View
43
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
artikel
Citation preview
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
Alzheimer (Khaidir Ibrahim 10611003), (Nurdianto Jiwanjono 10611002), (Luthfi Muawan 10611061),
(Rafiati Kania 10611073), (Maryanna Istiqomah Pratiwi 10611014), (Anis Balqis 10611024),
(Laurifa Kristalina 10611035)
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dapat dipengaruhi pada demensia adalah
intelegensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan masalah, orientasi, persepsi,
perhatian, konsentrasi, pertimbangan dan kemampuan sosial. Dari aspek medis, demensia
merupakan masalah yang tak kalah rumitnya dengan masalah yang terdapat pada penyakit
kronis lainnya. Ilmu kedokteran dan kesehatan mengemban misi untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia karena seseorang yang mengalami demensia pasti akan mengalami penurunan
kualitas hidup. Keberadaannya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat menjadi sebuah
beban dan tidak dapat hidup secara mandiri lagi. Tipe demensia yang sering ditemukan yaitu
demensia Alzheimer dan seiring dengan berjalannya waktu keberadaan penyakit ini semakin
bertambah di seluruh penjuru dunia termasuk negara kita Indonesia
Apa itu Alzheimer?
Alzheimer adalah jenis demensia yang
menyebabkan masalah dengan memori,
proses berpikir, dan perilaku. Gejala
biasanya berkembang secara perlahan dan
semakin memburuk dari waktu-kewaktu,
menjadi cukup parah hingga mengganggu
kegiatan sehari-hari. Alzheimer adalah
bentuk paling umum dari demensia, istilah
umum untuk kehilangan memori dan
kemampuan intelektual lain yang cukup
serius. Penyakit Alzheimer meliputi 50-80%
kasus demensia (Alzheimer's Association,
2012).
Penyakit alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif yang secara epidemiologi
terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang
menderita pada usia kurang 58 tahun disebut
sebagai early onset sedangkan kelompok
yang menderita pada usia lebih dari 58 tahun
disebut sebagai late onset. Penyakit
alzheimer dapat timbul pada semua umur,
96% kasus dijumpai setelah berusia 40 tahun
keatas. Schoenburg dan Coleangus (1987)
melaporkan insidensi berdasarkan umur:
4,4/1000.000 pada usia 30-50 tahun,
95,8/100.000 pada usia > 80 tahun. Angka
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
prevalensi penyakit ini per 100.000 populasi
sekitar 300 pada kelompok usia 60-69 tahun,
3200 pada kelompok usia 70-79 tahun, dan
10.800 pada usia 80 tahun. Diperkirakan
pada tahun 2000 terdapat 2 juta penduduk
penderita penyakit alzheimer. Sedangkan di
Indonesia diperkirakan jumlah usia lanjut
berkisar, 18,5 juta orang dengan angka
insidensi dan prevalensi penyakit alzheimer
belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan
jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak
tiga kali dibandingkan laki-laki. Hal ini
mungkin refleksi dari usia harapan hidup
wanita lebih lama dibandingkan laki-laki. Dari
beberapa penelitian tidak ada perbedaan
terhadap jenis kelamin (Alzheimer's
Association, 2012).
Sejarah Alzheimer
Penyakit alzheimer ditemukan pertama kali
pada tahun 1907 oleh seorang ahli Psikiatri
dan neuropatologi yang bernama Alois
Alzheimer. Ia mengobservasi seorang wanita
berumur 51 tahun, yang mengalami
gangguan intelektual dan memori serta tidak
mengetahui kembali ke tempat tinggalnya,
sedangkan wanita itu tidak mengalami
gangguan anggota gerak, koordinasi dan
reflek. Pada autopsi tampak bagian otak
mengalami atropi yang difus dan simetri, dan
secara nikroskopik tampak bagian kortikal
otak mengalami neuritis plaque dan
degenerasi neurofibrillary.
Dalam presentasi aslinya, Alzheimer
membahas defisit kognitif dan non-kognitif
dari Auguste D, dan melaporkan bahwa pada
post mortem, ia menemukan plaques,
kekusutan dan perubahan arteriosclerotic
dalam otaknya. Semua gejala yang
dinyatakan Alzheimer sudah dikenal pada
waktu itu, dan jelas dari tulisan-tulisannya
bahwa ia tidak pernah bermaksud untuk
mengatakan bahwa mereka baru. Sebagai
contoh, pandangan umum sebelum 1906
bahwa demensia pikun adalah "kehancuran
neurofibrillae terlihat lebih luas dari pada
dalam otak subjek yang lumpuh".
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
Sebuah interpretasi konservatif dari data
primer member kesan bahwa tujuan
Alzheimer hanyalah untuk menunjukkan
bahwa pikun bisa terjadi pada orang yang
lebih muda. Dalam hal ini, Perusini (seorang
pria yang bekerja dengan Alzheimer) menulis
bahwa, untuk Alzheimer "bentuk-bentuk
morbid tidak mewakili apapun kecuali bentuk
atipikal daridemensia pikun" (Berrios, 2004).
Pada tahun 1910, Kraepelin menciptakan
istilah 'penyakit Alzheimer' istilah yang masih
digunakan untuk merujuk pada penyebab
paling umum dari demensia (pikun). Selama
abad kedelapan belas, istilah 'demensia'
memiliki penggunaan klinis dan hukum,
mengacu pada keadaan ketidakmampuan
psikososial tanpa mempertimbangkan usia,
reversibilitas atau riwayat
patologis. Pandangan yang luas ini secara
bertahap dipersempit, memuncak pada akhir
abad kesembilan belas dengan apa yang
disebut 'paradigma kognitif' pandangan
bahwa demensia adalah gangguan
irreversibel (sebagian besar terjadi pada
orang tua) dari fungsi intelektual (terutama
memori). Paradigma ini masih ada hingga
hari ini, meskipun diubah sebagian selama
tahun 1980-an ketika diterima bahwa fitur
non-kognitif seperti halusinasi, delusi,dan
defisit perilaku adalah bagian dari penyakit
Alzheimer. Sebelum penerapan paradigma
kognitif, gejala tersebut benar-benar
merupakan bagian dari definisi pikun
(Berrios, 2004).
Hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit
Alzheimer
Penyakit alzheimer dapat ditimbulkan dari
faktor genetis maupun faktor aktivitas. Selain
itu, degenerasi mental serta kebiasaan
seseorang juga dapat menimbulkan gejala
penyakit ini. Seseorang dengan level stress
yang tinggi hingga mengakibatkan kondisi
burnout (stress,kebosanan, atau frustasi
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
yang dapat menyebabkan anda merasa letih,
mudah tersinggung, sering sakit, dan merasa
tua) akan menimbulkan penyakit alzheimer
(Bell,2012). Menurut Halim dkk (2009)
kemunculan penyakit alzeimer pada
penderita sindrom down terbilang tinggi
terutama pada usia 32 tahun ke atas. Hal ini
terjadi akibat mutasi gen APP yang terletak
pada kromosom 21. Selain itu, penderita
sindrom down wanita memiliki resiko yang
lebih tinggi dibandingkan dengan penderita
pria. Selain faktor penyakit genetis, penyakit
degeneratif seperti penyakit diabetes dapat
memunculkan penyakit ini. Menurut Bell
(2012), seseorang dengan penyakit diabetes
tipe 2 beresiko menimbulkan penyakit
alzheimer. Kadar gula darah dan insulin yang
tidak bekerja secara tepat dapat
menyebabkan inflamasi yang akan berujung
pada atrofi otot otak. Selain itu, faktor
obesitas juga berpengaruh dalam
meningkatkan penyakit ini. Menurut Bell
(2012), obesitas meningkatkan resiko
Alzheimer 80 % karena sel-sel lemak dapat
memproduksi hormone leptin yang
mempengaruhi pembelajaran dan ingatan.
Penyakit yang menyerang fungsi otot seperti
parkinson juga dapat menimbulkan penyakit
alzheimer. Hal ini terjadi akibat kemiripan gen
penyebab parkinson dengan alzheimer yang
dihasilkan dari pemetaan gen pada human
genome project (Robert dkk, 2003). Selain
faktor penyakit, penyakit alzheimer juga
dapat diakibatkan dari konsumsi alkohol yang
berlebihan. Menurut Bell (2012), konsumsi
alkohol terlalu banyak dapat mempercepat
penyusustan (atrofi) otak yang akan memicu
kemunduran fungsi saraf dan fungsi kognitif.
Apa saja gejala-gejala penyakit alzheimer?
Pada umumnya penyakit ini muncul pada
usia 60 tahun. Menurut hopkins(2011),
gejala-gejala alzheimer dibagi ke dalam
empat tingkatan. Tingkatan awal terdiri dari
gejala-gejala klinis awal. Tingkatan
selanjutnya yang merupakan penyakit
alzheimer ringan berupa perusakan aspek
kognitif ringan. Penyakit alzheimer tingkat
menengah (moderate alzheimer) dan
penyakit alzheimer tingkat akhir (severe
alzheimer). Berikut ini adalah tingkatan gejala
penyakit alzheimer (hopkins,2011) :
Gejala awal
Masalah memori seperti kesulitan
menemukan kata-kata yang tepat dalam
menafsirkan sesuatu merupakan salah satu
gejala awal penyakit ini. Gejala awal
penderita alzheimer dapat dideteksi dengan
bantuan biomarker yang membantu
pengukuran kualitatif dan kualitatif pada
keadaan otak pasien. Biomarker tersebut
mengindikasikan perubahan level beta-
amiloid dan tau, keberadaan peradangan
pada bagian otak, dan perubahan pada
kemampuan kognitif. Alat yang dapat
membantu dokter dalam diagnosis awal
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
penyakit ini yaitu MRI (magnetic resonance
imaging) dan scanning PET
Penyakit alzheimer ringan (mild alzheimer
disease)
Tanda-tanda gejala awal mulai berkembang
ditandai dengan adanya penurunan
kemampuan memori dan bukti perubahan
kemampuan aspek kognitif seperti mudah
tersesat ketika dalam perjalanan, kesulitan
membayar uang ataupun menyimpan uang,
sering mengulang pertanyaan, melakukan
perkerjaan sehari-hari dalam durasi waktu
yang cukup lama, dan disertai dengan
perubahan emosi dan kepribadian yang
dominan.
Penyakit alzheimer tingkat sedang
(moderate alzheimer disease)
Pada tingkatan ini, kerusakan otak terjadi
pada daerah yang mengatur bahasa,
penalaran, proses sensori, serta kesadaran.
Gejala - gejala penyakit ini yaitu tingkat
kecemasan yang tinggi, kesulitan otak dalam
mengolah memori, sulit mengenal anggota
keluarga dan teman, ketidakmampuan dalam
menyerap ilmu baru serta sering menglami
halusinasi hingga paranoid.
Penyakit alzheimer tingkat berat (severe
alzheimer disease)
Seseorang dengan penyakit ini tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan memiliki
tingkat ketergantungan dengan orang lain
yang tinggi. Pada akhirnya, keinginan
seseorang untuk melakukan aktivitas akan
semakin berkurang. Gejala-gejala penyakit ini
yaitu ketidakmampuan dalam berkomunikasi,
penurunan berat badan,kesulitan dalam
menelan makanan, penurunan pengaturan
tubuh terhadap eksresi urin dan feses hingga
penuruna resistensi tubuh terhadap rasa
sakit.
Kenapa penyakit ini berbahaya?
Penyakit alzheimer dapat mengakibatkan
kemunduran aspek kesadaran (kognitif)
sehingga penalaran dan penafsiran keadan
mengalami kemunduran. Selain itu, tingkat
depresi pasien alzheimer dapat berakibat
buruk terhadap kondisi fisik dan mental
seseorang. Menurut penelitian yang
dilakukan Starkstein dkk pada tahun 2007, 16
persen penderita alzheimer melakukan
tindakan bunuh diri selama evaluasi klinis
yang dilakukan selama sebulan. Hal ini
menunjukan bahwa kemunduran aspek
kognitif dapat berakibat buruk terhadap
kesadaran seseorang sehingga melakukan
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
tindakan bunuh diri. Selain tindakan bunuh
diri, penderita alzheimer juga dapat
mengakibatkan imunitas tubuh menurun
drastis hingga tubuh tidak dapat mengatasi
penyakit yang menyerang tubuh pasien.
Menurut Migliorelli dkk (1995), pasien
alzheimer tingkat tinggi menunjukan durasi
penyakit yang lama secara signifikan sebagai
akibat dari kerusakan kognitif yang parah dan
penurunan aktivitas harian pasien.
Faktor Yang Dapat Mempengaruhi
Penyakit Alzheimer
Menurut National Institute of Health and
Clinical Excellence (NICE), US, penyakit
Alzheimer dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab antara lain :
1. Usia
Usia yang semakin bertambah merupakan
salah satu faktor risiko utama munculnya
penyakit Alzheimer. Penuaan tidak selalu
diiringi penyakit Alzheimer, namun risiko
terkena penyakit ini akan semakin meningkat
seiring bertambahnya usia. Setelah
seseorang mencapai usia 65 tahun, maka
risiko terkena Alzheimer akan meningkat
menjadi dua kali lipat setiap lima tahun.
Sekitar setengah dari orang yang berusia 85
tahun menderita Alzheimer. Namun orang
yang mengalami perubahan genetik yang
langka sering mengembangkan penyakit
Alzheimer dan mulai menampakkan gejala
penyakit ini pada usia 40-an atau 50-an
tahun.
2. Riwayat Keluarga dan Genetika
Risiko Alzheimer akan meningkat jika ada
anggota keluarga dekat (orangtua, kakak,
adik, anak) menderita penyakit ini. Para
ilmuwan berhasil mengidentifikasi perubahan
atau mutasi pada tiga gen yang bertanggung
jawab terhadap munculnya penyakit
Alzheimer. Namun, mutasi gen ini hanya
berkontribusi kurang dari 5 persen dari
penyakit Alzheimer. Sebagian besar
mekanisme munculnya Alzheimer di antara
anggota keluarga tetap belum terjelaskan.
Peneliti menemukan bahwa gen yang
menjadi risiko terkuat dari Alzheimer adalah
apolipoprotein e4 (APOE-e4).
3. Gangguan Kognitif Ringan
Orang yang mengalami gangguan kognitif
ringan (Mild Cognitive Impairment) memiliki
masalah ingatan atau gejala lain dari
penurunan kognitif yang lebih buruk daripada
yang seharusnya terjadi di usia mereka,
namun belum cukup parah untuk didiagnosis
sebagai demensia. Meskipun masih belum
pasti, mereka yang mengalami gangguan
kognitif ringan memiliki risiko lebih besar
untuk mengalami demensia.
Pengobatan pada Penyakit Alzheimer
Hingga saat ini belum ditemukan adanya
obat untuk penyakit Alzheimer. Namun, saat
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
ini telah tersedia obat yang dapat
meringankan beberapa gejala sementara,
atau memperlambat perkembangan
alzheimer pada beberapa orang. Orang
dengan penyakit Alzheimer telah terbukti
memiliki kekurangan asetilkolin kimia dalam
otak mereka. Obat Aricept, Exelon dan
Reminyl (nama dagang untuk hydrochloride
Donepezil, rivastigmine dan galantamine)
bekerja dengan mempertahankan pasokan
asetilkolin. Pada Maret 2011, obat ini
dianjurkan sebagai pilihan bagi orang-orang
pengidap Alzheimer baik yang ringan
maupun yang akut. Efek sampingnya
penggunaan obat-obat tersebut dapat berupa
diare, mual, insomnia, kelelahan dan
kehilangan nafsu makan (National Institute of
Health and Clinical Excellence, 2012).
Sebuah obat yang disebut Ebixa (nama
dagang untuk memantine) diluncurkan di
Inggris pada tahun 2002. Ebixa bekerja
dengan cara yang berbeda dari tiga obat
yang telah disebutkan sebelumnya, dan
merupakan satu-satunya obat yang
dianjurkan untuk penderita Alzheimer baik
yang sedang maupun yang akut. Efek
samping yang ditimbulkan pada penggunaan
obat ini antara lain pusing, sakit kepala dan
kelelahan. Obat ini tidak menyembuhkan,
tetapi dapat bekerja menstabilkan beberapa
gejala penyakit Alzheimer untuk jangka waktu
yang terbatas, biasanya 6-12 bulan atau
lebih.
Teknologi Pembantu Penderita Alzheimer
Dalam ilmu mengenai penyakit demensia,
termasuk Alzheimer, terdapat istilah yang
disebut Teknologi pembantu yang merujuk
pada suatu sistem atau alat yang dapat
membantu seseorang mengerjakan hal yang
sudah tidak bisa dilakukannya, atau untuk
memudahkan serta keamanan bagi
penggunanya. (Royal Commission on Long
Term Care, 1999).
Alat ini termasuk juga alat yang membantu
seseorang dengan masalah berbicara,
mendengar, pengelihatan, pergerakan,
keluardanmasuk, ingatan, kognisi, bersosial
serta aktivitas sedhari-hari
Teknologi pembantu dapat berupa alat
sederhana hingga alat-alat canggih. Berikut
beberapa teknologi pembantu:
1. Pesan pengingat : ketika seseorang
keluar rumah, ada alat pengingat
berupa suara (misalnya suara
anggota keluarga yang dikenal) untuk
mengingatkan mengunci pintu,
jamgan pulang malam, dan lain
sebagainya).
2. Jam pengingat : jam yang dapat
menunjukkan sore atau pagi untuk
orang yang sering disorientasi waktu.
3. Sepatu yang terintegrasi dengan
sistem GPS : Sepatu ini ditempelkan
perangkat GPS pada bagian sol,
kemudian para pengasuh dapatb
memonitor kemana pemakai pergi
dari jarak jauh dan akan ada
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
peringatan apabila jarak tempuh
sudah di luar area aman (terlalu jauh).
Daftar Pustaka
National Institute of Health and Clinical Excellence (NICE). 2012. “Alzheimer’s Disease”.
http://www.nia.nih.gov/alzheimers/publication/alzheimers-disease-fact-sheet. Diakses
tanggal 17 Desember 2012 pukul 17.40 WIB.
Royal Commision Elderly. “Alzheimer”.www.royal-commission-elderly.gov.uk/ diakses pada
tanggal 19 Desember 2012 pukul 22.00
Alzheimer Organization. “What is Alzheimer”.
http://www.alz.org/alzheimers_disease_what_is_alzheimers.aspdiaksespadatanggal 19
Desemberpukul 00:36 AM
Berrios, German E. 2004.http://genome.wellcome.ac.uk/doc_WTD020951.html.
Diaksespadatanggal 18 Desember 2012 pukul 10:34 PM
Bell, Virgina. 2012. A Dignified Life: The Best Friend Approach of Alzheimer's cares. HCL
BOOKS:NewYork.
Halim, Herman dan Adhy Tjahyanto. 2009. “Demensia Alzheimer Pada Penderita Sindrom
Down”. Jurnal Kedokteran Damianus (8)2:89-92.
Robert, L. Nussbaum M.D dan Christopher E. Ph.D. 2003. “Alzheimer Disease and Parkinson
Disease”. The new england jorunal of medecine.
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
Hopkins, Hellen. 2011. “The Symptoms of Alzheimer Disease”.
http://www.nia.nih.gov/alzheimers/publication/understanding-alzheimers-disease/what-
are-signs-alzheimers-disease.html diakses pada tanggal 19 desember 2012 pukul
00:44.
Starkstein SE, Jorge R, Mizrahi R, Adrian J, Robinson RG. 2007. ”Insight and Danger In
Alzheimer's Disease”. National Center of Biotechnological Information14(4):55-60.
Migliorelli R, Tesón A, Sabe L, Petracca G, Petracchi M, Leiguarda R, Starkstein SE.1995.
“Anosognosia in Alzheimer's Disease: A Study of Associated Factors”. National Center
of Biotechnological Information14(4):61-66.
Sesi Tanya Jawab
1. Pertanyaan : Tadi disebutkan bahwa radikal bebas dapat memicu terjadinya alzheimer.
Kenapa bisa begitu?
Jawab : Benar, radikal bebas memang dapat memicu terjadinya alzheimer, ini
disebabkan oleh sifat radikal bebas yang merusak. Radikal bebas merupakan senyawa
yang kekurangan elektron, untuk menutupi kekurangan elektronnya, mereka mengambil
elektron dari struktur apapun didekatnya. Akibatnya struktur tersebut menjadi berkurang
fungsinya atau bahkan menjadi rusak sama sekali. Pada kasus alzheimer, radikal bebas
mengambil elektron dari penyusun-penyusun neuron di otak sehingga neuron menjadi
rusak, dalam keadaan yang parah ini dapat menyebabkan alzheimer. Sebenarnya, radikal
bebas tidak secara spesifik dapat menyebabkan alzheimer, dengan mekanisme perusakan
seperti itu, radikal bebas juga menyebabkan penyakit-penyakit lain bergantung struktur
apa yang dirusaknya.
2. Pertanyaan : Tadi disebutkan bahwa wanita lebih banyak mengidap alzheimer.
Benarkah? Mengapa bisa begitu? Sebenarnya resiko tertinggi pada pria atau wanita?
Jawab : Benar. Wanita memang lebih banyak mengidap alzheimer. Ini
dikarenakan angka harapan hidup wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Pada umur
tertentu dimana seseorang banyak mengidap alzheimer lebih banyak dicapai oleh wanita
sementara pria banyak yang sudah meninggal. Itulah mengapa alzheimer lebih banyak
ditemukan pada wanita. Namun pada kenyataannya, pria lebih berisiko mengidap
Alzheimer
Kelompok 4
Anatomi dan Fisiologi Hewan
alzheimer. Hal ini terjadi karena gen-gen yang bertanggung jawab menyebabkan
alzheimer berada di kromosom X dengan sifat resesif. Ketika pria memiliki gen dengan
sifat resesif pada kromosomnya, maka sifat itu tidak dapat ditutupi, sementara pada
wanita, ketika salah satu kromosomya mengandung gen resesif, ia masih memiliki satu
kromosom X lagi yang dapat menutupi sifat tersebut. Wanita akan terkena alzheimer
ketika kedua kromosomnya mengandung gen yang bersifat resesif. Itulah mengapa pria
lebih berisiko.
Recommended