View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Dalam pelaksanaan otonomi daerah telah diatur didalam undang-
undang nomor 32 tahun 2004 dan undang-undang nomor 12 tahun 2008
yang dimana merupakan landasan bagi pemerintah daerah dalam
menjalankan roda pemerintahan daerahnya sendiri . maka dari itu agar
terciptanya suatu pelayanan yang maksimal diperlukan aparatur yang handal
untuk menggerakkan segala kegiatan dalam proses pencapaian tujuan.
Pemerintah sebagai pelaksana punya beban dan tanggung jawab yang berat,
dalam hal ini pemerintah mempunyai perangkat-perangkat yang sering di
sebut sebagai jajaran birokrasi yang tentunya mempunyai tugas dan fungsi
yang berpegang teguh pada terwujudnya pencapaian tujuan yang
berdasarkan peraturan-peraturan serta garis hirarki dari pimpinan tingkat
atas. Jadi birokrasi sangat besar peranannya untuk pencapaian tujuan yang
di inginkan. Sebagaimana diketahui bahwa peranan birokrasi tersebut dalam
mengambil langkah-langkah dalam mewujudkan proses administrasi Negara
sebagai wahana untuk mencapai tujuan nasional. Oleh sebab itu diperlukan
adanya peranan birokrasi pemerintah dalam kehidupan suatu bangsa.
Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan adanya pengembangan visi dan
misi dalam menyelenggarakan fungsi dan semua aktivitas yang menjadi
2
tanggung jawab pemerintah. Dengan demikian tingkat efisiensi, efektifitas
dan mungkin juga dibarengi orientasi pelayanan bukan orientasi kekuasaan.
Dalam penyelenggaraan otonomi di daerah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satu di antaranya adalah faktor manusia yang dalam hal ini
adalah sebagai aparatur pemerintah, harus memiliki kemampuan yang dapat
menunjang terlaksananya otonomi daerah sesuai dengan apa yang
diinginkan karena bagaimanapun juga berhasil atau tidaknya pelaksanaan
otonomi daerah akan sangat tergantung kepada aparatur pemerintah daerah
sebagai perencana dan pelaksana.Dalam pelaksanaan otonomi daerah
aparat pemerintah daerah juga dituntut untuk memiliki kapabilitas dan
kredibilitas dalam melaksanakan tugas serta pengembangan struktur jabatan,
penjenjangan karier yang jelas, dan juga pembagian tugas berdasarkan
disiplin ilmu yang dimiliki.
Sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat, peran aparatur pemerintah
haruslah berfokus kepada pelayanan publik. Pemerintah harus melakukan
peningkatan sumber daya aparatur, kualitas, profesionalisme pada seluruh
jajaran pemerinahan. Seiring dengan perkembangan dinamika masyarakat
yang cukup tinggi Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang
berkualitas semakin mendesak. Masyarakat menghendaki pelayanan yang
cepat, akurat, dan biaya murah. mengutamakan hasil yang optimal terutama
pelayanan yang sifatnya aministratif. Pelayanan yang prima tersebut akan
mendorong masyarakat ikut berparisipasi dalam proses pembangunan.
3
Dengan demikian akan mengarah pada peningkatan produktifitas dan
peningkatan taraf hidup masyarakat. Namun pada pelaksanaan sering terjadi
hambatan-hambatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal
ini disebabkan oleh hal-hal sifatnya teknis dan non teknis yang dapat
mempengaruhi kinerja aparatur, misalnya penyediaan fasilitas pelayanan
yang terbatas, dan kurangnya kemampuan dalam mengemban tugasnya. Hal
ini merupakan tantangan bagi aparat, yang merupakan ujung tombak
penyelenggaraan pemerintahan didaerah yang berhadapan langsug dengan
masyarakat.
Berdasarkan keputusan Menteri pendayagunaan aparatur Negara
Nomor 63 tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan
publik seperti prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kemampuan
petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan,
kepastian biaya pelayanan, dan kepastian jadwal pelayanan maka
pemerintah dituntut untuk meningkatkan pelayanan masyarakat serta
peningkatan kemampuan sumberdaya aparatur.
Menurut Ridwan (2009:163) ada beberapa hambatan yang biasanya
dikeluhkan oleh masyarakat yang ingin mengurus perizinan yaitu:
a. Biaya perizinan
1. Biaya pengurusan izin sangat memberatkan bagi pelaku usaha
kecil. Besarnya biaya perizinan seringkali tidak transparan
4
2. Penyebab bearnya biaya disebabkan karena pemohon tidak
mengetahui besar biaya resmi utuk pengurusan izin, dan akrena
adanya pungutan liar.
b. Waktu
1. Waktu yang diperlukan mengurus izin relatif lama karena
prosesnya yang berbelit-belit
2. Tidak adanya kejelasan kapan izin diselesaikan.
3. Proses perizinan tergantung pada pola birokrasi setempat
c. Persyaratan
1. Persyaratan yang ditetapkan seringkali sulit untuk diperoleh
2. Persyaratan yang diminta secara berulang-ulang untuk berbagai
jenis izin.
Dalam kaitannya dengan pelayanan pemberian Izin Mendirikan
bangunan (IMB), diharapkan praktek pelayanan perizinan tersebut dapat
memenuhi tujuan yang telah ditetapkan terutama dalam hal penyederhanaan
prosedur. Kepemiikan bangunan sering menjadi sengketa public yang
berkepanjangan. Masalah tersebut muncul karena ketiadaan sertifikat izin
mendirikan bangunan (IMB) karena sebagian masyarakat merasa prosedur
perizinan cukup berbelit-belit serta ketiadaan biaya untuk mengurus izin
tersebut.bagi masyarakat yang tidak manpu Keresahan itu sebenarnya
berujung pada kurangnya sosialisasi tentang IMB, karena IMB adalah
5
merupakan alat pengendali pemanfaatan ruang serta berfungsi sebagai
jaminan kepastian Hukum atas bangunan tersebut.
Pada dasarnya, setiap pengakuan hak oleh seseorang terhadap
suatu bangunan harus didasarkan oleh bukti yang kuat dan sah menurut
hukum. Tanpa bukti tertulis, suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai
objek hukum tersebut menjadi tidak sah, Sehingga dengan adanya sertifikat
IMB akan memberikan kepastian dan jaminan hukum kepada masyarakat.
Oleh sebab itu dalam kaitannya terhadap pelayanan perizinan
khususnya Izin Mendirikan bangunan (IMB), pemerintah harus menetapkan
standar pelayanan yang optimal antara lain aparatur pemerintah harus dapat
meningkatkan pengetahuan dan profesionalitas, guna mengubah citra
aparatur yang sebelumnya di pandang lamban menjadi efisien dan efektif
sesuai dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
Pada dasarnya harapan masyarakat terhadap proses perizinan tidak
berbeda dengan harapan pemerintah, yakni sederhana, murah, adanya
kepastian waktu, pelayanan yang berkualitas dan sah secara hukum. Dari sisi
masyarakat, murah berarti biaya yang wajar dan dapat di jangkau. Kepastian
waktu merupakan elemen penting lainnya yang diharapkan masyarakat dari
pemerintah. Kepastian tersebut menyangkut masalah lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengurusan serta kapan izin dapat dikeluarkan.
Lamanya pengurusan izin seharusnya diketahui oleh para pemohon sehingga
bermanfaat bagi proses perencanaan dan perjadwalan mereka , dan
6
pemeritah sebagai penyedia pelayanan harus dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat ini,
Kota Baubau yang baru berusia 11 tahun sebagai daerah otonom,
Dalam pelaksanaan pembangunan terkesan belum optimal terutama
menyangkut masalah kualitas dan kuantitas sumberdaya aparatur sangat
berpengaruh terhadap tujuan pembangunan daerah itu sendiri. Pelaksanaan
pembangunan dalam berbagai sektor terutama pembangunan mental, sikap
aparat dalam melayani sangat diperlukan. Jika para pelaksana tugas dalam
pemerintahan punya sikap dan kesadaran akan pentingnya tugas mereka.
Bertolak dari hal tersebut diatas, penulis termotivasi untuk melakukan
penelitian mengenai “Kemampuan aparat pemerintah dalam pelayanan izin
Mendirikan Bangunan (IMB) Di Kota Baubau”
1.2Rumusan Masalah
Dari uraian sebelumnya, maka masalah dalam penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan aparatur pemerintah dalam memberikan
pelayanan pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB) di kota
Baubau?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan aparatur pemerintah
terhadap pelayanan kepada masyarakat.?
1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
7
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui kemampuan aparatur dalam memberikan
pelayanan izin mendirikan bangunan di kota Baubau.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
aparatur terhadap pelayanan kepada masyarakat.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Hasil peneliian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
yang berminat untuk meneliti topik pembahasan yang berkaitan
dengan pelayanan izin mendirikan bangunan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam
upaya perbaikan sistem, sruktur birokrasi serta pemberdayaan
aparat.
3. Lebih mengembangkan cakrawala berpikir penuis dan menerapkan
hasil pendidikan yang diperoleh di Universitas Hasanuddin.
1.4Kerangka Konseptual
Seorang aparat dituntut untuk dapat menjalankan Tugasnya dengan
baik, minimal dituntut untuk memiliki skill atau kemampuan-kemampuan yang
merupakan gabungan dari dari faktor-faktor pendidikan, pelatihan,
pengalaman, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut , maka
dalam menjalankan tugas aparatur pemerintah senantiasa dihadapkan pada
berbagai permasalahan kompleks khususnya dibidang pelayanan kepada
8
masyarakat, yakni pemberian pelayanan yang berkualitas sangat diharapkan
oleh masyarakat. Selain itu eksistensi suatu aparat yang baik dapat dilihat
dari kemampuannya untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Berkaitan dari hal diatas seyogyanya pelayanan diarahkan untuk
memuaskan kebutuhan masyarakat secara cepat, tepat, dan ekonomis
dengan mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan. Sering terjadi
seorang aparat bekerja tidak sesuai aturan dengan melakukan
penyelewengan atau bekerja engan tidak professional yang menyebabkan
pelayanan kepada masyarakat terkesan lambat dan berbelit-belit. Padahal
sebagai aparat pemerintah seharusnya mereka menjadi saluran pelayanan
kepentingan umum, bukan sebaliknya memanfaatkan jabatan untuk
kepentingan pribadi.
Masalah Pelayanan aparat pemerintah kepada masyarakat sudah
menjadi dilema yang harus segera dibenahi, jangan sampai hal ini
berlangsung terus-menerus dan pada akhirnya dapat mendorong wibawa
aparatur pemerintah dan Negara dimata masyarakat. Dalam meningkatkan
kemampuan aparatur dalam pelayanan Izin mendirikan bangunan di kota
Baubau ada beberapa cara yang ditempuh misalnya: peningkatan mutu,
pemberian sarana dan prasarana penunjang, serta kesejahteraan aparatpun
harus ditingkatkan
9
Izin mendirikan bangunan (IMB) merupakan izin mendirikan bangunan
yang dikeluarkan oleh walikota atau pejabat yang ditunjuk dalam wilayah
Kota Baubau berdasarkan perda Nomor 1 tahun 2009 dan perda nomor 2
tahun 2009, yang dimana merupakan pekerjaan mengadakan bangunan baik
sebagian maupun seluruhnya, termasuk pekerjaan menggali dan menimbun
atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan
bangunan. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan serta mengatur
penataanruang disuatu tempat.
Salah satu tugas pokok aparatur pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pemberian pelayanan tersebut mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara, demi terciptanya tujuan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan pancasila. Transparansi Birokrasi dalam
bidang pelayanan kepada masyarakat merupakan suatu keharusan, yang
paling penting implementasinya pelayanan masyarakat dibidang
penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi tertib administrasi, kejelasan
prosedurpelayanan, kepastian waktu penyelesaian pelayanan, serta
memberikan kenyamanan kepada masyarakat.
Selanjutnya untuk menilai kriteria kualitas pelayanan kepada
masyarakat yaitu dengan mengacu pada beberapa criteria sebagai berikut:
10
Kejelasan dan kepastian , yaitu menyangkut, prosedur dan tata
cara pelayanan, unit kerja dan atau pejabat yang berwewenang
bertanggung jawab dalam mmberikan pelayanan
Keamanan, yaitu proser serta hasil pelayanan dapat
memberikan kenyamanan, dan memberikan, kepastian hukum
bagi masyarakat.
Kesederhanaan, yaitu bahwa prosedur / tata cara pelayanan
dilaksanakan secara mudah dan lancar, serta mudah dipahami
oleh masyarakat
Ketetapan waktu yaitu bahwa pelaksanaan public dapat
diselesaikan dalam kurung waktu yang telah ditentukan
Keadilan, yaitu palayanan yang diberikan harus diusahakan
seluas mungkin dan merata serta diberlakukn ecara adil bagi
seluruh lapisan masyarakat.
Untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas serta kepuasan bagi
masyarakat haruslah di baringi dengan kemampuan aparatur yang memadai,
berikut hal-hal yang menjadi indikator tersebut:
1. Tingkat kemampuan aparatur pemerintah dapat dilihat dari beberapa
indikator yakni, Pendidikan formal, golongan, penjenjangan latihan
jabatan struktural, kesesuaian pendidikan dengan bidang kerja,
pendidikan teknis, umlah aparat yang bertugas, serta sarana dan
prasarana yang mendukung.
11
2. Dalam suatu prosedur pelayanan aparat harus memberikan pelayanan
yang baik,cepat, serta kesederhanaan dalam prosedur/tidak berbelit-
belit.
3. Bahwa untuk mencapai suatu pelayanan yang berkualitas, faktor yang
sangat vital adalah aparatur pemerintah sebagai unsur pelaksana.
Oleh sebab itu sangat diperlukan adanya peningkatan kemampuan
aparatur pemerintah melalui pendidikan dan latihan, pembentukan
sikap mental, serta menyediakan sarana dan prasarana yang
menunjang dalam bekerja.
4. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya aparatur pemerintah selaku
yang memberi pelayanan kepada masyarakat tentu saja dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik itu faktor pendukung maupun faktor
penghambat. Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang
menyebabkan pelayanan yang diberikan dapat terlaksana dengan baik
dan dapat direspon dengan baik oleh masyarakat, sedangkan faktor
penghambat adalah faktor-faktor yang menyebabkan pelayanan yang
diberikan mengalami hambatan dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan kerangka konsep tersebut diatas, maka dapat
digambarkan sebagai berikut:
12
SKEMA KERANGKA KONSEPTUAL
Kemampuan Aparatur Pemerintah
Faktor-faktor yang berpengaruh
Indikator:
Pendidikan Formal Golongan Penjenjangan latihan
jabatan struktural Kesesuaian pendidikan
dengan bidang kerja Pendidikan teknis Jumlah aparat Sarana & Prasarana
Proses Pelayanan IMB
Kepuasan Masyarakat
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
13
1.5Metode Penelitian
1.4.2 Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini di gunakan tipe penelitian yang bersifat
deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang masalah yang diteliti sesuai dengan
apa adanya di lokasi penelitian.
1.4.2 Dasar penelitian
Dalam penelitian penulis menggunakan dasar penelitian studi kasus
yaitu dimana obyek atau masalah diteliti dan diamati, kemudian
dianalisis secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang
terintegritas dengan tujuan akan memperoleh informasi dari
sejumlah responden yang dianggap dapat mewakili populasi.
1.4.3 Lokasi Penelitian
Berdasarkan judul yang diangkat, maka penelitian ini dilaksanakan
di Dinas tata kota dan bangunan, dan instansi terkait dengan fokus
pengamatan pada kemampuan personil aparatur yang bertugas
terutama dalam pelayanan izin mendirikan bangunan (IMB) dikota
Baubau.
1.6Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
1.6.1 Sumber Data
14
Untuk memperoleh data-data yang relevan dan akurat sehubungan
dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan
data yang diambil dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu, data
sekunder dan data primer. Data Primer adalah data yang bersumber
dari study lapang (Field Research) sedangkan data sekunder adalah
data yang bersumber dari kepustakaan (Library Study).
1.6.2 Teknik pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
ada tiga yaitu:
1. Wawancara
Teknik pengumpuan data yang dimaksudkan untuk mendapatkan
keterangan-keterangan lisan melalui dialog langsung antara
peneliti dengan para informan. Wawancara dilakukan dengan
secara mendalam dan terbuka, data yang diperoleh terdiri dari
kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman , pendapat
dan perasaan, dan pengetahuannya dengan menggunakan daftar
pertanyaan, mengadakan Tanya jawab langsung kepada sejumlah
informan dan gagasan yang berkaitan erat dengan penelitian ini.
Adapun informan dan tokoh Masyarakat yang dipilih berdasarkan
fungsi dan kedudukannya adalah sebagai berikut:
1. Kepa Dinas Tata kota dan Bangunan
15
2. Kepala Bidang Tata Bangunan dan perizinan
3. Kepala Bidang Penataan Kota
4. Kepala Bidang Cipta Karya (Dinas pekerjaan Umum)
5. Kepala seksi tata bangunan & perizinan
6. Staf Bidang tata bangunan & perizinan 2Orang
7. Staf bidang Pengawasan 1 Orang
8. Staf Badan pelayanan Perizinan & Permodalan 1 Orang
9. Staf Bidang Cipta Karya 1 Orang
10.Camat Betoambari
11.Camat Sorawolio
12.Masyarakat yang telah Mendapatkan IMB 6 Orang
2. Observasi
Pengamatan langsung terhadap objek kajian yang sedang
berlangsung untuk memperoleh keterangan dan informasi sebagai data yang
akurat tentang hal-hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara
jawaban informan dengan kenyataan yang ada, dengan melakukan
pengamatan langsung yang ada dilapangan yang erat kaitannya dengan
objek penelitian. Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung ke
tempat penelitian dengan melihat keadaan sekitar, kegiatan,prilaku, tindakan
orang-orang, serta juga keseluruhan kemungkinan interaksi interpersonal dan
16
proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang
dapat diamati.
3. Studi Kepustakaan (Penelaan terhadap dokumen tertulis)
Dilakukan dengan mencari data-data pendukung (data sekunder) pada
berbagai literature baik berupa buku-buku, dokumen-dokumen,makalah-
makalah hasil penelitian serta bahan-bahan referensi lainnya yang berkaitan
dengan penelitian.
1.7 Analisis Data
Untuk mendapatkan hasil yang obyekif dalam penelitian ini maka
data yang didapatkan melalui observasi, wawancara dan studi literatur dalam
penelitian ini selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian berdasarkan pada situasi wajar (natural setting), atau
meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam lingkungan hidup
kesehariannya, maksudnya para peneliti kualitatif sedapat mungkin
berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat
kehdupan mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara
apa adanya (wajar). Di dalam penelitian tersebut merupakan proses yang
berkesinambungan sehigga tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data dilakukan secara bersama selama proses penelitian. Dalam
penelitian kualitatif tersebut pengolahan data tidak harus dilakukan setelah
17
data terkumpul , atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah pengolahan
data selesai.Dalam hal ini sementara data dikumpulkan. Peneliti dapat
mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan untuk
menggambarkan bagaimana kemampuan aparatur pemerintah dalam
Pelayanan izin Mendirikan Bangunan Di kota Baubau.
1.8 Definisi Operasional
Untuk memberikan suatu pemahaman agar memudahkan penelitian ini maka
penulis memberikan beberapa batasan penelitian, dan fokus penelitian ini
yang dioperasionalkan melalui beberapa indikator sebagai berikut:
1. Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pemerintahan, sebagai alat untuk mencapai tujuan
nasional
2. Pemerintah adalah badan yang menyelenggarakan tugas-tugas umum
pemerintahan
3. Kemampuan adalah kesanggupan , kecakapan, Kekuatan atau segala
daya dan potensi yang dimiliki oleh manusia dalam hak melakukan
suatu aktifitas
4. Kemampuan aparatur dapat didefinisi operasionalkan melalui
indikator-indikator ebagai berikut:
Tingkat pendidikan aparat
18
Kesesuaian antara pendidikan dengan bidang tugas
Jumlah aparat
Tingkat pelatihan penjenjangan jabatan struktural
Sarana dan prasarana penunjung
Pendidikan pelatihan penunjang kamampuan aparatur
5. Izin mendirikan Bangunan (IMB) merupakan suatu alat pengendali
pengaturan ruang dikota Baubau yang diatur dalam perda nomor 1
tahun 2009 dan perda nomor 2 tahun 2009.
6. Prosedur pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan
proses rentetan alur pelayanan yang dilakukan oleh para insrtansi
yang berwewenang dan harus dilalui oleh para pemohon untuk
mendapatkan IMB,
7. Untuk mengukur kepuasan masyarakat dengan kemampuan aparatur
yang dimiliki dalam pelayanan dapat dianalisis melalui criteria:
Kemampuan aparatur dalam penyelesaian produk layanan dengan
waktu yang telah ditetapkan sebelumnya
Sarana dan perasarana yang ada dari awal pengurusan hingga
akhir pengurusan
8. Faktor Pendukung adalah segala sesuatu yang menunjang
kemampuan aparatur pemerintah dalam pelayanan Izin Mendirikan
bangunan (IMB)
19
9. Faktor penghambat adalah segala sesuatu yang menyebabkan kurang
optimalnya aparatur dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kemampuan Aparatur Pemerintah
2.1.1 Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang berarti kuasa
(sanggup,bisa) melakukan sesuatu. Dalam kamus bahasa Indonesia,
kemampuan dianggap sebagai kesanggupan , kecakapan,dan kekuatan. Jadi
secara umum, kemampuan diartikan sebagai segala daya dan potensi yang
dimiliki oleh manusia dalam melakukan sesuatu.
2.1.2 Aparatur Pemerintah
Untuk lebih memperjelas pengertian aparatur pemerintah, maka
terlebih dahulu akan dipaparkan satu persatu pengertian aparatur dan
pengertian pemerintah
Secara harfiah Aparatur berasal dari kata “aparat” yang berarti alat,
sedangkan kata aparatur sendiri mengandung pegertian alat-alat Negara
sama dengan pegawai. Jadi Aparatur adalah alat-alat yang menjalankan
tugas Negara.
Menurut Soewarno Handayaningrat (1995 : 154) mengatakan bahwa
aparatur adalah aspek-spek administrasi yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pemerintahan/Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan
21
nasional. Aspek-aspek adinistrasi dalam pengertian aparatur, terutama
menyangkut kelembagaan (organisasi) dan kepegawaian yaitu :
a. Kelembagaan Pemerintahan adalah orang-orang yang
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan mulai
dari kelembagaan pemerintahan pusat sampai pada
kelembagaan pemerintahan Desa/kelurahan.
b. Kepegawaian Pemerintah adalah mereka yang menduduki
jabatan-jabatan pada lembaga-lembaga pemerintahan,
keamanan dan ktertiban,lembaga pelayanan asa perbankan
dan perekonomian.
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
aparatur adalah suatu alat bagi pemerintah untuk menyelenggarakan segala
kegiatan administrasi.
Istilah pemerintah berasal dari kata “perintah” yang berarti sesuatu
yang harus dilaksanakan. Didalam kata tersebut tersimpul beberapa unsure
yang jadi ciri khas dari “pemerintah” yakni :
a. Adanya “Keharusan” menunjukan kewajiban untuk melaksanakan
apa yang diperintahkan.
b. Adanya dua pihak yaitu yang member dan yang menerima
perintah.
22
c. Adanya hbungan fungsional antara yang member dan yang
menerima perintah.
d. Adaya wewenang atau kekuasaan yang memberi perintah.
Secara ilmiah pengertian pemerintah dibedakan dalam dua
pengertian, yaitu pemerintah sebagai organ (alat) negara yang menjalankan
tugas (fungsi) dan pemerintah sebagai fungsi dari pada pemerintahan.
Istilah pemerintah dalam arti organisasi (alat) dapat pula dibedakan
antara pemerintah dalam arti luas dan pemerintah dalam arti sempit.
Pemerintah dalam arti sempit adalah kekuasaan yang dimiliki oleh lembaga
eksekutif, dan pemerintah dalam arti luas adalah semua organisasi Negara.
Ateng (1993:24), mengatakan bahwa pemerinah adalah kekuatan
yang diorganisasi. Tidak perlu dan tidak selalu diorganisir oleh angkatan
bersenjata, tetapi pemerintah itu adalah hasil perbuatan beberapa orang,
atau suatu organisasi untuk merealisir maksud-maksudnya bersama
referensinya.
Bayu suryaningrat (1979 :2), mengatakan bahwa pada umumnya
yang disebut pemerintah adalah suatu kelompok individu yang mempunyai
wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan.Dengan demikian
pemrintah suatu Negara ini mempunyai hal untuk mengatur dan mengurus
urusan sendiri atau rumah tangga nasional dan memilki kekuasaan untuk
23
melaksanakan yang sifatnya memaksa, apabila tersebut bersangkut paut
dengan kepentingan Negara.
Menurut poerwadarminta (1976 : 793) pemerintah adalah perkataan
yang bermaksud menyuruh, serta memiliki kekuasaan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang di wiayah tertentu.
Menurut Yudi Wagio (1991:1) pemerintah adalah suatu
badan/lembaga Negara, sedangkan yang dilakukan pemerintah secara
umum yakni mengendalikan suatu Negara didalam usaha untuk mencapai
tujuan Negara.
Menurut Talziduhu Ndaraha (2003: 70), memberikan defnisi terhadap
konsep pemerintah yaitu organ yang berwewenang memberikan perintah,,
serta berkewajiban memproses pelayanan bagi setiap anggota masyarakat
yang bersangkutan saat diperlukan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemerintah adalah badan, lembaga, alat (organ)
aparat yang menjalankan atau melaksanakan pemerintahan, sedangkan
pemerintahan sebagai kegiatan atau aktifitas yang dijalankan oleh
pemerintah.
Selanjutnya yang dimaksud dengan aparatur pemerintah adalah
orang-orang yag menduduki jabatan dalam kelembagaan pemerintahan
(eksekutif) yang meliputi:
24
a. Pejabat Negara yang bertugas dibidang pemerintahan yaitu
presiden dan wakil presiden, Menteri-menteri, Gubernur, Bupati/
walikota.
b. Angkatan bersenjata Repulik Indonesia yang bertugas di bidang
keamanan dan ketertiban.
c. Pegawai Negri sipil.
d. Pegawai republik Indonesia yang bertugas pada perangkat
pemerintah.
e. Aparatur perekonomian Negara, yaitu bank-bank milik Negara dan
daerah yang memberikan pelayanan jasa perbankan, BUMN dan
BUMD yang memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Dalam pemrintahan Negara Republik indonsia dikenal pula istilah
aparatur Negara, yakni orang-orang yang menduduki jabatan dalam
kelembagaan Negara yaitu mereka yang bertugas dalam kelembagaan
Negara yaitu mereka yang bertugas dalam kelembagaan pemerintahan
(badan eksekutif), badan perwakilan (Legislatif), Badan peradilan (yudikatif).
2.1.3 Kemampuan Aparatur
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa kemampuan adalah
segala daya dan potensi yang dimiliki oleh manusia dalam melaksanakan
suatu aktivitas, dan aparatur adalah pegawai Negara, pejabat Negara, maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur adalah segala daya dan
25
potensi yang dimiliki oleh aparat pmerintah, pegawai negri, pegawai Negara
yang melaksanakan tugas dan fungsinya.
Aparatur pemerintah sebagai abdi Negara berarti melaksanakan
keajiban dan mewujudkan tujuan nasional, seperti yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea keempat, sedangkan sebagai abdi masyarakat,
aparatur pemerintah harus dapat mendengarkan , menghimpun dan
menulusuri setiap aspirasi dan keinginan masyarakat untuk kemudian
disalurkan kepada pemerintah.
Oleh karena itu dalam menjalankan fungsinya, aparatur pemerintah
mempunyai tugas ganda yaitu mengabdi kepada kepentingan Negara dan
masyarakat. Salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat adalah
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Namun untuk mencapai hal
tersebut yang harus menjadi prioritas utama adalah pembinaan dan
peningkatan kemampuan profesionalismenya, agar dapat memberikan
kepuasan layanan kepada masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab , aparat pemerintah
daerah dituntut untuk memiliki kemampuan yang berhubungan dengan
prinsip-prinsip administrasi dan manajemen modern. Hal ini dimaksudkan
demi tercapanya penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan
teratur. Adapun prinsip tersebut adalah :
26
a. Administrasi dan aparatur pemerintah daerah dapat menjamin
hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah sebagai satu kesatuan politik , ekonomi, sosial dan budaya.
b. Administrasi dan aparatur pemerintah di daerah diciptakan sebagai
sarana bagi pemerintah dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dalam hal ini mereka mampu memberikan pelayanan
dengan baik kepada masyarakat.
c. Untuk mencapai tujuan dan pelayanan dengan baik dibutuhkan
kesinambungan, keteraturan serta pelembagaan tugas.
d. Dalam melaksanakan tugas, administrasi dan aparatur pemerintah
harus mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan
pribadi serta bekerja dengan bersih tanpa pamrih.
e. Aparatur pemerintah harus bekerja berdasarkan kesungguhan
melaksanakan tugas dan bukan karena mempunyai kekuasaan atau
wewenang tertentu.
f. Aparatur pemerintah harus peka terhadap lingkungan dan tanggap
akan keinginan masyarakat. Dengan demikian mampu
melaksanakan penyesuaian dengan aspirasi masyarakat.
2.2 Konsep Pelayanan
Istilah pelayanan berasal dari kata “layan” yang artinya membantu
menyiapkan atau mengurus segala apa yang diperlukan orang lain untuk
27
perbuatan melayani. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pelayanan
diartikan sebagai berikut:
a. Perihal cara melayani
b. Servis, jasa
c. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli
barang/jasa.
Pelayanan adalah cara melayani, membantu menyiapkan,
mengurus, menyelesaikan keperluan , kebutuhan seseorang atau kelompok
orang. Artinya objek yang dlayani adalah masyarakat yang terdiri dari
individu,golongan, dan organisasi.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia harus berusaha, baik
melalui aktivitas sendiri maupun secara tidak langsung melalui aktivitas
orang lain.Aktivitas adalah suatu proses penggunaan akal,pikiran,
pancaindra dan anggota badan atau tanpa alat bantu yang dilakukan oleh
seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, baik dalam bentuk
barang maupun jasa, proses pemenuhan orang lain yang langsung inilah
yang dinamakan pelayanan.
Menurut Sianipar (1999 : 5) mengemukakan bahwa:
“Pelayanan Masyarakat (publik) adalah segala aspek bentuk
pelayanan sektor public yang dilaksanakan aparatur pemerintah,
termasuk pelaku bisnis BUMN / BUMD dalam bentuk barang dan
28
jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan
peraturan yang berlaku”
Berdasarkan Keputusan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 63 tahun 2003 mendefensikan pelayanan umum sebagai :
“Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah dipusat, di daerah, dan dilingkungan Badan Usaha milik
Negara atau badan usaha milik daerah dalam bentuk barang dan
jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.”
Dari definisi tersebut diatas, pelayanan public atau pelayanan umum
dapat didefinisikan sebagai aspek bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang public yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah dipusat, didaerah, dilingkungan
BUMN, dilingkungan BUMD, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan perndang-
undangan .
Menurut The Liang Gie (1997 : 23) yang mendefenisikan pelayanan
adaah:
“Pelayanan bagi masyaraka atau kegiatan dari organisasi yang
dilakukan untuk mengamalkan dan mengabdikan dari organisasi
29
yang dilakukan untuk mengamalkan dan mengabdikan diri kepada
masyarakat”
Sedangkan Moenir (2001 : 26-27) memberikan pengertian pelayanan
sebagai berikut :
”Pelayanan umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan landasan faktor materil melalui
system, prosedur atau metode tertentu dalam rangka memenuhi
kepentingan orang lain sesuai dengan haknya”.
Pengertian pelayanan oleh Cristopher ( dalam Sianipar, 1999 : 6)
memberikan pengertian pelayanan sebagai berikut :
“Pelayanan pelanggan ( masyarakat yang menjadi sasaran
pelayanan) adalah sistem manajemen yang diorganisasikan untuk
penyediaan hubungan pelayanan yang berkesinambungan antara
waktu pemesanan dan waktu barang atau jasa diterima, digunakan,
dengan tujuan memuaskan dalam rangka jangka panjang”
Menurut Efendi (dalam buku widodo 2001:57), playanan publik
harus bersifat professional, efektif, sederhana,transparan, terbuka, tepat
waktu serta aktif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam
arti meningkatkan kepastian individu dan masyarakat.untuk secara aktif
menentukan masa depannya sendiri, dalam arti memungkinkan setiap
30
anggota masyarakat mengembangkan kemmpuan dan kreatifitasnya unuk
mengatur dan menentukan masa depannya sendiri.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
penggunaan jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas
pelayanan. Berdasarkan kepurusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 yang
menyatakan asas-asas pelayanan sebagai berikut:
a. Transparasi artinya bersifat terbuka mudah dan dapat akses oleh
semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai
serta mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas artinya dapat di pertanggung jawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional, artinya sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi
dan penerima pelayanan degan tetap berpegang pada efisiensi dan
efektifitas .
d. Partisipatif, artinya mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan public dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan hak, artinya tidak diskriminatif dalam arti tidak
membedakan suku,ras,agama,gender, dan status ekonomi.
31
f. Keseimbangan hak dan kewajiban, artinya pemberi dan penerima
pelayanan public harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing
pihak
2.2.1 Pelayanan Perizinan
Keputusan Menteri Pendayagunaan aparatur Negara No. 81 tahun
1993 kemudan disempurnakan dengan keputusan Menteri pendayagunaan
aparatur Negara No. 63 tahun 2003 mendefenisikan pelayanan umum
sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah dipusat, di daerah, dan di lingkungan BUMN dan BUMD dalam
bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan pelayanan administrasi pemerintahan atau
pelayanan perizinan dapat didefenisikan sebagai segala bentuk jasa
pelayanan yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan
oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan BUMN atau
BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yang bentuk produk pelayanannya adalah izin atau warkat
( Ratminto : 2005 : 5 )
32
Jadi, pelayanan perizinan adalah egala bentuk tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat yang bersifat legalitas atau
melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan , dan kegiatan individu atau
organisasi.
Asep Warlan Yusuf ( dalam buku Ridwan Juniarso , 2009 : 92)
mengatakan bahwa izin adalah instrumen pemerintah yang bersifat yuridis
preventif, yang digunakan sebagai sarana hukum administrasi untuk
mengendalikan prilaku masyarakat.
Pelayanan periznan dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat, misalnya upaya instansi yang berwewenang dalam memberikan
jaminan kepastian hukum atas kepemilikan tanah maupun izin mendirikan
bangunan misalnya, sehingga dapat menjamin segala aktivitas. Izin
mendirikan bangunan diperlukan dengan maksud untuk mendirikan
bangunan yang aman tanpa gangguan yang berarti
Menurut Ratminto ( 2005 : 39) kualitas pelayanan perizinan sangat
dipengaruhi oleh lima hal yaitu:
a. Kuatnya posisi tawar Pengguna jasa Pelayanan, yakni adanya
hubugan atau kesetaraan posisi tawar antara pemberi pelayanan
dan pengguna jasa pelayanan yang dilakukan antara lain dengan
memberitahukan dan mensosialisasikan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban baik pemberi maupun pengguna jasa pelayanan.
33
Sehigga posisi tawar masyarakat seimbang dengan posisi tawar
pemberi jasa pelayanan.
b. Berfungsi Mekanisme Voice, yakni pengguna jasa pelayanan
harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan ekspresi
ketidakpuasannya atas pelayanan yang diterima. Apabila saluran
ini dapat berfunfsi secara efekif, maka posisi tawar pengguna jasa
akan menjadi sama dengan posisi tawar penyelenggara jasa
pelayanan sehingga kualitas peayanan dapat ditingkatkan.
c. Pembentukan Birokrat yang Berorientasi Pelayanan, yakni faktor
utama dalam manajemen pelayanan perizinan adalah sumber
daya manusia atau birokrat yang bertugas memberi pelayanan.
Oleh sebab itu pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia penyelenggara pelayanan (birokrat) harus ditingkatkan
kualitasnya.
d. Pengembangan kutur Pelayanan, hal ini juga sangat krusial dalam
peningkatan kualitas pelayanan perizinan adalah berkembangnya
kultur pelayanan dalam diri birokrat. Penyelenggara pelayanan
harus memiliki kultur pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat.
e. Pengembangan sistem Pelayanan yang mengutamakan
kepentingan masyarakat, Faktor-faktor terakhir yang juga sangat
penting dlam manajemen pelayanan perizinan adalah
beroperasinya pelayanan yang mengutamakan kepentingan
34
masyarakat. Pelayanan yang berkualitas harus memberikan
kejelasan sistem dan prosedur sehingga ada kepasian yang
diperoleh masyarakat pengguna layanan
2.3 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Mendirikan bangunan merupakan pekerjaan mengadakan bangunan
baik sebagian maupun seluruhnya termasuk pekerjaan menggali dan
menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan
mengadakan bangunan. Dari hal itulah, maka seseorang atau perusahaan
yang berbadan hukum yang bermaksud mendirikan bangunan atau
mengubah dan sebagainya wajib mempunyai izin yang selanjutnya dikatakan
Izin Mendirikan Bangunn (IMB) Jadi izin mendirikan bangunan (IMB) adalah
izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan membangun yang dapat
diterbitkan apabila rencana bangunan dinilai sudah sesuai dengan ketentuan
yang meliputi aspek pertanahan, aspek planologis( perencanaan) , aspek
teknis, aspek kesehatan, aspek kenyamanan, dan aspek lingkungan.
Dalam Perda Kota Baubau no. 1 tahun 2009, disebutkan bahwa izin
Mendirikan bangunan dikeluarkan untuk mendirikan bangunan dan
dikeluarkan oleh walikota atau pejabat yang ditujuk dalam wilayah kota
Baubau. Edangkan dalam peraturan Mentri Pekerjaan Umum RI nomor
24/PRT/M/2007 tentang pedoman teknis izin mendirikan bangunan
35
menyatakan bahwa izin mendirikan banguna adalah perizinan yang
diberikanoleh pemerintah darah, dan oleh pemerintah atay pemerintah
provinsi untuk bangunan fungsi khusus, kepada pemilik bangunan untuk
kegiatan yang meliputi:
a) Pembangunan bangunan gedung baru, dan/atau prasarana
bangunan gedung ,
b) Renovasi bangunan gedung dan prasarana bangunan
gedung,meliputi perbaikan/perawatan, perubahan,
perluasan.
c) Pelestarian/pemugaran.
Salah satu dasar pertimbangan penetapan peraturan izin mendirikan
bangunan adalah agar setiap bangunan memenuhi teknik konstruksi, estetika
serta persyaratan lainnya sehingga tercipta suatu rangkaian bangunan yang
layak dari segi keselamatan , kesehatan, kenyamanan, keindahan, dan
interaksi sosial. Tujuan dari penerbitan IMB adalah utuk mengarahkan
pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat , swasta maupun
bangunan pemerintah dengan pengendalian melalui prosedur perizinan ,
kelayakan lokasi mendirikan, peruntukan, dan penggunaan bangunan yang
sehat, kuat,indah, aman dan nyaman.
Izin mendirikan bangunan berlaku pula untuk bangunan rumah
tinggal lama yaitu bangunan yang keberadaannya secara fisik telah lama
berdiri tanpa atau belum ber-IMB. Selain untuk rumah tinggal IMB juga
36
berlaku untuk bangunan-bangunan dengan fungsi yan lain seperti gedung
perkantoran , gedung industry, dan bangunan fasilitas umum. IMB memiliki
dasar hukum yang harus dipatuhi sehingga mutlak harus dimiliki setiap orang
yang berminat mendirikan sebuah bangunan. Selain itu , adanya IMB
berfungsi supaya pemerinah daerah dapat mengontrol dalam rangka
pendapatan fisik kota sebagai dasar yang sangat penting bagi perencanaan,
pengawasan dan penerbitan pembangunan kota yang terarah dan sangat
bermanfaat pula bagi pemilik bangunan karena memberikan kepastian
hukum atas berdirinya bangunan yang bersangkutan dan akan memudahkan
bagi pemilik bangunan untuk suatu keperluan, antara lain dalam hal
pemindahan hak bangunan yang dimaksud sehingga jika tidak adanya IMB
maka akan dikenakan tindakan penerbitan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Tujuan dan fungsi izin mendirikan bangunan secara umum adalah
untuk pengendalian aktifitas pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana
ketentuannya berisi pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan oleh yang
berkepentingan ataupun oleh pejabat yang berwewenang.
Selain itu tujuan dari perizinan itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu:
a. Dari sisi pemerintah , tujuan pemberian izin itu adalah :
Untuk melaksanakan peraturan apakah ketentuan-
ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai
37
dengan kenyataan dalam prakteknya atau tidak dan
sekaligus untuk mengatur ketertiban
Sebagai sumber pendapatan daerah, yakni dengan adanya
perminatan permohonan izin maka secara lkangsung
pendapatan pemerintahn akan bertambah karena setiap
izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi
terlebih dahhulu. Semakin banyak pula pendapatan
dibidang retribusi tujuan akhirnya yaitu ntuk membiayai
pembangunan
b. Dari sisi Masyarakat, tujuan pemberian izin adalah:
Untuk adanya kepastian hukum
Unuk adaya kpastian hak
Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas.
Bila bangunan yang didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah
mendapat fasilitas. Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah
mempunyai fungsi masing-masing, begitu pula halnya dengan ketentuan
tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu:
a. Sebagai fungsi penertib, dimaksudkan agar izin atau setiap
tempat-tempat usaha , bangunan dan bentuk kegiatan
masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama lain , sehhingga
ketertiban dalkam setiap segi kehidupan masyarakat dapat
terwujud
38
b. Sebagai fungsi Pengatur, dimaksudkan agar perizinan yang ada
dapat dilaksanakan sesuai denganperuntukannya , sehingga
terdapat penyalagunaan izin yang telah diberikan , dengan kata
lain , fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang
dimiliki oleh pemerintah.
2.4Konsep Kepuasan Masyarakat
Dalam Hal pemberian layanan kepada masyarakat, pihak
penyedia layanan harus selalu berupaya kepada tujuan utama pelayanan
adalah kepuasan masyarakat.
Menurut Barata Atep adya (2003:15), Tingkat kepuasan yang
diperoleh masyarakat biasanya sangat berkaitan erat dengan standar
kualitas barang atau jasa yang mereka nikmati serta layanan lain yang
berupa layanan pra-jual, saat transaksi, dan purna jual
Untuk mewujudkan dan mempertahankan kepuasan
masyarakat, suatu lembaga atau badan penyelenggara layanan umum
harus melakukan beberapa hal, diantaranya yaitu: mengidentifikasi
masyarakat yang merupakan pelanggannya, memahami masyarakat atas
kualitas yang diberikan, memahami kualitas pelayanan terhadap
masyarakat, dan memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari
kepuasan masyarakat.
39
Karena proses pelayanan dan kepuasan masyarakat dijadikan
sebagai salah satu ukuran dalam mengukur kemampuan dan
keprofesionalan aparat pemerintahan dalam pelayanan publik, sehingga
perlu diketahui apakah masarakat yang dilayani sudah puas atau belum
terhadap pelayanan yang diberikan.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum lokasi
penelitian yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian ini. Adapun hal-
hal yang akan dikemukakan dalam bab ini terdiri dari keadaan geografis,
keadaan demografi, dan batas-batas wilayah di kota Baubau provinsi
Sulawesi tenggara.
3.1 Keadaan umum Lokasi Penelitian
3.1.1 Keadaan Geografis
Daerah Kota Baubau terletak di jazirah Sulawesi Tenggara bagian
selatan Pulau Buton. Secara geografis terletak di bagian selatan garis
katulistiwa di antara 5021’ - 5030’ Lintang Selatan dan di antara 122030’ –
122045’ Bujur Timur..
Untuk lebih jelasnya, kota Baubau mempunyai batas-batas sebagai
berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan kapuntori,
kabupaten buton
b. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan pasarwajo,
kabupaten Buton.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan batauga,
kabupaten buton
41
d. Sebelah barat berbatasan dengan selat buton
Daerah Kota Baubau awalnya terdiri dari 4 (empat) kecamatan,
namun semenjak tahun 2006 mekar menjadi 6 (enam) kecamatan dan
menjadi 7 (tujuh) kecamatan di akhir tahun 2011 dengan luas wilayah 221,00
km2 dan luas tiap kecamatan yaitu Kecamatan Betoambari 27,89 km2,
Kecamatan Murhum 6,45 km2, Kecamatan Wolio 17,33 km2, Kecamatan
Kokalukuna 9,44 km2, Kecamatan Sorawolio 83,25 km2, Kecamatan Bungi
47,71 km2 dan Kecamatan Lea-Lea seluas 28,93 km2.
Kondisi topografi Daerah Kota Baubau pada umumnya memiliki
permukaan yang bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Di antara
gunung dan bukit–bukit terbentang dataran yang merupakan daerah–daerah
potensial untuk mengembangkan sektor pertanian. Kota Baubau memiliki
pula sungai yang besar yaitu sungai Baubau yang membatasi Kecamatan
Wolio dan Kecamatan Murhum dan membelah Kota Baubau. Sungai tersebut
umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga
irigasi dan kebutuhan rumah tangga.
42
Tabel 1
Luas wilayah menurut Kecamatan di Kota Baubau
No Kecamatan Luas Persentase
1 Betoambari 27,89 12,62
2 Murhum 6,45 2,92
3 wolio 17,33 7,84
4 Kokalukuna 9,44 4,27
5 Sorawolio 83,25 37,67
6 Bungi 47,71 21,59
7 Lea-lea 28,93 13,09
Jumlah 221,00 100,00
Sumber : BPS kota Baubau dalam angka 2011
Berdasarkan tabel diatas Daerah Kota Baubau memiliki 7 (tujuh)
kecamatan di akhir tahun 2011 dengan luas wilayah 221,00 km2 dan luas tiap
kecamatan yaitu Kecamatan Betoambari 27,89 km2, Kecamatan Murhum
6,45 km2, Kecamatan Wolio 17,33 km2, Kecamatan Kokalukuna 9,44 km2,
Kecamatan Sorawolio 83,25 km2, Kecamatan Bungi 47,71 km2 dan
Kecamatan Lea-Lea seluas 28,93 km2.
43
3.1.2 Keadaan iklim
Keadaan iklim di Daerah Kota Baubau umumnya sama dengan
daerah lain disekitarnya yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Musim hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember dan
Maret, pada bulan – bulan tersebut angin Barat yang bertiup dari Asia dan
Samudera Pasifik mengandung banyak uap air, musim kemarau terjadi mulai
bulan Mei sampai bulan Oktober, pada bulan – bulan ini angin timur yang
bertiup dari Australia kurang mengandung uap air.
44
Tabel 2
Jumlah Hujan dan Curah Hujan setiap Bulan di Kota
Baubau
No Bulan Jumlah Hujan
(Hari)
Curah Hujan
(mm)
1 Jabuari 22 362,5
2 Februari 17 199,9
3 Maret 16 134,1
4 April 18 383,9
5 Mei 21 386,0
6 Juni 23 318,7
7 Juli 20 244,4
8 Agustus 12 244,3
9 September 21 235,8
10 Oktober 21 119,7
11 November 14 97,1
12 Desember 28 623,2
Jumlah 233 3349,6
Sumber : BPS kota Baubau dalam angka 2011
45
Berdasarkan catatan Stasiun Meteorologi Kelas III Betoambari, pada
tahun 2011 seperti tabel di atas terjadi hari hujan sebanyak 233 dengan
curah hujan sebanyak 3.349,6 mm.
3.1.3 Keadaan Pemerintahan
Pemerintah daerah adalah pimpinan daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah. Pimpinan daerah bertanggung jawab sebagai eksekutifdan
Dprd bertanggung jawab sebagai legislatif.
Untuk melaksanakan tugasnya, dalam merumuskan kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta pelayanan
masyarakat terdapat unsur-unsur pembantu Pimpinan Pemerintah Daerah
yaitu Sekretaris Daerah (Setda) dan Lembaga teknis Daerah seperti Dinas-
Dinas, Badan-Badan dan Kantor-Kantor
46
Tabel 3
Banyaknya Kelurahan, Rukun warga & Rukun tetangga
Menurut kecamatan di kota Baubau
No Kecamatan Kelurahan RW RT
1 Betoambari 5 21 61
2 Murhum 11 56 178
3 Wolio 7 40 118
4 Kokalukuna 6 23 61
5 Sorawolio 4 17 36
6 Bungi 5 17 44
7 Lea-lea 5 15 35
jumlah 43 189 533
Sumber : BPS Baubau dalam angka, 2011
Wilayah Kota Baubau keadaan tahun 2011 seperti yang disajikan
pada tabel 2.1.1 terdiri dari 7 kecamatan dan 43 kelurahan, 189 rukun warga
serta 533 rukun tetangga.
Tabel 4
47
Banyaknya pegawai negri sipil (PNS) menurut tingkat pendidikan
Yang di tamatkan dan jenis kelamin di kota Baubau
No
Tingkat
Pendidikan.yang di
Tamatkan
2011
JumlahLaki-Laki Perempuan
1 SD 3 1 4
2 SLTP 24 5 29
3 SLTA 600 689 1.289
4 Diploma (D1,D2,D3) 1040 1.387 2.427
5 Sarjana(S1,S2,S3) 574 616 1.190
Jumlah 2.241 2.698 4.934
Sumber : BPS Baubau Dalam angka 2011
3.1.4 Keadaan Penduduk
Penduduk daerah Kota Baubau menurut hasil Sensus Penduduk (SP)
tahun 2000 berjumlah 106.092 orang. Jumlah ini dikutip dari hasil Sensus
Penduduk di kecamatan-kecamatan bentukan Kota Baubau. Berdasarkan
hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 yang dilaksanakan BPS, penduduk
Kota Baubau mencapai jumlah 136.991 orang. Untuk data selengkapnya
jumlah penduduk yang dirinci menurut tabel dibawah ini:
48
Tabel 5
Luas wilayah,Jumlah Penduduk dan kepadatan penduduk menurut
Kecamatan di kota Baubau
No Kecamatan Luas Penduduk Kepadatan penduduk
1 Betoambari 27,89 16 283 584
2 Murhum 6,45 45 150 7000
3 Wolio 17,3 37 974 2191
4 Kokalukuna 9,44 16 734 1773
5 Sorawolio 83,25 7 112 85
6 Bungi 47,71 7 096 149
7 Lea-lea 28,93 6 630 229
jumlah 221,00 136 991 620
Sumber: BPS Baubau dalam Angka 2011
Tabel 6
49
Banyaknya Penduduk menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin Di Kota Baubau
No Kelompok UmurJumlah penduduk
JumlahLaki-Laki Peremuan
1 0-4 8028 7632 156602 5-9 7976 7469 154453 10-14 7409 6801 142104 15-19 7288 7826 151145 20-24 7018 7775 147936 25-29 6244 6552 12796
7 30-34 4930 5093 10023
8 35-39 4386 4597 8983
9 40-44 3899 3823 7722
10 45-49 2994 3145 613911 50-54 2543 2611 515412 55-59 1717 1757 347413 60-64 1164 1374 253814 65-69 894 1048 194215 70-74 536 706 124216 75+ 625 1131 1756
Jumlah 67 651 69 340 136 991Sumber: BPS Bauba dalam angka 2011
Struktur umur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh
perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Keadaan struktur
umur penduduk di Kota Baubau sebagaimana terlihat pada tabel Di atas.
3.1.5 Keadaan Pendidikan
50
Sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan
mutu dan perluasan kesempatan belajar pada semua jenjang pendidikan
yaitu mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan perguruan tinggi.
Upaya peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut
dimaksudkan untuk menghasilkan sumber daya manusia seutuhnya.
Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksudkan agar penduduk usia
sekolah yang setiap tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan
pertumbuhan penduduk untuk dapat memperoleh kesempatan pendidikan
yang seluas-luasnya.
Tabel 7
51
Banyaknya Sekolah,Guru,Murid dan Rasio murid, Guru TamanKanak-kanak Di Lingkungan Dinas Pendidikan Menurut
Kecamatan di kota Baubau
No Kecamatan Status Sekolah Guru Murid
1 BetoambariNegri 9 148 2332
Swasta - - -
2Murhum
Negri 20 437 5522
Swasta - - -
3Wolio
Negri 12 284 5482
Swasta 1 11 45
4 KokalukunaNegri 10 172 2509
Swasta 2 11 143
5 SorawolioNegri 5 92 1306
Swasta 1 7 34
6 BungiNegri 5 73 1036
Swasta 1 14 86
7 Lea-LeaNegri 8 115 1212
Swasta 1 9 30
Jumlah 75 124 1242
Sumber: BPS Baubau dalam Angka 2011
Tabel 8
52
Banyaknya Dosen pada PerguruanTinggi Negri & Swasta
Menurut Perguruan Tinggi di Kota Baubau
NoPerguruan
Tinggi
Tenaga
Administrasi
Dosen
JumlahTetap Tidak Tetap
1 UNIDAYAN 45 135 - 183
2 STAI 21 27 18 66
3 UNISBUN 3 - 13 16
4 UMB 22 65 222 309
5 AMIK 4 6 7 17
6 AKPER 10 20 29 59
7 SIKES 10 20 15 45
Jumlah 155 278 304 695
Sumber: Baubau Dalam Angka 2011
3.2 Uraian tugas dan fungsi instansi yang terkait dalam proses
penerbitan Izin mendirikan Bangunan (IMB)
Dinas Tata kota merupakan pemerinahan daerah kota Baubau dan
merupakan unsur penunjang yang dipimpin oleh kepala dinas dan
bertanggung jawab kepada walikota melalu Sekretaris Daerah.
53
Dinas tata kota merupakan salah satu perangkat daerah yang
mempunyai tugas dan fungsi yang sangat strategi dalam mendukung dan
mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah.
3.2.1 Uraian TUPOKSI Dinas Tata Kota dan bangunan
a. Melakukan perumusan kebijakan pemerintah daerah di bidang
penataan kota dan bangunan
b. Mengkoordinasikan tugas-tugas Kepala Bagian dan para Kepala
Bidang dalam lingkup Dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan petunjuk atasan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaan tugas
c. Menganalisis kebijaksanaan atau instruksi Pimpinan Departemen
terkait dan Pimpinan Pemerintah Daerah yang menyangkut tugas –
tugas yang diemban baik lisan maupun tertulis sebagai pedoman
dalam melaksanakan tugas
d. Pemberian pembinaan dan rekomendasi perizinan dibidang penataan
kota dan bangunan dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
e. Menyelenggarakan rapat berkala untuk mendapatkan masukan dan
mengetahui hambatan pelaksanaan tugas masing-masing serta upaya
pemecahannya ;
54
f. Membina dan mengarahkan pelaksanaan tugas Kepala Bagian dan
para Kepala Bidang sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tejalin
kerja sama yang baik dan saling mendukung untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan
g. Melaksanakan pengawasan terhadap kebijaksanaan dan bimbingan
teknis dibidang penataan kota dan bangunan sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang Kota Bau – Bau
h. Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi serta membina hubungan kerja dengan lembaga Non
Departemen dan Swasta dalam rangka melaksanakan tugas atau
kegiatan dibidang penataan kota dan bangunan;
i. Memberikan pembinaan dan mengevaluasi kegiatan Kepala Bagian
dan para Kepala Bidang berdasarkan laporan dan rencana program
kerja Dinas untuk mengetahui kendala maupun permasalahan yang
dihadapi agar dapat menata kembali mekanisme pelaksanaannya
j. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi seluruh kegiatan
pelayanan teknis dan adminstratif di lingkungan Dinas dengan Instansi
Pemerintah dan Swasta terkait
k. Membina pengembangan organisasi dan tata kerja Dinas dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan di masa
yang akan datan agar dapat tercipta organisasi dan tata kerja yang
efisien dan efektif ;
55
l. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan baik secara lisan
maupun secara tertulis untuk bahan pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas
m. Melaksanakan tugas lain yang sesuai dengan petunjuk atasan
Kepala Dinas membawahi :
a. Kepala Bagian Tata Usaha ;
b. Kepala Bidang Penataan Kota ;
c. Kepala Bidang Pengawasan ;
d. Kepala Bidang Tata Bangunan dan Perizinan
Uraian tugas dan fungsi Bidang tata bangunan dan perizinan
Bidang Tata Bangunan dan Perizinan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas dinas di bidanh Tata Bangunan dan
Perizinan, Registrasi dan Pengukuran serta Pengembangan
Kawasan:
a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan
fungsinya ;
b. Melaksanakan pemeriksaan dan penelitian terhadap kelengkapan
syarat administrasi permohonan Izin Mendirikan Bangunan ;
c. Melaksanakan pendataan terhadap permohonan Izin Mendirikan
Bangunan sesuai kategori jenis dan fungsi bangunan yang
dimohonkan ;
56
d. Memeriksa kesesuaian persyaratan administrasi permohonan Izin
Mendirikan Bangunan terhadap bangunan yang memerlukan kajian
khusus dan tertentu ;
e. Memproses permohonan Izin Mendirikan Bangunan secara
administratif menurut ketentuan yang berlaku ;
f. Memberikan rekomendasi apabila terjadi pelanggaran izin yang
dikeluarkan ;
g. Membuat dan menyiapkan kelengkapan penetapan retribusi Izin
Mendirikan Bangunan ;
h. Melaksanakan perhitungan penetapan retribusi Izin Mendirikan
Bangunan ;
i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan langsung ;
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
Bidang tata bangunan dan perizinan di bawahi oleh dua seksi yakni:
1. Seksi tata bangunan dan perizinan
2. Seksi registrasi pengukuran dan pengembangan kawasan
1. Uraian tugas Seksi tata bangunan dan perizinan :
a. . seksi Tata Bangunan dan Perizinan mempunyai tugas
melaksanakan pengumpulan pedoman petunjuk teknis
penataan bangunan, melaksanakan penyusunan rencana
program penataan ruang, melakukan koordinasi, pengawasan,
57
pemantauan dan pengendalian, evaluasi dan pelaporan
secara berkala terhadap proses perizinan dan pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan tata bangunan dan
peruntukannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b.Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok
dan fungsinya ;
c. Melaksanakan pemeriksaan dan penelitian terhadap
kelengkapan syarat administrasi permohonan Izin Mendirikan
Bangunan
d. Melaksanakan pendataan terhadap permohonan Izin
Mendirikan Bangunan sesuai kategori jenis dan fungsi
bangunan yang dimohonkan ;
e.Memeriksa kesesuaian persyaratan administrasi permohonan
Izin Mendirikan Bangunan terhadap bangunan yang
memerlukan kajian khusus dan tertentu ;
f. Memproses permohonan Izin Mendirikan Bangunan secara
administratif menurut ketentuan yang berlaku ;
g.Memberikan rekomendasi apabila terjadi pelanggaran izin yang
dikeluarkan ;
h.Membuat dan menyiapkan kelengkapan penetapan retribusi Izin
Mendirikan Bangunan ;
i. Melaksanakan perhitungan penetapan retribusi Izin Mendirikan
Bangunan ;
58
j. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan langsung ;
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
2. Uraian tugas seksi registrasi pengukuran dan pengembangan
kawasan
a. Seksi Registrasi, Pengukuran dan Pengembangan Kawasan
mempunyai tugas mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis,
menyiapkan format registrasi, pengukuran dan pengembangan
kawasan, menilai dan memeriksa dokumen perizinan yang diajukan
untuk melaksanakan pengukuran dan pemetaan situasi tata ruang
setiap permohonan dalam rangka penyiapan bahan rekomendasi
perizinan, melakukan koordinasi, pengawasan, pemantauan,
evaluasi dan pengendalian serta pelaporan atas pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan penataan pengembangan kawasan
berdasarkan ketentuan yang berlaku.
b Memeriksa dan meneliti berkas permohonan IMB yang telah
mendapatkan rujukan dari Dinas atau instansi yang berwenang
c. Merencanakan target pengukuran dan pengembangan kawasan
d. Melakukan peninjauan lapangan sekaligus pengukuran atas dasar
permohonan IMB tersebut.
e. Memberikan advis pemanfaatan ruang.
f. Melakukan koordinasi dengan pihak kelurahan dimana tempat dan
lokasi yang diperuntukan.
59
g. Memberikan petunjuk teknis terhadap beban satuan bangunan pada
ruang.
h. Mengkonsultasikan kepada koordinator lapangan bagaimana dalam
pengukuran tersebut terdapat ketidaksesuaian apa yang termuat
dalam aturan dalam mendapatkan IMB.
Misalnya : tidak sesuai dengan tempat peruntukan bangunan
i. Melakukan kajian teknis terhadap kesesuaian dengan Garis
Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar (GSP)
serta ruang terbuka lainnya.
j. Merampungkan semua hasil pengukuran lapangan yang telah
ditandatangani oleh pengawas lapangan, camat dan lurah dan
selanjutnya diajukan kepada Kepala Dinas Tata Kota dan Bangunan
untuk ditandatangani berkas peninjauan lapangan tersebut .
k. Memberikan rekomendasi apabila terjadi pelanggaran hasil
pengukuran dan pelanggaran ruang.
l. Melaksanakan pemeriksaan dan penelitian terhadap kelengkapan
syarat administrasi permohonan Izin Mendirikan Bangunan.
m. Melaksanakan pendataan terhadap permohonan Izin Mendirikan
Bangunan sesuai kategori jenis dan fungsi bangunan yang
dimohonkan.
n. Memeriksa kesesuaian penrsyaratan administrasi permohonan Izin
Mendirikan Bangunan terhadap bangunan yang memerlukan
kajian khusus dan tertentu .
60
lMemproses permohonan Izin Mendirikan Bangunan secara
administratif menurut ketentuan yang belaku.
o. Menjalankan tugas lain yang diberikan atasan
Uraian TUPOKSI Bidang cipta Karya, Dinas pekerjaan Umum
Kota Baubau
Berdasarkan peraturan walikota nomor 29 tahun 2008 tentang uraian
tugas dan fungsi dinas pekerjaan umum, bidang cipta karya mempunyai
tugas yakni:
a. Penyusunan dan penetapan rencana program Bidang Cipta karya.
b. Pelaksanaan pengendalian pembangunan
perumahan dan pemukiman.
c. Pengendalian dan pengelolaan sarana dan
prasarana penyehatan lingkungan pemukiman.
d. Pengendalian dan pengelolaan pembangunan,
sarana dan prasarana pengairan dan air bersih.
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
atasan.
Bidang Cipta Karya terdiri atas :
1. Seksi Perumahan dan Pemukiman Seksi Perumahan dan Pemukiman
mempunyai tugas mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis,
61
melaksanakan penyusunan program, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian serta melakukan penyuluhan terhadap pembangunan
perumahan, penyehatan lingkungan, memantau dan mengevaluasi
serta melaporkan perkembangan sarana dan prasarana penyehatan
lingkungan pemukiman
3. Seksi Air Bersih , Irigasi dan Bangunan Pengairan mempunyai tugas
mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis pembangunan
sarana air bersih, melakukan penyusunan program
pembangunan air bersih, melakukan pengawasan, pengendalian
rehabilitasi serta pemeliharaan sarana air bersih, melaksanakan
survey, investigasi pemetaan, rencana teknis dan program
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
pembangunan, peningkatan serta rehabilitasi jaringan irigasi,
sungai, rawa, pantai dan drainase kota.
Uraian Tugas dan fungsi Badan Pelayanan perizinan dan
penanaman modal kota Baubau
Berdasarkan peraturan daerah nomor 3 tahun 2011 tentang
perubahan atas peraturan daerah kota Baubau nomor 3 tahun 2008 tentang
organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah kota Baubau yakni, Badan
perizinan dan penanaman modal mempunyai tugas membantu walikota
dalam penyelenggaraan pelayanan administrasi dibidang perizinan dan
62
mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan kebijakan dan
mengkoordinasikan kebijakan pemerintah dibidang penanaman modal
Kepala badan pelayanan perizinan dan penanaman modal
mempunyai kewenangan menandatangani perizinan atas nama dan dengan
pendelegasian dari kepala satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Bidang Perizinan terdiri dari:
1. Seksi pendaftaran
2. Seksi pengolahan
a. Penyusunan program Badan pelayanan perizinan dan penanaman
modal
b. Menyelenggarakan perizinan dan penanaman modal
c. Melaksanakan koordinasi proses pelayanan perizinan dan
penanaman modal
d. Pelaksanaan administrasi pelayanan perizinan dan penanaman
modal
e. Pemantauan dan evaluasi pelayanan perizinan dan penanaman
modal.
f. Peningkatan pendapatan asli daerah.
63
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Kemampuan Aparatur Pemerintah
Kemampuan aparatur pemerintah ditentukan oleh Sumber daya
aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pencapaian
suatu organisasi. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi pada dinas-dinas
terkait dalam pelayanan izin Mendirikan bangunan (IMB) di kota Baubau
pada umunya membutuhkan aparatur yang memadai dan berkualitas, karena
kegiatan suatu unit kerja yang tidak di dukung dengan sumber daya aparatur
yang baik sulit untuk dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Aparat sebagai unsur pelaksana dalam kegiatan organisasi mempunyai
peranan yang sangat penting untuk kelancaran tugas-tugas kedinasan yang
bersangkutan dalam rangka memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat. aparatur yang mempunyai kualitas sumber daya yang baik
sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi. Karena bagaimanapun baiknya perencanaan serta canggihnya
sarana dan prasarana yang digunakan sangat ditentukan oleh kemampuan
dan kualitas sumber daya aparaturnya.
Produktifitas suatu organisasi pemerintah sangat dipengaruhi oleh
kesiapan sumber daya manusia (aparatur) sebagai salah satu sub sistem
yang terkait erat dan merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan
64
dengan sub sistem lainnya baik secara kelembagaan, sarana/ prasarana .
Dukungan sumber daya aparatur sangat diperlukan untuk pelaksanaan tugas
pemerintah, pembangunan pelayanan masyarakat secara optimal.
Dalam pelayanan IMB di Kota Baubau melibatkan tiga instansi yaitu :
Dinas tata kota dan bangunan (Bidang Tata Bangunan & perizinan) dalam hal
ini sebagai salah satu satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dimana tugas
dan fungsi utamanya adalah merumuskan kebijakan pengendalian dan
pemanfaatan ruang sesuai peruntukan dan fungsi kawasan.Dalam
pemanfaatan ruang khususnya bidang tata bangunan dan perizinan tugas
dan fungsi utamanya adalah menetapkan Garis sempadan bangunan (GSB)
dan garis sempadan pagar (GSP) serta menerbitkan rekomendasi mendirikan
bangunan, Dinas pekerjaan umum ( Bidang cipta karya), dalam hal ini yang
menentukan tentang analisis konstruksi bangunan, serta Badan Pelayanan
Perizinan & Penanaman Modal (Bidang Perizinan) sebagai bidang yang
memproses berkas-berkas para pemohon berdasarkan dua dinas di atas.
Adapun Jumlah pegawai negri sipil Menurut golongan khusus pada
bidang tata bangunan & perizinan (Dinas tata kota) dan bidang cipta karya
(Dinas PU) yang khusus mengurus masalah teknis dalam pelayanan IMB
sebagai berikut:
65
Tabel 8
Dinas Tata kota & Bangunan, Bidang Tata bangunan dan Perizinan
NO Nama Golongan Tingkat Pendidikan
1 Ir. Alman, M.Si IV/a Megister
2 Salman Saleh, S.Sos III/c Sarjana
3 Suriama, ST III/b Sarjana
4 Asri Ramadani, ST III/a Sarjana
5 Samsud Saof, ST III/a Sarjana
6 Muh.Yamin, ST III/a Sarjana
7 Muh.Yusran Achmad, ST lll/a Sarjana
8 Fierly Ferdinand. SH III/a Sarjana
Sumber: Dinas tata kota & Bangunan 2011
Dinas tata kota dan bangunan saat ini memiliki jumlah aparat
sebanyak 35 orang (sudah termasuk 3 pegawai honorer), sedangkan jumlah
aparat di bidang tata bangunan dan perizinan yakni merupakan bidang yang
mengurus tentang pelayanan IMB Dari Tabel di atas dapat dilihat aparat yang
mendomiasi pada Bidang tata bangunan dan perizinan menurut gologan
yakni,golongan lll sebanyak 7 orang dan golongan IV sebanyak 1 orang,
sedangkan menurut tingkat pendidikan yakni Strata-1 sebanyak 7 orang dan
megister sebanyak 1 orang
66
Tabel 9
Dinas pekerjaan Umum,Bidang Cipta karya
No Nama Golongan Tingkat pendidikan
1 Dahrul Dahlan, S.STP, M.Si lV/a Megister
2 Tony Karim, ST, MT lll/c Megister
3 Muhammad Irsyad, ST III/c Sarjana
4 LD Yunardi, ST lll/a sarjana
5 Ibrahim. SH lll/a sarjana
6 Rustam. ST III/a sarjana
7 Martina. ST III/a sarjana
8 Yusriadi Hamzah. A.Md II/d D-III
9 Yusri Syarifudin. A.Md II/d D-III
10 Humaria, A.Md ll/c D-III
11 Aco, A.Md II/c D-III
12 Aniarti. A.Md II/c D-III
13 Ketut Sukrawa II/b SMA
14 La ode adam II/b SMA
Sumber: Dinas pekerjaan umum 2011
Saat ini jumlah aparat yang bertugas pada dinas pekerjaan umum
yaitu 54 orang, Dari Tabel di atas dapat dilihat aparat yang mendomiasi pada
Bidang cipta karya menurut gologan yakni, golongan II sebanyak 7 orang,
golongan lll sebanyak 6 orang dan golongan IV sebanyak 1 orang,
67
sedangkan menurut tingkat pendidikan yakni SMA sebanyak 1 orang,
diploma sebanyak 5 orang, Strata-1 sebanyak 4 orang dan megister
sebanyak 1 orang
Golongan kepangkatan dan tingkat pendidikan merupakan gambaran
yang umum tentang kedudukan ataupun status kepegawaian seseorang
dalam suatu instansi, selain itu golongan dan tingkat pendidikan aparatur
dapat menjadi cerminan bagi seorang aparatur dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya. Golongan dan tingkat pendidikan sering menjadi salah
satu faktor penentu seseorang pegawai negri sipil dalam menduduki suatu
jabatan. Hal ini dilandasi dengan pemikiran bahwa seseorang yang memiliki
tingkat golongan kepangkatan dan tingat pendidikan yang tinggi
mencerminkan lamanya masa kerja pegawai yang bersangkutan(masa
kerjanya), pengalaman, kemampuan, kesenioritasan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa golongan dan tingkat pendidikan
pada dinas tata kota dan bangunan fokus pada bidang tata bangunan dan
perizinan serta bidang cipta karya yaitu masuk dalam kategoti baik, terlihat
dari tabel di atas jumlah aparat masih di dominasi dengan golongan III dan
golongan II, serta tingkat pendidikannya didominasi oleh diploma, strata-1
dan strata-2. Komposisi golongan dan tingkat pendidikan tersebut sangat
bermakna dalam memberikan gambaran umum tentang keadaan
kemampuan aparatur pemerintah di kota Baubau dalam hal ini pelayanan
IMB
68
Dari beberapa indikator diatas untuk mengukur kemampuan para
aparat pelaksana, ada lagi hal yang penting untuk di kaji yakni dari segi
penjenjangan pejabat struktural yang menduduki jabatan dikantor tersebut.
Yang dimana untuk jabatan seorang kepala Dinas (eselon II) harus sudah
mengikuti latihan jabatan Diklat Pim TK II, dan selanjutnya untuk jabatan
seorang kepala bidang (eselon lll) harus sudah mengikuti latihan jabatan
Diklat Pim TK III, serta bagi kepala seksi (eselon lV) ditetapkan harus sudah
mengkuti latihan jabatan Diklat Pim TK IV. Berikut tabel tentang pelatihan
penjenjangan terhadap pejabat struktural pada bidang dinas tata kota dan
bagunan (tata bangunan dan perizinan) dan Dinas pekerjaan umum (bidang
cipta karya).
69
Tabel 10
Tingkat pelatihan penjenjangan jabatan struktural pada dinas yang
mengangani tentang teknis dalam pelayanan Izin Mendirikan
Bangunan
No Bidang tata bangunan
& perizinan
(Dinas tata kota &
bangunan)
Latihan
Jabatan
Bidang Cipta karya
(Dinas pekerjaan Umum)
Latihan
Jabatan
1 Drs.LM Arsyad. M.Si DiklatpimTk II
(THN 2000)
Ir. Sunaryo Mulyo, MT Diklatpim TK II
(THN 2005)
2 Ir.Alman. M.Si DiklatpimTK III
(THN 2004)
Dahrul dahlan. S.STp
M.Si
Diklatpim TK
III
(THN 2007)
3 Salman Saleh
Noor.ST
Diklatpim Tk IV
(THN 2008)
Tony Karim. ST.MT DiklatPim TK
IV
(THN 2008)
4 Suryama .ST Diklatpim Tk IV
(THN 2008)
Muh.Irsyad Cahyadi. ST. Diklatpim
Tk.IV
(THN 2009)
Sumber: Dinas tata kota & bangunan dan Dinas pekerjaan umum 2011
Apabila dilihat dari tabel diatas, berdasarkan penelitian penulis
penjenjangan jabatan struktural pada dinas tata kota dan bangunan serta
dinas pekerjaan umum yang dalam hal ini adalah dinas yang bersangkutan
dalam hal teknis pada pemberian pelayanan izin mendirikan bangunan (IMB)
sudah sesuai dengan persyaratan yang ada dan masuk dalam kategori
mampu.
70
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat kuhusunya
pelayanan IMB tentu ada permasaslahan yang di hadapi oleh aparat. Seperti
yang ungkapkan oleh kepala bidang tata bangunan dan perizinan ‘Ir. Alman,
M.Si’ dalam wawancara langsung yakni:
“Aparat yang bertugas di dinas Tata kota khususnya dibidang yang saya bawahi sudah termasuk dalam katerogi baik dan mampu dilihat dari latar belakang pendidikan yang kebanyakan adalah sarjana teknik serta di dominasi oleh golongan III, hal ini sangat berpengaruh dalam menjalankan tugas dan fungsi yang mereka miliki terutama dalam hal pelayanan IMB (wawancara,2012)
Senada dengan yang di utarakan oleh kepala seksi tata bangunan
dan perizinan yakni :
“ Dari segi latar belakang pendidikan bisa dikatakan baik, tetapi dari segi Jumlah aparat di Dinas tata kota khususnya biang tata bangunan dan perizinan masih belum menunjang, jumlah staf yang bertugas sebanyak 7 orang, bisa anda bayangkan kalau 7 orang ini harus mengurus dan tentang IMB di kota Baubau, tentu kami akan kewalahan, maka dari itu perlu di adakan penambahan karena pada dasarnya walaupun didukung dengan jumlah aparat yang memiliki disiplin ilmu yang baik tetapi tidak didukung dengan jumlah yang memadai, pelaksanaan tentu tidak maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya kami meminta tolong pada bidang yang lain yang tidak sibuk untuk membantu kami” (wawancara, Uriama ST. 2012)
Berikut pernyataan dari kepala bidan cipta karya, Dahrul Dahlan
S.STp, M.Si mengenai sumber daya aparatur:
“Aparat yang bertugas melayani masyarakat khususnya mengenai konstruksi bangunan di bidang cipta karya saat ini khususnya mengenai kualitas dan kuantitas bisa dibilang sudah cukup memadai, tinggal bagaimana mengkoordinasi keadaan pegawai dengan tugas masing- masing agar tidak tumpang tindih sehingga tidak terjadi tugas-tugas terbengkalai akibat kesalahan pegawai dalam menerjemahkan perintah dari atasan ataupun tingkat disipin pegawai, hal ini terbukti pada saat jam-jam kerja masih ada saja pegawai yang keluyuran
71
diluar kantor entah itu ke pasar atau ketepat lain, kadangkala juga ada pegawai yang sibuk online di Facebook yang tidak ada gunanya, hal-hal seperti ini tentu bisa berimbas kepada kualitas pelayanan (wawancara 2012).
Walaupun tingkat pendidikan yang dimiliki sudah memadai tetapi jika
kedisiplinan dalam hal mengerjakan tugas-tugas yang di perintahkan
pimpinan kurang, maka akan berimbas kepada kurangnya kualitas pekerjaan,
terdapat kesalahan dan sebagainya, sebagaimana yang di utarakan oleh
kepala bidan cipta karya “Dahrul Dahlan S.STp, M.Si”.
Ada beberapa alasan yang mengatakan bahwa kemampuan pegawai
yang ada kurang memadai, banyak didasarkan atas keluhan dari masyarakat
dimana petugas pemberi layanan IMB masih lambat, terbitnya IMB yang lama
kadang sampai berminggu-minggu, bahkan ada yang lebih dari sebulan,
kesalahan pada proses pengimputan data masyarakat pemohon IMB,
kurangnya kesadaran pegawi tentang kedisiplinan sehingga menyebabkan
urusan menjadi terbengkalai, serta masih di temukan juga pegawai yang
kurang mampu menggunakan komputer yang tersedia khususnya dalam hal
gambar bangunan. Hasil wawancara dengan masyarakat yang telah
mengurus IMB pada dinas terkait, di peroleh gambaran bahwa jumlah
pegawai yang ada saat ini masih belum maksimal, serta kualitas para
pegawai masih perlu ditingkatkan karena kemampuan aparat cukup
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pelayanan terhadap para
pengguna jasa.
72
Sebagai kesimpulan bahwa sumber daya aparatur dilihat dari segi
golongan, tingkat pendidikan, dan penjenjanga latihan jabatan struktural yang
khusus menangani bidang teknis dalam pelayanan IMB pada bidang tata
bangunan dan perizinan masih sudah baik dan tergolong mampu, tetapi
kalau dilihat dari segi kuantitas masih belum mencukupi untuk melayani
masyarakat dalam memperoleh IMB, mengingat luasnya kota Baubau
dengan tujuh kecamatan sehingga perlu diadakan penambahan karena
walaupun isi dari kebijakan sudah dikemukakan secara jelas tetapi
implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan tugas maka hal
tersebut pasti tidak dapat berjalan secara lancar. Untuk menjalankan
kewenangannya ketersediaan jumlah pegawai yang ada belum proporsional.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu staf di dinas tata kota dan
bangunan, penulis mendapatkan informasi bahwa persyaratan kelembagaan
organisasi pemerintah daerah yang mana disyaratkan setiap seksi harus
memiliki minimal 5 staf pelaksana, jika ketentuan ini diberlakukan untuk 1 sub
bagian seharusnya memiliki 10 staf pelaksana namun realita yang ada saat
ini ternyata staf yang ada hanya 5 orang staf pelaksana. Kebijakan untuk
menutupi kekurangan ini telah ditempuh dinas tata kota dan bangunan
dengan merekrut 3 tenaga kerja honorer, yang diperbantukan di bidang tata
usaha, bidang tata bangunan dan perizinan serta bidang pengawasan, tetapi
itupun belum mampu menjawab permasalahan.
Jumlah aparat yang bekerja pada dinas pekerjaan umum saat ini
berjumlah 54,Sedangkan di bidang cipta karya untuk tingkat pendidikan dan
73
jumlah pegawai sudah masuk dalam kategori memadai yakni 14 pegawai
ditambah 1 pegawai honorer, hanya saja perlu meningkatkan kemampuan
sumber daya yang ada, sehingga koordinasi dari pimpinan bisa di artikan
secara benar dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya, serta perlu
adanya peningkatan aturan yang ada sehingga kesadaran aparat akan
tugas-tugasnya menjadi ada, sehingga pengurusan tidak tertunda-tunda.
peningkatan pendidikan yang lebih serta penambahan aparat dan juga
pelatihan-pelatihan dibidang teknis lebih di tingkatkan lagi guna mendukung
pencapaian tujuan organisasi khususnya untuk pelaksanaan pelayanan yang
bermutu di bidang IMB.
4.1.1 Pendidikan platihan teknis penunjang kemampuan aparatur
Dalam era otonomi daerah diharapkan peran serta pemerintah kota
Baubau dalam hal pelayanan merupakan aspek yang amat penting .
Berkaitan dengan itu pengembangan kualitas pengetahuan dan keterampilan
SDM aparatur mengingat semakin beragamnya tingkat kebutuhan dan
keinginan masyarakat.. peningkatan pendidikan teknis yang memiliki jenjang
dan tingkat mulai dari jenjang yang terendah sampai yang tertinggi baik yang
bersifat lokal maupun yang bersifat nasional. pelatihan yang dilaksanakan
oleh pemerintah daerah.
Adapun jenis pelatihan yang di berikan kepada aparat di dinas tata
kota dan bangunan dari tahun yakni :
1. GIS ( geography informasi sistim)
74
2. Bintek ( bimbingan teknik) perencanaan Bangunan
3. Bimbingan Teknik Penataan Kota
4. Bimbingan teknik PPNS (penyidik pegawai negri sipil)
5. Bimbingan teknik animasi bangunan
6. Bimbingan teknis penyesuaian karakteristik bangunan dalam
intensitas pemanfaatan ruang.
7. Pelatihan Multi efek bangunan
Terkait dengan data pendidikan teknis di atas penulis mengadakan
wawancara dengan kepala dinas tata kota dan bangunan Drs LM Arsyad.
M.Si
“Pelatihan dalam bidang teknis merupakan pendidikan tambahan bagi pegawai di dinas tata kota yang pada prinsipnya bertujuan untuk lebih meningkatkan pengabdian mutu, keahlian, dan keteranpilan di bidang kerja masing-masing demi terciptanya pelayanan yang berkualitas ” (wawancara, 2012).
Hal yang senada juga di utarakan oleh staf tata bangunan dan
perizinan yakni:
“kalau berbicara tentang pelatihan tentulah sangat penting dalam peningkatan kualitas kami sebagai aparat, setelah mengikuti berbagai pelatihan yang diberikan pengetahuan kami semakin bertambah, misalnya pelatihan Bimbingan teknik animasi bangunan yang diadakan di kota kendari, sumbangsi dari pelatihan ini sangat berguna dalam segi penggambaran bangunan ataupun menganalisis suatu gambar. (wawancara, Fierly Ferdinand 2012)
Adapun jenis pelatihan yang di terima oleh aparat bidang cipta karya,
dinas pekerjaan umum :
75
1. Bimbingan teknik Animasi bangunan
2. Pelatihan Karakteristik bangunan
3. Bimbingan teknik analisis rekayasa konstruksi
4. Bimbingan teknik analisis rencana anggaran biaya konstruksi
5. Bimbingan tekik perencanaan bangunan
6. GIS ( geography informasi sistim)
7. Bimbingan animasi konstruksi
Berdasarkan uraian jenis pelatihan diatas penulis melakukan
wawancara dengan kepala bidang cipta karya Dahrul Dahlan. S.STP, M.Si:
“Pelatihan-pelatihan bagi aparatur diperlukan untuk meningkatkan kemampuan aparat sebagai abdi masyarakat atau pelayan masyarakat, oleh sebab itu hal seperti ini adalah merupakan faktor penunjang juga untuk menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat di kota Baubau yang semakin hari semakin beragam.”(wawancara 2012).
Pelatihan-pelatihan seperti diatas pada dasarnya merupakan hal yang
sangat penting untuk menunjang tingkat kemampuan aparatur dalam hal
peningkatan kinerja demi terciptanya kualitas pelayanan yang baik kepada
masyarakat, berdasarkan pengamatan penulis jenis-jenis pelatihan yang ada
pada dinas tata kota dan bangunan serta dinas pekerjaan Umum sudah baik
dan sesuai dengan bidang tugas para aparatur, dengan demikian menurut
penilaian penulis aparatur yang ada di dua dinas tersebut masuk dalam
kategori mampu dalam melayani masyarakat.
76
4.2 Sarana Dan Prasarana
Kalau kita berbicara masalah sarana dan prasarana, maka yang
dimaksud disini adalah sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kelancaran dalam memberikan pelayanan itu sendiri. Mengenai masalah
sarana sudah ada tempat pelayanan yaitu dinas tata kota & bangunan, dinas
pekerrjaan umum dalam hal ini Bidang cipta karya yang mengurus mengenai
konstruksi bangunan, serta badan perizinan & penanaman modal yang dalam
hal ini adalah tempat pendaftaran para pemohon baru untuk mengurus
kelengkapan persyaratan berkas IMB.
Sedangkan untuk prasarana kantor di tiga instansi tersebut yaitu
berupa kelengkapan layanan secara umum, kondisi sarana masih bisa di
gunakan atau harus di perbaiki, ssebab ini sangat berpengaruh terhadap
kelancaraan administrasi serta menunjang kemampuan aparat itu sendiri.
Sarana dan prasarana merupakan suatu ukuran tentang tingkat
pelayanan yang diberikan oleh suatu instansi karena tanpa adanya sarana
yang memadai mustahil rencana-rencana kegiatan yang telah ditetapkan
dapat tercapai, oleh sebab itu bagi instansi terkait harus memperhatikan
mengenai kebutuhan akan perlengkapan kantor yang digunakan dalam
operasional
Lebih jauh diungkapkan oleh staf yang bertugas di bidang tata
bangunan dan perizinan (Dinas Tata kota & bangunan) menyangkut tentang
sarana dan prasarana penunjang kegiataan pelayanan IMB:
77
“Menyangkut tentang sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan IMB kepada masyarakat, menurut saya belum mendukung, karena jika dilihat dari kondisi kantor yang sempit dan masih dalam proses renovasi, serta di dinas ini tidak didukung oleh komputer yang memadai dan juga kendaraan dinas roda 4 ataupun roda 2 sebagai kendaraan operasional utuk menjangkau pelosok kecamatan, misalnya dalam hal ini meninjau lokasi bangunan pemohon untuk menghitung jarak sempadan yang telah di tetapkan serta mengawasi pembangunan para pemohon yang sudah di berikan izin membangun apakah sudah sesuai dengan yang ditetapkan dalam izin atau belum, karena tidak semua diantara dari kami memiliki kendaraan pribadi misalnya motor. Mengenai kendaraan dinas sudah lama kami ajukan tetapi ssampai saat ini belum mendapat persetujuan” (wawancara, asri ramadani 2012).
Memang tidak dipungkiri menyangkut sarana dan prasarana kantor
serta kendaraan operasional pada dinas tata kota & bangunan adalah
merupakan hal yang urgen mengingat tugas pokok dalam pelaksanaan perda
mencakup satu kota Baubau dan pegawai yang bertugas tidak semua
memiliki kendaraan pribadi.
Berdasarkan wawancara dengan staf pada badan pelayanan
perizinan dan permodalan dalam hal ini adalah tempat pendaftaran pemohon
IMB, dan mengurus tentang biaya retribusi dan berkas-berkas pemohon IMB,
menyatakan bahwa:
“Di kantor saya keadaan sarana belum mendukung untuk mengurus tentang IMB, meja dan lemari arsip yang tidak sebanding dengan jumlah arsip IMB sehingga berkas-berkas IMB tidak tertampung lagi dalam lemari yang aman dan sering sekali tercecer, jumlah komputer untuk mengolah berkas-berkas juga masih kurang, serta loket tempat mendaftar masih tergolong belum sempit ,hal ini mungkin diakibatkan karena kantor yang kami tempati masih dalam proses renovasi mengingat kantor ini merupakan bekas rumah sakit umum daerah”, (Wawancara Zubair, ST, 2012)
78
Berdasarkan wawancara dengan salah satu staf dari dinas pekerjaan
umum, khusus pada bidang cipta karya yang dalam hal ini mengurus
masalah konstruksi bangunan pemohon IMB mengenai sarana dan
prasarana,
“situasi sarana dan prasarana di kantor saya sudah cukup baik, dilihat dari situasi kantor yang luas sehingga ruang gerak kami semakin luas pula, tetapi kalau dari segi jumlah komputer mungkin harus diadakan penambahan lagi karena di bidang cipta karya tidak hanya fokus pada pengurusan konstruksi IMB saja, tapi mencakup tugas-tugas lain juga” (wawancara, Nursina, A.md. 2012)
Berdasarkan wawancara di atas keadaan inventaris kantor harus
disesuaikan dengan jumlah pegawai, tingkat kebutuhan dan beban
kerja,misalnya dalam hal komputer, apalagi jika dilihat dari perkembangan
tugas para pegawai maka sarana penunjang kantor di instansi terkait saya
rasa perlu mendapat perhatian, mengingat kondisi di instansi terkait masih
belum layak mengingat jika dilihat dari wawancara aparat dinas tata kota dan
badan perizinan yang bertempat di kantor bekas rumah sakit umum daerah
dan masih dalam proses renofasi tentu saja masih banyak yang harus di
perhatikan demi maksimalnya pelayanan mengenai IMB di kota Baubau.
Adapun daftar iventaris kantor pada Dinas Tata kota & Bangunan
kota Baubau sebagai berikut
79
Tabel 11
Daftar iventaris sarana & prasarana
No Jenis Barang JumlahKondisi
Baik Rusak
1 Meja Biro 2 2 -
2 Meja Biasa 18 18 -
3 Kursi putar 1 1
4 Kursi kayu biasa 30 30 -
5 Lemari arsip besi 3 3 -
6 Lemari biasa 9 9 -
7 Kursi pelastik 25 23 2
8 Komputer 6 6 -
9 Kursi tamu 1 1 -
10 Printer 5 4 1
11 Kamera digital 1 1 -
12 Mesin ketik 3 3 -
13 Pembolong kertas 4 4 -
14 kalkulator 4 4 -
15 Kendaraan roda 2 4 4 -
16 Pesawat telepon 3 3 -
17 Kndaraan roda 4 - - -
18 Ruangan 5 5 -
19 Alat survey/ GPS 1 1
20 LCD 1 1 -
21 Alat fax, copy 1 1 -
Sumber: Dinas Tata kota dan bangunan 2011
Daftar sarana dan prasarana di Badan perizinan dan permodalan
khususnya di bidang perizinan pelayanan Izin mendirikan bangunan (IMB):
80
Tabel 12
Daftar Iventaris Sarana & prasarana
No Jenis Barang JumlahKondisi
Baik Rusak
1 Loket pendaftaran 1 1 -
2 Kursi panjang 1 1 -
3 Pelobang kertas 3 3
4 Kursi kayu biasa 6 6 -
5 Lemari arsip besi 1 1 -
6 Lemari biasa 3 3 -
7 Komputer 2 2 -
8 Kursi tamu 1 1 -
9 Printer 3 2 2
10 Kursi pelastik 9 8 1
11 Mesin ketik 1 1 -
12 Pesawat telepon 2 2 -
13 LCD 1 1 -
14 televisi 1 1 -
Sumber: Badan pelayanan perizinan & permodalan 2011
Daftar sarana dan prasarana yang di kantor pekerjaan umum, Bidang
Cipta karya, yang dala hal ini mengurus masalah konstruksi bangunan:
Tabel 13
Daftar iventaris sarana & prasarana
81
No Jenis Barang JumlahKondisi
Baik Rusak
1 Meja Biro 1 1 -
2 Meja Biasa 7 7 -
3 Kursi putar 1 1
4 Kursi kayu biasa 15 15 -
5 Lemari arsip besi 3 3 -
6 Lemari biasa 4 4 -
7 Komputer 5 5 -
8 Kursi tamu 1 1 -
9 Printer 2 2 -
10 televisi 1 1 -
11 Kursi pelastik 13 13 -
12 Alat suvey / GPS 1 1 -
13 Alat ukur ketinggian 2 1 1
14 Alat fax 1 1 -
15 LCD 1 1 -
Sumber: Dinas pekerjaan Umum 2011
Dari ketiga tabel di atas menunjukan bahwa sarana dan prasarana
penunjang pelayanan pada dinas tata kota dan insrtansi terkait dalam
pelayanan IMB di kota Baubau pada umumnya belum mencukupi seperti
halnya komputerr, mesin ketik,alat survy GPS, lemari, kendaraan operasional
dan peralatan lainnya yang menurut pegawai perlu diadakan penambahan.
Berikut petikan wawancara dari masyarakat yang telah mendapatkan
IMB:
“ Kalau bisa ruangan tempat mendaftar IMB dilengkapi dengan ruang tunggu yang layak agar orang yang datang mengurus IMB tidak
82
berdiri menunggu untuk mendapatkan pelayanan, atau paling tidak di sediakan kursi panjang khusus untuk para pemohon IMB agar tidak bercampur dengan masyarakat lain, mengingat kantor tempat mengurus IMB bercampur dengan kantor-kantor lain”. (wawancara, sofyan irfandi,2012)
Senada dengan yang diungkapkan oleh masyarakat yang telah
mendapatkan IMB:
”Suasana kantor yang sempit menyebabkan udara yang ada dikantor panas sehingga kami yang mengurus IMB kurang merasa nyaman, suasana seperti ini saya alami di dinas tata kota & bangunan dan Badan pelayanan perizinan dan permodalan, dimana penataan meja, kursi dan berkas yang ada tidak rapi sehingga kurang enak dipandang dan kesannya seperti bukan dalam ruangan kantor yang merupakan tempat melaksanakan tugas dari pegawai (wawancara, Ld Arius.2012)
Hal serupa juga dialami oleh masyarakat yang telah mendapatkan
iMB mengenai sarana dan prasarana
“Sarana dan prasarana yang ada pada saat saya mengurus IMB sudah ada namun perlu dilengkapi dan ditata rapi supaya kami selaku masyarakat yang datang mengurus IMB menjadi nyaman dan cepat, khususnya loket pada badan perlayanan perizinan dan permodalan yang sempit dan panas, pendingin ruangan seperti kipas angin kalau bisa ditambah lagi, dan sebagainya. (wawancara, Narni , 2011).
Dari hasil penelitian penulis, masalah yang timbul akibat keterbatasan
sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelayanan pemberian IMB pada
instansi terkait, antara lain :
a. Tertundanya proes pelayanan pemberian IMB akibat
terbatasnya sarana komputer dan kendaraan operasional
83
b. Pelaksanaan penertiban IMB kurang maksimal dijalankan oleh
dias tata kota , dalam hal ini bidang yang terkait seperti bidang
tata bangunan & perizinan, dan bidang pengawasan, karena
tidak didukung dengan kendaraan opersional untuk meninjau
lokasi para pemohon, dan tidak semua pegawai memiliki
kendaraan pribadi.
c. Suasana kantor menjadi kurang kondusif dan sempit di
banding dengan jumlah pegawai yang ada, seperti yang
dialami oleh dinas tata kota & bangunan dan Badan pelayanan
perizinan dan permodalan, ini di sebabkan karena kantor
masih dalam proses renovasi yang berubah fungsi bekas
rumah sakit umum daerah menjadi kantor. Hal ini tentu
berimbas terhadap proses pelayanan pemberian IMB yang
tidak maksimal, serta arsip dan berkas-berkas tidak tersusun
rapi akibat terbatasnya lemari arsip dan rak-rak buku.
Jadi, kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil penelitian
menyangkut sarana dan prasarana pada dinas Tata kota dan bangunan serta
instansi yang terkait bahwa sarana dan prasarana yang tersedia belum
maksimal, khususnya penggunaan computer, lemari berkas, dan kendaraan
operasional. Disamping itu suasana kantor yang belum kondusif dan terasa
sempit jika dibandingkan dengan beban kerja dan jumlah pegawai yang
bertugas. Keadaan sarana dan prasarana dalam unit kerja ini belum
84
sepenuhnya memperhatikan kenyamanan dalam bekerja, hal seperti ini tentu
saja bisa mengakibatkan ketidak puasan masyarakat pada saat mengurus
IMB.
Dinas tata kota dan bangunan selaku organisasi pemerintah daerah
dalam hal melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang pemukiman dan
penataan ruang serta instansi terkait yang terlibat dalam pelayanan izin
mendirikan bangunan yakni dinas pekerjaan umum, dan badan pelayanan
perizinan dan penanaman modal disamping membutuhkan aspek sumber
daya juga sangat membutuhkan fasilitas penunjang dalam upaya pencapaian
tujuan dalam merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan dinas tata kota dan
instansi terkait berupaya melengkapi dan menambah sarana dan prasarana
dengan penambahan-penambahan perlengkapan yang dibutuhkan serta
diharapkan pekerjaan semakin lancar dan cepat.
85
4.3 Prosedur Alur pelayanan pemberian Izin mendirikan Bangunan
(IMB)
A. Tata cara pengurusan izin mendirikan Bangunan
Pemohonn
Lurah setempat (Surat Bebas sengketa)
Camat (Mengesahkan surat bebas sengketa)
Badan Pelayanan perizinan dan permodalan
1.Pengambilan formulir
2. Pendaftaran
3. Pemeriksaan berkas
2 Hari
Dinas PU(Bidang cipta karya)
1 Asistensi mengenai konstruksi bangunan
2 Menginput data
3 menentukan Daftar harga satuan Upah dan bahan
4 hari
Dinas Tata kota dan bangunan (Bidang tata bangunan &
perizinan)
1 Memeriksa Gambar
2 peninjauan teknis lapangan
3. Menentukan GSP & GSB
4. Memberikan rekomendasi IMB
6 hari
Badan Pelayanan perizinan dan permodalan
1 Menginput data
2 Pembayaran Retribusi IMB
3 Mengajukan surat izin pemohon ke walikota untuk ditandatangani
2 Hari
Walikota
86
Berdasarkan Perda nomor 1 tahun 2009 tentag prosedur dan tata
cara pengurusan IMB untuk mengurus IMB dilaksanakan sebagai berikut:
1. Untuk mengajukan permohonan IMB, pemohon datang ke
Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi yang berwenang yakni
pada badan pelayanan perizinan dan permodalan untuk
mengambil formulir permohonan.
2. Pemohon mengisi formulir permohonan IMB, yang berisi
tentang:
Nama pemohon
Alamat pemohon
Lokasi Bangunan
Status kepemilikan lahan tempat berdirinya bangunan
Rencana peruntukan bangunan
Luas persil bangunan
Luas lantai bangunan
Prosentase luas bangunan terhadap luas persil
Tinggi bangunan
B. Pemberian izin mendirikan Bngunan
1. Dalam hal pemohon tidak dapat melengkapi persyaratan dalam
formulir permohonan IMB, maka Walikota atau pejabat yang
ditunjuk membuat Surat Penolakan dengan mencantumkan alasan-
alasannya.
87
2. Jangka waktu penerbitan IMB oleh Walikota ditetapkan 14 (empat
belas) hari kerja setelah seluruh persyaratan dipenuhi, lengkap dan
benar
3. Sesuatu pekerjaan bangunan dalam Peraturan Daerah ini tidak
boleh dimulai sebelum pemohon menerima IMB yang selanjutnya
berkewajiban untuk menjaga supaya Izin Mendirikan Bangunan itu
selalu berada di tempat pekerjaan
C. Persyaratan administrasi permohonan mendapatkanizin
mendirikan bangunan
1. Foto copy KTP Pemohon Izin yang masih berlaku dilegalisasi oleh
Lurah dan Camat setempat
2. Foto copy kepemilikan tanah dalam bentuk surat
tanah/sertifikat/girik yang dilegalisasi oleh Lurah dan Camat
setempat
3. Foto kopy tanda lunas pajak bumi dan bangunan yang terbaru
4. Surat pernyataan pemohon bahwa lokasi tidak dalam keadaan
sengketa dan diketahui oleh lurah dan camat setempat.
5. Pas foto ukuran ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar
6. surat pernyataan tidak ada keberatan dari tetangga
7. Rencana anggaran biaya
8. Materai tempel Rp.6000
9. Map plastik biru snelhecter
88
10. Gambar bangunan dan situasi letak bangunan, berisi informasi
tentang:
Nama jalan menuju ke kavling dan di sekeliling kavling
Denah situasi dan denah lokasi bangunan di dalam kavling
Skala gambar
D. Proses penerbitan izin mendirikan Bangunan
1. IMB diterbitkan oleh Walikota sebagai dasar diizinkannya tempat
yang digunakan untuk lokasi bangunan.
2. Apabila tempat bangunan mengalami perubahan lokasi, luas
dan/atau kepemilikan maka harus diajukan permohonan IMB baru.
3. Proses penerbitan IMB dilaksanakan oleh Dinas tata kota dan
bangunan bersama dengan satuan kerja erangkat daerah lainnya
seperti Badan pelayanan perizinan dan permodalan. Dan dinas
pekerjaan umum :
Penyediaan dokumen rencana teknis siap pakai yang
memenuhi persyaratan
Pemohon mengajukan Surat Permohonan IMB dengan
kelengkapan dokumen administratif dan dokumen rencana
teknis serta mengsi formulir ke Badan pelayanan perizinan dan
permodalan
Pemeriksaan kelengkapan dan kebenaran (pencatatan,
penelitian) dokumen administratif dan dokumen rencana teknis,
89
penilaian/evaluasi, serta persetujuan dokumen rencana teknis
yang telah memenuhi persyaratan dan kemudian di serahkan
dinas pekerjaan umum dalam hal ini adalah bidang cipta karya
untuk menganalisis tentang konstruksi bangunan dan
menentukan daftar harga satuan upah
Dokumen adminisi dan/atau dokumen rencana teknis yang
telah dikeluakan dan di sahkan oleh kepala bidang cipta karya ”
Dahrul Dahlan, S.STP. M.Si” dan kemudian diserahkan ke
Dinas tata kota dan bangunan untuk di proes lebih lanjut.
Berkas administrasi yang di berikan oleh bidang cipta karya
kemudian di proses oleh Dinas tata kota dan bangunan yakni
Bidang tata bangunan dan perizinan memeriksa secara teknis
gambar yang telah diajukan oleh pemohon serta menganilis
bersama-sama dengan bidang peataan kota apakah pemohon
tersebut boleh membangun dikawasan tersebut atau tidak,
Sesuai dengan wawancara dengan Kepala bidang penataan
Kota Drs.Alimudin M.Si :
”Bekas yang diajukan oleh pemohon bisa dibatalkan ataupun tidak diberi izin apabila kawasan pemohon masuk dalam kawasan-kawansan khusus yang merupakan tempat-tempat yang tidak boleh diadakan pembangunan misalnya : kawasan penghijauan, area bandara, dan kawasan pariwisata seperti benteng kraton,dan sebagainya” (wawancara 2012).
Kemudian gambar yang telah diajukan kemudian diperiksa oleh
bidang tata bangunan dan perizinan mengenai luas bangunan
90
dan luas lahan tempat membangun, apabila memenuhi syarat
kmudian diproses secara lanjut, tetapi apabila belum memenuhi
persyaratan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi/
diperbaiki. Mengenai pemeriksaan gambar penlis melakukan
wawancara kepada masyarakat yang telah mendapatkan IMB :
”sewaktu saya mengurus IMB, agar tidak terjadi kesalahan pada gambar, saya meminta tolong kepada teman saya yang ada di bidang cipta karya untuk menggambarkan”. (wawancara Abidin 2012)
Berdasarkan gambar tersebut, kemudian bidang tata kota dan
bangunan meninjau langsun ke lokasi para pemohon IMB untuk
menentukan garis sempadan pagar (GSP) dan garis sempadan
bangunan (GSB) dari AS jalan dengan berdasarkan denah
lokasi dan denah situasi terlampir demi terciptanya penataan
ruang yang baik dan keselamatan serta keamanan bagi pemilik
bangunan.
Setelah peninjauan dilakukan barulah bidang tata bangunan
perizinan membuat surat rekomendasi mendirikan bangunan
yang ditandatangi oleh kepala dinas tata kota dan bangunan
“Drs.Lm Arsyad M.Si”, dengan catatan pelanggaran terhadap
ketentuan yang telah diatur dalam rekomendasi menjadi
tanggung jawab pemohon serta rekomendasi tersebut berlaku
91
selama bangunan tersebut tidak mengalami perubahan
pemanfaatan ruang yang telah ditetapkan.
Setelah rekomendasi dikeluarkan oleh dinas tata kota dan
bangunan kemudian Badan pelayanan perizinan dan
permodalan selaku tempat pembayaran retribusi IMB
menetapkan biaya retribusi dan menghubungi pemohon untuk
melunasi biaya retribusi tersebutPenyerahan bukti penyetoran
retribusi kepada pemerintah daerah. Kemudian membuat surat
izin yang ditujukan ke walikota Baubau guna mengsahkan izin
tersebut dengan tanda tangan walikota Bauba “Dr.H.MZ.amirul
Tamim,M.Si”
Setelah itu pemohon dipanggil untuk mengambil SK,dan papan
plat setelah menyetorkan bukti pembayaran.
E. Tata Cara perhiungan IMB
Tingkat penggunaan jasa IMB dihitung dengan rumus sebagai berikut :
a. Retribusi pembangunan baru : L x Ibwk x It x 1,00 x
HSbg
b. Retribusi rehabilitasi/renovasi bangunan : L x Ibwk x It x Tk x HSbg
c. Retribusi prasarana bangunan dibangun sebelum Tahun 2009
(sebelum terbitnya Perda IMB) :
L x Ibwk x I x 1,00 x (100% - Dibangun x 2%) x HSbg
d. Retribusi rehabilitasi prasarana bangunan : V x Ibwk x I x Tk x
HSpbg
92
e. Retribusi prasarana bangunan : V x Ibwk x I x Tk x
HSpbg
Keterangan :
L : Luas lantai bangunan
It : Indeks terintegrasi
Ibwk : Indeks Bagian Wilayah Kota (BWK)
V : Volume/besaran (dalam satuan m², m´, unit)
I : Indeks
Tk : Tingkat kerusakan :
0,45 untuk tingkat kerusakan sedang
0,65 untuk tingkat kerusakan berat
HSbg : Harga satuan bangunan
HSpbg : Harga satuan prasarana bangunan
1,00 : Indeks pembangunan baru.
.
Untuk mendapatkan izin ulang karena izin yang telah diterbitkan
hilang, perubahan status daerah / wilayah, dan rusak (tidak terbaca)
Retribusinya dikenakan 20% (dua puluh persen) dari tarif yang berlaku;
Balik nama IMB pemohon dikenakan biaya 20% (dua puluh persen)
dari tarif yang berlaku
93
Untuk bangunan rumah tinggal yang berubah fungsi menjadi
bangunan toko / perusahaan / perusahaan industri, pemohon
dikenakan biaya 50% (lima puluh persen) dari tarif dasar bangunan
pokok Perusahaan Industri
Perubahan fungsi bangunan harus sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bau-Bau
Untuk bangunan yang mengalami perubahan peruntukan tanpa balik
nama dikenakan biaya 20% (dua puluh persen) dari tarif retribusi.
Biaya peninjauan lapangan, pemeriksaan atau asistensi gambar dan
pengawasan untuk semua klasifikasi bangunan adalah sebesar Rp.
30.000,- (tiga puluh ribu rupiah) untuk setiap penerbitan.
Bagi setiap pengajuan Izin Mendirikan Bangunan dikenakan biaya
pembuatan papan Izin Mendirikan Bangunan sebesar Rp. 80.000,-
(enam puluh ribu rupiah) untuk setiap penerbitan.
F. Tata cara Pembayaran
Wajib Retribusi IMB wajib membayar Retribusi IMB secara lunas
kepada Bendahara Penerima pada Badan pelayanan perizinan yang
disertai dengan tanda bukti pembayaran.
Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberi kemudahan
kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur retribusi terhutang atau
menunda pembayaran retribusi dalam jangka waktu tertentu dengan
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penagihan dilakukan
94
dengan cara mengeluarkan Surat Tagihan Retribusi Daerah atau surat
lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan
Retribusi IMB yang dikeluarkan segera setelah 7 hari sejak jatuh
tempo pembayaran)
G. Pembatalan IMB
Apabila terjadi sengketa yang ada hubungannya dengan persyaratan
IMB dan atau penangguhan bangunan, sehubungan penyelesaian
permohonan IMB dimaksud, maka dapat ditangguhkan sampai pada
penyelesaian sengketa
Adanya pelanggaran atas ketentuan teknis dalam membangun,
peruntukan bangunan yang menyimpang dari ketentuan atau
persyaratan yang tercantum dalam IMB.
IMB batal apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung dari
tanggal penetapan belum dimulai kegiatan pembangunannya atau
dilaksanakan tetapi hanya berupa pekerjaan persiapan kecuali ada
pemberitahuan disertai alasan secara tertulis dari pemohon izin.
Apabila akan melaksanakan pembangunan setelah jangka waktu,
maka pemohon wajib mengajukan IMB baru.
Dari beberapa penjelasan diatas tentang prosedur penerbitn IMB
penulis melakukan wawancara dengan kepala dinas tata kota dan bangunan
LM.Arsyad : bahwa:
95
“Penerapan izin mendirikan bangunan akan selalu di tingkatkan, penerapan disini dimaksudkan sejak dari awal proses hingga pelaksanaannya, dalam menunjang hal tersebut , maka kesiapan aparatur yang terlibat dalam penerapan IMB perlu terus ditingkatkan, penyesuaian dengan aturan juga perlu terus diimplementasikan. Yang tidak kalah pentingnya adalah pengawasan dan penegakan penertiban bagi pelanggaran penertiban bangunan harus dipertegas, khususnya bagi para pelanggar kalau perlu diadakan pembongkaran untuk memberikan efek jerah. Namun demikian penerapannya harus di barengi dengan pningkatan kapasitas masyarakat melalui sosialisasi dan pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya IMB dalam tata ruang kota, karena keberhasilan penerapan IMB tidak hanya terletak pada besarnya retribusi yang diterima, tetapi berdasarkan pada tingkat kepatuhan masyarakat serta semakin kecilnya pelanggaran terhadap pelaksanaan dan ketentuan IMB” (wawancara 2012).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengelolaan IMB lebih
menekankan kepada kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan ketentuan
IMB dalam rangka mewujudkan pengaturan ruang yang baik dalam Kota.
Gambaran itu tidak didukung dengan hasil wawancara dengan
masyarakat yang telah mendapatkan IMB bahwa pengurusan IMB sedikit
sulit,disebabkan karena belum mengetahui tentang prosedur untuk
mendapatkan IMB
“sosialisasi mengenai Prosedur untuk mendapatkan IMB belum begitu baik dilakukan oleh aparat setempat,karena saya selaku masyarakat belum begitu mengetahui syarat-syarat apa saja yang dibutuhkan untuk mendapatkan IMB, serta adanya sikap kurang respon dengan keluhan masyarakat terutama mengenai prosedur IMB, pada saat saya mengurus surat sengketa ke kelurahan pegawai yang melayanai tidak menjelaskan secara rincih persyaratan kelengkapan berkas untuk mendapatkan IMB, pegawainya hanya bilang “kalau mengenai persyaratan lain silahkan bapak langsung ke badan pelayanan perizinan & permodalan saja untuk mendapatkan informasi yang lengkap, karena disini hanya mengurus masalah surat keterangan bebas sengketa saja” ,seharusnya dari kelurahan saya sudah memperoleh gambaran
96
tentang apa saja persyaratan yang dibutuhkan untuk mendapatkan IMB. Penerbitan IMB saya juga lewat dari batas waktu yang ditentukan (wawancara La ode arius. 2012)
Berdasarkan wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
memang sosialisasi yang dilakukan oleh aparat setempat belum merata
kepelosok-pelosok, bahkan parahnya lagi unsur yang terlibat dalam program
sosialisasi pun tidak mengetahui syarat-syarat untuk mendapatkan IMB,
sedangkan seperti yang kita tau bahwa dalam proses sosialisasi itu
melibatkan unsur kecamatan dan kelurahan juga sebagai pelaksana.
Selanjutnya tanggapan masyarakat yang telah mendapatkan IMB
mengenai prosedur untuk mendapatkan IMB:
“Manfaat IMB bagi saya sangat nyata, dan untuk mengurus IMB ternyata tidak begitu sulit dan lama karena pemerintah setempat merespon baik jika kami masyarakat akan mengurus, IMB saya cuman 10 hari sudah terbit, lebih cepat 4 hari dari waktu yang telah ditentukan, hanya saja mungkin masih perlu diperhatikan lagi dari segi penerbitan IMB, menurut saya kalau bisa lebih dipercepat lagi lah! Sehingga masyarakat tidak terlalu lama menunggu”. (wawancara, Wa ode Zainab. 2012).
Senada dengan yang diungkapkan oleh masyarakat mengenai
masalah diatas:
”prosedur pengurusan IMB sewaktu saya mengurus bisa dikatakan sedikitnya berbelit-belit, dan ketidak jelasan tentang penerbitan IMB yang telah ditetapkan 14 hari tetapi pada kenyataannya IMB saya 20 hari baru terbit, hal ini membuat pembangunan rumah saya menjadi terhambat karena harus menunggu ada IMB dulu baru bisa membangun (wawancara, Abidin, 2012)
Berbagai keluhan diatas bisa menjadi tolak ukur bahwa masyarakat
belum begitu puas akan kinerja aparatur dalam pelayanan IMB, masih
97
terkesan ada prilaku diskriminatif (membeda-bedakan) antara pemohon yang
satu dengan pemohon lainnya, serta dalam hal waktu penerbitan IMB yang
terkesan lambat dan melenceng dari waktu yang telah di tentukan, tentu saja
hal ini menjadi PR bagi pihak yang terkait dalam pelayanan IMB untuk
meningkatkan kinerjanya.
Mengenai permasalahan diatas penulis menganilis bahwa perlu
diadakan strategi pelayanan satu atap, yakni layanan terpadu pada suatu
tempat oleh beberapa instansi daerah sesuai dengan kewenanganmasing-
masing. Penerapan pelayanan satu atap pada dasarnya untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas melalui peminimalan jarak geografis antar fungsi
terkait. Di kota Baubau pelayanan satu atap dalam hal pelayanan IMB belum
dijalankan, terbukti dengan masih terpisahnya jarak dinas pekerjaan umum
dengan dua instansi yang terlibat dalam pelayanan IMB, yakni dinas tata kota
dan bangunan dengan Badan pelayanan perizinan dan permodalan, padahal
seandainya ketiga dinas ini di satukan dan berada pada satu tempat saya
yakin penyelesaian IMB pasti bisa sesuai waktu yang ditentukan, disisi lain
pengguna layanan juga menjadi lebih mudah untuk memperoleh layanan,
dan yang menjadi poin penting dengan pelayanan satu atap bahwa
koordinasi antara beberapa instansi tekait berjalan lebih baik.
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh staf bidang tata bangunan
dan perizinan yakni:
98
“Prosedur pengurusan IMB sudah berjalan sesuai peraturan yang berlaku,seperti pemeriksaan gambar sampai dengan penentuan GSP dan GSB pada gambar hal ini dilakukan demi kepentingan masyarakat juga, sehingga dalam pembangunan rumah ataupun kenyamanan tempat tinggal bisa terjamin,serta dalam memberikan layanan kami tidak pernah membeda-bedakan masyarakat ataupun latar belakang pemohon semua kami perlakukan sama rata, bahkan pembangunan ‘Villa’ seorang walikota pun pada tahun 2009 kemarin IMBnya kami proses sesuai dengan aturan yang berlaku. Memang dalam hal penyelesaiannya terkadang sedikit lewat dri batas waktu yang ditentukan dikarenakan personil yang masih belum proporsional,serta kadangkala juga terjadi kesalahan gambar yang diajukan oleh pemohon,hal ini tentu memerlukan waktu untuk mengarahkan dan memperbaiki. (wawancara. fierly ferdinand 2012).
Senada dengan yang diungkapkan oleh staf badan pelayanan
perizinan dan permodalan yang dalam hal ini adalah instansi yang
mengajukan berkas para pemohon ke walikota guna penandatanganan
rekomendasi ke walikota :
“Tahapan-tahapan dalam pelayanan pemberian IMB dapat terlaksana sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan jika kelengkapan berkas dan persyaratan administrasi maupun teknik yang diajukan oleh pemohon IMB telah lengkap dan telah memenuhi syarat, tetapi waktunya juga bisa molor jika berkasnya tidak lengkap yang bertanda tangan dalam blanko IMB tidak ada atau berhalangan masuk kantor ataupun sedang melaksanakan perjalanan dinas, Misalnya walikota ataupun kepala dinas yang brsangkutan yang melakukan perjalanan dinas, maka harus menunggu beliau pulang dulu baru berkas di tanda tangani karena penandatangan tidak bisa diwakili” (wawancara, Zubair. 2012)
Berikut rekapitulasi Jumlah bangunan perkecamatan yang telah
mendapatkan Rekomendasi dari dinas Tata kota dan bangunan dari tahun
2009-2011
99
Tabel 14
Januari/desember 2009
No Kecamatan Jumlah
1 Betoambari 71
2 Bungi 1
3 Kokalukuna 88
4 Lea-Lea 2
5 Murhum 107
6 Sorawolio -
7 Wolio 129
Jumlah 398
Sumber: Dinas tata kota dan bangunan 2009
100
Tabel 15Januari/Desember 2010
No Kecamatan Jumlah
1 Betoambari 80
2 Bungi 4
3 Kokalukuna 24
4 Lea-Lea 1
5 Murhum 141
6 Sorawolio -
7 Wolio 122
Jumlah 372
Sumber : Dinas tata kota dan bangunan 2010
101
Tabel 16Januari/Desember 2011
No Kecamatan Jumlah
1 Betoambari 150
2 Bungi 7
3 Kokalukuna 101
4 Lea-Lea 3
5 Murhum 178
6 Sorawolio -
7 Wolio 132
Jumlah 571
Sumber: Dinas tata kota dan bangunan 2011
Dari ketiga tabel diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat dalam pengurusan IMB dari tahun 2009 sampai dengan 2011
mengalami peningkatan, hal ini tidak terlepas dari peranan aparat dinas tata
kota dengan instansi terkait mengadakan sosialisasi tentang perda IMB,
berikut pernyataan dari kepala bidang tata bangunan dan perizinan Ir.Alman.
M.Si :
“Jumlah masyarakat yang mengurus IMB dari tahun ke tahun semakin meningkat, ini menunjukan bahwa tingkat pemahaman masyarakat tentang pentingnya IMB semakin meningkat, hal ini tidak terlepas dari kinerja aparat yang semakin giatnya mengadakan sosialisasi ke berbagai kecamatan, agar masyarakat patuh terhadap aturan yang ada”.(wawancara 2012)
102
Senada dengan ungkapan dari camat betoambari “LM.Arif ridwan
S.Sos. M.Si tentang meningkatnya masyarakat yang mengurus IMB dari
tahun ketahun:
”Partisipasi masyarakat dalam mengurus IMB Cukup bagus khususnya pada wilayah kecamatan yang saya pimpin, hal ini mengacu karena semakin meningkatnya rujukan surat dari kelurahan kami untuk mendapatkan surat keterangan bebas sengketa termasuk syarat untuk mendapatkan IMB, hanya saja kalau bisa intensitas pengawasan kepada para masyarakat yang telah diberi izin oleh dinas terkait ditingkatkan lagi, guna mengantisipasi para masyarakat yang nakal dalam artian menyalahi aturan yang ditetapkan pada surat izin IMBnya.(wawancara 2012)
Berbeda dengan wawancara dengan masyarakat yang telah
mendapatkan IMB, perihal tentang sosialisai:
“Sosialisasi tentang IMB perlu ditingkatkan lagi karena masih banyak masyarakat yang belum memiliki IMB tetapi sudah membangun bangunannya, contohnya didaerah saya kecamatan bungi masih banyak bangunan-bangunan yang tidak memiliki jarak sempadan bangunan dengan bangunan yang disebelahnya, sehingga atap-atap yang saling tumpang tindih dan rawan akan bahaya kebakaran, bahkan ada tetangga saya yang mempertanyakan, apakah hanya rumah pinggiran jalan saja yang harus mengurus IMB? Ini menandakan bahwa sosialisasi belum merata keseluruh kota.” (wawancara Narni 2012)
Sejalan dengan hal tersebut di ungkapkan oleh masyarakat yang
telah mendapatkan IMB:
”Di daerah saya masih banyak rumah-rumah yang belum memiliki IMB, dan sebagian dari mereka tergolong mampu, terutama rumah-rumah yang berada didalam lorong dan tidak punya garis sempadan, “alasanya rumah-rumah didalam lorong tidak perlu mengurus IMB, yang perlu itu hanya pinggiran jalan saja”. Hal ini menandakan bahwa sosialisasi yang dilakukan belum begitu menyentuh ke masyarakat, saran dari saya kalau pemerintah membuat satu program pendataan tentang rumah-rumah yang
103
belum memiliki IMB, terutama dikota Baubau. (wawancara,Ld safar iksan 2012)
Sosialisasi merupakan aktifitas memperkenalkan aturan program
kepada masyarakat agar mereka dapat memahaminya, semakin sering
diadakan sosialisasi maka tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat
akan kegunaan IMB pasti akan semakin tinggi, sedangkan
pengawasan/penertiban merupakan aktifitas yang dilakukan oleh instansi
terkait yakni dinas tata kota dan bangunan , guna mengawasi para
masyarakat yang telah mendapatkan IMB agar tidak berbeda dari ketentuan
yang telah ditetapkan.
Apabila kita melihat dari rekapitulasi jumlah pengurus IMB dari tahun
2009-2011 di atas kecamatan Lea-Lea dan Sorawolio merupakan Kecamatan
yang tingkat partisipasinya paling rendah, Hal ini di sebabkan karena kedua
kecamatan tersebut merupakan daerah pinggiran yang rata-rata pendapatan
penduduknya tergolong rendah, seperti yang di uangkapkan oleh camat
sorawolio Drs. Ld Anwar Ana M.Si :
“Di kecamatan sorawolio ataupun kecamatan lea-lea jumlah penduduk yang memiliki IMB bisa dibilang sangat minim, ini diakibatkan karena kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang memiliki karakteristik pedesaan,sehingga kebanyakan rumah masyarakat terdiri dari rumah panggung yang terbuat dari kayu yang sifatnya semi permanen dan tidak memiliki IMB. Selain itu dilihat dari latar belakang ekonimi yang tergolong rendah, sehingga rumah masyarakat yang ada secara umum kurang mampu mendirikan bangunan yang sifatnya permanen.” (wawancara 2012)
104
Mengacu dari hasil wawancara diatas, penulis mengadakan
wawancara dengan staf dari Bidang tata bangunan dan perizinan
menyangkut permasalahan diatas,
“Jika bangunan yang didirikan tidak memiliki IMB atau karena terkendala masalah Biaya, maka kebijakan dari pemerintah yakni akan di adakan PEMUTIHAN IMB yang didirikan dibawah tahun 2009, mengacu pada peraturan walikota Nomor 51 tahun 2011 dengan tujuan memberikan keringanan biaya bagi bangunan masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki IMB, keringanan biaya tersebut didasarkan pada tahun pendirian dan luas bangunan, hal ini dilakukan agar bangunan masyarakat di satu sisi mendapatkkan jaminan hukum, disisi lain terciptanya pemanfaatan ruang dan tata bangunan sesuai dengan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL) yang telah ditetapkan. Kegiatan pemutihan ini akan dilaksanakan pada tanggal 17 oktober 2012 sampai 17 oktober 2013” (wawancara asri ramadani 2012)
4.4 Fakor-faktor yang mempengaruhi kemampuan aparatur
pemerintah dalam memberikan pelayanan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB)
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang aparat
dalam tugasnya melayani masyarakat, baik itu mengenai faktor pendukung
maupun faktor penghambat . Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
pengamatan empirik terhadap situasi dilapangan maka faktor itu kami
simpulkan sebagai berikut
4.4.1 Faktor Pendukung
a. Kerjasama Antar aparat
105
Kerjasama antar aparat, baik antara pimpinan dan bawahan, antara
sesama pegawai dalam suatu organisasi sangat diperlukan dalam mencapai
tujuan organisasi tersebut. Begitu pula dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, aparat hendaknya saling bekerjasama dalam melaksanakan
tugas yang diemban. Di dinas tata kota dan bangunan serta instansi yang
terkait menurut pengamatan penulis memang menerapkan sistem pembagian
wewenang bukan pemisahan wewenang. Maksudnya adalah aparat yang
satu dengan yang lain bekerjasama dalam menyelesaikan suatu tugas, tanpa
tergantung pada bidang kerja masing-masing atau contoh kasus misalnya,
bila seorang aparat berhalangan hadir, maka aparat yang lain bersedia
menggantikannya sehingga pelayanan tersebut tidak tertunda. Sistem ini
memang cocok digunaan, karena mengingat aparat yang bertugas dalam
pelayanan berdasarkan fakta dilapangan belum proporsional antara beban
tugas dan jumlah aparat.
b. Landasan Hukum
Pelaksanaan pelayanan izin mendirikan bangunan (IMB) dikota
Baubau dan hubungannya dengan proses penyelenggaraann IMB di atur
dalam Peraturan daerah kota Baubau nomor 1 tahun 2009 tentang garis
sempadan dan perda nomor 2 tahun 2009 tentang retribusi izin mendirikan
bangunan. Peraturan daerah sebagaimana tersebut diatas merupakan
legalitas formal yang mendasari pelaksanaan pelayanan izin mendirikan
bangunan (IMB) sehingga bersifat mengikat kepada masyarakat. Landasan
106
hukum ini juga memberikan kapasitas terhadap instansi pelaksana dalam
menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan bidang diberikan. Oleh sebab
itu dengan secara konstitusional dengan adanya peraturan tersebut sangat
mendukung dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, karena akan
memberi arah dan sasaran yang jelas dalam mewujudkan kualitas pelayanan
yang baik.
Petikan wawancara dari kepala bidang tata bangunan dan perizinan
“Ir.Alman”:
“Telah dijelaskan dalam Perda nomor 1 tahun 2009 bahwa, Setiap bangunan yang tidak memiliki IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat dilakukan sanksi pembongkaran dengan tata cara Teguran secara tertulis berturut-turut maksimal 3 (tiga) kali, dan jangka waktu teguran 2 (dua) hari kerja setiap teguran. Apabila setelah diadakan suatu peringatan sebanyak 3 (tiga) kali tetapi pelanggar bangunan tidak mengindahkan peringatan tersebut, maka Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memerintahkan penyegelan (pengosongan) bangunan atau pembongkaran terhadap bangunan yang melanggar ketentuan tersebut.” (wawancara 2012)
c. Pelatihan-pelatihan bagi Aparat
Pelaihan-pelatihan bagi aparatur diperlukan untuk menunjang dan
meningkatkan keterampilan dan kemampuan aparat sebagai abdi Negara
dan abdi masyarakat, oleh sebab itu hal ini adalah salah satu faktor
penunjang bagi terciptanya pelayanan yang lebih baik lagi serta demi
memperluas pengetahuan para aparat untuk menjawab tantangan dalam
pelayanan kepada masyarakat yang semakin beragam.
d. Sosialisasi
107
Sosialisasi izin mendirikan bangunan (IMB) merupakan aktifitas
memperkenalkan aturan, program kepada masyarakat agar mereka dapat
memahamiya. Kegiatan sosialisasi ini merupakan langkah yang tepat untuk
memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat tentang fungsi dan
peranan serta pentingnya izin mendirikan bangunan (IMB) pada saat
pendirian bangunan hunian atau jenis bangunan lainnya. Berikut pernyataan
dari kepala bidang tata bangunan dan perizinan, Ir.Alman M.Si perihal
menyangkut sosialisasi.
”Kegiatan sosialisasi merupakan langkah yang ditempuh pemerintah kota melalui unit instansi dinas tata kota dan bangunan untuk memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat sesuai yang diatur dalam perda nomor 1 tahun 2009 dan nomor 2 tahun 2009 menyangkut tentang garis sempadan bangunan, garis sempadan pagar, konstruksi bangunan, mekanisme prosedur pengurusan IMB serta sanksi yang akan diberikan jikalau melanggar ketentuan yang diberikan. Kegiatan sosialisasi rutin dilakukan 2 kali dalam setahun yakni dbulan februari dan November, serta melibatkan unsur terkait, seperti: dinas pekerjaan umum pada bidang cipta karya, kecamatan, kelurahan, serta tokoh masyarakat”(wawancara 2012)
Dalam upaya pengendalian pemafaatan ruang. Sosialisasi tentang izin
mendirikan bangunan (IMB) merupakan rujukan normative yang bersifat
mengikat terhadap pendirian suatu bangunan, jika tidak dipahami oleh
masyarakat maka dengan sendirinya masyarakat kurang peduli akan
pentingnya IMB, sehubungan dengan hal tersebut diatas maka diperlukan
adanya kegiatan sosialisasi tentang izin mendirikan bangunan (IMB) dan
segala bentuk peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan IMB
itu sendiri sehingga masyarakat dapat memahami dengan baik mekanisme
108
dan prosedur serta persyaratan yang diperlukan dalam mengurus IMB serta
sanksi terhadap pelanggaran ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan bahwa dinas tata kota
dan bangunan kota Baubau dalam melaksanakan sosialisasi relative sudah
cukup baik terlihat dari semakin meningkatnya pemohon IMB yang dilakukan
oleh masyarakat dari tahun ke tahun.
4.2.1 Faktor Penghambat
Setelah kita ketahui faktor pendukung, maka perlu kita ketahui juga
faktor penghambat didalam pelaksanaannya.berdasarkan penelitian yang
penulis lakukan, ditemukan beberapa faktor penghambat pelayanan IMB
kepada masyarakat antara lain :
a. Belum Dilaukan pola pelayanan prima satu Atap
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, bahwa masyarakat yang telah
mendapatkan IMB kebanyakan mengungkapkan ketidak puasannya
mengenai masalah ketidak jelasan waktu dalam penerbitan IMB yang
melenceng dari waktu yang telah ditetapka dalam Peraturan daerah nomor 1
tahun 2009 yakni 14 hari. Menurut wawancara dengan instansi terkait bahwa
keterlambatan tersebut terjadi akibat aparat yang bertugas masih belum
proporsional jika dibandingkan dengan beban kerja, serta karena adanya
pejabat yang bertanda tangan dalam blanko yang berhalangan hadir ataupun
sedang melakukan perjalanan dinas. Tetapi ada satu hal yang sangat penting
dan belum dilakukan dikota Baubau yakni pelayanan satu atap, hal ini
109
terbukti dengan terpisahnya kantor Dinas pekerjaan umum dengan dua
instansi lain seperti dinas tata kota dan bangunan serta badan pelayanan
perizinan dan permodalan, padahal apabila ke tiga dinas ini disatukan dalam
satu Lokasi waktu yang dibutuhkan dalam penguras bisa lebih diperpendek
karena jarak geogrfis antar instansi terkait sudah dekat, serta pengguna
layananpun bisa mudah dalam memperoleh pelayanan
b. Kurangnya sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung yang
sangat berpengaruh dalam rangka upaya meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat . Kita tidak dapat memungkiri bahwa kemampuan yang dimiliki
oleh aparat tidak dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin apabila sarana
dan prasarana tersebut sangatlah kurang. Hal inilah yang akan berdampak
buruk terhadap kinerja aparat dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Di dinas tata kota dan bangunan, dinas Pekerjaan Umum (bidang cipta
karya), badan pelayanan perizinan dan permodalan (bidang perizinan),
berdasarkan pengamatan penulis dan hasil wawancara menunjukan bahwa
sarana dan prasarana di kantor tersebut kurang memadai, misalnya seperti
yang dialami oleh dinas tata kota dan bangunan serta badan playaan
perizinan dan permodalan, yakni komputer, meja, kendaraan operasional,
serta situasi kantor yang belum begitu memadai.
c. Terbatasnya Aparatur Pelaksana
110
Aparatur di dinas tata kota dan bangunan serta instansi yang terlibat
yakni sebagai pelaksana tugas dalam pelayanan IMB itu sendiri secara
kuantitas masih kurang proporsional, hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara dengan kepala bidang tata bangunan dan perizinan pada dinas
tata kota, yang menyatakan bahwa jumlah aparat yang tersedia tidak sesuai
dengan beban kerja yang ada..
d. Dana operasional
Sebagaimana dari faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, faktor dana
operasionalpun sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan
pelaksanaan pelayanan IMB. Dari hasil temuan dilapangan bahwa dana
opersional dalam pelaksanaan tugas pelayanan pemberian IMB khususnya
pada dinas tata kota dan bangunan kurang mencukupi, itu dapat dilihat pada
sarana dan prasarana yang masih kurang, kesejahteraan pegawai yang
dirasa masih rendah misalnya pembiayaan untuk biaya BBM,serta adanya
kegiatan rutin yang tersendat-sendat seperti peninjauan dan pengawasan ke
lokasi karena keterbatasan anggaran. Untuk itu dana operasional yang
dimaksud perlu mendapat perhatian utama dari pemerintah dalam rangka
merealokasi dana-dana kegiatan pembangunan daerah.
Lebih jauh menyangkut dana operasional ini, jika dana operasional
memadai maka aktifitas perkantoran berupa pelayanan kepada masyarakat
akan bisa berjalan lancar tanpa ada hambatan. Hal ini didasarkan atas
tersdianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan perkantoran, baik itu
111
penunjang dalam kantor maupun honor penunjang untuk pelaksanaan
kegiatan lapangan(penertiban IMB), dana operasional sangat berpengaruh
terhadap peingkatan kesejahteraan baik bagi pemberi pelayanan, ini berarti
bahwa dalam rangka peningkatan kinerja pelayanan pemberian IMB pada
dinas tata kota dan bangunan diperlukan dana penunjang yang memadai. Hal
ini diungkapkan oleh salah seorang staf dari bidang pengawasan :
“Berkenaan dengan dana operasional, kami selaku petugas lapangan dalam melaksanakan penertiban IMB belum mencukupi, kadangkala kami mengeluarkan biaya sendiri untuk memperbaiki kendaraan pribadi yang digunakan saat melaksanakan tugas jika terjadi kerusakan, ataupun saat kehabisan bahan bakar, jumlah honor yang saya peroleh yaitu 400.000 itupun pencairannya diterima setiap triwulan,tentu saja hal tersebut menurut saya belum menjawab permasalahan, atau paling tidak menyediakan kendaraan dinas seperti roda dua atau roda empat untuk menunjang pelaksanaan tugas” (wawancara.Ruslan setyawan ST, 2011).
Sebagai kesimpulan bahwa dana operasional dalam pelaksanaan
tugas pelayanan pemberian IMB pada dinas tata kota dan bangun kota
Baubau kurang mencukupi itu dapat dilihat pada sarana dan prasarana
penunjang yang masih kurang, kesejahteraan pegawai yang dirasa masih
rendah serta adanya kegiatan rutin yan tersendat-sendat dilaksanakan
karena keterbatasan anggaran / dana untuk itu perlu diperhatikan masalah
dana operasional ini demi utntuk terwujudnya tujuan organisasi yakni harus
diadakan penambahan anggaran.
e. Kurangnya kesiapan pembiayaan Masyarakat.
Biaya Adimistrasi merupakan kendala yang dialami oleh para
masyarakat yang tidak mempunyai uang dan berpendapatan kecil. Sesuai
112
realita yang ada pada pembahasan sebelumnya bahwa memang di kota
Baubau masih banyak masyarakat yang sudah membangun namun belum
memiliki IMB, yang paling menonjol adalah pada kecamatan sorawolio,
kecamatan Lea-Lea, dan kecamatan Bungi, yang dimana partisipasi ke tiga
kecamatan tersebut sangatlah kurang dalam tiap tahunnya, ini disebabkan
karena ketidak mampuan dalam membayar retribusi IMB dan rata-rata tingkat
pendapatan mereka tergolong kecil.
113
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Sebagaimana yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya tentang
kemampuan aparatur pemerintah dalam pelayanan Izin mendirikan
bangunan dikota Baubau, maka pada bab ini penulis akan menuliskan secara
singkat tentang hasil penelitian yang lakukan dalam bentuk kesimpulan.
Untuk itu Kesimpulan yang dihasilkan dari pembahasan bab-bab sebelumnya
antara lain:
5.1.2 Kemampuan Aparatur pemerintah
a) Latar belakang pendidikan, golongan, dan jenjang latihan jabatan
struktural
Dari Hasil penelitian menunjukan bahwa golongan dan tingkat
pendidikan, serta jenjang pelatihan pejabat struktural pada dinas yang
mengurus masalah teknis dalam pelayanan IMB yaitu bidang tata bangunan
dan perizinan (Dinas tata kota & Bangunan) serta bidang cipta karya (dinas
pekerjaan umum) yaitu masuk dalam kategoti baik dan mampu, terlihat dari
tabel di atas jumlah aparat masih di dominasi dengan golongan III dan
golongan II, serta tingkat pendidikannya didominasi oleh diploma, strata-1
dan strata-2 dan juga diklat kepemimpinan yang sudah sesuai dengan
114
persyaratan. Beberpa indikator diatas sudah bisa memberikan gambaran
umum tentang keadaan kemampuan aparatur pemerintah di kota Baubau
dalam hal ini pelayanan IMB, tetapi klau dilihat dari segi kuantitas aparat
yang bertugas masih belum proporsional, seperti yang dialami oleh dinas tata
kota dan bangunan (bidang tata bangunan dan perizinan) Menurut
wawancara jumlah aparat yang bertugas dibidang tata bangunan dan
perizinan hanya berjumlah 5 (enam) orang staf pelaksana, sedangkan
berdasarkan persyaratan, setiap seksi harus memiliki minimal 5 orang staf
pelaksana, jadi kalau dikalkulasikan harusnya dalam satu bidang minimal
memiiki 10 staf pelaksana (belum termasuk dengan kepala seksi dan kepala
bidang) Kebijakan untuk menutupi kekurangan ini telah ditempuh dinas tata
kota dan bangunan dengan merekrut 3 tenaga kerja honorer, yang
diperbantukan dibagian tata usaha, bidang tata bangunan dan perizinan serta
bidang pengawasan, tetapi itupun belum mampu menjawab permasalahan.
b) Pelatihan-pelatihan penunjang aparat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada dinas yang
mengurus mengenai teknis dalam pelayanan IMB, pelatihan – pelatihan yang
diterima sudah sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang ada dilapangan
seperti : GIS ( geography informasi sistim), bintek ( bimbingan teknik)
perencanaan bangunan, pelatihan multi efek bangunan, bimbingan teknik
analisis rencana anggaran biaya konstruksi, dan lain sebagainya seperti yang
tertera di pembahasan sebelumnya. Berdasarkan wawancara dengan staf
115
setelah mengikuti berbagai pelatihan tingkat pengetahuannya semakin
meningkat, jadi kesimpulan yang dapat ditarik bahwa jnis platihan yang
diterima pada dinas yang terkit mengurus tentang tekis sudah baik dan tepat
sasaran dalam rangka meningkatkan kemampuan aparat demi terciptanya
kualitas yang baik dalam melayani.
5.1.3 Sarana dan rasarana
kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil penelitian menyangkut
sarana dan prasarana pada dinas Tata kota dan bangunan serta instansi
yang terkait bahwa sarana dan prasarana yang tersedia belum maksimal,
khususnya penggunaan computer, lemari berkas, dan kendaraan
operasional. Disamping itu suasana kantor yang belum kondusif dan terasa
sempit jika dibandingkan dengan beban kerja dan jumlah pegawai yang
bertugas, hal-hal seperti ini tentu saja menimbulkan rasa ketidak puasan
masyarakat dalam pengurusan IMB:
a. Pelaksanaan penertiban IMB kurang maksimal dijalankan oleh dias
tata kota , dalam hal ini bidang yang terkait seperti bidang tata
bangunan & perizinan, dan bidang pengawasan, karena tidak
didukung dengan kendaraan opersional untuk meninjau lokasi para
pemohon, dan tidak semua pegawai memiliki kendaraan pribadi.
b. Suasana kantor menjadi kurang kondusif dan sempit di banding
dengan jumlah pegawai yang ada, seperti yang dialami oleh dinas
tata kota & bangunan dan Badan pelayanan perizinan dan
116
permodalan, ini di sebabkan karena kantor masih dalam proses
renovasi yang berubah fungsi bekas rumah sakit umum daerah
menjadi kantor. Hal ini tentu berimbas terhadap proses pelayanan
pemberian IMB yang tidak maksimal, serta arsip dan berkas-berkas
tidak tersusun rapi akibat terbatasnya lemari arsip dan rak-rak buku.
5.1.4 Faktor Pendukung kemampuan aparatur pemerintah dalam
mamberikan pelayanan
a) Kerjasama Antar aparat
Kerjasama antar aparat, baik antara pimpinan dan bawahan, antara
sesama pegawai dalam suatu organisasi sangat diperlukan dalam mencapai
tujuan organisasi tersebut. Begitu pula dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, aparat hendaknya saling bekerjasama dalam melaksanakan
tugas yang diemban. Di dinas tata kota dan bangunan serta instansi yang
terkait menurut pengamatan penulis memang menerapkan sistem pembagian
wewenang bukan pemisahan wewenang. Maksudnya adalah aparat yang
satu dengan yang lain bekerjasama dalam menyelesaikan suatu tugas, tanpa
tergantung pada bidang kerja masing-masing atau contoh kasus misalnya,
bila seorang aparat berhalangan hadir, maka aparat yang lain bersedia
menggantikannya sehingga pelayanan tersebut tidak tertunda. Sistem ini
memang cocok digunaan, karena mengingat aparat yang bertugas dalam
pelayanan berdasarkan fakta dilapangan belum proporsional antara beban
tugas dan jumlah aparat.
117
b) Landasan Hukum
Pelaksanaan pelayanan izin mendirikan bangunan (IMB) dikota
Baubau dan hubungannya dengan proses penyelenggaraann IMB di atur
dalam Peraturan daerah kota Baubau nomor 1 tahun 2009 tentang garis
sempadan dan perda nomor 2 tahun 2009 tentang retribusi izin mendirikan
bangunan. Peraturan daerah sebagaimana tersebut diatas merupakan
legalitas formal yang mendasari pelaksanaan pelayanan izin mendirikan
bangunan (IMB) sehingga bersifat mengikat kepada masyarakat.
c) Pelatihan-pelatihan bagi Aparat
Pelatihan-pelatihan bagi aparatur diperlukan untuk menunjang dan
meningkatkan keterampilan dan kemampuan aparat sebagai abdi Negara
dan abdi masyarakat, oleh sebab itu hal ini adalah salah satu faktor
pendukung bagi terciptanya pelayanan yang lebih baik lagi serta demi
memperluas pengetahuan para aparat untuk menjawab tantangan dalam
pelayanan kepada masyarakat yang semakin beragam.
d) Sosialisasi
Sosialisasi izin mendirikan bangunan (IMB) merupakan aktifitas
memperkenalkan aturan, program kepada masyarakat agar mereka dapat
memahamiya. Kegiatan sosialisasi ini merupakan langkah yang tepat untuk
memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat tentang fungsi dan
peranan serta pentingnya izin mendirikan bangunan (IMB) pada saat
pendirian bangunan hunian atau jenis bangunan lainnya. Dari penelitian
118
dinas tata kota dan banguna mengadakan sosialisasi rutin 2 kali dalam
setahun di bulan februari dan November.
5.1.5 Faktor yang menghambat kemampuan aparatur dalam
memberikan pelayanan.
a. Berdasarkan penelitian, dalam hal pengurusa IMB dikota Baubau
belum dilakukan pola pelayanan prima satu atap, hal ini terbukti
dengan terpisahnya kantor Dinas pekerjaan umum dengan dua
instansi lain seperti dinas tata kota dan bangunan serta badan
pelayanan perizinan dan permodalan, padahal apabila ke tiga dinas ini
disatukan dalam satu Lokasi waktu yang dibutuhkan dalam penguras
bisa lebih diperpendek karena jarak geogrfis antar instansi terkait
sudah dekat, serta pengguna layananpun bisa mudah dalam
memperoleh pelayanan.
b. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung yang
sangat berpengaruh dalam rangka upaya meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat . Kita tidak dapat memungkiri bahwa kemampuan
yang dimiliki oleh aparat tidak dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin apabila sarana dan prasarana tersebut sangatlah kurang. Hal
inilah yang akan berdampak buruk terhadap kinerja aparat dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Di dinas tata kota dan bangunan,
dinas Pekerjaan Umum (bidang cipta karya), badan pelayanan
perizinan dan permodalan (bidang perizinan), berdasarkan
119
pengamatan penulis dan hasil wawancara menunjukan bahwa sarana
dan prasarana di kantor tersebut kurang memadai, misalnya yang di
alami oleh dinas tata kota dan bangunan dan badan pelayanan
peizinan dan permodalan, seperti komputer, meja, kendaraan
operasional, serta situasi kantor yang belum begitu kondusif karena
masih dalam tahap renovasi
c. Aparatur di dinas tata kota dan bangunan serta instansi yang terlibat
yakni sebagai pelaksana tugas dalam pelayanan IMB itu sendiri
secara kuantitas masih kurang proporsional, hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara dengan kepala bidang tata bangunan dan perizinan
pada dinas tata kota, yang menyatakan bahwa jumlah aparat yang
tersedia tidak sesuai dengan beban kerja yang ada..
d. Dana operasional dalam pelaksanaan tugas pelayanan pemberian
IMB pada dinas tata kota dan bangun kota Baubau kurang mencukupi
itu dapat dilihat pada sarana dan prasarana penunjang yang masih
kurang, kesejahteraan pegawai yang dirasa masih rendah serta
adanya kegiatan rutin yang tersendat-sendat dilaksanakan akibat dari
kurangnya dana operasional.
e. Biaya Adinistrasi merupakan kemndala yang dialami oleh para
masyarakat yang tidak mempunyai uang dan berpendapatan kecil.
Sesuai realita yang ada pada pembahasan sebelumnya bahwa
memang di kota Baubau masih banyak masyarakat yang sudah
120
membangun namun belum memiliki IMB, yang paling menonjol adalah
pada kecamatan sorawolio, kecamatan Lea-Lea, dan kecamatan
Bungi, yang dimana partisipasi ke tiga kecamatan tersebut sangatlah
kurang dalam tiap tahunnya, ini disebabkan karena ketidak mampuan
dalam membayar retribusi IMB dan rata-rata tingkat pendapatan
mereka tergolong kecil
5.2. Saran-saran
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah di uraikan
sebelumnya, maka saran-saran yang dapat penulis kemukaka berkaitan
dengan kemampuan aparatur pemerintah dalam pelayanan Izin mendirikan
bangunan (IMB) adalah sebagai berikut :
a. Menyangkut masalah pengawasan penertiban IMB seharusnya
pemerintah membuat satu peraturan yang mengikat kepada pihak
kelurahan dan kecamatan agar supaya turun bersama-sama dengan
dinas tata kota dan bangunan untuk melakukan pengawasan pada
tiap-tiap kecamatan secara berkala, sehingga beban dinas tata kota
dan bangunan bisa berkurang, karena mengingat jumlah aparatur
yang ada belum proporsional dengan beban kerja yakni 7 (tujuh)
kecamatan. Jika hal ini diberlakukan penulis meykini tingkat
pelanggaran bisa semakin berkurang ataupun tidak ada sama sekali.
121
b. Saran penulis sebaiknya dalam pengurusan IMB pemerintah kota
Baubau memberikan kewenangan penuh kepada dinas tata kota dan
bangunan, artinya dari awal pengurusan sampai keluarnya IMB hanya
fokus ke dinas tata kota dan bangunan saja sehingga tidak lgi ada
kesan dari masyarakat tentang pengurusan IMB yang berbelit-belit,
karena seperti yang kita tau tugas dan fungsi dari dinas tersebut yakni
sebagai Melakukan perumusan kebijakan pemerintah daerah di bidang
penataan kota dan bangunan serta mengeluarkan rekomendasi
tentang boleh atau tidaknya seorang pemohon mendirikan
bangunannya. Dan kalaupun hal ini tidak bisa dilakukan penulis
berharap paling tidak dalam pengurusan IMB di berlakukan sistm
pelayanan satu atap, yakni segera satukan instansi yang terkait yaitu,
Dinas Tata kota dan bangunan, Dinas pekerjaan Umum, dan badan
pelayanan perizinan dan permodalan dalam satu lokasi, sehingga
koordinasi antara instansi bisa semakin dekat, hal ini tentu saja bisa
memperpendek terbitnya IMB atau paling tidak sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.
c. Dengan melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat di kota Baubau,
ada beberapa kecamatan yang tergolong masyarakatnya kurang
mampu,oleh karena itu penulis merasa pemerintah harus
memperhatikan ulang mengenai kebijakan IMB dari segi administrasi,
kalau bisa bagi para masyarakat yang tidak mampu untuk retribusi
122
IMB di Gratiskan saja, karena apabila IMB di gratiskan bagi para
masyarakat yang tidak mampu tingkat pengendalin ruang dan
penataan bangunan dikota Baubau akan semakin indah dipandang,
dan juga hal yang paling menguntungkan apabila IMB di gratiskan
yakni bisa membantu perekonomian bagi para masyarakat yang tidak
mampu karena seperti yang kita tau IMB bisa di jaminkan ke Bank
untuk modal usaha.
d. Agar tercipta kepuasan masyarakat selama dalam pengurusan, maka
sudah seharusnya pemerintah menyediakan sarana dan prasarana
yang bisa menunjang kelancaran dalam pelayanan, seperti
memperluas kantor, ataupun loket pada badan pelayanan perizinan
dan permodalan, serta sarana-sarana yang pendukung lainnya, kalau
bisa proses renofasi di kantor tersebut secepatnya diselesaikan
karena hal ini bisa mengganggu kenyamanan bagi para pemohon
ataupun para aparat pelaksana Selanjutnya bagi dinas tata kota dan
bangunan seharusnya kendaraan roda 2(dua) dan Roda 4 (empat)
karena kendaraan tersebut sangat berguna bagi para aparat karena
mengingat tidak semua aparat dikantor tersebut mempunyai
kendaraan pibadi, dan juga menyangkut masalah dana operasional
pada dinas tata kota dan bangunan kalau bisa di tambah lagi atau
paling tidak jadwal penerimaanya di rubah dari tiwulan ke setiap bulan
sehingga tugas-tugas yang telah diberikan bisa berjalan sesuai
rencana. Dan yang terakhir bagi dinas pekerjaan umum (Bidang cipta
123
karya) sebisa mungkin ketika mendapati aparat yang bermalas-
malasan,bergosip dan berkeluyuran tidak jelas pada jam-jam kerja
harus ditegur ataupun diberi sanksi tegas sehingga menimbulkan efek
jerah, karena sehebat apapun kualitas para aparat jika tidak didukung
dengan kesadaran akan pekerjaan maka sudah pasti pekerjaan akan
terhambat.
124
DAFTAR PUSTAKA
Ateng Syarifuddin, 1993, Pengaturan Koordinasi Pemerintahan Di Daerah,
Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti
Badan Pusat Statistik kota Baubau 2011. Baubau Dalam Angka 2011, Badan
Pusat statistik kota Baubau, Baubau
Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar pelayanan Prima. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Gie, The Liang. 1997. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta: PT.Gunung
Moenir. 2001. Manjemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta : PT. Bumi
aksara
Ndaraha, Taliziduhu. 2003, Kybernology (Ilmu pemerintahan Baru). Jakarta:
Rineka Cipta
Poerwadarminta. 1985. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:PN. Balai Pustaka
Ridwan, Juniarso. 2009. Hukum Administrasi Negara dan kebijakan
pelayanan publik. Bandung: Nuansa.
125
Ratminto dan Atik Septi winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:.
Pustaka pelajar.
Satori, Djam’an. 2011, Metodologi peelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sianipar, Jhazoonar. 1999. Manajemen Pelayanan masyarakat. Jakarta :
LAN
Suryaningrat, Bayu. 1979, Mengenal Ilmu pemerintahan. Jakarta: IIP
Soewarno. H, 1995, Administrasi pemerintahan Dalam pmbangunan
Nasional, Jakarta: PT. Agung
Wagio, Yudi. 1991, Mengenal Ilmu pemerintahan. Bandung: PT. Karya
Nusantara
Widodo, joko, 2001, Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas
dan control Birokrasi pada era desentralisasi dan Otonomi daerah,
Surabaya: Insani Cendikia.
DOKUMEN-DOKUMEN
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 12 tahu 2008 tentang pemerintahan Daerah
Keputusan Mentri pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63.Tahun 2003
tentang Pedoman Umum penyelenggaraan pelayanan Publik
126
Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 1 tahun 2009 tentang Izin Mendirikan
Bangunan
Peraturan Daerah Kota Baubau Nomor 2 tahun 2009 Tentang Garis
Sempadan
Peraturan Walikota Baubau Nomor 51 tahun 2011 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemutihan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Recommended