View
216
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
aaaa
Citation preview
Tugas Farmakoterapi Terapan
FARMAKOTERAPI DIABETES MELITUS
Disusun Oleh:
Agis Maulana Pratama
260112150103
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Studi Kasus Penyakit Jantung Koroner
Kasus
Seorang pria dengan bernama Tn. Aa berusia 69 tahun, sering merasa
sering lapar, sering haus, sering buang air kecil, mudah lelah, sering
kesemutan, dan sering merasakan nyeri persendian. Pasien sendiri memiliki
riwayat penyakit sindrom dispepsia dan osteoarthritis. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan didapatkan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
a. Glukosa
- Glukosa puasa
- Glukosa 2jam PP
b. Elektrolit
- Natrium
- Kalium
- Klorida
c. Darah
- SGOT
- SGPT
- Kolesterol total
- Trigliserida
- Bilirubin total
- Bilirubin direk
- Bilirubin indirek
239
356
140
3,8
104
19 ul/L
10 ul/L
242
230
1,07
0,79
0,28
70-100 mg/dl
<140 mg/dl
135-145 mmol/L
3,5-4,5 mmol/L
100-106 mmol/L
≤ 25 ul/L
≤ 29 ul/L
<200 mg/dl
< 200 mg/dl
0,3-1,0 mg/dl
0,4 mg/dl
0,6 mg/dl
- Alkali fosfatase
- Gamma GT
- Asam urat
d. Tekanan Darah
160
31
4,3
140 / 90
60-170 UI/L
8-38 UI/L
2,4-5,7 mg/dl
120/ 80 mmHg
Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian pasien mendapatkan pengobatan
sebagai berikut:
R/ Metformin 500 XLV
S 3 dd 1
R/ Glibenklamide 5 XV
S 1 dd 1
R/ Captopril 50 XLV
S 3 dd 1
R/ Furosemid X
S ½-0-0
R/ BC XLV
S 3 dd 1
R/ Na-diklofenak XXX
S 0-0-1
R/ Gemfibrozil XV
S 3 dd 1
Pembahasan
1. Penentuan SOAP (Subjek, Objek, Assesment, Plan)
S (Subjek)
- Jenis Kelamin: Pria
- Usia: 69 Tahun
- Keluhan: poliuria, polidipsi, polifagi, mudah lelah, sering kesemutan,
dan sering merasakan nyeri persendian
- Riwayat kesehatan: sindrom dispepsia dan osteoarthritis
O (Objek)
Glukosa
- Glukosa puasa = 179 mg/dl (normal: 70 – 100 mg/dl)
- Glukosa 2 jam PP = 206 mg/dl (normal: <140 mg/dl)
Kolesterol
- Trigliserida puasa = 230 mg/dl (normal: <200 mg/dl)
- Kolesterol total = 242 mg/dl (normal: <200 mg/dl)
Tekanan darah = 140/99 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
Denyut nadi = 80/menit (normal)
A (Asessment)
Berdasarkan data subjektif dan objektif pasien dinyatakan menderita
diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, dan hipertensi.
Pasien menderita diabetes mellitus terlihat dari faktor subjektif misalnya
pasien menderita polifagi, polyuria, dan polidipsi juga diperkuat dengan
adanya peningkatan kadar glukosa puasa dan glukosa 2 jam PP.
Berdasarkan data subjektif dan objektif pasien dinyatakan menderita
hiperlipidemia IIIA. Ditandai dengan dengan kadar LDL normal, rendahnya
kadar HDL, dan tingginya kadar kolesterol total dan trigliseridanya. Kadar
trigliserida >500 mg/dl akan mengakibatkan resiko pankreatitis. Tingginya
tekanan darah memungkinkan pasien menderita hipertensi stage I. Selain itu
pasien didiagnosa mengalami sindrom dyspepsia.
P (Plan)
Terapi farmakologi:
Pasien didiagnosa pertama kali mengalami diabetes mellitus dan kemudian
diobati dengan obat metformin dan glibenklamid. Obat-obat golongan ini
bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan glukosa di jaringan.
Selain itu, obat-obat golongan ini dapat menurunkan absorpsi glukosa di usus
dan meningkatkan respon insulin.
Sesuai dengan hasil pemeriksaan diatas, dapat diketahui bahwa pria
tersebut mengingalami hiperlipidemia IIIa yang ditandai dengan kadar LDL
normal, rendahnya kadar HDL, dan tingginya kadar kolesterol total dan
trigliseridanya. Oleh karena itu, terapi yang cocok adalah golongan fibrat
karena obat golongan fibrat ini dapat memperbaiki toleransi glukosa, sehingga
selain dapat mengobati hiperlipidemia obat ini juga sekaligus dapat mengatasi
masalah tingginya kadar gula darah.
Hipertensi pasien selanjutnya diobati dengan dua obat yaitu captopril dan
furosemide.
Terapi Non farmakologi
1. Peningkatan aktivitas fisik, teratur dan tidak terlalu berat.
2. Mengatur pola makan yang sehat dengan meningkatkan konsumsi
sayuran dan buah sebagai sumber serat, sehingga dapat mengurangi
absorpsi kalori dan lemak di usus halus.
3. Membatasi konsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat
sederhana, menghindari makanan cepat saji.
4. Peningkatan konsumsi serat dan suplemen minyak ikan.
5. Menghilangkan faktor resiko dengan cara menghentikan merokok dan
minum alcohol, mengawasi kadar glukosa darah, dan olahraga.
6. Mengurangi stress.
7. Modifikasi gaya hidup, perubahan perilaku pasien sangat diperlukan
untuk mendapatkan efek maksimal dari terapi yang diberikan.
Monitoring
1. Kadar kolesterol, HDL, dan trigliseridanya
2. Kadar glukosa darah
3. Tekanan darah
4. Berat badan menurun
5. Mengontrol kesehatan jantungnya
2. Penentuan DRP (Drug Related Problem)
Tujuan utama penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM) adalah untuk
mengurangi risiko mikrovaskular dan makrovaskular komplikasi penyakit, untuk
memperbaiki gejala, untuk mengurangi angka kematian, dan untuk meningkatkan
kualitas hidup. Pada pasien DM dengan hipertensi, tekanan darah harus
diturunkan dibawah <130/80 mmHg (FKUI, 2007).
Pada kasus tersebut terdapat beberapa kasus DRP diantaranya pemberian obat
kurang tepat, efek samping obat, dan indikasi tanpa obat.
Kasus DRP yang pertama adalah adanya pemberian obat kurang tepat yaitu
pada penanganan penyakit diabetes mellitus, pada kasus tersebut pasien diberikan
2 obat antidiabetes yaitu metformin dan glibenklamid. Pasien baru pertama kali
didiagnosa menderita diabetes mellitus tipe II sehingga pengobatan yang tepat
bagi pasien adalah hanya dengan memberikan metformein sebagai antidiabetes
selain itu wajib juga dilakukan terapi non farmakologi berupa intervensi gaya
hidup.
Kasus DRP yang kedua adalah adanya efek sampng obat, pengobatan rasa
nyeri pada sendi pasien, pengobatan osteoarthritis pasien diberikan dengan
pengobatan natrium diklofenak. Namun pasien disebutkan memiliki riwayat
penyakit sindrom dispepsia, sedangkan efek samping obat natrium diklofenak
adalah dapat mengiritasi lambung, sehingga pemberian obat natrium diklofenak
dilakukan setelah makan.
Kasus DRP yang ketiga adalah kurang tepatnya pemberian obat dalam
pengobatan hipertensi. Hipertensi pasien diobati dengan dua obat atau kombinasi
yaitu captopril dan furosemide. Pemeberian kombinasi obat berpotensi
mengakibatkan hipotensi. Pada kasus tersebut pemberian terapi farmakologi
dalam penanganan hipertensi pasien penderita DM dianggap kurang tepat dengan
pemberian obat-obat antihipertensi golongan golongan β bloker, diuretik hemat
kalium, diuretik kuat, golongan α2 agonis sebagai pengobatan lini
pertama.Sehingga disarankan untuk mengganti pemilihan terapi obat karena
tekanan darah pasien yang terus meningkat. Pencapaian terapi pada penderita DM
dengan tekanan darah tinggi, seharusnya terapi lini pertama yang diberikan adalah
pemberian obat golongan ACE inhibitor atau ARB, karena secara farmakologi
kedua obat ini harusnya memberikan nephroprotection sebagai akibat dari
vasodilasi dalam arteri eferen ginjal.
Kasus DRP selanjutnya adalah indikasi tanpa obat, pasien didiagnosa
mengalami sindrom dyspepsia, selian itu dapat dilihat dari riwayat kesehatan
pasien yang juga mengalami sindrom dyspepsia. Sedangkan pada pemberian
pengobatan pasien tidak terdapat obat yang diindikasikan untuk sindrom
dispepsia. Maka dari itu bisa disarankan untuk diberikan ranitidine.
Pengobatan yang disarankan
R/ Metformin 500 XLV S 3 dd 1R/ Captopril 50 XLV S 3 dd 1R/ BC XLV S 3 dd 1R/ Na-diklofenak XXX S 0-0-1R/ Gemfibrozil XV S 3 dd 1R/ Ranitidin X S 3 dd 1
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, J.T., Dipiro, C.V., Schwinghammer, T.L., Wells, B.G. (2009).
Pharmacotherapy Handbook. Edisi ke-7. New York: McGraw-Hill.
Recommended