View
16
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
1
PENDAHULUAN
umber Kasih, muncul sebagai Jemaat GPIB ke 151,
dilembagakan oleh Majelis Sinode GPIB dalam ibadah Jemaat
pada tanggal 20 Mei 1982 pada Hari Raya Kenaikan. Kini Jemaat
ini memasuki usia ke 25 tahun. Untuk itulah perlu ditulis
sejarahnya. Generasi sekarang perlu mempunyai gambaran tentang
Jemaat ini supaya mereka memiliki bekal untuk melayani
menggapai masa depan.
Menulis sejarah tidaklah mudah. Kita cenderung jatuh ke dalam
perasaan bernostalgia, atau membanggakan diri dan emosional.
Sebab suka-duka membangun pelayanan membuat kita terharu.
Tawa dan airmata menatalayani mendorong kita berbangga hati.
Keadaan seperti ini mungkin saja kita temukan dalam lembar-
lembar tulisan ini. Memang, pengorbanan dan sukses itu berjalan
bersama-sama. Banyak orang yang telah berkorban untuk
pelayanan di Jemaat ini, tetapi mereka tidak menikmati hasil
pengorbanan tersebut. Mungkin kitalah yang menikmati hasil
pengorbanan mereka. Lalu bertekad untuk melanjutkan pelayanan
ini. Tetapi bila kita belum merasa puas dengan hasil pengorbanan
mereka yang telah melayani di waktu yang lalu itu, kita jugalah
yang harus bekerja keras saat ini untuk membangun iman mereka
yang akan datang, teristimewa untuk kemuliaan TUHAN.
S
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
2
Permasalahan muncul. Sejarah siapakah yang ditulis dalam buku
ini? Apakah sejarah orang-orang yang telah melayani? Ataukah
sejarah kita sebagai satu persekutuan? Kalau kita jujur, bukan
sejarah orang-orang atau persekutuan kita. Tetapi sejarah adalah
Sejarah TUHAN! Mengapa demikian? Karena TUHANlah yang
berkarya, sehingga sejarah adalah Sejarah Keselamatan. TUHAN
adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Alfa dan Omega. Sejarah
Keselamatan itu dimulai dari penciptaan dan berproses mencapai
parousia yaitu penggenapan Kerajaan ALLAH, di dalamnya
YESUS KRISTUS memerintah sebagai Raja. Untuk mewujudkan
tanda-tanda Kerajaan ALLAH itu ALLAH memanggil umatNYA.
Zaman Perjanjian Lama umatNYA Israel dituntun dan diutus untuk
menjadi berkat bagi dunia dengan mewujudkan tanda-tanda
Kerajaan ALLAH. Namun karena tidak mampu menjalankan
peranannya sesuai kehendak ALLAH, maka ALLAH memanggil
umatNYA dalam Perjanjian Baru melalui YESUS KRISTUS yaitu
ALLAH Yang menjadi Manusia. IA memanggil para murid dan
sesudah kebangkitan dan kenaikanNYA ke sorga, ROH KUDUS
dicurahkan dan para murid itu diutus sebagai Rasul-rasul. Mereka
memberitakan kabar kesukaan, Injil, sehingga lahirlah Gereja.
Th. Van den End 1 menggambarkan Gereja itu dapat dibandingkan
dengan pohon. Sama seperti pohon yang tumbuh dari satu tunas
kecil, lama kelamaan menjadi batang yang besar, demikian juga
halnya Gereja. Banyak dahan, cabang dan ranting yang keluar dari
batang itu yang berbeda-beda besar dan bentuknya. Begitu pula
halnya Gereja-gereja yang lahir dari Jemaat pertama di Yerusalem
yang bertumbuh dan berkembang sampai ke ujung bumi.
Mereka mempunyai bentuk yang berlain-lainan misalnya dalam
hal Tata Gereja, Tata Kebaktian dan ajaran. Tetapi semua Gereja
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
3
itu hidup dan berakar pada tanah yang sama. GPIB (Gereja
Protestan di Indonesia bagian Barat) merupakan perwujudan dari
Gereja Perjanjian Baru tersebut. Gereja ini lahir dan merupakan
Gereja mandiri dari GPI (Gereja Protestan di Indonesia - de
Protestantsche Kerk in Indonesié) pada tanggal 31 Oktober 1948 di
Jakarta. GPIB, semula memiliki 53 jemaat dan 7 (tujuh) klasis
pada saat berdiri sendiri tahun 1948 (dari GPI), kemudian
bertumbuh menjadi 276 Jemaat pada saat ini. Di Jakarta, GPIB
semula memiliki 7 Jemaat pada tahun 1965, kini menjadi
44 Jemaat dengan 5 (lima) Musyawarah Pelayanan (Mupel).
Salah satunya adalah Jemaat Effatha di Jakarta Selatan di mana
pada tahun 1961 wilayah Jemaat GPIB Sumber Kasih sekarang
menjadi salah satu daerah pelayanannya.
Jadi, menulis sejarah Sumber Kasih, berarti kita membuat
kesaksian tentang satu perjalanan di mana TUHAN YESUS
KRISTUS berkarya dan menyatakan keselamatanNYA di tengah
masyarakat melalui GerejaNYA yang mewujudkan diri di berbagai
tempat dari masa ke masa.
Pertanyaan bagi kita: “Apakah Sejarah itu ?”
Sejarah tidak hanya berarti kejadian-kejadian di masa lampau.
Atau uraian-uraian terhadap fakta-fakta kejadian tersebut dan
merupakan kisah tentang perkembangan dan perubahan-perubahan
yang terjadi. Tetapi sejarah (dalam hal ini Sejarah Gereja) juga
merupakan pergumulan antara Injil dengan bentuk-bentuk yang
kita pakai untuk mengungkapan Injil tersebut 2. Dalam hubungan
dengan Jemaat GPIB Sumber Kasih, hal itu berkaitan dengan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
4
pergumulan warga Jemaat ini dalam membawa Injil YESUS
KRISTUS sepanjang keberadaanNYA. Bukan hanya sejak
dilembagakannya tetapi juga pergumulan warga Jemaat jauh
sebelum pelembagaan. Pergumulan-pergumulan tersebut
diungkapkan melalui sejarah ini untuk memberi arti bagi pelayanan
dan kehidupan sekarang.
Dengan kata lain sejarah merupakan upaya mempertanggung-
jawabkan perbuatan-perbuatan masa lampau untuk masa kini dan
masa depan 3. Dengan demikian generasi sekarang dapat
menjelaskan posisinya terhadap generasi yang lalu, sambil juga
mengerti dirinya sendiri untuk menjalani masa depan. Katakanlah
sebagai contoh. Bila kita merayakan 25 tahun perjalanan Jemaat
GPIB Sumber Kasih, maka kita tidak hanya bersyukur atas apa
yang telah terjadi. Lebih jauh kita melihat bagaimana pelayanan-
pelayanan yang telah dilakukan dapat dipertanggung-jawabkan
kepada TUHAN dan hal-hal itu membuat kita sekarang memahami
kehidupan kita bersama TUHAN. Dengan begitu kita termotivasi
untuk membangun pelayanan sebagai utusan TUHAN ke masa
depan. Bahkan dengan penulisan sejarah kita belajar untuk
melakukan aktifitas pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan
kepada TUHAN dan generasi mendatang.
Selanjutnya perlu juga kita persoalkan: “Dari mana sejarah itu
dimulai?” Bila kita sepakat bahwa sejarah adalah sejarah
keselamatan di mana ALLAH berkarya, maka pertanyaan di atas
dapat dijawab. Sejarah dimulai dari TUHAN. Hal itu juga
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
5
berlaku bagi Jemaat GPIB Sumber Kasih. Kapan TUHAN
berkarya dalam Jemaat ini? Apakah pada saat pelembagaannya?
Ataukah sebelumnya juga? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat
dijawab. Bahwa TUHAN telah berkarya waktu Injil diberitakan
dan pada saat manusia menerimanya. Dengan kata lain, pada
waktu Firman diberitakan dalam ibadah yang pertama dan saat
sakramen dilayankan.
Dalam hubungan dengan Jemaat GPIB Sumber Kasih, TUHAN
berkarya pada saat keselamatan diterima melalui Baptisan pertama,
atau Perjamuan Kudus pertama. Karena itu perlu ditelusuri
pelaksanaan Baptisan pertama atau Perjamuan Kudus pertama
pada saat pelaksanaan Ibadah Minggu yang masih berpindah-
pindah dari rumah ke rumah di Bagian Jemaat IX Jemaat Effatha.
Kalaupun tidak dapat ditelusuri maka saat Ibadah Minggu atau
ibadah keluarga-keluarga sebagai persekutuan orang-orang percaya
yang pertama di wilayah itu dapat dijadikan sebagai patokan untuk
menentukan dimulainya pelayanan Jemaat. Bila semuanya itu tidak
diperoleh datanya maka pada saat pembentukan Majelis Jemaat
dan sidang pertama dari para pelayan/ Majelis Jemaat atau sebagai
alternatif terakhir ialah pelembagaan sebagai Jemaat yang diutus
untuk melayani menjadi patokan.
Jemaat GPIB Sumber Kasih telah bertumbuh dan berkembang
dalam konteksnya. Jemaat ini ada sebagai wilayah pelayanan
Jemaat Effatha di kecamatan Cilandak, Walikota Jakarta Selatan.
Wilayah ini dikenal sebagai Bagian IX Jemaat Effatha. Jemaat ini
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
6
juga berada dalam masyarakat yang berkembang dengan dinamika
kependudukan yang sangat cepat sebagai wilayah hunian baru
di Jakarta Selatan. Selanjutnya Jemaat ini juga bergumul
dengan aliran-aliran kerohanian dan gerakan keesaan yang
memperkaya wawasan dan penampilannya. Konteks ini membuat
Jemaat GPIB Sumber Kasih bertumbuh sebagai persekutuan yang
dengan setia menggumuli pelayanannya dari masa ke masa.
Sejarah perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih dibagi atas 3 (tiga)
periode, walaupun cara ini tidak selalu tepat karena lebih
memperhatikan segi kelembagaan dari pada ajaran dan
pembinaan iman warga atau tema-tema pergumulan Jemaat.
Periode pertama kita sebut sebagai masa persiapan, tahun
1960–1982. Lalu yang kedua disebut masa pembangunan,
tahun 1982–1992, dan yang ketiga disebut masa kemandirian,
tahun 1992 – kini.
Kita bersukacita karena diperkenankan TUHAN untuk membuat
evaluasi terhadap 25 tahun perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih.
Untuk itulah sejarah Jemaat ini ditulis dalam sebuah buku untuk
membangun komitmen kita melayani terus. Sebagaimana TUHAN
berkarya melalui pelayan-pelayan dan warga Jemaat ini di masa
lalu, begitulah IA menyertai kita menyongsong 25 tahun kedua
Jemaat GPIB Sumber Kasih kelak.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
7
BAB I
JEMAAT GPIB SUMBER KASIH DAN KONTEKSNYA
Pasal 1: Bagian Jemaat IX GPIB Effatha Jakarta Selatan.
emaat GPIB Sumber Kasih, keberadaannya berawal dari
pelayanan Jemaat GPIB Effatha 4. Sejak tahun 1960, pelayanan
Effatha sebagai ranting dari pelayanan Gereja Paulus dan
Jemaat GPIB Jakarta, telah mengembangkan Ibadah-ibadah
Minggu di kompleks-kompleks pemukiman baru. Wilayah
Cilandak dijangkau dengan Ibadah-ibadah Minggu yang
dilaksanakan di rumah-rumah warga secara bergantian, dimulai
dari keluarga Sumual-Palar, Jalan Cilandak V. Kapan kegiatan ini
dimulai, tidak ada catatan tertulis. Ibadah-ibadah seperti ini secara
spontan dilaksanakan tanpa memperhitungkan bahwa akan
mempunyai nilai sejarah.
Pelayanan-pelayanan Ibadah Minggu dan ibadah-ibadah keluarga
di pemukiman-pemukiman baru umumnya dilaksanakan atas
inisiatif warga Jemaat. Kegiatan-kegiatan ini kemudian didukung
oleh Majelis Jemaat dengan penjadwalan tenaga-tenaga pelayan
(umumnya dari pendeta-pendeta yang bertugas di TNI dan POLRI)
serta penyediaan fasilitas-fasilitas peribadahan seperti Tata Ibadah.
Selanjutnya kegiatan ibadah-ibadah Minggu dan keluarga diikuti
dengan pelayanan Sekolah Minggu dan katekisasi.
J
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
8
Sesudah Jemaat GPIB Effatha dilembagakan oleh Majelis Sinode
GPIB tanggal 1 April 1965 (bersama 6 Jemaat baru di Jakarta:
Immanuel, Sion, Pniel, Paulus, Ebenhaezer dan Betlehem),
maka diadakan perencanaan untuk pembentukan sektor-sektor
pelayanan yang disebut dengan istilah “Ranting”. Kemudian
istilah “Ranting” berubah menjadi “Jemaat Bagian”.
Penataan Jemaat-jemaat Bagian ini dimulai tahun 1971 dan terus
diintensifkan persiapannya menuju pendewasaan. Jemaat-jemaat
Bagian yang diproyeksikan untuk pendewasaan sejak tahun 1975
disebut sebagai Bagian Jemaat, antara lain yaitu Bagian Jemaat
IX, wilayah Cipete – Cilandak. Untuk itu Majelis Jemaat GPIB
Effatha mengadakan studi tentang pengembangan wilayah yang
dipelopori oleh Gerakan Pemuda. Proses pendewasaan Bagian-
bagian Jemaat ini dilakukan pada saat Jemaat GPIB Effatha
merayakan ulang tahunnya yang ke-25, 10 Juni 1975.
Proses pengembangan pelayanan ini tidak hanya didorong
oleh kebutuhan warga untuk beribadah di daerah-daerah
pemukiman baru. Tetapi juga dipengaruhi oleh Persidangan
Sinode Istimewa GPIB pada tahun 1972 di tengah Jemaat GPIB
Effatha. Persidangan sinodal tersebut mempunyai arti penting bagi
warga Jemaat: Selain membahas dan menetapkan Tata Gereja
GPIB (1972), Sidang Sinodal tersebut juga mendorong Majelis
Jemaat GPIB Effatha untuk membuat terobosan-terobosan baru
dengan memberdayakan warga Jemaat untuk meningkatkan
pelayanan. Disusunlah Pokok-pokok Rencana Pembangunan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
9
4 (empat) tahun 1975 – 1979 untuk mempersiapkan pendewasaan
bagian-bagian Jemaat yang akan dilembagakan, termasuk Bagian
Jemaat IX – wilayah Cipete dan Cilandak. Secara keseluruhan
Jemaat GPIB Effatha memiliki 13 (tiga belas) Bagian Jemaat yang
dipersiapkan pendewasaannya.
Konsep Jemaat Missioner yang telah menjadi bahan-bahan
pembinaan GPIB saat itu juga mempengaruhi pemekaran
pelayanan Jemaat GPIB Effatha. Hal ini terbukti dengan
percepatan penataan wilayah-wilayah pelayanan Jemaat GPIB
Effatha menjadi Bagian-bagian Jemaat yang berlomba-lomba
menampil-kan diri untuk mendapat status sebagai Jemaat baru.
Dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama yaitu antara 5-7 tahun
sejak tahun 1972, muncullah Jemaat-jemaat baru di Jakarta Selatan
yang ditetapkan oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha dalam status
pendewasaan dan diusulkan kepada Majelis Sinode untuk
dilembagakan. Majelis Jemaat GPIB Effatha pada tahun 1979
menetapkan 13 Bagian Jemaat yang telah dipersiapkan untuk
mendapat status sebagai Jemaat baru dalam lingkungan GPIB.
Wilayah pelayanan yang menjadi Bagian Jemaat IX pada tahun
1976 ditetapkan dengan batas-batas: Jln. H. Nawi dan Jln. Nangka/
Abdul Majid dengan poros Jln. Raya RS Fatmawati menuju
ke Selatan, yaitu daerah Cipete, Cilandak, Terogong, ke Pondok
Labu dan Lebak Bulus. Arah ke Timur dari daerah Cipete dan
Cilandak ke Jeruk Purut, Ampera, Kompleks Marinir bertemu
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
10
dengan Pondok Labu dan Kompleks TNI Angkatan Laut
Pangkalan Jati.
Wilayah ini berkembang dengan pesat. Tidak lebih dari 2 (dua)
tahun (1978). Bagian Jemaat IX dibagi dua. Untuk wilayah
pelayanan di Cipete, Cilandak Barat, Pondok Labu, Pangkalan Jati
dan Lebak Bulus menjadi Bagian Jemaat IX. Sedangkan
wilayah Cilandak Timur Kompleks Marinir ke arah Selatan
menjadi Bagian Jemaat VII Jemaat GPIB Effatha.
Secara keseluruhan, 10 Bagian Jemaat dari Jemaat GPIB Effatha
yang dilembagakan oleh Majelis Sinode sebagai Jemaat baru. Tiga
Jemaat yang lainnya diintegrasikan lagi ke dalam sektor pelayanan
Jemaat GPIB Effatha, Kharisma dan Filadelfia. 10 (sepuluh)
Jemaat baru yang dilembagakan oleh Majelis Sinode antara tahun
1979 sampai 1992 adalah sebagai berikut:
Jemaat GPIB Dilembagakan pada tanggal:
1. Anugerah 9 September 1979
2. Sumber Kasih 20 Mei 1982
3. Kharisma 22 Agustus 1982
4. Sejahtera 17 November 1985
5. Karunia 2 Maret 1986
6. Markus 14 September 1986
7. Gibeon 22 Maret 1987
8. Kasih Setia 23 Juni 1991
9. Filadelfia 26 Januari 1992
10. Setiabudi 5 Juli 1992
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
11
Pasal 2: Masyarakat yang bertumbuh dan berkembang.
erkembangan Jemaat GPIB Sumber Kasih terkait erat dengan
pengembangan Kebayoran Baru di Jakarta Selatan. Sekitar
tahun 1948 pemerintah membangun kompleks-kompleks
perumahan di Kebayoran Baru (sebelumnya dikenal dengan
Kotabaru Kebayoran) yang meliputi kurang lebih 19 Blok
yaitu Blok A sampai dengan Blok S. Kawasan ini makin
menjadi penting ketika pemerintah membangun kompleks Olah
Raga Senayan tahun 1960. Sebagai tindak lanjut perubahan status
pemerintah DKI dari Walikota menjadi propinsi pada tahun 1962,
maka pada tahun 1966 terbentuklah 5 (lima) Walikota, yaitu
Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan
Jakarta Barat. Wilayah Jakarta Selatan tahun 2005 terdiri dari
10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan 575 RW dan 6124 RT.
Luas wilayahnya adalah 145,75 km2 dengan jumlah penduduk
1.708.167 jiwa5. Data-data dari Walikota Jakarta Selatan
6
menjelaskan bahwa pekerjaan utama penduduk adalah
perdagangan dan jasa serta industri.
Bila dihubungkan dengan warga Jemaat GPIB Sumber Kasih sejak
tahun 1967, maka sebagian besar warga Jemaat adalah pegawai
Negeri, TNI/POLRI dan jasa lainnya. Umumnya golongan
menengah ke bawah.
Jumlah penduduk Jakarta Selatan saat ini dilayani dengan
fasilitas keagamaan, yaitu: 523 Mesjid, 1.434 Mushola, 70 Gereja
P
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
12
Kristen Protestan, 8 Gereja Kristen Katolik, 5 Vihara, 6 Pura,
1.753 Majelis Taklim, 14 Pondok Pesantren dan 438 Madrasah.
Struktur sosialnya memiliki kemajemukan dalam budaya, agama,
adat istiadat dan profesi. Budaya tradisional dengan corak Betawi
asli masih ditemukan dalam berbagai kantong wilayah ini.
Di bidang pendidikan, prosentasi warga yang berpendidikan tinggi
makin meningkat. Jumlah yang tidak berpendidikan SD makin
ditekan dari 35,81% menjadi 13,03%.
Mengacu pada peta wilayah administrasi Kotamadya Jakarta
Selatan, pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih sekarang berada di
Kecamatan Cilandak yang meliputi 5 Kelurahan yaitu kelurahan-
kelurahan: Gandaria Selatan, Cipete Selatan, Cilandak, Pondok
Labu dan Lebak Bulus. Luas Kecamatan Cilandak adalah 1.820.28
ha atau 18,20 km2 dengan jumlah penduduk 153.109 jiwa meliputi
37.090 kepala keluarga dan berada dalam wilayah pengembangan
Selatan Utara dan Selatan Selatan yang merupakan konservasi
daerah resapan air. Pembangunan wilayah-wilayah ini memerlukan
pengendalian yang sangat ketat. Penduduk Kecamatan Cilandak
terdiri dari: 135.205 penganut agama Islam, 9.819 Kristen
Protestan, 6.261 Kristen Katolik, 1.212 Hindu dan 612 Budha.
Pelayanan terhadap penganut-penganut agama-agama tersebut
dilaksanakan melalui: 49 Masjid, 115 Musholah, 132 Majelis
Taklim, 6 Gereja Protestan, 4 Gereja Katolik dan 1 Pesantren 7.
Kini wilayah pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih tidak hanya
terbatas pada Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan tetapi telah
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
13
juga memasuki wilayah-wilayah pemerintahan Kotamadya Depok,
Jawa Barat, antara lain pemukiman-pemukiman baru di Cinere dan
sekitarnya. Pada tahun 1950-an wilayah Cipete dan Cilandak
masih merupakan daerah yang terisolir di Selatan Kebayoran Baru.
Wilayah ini mulai terbuka ketika Ibu Fatmawati Soekarno
pada tanggal 2 Oktober 1954 meletakkan Batu Pertama Rumah
Sakit TBC Anak-anak di lokasi yang sekarang ini berdiri Rumah
Sakit Fatmawati 8. Rumah Sakit ini semula menjadi Sanatorium
untuk anak-anak penderita TBC. Kemudian pada tahun 1960
melayani kasus-kasus bedah Orthopedi untuk melanjutkan
pelayanan Kapal Rumah Sakit “HOPE” yang berkeliling melayani
berbagai wilayah Indonesia pada masa itu. Pada tanggal 15 April
1961 Rumah Sakit ini menjadi Rumah Sakit Umum Pemerintah
dengan nama Rumah Sakit Umum Ibu Soekarno. Selanjutnya
nama Rumah Sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum
Fatmawati, yang diresmikan oleh Gubernur DKI Ali Sadikin
bersamaan dengan peresmian Ruang Bersalin pada tanggal 23 Mei
1967. Sekaligus pada saat itu Gubernur meresmikan jalan yang
membentang dari Blok A (terusan Panglima Polim Raya) sampai
ke Rumah Sakit Fatmawati menjadi Jalan Rumah Sakit Fatmawati.
Mengapa peran Rumah Sakit Fatmawati penting dalam sejarah
Jemaat GPIB Sumber Kasih? Selain menjadi pusat pelayanan
kesehatan dan membuka isolasi masyarakat di Jakarta Selatan,
Rumah Sakit ini telah memberikan sumbangan berarti bagi
pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Tenaga-tenaga medis
Rumah Sakit ini sering bersama Jemaat GPIB Sumber Kasih
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
14
melaksanakan pelayanan sosial bagi masyarakat. Selain itu salah
satu bantuannya yang sangat bersejarah ialah pelaksanaan
Ibadah Pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih pada hari
Kamis 20 Mei 1982 dilaksanakan di Aula Rumah Sakit Fatmawati.
Saat itu Direktur Rumah Sakit Fatmawati adalah Dr. H.E.Tardan.
Di samping keberadaan Rumah Sakit Fatmawati di Jakarta Selatan,
kompleks-kompleks perumahan pemerintah juga dibangun (antara
lain Pendidikan dan Kebudayaan) dan TNI, khususnya Angkatan
Laut di Pondok Labu / Pangkalan Jati, yang telah membuat
wilayah Cipete dan Cilandak berkembang pesat sejak awal tahun
1960-an. Di Kompleks TNI-AL di Pangkalan Jati terorganisir
Persekutuan Umat Kristen yang melakukan pelayanan rawatan
rohani bagi anggota-anggota TNI-AL.
Persekutuan Oikumene ini juga telah merintis pembangunan
Gereja pada tahun 1975 dan diresmikan sebagai Gedung Gereja
Bahtera Allah, Jalan Baros 1. Gedung Gereja ini kemudian
dipergunakan juga oleh Jemaat GPIB Sumber Kasih sebagai
tempat ibadah Minggu sejak persiapan pelembagaan tahun 1980.
Sementara itu sejak tahun 1970-an berdiri kompleks-kompleks
perumahan baru di daerah Lebak Bulus, Cinere, Pondok Labu dan
sekitarnya dan Pondok Indah. Kompleks-kompleks ini telah
menjadikan wawasan selatan Kecamatan Cilandak sebagai “satelit”
baru dan mencerminkan kehidupan kota yang modern dan berbaur
dengan penduduk asli setempat yang tradisional.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
15
Pasal 3: Aliran-aliran kerohanian dan gerakan Keesaan
emaat GPIB Sumber Kasih bertumbuh dalam alam kerohanian
baru di mana penghayatan iman tidak lagi dipengaruhi secara
ketat oleh warisan-warisan dari GPI. Alam kerohanian baru yang
dimaksud adalah penghayatan iman Kristiani yang dibangun
oleh gerakan Kharismatik sejak tahun 1960-an. Gerakan ini
melaksanakan kegiatannya mulai dari jaringan-jaringan doa
kelompok, kebangunan rohani sampai kepada pembentukan
yayasan-yayasan Pekabaran Injil. Aktifitasnya tidak hanya terbatas
pada doa-doa harian dan mingguan tetapi juga ibadah-ibadah
Minggu terlepas dari Gereja-gereja yang ada. Kerohanian baru ini
tidak hanya mengulangi metode dan bentuk-bentuk pelayanan atau
ibadah aliran pentakostal yang lebih dinamis dan menggairahkan.
Gerakan baru ini juga mendidik kader-kadernya tidak hanya
melalui Sekolah-sekolah Alkitab Malam atau kursus-kursus
Alkitab, tetapi juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan praktis
kepemimpinan, mulai dari fungsi dan peran dalam ibadah-ibadah,
doa dan penggembalaan sampai kepada mengorganisir kegiatan-
kegiatan dalam skala besar. Kegiatannya telah menggugah warga
Jemaat untuk paling kurang mempertanyakan konsep-konsep
ajaran yang telah diajarkan Gerejanya sendiri. Akibatnya antara
lain tradisi-tradisi Gerejanya sendiri mulai dipersoalkan. Misalnya
dalam bidang peribadahan, warga Jemaat mulai merasa tidak puas
dengan ibadah-ibadah Gerejanya yang monolog, statis dan kaku.
Ibadah-ibadah kharismatik yang lebih bebas dengan lagu-lagu
J
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
16
dan nyanyian-nyanyian yang penuh sukacita, dianggap lebih
menarik. Begitu juga khotbah-khotbah yang lebih bersemangat
dengan isinya yang sederhana dan menggugah perasaan dan
komitmen lebih diminati. Suasana baru ini di satu pihak membawa
gejolak, tetapi di lain pihak telah membawa dampak positif.
Dikatakan positif karena Gereja-gereja lama (termasuk GPIB)
harus meninjau kembali ajaran dan tradisi-tradisi yang dipegang
sebelumnya. Tradisi sebagai Gereja yang mengandalkan peranan
pendeta sebagai pusat kegiatan dan organisasi Gereja yang
berpegang teguh aturan-aturan dan sistem, mulai bergeser pada
pemberdayaan warga Gereja untuk berperan dalam pelayanan.
Begitu pula tata ibadah Gereja mulai mengalami pengkajian ulang.
Selanjutnya untuk mempertahankan identitas diri sebagai Gereja
mulai diadakan studi dan perumusan ajaran dan teologi Gereja
sebagai pegangan warga tetapi sekaligus berfungsi apologetis
(= pembelaan ajaran). Selain Kharismatik, warga GPIB juga sangat
dipengaruhi oleh Gerakan Keesaan yang dipelopori oleh DGI,
khususnya di bidang Pekabaran Injil dan hubungan Gereja dan
Masyarakat. Sebagai contoh dampak positif dari gerakan keesaan
dapat kita lihat dari keterbukaan GPIB tidak hanya dalam hal
menerima anggota-anggota baru tetapi juga ikut serta mempelopori
kegiatan keesaan warga-warga Gereja khusus di kawasan-kawasan
pemukiman baru.
Tahun 1960-an GPIB memperkenalkan konsep Jemaat Missioner,
yaitu pemberdayaan Jemaat untuk hidup bagi lingkungannya.
Disusunlah perencanaan yang diikuti dengan mobilisasi warga
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
17
untuk melayani melalui Bidang-bidang Pelayanan Khusus/
Kategorial (KA/KR, GP, PW dan PKB). Langkah yang lain adalah
GPIB membarui Tata Gereja pada tahun 1972 dan 1982 dan Tata-
tata Ibadah tahun 1978 serta menyusun Pemahaman Iman GPIB
tahun 1982 dan 1986.
Sejak pertengahan tahun 1960-an, warga GPIB yang berada di
wilayah Cipete dan Cilandak telah mengikuti kelompok-kelompok
doa yang dibina oleh YPPII Batu Malang. Pergumulan dengan
Kharismatik secara jelas nampak dalam dinamika pelayanan
Jemaat GPIB Sumber Kasih pada tahun 1988 yang mengakibatkan
munculnya persekutuan baru di daerah pelayanan ini dengan nama:
Pancaran Kasih Allah.
Pengaruh gerakan Keesaan Oikumene sejak tahun 1960-an juga
terasa di daerah-daerah pemukiman baru di Jakarta Selatan dengan
adanya ibadah-ibadah oikumenis. Ibadah-ibadah ini muncul dari
kebutuhan warga untuk berkumpul, berdoa dan mendalami Firman
TUHAN secara bersama. Kebutuhan warga tersebut tidak hanya
disambut oleh Gereja-gereja di wilayah ini tetapi juga oleh tenaga-
tenaga dan pejabat-pejabat dari Dewan Gereja Indonesia (=DGI,
sekarang Persekutuan Gereja Indonesia = PGI) dan Rawatan
Rohani dari TNI dan POLRI.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
18
BAB II :
MASA PERSIAPAN 1960 - 1982
Pasal 1: Latar belakang
asa antara tahun 1960 – 1982 ini disebut Masa Persiapan
karena tiga alasan pokok.
Pertama, keberadaan Gereja (Jemaat GPIB Sumber Kasih) tidak
dapat dilepaskan dari pemahamannya sebagai persekutuan orang
percaya yang dipanggil dan diutus ALLAH.
Perjalanan Gereja, baik sebagai Tubuh KRISTUS maupun
sebagai institusi, mempunyai kaitan erat dengan tindakan
ALLAH untuk menyelamatkan manusia dan dunia. Tindakan
mana diwujudkan dalam perjanjian (covenant) ALLAH yang
memuncak pada hidup, karya dan peranan YESUS KRISTUS
melalui kematian dan kebangkitanNYA. Tindakan ALLAH itu
juga nampak dalam persekutuan orang-orang percaya yang
berhimpun di sekitar Firman dalam rangka menjawab
panggilanNYA itu dengan melayani sehingga terbentuklah Jemaat
GPIB Sumber Kasih. ALLAH telah mempersiapkan orang-orang
percaya yang kemudian dipersekutukan dalam GerejaNYA (Jemaat
GPIB Sumber Kasih) supaya mereka bertemu dengan keselamatan
dalam YESUS KRISTUS, beribadah dan menjawab keselamatan
itu dan mengantar atau memberitakan keselamatan itu kepada
M
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
19
sesama dan masyarakat. Mereka mengimani Karya ROH KUDUS
dan bertindak secara rasional mengatur partisipasi warga Jemaat
serta mengarahkannya untuk tujuan-tujuan yang dapat terjangkau.
Kedua, keberadaan Gereja (Jemaat GPIB Sumber Kasih)
dipengaruhi oleh konteksnya, mulai dari cara menghayati iman
sampai kepada cara dan bentuk kelembagaan dan organisasinya.
Konteks masyarakat turut menciptakan dinamika pelayanan,
justru karena tantangan-tantangan dari masyarakat yang
harus dijawab oleh Gereja. ALLAH tidak hanya memanggil
umatNYA untuk menggereja, tetapi juga mempersiapkan
lahan dan medan juang bagi Gereja untuk menabur benih-
benih Injil. Jakarta Selatan, tepatnya wilayah Kecamatan
Cilandak dengan segala tantangan dan kesempatan merupakan
ladang yang dipersiapkan bagi GerejaNYA. ALLAH mempersiap-
kan ladangNYA ini melalui pembangunan masyarakat
oleh pemerintah, kemajemukan agama, budaya dan berbagai
latar belakang masyarakat serta permasalahan-permasalahan
yang muncul untuk dihadapi oleh Gereja dan orang-orang percaya.
Dinamika kehidupan dalam masyarakat telah menciptakan tata
ruang bagi warga Jemaat sehingga mereka berpikir dan bertindak
sebagai komunitas beriman. Terbangun pula relasi-relasi tanpa
paksaan antar warga Jemaat dan juga dengan masyarakat sekitar.
Hal ini menciptakan komunikasi terbuka yang memungkinkan
warga Jemaat dapat berkembang menurut apa adanya.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
20
Ketiga, keberadaan Gereja (Jemaat GPIB Sumber Kasih) adalah
peristiwa iman.
Karena Gereja ini baik sebagai persekutuan atau individu
bahkan keluarga menjawab panggilan ALLAH dan memperhatikan
konteks masyarakat. Peristiwa iman yang pertama-tama muncul
dalam diri pribadi-pribadi yang mempelopori pelayanan di
kawasan ini. Iman mereka telah menjadi kekuatan yang
menghimpun warga Kristiani untuk berkumpul, beribadah dan
melayani sebagai satu persekutuan. Juga menjadi kekuatan untuk
menggerakkan generasi selanjutnya meneruskan pelayanan. Pada
gilirannya peristiwa iman yang semula bersifat perorangan ini
berkembang menjadi kekuatan bersama khususnya melalui GPIB
Effatha yang kemudian mempersiapkan pelembagaan Jemaat GPIB
Sumber Kasih. Imanlah yang mendorong pemberdayaan
persekutuan sebagai Gereja untuk perencanaan pelayanan yang
terpadu. ALLAH adalah subyek pelayanan. Sebagai subyek,
ALLAH bekerja sedemikian rupa sehingga warga Jemaat dibangun
oleh ROH KUDUS untuk berpartisipasi dalam rencana ALLAH.
Karena itu iman yang digerakkan ROH KUDUS itulah yang
menjadikan warga Jemaat juga menjadi subyek pelayanan.
Mereka tidak hanya menjadi obyek tetapi juga subyek meskipun
tidak harus mengambil alih peran ALLAH sendiri. Walau dalam
proses pelayanan Jemaat sering terjadi ketegangan dalam diri
warga Jemaat dalam menempatkan diri sebagai obyek dan subyek
sekaligus. Namun hal itu justru membuat pelayanan itu menjadi
hidup, bertumbuh dan berkembang, bahkan berbuah.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
21
Pasal 2 : Perintisan (1960–1967)
asa perintisan pelayanan tentu tidak terbatas pada jangka
waktu 7 (tujuh) tahun saja (1960 – 1967). Malah telah
terjadi sebelumnya tatkala wilayah Kebayoran dimekarkan
dengan perumahan-perumahan baru sejak tahun 1948.
Kegiatan pelayanan, khususnya ibadah-ibadah Minggu yang
dimulai sekitar tahun 1960 mungkin banyak dilatar-belakangi
oleh kerinduan (karena iman) untuk berkumpul sebagai orang-
orang Kristen di pemukiman baru seperti yang berlangsung di
daerah Cilandak dan Cipete. Mungkin juga diilhami oleh
pengalaman Jemaat GPIB Effatha yang dimulai pelayanannya
dari 10 (sepuluh) keluarga tanggal 10 Juni 1950.
Data-data yang dikumpulkan oleh PW Naomi Bagian Jemaat IX
GPIB Effatha 9, memberikan gambaran kepada kita bagaimana
pelayanan di wilayah Cipete dan Cilandak dirintis sejak awal.
Pada masa perintisan ini muncul 2 (dua) kelompok kegiatan :
Pertama, Ibadah-ibadah yang dilaksanakan secara oikumenis di
wilayah Cilandak.
Ibadah-ibadah Minggu semula dilaksanakan di rumah keluarga
Sumual-Palar, Jalan Cilandak V. Kemudian berpindah ke
rumah keluarga Quiko, Jalan Cilandak V No.20, lalu
ke Aula Rumah Sakit Fatmawati dan Gereja Bethel Injil Sepenuh
(GBIS) di Jalan Raya Rumah Sakit Fatmawati. (Sejak tahun
1970 Jemaat GBIS tersebut beralih menjadi Jemaat Gereja Betel
M
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
22
Indonesia = GBI). Tidak ada data yang jelas mengenai kapan
penggunaan tempat-tempat tersebut. Apakah berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain ataukah ibadah dilaksanakan secara
bergiliran setiap Minggu. Namun yang penting bahwa ibadah-
ibadah dilaksanakan secara oikumenis dan menghimpun warga
Gereja untuk mengungkapkan imannya di tengah lingkungan yang
baru merupakan usaha yang bersejarah bagi Gereja-gereja,
khususnya Jemaat GPIB Sumber Kasih. Persekutuan Oikumene
umat Kristen ini dipelopori oleh pribadi-pribadi dari 3 (tiga) Gereja
anggota Dewan Gereja Indonesia (DGI), yaitu : Willy Kuhu
(anggota GPIB), Susilaradeya (anggota GKI) dan Pendeta Th.
Ibrahim (anggota GBIS).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak terbatas pada Ibadah
Minggu (dengan tempat-tempat ibadah yang disebutkan
sebelumnya), tetapi juga dilaksanakan ibadah-ibadah Keluarga.
Ibadah-ibadah ini dilayani oleh para pelayan dari DGI, antara lain
pendeta S. Marantika (Sekretaris Umum DGI – sekarang PGI) dan
Nn. A.L. Frans, SH (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
DGI); dan dari GPIB Effatha, seperti pendeta J. H. Kaligis, pendeta
W. J. Rumambi (menjabat menteri zaman Presiden Sukarno),
penatua S. A. Polii dan F. Berhitu; dan dari GBIS, pendeta
Th. Ibrahim. Tidak tercatat jumlah warga Gereja yang dilayani saat
itu, tetapi diperkirakan jumlahnya cukup banyak sehingga DGI
sebagai lembaga oikumenis secara nasional turut memperhatikan
perawatan terhadap warga Gereja yang berhimpun dalam
persekutuan oikumene tersebut.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
23
Kedua, Ibadah-ibadah yang dilaksanakan secara khusus oleh
warga GPIB (sebelumnya berasal dari berbagai Jemaat GPIB) di
wilayah Cipete.
Semula pelayanan ini juga bersifat oikumenis yang mencakup
warga-warga GPIB, HKBP dan GKJ. Perintis-perintisnya antara
lain Wim Rompis (GPIB), Harahap (HKBP) dan Kusuma (GKJ).
Ibadah-ibadah Minggu dilaksanakan di keluarga Wim Rompis,
Jalan Cipete IV No.6. Kemudian hari pelayanan tersebut
beralih ke GPIB. Kapan hal itu terjadi, tidak ada data yang
mengungkapkannya. Kemungkinan besar karena Gereja Kristen
Jawa sudah melayani warganya yang menjadi awal berdirinya GKJ
Nehemia di Pondok Indah. Begitu juga HKBP telah melayani
warganya yang dilanjutkan dengan berdirinya HKBP Jalan Asam
di Cipete.
Selanjutnya warga GPIB beribadah pada hari Minggu berpindah-
pindah. Mulai dari rumah keluarga Wim Rompis, Jalan Cipete IV
No.6 dan keluarga Quiko di Jalan Cilandak V/20, kemudian
keluarga Sri Rahardi, Jalan Cilandak III Blok F No.8 dan keluarga
Wayong, Jalan Palm No.1.
Perkembangan pelayanan di dua wilayah tersebut menarik
perhatian, karena cukup pesat berkembang. Sehingga Majelis
Jemaat GPIB Effatha melibatkan Willy Kuhu dan Wim Rompis
dalam rapat-rapat dan pelayanan Jemaat GPIB Effatha.
Willy Kuhu diberikan tanggung jawab untuk mengkoordinir
wilayah pelayanan Cilandak, sedangkan Wim Rompis untuk
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
24
wilayah pelayanan Cipete. Dengan langkah tersebut Majelis
Jemaat GPIB Effatha mulai mengadakan konsolidasi pelayanan di
wilayah Cipete dan Cilandak dan sekitarnya.
Sementara itu Bidang-bidang Pelayanan Khusus (kemudian tahun
1974 disebut Bidang Pelayanan Kategorial – BPK)
telah melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan masing-masing.
Kebaktian Anak/Kebaktian Remaja melayani anak-anak dalam
ibadah-ibadah Minggu dan Gerakan Pemuda melaksanakan
kegiatan-kegiatannya di bawah BPK KA/KR dan Gerakan Pemuda
Cabang Jemaat GPIB Effatha.
Kegiatan Persatuan Wanita segera mengambil bentuk dibanding
BPK yang lainnya. Tahun 1966 ibu-ibu telah mengadakan
pertemuan dan kegiatan secara oikumenis. Pelopor-pelopor
kegiatan ibu-ibu antara lain ibu Tupamahu, ibu Hanna Kuhu,
ibu Olga Pusung, ibu Juul Quiko, ibu Pauline Soewargo.
Persekutuan ibu-ibu ini mengambil nama “Naomi”, atas usul ibu
Olga Pusung. Arti “Naomi”: ‘Kesayanganku, manisku’ (lihat
Kitab Ruth).
Kegiatan Pemuda-pemuda dimulai tahun 1966 dalam bentuk
Gerakan Pemuda Seiman, dengan jumlah 30 orang dan
dipimpin oleh B. Piris. Kemudian dilebur ke dalam GPIB sebagai
ranting dari GP-GPIB Effatha, dengan nama GP Maranatha,
dipimpin Hans Rotty.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
25
Kegiatan KA/KR dimulai tahun 1967 dengan 4 (empat) pelayan
dan 2 (dua) pos pelayanan, yaitu di rumah keluarga Wim Rompis
(wilayah Cipete) dan di rumah keluarga Mantiri (wilayah
Cilandak), dipimpin oleh Evie Bakarbessy-Mustamu.
Muncul pertanyaan: Apakah yang telah mendorong kegiatan-
kegiatan pelayanan secara oikumenis maupun secara GPIB di
wilayah-wilayah tersebut? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan
melihat perkembangan-perkembangan teologis secara oikumenis
oleh Gereja-gereja dan secara khusus di GPIB sendiri.
Faktor-faktor yang perlu dilihat adalah :
1. Penghayatan iman Kristiani yang diungkapkan dalam bentuk-
bentuk yang kelihatan seperti pertemuan, ibadah, doa dan
pembacaan Alkitab serta percakapan-percakapan, merupakan
hal yang menarik. Namun perlu diteliti lebih mendalam apakah
bentuk-bentuk penghayatan iman seperti ini merupakan
kelanjutan dari cara-cara zendeling sebelumnya? Ataukah
merupakan cara yang khas Indonesia 10
, yang didorong oleh
rasa kekeluargaan yang kemudian diisi dengan kegiatan-
kegiatan pelayanan Gereja.
2. Pengaruh dari Gerakan Oikumene dengan berdirinya Dewan
Gereja-gereja di Indonesia pada tahun 1950 cukup menonjol.
Sejak tahun 1950-an sampai 1970-an upaya memasyarakatkan
keesaan Gereja-gereja di Indonesia dilakukan secara intensif
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
26
oleh Gereja-gereja. Warga Gereja, terutama di kota-kota seperti
Jakarta telah memahami pentingnya keesaan, walaupun
bentuknya masih dipersoalkan oleh para pemimpin Gereja11
.
Berbagai bentuk keesaan dalam kegiatan bersama, khusus
di wilayah-wilayah pemukiman baru dipelopori oleh warga-
warga Gereja.
3. Pengaruh konsep Jemaat Misioner, yang diterjemahkan dalam
berbagai aktifitas GPIB sejak 1960 juga memberikan warna
tersendiri bagi pelayanan.
Konsep ini yang dipelopori oleh Pdt. D. R. Maitimoe (Ketua
Umum Majelis Sinode GPIB 1964 - 1974) dimaksudkan
untuk memobilisir warga GPIB untuk menjawab berbagai
kebutuhan masyarakat di sekitarnya sambil memberitakan Injil
KRISTUS 12
.
Mobilisasi warga GPIB dilakukan melalui Bidang-bidang
Pelayanan Khusus (Kategorial) yang berhubungan langsung
dengan warga Jemaat dan karena itu berfungsi menggerakkan
untuk melakukan pelayanan secara intern maupun ekstern 13
.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
27
Pasal 3 : Konsolidasi (1967 –1982)
onsolidasi pelayanan dan organisasi di wilayah Cipete dan
Cilandak mulai dilaksanakan sejak pertemuan Majelis Jemaat
GPIB Effatha dengan warga GPIB di kedua wilayah tersebut pada
bulan Februari 1967. Pertemuan tersebut berhasil membuat
keputusan 14
sebagai berikut :
Pertama: Umat Kristen GPIB di wilayah Cipete dan Cilandak
dimasukkan ke dalam wilayah pelayanan GPIB Effatha.
Kedua: Umat Kristen GPIB di wilayah Cipete dan Cilandak akan
diikut-sertakan dalam pemilihan anggota Majelis Jemaat GPIB
Effatha periode 1967 – 1971.
Ketiga: Kepada kedua Koordinator: Wim Rompis dan Willy
Kuhu ditugaskan untuk melaksanakan pendaftaran anggota sidi
umat Kristen GPIB dan menyelenggarakan pemilihan anggota
Majelis Jemaat di wilayah Cipete dan Cilandak.
Berdasarkan keputusan bersama tersebut, konsolidasi dilaksanakan
dalam bidang-bidang :
1. Pelayanan
Berdasarkan hasil sensus tahun 1967, jumlah warga GPIB yang
dilayani di wilayah Cipete dan Cilandak adalah 50 keluarga.
Pelayanan terhadap warga dilaksanakan oleh Majelis Jemaat
K
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
28
GPIB Effatha Ranting IX. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
adalah ibadah Minggu, ibadah Keluarga (hari Kamis),
kunjungan keluarga, kunjungan ke Rumah Sakit Fatmawati,
Diakonia, juga melalui latihan-latihan Paduan Suara Hosana.
Karena makin bertambahnya warga maka perayaan-perayaan
Natal dilaksanakan di berbagai gedung Pertemuan / Aula,
misalnya Perayaan Natal tahun 1972 di Wisma Tan Miat, tahun
1973 di gedung Institut Ilmu Kesehatan, tahun 1974 di Aula
Rumah Sakit Fatmawati dan 1977 di Aula PDK.
Pertambahan jumlah warga terus meningkat. Pada tahun 1970,
jumlah warga Jemaat telah bertambah menjadi 100 keluarga,
tahun 1975 menjadi 200 keluarga dan tahun 1979 menjadi 300
keluarga. Pada saat pelembagaan tahun 1982 bertambah lagi
menjadi 408 keluarga terdiri dari 788 warga sidi dan 1924 jiwa.
Pelayanan Majelis Jemaat ditopang dan dilengkapi oleh
pelayanan Bidang-bidang Pelayanan Khusus. Pada tahun
1967 Persatuan Wanita, Gerakan Pemuda dan Kebaktian Anak
/Kebaktian Remaja telah melakukan kegiatan pelayanan,
masing-masing sebagai ranting dari BPK Jemaat GPIB Effatha:
Persatuan Wanita, melaksanakan pertemuan-pertemuan rutin,
giat dalam ibadah Keluarga, pelayanan diakonia-sosial,
kunjungan Keluarga, kunjungan Rumah Sakit, Panti-
panti dan Penjara. Selain itu Persatuan Wanita juga
membantu Majelis Jemaat dalam usaha-usaha dana dan Panitia
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
29
Pembangunan serta dalam melaksanakan perayaan-perayaan
Hari-hari Raya Kristiani.
Untuk memperlengkapi para anggotanya, maka diadakan
pembinaan-pembinaan dalam kerjasama dengan Persatuan
Wanita GPIB Effatha.
Gerakan Pemuda, bertumbuh pertama-tama melalui Vocal
Group / Paduan Suara.
Dari pelayanan ini kemudian dikembangkan bentuk-bentuk
pelayanan yang baru seperti: Ibadah Keluarga dua kali sebulan
(bersifat oikumenis), kegiatan pembinaan kepemimpinan,
kegiatan olahraga, kegiatan sosial ke masyarakat, perayaan-
perayaan Hari-hari Raya Kristiani, usaha-usaha dana dan acara-
acara retreat.
Kebaktian Anak / Kebaktian Remaja, melakukan kegiatan
belajar mengajar anak-anak warga Jemaat.
Semula kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan di dua
tempat yaitu di keluarga Wim Rompis (Cipete) dan keluarga
Mantiri (Cilandak), kemudian pada tahun 1970 di tambah lagi
satu tempat ibadah yaitu di Aula Rumah Sakit Fatmawati.
Selain itu mereka juga melakukan kunjungan-kunjungan
keluarga (anak-anak), orang sakit, latihan-latihan dan
pelayanan melalui Paduan Suara / Vocal Group serta terlibat
dalam kegiatan Perayaan Hari-hari Raya Kristiani.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
30
2. Majelis Jemaat
Konsolidasi kepemimpinan dimulai sesudah pertemuan Warga
Sidi, bulan Februari 1967, yaitu penetapan wilayah pelayanan
Cipete dan Cilandak sebagai Ranting IX dari Jemaat GPIB
Effatha. Selanjutnya dipilih penatua dan diaken dari Ranting
IX tersebut, sebagai berikut :
Pertama: Masa bakti 1967–1971 (melayani sekitar 50
keluarga), terdiri dari 7 (tujuh) penatua dan 4 (empat) diaken,
yaitu :
Penatua: Diaken:
1. Ny. E.Ticoalu-Kaunang (koord.) 1. Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary
2. Wim Rompis 2. Ny. A.P.G.Quiko-Supit
3. Ny.Tupamahu 3. Nn. A.L.Fanggidaej
4. P. Hasibuan 4. A. Manoppo
5. J.W.Adnan
6. A.L.Wenno
7. Masengi
Kedua: Masa bakti 1971 – 1975 (melayani sekitar 200
keluarga, istilah Ranting berubah menjadi Bagian Jemaat),
terdiri dari 6 (enam) penatua dan 8 (delapan) diaken,
yaitu :
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
31
Penatua: Diaken:
1. Ny. E.Ticoalu-Kaunang 1. Nn. A.L.Fanggidaej (koord.)
2. A.L.Wenno 2. Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary
3. J.W.Adnan 3. Ny. A.P.G.Quiko-Supit
4. E.M. Tambunan 4. Ny. P.O. Pusung
5. Hasibuan 5. L.L. Kusoy
6. C.J. Seba 6. A. Manoppo
- 7. J.K. Rondonuwu
- 8. Ny. W.H.I.Toumahu-
Manubulu
Ketiga: Masa bakti 1975 – 1979 (melayani sekitar 300
keluarga) terdiri dari 9 (sembilan) penatua dan 9 (sembilan)
diaken, yaitu :
Penatua: Diaken:
1. Nn. A.L.Fanggidaej (koord) 1. Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary
2. Ny. P.O. Pusung 2. Ny. A.P.G.Quiko-Supit
3. E.M. Tambunan 3. Ny.W.H.I.Toumahu-
Manubulu
4. C.J. Seba 4. Ny. I.S. Helling-Jonathans
5. S.B. Ferdinandus 5. J.K. Rondonuwu
6. J.W.Adnan 6. Sumardjo
7. H.R. Momor 7. A.T. Dotulong
8. L.L. Kusoy 8. Rudy Supardjo
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
32
9. Ny. M.Sumanti-South 9. A.L. Waworuntu
3. Bidang Pelayanan Khusus/Kategorial (BPK)
3.1. Persatuan Wanita Ranting/Bagian Jemaat IX
Pertama :
Masa Bakti 1967 – 1971
Penasehat : Ny. Sumual-Palar
Ny. M.W. Adnan-Fanggidaej
K e t u a : Ny. P.O. Pusung
Wakil Ketua : Ny. E. Masengi
Penulis I : Nn. A.I. Fangidaej
Penulis II : Ny. Radjahaba
Bendahara I : Ny. Pangemanan
Bendahara II : Ny. B.Zaini Musa
Sie Sosial Diakonia : Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary
Sie Usaha : Ny. J. Rompas
Sie Perayaan : Ny. S.I. Adnan-Sardjono
Kedua :
Masa Bakti 1971 – 1975
Ketua I : Ny. F. Tambuwun-Mandey
Ketua II : Ny. D. Moeljono-Watulangkow
Penulis I : Ny. H.J. Awuy-Matulandi
Penulis II : Ny. W.H.I. Toumahuw-Manubulu
Bendahara : Ny. E.S.F. Siahaya-Tupan
Pembantu-pembantu : Ny. J.I. Rompis-Lengkong
Ny. D.J. Latuharhary
Nn. A.I. Fanggidaej
Ny. P.O. Pusung
Ny. M.E. Masengi-Namboh
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
33
Ny. S.I. Adnan-Sardjono
Ny. Hiskia
Ketiga :
Masa Bakti 1975 – 1979
Penanggungjawab : Ny. T.R.M. Sampouw-Paat
Wakil : Ny. M. Tambuwun-Rompas
Pembantu-pembantu : Ny. M.G.R. Joseph-Tetelepta
Ny. A. Megawe-Makahekung
Ny. E.S.F. Siahaya-Tupan
Ny. Edhykusumo
Ny. Y.J.Ch. Momor-Manoppo
3.2. Gerakan Pemuda Bagian Jemaat IX
Masa Bakti 1975 – 1979
Penanggungjawab I : Eddy Pradono
Penanggungjawab II : Rudy Pelupessy
Sie Administrasi : S. Teddy P.N.
Sie Keuangan : Gina Ferdinandus
3.3. Kebaktian Anak/Kebaktian Remaja Bagian Jemaat IX
Masa Bakti 1975 – 1979
Koordinator : Ny. Evie Bakarbessy-Mustamu.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
34
Pasal 4 : Pengadaan Tempat Ibadah
ejak awal, warga GPIB di wilayah Cipete dan Cilandak telah
menggumuli kebutuhan adanya tempat ibadah Hari Minggu.
Pada tahun 1960 dan selanjutnya sampai pendewasaan, Ibadah
Minggu dilaksanakan dari rumah ke rumah beberapa warga
Jemaat. Dalam periode 1975 – 1979 pelaksanaan Ibadah-ibadah
Minggu diatur sebagai berikut :
Hari Minggu 1 dan 5 di rumah keluarga Quiko, Jl. CilandakV/20
Hari Minggu 2 di rumah keluarga Wim Rompis, Jl. Cipete IV/6
Hari Minggu 3 di rumah keluarga Sri Rahadi, Jl.Taman Cilandak
III/F.8
Hari Minggu 4 di rumah keluarga Wayong-Rumambi, Jl. Palm 1.
Kemudian, Majelis Jemaat Bagian Jemaat IX GPIB Effatha
ditugaskan juga untuk melayani Ibadah Minggu di kompleks
Marinir (sebagai Sektor V dari Bagian Jemaat IX), yang akan
dikembangkan menjadi Jemaat yang didewasakan oleh Majelis
Jemaat GPIB Effatha.
Mengingat kebutuhan akan adanya tempat ibadah yang tetap,
maka dibentuk Panitia yang menghubungi berbagai pihak untuk
S
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
35
mendapatkan lokasi dan izin pembangunan, di wilayah Cipete
atau Cilandak. Panitia Pembangunan yang pertama telah dibentuk
pada masa bakti kemajelisan 1967 – 1971, yang diketuai oleh
Penatua J.W. Adnan. Panitia ini telah berhasil mengumpulkan
sejumlah dana, namun karena Majelis Jemaat GPIB Effatha tengah
membangun Gedung Pertemuan yang juga diperuntukkan bagi
pelaksanaan Sidang Sinode Istimewa GPIB, bulan Oktober 1972,
maka dana yang telah terkumpul dialihkan ke pembangunan
gedung pertemuan tersebut. Hal ini merupakan salah satu bukti
bahwa persekutuan Jemaat terbina dalam kedewasaan dan Bagian-
bagian Jemaat tidak hanya bertanggung-jawab untuk dirinya
sendiri tetapi juga keseluruhan pelayanan Jemaat sebagai Tubuh
KRISTUS.
Pada masa bakti kemajelisan 1971 – 1975, dibentuk Panitia
Pembangunan yang kedua yang terdiri dari :
K e t u a : Mulyono
Wkl. Ketua/Bidang Operasi : S.B. Ferdinandus
Wkl. Ketua/Bidang Administrasi : J.J. Tahapary
(merangkap Keuangan)
S e k r e t a r i s : E.M. Suwargo
H u m a s : Wiwoho Alexander
Panitia Pembangunan ini bekerja sampai tahun 1978 dengan
mengusahakan dana dan menghimpun sumbangan tiap bulan dari
warga Jemaat. Selain itu berusaha mengumpulkan informasi
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
36
mengenai lokasi yang dapat dijadikan tempat pembangunan
gedung Gereja, sekaligus juga proses perizinannya. Perhatian
utama diarahkan untuk mendapat lokasi di wilayah Cipete dan
Cilandak.
Selanjutnya pada bulan Agustus 1978, Majelis Jemaat GPIB
Effatha mengangkat Panitia Pembangunan baru yang
tugasnya melanjutkan tugas Panitia yang sebelumnya, yaitu
terdiri dari :
Pelindung : Prof. Dr. G.A. Siwabessy
Pdt. M.D. Suitela, MRE
Penasehat : Majelis Jemaat GPIB Effatha Bagian IX.
Pendeta J.E. Mirah
Ir. A.R.Dendeng (Wakil Anggota Jemaat
IX)
Pengurus Harian :
K e t u a : Ny. R.L.W.Sapulete-Pattipeilohy
Wkl. Ketua : Ny. A.L.Waworuntu-van Kampen
Sekretaris I : Ny. M. A. Rampen-Umboh
Sekretaris II : Ny. D. Persulessy
Sekretaris III : Ny. M.S. Basoeki
Bendahara I : Ny. A.B. Ferdinandus-Nayoan
Bendahara II : Ny. O. Waworuntu-Pantow
Panitia Pembangunan yang baru ini melanjutkan usaha-usaha
dana, juga mengurus pengadaan lokasi serta perizinannya. Setelah
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
37
Pelembagaan 1982, Panitia ini disempurnakan dan diperlengkapi
untuk melanjutkan tugas-tugasnya sampai tahun 1988. Karena
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan sulit mencari lokasi di
wilayah Cipete dan Cilandak, maka panitia ini mulai mengarahkan
perhatian ke daerah-daerah Real Estate di Lebak Buluk dan
sekitarnya.
Pasal 5 : Pendeta-pendeta Pembina Pelayanan secara tetap
elama masa persiapan, selain pendeta-pendeta Jemaat GPIB
Effatha yang membina Bagian Jemaat IX seperti Pendeta
J.H.Kaligis, Pendeta M.P. Gabriel dan Pendeta M.D. Suitela,
juga para Pendeta Pelayanan Umum yang berdomisili di wilayah
pelayanan ini berperan sebagai tenaga-tenaga Pembina/
Pembimbing.
Pendeta yang menjadi tenaga Pembina tetap pada masa persiapan
pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih adalah: Pendeta
J.E. Mirah yang berasal dari GMIM (Gereja Masehi Injili
Minahasa) dan melayani sebagai Rohaniawan di TNI Angkatan
Laut. Ia diangkat oleh Majelis Jemaat GPIB Effatha sebagai
pendeta Pembina untuk mendampingi Majelis Jemaat Bagian IX
yang mempersiapkan pendewasaannya. Kemudian setelah
pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih tahun 1982, Majelis
Jemaat GPIB Effatha memberikan tugas baru bagi Pendeta J.E.
Mirah sebagai pendeta Pembina mendampingi Majelis Jemaat
Bagian VII (Marinir) Jemaat GPIB Effatha, mempersiapkan
pelembagaannya yaitu menjadi Jemaat GPIB Markus tahun 1986.
S
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
38
Untuk membantu pelaksanaan pelayanan Jemaat, sejak tahun 1981
Majelis Jemaat GPIB Effatha juga menugaskan Pendeta
Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu, yang berasal dari GPM (Gereja
Protestan Maluku); saat itu ia sedang melayani sebagai pendeta
dalam lingkungan Gereja-gereja anggota GPI (Gereja Protestan di
Indonesia: GMIM, GPM, GMIT dan GPIB). Pada saat Pdt. J.E.
Mirah ditugaskan melayani Bagian Jemaat VII, Marinir (kemudian
berubah menjadi Bagian Jemaat Jemaat IX menjelang
pelembagaannya), Pdt. Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu secara penuh
waktu melayani Jemaat GPIB Sumber Kasih.
Pendeta-pendeta Pelayanan Umum yang juga melayani dan
membantu secara rutin dalam masa persiapan pelembagaan Jemaat
GPIB Sumber Kasih ini, adalah :
Pdt. Ny. M. Dharma-Angkuw (Pelum GPIB di RS PGI Tjikini)
Pdt. I. H. Laiskodat (Pelum dari GMIT di TNI Angkatan Darat)
Pdt. D. E. Liman (Pelum dari GMIT di TNI Angkatan Darat)
Pdt. D. Kawet (Pelum dari GPIB di TNI Angkatan Darat)
Pdt. Harmin (Pelum dari GKSS di PGI)
Pdt. A.M.L. Bakhu (Pelum dari GMIT di TNI Angkatan Darat)
Pdt. N.W. Aipassa (Pelum dari GPM)
Pendeta-pendeta Pelayanan Umum tersebut, melaksanakan tugas-
tugasnya dengan pengaturan dan penjadwalan oleh Majelis Jemaat
GPIB Effatha. Penugasannya meliputi juga Bagian-bagian Jemaat
lainnya yang sedang dipersiapkan untuk dilembagakan oleh
Majelis Sinode. Hal ini dilakukan tidak hanya karena kebutuhan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
39
pelayanan Jemaat setempat tetapi juga dalam rangka mewujudkan
keesaan di lingkungan Gereja-gereja anggota GPI dan PGI.
Jemaat GPIB Effatha secara keseluruhan telah melibatkan pendeta-
pendeta Pelayanan Umum dalam mengembangkan pelayanan
Jemaatnya.
Pasal 6 : Rangkuman
asa Persiapan ini ditandai dengan tanda-tanda penyertaan,
karya dan anugerah ALLAH yang disambut oleh warga
Jemaat dengan iman serta komitmen untuk melayani.
Inisiatif mereka ini disambut pula oleh Majelis Jemaat GPIB
Effatha, yang telah menyusun rencana induk 4 tahun (1975 – 1979)
untuk pengembangan wilayah pelayanan Bagian Jemaatnya.
Warga Jemaat setempat bersama para pelayan dan pembina
bergumul sungguh-sungguh untuk mengembangkan keberadaan-
nya sebagai Gereja.
Sekalipun tatkala pelembagaan belum mempunyai tempat ibadah
yang tetap dan belum memiliki pendeta Jemaat, bahkan beribadah
dalam “pengembaraan” tetapi Jemaat ini telah bertumbuh karena
iman, pengharapan dan kasih KRISTUS.
M
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
40
BAB III
MASA PEMBANGUNAN 1982 - 1992
Pasal 1 : Latar belakang
stilah pembangunan diterjemahkan dari kata Yunani: Oikodome
atau oikodomein dan dihubungkan dengan: mendirikan Gereja
atau Jemaat15
. Karena itu yang dimaksud dengan Pembangunan di
sini adalah Pembangunan Jemaat.
Masa Pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih tahun 1982 – 1992
disebut Masa Pembangunan Jemaat dengan alasan sebagai berikut :
1. Kegiatan antar warga Jemaat adalah satu ungkapan iman.
Dalam Kisah Para Rasul dikatakan bahwa Jemaat dibangun
dan hidup dengan takut akan TUHAN. Jumlah mereka
bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus
(Kis.PR 9:31) – [Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea
dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup
dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan
dan penghiburan Roh Kudus.]. Dalam rangka pembangunan Jemaat,
Paulus menetapkan para Tua-tua di Efesus dan menyerahkan
mereka kepada Kasih Karunia TUHAN yang berkuasa
untuk membangun Jemaat serta menganugerahkan bagian
yang ditentukan bagi semua orang yang dikuduskanNYA
(Kis.PR 20:32) – [Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada TUHAN
I
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
41
dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan
menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang
yang telah dikuduskan-Nya.]. Dalam surat kepada Jemaat di
Tesalonika, Paulus menegaskan bahwa pembangunan Jemaat
adalah kegiatan antar warga, satu dengan yang lain, untuk
saling meneguhkan, membangun, menegur (I Tes.5:11-14) -
[5:11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling
membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. 5:12 Kami minta
kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang
bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan
yang menegor kamu; 5:13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung
mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam
damai seorang dengan yang lain. 5:14 Kami juga menasihati kamu, saudara-
saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka
yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.]
Dengan jelas Firman TUHAN menegaskan bahwa kegiatan
antar warga Jemaat sebagai pembangunan merupakan karunia
Roh . Kegiatan itu antara lain memiliki kemampuan
menerjemahkan Firman dengan secara komunikatif tetapi juga
bernubuat dalam arti mengajar dan menyampaikan Firman
ALLAH (I Kor. 14:4). - [Siapa yang berkata-kata dengan bahasa
roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun
Jemaat.] Dengan demikian tidak boleh ada yang mengatakan
bahwa kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam Jemaat, walau itu
sangat sederhana, bukanlah kegiatan ROH KUDUS.
Bahkan kasih satu terhadap yang lain yang dilakukan
warga Jemaat adalah juga dalam rangka membangun Jemaat
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
42
(I Kor. 8 : 1) - ["kita semua mempunyai pengetahuan." Pengetahuan yang
demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun].
Membangun Jemaat bukan untuk kepentingan perorangan,
tetapi kepentingan Jemaat dan Gereja seluruhnya. Warga
Jemaat aktif satu dengan yang lain untuk pembangunan Rumah
Rohani yang adalah karya ROH KUDUS (I Petrus 2:5) - [Dan
biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan
suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.]
Warga Jemaat GPIB Sumber Kasih berada dalam proses ini
melanjutkan pelayanan sebelumnya (1960 – 1982) sebagai
peristiwa iman. Warga Jemaat yang menjadi subyek
pembangunan karena ALLAH bekerja. Mereka aktif.
Kadang-kadang kurang sabar terhadap pelayan yang kurang
menghayati pelayanan. Tetapi kadang-kadang begitu aktif
lalu berbenturan satu dengan yang lain akibat pemahaman
ajaran yang berseberangan. Itu semua adalah dinamika dalam
pembangunan Jemaat sebagai ungkapan iman.
2. Kegiatan warga Jemaat sebagai ungkapan iman membutuhkan
identitas.
Perjalanan pengembaraan sepanjang tahun 1962 – 1982
dengan jelas mengungkapkan kerinduan tersebut. Banyak
cara untuk menampilkan identitas Jemaat. Bentuknya
bermacam-macam, misalnya: Persekutuan yang penuh kasih,
penginjilan yang meluas atau organisasi yang matang dan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
43
sebagainya. Identitas itu sangat tergantung juga dari tantangan
dan kebutuhan yang dihadapi. Umat Israel tatkala telah
menetap di Tanah Perjanjian, sesudah meliwati kepemimpinan
para Hakim, mereka segera ingin memiliki raja atau kerajaan
(I Samuel 8:6) – [Waktu mereka berkata: "Berikanlah kepada kami
seorang raja untuk memerintah kami," perkataan itu mengesalkan Samuel,
maka berdoalah Samuel kepada TUHAN]. Walau keinginan itu
merupakan penolakan atas kedaulatan ALLAH sebagai
Raja, tetapi akhirnya ALLAH mengabulkan juga permintaan
mereka. Sebab umat membutuhkan identitas. Begitu pula
tatkala Daud ingin mendirikan Bait bagi ALLAH di
Yerusalem sebagai wujud identitas umat milik ALLAH
(II Samuel 7) - [7:12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah
mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan
membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku
akan mengokohkan kerajaannya. 7:13 Dialah yang akan mendirikan rumah
bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-
lamanya.]. Walau ditolak tetapi akhirnya ALLAH merestui,
namun bukan Daud tetapi Salomo, anaknya yang akan
membangun Bait ALLAH. Sekalipun Bait Allah yang
dibangun manusia itu tidak dapat menangkap kehadiran
ALLAH dan tidak dapat menampung KemuliaanNYA
(bdg. Yesaya 66:1) – [Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-
Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu
dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku?],
tetapi ia merupakan identitas umat untuk bersekutu dan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
44
mengalami kehadiran ALLAH, dan sebagai pusat kegiatan
ibadah dan pembinaan umat.
Dalam hubungan ini, kita memahami pergumulan Jemaat
GPIB Sumber Kasih. Bahwa pada masa pembangunan (1982 –
1992) ini perjuangan identitas Jemaat untuk ingin memiliki
Rumah Ibadah sangat tinggi bahkan mendominasi seluruh
kegiatan Jemaat. Panitia-panitia yang telah dibentuk pada masa
sebelumnya disempurnakan dan melanjutkan usaha-usaha
memperoleh lokasi dan dana sampai akhirnya membangun
gedung Gereja sekarang. Pergumulan dan kesulitan baik
umum maupun khusus tidak pernah mematahkan semangat
juang untuk membangun Rumah Ibadah untuk mewujudkan
identitas umat yang beriman kepada KRISTUS.
3. Pembangunan Jemaat untuk menjawab perubahan-perubahan
masa kini.
Upaya ini sangat nyata pada masa persiapan (1960 – 1982).
Pembangunan Jemaat merupakan upaya yang aktual dalam
situasi yang beraneka ragam. Kita dapat menyebut 2 (dua)
saja diantaranya. Pertama, ada situasi di mana warga Jemaat
berkurang. Kedua, ada pula situasi di mana warga Jemaat
bertambah. Ambil saja contoh kecil yaitu pengunjung ibadah
pada hari Minggu atau ibadah-ibadah keluarga pada hari-hari
tertentu. Ada saat tertentu di mana jumlah warga Jemaat
berkurang dan pada saat lain warga banyak. Partisipasi
warga turun dan naik dalam kegiatan-kegiatan Gereja.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
45
Contoh yang besar misalnya, Jemaat GPIB Sumber Kasih
sebagai Jemaat yang melayani di daerah pemukiman baru
di pinggir kota, semakin banyak warga Jemaatnya. Tetapi
Jemaat-jemaat di tengah kota Jakarta seperti Immanuel,
atau juga Yahya, makin lama makin berkurang. Jemaat-jemaat
di pusat kota banyak yang melayani warga tamu atau
pengunjung saja. Pertanyaannya ialah bagaimana Jemaat
GPIB Sumber Kasih mengantisipasi perubahan-perubahan
seperti ini baik dalam skala kecil maupun yang besar
dengan pembangunan Jemaat yang konseptual? Bagaimana
Jemaat ini tidak hanya melakukan pelayanan untuk
pertambahan warga Jemaat, tetapi juga secara kualitas
mengantisipasi perubahan-perubahan di dalam dirinya dan
di sekitarnya dengan memberdayakan warga Jemaat.
Masa pembangunan (1982 – 1992) agaknya berusaha
menyentuh kebutuhan untuk menjawab perubahan-perubahan
tersebut, walaupun belum membuat terobosan-terobosan baru
yang signifikan. Terbentuknya pos pelayanan baru di Cinere
mungkin dilihat sebagai upaya menyentuh perubahan-
perubahan yang ada walaupun kelihatannya belum secara
konseptual.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
46
Pasal 2 : Pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih
ersiapan pelembagaan Bagian Jemaat IX GPIB Effatha menjadi
Jemaat GPIB Sumber Kasih telah dilakukan secara formal
organisatoris melalui Sidang Pleno ke-3 tahun 1979. Sidang
tersebut menetapkan bahwa terhitung 1 April 1980 Bagian Jemaat
IX tersebut ditempatkan dalam status didewasakan. Majelis Jemaat
GPIB Effatha menindak-lanjuti dengan mengeluarkan Surat
Keputusan No.010/SK/EFF/V/1980 tanggal 12 Mei 1980.
1. Perangkat-perangkat Pelayanan
Dalam rangka mewujudkan umat yang beribadah dengan
salah satu identitas sebagai Gereja menuju pelembagaan
maka pelaksanaan ibadah-ibadah Minggu ditata kembali. Hal
ini sangat penting dan mendesak, mengingat Bagian Jemaat IX
GPIB Effatha tersebut belum mempunyai tempat ibadah yang
tetap. Pengaturan tempat ibadah sejak 1979 sampai 1982
dilaksanakan setiap bulan sebagai berikut :
Minggu 1, 3 dan 5 : di Gereja Oikumene Bahtera Allah,
Pangkalan Jati.
Minggu 2 : di rumah keluarga Wim Rompis,
Jl.Cipete IV No.6.
Minggu 4 : di rumah keluarga Wayong-Rumambi,
Jl.Palm No.1, Cipete.
P
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
47
Pengaturan seperti ini tidak mudah bagi warga Jemaat
yang tersebar di wilayah yang luas. Karena itu Majelis Jemaat
harus bekerja keras dalam hal membina, menuntun dan
memberikan motivasi agar warga Jemaat tetap setia mengikuti
kegiatan pelayanan. Untuk memudahkan pelayanan maka
wilayah pelayanan di bagi atas 5 (lima) sektor.
Sektor 1 : wilayah Cipete sampai ke Pondok Indah
Sektor 2 : wilayah Cilandak sampai ke Pondok Indah
Sektor 3 : wilayah Lebak Bulus, Pangkalan Jati sampai ke
Cinere
Sektor 4 : wilayah RS Fatmawati sampai ke Pondok Labu ke
Selatan
Sektor 5 : wilayah Kompleks Marinir sampai ke Ragunan
Dengan catatan Sektor 5 dipersiapkan tersendiri oleh Majelis
Jemaat GPIB Effatha untuk dilembagakan pada waktunya yang
tepat.
Batas-batas wilayah pelayanan ditetapkan sebagai berikut :
Utara : Jl. Sawo sampai Jln. Kemang Raya
Timur : Jl. Kemang Raya ke selatan sampai Kompleks
Marinir
Selatan : Daerah Pondok Labu, Pangkalan Jati dan Cinere
Barat : Jl. Metro Pondok Indah, memutar ke Jl. H.Nawi.
Jumlah warga Jemaat yang dilayani adalah 408 keluarga terdiri
dari 788 warga sidi dan 1.924 jiwa.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
48
Dalam melaksanakan pelayanan untuk masa bakti 1979 – 1983,
penatua dan diaken terpilih adalah sebagai berikut :
Penatua :
1. S.B. Ferdinandus
2. Nn. A.L.Fanggidaej
3. Ny. E.M. Seba-Timbuleng
4. Ny. H.C.Kuhu-Latuharhary
5. Ny. M.Sumanti-South
6. C.J. Seba
7. W. Malingkas
8. H.R. Momor
9. Ny. P.O.Pusung
10. Kusyono
11. A.L. Waworuntu
12. J.K. Rondonuwu
13. Sumardjo
14. A.N. Sorongan
15. Ny.H.A.N.Tentua-Pelupessy
16. Suparyanto
17. P. Rande
18. K.F. Montong
Diaken :
1. Ny. T.R.M. Sampouw-Paat
2. Ny. A.P.G.Quiko-Supit
3. Ny. I.S. Helling-Jonathans
4. A.T. Dotulong
5. J.J. Sapulete
6.V.Ch. Quiko
7.Rudy Supardjo
8. Abraham Wijiyatno
9. L.J. Moleong
10. G.J. Atihuta
11. Ny.A.P.Waworuntu-van
Kampen
12. Unggul Nugroho
13. F. E. Wenas
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
49
Sebelum acara pelembagaan tahun 1982, dilakukan
penambahan anggota Majelis Jemaat dengan 10 orang diaken
baru yaitu :
1. Ny. W.H.I.Toumahu-
Manubulu
2. H. Henjan
3. M. Tumangger
4. H.L. Wayong
5. J.W. Wattimury
6. J.B. Thenu
7. Ny. J.M.G. Brohet-
Undap
8. Soeprijo Kartono
9. Sesman Jalimun
10. Ny. C.E. Mogot-
Lantang
Pada bulan Juli 1980, terbentuklah Pengurus Harian Majelis
Jemaat Bagian Jemaat IX dan BPK-BPK, sekaligus
menjalankan kepemimpinan pada saat pelembagaan Jemaat
GPIB Sumber Kasih, sampai tahun 1984.
(1) Pengurus Harian Majelis Jemaat
Ketua : sementara dirangkap oleh Ketua I
Ketua I : Pen. S.B. Ferdinandus
Ketua II : Pen. H.R. Momor
Sekretaris I : Pen. Nn. A.I. Fanggidaej
Sekretaris II : Pen. A.T. Dotulong
Bendahara I : Pen. A.L. Waworuntu
Bendahara II : Dkn. Ny. T.R.M. Sampouw-Paat
Koord. Sektor 1 : Pen. A.N. Sorongan
Sektor 2 : Dkn. L.J. Moleong
Sektor 3 : Dkn. Ny. A.P.G. Quiko-Supit
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
50
Sektor 4 : Pen. Sumardjo
Sektor 5 : Pen. Koesjono
Untuk menghadiri Persidangan Sinode XIII GPIB di
Pandaan di Jawa Timur tahun 1982, Majelis Jemaat GPIB
Sumber Kasih mengutus: Pen. S.B.Ferdinandus dan Pen.
A.L.Waworuntu.
(2) BPK Persatuan Wanita Naomi
Ketua I : Ny. L. Rahadi
Ketua II : Ny. H. Tentua
Sekretaris I : Ny. H. Lengkong
Sekretaris II : Ny. E. Sahertian
Bendahara : Ny. A. Wayong
Anggota-anggota: Ny. C. Wenas
Ny. D. Tendean
Ny. F. Takaley
Ny. A.Ch. Mirah
Penanggung-jawab :
Sektor 1 : Ny. A.P. Waworuntu;
Sektor 2 : Ny. J. Matius
Sektor 3 : Ny. L. Loppies;
Sektor 4 : Ny. Hiskia
Sektor 5 : Ny. Koesyono
(3) BPK Gerakan Pemuda Maranatha
Ketua : Henny Nelwan
Wakil Ketua : Engkus Komara Djalimun
Sekretaris : Emmiel Seba
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
51
Wk. Sekretaris : Marlijne Siahaya
Bendahara : Nona Noya
Wk. Bendahara : Lilies Rostati Djalimun
Bidang–bidang:
- Kepemudaan : Johny Ayal
- Kerohanian : Abraham Mirah
- Humas : Perry J.M. Wenas
- Pembinaan : J. Apelles Korompis
Penanggung-jawab :
Sektor 1 : Novara Sorongan;
Sektor 2 : Marcky Radjahaba
Sektor 3 : Jeftry Iwan Helling;
Sektor 4 : T. Anthony Wenas
Sektor 5 : Gently Maksum
Pengurus inti GP disempurnakan kembali menjadi :
Ketua I : J. Apelles Korompis
Ketua II : Wisnu Hadiwinoto
Sekretaris I : Wemmy J. Tandayu
Sekretaris II : Marlijne Siahaya
Bendahara : Lisbeth Simanjuntak
(4) BPK Kebaktian Anak/ Kebaktian Remaja
Ketua I : Roos Hasibuan
Ketua II : Tom Burnama
Sekretaris I : Shanti Saprijo
Sekretaris II : Gently S.
Bendahara I : Gina Alexander Wiwoho
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
52
Bendahara II : Singal Lefrana
Koordinator:
Sektor 1 : Benny Rosidi;
Sektor 2 : Ny. I. Helling-Jonathans
Sektor 3 : Carla Quiko
Sektor 4 : Frangky Wenas
(5) BPK Persekutuan Kaum Bapak Hosea
Ketua : Willy Kuhu – Karena bertugas ke luar
daerah, diganti oleh:: G.J. Atihuta
Wakil Ketua : Sudibjo
Sekretaris : M. Tumangger
Bendahara : J. Sahertian
Pembantu Umum: C. Nanlohy
(6) Perangkat-perangkat pelayanan yang lainnya adalah :
- Panitia Pembangunan Gedung Gereja yang telah
terbentuk tahun 1978
- 5 Komisi Pelayanan Jemaat
- 5 Paduan Suara dan 1 Vocal Group
(7) Panitia Pelembagaan.
Untuk mempersiapkan acara Pelembagaan, Majelis
Jemaat GPIB Effatha membentuk Panitia Penyelenggara
Peresmian Pelembagaan Bagian Jemaat IX:
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
53
Pelindung : 1. Prof. Dr. G.A. Siwabessy
2. May.Jen. E.J. Kanter, SH
3. F. Mugama
4. F.J. Tumbelaka
Penasihat : 1. Pdt.M.D.Suitela, MRE, Ketua Majelis
Jemaat GPIB Effatha
2. PHM Bagian Jemaat IX
Pelaksana :
Ketua Umum : Pen. Sumardjo
Ketua I : Dkn. G.J. Atihuta
Ketua II : Dkn. L.J. Moleong
Sekretaris I : R. Iskandar
Sekretaris II : Emil Seba
Bendahara I : Ny. J.Th. Ferdinandus-Soselisa
Bendahara II : Ny. A. Wayong
Sie Adminiatrasi &
Organisasi : Pen. C.J. Seba
Sie Pembangunan
Rumah Gereja : C.J. Ferdinandus
Sie Dokumentasi : Pen. Nn. A.L.Fanggidaej
Sie Usaha Dana : Rudy Rampen
Ny. Z. Tumbelaka
Ny. F.Turalakay
Sie Keamanan : Arie Kaligis
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
54
2. Pelaksanaan Pelembagaan
Majelis Jemaat GPIB Effatha dalam Sidang Pleno ke tiga,
tahun 1979, telah menetapkan untuk mendewasakan Bagian
Jemaat IX. Keputusan ini dituangkan dalam SK Majelis
Jemaat Nomor 010/SK/Eff/V/1980 tanggal 12 Mei 198016
.
Berdasarkan itulah Bagian Jemaat IX dikembangkan ke arah
pelaksanaan pelembagaannya.
Majelis Jemaat Bagian Jemaat IX diberikan wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan
pelayanan di tengah wilayah yang telah ditentukan dengan
membuat laporan berkala kepada Majeis Jemaat GPIB Effatha.
Boleh dikatakan sejak 1980, Bagian Jemaat IX sebagai cikal
bakal Jemaat GPIB Sumber Kasih mengelola sendiri
pelayanannya secara teknis operasional. Pelayanan BPK
dikoordinir dan dibina oleh Majelis Jemaat Bagian Jemaat IX.
Begitu pula keuangan diatur sendiri dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh GPIB.
Sehingga sejak 1980 sebenarnya Bagian Jemaat IX GPIB
Effatha berada dalam masa peralihan untuk berproses menjadi
Jemaat yang berdiri sendiri dalam lingkungan GPIB.
Masa peralihan ini disebut sebagai masa pendewasaan.
Hal tersebut nampak dalam surat Majelis Jemaat GPIB Effatha
No. 049/Eff/003/V/82, tanggal 7 Mei 1982 yang menyebutkan
bahwa Bagian Jemaat IX telah melampaui masa pendewasaan
dalam persekutuan, kesaksian dan pelayanan serta kedewasaan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
55
di bidang organisasi, administrasi dan keuangan selama hampir
dua tahun lamanya.
Karena itu Majelis Jemaat GPIB Effatha dengan sukacita
menyampaikan ketetapan untuk pelembagaan Bagian Jemaat
IX menjadi Jemaat GPIB. Melalui surat tersebut, Majelis
Jemaat juga menyampaikan nama Jemaat yaitu Jemaat GPIB
Sumber Kasih, disertai penjelasan tentang batas-batas wilayah
pelayanan, daftar nama penatua dan diaken, pengurus BPK
serta usulan tentang pendeta Jemaat yang dijabat sementara
oleh Pdt. J. E. Mirah sekaligus menjadi pendeta Pembina.
Bertolak dari surat dan laporan Majelis Jemaat tersebut,
Majelis Sinode mengeluarkan Surat Keputusan Nomor:
1073/82/MS.XII/Kpts. tanggal 19 Mei 1982.
Ibadah peresmian pelembagaan tersebut dilaksanakan pada
Hari Kenaikan TUHAN YESUS KRISTUS, Kamis tanggal 20
Mei 1982, jam 09.00 bertempat di Aula Rumah Sakit
Fatmawati. Hari Raya Kenaikan memberikan makna bagi
Jemaat bahwa KRISTUS adalah Raja dan TUHAN atas segala
tuan dan memerintah dunia ini. Siapa yang percaya
kepadaNYA diberikan mahkota kemuliaan. IA mendatangkan
KerajaanNYA di tengah dunia, dan mengutus Gereja dan
JemaatNYA untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan itu di
tengah masyarakat. Dalam rangka itu Jemaat GPIB Sumber
Kasih diresmikan pelembagaannya. Selain itu pilihan tanggal
20 Mei juga dimaksudkan untuk dikaitkan dengan Hari Raya
Kebangkitan Nasional, yaitu perjuangan kemerdekaan yang
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
56
juga merupakan bagian dan wujud dari keberadaan dan
perjuangan umat Kristen dalam kehidupan bangsa Indonesia
yang sedang membangun.
Ibadah peresmian pelembagaan itu dipimpin oleh Pdt. A.J.
Sahetapy Engel, Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, dengan
mempergunakan Tata Ibadah Pelembagaan Jemaat GPIB.
Penetapan pelembagaan ditandai dengan Pembacaan Surat
Keputusan Majelis Sinode GPIB, dan penetapan 16 penatua
dan 24 diaken (yang sebelumnya telah ditahbiskan sebagai
Anggota Majelis Jemaat GPIB Effatha masa bakti 1979 –
1984) sebagai Anggota Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih.
Pdt. M.D. Suitela17
, Ketua Majelis Jemaat GPIB Effatha
mengajak untuk mengucap syukur kepada ALLAH BAPA
TUHAN YESUS KRISTUS, yang oleh ROH KUDUSNYA
telah mengembangkan Jemaat GPIB Effatha baik melalui
pemadatan penduduk maupun perluasan daerah Jakarta
Selatan. Sehingga mau tidak mau Jemaat GPIB Effatha harus
mengembangkan beberapa Bagian Jemaat demi efisiensi
pelayanan dan kesaksian. Kini tiba saatnya Bagian Jemaat IX
merasakan hidup dan kegiatan berjemaatnya bukan lagi sebagai
Bagian Jemaat Effatha, melainkan sebagai Jemaat yang
dewasa. Apa yang telah dimulai dalam Jemaat GPIB Effatha
adalah kelanjutan dari apa yang telah dimulai lebih dahulu oleh
Jemaat di Jakarta dan malah sebelumnya lagi. Sehubungan
dengan itu, apa yang telah dimulai di Jemaat GPIB Effatha
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
57
juga akan dilanjutkan oleh pelayanan Jemaat GPIB Sumber
Kasih.
Selanjutnya Pdt. Suitela, menyatakan penyesalannya karena
usaha pengadaan lokasi dan pembangunan gedung Gereja
belum terwujud sebelum pelembagaan tersebut. Ada berbagai
hambatan yang dialami oleh panitia yang telah dibentuk oleh
Majelis Jemaat sehingga dengan sangat terpaksa harus
mendahulukan acara pelembagaan ini. Diharapkan usaha
pembangunan dapat dilanjutkan dan segera dimulai.
Pdt. Sahetapy Engel18
, Ketua Umum Majelis Sinode dalam
sambutannya mengangkat pertimbangan pokok pelembagaan
satu Jemaat. Pelembagaan tersebut bermaksud untuk
menentukan wilayah pelayanan sedemikian rupa sehingga
setiap keluarga/anggota Jemaat dapat dijangkau oleh
pelayanan secara teratur dari Majelis Jemaat dan BPK-BPK.
Karena dalam terang Efesus 4:11-12 – [4:11 Dan Ialah yang
memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil
maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, 4:12 untuk memperlengkapi
orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh
Kristus,]; semua anggota harus diperlengkapi bagi pekerjaan
pelayanan dan untuk bersaksi kepada sesama di dalam
masyarakat bahwa begitu besar kasih ALLAH kepadanya,
sehingga Anak TunggalNYA telah dikaruniakan untuk
mati tersalib (Yoh. 3:16).
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
58
Majelis Sinode menyampaikan terima kasih atas persiapan-
persiapan yang telah dilakukan terutama Majelis Jemaat GPIB
Effatha, Bagian Jemaat IX dan BPK-BPK yang telah bekerja
tanpa mengenal lelah. Digarisbawahi, bahwa pelembagaan
ini dilaksanakan di Aula RS Fatmawati, karena Jemaat GPIB
Sumber Kasih belum memiliki gedung Gereja sendiri. Hal ini
mendorong Jemaat untuk berjuang dengan kepercayaan penuh
bahwa di dalam Negara yang berdasar Pancasila dan UUD
1945, pemerintah menjamin sepenuhnya kebebasan beragama,
sehingga usaha Jemaat akan dapat terpenuhi.
3. Nama “Sumber Kasih”
Majelis Sinode GPIB meresmikan nama “Sumber Kasih”
sebagai nama Jemaat GPIB yang ke 151 di lingkungan GPIB.
Nama ini muncul sebagai hasil refleksi terhadap nilai-nilai
Kekristenan yang dihubungkan dengan konteks masyarakat.
Nilai-nilai Kekristenan berdasar pada prinsip utama yang
diajarkan TUHAN YESUS KRISTUS yaitu Kasih yang
mewarnai setiap gerak pelayanan dan kesaksian Jemaat.
Kasih merupakan tindakan ALLAH yang membebaskan dari
kebinasaan (Yohanes 3:16) – [Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal.], dan kekuatan ALLAH yang menyelamatkan semua
orang (Roma 1:16,17) –[1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
59
kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang
Yunani. 1:17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari
iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan
hidup oleh iman."] Pengertian tentang Kasih dijelaskan oleh
Paulus dengan kata-kata dalam I Koristus 13. TUHAN YESUS
sendiri tidak banyak menjelaskan Kasih dengan kata-kata,
tetapi dengan perbuatan dan tindakan. DIA mengungkapkan
Kasih itu melalui seluruh pelayanan, karya dan perbuatanNYA
yang akhirnya memuncak pada Kematian (salib) dan
Kebangkitan serta Kenaikan ke Surga. Sebagaimana TUHAN
YESUS mengurbankan DiriNYA sebagai wujud KasihNYA,
begitulah Gereja yang adalah Tubuh KRISTUS mewujudkan
pola hidup yang sama. Gereja dan Jemaat terpanggil untuk
menyatakan Kasih itu secara nyata, tidak hanya dengan
kata-kata tetapi juga dalam perbuatan, pola hidup dan
keberadaannya. Kasih menjadi gaya hidup Gereja. TUHAN
YESUS adalah Sumber Kasih itu bahkan IA adalah Kasih itu
sendiri bagi dunia, bagi manusia dan seluruh ciptaanNYA.
Pada waktu menentukan nama bagi Jemaat ini, ada 2 (dua)
pertimbangan yang mencuat:
Pertama, nama yang diusulkan agar dipahami oleh masyarakat.
Istilah-istilah asing yang diangkat dari Alkitab hendaknya
diterjemahkan dalam bahasa yang dimengerti oleh konteks di
mana Jemaat berada.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
60
Kedua, nama yang dimaksud juga hendaknya menjelaskan
kehidupan Jemaat yang melayani masyarakat. Dengan kata lain
nama itu memberikan arti bagi penampilan Jemaat sebagai
persekutuan yang melayani dan menyaksikan pesan Firman
secara mendasar dan utuh.
Berdasarkan pertimbangan itu, maka muncul usulan beberapa
nama19
yaitu: “Sejahtera, Sumber Damai, Pancaran Kasih,
Tunas Kasih, Pancaran Kasih ALLAH, Rukun, Kasih Sejahtera
dan Sumber Kasih”.
Nama-nama ini disampaikan kepada warga Jemaat melalui
angket dan 90% dari warga Jemaat yang hadir memilih nama
“Sumber Kasih”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia20
,
kata “Sumber” adalah kata benda yang artinya “tempat keluar”
(air atau zat cair), “mata air”. Secara umum “sumber” berarti
tempat yang dengan kekuatan tertentu membuat keluarnya
sesuatu, atau tempat dari mana sesuatu keluar dan mengalir.
Dapat juga berarti tempat yang mengeluarkan atau
menghasilkan sesuatu yang tidak pernah habis. Dari tempat itu
dapat ditemukan asal muasal dari sesuatu, entah air, bunyi,
berita, dana, kegiatan, kekuatan, kuasa, hidup, kebenaran,
keadilan, damai sejahtera dan “kasih”.
Dengan uraian di atas, “Sumber Kasih” berarti tempat berasal-
nya Kasih. Atau tempat yang memiliki kekuatan tertentu yang
aktif membuat Kasih itu mengalir keluar dan dialami oleh
sekitarnya. Jadi “Sumber Kasih”, adalah nama, tetapi juga
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
61
peristiwa, dan sekaligus Sejarah. Karena dengan nama itu
terjadi sesuatu, dan kejadian itu merupakan pertanggung-
jawaban. Dalam hubungan dengan Jemaat, nama ini
menjelaskan tentang karakter persekutuan yang menjadi tempat
di mana iman itu hidup sehingga Kasih KRISTUS mengalir
dan melimpahi sekitarnya supaya pengharapan terwujud dalam
damai sejahtera.
Pasal 3 : Pelaksanaan Panggilan Gereja
ereja merupakan persekutuan orang percaya yang dipanggil
dan diutus untuk melaksanakan Amanat Agung TUHAN
YESUS KRISTUS melalui pemberitaan dan pengajaran (Matius
28: 18-20) – [28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus, 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman."], pelayanan nyata dan pembebasan secara
menyeluruh sebagai pernyataan kuasa ALLAH yang mengalahkan
segala kuasa (Lukas 4 : 18 - 21) – [4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 4:19 untuk memberitakan pembebasan
kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang." 4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya
G
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
62
kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu
tertuju kepada-Nya. 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari
ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."]. Untuk itu secara nyata
Gereja berusaha mewujudkan persekutuan (koinonia), pelayanan
(diakonia), kesaksian (marturia) dan pembinaan agar semuanya
berlangsung dengan teratur dan tertib menjadi Tubuh KRISTUS 21
.
Panggilan Gereja disadari juga sebagai panggilan Jemaat GPIB
Sumber Kasih yang sejak pelembagaannya diterjemahkan dalam
program-program dan kegiatan Jemaat.
1. Persekutuan
Persekutuan Jemaat dinampakkan dalam berbagai kegiatan
warga Jemaat baik secara bersama maupun yang terpencar
di sektor-sektor bahkan di rumah-rumah keluarga dan
masyarakat 22
. Wujud persekutuan itu dialami dalam bentuk
ibadah-ibadah :
a. Ibadah-ibadah Minggu
Ibadah-ibadah Minggu dilayani secara rutin. Semula di
3 (tiga) tempat ibadah, yaitu di Gereja Oikumene Bahtera
Allah, Pangkalan Jati, (Minggu 1, 3 dan 5), di rumah
keluarga Rompis, Jln. Cipete IV No. 6, (Minggu 2) dan di
rumah keluarga Wayong-Rumambi, Jln. Palm No.1, Cipete,
(Minggu 4).
Setelah diadakan kesepakatan dan pengaturan dengan
Pengurus Oikumene Pangkalan Jati, maka sejak Maret
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
63
1982 seluruh kegiatan Ibadah Minggu dilaksanakan di
Gereja Bahtera Allah. Mengingat bahwa gedung tersebut
dipergunakan juga oleh persekutuan Oikumene serta
gereja-gereja HKBP, GPdI dan GBI, maka jadwal Ibadah
Minggu Jemaat GPIB Sumber Kasih diatur sebagai
berikut: Minggu 1, 3 dan 5 pada jam 09.00 dan 18.00;
Minggu ke 2 dan 4 pada jam 18.00.
Jadwal Ibadah Minggu seperti ini berlangsung sampai
tahun 1992. Ibadah Minggu berlangsung sesuai Tata
Ibadah yang ditetapkan Persidangan Sinode XII (1978) dan
XIII (1982). Materi Pemberitaan Firman yang disampaikan
adalah sesuai Rancangan Khotbah yang dirancangkan
secara Sinodal.
Pada Minggu ke 4, dua bulan sekali diadakan pertukaran
mimbar sesuai jadwal MUPEL DKI dan GKI Jabar. Selain
itu para presbiter diberikan kesempatan untuk melayani
Firman dalam Ibadah-ibadah Minggu.
Ibadah Minggu anak-anak diselenggarakan oleh Pelayanan
Anak di 15 pos pelayanan.
Ibadah Minggu taruna diselenggarakan Persekutuan Teruna
di 3 pos pelayanan.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
64
b. Ibadah Sakramen
Ibadah-ibadah Sakramen dilaksanakan secara rutin untuk :
b.1. Baptisan Kudus yang diselenggarakan dalam Ibadah
Minggu ke-3 setiap bulan, jam 09.00. Selama kurun
waktu ini (1982 – 1992) telah dilaksanakan baptisan
untuk anak-anak dan orang dewasa. Didahului dengan
penggembalaan untuk keluarga.
b.2. Perjamuan Kudus diselenggarakan 4 kali dalam tiap
tahun di semua jam ibadah, yaitu pada : Jumat Agung
(bulan Maret/April); bulan Juli; bulan Oktober
(Perjamuan Kudus Sedunia) dan bulan Desember.
c. Ibadah Peneguhan Sidi
Ibadah Peneguhan Sidi dilaksanakan dalam Ibadah Minggu
sesuai jadwal yang ditetapkan, setahun 3 kali pada bulan
Maret, Juli dan Oktober. Selama periode ini telah dilakukan
peneguhan sidi untuk warga Jemaat yang telah mengikuti
katekisasi.
d. Ibadah Peneguhan Pelayan
Ibadah Peneguhan Pelayan dilaksanakan dalam Ibadah
Minggu, untuk:
d.1. Penatua dan diaken pada tanggal 16 Desember 1984
(40 penatua dan 36 diaken) untuk masa bakti 1984 –
1988; dan pada bulan Oktober 1988 (37 penatua
dan 30 diaken), untuk masa bakti 1988 – 1992.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
65
8 (delapan) orang penatua dan diaken dari sektor 5
diteguhkan menyusul pada tanggal 30 April 1989.
d.2. Pelayan-pelayan ke-5 BPK (PA, PT, GP, PW dan
PKB) dan perkenalan 6 (enam) komisi, dilaksanakan
dalam Ibadah-ibadah Minggu April 1985 dan
16 April 1989.
e. Ibadah pada Hari-hari Raya Kristen, Gerejawi dan Nasional
e.1. Hari-hari Raya Kristen: Natal, Jumat Agung, Paskah,
Kenaikan, Pentakosta, dilaksanakan dengan Tata-tata
Ibadah Khusus. Natal dan Paskah dirayakan dengan
kegiatan-kegiatan khusus.
e.2. Hari-hari Raya Gerejawi: HUT GPIB 31 Oktober dan
Hari Reformasi, HUT PGI 25 Mei, HUT Jemaat
GPIB Sumber Kasih 20 Mei, dan HUT masing-
masing BPK secara Sinodal.
e.3. Hari-hari Raya Nasional : HUT RI 17 Agustus,
Sumpah Pemuda 28 Oktober, Hari Ibu 22 Desember.
f. Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah
Ibadah Peneguhan dan Pemberkatan Nikah dilaksanakan
untuk calon-calon pengantin yang membentuk keluarga
baru. Ibadah ini dilaksanakan sekaligus dengan pencatatan
sipil oleh Pejabat dari Kantor Catatan Sipil Jakarta Selatan.
Pelaksanaannya didahului dengan percakapan penggem-
balaan dan persiapan bersama Majelis Jemaat dan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
66
keluarga. Ibadah peneguhan dan pemberkatan Nikah
pertama kali dilaksanakan tanggal 20 November 1982,
di tempat ibadah rumah keluarga Wim Rompis, untuk
R.W.Manusama dengan Maryati, yang dipimpin oleh
Pdt. Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu
g. Ibadah-ibadah Keluarga / Rumah Tangga
Ibadah-ibadah Keluarga / Rumah Tangga dilaksanakan
serentak di semua sektor pelayanan 1 sampai dengan 6,
pada hari Kamis jam 19.30. Isi dan bentuk-bentuk
Ibadah-ibadah Keluarga / Rumah Tangga tiap bulan
diatur sebagai berikut : Kamis 1, 3 dan 5 bersifat ibadah
biasa, Kamis 2 Ibadah PA dan Kamis 4 Ibadah Persekutuan
Doa. Ibadah-ibadah ini dilayani oleh para penatua, diaken
dan pendeta dengan bahan Alkitab sesuai jadwal yang
disusun oleh Santapan Harian/PPA.
Ibadah-ibadah Pengucapan Syukur dilayani sesuai
permintaan dan kebutuhan dari keluarga-keluarga Jemaat.
h. Ibadah-ibadah Keluarga oleh BPK-BPK
Ibadah-ibadah diselenggarakan oleh pengurus-pengurus
BPK sesuai jadwal mingguan masing-masing.
i. Ibadah Subuh para Presbiter
Ibadah Subuh para Presbiter diselenggarakan setiap hari
Sabtu subuh di rumah para presbiter secara bergilir untuk
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
67
membangun persekutuan para pelayan Jemaat dan sebagai
wadah pelatihan pelayanan Firman.
j. Ibadah-ibadah lainnya
Ibadah-ibadah lainnya dilayani sesuai kebutuhan, misalnya
kematian, penghiburan.
2. Pelayanan
Pelayanan Jemaat dinampakkan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan yang langsung menyentuh kebutuhan-kebutuhan
warga dan masyarakat dengan segala permasalahannya.23
a. Diakonia
Kegiatan ini merupakan santunan bagi yang
membutuhkan, yaitu :
a.1. Warga Jemaat, berupa santunan : kesejahteraan
keluarga, pengobatan, kedukaan dan pendidikan.
a.2. Warga masyarakat : pelayanan RUTAN Polres,
pelayanan Nasi Murah dan bantuan kepada korban-
korban bencana alam.
b. Penggembalaan
Kegiatan ini merupakan pelayanan rutin untuk memelihara
iman maupun menolong warga Jemaat yang berada dalam
pergumulan.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
68
b.1. Kunjungan keluarga oleh pelayan-pelayan (pendeta,
penatua, diaken dan pengurus-pengurus BPK)
b.2. Konseling untuk warga Jemaat.
b.3. Pelayanan orang sakit.
b.4. Pelayanan konsultasi khusus.
3. Kesaksian
Kesaksian Jemaat dinampakkan dalam kegiatan-kegiatan
dalam bentuk kepedulian sebagai wujud dari keselamatan yang
diberitakan oleh Injil YESUS KRISTUS. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk membuat masyarakat mengalami damai
sejahtera ALLAH.24
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam bentuk :
a. Bantuan antar Jemaat :
Jemaat memberikan bantuan program dan supervisi untuk
Jemaat Long Lame di Kalimantan Timur. Selain itu
beasiswa untuk 3 (tiga) tenaga yang dipersiapkan sebagai
pelayan dan gaji untuk penginjil setempat.
b. Membangun hubungan dengan aparat-aparat pemerintah
dan instansi-instansi terkait dalam rangka pengadaan
lokasi di pembangunan gedung Gereja. Interaksi dengan
aparat-aparat tersebut dan masyarakat untuk menciptakan
pemahaman yang lebih berkembang mengenai kerukunan
dan tanggung jawab bersama membangun masyarakat
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
69
yang pluralis. Interaksi seperti ini dapat disebut sebagai
satu kesaksian dengan tujuan membebaskan dari situasi
yang beku.
4. Pembinaan
Pembinaan Jemaat dinampakkan dalam kegiatan-kegiatan
untuk memperlengkapi warga Jemaat agar terjadi peningkatan
mutu warga dan keluarganya. Selain itu untuk membangun
kesadaran tentang keesaan dan kehidupan bersama dalam
masyarakat dan bangsa.25
Kegiatan pembinaan diwujudkan oleh Jemaat dalam bentuk :
a. Katekisasi
Setiap tahun dibuka kelas katekisasi untuk kategori:
pemuda, keluarga dan Kristen Baru. Selama periode ini
diteguhkan sidi warga Jemaat yang telah dibina. Katekisasi
diberikan dengan memakai bahan/pedoman dari GPIB.
b. Musik Gereja dan Paduan Suara
Dalam rangka menopang ibadah-ibadah, kegiatan
pembinaan musik gereja dan paduan suara dilaksanakan
sekaligus untuk meningkatkan mutu :
b.1. Organis dan Prokantor
b.2. Paduan suara : Jemaat, Sektor dan BPK- BPK.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
70
b.3. Mengadakan Pesparani tingkat Jemaat maupun
mengikuti kegiatan-kegiatan Mupel, Sinodal, PGIS
dan PGIW.
c. Ibadah-ibadah Penyegaran Iman
Selama periode ini berlangsung ibadah-ibadah penyegaran
iman dalam kerjasama Majelis Jemaat dengan badan-badan
lain, seperti YPPII, Batu Malang.
d. Ceramah-ceramah Umum dan Pekan Keluarga
Ceramah umum diselenggarakan untuk membangun
wawasan warga Jemaat. Dalam masa ini warga Jemaat
dituntun untuk memahami ajaran-ajaran iman GPIB. Juga
peranan keluarga sebagai persekutuan gereja, khusus
menghadapi narkoba dan yang sejenis. Pekan-pekan
Keluarga dilaksanakan untuk menghayati Firman dalam
persekutuan keluarga.
e. Kelengkapan para pelayan
Untuk memperlengkapi para pelayan (Majelis Jemaat,
BPK, Komisi dan Panitia), dilaksanakan pembinaan untuk
mendalami Pemahaman Iman GPIB, kelembagaan GPIB,
serta bahan-bahan untuk mengasah keterampilan dalam
pelayanan. Misalnya: Ibadah dan Liturgi, penggembalaan,
khotbah dan cerita, Sakramen-sakramen, hakekat pelayan
dan pelayanan, mengenal anak, menggunakan alat peraga
dan sebagainya.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
71
f. Persiapan pelayan
Persiapan pelayan dilaksanakan secara khusus melayani
ibadah-ibadah Minggu dan Keluarga :
- Majelis Jemaat pada hari Jumat, jam 19.00
- Pelayan Anak dan Persekutuan Teruna pada hari Jumat,
jam 19.00.
g. Buku Renungan untuk Keluarga Jemaat
Majelis Jemaat menyampaikan Buku Santapan Harian
(PPA) untuk mendorong keluarga-keluarga Jemaat untuk
melakukan Ibadah di keluarga masing-masing setiap hari.
Penggunaan Buku Renungan tersebut disertai pemantauan
Majelis Jemaat di sektor masing-masing.
h. Persekutuan Oikumene
Kegiatan persekutuan oikumene merupakan proses
pembinaan yang dijalani oleh Majelis Jemaat dan BPK-
BPK dengan berbagai kegiatan atas prakarsa PGIS, PGIW,
maupun Persekutuan-persekutuan Oikumene setempat.
Sejak 1975 warga GPIB turut berpartisipasi dalam kegiatan
Persekutuan Oikumene di Kompleks TNI AL – Pangkalan
Jati. Kepengurusan Persekutuan Oikumene tersebut
mengelola pemakaian gedung Gereja Bahtera Allah sejak
diresmikan 16 April 1980 oleh KASAL Laksamana
Waluyo Sugito. Penatua Sumardjo merupakan anggota
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
72
GPIB dan Pdt. M. Sitaniapessy dari TNI AL yang sejak
awal aktif dalam kepengurusan oikumene tersebut.
Keaktifan warga-warga GPIB di persekutuan Oikumene itu
menciptakan relasi timbal balik sehingga pengurus
Persekutuan tersebut turut serta menggumuli kesulitan-
kesulitan Jemaat, antara lain mengenai tempat ibadah.
Terbangun kerja sama yang baik sehingga Ibadah-ibadah
Minggu GPIB dapat berlangsung di gedung Gereja Bahtera
Allah.
Kegiatan PGIS umumnya diikuti oleh PW dan PGIW oleh
Majelis Jemaat. Di dalamnya terjadi interaksi pembinaan
untuk memantapkan kebersamaan sebagai Gereja-gereja
yang melayani.
Pasal 4 : Organisasi dan Kepemimpinan
ereja membutuhkan perangkat-perangkat yang berfungsi untuk
mewujudkan keberadaannya dengan jelas dalam masyarakat.
Perangkat-perangkat itu merupakan alat yang memungkinkan misi
dan tugas Gereja agar berlangsung dengan baik, benar dan terarah
pada tujuan ynag ditetapkan ALLAH. Salah satunya adalah
organisasi.
Masyarakat modern dewasa ini sangat mengandalkan organisasi
dalam berbagai aktifitas untuk mencapai tujuan. Begitu pentingnya
sehingga sering dianggap menentukan. Karena itu organisasi harus
G
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
73
dinamis dan fleksibel supaya juga mengalami pembaruan demi
tujuan yang harus dicapai. Sehubungan dengan itu dibutuhkan
kepemimpinan yang bertanggungjawab. Kepemimpinan selalu
berhubungan dengan manusia yang membuat organisasi menjadi
alat dan bukan tujuan. Secara teologis, kepemimpinan tidak
berorientasi pada jabatan apalagi kekuasaan, tetapi sebaliknya
kepemimpinan adalah pelayanan.
Karena itu TUHAN YESUS berbicara tentang pemimpin
sebagai gembala (Yohanes 10:14-15) - [10:14 Akulah gembala yang baik
dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 10:15
sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan
nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.] dan sebagai hamba (Markus 10:44-45
dan Yohanes 13:14-15) -[Markus 10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.]
– [Yohanes 13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan
dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; 13:15 sebab Aku
telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama
seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.], atau kepemimpinan sebagai
seni mempengaruhi seperti garam (Matius 5:13, banding Imamat
2:13 dan Bilangan 18:19) – [Matius 5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika
garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya
selain dibuang dan diinjak orang. -Imamat 2:13 Dan tiap-tiap persembahanmu
yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan
garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
74
haruslah kau persembahkan garam. –Bilangan 18:19 Segala persembahan khusus,
yakni persembahan kudus yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN,
Aku berikan kepadamu dan kepada anak-anakmu laki-laki dan perempuan
bersama-sama dengan engkau; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya;
itulah suatu perjanjian garam untuk selama-lamanya di hadapan TUHAN bagimu
serta bagi keturunanmu."]
Berpedoman pada uraian di atas, selanjutnya ditinjau organisasi
dan kepemimpinan di Jemaat GPIB Sumber Kasih. Sesudah
pelembagaan, Jemaat ini mengembangkan juga perangkat-
perangkat organisasi dan kepemimpinan-nya. Hal ini tidak hanya
terdesak oleh kebutuhan pelayanan, tetapi juga oleh keputusan-
keputusan Persidangan Sinode GPIB yang perlu diterapkan dalam
hidup dan pelayanan Jemaat.
1. Kepemimpinan Jemaat 1984 – 1988
a. Pembentukan Majelis Jemaat
Dalam rangka persiapan pelembagaan, telah terpilih
Penatua dan Diaken masa bakti 1979 – 1984, yang
kemudian membentuk Majelis Jemaat yang sesuai Tata
Gereja 1982. Peraturan Pokok No.1 tentang Jemaat, pasal
10 ayat 1, adalah Pimpinan Jemaat. Pasal 12 dalam
Peraturan Pokok yang sama, menjelaskan tentang
pengadaan Pengurus Harian Majelis Jemaat sebagai
pelaksana sehari-hari. Dengan ditempatkannya Pendeta
Jemaat yang baru, yaitu Pdt. C. Ch. Hursepuny, maka
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
75
dibentuklah Pengurus Harian yang baru pada bulan Maret
1984 yang bertugas sampai pemilihan Penatua dan Diaken
masa bakti 1984 – 1988.
Susunan Pengurus Harian (masa bakti Maret 1984 –
Oktober 1984) sebagai berikut :
Ketua : Pdt. C. Ch. Hursepuny
Ketua I : Pen. S. B. Ferdinandus
Ketua II : Dkn. L. J. Moleong
Ketua III : Pen. Sumardjo
Ketua IV : Pen. A. L. Waworuntu
Sekretaris : Pen. A. T. Dotulong
Sekretaris I : Dkn. Ny. W.H.J.Toumahu-Manubulu
Sekretaris II : Dkn. J. B. Thenu
Bendahara : Dkn. H. L. Wayong
Bendahara I : Dkn. H. Henjan
Dalam masa yang singkat ini PHMJ tersebut melanjutkan
persiapan pemilihan Penatua dan Diaken masa bakti 1984 –
1988 (daftar nama Penatua dan Diaken masa bakti 1984–
1988 Lampiran 1). Pemilihan Penatua dan Diaken
tersebut berpedoman pada Tata Gereja GPIB 1982,
Peraturan 1 tentang Pemilihan Penatua dan Diaken.
Kepemimpinan Majelis Jemaat yang baru tersebut memilih
anggota-anggota PHMJ yang bertugas 2 (dua) tahun
masing-masing :
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
76
(1) Masa bakti 1984 – 1986
Ketua : Pdt. C. Ch. Hursepuny
Ketua I : Dkn. L. J. Moleong
Ketua II : Pen. Sumardjo
Ketua III : Pen. F. B. Langitan
Ketua IV : Pen. S. B. Ferdinandus
Sekretaris : Dkn. Ny. W.H.J.Toumahu-Manubulu
Sekretaris I : Dkn. Soepryo Kartono
Sekretaris II : Dkn. J. B. Thenu
Bendahara : Pen. H. L. Wayong
Bendahara I : Dkn. H. Henjan
(2) Masa bakti 1986 – 1988
Ketua : Pdt. C. Ch. Hursepuny
Ketua I : Dkn. L. J. Moleong
Ketua II : Dkn. H. Henjan
Ketua III : Pen. F. B. Langitan
Ketua IV : Pen. W. A. Nayoan, kemudian dalam
perjalanan diganti oleh: Pen. H.W. Kesek
Sekretaris : Dkn. Soepryo Kartono, kemudian dalam
perjalanan diganti oleh :
Pen. P. L. Rompas
Sekretaris I : Pen. W. R. Ticoalu
Sekretaris II : Pen. S. B. Ferdinandus
Bendahara : Pen. H. L. Wayong
Bendahara I : Pen. H. W. Kesek, kemudian dalam
perjalanan dirangkap oleh:
Pen. P.L. Rompas.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
77
Untuk menghadiri Persidangan Sinode XIV, bulan Oktober
1986 di Denpasar Bali, Majelis Jemaat mengutus: Pdt. C.
Ch. Hursepuny, Pen. F. B. Langitan, dan Dkn. H. Henjan.
b. Penataan Wilayah Pelayanan
Segera setelah pelembagaan Majelis Jemaat mengadakan
penataan wilayah pelayanan Jemaat Sektor 5 di daerah
Cilandak Marinir dan Ragunan yang sebelumnya secara
administratif bergabung dengan Bagian Jemaat IX, oleh
Majelis Jemaat GPIB Effatha dipersiapkan untuk
didewasakan. Statusnya berubah menjadi Bagian Jemaat IX
Jemaat GPIB Effatha. Dengan demikian Jemaat GPIB
Sumber Kasih memiliki 4 sektor, yaitu :
Sektor 1 : Cipete – Pondok Indah
Sektor 2 : Cilandak – Lebak Bulus
Sektor 3 : Pangkalan Jati – Cinere
Sektor 4 : RS Fatmawati – Pondok Labu
Pada tahun 1984, komisi Litbang Jemaat GPIB Sumber
Kasih mengadakan studi dan mengusulkan penataan ulang
wilayah-wilayah pelayanan Jemaat26
.
Penataan wilayah-wilayah ini tidak hanya memperhatikan
perkembangan yang pesat di daerah Real Estate baru di
selatan, tetapi terutama untuk memudahkan pemilihan
Penatua dan Diaken Oktober 1984.
Dengan perkembangan itu, maka wilayah sektor-sektor
mengalami penataan ulang menjadi 6 sektor yaitu :
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
78
Sektor 1 : H.Nawi ke selatan (kel.Gandaria Selatan)
Sektor 2 : Cipete (kel. Cipete Selatan)
Sektor 3 : Cilandak (kel. Cilandak Barat)
Sektor 4 : Komp.: RS Fatmawati, Dalam Negeri, Kesehatan,
Pondok Labu (Timur jl. RS Fatmawati)
Sektor 5 : Pondok Labu (Barat Jl.RS Fatmawati), Bona
Indah, AL Pangk.Jati, Cirendeuw, Villa Cinere
Mas, Lebak Bulus
Sektor 6 : Megapolitan Cinere, Kampung Limo, Bukit
Cinere, Pondok Cabe, Maruyung, Gandul.
Sektor 4, 5 dan 6 melayani kompleks-kompleks perumahan
baru yang sangat cepat berkembang. Dengan demikian
pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih memasuki daerah
pemerintahan Propinsi Jawa Barat yaitu Kotamadya Depok.
Hal ini membawa konsekwensi bahwa Majelis Jemaat perlu
menghimpun data-data mengenai kependudukan dan peta
pemerintahan yang dibuat oleh pemerintah Kotamadya
Depok.
c. Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan
Pengadaan Badan-badan Pembantu dan Badan-badan
Pelayanan dibentuk oleh Majelis Jemaat masa bakti 1984 –
1988, sesuai dengan amanat Tata Gereja dan kebutuhan
pelayanan :
(1) Pengurus-pengurus Bidang Pelayanan Kategorial:
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
79
Tata Gereja 1982 Peraturan No.6 – masa tugas 4 tahun.
Pengurus-pengurus BPK masa bakti 1984 – 1988
terdiri dari : - Pelayanan Anak (PA)
- Persekutuan Teruna (PT)
- Gerakan Pemuda (GP)
- Persatuan Wanita (PW)
- Persekutuan Kaum Bapak (PKB)
(2) Komisi-komisi:
Tata Gereja 1982 Peraturan No.9. Pengurus Komisi
masa bakti 1984 – 1988 terdiri dari :
- Musik dan Lagu Gerejawi (Muslager)
- Pembinaan dan Pendidikan (Bindik)
- Diakonia
- Penelitian, Perencanaan dan Pembangunan (Litnabang)
- Daya dan Dana (KDD)
- Pelayanan dan Kesaksian (Pelkes)
(3) Kantor Majelis Jemaat
Alamat : Jln. Cipete II No.7,
Jakarta Selatan
Pegawai :
Kepala Kantor : Nn. D. Thenu
Tata Usaha : Nn. C. Noya ; Irwan Noer
Pembukuan : A.J. Wabang; Leo Djarangga
Pemegang Kas : R. Sugarwo
Petugas Kebersihan : Ny. Annie
Koster : Soepriyo Kartono; Slamet
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
80
d. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ)
Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) :
Tata Gereja 1982 Peraturan No.8.
(1) Masa tugas : 1983 - 1984
Ketua/Anggota : E. J. Brohet
Anggota : A.L. Waworuntu
Ny. Zus Tumbelaka
(2) Masa tugas : 1984 - 1988
Ketua/Anggota : A.L. Waworuntu
Anggota : E. J. Brohet
A.S. Kansil
J.W. Piga
A. Jonathan
2. Kepemimpinan Jemaat 1988 – 1992
a. Pembentukan Majelis Jemaat
Sebelum pemilihan Penatua dan Diaken tahun 1988,
Pdt. C.Ch. Hursepuny dialihtugaskan oleh Majelis
Sinode dari Jemaat GPIB Sumber Kasih ke Jemaat
GPIB Yahya di Jakarta Barat. Sementara itu Jemaat
Jemaat GPIB Sumber Kasih diselumuti keprihatinan
akibat “kemelut dan goncangan dan mengalami
keretakan dalam persekutuan yang terjadi pada akhir
tahun 1988” 27
.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
81
Upaya-upaya penggembalaan dan penyelesaian
dilakukan oleh Majelis Jemaat sehingga persekutuan
Jemaat semakin tenang dan baik sejak Mei 1989.
Walau ada gejolak, pemilihan Penatua dan Diaken tetap
dilaksanakan. Untuk itu Majelis Sinode menempatkan
Pdt. Shirato Syafei sebagai Ketua Panitia Pemilihan
Penatua dan Diaken. Proses pemilihan ini menjadi
pengalaman yang sangat berharga, terutama dalam
memahami keberadaan Gereja secara utuh dalam pola
pemahaman GPIB. Dalam proses ini, meski ada
ketegangan-ketegangan, namun terlewati dengan penuh
ketabahan. Akhirnya terpilihlah Penatua dan Diaken
masa bakti 1988 – 1992 (daftar nama Penatua dan
Diaken, terlampir dalam lampiran 2). Jumlah keluarga
saat itu 630 kepala keluarga, dilayani oleh 41 Penatua
dan 41 Diaken. Sekalipun pemilihan tersebut berhasil
dilaksanakan namun perlu dicatat bahwa pada saat itu
persekutuan menjadi retak dan berdiri persekutuan
Pancaran Kasih ALLAH oleh beberapa mantan Penatua
dan Diaken Jemaat Jemaat GPIB Sumber Kasih. Hal ini
juga merupakan konsekwensi dari pemberlakuan
peraturan secara sinodal bahwa warga sidi Jemaat yang
akan dicalonkan sebagai Penatua dan Diaken GPIB
harus membuat pernyataan loyalitas secara tertulis.
(Keputusan Persidangan Sinode XIV, 1986 di
Denpasar). Warga sidi Jemaat yang sementara
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
82
menjabat juga sebagai pelayan-pelayan di kelompok-
kelompok atau persekutuan-persekutuan yang tidak
sejalan dengan GPIB, dinyatakan gugur oleh peraturan
tersebut.
Selanjutnya kepemimpinan Majelis Jemaat baru
tersebut memilih Pengurus Harian Majelis Jemaat
(PHMJ) yang bertugas 2 (dua) tahun, masing-masing:
(1) Masa bakti 1988 – 1990 (SK Majelis Sinode:
No.1385/89/ MSXIV/Kpts., tgl. 31 Oktober 1988).
Ketua : lowong untuk diisi Pendeta baru
Ketua I : Pen. S. Oediargo
Ketua II : Pen. W.J.B. Lalamentik
Ketua III : Pen. N.A. Mbouw
Ketua IV : Pen. Haryono Tri Rahardjo
Sekretaris : Pen. Ny.C.M.Lalamentik- Mawengkang
Sekretaris I : Pen. W.R. Ticoalu
Sekretaris II : Pen. F. E. Wenas
Bendahara : Dkn. J.M. Pandjaitan
Bendahara I : Dkn. A. Paulus.
Pada tahun 1989, Majelis Sinode GPIB
menempatkan Pdt. Junus Beeh sebagai pendeta
Jemaat Jemaat GPIB Sumber Kasih, sekaligus
menjabat sebagai Ketua Majelis Jemaat.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
83
(2) Masa bakti 1990 – 1992 (SK Majelis Sinode:
No.2715/90/ MSXIV/Kpts., tgl. 31 Oktober 1990).
Ketua : Pdt. Junus Beeh
Ketua I : Pen. N.A. Mbouw
Ketua II : Pen. S. Oediargo
Ketua III : Pen. Haryono Tri Rahardjo
Ketua IV : Pen. A.L. Kaligis
Sekretaris : Pen. Ny. C.M. Lalamentik-Mawengkang
Sekretaris I : Dkn. S.A. Mamesah
Sekretaris II : Pen. F. E. Wenas
Bendahara : Dkn. J.M. Pandjaitan
Bendahara I: Dkn. A. Paulus.
Pada bulan Oktober 1990, berlangsung Persidangan
Sinode XV di Makasar dan Majelis Jemaat mengutus
Pdt. J. Beeh, didampingi oleh 2 (dua) anggota Majelis
Jemaat untuk mengikuti Sidang tersebut. Dalam Sidang
Sinode tersebut Pendeta Junus Beeh terpilih sebagai
Sekretaris I Majelis Sinode GPIB. Karena itu pada
tahun 1991, Majelis Sinode menempatkan Pendeta
S.Th. Kaihatu menjadi pendeta Jemaat, sekaligus Ketua
Majelis Jemaat Jemaat GPIB Sumber Kasih. Sementara
itu dalam perjalanan PHMJ tersebut, terjadi pergantian
sebagai berikut: Dkn. J.M. Pandjaitan diganti oleh Dkn.
A. Paulus sebagai Bendahara dan Dkn. J.J. Thenu
menjabat sebagai Bendahara I.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
84
b. Badan-badan Pembantu dan Badan-badan Pelaksana
(masa tugas 4 tahun) :
(1) Bidang Pelayanan Kategorial (BPK) (daftar
nama pengurus-pengurus BPK, lampiran 3)
(2) Komisi-komisi (daftar nama pengurus-
pengurus Komisi, lampiran 4)
(3) Kantor Majelis Jemaat
- Alamat : Jln. Cipete II No.7, Jakarta Selatan.
- Formasi pegawai, sama seperti periode 1984–1988.
c. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ)
(1) Masa tugas 1988 – 1990:
Ketua : Eric Brohet
Anggota : R.A. Salaki
A.S. Kansil
(2) Masa tugas 1990 – 1992:
Ketua : R.A. Salaki
Anggota : R. J. Musa
T. T. Boham
d. Peraturan Pelaksanaan Majelis Jemaat (PPMJ)
Dalam rangka ketertiban pelayanan dan organisasi
Majelis Jemaat menyusun Peraturan Pelaksanaan
Majelis Jemaat. Peraturan ini ditetapkan 12 April 1991,
sebagai penjabaran dari Tata Gereja GPIB 1982 dan
Keputusan-keputusan Persidangan Sinode GPIB.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
85
e. Pertemuan Warga Sidi dan Penyusunan Program
Majelis Jemaat setiap awal tahun menyelenggarakan
Pertemuan warga sidi Jemaat untuk evaluasi program
yang telah berlangsung dan menerima usul-usul untuk
program baru. Dilanjutkan dengan Loka Karya
Penyusunan Program tahunan berdasarkan kebutuhan
setempat dan penjabaran GBKUPG GPIB.
Penyusunan Program berpatokan pada Kebijakan
Umum Panggilan Gereja GPIB, yang dijabarkan dalam
10 (sepuluh) bidang yaitu :
(1) Iman, Ajaran dan Ibadah
(2) Organisasi, Komunikasi dan Personalia
(3) Gereja dan Masyarakat
(4) Pelayanan, Kesaksian dan Diakonia
(5) Musik Gereja
(6) Pendidikan
(7) Pembinaan
(8) Penelitian, Perencanaan dan Pengembangan
(9) Pelayanan Kategorial (BPK)
(10) Umum (termasuk Dana dan Keuangan).
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
86
f. Pendeta-pendeta yang melayani :
(1) Pendeta J. Beeh
(2) Pdt. Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu
(3) Pdt. Ny. D. Loblobly-Lulu
(4) Pdt. Ny. F. Matulandi-Kandioh
(5) Pdt. Ny. M. Dharma-Angkuw.
Pasal 5 : Pembangunan Fisik
embangunan fisik dilaksanakan dalam rangka pembangunan
Jemaat. Warga Jemaat diberdayakan untuk mengungkapkan
imannya dengan merencanakan, mengorganisir, menopang dan
mewujudkan pembangunan fisik. Dalam arti yang luas,
pembangunan fisik mencakup juga kehidupan ekonomi dan
kesejahteraan warga yang dilandaskan pada iman dan ketaatan
kepada ALLAH. Konsep ini dianut oleh umat ALLAH dalam
Perjanjian Lama tatkala dibawah pimpinan Yosua masuk Tanah
Kanaan. Kesejahteraan umat dibangun melalui pembagian tanah
dan membangun suatu masyarakat yang menetap.28
Umat
membangun kota dan desa, ladang dan kebun serta tata kehidupan
yang tertib, aman dan damai. Negeri menjadi komunitas
pembinaan, di mana ibadah-ibadah dilaksanakan, persekutuan
digalang dan hidup yang setia kepada ALLAH diwujudkan. Umat
menjadi persekutuan di mana ALLAH hadir dengan tuntunannya
P
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
87
sebagai kelanjutan dari tindakan pembebasan dari Mesir. Dalam
pembangunan inilah Paulus menyebut Jemaat sebagai Bait Allah
dan ROH ALLAH diam di dalam Jemaat (I Korintus 3:16) – [Tidak
tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di
dalam kamu?]. Bait Allah dalam arti fisik baru dibangun jauh
kemudian, zaman Raja Salomo (959 seb.M). Konsep pembangunan
fisik umat seperti ini juga diterapkan sesudah pembebasan dari
pembuangan (538 seb.M), di mana umat mengutamakan
pembangunan kesejahteraan masing-masing dan menunda-nunda
pembangunan fisik Bait Allah. Lalu muncul Hagai dan Maleakhi
yang mengingatkan agar juga memperhatikan pembangunan fisik
Bait Allah (Hagai 1:4; Maleakhi 3:9) – [Hagai 1:4 "Apakah sudah tiba
waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik,
sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? - Maleakhi 3:9 Kamu telah kena
kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!].
Pembangunan Bait Allah dilaksanakan serentak dengan
pembangunan kesejahteraan umat dan pembangunan persekutuan
dengan ALLAH. Bait Allah sebagai tempat persekutuan dengan
ALLAH mempunyai fungsi khusus yaitu: sebagai tanda kehadiran
ALLAH di tengah umat, tempat pertemuan ALLAH dan
umat, tempat pemberitaan/pernyataan Firman dan tanda-tanda
keselamatan, tanda perwujudan persekutuan umat ALLAH 29
.
Perjanjian Baru tidak menjelaskan tentang fungsi Bait Allah,
karena YESUS KRISTUS adalah Bait Allah itu dan Persekutuan
orang percaya berpusat pada YESUS KRISTUS. UMAT Kristen
selalu beribadah di Bait Allah Yerusalem atau Sinagoge-sinagoge
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
88
Yahudi sampai tahun 70M. Sesudah itu mereka beribadah di
rumah-rumah keluarga Jemaat dengan menghadap (kiblat) ke
Timur, matahari terbit sebagai tanda (symbol) kemenangan
KRISTUS30
. Sehingga Rumah-rumah Ibadah saat itu dibangun
dalam posisi Timur ke Barat. Pintu gerbang menghadap ke Barat
dan Altar berada di posisi Timur. Dengan demikian umat selalu
beribadah dengan menghadap ke Timur.
Pada abad pertengahan (500 – 1500) prinsip ini tidak ditinggalkan,
hanya dari segi arsitektur dikembangkan model Rumah Doa yang
disimbolkan dengan menara (= tangan yang menyatu ke langit) dan
kubah (= tubuh yang membungkuk). Pemahaman ini masih
ditemukan di Jakarta, yaitu gedung Gereja Immanuel Gambir atau
Kathedral di Lapangan Banteng. Arsitektur Gereja tersebut tidak
hanya memperhatikan konteks budaya, tetapi juga pengembangan
pemikiran teologi Gereja.
Sepanjang periode pembangunan ini (1982 – 1992) Jemaat Jemaat
GPIB Sumber Kasih lebih mengembangkan pembangunan fisik
pada upaya pengadaan lokasi, pengurusan izin, penggalangan dana
dan pembangunan gedung Gereja sebagai tempat Ibadah. Sebagai
Jemaat GPIB yang diresmikan pelembagaannya oleh Majelis
Sinode GPIB tahun 1982, ia ingin mewujudkan amanat Tata
Gereja GPIB 1982 yaitu Peraturan No.10 tentang Pendewasaan
dan Pelembagaan Jemaat, khusus pasal 4 ayat 1b. Peraturan
tersebut memberikan syarat bagi pendewasaan dan pelembagaan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
89
Jemaat, antara lain telah memiliki lokasi dan pembangunan gedung
Gereja, pastori dan kantor Jemaat.
1. Pemahaman Jemaat tentang gedung Gereja
Apa sesungguhnya fungsi gedung Gereja?
Pada waktu peresmian gedung Gereja GPIB Sumber Kasih
20 Mei 1993, Majelis Jemaat menjelaskan sebagai berikut :31
Ada 2 (dua) jawaban :
Pertama, agar di sana, manusia “naik” menghadap ALLAH.
Kedua, agar di sana ALLAH “turun” untuk bertemu manusia.
Di Israel kuno, bangunan Kemah Suci dan Kaabah nyaris
merupakan sebuah kotak, tanpa salah satu kemungkinan yang
disebut tadi. Hal ini bertolak dari “kesalehan” umat sendiri,
yang berangkat dari kesadaran bahwa TUHAN berjalan
bersama umat itu.
Nampaknya dalam iman Kristen, peristiwa Natal dan peristiwa
Kenaikan dan Pentakosta, memberikan aksentuasi tentang
kepentingan kesadaran bahwa ALLAH ada di atas dan manusia
ada di bawah. Hasilnya adalah pilihan teologis seperti
dikatakan tadi. Tantangannya adalah, membuat suatu interior
gedung Gereja yang baik, menunjukkan bahwa manusia datang
untuk bertemu dengan ALLAH, akan tetapi juga ALLAH
dalam kemurahanNYA datang bertemu dengan manusia. Sebab
hanya dengan yang terakhir inilah mamusia dapat mengenal
ALLAH dan kehendakNYA. Dengan demikian, mesti ada
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
90
paling tidak dua aspek dalam perhitungan tentang interior
gedung Gereja. Aspek pertama adalah “persekutuan”. Yang
dimaksud adalah persekutuan antara manusia dengan sesama
dan persekutuan antara manusia dengan ALLAH. Aspek kedua
adalah efisiensi. Yang dimaksud adalah ruangan harus ditata
sedemikian rupa dengan memperhitungkan simbol-simbol
Kristiani sehingga ruangan ibadah tidak menggoda orang untuk
berpikir bahwa ini hanya sebuah aula yang karena terpaksa
disulap menjadi ruangan ibadah.
2. Kegiatan Pra Pembangunan32
Sesuai program yang telah disusun bersama Majelis Jemaat dan
ketetapan-ketetapan Majelis Sinode, kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan untuk pembangunan fisik gedung Gereja adalah:
a. Pengadaan Lokasi
Upaya pengadaan lokasi telah dirintis sejak tahun 1972
oleh panitia pembangunan.
Pendekatan-pendekatan dilakukan untuk membeli lokasi-
lokasi di seputar wilayah Cipete dan Cilandak. Namun
banyak kendala yang dialami, khususnya dari masyarakat
sekitar yang menolak pembangunan gedung Gereja.
Alasan-alasan penolakan didasarkan pada SKB Menteri
Agama K.H. Moh. Dahlan dan Menteri Dalam Negeri Amir
Machmud, tentang pengadaan tempat-tempat Ibadah (Sk.
No. 1, 1969, tanggal 13 September 1969, yang dituangkan
lebih lanjut dalam SK Gubernur DKI, Nomor 60 tahun
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
91
1969 dan Nomor 648 dan 649 tahun 1979).
Di dalam keputusan-keputusan pemerintah tersebut diatur
persyaratan-persyaratan pembangunan tempat-tempat
Ibadah; salah satunya adalah harus mendapat persetujuan
dari masyarakat sekitar (dibuktikan dengan tandatangan
warga masyarakat tersebut). Panitia dan Majelis Jemaat
mencari jalan dengan mengadakan percakapan bersama
pejabat-pejabat pemerintah (Gubernur, Walikota, Camat
dan Kelurahan) dan TNI-Polri (Kodam dan Kodim dan
Koramil). Dalam interaksi itulah timbul keputusan untuk
mengupayakan lokasi di daerah Real-Estate, dengan
pertimbangan untuk memanfaatkan lokasi-lokasi fasilitas
umum yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan
Real-Estate. Sebab lokasi-lokasi fasilitas umum
tersebut diwajibkan oleh pemerintah agar Real-Estate
menyediakannya. Dengan pertimbangan itulah pengalihan
sasaran dan Cipete/Cilandak ke Lebak Bulus dan
sekitarnya. Selanjutnya panitia yang dibentuk tahun 1978
mulai bekerja dan pilihan jatuh pada Real-Estate Bona Uli,
pemukiman Bona Indah Gardens di kelurahan Lebak Bulus.
Tahun 1981 Real-Estate Bona Uli menetapkan lokasi 3.600
m2 untuk Gereja di Blok A Bona Indah Gardens, dengan
harga Rp.22.000 per m2. Harga tersebut merupakan harga
potongan dari harga resmi Rp.44.000 per m2. Panitia
menebusnya dengan uang sejumlah Rp.79.200.000.- (Tujuh
puluh sembilan juta, dua ratus ribu rupiah).
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
92
Sementara status tanah tersebut diproses dan pengurusan
izin diupayakan dari pemerintah, muncul permasalahan lain
yaitu masyarakat sekitar tidak menyetujui keberadaan
Gereja di lokasi tersebut.
Melalui pergumulan yang panjang disertai usaha-usaha
untuk meyakinkan masyarakat sekitar, akhirnya panitia
menerima saran dari Real-Estate agar lokasi Gereja
dipindahkan. Relokasi dilaksanakan tahun 1987, ke bagian
selatan Bona Indah Gardens di tempat yang sekarang
Gereja berada. Relokasi ini dilakukan dengan luas tanah
dari 3.600 m2 menjadi 4000 m
2.
b. Pengurusan Izin
Pengurusan izin untuk membangun gedung Gereja di
lokasi baru yang telah disiapkan Real-Estate dilakukan
kegiatan secara simultan sebagai berikut :
(1) Konsolidasi pelayanan secara intern dalam rangka
memberdayakan warga untuk menunjang kegiatan-
kegiatan pembangunan. Konsolidasi ini khusus
ditujukan untuk memekarkan sektor 4 menjadi
3 (tiga) sektor (4, 5 dan 6)33
. Terbentuklah sektor 5
yang berada di sekitar lokasi yang diharapkan untuk
membangun interaksi pelayanan di antara warga
Jemaat dan dengan masyarakat sekitar.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
93
(2) Pelayanan dan bakti sosial bersama dan untuk
masyarakat sekitar.
Kegiatan ini dilakukan para dokter dari warga
Jemaat, Tim Medis dari Rumah Sakit Fatmawati
sebagai salah satu bentuk kepedulian di bidang
kesehatan. Upaya menciptakan kondisi lingkungan
yang kondusif untuk membangun kerukunan dan
saling menerima kehadiran, telah dibangun bersama
aparat pemerintah dan pimpinan TNI-POLRI.
(3) Pengurusan semua persyaratan-persyaratan
penggunaan tanah dan perizinan pembangunan
gedung Gereja.
Dengan surat-surat penunjukan hak atas tanah
dari Real-Estate, diadakan proses pengurusan hak
guna bangunan dari Agraria atas tanah tersebut.
Pengurusan surat-surat yang berhubungan dengan
pembangunan gedung Gereja dimulai lingkungan
masyarakat, RT, RW, Kelurahan sampai ke
Gubernur DKI. Sejak tahun 1981 proses pengurusan
izin telah dijalani dan semua persyaratan
administrasi telah dipenuhi kecuali persetujuan
lingkungan (Surat Panitia 14 Juli 1981). Tanggal
8 Agustus 1983, Tim Pertimbangan dari DKI
meninjau lokasi di Bona Indah Gardens Blok A.
Oleh Tim tersebut kondisi lingkungan ditangani
tersendiri yaitu oleh Laksusda Jaya. Namun pada
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
94
tahun 1985, masih muncul hambatan-hambatan,
sehingga panitia harus mengajukan lagi
kelengkapan administrasi pengurusan izin.
Hambatan-hambatan ini mendorong panitia untuk
menerima saran pemindahan lokasi ke selatan dari
Blok A pada tahun 1987. Dimulailah proses
pengurusan izin yang baru, yaitu saat kunjungan
Gubernur DKI, R. Suprapto, atas undangan
Pengurus PKB Jemaat GPIB Sumber Kasih. Ketua
Pengurus PKB, R.Y. Pello, yang juga sebagai
ketua Tim Dana Panitia Pembangunan, berperan
penting sebagai penghubung sehingga pertemuan-
pertemuan dengan Gubernur DKI dapat
berlangsung di tengah-tengah Jemaat. Tanggal 18
Januari 1987, Gubernur DKI hadir dalam acara
syukur awal tahun dan memberikan ceramah
tentang Pemilu 1987.
Pertemuan ini dilanjutkan dengan diterbit-kannya
izin prinsip (pendahuluan) selang 4½ bulan setelah
pertemuan Januari 1987, yaitu tanggal 6 Juni 1987.
(4) Penanaman Pohon Kerukunan.
Sebagai tanda Pemerintah merestui pembangunan
gedung Gereja sesuai izin prinsip yang telah
dikeluarkan, maka Gubernur DKI mengambil
bagian dalam Acara Penanaman Pohon Kerukunan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
95
di lokasi yang akan di bangun gedung Gereja (700
meter kearah selatan lokasi yang lama).
Acara tersebut berlangsung tanggal 26 Juli 1987.
Dengan izin dan peristiwa kunjungan Gubernur
DKI tersebut, panitia bergerak lebih lanjut
antara lain pematangan tanah oleh Real-Estate,
pengurusan IMB dan persiapan untuk pembangunan
secara teknis.
Dengan Izin Prinsip dari Pemerintah maka Tata
Kota DKI mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) tanggal 8 November 1991. Dengan demikian
pembangunan gedung Gereja secara resmi dimulai.
Selanjutnya Badan Pertanahan Nasional DKI
mengeluarkan Hak Guna Bangunan (HGB)
No.2897, sesuai SK No. 1.711.2/4017/1997 tanggal
1 April 1997 atas nama Majelis Sinode GPIB.
c. Usaha Dana
Penggalangan dana telah diusahakan sejak panitia
yang pertama terbentuk tahun 1970 dan berlangsung
terus sampai terlaksananya pembangunan fisik
gedung Gereja. Usaha dana pada dasarnya bertolak
dari swadaya warga Jemaat. Kegiatan-kegiatan dana
itu diarahkan untuk menebus tanah yang disediakan
oleh Real Estate Bona Indah Uli tahun 1981 sebesar
Rp.79.200.000.- (tujuh puluh sembilan juta dua ratus
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
96
ribu rupiah) dari anggaran pembangunan gedung
Gereja yang dirancangkan tahun 1987 sebesar
Rp.500.000.000.- (lima ratus juta rupiah).
Pada waktu pembangunan dimulai tahun 1991,
anggaran mencapai Rp.876.452.000.- (delapan ratus
tujuh puluh enam juta empat ratus lima puluh dua
ribu rupiah), sedangkan dana awal tersedia
Rp.150.000.000.- (seratus lima puluh juta rupiah).
Dicatat ada 4 kegiatan besar menghimpun dana :
(1) Persembahan warga Jemaat sebesar satu bulan
pendapatan yang diangsur tiap bulan selama satu
tahun.
(2) Persembahan-persembahan secara spontan baik
dari warga Jemaat maupun warga masyarakat dan
pemerintah (Depsos dan Depag).
(3) Malam Dana dan Pekan Sukacita.
(4) Pemutaran Film dan Bazar.
Hasil pengumpulan dana tergambar dalam presentasi
sebagai berikut :
* Potensi warga Jemaat 37%
* Tim Dana /Panitia 36%
* Donatur langsung 25,70%
* Pemerintah 1,30% 34
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
97
3. Arsitektur Gedung Gereja
Arsitektur Gedung Gereja ditangani oleh PT. Topas Lestari,
penanggung jawab: Ir. Djarot Irwanto.
Dari luar gedung ini berbentuk Joglo (konteks budaya Jawa –
Jogya- Solo) sebagai simbol doa. Letaknya dari Utara ke
Selatan, dengan pintu gerbang masuk dari Selatan dan letak
altar di sebelah Utara. Umat beribadah dengan menghadap ke
Utara. Bangunan yang terletak di Jalan Raya Lebak Bulus
III/50 ini, terdiri dari 2 (dua) lantai.
Lantai Basement seluas 850 m2 berfungsi sebagai Ruang
Pertemuan. Lantai Dasar seluas 650 m2 berfungsi sebagai
ruang perkantoran/ sekretariat dan ruangan-ruangan untuk
rapat, konsistori, pendidikan, penggembalaan, dan lain-lain.
Lantai Dua seluas 850 m2 dan balkon seluas 276 m
2, berfungsi
sebagai tempat Ibadah dengan daya tampung 750 orang.
Dari dalam gedung ini, khusus tata ruang ibadah, dirancang
untuk menghadirkan perasaan sejuk dan khidmat. Warna-
warni dinding, lantai dan plafond serta peralatan-peralatan
lainnya ditata untuk mewujudkan suasana sejuk dan khidmat
tersebut. Pusat ibadah adalah mimbar dan Meja Sakramen
(Baptis dan Perjamuan Kudus). Penempatan bangku sebagai
perwujudan aspek persekutuan (ketimbang kursi) mengarah ke
pusat ibadah sesuai pemahaman liturgi Reformasi. Podium
terdiri dari 3 (tiga) undapan yang melambangkan Trinitas.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
98
Meja yang ditempatkan di depan adalah lambang Kurban atau
Pengucapan Syukur. Simbol Alfa dan Omega diimani bahwa
YESUS KRISTUS adalah Sumber Kasih Karunia dari awal
sampai akhir. IA adalah Sang Pencipta dan Pemelihara.
Mimbar dirancang sedemikian rupa, sehingga mempunyai efek
seolah-olah keluar dari dalam mengarah ke umat. Tangga
mimbar terdiri dari 10 (sepuluh) anak tangga dan mimbar itu
sendiri dari 4 (empat) bidang, yang berarti lewat 10 (sepuluh)
Hukum/Taurat orang percaya tiba pada 4 (empat) Injil.
Salib, simbol yang tidak terpisahkan dari kesalehan
umat, karena itu ditempatkan di belakang atas mimbar.
Salib Kosong (tanpa gambar YESUS yang terpaku)
melambangkan Kemenangan.
Langit-langit ruang ibadah tidak rata tetapi mengikuti atap naik
ke atas untuk memberikan kesan umat sedang “naik ke atas”.
Di sekeliling ruang ibadah ditempatkan simbol-simbol GPIB
sesuai warna dan logo liturgi tahun-tahun Gerejawi –
(Adventus, Natal, Epifania, Pra Paskah, Jumat Agung, Paskah,
Kenaikan, Pentakosta, Trinitatis dan Minggu-minggu
Pentakosta).
Lonceng Gereja ditempatkan tersendiri di luar bangunan
gedung Gereja. Letaknya strategis dan berfungsi memanggil
umat dan untuk mewartakan waktu bagi lingkungan sekitar.
Lonceng tersebut ditempatkan pada sangkar di puncak Joglo,
dirancang dan digerakkan secara elekronik.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
99
4. Pelelangan dan Peletakan Batu Pertama
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan fisik, Majelis Jemaat
dan Panitia Pembangunan membuka kesempatan kepada para
kontraktor untuk berpartisipasi dalam membangun gedung
Gereja. Sejak tahun 1987 Tim Tehnik yang dipimpin oleh P.
Waroka telah membuat pra-rencana dan telah mengundang
beberapa kontraktor untuk mengajukan penawaran. Kegiatan
ini kemudian dilanjutkan pada tahun 1991 dengan terbentuknya
Panitia Lelang Pembangunan Fisik Gedung Gereja. Panitia
terdiri dari unsur-unsur Majelis Jemaat sebagai Ketua
merangkap Anggota, Panitia Pembangunan dan warga Jemaat,
masing-masing sebagai Anggota.
Panitia Lelang terdiri dari:
Ketua : Pen. J. W. Piga
Wakil Ketua: Pudjo Prihadi Santoso
Anggota : Ny. L. Luhukay
Robby Mogot
Subroto
Panitia bertugas mengadakan pra kualifikasi dan
menyelenggarakan lelang. Berdasarkan pengumuman panitia,
11 perusahaan kontraktor mengikuti lelang tersebut. Setelah
diseleksi, 7 perusahaan yang dianggap layak. Akhirnya
ditetapkan P.T. Parama Dharma dan P.T. Parama Loka sebagai
pelaksana pembangunan fisik gedung Gereja.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
100
Kegiatan selanjutnya adalah peletakan batu pertama gedung
Gereja, sebagai tanda dimulainya proses pembangunan.
Acara Peletakan Batu Pertama dilaksanakan dengan Ibadah
yang dipimpin oleh Pdt. Ny. A.J.M.Loppies-Mustamu pada
tanggal 22 November 1991, dengan pelayanan Firman
berdasarkan Kejadian 28:16-22 dan Mazmur 127:2.
Dilanjutkan dengan pengecoran pondasi pertama yang
dilakukan oleh Sekwilda DKI, M. Sinurat, mewakili Gubernur
DKI. Pembangunan dimulai dengan dana Rp.150.000.000.-
(seratus lima puluh juta rupiah), dari anggaran yang
direncanakan Rp.876.452.000.- (delapan ratus tujuh puluh
enam juta empat ratus lima puluh dua ribu rupiah).
5. Panitia Pembangunan
Seperti yang diuraikan dalam Bab II tentang Masa Persiapan,
khususnya Pasal 4 mengenai Pengadaan Tempat Ibadah, sejak
awal Majelis Jemaat telah membentuk Panitia Pembangunan
Gedung Gereja. Panitia yang terakhir sebelum pelembagaan,
dipimpin oleh Ny. R.L.W. Sapulete-Pattipeilohy telah bekerja
terus sampai tahun 1988. Panitia ini dilengkapi dan
disempurnakan dengan Tim Tehnik dan Tim Dana. Panitia
menerima penugasan dari Majelis Sinode dengan Surat
Keputusan No.1499/MS/XIII/Kpts., tanggal 9 September 1985
dengan masa kerja sampai tahun 1987. (Personalia Panitia –
Lampiran 5).
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
101
Setelah mengakhiri tugasnya, kegiatan pembangunan
dilanjutkan oleh Panitia baru yang diketuai oleh Satia M.
Sitorus, sesuai Surat Keputusan Majelis Sinode No.123/
87/MSXIV/Kpts., tanggal 11 Februari 1987. Panitia ini
dilengkapi dengan 2 (dua) Seksi dan diperpanjang masa
tugasnya dengan pembaruan personalia melalui Surat
Keputusan Majelis Sinode No. 1821/89/MS.XIV/Kpts.,
tanggal 20 Juli 1989. (Personalia Panitia: Lampiran 6).
Setelah bekerja selama 2 (dua) masa kerja yaitu tahun 1987 –
1989 dan tahun 1989 – 1991; Majelis Jemaat membentuk
Panitia terakhir yang diketuai oleh W.M.Th. Nayoan yang
dilengkapi dengan 4 (empat) bidang yaitu: Umum, Dana,
Tehnik dan Interior, dan diberikan Surat Keputusan dari
Majelis Sinode (Personalia Panitia : Lampiran 7).
Pekerjaan Panitia ini adalah mempersiapkan dan melaksanakan
Peletakan Batu Pertama serta Pembangunan Fisik Gedung
Gereja sampai diresmikan tahun 1993.
6. Pengadaan Pastori
Guna menopang pelayanan, Majelis Jemaat mewujudkan
pengadaan Pastori yang berlokasi di Bona Indah Garden A1/25
pada tahun 1990. Pengadaan Pastori tidak hanya dimaksudkan
sebagai tempat kediaman pendeta Jemaat, tetapi juga dari sana
pendeta dan keluarganya menggembalakan warga Jemaat.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
102
Fungsi Pastori sebagai rumah gembala adalah tempat atau
rumah yang terbuka siang dan malam untuk menerima
kehadiran warga Jemaat dengan berbagai kebutuhan mereka.
Walaupun pendeta dapat menggunakan Kantor Majelis Jemaat
dan Ruang Penggembalaan di lokasi gedung Gereja untuk
tugas-tugas administrasi dan percakapan pastoral (konseling),
namun rumah pendeta sebagai Pastori, tetap menjadi Rumah
Gembala atau tepatnya Rumah Penggembalaan. Penampilan
fisik, apalagi kegiatan di dalamnya berfungsi menggembalakan
umat atau warga Jemaat, bahkan masyarakat sekitarnya.
Pasal 6 : Rangkuman
asa pembangunan ini ditandai dengan Pembangunan Jemaat
secara keseluruhan, walau porsi ke dalam lebih besar dari
pada ke luar. Seluruh potensi Jemaat ini diarahkan untuk
pembangunan fisik gedung Gereja. Baik pelayanan yang
dilakukan oleh Majelis Jemaat maupun Sektor, BPK, dan
Komisi diarahkan untuk menopang pembangunan tersebut.
Begitu juga kepemimpinan dalam Jemaat, baik dalam diri pendeta
dan semua jajaran-jajaran pelayanan dinilai kemampuannya
dengan sejauh mana menopang pembangunan gedung Gereja.
Namun perlu dicatat bahwa administrasi Majelis Jemaat,
khususnya data-data warga Jemaat tahun 1982 – 1988 tidak tertata
dengan baik. Dalam periode ini pembangunan gedung Gereja telah
merupakan ekspresi iman yang membuat persekutuan sebagai satu
M
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
103
kekuatan untuk bersaksi dan melayani. Expresi iman ini pula
mendatangkan pendamaian, tidak hanya di kalangan warga Jemaat
sebagai umat ALLAH tetapi juga dengan masyarakat dan
pemerintah.
Gedung Gereja GPIB Sumber Kasih menjadi Pohon Kerukunan!
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
104
BAB IV :
MASA PROSES KEMANDIRIAN : 1992 - 2007
Pasal 1: Latar belakang
asa antara tahun 1992 – 2007, disebut sebagai masa ‘proses
kemandirian’ berdasarkan 3 (tiga) pertimbangan :
Pertama: Jemaat GPIB Sumber Kasih, sebagai satu persekutuan
telah dituntun oleh TUHAN, Kepala Gereja melewati berbagai
tantangan memasuki era baru.
Tantangan-tantangan itu baik datangnya dari dalam maupun dari
luar persekutuan, telah menjadi batu penguji kesetiaan dalam
melayani dan memimpin maupun dalam berinteraksi dengan
masyarakat dan pemerintah. Berbagai pengalaman itu telah
menimbulkan ketekunan dan ketekunan itu juga menimbulkan
tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan (banding Roma
5:4) – [5:4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan.] Semua proses ini mematangkan iman Jemaat untuk
mandiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
‘kemandirian’ adalah keadaan atau hal dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang atau pihak lain.35
Secara Kristiani
‘kemandirian’ tidak pernah diartikan sebagai bebas menentukan
sendiri apa yang dilakukan. Tidak juga dalam arti tidak
M
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
105
mempunyai hubungan dan tanggung jawab lagi dengan pihak lain.
Tetapi ‘kemandirian’ dalam arti teologis adalah memiliki karakter
atau kepribadian yang dapat berdiri sendiri dalam hubungan secara
langsung dengan KRISTUS sebagai Sumber segalanya.36
‘Kemandirian’ adalah ketergantungan kepada YESUS KRISTUS
yang membawa setiap warga Jemaat pada kesatuan iman untuk
saling membantu dan melayani baik antar pribadi, Gereja dan
masyarakat. Dengan begitu ‘kemandirian’ mendorong pribadi atau
persekutuan untuk lebih mewujudkan tanggung jawab kepada
sesama dan masyarakat sebagai ungkapan kesetiaan kepada
panggilan dan pengutusan ALLAH.
Kedua: ‘Kemandirian’ merupakan sesuatu yang diusahakan terus-
menerus dan berkelanjutan.
‘Kemandirian’ Gereja adalah suatu upaya bersama terus-menerus
untuk memperkembangkan semua kemampuan (potensi) dan
pemberian TUHAN secara bebas dan bertanggung-jawab bagi
persekutuan, pelayanan dan kesaksian.37
Melalui proses
kebersamaan itu, Gereja menuju kedewasaannya secara penuh dan
tingkat pertumbuhan sesuai dengan kepenuhan KRISTUS (banding
Efesus 4:13) – [sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan
pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan KRISTUS]. ‘Kemandirian’
bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada, tetapi berhubungan erat
dengan pembinaan. Artinya, ‘kemandirian’ diperoleh melalui
pembinaan yang berlangsung terus-menerus, berkesinambungan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
106
dan dievaluasi untuk ditingkatkan supaya mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Sebab itu bila masa 1992 – 2007 disebut
masa kemandirian maka yang dimaksud adalah masa pembinaan
yang berkelanjutan. Pembinaan yang telah dimulai pada
‘Pembangunan Jemaat’ (1982 – 1992) tak berhenti, tetapi
dilanjutkan dan dilaksanakan secara terpadu oleh semua unsur
dalam Jemaat. Tujuannya supaya pemberdayaan warga Jemaat
terarah dengan tepat mewujudkan persekutuan yang memuliakan
TUHAN. Selama periode ini pembinaan telah berlangsung dengan
visi dan misi yang menggerakkan warga Jemaat untuk aktif
menumbuhkan persekutuan. Sejauh mana hal itu telah membangun
kepribadian warga Jemaat untuk mencapai kedewasaan penuh,
menjadi bahan evaluasi dalam perjalanan Jemaat ini.
Ketiga: ‘Kemandirian’ Gereja meliputi 3 (tiga) unsur, yaitu:
teologi, daya dan dana.38
Ketiga unsur ini merupakan mata rantai yang saling berkaitan erat.
Yang satu dapat menghambat yang lain bila tidak diperhatikan.
Yang satu sangat mendorong bila dikaitkan dengan yang lainnya.
Ketiganya merupakan unsur-unsur yang saling bersinergi untuk
menghasilkan kekuatan membangun Jemaat. Namun dalam
pelaksanaan-nya, daya atau kualitas manusia sangat strategis
untuk mengembangkan ‘kemandirian’. Sejak awal abad 20, faktor
‘kemandirian’ ini sangat diperjuangkan oleh Gereja-gereja di
Indonesia. Tokoh yang sangat penting adalah Dr. Hendrik Kraemer
yang terkenal dengan gagasannya untuk menjadikan pelayanan di
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
107
daerah-daerah pekabaran Injil menjadi Gereja-gereja muda yang
mandiri. Ia berkeliling Indonesia pada tahun 1927 – 1935 untuk
mendorong orang-orang Kristen Indonesia supaya menyambut
rencana Kemandirian Gereja.39
Walaupun ia menyadari bahwa banyak faktor akan menghalang,
tetapi ia melihat bahwa sudah tiba saatnya Gereja-gereja itu
mandiri. Dan ia mulai dengan pendidikan tenaga-tenaga sebagai
kekuatan yang menggerakkan. Faktor manusia sangat strategis,
maka dibentuknya lembaga-lembaga pendidikan dalam rangka
mewujudkan kemandirian. Bahkan Kraemer menekankan bahwa
kemandirian bukan terletak pada menterengnya organisasi dan
kelembagaan Gereja, tetapi pada Pemberitaan Firman dan
Sakramen yang menyatakan Injil YESUS KRISTUS,40
yang
dijabarkan secara luas dan berkualitas dalam pelayanan Gereja.
Sehubungan dengan itu, periode pelayanan Jemaat GPIB Sumber
Kasih 1992 – 2007, disebut sebagai periode Kemandirian untuk
mengingatkan warga Jemaat bahwa mereka berperan aktif
memberitakan Injil dalam hidup mereka sebagai bukti bahwa
mereka telah mengalami kedewasaan dalam kepenuhan KRISTUS.
Juga untuk mengingatkan para pelayan/pejabat bahwa pemberitaan
Firman dan Sakramen merupakan inti hidup mereka dan
dinampakkan dalam berbagai tindakan dan perilaku.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
108
Pasal 2: Peresmian Gedung dan Lonceng Gereja
eresmian Gedung Gereja menjadi peristiwa penting sebagai
titik berangkat masa kemandirian. Karena salah satu buah
pemberitaan Firman dan pelayanan Sakramen selama masa
pengembaraan adalah dibangunnya gedung Gereja ini. Dengan
kata lain pembangunan gedung Gereja adalah hasil tindakan
ALLAH melalui pelayanan GerejaNYA. Sebaliknya peresmian
gedung Gereja ini juga menjadi tonggak penting masa
pembangunan (Jemaat) dan masa kemandirian karena dari gedung
Gereja ini Firman TUHAN diberitakan dan Sakramen dilayani dan
kasih mengalir di tengah Jemaat dan masyarakat. Gedung Gereja
menjadi pusat kegiatan membangun kemandirian Jemaat.
1. Peresmian Gedung Gereja
Pembangunan fisik gedung Gereja dilaksanakan dalam waktu
yang relatif singkat. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang
diterbitkan oleh Pemerintah (Tata Kota DKI) tanggal 8
November 1991, langsung ditindaklanjuti oleh Panitia
Pembangunan. Pembangunan dimulai dengan Ibadah dan
pelaksanaan peletakan batu pertama tanggal 22 November
1991. Dan sekali pun gedung Gereja masih beratapkan langit,
Jemaat telah merayakan Paskah di dalam gedung tersebut yaitu
pada hari Paskah 1992. Demikian juga perayaan Natal 1992
dilaksanakan di dalam bangunan dan kompleks gedung Gereja
P
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
109
yang masih dalam tahap penyelesaian.
Tepat pada ulang tahun yang ke 11 (sebelas) tanggal 20 Mei
1993 pada Hari Raya Kenaikan TUHAN YESUS,
diresmikanlah pemakaian gedung Gereja sebagai Rumah
Ibadah dan kegiatan-kegiatan Gerejawi. Menteri Agama
Republik Indonesia : Dr. H.Tarmizi Taher menghadiri acara ini
dan meresmikan gedung Gereja GPIB Sumber Kasih.
Selanjutnya Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pdt. O.E.Ch.
Wuwungan, memimpin Ibadah Pentahbisan Gedung Gereja
sesuai Tata Ibadah Peresmian Gedung Gereja GPIB.
Nats Pembimbing dari Mazmur 100 dan khotbah berdasarkan
Efesus 1:15-22.
Ketua Panitia Pembangunan, W. M. Th. Nayoan,41
dalam
laporannya menjelaskan proses yang ditempuh mulai dari izin
prinsip oleh pemerintah (6 Juni 1987), penanaman pohon
kerukunan oleh Gubernur DKI, R. Suprapto (26 Juli 1987),
dilanjutkan dengan peletakan batu pertama oleh Sekwilda DKI,
M. Sinurat (22 November 1991). Pembangunan ini dimulai
dengan swadaya dari warga Jemaat dan sumbangan-sumbangan
lainnya. Dilaporkan juga bahwa sedang dipersiapkan
tempat/menara untuk lonceng yang dipesan khusus dari Negeri
Belanda.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
110
Pendeta S.Th.Kaihatu,42
Ketua Majelis Jemaat, dalam
sambutannya menekankan tentang Karya ALLAH dalam
pertumbuhan Jemaat GPIB Sumber Kasih. Jemaat mengalami
proses pergumulan yang panjang. Mulai dari membangun diri
sebagai Pos Pelayanan sampai menjadi Jemaat. Pembangunan
Jemaat tidak terlepas dari pembangunan masyarakat sambil
memberi perhatian kepada begitu banyak tantangan yang
dihadapi Gereja. Peresmian Gedung Gereja ini merupakan awal
dari satu babak baru perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih.
Babak baru membangun, memelihara dan mengembangkan
pelayanan dan kesaksian menuju Jemaat Misioner. Lebih
lanjut Pendeta Kaihatu menyatakan bahwa Pembangunan
gedung ini hanyalah salah satu facet pembangunan
multidimensional dalam masyarakat. Sebab kehidupan spiritual
masyarakat adalah asset bagi pembangunan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Ini
adalah bagian dalam proses perjalanan bangsa ini menuju
masyarakat sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan.
Suatu mutu masyarakat yang sejak awal sangat dianjurkan
dalam Alkitab. Sambil mengucap terima kasih atas kehadiran
Menteri Agama, para donator dan pelaksana pembangunan,
Pdt. Kaihatu menekankan bahwa seluruh proses pembangunan
ini memberikan kepastian bahwa rencana TUHAN tetap
menjadi kenyataan. Dalam rencana dan penugasan yang
TUHAN berikan, Jemaat melangkah memasuki hari-hari
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
111
pelayanan dan kesaksian untuk membangun, memelihara dan
mengembangkan masyarakat, Negara dan Bangsa Indonesia.
Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Pdt.O.E.Ch.Wuwungan,43
menyambut peristiwa ini dengan sukacita dan syukur kepada
TUHAN karena pembangunan gedung Gereja ini diselesai-
kan dalam waktu singkat. Bahwa pembangunan seperti ini
membuat kita menyadari dan menghayati keaneka-ragaman
hasil ciptaan TUHAN dan yang merangkum segala
kebhinekaan di alam semesta ke dalam rahmat dan berkatNYA.
Semuanya bersumber dari TUHAN Yang Esa, Sang Kepala
Gereja. Gedung ini menjadi lambang kehadiran dan pelayanan
Jemaat di tengah masyarakat, dan wujudnya adalah hasil kerja
dan buah karsa kebersamaan. Karsa dan tekad yang mesti ada
lebih dulu sedang dana dan segala sarana yang lain merupakan
konkretisasi dari pada apa yang dicita-cita, yang kemudian
dituangkan dalam rancangan. Ada sesuatu yang immaterial
berupa perpaduan kemauan, pikiran dan bayangan. Dan semua
itu yang tadinya tidak dapat di jamah, kini berbentuk dan ada
di depan mata kita. Kita bersyukur kepada TUHAN atas
kemampuan yang IA karuniakan untuk berkarya cipta seperti
ini, dan di segi ini kita telah mengambil bagian dalam
Pembangunan Nasional. Selanjutnya Pendeta Wuwungan
menggaris-bawahi bahwa pembangunan bukan hanya
menyangkut hal-hal material saja. Kemampuan berkarya
cipta, rasa kebersamaan dan integritas pribadi perlu dipelihara,
dikembangkan dan diwariskan karena kekokohan iman dan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
112
rasa kebersamaan akan mengalami tantangan dan godaan
yang bisa menggoyahkan dan melenturkan semangat
“koinonia, marturia dan diakonia”. Setiap karya cipta tidak
perlu membuat kita bersikap introvert dan eksklusif tetapi
mendorong untuk menghayati ungkapan YESUS: “AKU
datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, sebagai
tolak ukur setiap karya orang beriman. Sebab YESUS sendiri
menjadi “batu hidup” untuk pembangunan rumah rohani yang
tahan terhadap terpaan zaman. TUHAN yang adalah “Sumber
Kasih” melimpahi Jemaat dengan rahmat dan berkat.
2. Peresmian Lonceng Gereja
Sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
gedung Gereja Sumber Kasih, maka pada tanggal 12 Juni 1994
diresmikan pemakaian Lonceng Gereja. Peresmian ini
sekaligus merupakan puncak seluruh kegiatan HUT ke-12
Jemaat GPIB Sumber Kasih.
Lonceng mempunyai cerita tersendiri. Disponsori oleh warga
Jemaat sebagai sumbangan bagi pelayanan Gereja. Dipesan
khusus dari Koninklijke Klokkengieterij Petit & Fritsen B.V.,
Negeri Belanda. Dikerjakan secara modern dan unik. Melalui
“Carillon Station” yang dikendalikan dengan computer dan
dimainkan secara otomatik serta terintegrasi antara lonceng,
jam diding dan keyboard elektronik. Sinergi ini menghasilkan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
113
melodi sesuai lagu dan bunyi atau irama yang telah
diprogramkan.
Perangkat lonceng terdiri dari :
12 lonceng terbuat dari perunggu (bronze) digantung pada
menara yang terdiri dari 3 (tiga) tiang, masing-masing 8m,
8,5m dan 9,5m dengan diameter 300mm dan ketebalan
10mm.
Lonceng yang terberat adalah 250kg sedangkan yang
teringan, 24kg. seluruhnya 1.107kg.
Jam dinding berdiameter 100cm dan dapat digerakkan secara
terpadu dengan lonceng.
Ada 24 melodi lagu-lagu yang diprogramkan, yaitu:
Auld Lang Syne, Ave Maria, Berkibarlah Benderaku,
Di Muka TUHAN YESUS, Di tepinya Sungai Serayu,
Dirgahayu Indonesia, Hark the Herald Angels Sing,
Het Avondklokje, Holy-Holy-Holy, Hymne Kemerdekaan,
We Wish You A Merry Christmas, Indonesia Negaraku,
Indonesia Pusaka, Indonesia Raya, Kasiang Si Patokaan,
Onward Christian Soldiers, Rayuan Pulau Kelapa,
Sarinande, Saule, Stille Nacht, Tanah Airku, TUHAN Betapa
Banyaknya, Yerusalem bersoraklah, dan YESUS Memanggil.
Selain itu ada 19 bunyi dentang dan denting untuk
menunjukkan tanda-tanda waktu.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
114
Makna rohani di balik sarana pelayanan ini adalah persekutuan.
Baik persekutuan Jemaat maupun dengan masyarakat. Sesuai
inskripsi yang tertera pada 3 lonceng besar, maka sarana ini
ingin menjelaskan Firman TUHAN, yaitu: Yesaya 26:2 –
[Bukalah pintu-pintu gerbang, supaya masuk bangsa yang benar dan yang
tetap setia!]; Mazmur 100:2 - [Beribadahlah kepada TUHAN
dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!] dan
Mazmur 84:5 - [Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu,
yang terus-menerus memuji-muji Engkau.].
Dengan kutipan ayat-ayat tersebut keberadaan dan bunyi
lonceng ini juga mengandung makna panggilan dari TUHAN
kepada umat untuk hadir beribadah, memuji dan membesarkan
NamaNYA. Di sisi lain ketika lonceng itu berdentang, hal itu
mengandung makna rohani, yaitu pernyataan tentang
keberadaan Gereja yang melayani masyarakat dan sesama di
sekitarnya.
Peresmian pemakaian lonceng Gereja ini dilakukan oleh
Sekretaris Jenderal Departemen Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi (Parpostel) RI, Dr. Jonathan Parapak dan
Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pdt. O.E.Ch. Wuwungan.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
115
Pasal 3: Pengembangan Pelayanan
ejak tahun 1988 pengembangan pelayanan Jemaat telah
mengacu kepada keputusan-keputusan Persidangan Sinode
GPIB, khususnya tentang Garis-garis Besar Kebijakan Umum
Pelayanan Gereja (GBKUPG) dan keputusan Konsultasi tahunan
Mupel-Mupel dan Majelis Sinode. Tema-tema Sinodal mewarnai
seluruh program dan pelaksanaan pelayanan di Jemaat. Di samping
itu Majelis Jemaat juga menggali kebutuhan-kebutuhan Jemaat dan
masyarakat dan memadukannya dengan kebutuhan regional dan
Sinodal melalui Pertemuan-pertemuan Warga Sidi dan Loka Karya
Program setiap tahun. Setiap 3 (tiga) bulan, Majelis Jemaat
membuat evaluasi dan penilaian atas program-program dan
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi melalui pelaporan
secara berkala. Dari proses ini dibuat gambaran tentang
pengembangan pelayanan Jemaat sebagai berikut :
1. Tema-tema Pelayanan Sinodal
Pada masa pelayanan 1992 – 2007, berlangsung Persidangan-
persidangan Sinode GPIB, tahun 1990 di Makasar, 1995 dan
1996 di Bandung, 2000 dan 2002 di Caringin Bogor dan 2005
di Denpasar Bali. Tema-tema Persidangan Sinode tersebut
dijadikan sebagai benang merah dalam pelayanan Jemaat.
Karena itu perlu ditampilkan tem-tema tersebut sebagai
berikut:
S
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
116
a. Persidangan Sinode ke 15 tahun 1990 mengangkat tema :
“YESUS KRISTUS Terang Dunia”, (Yohanes 8:12)- [Maka
Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang
dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam
kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."] sebagai
kelanjutan dari tema Persidangan Sinode 1986. Sub Tema:
“Dengan Pembinaan Warga Gereja, kita meningkatkan
pelayanan dan peranserta Gereja menuju era tinggal
landas”. Sesuai Sub Tema tersebut, maka hal-hal yang
mendapat penekanan khusus adalah peningkatan
pembinaan warga Gereja. Sebagai tindak lanjutnya, Majelis
Sinode menerbitkan buku-buku dan bahan-bahan
pembinaan untuk Warga Jemaat, termasuk untuk anak-anak
dan teruna. Buku-buku tersebut adalah Sabda Bina Umat
(untuk keluarga-keluarga dan warga), Sabda Guna Krida
(bahan-bahan PA dalam ibadah-ibadah keluarga), Sabda
Guna Dharma (bahan-bahan khotbah), Kurikulum PA
(Sabda Bina Anak) dan PT (Sabda Bina Taruna), serta
Tata Ibadah. Pengolahan bahan-bahan tersebut sekaligus
merupakan penjabaran dari Pemahaman Iman yang telah
ditetapkan tahun 1986. Bahan-bahan pembinaan tersebut
menjadi pedoman penting dalam pengembagan pelayanan
Jemaat-jemaat.
b. Persidangan Sinode ke 16 1995 dan Persidangan Sinode
Istimewa 1996 merupakan satu kesatuan. Tema
Persidangan Sinode 1995: “YESUS KRISTUS adalah
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
117
Sumber Hidup”, dengan Sub Tema: “Meningkatkan
kualitas Sumber Daya Insani dan meningkatkan serta
melestarikan segala sumber daya alam demi kesejahteraan
bersama”. Tema yang ditonjolkan Persidangan Sinode
Istimewa 1996 adalah: “AKUlah Jalan, Kebenaran dan
Hidup” (Yohanes 14:6) – [Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan
dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui Aku.] dengan Sub Tema:
“Memperkokoh Jalinan Pelayanan Guna meningkatkan
Kualitas Kebersamaan”. Persidangan-persidangan Sinode
ini menetapkan perangkat peraturan sebagai upaya
perelevansian Tata Gereja GPIB khususnya Tata Dasar
dan Peraturan-peraturan Pokok serta Kepegawaian.
Di dalamnya termasuk perubahan masa bakti Majelis
Sinode dan Majelis Jemaat, dari 4 tahun menjadi 5 tahun.
Hasil-hasil dan keputusan Persidangan tersebut menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari upaya penataan
perangkat-perangkat peraturan dalam Jemaat-jemaat GPIB.
c. Persidangan Sinode ke 17, 2000 dan Persidangan
Sinode Istimewa 2002, juga merupakan satu kesatuan
dengan tema: “YESUS KRISTUS adalah Sumber
Pembaruan (II Kor 5:17) – [Jadi siapa yang ada di dalam Kristus,
ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru
sudah datang.]. Sub tema Persidangan Sinode 17:
“Meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani dalam
menghadapi Tantangan dalam abad XXI” menekankan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
118
pada pembinaan warga Gereja. Hal ini dilakukan sebagai
konsolidasi menghadapi tantangan di era post modern dan
tehnik informatika yang berkembang pesat. Sub Tema
Persidangan Sinode Istimewa 2002, “Memantapkan
Kehadiran Gereja sebagai satu Tubuh guna memenuhi
panggilan dan pengutusanNYA”, mengarahkan warga
Gereja untuk melakukan tugas panggilan Gereja dengan
perangkat-perangkat yang telah disediakan oleh GPIB.
Untuk itu Pokok-pokok Kebijakan Umum Panggilan dan
Pengutusan Gereja (PKUPPG) ditetapkan sebagai pedoman
bagi semua komponen untuk melakukan pelayanan.
d. Persidangan Sinode ke 18, 2005, dengan tema : YESUS
KRISTUS Sumber Damai Sejahtera (Yohanes 14:27),
menetapkan Visi GPIB 2006-2026: GPIB menjadi Gereja
yang mewujudkan Damai Sejahtera bagi seluruh
ciptaanNYA. Tema dan Visi ini dijabarkan melalui
PKUPPG 5 (lima) tahunan dan diuraikan dalam Tema-tema
Alkitab Tahunan. Tema dan Visi tersebut mengarahkan
GPIB dan warganya untuk mengembangkan Sektor
Misioner yang didukung oleh Sektor institusional dan
Sektor penunjang.
Keputusan Persidangan-persidangan Sinode tersebut telah
dijabarkan dalam konsultasi-konsultasi Sinodal serta
Persidangan-persidangan Sinode Tahunan untuk dijadikan
sebagai pedoman dan perangkat dalam pelayanan GPIB baik di
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
119
lingkungan Jemaat, Mupel maupun Sinodal. Jemaat GPIB
Sumber Kasih menerapkannya dalam pengembangan
pelayanan dengan memperhatikan konteks pergumulan
setempat. Hal itu tercermin dalam pembinaan-pembinaan
melalui Ibadah dan Liturgi, Khotbah Serial, Katekisasi,
penggembalaan dan perangkat-perangkat peraturan tahun 2002
untuk meningkatkan penghayatan iman serta pemberdayaan
warga dalam pembangunan Jemaat.
2. Bidang-bidang Pengembangan Pelayanan
Pengembangan pelayanan Jemaat didasarkan pada rumusan
visi dan misi Jemaat yang diangkat dari pergumulan Firman
TUHAN diperhadapkan dengan konteks pelayanan, baik
lingkungan Jemaat, Mupel dan Sinodal. Sejak tahun 2000
Majelis Jemaat merumuskan visi Jemaat GPIB Sumber Kasih
yaitu “Menjadi Jemaat yang bertumbuh dan berkembang
sebagai murid YESUS KRISTUS”. Untuk mewujudkan visi
tersebut ditetapkan misi sebagai berikut :
Pertama: Membawa orang kepada YESUS dan membawakan
ke dalam Jemaat untuk menjadi bagian dari keluarga ALLAH.
Kedua : Mengembangkan anggota Jemaat menuju ke
kedewasaan untuk menyerupai YESUS KRISTUS.
Ketiga : Melengkapi anggota Jemaat dalam pelayanan.
Keempat: Mengutus anggota Jemaat dalam kesaksian di
tengah-tengah dunia.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
120
Dalam rangka itu warga Jemaat diarahkan dengan arahan
komitmen yaitu mengambil keputusan iman untuk membangun
persekutuan yang melayani dan bersaksi.
Dengan visi dan misi tersebut ditentukan tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran bahkan komitmen yang akan dicapai dalam
setiap program dalam satu masa pelayanan. Semuanya
ini mengalami peninjauan dan evaluasi dalam Pertemuan
Warga Sidi dan Loka Karya Program Kerja Tahunan Jemaat.
Mengacu PKUPPG GPIB maka seluruh rencana dan program
Jemaat dilakukan berdasarkan pembidangan-pembidangan
penyesuaian sebagai berikut :
a. Bidang I: Iman, Ajaran dan Ibadah
Fungsinya meningkatkan kualitas iman warga Jemaat
melalui ibadah-ibadah dengan memberlaku-kan ajaran-
ajaran Gereja.
Kegiatan-kegiatan ini meliputi ibadah-ibadah pada hari
Minggu (umum, pemuda, PA, PT), Pelayanan Firman dan
Sakramen, Hari-hari Raya Kristiani dan Gerejawi,
Peneguhan Sidi, Peneguhan dan Pemberkatan Nikah,
Kedukaan, Keluarga, Pekan Keluarga, dan sesuai
kebutuhan. Untuk meningkatkan kualitasnya, diadakan
pembinaan-pembinaan para pelayan dan latihan-latihan
bagi pelaksana, persiapan bahan-bahan, serta pendalaman
ajaran-ajaran GPIB dan sosialisasinya. Tata Ibadah yang
dipergunakan dalam setiap ibadah adalah sesuai Ketetapan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
121
GPIB. Ibadah Hari Minggu dilaksanakan di Gereja Sumber
Kasih, pada jam 06.00, 09.00 dan 18.00; Kapel Cinere,
jam 07.00 dan 17.00. Ibadah Hari Minggu bahasa Jepang
dan Jerman dua kali sebulan jam 12.00.
Pada periode 1992 – 2007 telah dilayani baptisan untuk ….
Orang dan peneguhan dan pemberkatan Nikah untuk ……
pasang pengantin.
Ibadah-ibadah Minggu merupakan kekuatan yang
menggerakkan aktifitas-aktifitas pelayanan. Sebaliknya
semua aktifitas pelayanan menuntun warga Jemaat ke
Ibadah-ibadah Minggu. Perjumpaan dengan TUHAN
adalah suatu dorongan untuk melayani dan sebaliknya
pelayanan menggerakkan untuk berjumpa dengan TUHAN.
Dalam rangka itu khotbah-khotbah disampaikan dengan
tema-tema serial yang dikemas untuk menggerakkan
sekaligus menarik Jemaat untuk berjumpa dengan
KRISTUS.
Peran serta warga Jemaat dalam ibadah-ibadah diwujudkan
dalam berbagai bentuk antara lain : Paduan-paduan Suara /
Vocal Group dari Sektor-sektor Pelayanan, BPK-BPK :
antara lain Nafiri, Gloria, Sektor 6, Shalom, Solagratia,
Kasih, Ekklesia, Sektor 11, Kezia, G Voice, Antique,
Kolintang, Sumber Kasih, Anak, GP, PW, PKB, Lansia.
b. Bidang II: Pastoral
Fungsinya, meningkatkan kualitas hidup warga Jemaat
melalui pendampingan para pelayan. Kegiatan-kegiatan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
122
ini meliputi perkunjungan-perkunjungan, percakapan
persiapan baptisan, pernikahan, sidi, keluarga-keluarga
berduka. Secara khusus dilaksanakan konseling terhadap
warga Jemaat yang mengalami pergumulan dan masalah-
masalah diakonia. Untuk itu dirintis pengadaan Biro
Konsultasi dan Pelayanan Penggembalaan.
Supaya pelayanan ini berkelanjutan dan berkualitas,
diadakan pembinaan dan pelatihan bagi para pelaksana dan
kelompok-kelompok support kedukaan.
c. Bidang III: Katekisasi
Fungsinya, memperlengkapi warga Jemaat untuk memahami
dan mengaku imannya sebagai pengikut YESUS KRISTUS
sebagai TUHAN dan Juruselamat .
Kegiatannya meliputi proses belajar dan mengajar dengan
mempergunakan kurikulum dan bahan yang ditetapkan
GPIB. Para pesertanya dikelompokkan sesuai latar
belakang masing-masing, yaitu: Muda-mudi, Kristen baru
(dari agama lain), Profesional (Pilot, Pelaut, Pramugari,
TNI, Polri dll). Kegiatan ini dilakukan secara berkala dan
kemudian dievaluasi bersama Majelis Jemaat, sebelum
diadakan acara Retreat.
Pada Masa ini telah dilayani peneguhan Sidi untuk ...orang.
d. Bidang IV: Pelayanan dan Kesaksian
Fungsinya, memelihara iman warga Jemaat dengan
memberikan berbagai jenis bantuan; mendukung rencana-
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
123
rencana dan kegiatan Pelkes Sinodal dan sesama Gereja;
berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan warga
masyarakat :
- Kegiatan membantu warga Gereja (diakonia) dilakukan
dalam bentuk: santunan bagi keluarga pra-sejahtera,
pendidikan, pengobatan, kebutuhan lansia, kunjungan
dan santunan ke panti-panti, atensi pendeta-pendeta
emeritus dan kedukaan.
- Kegiatan mendukung Pelkes GPIB dan sesama Gereja,
dilakukan dalam bentuk: adopsi Pos Pelkes di Air Abik
Lampung (kebon Coklat dan Kelapa Hibrida) dan
Sambas (ternak babi), dan kegiatan Sinodal lainnya,
serta mendukung program pelayanan Lembaga
Kemasyarakatan yang dilakukan PGI.
- Kegiatan dalam bentuk partisipasi dengan masyarakat,
dilakukan melalui kepedulian terhadap masyarakat
yang mengalami bencana dan masyarakat pra-sejahtera.
- Kegiatan pelayanan Kesehatan pada setiap hari Minggu
dan Rabu untuk warga Jemaat, santunan pra-sejahtera
dan warga masyarakat: Secara tetap para tenaga medis
dari warga Jemaat yang melayani kegiatan tersebut.
e. Bidang V: Gereja dan Masyarakat
Fungsinya, memelihara komunikasi dan kepedulian dengan
masyarakat.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah mengambil
bagian dalam kegiatan-kegiatan masyarakat seperti Hari-
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
124
hari Raya Nasional, pelayanan Posyandu, Donor Darah,
Pasar Murah, perlayanan terhadap penyandang masalah-
masalah sosial, dan Bakti Sosial serta dialog antar umat
beragama untuk mewujudkan kerukunan yang baik dan
kerjasama yang bermanfaat (menghadapi kenakalan remaja,
anti narkoba, HIV/AIDS dan pengangguran). Kerjasama
dengan pemerintah setempat (Lurah, RW dan RT serta
perangkat-perangkatnya), TNI, POLRI dan lingkungan
sekitarnya dalam bentuk-bentuk pembinaan dan
penyuluhan, khususnya menghadapi peristiwa-peristiwa
pemboman dan teror-teror pada tahun 1998 yang terjadi di
berbagai tempat di Tanah Air, khususnya terhadap Gereja-
gereja. Gereja GPIB Sumber Kasih sendiri mendapat
ancaman bom melalui tilpon pada bulan Agustus 1998.
Mengantisipasi ancaman tersebut Majelis Jemaat
mengadakan koordinasi dengan aparat keamanan dan
bersama warga Jemaat dalam kesadaran iman membangun
Posko Bersama selama kurang lebih 1 (satu) bulan.
Kesadaran warga Jemaat dibangunkan untuk memahami
dan waspada terhadap apa yang sedang terjadi secara
nasional yang mengancam kehidupan bangsa dan Negara.
f. Bidang VI: Pembinaan dan Pengembangan
Sumber Daya Insani
Fungsinya, meningkatkan kualitas pelayan dan mem-
berdayakannya untuk pelayanan Jemaat.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
125
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: menyelenggara-
kan kursus-kursus Alkitab, latihan-latihan keterampilan
kepemimpinan dan pelayanan, pemuridan dan kemampuan-
kemampuan lainnya untuk para pelayan dalam Jemaat.
g. Bidang VII: Pendidikan
Fungsinya, membantu secara selektif warga Jemaat, khusus
usia sekolah dan kerja untuk memperoleh pendidikan yang
memadai dan pelatihan yang cukup untuk siap bekerja di
dalam masyarakat.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah dukungan untuk
anak-anak yang sedang belajar untuk program Diploma dan
Strata Satu, membantu pendidikan anak-anak pendeta
(TK-SMA) dan pendeta-pendeta GPIB studi S2 dan S3.
Selain itu mempersiapkan tenaga-tenaga untuk guru-guru
Agama Kristen.
h. Bidang VIII: Pelayanan Kategorial (BPK)
Fungsinya, meningkatkan peranan Bidang-bidang Pelayan-
an Kategorial (PA, PT, GP, PW, PKB, Persekutuan Lansia)
dalam membina dan memberdayakan warga Jemaat sesuai
kategori masing-masing.
Kegiatannya adalah mendorong dan membantu BPK-BPK
sehingga melaksanakan program-programnya masing-
masing untuk meningkatkan kualitas warga Jemaat.
Program-program itu meliputi ibadah-ibadah: Minggu (PA,
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
126
PT), Keluarga, Kunjungan-kunjungan, Pembinaan/latihan,
Retreat, Diakonia, Kemasyarakatan, Paduan Suara/Vocal
Group, dan partisipasi Kegiatan-kegiatan Mupel, Sinodal,
PGIS (setempat), PGIW (wilayah) dan PGI.
i. Bidang IX: Penelitian dan Pengembangan
Fungsinya, merencanakan dan mempresentasikan data-data
yang akurat mengenai perkembangan dan pertumbuhan
Jemaat.
Kegiatannya meliputi: menciptakan sistem data base,
mengelola hasil penelitian untuk konsumsi pelayanan,
membuat evaluasi dan proyeksi program, memelihara
perangkat-perangkat, merekruit tenaga pelatihan dan
membangun jejaring (network) dalam bidangnya.
j. Bidang X: Organisasi dan Komunikasi
Fungsinya, membangun kebersamaan dan meningkatkan
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) serta
mengembangkan sistim informasi dalam Jemaat.
Kegiatannya meliputi: pelaksanaan pertemuan-pertemuan
antar unsur-unsur pelayanan (sidang, rapat, seminar, loka
karya dll), mengelola laporan-laporan dan hasil evaluasi,
pelaksanaan pemilihan dan penetapan-penetapan pelayan,
pemberdayaan kantor Majelis Jemaat, penerbitan-
penerbitan Warta dan Bulletin.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
127
k. Bidang XI: Daya dan Dana
Fungsi : mendorong peningkatan pemasukan dana dan
pengelolahan pemakaian keuangan sesuai anggaran dan
kebutuhan pelayanan.
Kegiatan-kegiatannya meliputi: membangun kesadaran
untuk memberi melalui persembahan-persembahan dan
keterlibatan dalam usaha-usaha penggalangan dana dalam
Jemaat agar mencapai anggaran berimbang..
l. Bidang XII: Rumah Tangga
Fungsinya: Pemeliharaan/perawatan sarana dan prasarana
dan pengaturan penggunaannya untuk pelayanan intern
maupun ekstern serta proyeksi pengadaan yang baru.
Kegiatannya meliputi perawatan Gedung Gereja, Kapel,
Pastori, tanah. Inventaris-inventaris lainnya, perbaikan
dan rencana-rencana penambahannya.
Majelis Jemaat mengurus pengelolaan status tanah Gereja
dari HGB menjadi Hak Milik dengan SK BPN No.
014/04.520.2.09.02.2005, tanggal 17 Maret 2005 dengan
luas 4.010 m2 dan akan terkena rencana jalan 668 m
2,
sehingga tanah Gereja akan tersisa: 3.342 m2.
m. Bidang XIII: Umum
Fungsinya: menyelenggarakan kesejahteraan para pendeta
dan karyawan, pengadaan kebutuhan-kebutuhan kantor dan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
128
sarana-sarana penunjang serta kewajiban-kewajiban
keuangan secara Mupel dan Sinodal.
Kegiatannya meliputi: penggajian, tunjangan-tunjangan dan
transport pelayanan, biaya-biaya kantor, buku-buku dan
pembiayaan-pembiayaan rutin lainnya.
3. Bidang-bidang Kegiatan yang mencerminkan upaya
kemandirian
Mengacu pada pemahaman tentang kemandirian seperti terurai
dalam Pasal 1, bab IV ini, maka bidang kegiatan yang
menonjol adalah :
a. Bidang Iman, Ajaran dan Ibadah
Bidang kegiatan ini merupakan proses kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menjadikan warga Jemaat
mengalami perjumpaan dengan KRISTUS dan selanjutnya
efektif dalam pelayanan. Dengan begitu muncul
ketergantungan kepada YESUS KRISTUS dan
membangun komitmen untuk berdayaguna dalam
pelayanan. Melalui ibadah-ibadah yang dikemas secara
khusus upaya ini berproses dalam Jemaat. Walaupun
mengalami pasang surut, tetapi upaya di bidang ini telah
dengan sadar direncanakan untuk mewujudkan
kemandirian.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
129
b. Bidang Penggembalaan
Bidang kegiatan ini juga merupakan upaya
mempertemukan warga Jemaat dengan KRISTUS di
bawah terang Firman. Kegiatan ini walau belum (seluruh
periode) berlangsung dengan intensif dalam seluruh
periode tetapi telah berusaha mendorong upaya
kemandirian. Biro Konsultasi yang dirintis merupakan
pertanda pentingnya kegiatan penggembalaan sebagai
wujud kemandirian. Sehingga untuk hal-hal tertentu
tampak pembaruan, antara lain terjadi kedewasaan
spiritual.
c. Bidang Daya dan Dana
Bidang kegiatan ini cukup berhasil memberdayakan
potensi warga Jemaat untuk menghimpun dana dan
memanfaatkannya dalam rangka pembangunan Jemaat.
Walaupun potensi warga Jemaat belum merata digalang,
tetapi kegiatan di bidang ini cukup berkembang untuk
mewujudkan kemandirian.
Kesadaran memberi warga Jemaat cukup stabil dan dapat
dipacu melalui kegiatan bersama dengan tujuan-tujuan
pembangunan.
Anggaran pelayanan per tahun pada masa ini (khususnya
sesudah tahun 2000) yang mencapai 2 sampai 3 milyar
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
130
rupiah menunjukkan kemandirian daya dan dana dalam
Jemaat.
Pasal 4: Organisasi dan Kepemimpinan
i era modernisasi di mana kemandirian menjadi salah satu
faktor yang menonjol, pemahaman tentang organisasi dan
kepemimpinan mendapat penekanan yang baru. Organisasi tidak
hanya dipahami sebagai struktur, tetapi lebih dari itu adalah
sebagai perilaku, wadah dan suatu proses.44
Begitu pula dengan kepemimpinan yang tidak hanya berhubungan
dengan kemampuan mempengaruhi secara individual untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, tetapi lebih dari itu menyangkut
kemampuan membangun jejaring (networking) dan membangun
dinamika kelompok supaya tercipta sinergi untuk mencapai hasil
yang berlipat ganda dengan norma-norma yang baru sehingga
ternyata pembaruan. 45
Gereja, merupakan salah satu lembaga yang sejak semula
memberikan kontribusi yang penting bagi masyarakat untuk
mempergunakan organisasi dan kepemimpinan untuk melayani
masyarakat. Sumbangan itu juga merupakan bagian dari
kemandirian Gereja terutama dalam meneruskan Injil itu bagi
masyarakat dan dunia yang membutuhkan ketertiban menuju
tujuan yang jelas dan bermanfaat.
D
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
131
Secara praktis organisasi dan kepemimpinan Jemaat GPIB Sumber
Kasih berada dalam perjalanan kemandiriannya. Perkembangan
yang terjadi dalam bidang ini tidak terlepas dari ketetapan-
ketetapan Sinodal, antara lain tentang Tata Gereja dan Personalia.
1. Kepemimpinan Jemaat masa bakti 1992 – 1996
a. Pembentukan Majelis Jemaat
Kepemimpinan dalam Jemaat pada periode ini diawali
dengan pemilihan penatua dan diaken pada bulan Oktober
1992. Pemilihan ini berdasarkan Tata Gereja GPIB 1982
Peraturan No.1 tentang Pemilihan Penatua dan Diaken
GPIB dan Ketetapan-ketetapan Persidangan Sinode GPIB
XIV 1986 dan XV 1990 yang berhubungan dengan hal
tersebut (daftar nama Penatua dan Diaken masa bakti
1992–1996 – lampiran 8). Kepemimpinan Majelis Jemaat
terbentuk dan memilih serta menetapkan Pengurus Harian
Majelis Jemaat (PHMJ) yang bertugas selama 2 (dua)
tahun, yaitu :
01. Masa bakti 1992 – 1994
Ketua : Pdt. S.Th. Kaihatu
Ketua I : Pen. J.W. Piga
Ketua II : Pen. W. Pasla
Ketua III : Pen. S.A. Mamesah
Ketua IV : Dkn. H. Baramuli
Sekretaris : Pen. F. Lapoliwa
Sekretaris I : Dkn. F.P. Subrana
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
132
Sekretaris II : Pen. Th.Z. Burnama
Bendahara : Dkn. A.S. Kansil
Bendahara I : Dkn. G.H. Pesik
Catatan : Pada bulan September 1993, diadakan serah
terima jabatan Ketua dari Pdt. S.Th.Kaihatu kepada Ketua I
Pen. J.W.Piga karena Pdt. Kaihatu mendapat tugas belajar
dari Majelis Sinode GPIB ke Edinburg, Skotlandia –
Inggeris. Selanjutnya pada bulan Maret 1994 Pdt.
A.Aryono ditempatkan oleh Majelis Sinode GPIB sebagai
Pendeta Jemaat dan Ketua Majelis Jemaat GPIB Sumber
Kasih.
02. Masa bakti 1994 – 1996
Ketua : Pdt. A. Aryono
Ketua I : Pen. J.W. Piga
Ketua II : Pen. W. Pasla
Ketua III : Pen. P.R. Tewu
Ketua IV : Dkn. H. Baramuli
Sekretaris : Pen. F. Lapoliwa
Sekretaris I : Dkn. F.P. Subrana
Sekretaris II : Pen. Th.Z. Burnama
Bendahara : Pen. P. Massie
Bendahara I : Dkn. A.S. Kansil
Catatan : Sesuai keputusan Persidangan Sinode GPIB
XVI–1996, masa bakti Majelis Sinode dan Majelis Jemaat
diperpanjang dari 4 (empat) tahun menjadi 5 (lima) tahun,
termasuk BPK-BPK dan Badan-badan Pembantu lainnya.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
133
Sehingga masa bakti PHMJ yang sebelumnya 2 (dua) tahun
berubah menjadi 2½ (dua setengah) tahun. Dengan
demikian masa bakti Penatua dan Diaken dan BPK-
BPK/Badan-badan Pembantu menjadi 1992 – 1997,
sedangkan untuk PHMJ sampai 1997 diadakan pemilihan
baru.
03. Masa bakti 1996 – 1997
Ketua : Pdt. A. Aryono
Ketua I : Pen. N.A. Mbouw
Ketua II : Pen. E.M. Ruru
Ketua III : Pen. R.O. Kussoy
Ketua IV : Pen. C.A. Pangemanan
Sekretaris : Pen. Ny. E.H.A. Sigar
Sekretaris I : Pen. Ny. J.E. Chrisma-P.
Sekretaris II : Pen. R. Iskandar
Bendahara : Pen. Ny. E. Sugianto-P.
Bendahara I : Dkn. Ny. H. Pasla-van Unnik
Catatan : Pada bulan Oktober 1997 terjadi mutasi pendeta
oleh Majelis Sinode. Pdt. L.Hidete, ditempatkan sebagai
Pendeta Jemaat dan Ketua Majelis Jemaat GPIB Sumber
Kasih menggantikan Pdt. A. Aryono. Selanjutnya Pdt.
A. Aryono sebagai pendeta Jemaat dan Ketua Majelis
Jemaat GPIB Bethel Bandung. Pdt. Hidete sekaligus
bertugas mempersiap-kan pelaksanaan Pemilihan Penatua
dan Diaken masa bakti 1997 – 2002.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
134
b. Penataan Wilayah Pelayanan
Dengan memperhatikan perkembangan pelayanan Jemaat,
pada tahun 1995 Majelis Jemaat mengadakan penataan
kembali wilayah pelayanan. Dari 6 Sektor tahun 1984,
dikembangkan menjadi 11 Sektor Pelayanan.
Sektor-sektor Pelayanan tersebut sebagai berikut :
(1) Sektor I:
- Batas Wilayah:
Utara : Jalan-jalan: Margaguna, H. Nawi,
Sawo, Sawo 2, Damai 10, Mindi dan
Cempaka.
Timur : Kali Krukut
Barat : Jln. Metro Pondok Indah
Selatan : Jalan-jalan: Puri Sakti II, Buntu,
H.Zaini, Asam II, menyusuri Jln. RS
Fatmawati ke Bahari I kearah Bukit
Golf dan berakhir di Metro Kencana
IV, Pondok Indah.
- Jumlah warga : 60 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 4 penatua dan 5 diaken
(2) Sektor II:
- Batas Wilayah:
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
135
Utara : Jalan-jalan: Bahari menyusuri Jln.RS
Fatmawati ke Jln.Asem II, H.Zaini,
Puri Sakti II, Buntu, Bukit Golf dan
Metro Kencan IV.
Timur : Kali Krukut
Barat : Jln. RS Fatmawati
Selatan : Jalan-jalan: Cerme, Cilandak Tengah,
Cilandak Dalam.
- Jumlah warga : 55 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 3 penatua dan 3 diaken
(3) Sektor III:
- Batas Wilayah:
Utara : Jalan-jalan: Metro Kencan IV, Bukit
Golf, Bahari I, melintas Jln.RS
Fatmawati ke Cerme, Cilandak
Tengah, Cilandak Dalam terus
melintas Antasari dan berakhir di Kali
Krukut.
Timur : Kali Krukut
Barat : Jalan-jalan: Metro Pondok Indah ke
Alam Asri dan Bukit Hijau Pondok
Indah
Selatan : Ring road Jln. T.B.Simatupang dan
Lebak Bulus
- Jumlah warga : 53 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 2 penatua dan 3 diaken
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
136
(4) Sektor IV:
- Batas Wilayah:
Utara : Jln. T.B.Simatupang
Timur : Kali Krukut
Barat : Jln. RS Fatmawati Raya
Selatan : Jalan Margasatwa, Pondok Labu
- Jumlah warga : 72 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 4 penatua dan 5 diaken
(5) Sektor V:
- Batas Wilayah:
Utara : Jalan Margasatwa, Pondok Labu
Timur : Kali Krukut
Barat : Jalan-jalan: Pasar Pondok Labu,
Litbang Hankam, Pangkalan Jati I dan
II dan Kali Grogol
Selatan : Jln. Mesjid Al-Ashyar dan perbatasan
Pusdiklat Kehakiman/Kompleks BPK
Gandul.
- Jumlah warga : 45 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 3 penatua dan 3 diaken
(6) Sektor VI:
- Batas Wilayah:
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
137
Utara : Jln.Lebak Bulus Raya, Termimal
Lebak Bulus, Pasar Jumat.
Timur : Jln. Raya RS Fatmawati
Barat : Kali Pesanggrahan, Kompl.PdanK
Cirendeau dan Kompl.Ciredeau Indah
Ps.Jumat.
Selatan : Jln. Lebak Bulus III, Kompl.Bumi
Karang Indah, Jln.Puskesmas.
- Jumlah warga : 89 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 4 penatua dan 6 diaken
(7) Sektor VII:
- Batas Wilayah:
Utara : Jln.Lebak Bulus III, Kompl.Bumi
Karang Indah, Jln.Puskesmas
Timur : Jalan-jalan: RS Fatmawati,Ps. Pondok
Labu, Hankam, Pangkalan Jati I, II dan
Kali Grogol.
Barat : Kali Pesanggrahan, Desa Cireundeau
Pisangan.
Selatan : Jln. Maribaya, Puri Cinere, Manggis
Raya.
- Jumlah warga : 84 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 5 penatua dan 6 diaken
(8) Sektor VIII: (Cirendeau dan Pondok Cabe)
- Batas Wilayah:
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
138
Utara : Kali Pesanggrahan Cirendeau,
Kampung Poncol.
Timur : Kali Pesanggrahan Lebak Bulus, Komp.
Cinere Mas, Kali Pesanggrahan Cinere
Barat.
Barat : Universitas Terbuka, Jln. Pondok cabe
Udik, Komp. Polri Airud, Kampung
Poncol, Pondok Bulak, Komp. I.A.N.,
Kampung Gunung Pisangan Cirendeau.
Selatan : Jalur Pipa Gas Pertamina Pondok Cabe
Udik.
- Jumlah warga : 35 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 1 penatua dan 1 diaken
(9) Sektor IX: (Cinere Utara)
- Batas Wilayah:
Utara : Jalan-jalan: Maribaya, RS Puri Cinere,
Manggis Raya, Batas Selatan Pusdiklat
Kehakiman Gandul/ Batas Utara
Komp. BPK Gandul, Mesjid Raya Al
Achyar
Timur : Kali Krukut
Barat : Kali Pesanggrahan Pondok Cabe
Cireundeau
Selatan : Jalan-jalan: Jakarta, Bukit Cinere,
Gandul Radio Mustang.
- Jumlah warga : 55 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 5 penatua dan 3 diaken
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
139
(10) Sektor X: (Cinere Tengah)
- Batas Wilayah:
Utara : Jalan-jalan: Jakarta, Bukit Cinere,
Gandul Radio Mustang.
Timur : Kali Krukut, Jln. Cinere Raya, Bukit Cinere
Indah
Barat : Kali Pesanggrahan Pondok Cabe Ilir dan
Cabe Udik
Selatan : Jalan-jalan Lereng Indah, Flamboyan,
Kelapa Gading batas utara PLN
Gandul Cinere.
- Jumlah warga : 55 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 5 penatua dan 3 diaken
(11) Sektor XI: (Cinere Selatan, Desa Limo)
- Batas Wilayah:
Utara : Jalan-jalan Lereng Indah, Flamboyan,
Kelapa Gading batas utara PLN
Gandul Cinere.
Timur : Kali Krukut
Barat : Kali Pesanggrahan Pondok Cabe Udik
Selatan : Desa Rangkapan Jaya Baru, Meruyung
Sawangan Depok.
- Jumlah warga : 61 kepala keluarga
- Majelis Jemaat: 3 penatua dan 3 diaken
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
140
Catatan : Jumlah keluarga : 663 Kepala Keluarga
Majelis Jemaat: : 35 penatua dan 41 diaken
c. Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan
Pengadaan Badan-badan Pembantu dan Pelaksana
Pelayanan dibentuk oleh Majelis Jemaat masa bakti 1992 –
1996 sesuai Tata Gereja dan kebutuhan pelayanan:
(1) Pengurus-pengurus Bidang Pelayanan Kategorial:
Tata Gereja 1982 Peraturan No.6 – masa tugas 4
tahun. (Daftar nama Pengurus BPK masa bakti 1992 –
1996 Lampiran 9)
(2) Pengurus Komisi : Tata Gereja 1982 Peraturan No.9.
(Daftar nama Pengurus Komisi masa bakti 1992 –
1996 Lampiran 10)
(3) Kantor Majelis Jemaat :
Alamat: Gereja GPIB Sumber Kasih
Jln. Lebak Bulus III No.50,Jakarta Selatan.
Pegawai dan tenaga-tenaga medis (lampiran 11)
d. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ)
Tata Gereja 1982 – Peraturan No. 8: Badan pemeriksa
Perbendaharaan Jemaat (BPPJ) masa bakti 1992 – 1996.
Ketua : R.A. Salaki
Anggota : R.J. Musa ; T.T. Boham.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
141
e. Pertemuan Warga Sidi Jemaat dan Penyusunan Program
Kegiatan ini telah dilembagakan dalam pelayanan Jemaat
sebagai satu proses pembelajaran tiap tahun bagi warga
Jemaat dan unsur-unsur pelayanan. Pengolahan program
kegiatan melibatkan warga Jemaat dan semua unsur
membahasnya dalam Loka Karya. Pedoman Penyusunan
Program adalah Kebijakan Umum Panggilan dan
Pengaturan Gereja (KUPPG) GPIB. Pertemuan warga sidi
Jemaat dan Loka Karya Penyusunan Program telah
dilembagakan dalam Jemaat sejak tahun 1988 dan
diteruskan sampai sekarang (2007).
f. Pendeta-pendeta dan Vikaris yang melayani.
(1) Pendeta-pendeta : S.Th. Kaihatu (1991 – 1993)
A. Aryono (1994 – 1997)
Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu
Ny. F. T. Matulandi-Kandioh
Ny. D. Loblobly-Lulu
(2) Vikaris : S.A.Z. Karinda (1991 – 1993)
Tri Esti Handaya (1992 – 1994)
Ch. J. Wongkar (1993 – 1995)
E.Vivi Sampelan (1995 – 1997)
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
142
2. Kepemimpinan Jemaat masa bakti 1997 – 2002
a. Pembentukan Majelis Jemaat
Masa bakti 1996 – 2002 diawali dengan pemilihan penatua
dan diaken pada bulan Oktober 1996 sesuai Tata Gereja
yang berlaku (daftar nama Penatua dan Diaken masa bakti
1996 – 2002 Lampiran 12). Para Penatua dan Diaken
membentuk Majelis Jemaat dan dilanjutkan dengan
pemilihan dan penetapan Pelaksana Harian Majelis Jemaat
(sesuai Tata Gereja 1995, istilah Pengurus Harian diganti
dengan Pelaksana Harian dengan masa bakti 2½ tahun).
01. Masa bakti 1996 – 1999
Ketua : Pdt. L. Hidete
Ketua I : Pen. A.J. Samboh
Ketua II : Pen. E.J. Hatibie
Ketua III : Pen. Ny. C.H. Lalamentik-M
Ketua IV : Pen. Aprilano Joendarto
Sekretaris : Pen. Ny. J.E. Chrisna-P.
Sekretaris I : Dkn. Ny. Melva P. Pasaribu
Sekretaris II : Pen. R.R. Rompas
Bendahara : Dkn. Ny. K.Pasla-van Unnik
Bendahara I : Pen. Ny. E.Soegiarto-P.
02. Masa bakti 1999 – 2002
Ketua : Pdt. L. Hidete (sampai 2001)
dilanjutkan: Pdt. P.A.J. Waney
Ketua I : Pen. A.J. Samboh
Ketua II : Pen. E.H. Sanger
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
143
Ketua III : Pen. Ny. C.H. Lalamentik-M
Ketua IV : Pen. Aprilano Joendarto
Sekretaris : Pen. Ny. J.E. Chrisna-P.
Sekretaris I : Dkn. Ny. Melva P. Pasaribu
Sekretaris II : Pen. R.R. Rompas
Bendahara : Pen. Ny. E.Soegiarto-P
Catatan: Pada bulan Mei 2001. Majelis Sinode
menempatkan Pdt. P.A.J. Waney sebagai
Pendeta dan Ketua Majelis Jemaat GPIB
Sumber Kasih menggantikan Pdt. L. Hidete
yang diangkat sebagai Ketua I Majelis Sinode.
b. Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan
Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan dibentuk
oleh Majelis Jemaat sesuai Tata Gereja dan kebutuhan
pelayanan dengan masa tugas 5 (lima) tahun:
(1) Pengurus-pengurus Bidang Pelayanan Kategorial
(Daftar nama Pengurus BPK masa bakti 1996 – 2002
Lampiran 13)
(2) Pengurus Komisi : (Daftar nama Pengurus Komisi
masa bakti 1996 – 2002 Lampiran 10)
(3) Kantor Majelis Jemaat : Jln. Lebak Bulus III No.50,
Jakarta Selatan.
Pegawai-pegawai dan tenaga medis (lampiran 11)
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
144
c. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ)
Ketua : J.F. Ngantung
Anggota : Ny. Haryati
H. Massie
D.P. Theyssen
d. Pendeta-pendeta dan Vikaris
(1) Pendeta-pendeta : A. Aryono (1994 – 1997)
L. Hidete (1997 – 2001)
A.F. Lapodooh (1998 –1999)
Ny. F. Pattipeilohy (1999 – 2001)
Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu
Ny. F. T. Matulandi-Kandioh
Ny. D. Loblobly-Lulu
(2) Vikaris : Josias Tuanakotta (1997)
Hasiholan Simangunsong (1998)
Nerva Mangialu (1998 – 1999)
Wendy Kakerissa (1999 – 2001)
3. Kepemimpinan Jemaat masa bakti 2002 - 2007
a. Pembentukan Majelis Jemaat
Masa bakti 2002 – 2007 diawali dengan pemilihan penatua
dan diaken pada bulan Oktober 2002 sesuai Tata Gereja
GPIB (daftar nama Penatua dan Diaken masa bakti 2002 –
2007 Lampiran 14). Jumlah keluarga dalam Jemaat
adalah 740 kepala keluarga. Jumlah ini bertambah menjadi
761 pada tahun 2006. Majelis Jemaat yang terbentuk
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
145
memilih Pelaksana Harian Majelis Jemaat untuk masa
bakti 2½ tahun.
01. Masa bakti 2002 – 2005
Ketua : Pdt. P.A.J. Waney
Ketua I : Pen. S.E. Leimena
Ketua II : Pen. E.H. Sanger
Ketua III : Pen. J.W. Piga
Ketua IV : Pen. A.J. Samboh, karena tugasnya,
dialihkan pada Pen. Henry Budiman
Sekretaris : Pen. Ny. Linda A.Ch.Kansil-Wulur
Sekretaris I : Pen. R.R. Rompas
Sekretaris II : Pen. A.A. Louhenapessy
Bendahara : Pen. W.R. Tandayu
Bendahara I : Pen. Ny. Inge L. Ekel.
02. Masa bakti 2005 – 2007
Ketua : Pdt. P.A.J. Waney (sampai 2006)
dilanjutkan: Pdt. Rudy. Safardan
Ketua I : Pen. S.E. Leimena
Ketua II : Pen. T. Tampubolon
Ketua III : Pen. Mercy Mandagi
Ketua IV : Pen. Henry Budiman
Sekretaris : Pen. Ny. Linda A.Ch.Kansil-Wulur
Sekretaris I : Pen. Ny. J.E. Chrisna-P.
Sekretaris II : Pen. A.A. Louhenapessy
Bendahara : Pen. W.R. Tandayu
Bendahara I : Dkn. Ny. K.Pasla-van Unnik
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
146
Catatan: Sesuai ketetapan Majelis Sinode, Pdt. P.A.J.
Waney ditugaskan sebagai pendeta Jemaat di
Jemaat GPIB Karunia dan Pendeta R.
Safardan menggantikannya sebagai Pendeta
Jemaat dan Ketua Majelis Jemaat GPIB
Sumber Kasih.
b. Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan
Badan-badan Pembantu dan Pelaksana Pelayanan dibentuk
oleh Majelis Jemaat dengan masa tugas 5 (lima) tahun:
(1) Pengurus-pengurus Bidang Pelayanan Kategorial
(Daftar nama Pengurus BPK masa bakti 2002 –
2007 Lampiran 15)
(2) Pengurus Komisi : (Daftar nama Pengurus Komisi
masa bakti 2002 – 2007 Lampiran 16)
(3) Kantor Majelis Jemaat : Jln. Lebak Bulus III No.50,
Jakarta Selatan.
Pegawai-pegawai dan Tenaga Medis (lampiran 11)
c. Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat (BPPJ)
Ketua : John Fandoe
Anggota : Ny. Annie H.Radjawane-Joesop
Ny. Mona A. Wijaya-Mongula
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
147
d. Pendeta-pendeta dan Vikaris
(1) Pendeta-pendeta : P.A.J. Waney (2001 - 2005)
R. Safardan (2005 - kini)
Ny. L.E.Wemay (2002 - 2006)
Ny. Corry S-Rahasia (2006 - kini)
M. I. Pingak (2006 - kini)
Ny. A.J.M. Loppies-Mustamu
Ny. F. T. Matulandi-Kandioh
Ny. D. Loblobly-Lulu
E.E. Rompas
(2) Vikaris : Devy Dantjie (2002-2003)
Vengky Lekahena (2002)
Elizabeth Sihite (2003-2004)
Liat Sihotang (2005-2006)
e. Pelayan-pelayan Jemaat yang aktif secara Sinodal dan
Oikumenis (lampiran 17)
Pasal 5: Perangkat Peraturan
emandirian sering dihubungkan dengan kedewasaan. Salah
satu ciri kedewasaan adalah hidup tertib dan teratur. Segala
sesuatu haruslah berlangsung dengan sopan dan teratur
(I Kor.14:40) – [Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan
teratur.]. Untuk itulah peraturan-peraturan dalam Gereja disusun
dan diberlakukan. Sebab ALLAH tidak menghendaki kekacauan
tetapi damai sejahtera di dalam GerejaNYA (I Kor.14:33) – [Sebab
K
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
148
Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.] Peraturan-
peraturan Gereja harus memberikan jalan bagi berlangsungnya
pelayanan. Peraturan diadakan untuk pelayanan dan bukan
sebaliknya. Maksudnya supaya karunia-karunia Roh setiap warga
berfungsi dengan benar dan tepat demi pelaksanaan dan
peningkatan pelayanan. Dengan kata lain peraturan diciptakan
untuk memberikan kesempatan bagi warga Jemaat melayani. Atau
peraturan berfungsi untuk memberdayakan karunia-karunia yang
dimiliki warga Jemaat agar Gereja sebagai Tubuh KRISTUS
rapi tersusun untuk memuliakan ALLAH (Efesus 4:16) – [Efesus
4:16 Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi
satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap
anggota -- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.].
Dalam hubungan ini peraturan-peraturan mendatangkan sukacita
melayani. Tidak boleh mendatangkan beban apalagi sebagai alat
kekuasaan untuk memerintah.
Pada tahun 1991, Majelis Jemaat telah menyusun Peraturan
Pelaksanaan Majelis Jemaat (PPMJ) GPIB Sumber Kasih. PPMJ
ini diberlakukan kurang lebih 10 (sepuluh) tahun, kemudian
diperbaharui sesuai dengan perkembangan pelayanan dan
perelevansian Tata Gereja GPIB hasil Persidangan Sinode GPIB
1995, 1996, 2000. Sidang Pleno Majelis Jemaat GPIB Sumber
Kasih menetapkan PPMJ 2002 tersebut pada tanggal 23 Februari
2002.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
149
Peraturan tersebut terdiri dari :
1. Nomor 1 tentang Jemaat GPIB Sumber Kasih
2. Nomor 2 tentang Sidang Majelis Jemaat dan Pertemuan
Warga Sidi Jemaat
3. Nomor 3 tentang Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih
4. Nomor 4 tentang Pelaksana Harian Majelis Jemaat
5. Nomor 5 tentang Badan Pelaksana Majelis Jemaat
6. Nomor 6 tentang Sumber Daya Harta Milik Gereja di
Jemaat dan pengelolaannya.
7. Nomor 7 tentang Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat
(BPPJ)
8. Nomor 8 tentang Kantor Majelis Jemaat dan Pegawai
Kantor Majelis Jemaat
9. Nomor 9 tentang Bidang Pelayanan Kategorial (BPK)
Pasal 6: Penyelenggaraan Pos Pelayanan
embukaan Pos Pelayanan sebenarnya merupakan bagian dari
pengembangan pelayanan untuk menjangkau warga Jemaat di
tempatnya. Perkembangan masyarakat dan pembangunan
perumahan yang muncul di daerah-daerah baru menarik perhatian
Gereja untuk meningkatkan pelayanan baik secara kwantitatif
maupun kwalitatif. Menyadari akan hal itu khususnya
P
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
150
perkembangan pelayanan di daerah Cinere mengarah ke Selatan,
maka pada tanggal 25 November 2001 dibuka pos pelayanan di
Blok M Jln. Jakarta No. 86 Cinere, Depok.
Pembukaan Pos ini tidak hanya untuk menampung kebutuhan
ibadah Minggu bagi warga sekitar, tetapi untuk mengantisipasi
perkembangan di wilayah tersebut pada masa yang akan datang.
Di wilayah ini, khususnya Pangkalan Jati, Cinere dan sekitarnya
telah hadir berbagai Gereja dengan latar belakang yang berbeda-
beda. Selain GPIB, Gereja Katolik Roma, GKI dan HKBP telah
muncul Gereja-gereja baru seperti GBI, GPdI, GKRI. Untuk
mengkoordinir kegiatan Gereja-gereja ini secara oikumenis, telah
terbentuk Forum Komunikasi Oikumene dengan sekretariat
bertempat di GKRI Diaspora, Jln. Cinere Raya Blok M-1, Cinere,
Depok.
Penyelenggaraan kegiatan di Pos Pelayanan Cinere, tidak
dimaksudkan untuk sekedar menambah banyaknya ibadah-ibadah
Minggu Gereja-gereja di wilayah itu, atau hanya melayani warga
GPIB yang menjalani berbagai hambatan untuk beribadah di
Gereja GPIB Sumber Kasih, tetapi lebih jauh sebagai ujung
tombak pembangunan Jemaat baru di masa depan.
Pembukaan Pos Pelayanan ini dilakukan oleh Majelis Jemaat GPIB
Sumber Kasih dengan Ibadah Minggu yang dipimpin oleh Pdt.
J.W.B.P.Kokali, Ketua III Majelis Sinode GPIB. Direncanakan
pada masa yang akan datang Pos Pelayanan Cinere ini menjadi
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
151
pusat aktifitas yang menggerakkan pelayanan GPIB dari Cinere
kearah selatan. Begitu pentingnya Pos Pelayanan ini sebagai pusat
gerakan di wilayah baru yang berkembang sehingga Majelis
Sinode GPIB juga mengambil bagian dalam pembukaannya.
Pasal 7:
Perayaan 25 Tahun Pelayanan Jemaat GPIB Sumber Kasih
anggal 20 Mei 2007, Jemaat GPIB Sumber Kasih genap
berusia 25 tahun. Seperempat abad pelayanan Jemaat ini
bertumbuh dan berkembang oleh Kasih Karunia ALLAH. Seluruh
warga Jemaat mengucap syukur kepada TUHAN atas keberadaan
Jemaat ini yang melayani sebagai Tubuh KRISTUS.
Majelis Jemaat dan semua perangkat-perangkat yang melayani
dengan kerendahan hati mengakui karya dan pimpinan TUHAN
dalam pergumulan dan sukacita pelayanan Jemaat ini. Seluruh
pengakuan dan pengucapan syukur kepada TUHAN, diwujudkan
melalui berbagai kegiatan selama kurang lebih 6 (enam) bulan,
sejak Desember 2006 dan memuncak pada bulan Mei 2007.
Kegiatan tersebut meliputi 4 (empat) bidang, yaitu :
(1) Daya dan Dana ; (2) Pelayanan (IAI);
(3) Penulisan Sejarah; (4) Perlengkapan.
Dalam rangka itu dilaksanakan visitasi/kunjungan, ibadah-ibadah
keluarga, khotbah-khotbah Tematis, Penyegaran Iman, Serasehan
dan Seminar Sejarah, penerbitan buku Sejarah, Bakti Sosial, usaha-
T
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
152
usaha dana, turnamen golf, pagelaran musik dan Ibadah Syukur 20
Mei 2007.
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ini Majelis Jemaat
membentuk Panitia Pelaksana Perayaan 25 tahun Pelayanan
Jemaat GPIB Sumber Kasih. (lampiran 18)
Pasal 8: Rangkuman
ada masa Kemandirian ini Jemaat GPIB Sumber Kasih telah
menampilkan diri sebagai alat dalam tangan TUHAN untuk
membangun dan melayani. Sebagai alat TUHAN, Jemaat
ini menekankan pada ibadah dan penggembalaan yang
mempertemukan warga Jemaat dengan TUHAN Yang empunya
pelayanan. Dengan kegiatan ini telah muncul kedewasaan untuk
menata pelayanan sebagai Tubuh KRISTUS. Persekutuan Jemaat
terbina secara berkelanjutan. Pelayanan dan kesaksian digerakkan
degan memberdayakan warga Jemaat. Walau demikian Jemaat ini
diperhadapkan dengan pergumulan untuk membuat dirinya sebagai
Jemaat Misioner. Begitu juga daya dan dana digalang dengan
keyakinan bahwa warga Jemaat memiliki potensi yang merupakan
karunia TUHAN. Hal itu semua tergambar dalam Visi, Misi dan
Tujuan-tujuannya dan berkembang dengan komitmen warga
Jemaat.
Data-data tahun 1995 menunjukkan bahwa wilayah pelayanan
Jemaat sangat luas. Terdiri dari 11 sektor terbentang dari Jln. Haji
P
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
153
Nawi (Gandaria Selatan) dan Jln. Damai 10 (Cipete Utara) di Utara
sampai ke Selatan menuju ke Limo dan perbatasan Sawangan.
Untuk menjelajahnya dengan pelayanan, tidak hanya dibutuhkan
penataan secara sektoral, tetapi juga perencanaan yang lebih
terpadu dalam rangka mewujudkan Jemaat Misioner. Jemaat yang
berbuah tidak cukup diukur dengan pelayanan ibadah dan
penggembalaan tetapi bagaimana dari satu Jemaat muncul
pelembagaan Jemaat yang baru. Atau tidak hanya diukur dengan
banyaknya warga Jemaat yang melayani di dalam Gereja tetapi
juga menjadi penting bila warga Jemaat berprestasi dalam
masyarakat dan lingkungan pekerjaannya.
Masa kemandirian tidak berhenti di tahun 2007 ini. Tetapi baru
dimulai dan berproses ke masa depan. 25 tahun berikutnya di usia
yang ke-50 kemandirian ini akan dinilai dan dijadikan sebagai titik
berangkat yang baru.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
154
BAB V :
PEMBANGUNAN JEMAAT MISSIONER
Pasal 1: Latar belakang
erayakan ulang tahun pelayanan, kita tidak hanya
menengok ke belakang, tetapi juga melihat ke depan.
Ke belakang untuk menyaksikan karya-karya ALLAH tetapi
juga melihat ke depan menyongsong karya-karya ALLAH.
Dengan merayakan ulang tahun Jemaat GPIB Sumber Kasih,
kita tidak hanya mengungkapkan perbuatan-perbuatan ALLAH
yang besar lalu mensyukurinya dengan sukacita. Tetapi juga
didorong menyambut masa depan bersama ALLAH yang terus
bekerja mendatangkan keselamatan bagi manusia dan dunia.
Kita menyambut masa depan dengan komitmen yang
teguh dan benar dalam jalan ALLAH. Kemampuan untuk
mengantisipasi masa depan tidak hanya bergantung pada
kualitas sumber daya untuk membuat perencanaan-perencanaan
dengan analisis-analisis yang akurat, tetapi ada segi lain yang perlu
diperhatikan.
Secara Kristiani kita menyambut masa depan dengan memohon
Roh Hikmat dan Wahyu ALLAH supaya dapat membaca
tanda-tanda zaman. Dengan begitu kita mengerti pengharapan
apakah yang terkandung dalam panggilanNYA terhadap Gereja
M
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
155
(Efesus 1:17,18) – [1:17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus,
yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan
wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. 1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata
hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam
panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi
orang-orang kudus,].
Kita akan menjalani masa depan dengan komitmen untuk
bersama ALLAH mewujudkan Karya-karyaNYA dalam kurun
waktu 25 tahun kedua perjalanan Jemaat GPIB Sumber Kasih.
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, kita menyimpulkan bahwa
pembangunan Jemaat ini telah berlangsung dalam kuasa ROH
KUDUS, sehingga warga Jemaat dituntun untuk bertemu dan
bergaul dengan KRISTUS. Pertemuan mana telah memunculkan
tanggungjawab untuk memberlakukan kasih dan damai sejahtera
ALLAH, khususnya secara intern dalam Jemaat.
Pengalaman selama 25 tahun melayani, menunjukkan bahwa
Jemaat ini telah bertumbuh dan berkembang oleh Kasih
Karunia ALLAH Bapa. Hal tersebut tidak dapat diragukan lagi.
Malahan telah menjadi pengakuan bersama dalam Jemaat.
Tetapi soal Jemaat ini telah berbuah, agaknya tidak mudah
merumuskannya, apalagi bila dihubungkan dengan Galatia 5:22-23
- [5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak
ada hukum yang menentang hal-hal itu.]. Panggilan untuk berbuah
memang diamanatkan oleh YESUS seperti yang disaksikan
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
156
dalam Yohanes 15:16 – [15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi
Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi
dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta
kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.]. Panggilan untuk
berbuah memang telah diupayakan melalui pembinaan dan
penjabaran visi dan misi Jemaat. Tetapi adalah sangat sulit untuk
mengukurnya, apalagi dengan berpedoman pada Matius 5:48 –
[5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga
adalah sempurna."] Walau demikian Jemaat telah menunjukkan
kemandiriannya sebagai wujud dari kehidupan yang bertumbuh
dan berkembang. Kemandirian sebagai satu proses di mana
persekutuan Jemaat mengalami kedewasaan karena perjumpaannya
dengan YESUS. Perjumpaan itu membuat Jemaat memahami dan
mengalami keselamatan ALLAH. Oleh ROH KUDUS mereka
dimampukan untuk melaksanakan aktifitas baik dalam bentuk
memelihara iman maupun pemberdayaan warga. Pemeliharaan
iman dilaksanakan melalui Ibadah-ibadah, Pemberitaan Firman
dan Pelayanan Sakramen, penggembalaan dan pembinaan.
Sedangkan pemberdayaan warga dilakukan dengan menyediakan
berbagai perangkat dan memberikan motivasi untuk ikut serta
dalam pembangunan Jemaat.
Jemaat GPIB Sumber Kasih telah bertumbuh dan berkembang
sebagai Gereja yang merupakan perwujudan dari Tubuh
KRISTUS. Secara dogmatis, Gereja sebagai Tubuh KRISTUS,
keberadaannya mempunyai 3 (tiga) segi46
.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
157
Pertama: Segi Objektif, yaitu Gereja sebagai persekutuan di mana
anggota-anggotanya menerima keselamatan/Anugerah ALLAH.
Gereja menjadi tempat di mana manusia bertemu dengan
KRISTUS. Manusia mengenal KRISTUS bila mereka masuk ke
dalam Gereja dan menjadi orang-orang yang percaya. Mereka
datang ke Gereja untuk mendengar Firman dan Gereja berfungsi
mengantar keselamatan kepada mereka. Kedua: Segi Subjetif,
yaitu Gereja sebagai persekutuan di mana anggota-anggotanya
beribadah sebagai jawaban atas Keselamatan yang diterimanya.
Gereja tidak hanya menjadi tempat untuk mendengar dan
menerima keselamatam, tetapi juga memberikan jawaban. Bentuk
jawabannya adalah ibadah yang memuji, memuja dan menyembah
serta memberi untuk TUHAN. Ketiga: Segi Apostoler/Misioner,
yaitu Gereja sebagai persekutuan di mana anggota-anggotanya
membawa/mengantar Keselamatan ke dalam masyarakat dan dunia
dengan memberitakan Injil. Segi yang pertama dan yang kedua
pada umumnya telah dilaksanakan oleh Jemaat. Tetapi segi yang
ketiga masih menjadi pergumulan Jemaat. Sebab itu pokok tentang
Apostoler atau Misioner perlu ditinjau dalam rangka membangun
identitas Jemaat sebagai “buah sulung” panen ilahi atau ciptaan
baru. Paling kurang menjalani 25 tahun kedua Jemaat GPIB
Sumber Kasih. Jati diri sebagai Jemaat Misioner diwujudkan.
Gereja menjadi alat untuk memberitakan Kerajaan ALLAH serta
membawa manusia dan dunia untuk hidup dalam kebenaran dan
Kasih. Gereja menjadi buah sulung untuk membut dunia
mengalami damai sejahtera ALLAH.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
158
Pasal 2: Jemaat Misioner
embahas pokok tentang Jemaat Misioner, kita diperhadapkan
dengan 3 (tiga) faktor pendukung utama, yaitu: Gereja
sebagai komunitas umat. Gereja dan Tugas Pengutusan dan Gereja
dengan struktur Misioner.
1. Gereja sebagai komunitas umat.
Belakangan ini muncul pemahaman baru tentang Gereja, pada
paruhan kedua abad 20, khususnya di kalangan Gereja Katolik
Roma.47
Konsili Vatikan II – 1963 – 1965, mendorong
pemahaman yang baru tersebut khususnya tentang Gereja yang
diwujudkan mulai dari kepentingan akar rumput atau basis
umat. Bagi Gereja-gereja Reformasi (di mana GPIB termasuk di
dalamnya), pemahaman ini bukan hal baru. Karena pelopor-
pelopor Reformasi seperti Luther dan Calvin sangat
menekankan peran warga Jemaat (tanpa embel-embel jabatan)
dalam melayani dan memimpin Gereja. Sehingga seluruh
pelayanan dan pengorganisasian serta kepemimpinannya
dimulai dari aras Jemaat setempat. Kemudian Jemaat-jemaat
setempat di satu wilayah mengungkapkan kebersamaan dalam
satu wadah di wilayah itu. Selanjutnya membentuk
kebersamaan secara Sinodal. Tetapi yang menarik ialah Gereja
sebagai komunitas umat tidak lagi dibatasi oleh “locus” atau
batas-batas wilayah tetapi juga dikembangkan ke kategori baru.
untuk mengantisipasi masalah-masalah kemasyarakatan.
M
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
159
Kategori itu tidak saja dibatas pada kelompok umur atau fungsi
dan profesi tetapi lebih jauh menjangkau kaum miskin,
perempuan, penyandang cacat, penderita HIV/AIDS, buruh,
korban kekerasan dan sebagainya. Kelompok inilah di Asia
disebut sebagai “akar rumput” atau “basis”, karena tidak hanya
berada dalam jumlah yang dominan (sekitar 90%) tetapi juga
kualitas penderitaannya makin meningkat dan membahayakan.
Namun perhatian terhadap komunitas ini tidak membuat kita
meninggalkan Jemaat-jemaat lokal (parochial). Malah
sebaliknya Jemaat-jemaat local didorong untuk membuka diri
terhadap kenyataan-kenyataan baru seperti ini. Konsekwensinya
ialah Gereja atau Jemaat tidak hanya dilayani oleh para pejabat
yang cenderung “top-down”. Sudah saatnya warga Jemaat biasa
melayani bahkan orang-orang miskin melayani kelompoknya
atau orang-orang penderita HIV/AIDS berbicara tentang diri
dan kebutuhannya. Mereka diberdayakan untuk melayani,
minimal kelompoknya. Dengan begitu Gereja atau Jemaat tidak
lagi menjadi komunitas pejabat tetapi umat dengan berbagai
kategori yang ditampilkannya. Di sana kemisioneran Gereja
diwujudkan terutama dalam berbagai kebutuhan masyarakat
secara nyata. Masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang luar
biasa berbahaya saat ini menjadi jembatan bagi Gereja/Jemaat
melayani melalui warga Jemaat biasa. Hal ini berarti
Gereja/Jemaat termotivasi untuk mempersiapkan warganya
sebagai “penginjil-penginjil” yang membawa berita sukacita di
tengah berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
160
2. Gereja dan Tugas Pengutusan.
Istilah yang popular untuk Gereja/Jemaat yang melaksanakan
tugas pengutusan adalah Pekabaran Injil. Berdasarkan Matius
28:18-20 – [28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah
diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 28:19 Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus, 28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."], Gereja/Jemaatmelakukan
tugas tersebut. Abad 19 ditandai dengan upaya Pekabaran Injil
ke seluruh dunia. Zaman itu dikenal dengan istilah Zending
(Belanda) dan Mission (Jerman dan Inggris). Di Indonesia,
lebih disukai istilah Pengutusan (Yunani = Apostolat) karena
lebih luas dari Pekabaran Injil atau Zending/Misi.48
Dalam istilah Apostolat atau Pengutusan terkandung 3 (tiga)
aspek :
a. Doksologis atau pemasyhuran, untuk menyatakan
kemenangan Kerajaan ALLAH sehingga dunia memuliakan
ALLAH.
b. Soteriologis atau Penyelamatan untuk menyatakan
keselamatan ALLAH bagi segenap ciptaan serta pembebasan
dari maut untuk memperoleh hidup kekal.
c. Eskatalogis atau penggenapan dalam pengharapan untuk
menyatakan pembaruan bagi segenap ciptaan menuju langit
baru dan bumi baru.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
161
Dengan 3 (tiga) aspek ini Syalom diwujudnyatakan melalui
persekutuan, pelayanan dan kesaksian Getreja/Jemaat. Dalam
pemahaman ini Gereja/Jemaat diutus sebagai komunitas umat,
ia ditugaskan oleh ALLAH. Tugas Pengutusan itu didasarkan
pada MISSIO DEI (Misi ALLAH) yaitu Aktifitas ALLAH
sendiri yang kreatrif dan positif dalam perjalanan sejarah dunia.
Dalam proses itu Kerajaan ALLAH digenapi mencapai
pembentukan terakhir satu langit baru dan bumi baru.
Karena melaksanakan tugas pengutusan yang demikian
maka Gereja/Jemaat harus terbuka untuk masyarakat dan
dunia. Gereja/Jemaat tidak boleh eksklusif untuk melayani
diri sendiri. Bila demikian maka ALLAH akan memakai
masalah-masalah yang ada di tengah masyarakat dan dunia
untuk menarik Gereja/Jemaat keluar dari melayani diri sendiri
dan menerjunkan diri dalam berbagai persoalan masyarakat
dan dunia.
Untuk itu Gereja/Jemaat harus selalu siap untuk melakukan
tugas pengutusannya dengan benar. Tugas Gereja/Jemaat bukan
semata mendirikan Gereja/Jemaat baru dan memperbanyak
anggota, tetapi lebih dari itu, berpartisipasi dalam Karya
ALLAH mewujudkan damai sejahtera (syalom) bagi manusia
dan dunia.
3. Gereja dengan struktur Misioner.
Pokok ini segera mengundang pertanyaan: Apakah yang
dimaksud dengan struktur Misioner? Pertanyaan ini wajar
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
162
karena struktur Gereja pasti dihubungkan dengan sistem.
Maksudnya sistem Pemerintahan Gereja. Lalu perhatian
diarahkan pada sistem-sistem bergereja yang diwariskan selama
ini, yaitu: Episkopal, Kongregasional dan Presbiterial. Sehingga
perubahan sistem berarti membarui sistem-sistem bergereja
tersebut. Pokok yang dibahas ini sungguh jauh berbeda. Tetapi
akan berakibat juga pada sistem bergereja. Berbicara tentang
struktur Misioner seharusnya dimulai dari pusat kehidupan
Jemaat. Dan pusat kehidupan Jemaat adalah Ibadah49
. Di dalam
ibadah warga Jemaat sebagai persekutuan berjumpa dengan
ALLAH. Dalam perjumpaan itu warga Jemaat memahami apa
yang ALLAH katakan tentang dirinya, masyarakat dan dunia.
Juga apa yang ALLAH katakan tentang GerejaNYA. Lalu
warga Jemaat menyadari siapa dirinya, bagaimana Gerejanya,
apa yang dialami oleh masyarakatnya dan ke mana dunia ini
diarahkan.
Karena itulah ibadah-ibadah Jemaat memegang peranan penting
dalam membuat Gereja/Jemaat menjadi missioner. Sehubungan
dengan itu ibadah-ibadah harus ditata dengan baik. Tidak hanya
perubahan-perubahan tata ibadah atau mnyanyian-nyanyian dan
khotbah serta doa-doa. Baik itu ibadah-ibadah Minggu dan
keluarga-keluarga maupun kategori-kategori yang ada, semua
ibadah-ibadah berfungsi menggerakkan warga Jemaat untuk
keluar (sentrifugal) ke tengah masyarakat dan dunia, tetapi juga
menarik mereka untuk bergerak masuk kembali ke dalam
Gereja (centripetal). Singkatnya ibadah-ibadah memiliki
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
163
kekuatan untuk memutar keluar dan menarik ke dalam Gereja.
Dengan demikian, penataan ibadah-ibadah kita bukan sekedar
membuat sama dengan pihak lain, alias meniru atau menjiplak.
Tetapi hal itu berhubungan erat dengan memberdayakan warga
Jemaat untuk hadir dan mempraktekkan ibadah yang sejati
(Roma12:1b) – [12:1b supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai
persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati..] di lingkungan di mana ia berada dan
bekerja atau belajar. Sering sekali Gereja/Jemaat sudah puas
bila banyak warga Jemaat berhasil di jaring dan diberdayakan
untuk melayani di dalam Gereja. Namun mereka sama sekali
tidak mengenal apalagi menerjunkan diri ke dalam masalah-
masalah masyarakat di sekitarnya. Sering kita mendengar
uraian-uraian bahwa ibadah-ibadah kita harus kontekstual.
Maksudnya tidak hanya dalam arti mengadopsi budaya-budaya
dengan inkulturasi Tata ibadah, atau nyanyian, doa, dan
arsitektur, tetapi maksudnya yang terutama ialah Gereja
beribadah di tengah masyarakat dan dunia dengan menyatu
dalam pergumulan-pergumulannya. Di situlah Gereja membawa
Injil – kabar sukacita sebagai kekuatan ALLAH yang
menyelamatkan. Ibadah-ibadah harus diterjemahkan di tengah
masyarakat dengan pelayanan dan kesaksian di semua bidang
kegiatan: pendidikan, kesehatan, pendampingan dan terobosan-
terobosan baru menanggulangi berbagai permasalahan sosial
dan masyarakat.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
164
Bila hal ini dilakukan dengan tekun maka Tata-tata Ibadah kita
akan mengalami pembaruan. Secara langsung hal ini akan
mempengaruhi jabatan-jabatan yang ada dalam Gereja sebab
makin banyak warga Jemaat biasa akan berperan aktif. Dengan
begitu kesibukan Gereja/Jemaat bukan bergelut dengan hal-hal
yang menyangkut organisasi belaka tetapi akan lebih banyak
menggumuli pelayanan kepada masyarakat dan dunia dengan
segala permasalahannya.
Selanjutnya akan terjadi bahwa peraturan-peraturan Gereja
lebih difokuskan pada meningkatkan ibadah dan pelayanan
bukan ke dalam saja tetapi ke tengah masyarakat dan dunia.
Akhirnya pada gilirannya pula sistem bergereja akan mengalami
penataan ulang.
Ibadah-ibadah kita harus mempunyai kekuatan yang juga
membarui struktur-struktur Gereja sehingga menjadi struktur
yang missioner. Misalnya jabatan-jabatan Gereja tidak hanya
berfungsi liturgis tetapi juga memberdayakan warga untuk
mengatasi pergumulannya serta mampu melaksanakan
aktifitasnya dengan penuh tanggung jawab dalam masyarakat.
Contoh lain juga adalah organisasi yang diterapkan terbuka
terhadap perkembangan-perkembangan baru dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat yang harus dijawab oleh Gereja dan
warganya.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
165
Pasal 3: Jemaat Vital dan Menarik 50
udul ini sengaja dipakai, bukan untuk mempromosikan buku
karangan Jan Hendriks tentang Pembangunan Jemaat. Secara
akademis, teori-teori yang diperkenalkan lewat buku ini (dan
buku-buku lainnya tentang pembangunan Jemaat), menarik untuk
diwacanakan dalam refleksi ini. Secara khusus Gereja-gereja/
Jemaat-jemaat kita di Indonesia sedang berada dalam era baru
yang disebut era-reformasi yaitu era post-Orde Baru atau
post Soeharto. Di era baru ini masyarakat kita sedang mencari
identitas dan patokan-patokan yang baru sementara yang
lama (=order Baru) tidak mudah dilepaskan. Di lain pihak
kita berada dalam pengaruh luar biasa dari perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan tehnologi-tehnologi, modernisasi,
globalisasi dan urbanisasi, di tengah kemiskinan dan bencana-
bencana yang mencekam. Gereja/Jemaat berada dalam keadaan itu
dan karenanya Gereja/Jemaat perlu mengantisipasi perubahan-
perubahan itu. Yang dimaksud dengan “Vital dan Menarik”
adalah pembangunan Jemaat dilaksanakan di mana warga Jemaat
ikut serta dengan senang hati dan partisipasi mereka itu membawa
hasil/efek/manfaat yang baik bagi mereka sendiri maupun
bagi realisasi tujuan-tujuan Jemaat. Terjadi vitalisasi warga
Jemaat sebagai subyek pelayanan. Sehingga keberadaan Jemaat
menjadi menarik bagi semua pihak (di dalam maupun di luar
warga Jemaat). Di lain pihak yang dimaksud dengan Jemaat
adalah secara teritorial (wilayah), tetapi juga kategorial (usia,
J
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
166
fungsi, profesi dan sebagainya), atau kelompok-kelompok
“akar rumput”/basis atau yang dalam bentuk baru (kaum miskin,
penderita HIV/Aids, buruh, PSK dan sebagainya). Warga-warga
Jemaat ini sebagai manusia pribadi-pribadi yang berelasi
satu dengan yang lain dan bersekutu dalam perjanjian ALLAH
beribadah dan berada di tengah masyarakat di dunia
yang merindukan damai sejahtera. Pintu masuk untuk membangun
Jemaat Vital dan Menarik adalah Jemaat lokal. Katakanlah
seperti Jemaat GPIB Sumber Kasih yang merayakan ulang tahun
yang ke 25.
Ada 5 (lima) faktor yang perlu dikembangkan. Ke 5 (lima) faktor
itu dapat diuraikan secara singkat demikian :
Pertama : Iklim
Yaitu suasana persekutuan dibangun sedemikian rupa sehingga
setiap warga Jemaat dipandang sebagai subyek dan bukan obyek.
Mereka adalah manusia yang mendapat panggilan untuk memikul
tanggung jawab dalam kebebasan. Mereka diikutsertakan dalam
semua kegiatan sesuai aturan-aturan yang dibahas dan ditetapkan
bersama. Sebab itu perlu saling membuka diri, menjadikan yang
lain itu sebagai rekan sekerja. Sehingga terjalin komunikasi yang
akrab dan membangun persekutuan. Iklim seperti ini tidak hanya
diciptakan dalam relasi-relasi dan pandangan/wacana tapi
dituangkan dalam komitmen dan peraturan-peraturan.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
167
Kedua : Kepemimpinan
Yaitu seni mempengaruhi untuk mencapai tujuan bersama.
Mempengaruhi hanya dapat terjadi bila pemimpin melayani/
karakter sebagai pelayan mutlak dikembangkan. Sehingga mampu
mengintegrasikan keprihatinan terhadap relasi-relasi dan
keprihatinan terhadap persekutuan. Dalam menjalankan fungsinya,
dilakukan dengan gaya yang membenarkan warga Jemaat sebagai
manusia yang adalah subyek dalam pelayanan. Pemimpin tidak
selamanya yang memegang jabatan, tetapi semua orang yang
menggerakkan untuk mencapai tujuan. Mudah didekati, rela
melepaskan kuasa, mendengar terbuka dan mampu.
Ketiga : Struktur
Yaitu keseluruhan relasi dan hubungan antara orang-orang yang
memegang posisi organisatoris yang formal tetapi juga orang-
orang yang non formal berpengaruh. Juga yang institusional dan
yang tidak institusional. Perlu dibangun dan dievaluasi relasi-relasi
antar individu dan antar kelompok yang berperan dalam pelayanan.
Ciri utama relasi dan hubungan tersebut adalah sebagai satu
paguyuban atau persekutuan di mana kekeluargaan menjadi faktor
penting. Dengan demikian setiap orang diberi kesempatan atau
ruang untuk mengembangkan karunia-karunianya untuk tujuan
bersama. Terjadi kontak yang melekat dengan warga Jemaat secara
individual dan terfokus pada manusia dengan segala realitasnya.
Hal ini menuntut jalinan hubungan yang sederhana, horizontal dan
komunikatif. Dalam hubungan ini tekanan Struktur di sini adalah
perilaku yang membangun relasi-relasi.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
168
Keempat : Tujuan dan Tugas
Tujuan adalah cita-cita atau sesuatu yang rasional dan konkrit yang
dikejar atau dicapai. Sedangkan tugas adalah pekerjaan yang
disanggupi oleh seseorang atau kelompok. Tujuan dan Tugas
berhubungan erat. Lewat tugas, orang atau kelompok mengejar
sesuatu yaitu tujuan. Bila tujuan dikejar maka tugas-tugas harus
dilaksanakan. Adanya tugas untuk mengejar tujuan dan sebaliknya
adanya tujuan untuk memacu tugas. Tujuan dan tugas sangat
berpengaruh dalam vitalisasi persekutuan. Tujuan harus
dirumuskan dengan jelas, konkrit, bersama dan menggairahkan.
Tujuan merupakan manifes (pernyataan terbuka dan menarik).
Tugas harus dilaksanakan dengan memberikan ruang bagi warga
untuk berfungsi sebagai subyek. Tujuan dapat memudar karena
tugas tak jelas. Dapat juga karena kesibukan rutin organisasi terlalu
meneuntut banyak waktu dan tenaga (energi).
Kelima : Konsepsi Identitas
Yaitu kekhasan persekutuan yang mencirikannya dan
membedakannya dari persekutuan yang lain. Kekhasan itu selain
membuat tampil berbeda, juga membuat persekutuan itu tetap ada
walau terjadi perubahan-perubahan. Konsepsi identitas itu
merupakan sesuatu yang dapat dialami dan membuat persekutuan
itu hidup, walau di tengah berbagai perubahan. Dalam
perkembangan Gereja/Jemaat dewasa ini konsepsi identitas ini
semakin sulit ditemui. Contohnya Gereja-gereja kita cenderung
menjadi sama saja dengan organisasi-organisasi lain di tengah
masyarakat. Pada hal Gereja ada di dunia tetapi bukan berasal dari
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
169
dunia (Yohanes 15:19 – [15:19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia
mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia,
melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci
kamu.]. Jemaat-jemaat kita juga sering diupayakan seragam.
Padahal Jemaat di daerah pelabuhan pasti berbeda dengan Jemaat
di daerah industri atau Real Estate. Konsepsi identitas masing-
masing berbeda walaupun Injil diberitakan adalah satu.
Tujuan/Tugas Struktur
Iklim Kepemimpinan
Konsepsi Identitas
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
170
Footnotes :
1 Th.Van den End; Harta dalam Bejana, BPK Gunung Mulia Jakarta 1997, h.2
2 Ibid. h.1.
3 bdg. Christian de Jonge: Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja; BPK
Gunung Mulia Jakarta 1991. h.18 4 bdg. Pdt. H. Ongirwalu: 50 Tahun GPIB Effatha; Majelis Jemaat GPIB
Effatha Jakarta, 2000, h.57, dan 67, dan 79-81) 5 Buku Saku Kotamadya Jakarta Selatan 2005, h.26
6 Buku Saku Kotamadya Jakarta Selatan 1999, h.17
7 Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Wilayah 2006 Kecamatan Cilandak,
h.1,2 dan 39. 8 40 Tahun RS Fatmawati, Jakarta 2001, h.20
9 Buku Peringatan 8 Tahun PW Naomi, 1975.
10 Th. Van den End; Ragi Carita 2, Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an –
Sekarang; BPK Gunung Mulia, Jakarta 1988, h.314 11
Christiaan de Jonge; Menuju Keesaan Gereja; BPK Gunung Mulia, Jakarta
1990; h.86-87 12
Pdt. D.R.Maitimoe; Pembangunan Jemaat Missioner; Institut Oikumene
Indonesia, DGI, 1978, h.30 13
Pdt. H.Ongirwalu; op.cit. h.54 14
Buku Acara Peresmian Pelembagaan Jemaat GPIB Sumber Kasih, 1982,
h.17 15
P.G.van Hooijdonk; Batu-batu yang hidup’ Kanisius dan BPK Gunung
Mulia, Jakarta 1996, h.8 16
Pdt. H. Ongirwalu, op.cit. h.80 17
Buku Acara, op.cit., h.4 18
ibid. h.2-3 19
Catatan-catatan dari: A.L.Waworuntu, 28 Februari 2003 dan Pen. Sumardjo,
5 Maret 2007. 20
KBBI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka Jakarta
1990, h.867 21
Bdg. Hasil Persidangan Sinode GPIB XIII, 1982, Buku III, h.40 22
ibid. h.43,44 23
ibid. h.44-46 24
ibid. h.46-47 25
ibid. h.55 26
Laporan Komisi Penelitian dan Pengembangan, 10 Oktober 1984.
25 TAHUN JEMAAT GPIB SUMBER KASIH
171
27
Laporan Majelis Jemaat GPIB Sumber Kasih, pada pertemuan Warga Sidi
tgl. 18 Maret 1990, h.1. 28
Bdg. Chr. Barth, Theologia Perjanjian Lama 2, BPK Gunung Mulia Jakarta,
1985, h.15-54. 29
Bdg. Chr. Barth, Theologia Perjanjian Lama 3, BPK Gunung Mulia Jakarta,
1985, h.61-125. 30
Rasid Rahman: Ibadah Harian zaman Patristik; Bintang Fajar, Tanggerang
2000, h.96 31
Buku Acara Peresmian Gedung Gereja GPIB Sumber Kasih, 20 Mei 1993,
h.24 32
Laporan Umum Panitia Pembangunan Masa Tugas 1978 - 1988 33
Laporan Komisi Litbang 1984 34
Buku Acara, op.cit. h.27 35
KBBI, op.cit. h.555 36
Lima Dokumen Keesaan Gereja, PGI; Keputusan Sidang Raya XII PGI,
Jayapura 1994; BPK Gunung Mulia, Jakarta 1996; h.85 37
ibid. 38
ibid. 39
Th. Van den End; Ragi Carita 2, op. cit. h.295 40
ibid. 41
Buku Acara, op.cit. h.2. 42
Buku Acara, op.cit. h.3. 43
Buku Acara, op.cit h.4. 44
Gibson, Ivancevich, Donnelly; Organisasi, Jilid 1, Binarupa Aksara; Jakarta
1996, h.6-24 45
Sondang S. Siagian, Filsafat Administrasi; PT Gunung Agung Jakarta h.6-7;
36-38; 46-47. 46
Chr.de Jonge dan Jan S.Aritonang: Apa dan Bagaimana Gereja?; P.T. BPK
Gunung Mulia Jakarta, 1995; h.4 dan 5. 47
Yanuarius Seran A; Pengembangan Komunitas Basis, Pustaka Nusatama,
Yogyakarta, 2007, h.19 48
D.R. Maitimoe; Jemaat Misioner, IOI-DGI, Jakarta 1978, h.24. 49
Ibid. h.203-204. 50
Jan Hendriks: Jemaat Vital & Menarik; Kanisius Yogyakarta 2002.
Recommended