View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
2 TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Wisata
Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dinyatakan
bahwa wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Perjalanan merupakan istilah umum
yang dilekatkan pada wisata, sehingga Coltman (1989) mendefinisikan wisata
sebagai perjalanan yang melingkar, dimulai dari suatu titik tertentu dan pada
akhirnya berakhir di tempat itu juga dengan mengikuti rencana perjalanan
(itinerary) tertentu.
Wisata merupakan suatu produk yang unik karena terdiri atas komponen
yang bersifat nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Komponen yang nyata
contohnya antara lain adalah makanan yang disajikan di suatu rumah makan, atau
perlengkapan kamar di suatu hotel. Sementara komponen yang tidak nyata
misalnya adalah kualitas pelayanan dari suatu perusahaan penerbangan, atau
pemandangan indah di pegunungan. Manfaat dari komponen tidak nyata tidak
secara langsung diperoleh oleh pengguna tetapi baru dapat dirasakan setelah
pengguna melakukan kegiatan tersebut. Dengan kata lain, produk wisata
merupakan kombinasi dari berbagai komponen yang memberikan pengalaman dan
kepuasan total bagi konsumen (Coltman 1989). Hal ini menyebabkan wisata harus
dikemas secara menarik agar dapat menarik perhatian calon penggunanya. Upaya
untuk mengupayakan kemasan yang menarik dan sesuai dengan keinginan
pengguna dilakukan melalui kegiatan perencanaan yang baik.
Perencanaan merupakan fungsi pertama dan yang paling mendasar dalam
manajemen. Terkait dengan wisata, perencanaan yang baik dapat menjadi
pedoman penyelenggaraan kegiatan sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan
penyelenggaraan kegiatan. Terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan
oleh seorang perencana. Pendekatan perencanaan wisata apapun yang digunakan
oleh seorang perencana, pembuatan suatu program wisata pada dasarnya
menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan cita rasa seni dari perencana
tersebut agar dapat menciptakan program yang menarik. Program wisata yang
menarik akan berujung pada keputusan membeli produk, yang merupakan harapan
dari semua perencana wisata.
Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah aspek supply dan
demand. Aspek supply dan demand menjadi pokok yang harus dapat ditemukan
sebagaimana dinyatakan Avenzora (2008), bahwa perencanaan wisata merupakan
suatu upaya untuk mempertemukan aspek demand dan supply melalui pendekatan
yang obyektif, yang dirancang dengan sentuhan seni, rasa, pengetahuan dan
pengalaman serta berdasarkan argumen yang beralasan. Perencanaan wisata tidak
dapat hanya memenuhi satu sisi demand saja atau sebaliknya memenuhi aspek
supply saja, karena akan menciptakan produk yang kurang memenuhi harapan.
Proses Perencanaan Program Wisata
Perencanaan bukan merupakan suatu kegiatan yang tetap. Perencanaan yang
baik harus terus berlangsung selama program tersebut berjalan sehingga
merupakan sebuah proses. Mengacu pada Fiatiano (2009), perencanaan wisata
bukan merupakan bentuk persiapan saja, tetapi merupakan proses yang
berlangsung terus-menerus sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan
program-program selanjutnya. Perencanaan wisata menurut Fiatiano (2009)
meliputi :
1 Penentuan visi dan misi
Kegiatan ini merupakan titik awal dari proses perencanaan. Pernyataan visi
menggambarkan sasaran jangka panjang dari suatu program. Pernyataan ini
menggambarkan posisi yang diinginkan yang dapat membantu memusatkan
dan mengarahkan kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Pernyataan misi
menggambarkan bagaimana suatu program akan bergerak menuju visinya. Visi
program wisata pendidikan lingkungan di PT. Pusri harus dapat
menggambarkan upaya PT. Pusri membangun kesadaran dan kecintaan anak
terhadap lingkungan yang indah dan lestari .
2 Tujuan
Tujuan program menjawab pertanyaan yang dikenal dengan 5W2H, yaitu 1)
What (program apa yang akan dibuat?); 2) Why (mengapa program ini perlu
dibuat?); 3) Who (siapa saja yang terlibat dalam program ini, baik sebagai
pelaksana maupun peserta?); 4) Where (di mana program ini dapat
dilaksanakan?); 5) When (kapan program ini dapat dilaksanakan?); 6) How
(bagaimana program dapat dilaksanakan?); 7) How much (berapa besar biaya
yang dibutuhkan?).
Tujuan dapat diukur pencapaiannya. Beberapa area yang dapat dijadikan
pengukuran antara lain :
a. Kehadiran, yang diukur dengan jumlah peserta
b. Pertumbuhan program yang diukur dengan jumlah kegiatan yang
diselenggarakan
c. Mutu program yang diukur dengan tanggapan dari peserta
d. Kepuasan peserta yang diukur dari jumlah keluhan.
3 Observasi dan pengumpulan data
Tahap ini digunakan untuk menganalisis potensi dan kondisi yang ada di
destinasi. Diawali dengan identifikasi dan observasi pada kawasan destinasi.
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan kegiatan menghubungkan antara
rumusan tujuan dengan kondisi yang ada di lapangan. Yang diobservasi adalah
semua masalah yang dipertanyakan dalam rumusan tujuan. Untuk
mempermudah pekerjaan observasi maka dapat digunakan alat bantu atau
instrumen. Berbagai data yang diperoleh melalui observasi kemudian diolah
dan dianalisis. Tahapan ini digunakan untuk menentukan strategi pencapaian
tujuan, mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul, dan mencari alternatif
yang mungkin dapat diambil.
4 Disain produk
Disain produk merupakan tahapan dimana beberapa alternatif program dibuat.
Sebagaimana produk wisata lainnya, disain produk ini juga memenuhi unsur-
unsur daya tarik dan manfaat, keamanan dan unsur lain yang melengkapi suatu
produk.
5. Pengujian dan operasional
Sebelum dilaksanakan, perencanaan yang telah dibuat diujicobakan untuk
memperoleh umpan balik. Pengujian meliputi pengujian kemampuan
pelaksanaan di lapangan dan pengujian terhadap respon pasar.
6. Evaluasi
Hasil umpan balik kemudian dievaluasi dan jika dianggap telah memenuhi
harapan maka program dapat dijalankan.
7. Disain akhir
Hasil evaluasi digunakan untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang
diperlukan. Hasilnya merupakan produk yang siap ditawarkan kepada pasar.
Pada penelitian ini, proses perencanaan dibatasi pada tahap disain produk
karena keterbatasan kemampuan peneliti.
.
Pendidikan Lingkungan
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Penggabungan kata “pendidikan” dan “lingkungan” membangkitkan rasa
ingin tahu mengenai mengapa, kapan, dan apa tujuan kedua kata ini dipadankan.
Jawabannya terentang mulai dari kepentingan individu hingga kepentingan global.
Penggunaan istilah pendidikan lingkungan pertama kali pada level internasional
menurut Palmer dan Neal (1994) adalah pada pertemuan The International Union
for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) di Paris pada tahun
1948. Sejak saat itu semakin banyak para ahli dan praktisi yang mencoba untuk
mendefinisikan istilah ini, terlebih ketika semakin banyak peristiwa kritis yang
terjadi di dunia yang diketahui dan dipublikasikan. IUCN (1970) mendefinisikan
pendidikan lingkungan sebagai suatu proses pengenalan nilai-nilai dan
memperjelas konsep dalam rangka mengembangkan keterampilan dan perilaku
yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterhubungan antara manusia,
kebudayaannya, dan lingkungan biofisiknya.
Pendidikan lingkungan merupakan disiplin ilmu yang berkontribusi
terhadap keberlanjutan lingkungan melalui beragam kegiatan praktis, mulai dari
pemberian informasi hingga pembangunan kapasitas. Fokus dari pendidikan
lingkungan adalah mengidentifikasi perilaku yang menyebabkan ancaman
terhadap kondisi lingkungan dan untuk kemudian melihat apakah pendidikan saja
sudah cukup atau apakah harus disertai dengan strategi tambahan lain (Crohn dan
Birnbaum 2010). Menurut Dimopoulos et al. (2008), pendidikan lingkungan dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku dan membuat struktur sosial baru, baik dengan
partisipasi sederhana maupun kompleks terhadap keterlibatan dalam pengelolaan
kawasan konservasi secara berkelanjutan.
Banyak upaya pendidikan lingkungan ditargetkan kepada anak-anak, dengan
tujuan untuk merubah hubungan anak-anak dengan alam (Crohn dan Birnbaum
2010). Anak-anak usia sekolah merupakan sasaran yang tepat bagi pembelajaran
mengenai lingkungan untuk jangka panjang karena perkenalan dini terhadap alam
akan menyentuh seseorang dan akan menjadi bagian dari dirinya sampai dia
dewasa (Crowell 2001).
Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan
lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa
sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar dinding sekolah. Beberapa
hal yang dapat diterapkan dalam pendidikan lingkungan adalah :
1. Pesan harus dibuat sederhana. Orang akan lebih cepat merespon gagasan yang
jelas dan mudah dilaksanakan, sehingga pesan harus fokus pada satu gagasan
saja dan mudah dimengerti.
2. Orang akan merespon pada pesan yang langsung terkait dengan dirinya. Untuk
itu, buatlah pesan yang secara langsung terkait dengan individu.
3. Orang akan merespon pada gagasan jika mereka mengetahui tindakan apa yang
dapat mereka lakukan kemudian. Pesan harus meminta individu untuk berbuat
sesuatu.
Pesan yang terlalu rumit justru tidak akan mencapai sasaran karena tidak
dimengerti anak (Newton 2001). Selain menyederhanakan pesan, pendidikan
lingkungan sebaiknya memperhatikan sisi penerima pesan. Pesan pendidikan
lingkungan yang tidak memperhatikan siapa sasarannya tidak akan berhasil
dengan baik karena program yang dibuat belum tentu sesuai dengan kebutuhan
anak dan kemampuan anak dalam menyerap pesan. Caro et al. (2003) menemukan
bahwa anak-anak yang dididik sejak dini memperoleh pengaruh yang kuat dan
jangka panjang terhadap lingkungan alam.
Sekolah dan Pendidikan Lingkungan
Menyadari pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini, maka Inggris sejak
tahun 1990 telah mencantumkan pendidikan lingkungan dalam kurikulum
nasionalnya. Pada implementasinya, pendidikan lingkungan di Inggris tidak
disampaikan melalui satu pendekatan atau metode pengajaran, tetapi melalui
pendekatan yang bervariasi (Blum 2008). Perencanaan pendidikan lingkungan
yang terintegrasi dalam kurikulum mengacu kepada tiga komponen yang saling
berkaitan, yaitu :
- Pendidikan tentang lingkungan
- Pendidikan untuk lingkungan
- Pendidikan di atau melalui lingkungan
Pendidikan tentang lingkungan bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan dan memahami nilai-nilai serta perilaku. Pendidikan untuk
lingkungan mendorong siswa untuk mengeksplorasi respon pribadi mereka
terhadap lingkungan dan hubungan dengan lingkungan serta isu lingkungan. Hal
ini terkait dengan pengembangan perilaku dan nilai-nilai, termasuk elemen
pemahaman dan perilaku yang diperlukan untuk mengembangkan pemanfaatan
lingkungan yang berkelanjutan. Pendidikan di atau melalui lingkungan
menggunakan lingkungan sebagai sumber untuk pembelajaran. Lingkungan
menjadi sumber yang mendorong pengembangan pengetahuan dan pemahaman
sekaligus keterampilan.
Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya memberikan pendidikan
lingkungan sejak dini dengan memasukkan penyampaian tentang masalah
kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dalam kurikulum tahun
1984 pada hampir semua mata pelajaran jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Tindak lanjut pemerintah terkait pendidikan lingkungan dibuktikan dengan
Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan Kebudayaan dengan
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 0142/U/1996 dan Nomor
Kep:89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan
Lingkungan Hidup pada tanggal 21 Mei 1996. Dilanjutkan dengan Memorandum
Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dengan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 05/VI/KB/2005 dan Keputusan Nomor 07/MenLH/06/2005 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup. Pada keputusan
bersama ini ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara
integrasi dengan mata ajaran yang ada.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, pendidikan lingkungan terintegrasi dalam mata pelajaran
kelas I hingga kelas VI SD. Standar kompetensi dan kompetensi dasar siswa SD
yang terkait dengan pendidikan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Kompetensi dasar siswa SD terkait dengan lingkungan
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
I Sains Mengenal cara
memelihara lingkungan
agar tetap sehat.
Mengenal cara menjaga
lingkungan agar tetap
sehat.
Membedakan lingkungan
sehat dan tidak sehat
Menceritakan perlunya
merawat tanaman, hewan
memelihara dan
lingkungan sekitar
Mengenal berbagai
benda langit dan
peristiwa alam
(cuaca dan musim serta
pengaruhnya terhadap
kegiatan manusia)
Mengenal keadaan cuaca di
sekitar kita.
Membedakan pengaruh
musim kemarau dan musim
hujan terhadap kegiatan
manusia.
IPS Mendeskripsikan
lingkungan rumah.
Menjelaskan lingkungan
rumah sehat dan perilaku
dalam menjaga kebersihan
rumah.
II IPS Memahami kedudukan
dan peran anggota
dalam keluarga dan
lingkungan tetangga
Memberi contoh bentuk -
bentuk kerjasama di
lingkungan dan tetangga.
PKn Menampilkan sikap
cinta lingkungan
Mengenal pentingnya
lingkungan alam seperti
dunia tumbuhan dan dunia
hewan
Melaksanakan
pemeliharaan lingkungan
alam
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Sains Mengenal bagian-bagian
utama tubuh hewan dan
tumbuhan.
Pertumbuhan hewan dan
tumbuhan serta berbagai
tempat hidup makhluk
hidup
Mengenal bagian-bagian
utama tubuh hewan dan
tumbuhan di sekitar rumah
dan sekolah melalui
pengamatan.
Mengidentifikasi
perubahan yang terjadi
pada pertumbuhan hewan
(dalam ukuran) dan
tumbuhan (dari biji
menjadi tanaman).
Mengidentifikasi berbagai
tempat makhluk hidup (air,
darat, dan tempat lainnya.
Mengidentifikasi makhluk
hidup yang
menguntungkan dan tidak
menguntungkan bagi
manusia.
III IPS Memahami lingkungan
sekitar dan melaksanakan
kerja sama di sekitar
rumah dan sekolah
Menceritakan lingkungan
alam dan buatan di sekitar
rumah dan sekolah.
Memelihara lingkungan
alam dan buatan di sekitar
rumah.
Membuat denah dan peta
lingkungan rumah dan
sekolah.
Sains Memahami ciri-ciri dan
kebutuhan makhluk
hidup serta hal-hal yang
mempengaruhi
perubahan pada makhluk
hidup
Mengidentifikasi ciri- ciri
dan kebutuhan makhluk
hidup.
Menggolongkan makhluk
hidup secara sederhana.
Mendeskripsikan
perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup dan
hal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan anak
(makanan, kesehatan,
rekreasi dan olah raga)
Memahami kondisi
lingkungan yang
berpengaruh terhadap
kesehatan dan upaya
menjaga kesehatan
lingkungan
Membedakan ciri-ciri
lingkungan sehat dan
lingkungan tidak sehat
berdasarkan pengamatan.
Mendeskripsikan kondisi
lingkungan yang
berpengaruh terhadap
kesehatan.
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Menjelaskan cara menjaga
kesehatan lingkungan
sekitar.
Memahami kenampakan
permukaan bumi, cuaca,
dan pengaruhnya bagi
manusia, serta
hubungannya dengan
cara manusia memelihara
dan melestarikan alam.
Mendeskripsikan
kenampakan permukaan
bumi di lingkungan
sekitar.
Menjelaskan hubungan
antara keadaan awan dan
cuaca.
Mendeskripsikan pengaruh
cuaca bagi kegiatan
manusia.
Mengidentifikasi cara-cara
manusia dalam
memelihara dan
melestarikan alam di
lingkungan sekitar.
IV Sains Memahami hubungan
antara struktur bagian
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara struktur akar
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara struktur batang
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara struktur daun
tumbuhan dengan
fungsinya.
Menjelaskan hubungan
antara bunga dengan
fungsinya.
Menggolongkan hewan,
berdasarkan jenis
makanannya
Mengidentifikasi jenis
makanan hewan.
Menggolongkan hewan
berdasarkan jenis
makanannya
Memahami daur hidup
beragam jenis makhluk
hidup
Mendeskripsikan daur
hidup beberapa hewan di
lingkungan sekitar,
misalnya kecoa, nyamuk,
kupu-kupu, kucing.
Menunjukkan kepedulian
terhadap hewan
peliharaan, misalnya
kucing, ayam, ikan.
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Memahami hubungan
sesama makhluk hidup dan
antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
Mengidentifikasi
beberapa jenis hubungan
khas (simbiosis) dan
hubungan “makan dan
dimakan” antar makhluk
hidup (rantai makanan).
Mendeskripsikan
hubungan antara
makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Memahami perubahan
lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap
daratan
Mendeskripsikan
berbagai penyebab
perubahan lingkungan
fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan
gelombang air laut).
Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan
fisik terhadap daratan
(erosi, abrasi, banjir, dan
longsor)
Mendeskripsikan cara
pencegahan kerusakan
lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor)
Memahami hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat
Menjelaskan hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan.
Menjelaskan hubungan
antara sumber daya alam
dengan teknologi yang
digunakan.
Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian
lingkungan.
IPS Memahami sejarah,
kenampakan alam dan
keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten /
kota dan provinsi.
Menunjukkan jenis dan
persebaran sumber daya
alam serta
pemanfaatannya untuk
kegiatan ekonomi di
lingkungan setempat.
Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi
dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten /
kota dan provinsi.
Mengenal aktivitas
ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya
alam dan potensi lain di
daerahnya.
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
V Sains Memahami cara tumbuhan
hijau membuat makanan
Mengidentifikasi cara
tumbuhan hijau membuat
makanan.
Mendeskripsikan
ketergantungan manusia
dan hewan pada tumbuhan
hijau sebagai sumber
makanan.
Mengidentifikasi cara
makhluk hidup
menyesuaikan diri dengan
lingkungan
Mengidentifikasi
penyesuaian diri hewan
dengan lingkungan tertentu
untuk mempertahankan
hidup.
Mengidentifikasi
penyesuaian diri tumbuhan
dengan lingkungan tertentu
untuk mempertahankan
hidup.
Memahami perubahan
yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya
alam.
Mendeskripsikan proses
daur air dan kegiatan
manusia yang dapat
mempengaruhinya.
Mendeskripsikan perlunya
penghematan air.
Mengidentifikasi peristiwa
alam yang terjadi di
Indonesia dan dampaknya
bagi makhluk hidup dan
lingkungan.
VI Sains Memahami hubungan
antara ciri-ciri makhluk
hidup dengan lingkungan
tempat hidupnya.
Mendeskripsikan
hubungan antara ciri-ciri
khusus yang dimiliki
hewan (kelelawar, cicak,
bebek) dan lingkungan
hidupnya .
Mendeskripsikan
hubungan antara ciri-ciri
khusus yang dimiliki
tumbuhan (kaktus,
tumbuhan pemakan
serangga) dengan
lingkungan hidupnya.
Memahami pengaruh
kegiatan manusia terhadap
keseimbangan lingkungan.
Mengidentifikasi kegiatan
manusia yang dapat
mempengaruhi
keseimbangan alam
(ekosistem).
Lanjutan.
Kelas Mata Pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi bagian
tumbuhan yang sering
dimanfaatkan manusia
yang mengarah pada
ketidakseimbangan
lingkungan.
Mengidentifikasi bagian
tubuh hewan yang sering
dimanfaatkan manusia
yang mengarah pada
ketidakseimbangan
lingkungan.
Memahami pentingnya
pelestarian jenis makhluk
hidup untuk mencegah
kepunahan.
Mengidentifikasi jenis
hewan dan tumbuhan yang
mendekati kepunahan.
Mendeskripsikan
pentingnya pelestarian
jenis makhluk hidup untuk
perkembangan Ilmu
Pengetahuan Alam dan
kehidupan masyarakat.
Wisata Pendidikan Lingkungan
Menurut Bhuiyan, Islam, Siwar dan Ismail (2010), pariwisata memiliki
berbagai segmentasi, antara lain memberikan kesempatan bekerja, pengembangan
sosial dan budaya, pembelajaran secara alami, alat untuk pembangunan
berkelanjutan, serta peningkatan kewaspadaan terhadap lingkungan. Oleh karena
itu, kegiatan pariwisata dapat dijadikan salah satu alat untuk menyampaikan
kegiatan pendidikan lingkungan. Wisata pendidikan disampaikan melalui
program-program pendidikan dan diharapkan dapat merubah aspek kognitif,
pengetahuan partisipatif, ketrampilan dan perilaku pembelajar (Bhuiyan et al.
2010).
Crohn dan Birnbaum (2010) menyebutkan bahwa pendidikan lingkungan
lebih sering dilakukan dalam bentuk non-formal, yang mengimplikasikan bahwa
sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan di luar tembok sekolah. Salah
satu bentuk program pendidikan lingkungan non formal yang dapat digunakan
adalah wisata pendidikan.
Metode Pembelajaran
Secara umum, tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada kawasan
taksonomi tujuan pembelajaran Bloom (1952) dalam Uno (2001) yang meliputi
kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Uno ( 2001) menyatakan bahwa
kawasan kognitif merupakan kawasan yang membahas tentang tujuan
pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang terdiri atas enam
tingkatan, yaitu :
1. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal,
mengingat kembali, atau mengulang kembali informasi yang pernah
diperolehnya.
2. Tingkat pemahaman
Pemahaman merupakan kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu tentang pengetahuan
yang pernah diterimanya dengan caranya sendiri.
3. Tingkat penerapan
Penerapan dikatakan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan untuk memecahkan masalah sehari-hari.
4. Tingkat analisis
Merupakan kemampuan seseorang dalam menganalisa permasalahan.
5. Tingkat sintesis
Tingkatan ini merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6. Tingkat evaluasi
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan
atau keputusan yang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Kawasan afektif merupakan domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
interes, apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Sama seperti kawasan kognitif,
kawasan afektif juga tersusun secara hirarkis sebagai berikut :
1. Kemauan menerima
Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala
atau rancangan tertentu. Misalnya, keinginan membaca buku atau
mendengarkan musik.
2. Kemauan menanggapi
Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi
aktif dalam kegiatan tertentu, seperti mentaati peraturan, menyelesaikan tugas,
atau menolong orang lain.
3. Berkeyakinan
Berkeyakinan diartikan sebagai kemauan menerima sistem nilai tertentu pada
diri individu, misalnya kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
4. Mengorganisasi
Mengorganisasi berkaitan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai
yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi,
seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, atau
menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan masalah.
5. Pembentukan pola
Pada tahap ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan
perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.
Pendidikan lingkungan terhadap anak-anak harus diberikan secara menarik
agar anak-anak tidak merasa bosan. Menurut Blum (2008), metode pembelajaran
di ruang kelas seringkali berkisar pada guru yang menuliskan informasi di papan
tulis sementara anak-anak menyalinnya di buku catatan. Metode seperti ini akan
membuat anak-anak merasa bosan yang mengakibatkan tidak adanya rasa tertarik
terhadap topik yang sedang dipelajari.
Van den Ban dan Hawkins (2005) menyampaikan strategi dan metode untuk
mencapai tujuan belajar seperti pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Strategi dan metode belajar
Sifat Tujuan Belajar Strategi Metode yang Disukai
Mengetahui (kognitif) Alih informasi (dari
luar)
Publikasi dan rekomendasi dari
media massa, ceramah,
selebaran, dialog yang diarahkan.
Sikap (afektif) Belajar dari
pengalaman
(informasi dari
dalam)
Diskusi kelompok, dialog tidak
diarahkan, simulasi, dan film
Tindakan/melakukan
(psikomotorik)
Latihan dan
keterampilan
Metode yang mendorong
tindakan=latihan, persiapan
dengan demonstrasi, atau film
demonstrasi.
Perkembangan Anak
Perkembangan bukan sekadar berarti penambahan ukuran tinggi atau berat
badan pada seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan
fungsi yang kompleks (Nurihsan dan Agustin 2011). Teori perkembangan anak
membantu peneliti untuk memusatkan perhatian pada apa yang akan diteliti pada
anak. Tiap teori perkembangan akan menjadi bingkai kerja dalam meneliti
perkembangan anak. Masing-masing teori menjadi referensi yang berbeda-beda
dalam menginterpretasikan data dan fakta. Perilaku anak tidak dapat diteliti hanya
dengan satu teori karena perilaku anak sangat kompleks.
Beberapa teori yang digunakan untuk menyusun dan menjelaskan fakta
tentang perkembangan anak menurut Fabes dan Martin (2003) adalah :
1. Teori berdasarkan biologi
Teori ini menekankan perkembangan anak berdasarkan faktor-faktor dan
proses biologis yang diwariskan. Teori ini juga mengasumsikan bahwa
kekuatan-kekuatan warisan mempengaruhi perilaku.
2. Teori psikoanalisis
Teori psikoanalisis diawali dengan keyakinan bahwa sebagian besar penyebab
perilaku adalah dorongan bawah sadar yang berasal dari pikiran seseorang.
3. Teori berdasarkan lingkungan
Teori ini menyatakan bahwa lingkungan dimana seseorang tinggal dan apa
yang dialaminya merupakan faktor penentu dalam perilaku. Menurut teori ini,
perubahan perilaku terjadi ketika terjadi perubahan lingkungan. Penelitian
tentang perkembangan berdasarkan lingkungan fokus pada faktor-faktor yang
menentukan bagaimana perilaku berubah sebagai respon dari peristiwa sehari-
hari.
4. Teori berdasarkan kognisi
Teori ini memberi penekanan pada peran dari proses mental seperti daya ingat,
pengambilan keputusan dan pemrosesan informasi dalam mempengaruhi
perilaku. Teori kognisi ini fokus pada bagaimana pemikiran dan alasan berubah
dari waktu ke waktu dan pengaruhnya terhadap perkembangan. Teori ini
menganggap bahwa seseorang haus akan pemahaman terhadap dunia di
sekelilingnya.
Ketika anak berinteraksi dengan dunianya maka konsepsi anak tentang
dunia akan berubah. Menurut Piaget (dalam Fabes dan Martin 2003) kecerdasan
anak mengalami perubahan dramatis sepanjang waktu. Perubahan ini sangat nyata
sehingga dinyatakan oleh Piaget sebagai tahapan perkembangan kognitif anak.
Tahapan ini berjalan berkelanjutan dan tidak bisa diulang. Artinya, setelah
melewati tahap tertentu maka si anak tidak dapat kembali lagi ke tahap pemikiran
awal. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget seperti ditunjukkan
pada Tabel 3 adalah : 1) Tahap sensorimotor, 2) Tahap preoperasional, 3) Tahap
operasional konkrit, 4) Tahap operational formal.
Tabel 3 Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget
Tahap Usia Perkembangan
Sensorimotor 0-2 tahun Pengetahuan motorik
Orientasi saat kini
Preoperasional 2-7 tahun Representasi simbolik
Perencanaan
Pemikiran egosentris
Pemikiran dan pemecahan masalah
berdasarkan persepsi dan tampilan
Operasional konkrit 7-11 tahun Penggunaan logika dalam pemecahan
masalah
Logika digunakan hanya pada benda
dan peristiwa nyata
Operasional formal Di atas
11 tahun
Logika berlaku pada masalah hipotetis
dan abstrak
Perhatian terhadap konsep seperti
keadilan dan persamaan
Setiap pembagian dalam rentang hidup manusia dalam suatu periode
merupakan sebuah gagasan mengenai kenyataan alamiah yang diterima luas oleh
anggota masyarakat pada suatu waktu tertentu. Papalia et al. (2005) membagi
periode perkembangan manusia menjadi : 1) periode prenatal (sejak dalam
kandungan hingga dilahirkan), 2) bayi dan batita (bayi hingga usia 3 tahun), 3)
kanak-kanak awal (usia 3 sampai 6 tahun), 4) kanak-kanak (usia 6 sampai 11
tahun), 5) remaja (usia 11 hingga 20 tahun), 6) dewasa muda (usia 20 sampai 40
tahun), 7) dewasa (usia 40 sampai 65 tahun), dan 8) lanjut usia (65 tahun lebih).
Perkembangan secara rinci dari anak usia sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan anak
Periode Usia Perkembangan Fisik Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
Psikososial
6-11 tahun Kekuatan dan
ketrampilan atletis
meningkat.
Mulai berfikir secara
logis dan konkrit.
Daya ingat dan
ketrampilan bahasa
meningkat.
Konsep diri semakin
kompleks.
Kelompok menjadi
penting.
Lanjutan.
Periode Usia Perkembangan Fisik Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
Psikososial
11-20 tahun Pertumbuhan fisik
dan perubahan lain
semakin cepat.
Kemampuan berfikir
secara abstrak dan
penggunaan alasan
ilmiah berkembang.
Pencarian identitas.
Hubungan dengan
orang tua umumnya
baik.
Kelompok sebaya
memberi pengaruh
positif atau negatif.
Anak usia 7 tahun memasuki masa ketika mereka dapat berpikir dengan
menggunakan alasan untuk memecahkan masalah konkrit. Anak pada usia ini
mampu berpikir secara logis karena mereka dapat mengambil berbagai aspek
situasi dan menganalisanya. Pemikiran terbatas hanya pada situasi nyata pada saat
sekarang.
Konsentrasi pada Anak
Lamanya anak dapat berkonsentrasi pada suatu subyek dikenal dengan
istilah attention span menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menyusun program wisata pendidikan lingkungan untuk anak. Durasi attention
span diperhitungkan supaya informasi yang diberikan tidak terbuang sia-sia dan
anak tetap mendapatkan kegembiraan dalam kegiatannya (Farhani 2012).
Berapa lama seorang anak dapat berkonsentrasi biasanya tergantung pada
usianya. Rata-rata attention span pada anak adalah antara 3 hingga 5 menit per
tahun usianya (Farhani 2012). Seorang anak yang berusia 10 tahun memiliki lama
attention span sekitar 30 menit sampai 50 menit. Pada Tabel 5 di bawah ini
terlihat durasi attention span anak usia SD.
Tabel 5 Durasi attention span anak usia SD
Usia (tahun) Durasi (dalam menit)
7 21-35
8 24-40
9 27-45
10 30-50
11 33-55
12 36-60
Persepsi dan Preferensi terhadap Lingkungan
Persepsi terhadap Lingkungan
Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005), persepsi adalah cara orang
memandang dunia ini. Persepsi seseorang dalam memandang dunia pasti berbeda-
beda, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar orang
tersebut. Persepsi juga diartikan sebagai proses dimana sensasi yang diterima oleh
seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan akhirnya diinterpretasikan
(Solomon 1999). Sensasi yang dimaksudkan dalam definisi di atas adalah yang
datang dan diterima oleh manusia melalui panca indera atau sistem sensoriknya.
Input terhadap sistem sensorik ini juga disebut dengan stimulus. Prasetijo dan
Ihalauw (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan persepsi seseorang terdiri atas (1) faktor internal dan (2) faktor
eksternal. Faktor internal terdiri atas pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai
yang dianutnya, ekspektasi atau pengharapannya. Faktor eksternal terdiri atas
tampakan produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan.
Litterer (Asngari, 1984) berpandangan bahwa ada keinginan atas kebutuhan
manusia untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat hidupnya, dan mengetahui
makna dari informasi yang diterimanya. Orang bertindak sebagian dilandasi oleh
persepsi mereka pada suatu situasi. Pengalaman akan berperan pada
persepsi orang tersebut. Persepsi orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang
pada suatu keadaan, fakta atau tindakan. Walaupun seseorang hanya mendapat
bagian-bagian informasi, dengan cepat disusunnya menjadi suatu gambaran
yang menyeluruh.
Persepsi dapat berubah-ubah atau bersifat dinamis. Apa yang menyebabkan
persepsi seseorang berubah dan mengapa perlu diketahui jika kita ingin merubah
persepsi. Proses perubahan persepsi yang pertama disebabkan oleh proses
fisiologik, yaitu dari sistem syaraf pada indera manusia (Sarwono 1992). Misalnya
seseorang yang baru pindah rumah yang berdekatan dengan timbunan sampah.
Pada awalnya dia sangat terganggu dengan bau sampah tersebut. Tetapi lama-
kelamaan bau tersebut seolah-olah tidak tercium lagi. Proses perubahan persepsi
yang kedua adalah proses perubahan persepsi secara psikologik. Proses ini antara
lain muncul pada pembentukan dan perubahan sikap. Pembentukan dan perubahan
sikap merupakan proses yang penting terutama dalam bidang pelestarian dan
kecintaan terhadap lingkungan.
Kesan yang dimiliki seseorang terhadap ekosistem merupakan dasar untuk
persepsinya terhadap lingkungan. Persepsi membentuk proses pengambilan
keputusan yang akan menuju pada tindakan terhadap ekosistem. Persepsi terhadap
lingkungan juga sangat terkait dengan budaya dimana seseorang tinggal. Sarwono
(1992) menyatakan bahwa terdapat dua cara pendekatan mengenai bagaimana
manusia mengerti dan menilai lingkungan. Pendekatan pertama disebut dengan
pendekatan konvensional. Pada pendekatan ini persepsi dikatakan sebagai suatu
keadaan dimana individu memperoleh rangsangan dari luar melalui sel-sel syaraf
reseptor (penginderaan). Penerimaan ini kemudian disatukan dan dikoordinasikan
dalam pusat syaraf (otak) sehingga manusia dapat mengenali dan menilai obyek-
obyek. Aktivitas mengenali obyek merupakan aktivitas mental yang disebut juga
sebagai aktivitas kognisi. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekologik.
Gibson (dalam Sarwono 1992) berpendapat bahwa persepsi terjadi secara
langsung, spontan dan holistik. Spontanitas ini terjadi karena setiap individu
selalu melibatkan obyek-obyek yang ada dalam lingkungannya, dan obyek
tersebut menonjolkan sifat-sifatnya yang khas bagi individu yang bersangkutan.
Sebagai contoh, sebuah pohon yang rindang menampilkan makna yang khas bagi
individu yang berbeda. Bagi manusia, pohon ini akan menjadi tempat berteduh.
Sementara bagi burung pohon menjadi tempat tinggalnya. Makna yang berbeda
akan diterima oleh individu lainnya.
Persepsi terhadap lingkungan terbentuk melalui proses kognisi, afeksi dan
konasi (Rosa 2008). Proses kognisi meliputi penerimaan, pemahaman dan
pemikiran. Proses afeksi meliputi perasaan dan emosi, keinginan, dan nilai-nilai
tentang lingkungan. Proses konasi meliputi tindakan atau perlakuan terhadap
lingkungan sebagai respon dari prosen kognisi dan afeksi. Persepsi anak sekolah
terhadap lingkungan merupakan hasil bentukan dari proses kognisi, afeksi dan
konasi. Berdasarkan teori ini, maka dapat dikatakan bahwa untuk mengukur
tingkat persepsi anak usia sekolah terhadap lingkungan dilakukan melalui
pengukuran indikator pemahaman anak usia sekolah pada proses kognisi, afeksi
dan konasi.
Preferensi terhadap Lingkungan
Masih terkait dengan persepsi adalah bagaimana seseorang menilai
keindahan lingkungan. Misalnya ada orang yang menganggap pasar terapung di
sungai-sungai di Kalimantan sebagai sesuatu yang menarik sementara bagi orang
lain hal tersebut dianggap semrawut dan kotor. Cara pandang yang berbeda ini
ternyata sangat dipengaruhi oleh preferensi (kesukaan) yang berbeda-beda. Fisher
(1984) menyatakan bahwa preferensi terhadap lingkungan ditentukan oleh :
1. Keteraturan. Seseorang lebih menyukai tanaman yang terpelihara teratur dan
rapi.
2. Tekstur, yaitu kasar-lembutnya pemandangan. Seseorang akan lebih menyukai
pemandangan yang lembut seperti hamparan kebun bunga daripada padang
pasir yang gersang.
3. Keakraban dengan lingkungan. Lingkungan yang menjadi bagian sehari-hari
seseorang (misalnya lingkungan tempat tinggal atau tempat-tempat yang sering
dikunjungi) lebih disukai daripada lingkungan yang asing atau belum pernah
dikunjungi.
4. Keluasan ruang pandang. Seseorang akan lebih menyukai lingkungan yang
ruang pandangnya luas daripada yang sempit. Ini menjelaskan mengapa
seseorang lebih memilih kamar hotel yang menghadap ke pemandangan di luar
hotel (taman, pantai, gunung) daripada kamar hotel yang tidak.
5. Kemajemukan rangsang. Semakin banyak elemen dalam suatu pemandangan
akan semakin disukai.
6. Misteri atau kerahasiaan yang tersembunyi. Misalnya, gua, tebing, atau pantai
yang berasal dari berabad-abad yang lampau dianggap mengandung misteri
sehingga menarik.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pembangunan dan pengembangan industri di suatu daerah pada dasarnya
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya,
antara lain manfaat ekonomi seperti pembukaan lapangan pekerjaan dan
peningkatan kesejahteraan serta manfaat peningkatan pendidikan. Kehidupan
masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut berada yang semakin baik
kondisinya akan memberikan dampak yang berarti bagi kelangsungan perusahaan
itu sendiri. Perusahaan yang melakukan pengembangan masyarakat menunjukkan
adanya kepedulian industri tersebut kepada masyarakat di sekitarnya. Hal ini akan
menimbulkan rasa kedekatan dan rasa memiliki dari masyarakat sekitar.
Recommended