Aku Mau ke Mal Sendiri Aja!

Preview:

Citation preview

aku mau ke mal sendiri aja!

aku mau ke mal sendirian

words: tari sandjojo

Jika dilihat dari tahap perkembangannya, anak baru mulai bisa bepergian sendiri

di tempat umum, pada tahap remaja menengah, yaitu antara 13/14-17 tahun.

Bisa di sini maksudnya anak mulai bisa memilah antara sopan atau waspada terhadap orang asing. Secara fisik, anak juga sudah kuat untuk melawan.

Anak usia ini sudah bisa diberi alternatif cara membela diri,

sehingga dia tidak bingung jika ada rencana A, B, atau C.

Selain itu, pengenalan emosi diri Juga sudah lebih baik sehingga anak mengenali rasa

tidak nyaman. Insting terhadap bahaya juga sudah lebih tajam.

Lagipula, remaja menengah memang sudah tidak terlalu suka jika selalu 'dikuntit' orangtuanya.

Mereka merasa perlu terlihat mandiri oleh teman-temannya.

Lalu, bagaimana melatih anak agar lebih siap menghadapi bahaya di tempat umum?

Latih anak berteriak keras jika ada bahaya. Coba berlatih teriak dengan sungguh-sungguh,

sehingga bisa terdengar bila di dalam toilet tertutup.

Bisa juga latih anak cara bela diri dasar. Seandainya anak disergap dari belakang,

ia bisa menyikut ke arah tertentu atau menggigit atau menginjak kaki penyerang.

Cara lain yang lebih sederhana, minta anak selalu memperhatikan

posisi petugas keamanan, sehingga ia tahu harus lari ke mana.

Bagaimana jika anak perlu pergi sendiri ke toilet umum?

Misal karena anak laki-laki pergi bersama ibu atau anak laki-laki pergi bersama ayah?

Sampai dengen kelas 2 SD, anak laki-laki masih bisa ke toilet perempuan bersama ibu.

Bisa juga anak ke toilet sendiri, tapi ibu menunggu di dekat pintu

dan berteriaklah secara berkala ke dalam, misalnya, "Kak, sudah selesai?"

Agar orang lain sadar bahwa ibunya ada.

Sebaliknya, kalau anak perempuan bersama ayah, bisa dititipkan kepada ibu yang sedang bersama anak

perempuannya di toilet atau kepada petugas kebersihan.

Menitipkan ini agar ada yang bisa membantu anak, entah untuk buka pintu atau mencuci tangan.

Agar bantuan orang lain minimal, anak harus bisa membersihkan diri sendiri,

paling tidak dengan tisu basah dan sebisa mungkin ajak BAK/BAB sebelum pergi ke

tempat umum.

Mengajarkan rasa waspada pada anak tidak bisa dilakukan dengan serta merta.

Perlu proses dan dibangun lewat kebiasaan.

Biasanya, rayuan yang muncul berupa ajakan pergi, pemberian berupa makanan/minuman atau distraksi

berupa ajakan mengobrol terus menerus.

Maka, biasakan anak tidak berbicara dengan orang asing, tidak memberikan informasi pribadi sembarangan,

tidak menerima makanan/minuman dari orang asing, tidak mau diajak pergi oleh orang yang baru dikenal.

Jika bingung atau tidak enak menolak, alat terbaik adalah telepon orangtua

atau langsung masuk toko untuk minta bantuan atau mendekati petugas keamanan.

Bahas kemungkinan bahaya dan cara mengatasinya. bisa juga menggunakan kesepakatan

untuk saling menelepon dengan orangtua setiap satu jam.

Hindari anak berjalan-jalan sendirian tanpa tujuan di mal. Jika terpaksa sendirian kerena menunggu dijemput,

lebih baik menunggu di toko buku sambil melihat-lihat buku atau duduk di tempat ramai.

Ajarkan anak untuk selalu 'awas'. Jangan berjalan dengan headphone atau sibuk main telepon genggam.

Sikap jalan yang 'benar' juga harus diajarkan: berjalan tegak, pandangan ke depan

sehingga terlihat jelas bertujuan.

Orangtua harus tahu kapan melarang, kapan melepas, kapan mendampingi, dan kapan percaya saja.

Tidak mudah, tapi bisa didiskusikan dengan anak.

Terus terang saja pada anak kalau kita khawatir, sehingga orangtua bisa bernegosiasi untuk

minta ditelepon secara berkala sebagai ‘ganti’ supaya anak juga tahu ada yang harus dia 'bayar‘ agar ia bisa pergi sendiri tanpa dikuntit orangtua.

Ingat, anak baru bisa dilepas pergi sendiri di tempat umum

saat memasuki usia remaja menengah. Sebelum itu, jalan bareng bersama keluarga saja.

Recommended