View
66
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
TUGAS INTERAKSI OBAT
KORTIKOSTEROID DAN BRONKODILATOR
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
RINA NURIYAH (260110080072)
VANI NUR P. (260110080073)
RIDA RUFAIDAH (260110080075)
AULIA ASSARI (260110080077)
RIMADANI PRATIWI (260110080078)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
Interaksi Obat Kortikosteroid dan Bronkodilator
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain,
makanan, obat tradisional, atau senyawa kimia lain. Pada prinsipnya interaksi obat
dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat menambah,
mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat
dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena
meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Resiko kesehatan dari Interaksi
obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa
pula fatal. (Richard, H.,1989).
Ada dua tipe dari interaksi obat yaitu interaksi obat farmakokinetik dan
farmakodinamik. Interaksi farmakokinetik diakibatkan oleh obat yang merubah laju
atau tingkat absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lain. Interaksi ini
ditandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), waktu
paruh, dsb. Sedangkan interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan
kemampuan suatu obat untuk mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat
farmakokinetiknya. Mekanisme yang terlibat dalam interaksi farmakodinamik adalah
perubahan efek pada jaringan atau reseptor. Misalnya saja toksisitas yang meningkat
ketika dua obat diberikan (Bailie et al., 2004).
Mekanisme Interaksi farmakokinetik meliputi:
a. Absorpsi
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran
cerna ke dalam sistem sirkulasi. Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi
obat secara signifikan akan lebih mudah terjadi, terutama obat dengan waktu
paruh yang pendek atau bila dibutuhkan kadar puncak plasma yang cepat
untuk mendapatkan efek. Karena itu perubahan-perubahan yang terjadi saat
obat berinteraksi baik dengan obat lain ataupun dengan makanan atau zat
lainnya, seperti perubahan PH, pembentukan senyawa khelat, perubahan
fungsi saluran cerna (waktu pengosongan lambung) dapat merubah absorpsi
suatu obat (Richard, H.,1989).
b. Distribusi
Setelah obat diabsorpsi ke dalam sistem sirkulasi, obat di bawa ke
tempat kerja di mana obat akan bereaksi dengan berbagai jaringan tubuh dan
atau reseptor. Selama berada di aliran darah, obat dapat terikat pada berbagai
komponen darah terutama protein albumin. Obat-obat larut lemak mempunyai
afinitas yang tinggi pada jaringan adiposa, sehingga obat-obat dapat tersimpan
di jaringan adiposa ini. Rendahnya aliran darah ke jaringan lemak
mengakibatkan jaringan ini menjadi depot untuk obat-obat larut lemak. Hal ini
memperpanjang efek obat. Obat-obat yang sangat larut lemak misalnya
golongan fenotiazin, benzodiazepin dan barbiturate (Richard, H.,1989).
Bila dua atau lebih obat yang sangat terikat protein digunakan
bersama-sama, terjadi kompetisi pengikatan pada tempat yang sama, yang
mengakibatkan terjadi penggeseran salah satu obat dari ikatan dengan protein,
dan akhirnya terjadi peninggatan kadar obat bebas dalam darah. Bila satu obat
tergeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain, akan terjadi peningkatan
kadar obat bebas yang terdistribusi melewati berbagai jaringan. Pada pasien
dengan hipoalbuminemia kadar obat bebas atau bentuk aktif akan lebih tinggi
(Richard, H.,1989).
c. Metabolisme
Beberapa obat bisa meningkatkan aktivitas enzim hepatik yang terlibat
dalam metabolisme obat-obat lain. Sebagai contoh Fenobarbital yang dapat
meningkatkan metabolisme obat-obat lain seperti hormone steroid (Richard,
H.,1989).
Selain meningkatkan metabolisme beberapa obat juga dapat
menurunkan kecepatan metabolisme, dengan dampak memperpanjang atau
meningkatkan aksi obat yang dipengaruhi. Misalnya Eritromisin yang
dilaporkan menghambat metabolisme hepatik beberapa obat seperti
karbamazepin dan teofilin sehingga meningkatkan efeknya. Obat golongan
fluorokuinolon seperti siprofloksasin juga meningkatkan aktivitas teofilin,
diduga melalui mekanisme yang sama (Richard, H.,1989).
d. Ekskresi
Kecuali obat-obat anestetik inhalasi, sebagian besar obat diekskresi
lewat empedu atau urin. Darah yang memasuki ginjal sepanjang arteri renal,
mula-mula dikirim ke glomeruli tubulus, dimana molekul-molekul kecil yang
cukup melewati membran glomerular (air, garam dan beberapa obat tertentu)
disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti protein plasma dan
sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati bagian lain dari tubulus
ginjal dimana transport aktif yang dapat memindahkan obat dan metabolitnya
dari darah ke filtrat tubulus. Sel tubulus kemudian melakukan transport aktif
maupun pasif (melalui difusi) untuk mereabsorpsi obat. Interaksi bisa terjadi
karena perubahan ekskresi aktif tubuli ginjal, perubahan pH dan perubahan
aliran darah ginjal (Richard, H.,1989).
Interaksi farmakodinamik tidak akan merubah konsentrasi obat dalam plasma
namun mempengaruhi variabel lain seperti menghambat koagulan, meningkatkan
gula darah, dan lain sebagainya (Bailie et al., 2004).
Ketika meneliti tentang interaksi obat yang potensial. Hal utama yang
diperhatikan adalah relevansi kinik atau signifikansi dari interaksi tersebut. Hal ini
terkait dengan tipe dan besarnya efek yang timbul karena itu diperlukan monitoring
dari pasien. Factor yang mempengaruhi hal tersebut adalah level signifikan, waktu
onset terjadinya interaksi, potensi severity, dan dokumentasi (Tatro, 2010).
1. Level signifikan
Level signifikan adalah derajat dimana obat yang berinteraksi
akan mengubah kondisi pasien. Level signifikan dikelompokkan
berdasarkan keparahan dan dokumentasi interaksi yang terjadi. Terdiri
dari 5 level. Derajat keparahan akibat interaksi diklasifikasikan menjadi
minor (ringan, tidak mempengaruhi hasil terapi, dapat diatasi dengan
baik), moderat (efek sedang, dapat menyebabkan kerusakan organ),
mayor (efek fatal, dapat menyebabkan kematian). Level signifikansi
interaksi 1, 2, 3 menunjukan bahwa interaksi obat yang mungkin terjadi.
Level signifikansi 4 dan 5 interaksi belum pasti terjadi dan belum
diperlukan antisipasi untuk efek yang terjadi (Tatro, 2010).
Tabel level signifikansi (Tatro, 2010).
2. Waktu onset
Mendeskripsikan seberapa cepat efek klinik dan interaksi dapat terjadi.
Ini juga dapat mengindikasikan kecepatan untuk mengatasi efek dari
interaksi tersebut jika tidak diinginkan. Terdapat dua waktu onset:
a. Rapid
Dapat terjadi setelah 24 jam, karena itu penanganan untuk
menghindarkan efek dari interaksi harus dilakukan dengan cepat
b. Delayed
Terjadi dalam hitungan hari atau minggu. Penanganan cepat tidak
dibutuhkan.
(Tatro, 2010).
3. Severity
Potensi severity dibutuhkan karena mengindikasikan perbandingan
efek buruk dengan manfaatnya, sehingga dapat diperbaiki dosis atau
takarannya dan efek dari interaksi dapat dihindari. Terdapat tiga tipe
severity:
a. Minor, ringan dan tidak mempengaruhi hasil terapi, dapat diatasi
dengan baik.
b. Moderat, efek sedang dandapat menyebabkan kerusakan organ.
c. Mayor, efek fatal dan dapat menyebabkan kematian.
(Tatro, 2010).
4. Dokumentasi
Kemungkinan bahwa interaksi dapat terjadi. Terdapat lima tipe
dokumentasi:
a. Established, sudah terbukti secara klinis dapat terjadi interaksi.
b. Probable, sangat mungkin terjadi walau tidak dibuktikan secara klinis.
c. Suspected, bisa terjadi karena ada data yang mendukung namun perlu
dipelajari lebih lanjut.
d. Possible, bisa terjadi namun data tidak ada.
e. Unlikely, diragukan dapat terjadi.
(Tatro, 2010).
Bronkodilator
Bronkodilator adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kesulitan
bernafas yang disebabkan oleh asma, bronchitis, bronchiolitis, pneumonia dan
emfisema. Bronkodilator mendilatasi bronchus dan bronchiolus yang meningkatkan
aliran udara. Bronkodilator dapat berupa zat endogen atau berupa obat-obatan yang
digunakan untuk mengatasi kesulitan bernafas (Mangunnegoro,H.,2004).
Tipe utama bronkodilator :
1. Adrenergik
Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi reseptor b2 di trachea
(batang tenggorok) dan bronchi, yang menyebabkan aktivasi dari
adenilsiklase. Enzim ini memperkuat pengubahan adenosintrifosat (ATP)
yang kaya energi menjadi cyclic-adenosin monophosphat (cAMP) dengan
pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel.
Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan beberapa efek
bronchodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh mast cells.
Contoh obatnya adalah: adrenalin, efedrin, salbutamol, dsb
(Mangunnegoro,H.,2004).
2. Antikolinergik
Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem
adrenergis dan sistem kolinergis. Bila karena suatu sebab reseptor b2 dari
sistem adrenergis terhambat, maka sistem kolinergis akan yang akan lebih
banyak mengambil alih peran dan akhirnya dapat terjadi bronchokonstriksi.
Antikolimengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di
otot polos bronchi, hingga aktivitas saraf adrenergis menjadi dominan dengan
efek bronchodilatasi. Contoh obatnya adalah: Atrovent
(Mangunnegoro,H.,2004).
3. Xanthin
Daya bronchorelaksasinya diperkirakan berdasarkan blokade reseptor
adenosin. Contoh obatnya: teofilin dan aminofilin (Mangunnegoro,H.,2004).
Steroid
Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik.
Ciri umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Steroid pad umumnya
berfungsi sebagai hormone. Contah dari steroid yang biasa digunakan sebagai
pengobatan adalah kortikosteroid, dexametason, hidrokortison,dsb (Hoan,T.,2007)
Kortokosteroid
Kortikosteroid adalah hormon yang disintesis di korteks adrenal, berasal dari
kolesterol dengan struktur utama siklopentanoperhidrofenantren dan hasil akhir
berupa aldosteron dan kortisol. Kortikosteroid bekerja dengan cara mempengaruhi
kecepatan sintesis protein. Kortikosteroid memiliki dua efek utama, yaitu dalam
metabolisme dan inflamasi. (Barret, K.,2010).
Penggunaan kortikosteroid dapat dibagi sebagai terapi substitusi hormon
maupun terapi non endokrin. Untuk terapi substitusi hormon, kortikosteroid diberikan
kepada penderita insuffisiensi adrenal, sedangkan untuk terapi non-endokrin antara
lain untuk pengobatan arthritis, asthma bronkial, alergik, penyakit kulit (dermatitis),
dsb (Barret, K.,2010).
Interaksi obat bronkodilator
Teofilin dapat berinteraksi dengan:
Obat/Zat
Contoh Obat
Signifikansi Efek Mekanisme Menejemen Diskusi
Asiklovir Zovirax (Tatro, 2010)
Kelas 2 Onset: Delayed (beberapa hari/minggu)Keparahan: Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi: Suspected (dapat terjadi; perlu penelitian lebih lanjut) (Tatro, 2010)
Peni-ngka-tan kon-sen-trasi teofi-lin dala-m plas-ma (Bailie et al., 2004)
Meni-ngkatkan farma-kolo-gis dan efek sam-ping (Tatro, 2010)
Penghamba-tan metabolisme oksidatif dari teofilin (Tatro, 2010)
Memantau konsentrasi teofilin.Menurunkan dosis teofilin jika perlu (Bailie et al., 2004)
Terjadinya efek samping teofilin dan peningka-tan konsentra-si teofilin plasma pada pasien setelah penggu-naan asiklovir (Tatro, 2010)
Barbitu-rat
Amoba-rbital (Amital)
Kelas 2 Onset: Delayed
Penu-runan konse-
Barbiturat dapat menginduksi
Memantau konsentrasi teofilin.
Efek yang sama dapat
, Primi-don (Mysoli-ne)Secoba-rbital (seco-nal) (Bailie et al., 2004)
(beberapa hari/minggu)Keparahan: Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi: Suspected (dapat terjadi; perlu penelitian lebih lanjut) (Tatro, 2010)
ntrasi teofi-lin (Bailie et al., 2004)Ke-mung-kinan men-yeba-bkan penu-runan efek tera-peutik (Tatro, 2010)
sitokrom P450, merangsang metabolisme teofilin dan meningkat-kan klirens (Tatro, 2010)
Meningkat-kan dosis teofilin jika perlu (Bailie et al., 2004)
terjadi pada anak-anak dan bayi prematur. Barbiturat juga mempeng-aruhi disposisi teofilin dalam paru-paru pasien, anak-anak, dan kesehatan pasien (Tatro, 2010)
Beta -blocker (non-selektif)
Karteo-lol (kartrol), penbu-tolol (levatol), pindolol (visken), timolol (bloca-dren) (Tatro, 2010)
Kelas 2 Onset: Rapid (efek terjadi dalam waktu 24 jam dari pemberian obat)Keparahan: Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi: Probable (mungkin terjadi, tapi belum ada bukti klinis (Tatro, 2010)
Peni-ngka-tan konse-ntrasi teofi-lin. Anta-gonis-me farma-kolo-gis dapat menu-run-kan efek dari satu atau kedua obat
Antagonis farmakologis. Beta blocker dapat mereduksi n-dimetilasi dari teofilin (Tatro, 2010)
Memantau konsentrasi teofilin plasma. Mengguna-kan beta blocker selektif (Bailie et al., 2004)
Beta blocker menstimu-lasi resistensi saluran nafas pada pasien. Resistensi dapat dicegah dengan β-agonis (beta blocker selektif) untuk digunakan (Tatro, 2010)
(Bailie et al., 2004)
Kontra-sepsi oral
Orto-Novum (Tatro, 2010)
Kelas 2 Onset: Delayed (beberapa hari/minggu)Keparahan: Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi: Suspected (dapat terjadi; perlu penelitian lebih lanjut) (Tatro, 2010)
Peni-ngka-tan konse-ntrasi teofi-lin (Bailie et al., 2004)
Kontrasepsi oral menurunkan degradasi oksidatif dari teofilin oleh sitokrom P-448 (Tatro, 2010)
Memantau konsentrasi teofilin. Menurunkan dosis teofilin jika perlu (Bailie et al., 2004)
Perbedaan efek yang terjadi dikaitan pada umur, penggu-naan oral dengan teofilin IV, jangka waktu penggu-naan kontra-sepsi oral (Tatro, 2010)
Diltia-zem
Cardi-zem (Tatro, 2010)
Kelas 2 Onset: Delayed (beberapa hari/minggu)Keparahan: Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi: Suspected (dapat terjadi; perlu penelitian lebih lanjut) (Tatro, 2010)
Peni-ngka-tan konse-ntrasi teofi-lin (Bailie et al., 2004)
Farmakolo-gis dan efek toksik dari teofi-lin meni-ngkat
Penghamba-tan metabolisme teofilin oleh diltiazem (Tatro, 2010)
Memantau konsentrasi teofilin dalam plasma. Menurunkan dosis teofilin jika perlu (Bailie et al., 2004)
Penggu-naan obat secara bersamaan menyebabkan penurunan klirens total tubuh dan peningka-tan t1/2
teofilin setelah terapi diltizem (Tatro, 2010)
(Tatro, 2010)
Disulfi-ram
Antabu-se (Tatro, 2010)
Kelas 2 Onset: Delayed (beberapa hari/minggu)Keparahan: Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi: Suspected (dapat terjadi; perlu penelitian lebih lanjut) (Tatro, 2010)
Peni-ngka-tan konse-ntrasi teofi-lin (Bailie et al., 2004)
Farmakolo-gis dan efek toksik dari teofi-lin meni-ngkat (Tatro, 2010)
Disulfiram menghambat jalur hidroksilasi dan dimetilasi dari metabolisme teofilin (Tatro, 2010)
Memantau konsentrasi teofilin. Menurunkan dosis teofilin jika perlu (Bailie et al., 2004)
Disulfiram menurun-kan bentuk metabolit teofilin pada perokok, namun hidroksi-lasi dipengaru-hi lebih dari dimetilasi (Tatro, 2010)
Makanan Kelas 2 Onset: Rapid (efek terjadi dalam waktu 24 jam dari pemberian obat)Keparahan: Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi: Suspected (dapat
Peni-ngka-tan atau penu-runan abso-rpsi atau klire-ns berba-gai pro-
Perubahan klirens teofilin yang disebabkan oleh klirens hati yang berubah dengan adanya asupan protein.
Peningkatan metabolisme
Mengacu pada brosur kemasan untuk menejemen tertentu (Bailie et al., 2004)
Makanan tidak mengubah aktivitas teofilin jika diberikan dalam formulasi lepas cepat. Banyak produk lepas
terjadi; perlu penelitian lebih lanjut) (Tatro, 2010)
duk teofi-lin (Bailie et al., 2004)
Efek dari ben-tuk lepas lam-bat teofi-lin terten-tu diru-bah oleh maka-nan (Tatro, 2010)
teofilin yang dikaitkan dengan efek induksi enzim dari hidrokarbon polisiklik (Tatro, 2010)
terkendali juga yang dapat diberikan dengan makanan tanpa interaksi, namun harus dipertim-bangkan secara individual (Tatro, 2010)
Halotan Halotan Kelas 2 Onset: Rapid (efek terjadi dalam waktu 24 jam dari pemberian obat)Keparahan: Major (the effect are potentially life threatening or capable of causing permanent damage)Dokumentasi: Probable
Peni-ngka-tan risiko arit-mia (Bailie et al., 2004)
Tidak diketahui (Tatro, 2010)
Hindari kombinasi. Gunakan anestesi alternatif (misalnya, enflurane) (Bailie et al., 2004)
Interaksi ini langka terjadi karena jarangnya penggu-naan secara bersa-maan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentu-kan mekanis-me dan
(mungkin terjadi, tapi belum ada bukti klinis (Tatro, 2010)
penggu-naan bersama tidak disarankan (Tatro, 2010)
Rifamfi-sin
Rifabu-tin
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : establish (terbukti dapat terjadi)
Dapat menurunkan efek farmako-loginya dan memper-buruk symptom paru-paru (Tatro, 2010)
Saling menaikan metabolism obat di dalam tubuh sehingga efek nya hanya sebentar di dalam tubuh (Tatro, 2010)
Perlu adanya kontrol penggunaan teofilin ketika mulai mengguna-kan rifamfisin (Bailie et al., 2004)
Penggunaan rifamfi-sin pada penggu-na teofilin terbukti dapat mening-katkan siklus entero-hepatik (Tatro, 2010)
Tyroid hormo-ne
Tiroglo-bulin
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected ( dapat terjadi)
Mening-katkan kadar teofilin di dalam serum sehingga dapat menai-kan toksisitasnya juga, sementa-ra kadar makroli-
Dapat menurunkan clearance dari teofilin (Tatro, 2010)
Ada hubungan antara plasma thyroxin dan clearance tyroxin (Tatro, 2010)
Pada kasus hipoti-roid, dapat menuru-nkan eksresi obat teofilin. Sedang-kan hiperti-roid dapat mening-katkan eksresi obat.
danya menurun (Tatro, 2010)
Thiaben-dazol
Thiabe-ndazol
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected ( dapat terjadi)
Mening-katkan kadar teofilin di dalam serum sehingga dapat menai-kan toksisitasnya juga (Tatro, 2010)
Penghambatan metabolism telah terdeteksi.
Menghitung kadar Teofilin dalam plasma untuk mengetahui pengura-ngan dosis Teofilin, (Baxter, 2010)
Menu-runkan dosis teofilin untuk menu-runkan efek toksik (Tatro, 2010)
Ticlopi-dine
Ticlopi-dine
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected ( dapat terjadi)
Penggu-naan ticlopidi-ne akan mening-katkan level toksisitas teofilin (Tatro, 2010)
Ticlopidine akan mengganggu eliminasi teofilin di dalam tubuh (Tatro, 2010)
Memonitor level/ kadar teofilin di dalam tubuh, ketika ticlopidine juga dikonsumsi (Tatro, 2010)
Pemaka-ian ticlopi-din pada pasien penggu-na teofilin secara signifi-kan dapat menuru-nkan clearan-ce dari teofilin di dalam tubuh (Tatro, 2010)
Thioami- Methi- Kelas 2 Menin Pada kasus Memonitor Pada
ne mazole (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected ( dapat terjadi)
g-katkan cleara-nce teofilin. (Tatro, 2010)
hipotiroid, dapat menurunkan eksresi obat teofilin. Sedangkan hipertiroid dapat meningkatkan eksresi obat.(Tatro, 2010)
level/ kadar teofilin di dalam tubuh.(Tatro, 2010)
kasus hipotiro-id, dapat menuru-nkan eksresi obat teofilin. Sedang-kan hiperti-roid dapat mening-katkan eksresi obat.
Zileuton Zileuton Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi :probable (mungkin terjadi)
Penggu-naan zileuton dapat mening-katkan kadar zileuton dalam plasma dan dapat mening-katkan efek sampingnya. .(Tatro, 2010)
Dapat menghambat metabolism dari teofilin .(Tatro, 2010)
Dilakukan pemantauan dosis, pemberian informasi mengenai efek samping obat kepada pasien dan menurunkan dosis teofilin .(Tatro, 2010)
Peng-gunaan zileuton pada pasien penggu-naan teofilin dapat terbukti dapat mening-katkan konsen-trasi teofilin di dalam plasma. .(Tatro, 2010)
Hidanto-in
Fenitoin (Dilan-tin)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed
Saling menurunkan efek
Saling menaikan metabolisme obat di dalam
Perlu adanya penyesuaian dosis yang
Perlu peneli-tian lebih lanjut
(bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : Probable (mungkin terjadi, tp blm ada bukti klinis)
farmako-loginya (Tatro, 2010)
tubuh sehingga efek nya hanya sebentar di dalam tubuh (Tatro, 2010)
dilihat dari monitoring kadar plasma teofilin dalam darah (Bailie et al., 2004)
(Tatro, 2010)
Makro-lida
Eritro-misin (E-mycin)
Klaritro-misin (Biaxin)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : Established (terbukti dapat terjadi)
Simbol “?” : perlu adanya pertimbangan dan
Mening-katkan kadar teofilin di dalam serum sehingga dapat menai-kan toksisitasnya juga, sementa-ra kadar makroli-danya menurun (Tatro, 2010)
Mening-katkan toksisi
Eritromisin menghambat dimetabolismenya Teofilin, sementara Teofilin sendiri menurunkan BA dan meningkatkan klirens Eritromisin (Tatro, 2010)
Klaritromisin menghambat metabolisme Teofilin
Memonitor kadar Teofilin saat mulai dan mengakhiri penggunaan Makrolida, gunakan agen antiinfektif atau mengguna-kan antibiotika lain yang tidak berinteraksi dengan Teofilin (Tatro, 2010)
Tidak disarankan untuk mengguna-
monitoring (Baxter, 2010)
tas teofilin, seperti kaburnya daya pandang, ataksia, dan menga-ntuk (Baxter, 2010)
(Tatro, 2010) kan sediaan Makrolida parenteral (Baxter, 2010)
Mekile-tin
Mexitil Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : Established (terbukti dapat terjadi)
Mening-katkan kadar Teofilin di dalam serum sehingga dapat menai-kan toksisi-tasnya juga (Tatro, 2010)
Metabolisme Teofilin di hati via sitokrom P450 oksidase saat proses dimetilasi dihambat secara kompetitif oleh Meksiletin (Stockley, 1999)
Menghitung kadar Teofilin dalam plasma untuk mengetahui pengurangan dosis Teofilin, turunkan dosis hingga 50% apabila diperlukan (Baxter, 2010)
Waspa-da terha-dap symp-tom toksik, seperti mual, muntah, anore-ksia, dan takika-rdia ventri-kel (Tatro, 2010)
Kuino-lon
Cipro-floxacin (Cipro)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)
Mening-katkan kadar Teofilin di dalam serum sehingga
Inhibisi metabolisme hati dari Teofilin (Tatro, 2010)
Apabila regimen ini harus diberikan, maka kadar teofilin perlu dimonitor, berikut dosisnya
Admi-nistrasi Teofilin dengan Ciprofloxacin mengu-rangi klirens Teofilin,
Dokumentasi : Established (terbukti dapat terjadi)Simbol “!” : kemungkinan besar terjadi interaksi saat diberikan bersamaanKejang pernah dilaporkan (Baxter, 2010)
dapat mena-ikan toksisitasnya juga (Tatro, 2010)
(Tatro, 2010). Turunkan dosis bila perlu (Bailie et al., 2004). Disarankan dosis dimodifikasi pada hari kedua setelah pemberian regimen, penurunan dosis smp 50% adlh disarankan (Baxter, 2010)
sehing-ga dapat menai-kan kadar plasma-nya di dalam darah, toksisi-tasnya pun bertam-bah (Tatro, 2010)
Rifamisi-n
Rifam-pin (Rifa-din)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : Established (terbukti dapat terjadi)
Penam-bahan Rifami-sin dapat menurunkan kadar Teofilin (Tatro, 2010)
Rifamisin meningkatkan klirens dari Teofilin sebesar 45% 36 jam setelah dikonsumsi (Baxter, 2010)
Perlu adanya monitoring kadar Teofilin dan kondisi pasien (Tatro, 2010). Dosis dapat ditingkatkan apabila diperlukan (Bailie et al., 2004)
Monito-ring treat-ment selama satu bulan adalah diperlu-kan (Baxter, 2010)
Tiaben-dazol
Minte-zol
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi
Menai-kan konsen-trasi Teofilin (Bailie et al., 2004)Menin
Pertimbangkan hasil monitoring serum (Tatro, 2010)
Perlu adanya penyesuaian dosis yang dilihat dari monitoring kadar plasma teofilin dalam darah (Bailie et
Hal ini dilapor-kan terjadi pada pasien lanjut usia, terjadi pening-katan kadar
: Suspected (dapat terjadi dg didukung oleh data yang baik, tp perlu penelitian lanjut)
g-katkan kadar Teofilin dalam serum yang memu-ngkinkan timbul-nya keracu-nan (Tatro, 2010)
al., 2004) Teofilin sampai 46 mcg/mL. Pengurangan dosis dilaku-kan sampai 200 mg/hari (Tatro, 2010)
Tioamin Propil- Tio-Urasil
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : Suspected (dapat terjadi dg didukung oleh data yang baik, tp perlu penelitian lanjut)
Penuru-nan konsen-trasi Teofilin pada pasien hiperti-roid, yang akan kembali normal setelah dicapai status eutiroid (Bailie et al., 2004)
Adanya korelasi positif antara kadar tiroksin dalam plasma yang mempengaruhi klirens Teofilin (Tatro, 2010)
Perlu adanya penyesuaian dosis yang dilihat dari monitoring kadar plasma teofilin dalam darah. Segera menjadikan pasien dalam keadaan eutiroid (Bailie et al., 2004)
Kelai-nan fungsi tiroid mempe-ngaruhi system metabo-lisme. Secara umum, hipoti-roidis-me akan menu-runkan laju elimi-nasi, dan sebalik-nya (Tatro, 2010)
Epinefrin dapat berinteraksi dengan:
Obat/Zat
Contoh Obat
Signifikansi Efek Mekanisme Menejemen Diskusi
Beta- blo-cker
Karte-olol (Kart-rol), penbu-tolol (Leva-tol), pindolol (Vis-ken), timolol (blocad-ren) (Bailie et al., 2004)
Kelas 1 Onset: Rapid (efek terjadi dalam waktu 24 jam dari pemberian obat)Keparahan: Major (efek berpotensi mengancam jiwa atau dapat menyebab-kan kerusakan permanen)Dokumenta-si: Established (terbukti dapat terjadi) (Tatro, 2010)
Tahap awal hiperte-nsi, diikuti oleh refleks bradika-rdia (Bailie et al., 2004)
Beta blocker nonselektif memungkin-kan efek alfa-reseptor dari epinefrin mendomina-si. Peningkatan resistensi vaskular menyebab-kan peningkatan tekanan darah dan refleks bradikardia (Tatro, 2010)
Hindari kombinasi jika memungkin-kan. Hentikan beta blocker 3 hari sebelum penggunaan epinefrin jika memungkin-kan. Jika tidak, pantau tanda-tanda vital dan mengguna-kan klorpromazin IV, hidralazin IV, aminofilin IV, dan atau atropin IV jika perlu (Bailie et al., 2004)
Dosis rendah epinefrin juga menyebab-kan spekulasi ke efek pelepasan katekolamin endogen pada pasien dibawah tekanan.Dalam kasus, propanolol menyebab-kan resistensi epinefrin di anafilaksis. Beta blockers selektif kurang memungkinkan untuk berinteraksi (Tatro, 2010)
Interaksi obat Steroid
Kortikosteroid dapat berinteraksi dengan:
Golongan Obat
Contoh Obat
Signifikansi Efek Mekanisme Menejemen Diskusi
Anti-cho-line-ste-rase
Neosti-gmin
Kelas 1 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : mayor (berbahaya)Dokumentasi : probable (mungkin terjadi)
Obat kolines-terase dapat menim-bulkan efekj antago-nis terhadap cortico-steroid.
Belum diketahui
Dilakukan kombinasi obat.
Pening-katan efek samping jangka panjang dari penggu-naan antikoli-nestera-se juga terjadi pada i.o ini. (Tatro, 2010)
Bar-bitu-rate
Butaba-rbital
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : establish (terbukti dapat terjadi)
Menuru-nkan efek kortiko-steroid (Tatro, 2010)
Menstimulasi metabolisme kedua dari kortikosteroid terhadap induksi enzim barbiturat (Tatro, 2010)
Jika mungkin, hindari kombinasi obat ini. (Tatro, 2010)
Kombi-nasi obat ini dapat mempe-buruk penderi-ta asma.
Hy-dan-
Ethotho-in
Kelas 2 (Tatro, 2010)
Dapat menuru-
Dapat meningkatkan
Hindari kombinasi
Terbukti terjadi
toins Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : establish (terbukti dapat terjadi)
nkan efek farmako-logi dari cortico-steroid (Tatro, 2010)
metabolisme steroid melalui 6-betahydroksila-si.
obat ini jika tidak lakukan pemantauan level kortikoste-roid (tatro, 2010)
pening-katan clearan-ce dari korrtikosteroid. (Tatro, 2010)
Rifa-misi-n
Rifamisin(rifampin)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : established (terbukti terjadi pada hasil studi yang terkontrol)
Menurunkan efek kortiko-steroid (Bailie et al., 2004)
Rifamisin meningkatkan metabolism kortikosteroid di hati(Tatro, 2010)
Mencegah kombinasi obat tersebut atau meningkat-kan dosis kortikoste-roid jika diperlukan (Bailie et al., 2004)
studi pharma-kokine-tik menun-jukkan pening-katan bersihan predni-solon selama terapi dengan rifampin(Tatro, 2010)
Dexametason dapat berinteraksi dengan:
Obat/Zat
Intera-ksi dengan
Signifikansi Efek Mekanisme Menejemen Diskusi
Dexametason
Amino-gluteti-mid(Cyta-dren)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected
Menurun-kan efek dexameta-son (Bailie et al., 2004)
Tidak diketahui (Tatro, 2010).
Meningkat-kan dosis dexameta-son jika dibutuhkan. Mengguna-kan kortikoste-roid lain seperti hidrokorti-
Penurunan t1/2 dexame-tasom saat penggu-naan dengan amino-gluteti-mid
Azol (keto-kona-zole)
(dapat terjadi tetapi perlu studi yang lebih lanjut)Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected (dapat terjadi tetapi perlu studi yang lebih lanjut)
Meningkat-kan efek dexameta-son (Bailie et al., 2004)
Mengham-bat metabolisme pada cytrokom P450 dan menurunkan eliminasi (Tatro, 2010)
son (Bailie et al., 2004)
Menurun-kan dosis dexameta-son jika dibutuhkan (Bailie et al., 2004)
(Tatro, 2010)
Itrako-nazol oral dapat mening-katan deksametason (Tatro, 2010)
Hidrokortison dapat berinteraksi dengan:
Hidro-korti-son
Bile acid seques-trans(kolesti-ramin, kolisti-pol)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected (dapat terjadi tetapi perlu studi yang lebih lanjut)
Menurun-kan absorpsi hidrokorti-son pada GI (Bailie et al., 2004)
Kolestiram-in dan kolestipol mempen-garuhi absorpsi hidrokortison pada GI (Tatro, 2010).
Waktu pemberian tidak bersamaan. Gunakan obat penurun lemak (Bailie et al., 2004)
Kolesti-ramin dan kolesti-pol mempe-ngaruhi penuru-nan efikasi dari hidrokor-tison oral pada pasien dengan hipotua-rism (Tatro, 2010).
Estro-gen(estradi-ol)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected (dapat terjadi tetapi perlu studi yang lebih lanjut)
Meningkat-kan efek hidrokorti-son (Bailie et al., 2004)
Inaktivasi CP450 yang akan menurunkan metabolic 6-betahidroxy dari prednisone (Tatro, 2010).
Menurun-kan dosis hidrokorti-son jika diperlukan (Bailie et al., 2004)
Trial pada farmako-kinetik tunggal, wanita yang menggu-nakan kontra-sepsi oral, akan menu-runkan total dan bersihan predni-solon (Tatro, 2010).
Prednisone dan prednisolone dapat berinteraksi dengan:
Pred-nisone dan predni-solone
Azol Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected (dapat terjadi tetapi perlu studi yang lebih lanjut)
Meningka-tkan efek kortikosteroid (Bailie et al., 2004)
Mengham-bat metabolisme pada cytrokom P450 dan menurunkan eliminasi (Tatro, 2010).
Menurun-kan dosis kortikosteroid jika diperlukan (Bailie et al., 2004)
Tidak ditemu-kan interaksi antara itrakona-zol dan predniso-lon, atau ketokonazol dan budeso-nide atau predniso-lon (Tatro,
2010).
Metalprednisolon dapat berinteraksi dengan:
Metal-predni-solon
Azol
Makro-lida(eritro-misin, tro-leandomisin)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : suspected (dapat terjadi tetapi perlu studi yang lebih lanjut)
Kelas 2 (Tatro, 2010)Onset : Delayed (bbrp hari/minggu)Keparahan : Moderate (kerusakan klinis)Dokumentasi : established (terbukti terjadi pada hasil studi yang terkontrol)
Mening-katkan efek metilpred-nisolon (Bailie et al., 2004)
Mening-katkan efek metilprednisolon (Bailie et al., 2004)
Mengham-bat metabolisme pada cytrokom P450 dan menurunkan eliminasi (Tatro, 2010).
Walaupun interaksi obat ini meningka-tkan metilpred-nisolon dalam plasma, tetapi belum tentu peningkatan ini disebabkan oleh efek metilpred-nisolon (Tatro, 2010).
Menurun-kan dosis metilpred-nisolon jika diperlukan (Bailie et al., 2004)
Menurun-kan dosis metilpred-nisolon jika diperlukan (Bailie et al., 2004)
Penuru-nan sebesar 50% pada metilpre-dnisolon ketika diberi ketoko-nazol (Tatro, 2010).
Studi farmakokinetik tunggal mendo-kumen-tasikan 46% penueu-nan bersihan metal-predni-solon selama terapi menggu-nakan eritromi-sin (Tatro, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Bailie, George R., PharmD et al. 2004. Med Facts. Middleton : Bone Care International, Inc.
Barret K. 2010. Ganong’s Review of Medical Physiology. 23rd ed. US: The McGraw-Hill
Companies.
Baxter, Karen. 2010. Stockley’s Drug Interaction Pocket. London : Pharmaceutical Press.
Hoan,T.2007. Obat-Obat Penting. Jakarta:Elex media komputindo.
Mangunnegoro H, Widjaja A, Kusumo D dkk, 2004. Asma, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ( Tim
Kelompok Kerja Asma). Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Richard , Harkness. 1989. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB.
Tatro, David S., PharmD. 2010. Drug Interaction Facts. California : Facts & Comparison
Publishing Group.
Stockley, I. H. 1999. Drug Interactions, 5th ed. London : Pharmaceutical Press.
Recommended