View
228
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
AGRARIA
Agraria berasal dari kata Akker (BahasaBelanda)Agros (Bahasa Yunani) →tanah pertanianAgger (Bahasa Latin)→tanah atau sebidangtanahAgrarian (Bahasa Inggris)→berarti tanahuntuk pertanian
LANDASAN YURIDIS
Hukum agrarian nasional →UU No 5tahun 1960 tentang peraturan dasarpokok agraria (UUPA)
Pasal 33(3) UUD 1945Bumi, air dan kekayaan alam yangterkandung didalamnya dikuasai Negaradan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Hak → hak menguasai negara
PENGERTIAN AGRARIA
Menurut Soedikno MertokusumoAdalah keseluruhan kaidah-kaidahhukum, baik yang tertulis maupun yangtidak tertulis yang mengatur agraria
Menurut Bachsan MustofaMenjabarkan kaidah hukum yang tertulis adalahhukum Agraria dalam bentuk hukum Undang-undang dan peraturan-peraturan yang tertulislainnya yang dibuat oleh negaraKaidah Hukum yang tidak tertulis adalah hukumagraria dalam bentuk Hukum adat Agraria yangdibuat oleh masyarakat adat setempat dan yangpertumbuhan, perkembangan serta berlakunyadipertahankan oleh masyarakat adat yangbersangkutan.
Hukum agraria dalam arti sempit→ tanah Hukum agraria dalam arti luas→ meliputi bumi, air, ruang angkasa dan
kekayaan alam yang terkandungdidalamnya.
Menurut Soebekti dan R.TjitrosoedibioHukum Agraria (Agrarisch Recht) adalahkeseluruhan dari ketentuan-ketentuanhukum, baik hukum perdata maupun hukumtata negara (Staatsrecht) maupun Hukumtata Usaha negara (Administratifrecht) yangmengatur hubungan-hubungan antara orangtermasuk badan hukum dengan bumi, air danruang angkasa dalam seluruh wilayah negaradan mengatur pula wewenang-wewenangyang bersumber pada hubungan-hubungantersebut.
Menurut Boedi HarsonoHukum Agraria merupakan satukelompok berbagai bidang hukum.Hukum Agraria merupakan satukelompok berbagai bidang hukum, yangmasing-masing mengatur hak-hakpenguasaan atas sumber-sumber dayaalam tertentu .
Kelompok berbagai bidang hukum1. Hukum Tanah, yang mengatur hak-hak penguasaan atas
tanah, dalam arti permukaan bumi2. Hukum Air, yang mengatur hak-hak penguasaan atas air3. Hukum Pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan
atas bahan-bahan galian yang dimaksudkan oleh Undang-undang Pokok Pertambangan
4. Hukum Perikanan, yang mengatur hak-hak penguasaan ataskekayaan alam yang terkandung di dalam air.
5. Hukum penguasaan Atas tenaga dan Unsur-unsur dalamruang angkasa, mengatur hak-hak penguasaan atas tenagadan unsur-unsur dalam ruang angkasa yang dimaksudkanoleh Pasal 48 UUPA
Tujuan Hukum Agrariaa. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan
hukum agraria nasional yang merupakanalat untuk membawakemakmuran, kebahagiaan dan keadilanbagi negara dan rakyat terutama rakyat tanidalam rangka masyarakat adil dan makmur
b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakankesatuan dan kesederhanaan dalam hukumpertanahan
c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikankepastian hukum mengenai hak-hak atastanah bagi rakyat seluruhnya
Asas-asas hukum Agraria Asas hak menguasai negara
Asas ini mengatakan bahwa sebagai organisasikekuasaan tertinggi Negara diberi wewenang untukmengatur permukaan tanah atau berkewajiban untukmengatur tanah serta pemberian tanah, dalam hal ininegara bukan sebagai pemilik tanah
Asas Nasionalitasadalah asas yang menghendaki bahwa hanya bangsaIndonesia saja yang dapat mempunyai hubunganhukum sepenuhnya dengan bumi, air, ruang angkasadan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
Asas hak atas tanah yang mempunya sosialFungsi social hak atas tanah adalah fungsi-fungsi kepentinganorang banyak atau kepentingan nasional sehingga sebidangtanah dicabut dari kepemilikan seseorang bila kepentinganorang banyak atau nasional memerlukannya dengankompensasi ganti rugi
Asas Persamaanpersamaan dalam penguasaan atas tanah yang tidakmembeda-bedakan jenis kelamin, golongan, bahkan tidakmembedakan suku bangsa
Asas mengerjakan sendiri tanah pertanian secara aktifAsas ini menuntut pemiliknya harus tinggal tidak jauh dari letaktanah pertanian agar efektif mengerjakannya.
Hukum Agraria setelah berlakunya UUPA dibagimenjadi 2 bidang, yaitu
a. Hukum Agraria Perdata (Keperdataan)Adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang bersumberpada hak perseorangan dan badan hukum yangmemperbolehkan, mewajibkan, melarang di perlakukanperbuatan hukum yang berhubungan dengan tanah(obyeknya)Contoh: jual beli, hak atas tanah sebagai jaminan utang (haktanggungan), Pewarisan
b. Hukum Agraria Administrasi (Administratif)Adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang memberiwewenang kepada pejabat dalam menjalankan praktekhukum negara dan mengambil tindakan dari masalah-masalah agraria yang timbulContoh: pendaftaran tanah, pengadaan tanah, pencabutanhak atas tanah
Sebelum berlakunya UUPA, Hukumagraria di Hindia Belanda (Indonesia)terdiri atas 5 perangkat hukum, yaitu:
1. Hukum Agraria adatyaitu keseluruhan kaidah-kaidah hukum agraria yang bersumber pada hukum adat danberlaku terhadap tanah-tanah yang dipunyai dengan hak-hak atas tanah yang diaturoleh hukum adat
2. Hukum agraria baratYaitu keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum agraria yang bersumber pada hukumperdata Barat, khususnya yang bersumber pada Boergelijk Wetboek (BW)
3. Hukum Agraria AdministratifYaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan atau putusan-putusan yang merupakanpelaksanaan dari politik Agraria pemerintah didalam kedudukannya sebagai badanpenguasa
4. Hukum Agraria SwaprajaYaitu keseluruhan dari kaidah hukum Agraria yang bersumber dari kaidah hukumAgraria yang bersumber pada peraturan-peraturan tentang tanah di daerah-daerahswapraja (yogyakarta, Aceh), yang memberikan pengaturan bagi tanah-tanah di wilayahdaerah-daerah swapraja yang bersangkutan
5. Hukum Agraria antar golonganHukum yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa(kasus) agraria (tanah), makatimbullah agraria antar golongan, yaitu keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yangmenentukan hukum manakah yang berlaku (Hukum adat ataukah hukum barat) apabila2 orang yang masing-masing tunduk pada hukumnya sendiri-sendiri bersengketamengenai tanah
Sejarah hukum agraria di Indonesia
Masa berlakunya Hukum agraria1. Hukum Agraria Kolonial
Hukum agraria ini berlaku sebelumIndonesia merdeka bahkan berlaku sebelumdi undangkannya UUPA, yaitu tanggal 24september 1960
2. Hukum Agraria NasionalHukum agraria ini berlaku setelah diundangkannya UUPA, yaitu tanggal 24september 1960
Ciri-ciri hukum agraria kolonial Ciri-ciri terdapat pada hukum agraria kolonial
dimuat dalam konsideran bab “menimbang”hurufb,c,dan d UUPA dan penjelasan umum angka 1UUPA, yaitu:
a. Hukum yang berlaku sekarang ini sebagian tersusunberdasarkan tujuan dan sendi-sendi daripemerintahan jajahan dan sebagian dipengaruhiolehnya, hingga bertentangan dengan kepentinganrakyat dan negara didalam menyelesaikan revolusinasional sekarang ini serta pembangunan semesta
b. Hukum agraria tersebut mempunyai sifat dualismedengan berlakunya hukum adat, disamping hukumagraria yang didasarkan hukum barat
c. Bagi rakyat asli hukum agraria penjajahan itu tidakmenjamin kepastian hukum,
Beberapa ketentuan yang menunjukkan bahwa hukum agraria yangberlaku sebelum Indonesia merdeka disusun berdasarkan tujuandan sendi-sendi pemerintah kolonial belanda, yaitu:
1. Pada masa terbentuknya VOC (1602-1799)VOC didirikan sebagai badan perdagangandengan maksud untukmenghindari/mencegah persaingan antarapedagang Belanda, mendapatkan monopolidi Asia Selatan, membeli murah danmenjual mahal hasil rempah-rempahsehingga memperoleh keuntungan yangsebesar-besarnya
Kebijakan politik pertanian yang sangat menindasrakyat Indonesia yang di tetapkan oleh VOC, antaralain:
a. Contingentenpajak atas hasil tanah pertanian harus diserahkan kepadapenguasa kolonial (kompeni). Petani harus menyerahkansebagian dari hasil pertaniannya kepada kompeni tanpadibayar seperserpun
b. Verplicthe leverantesuatu bentuk ketentuan yang diputuskan kompeni denganpara raja tentang kewajiban menyerahkan hasil panendengan pembayaranya yang harganya juga sudah ditetapkansepihak
c. RoerendienstenKebijakan ini dikenal dengan kerja rodi yang dibebankankepada rakyat Indonesia yang tidak mempunyai pekerjaan.
2.Pada masa pemerintahan GubernurHerman Willem Daendles (1800-1811)Kebijaksanaan yang ditetapkan olehGubernur Herman Willem Daendlesadalah menjual tanah-tanah rakyatIndonesia kepada orang-orangcina, Arab maupun bangsa Belandasendiri.Tanah-tanah yang dijual itu dikenaldengan sebutan tanah patikelir
3.Pada masa pemerintahan Gubernur Thomas stamfordraffles (1811-1816)Kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Thomasstamford raffles adalah Landrent atau pajak tanah.
Kekuasaan tanah telah berpindah dari tanah milikraja ( daerah swapraja di Jawa) kepada pemerintahInggris
Akibat hukumnya adalah hak pemilikan atas tanahtersebut beralih kepada raja Inggris
Tanah yang dikuasai bukan miliknya, melainkan milikraja Inggris
Rakyat wajib membayar pajak tanah kepada rajaInggris.
KETENTUAN YANG BERKAITAN DENGANLANDRENT,sebagai berikut :
1. Landrent tidak langsung dibebankan kepadapara petani pemilik tanah tetapi ditugaskankepada kepala desa. Para kepala desa diberikekuasaan untuk menetapkan jumlah sewayang wajib dibayar oleh tiap petani
2. Kepala desa diberi kekuasaan penuh untukmengadakan perubahan pada pemilikantanah oleh para petani
3. Praktek landrent menjukirbalikkan hukumyang mengatur pemilikan tanah rakyatsebagai akibat besarnya kekuasaan kepaladesa
Besar landrent ditentukan sebagai berikut:
a. Bagi sawah ½, 2/5, atau 1/3 dari hasilpanen
b. Bagi tanah kering dari ¼ sampaidengan ½ dari hasil panen
4.Pada masa pemerintahan gubernur Johanes van denBoschPada tahun 1830 Gubernur Johanes van den Boschmenetapkan kebijakan pertanahan yang dikenaldengan sistem tanam paksa atau cultur stesel
Para petani dipaksa menanam satu jenis tanamantertentu yang langsung maupun tidak langsungdibutukan oleh pasar Internasional
Hasil pertanian diserahkan kepada pemerintahkolonial
Rakyat yang tidak mempunyai tanah pertanian wajibmenyerahkan tenaganya yaitu seperlima bagi masakerjanya atau 66 hari untuk waktu satu tahun
5.Pada masa berlakunya Agrarische Wet Stb.1870 No.55Berlakunya Agrarische Wet politik monopoli(politik kolonial konservatif) dihapuskan dandigantikan dengan politik liberal yaitupemerintah tidak ikut mencampuri di bidangusaha, pengusaha diberikan kesempatan dankebebasan mengembangkan usaha danmodalnya dibidang pertanian di Indonesia
Agrarische Wet merupakan hasil rancangan dari wet(undang-undang yang diajukan oleh Menteri jajahande Waal
Agrarische Wet diundangkan dalam Stb.1870No.55, sebagai tambahan ayat-ayat baru pada Pasal62 Regering Reglement (RR) Stb.1854 No.2
RR terdiri atas 3 ayat dengan tambahan 5 ayat baru(ayat 4 sampai dengan ayat 8) oleh AgrarischeWet, maka pasal 62 RR terdiri atas 8 ayat.
Pasal 62 RR kemudian menjadi Pasal 51 IndischeStaatsregeling (IS), Stb.1925 No.447
Isi pasal 51 IS adalah sebagai berikut:1. Gubernur Jenderal tidak boleh menjual tanah2. Dalam tanah diatas tidak termasuk tanah-tanah yang tidak luas,
yang diperuntukkan bagi perluasan kota dan desa sertapembangunan kegiatan-kegiatan usaha
3. Gubernur Jenderal dapat menyewakan tanah menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Ordonasi
4. Menurut ketentuan yang ditetapkan dengan Ordonasi diberikantanah dengan Hak Erfpacht selama tidak lebih dari 75 tahun
5. Gubernur Jenderal menjaga jangan sampai terjadi pemberian tanahyang melanggar hak-hak pribumi
6. Gubernur Jenderal tidak boleh mengambil tanah-tanah kepunyaanrakyat
7. Tanah-tanah yang dipunyai oleh orang-orang pribumi dengan hakpakai pribadi yang turun temurun (yang dimaksud adalah hak milikadat) atas permintaan pemiliknya yang sah dapat diberikan kepadanya dengan hak eigendom
8. Persewaan atau serah pakai tanah oleh orang-orang pribumi kepadanon pribumi dilakukan menurut ketentuan yng diatur denganordonasi
6. Pada masa berlakunya AgrarischeBesluit Stb.1870 No.118
Salah satu ketentuan pelaksanaan AgrarischeWet adalah Agrarische Besluit, yang dimuatdalam Stb.1870 Nomor 118.
Pasal 1 Agrarische Besluit memuat suatupernyataan yang dikenal dengan DomeinVerklaring (pernyataan kepemilikan), yangpada garis besarnya berisi asas bahwa semuatanah yang pihak lain tidak dapatmembuktikan sebagai hak eigendomnyaadalah domein(milik) negara
Agrarische Besluit terdiri atas 3 bab;
a. Pasal 1-7 tentang hak atas tanahb. Pasal 8-8b tentang pelepasan hakc. Pasal 19-20 tentang peraturan
campuran
Dengan adanya pernyataan Domein makatanah di Hindia Belanda ada 2 jenis:
1. Virjlands Domein atau tanah negarabebas, yaitu tanah yang diatasnyatidak ada hak penduduk bumiputera
2. Onvrijlands Domein atau tanah negaratidak bebas, yaitu tanah yangdiatasnya ada hak penduduk maupundesa
Domein Verklaring mempunyai 2fungsi:
Sebagai landasan hukum bagipemerintah kolonial untuk dapatmemberikan tanah dengan hak baratseperti yang diatur dalam KUH Perdata,misalnya hak eigendom, hak opstal, hakerfpacht
Untuk keperluan pembuktian, yaituapabila negara berpekara, maka negaratidak perlu membuktikan haknya
Sifat dualisme hukum tersebut meliputi bidang-bidang, yaitu
1. HukumPada saat yang sama berlaku macam-macam hukum agraria, yaitu hukumagraria barat, hukum agraria adat,hukum agraria swapraja dan hukumagraria antar golongan.
2. Hak atas tanahBerlaku bermacam-macam hak atas tanah yang berbeda hukumnya, yaitu:
a. Hak atas tanah yang tunduk pada Hukum agraria Barat yangdiatur dalam KUHPerdata, misalnya hak eigendom,hakopstal,hak erfpacht
b. Hak atas tanah yang tunduk pada hukum agraria adat daerahmasing-masing disebut tanah-tanah hak adat,misalnya tanahdesa, tanah bengkok
c. Hak atas tanah yang merupakan ciptaan Pemerintahswapraja, misalnya Grant Sultan(semacam hak milik adatyang diberikan pemerintah swapraja khusus bagi kaulaswapraja, didaftarkan dikantor swapraja)
d. Hak atas tanah yang merupakan ciptaan dari pemerintahHindia Belanda, misalkan hak agrarische eigendom,Landerijen Bezitrecht
3. Hak jaminan atas tanahBeberapa hak jaminan atas tanah pada masaberlakunya hukum Agraria kolonial:
a. Lembaga hypotheek diperuntukan bagi hak-hakatas tanah yang tunduk pada hukum barat,yaituhak eigendom,hak opstal,hak erfpacht
b. Lembaga credietverband diperuntukkan bagi tanah-tanah yang tunduk pada hukum adat
c. Lembaga jonggolan di Jawa, di Bali disebutMakantah dan di Batak disebut Tahan, dalamhubungannya dengan hutang piutang dikalanganwarga masyarakat, dimana debitur menyerahkantanahnya sebagai jaminan hutang kepada kreditur
4. Pendaftaran tanah Berdasarkan Overschrijving ordonnantie
Stb. 1834 No.27, pendaftaran dilakukandikantor pandaftaran tanah atas tanah-tanah yang tunduk pada Hukum barat dandiberikan sertifikat kepada pemeganghaknya sebagai tanda bukti
Tanah-tanah yang tunduk pada Hukum adattidak dilakukan pendaftarantanah, sehingga tidak ada sertifikat dantidak memberikan jaminan kepastian hukum
Tidak adanya jaminan kepastian hukum dalam bidanghukum agraria bagi rakyat Indonesia Asli, dikarenakan:
1. Dari segi Perangkat hukumnya2. Dari segi pendaftarannya
Dari segi perangkat Hukum
Bagi orang-orang yang tunduk padahukum barat, perangkat hukumnyatertulis yaitu diatur dalam KUHPerdata
Bagi rakyat Indonesia Asli berlakuhukum agraria adat, yang perangkathukumnya tidak tertulis, yang terdapatdalam kebiasaan-kebiasaan masyarakatyang berlaku sebagai hukum
Dari segi Pendaftaran
Untuk tanah-tanah yang tunduk padahukum barat, misalnya hak eigendom,hakopstal,hak erfpacht dilakukan pendaftarantanah dengan tujuan untuk memberikankepastian hukum dan menghasilkan tandabukti yaitu sertifikat (Rechts cadaster ataulegal cadaster)
Untuk tanah-tanah yang tunduk padahukum adat tidak dilakukan pendaftarantanah, sehingga tidak ada jaminankepastian hukum.(Fiscal Cadaster)
Dampak yang muncul dari kebijakanpemerintah Hindia Belanda:
1. Tidak adanya kesatuan hukum atau terjadidualisme hukum, yaitu sistem hukum baratdan hukum adat secara simultan.
2. Pluralisme hukum adat dibiarkan berlaku,sepanjang tidak bertentangan dengankepentingan politik ekonomi penjajah.
3. Di introduksikannya hak baru, yaituagrarisch eigendom (jenis hak atas tanahyang diberikan kepada yang menghendakiterhadap tanah-tanah hak adat miripdengan eigendom)
Hukum Agraria Nasional
Proklamasi Kemerdekaan RImempunyai 2 arti penting bagipenyusunan Hukum Agraria Nasional :
1. Bangsa Indonesia memutuskanhubungannya dengan Hukum Agrariakolonial
2. Bangsa Indonesia sekaligus menyusunHukum agraria Nasional
Berdasarkan Pasal II aturan peralihanUUD 1945, Badan negara dan peraturantentang agraria yang berlaku padamasa pemerintahan kolonial dinyatakanmasih berlaku selama tidakbertentangan dengan UUD 1945, belumdicabut, belum diubah, atau belumdiganti dengan hukum yang baru.
Hukum Agraria nasional sesuai denganpancasila dan tujuan sebagai yangditegaskan di dalam Pasal 33 ayat (3)UUD 1945 “Bumi, air dan kekayaanalam yang terkandung di dalamnyadikuasai oleh negara dan dipergunakanuntuk sebesar-besarnya kemakmuranrakyat.
Ketentuan Pasal 33 ayat 1 UUPAbersifat Imperatif, karena mengandungperintah kepada Negara agar bumi, airdan kekayaan alam yang terkandungdidalamnya, diletakkan dalampenguasaan Negara untukdipergunakan mewujudkankemakmuran bagi seluruh rakyatIndonesia
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untukmenyesuaikan Hukum Agraria kolonial dengan keadaandan kebutuhan setelah Indonesia Merdeka, yaitu:
1. Menggunakan kebijaksanaan dan tafsiran baruHukum agraria didasarkan kebijaksanaan barudengan tafsiran yang baru sesuai dengan jiwaPancasila dan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945.Tafsiran baru, contohnya adalah mengenaihubungan antara negara dengan tanah, tidak lagimenerapkan Domein verklaring, yaitu negara tidaklagi sebagai pemilik tanah melainkan negarasebagai organisasi kekekuasaan seluruh rakyatIndonesia hanya menguasai tanah.
2. Penghapusan konversiSalah satu warisan feodal yang sanagat merugikan rakyat,adalah lembaga konversi yang berlaku di KaresidenanSurakarta dan Yogyakarta. Di daerah ini semua tanahdianggap milik raja (stelsel apanage).Tanah-tanah oleh raja atau pemegang apanage disewakankepada pengusaha-pengusaha asing untuk usaha pertanian.Berdasarkan Stb. 1918 No.20, para pengusaha asing tersebutmendapatkan hak atas tanah oleh raja yang disebut hakkonversi (beschikking konversi/keputusan rajaUU No.13/1948 mencabut Stb. 1918 No.20 dan ditambahkandengan UU No.5/1950, yang secara tegas dinyatakan bahwalembaga konversi, begitu juga hak-hak konversi sertaHypotheek yang membebaninya menjadi hapus
3. Penghapusan tanah patikelirSetelah Indonesia merdeka, pemerintah RI melakukan pembeliantanah-tanah partikelir, namun hasilnya tidak memuaskandikarenakantidak tersedianya dana yang cukup karena tuan-tuan tanah yangbersangkutan menuntut harga yang sangat tinggi.UU.No. 1/1958 tentang penghapusan tanah patikelir, hak-hakpemilik tanah partikelir atas tanahnya dan hak-hak pertuanannyahapus. Tanah bekas tanah partikelir tersebut seluruhnya serentakmenjadi tanah negaraTanah partikelir dinyatakan hapus jika pembayaran gantikerugiannya telah selesai
4. Perubahan peraturan persewaan tanah rakyatPeraturan persewaan tanah rakyat kepada perusahaan perkebunanbesar dan orang-orang bukan Indonesia asli diatur dala 2 peraturan;Grondhuur Ordonnantie Stb.1918 No.88(daerah pemerintahanlangsung) dan Voerstenlands Grondhuurreglement Stb. 1918 No.20(daerah swapraja).Setelah Indonesia merdeka 2 peraturan di ubah dengan ditambahPasal 8a dan 8b serta Pasal 15a dan 15 b oleh UU daruratNo.6/1951. UU Darurat kemudian ditetapkan No.6/1952
5. Peraturan tambahan untuk mengawasi pemindahan hak atas tanahPasal 1 UU No.24/1954 menetapkan UU darurat No.1/192 tentangpemindahan tanah-tanah dan barang-barang tetap lainnya yang tunduk padahukum eropaUU No.76/1957 izin dari menteri apabila serah pakai lebih dari 1 tahun.kedua UU tersebut dilengkapi dengan UU No.28/1956 tentang pengawasanterhadap pemindahan hak-hak atas tanah perkebunan erfpacht, eigendomdan lain-lain hak kebendaan. Dikeluarkan juga UU No.35 Tahun1956 tentangpengawasan terhadap pemindahan hak atas tanah perkebunan konsesi,kemudian di ubah dengan PP. No.21/1959Peraturan tadi dimaksudkan untuk mengadakan pengawasan serta adanyajaminan bahwa penerima haknya mampu mengusahakan perusahaanperkebunan yang bersangkutan dengan baik dan bahwa kebun itu tidak akandijadikan objek spekulasi belaka
6. Peraturan dan tindakan-tindakan mengenai tanah-tanah perkebunanUU No.29/1956, menteri Agraria dan pertanian berwenang melakukantindakan-tindakan agar tanah-tanah perkebunan yang mempunyai fungsisangat penting dalam perekonomian negara diusahakan dengan baiktanaman dan bangunan diatas tanah hak eigendom,hak erfpacht menurutkeputusan Menteri Pertanian diperlukan untuk kelangsungan ataumemulihkan pengusahaan yang layak dikuasai oleh negara denganpemberian ganti kerugian
7. Kenaikan canon dan cijn (canon adalah uang yang wajib di bayar olehpemegang hak erfpacht setiap tahunnya kepada negara, sedang cijn adalahuang yang wajib dibayar oleh pemegang konsesi perusahaan perkebunanbesar)Setelah Indonesia merdeka, sebagian besar tanah-tanah perkebunan sudahdibuka dan diusahakan, sehingga uang wajib yang harus dibayar setiaptahun, yaitu sebagai uang sewa pakai tanahUU No.78/1957 tentang perubahan canon dan cijn atas hak-hak erfpacht dankonsesi guna perubahan perkebunan besar selambat-lambatnya 5 tahunsekali uang wajib tahunan ini harus ditinjau
8. Larangan dan penyelesaian soal pemakaian tanah tanpa izinketentuan mengenai larangan pemakaian tanah tapa izin yang berhak ataukuasanya diatur oleh UU No.51 Prp th.1960. UU ini kemudian diganti UUNo.1/1961Pasal 2 Jo. Pasal 6 UU No.51 Prp/1960. dinyatakan pemakaian tanah tanpaizin yang berhak atau kausanya yang sah adalah perbuatan dilarang dandiancam pidana.Pasal 3. Jo. 5 dapat dilakukan penyelesaian dengan cara lain denganmengingat kepentinga-kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan danrencana peruntukan serta penggunaan tanah yang dipakai.
9. Peraturan perjanjian bagi hasil (tanah pertanian)Perjanjian bagi semula hasil diatur menurut Hukum adatUU No.2/1960 tentang perjanjian bagi hasil, diperuntukkanuntuk melindungi mereka terutama bagi golongan lemah.
10. Peralihan tugas dan wewenang agrariaSetelah Indonesia Merdeka s/d 1955 urusan agraria beradadilingkungan menteri dalam negeriKeputusan Presiden No.55/1955 dibentuk kementerianAgraria terpisah dengan Menteri Dalam NegeriKepres No.190/1957 ditetapkan bahwa Jawatan PendaftaranTanah semula masuk dalam lingkungan kementerianKehakiman dilihkan dalam kementerian agrariaUU N.7/1958 ditetapkan pengalihan tugas dan wewenangagraria dari menteri dalam Negeri kepada mentari agraria,serta pejabat-pejabat daerah
Faktor-faktor penting dalam pembangunan Hukum Agraria Nasional
1. Faktor formal2. Faktor materiil3. Faktor ideal4. Faktor agraria Modern
Faktor Formal
Keadaan Hukum agraria di Indonesiasebelum diundangkannya UUPAmerupakan keadaan peralihan, keadaansementara waktu, karena peraturan-peraturan yang sekarang berlaku inididasarkan pada peraturan peralihanyang terdapat dalam Pasal 142 UUDs1950, Pasal 192 Konstitusi RI Serikatdan pasal 2 peraturan peralihan UUD1945
Faktor materiil Hukum agraria kolonial mempunyai sifat dualisme meliputi
hukum, subjek hukum maupun objek hukum Hukumnya, yaitu Hukum agraria barat yang diatur dalam KUH
perdata maupun Agrarische Wet, dipihak lain berlaku hukumagraria adat diatur Hukum adat tentang tanah masing-masing.
Subyeknya, hukum agraria barat berlaku bagi orang-orang yangtunduk pada hukum barat, pihak agraria adat berlaku bagiorang-orang tunduk pada hukum adat
Obyek tanah1.Hak atas tanah diperuntukkan bagi orang-orang yang tunduk
pada hukum barat2.Hak atas tanah diperuntukkan bagi orang-orang tunduk pada
hukum adat
Setalah Indonesia Merdeka, maka sifatdualisme hukum digantikan dengansifat unifikasi hukum (kesatuan) yangberlaku secara nasional
Faktor ideal Faktor ideal (tujuan negara) hukum agraria kolonial
tidak sesuai dengan tujuan Negara Indonesia yangtercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945dan dalam Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945
Hukum agraria kolonial tujuannya untuk kepentinga,keutungan, kesejateraan dan kemakmuranpemerintah Hindia Belanda, orang-orang darigolongan Belanda, Eropa dan timur asing, sedangkan
Tujuan Hukum agraria Nasional,untuk mewujudkankesejahteraan dan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia
Faktor Agraria Moderna. Lapangan sosial
Masalahnya adalah bagaimana hubungan antara pemilikdengan bukan pemilik tanah harus diatur untuk kesejahteraanrakyat
b. Lapangan ekonomiMasalahnya bagaimana penggunaan tanah harus diatur agardapat memberikan hasil produktif yang optimal ataumencapai titik optimum
c. Lapangan etikaMasalahnya adalah bagaimana penggunaan tanah itu diaturagar selain dapat memberikan kesejahteraan padapemiliknya, juga memberikan kesejahteraan bagi masyarakatdan bangsa
d. Lapangan idiil fundamentalMasalahnya adalah apakah WNI boleh mempunyai hak milikatas tanah tanpa batas luas dan jumlahnya di Indonesia
Faktor Ideologi politik
Dalam penyusunan Hukum agrarianasional mengadopsi Hukum Agrarianegara lain sepanjang tidakbertentangan dengan Pancasila danUUD 1945
UUD 1945 dijadikan faktor dasar dalampembangunan Hukum Agraria Nasional
Sejarah Penyusunan UUPA
Tahap-tahapan dalam penyusunanUUPA adalah sebagai berikut :
1. Panitia Agraria YogyakartaPanitia ini di bentuk denganpenetapan Presiden No.16 Tahun1948 tanggal 21 Mei 1948berkedudukan di Yogyakarta di ketuaioleh Sarimin Reksidiharjo, KepalaBagian Agraria Kementrian dalamNegeri
Tahapan-tahapan dalam penyusunan UUPA, sebagai berikut;
a. Meniadakan asas domein dan pengakuan hak ulayatb. Mengadakan peraturan yang memungkinkan adanya hak
perseorangan yang kuat, yaitu hak milik yang dapat dibebanihak tanggungan
c. Mengadakan penyelidikan lebih dahulu dinegara-negara lain,terutama negara-negara tetangga sebelum menentukanapakah orang-orang asing dapat pula mempunyai hak milikatas tanah
d. Mengadakan penetapan luas minimum tanah agar para petanikecil dapat hidup layak dan untuk jawa diusulkan 2 hektar
e. Mengadakan penetapan luas maksimum pemilikan tanahdengan tidak memandang macam tanahnya dan untuk Jawadiusulkan 10 hektar, sedangkan diluar Jawa masih diperlukanpenyelidikan lebih lanjut
f. Menganjurkan menerima skema hak-hak atas tanah yangdiusulkan Panitia Agraria Yogya
g. Mengadakan pendaftaran tanah hak milik dan hak-hakmenumpang yang penting
2. Panitia Agraria Jakarta
Panitia Agraria yogya dibubarkandengan keputusan Presiden No.36Tahun 1951 tanggal 19 Maret 1951,sekaligus dibentuk Panitia AgrariaJakarta yang berkedudukan di Jakartadi ketuai oleh Singgih Praptodiharjo,Wakil Kepala Bagian Agrariakementerian Dalam negeri
Panitia ini mengemukakan usulan mengenai tanah untuk pertanian rakyat (kecil), yaitu:
a. Mengadakan batas minumum pemilikan tanah,yaitu 2 hektar dengan mengadakan peninjauanlebih lanjut sehubungan dengan berlakunya hukumadat dan hukum waris
b. Mengadakan ketentuan batas maksimum pemilikantanah, yaitu 25 hektar untuk satu keluarga
c. Pertanian rakyat hanya dapat dimiliki oleh warganegara Indonesia dan tidak dibedakan antarawarga negara asli dan bukan asli. Badan hukumtidak dapat mengerjakan tanah rakyat
d. Bangunan hukum untuk pertanian rakyat ialah hakmilik, hak usaha, hak sewa dan hak pakai
e. Pengaturan hak ulayat sesuai dengan pokok-pokokdasar negara dengan suatu undang-undang
3. Panitia Soejahwo
Berdasarkan Keputusan Presiden No.1Tahun 1956 tanggal 14 Januari 1956dibentuklah Panitia Negara UrusanAgraria berkedudukan di Jakarta yangdiketuai SoewahjoSoemodilogo, Sekretaris JenderalKementerian Agraria
Panitia ini menghasilakn naskah Rancangan UUPA padatanggal 1 januari 1957, berisi:
a. Dihapuskannya asas domein dan diakuinya hak ulayat, yangharus ditundukkan pada kepentingan umum (negara)
b. Asas domein diganti dengan hak kekuasaan negara atasdasar ketentuan Pasal 38 ayat 3 UUDS 1950
c. Dualisme Hukum agraria dihapuskand. Hak-hak atas tanah:hak milik sebagai hak yang terkuat, yang
berfungsi sosial kemudian ada hak usaha, hak bangunan danhak pakai
e. Hak milik hanya boleh dimiliki oleh WNIf. Perlu diadakan penetapan batas maksimum dan minimum
luas tanah yang boleh menjadi milik seseorang atau badanhukum
g. Tanah pertanian pada asasnya harus dikerjakan dandiusahakan sendiri oleh pemiliknya
h. Perlu diadakan pendaftaran tanah dan perencanaanpenggunaan tanah
Berdasarkan Keputusan Presiden No.97tahun 1958 Panitia Negara UrusanAgraria (Panitia Soejahwo) dibubarkan.
4. Rancangan Soenarjo
Dewan Menteri dalam sidangnyatanggal 1 April 1958 dapat menyetujuirancangan Soenarjo dan diajukankepada DPR melalui amanat PresidenSoekarno tanggal 24 April 1958.
Panitia Permusyaratan DPR membentuk sebuah
Panitia Ad Hoc dengan tugas :
a. Membahas Rancangan UUPA secara teknisb. Mempelajari bahan-bahan yang
bersangkutan dengan Rancangan UUPAyang sudah ada dan mengumpulkan bahan-bahan yang baru
c. Menyampaikan laporan tentangpelaksanaan tugasnya serta usul-usul yangdipandang perlu mengenai RancanganUUPA kepada panitia Permusyawaratan DPR
5. Rancangan Sadjarwo
Setelah disesuaikan dengan UUD 1945dan disempurnakan dengan bahan-bahan dari berbagai pihak, makaRancangan UUPA yang baru diajukanoleh Menteri Agraria Sadjarwo kepadakabinet.
Berdasarkan amanat Presiden Soekarnotanggal 1 Agustus 1960 Nomor2584/HK/60, rancangan tersebutdiajukan kepada DPRGR
Pada hari sabtu tanggal 24 September1960 Rancangan UUPA yang telahdisetujui oleh DPRGR itu disahkan olehPresiden menjadi UU No.5 Tahun 1960tentang Peraturan Dasar pokok-pokokAgraria, LNRI tahun 1960 No.104-TLNRI No.2043, yang menurut DictumKelimanya disebut UUPA
UUPA sebagai HukumAgraria Nasional
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 merupakankonstitusional bagi pembentukan politikdan Hukum agraria Nasional
UUPA mempunyai 2 subtansi dari segiberlakunya,yaitu:
1. Tidak memberlakukan lagi ataumencabut hukum agraria kolonial
2. Membangun hukum agraria Nasional
Menurut Bodiharsono dengn berlakunyaUUPA, maka terjadilah perubahan yangfundamental pada Hukum agraria diIndonesia, terutama hukum dibidangpertanahan
Perubahan yang fudamental inimengenai struktur perangkathukum, konsepsi yang mendasarinyamaupun isinya
Dengan diundangkannya UUPA, terjadiperombakan Hukum Agraria di Indonesia, yaitu:
Penjebolan hukum agraria kolonial Pembangunan hukum Agraria Nasional
Dengan diundangkan UUPA, BangsaIndonesia telah mempunyai hukumagraria Nasional, baik ditinjau dari segiformal maupun materiil
Segi formal
Sifat nasional UUPA dapat dilihat dalamKonsiderannya dibawah perkataan“menimbang” yang menyebutkantentang keburukan dan kekurangandalam hukum agraria yang berlakusebelum UUPA
Segi Materiil
Hukum agraria yang baru harus bersifatnasional, artinya harus sesuai dengankepentingan Nasional
UUPA menyatakan pula dalam konsiderennyadibawah perkataan “berpendapat”bahwa hukumagraria yang baru:
a. Harus didasarkan atas hukum adat tentang tanahb. Sederhanac. Menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesiad. Tdak mengabaikan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agamae. Memberi kemungkinan supaya bumi, air dan ruang angkasa dapat
mencapai fungsinya dalam membangun masyarakat adil danmakmur
f. Sesuai kepentingan rakyat Indonesiag. Memenuhi pula keperluan rakyat Indonesia menurut permintaan
zaman dalam segala soal agrariah. Mewujudkan penjelmaan dari Pancasila sebagai asas kerohanian
negara dan cita-cita bangsa seperti yang tercantum dalamPembukaan Undang-undang
i. Merupakan pelaksanaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan manifestoPolitik
j. Melaksanakan pula ketentuan Pasal 33 UUD 1945
UUPA merupakan UU yang melakukan pembaruanAgraria karena di dalamnya memuat program yang dikenal dengan Panca Program Reform Indonesia yangmeliputi;
1. Pembaruan Hukum Agraria melalui unifikasi hukumyang berkonsepsi Nasional dan pemberian jaminankepastian hukum
2. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesikolonial atas tanah
3. Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur
4. Perombakan pemilikan dan penguasaan atas tanahserta hubungan-hubungan hukum yangberhubungan dengan pengusahaan tanah dalammewujudkan pemerataan kemakmuran dankeadilan, yang kemudian dikenal dengan programlandreform
5. Perencanaan persediaan dan peruntukkanbumi,air,dan kekayaan alam yang terkandungdidalamnya serta penggunaannya secara
Peraturan dan keputusan yang dicabut oleh UUPA
1. Agrarische wet Stb. 1870 No.55 sebagai yang termuat dalam Pasal51 Is Stb.1925 No.447
2. Peraturan tentang Domein Verklaring baik bersifat khusus maupunumuma. Domein Verklaring tersebut dalam pasal 1 agrarische besluitStb.1870 No.118b. Algemene domein Verklaring tersebut dalam Stb. 1875 No.119ac. Domein Verklaring untuk sumatera tersebut dalam Pasal 1 dariStb. 1874 No.94fd. Domein Verklaring untuk Karesidenan Manado tersebut dalamPasal 1 dari Stb.1877 No.55e. Domein Verklaring untuk residentie zuider en Osterafdeling vanBorneo tersebut dalam Pasal 1 dari Stb.1888 No.58
3. Koninklijk Besluit (Keputusan Raja) tanggal 16 April 1872 No.29 (Stb1872 No.117) dan peraturan pelaksanaannya
4. Buku II KUH Perdata Indonesia sepanjang yang mengenai bumi, airserta kekayaan alam yang terkandung didalamnya kecualiketentuan-ketentuan tentang Hypotheek yang masih berlaku padamulainya berlaku UUPA
Penguasaan dalam arti yuridis adalahpenguasaan yang dilandasi hak untukmenguasai secara fisik tanah yang dihaki, misalnya pemilik tanahmempergunakan atau mengambilmanfaat dari tanah yang dihaki, tidakdiserahkan kepada pihak lain
Aspek Privat
1. Pengusaan secara yuridis atas tanah,namun penguasaan fisiknya dilakukanpihak lain
2. Pengusaan secara yuridis yang tidakmemberi kewenangan untuk mengusaitanah yang bersangkutan secara fisik
Aspek Publik
Pengusaan atas tanah sebagaimanayang disebutkan dalam Pasal 33 ayat 3UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA
Hak penguasaan tanah berisi :
Serangkaian wewenang Kewajiban Larangan bagi pemegang haknya untuk
berbuat sesuatu mengenai tanah yang di haki
Pengaturan hak-hak pengusaan atastanah dalam hukum tanah dibagi 2:
1. Hak pengusaan atas tanah sebagailembaga hukum
2. Hak penguasaan atas tanah sebagaihubungan hukum yang konkret
1. Hak pengusaan atas tanah sebagai lembaga hukum
Hak pengusaan atas ini belumdihubungkan dengan tanah dan orangatau badan hukum tertentu sebagaipemegang haknya
Ketentuan-ketentuan pengusaan atas tanah
a. Memberi nama pada hak pengusaan yangbersangkutan
b. Menetapkan isinya yaitu mengatur apa sajayang boleh, wajib, dan dilarang untukdiperbuat oleh pemegang haknya sertajangka waktu penguasaannya
c. Mengatur hal-hal mengenai subjeknya,siapa yang boleh menjadi pemeganghaknya, dan syarat-syarat bagipenguasaannya
d. Mengetur hal-hal mengenai tanahnya
2. Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum yang konkret
Hak penguasaan atas tanah ini sudahdihubungkan dengan tanah tertentusebagai objeknya dan orang atau badanhukum tertentu sebagai subjek ataupemegang haknya
Ketentuan-ketentuan pengusaan atas tanah
a. Mengatur hal-hal mengenai penciptaannyamenjadi suatu hubungan hukum yangkonkret dengan nama atau sebutan hakpenguasaan atas tanah tertentu
b. Mengatur hal-hal mengenaipembebanannya dengan hak-hak lain
c. Mengatur hal-hal mengenai pemindahannyakepada pihak lain
d. Mengatur hal-hal mengenai hapusnyae. Mengatur hal-hal mengenai
pembuktiaannya
Hierarki hak-hak pengusaan atas tanah dalam UUPA dan Hukum Tanah Nasional
1. Hak bangsa Indonesia atas tanah2. Hak menguasai dari negara atas tanah3. Hak ulayat masyarakat hukum adat4. Hak perseorangan atas tanah
Hak perseorangan atas tanah meliputi:
a. Hak-hak atas tanahb. Wakaf tanah hak milikc. Hak tanggungand. Hak milik atas satuan rumah susun
Hak Bangsa Indonesia atas tanah
Hak bangsa Indonesia atas tanahmerupakan hak pengusaan atas tanahyang tertinggi dan meliputi semuatanah yang ada dalam wilayahnegara, yang merupakan tanahbersama, bersifat abadi dan menjadiinduk bagi hak-hak penguasaan yanglain atas tanah (Pasal 1 ayat (1)-ayat(3)UUPA
Sifat-sifat hak bangsa Indonesia atas tanah
1. Sifat komunalistik, artinya semua tanahyang ada di wilayah Negara RI merupakantanah bersama rakyat Indonesia (Pasal 1ayat 1 UUPA)
2. Sifat religius, artinya seluruh tanah yangada dalam wilayah Negara RI merupakankarunia Tuhan Yang Maha Esa (Pasal 1 ayat2 UUPA)
3. Sifat abadi, artinya hubungan antarabangsa Indonesia dengan tanah akanberlangsung tiada terputus-putus untukselamanya (Pasal 1 ayat 3 UUPA)
Tanah bersama dalam Pasal 1 ayat 2UUPA sebagai kekayaan Nasionalmenunjukkan adanya unsurKeperdataan, yaitu hubungankepunyaan antara bangsa Indonesiadengan tanah bersama tersebut
Hak bangsa Indonesia atas tanahmengandung tugas kewenangan untukmengatur dan mengelola tanahbersama tersebut bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yangtermasuk dalam bidang hukum publik(Pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 UUPA)
Hak menguasai dari Negara Atas Tanah
Hak menguasai dari Negara atas tanahbersumber pada Hak Bangsa Indonesiaatas tanah, yang hakikatnya merupakanpenugasan pelaksanaan tugaskewenangan bangsa yang mengandungunsur hukum publik
Isi wewenang hak menguasai dari Negara atastanah, sebagaimana dimuat dalam Pasal 2 ayat2 UUPA,yaitu
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,persediaan dan pemeliharaan tanah;Termasuk dalam wewenang ini, adalah:
1. Membuat suatu rencana umum mengenai persediaan,peruntukkan dan penggunaan tanah untuk berbagaikeperluan(Pasal 14 UUPA Jo. UU No.24 tahun 1992 tentangpenataan ruang)
2. Mewajibkan kepada pemegang hak atas tanah untukmemelihara tanah termasuk menambah kesuburan danmencegah kerusakan (Pasal 15 UUPA)
3. Mewajibkan kepada pemegang hak atas tanah(pertanian)untuk mengerjakan atau mengusahakan tanahnyasendiri secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan(Pasal 10 UUPA)
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubunganhukum antara orang-orang dengan tanah
Termasuk wewenang ini, adalah: Menentukan hak-hak atas tanah yang dapat
diberikan kepada warga negara Indonesia baiksendiri-sendiri maupun bersama-sama denganorang lain, atau kepada badan hukum. Demikanhak atas tanah yang diberikan kepada warganegara asing (pasal 16 UUPA)
Menetapkan dan mengatur mengenai pembatasanjumlah bidang dan luas tanah yang dapat dimilikiatau dikuasai oleh seseorang atau badan hukum(pasal 7 Jo.pasal 17 UUPA)
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang danperbuatan hukum yang mengenai tanah
Tugas wewenang ini, adalah:1. Mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah RI (pasal 19 Jo.PP NO.24tahun 1997 tentang pendaftaran tanah)
2. Mengatur pelaksanaan peralihan hak atastanah
3. Mengatur penyelesaian sengketa-sengketapertanahan baik yang bersifat perdatamaupun tata usaha negara yangmengutamakan cara musyawarah untukmecapai kesepakatan
Tujuan hak menguasai dari negara atastanah dimuat dalam Pasal 2 ayat 3UUPA, yaitu untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dalamarti kebahagiaan, kesejahteraan dankemerdekaan dalam masyarakat dannegara hukum Indonesia yangmerdeka, berdaulat, adil dan makmur
Hak ulayat masyarakat hukum adat
Hak ulayat masyarakat hukum adatadalah serangkaian wewenang dankewajiban suatu masyarakat hukumadat, yang berhubungan dengan tanahyang terletak dalam lingkunganwilayahnya
Diatur dalam Pasal 3 UUPA
Hak ulayat masyarakat hukum adatdinyatakan masih apabila memenuhi 3unsur, yaitu:
1. Masih adanya suatu kelompok orang sebagai wargasuatu persekutuan hukum adat tertentu, yangmerupakan suatu masyarakat hukum adat
2. Masih ada wilayahnya yang merupakan ulayatmasyarakat hukum adat tersebut, yang disadarisebagai tanah kepunyaan bersama para warganya
3. Masih adanya penguasaan adat yang padakenyataannya dan diakui oleh para wargamasyarakat hukum adat yang bersangkutan,melakukan kegiatan sehari-hari sebagai pelaksanahak ulayat
Hak atas tanah
Hak atas tanah adalah hak yangmemberi wewenang kepada pemeganghaknya untuk menggunakan tanah ataumengambil manfaat dari tanah yang dihaki
Dasar hukum pemberian hak atas tanahkepada perseorangan atau badanhukum dimuat dalam Pasal 4 ayat 1UUPA
Wakaf tanah hak milik
Diatur dalam pasal 49 ayat 3 UUPA Wakaf tanah hak milik adalah hak
penguasaan atas tanah hak milik, yang olehpemiliknya (seseorang atau badan hukum)dipisahkan dari harta kekayaannya danmelembagakannya untuk selama-lamanyaguna kepentingan peribadatan ataukeperluan umum lainnya sesuai denga ajaranIslam
Hak tanggungan
Diatur dalam UU No.4 tahun 1996tentang hak tanggungan atas tanahbeserta benda-benda yang berkaitandengan tanah
Pengertian hak tanggungan
Hak tanggungan adalah hak jaminan yangdibebankan pada hak atas tanahsebagaimana dimaksudkan UU No.5 tahun1960, berikut atau tidak berikut benda-bendalain yang merupakan kesatuan dengan tanahitu untuk pelunasan utang tertentu, yangmemberikan kedudukan yang diutamakankepada kreditor tertentu terhadapa kreditor-kreditor lain
Hak milik atas satuan rumah susun
Diatur dalam Pasal 4 ayat 1 UUPA Hak milik atas satuan rumah susun adalah
hak milik atas satuan yang bersifatperseorangan dan terpisah, meliputi juga hakatas bagian bersama, tanah bersama dantanah bersama yang semuanya merupakansatu kesatuan yang tidak terpisahkan dengansatuan yang bersangkutan
Recommended