahan pertanian
d. Keberhasilan pertanian yang tidak pasti
e. Kehidupan yang tidak variasi atau monoton
4. Berdasarkan gambar kawasan kumuh di atas, perilaku
menyimpang yang mungkin terjadi adalah ....
1. kebut-kebutan
2. aksi vandalis
3. pencurian
4. plagiat
5. mafia
5. Dampak dari penggunaan bantaran/tepian sungai untuk
pemukiman, adalah ....
a. pendangkalan sungai
b. menarik wisatawan
c. berkurangnya jumlah air
d. meluasnya areal bermain
e. bertambahnya jenis tumbuhan
6. untuk membangun mental budaya malu menjadi peminta-
minta, perlu ditumbuhkan kesadaran ....
a. menjaga citra diri
b. kembali ke tempat asal
c. meminta-minta di tempat tertutup
d. Memberi pakaian yang layak dipandang
e. Meminta hanya pada keluarga sendiri
5 Berdasarkan gambar di atas, dampak pemukiman kumuh terdapat pada
tabel berikut.
No. Dampak
1. Kelangkaan air bersih
38
2. Pendangkalan sungai
3. Pencemaran air
4. Terganggunya biota air
5. Tidak berpengaruh terhadap ekosistem
air
Berdasarkan tabel di atas, yang termasuk dampak pemukiman kumuh
ditunjukkan pada nomor....
a. 1, 2, 3
b. 1, 2, 5
c. 1, 3, 5
d. 1, 4, 5
e. 2, 4, 5
2. Non Tes
a. Unjuk Kerja (Performance)
1) Daftar Cek (Check-list)
Untuk guru dalam menilai kinerja peserta didik, sebaiknya menggunakan
dua pilihan, seperti: ada – tidak ada, muncul - tidak muncul, baik-tidak
baik, benar - salah. Dengan dua pilihan yang menunjukkan perbedaan
secara jelas, akan memudahkan dalam pengolahan data.
Contoh:
Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode diskusi.
Peserta didik secara berkelompok diberi tugas untuk mendiskusikan
permasalahan yang telah disiapkan oleh guru (contoh: Dampak
Urbanisasi).
Untuk menilai kinerja peserta didik secara utuh pada saat diskusi,
guru membuat rubrik penilaian seperti berikut:
Rubrik pengamatan diskusi “Dampak Urbanisasi”
Nama peserta didik: Adzra Kelas: VIIA
No Aspek
Kriteria
Baik Tidak
baik
1. Partisipasi dalam diskusi √
39
2. Kualitas pertanyaan √
3. Kemampuan menjawab
pertanyaan
√
4. Kedisiplinan √
Skor maksimum 8
Jumlah skor perolehan 8
Keterangan Kriteria Baik =2, Tidak baik =1
Berdasarkan contoh di atas, maka nilai Adzra: 100 dengan rumus :
Nilai = ∑ Skor perolehan X 100
Skor Maksimal
Contoh lain Check list yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan seluruh
peserta didik dalam satu format sebagai berikut.
N
o
Nama
Siswa
A s p e kJumlah
SkorNilai
PartisipasiKualitas
pertanyaan
Kemampuan
menjawabkedisiplinan
Baik Tida
Baik
Baik Tidak
Baik
Baik Tidak
Baik
Baik Tidak
Baik
2) Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja juga dapat dilakukan dengan menggunakan skala
penilaian (rating scale). Cara ini memberi kesempatan kepada Guru
untuk memberi nilai kepada peserta didik dengan pilihan kategori lebih
dari dua rentangan yang dibedakan berdasarkan gradasi bobot .
Contoh:
Penilaian Presentasi hasil diskusi kelompok
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : VIII/1
Judul Diskusi : Dampak Urbanisasi
40
N
o
Nama
Siswa
A s p e k
Jumla
h
Skor
NilaiKriteri
a NilaiKomunik
asi
Sistematik
a
penyampa
ian
Wawas
an
Keberani
an
antusi
as
Keterangan Skor :
Komunikasi Sistematika
Penyampaian:
1 = Tidak dapat berkomunikasi 1 = Tidak sistematis
2 = Komunikasi agak lancar, tetapi sulit dimengerti 2 = Sistematis,uraian
krng,tdk jelas
3 = Komunikasi lancar tetapi kurang jelas dimengerti3 = Sistematis, uraian
cukup
4 = Komunikasi sangat lancar, benar dan jelas 4 = Sistematis, uraian
luas, jelas
Wawasan: Keberanian:
1 = Tidak menunjukkan wawasan 1 = Tidak ada keberanian
2 = Sedikit memiliki wawasan 2 = Kurang berani
3 = Berwawasan tetapi kurang luas 3 = Berani
4 = Berwawasan luas 4 = Sangat berani
Antusias:
1 = Tidak antusias
2 = Kurang antusias
3 = Antusias tetapi kurang kontrol
4 = Antusias dan terkontrol
Nilai = ∑ Skor perolehan X 100
Skor Maksimal
3) Proyek (Project)
41
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik
pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Untuk mengetahui kinerja peserta
didik dalam menyelesaikan proyek, maka guru melakukan pemantauan
tahap demi tahap sehingga dapat diketahui kemajuan (progressive)
kemampuan peserta didik.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
Berdasarkan rancangan pembelajaran dengan tema Urbanisasi, maka proyek
yang akan dilakukan oleh peserta didik meliputi:
1. Tingkat pencemaran air
2. Tingkat kerapatan pemukiman
3. Tingkat penyimpangan perilaku
4. Tingkat pemenuhan kebutuhan hidup
5. Tingkat pendidikan penghuni usia wajib belajar
6. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : VIII/1
Nama Proyek : Pengukuran Tingkat Kekumuhan Pemukiman
Alokasi Waktu : 3 bulan
42
Nama Peserta didik :
No Aspek * Skor (1 – 10)
1. Perencanaan:
a. Mempersiapkan instrumen penggalian data
b. Penggalian informasi melalui referensi
c. Pembagian tugas
2. Pelaksanaan
a. Kemampuan melakukan observasi
b. Kerjasama
c. Kedisiplinan
d. Pengolahan data
e. Penarikan kesimpulan
3. Laporan Proyek
a. Sistematika penulisan
b. Kualitas sumber data
c. Pengolahan data
d. Penarikan kesimpulan
4. Presentasi
a. Kemampuan berkomunikasi
b. Media presentasi
c. Penampilan ( antusias, percaya diri,
tegas)
Total Skor
*)Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek. Contoh di atas
menampilkan 15 aspek yang dinilai. Penghitungan nilai dengan
menggunakan rumus:
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
43
4) Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai sikap
peserta didik terhadap objek tertentu.
Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran IPS antara lain
adalah:
a) Sikap terhadap materi pelajaran IPS.
b) Sikap terhadap proses pembelajaran.
c) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
materi IPS.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara/teknik, yaitu:
a) Pengamatan/Observasi perilaku Peserta didik
Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam
pembinaan.
Berikut contoh format pengamatan/observasi perilaku
peserta didik.
No. Nama
Peserta
didik
Aspek Sikap Terhadap Nilai Sikap
Materi Proses
Pembelajaran
Nilai dan
Norma
1 Rina
2 Anton
i
3 Aji
4 Gani
5 Made
Keterangan penilaian:
Rentang sekor nilai setiap aspek adalah 1-4, yang mana
1 = tidak baik
2 = kurang baik
3 = baik
4 = sangat baik
Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:
44
1) Peserta didik termasuk kategori tidak baik apabila memperoleh
skor antara 3 - 5,25
2) Peserta didik termasuk kategori kurang baik apbila memperoleh
skor antara 5,26 – 7,51
3) Peserta didik termasuk kategori baik apbila memperoleh skor
antara 7,52 – 9,77
4) Peserta didik termasuk kategori sangat baik apabila memperoleh
skor antara 9,78-12
b) Pernyataan/pertanyaan langsung
Untuk memperoleh informasi tentang kecenderungan atau sikap peserta
didik, dapat dikembangakan berbagai instrumen yang diberikan langsung
kepada peserta didik, dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :
(1). Skala sikap Likert
Pertanyaan/pernyataan dikembangkan dalam dua kategori yaitu positif
dan negatif, menggunakan empat skala yang dipilih secara langsung.
Contoh skala sikap Likert
Nama :
No Pernyataan Pilihan
Ss S Ts Sts
1 Bantaran sungai yang tanahnya subur baik untuk
daerah pemukiman penduduk
2 Penghuni di wilayah bantaran sungai akan mudah
mengalami konflik terutama dengan dinas
pengairan
3 Untuk memenuhi nafkah, banyak anak-anak usia
12-15 sudah bekerja di pagi hari sehingga tidak
masuk sekolah
4 Pemerintah membuat program wajib belajar
sembilan tahun agar warganegara menjadi lebih
cerdas dan trampil
5 Setujukah kamu terhadap perilaku remaja yang
45
menuliskan nama, atau kelompoknya (vandalisme)
ditempat-tempat wisata bersejarah ?
6 Setujukah kamu apabila untuk memenuhi nafkah
orang tua, maka anak-anak meminta-minta di jalan
?
Keterangan :
Ss = sangat setuju
S = setuju
Ts = tidak setuju
Sts = sangat tidah setuju
Kriteria Penilaian :
Apabila kalimat positif ( no 2 dan 4 ) mendapatkan skor :
4 = sangat setuju
3 = setuju
2 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju
Apabila kalimat negatif ( no 1,3,5, dan 6 ) mendapatkan skor :
1 = sangat setuju
2 = setuju
3 = tidak setuju
4 = sangat tidak setuju
Perhitungan nilai dengan menggunakan :
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
(2). Modifikasi skala sikap ala Borgados
Pengembangan dari skala sikap Likert dilakukan Borgados. Perbedaan ditunjukkan
dengan memodifikasi pernyataan/pertayaan dengan tingkat kesukaran yang lebih
tinggi sehingga pernyataan positif dan negatifnya agak memerlukan pemikiran yang
46
lebih sulit, atau memberi ruang kepada peserta didik untuk memberikan alasan
pilihan sikapnya.
Contoh:
No Pernyataan /pertanyaan Pilihan Alasan
St S Ts Sts
1 Bantaran sungai yang
tanahnya subur baik untuk
daerah pemukiman
penduduk
2 Penghuni diwilayah
bantaran sungai akan
mudah mengalami konflik
terutama dengan dinas
pengairan
3 Untuk memenuhi nafkah,
banyak anak-anak usia 12-
15 sudah bekerja di pagi
hari sehingga tidak masuk
sekolah
4 Pemerintah membuat
program wajib belajar
sembilan tahun agar
warganegara menjadi lebih
cerdas dan trampil
5 Setujukah kamu terhadap
perilaku remaja yang
menuliskan nama, atau
kelompoknya ditempat-
tempat wisata bersejarah ?
6 Setujukah kamu apabila
untuk memenuhi nafkah
47
orang tua, maka anak-
anak meminta-minta di
jalan ?
Keterangan :
Ss = sangat setuju
S = setuju
Ts = tidak setuju
Sts = sangat tidah setujurta didik untuk menentukan sikap
Alasan : latar pikir pes
Kriteria Penilaian :
Apabila kalimat positif ( no 2 dan 4 ) mendapatkan skor :
4 = sangat setuju
3 = setuju
2 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju
Apabila kalimat negatif (1,3,5,6) mendapatkan skor :
1 = sangat setuju
2 = setuju
3 = tidak setuju
4 = sangat tidak setuju
Untuk alasan dapat diberi skor dalam dua kategori :
1 = apabila logis
2 = apabila tidak logis
Perhitungan nilai dengan menggunakan :
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
48
Skor Maksimal
c) Laporan pribadi
Bentuk laporan pribadi dapat membuat pernyataan kecenderungan pilihan peserta
didik terhadap pengelaman pembelajaran dengan menuliskan secara narasi.
Contoh :
Tugas diberikan setelah pembelajaran tentang urbanisasi
Guru memberi tugas :
Buat komentar secara tertulis, sikapmu terhadap kondisi kehidupan penduduk di
bantaran sungai yang didiskusikan dalam pembelajaran tadi. Komentar yang kamu
kembangkan meliputi setuju atau tidak setuju terhadap penggunaan tanah bantaran
sungai untuk pemukiman, penggunaan air sungai untuk kehidupan penduduk
sekitarnya, kesehatan penduduk yang rentan penyakit enfluenza dan demam
berdarah, tingkat konflik yang lebih akibat kondisi sosial yang tidak nyaman,
keamanan serta keselamatan penduduk rentan utamanya musim penghujan. Pilihan
persetujuan disertai dengan memberikan alasan yang logis.
Kriteria penilaian :
No
mor
Nama Persetuju
an
pengguna
anbantara
n sungai
untuk
pemukima
n
penggun
aan air
sungai
untuk
kehidup
an
pendudu
k
Kesehat
an
pendudu
k yang
rentan
penyakit
Tingkat
konflik
yang
lebih
akibat
kondisi
sosial
yang
tidak
nyaman
keamanan
serta
keselamatan
penduduk
rentan
B TB B TK B TB B TB B TB
Keterangan :
49
B = Baik apabila pernyataan sikap peserta didik tidak menyetujui aspek di atas
yang menunjukkan pernyataan negatif semua disertai alasan yang logis.
TB = tidak baik apabila pernyataan sikap peserta didik menyetujui aspek di atas
yang menunjukkan pernyataan negatif semua disertai alasan yang tidak
logis.
Perhitungan nilai dengan menggunakan :
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
5) Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.
Contoh Penilaian Produk Secara Analitik
Laporan Hasil Pengamatan di Pemukiman Kumuh
No.Nama
Siswa
A s p e kJumlah
SkorNilai Ket.Sistemati
ka
Isi
MateriBahasa
Kerapih
an
Keterangan Skor :
Sistematika: Isi:
1 = Tidak sistematis 1 = Tidak ada isi
2 = Sedikit sistematis 2 = Isi ada, kurang sesuai & krg
akurat
3 = Sistematis tetapi kurang lengkap 3 = Isi ada, kurang sesuai/krg
akurat
4 = Sistematis, lengkap dan jelas 4 = Isi ada, sesuai dan akurat
50
Bahasa: Kerapihan:
1 = Tidak menggunakan kaidah bahasa 1 = Tidak rapih
2 = Kaidah bahasa ada, belum sempurna 2 = Kurang rapih
3 = Kaidah bahasa digunakan dengan baik 3 = Rapih
4 = Kaidah bahsa baik dan tepat 4 = Sangat rapih
Contoh Penilaian Produk Berupa Kliping
Permasalahan Kependudukan
No.Nama
Siswa
A s p e k Jumlah
SkorNilai Ket.
Tema Sumber Isi Analisis
Keterangan Skor:
Tema: Isi:
1 = Tidak ada 1 = Tidak sesuai tema
2 = Ada tetapi kurang tepat dan krg menarik 2 = Sesuai tema, kurang
berbobot & aktual
3 = Ada tetapi kurang tepat/kurang menarik 3 = Sesuai tema, kurang
berbobot/kurang aktual
4 = Ada, tepat, dan menarik 4 = Sesuai tema,
berbobot dan aktual
Sumber: Analisis:
1 = Tidak ada 1 = Tidak ada analisis
2 = Ada tetapi tidak lengkap, tidak akurat 2 = Ada analisis, kurang
tepat & kurang berbobot
3 = Ada dan akurat , tidak lengkap/tdk akurat 3 = Ada analisis, tetapi
kurang tepat/krg.berbobot
4 = Ada, akurat dan lengkap 4 = Ada analisis, tepat
dan berbobot
Perhitungan nilai dengan menggunakan :
51
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
Contoh Penilaian Produk Secara Holistik
Mata Pelajaran : IPS
Nama Produk : Membuat Makalah tentang Urbanisasi
Nama Peserta didik : _____Ajeng_________________
Kelas :
No Aspek * Skor (1- 10)
1. Perencanaan (Perumusan Topik dan
penyususnan kerangka makalah)
8
2. Proses Pembuatan
a. Persiapan
b. Pencarian data
c. Pengolahan data
d. Penyusunan makalah
8
8
9
8
3. Hasil Produk
a. Bentuk Makalah
b. Sistematika
c. Bahasa
d. Substansi
b. Inovasi
8
8
8
7
8
Total Skor 80
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek
Nilai tiap-tiap peserta didik diperoleh dari total skor dibagi banyaknya aspek
yang dinilai (dalam contoh ini ada 10 aspek).
Jadi nilai Sani = 80 : 10 = 8
52
e. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan hasil karya (hasil kerja) peserta didik. Hasil karya peserta
didik yang dikumpulkan adalah hasil karya terbaik, yang sudah dirancang dari
awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Langkah-langkah dalam penilaian portofolio di dalam kelas adalah:
1) Memberi penjelasan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio,
tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang
digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta
didik sendiri. Dengan melihat portofolio, peserta didik dapat mengetahui
kemampuan, keterampilan, kelebihan dan kekurangan serta minatnya.
2) Menyepakati hasil karya peserta didik yang akan dijadikan penilaian
portofolio disepakati antara guru dengan peserta didik. Portofolio antara
peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
3) Dalam menyelesaikan portofolio, perlu ada pembimbingan atau konsultasi
bagi peserta didik dari setiap tahap/langkah sehingga ada pemantauan
sebelum potofolio selesai. Hal itu penting dilakukan karena portofolio lebih
berorientasi pada proses. Guru dapat memantau kesulitan-kesulitan yang
terjadi pada peserta didik sebelum tugas tersebut selesai atau
memberikan penguatan-penguatan terhadap tugas yang dapat
diselesaikan dengan baik oleh peserta didik.
4) Karya-karya tiap peserta didik disimpan dalam satu map atau folder di
rumah atau loker masing-masing di sekolah.
5) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan
peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke
waktu (progress).
6) Kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya ditentukan oleh guru
dengan peserta didik. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis
makalah seperti: penggunaan tata bahasa, kelengkapan gagasan, dan
sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui
standar guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
7) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru
dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan
memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut,
serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat
membahas portofolio.
53
8) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru
perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan,
misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada
guru.
9) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu,
undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud
serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan
memotivasi anaknya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui pameran
(exhibisi).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian portofolio adalah:
1) Peserta didik merasa memiliki portofolio itu sendiri
2) Tentukan bersama (antara peserta didik dengan guru) hasil kerja apa
yang akan dikumpulkan.
3) Kumpulkan dan simpan hasil kerja peserta didik dalam 1 map atau folder.
4) Beri tanggal pembuatan.
5) Tentukan kriteria untuk menilai hasil kerja peserta didik, kriteria ini perlu
disepakati antara guru dengan peserta didik.
6) Minta kepada Peserta didik untuk menilai hasil kerja mereka sendiri
secara berkesinambungan.
7) Bagikan portofolio kepada peserta didik, yang kurang beri kesempatan
untuk memperbaiki karyanya, dan tentukan jangka waktunya.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan dengan orang tua peserta didik.
Adapun karya-karya peserta didik yang dapat dikumpulkan untuk penilaian
portfolio, antara lain berupa:
• Makalah
• Kliping
• Resume
• Gambar
• Peta konsep
• Laporan observasi
• Peta
54
Contoh Sistematika dan Rambu-rambu Penilaian Portafolio
No. Komponen Prosentase
Penilaian
1 ringkasan folder (portfolio) 30%
2 daftar isi 5%
3 langkah/jadwal kegiatan 5%
4 kumpulan informasi/data (artikel, bacaan, 20%
5 foto/grafik, hasil wawancara/diskusi, rekaman) 5%
6 ringkasan masing-masing informasi/data no. 4 20%
7 referensi (sumber informasi/data) 5%
8 presentasi 5%
9 Pertunjukan 5%
f. Penilaian Diri (self assessment)
1) Penilaian diri (self assessment) dalam perkembangannya selalu disandingkan/
berdampingan dengan penilaian kelompok atau sesama ( peer assessment).
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu proses yang memungkinkan guru
dengan jelas untuk membedakan kekuatan dan kelemahan peserta didik
sehingga dapat diketahui aspek mana yang dapat dilakukan perbaikan yang
pada akhirnya pada tindakan perbaikan yang direncanakan, kemudian dimonitor
untuk mengetahui tingkat kemajuannya.
Penilaian diri dalam suasana pendidikan melibatkan peserta didik
membuat penilaian mengenai pekerjaan mereka sendiri. Dilakukan dengan cara
mengambilan keputusan tentang esai mereka sendiri seperti laporan, proyek,
presentasi, pertunjukan, produk, dan bahkan skript pemeranan, sehingga sangat
berharga dalam membantu peserta didik untuk kritik karya mereka sendiri,
dalam bentuk penilaian tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri . Untuk
alasan yang jelas, penilaian diri biasanya lebih digunakan sebagai bagian dari
proses penilaian formatif, daripada sumatif.
Contoh Penilaian diri (self assessment)
Penilaian terhadap laporan hasil pengamatan pemukiman di bantaran sungai.
Laporan hasil pengamatan disusun dengan memperhatikan aspek: 1. kebenaran
data, 2. sistematika laporan, 3. Penggunaan kaidah bahasa Indonesia, 4. Analisis
(logika) serta dukungan sumber/referensi dan 5. kerapihan
55
Tugas Guru :
Buat komentar tentang hasil laporan kegiatan pengamatan pemukiman di
bantaran sungai yang kamu lakukan beberapa hari yang lalu. Komentar diisikan
dalam kolom di bawah ini
.
Nomor Aspek yang
dikomentari
kelebihan Kekurangan Tindak
lanjut
1. Kebenaran data
2. Sistematika laporan
3 Penggunaan kaidah
bahasa indonesia
4. Cara menganalisis
dan dukungan
sumber/referensi
5 Kerapihan
Perhitungan skor :
1 = sangat kurang baik dalam menilai diri
2 = kurang baik dalam menilai diri
3 = baik dalam menilai diri
4 = sangat baik dalam menilai diri
Ukuran baik indikasinya adalah dapat menilai secara obyektif, dapat menemukan
kelebihan dan kelemahan dan utamanya adalah tindak lanjut berupa perbaikan
apabila melakukan hal yang sama dimasa yang akan datang.
Perhitungan nilai dengan menggunakan :
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
2) Penilaian kelompok atau sesama ( peer assessment).
Penilaian diri dapat juga dilakukan dengan menilai sesama teman yang
diistilahkan peer essessment (penilaian kelompok/teman sebaya), dapat juga
dilakukan dalam meingkatkan kepekaan penilaian diri. Salah satu caranya adalah
56
peserta didik menginternalisasi karakteristik kualitas belajar dengan mengevaluasi
pekerjaan rekan-rekan mereka. Namun, jika mereka menawarkan umpan balik untuk
membantu, peserta didik harus memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang
harus dicari dalam pekerjaan teman-teman mereka. Untuk itu guru harus
menjelaskan harapan yang jelas kepada peserta didik sebelum mereka mulai. Salah
satu cara untuk memastikan peserta didik memahami jenis evaluasi ini adalah
dengan memberikan sesi latihan . Guru memberikan contoh menulis atau berbicara
sesuai tugas yang harus dikerjakan. Secara kelompok, peserta didik menentukan
apa yang harus dinilai dan bagaimana kriteria untuk berhasil menyelesaikan tugas,
yang harus didefinisikan secara jelas. Kemudian guru memberi contoh dalam
menyelesaikan tugas tersebut. Peserta didik menilai dengan menggunakan kriteria
yang telah mereka kembangkan, dan menentukan bagaimana untuk menyampaikan
umpan balik dengan jelas kepada peserta didik. Dengan demikian peserta didik juga
bisa mendapatkan manfaat dari menggunakan rubrik atau checklist untuk memandu
penilaian mereka. Pada awalnya penentuan panduan dapat diberikan oleh guru,
setelah peserta didik memiliki pengalaman lebih, mereka dapat mengembangkan
penilaian untuk diri mereka sendiri. Contoh daftar mengedit rekan untuk tugas
menulis diberikan dalam bentuk matrik. Perhatikan bahwa checklist meminta
evaluator/rekan untuk komentar terutama tentang isi pengorganisasian kinerja yang
dievaluasi .
Agar evaluasi rekan dapat bekerja secara efektif, lingkungan belajar di kelas
harus mendukung. Peserta didik harus merasa nyaman dan percaya satu sama lain
untuk memberikan umpan balik yang jujur dan konstruktif. Guru yang menggunakan
kerja kelompok dan penilaian sejawat sering dapat membantu peserta didik
mengembangkan kepercayaan dengan membentuk menjadi kelompok-kelompok
kecil di awal semester dan mereka bekerja dalam kelompok yang sama. Hal ini
memungkinkan mereka untuk menjadi lebih nyaman satu sama lain dan mengarah
ke yang lebih baik sehingga memberikan umpan balik kepada rekannya.
Contoh penilaian kelompok atau sesama ( peer assessment).
Tugas yang sama dalam penilaian diri, tetapi diberikan kepada teman satu kelompok
yang mengerjakan tugas pengamatan. Sehingga instrumen diberikan kepada seluruh
anggota kelompok untuk menilai temannya. Misal dalam kelompok ada empat orang
anggota terdiri dari Rani, Aji, Gani dan Made, maka Rani memberi penilaian
57
terhadap Made. Made menilai Rani dan seterusnya. Sehingga instrumennya sebagai
berikut :
Nama Penilai : Made
Nama teman yang dinilai : Rani
Nomor Aspek yang
dikomentari
kelebihan Kekurangan Saran untuk
perbaikan
1. Kebenaran data
2. Sistematika laporan
3 Penggunaan kaidah
bahasa indonesia
4. Cara menganalisis dan
dukungan
sumber/referensi
5 Kerapihan
Perhitungan skor :
1 = sangat kurang baik dalam menilai diri
2 = kurang baik dalam menilai diri
3 = baik dalam menilai diri
4 = sangat baik dalam menilai diri
Ukuran baik indikasinya adalah dapat menilai secara obyektif, dapat menemukan
kelebihan dan kelemahan dan utamanya adalah tindak lanjut berupa perbaikan
apabila melakukan hal yang sama dimasa yang akan datang.
Perhitungan nilai dengan menggunakan :
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal
Catatan : dengan menggabungkan informasi dari penilaian diri (self
essessment ) dan melaksanakan penilaian kelompok/teman sesama ((peer
essessment) akan memberikan data yang lebih akurat, karena didukung oleh dua
data dari diri sendiri
58
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran
atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Mengingat SK
dan KD dalam standar isi belum seluruhnya menunjukkan keterpaduan, maka kita
perlu melakukan pemetaan SK dan KD untuk kemudian direkonstruksi dalam silabus
pembelajaran IPS. Dalam pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah.
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas Silabus
2. Standar Kompentensi
3. Kompetensi Dasar
4. Materi Pokok
5. Kegiatan Pembelajaran
6. Indikator
7. Penilaian
8. Alokasi Waktu, dan
9. Sumber Belajar
Beberapa langkah yang sebaiknya bapak/ibu perhatikan dalam menyusun
silabus adaalah sebagi berikut:
1. Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester.
2. Menuliskan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi menggambarkan kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran IPS. Standar Kompetensi diambil dari
Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran IPS.
Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, bapak/ibu sebaiknya terlebih dahulu
mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dalam mata pelajaran IPS.
59
Pengembangan Silabus
3. Menuliskan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki
peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi
dasar diambil dari Standar Isi.
Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, bapak/ibu terlebih dahulu
mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
Kompetensi Dasar;
b. keterkaitan antar Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran IPS.
4. Merumuskan Tema Pembelajaran
5. Mengidentifikasi Materi Pokok
6. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar melalui
interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan
pembelajaran sebaiknya dirancang melalui pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat
kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh peserta didik.
7. Merumuskan Indikator
Indiktor mrupakan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Kapan indikator
disusun? Indikator disusun setelah bapak ibu melakukan pemetaan Kompetensi
Dasar dan penentuan topik/tema sebagai pengikat keterpaduan.
Dalam penentuan indikator, sebaiknya memperhatikan beberapa hal, sebagai
berikut:
a. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
b. Sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik.
c. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
d. Menggunakan kata kerja operasional.
e. Dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik secara
utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor).
f. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
8. Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang
meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen.
60
9. Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu
Kompetensi Dasar tertentu. Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu
kompetensi dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan
banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi
dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan
bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
10. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika,
nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.
Contoh pengembangan silabus IPS dapat dilihat dalam lampiran 1.
RPP dalam pembelajaran IPS didefinsikan sebagai rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar atau lebih yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Dalam mata pelajaran IPS, dalam satu RPP dapat memuat satu Kompetensi
Dasar atau lebih. Hal ini didasarkan perbedaan karakteristik mata pelajaran IPS
dengan mata pelajaran lainnya. Beberapa mata pelajaran lain menetapkan dalam
satu RPP hanya memuat satu Kompetensi Dasar.
Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan
dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Dalam melaksanakan penyusunan RPP,
guru harus berpatokan pada standar proses pendidikan, yang memuat bahwa suatu
RPP setidaknya memuat komponen-komponen di bawah ini:
1. Identitas mata pelajaran2. Standar kompetensi3. Kompetensi dasar4. Tema pembelajaran5. Tujuan pembelajaran6. Materi ajar7. Alokasi waktu8. Metode pembelajaran9. Kegiatan pembelajaran10. Penilaian hasil belajar11. Sumber belajar
Contoh penyusunan RPP dapat dilihat dalam lampiran 3.
61
Penyusunan RPP
Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran IPS? Kita dapat
melaksanakan pembelajaran dengan guru tunggal atau team teaching. Idealnya,
mengingat keterbatasan guru dalam menguasai materi IPS, akan lebih mudah kalau
pembelajaran dilakukan secara team teaching, karena dengan team teaching,
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Pembelajaran IPS dengan team teaching
memungkinkan guru dapat melakukan pembagian tugas dan kerjasama dalam
perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran. Di samping itu, dalam
penyampaian materi akan lebih komprehenship karena diajarkan secara bersama.
Dengan berbagai metode yang dikuasai oleh guru, pengembangan bahan
ajar merupakan salah satu persiapan penting bagi guru untuk mengembangkan
pembelajaran bermakna. Untuk itu, guru perlu menyiapkan bahan ajar yang dapat
disusun sendiri atau secara tim.
Implikasi dari pembelajaran IPS secara terpadu:
1. Bagi Guru
a. Guru Tunggal
Apabila pembelajaran IPS dilakukan oleh seorang guru, maka:
1) Penyusunan silabus, RPP, dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan
oleh seorang guru, sehingga guru dituntut menguasai minimal empat
disiplin keilmuan (Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi).
2) Perlu diberikan pendidikan dan latihan materi IPS untuk meningkatkan
kompetensi profesional guru.
3) Perlu disusun model pendidikan dan latihan berikut bahan pelatihannya.
b. Team Teaching
Apabila pembelajaran IPS dilakukan team teaching, maka:
1) Penyusunan silabus, RPP, dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan
secara bersama oleh tim guru Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan
Sosiologi.
2) Perlu diberikan pendidikan dan latihan pembelajaran beregu (team
teaching).
3) Perlu adanya pengakuan tertulis konversi jam mengajar beregu di
sekolah.
4) Perlu presensi guru dalam proses pembelajaran
62
Pelaksanaan Pembelajaran IPS Secara Terpadu
2. Bahan Ajar
Pembelajaran IPS secara terpadu diperlukan bahan ajar yang terpadu
dengan pendekatan kontekstual. Bahan ajar tersebut disusun dalam bentuk buku
pelajaran dengan mengacu pada dua model pembelajaran IPS secara terpadu
yakni integrated dan correlated/connected.
Contoh pengembangan bahan ajar untuk pelaksanaan pembelajaran IPS secara
terpadu dapat dilihat pada lampiran 3.
63
Pembelajaran IPS di SMP idealnya dilaksanakan secara terpadu.
Pembelajaran terpadu dalam IPS dapat dikembangkan dalam dua model
keterpaduan yakni integrated, dan connected. Dikarenakan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dalam Standar Isi belum menunjukkan keterpaduan, maka perlu
dilakukan rekonstruksi SK dan KD menjadi tema-tema pembelajaran IPS.
IPS sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk warga negara
yang baik, yang mampu memahami kondisi dan masalah sosial serta upaya
pemecahannya, seharusnya lebih mengedepankan pengembangan afektif dan
psikomotorik, daripada hanya kognitif. Untuk itu pembelajaran IPS idealnya
dilaksanakan dengan strategi pengembangan kemampuan berfikir dan pemecahan
masalah. Guru dapat mengembangkan model-model yang berpusat pada peserta
didik seperti diskusi, debat, role playing, dan inquiry yang dikemas dalam
pembelajaran yang menyenangkan dan menantang.
64
P E N U T U P
Arikunto, Suharsini. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdul Gafur. 1986. Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola
Dasar Kegiatan Belajar-Mengajar. Surakarta: Tiga Serangkai.
Anderson, Ronald H. (1987). Pemilihan dan pengembangan media untuk
pembelajaran. (Terjemahan Arnanto) Jakarta: Rajawali Press. (Judul asli
diterbitkan tahun 1983)
Ana Ratna Wulan. Problematika Guru Biologi SMA dalam Asesmen Portofolio pada
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Buletin Puspendik. Oktober
2004.
Awan Mutakin , 1997/1998. Pengantar Ilmu Sosial , Jakarta: Depdikbud. Ditjen.
Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis.
Bahan sosialisasi KTSP di LPMP Semarang Tahun 2006
Bahrul hayat. Penilaian Kelas (Classroom Assessment) dalam Penerapan Standar
Kompetensi. Bahrul hayat. Buletin Puspendik. Oktober 2004.
Fajar, Arnie. (2004). Portofolio dalam pembelajaran IPS. Bandung: Rosda Karya
Forster, Margaret, dan Masters, G. (1996). Portfolios Assessment Resource Kit.
Camberwell, Melborne: The Australian Council for Educational Research
Ltd.
Gafur, Abdul, dkk. 2003. Pedoman Umum Pola Induk Siswa Pengujian Hasil KBM
Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Dit. PMU,
Ditjen Dikdasmen, Depdiknas.
Gerlach, Vernon, and Donald P. Ely (1980). Teaching and media a systematic
aproach. New Jersey: Prentice-Hall;inc.
Hardwick, Mark W., (2007). “Lecture method of presentation: “boon or bane” to
learning.
Jurnal www.plusoneperformance .com /resources/LectureMethodofPresentation.pdf
Hart, Diane. 1994. Authentic Assessment. USA: Addison Wesley.
http:// id. wikipedia org/wiki/taksonomi Bloom
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Taksonomi_Bloom&action=edit§ion=8
65
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sikap
http://pendidikanmoral.um.edu.my/index.php?page=pembinaan-instrumen-penilaian-
dalam-aspek-psikomotor
http://pendidikanmoral.um.edu.my/index.php?page=konsep-penilaian
Hayati, Sri. 2004. Bahan Pelatihan PS-S2 Penilaian Pembelajaran Pengetahuan
Sosial Bahan Pelatihan Terintegrasi Guru SMP. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama.
Hergenhahn, BR, and Oslon, M.H. (1997). An introduction to theories of learning,
New Jersey: Prentice Hall
Huer, Mary Blake. (2005). Using concept maps for educational based implementation
of assitive technology: a culturally inclusive model for supervision in special
education. Journal of special education technolology (JSET) vol. 20 number
04, Fall 2005. Diambil pada tanggal 14 Juni 2006 , dari
http:/jset.unlv.edu/20.4/issuemenu.html .
Ibrahim, Nurdin. (2005). Pemanfaatan tutorial audio interaktif untuk perataan kualitas
hasil belajar. Jakarta: Depdiknas RI, diambil pada tanggal 14 Juni 2007 dari
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/44/nurdin.htm.
Ibrahim, R dan Nana Syaodih. (2003). Perencanaan pengajaran. Jakarta: Pusbuk
Depdiknas dan Rineka Cipta
Jarolimek, John (1985). Social Studies in Elementary Education, New York:
Macmillan Publishing Company
Joyce, Bruce and Marsha Weil. (1996). Models of teaching (5th ed). Boston: Allyn and
Bacon
Kelly, T. Willis. (2006). The role of technology in world history teaching. Diambil pada
tanggal 12 Februari 2007 dari
http:/worldhistoryconnected.press.uiuc.edu/4.21whelchel.html
Kemp, Jarrol E. (1994). Proses perancangan pengajaran. (Terjemahan Asril
Marjohan). Bandung : Penerbit ITB. (Buku asli diterbitkan tahun 1985).
M. Numan Somantri, (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung:
Rosda.
Nursid Sumaatmaja, (1986). Pengantar Studi Sosial. Bandung: Alumni
Popham, W.J. (1995) Classroom Assessment, What Teachers Need to Know.
Puskur. 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
66
Puskur. 2002. Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
________________, 2010. Self Assessment, Google
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://
en.wikipedia.org/wiki/Self-assessment
Siswanto, dkk. 1993. Penilaian IPS dan PPKn. Bahan Sajian Untuk Penataran
Instruktur. Malang: Proyek PPPG IPS dan PMP Malang.
Subiyanto. 1993. Beberapa Masalah Evaluasi Pendidikan. Malang: PPPG IPS dan
PMP, Ditjen Dikdasmen, Depdikbud.
67
68
Recommended