View
220
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
eptkk
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan korporat merupakan lingkungan yang memerlukan yang namanya
etika dalam melakukan segala kegiatan di dalamnya. Dewasa ini, etika dalam
lingkungan korporat masih hangat diperbincangkan karena dalam wacana ini pada
dasarnya masih belum diimplementasikan dengan baik. Wacana etika dalam
korporat masih mempunyai hubungan dengan profesi akuntan yang dalam hal ini
adalah profesi yang cukup rentan dalam hal perilaku dan etikanya dalam lingkungan
korporat. Dalam lingkungan korporat memiliki budaya yang dibangun sedari awal,
dimana budaya yang ada didalam korporat dapat membawa lingkungan korporat
kearah yang baik atau kearah yang buruk. Moral merupakan sesuatu yang
mendorong ornag untuk melakukan kebaikan dan etika bertindak sebagai rambu-
rambu yang merupakan kesepakatan secara suka rela dari semua anggota suatu
kelompok. Dunia bisnis yang ebrmoral akan mampu mengembangkan etika yang
menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Dalam lingkungan koroporat terdapat konflik kepentingan yang berpusat pada
klien maupun berpusat pada manajemen organisasi. Dengan adanya konflik
kepentingan ini, para akuntan akan ikut masuk dalam wilayah konflik dimana
tanggung jawab professional mereka diuji apakah dengan profesi yang mereka
punya dpaat membawa organisasi menjadi semakin baik dengan perilaku-perilaku
professional mereka. Oleh karena itu, dibutuhkannya akuntan yang memiliki etika
dan mempunyai tanggung jawab sepenuhnya terhadap profesi mereka.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntan dalam Bisnis dan Pelaporan Keuangan
Akuntan adalah profesi yang memiliki peran penting dalam suatu
organisasi. Akuntan sebagai orang yang memberikan jasa profesionalnya untuk
organisasi baik sebagai akuntan internal bagi perusahaan maupun dalam
posisinya sebag ai akuntan publik. Seorang akuntan publik adalah salah satu
yang menyediakan jasa profesional kepada klien untuk biaya seperti layanan
konsultasi manajemen, jaminan dan perpajakan. Seorang akuntan dalam bisnis
adalah orang yang bekerja dalam perdagangan dan industri atau sektor publik
dan mendapatkan gaji dari perusahaan. Akuntan dalam bisnis juga dikenal
sebagai akuntan bergaji, akuntan bekerja, dan akuntan internal. Akuntan adalah
seorang yang berperan dalam bisnis suatu perusahaan dan memiliki tanggung
jawab banyak, tetapi mereka biasanya memilki pekerjaan dalam dua kategori,
yaitu:
- Pekerjaan dalam hal penyusunan dan pelaporan informasi keuangan dan
lainnya, serta;
- Bertugas menyediakan nasehat mengenai manajemen keuangan perusahaan
yang efektif dan kompeten untuk manajer senior pada berbagai hal yang
terkait dengan bisnis. Pada poin ini, fokusnya terletak pada peran seornag
akuntan sebagai akuntan menyiapkan informasi keuangan dalam organisasi
dimana ia bekerja.
Pasar modal yang efisien tergantung pada informasi keuangan yang
dibuat dan memiliki sifatnya yang dapat diandalkan, relevan, dimengerti, dan
sebanding dalam mengalokasikan sumber daya yang langka. Laporan keuangan
perusahaan biasanya sumber utama informasi keuangan dari mana
penggunanya seperti investor yang menggunakan laporan tersbeut untuk
membuat keputusan investasinya atau keputusan lainnya. Publik, termasuk
investor, kreditur, dan instansi pemerintah semua bergantung pada representasi
keuangan yang telah disusun dan disiapkan oleh akuntan. Informasi keuangan
terdistorsi dan dirilis ke publik pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang
2
sub-optimal, sehingga merugikan pengguna atau yang mempunyai kepentingan.
Pencatatan yang akurat dan pelaporan informasi keuangan ini bisa dikatakan
tanggung jawab pekerjaan yang paling penting dari akuntan, karena
kesejahteraan pengguna ini sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan kualitas
informasi yang dibuat oleh akuntan dalam bisnis. Oleh karena itu, pelayanan
yang dilakukan oleh akuntan dalam bisnis yang bernilai besar ini memiliki peran
yang sangat signifikan bagi masyarakat, dan tingkat kompetensi atas fungsi
mereka, atau bagaimana mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka
lakukan adalah suatu hal yang sangat penting.
Akuntan harus mengakui pentingnya profesionalisme dalam menjalankan
peran mereka yang berbeda. Seperti akuntan publik, akuntan dalam bisnis yang
dianggap publik akuntabel, tidak hanya bertanggung jawab kepada hati nurani
pribadi mereka tetapi juga bertanggung jawab terhadap semua elemen yang ada
dalam lingkungannya. Dalam lingkungan yang kompetitif dimana individu dan
organisasi yang mencoba untuk terus bertahan hidup dalam persaingan yang
ketat, akhirnya menimbulkan konflik kepentingan didalam lingkungan korporat
yang mengakibatkan erosi sikap profesional akuntan. Uang, kekuasaan, prestise,
kebanggaan, dan posisi selalu memberikan tekanan pada kebenaran, keadilan,
kerendahan hati, dan hal yang seharusnya paling dijunjung adalah kejujuran.
Sayangnya, dengan bisnis seperti Enron dan WorldCom membina budaya
akuntansi yang agresif dan kreatif, pertempuran untuk kebenaran dan keadilan
tampaknya akan kalah dari penipuan dan kebohongan. Perusahaan seperti
Enron dan WorldCom sekarang terkenal karena terlibat dalam transaksi yang
kompleks akuntansi kreatif mengaburkan posisi antara benar dan salah atas
keuangan dan kinerja.
Tedapat dua konflik kepentingan yang potensial yang dihadapi oleh
akuntan dalam lingkungan bisnis, yaitu:
- Pertama, akuntan mengalami dilema dalam mempertimbangkan tuntutan
atasan yang bertentangan dengan tanggung jawab profesionalnya
sebagai akuntan untuk melaporkan secara adil dan akurat.
- Kedua, pertimbangan atas konflik yang timbul dari memiliki kepentingan
keuangan pada badan yang mempekerjakan.
3
Tekanan untuk Berkolusi
Profesi akuntan dalam bisnis memiliki tanggung jawab profesional
untuk mendukung tujuan yang sah dan etis yang ditetapkan oleh atasan
mereka. Namun, ada kalanya tanggung jawab akuntan dalam konflik
organisasi yang mempekerjakan dengan kewajiban mereka untuk
menerapkan prinsip-prinsip dasar perilaku profesional menjadi sesuatu hal
yang bertentangan sehingga menjadikan suatu dilema baru kepada akuntan.
Laporan keuangan eksternal, yang pada akhirnya merupakan
tanggung jawab manajemen juga merupakan representasi dari perusahaan.
Konflik akan muncul saat manajemen mengusulkan kebijakan akuntansi atau
instruksi yang dapat mempengaruhi representasi setia kinerja keuangan
perusahaan atau posisi keuangan perusahaan sendiri. Sebagai akibatnya,
akuntan mungkin melakukan hal yang sesuai dengan proposal pengelolaan
dan menghadapi kemungkinan sanksi oleh badan profesional yang relevan,
atau mereka dapat menantang posisi atasan dan menghadapi kemungkinan
dampak dari atasan mereka, seperti promosi jabatan yang tertunda atau hal
yang paling parah adalah penghentian dari pekerjaan. Dalam kasus tersebut,
ada tekanan pada akuntan untuk melakukan semua tuntutan atasan terutama
alasan kesuksesan dalam suatu organisasi dinilai berdasarkan kepuasan dari
atasan.
Akuntan dalam bisnis harus waspada terhadap tekanan tersebut
sehingga mereka tidak dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan hal-
hal yang bertentanga dalma hal etika professional akuntan. Seperti akuntan
publik, akuntan dalam bisnis memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa
laporan keuangan tidak menyesatkan atau tidak akurat, dan bahwa tidak ada
bagian materi laporan yang sengaja dihilangkan. Profesionalisme sebagai
sebutan untuk akuntan merupakan sebuah tanggung jawab untuk
kepentingan orang banyak dan bukan untuk kepentingan mereka sendiri.
Penting bagi akuntan publik internal dianggap sebagai orang yang memiliki
integritas dan objektivitas. Pengguna tidak mungkin percaya akuntan yang
lebih mementingkan kepentingan pribadi atas pelayanannya kepada
masyarakat. Oleh karena itu, akuntan harus memastikan bahwa mereka tidak
4
ditekan oleh atasan mereka untuk menempatkan hal yang positif pada posisi
perusahaan.
Masalah dengan tekanan seperti itu adalah bahwa mereka sering
mengarah pada ancaman intimidasi. Ancaman intimidasi muncul ketika ada
ancaman pemberhentian atau penggantian akuntan profesional dalam bisnis,
atau dari anggota keluarga, atas ketidaksepakatan tentang penerapan prinsip
akuntansi, atau cara di mana informasi keuangan yang akan dilaporkan.
Akibatnya, akuntan mungkin terhalang untuk bertindak obyektif. Menanggapi
ancaman tersebut, akuntan internal harus, dalam contoh pertama, menolak
untuk berkolusi dalam hal-hal seperti itu. Jika manajemen terus menerapkan
tekanan untuk berkolusi, akuntan kemudian harus mengangkat isu, biasanya
sebuah otoritas yang lebih tinggi yang mempunyai peran dalam entitas,
misalnya, komite audit. Atau, akuntan dapat menarik diri pada proses
penyelesaian perselisihan formal dalam organisasi yang mempekerjakan. Jika
sengketa tetap tidak terselesaikan, akuntan bisa mencari nasihat dari
penasihat profesional yang independen atau badan profesional akuntansi
yang relevan. Pada akhirnya, akuntan dapat mempertimbangkan untuk
mengundurkan diri dari organisasi yang mempekerjakan. Jika pilihan untuk
mengundurkan diri dikejar, akuntan harus memberikan alasan mereka untuk
mengundurkan diri, tapi kewajiban kerahasiaan mereka menghalangi akuntan
untuk memberitahukan alasan mereka kepada pihak eksternal. Dalam
keadaan dimana akuntan berkeyakinan bahwa perilaku tidak etis atau
tindakan yang tidka etis akan terus terjadi setelah pengunduran diri mereka,
mereka mungkin mempertimbangkan untuk mencari nasihat dalam jalur
hukum.
Kepentingan Keuangan Atasan
Anggota profesi akuntan publik mempertahankan independensi
mereka dengan menghindari hubungan-hubungan khsusu, seperti
kepentingan keuangan klien, yang dapat dilihat oleh orang lain sebagai hasil
dari konflik kepentingan. Namun, situasi yang berbeda untuk akuntan dalam
bisnis. Akuntan dalam bisnis tidak dapat menjaga penampilan independensi
mereka, karena sifat kontrak hubungan mereka dengan atasan mereka.
5
Dalam pengertian ini, konsep independensi tidak memiliki relevansi langsung
dengan pekerjaan akuntan.
Meskipun sifat hubungan antara majikan dan seorang akuntan dalam
bisnis menghalangi mereka dari menjaga penampilan independesi, hal ini
tidak membebaskan akuntan dari tugas profesional mereka untuk melaporkan
secara akurat dan adil. Bentuk hubungan dengan organisasi yang
mempekerjakan mereka tidak berpengaruh pada tanggung jawab etis sebagai
kewajiban akuntan dalam bisnis. Jadi, seorang akuntan melakukan pekerjaan
profesional dalam perdagangan, industri atau pelayanan publik, harus
waspada terhadap masalah-masalah yang diciptakan oleh hubungan atasan-
karyawan yang mungkin mengancam objektivitas mereka.
Masalah dengan kepentingan keuangan dalam organisasi yang
mempekerjakan, seperti memiliki saham atau opsi saham, atau kelayakan
dalam bonus laba-terkait, adalah bahwa hal itu menciptakan ancaman
kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi dapat mengaburkan penilaian
objektif ketika akuntan memiliki motif dan kesempatan untuk memanipulasi
informasi harga-sensitif untuk mendapatkan finansial. Masalah ini menjadi
semakin penting, dengan banyak organisasi besar menyertakan karyawan
mereka, termasuk akuntan, dalam kesempatan untuk berpartisipasi pada
rencana penyertaan saham perusahaan. Jika kepentingan keuangan dalam
atasan signifikan, akuntan memiliki tanggung jawab untuk mengungkapkan
semua kepentingan yang relevan, dan setiap rencana untuk melakukan
perdagangan saham yang relevan untuk mereka yang dituduh dengan tata
kelola organisasi yang mempekerjakan. Pengungkapan kepentingan
keuangan memungkinkan personil senior untuk mempertimbangkan sifat dari
konflik dan konsekuensi potensial. Akibatnya, perusahaan berada dalam
posisi untuk mengelola risiko dampak negatif dari konflik kepentingan dan
memberikan persetujuan untuk melanjutkan atau mengubah sifat hubungan.
B. Whistblowing
Whistblowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
beberapa orang karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang
6
dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain.Whistblowing
terbagi 2, yaitu:
• Whistblowing Internal
Whistblowing internal terjadi ketika seseorang atau beberapa orang tahu
mengenai kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain atau kepala bagiannya
kemudian melaporkan kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan yang lebih
tinggi.
• Whisteblowing Eksternal
Whistblowing eksternal terjadi bila seseorang pekerja mengetahui
kecurangan yang dilakukan perusahaanya lalu membocorkannya kepada
masyarakat karena dia tahu bahwa kecurangan tersebut akan merugikan
masyarakat.
Masalah akuntan yang bertindak sebagai pelapor sangat kompleks, yang
melibatkan konflik ekonomi, sosial dan emosional pada tingkat pribadi dan
profesional. Seperti dengan topik sebelumnya dalam bab ini, mengungkap
rahasia adalah benturan kepentingan; konflik antara melindungi kepentingan
umum dan tugas loyalitas dan kerahasiaan kepada majikan mereka.
Kesetiaan Sebuah T ugas
Whistleblowing menimbulkan pertanyaan penting tentang loyalitas
karyawan. Pada intinya, masalah ini adalah apakah akuntan harus di bawah
perintah pada organisasi yang mempekerjakan mereka untuk melindungi
masyarakat dari tindakan buruknya. Untuk beberapa karyawan pada dasarnya
memiliki kewajiban atas kesetiaan kepada atasan mereka. Karena atasan jarang
menyetujui pengungkapan rahasia dan umumnya merasa tidak dalam
kepentingan terbaik mereka, maka whistleblowing merupakan tindakan
pengkhianatan. Menurut pandangan ini, loyalitas yang diam mengesampingkan
arti tugas moral atau sosial karyawan. Dalam konteks ini, mengungkap rahasia
tidak bisa dibenarkan, bahkan atas dasar tugas yang lebih tinggi untuk
kepentingan publik. Whistleblowing dengan demikian suatu tindakan
7
ketidaksetiaan dan salah secara moral, karena karyawan mempunyai kewajiban
moral untuk atasan mereka.
Isu besar di sini adalah apakah tugas karyawan untuk atasan melebihi
kewajiban mereka kepada masyarakat. Masalah dengan memiliki kewajiban atas
kesetiaan kepada organisasi yang mempekerjakan adalah bahwa kadang-
kadang konflik dengan tugas lain, seperti tugas untuk whistblowing sebagai
respon terhadap praktek-praktek yang berbahaya atau tidak etis oleh majikan.
Kesetiaan adalah sifat dihargai, tetapi tidak berarti bahwa karyawan memiliki
kewajiban untuk menahan diri dari pelaporan tindakan bermoral dari mereka
kepada siapa mereka setia. Hal ini terutama penting bagi akuntan, yang memiliki
tugas profesional - mungkin lebih daripada profesi lainnya - untuk melindungi
kepentingan umum depan kesetiaan mereka kepada majikan.
Sebuah kewajiban kerahasiaan
Posisi calon akuntan pengungkap yang rumit dengan tugas akuntan
kerahasiaan di satu sisi dan kepentingan publik di sisi lain. Akuntan diwajibkan
untuk bertindak dalam kepentingan terbaik masyarakat, sementara juga menjaga
kekhawatiran kerja rahasia mereka. Prinsip rahasia menghalangi seorang
akuntan mengungkapkan informasi yang diperoleh dalam rangka kerjanya, tanpa
persetujuan dari atasan mereka. Namun, masalah muncul ketika atasan
bertindak ilegal atau tidak etis. Sayangnya, pedoman etis dari badan akuntansi
profesional menawarkan sedikit dukungan untuk calon pelapor. Mereka
umumnya mencakup persyaratan oleh hukum, atau persyaratan profesional
seperti penyelidikan resmi oleh badan akuntansi profesional, tetapi mereka
memberikan bantuan kecil di whistleblowing situasi. Bahkan ketika akuntan
memiliki tanggung jawab hukum untuk meniup peluit, mereka reman enggan
untuk melakukannya.
Awalnya, pelapor yang memuji oleh masyarakat sebagai pahlawan karena
memiliki keberanian dan kematangan moral untuk berdiri untuk perusahaan
mereka. Namun, dalam perusahaan, whistleblower adalah difitnah sebagai
pengkhianat yang telah setia kepada perusahaan dan rekan. Sayangnya, sejarah
dipenuhi dengan contoh-contoh kesalahan whistleblower atas tindakan mereka.
Mereka menderita beberapa bentuk pelecehan, evaluasi kinerja yang lebih
8
rendah, penurunan pangkat, transfer hukuman, dan pemberhentian. Pelapor
yang dikucilkan oleh manajemen dan rekan-rekannya sebagai onar, yang pada
gilirannya menghambat kesempatan kerja di masa depan. Terlepas dari apakah
sikap terhadap whistleblower berubah, banyak orang masih tidak setuju dengan
meniup peluit karena loyalitas mereka merasa berutang kepada majikan mereka.
Idealnya, organisasi yang mempekerjakan harus memiliki prosedur di
tempat yang berhubungan dengan pelanggaran etika atau hukum dan
membuatnya tidak perlu bagi seorang karyawan untuk melakukan whistblowing.
Namun, dalam keadaan di mana prosedur internal tidak berhasil, whistblowing
dilihat oleh karyawan sebagai satu-satunya pilihan.
Mencegah K erusakan P ublik
Whistblowing dibenarkan ketika hal itu dilakukan dari sebuah motif moral
yang tepat, khususnya, untuk melindungi masyarakat dari bahaya serius. Jika
merugikan tidak mungkin hasil dengan tetap diam, pengungkap harus sungguh-
sungguh pertanyaan apakah untuk whistblowing, whistblower harus menilai
apakah masyarakat akan akan menimbulkan investigasi yang akan
menghasilkan resolusi yang akan mencegah konsekuensi berbahaya bagi publik.
Tanpa kesempatan memadai untuk resolusi, pengungkap seharusnya tidak
berharap untuk menempatkan diri pada risiko pribadi. Dalam hal ini, mengungkap
rahasia harus dianggap sebagai tragedi dihindari.
Karyawan harus yakin bahwa mereka dapat mendukung tuduhan mereka
terhadap permainan kotor dengan bukti yang akan meyakinkan orang yang
wajar. whistleblower harus benar-benar yakin akan keandalan informasi, dan di
bawah tidak ada ilusi sebagai sejauh dan kekuatan tekanan yang akan mereka
hadapi. Jika bukti-bukti yang meragukan, bahaya besar dapat dilakukan dengan
reputasi mereka yang tidak bersalah, tetapi dituduh oleh pelapor.
Internal whistblowing
Dampak negatif dari mengungkap rahasia eksternal termasuk publisitas
buruk, reputasi menurun, tuntutan hukum, profitabilitas berkurang, dan
demoralisasi tenaga kerja. Cara yang paling efektif untuk menghindari
mengungkap rahasia eksternal adalah untuk mendorong karyawan untuk
9
melakukan whistblowing internal, dan untuk menyelesaikan masalah sebelum
menjadi skandal publik. Whistblowing internal terjadi ketika karyawan
mengungkapkan pelanggaran dalam organisasi ke luar organisasi. Namun,
masalah bagi whistblower adalah bahwa kadang-kadang menempatkan
karyawan dalam situasi yang tidak-menang jika manajemen menolak untuk
mengubah perilaku mereka.
Internal whistleblowing awalnya mungkin dapat menjadi ancaman bagi
organisasi, tetapi berpotensi dapat meningkatkan efektivitas organisasi jangka
panjang, dan manfaat pemangku kepentingan lainnya seperti karyawan,
pemegang saham, dan akuntansi society.In, mendorong karyawan untuk
melakukan whistblowing berarti bahwa pelaporan keuangan akan menjadi lebih
jujur dan bisnis kurang korup. Oleh karena itu, bukannya dilihat sebagai krisis,
mengungkap rahasia internal harus dipandang sebagai alat manajemen
pengendalian internal untuk menghindari efek mahal whistblowing eksternal.
Whistblower hotline
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendorong mengungkap
rahasia internal 'wistblower hotline' ini. Sistem ini adalah mekanisme bagi
karyawan untuk mengungkapkan informasi ketika mereka bermasalah dan
enggan untuk membahas masalah ini dengan atasan mereka. Hotline sering
digunakan untuk meningkatkan proses pengendalian pelaporan internal
perusahaan, melayani sebagai pilihan bagi karyawan yang mungkin merasa maju
datang tidak nyaman.
C. Gift and Hospitality
Penawaran syukur dari pemasok dan klien seperti memberikan bentuk
keramah-tamahan dan hadiah dalam hubungan komersial menguntungkan.
Sayangnya untuk akuntan, menawarkan menerima dapat menimbulkan ancaman
kepentingan pribadi dan intimidasi. Ancaman kepentingan diri sendiri timbul
ketika penawaran ini dibuat untuk terlalu mempengaruhi tindakan akuntan atau
keputusan, mendorong perilaku ilegal atau tidak jujur, atau mendapatkan
informasi rahasia. Intimidasi ancaman muncul ketika tawaran hadiah dan bentuk
keramah-tamahan diterima oleh akuntan publik.
10
Usulan Revisi Kode Etik Profesional Akuntan menyediakan kriteria berikut,
yang harus dipertimbangkan sebelum hadiah diterima atau ditolak. Hal ini
menyatakan bahwa, ketika menawarkan hadiah dan keramahan yang tidak
signifikan, tidak dimaksudkan untuk mendorong perilaku yang tidak etis, dan
dibuat secara terbuka, akuntan dapat disimpulkan bahwa penawaran ini dibuat
dalam kegiatan usaha normal. Dalam keadaan ini, akuntan dapat menerima
tawaran syukur atau perhotelan.
D. Etika dan Bisnis dalam Perspektif Budaya
Meningkatnya globalisasi bisnis, dan internasionalisasi standar akuntansi
dan audit, dikombinasikan dengan industri akuntansi terobsesi dengan
pertumbuhan, berarti bahwa akuntan dapat mengharapkan untuk berinteraksi
dengan orang-orang dari meningkatnya spread beragam latar belakang budaya
dan keyakinan moral. Budaya memiliki dampak pada etika bisnis dan masalah-
masalah yang menimbulkan untuk akuntan. Nilai-nilai budaya dapat berbenturan
pada beberapa isu, misalnya, sikap terhadap perempuan, pekerja anak, kondisi
kerja, masalah lingkungan hidup dan, tentu saja, penyuapan.
Budaya dan Penyuapan
Masalah hadiah dan keramahan selalu merupakan masalah sulit, tetapi
bahkan menjadi lebih sulit ketika dikombinasikan dengan bisnis internasional.
Pada tingkat internasional, pembedaan antara hadiah dan suap tidak selalu jelas.
Dalam beberapa budaya, terdapat tradisi lama memberi hadiah untuk
menumbuhkan hubungan jangka panjang yang memfasilitasi urusan bisnis. Di
negara lain, hadiah tersebut hanya suap. Banyak negara seperti pangsa
Australia dan Singapura keengganan untuk membayar-off tetapi, di negara lain,
beberapa jenis suap merupakan elemen diterima tradisi komersial. Korupsi di
beberapa negara merupakan masalah besar, dan sering komponen terbesar dari
etika bisnis.
Dari perspektif etika, perusahaan memiliki dua pilihan:
1. Hal ini dapat mengikuti norma-norma negara tuan rumah untuk menunjukkan
hormat terhadap budaya negara tuan rumah. Hal ini sesuai dengan prinsip
"relativisme budaya". Prinsip relativisme budaya berpendapat bahwa standar
11
yang panduan perilaku etis adalah mereka yang telah ditetapkan oleh negara
tuan rumah. Budaya relativisme adalah didasarkan pada norma-norma moral
masyarakat di mana perilaku berlangsung. Apakah tindakan benar atau salah
tergantung pada norma-norma moral masyarakat di mana dipraktekkan.
Setiap tindakan yang tidak konsisten dengan norma-norma negara tuan
rumah adalah salah secara moral.
2. Hal ini dapat mengikuti norma-norma negara asal. Hal ini sesuai dengan
prinsip "universalisme". Universalisme, juga dikenal sebagai absolutisme,
menyatakan bahwa ada kebenaran moral yang absolut, tidak relatif terhadap
budaya, yang semua entitas mematuhi setiap saat tanpa kecuali. Menurut
pandangan ini, penilaian etika bersifat universal - yang berarti bahwa jika
suatu tindakan yang salah di satu negara, ini juga salah di negara lain. Untuk
bisnis internasional, ini berarti norma-norma budaya lokal tidak relevan, dan
perusahaan terikat hanya oleh standar perilaku yang ditetapkan di negara
asal mereka.
Moral yang Minimum
Jika perusahaan tidak dapat mengadopsi etika negara tuan rumah,
ataupun memperluas standar negara asal mereka, maka mereka dapat
melakukan 2 tindakan alternative yang didasarkan pada pengertian tentang
relativisme dan universalisme keduanya memiliki kekurangan. Komentator,
seperti Donaldson, telah kemudian berpendapat untuk jalan tengah, yang disebut
moral yang minimum.
Secara singkat, minimum moral duduk di tengah antara relativisme dan
universalisme, dan menyediakan ambang batas untuk semua kegiatan usaha.
Sebagai aturan umum, perusahaan harus menghormati dan beradaptasi dengan
norma-norma budaya lokal, sedangkan mengikuti standar perilaku minimum yang
melampaui setiap bangsa atau budaya tertentu. Dalam pengertian ini, minimum
moral mendefinisikan set minimum kewajiban bahwa semua perusahaan secara
moral terikat untuk mengamati, tidak peduli apa kegiatan berlangsung. Jika
norma setempat bertentangan dengan minimum moral, perusahaan harus
mengabaikan adat istiadat lokal dan mematuhi standar-standar diri mereka
12
dikenakan minimum. Hubungan antara universalisme, relativisme budaya, dan
minimum moral.
E. Pengembangan Budaya Korporat Etikal
Dua aspek laporan menerima perhatian khusus: pertama, nilai-nilai
manajemen senior dan manfaat dari pengaturan nada etis. Kedua, ada
rekomendasi untuk mengembangkan dan menegakkan kode etik tertulis
perusahaan untuk menumbuhkan iklim etika dan saluran komunikasi yang
terbuka. Insiden penipuan keuangan adalah penting bagi profesi akuntansi
karena, selain eksekutif yang menggambarkan laporan keuangan perusahaan
mereka, akuntan yang gagal untuk mendeteksi penipuan beng bertanggung
jawab juga.
Iklim etika organisasi, yang dikenal sebagai budaya perusahaan,
merupakan satu set bersama tentang norma, nilai, dan praktek tentang perilaku
yang sesuai di tempat kerja. Dengan kata lain, budaya organisasi adalah hal
yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
BAB III
13
PENUTUP
Kesimpulan
Akuntan harus mengakui pentingnya profesionalisme dalam menjalankan
peran mereka yang berbeda. Namun terdapat kondisi dimana akunta mengalami
dilema yang cukup berat dalam hal memilih posisi profesionalnya sebagai akuntan
atau posisi sebagai karyawan yang harus setia pada atasan. Dalam lingkungan yang
kompetitif dimana individu dan organisasi yang mencoba untuk terus bertahan hidup
dalam persaingan yang ketat, akhirnya menimbulkan konflik kepentingan didalam
lingkungan korporat yang mengakibatkan erosi sikap profesional akuntan.
Akuntan juga akan dihadapkan pada masalah penerimaan hadiah atau
bentuk ramah tamah yang berbeda ditiap Negara. Akuntanpun harus lebih selektif
dalam memutuskan apakah harus menerima hadiah tersebut atau tidak. Solusinya
dpaat dilihat apakah hadiah tersebut merupakan hal yang signifikan untuk
mendorong perilaku tidak etis atau tidak. Dalam hal menghormati aturan tiap
Negara yang ebrbeda, sebagai aturan umum, perusahaan harus menghormati dan
beradaptasi dengan norma-norma budaya lokal, sedangkan mengikuti standar
perilaku minimum yang melampaui setiap bangsa atau budaya tertentu. Akuntan
dapat menilai dengan standar minimum dalam hal penerimaan hadiah, karena jika
tidak akuntan akan terjebak dlama kondisi yang kurang mengenakkan jika memilih
untuk membatasi diri dan jika lebih membebaskan diri menerima segalanya.
DAFTAR PUSTAKA
14
- Dellaportas, Steven,et.al. 2004. “Ethics Governance and Accountability : a
professional perspective. Australia: John Wiley & Sons.
- http://imanph.wordpress.com/2007/12/11/peran-akuntan-dalam-menghadapi-
pengaruh-lingkungan-bisnis-terhadap-dunia-usaha/
- http://edratna.wordpress.com/2006/12/06/budaya-korporatif-etika-bisnis-dan-
corporate-sosial-responsibilities/
15
Recommended