View
10
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
Analisis dan Perancangan Jaringan Fiber To The Home Provisioning Type-3
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
(Studi Kasus : Perumahan Permata Gumpang Kab. Sukoharjo)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepadaFakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Peneliti:Kurniawan Harry Prasetya (672015061)
Wiwin Sulistyo, ST., M.Kom.
Program Studi Teknik InformatikaFakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Januari 2019
Analisis dan Perancangan Jaringan Fiber To The Home Provisioning Type-3 Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
(Studi Kasus : Perumahan Permata Gumpang Kab. Sukoharjo)Kurniawan Harry PrasetyaFakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya WacanaJl. Dr. O. Notohamidjojo 1-10, Salatiga 50715, Indonesia
Email: 672015061@student.uksw.edu
AbstractDevelopment technology rapid telecommunications triggering increased
need for telecommunications services faster and efficient. Fiber To The Home(FTTH) is a technology telecommunication new that use network fiber optic foraccess house the intended customer. However,quality access servise the goodone doesn’t only determined by the media used but too determined bydetermination lane closest (point connect closest) provider to client. TheAnalytical Hierarchy Process (AHP) method can provide the closest distancecomparison to determine the location of the pole used in the design of the Type-3 FTTH Provisioning network. This method provides subjective value for eachpathway determination criteria and determines whitch criteria have the highestpriority in determining the closest path.In this study the closest path selectionwas produced with a final weight of 0.63 for housing Permata Gumpang 2Regency Sukoharjo and PT. Telkom Akses Solo.Keywords: Fiber To The Home, Type-3 Provisioning, AnalyticalHierarchy Process
AbstrakPerkembangan teknologi telekomunikasi yang pesat memicu peningkatan
kebutuhan layanan telekomunikasi yang lebih cepat dan efisien. Fiber To TheHome (FTTH) merupakan sebuah teknologi telekomunikasi baru yangmenggunakan jaringan fiber optic untuk mengakses rumah pelanggan yangdituju. Namun, kualitas akses layanan yang baik tidak hanya ditentukan olehmedia yang digunakan tetapi juga ditentukan oleh penentuan jalur terdekat (titiksambung terdekat) provider kepada client. Metode Analytical HierarchyProcess (AHP) dapat memberikan perbandingan jarak terdekat untukmenentukan letak tiang yang digunakan dalam perancangan jaringan FTTHProvisioning Type-3. Metode ini memberi nilai subjektif terhadap masing-masing kriteria penentuan jalur dan menetapkan kriteria mana yang memilikiprioritas paling tinggi dalam menentukan jalur terdekat. Dalam penelitian inidihasilkan pilihan jalur terdekat dengan bobot akhir 0,63 bagi PerumahanPermata Gumpang 2 Kabupaten Sukoharjo dan PT. Telkom Akses Solo.Kata Kunci : Fiber To The Home, Provisioning Type-3, Analytical HierarchyProcess
1. Pendahuluan
Di era globalisasi ini kebutuhan akses layanan semakinmeningkat.Hal ini dapat dilihat pada penggunaan jaringan komunikasidata yang tidak hanya didominasi oleh komunikasi yang berupa teks dangambar tetapi berkembang dalam bentuk suara dan video (multimedia).Seluruh informasi dikirimkan dalam satu media yang sama baik ituberupa teks, gambar, suara maupun video. Oleh sebab itu, dibutuhkanmedia transmisi yang handal untuk dapat melewatkan berbagai layanantersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Permasalahan yang muncul saat ini adalah ternyata kualitas akseslayanan tidak hanya ditentukan oleh media yang digunakan tetapi jugaditentukan oleh penentuan jalur terdekat (titik sambung terdekat) padajaringan akses Fiber To The Home Provisioning (FTTH) yang disediakanoleh provider kepada client. Hal ini terjadi pada Perumahan PermataGumpang di Kabupaten Sukoharjo yang membutuhkan analisis danperancangan sesuai dengan kebutuhan jumlah demand dan jenis layananyang diminta oleh pihak perumahan. Oleh sebab itu perlu dilakukananalisis dan perancangan yang menyangkut jumlah demand, jenislayanan serta penentuan jalur terdekat (memiliki redaman bernilaimendekati nol). Selain itu, analisis dan perancangan pada penelitian inidisesuaikan dengan standard yang diterapkan oleh PT. Telkom Akses dankabel Fiber Optic (FO) dengan standard ITU-T G.652a dan G.657 untuktrafik downlink dari Optical Line Terminal (OLT) sampai ke OpticalNetwork Termination (ONT).
Metode yang di gunakan untuk penentuan jarak terdekat adalahAnalytical Hierarchy Process (AHP). AHP adalah metode untukmemecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalambeberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilaisubjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, danmenetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi gunamempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penelitian inimenghasilkan perancangan Fiber To The Home (FTTH) ProvisioningType-3 pada Perumahan Permata Gumpang di Kabupaten Sukoharjo.Metode yang di gunakan untuk penentuan titik sambung terdekat clientadalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Penghitungan jarak terdekatberdasarkan jarak kabel dari Optical Distribution Cabinet ODC menujuke Optical Distribution Point ODP. Hasil akhir dari penelitian ini adalahberupa model yang berbentuk gambar jalur FTTH serta proses penentuanjalur tedekat (titik sambung) yang menggunakan metode AHP dengankriteria yang di gunakan jarak autocad, jarak OTDR dan prospekkedepan.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian berjudul Analisis Perancangan Jaringan FTTH AreaJakarta Garden City (Jakarta Timur) Dengan Metode Link Power Budgetdan Rise Time Budget, membahas peningkatan kebutuhan bandwidthyang lebar dan kecepatan transfer data yang tinggi mendorongpengembangan jaringan berbasis serat optic hingga ke layanan rumahanFTTH seperti kawasan hunian Jakarta Garden City. Perancangan jaringanFTTH berbasis Gigabit Passive Optical Network (GPON) mengikutistandar ITU-T dengan proses perancangan jaringan menggunakanGoogle Earth dan Optic System kemudian penghitungan link powerbudget dan rise time budget, dan pengukuran kinerja berdasarkanspektrum sinyal elektrik dan spektrum optik. Berdasarkan hasilpenghitungan didapatkan nilai link budget rata-rata 22 dBm, margin daya3 dBm dan rise time budget untuk downstream menggunakan bit rate2,488Gbps sebesar 0,27ns. Upstream menggunakan bit rate 1,244 Gbpssebesar 0,25ns. RF Spectrum Analyzer dan Optical Spectrum Analyzermenampilkan grafik sinyal optik dengan puncak sebesar -19,94 dBm dangrafik sinyal elektrik, nilai sebesar -66,44 dBm. Semua parameterpengukuran menghasilkan nilai yang memenuhi standar jaringan FTTHberdasarkan ITU-T [1].
Pada penelitian Perancangan Jaringan Akses FTTH DenganTeknologi Gigabyte Passive Optical Network (GPON) di WilayahPermata Buah Batu I dan II, membahas perkembangan teknologi yangpesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, memicu masyarakatmodern mendapatkan layanan praktis, mudah, dan efisien. Makadiperlukan jaringan yang dikenal FTTH yang menggunakan teknologiGPON sebagai standar perangkatnya. Perumahan Permata Buah Batu Idan II yang terletak di kawasan Kabupaten Bandung Jawa Baratmerupakan lokasi penelitian Tugas Akhir ini, dimana provider yangdigunakan sebagai sumber data dipilih PT. Telkom. Pada penelitian iniada beberapa metode yang digunakan yaitu survey lokasi, peramalan atasperistiwa sebelumnya, perancangan dengan variabel terkait, sertapenelitian hasil dengan analisis. Dimana analisis yang digunakan padaTugas Akhir ini adalah perhitungan power link budget, rise time budget,serta bit error rate. Hasil atas perancangan ini ditinjau dari downstreamdidapat nilai link power budget sebesar -21,929 dBm untuk PBB I dan-21,777 dBm untuk PBB II. Nilai ini masih berada dibawah sensitivitasyaitu senilai -27 dBm, sehingga kualitas masih baik. Analisa rise timebudget di perancangan ini pun masih lulus kelayakan sistem karena nilaitsys masih jauh dibawah nilai batas pengkodean. Baik PBB I maupunPBB II dalam pengiriman downstream didapatkan nilai batas 0,56270096ns untuk jenis pengkodean NRZ. Dimana hasil perhitungan tsys yangdidapat dari PBB I senilai 0,06296 ns sedangkan untuk PBB IIdidapatkan nilai 0,06289 ns. Selain itu dalam analisis nilai BER didapat
nilai 9.4952 x 10-18 untuk PBB I sedangkan di PBB II bernilai jauh lebihbaik yaitu sebesar 8.77867 x 10-264 [2].
Pada penelitian yang berjudul Analisis Jaringan Fiber To TheHome (FTTH) Berteknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON)yang di lakukan oleh Brilian Dermawan, membahas Serat optikmerupakan media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengankapasitas besar dan teknologinya disebut Jaringan Lokal Akses Fiber(JARLOKAF). Salah satu perkembangan JARLOKAF yaitu FTTH.Pembangunan jaringan FTTH menggunakan teknologi GPON.Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan analisis jaringan FFTHberteknologi GPON dengan parameter daya transmisi di Optical LineTerminal, daya receiver, redaman kabel serat optik, konektor, passivesplitter, dan sambungan. Hal tersebut dilakukan dengan metode linkpower budget. Setelah itu dilakukan pengembangan jaringan FTTHdengan merancang jalur distribusi sebanyak tiga opsi dan menganalisismenggunakan metode link power budget dan rise time budget. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa daerah Meranti dengan 40 pelangganterakhir memiliki Presensitivitas rata-rata uplink -23,8 dBm dandownlink - 23,6 dBm sehingga margin daya yang didapatkan adalah 4,1dBm untuk uplink dan 4,3 dBm untuk downlink. Sedangkan padaperencanaan pengembangan jaringan Meranti didapatkan bahwa opsikedua menjadi opsi yang terbaik dengan jarak total 5,422 km memilikiPresensitivitas terbesar, yakni -25,8 dBm untuk uplink dan -25,2 dBmuntuk downlink sehingga margin daya yang didapatkan adalah 2,2 dBmuntuk uplink dan 2,8 untuk downlink dan rise time total sebesar 0,258 nsuntuk uplink dan 0,283 ns untuk downlink [3].
Provisioning Type-3 (PT3) adalah proses penyediaan suatu layananjaringan FFTH yang mencakup persiapan material, aksesoris dan alatuntuk pemasangan Optical Distribution Point (ODP) baru, penarikandrop cable sampai ke Optical Termination Premises (OTP). Provisioningdilakukan dari pemasangan kabel distribusi baru, pemasangan ODPsampai dengan pemasangan drop cable ke pelanggan (belum terdapatrute atau rute habis secara kapasitas) [4].
Analytic Hirearchy Process (AHP) merupakan teknik terstrukturuntuk mengatur dan menganalisis keputusan yang kompleks berdasarkanmatematika dan psikologi yang dikembangkan pertama kali oleh ThomasL. Saaty, ahli matematika yang bekerja di University of Pittsburgh diAmerika pada tahun 1970 [5].
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleksdengan menstruktur suatu hierarki kriteria, pihak yang berkepentingan,hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkanbobot atau prioritas.
Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHPdidasarkan pada langkah-langkah berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum,dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihanyang ingin dirangking.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yangmenggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elementerhadap masing–masing tujuan atau kriteria yang setingkatdiatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan ataujudgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat-tingkatkepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnyamenggunakan skala yang ditetapkan Saaty [6].
IntensitasKepentinga
nDefinisi Penjelasan
1 Kriteria sama pentingKedua kriteria memiliki
pengaruh kepentingan yangsama
3Kriteria satu sedikit lebihpenting dibanding kriteria
lainnya
Penilaian sedikit memihakpada salah satu kriteria
dibanding kriteria lainnya
5Kriteria satu sedikit lebihpenting dibanding kriteria
lainnya
Penilaian memihak padasebuah kriteria dibanding
kriteria lainnya
7Kriteria satu sangat
penting dibanding kriterialain
Suatu kriteria lebih dominandibandingkan kriteria
lainnya
9Kriteria satu sangat
penting dibanding kriterialain
Suatu kriteria merupakankriteria tertinggi daripada
variabel lainnya
2,4,6,8Nilai-nilai diantara dua
pertimbangan yangberdekatan
Kompromi diperlukanantara dua pertimbangan
Tabel 1. Skala Saaty Bobot Kriteria AHPBerikut ini adalah contoh matriks perbandingan berpasangan pada suatu tingkat hierarki,
Baris 1 kolom 2: jika E dibandingkan dengan F, maka menurut skala Saaty E lebih penting atau disukai daripada F sebesar 5, artinya E Sangat penting atau sangat penting daripada F. Angka 5 bukan berarti bahwa E lima kali lebih besar dari F. Demikian juga untuk yang resiprokal pada baris 3 kolom 1 dibaca terbalik
sehingga mempunyai arti E menunjukkan kepentingan daripadaG.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemendi dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiapkolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jikatidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perludiulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigenvector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlabataupun manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan
berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen.Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritaselemen-elemen pada tingkat hierarki terendah sampai pencapaiantujuan.
Berdasarkan penelitian yang pernah di lakukan sebelumnya, terkaitperancangan jaringan FTTH yang sudah dilakukan di atas, makapenelitian ini memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan yang mendasaryaitu objek studi kasus yang berbeda dengan penelitian sebelumnya danlebih mengarah pada provisioning type-3. Pada penelitian ini digunakanmetode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk menghasilkanperbandingan jarak terdekat penempatan tiang dari ODC ke ODP untukdipasang dalam perancangan jaringan FTTH.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalahmodel PPDIOO (Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, andOptimize).Model penelitian pada Gambar 1, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 1. Tahapan Model Penelitian PPDIOO [10]
1. Fase Prepare (Persiapan)Pada fase prepare, ditetapkan kebutuhan organisasi dan bisnis,
pengembangkan strategi jaringan, dan pengusulkan konsep arsitekturdengan level tingkat tinggi, untuk mendukung suatu strategi, yang sesuaidengan kemampuan keuangan pada organisasi atau perusahaan tersebut[10] Dalam tahap pertama penelitian ini dilakukan persiapan yangmeliputi persiapan alat dan software yang serta melakukan Site Surveyatau survei lapangan untuk menentukan demand dan batas area layananODC dan ODP termasuk menentukan rute jalur kabel, tiang, ODP danODC.
2. Fase Plan (Perencanaan) Pada fase plan, diidentifikasi persyaratan jaringan berdasarkan tujuan,fasilitas, dan kebutuhan pengguna. Fase ini mendeskripsikan karakteristiksuatu jaringan yang bertujuan untuk menilai jaringan tersebut, melakukangap analisis pada perancangan terbaik sebuah arsitektur, dengan melihatperilaku dari lingkungan operasional. Sebuah perencanaan proyekdikembangkan untuk mengelola tugas-tugas (tasks), pihak-pihak yangbertanggung jawab, batu pijakan (milestones), dan semua sumber dayauntuk melakukan desain dan implementasi. Perencanaan proyek harussejalan dengan ruang lingkup (batasan), biaya dan parameter sumberdaya yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis[10].3. Fase Design (Desain)
Pada fase design, dikembangkan desain jaringan berdasarkanpersyaratan teknis dan bisnis yang diperoleh dari kondisi sebelumnya.Spesifikasi desain jaringan adalah desain yang bersifat komprehensif danterperinci yang memenuhi persyaratan teknis dan bisnis saat ini. Jaringan
tersebut haruslah memenuhi syarat : ketersediaan, kehandalan,keamanan, skalabilitas dan kinerja. Hasil desain termasuk diagramjaringan dan daftar peralatan-peralatan. Rencana proyek harus terusdiperbarui dengan informasi yang lebih terperinci untukdiimplementasikan[10]. Setelah tahap desain disetujui, fase implementasidimulai. Pembuatan desain Jaringan OSP (Out Side Plant ) mulai dariOLT/ODF-Kabel Feeder- ODC-kabel Distribution –ODP di dalamaplikasi Autocad. Setelah desain selesai selanjutnya adalah menghitungkebutuhan core minimal kabel Feeder dari OLT/ODF ke ODC dankebutuhan core minimal kabel distribution dari ODC ke masing-masingODP yang sudah didesain.
4. Fase Implement (Implementasi)Pada fase implement, dilakukan instalasi dan konfigurasi peralatan-
peralatan baru sesuai spesifikasi desain. Perangkat-perangkat baru iniakan mengganti atau menambah infrastruktur yang ada. Perencanaanproyek juga harus diikuti selama fase ini, jika ada perubahan seharusnyadisampaikan dalam pertemuan (meeting), dengan persetujuan yangdiperlukan untuk dilanjutkan. Setiap langkah dalam implementasi, harusmenyertakan deskripsi, rincian pedoman pelaksanaan, perkiraan waktuuntuk penerapan, evaluasi (rollback) langkah-langkah jika terdapatkegagalan, dan informasi-informasi lainnya sebagai referensi tambahan.Seiring perubahan yang telah diimplementasikan, tahapan ini jugamenjadi langkah pengujian, sebelum pindah ke fase operasional (operatephase)[10]. Dalam tahap implementasi, desain yang dibuat direalisasikandi lapangan dan dilakukan perhitungan spesifikasi dan jumlah peralatanPeralatan Aktif (OLT, ONT) Peralatan Pasive (ODC, ODP, kabel Feeder,Distribution,Splitter, Patchord), Pekerjaan Sipil : Duct, Manhole, GalianTanah, Pipa PVC, HDPE, Jasa pekerjaan Instalasi : Pemasanganperalatan, Penyambungan, Perizinan dan membuat perhitungan Bill andQuantity (B/Q) untuk pengadaan barang dan Jasa.
5. Fase Operate (operasional)Fase operasional adalah mempertahankan ketahahan kegiatan
sehari-hari jaringan. Operasional meliputi pengelolaan dan monitorkomponen-komponan jaringan, pemeliharaan routing, mengelolakegiatan upgrade, mengelola kinerja, mengidentifikasi dan mengoreksikesalahan jaringan. Tahapan ini adalah ujian akhir bagi tahapan desain.Selama operasi, manajemen jaringan harus memantau stabilitas dankinerja jaringan, Deteksi kesalahan, koreksi konfigurasi, dan kegiatan-kegiatan pemantauan kinerja, yang menyediakan data awal untuk faseselanjutnya, yaitu fase optimalisasi (optimize phase)[10].
6. Fase Optimize (Optimalisasi)Fase optimalisasi, melibatkan kesadaran proaktif seorang
manajemen jaringan dengan mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah, sebelum persoalan tersebut mempengaruhi jaringan. Faseoptimalisasi, memungkinkan untuk memodifikasi desain jaringan, jikaterlalu banyak masalah jaringan yang timbul, kemudian juga untukmemperbaiki masalah kinerja, atau untuk menyelesaikan masalah-masalah pada aplikasi (software). Persyaratan-persayaratan untuk desainjaringan yang dimodifikasi mengarahkan perkembangan jaringantersebut, kembali ke awal siklus hidup dalam model fase PPDIOO.Dalam penelitian ini setelah berhasil melakukan operasional dengan baikmaka selanjutnya adalah proses optimalisasi dengan cara membersihkanTemporary Internet File agar performanya tidak mengalami penurunandan melakukan Update system secara berkala serta dapat juga melakukanUpgrade layanan internet yang di gunakan[10].
4. Hasil Dan Pembahasan
Adapun langkah-langkah persiapan AHP dalam Perancanganjaringan FTTH Area Perumahan Permata Gumpang 2 KabupatenSukoharjo adalah mendefinisikan masalah dan solusi yang diinginkan.Berdasarkan informasi yang tersedia, terdapat kriteria-kriteria dalammenentukan lokasi optimal untuk jalur baru, diantaranya:
a. Jarak hitung menggunakan alat OTDR antar perangkatjaringan yang dirancang memiliki nilai yang relatif sedikit.
b. Jarak hitung menggunakan aplikasi AutoCad antar perangkatjaringan yang dirancang memiliki nilai yang relatif sedikit.
c. Memiliki prospek kedepan yang baik jika suatu jalur atautempat diberikan perangkat jaringan.
Gambar 2. Flowchart Proses Mencari Jalur Terdekat
Gambar 2 menunjukkan proses mencari jalur perancangan jaringanFiber To The Home yang terdekat berdasarkan 3 alternatif jalurperancangan jaringan Fiber To The Home yang telah dikerjakan. Prosesmencari jalur terdekat dimulai dengan menginputkan data dan nilai dari 3alternatif jalur yang sudah di rancang. Data ini berupa jarak pengukurandalam aplikasi Autocad atau jarak sesungguhnya di lapangan, jarakpengukuran dari alat OTDR dan prospek pemasangan jaringan Fiber ToThe Home mendatang dalam wilayah tersebut. Kemudian, 3 jalurtersebut masing-masing nilainya dibandingkan dengan menggunakanmetode AHP. Proses selanjutnya adalah mencari rata-rata nilai tertinggiyang didapat dari perbandingan penghitungan nilai masing-masing jalurdengan bobot kriteria. Sebuah alternatif pilihan yang memiliki nilaitertinggi akan menjadi jalur alternatif pilihan yang terbaik.Dalam penelitian ini perancanaan yang dilakukan adalah membuatstruktur hierarki kasus. Berdasarkan persoalan yang telah dibahas, makadapat dibuat struktur hierarki AHP yang dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur Hirarki Metode AHPPerbandingan Penilaian (Comparative Judgments) merupakan
proses membandingkan secara berpasangan dari semua elemen yang adadengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen.Hasilnya skala penilaian berupa angka. Perbandingan penilaian iniberpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen-elemennya. Skalakepentingan yang digunakan berupa skala 1 yang merupakan tingkatterendah (equal importance) hingga skala 9 berupa tingkatan tertinggi(extreme importance) (Yusuf, 2012).
Pada pelaksanaannya, analisis dan perancangan jaringan Fiber ToThe Home Provisioning Type-3 ini, diawali dengan mengumpulkan datapeta lokasi dari lokasi yang akan di bangun jaringan FTTH. Data petalokasi tersebut berbentuk file .kml atau .kmz yang diperoleh dari PT.
Telkom Akses Solo. Data peta lokasi yang akan digunakan dapat dilihatpada gambar 4.
Gambar 4. Data Peta Lokasi Perumahan Permata GumpangPembuatan skema jaringan pada gambar 4 dilakukan untuk
mengetahui secara pasti bagaimana kondisi dari lokasi . Pembuatanskema ini dilakukan sesuai dengan data-data dari lapangan. Untukpembuatan skema jaringan FTTH maka diperlukan beberapa data, yaitukoordinat dari setiap elemen yang ada di jaringan tersebut, misalnyaODC, ODP, tiang, dan lain-lain.
Gambar 5. Skema Node B Alternatif Jalur 1
Setelah mendapatkan hasil tentang kondisi lokasi pemasanganjaringan FTTH dari Google Earth maka selanjutnya dilakukanpembuatan skema jaringan Node B untuk masing-masing alternatif jalurseperti pada gambar 5. Skema jaringan Node B ini hampir sama sajadengan pembuatan skema jaringan FTTH yang membedakan keduanyapada saat penulis mengerjakan tugas ini adalah skema Node B dibuatpada AutoCAD sedangkan jaringan FTTH di Google Earth. Untukmembuat skema jaringan Node B ini maka penulis membutuhkan file.kmz, yaitu file skema yang sudah dibuat di Google Earth.
Jalur 1 mempunyai jarak pengukuran OTDR sepanjang 1326 meterdan jarak pengukuran AutoCad 1284 meter. Dalam alternatif jalur 1terdapat 40 tiang dan 9 perangkat ODP
Gambar 6. Skema Node B Alternatif Jalur 2Gambar 6 menunjukkan perancangan skema Node B alternatif jalur
2 yang memiliki jarak pengukuran OTDR sepanjang 1522 meter danjarak pengukuran AutoCad 1224 meter. Dalam alternatif jalur 2 terdapat41 tiang dan 11 perangkat ODP.
Gambar 7. Skema Node B Alternatif Jalur 3Gambar 7 menunjukkan perancangan skema Node B alternatif jalur
3 yang memiliki jarak pengukuran OTDR sepanjang 1637 meter danjarak pengukuran AutoCad 1622 meter . Dalam alternatif jalur 3 terdapat58 tiang dan 16 perangkat ODP.
Setelah membuat skema Node B untuk setiap alternatif jalur,langkah selanjutnya adalah pembuatan diagram batang. Diagram tersebutberisi informasi seperti : nama ODC, jalur distribusi, hasil pengukuranalat OTDR, formula ODC, jarak toleransi lenturan kabel yang digunakan,hasil formulasi dan jarak selisih pengukuran alat OTDR, jarakpengukuran menggunakan aplikasi AutoCad, serial kabel fiber optic yangdigunakan serta keterangan nama ODP yang akan dibangun. Pembuatandiagram batang perlu dilakukan untuk memastikan kebenaran data padaskema FTTH PT 3. Diagram batang untuk ketiga alternatif jalurditunjukkan pada gambar 8, gambar 9 dan gambar 10.
Gambar 8.Tabel Diagram Batang Jalur Alternatif 1
Gambar 8 menunjukan diagram barang dari jalur alternatif 1.Diagram batang diperoleh dari penghitungan jarak kabel antar perangkatsehingga menghasilkan jumlah kabel yang dibutuhkan.
Gambar 9.Tabel Diagram Batang Jalur Alternatif 2Gambar 9 menunjukan diagram barang dari jalur alternatif 2.
Diagram batang diperoleh dari penghitungan jarak kabel antar perangkatsehingga menghasilkan jumlah kabel yang dibutuhkan
Gambar 10. Tabel Diagram Batang Jalur Alternatif 3
Gambar 10 menunjukan diagram barang dari jalur alternatif 3.Diagram batang diperoleh dari penghitungan jarak kabel antar perangkatsehingga menghasilkan jumlah kabel yang dibutuhkan.
Setelah mendapatkan 3 alternatif jalur yang akan dipilih, dilakukantahap evaluasi atau menentukan kepentingan dari masing masing kriteria.Selanjutkan menentukan kepentingan setiap alternatif terhadap alternatifyang ada.
Jarak
PengukuranOTDR
ProspekKedepan
JarakPengukuran
AutoCadJarak Pengukuran
OTDR1,00 0 ,11 0,20
Prospek Kedepan 9,00 1,00 7,00Jarak Pengukuran
AutoCad5,00 0,14 1,00
Jumlah 15,00 1,25 8,20
Tabel 2. Tabel Matriks Perbandingan Berpasangan
Telah dijelaskan sebelumya, dalam proses penghitungan AHPdiperlukan suatu matriks perbandingan berpasangan yangmenggambarkan pengaruh setiap kriteria seperti yang dapat dilihat padatabel 2. Berdasarkan tabel 1 (Skala Saaty Bobot Kriteria AHP) angka 1pada kolom Jarak Pengukuran OTDR baris Jarak Pengukuran OTDRmenggambarkan pengaruh kepentingan yang sama antara JarakPengukuran OTDR dan Jarak Pengukuran OTDR. Sedangkan, angka 5pada kolom Jarak Pengukuran OTDR baris Jarak Pengukuran AutoCadmenunjukkan bahwa Jarak Pengukuran OTDR sedikit lebih penting
dibanding Jarak Pengukuran AutoCad. Angka 0,11 pada kolom ProspekKedepan baris Jarak Pengukuran OTDR merupakan hasil penghitungan1/nilai kolom Jarak Pengukuran OTDR baris Jarak Pengukuran OTDRyaitu 9. Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama.
Jarak
Pengukuran OTDR
ProspekKedepan
JarakPengukuran
AutoCadRata - Rata
Jarak PengukuranOTDR
0,07 0,09 0,02 0,06
Prospek Kedepan 0,60 0,80 0,85 0,75Jarak Pengukuran
AutoCad0,33 0,11 0,12 0,19
Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,00
Tabel 3. Tabel Normalisasi Matriks Pada Tabel 2Tahap selanjutnya adalah menormalisasikan matriks yang ada pada
tabel 2. Hal ini dilakukan dengan cara membagi setiap elemen matrikspada tabel 2 dengan jumlah masing-masing kolom. Angka 0,07 padakolom Jarak Pengukuran OTDR baris Jarak Pengukuran OTDR diperolehdari penghitungan angka 1 (kolom Jarak Pengukuran OTDR baris JarakPengukuran OTDR pada tabel 2) dibagi dengan angka 15 (jumlah kolomJarak Pengukuran OTDR tabel 2). Hasil penghitungan normalisasi iniditunjukkan pada tabel 3.
Setelah semua nilai dibagi, maka jumlah total keseluruhan masing-masing kolom adalah 1. Kemudian, setiap baris di hitung rata-ratanyadengan cara menjumlahkan nilai pada baris tersebut lalu dibagi denganjumlah kolom. Rata-rata pada baris Jarak pengukuran OTDR diperolehdari (0,07 + 0,09 + 0,02)/3 = 0,06. Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkanbahwa kriteria Prospek Kedepan memiliki nilai kepentingan yang palingtinggi.
Jarak Pengukuran OTDR Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3
Jalur 1 1,00 3,00 7,00Jalur 2 0,33 1,00 5,00Jalur 3 0,14 0,20 1,00
Total 1,48 4,20 13,00Tabel 4. Tabel Matriks Perbandingan Jarak Pengukuran OTDR
Tabel 4 menunjukkan matriks perbandingan berpasangan untukmasing-masing alternatif yaitu jalur 1, jalur 2 dan jalur 3 dilihat darikriteria Jarak Pengukuran OTDR. Angka 1 pada kolom Jalur 1 baris Jalur1 menggambarkan pengaruh kepentingan yang sama, sedangkan angka 3pada kolom Jarak 2 baris Jarak 1 menunjukkan bahwa Jarak 2 sedikitlebih penting dibanding Jalur 1.
Jarak Pengukuran OTDR Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Rata - Rata
Jalur 1 0,68 0,71 0,54 0,64Jalur 2 0,23 0,24 0,38 0,28Jalur 3 0,10 0,05 0,08 0,07Total 1,00 1,00 1,00 1,00
Tabel 5. Tabel Normalisasi Matriks Jarak Pengukuran OTDR
Tabel 5 menunjukkan hasil normalisasi tabel 4. Angka 0,68 padakolom Jalur 1 baris Jalur 2 diperoleh dari pembagian angka 1 (kolomJalur 1 baris Jalur 1 pada tabel 4) dibagi dengan angka 1,48 (jumlahkolom Jalur 1 pada tabel 4). Rata-rata per baris dihitung denganmenjumlahkan nilai-nilai pada baris tersebut lalu dibagi dengan jumlahkolom. Rata-rata pada baris Jalur 1 (0,68 + 0,71 + 0,54)/3 = 0,64.Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa Jalur 1 memiliki nilai yang palingtinggi dilihat dari kriteria Jarak Pengkuran OTDR. Hal yang sama jugadilakukan untuk masing-masing kriteria. Hasil penghitungan matriksperbandingan berpasangan dan normalisasinya ditunjukkan pada tabel 6,tabel 7, tabel 8, dan tabel 9.
Prospek Kedepan Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3
Jalur 1 1,00 0,11 0,33Jalur 2 9,00 1,00 9,00Jalur 3 3,00 0,11 1,00Total 13,00 1,22 10,33
Tabel 6. Matriks Perbandingan Prospek Kedepan
Prospek Kedepan Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Rata - Rata
Jalur 1 0,08 0,09 0,03 0,07Jalur 2 0,69 0,82 0,87 0,79Jalur 3 0,23 0,09 0,10 0,14Total 1,00 1,00 1,00 1,00
Tabel 7. Normalisasi Matriks Prospek Kedepan
Berdasarkan tabel 6 dan tabel 7 dapat dilihat bahwa Jalur 2 memiliki nilai yang paling tinggi dilihat dari kriteria Prospek Kedepan. Angka 1 pada kolom Jalur 1 baris Jalur 1 tabel 6 menggambarkan pengaruh kepentingan yang sama. Angka 0,08 pada kolom Jalur 1 baris Jalur 1 tabel 7 menunjukkan hasil normalisasi yang diperoleh dari pembagian angka 1 (kolom Jalur 1 baris Jalur 1 tabel 6) dengan 13 (total kolom Jalur 1 tabel 6).
Jarak Pengukuran AutoCad Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3
Jalur 1 1,00 5,00 7,00Jalur 2 0,20 1,00 0,20Jalur 3 0,14 5,00 1,00Total 1,34 11,00 8,20
Tabel 8. Matriks Perbandingan Jarak Pengukuran AutoCad
Jarak Pengukuran AutoCad Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Rata - Rata
Jalur 1 0,74 0,45 0,85 0,68Jalur 2 0,15 0,09 0,02 0,09Jalur 3 0,11 0,45 0,12 0,23Total 1,00 1,00 1,00 1,00
Tabel 9. Normalisasi Matriks Jarak Pengukuran AutoCad
Berdasarkan tabel 8 dan tabel 9 dapat dilihat bahwa Jalur 1memiliki nilai yang paling tinggi dilihat dari kriteria Jarak Pengukuran
AutoCad. Nilai rata-rata masing-masing alternatif berdasarkan kriteriayang ada ditunjukkan dalam tabel 10.
Jarak PengukuranOTDR
Prospek Kedepan Jarak PengukuranAutoCadJalur 1 0,64 0,07 0,68
Jalur 2 0,28 0,79 0,09Jalur 3 0,07 0,14 0,23
Tabel 10. Matriks Perbandingan Alternatif
Berdasarkan normalisasi pada tabel 3, diperoleh nilai rata-rata tiap kriteria yang digunakan sebagai bobot. Ini ditunjukkan pada tabel 11.
Kriteria Bobot
Jarak PengukuranOTDR
0,06
Prospek Kedepan 0,75Jarak Pengukuran
AutoCad0,19
Tabel 11. Bobot KriteriaTahap akhir pada penghitungan AHP adalah menghitung bobot akhir untuk
masing-masing alternatif. Penghitungan ini dilakukan dengan cara mengalikan matriks perbandingan alternatif (tabel 10) dengan bobot kriteria (tabel 11). Penghitungan ini ditunjukkan pada tabel 12.
Tabel 12. Bobot AkhirBerdasarkan penghitungan tabel 12, Jalur 2 mendapat bobot akhir
yang paling tinggi yaitu 0,63. Maka, Jalur 2 merupakan alternatif terbaikyang akan digunakan dan diimplementasikan untuk jaringan FTTHberdasarkan penghitungan AHP.
5. Simpulan
Bobot Akhir PerkalianBobotAkhir
Jalur 1 (0,64 x 0,06) + (0,07 x 0,75) + (0,68 x 0,19) = 0,22Jalur 2 (0,28 x 0,06) + (0,79 x 0,75) + (0,09 x 0,19) = 0,63Jalur 3 (0,07 x 0,06) + (0,14 x 0,75) + (0,23 x 0,19) = 0,15
Analisis dan Perancangan Jaringan Fiber To The HomeProvisioning Type-3 Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process(AHP) dapat memberikan perbandingan jarak terdekat untuk menentukanletak tiang yang digunakan dalam perancangan jaringan FTTHProvisioning Type-3. Hasil dari analisis dan perancangan ini adalahpilihan jalur terdekat yang dilihat dari tiga kriteria yaitu nilai jarakAutocad, nilai jarak pengukuran menggunakan alat OTDR dan potensiprospek kedepan dalam pemasangan suatu jaringan FTTH di suatutempat. Berdasarkan penghitungan AHP, Jalur 2 merupakan jalur yangpaling baik untuk Perumahan Permata Gumpang Kab. Sukoharjo denganbobot nilai akhir 0,63.
6. Saran
Dengan menerapkan metode Analitycal Hierarchy procces (AHP)pada proses penentuan jarak terpendek dalam pemilihan jalur tedekatlebih efesien sehingga pihak developer lebih cepat dalam prosespengambilan keputusan yang bersifat objektif.
7. Pustaka
[1] F. Rosanto, D. Zulherman and F. Khair. (2017). "AnalisisPerancangan Jaringan Fiber To The Home Area Jakarta GardenCity (Jakarta Timur) Dengan Metode Link Power Budget Dan RiseTime Budget," 2nd Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT),105-111.
[2] V. M. P. Sari. (2015). "Perancangan Jaringan Akses Fiber To TheHome (FTTH) Dengan Teknologi Gigabyte Passive OpticalNetwork (GPON) Di Wilayah Permata Buah Batu I Dan II," e-Proceeding of Engineering, 3179-3186.
[3] B. Dermawan. (2016). "Analisis Jaringan FTTH (Fiber To TheHome) Berteknologi GPON (Gigabit Passive OpticalNetwork),"TRANSMISI, 31-37.
[4] FTTH Design Guidance, Jakarta: PT. Telekomunikasi IndonesiaTBK, 2012.
[5] Saaty, T. L. (1993). The Analytical Hierarchy Process: Planning,Priority, Setting, Resource Allocation. Pittsburgh: University ofPittsburgh Pers
[6] Saaty, T. L. (2008). Decision Making with the Analytic HierarchyProcess . Int. J. Services Sciences, Vol. 1 No. 1, pp. 83-98.
[7] R. a. Development, Konfigurasi Fiber To The Home (FTTH), PT.Telkom Indonesia, 2016.
[8] R. a. Development, Quickguide Standart Instalasi PT 2, PT. TelkomIndonesia, 2016.
[9] Panduan Desain FTTH, Jakarta: PT. Telekomunikasi IndonesiaTBK, 2012.
Recommended