View
220
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
OVIEK DEWI SAPUTRI
Dr. ETNA NUR AFRI YUYETTA, SE, MSi., Akt
Fakultas Ekonomi UNDIP
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the impact of firm size, profit or
loss, auditor opinion, reputation of public accountant, type of industry, and
operation of complexity toward audit delay in companies that listed on Indonesia
Stock Exchange.
Sampling method that used is cluster random sampling and the result are
200 firms as sample. This research is done for 2009 period. The data used are
secondary data, namely the financial statements of companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in 2009. To prove the hypothesis, performed regression
testing the assumptions of classical test begins. Research model passed the test of
the classical assumptions.
Simultaneous testing concluded that all the independent variables affect
the dependent variable at 24.9 percent. Partial testing results show that there are
four of the six factors that influence audit delay, profit or loss, auditor's opinion,
the reputation of a public accounting firm and the complexity of company
operations.
Key words: audit delay, firm size, profit or loss, auditor opinion, reputation of
public accountant, type of industry, and operation of complexity
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK: 2009), tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan, bahwa laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik
kualitas yang membuat informasi laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah
besar penggunanya. Keempat karakteristik tersebut antara lain dapat dipahami,
relevan, keandalan dan dapat dibandingkan.
Karakteristik informasi yang relevan harus mempunyai nilai prediktif dan
tepat waktu. Menurut Givolvy dan Palmon (dalam Rachmawati, 2008), nilai dari
ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan
laporan keuangan tersebut. Selanjutnya menurut Gregory dan Van Horn (dalam
Hilmi dan Ali, 2008), tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat
yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu.
Ketepatan perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan dapat
mengalami ketertundaaan yang disebabkan oleh lamanya auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Auditor melakukan tugas auditnya
berdasarkan pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), khususnya tentang
standar pekerjaan lapangan, yang mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian
pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan
dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern dan
pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit tersebut oleh auditor dapat
berdampak lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada
peningkatan kualitas hasil audit.
Lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor dilihat
dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam
laporan keuangan. Perbedaan waktu ini sering disebut audit delay (Subekti dan
Widiyanti, 2004) atau disebut juga dengan audit report lag (Iskandar dan
Trisnawati, 2010).
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit delay pada suatu
perusahaan, salah satunya adalah ukuran perusahaan. Hasil penelitian Subekti dan
Widiyanti (2004), Petronila (2007), dan Kartika (2009), ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap audit delay. Sementara itu menurut pendapat
Boynton dan Kell (dalam Utami, 2006), audit delay dapat berpengaruh positif
terhadap audit delay, yang artinya audit delay akan semakin lama apabila ukuran
perusahaan yang akan di audit semakin besar. Hasil penelitian tersebut berbeda
dengan hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), Utami (2006), serta
Iskandar dan Trisnawati (2010), yang menunjukkan hasil bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), Utami (2006), dan
Iskandar dan Trisnawati (2010), menunjukkan hasil bahwa laba/rugi berpengaruh
positif terhadap audit delay, yang artinya bahwa perusahaan yang mengumumkan
rugi cenderung mengalami audit delay yang lama dibandingkan dengan
perusahaan yang mengumumkan laba. Sementara itu, menurut hasil Kartika
(2009), bahwa laba/rugi berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hasil penelitian
tersebut berbeda dengan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998), tingkat
profitabilitas yang diukur dari laba/rugi perusahaan tidak memiliki pengaruh
terhadap audit delay.
Hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Utami (2006), dan
Petronila (2007), opini audit berpengaruh positif terhadap audit delay, yang
artinya bahwa audit delay yang relatif lama pada perusahaan yang menerima
qualified opinion. Sedangkan menurut hasil Meiden (2007), dan Kartika (2009),
bahwa opini audit berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hasil tersebut tidak
sejalan dengan hasil penelitian Ahmad dan Abidin (2008), serta Iskandar dan
Trisnawati (2010), bahwa jenis opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay
atau audit report lag.
Berikutnya faktor reputasi KAP menurut hasil penelitian Subekti dan
Widiyanti (2004), Rachmawati (2008), serta Iskandar dan Trisnawati (2010),
faktor reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap audit delay. Artinya,
perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big Four akan mengalami audit delay
yang lebih pendek. Sedangkan hasil dari penelitian Hossain dan Taylor (1998),
Utami (2006), dan Kartika (2009), bahwa reputasi KAP tidak berpengaruh
terhadap audit delay.
Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh terhadap audit delay adalah
jenis industri dan kompleksitas operasi perusahaan. Hasil penelitian Ahmad dan
Kamarudin (2003), menunjukkan audit delay perusahaan non financial lebih lama
15 hari daripada perusahaan financial. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan
financial tidak mempunyai saldo persediaan sehingga audit yang diperlukan tidak
memerlukan waktu yang cukup lama. Selanjutnya menurut Givolvy dan Palmon,
dan Owunsu Ansah (dalam Siuko, 2009), kompleksitas operasi perusahaan telah
ditemukan dapat memperpanjang audit delay. Hal ini dikarenakan auditor akan
menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada
perusahaan klien yang mengalami peningkatan kompleksitas operasi perusahaan.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian Kartika (2009).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
menggunakan sampel seluruh jenis industri perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2009. Dalam penelitian ini peneliti juga menambahkan dua
variabel independen, yaitu jenis industri dan kompleksitas operasi perusahaan.
Faktor jenis industri akan diuji kembali, karena terdapat perbedaan hasil, menurut
hasil dari Utami (2006), bahwa jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit
delay, namun menurut Subekti dan Widiyanti (2004), dan Iskandar dan Trisnawati
(2010), menemukan bahwa jenis industri berpengaruh negatif terhadap audit delay
atau audit report lag. Selanjutnya tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan
lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Hal tersebut sejalan dengan Ahmad dan
Abidin (2008), bahwa kompleksitas perusahaan berdampak pada ketepatan waktu
pelaporan keuangan, hal tersebut dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada perusahaan klien yang
mengalami peningkatan kompleksitas perusahaan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut : “Apakah faktor ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, jenis opini auditor,
reputasi KAP, jenis industri, dan kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh
terhadap audit delay?”
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan,
laba/rugi operasi, jenis opini auditor, reputasi KAP, jenis industri, dan
kompleksitas operasi perusahaan terhadap audit delay.
2. Untuk mengetahui rata-rata audit delay pada perusahaan yang terdaftar di
BEI pada tahun 2009.
TELAAH PUSTAKA
Laporan Keuangan
Menurut IAI, (2009) tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitas laporan keuangan
sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK: 2009) No.1 adalah:
1. Dapat dipahami
Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini dan masa depan.
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar
perusahaan.
Audit dan Standar Auditing
Mulyadi (2002: 9), mendefinisikan auditing sebagai berikut:
Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.
Pengertian standar auditing adalah suatu ukuran pelaksanaan tindakan
yang merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit. Standar
auditing mengandung pula pengertian sebagai suatu ukuran baku atas mutu jasa
auditing.
Audit Delay
Menurut Dyer & McHugh (dalam Utami, 2006), “Auditors’ report lag is
the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the
opinion signature date in the auditor’s report”. Selanjutnya menurut Subekti dan
Widiyanti (2004), audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang
dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal laporan
keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan.
Audit delay atau yang dikenal juga sebagai audit report lag inilah yang
dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan
berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan
informasi yang dipublikasikan (Kartika, 2009). Semakin lama auditor
menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika
audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian
laporan keuangan akan semakin besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay
1. Ukuran Perusahaan
Hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Petronila (2007), dan
Kartika (2009), audit delay memiliki hubungan negatif dengan ukuran perusahaan
yang menggunakan proksi total asset. Menurut Ahmad dan Kamarudin (dalam
Prabandari dan Rustiana, 2007), penyebabnya adalah perusahaan-perusahaan go
public atau perusahaan besar mempunyai sistem pengendalian internal yang baik
sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian laporan keuangan
perusahaan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan
keuangan. Sementara itu menurut Boynton dan Kell (dalam Utami, 2006), ukuran
perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap audit delay, hal ini berkaitan
dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin
luasnya prosedur audit yang dilakukan.
2. Laba/Rugi
Menurut Carslaw (dalam Kartika, 2009), ada dua alasan mengapa
perusahaan yang menderita kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih
panjang. Pertama, ketika kerugian terjadi perusahaan ingin menunda bad news
sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan
audit. Kedua, auditor akan lebih berhati-hati selama proses audit jika percaya
bahwa kerugian ini mungkin disebabkan karena kegagalan keuangan perusahaan
atau kecurangan manajemen.
3. Opini Auditor
Carslaw dan Kaplan (dalam Prabandari dan Rustiana, 2007), menemukan
adanya hubungan positif antara opini audit dengan audit delay. Menurut Elliott
(dalam Prabandari dan Rustiana, 2007), audit delay yang relatif lama pada
perusahaan yang menerima qualified opinion, disebabkan karena proses
pemberian opini auditor melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan
partner audit yang lebih senior atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup
audit.
Reputasi KAP
Hasil penelitian Ashton, et al., Schwartz dan Soo (dalam Utami, 2006),
menemukan bahwa audit delay akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit
oleh KAP yang tergolong besar. Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki
karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif,
memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan
audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan
auditnya lebih cepat, guna menjaga reputasinya.
Jenis Industri
Ashton, et al., dan Courtis (dalam Utami, 2006), mengungkapkan bahwa
perusahaan sektor financial mempunyai audit delay lebih pendek daripada
perusahaan industri lain. Hal ini disebabkan karena perusahaan financial tidak
mempunyai saldo persediaan sehingga audit yang diperlukan tidak memerlukan
waktu yang cukup lama.
Kompleksitas Operasi Perusahaan
Tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan yang bergantung pada
jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan
pasarnya, lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk
menyelesaikan pekerjaan auditnya. Selanjutnya menurut Givolvy dan Palmon, dan
Owunsu Ansah (dalam Siuko, 2009), kompleksitas operasi perusahaan telah
ditemukan dapat memperpanjang audit delay.
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan skema kerangka pemikiran diatas maka dapat ditarik suatu
hipotesis sebagai berikut:
H1 : ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay
H2 : laba/rugi operasi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay
H3 : opini auditor berpengaruh terhadap audit delay
H4 : reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay
H5 : jenis industri berpengaruh terhadap audit delay
H6 : kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian ini terdiri dari dua kelompok utama yaitu variabel
dependen dan variabel independen.
Variabel Dependen (dependent variable)
Dalam penelitian ini akan menggunakan variabel dependen Audit Delay,
yaitu lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun
H1 Ukuran Perusahaan
H2 Laba/Rugi
Audit Delay H3
Opini Auditor
H4 Reputasi KAP
H5 Jenis Industri
H6 Kompleksitas
Operasi Perusahaan
buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (Utami, 2006). Variabel ini
diukur secara kuantitatif dalam jumlah hari.
Variabel Independen (independent variable)
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ukuran Perusahaan
Pengukuran variabel ukuran perusahaan dengan menggunakan total asset
mengacu pada penelitian Hossain dan Taylor (1998), Ahmad dan Kamarudin
(2003), Ahmad dan Abidin (2008), Subekti dan Widiyanti (2004) dan Kartika
(2009).
2. Laba/Rugi Operasi
Variabel ini diukur dengan menggunakan dummy. Untuk perusahaan
yang mengalami rugi diberi kode 1 dan untuk perusahaan yang mengalami laba
diberi kode 0, hal ini berdasarkan pada penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003),
Utami (2006) dan Prabandari dan Rustiana (2007).
3. Jenis Opini Auditor
Variabel ini diukur dengan dummy yaitu untuk opini selain wajar tanpa
pengecualian (selain unqualified opinion) diberi kode dummy 1 dan untuk opini
wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) diberi kode dummy 0. Pengukuran
ini juga digunakan oleh Utami (2006), dan Ahmad dan Abidin (2008).
4. Reputasi KAP
KAP diklasifikasikan menjadi dua, yaitu KAP Big Four atau non big
four. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four diberi kode 1, sedangkan untuk
KAP non big four diberi kode 0. Hal ini berdasar pada penelitian Ahmad dan
Kamarudin (2003), Utami (2006), Kartika (2009).
5. Jenis Industri
Variabel ini diukur dengan menggunakan dummy, untuk industri
keuangan diberi kode 1, dan untuk industri non keuangan diberi kode 0, berdasar
pada penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003) dan Utami (2006).
6. Kompleksitas Operasi Perusahaan
Kompleksitas operasi perusahaan dalam penelitian ini, ditentukan oleh
ada atau tidaknya anak perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan
dummy, untuk perusahaan yang memiliki anak perusahaan akan diberi kode 1
sedangkan perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan diberi kode 0.
Pengukuran ini juga digunakan oleh Sulistyo (2010).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar atau
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009. Sampel dalam penelitian
ini dipilih dengan metode cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel
diperoleh dari tiap klaster yang dipilih secara acak (Sekaran, 2006).
Metode Analisis
Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan analisis regresi linier
berganda, yaitu suatu metode statistik yang umum digunakan untuk meneliti
hubungan antara sebuah variabel dependen dengan beberapa variabel independen.
HASIL DAN ANALISIS
Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian ini berupa seluruh perusahaan publik yang terdaftar atau
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009. Sampel penelitian
ditentukan dengan metode cluster random sampling. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 200 perusahaan yang terdiri dari 34
perusahaan keuangan dan 166 perusahaan non keuangan.
Berikut adalah jumlah populasi atau jumlah seluruh perusahaan yang
terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009 :
Tabel 4.1
Jumlah Populasi
Jenis industri keuangan 69
Jenis industri non keuangan 333
Jumlah populasi 402
Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung sebagai berikut:
𝑛 = 𝑁
1+𝑁 𝑒2
𝑛 =402
1+(402𝑥0,052)
= 200 perusahaan
Selanjutnya untuk perhitungan jumlah sampel tiap jenis industri adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Perhitungan Jumlah Sampel
Jenis industri keuangan (69/402 x 200 = 34) 34
Jenis industri non keuangan (333/402 x 200 = 166) 166
Jumlah sampel 200
Analisis Statistik Deskriptif
Berikut ini adalah analisis statistik deskriptif untuk variabel audit delay
dan variabel total aset yang bersifat rasio atau interval disajikan pada tabel berikut
Tabel 4.3
Deskripsi variabel penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AuditDelay 200 46,00 112,00 75,9750 11,06283
UkuranPerusahaan 200 23,2213 32,1190 27,777975 1,8304533
Valid N (listwise) 200
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Tabel 4.4
Laba/ Rugi
Laba/ Rugi Jumlah Persentase
Laba
Rugi
171
29
85,5
14,5
Jumlah 200 100,0
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Tabel 4.5
Opini Audit
Opini Audit Jumlah Persentase
unqualified opinion
qualified opinion
126
74
63,0
37,0
Jumlah 200 100,0
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Tabel 4.6
Reputasi KAP
Reputasi KAP Jumlah Persentase
Non Big - 4
Big - 4
119
81
59,5
40,5
Jumlah 200 100,0
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Tabel 4.7
Jenis Industri
Jenis Industri Jumlah Persentase
Non Keuangan
Keuangan
166
34
83,0
17,0
Jumlah 200 100,0
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Tabel 4.8
Kompleksitas Operasi Perusahaan
Kompleksitas operasi Jumlah Persentase
Tidak ada anak perusahaan
Ada anak perusahaan
51
149
25,5
74,5
Jumlah 200 100,0
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Tabel 4.9
Pengujian Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 200 Normal Parameters
a,b
Mean ,0000000 Std. Deviation 9,44155213
Most Extreme Differences
Absolute ,083 Positive ,034 Negative -,083
Kolmogorov-Smirnov Z 1,169 Asymp. Sig. (2-tailed) ,130
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Hasil pengujian tersebut menunjukkan adanya residual yang berdistribusi
normal. Hal ini ditunjukkan dengan uji Kolmogorov Smirnov yang menunjukkan
hasil yang memiliki tingkat signifikansi 0,130 yang berada di atas 0,05
2. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.1
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
Grafik scatterplot menunjukkan bahwa tidak terdapat pola tertentu pada
grafik. Titik-titik pada grafik relatif menyebar secara merata yang bermakna
tidak ada gangguan heteroskedastisitas pada model dalam penelitian ini.
Tabel 4.10
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3,686 6,818 -,541 ,589
UkuranPerusahaan ,424 ,259 ,146 1,634 ,104
LabaRugi ,408 1,118 ,027 ,365 ,715
Opini -,629 ,820 -,057 -,767 ,444
ReputasiKAP 1,317 ,898 ,122 1,465 ,144
JenisIndustri 1,215 1,123 ,086 1,082 ,281
Kompleksitas -1,168 1,011 -,096 -1,155 ,250
a. Dependent Variable: AbsRes
Berdasarkan hasil Uji Glejser pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa
tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (AbsRes). Hal ini
terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas 5 persen. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
3. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.11
Pengujian multikolinearitas dengan VIF
Variabel Tolerance VIF
Ukuran
Perusahaan 0,604 1,657
LabaRugi 0,873 1,145
Opini 0,863 1,159
Reputasi KAP 0,695 1,439
Jenis Industri 0,760 1,315
Kompleksitas 0,696 1,437
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011
Dari tabel tersebut diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai
tolerance diatas 10 persen atau diatas 0,10 dan VIF yang rendah dan jauh di
bawah angka 10. Dengan demikian tidak terdapat gejala multikolinearitas
dalam penelitian ini.
Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.12
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,521a ,272 ,249 9,58719
Predictors: (Constant), Kompleksitas, LabaRugi, ReputasiKAP, Opini, JenisIndustri, UkuranPerusahaan Dependent Variable: AuditDelay
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang
ditunjukkan dari nilai adjusted R2 sebesar 0,249. Hal ini berarti sebesar 24,9
persen variasi audit delay dapat dijelaskan oleh ke enam variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 4.13
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
1 Regression 6615,437 6 1102,573 11,996 ,000a
Residual 17739,438 193 91,914
Total 24354,875 199
Predictors: (Constant), Kompleksitas, LabaRugi, ReputasiKAP, Opini, JenisIndustri, UkuranPerusahaan Dependent Variable: AuditDelay
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 4.14
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 78,869 12,570 6,275 ,000
UkuranPerusahaan -,347 ,478 -,057 -,725 ,469
LabaRugi 5,759 2,061 ,184 2,795 ,006
Opini 3,467 1,512 ,152 2,294 ,023
ReputasiKAP -4,399 1,656 -,196 -2,655 ,009
JenisIndustri -1,271 2,070 -,043 -,614 ,540
Kompleksitas 8,875 1,865 ,351 4,759 ,000
a. Dependent Variable: AuditDelay
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2011
a. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil statistik tersebut nilai signifikansi 0,469 yang berada
diatas 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel
ukuran perusahaan terhadap audit delay.
b. Pengaruh Laba/Rugi Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil statistik nilai t sebesar 2,795 memiliki makna bahwa
arah koefisien positif berarti semakin besar kerugian perusahaan maka akan
berdampak pada semakin lamanya audit delay.
c. Pengaruh Opini Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil statistik, nilai t sebesar 2,294 memiliki arti bahwa
variabel opini memiliki pengaruh yang positif terhadap audit delay. Perusahaan
yang memiliki opini selain wajar tanpa pengecualian akan mengalami audit delay
yang lebih lama.
d. Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil statistik, arah koefisien negatif pada nilai t sebesar -
2,655 memiliki makna bahwa audit delay pada KAP Big Four akan lebih pendek
dibandingkan dengan audit delay pada KAP Non Big Four.
e. Pengaruh Jenis Industri Terhadap Audit Delay
Berdasarkan hasil statistik pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai t
pada variabel jenis industri sebesar -0,614 dengan nilai signifikansi sebesar 0,540.
Nilai signifikansi yang berada di atas 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh
yang signifikan dari variabel jenis industri terhadap audit delay.
f. Pengaruh Kompleksitas Operasi Perusahaan Terhadap Audit Delay
Nilai signifikansi yang berada di bawah 0,05 menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan dari variabel kompleksitas operasi perusahaan terhadap
audit delay. Arah koefisien positif berarti bahwa semakin besar kompleksitas
operasi perusahaan akan memungkinkan semakin lamanya audit delay.
Interpretasi Hasil
a. Faktor Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
audit delay. Hal ini dapat disebabkan karena seluruh sampel merupakan
perusahaan yang terdaftar di BEI sehingga memiliki kesamaan dalam hal
pengawasan oleh investor, badan pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh
karena itu, perusahaan dengan aset besar maupun kecil mempunyai kesamaan
dalam menghadapi tekanan dari pihak eksternal dalam hal penyampaian laporan
keuangan secara tepat waktu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Ahmad dan Kamarudin (2003), serta Iskandar dan Trisnawati (2010), yang
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.
b. Faktor Laba/Rugi
Hasil penelitian mendapatkan bahwa faktor laba/rugi memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap audit delay. Perusahaan yang mengalami rugi akan
meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditan lebih lambat dari biasanya
sehingga menunda untuk mengumumkan ”bad news” kepada publik. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), Utami
(2006), Prabandari dan Rustiana (2007) serta Iskandar dan Trisnawati (2010).
c. Faktor Opini Auditor
Opini auditor memiliki pengaruh positif terhadap audit delay, hal ini
dapat disebabkan karena proses pemberian opini auditor melibatkan negosiasi
dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis
lainnya dan perluasan lingkup audit. Penelitian ini memiliki hasil yang sama
dengan penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), Utami (2006), dan Petronila
(2007), yaitu opini audit berpengaruh positif terhadap audit delay.
d. Faktor Reputasi KAP
Ahmad dan Kamarudin (2003), menyatakan bahwa audit delay pada
KAP Big Four akan lebih pendek dibandingkan dengan audit delay pada KAP
kecil. Hal ini disebabkan karena KAP besar atau KAP Big Four didukung oleh
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih baik sehingga akan
berpengaruh pada kualitas jasa yang dihasilkan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Subekti dan Widiyanti (2004), serta Iskandar dan
Trisnawati (2010), yang menunjukkan bahwa reputasi KAP berpengaruh negatif
terhadap audit delay.
e. Faktor Jenis Industri
Tidak adanya pengaruh jenis industri terhadap audit delay dapat
disebabkan adanya beberapa sektor perusahaan yang masuk dalam jenis industri
non keuangan, salah satunya adalah sektor jasa yang cenderung memiliki item
laporan keuangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan sektor manufaktur.
Cukup banyaknya sektor jasa yang masuk dalam kategori jenis industri non
keuangan, akan berdampak pada cepatnya audit delay, sama seperti jenis industri
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Utami (2006)
f. Faktor Kompleksitas Operasi Perusahaan
Menurut Ahmad dan Abidin (2008), antara kompleksitas perusahaan
yang dilihat dari diversifikasi bisnis operasi klien dan jumlah anak perusahaan
klien berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, hal tersebut
dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan
tugas audit pada perusahaan klien yang mengalami peningkatan kompleksitas
perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Givolvy dan Palmon, dan
Owunsu Ansah (dalam Siuko, 2009), bahwa kompleksitas operasi perusahaan
telah ditemukan dapat memperpanjang audit delay.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan
Data penelitian ini diperoleh dari seluruh perusahaan publik yang
terdaftar atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009 dengan
perolehan sampel menggunakan metode cluster random sampling, dengan jumlah
sampel 200 perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda,
dimana uji asumsi klasik dilakukan sebelum uji hipotesis. Dari hasil analisis data
dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Rata-rata audit delay yang terjadi pada perusahaan sampel di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2009 sebesar 75,975 hari. Model dalam
penelitian ini dinyatakan lolos dalam uji asumsi klasik, yaitu telah
memenuhi uji normalitas, heteroskedastisitas dan multikolinearitas.
Kemampuan variabel bebas/independen dalam menjelaskan variabel
terikat/dependen pada hasil penelitian ini sebesar 24,9 persen.
b. Hasil penelitian ini secara simultan menunjukkan bahwa seluruh variabel
independen secara serempak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
audit delay. Namun, berdasarkan hasil pengujian secara parsial diperoleh
hasil bahwa variabel reputasi KAP memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap audit delay, sedangkan variabel laba/rugi, opini auditor, dan
kompleksitas operasi perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap audit delay. Dan selanjutnya untuk variabel ukuran perusahaan,
dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit delay.
Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
a. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan ke enam variabel yang
digunakan dalam penelitian ini hanya dapat menjelaskan variabel audit
delay sebesar 24,9 persen. Hal ini berarti masih ada 75,1 persen variabel
audit delay dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.
b. Dari hasil penelitian ini bahwa tidak adanya pengaruh antara jenis
industri dengan audit delay.
Saran
Saran dan implikasi kebijakan pada penelitian ini adalah:
a. Saran penelitian yang akan datang
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel perusahaan yang
dilihat dari jenis sektor usahanya, misalkan perusahaan keuangan dengan
perusahaan manufaktur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya
pengaruh antara audit delay dengan jenis sektor perusahaan.
b. Implikasi Kebijakan
Bagi auditor, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai rata-rata audit delay pada perusahaan publik dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya sehingga para auditor dapat mengendalikan
faktor-faktor dominan yang mempengaruhi lamanya audit delay.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.C. dan S. Abidin. 2008. “Audit Delay of Listed Companies: A Case of
Malaysia”, International Business Research, Vol. 1 (4):1-8. Diakses
tanggal 9 Juni 2011, dari www.ccsenet.org/journal.html
Ahmad, R.A.R. dan K.A. Kamarudin. 2003. “Audit Delay and the Timeliness of
Corporate Reporting: Malaysian Evidence”. Diakses tanggal 9 Juni 2011.
Aktas, R. dan M. Kargin. 2011. “Timeliness of Reporting and the Quality of
Financial Information”, International Research Journal of Finance and
Economics. Diakses tanggal 25 Mei 2011.
Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hilmi, U. dan S. Ali. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan”. Diakses tanggal 15
Mei 2011.
Hossain, M.A. dan P.J. Taylor. 1998. “An Examination of Audit Delay: Evidence
from Pakistan”. Diakses tanggal 9 Juni 2011.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
IAI. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Iskandar, M.J. dan E. Trisnawati. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 (3): 175-186.
Kartika, Andi. 2009. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di
Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta)”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 16
(1): 1-17.
Meiden, Wenny Carmel. 2007. “Variabel Total Lag Laporan Keuangan
Perusahaan Manufaktur di BEJ”, Akuntabilitas Vol. 7 (1): 18-22.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Petronila, Thio Anastasia. 2007. “Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan
Umur Perusahaan Atas Audit Delay”, Akuntabilitas Vol. 6 (2): 129-141.
Prabandari, Jeane Deart Meity dan Rustiana. 2007. “Beberapa Faktor yang
Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada
Perusahaan-Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ )”, Kinerja Vol.
11 (1): 27-39.
Rachmawati, Sistya. 2008. “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Delay dan Timeliness”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol. 10 (1): 1-10.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat.
Siuko, Saara. 2009. “Earnings Reporting Lead-Time”, diakses tanggal 11 Juli
2011.
Subekti, Imam. dan N.W. Widiyanti. 2004. ”Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Audit Delay di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi
VII:991-1002.
Sulistyo, Wahyu Adhy Noor. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Pada
Perusahaan Yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Utami, Wiwik. 2006. “Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa
Efek Jakarta”, Bulletin Penelitian No. 09.
Recommended