View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA)
Mendasari pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka rencana
pembangunan yang akan dianggarkan dalam APBD terlebih dahulu
dibuat kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam bentuk Nota Kesepakatan
tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Kebijakan Umum APBD (KUA) adalah dokumen yang memuat
kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan untuk periode
1 (satu) tahun, disusun dengan mendasarkan pada Rencana Kerja
Pemerintah Daerah.
KUA disusun dengan memperhatikan dan memuat kondisi
ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan
pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan
daerah, dan strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian yang
dimaksud memuat langkah-langkah konkrit dalam mencapai target.
Selanjutnya Kebijakan Umum APBD dituangkan dalam Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
KUA Tahun Anggaran 2019 disusun dengan berpedoman pada
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun Anggaran 2019 yang
telah disinkronisasikan dengan RKP tahun 2019 dan RKPD Provinsi
Tahun 2019. Disamping itu KUA merupakan respon kebijakan
terhadap dinamika isu strategis dan permasalahan utama yang
menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan Kabupaten Gresik serta untuk mengarahkan kebijakan
anggaran Kabupaten Gresik tahun 2019.
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
I - 2
1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (KUA)
Tujuan disusunnya kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Gresik adalah sebagai landasan
penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan
selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019.
1.3 Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (KUA)
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan
Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Gresik Tahun 2019 meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan;
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Perundang-Undangan;
9. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana
Kerja Pemerintah;
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
I - 3
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah,
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2018 tentang
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2019;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2019;
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
I - 4
24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi
Jawa Timur 2005-2015;
25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 - 2019;
26. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2008
tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Gresik
sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2013
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 2
Tahun 2008;
27. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 6 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah;
28. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Gresik 2005-
2025;
29. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan
Daerah Nomor 10 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah;
30. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 4 Tahun 2011
tentang Retribusi Jasa Umum sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 4 Tahun 2011;
31. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 5 Tahun 2011
tentang Retribusi Perijinan Tertentu;
32. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 6 Tahun 2011
tentang Retribusi Jasa Usaha sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 6 Tahun 2011;
33. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik
Tahun 2010-2030;
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
I - 5
34. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 9 Tahun 2016
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten
Gresik Tahun 2016-2021;
35. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Perangkat Daerah;
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
II - 1
BAB II
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
Perkembangan ekonomi makro daerah menggambarkan perubahan
yang terjadi pada indikator-indikator ekonomi makro daerah dan
mempengaruhi kebijakan daerah dalam rangka melanjutkan pembangunan
daerah. Indikator ekonomi makro daerah yang digunakan sebagai
pertimbangan yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Produk Domestik Regional
Bruto, Pendapatan Perkapita dan Inflasi.
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Pada Tahun
Sebelumnya
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi daerah adalah proses perubahan
kondisi perekonomian suatu daerah secara berkesinambungan
menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat diartikan juga sebagai
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan daerah.
Pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Gresik sebesar
5,83% atau naik sebesar 0,34% dibandingkan tahun 2016
sebesar 5,49%. Pertumbuhan ekonomi Gresik lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa timur maupun
pertumbuhan ekonimi nasional, masing-masing sebesar 5,45%
dan 5,07%.
Berikut gambaran posisi relatif pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Gresik dibanding Jawa Timur dan Nasional mulai
tahun 2011 sampai dengan tahun 2017 :
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
II - 2
Gambar 2.1
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Jawa Timur dan Gresik
Tahun 2011- 2017
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Nasional
JawaTimur
Kabupaten Gresik
Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Nasional, Jawa Timur dan Gresik Tahun 2011- 2017
Sumber : BPS Kabupaten Gresik Tahun 2018
2.1.2 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah
keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari
semua kegiatan perekonomian diseluruh wilayah dalam periode
tahun tertentu yang pada umumnya dalam waktu satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gresik
Atas Dasar Harga Konstan 2010 dalam satuan milyar rupiah
pada tahun 2017 mencapai 90.855,60 selaras dengan PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku yang mencapai 118.624,20 atau lebih tinggi
dari PDRB tahun 2016 yang masing-masing senilai 85.835,10
dan 107.881,97. Berikut gambaran PDRB Kabupaten Gresik
tahun 2011 sampai dengan tahun 2017 :
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Nasional 6,17 6,03 5,56 5,01 4,88 5,02 5,07
JawaTimur 6,44 6,64 6,08 5,86 5,44 5,55 5,45
Gresik 6,48 6,92 6,05 7,04 6,61 5,49 5,83
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
II - 3
Gambar 2.2
Grafik PDRB Kabupaten Gresik
Tahun 2011 – 2017
-
20,000.00
40,000.00
60,000.00
80,000.00
100,000.00
120,000.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
PDRB – ADHK
PDRB - ADHB
Tabel. 2.2
PDRB Kabupaten Gresik
Tahun 2011 – 2017 (dalam milyaran rupiah)
Sumber : BPS Kabupaten Gresik Tahun 2018
2.1.3 Pendapatan Perkapita
PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata
pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu
tahun di suatu wilayah/daerah. Data statistik ini merupakan
salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah.
PDRB perkapita diperoleh dari hasil bagi antara PDRB
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang
bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita tersebut sangat
dipengaruhi oleh kedua variabel diatas.
PDRB perkapita tidak bisa menggambarkan secara riil
pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk.
Namun PDRB perkapita masih cukup relevan untuk mengetahui
apakah secara rata-rata pendapatan masyarakat mengalami
peningkatan atau tidak. Biasanya makin meningkat angka PDRB
perkapita maka kemakmuran juga diharapkan makin tinggi.
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
PDRB – ADHK
62.898,70
67.248,80
71.314,20
76.336,00
81.360,40
85.835,10
90.855,60
PDRB – ADHB
67.297,60
74.946,30
83.153,00
93.797,70
100.723,80
107.881,97
118.624,20
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
II - 4
Pada tahun 2017 PDRB perkapita Kabupaten Gresik
berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 dalam
satuan ribu rupiah sebesar 70.703,81 sedangkan jika dihitung
berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar 92.313,36
atau mengalami kenaikan dibanding PDRB tahun 2016 yang
masing-masing sebesar 67.549,50 dan 84.899,60. Berikut
gambaran PDRB perkapita Kabupaten Gresik tahun 2011 sampai
dengan tahun 2017 :
Gambar 2.3
PDRB Perkapita Kab. Gresik Tahun 2011 – 2017 (dalam ribuan rupiah)
-
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
50,000.00
60,000.00
70,000.00
80,000.00
90,000.00
100,000.00
PDRB PERKAPITA ADHK
PDRB PERKAPITA ADHB
Tabel. 2.3
PDRB Perkapita Kab. Gresik Tahun 2011 – 2017 (dalam ribuan rupiah)
Sumber : BPS Kabupaten Gresik Tahun 2018
2.1.4 Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
PDRB PERKAPITA ADHK
52.568,20
55.499,50
58.116,00
61.482,00
64.762,00
67.549,50
70.703,81
PDRB PERKAPITA ADHB
56.244,60
61.852,90
67.763,80
75.545,80
80.174,90
84.899,60
92.313,36
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
II - 5
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Tingkat inflasi di Kabupaten Gresik mengalami fluktuasi
setiap tahun, Pada tahun 2017 tingkat inflasi di Kabupaten
Gresik sebesar 4,12% atau lebih tinggi dari inflasi pada tahun
2016 sebesar 3,22%. Inflasi di Kabupaten Gresik pada tahun
2017 juga lebih tinggi dibanding inflasi tingkat Jawa Timur
maupun nasional yang masing-masing sebesar 4,04% dan 3,61%.
Fluktuasi Inflasi pada tingkat Nasional, Provinsi Jawa
Timur dan Kabupaten Gresik tahun 2011 sampai dengan tahun
2017 sebagaimana tabel berikut :
Gambar 2.4
Laju Inflasi Nasional, Provinsi Jawa Timur dan Kab. Gresik Tahun 2011-2017
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Nasional
JawaTimur
Kab. Gresik
Tabel. 2.4
Laju Inflasi Nasional, Provinsi Jawa Timur dan Kab. Gresik
Tahun 2011-2017
Sumber : BPS Kabupaten Gresik Tahun 2018
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Nasional 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02
3,61
JawaTimur 4,09 4,52 7,59 7,77 3,08 2,74
4,04
Kab. Gresik 4,72 4,39 7,52 7,90 3,43 3,22
4,12
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
II - 6
2.2. Rencana Target Ekonomi Makro Pada Tahun 2019
Pengukuran keberhasilan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
tercermin dari capaian indikator makro yang ditetapkan. Pertumbuhan
ekonomi yang inklusif diharapkan akan terus berlangsung dalam
proses pembangunan di Kabupaten Gresik dalam satu tahun kedepan.
Pemerataan pendapatan dan pemerataan hasil–hasil pembangunan
diupayakan dapat menciptakan lapangan kerja bagi angkatan kerja
yang tersedia sehingga dapat menekan angka pengangguran dan
mengurangi tingkat kemiskinan. Muara dari seluruh pelaksanaan
pembangunan tersebut adalah peningkatan indeks pembangunan
manusia. Disamping hal tersebut seluruh pelaksanaan pembangunan
di wilayah Kabupaten Gresik diupayakan mampu menjaga keselarasan
kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.
Untuk mengukur keberhasilan program pembangunan yang
telah ditentukan maka dipilih indikator makro dan target capaian
selama satu tahun kedepan yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.5 Target dan Estimasi Indikator Makro Kabupaten Gresik
NO INDIKATOR MAKRO Target Estimasi
2018 2019
1 Pertumbuhan Ekonomi 6.45 - 6.95 5.45 - 6.00
2 PDRB ADHK ( Milyar) 95.276,90 100.127,60
3 PDRB ADHB ( Milyar ) 126.263,79 134.909,98
4 Pendapatan Perkapita ADHK
(Ribuan) 73.690,55 76.802,80
5 Pendapatan Perkapita ADHB
(Ribuan) 97.929,39 103.880,31
6 Inflasi (%) 3,50 – 4.00 3,00 – 3.50
Sumber : Bappeda Gresik Tahun 2017
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
III - 1
BAB III
ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
(RAPBD)
3.1. Asumsi Dasar Yang Digunakan Dalam APBN
Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Gresik sangat
dipengaruhi pada jumlah dana transfer yang di berikan oleh
pemerintah. Historis struktur APBD menunjukkan bahwa Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Gresik berkontribusi kurang dari 40% (persen)
dari Pendapatan Daerah. Hal ini menunjukkan bahwa Kondisi Makro
Ekonomi Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi
Kabupaten Gresik. Berikut Asumsi makro ekonomi yang digunakan
dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
Tahun 2019, adalah sebagai berikut :
1. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS : Rp 13.700 - Rp 14.000
2. Tingkat Inflasi : 2,5% - 4,5%
3. Pertumbuhan Ekonomi : 5,2% - 5,6%
4. Suku Bunga SBN 3 bulan : 4,6% - 5,2%
5. Tingkat Pengangguran Terbuka : 4,8% - 5,2%
6. Tingkat Kemiskinan : 8,5% - 9,5%
7. Rasio Gini : 0,38 - 0,39
8. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) : 71,98.
3.2. Laju Inflasi Kabupaten Gresik Tahun 2019
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-
menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Berdasarkan data historis mulai sejak tahun 2011 sampai
tahun 2017, Laju inflasi di Kabupaten Gresik pada tahun 2018
diperkirakan sebesar 3.87%. Dengan memperhatikan kondisi ekonomi
pada tahun 2019 yang diperkirakan membaik, asumsi laju inflasi
Kabupaten Gresik pada tahun 2019 diperkirakan 3,0 % - 3,5 %
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
III - 2
Berikut Gambaran Tingkat inflasi di kabupaten Gresik. :
Gambar. 3.1 Laju Inflasi Kabupaten Gresik Tahun 2011-2018
Sumber : BPS Kabupaten Gresik Tahun 2018
2018* : Prediksi
3.3. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Gresik
Salah satu indikator utama dalam mengukur perekonomian
daerah adalah perhitungan PDRB. Tujuan pembangunan daerah harus
mampu memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa
membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.
PDRB merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi
pada suatu wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu.
Berdasarkan data historis mulai sejak tahun 2011 sampai
tahun 2017, PDRB atas dasar harga berlaku dalam satuan milyar
rupiah, Kabupaten Gresik pada tahun 2018 diprediksi sebesar
126.263,79. Dengan memperhatikan kondisi ekonomi pada tahun 2019
yang diperkirakan membaik, asumsi PDRB Kabupaten Gresik pada
tahun 2019 sebesar 130.000,00 sampai dengan 135.000,00.
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 *
Inflasi Gresik
4.72 4.39 7.52 7.9 3.43 3.22 4.12 3.87
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
III - 3
Gambar. 3.2
PDRB ADHB Kabupaten Gresik Tahun 2011-2018
Sumber : BPS Kabupaten Gresik Tahun 2018
2018* : Prediksi
3.4. Lain-Lain Asumsi
1. Belanja wajib mengikat memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Belanja yang bersifat mengikat merupakan belanja yang
dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh
Pemerintah Daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan
setiap bulan dalam tahun anggaran yang bersangkutan,
termasuk didalamnya belanja pagawai guna mengantisipasi
penerimaan CPNS baru pada tahun 2019.
b. Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pendanaan layanan dasar
masyarakat.
2. Belanja yang memenuhi kriteria mendesak adalah program dan
kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum
tersedia dalam tahun anggaran berjalan dan keperluan mendesak
lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang
lebih besar bagi pemerintah dan masyarakat.
TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 *
PDRB - ADHB
67,297.60 74,946.30 83,153.00 93,797.70 100,723.80 107,881.97 118,624.20 126,263.79
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 1
BAB IV
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH
Kebijakan Umum APBD merupakan sasaran dan kebijakan daerah
dalam satu tahun anggaran yang menjadi petunjuk dan ketentuan
umum yang disepakati oleh Pemerintah Daerah dan DPRD sebagai
pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD). Penyusunan Kebijakan Umum APBD Kabupaten
Gresik Tahun Anggaran 2019 diarahkan untuk mewujudkan
perencanaan pembangunan yang telah diatur di dalam Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2016 Tentang RPJMD Kabupaten Gresik Tahun
2016-2021 serta memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Tahun 2019.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka Kebijakan Umum
APBD Tahun Anggaran 2019 disusun berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.
Kebijakan umum APBD Tahun Anggaran 2019 memuat kebijakan
anggaran dan gambaran kondisi kemampuan keuangan daerah
Kabupaten Gresik. Kebijakan anggaran tersebut terdiri dari kebijakan
pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah dan kebijakan
pembiayaan daerah untuk pembangunan daerah pada Tahun Anggaran
2019, sebagaimana uraian berikut ini.
4.1. Pendapatan Daerah
4.1.1. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah Tahun 2019
Kebijakan perencanaan pendapatan daerah tahun 2019
adalah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan
koordinasi dengan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Provinsi.
4.1.2. Target Pendapatan Daerah Tahun 2019
Target pendapatan merupakan perkiraan yang terukur,
rasional serta memiliki kepastian dasar hukum
penerimaannya. Target pendapatan tahun 2019
diformulasikan sebagai berikut :
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 2
4.1.2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
dialokasikan berdasarkan data potensi Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah serta
memperhatikan tren realisasi penerimaan
tahun-tahun sebelumnya.
b. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dialokasikan dengan
memperhatikan deviden tahun 2018 dan
potensi penerimaan Tahun Anggaran 2019
kecuali PDAM.
c. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah :
1) Perimaan jasa giro, pendapatan bunga
deposito didasarkan potensi dan tren
realisasi penerimaan tahun-tahun
sebelumnya.
2) Pendapatan dana kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
belum menerapkan PPK-BLUD dan
mempedomani peraturan perundangan
yang berlaku dan memperhatikan realisasi
tahun 2018.
3) Pendapatan dari Badan Layanan Umum
Daerah didasarkan potensi dan tren
realisasi penerimaan tahun-tahun
sebelumnya.
4) Pendapatan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) mempedomani peraturan
perundangan yang berlaku dan
memperhatikan realisasi tahun 2018.
4.1.2.2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan terdiri dari :
1) Dana Bagi Hasil
a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri
atas DBH-Pajak Bumi dan Bangunan (DBH-
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 3
PBB) selain PBB Perkotaan dan Perdesaan,
dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh)
yang terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan
Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21
dianggarkan sesuai Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran
2019 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun
Anggaran 2019. Apabila Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran
2019 atau Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun
Anggaran 2019 belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak
didasarkan pada tren realisasi pendapatan
DBH-Pajak 3 (tiga) tahun terakhir yaitu
Tahun Anggaran 2017, Tahun Anggaran
2016 dan Tahun Anggaran 2015 atau
sesuai target Tahun Anggaran 2018.
b) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya
Alam (DBH-SDA) yang terdiri dari DBH-
Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral
dan Batubara, DBH-Perikanan, DBH-
Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, dan DBH-
Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan
sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2019.
Apabila Peraturan Presiden mengenai
Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 atau
Peraturan Menteri Keuangan mengenai
alokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2019
belum ditetapkan, penganggaran
pendapatan dari DBH-SDA didasarkan
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 4
pada tren realisasi pendapatan DBH-SDA 3
(tiga) tahun terakhir, yaitu Tahun Anggaran
2017, Tahun Anggaran 2016 dan Tahun
Anggaran 2015, dengan mengantisipasi
kemungkinan tidak stabilnya harga dan
hasil produksi (lifting) minyak bumi dan gas
bumi Tahun Anggaran 2019 atau sesuai
target Tahun Anggaran 2018.
c) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil
Tembakau (DBH-CHT) dianggarkan sesuai
Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN
Tahun Anggaran 2019 atau Peraturan
Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-
CHT menurut Provinsi/Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2019. Apabila Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2019 atau Peraturan Menteri
Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT
menurut Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun
Anggaran 2019 belum ditetapkan,
penganggaran pendapatan DBH-CHT
didasarkan pada tren realisasi pendapatan
DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhir yaitu
Tahun Anggaran 2017, Tahun Anggaran
2016 dan Tahun Anggaran 2015 atau
sesuai target Tahun Anggaran 2018.
2) Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU dianggarkan sesuai dengan Peraturan
Presiden mengenai Rincian APBN Tahun
Anggaran 2019. Dalam hal Peraturan Presiden
dimaksud belum ditetapkan, penganggaran
DAU didasarkan pada alokasi DAU Tahun
Anggaran 2018.
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 5
3) Dana Alokasi Khusus (DAK)
Penganggaran DAK didasarkan pada
pendapatan Tahun Anggaran 2018 selanjutnya
akan disesuaikan dengan Peraturan Presiden
mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2019
atau informasi resmi mengenai alokasi DAK
Tahun Anggaran 2019 yang dipublikasikan
melalui portal Kementerian Keuangan pada
saat penyusunan atau pembahasan RAPBD
Tahun Anggaran 2019.
4.1.2.3. Lain – Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
1) Pendapatan Hibah Dana BOS didasarkan pada
aturan perundangan yang mengaturnya atau
sebesar tahun anggaran sebelumnya.
2) Pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil
Pajak Daerah yang diterima dari Pemerintah
Provinsi didasarkan pada tren realisasi
pendapatan 3 (tiga) tahun terakhir yaitu Tahun
Anggaran 2017, Tahun Anggaran 2016 dan
Tahun Anggaran 2015 atau sesuai target
Tahun Anggaran 2018.
3) Penganggaran Bantuan Keuangan dari
Pemerintah Provinsi Jawa Timur didasarkan
pada pendapatan Tahun Anggaran 2018,
selanjutnya akan disesuaikan dengan informasi
resmi mengenai alokasi Bantuan Keuangan
Tahun Anggaran 2019 dari Provinsi Jawa
Timur pada saat penyusunan atau
pembahasan RAPBD 2019 atau sesuai target
Tahun Anggaran 2018.
4) Penganggaran Dana Desa dan Dana Insentif
Daerah didasarkan pada pendapatan Tahun
Anggaran 2018 selanjutnya akan disesuaikan
dengan Peraturan Presiden mengenai Rincian
APBN Tahun Anggaran 2019 atau informasi
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 6
resmi mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran
2019 yang dipublikasikan melalui portal
Kementerian Keuangan pada saat penyusunan
atau pembahasan RAPBD Tahun Anggaran
2019.
4.1.3. Upaya Mencapai Target Pendapatan Daerah Tahun 2019
Upaya yang dilakukan dalam pencapaian target pendapatan
daerah adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan manajemen data penerimaan Pendapatan
Asli Daerah;
b. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
membayar pajak daerah dan retribusi daerah;
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar
pajak daerah dan retribusi daerah;
d. Melakukan evaluasi Peraturan Daerah atau Peraturan
Bupati terkait pendapatan;
e. Pemantapan kelembagaan dan sistem operasional
pemungutan pendapatan daerah;
f. Meningkatkan koordinasi secara sinergis dibidang
pendapatan daerah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi
dan SKPD Penghasil;
g. Kerjasama optimalisasi pendapatan daerah dengan pihak
ketiga;
h. Pemanfaatan aset-aset daerah yang memiliki nilai
ekonomi tinggi bekerjasama dengan masyarakat dan
pelaku usaha;
i. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah
untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap
pendapatan daerah.
4.2. Belanja Daerah
4.2.1. Kebijakan Terkait Perencanaan Belanja Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014,
belanja daerah digunakan untuk mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 7
daerah dan pelaksanaan tugas organisasi yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Belanja Daerah tahun 2019 berpedoman pada Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2019 yang telah
disinkronisasikan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Tahun 2019 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Provinsi Jawa Timur serta pada standar teknis dan harga
satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pemerintah Daerah menetapkan target capaian kinerja
setiap belanja, baik dalam konteks daerah, Organisasi
Perangkat Daerah, maupun program dan kegiatan, yang
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi
penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus
memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki
korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari
program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek
indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.
4.2.2. Kebijakan Belanja Tidak Langsung
Penganggaran Belanja Tidak Langsung meliputi :
4.2.2.1. Belanja Pegawai
a) Penganggaran Belanja Gaji dan Tunjangan,
Tambahan Penghasilan PNS dialokasikan
berdasarkan realisasi bulan Juni tahun 2018,
memperhatikan formasi CPNS pegawai
tahun 2019, pemberian Tunjangan Hari Raya,
gaji ketiga belas dan acress;
b) Penganggaran kedudukan keuangan Bupati
dan Wakil Bupati, hak keuangan dan
administratif pimpinan beserta anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Penganggaran insentif pemungutan pajak
daerah dan retribusi daerah dianggarkan
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 8
maksimal 5 (lima) persen dari target.
d) Tunjangan Profesi Guru PNSD, Dana
Tambahan Penghasilan Guru PNSD, dan
Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah
Khusus yang bersumber dari APBN Tahun
Anggaran 2019 melalui DAK Non Fisik
dianggarkan sebesar pendapatan yang akan
diterima.
4.2.2.2. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
Penganggaran Belanja Hibah dan Bantuan Sosial
yang bersumber dari APBD mempedomani
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah
dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, serta peraturan
perundang-undangan lain.
4.2.2.3. Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Desa
Belanja Bagi Hasil kepada Pemerintah Desa
dianggarkan minimal 10% dari target Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
4.2.2.4. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah
Desa dan Partai Politik
1. Alokasi Dana Desa (ADD) dialokasikan paling
sedikit 10% (sepuluh persen) dari Dana
Perimbangan yang diterima APBD Tahun
Anggaran 2019 setelah dikurangi DAK,
sedangkan pengalokasian per Desa mengacu
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 9
pada Peraturan Bupati yang mengatur tentang
Alokasi Dana Desa.
2. Dana Desa (DD) dialokasikan sebesar proyeksi
pendapatan yang akan diterima pada Tahun
Anggaran 2019 sedangkan pengalokasian
per Desa mengacu pada Peraturan Bupati yang
mengatur tentang Dana Desa.
3. Pengalokasian Bantuan Keuangan Khusus
memperhatikan hasil Musrenbang dan Pokok-
Pokok Pikiran Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
4. Belanja Bantuan Keuangan diberikan kepada
partai politik secara proporsional dengan
berpedoman pada peraturan perundangan yang
berlaku.
4.2.2.5. Belanja Tidak Terduga
Penganggaran Belanja Tidak Terduga dilakukan
secara rasional dengan mempertimbangkan
realisasi Tahun Anggaran 2018 dan kemungkinan
adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak
dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan
pengaruh Pemerintah Daerah.
Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk
mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau
tidak diharapkan terjadi berulang, seperti
kebutuhan tanggap darurat bencana,
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial,
kebutuhan mendesak lainnya yang tidak
tertampung dalam bentuk program dan kegiatan
pada Tahun Anggaran 2019, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
tahun-tahun sebelumnya.
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 10
4.2.3 Kebijakan Pembangunan Daerah
4.2.3.1. Kebijakan Pembangunan Daerah
Kebijakan Pembangunan pada Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Gresik
Tahun 2019 yang telah disinkronisasikan dengan
RKP dan RKPD Provinsi Jawa Timur serta
mempertimbangkan tema pembangunan
Kabupaten Gresik Tahun 2019 yaitu Gresik,
Teater Pembangunan Infrastruktur dan
Investasi menuju Ekologi yang Berkelanjutan.
Selanjutnya dirumuskan prioritas pembangunan
tematik Kabupaten Gresik Tahun 2019
sebagaimana berikut :
1. Pembangunan ekologi berkelanjutan melalui
Ketersedian Air Minum Layak, Pengentasan
Kawasan Kumuh, Pelayanan Sanitasi Dasar,
Permukiman Inklusif dan Pengendalian Banjir;
2. Kemandirian ekonomi daerah melalui
kemantapan infrastruktur, konektifitas daerah,
pengembangan potensi lokal, dan ketahanan
pangan;
3. Penguatan atribusi layanan dasar dan
pengentasan kemiskinan;
4. Pengembangan teknologi informasi dalam
rangka peningkatan pelayanan publik dan
penyelenggaraan pemerintahan;
5. Kemandirian Desa.
4.2.3.2. Kendala Yang Dihadapi
1. Penyusunan proyeksi pendapatan pada RKPD
belum sesuai dengan penyusunan proyeksi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2019.
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 11
2. Koordinasi antar SKPD untuk proses
perencanaan masih lemah.
3. SKPD yang mempunyai alokasi anggaran
besar kurang mempunyai tenaga perencana
yang memadai.
4. Pedoman/aturan penyusunan perencanaan,
penganggaran dan pengelolaan keuangan
terkadang sulit diterapkan secara mentah-
mentah.
4.2.3.3. Prioritas Pembangunan Daerah
Berdasarkan prioritas pembangunan tematik
dirumuskan prioritas urusan dan program
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 4.1
Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2019
PRIORITAS PEMBANGUNAN URUSAN PROGRAM
Pembangunan ekologi berkelanjutan melalui
Ketersedian Air Minum
Layak, Pengentasan Kawasan
Kumuh, Pelayanan Sanitasi
Dasar, Permukiman Inklusif dan Pengendalian Banjir;
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Program Pembangunan dan Pemeliharaan
Saluran
Drainase/Gorong-Gorong
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air
Bersih/Minum
Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman
Program Pengembangan
Rumah Swadaya
Perencanaan Program Perencanaan
Pengembangan Wilayah, Infrastruktur dan
Lingkungan Hidup
Program Perencanaan
Pembangunan Daerah
Lingkungan Hidup Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan
Persampahan
Penelitian dan Pengembangan
Program Penelitian Dan Pengembangan
Kemandirian ekonomi daerah
melalui kemantapan
infrastruktur, konektifitas
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang
Program Peningkatan
Kualitas Jalan dan
Jembatan
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 12
PRIORITAS PEMBANGUNAN URUSAN PROGRAM
daerah, pengembangan
potensi lokal, dan ketahanan
pangan;
Perencanaan Program Perencanaan
Pembangunan Ekonomi
Pariwisata Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
Pertanian Program Pengembangan
Sarana dan Prasarana
Pertanian/ Perkebunan/
Peternakan
Perhubungan Program Pembangunan Sarana dan Prasarana
Perhubungan
Koperasi, Usaha Kecil
dan Menengah
Program Peningkatan
Kualitas Kelembagaan
Koperasi
Program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif
Usaha Mikro
Perdagangan Program Peningkatan
Pasar
Penanaman Modal Program Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman
Modal
Pertanian Program Pemberdayaan
Kelompok Tani
Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/
Perkebunan/ Peternakan
Lapangan
Pangan Program Peningkatan
Ketahanan Pangan
Pertanian/Perkebunan
Kelautan Dan Perikanan Program Pengembangan
Budidaya Perikanan
Program Pengembangan
Perikanan Tangkap
Penguatan atribusi layanan
dasar dan pengentasan
kemiskinan;
Administrasi
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Program Peningkatan
Pelayanan Administrasi
Kependudukan
Perencanaan Program Perencanaan
Pembangunan Sosial Budaya
Tenaga Kerja Program Peningkatan
Kualitas Tenaga Kerja
Program Peningkatan
Kesempatan Kerja
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 13
PRIORITAS PEMBANGUNAN URUSAN PROGRAM
Sosial Program Pemberdayaan
Fakir Miskin, Komunitas
Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial
(PMKS) Lainnya
Pendidikan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun
Program Peningkatan
Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
Kesehatan Program Kesehatan
Keluarga dan Perbaikan
Gizi Masyarakat
Program Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaaan
Masyarakat
Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Program Pelayanan
Kesehatan Primer,
Rujukan dan Tradisional
Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Program Pengadaan,
Peningkatan dan
Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas/Puskesmas
Pembantu dan
Jaringannya
Program Peningkatan
Mutu Pelayanan BLUD
Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana
Program Keluarga
Berencana
Program Keluarga
Sejahtera
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Program Peningkatan
Kualitas Hidup
Perempuan dan Anak
Pengembangan teknologi
informasi dalam rangka
peningkatan pelayanan publik dan penyelenggaraan
pemerintahan;
Administrasi
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
Program Peningkatan
Pemanfaatan Data dan
Inovasi Pelayanan
Komunikasi dan Informatika
Program Pengembangan E-Government
K U A K A B U P A T E N G R E S I K T A H U N 2 0 1 9
IV - 14
PRIORITAS PEMBANGUNAN URUSAN PROGRAM
Penelitian dan
Pengembangan
Program Pengembangan
Data dan Informasi
Perencanaan Pembangunan
Kemandirian Desa. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Pedesaan
Program Pengembangan
Ekonomi Desa
4.2.4. Surplus Defist
Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran
pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah.
a) Dalam hal APBD diperkirakan surplus dapat digunakan
untuk pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial,
penyertaan modal (investasi) daerah dan/atau
pembentukan dana cadangan,
b) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, Pemerintah Daerah
menetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup
defisit tersebut, yang bersumber dari sisa lebih
perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, pinjaman
daerah dan penerimaan pembiayaan lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4.3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Daerah terdiri dari
Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.
4.3.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan dianggarkan berdasarkan
prakiraan sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran
sebelumnya.
4.3.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan pada Tahun Anggaran 2019 tidak
dialokasikan anggaran (nihil).
Recommended