212688308 Fraktur Tertutup Dan Fraktur Terbuka Serta Penatalaksanaanya

Preview:

DESCRIPTION

bedah

Citation preview

FRAKTUR TERTUTUP DAN PENATALAKSANAANYA

Nafiesa F. Siregar

Pembimbing : dr. Abidin, Sp.OTRS TK. II Moh Ridwan Meuraksa - 2016

Definisi FrakturMenurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Etiologi Fraktur dapat disebabkan oleh : Cedera / injury Stres yang berulang Lemahnya tulang yang abnormal

Tipe FrakturTipe fraktur terbagi menjadi 2 : Complete frakture Incomplete fraktur

Complete Fraktur

Tulang terbagi menjadi dua atau lebih fragmen. Complete fraktur terdiri dari :

Transversa Segmental Spiral

Incomplete Fraktur

Terputusnya tulang tidak lengkap dan sebagian masih tetap dalam kontinuitas. Contohnya adalah greenstick fracture

Klasifikasi FrakturBerdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar Fraktur dapat dibagi menjadi :

Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

Fraktur TertutupKlasifikasikan fraktur menurut Tscherne

(1984) Grade 0 : fraktur ringan tanpa kerusakan

jaringan lunak Grade 1 : fraktur dengan abrasi superfisial

atau memar pada kulit dan jaringan subkutan

Grade 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio di jaringan lunak bagian dalam dan terdapat pembengkakan

Grade 3 : fraktur tertutup terberat dengan ancaman terdapat sindrom kompartemen.

Fraktur terbuka Klasifikasi (Gustilo, Merkow, Templeman, 1990): Tipe I : luka kecil, luka tusuk bersih pada

tempat tulang menonjol keluar. Terdapat sedikit kerusakan pada jaringan lunak, tanpa penghancuran dan fraktur tidak kominutif.

Tipe II : luka lebih dari 1 cm, tetapi tidak ada penutup kulit. Tidak banyak terdapat kerusakan jaringan lunak, dan tidak lebih kehancuran atau kominusi faraktur tingkat sedang.

Tipe III : Terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan lunak dan struktur neurovascular, disertai kontaminasi luka.

Tipe IIIA : tulang yang fraktur tertutup jaringan lunak

Tipe IIIB : terdapat pelepasan periosteum, selain fraktur kominutif berat

Tipe IIIC : Terdapat cedera arteri yang perlu diperbaiki, tidak pedul berapa banyak kerusakan jaringan lunak lain

Gejala KlinisMenurut Blach (1989) manifestasi klinik fraktur :

1. Nyeri continue2. Gangguan fungsi setelah fraktur3. Deformitas4. Pemendekan tulang5. Krepitasi 6. Bengkak

Diagnosa Look

Bengkak Memar Deformitas Adanya kerusakan kulit (fraktur

terbuka) Perhatikan bagian distal dari cedera

apakah ada perubahan warna pada kulit (sebagai tanda adanya kerusakan saraf dan pembuluh darah)

Feel

Adanya nyeri saat di raba atau ditekan Saat dipalpasi bagian yang cedera akan

melemah Bagian yang cedera teraba lebih hangat

atau dingin dari sekitarnya Perhatikan bagian distal yang cedera

apakah masih dapat dipalpasi dan bagaimana suhunya

Move

Krepitasi Pergerakan abnormal pad bagian yang

cedera Perhatikan bagian distal yang cedera

apakah masih bisa digerakan secara aktif atau terbatas

Pemeriksaan Penunjang Lakukan pemeriksaan foto X-ray dengan metode “rule of two” :

1. Two views2. Two joints3. Two limbs4. Two injuries5. Two occasions

Penatalaksanaan Fraktur tertutupSecara umum, komponen tatalaksana untuk fraktur tertutup meliputi :

Reduce / reduksi Hold / mempertahankan Exercise / latihan

REDUCE

Reduksi terdiri dari 2 metode : Closed reduction Open reduction

Closed Reduction

Tiga tahap manuver yaitu : bagian distal ditarik ke garis tulang, sementara fragmen terlepas,

fragmen tersebut direposisi (dengan membalikkan arah kekuatan asal kalau ini dapat diperkirakan)

penjajaran disesuaikan di setiap bidang.

Open ReductionReduksi terbuka pada fraktur dilakukan atas indikasi :

Bila reduksi tertutup gagal, baik karena kesukaran mengendalikan fragmen atau karena terdapat jaringan lunak di antara fragmen-fragmen itu

Bila terdapat fragmen artikular yang cukup besar yang perlu ditempatkan secara tepat.

Bila terdapat fraktur traksi yang fragmennya terpisah

Hold Reduction

Metode untuk mempertahankan reduksi :

1) Continuous traction2) Cast splintage3) Fungsional bracing4) Fiksasi Internal5) Fiksasi Eksternal

Continuous tractionTraction by grafity

Skin traction Traksi Bucks (digunakan pada fraktur

femur, pelvis, dan lutut) Traksi Bryants (untuk dislokasi sendi

panggul pada anak) Traksi Russells (untuk fraktur femur)

Fixed traction

Balanced traction

Komplikasi traksi :

Dapat menghambat sirkulasi darah terutama pada anak

Pada orang dewasa dapat menyebabkan cedera saraf peroneus communis yang menyebabkan drop-foot.

Sindroma kompartmen yang terjadi akibat traksi berlebihan melalui pen kalkaneus.

Cast splintage

Penggunaan gips (plaster of paris) sebagai bebat imobilisasi yang cukup mudah dan murah untuk dilakukan, dimana pasien juga dapat pulang lebih cepat.

Teknik Pemasangan gips

Komplikasi pemakaian gips Cetakan gips yang kuat

Nyeri dan ekstremitas biasanya membengkak. Tungkai harus ditinggikan untuk mengurangi keluhan. Jika nyeri masih ada, maka gips harus dilepas

Luka akibat tekananNyeri lokal di atas tempat tekanan.

Abrasi kulitTerjadi bila pelepasan gips tidak dilakukan dengan benar

Fungsional bracing

Syarat penggunaan alat ini: Fraktur dapat dipertahankan dengan

baik Sendi dapat digerakkan Fraktur menyatu dengan kecepatan

normal Memastikan metode yang dipakai itu

aman

Tehnik pemasangannya :menstabilkan frakturnya terlebih dahulu

(dalam gips atau traksi), lalu dipasang alat ini yang dapat menahan fraktur tapi memungkinkan gerakan sendi, dan selalu dianjurkan melakukan aktivitas fisik fungsional termasuk penahanan beban

Fiksasi internal indikasi : Fraktur yang terjadi tidak dapat

direduksi kecuali dengan operasi Fraktur yang tidak stabil secara bawaan

dan cenderung akan bergeser setelah direduksi.

Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan, terutama fraktur leher femur

Fraktur patologis dimana penyakit yang mendasarinya mencegah penyembuhan

Fraktur multipel Fraktur pada pasien yang sulit

perawatannya (pasien lanjut usia, pasien paraplegia)

Komplikasi fiksasi internal

Infeksi Non-Union Implant-failure Refracture

External fiksasion

Indikasi : Fraktur disertai kerusakan pembuluh

darah atau saraf Fraktur disertai kerusakan jaringan

lunak yang hebat Fraktur dengan keadaan sangat

kominutif dan sangat tidak stabil Fraktur disertai dengan keadaan infeksi

Menstabilisasi patah tulang sementara sampai keadaan umum dan soft tissue

pasien membaik

Rekonstruksi tungkai menggunakan gangguan osteogenesis

Komplikasi eksternal fiksasi :

Kerusakan struktur soft tissue

Overdistraction fragmen sehingga tidak menyatu

Infeksi di tempat pen

EXERCISE

Tindakan rehabilitatif guna memperbaiki pergerakan sendi dan kekuatan otot agar bisa kembali menjalankan fungsi seperti sedia kala

Metode Mencegah atau mengurangi edema

yang terjadi akibat fraktur. Tungkai yang cedera perlu ditinggikan

untuk pengaturan peredaran darah. Latihan rehabilitatif ,mencegah

terjadinya adhesi jaringan lunak, dan mempercepat penyembuhan fraktur.

Aktivitas fungsional, dimana pasien diajarkan kembali bagaimana melakukan kegiatan sehari-hari

Penatalaksanaan fraktur TerbukaEmpat prinsip penanganan fraktur terbuka, yaitu :

Antibiotik prophylaxis Debridement fraktur dan luka yang

gawat Stabilisasi fraktur Menutup luka sedini mungkin

Antibiotik yang digunakan

Debridement Debridement bertujuan untuk membuat luka bebas dari material asing dan jaringan mati dengan pasokan darah yang baik

Stabilisasi FrakturMenstabilkan fraktur untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan membantu pemulihan soft tissue

Tutup perdarahan sedini mungkin

Penutup antibiotik dilanjutkan namun hanya untuk maksimal 72 jam dalam lebih parah nilai dari cedera

KOMPLIKASI FRAKTUREarly komplikasi

Terjadi beberapa hari atau beberapa minggu pasca trauma.

Visceral injury Vasculary injury

Nerve injury

Closed nerve injury Open nerve injury Acute nerve compression

Compartment syndrome Tanda klasik pada kompartment syndrome adalah 5P : Pain Parasthesia Pallor Paralysis Pulseness

Late complication Delayed union Non-union Malunion Avasculer necrosis Muscle contracture Joint stiffness Osteoarthritis