View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS FINANSIAL USAHA KERUPUK (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)
Taufan Sukmo Santoso
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/ AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008 M/ 1429 H
66
ANALISIS FINANSIAL USAHA KERUPUK (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Oleh: Taufan Sukmo Santoso
101092123411
Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II Indoyama Nasaruddin SE, MAB Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si
Mengetahui Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 131861314
67
ANALISIS FINANSIAL USAHA KERUPUK (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)
Oleh: Taufan Sukmo Santoso
101092123411
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/ AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2008 M/ 1429 H
68
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan)” yang ditulis oleh Taufan Sukmo Santoso, NIM 101092023411 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Maret 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis.
Menyetujui:
Penguji I, Penguji II, Ir. Setyo Adhie, MM Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si Pembimbing I, Pembimbing II, Indoyama Nasaruddin, MAB Eny Dwiningsih, M.Si
Mengetahui: Dekan Ketua Program Studi Fakultas Sains dan Teknologi Sosial Ekonomi Pertanian/
Agribisnis. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 150 317 956 NIP. 131 861 314
69
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Maret 2008
Taufan Sukmo S 101092023411
70
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb
Alhamdulillaahirabbil’aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Finansial Usaha
Kerupuk (Studi Kasus: kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta
Selatan). Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita yang
dimuliakan oleh Allah SWT baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah
menuntun umat manusia dari zaman jahiliyah menuju yang diridhoi oleh-NYA.
Selama penulisan skripsi, penulis banyak sekali mengalami hambatan dan
keterbatasan dalam hal persiapan, penyusunan maupun tahap penyelesaiannya.
Namun demikian banyak pelajaran yang dapat dipetik dari penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, serta kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1. Allah AWT, sujud syukurku atas rahmat dan kasih sayang-MU yang telah
memberikan segalanya, yang membuat semua hal menjadi mungkin dan
yang membuat sulit menjadi mudah.
2. Ayahanda H. Amenan Affandy dan Ibunda Hj. Siti Djamilah tercinta, yang
telah memberikan segala cinta, do’a, kasih sayang dengan sabar mendidik
ananda serta dukungan moril maupun materil selama ini sehingga ananda
dapat menyelesaikan studi ini hingga selesai.
3. Kakanda-kakanda tercinta : Keluarga H. Subandrio, keluarga Firdaus,
keluarga Budi P.S, keluarga Buyung (untuk mbak rona’ thank’s ya mbak
atas kirimannya), keluarga Yani, keluarga Didin (trimakasih ya mas untuk
sgala nasehat dan dukunganya’ Semoga Allah SWT memberikan pahala
atas jasa-jasa mas untuk keluarga..Amin, mbak Nia thank’s ya for
flasdiskNya maaf kelamaan minjemnya heee), keluarga Budi, keluarga
Subuh, keluarga Teguh, dan Mas’ Bachtiar (cepet2 nikah ya’) serta semua
71
keponakkanku yang lucu-lucu yang semuanya memberikan dukungan
segala-galanya, saya bersyukur telah diberikan kakanda dan saudara –
saudara yang sayang sama saya.
4. Bapak Indoyama Nasruddin SE, MAB sebagai dosen pembimbing I dan
Ibu Eny Dwiningsih, STP, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah
sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas
jasa-jasa yang telah bapak dan ibu berikan kepada penulis.
5. Ir. Setyo Adhie, MM dan Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan saran demi kesempurnaan penulisan ini.
6. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ir. Achmad Tjachja M.Si selaku
Ketua Program Studi serta Sekretaris Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian.
8. Seluruh dosen program studi sosial ekonomi pertanian/agribisnis yang
tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-satunya yang telah
memberikan ilmu kepada penulis dalam proses perkuliahan.
9. Bapak Wadud, Ibu Ofa, P’Gun, Niki dan seluruh staf akademik yang telah
memfasilitasi penulis selama ini dan perpustakaan Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah membantu penulis untuk melengkapi referensi yang
diibutuhkan penulis.
10. Bapak Manan selaku Pimpinan Usaha Kerupuk SKS, dan kepada seluruh
karyawan Kerupuk SKS yang telah bersedia memberikan informasi serta
tempat untuk penelitian.
11. Ade Lili M, Putri dan Sari Murni terima kasih untuk pengertian, waktu,
mendengarkan segala keluhan, dan doanya.
12. Sobat-sobat yang selalu setia mengisi hari-hariku, Aditia F, AconK, C.
”Sembo” Ramdhani, Wildan ”Bang Haji, ”khomenk” Sobari, Suratno
”ano”, A. ”UU” Ruslan, aL Faris, Iman ”Qimonk”, Umar ”bullet”, Bai,
Mawai, Ajang, Opung, Roy Suhro, Delfin Siregar, Moek, Epoy, Babe/Ela,
72
Adel, dan temen2 KKN : Adji/QQ, Isra/mb’Zenab, Acoe/Rina, Rico/Ipeh
(thank’s for coNtekan ROnya), Umar TL, Candra/Endang, OdinK, Imink,
Andari, Dian ”Wewe”, Yanti Serta semua anak2 Agribisnis angkatan
2001-2005 dan Teknik Informatika angkatan tahun 2001.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. oleh karena itu saran dan
kritik sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik lagi. Akhir kata semoga
penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan pada khususnya serta
segenap pembaca skripsi ini pada umumnya. Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, Maret 2008
Taufan Sukmo Santoso
73
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mewujudkan negara yang maju dan mandiri serta masyarakat adil dan
makmur, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan dan sekaligus peluang.
Tantangan paling fundamental adalah upaya Indonesia untuk mempertahankan
dan bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan
secara berkesinambungan. Untuk itu diperlukan peningkatan efisiensi ekonomi,
produktivitas tenaga kerja, dan konstribusi yang signifikan dari setiap sektor
pembangunan (Bakrie, 2004: 206). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
yang potensial untuk dikembangkan. Pemberdayaan disektor pertanian dan
industri yang tepat, maka dapat memberikan konstribusi yang signifikan bagi
pembangunan nasional.
Indonesia merupakan salah satu negara agraris. Dengan potensi sumber
daya dan daya dukung ekosistem yang sangat besar, Indonesia dapat
menghasilkan produk dan jasa pertanian, perkebunan dan perikanan yang mutlak
diperlukan bagi kehidupan manusia. Sektor pertanian dan industri merupakan
sektor yang terkait dimana sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku,
sedangkan industri mengolah hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah.
Salah satu industri yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah
industri kerupuk. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah
konsumsi kerupuk. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah
74
konsumsi kerupuk relatif tinggi. Karena kerupuk merupakan ciri khas pelengkap
makanan yang ada di Indonesia dan digemari oleh masyarakat luas. Dari segi
permintaan, dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kualitas hidup maka
permintaan terhadap produk akan semakin bertambah. Menurut data dari Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), penduduk wilayah perkotaan lebih banyak
mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi kerupuk wilayah perkotaan
lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk penduduk wilayah
pedesaan. Tabel 1 menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh penduduk di
wilayah perkotaan dan pedesaan.
Tabel 1. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut
Wilayah
Wilayah Banyaknya (ons) Nilai (Rp) Perkotaan (Urban) 0.193 154 Pedesaan (Rural) 0.147 99 Perkotaan + Pedesaan 0.166 122
Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003
Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, kerupuk juga telah diekspor
ke luar negeri antara lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan,
Inggris, Singapura dan Belgia terutama jenis kerupuk udang. Dengan total ekspor
sebanyak 1.532.735 keping untuk jenis kerupuk udang dan 1.113.172 keping
untuk jenis kerupuk lainnya.
Industri kerupuk SKS merupakan industri skala kecil yang bergerak dalam
pembuatan kerupuk. Usaha ini terdapat di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Usaha
kerupuk mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan baik untuk
75
konsumen dalam negeri maupun untuk ekspor. Melihat prospek usaha kerupuk,
maka usaha kerupuk SKS perlu penanganan yang tepat agar kedepan dapat
berkembang dan mampu bersaing dengan usaha sejenis. Untuk mencapai sasaran
tersebut maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada aspek finansial
dengan tujuan untuk memperoleh informasi-informasi dalam pengembangan
usaha kerupuk SKS.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kelayakan finansial usaha kerupuk SKS di Pondok Labu,
Jakarta Selatan?
2. Bagaimanakah tingkat sensitivitas usaha kerupuk SKS terhadap
perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha kerupuk SKS di Pondok
Labu, Jakarta Selatan.
2. Menganalisis tingkat sensitivitas usaha kerupuk SKS terhadap perubahan-
perubahan pada manfaat dan biaya?
76
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kegunaan bagi:
1. Perusahaan, menjadi bahan pertimbangan atau masukan mengenai
kelayakan finansial sehingga mempermudah dalam mengambil keputusan.
2. Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan dan
pengetahuan dalam bidang kelayakan bisnis.
3. Investor dan lembaga keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan atau dasar pertimbangan dalam penanaman modal pada usaha
kerupuk.
4. Kalangan akademik, sebagai data dasar bagi para peneliti dalam
bidangnya, dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
77
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Gambaran Umum Komoditi Kerupuk
Kerupuk dikenal sebagai makanan yang mampu membangkitkan selera
makan atau sebagai makanan kecil. Banyak ragam jenis dan bentuk kerupuk yang
di jual dipasaran diantaranya kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk rambak
tapioka, kerupuk puli dan kerupuk singkong (Samiler). Bahan-bahan yang
digunakan dalam proses pembuatan kerupuk meliputi bahan baku utama, dan
bahan pembantu. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan kerupuk
adalah: tepung tapioka, tepung terigu, bumbu masak, dan bawang putih.
Sedangkan untuk bahan pembantu pembuatan kerupuk tergantung dengan jenis
kerupuk yang akan dibuat contohnya ikan, udang, dan kulit sapi. Jenis makanan
ini bergantung pada jenis bahan bakunya, sedangkan variasi bentuknya
bergantung pada daya kreativitas pembuatnya (Wahyono dan Marzuki, 2005: 3).
2.1.2. Industri Kecil atau Usaha Kecil.
2.1.2.1. Pengertian Usaha Kecil.
Usaha kecil merupakan sebutan yang disingkat dari usaha skala kecil
(USK) sebagai terjemahan dari istilah small scale enterprise (SSE) yang
mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis, maupun konsep
strategis kebijakan pembangunan (Anoraga dan Sudantoko, 2002: 244). Usaha
kecil sebagai konsep mengacu kepada dua aspek yaitu pertama, aspek perusahaan,
barang dan jasa, memasarkan dan mencetak keuntungan, dan kedua, aspek
78
pengusaha, yaitu, orang dibalik usaha atau perusahaan yang biasanya adalah
pemilik, pengelola sekaligus administrator dari perusahaan. Sedangkan menurut
Badan Pusat Statistik (2001: 4), di Indonesia industri pengolahan dibedakan atas
empat kelompok berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:
Tabel 2. Pengelompokan Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja.
Sumber : BPS Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR), 2001
2.1.2.2. Karakteristik Usaha Kecil
Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002: 225-226), secara umum sektor
usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti
kaedah administrasi pembukuan standar. Kadang kala pembukuan tidak
diperbarui, sehingga sulit menilai kinerja usahanya.
2. Marjin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi.
3. Modal terbatas.
4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih terbatas.
5. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu
menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang.
6. Kemampuan pemasaran serta deversifikasi pasar sangat terbatas.
7. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah,
mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya. Untuk mendapatkan
No. Kelompok Tenaga Kerja 1. Industri Besar 100 orang lebih 2. Industri Sedang 20-99 orang 3. Industri Kecil 5-19 orang 4. Industri Rumah Tangga 1-4 orang
79
dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikuti sistem administrasi
standar dan harus transparan.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas karakteristik usaha kecil
menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap
timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal terutama
yang berkaitan dengan pendanaan tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang
jelas.
2.1.3. Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari
konsep manajemen keuangan, terutama ditujukan dalam rangka mencari atau
menemukan inovasi baru dalam perusahaan (Sofyan, 2003: 3). Menurut Ibrahim
(2003: 1), yang menyatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak
dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000: 6-7). Dengan kata lain
mencegah terbuangnya dana yang sia-sia. Dalam studi kelayakan tersebut, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Ruang lingkup proyek yang dilakukan, untuk menentukan apakah proyek
akan beroperasi.
b. Cara kegiatan proyek dapat dilakukan, untuk menentukan apakah proyek
akan ditangani sendiri atau diserahkan pada pihak lain.
80
c. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh
proyek, untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan usaha.
d. Sarana yang diperlukan oleh proyek, menyangkut kebutuhan proyek dan
fasilitas-fasilitas pendukung.
e. Hasil kegiatan proyek tersebut serta biaya-biaya yang harus ditanggung
untuk memperoleh hasil tersebut.
f. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak bermanfaat akibat
adanya proyek tersebut (manfaat dan pengorbanan ekonomis dan sosial).
g. Langkah-langkah untuk mendirikan proyek.
2.1.4. Aspek-Aspek Dalam Studi Kelayakan Bisnis.
2.1.4.1. Aspek Teknis dan Produksi
Aspek teknis produksi adalah aspek yang berhubungan dengan
pembangunan dari proyek yang direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas
produksi, proses produksi, penggunaan teknologi (mesin), maupun keadaan
lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi (Ibrahim, 2003: 118).
2.1.4.2. Aspek Manajemen dan SDM
Menurut Umar (2003: 115), aspek manajemen dalam pembangunan
proyek bisnis maupun manajemen dalam implementasi rutin bisnis adalah sama
saja dengan manajemen lainnya. Manajemen berfungsi sebagai aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Aspek SDM
bertujuan untuk mengetahui apakah dalam pembangunan dan implementasi bisnis
diperkirakan layak atau sebaliknya dilihat dari ketersediaan SDM. Kesuksesan
81
suatu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sebuah proyek bisnis sangat
tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer, dan tim-nya (Umar, 2003: 157-
158).
Menurut Umar (2003: 164), aspek SDM menyangkut produktivitas dari
suatu tenaga kerja yang secara umum, mengandung arti sebagai perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (input). Produktivitas memiliki dua (2) dimensi, yaitu:
a. Suatu efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja yang
maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,
kuantitas, dan waktu.
b. Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan
realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
2.1.4.3. Aspek Hukum
Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan,
jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana
yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan
sebagainya (Husnan dan Suwarsono, 2000: 20).
2.1.4.4. Aspek Ekonomi dan Sosial
Aspek ekonomi dan sosial meliputi gambaran mengenai pengaruh usaha
terhadap peningkatan penghasilan negara, pengaruh usaha ini terhadap devisa
yang akan dihemat atau diperoleh, penambahan kesempatan tenaga kerja,
pemerataan kesempatan kerja, dampak pada kehidupan sosial masyarakat, serta
pengaruh industri terhadap industri lain.
82
2.1.4.5. Aspek Dampak Lingkungan
Menurut Soeharto (2002: 97), aspek lingkungan adalah suatu pengkajian
yang dikenal sebagai analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang
merupakan suatu mekanisme untuk mencapai kelestarian lingkungan, aspek
lingkungan meliputi limbah yang dihasilkan proses produksi.
Dampak lingkungan harus dianalisis sehingga dampak ini dapat diatasi
dengan cara atau metode yang ada jika dapat berapa besar biaya yang diperlukan,
jika masih dapat diatasi berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan dari sudut
analisis AMDAL-nya (Sofyan, 2003: 98-99).
2.1.4.6. Aspek Pemasaran
Menurut Sofyan (2003: 169), bahwa lingkup aspek pemasaran meliputi
posisi permintaan berupa perkembangan permintaan terhadap produk atau jasa
yang akan ditawarkan di masa yang akan datang, posisi penawaran selama ini
serta prospeknya dimasa yang akan datang. Analisis aspek pemasaran akan
dilakukan dengan menggunakan bauran pemasaran, yaitu seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya
dalam sasaran. Menurut McCarthy dalam (Kotler, 1997: 18), mengklasifikasikan
alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P (4P) dalam
pemasaran yaitu:
a. Produk (product)
Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan kepada sebuah pasar
agar diperhatikan, diminta, dipakai, atau dikonsumsi sehingga mungkin
memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Susanto, 1999: 41). Produk
83
bisa berupa benda fisik, jasa, orang, organisasi, dan gagasan. Unit produk bisa
dibedakan menurut ukuran, harga, penampilan atau beberapa atribut lainnya.
Mutu produk menunjukkan kemampuan suatu produk untuk menjalankan
fungsinya dan ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan
produk perusahaan dengan produk pesaing. Klasifikasi produk/ jasa merupakan
suatu kegiatan yang penting dalam menentukan produk/ jasa apa yang akan
ditawarkan karena dari klasifikasi ini akan lebih mudah untuk mengetahui apa
yang menjadi keinginan, minat, model, atau kecenderungan dari orang-orang di
pasar sasaran.
b. Harga (price)
Harga (price) adalah sejumlah uang yang dibayar oleh konsumen untuk
mendapatkan suatu produk. Menurut Ichsan (2003: 66), harga juga merupakan
titik temu antara pembeli dan penjual didalam proses terjadinya transaksi jual beli.
Perubahan harga akan mempengaruhi perubahan barang yang dibeli. Penetapan
harga suatu produk ditentukan oleh jenis pasar yang ada. Menurut Rewold dan
Warshaw (1987), bahwa penentuan harga adalah suatu alat untuk mencapai tujuan
dan bukan tujuan itu sendiri. Tujuan penetapan harga adalah:
Memaksimumkan laba dalam jangka panjang (tujuan pokok) seperti:
pertumbuhan, kontrol atas pasar dan bebas dari persaingan yang
berlebihan.
Memaksimumkan laba dalam jangka pendek yaitu sasaran dari asumsi-
asumsi yang mendasari model-model ekonomi.
84
c. Promosi (promotion)
Promosi merupakan kegiatan yang sangat menentukan dalam
meningkatkan nilai penjualan dan pertumbuhan suatu produk. Menurut Kotler
(1997: 25) bahwa promosi menunjukan dari berbagai kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan
meningkatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk
tersebut.
Konsumen sekarang lebih kritis dan mereka mulai membandingkan antara
produk satu dengan yang lainnya. Harga murah belum jaminan bahwa produk
akan diterima konsumen, karena mereka memperhatikan faktor lainnya seperti
mutu dan manfaat. Konsep promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk
yang dihasilkan ke khalayak, baik dengan menggunakan periklanan maupun
dengan melakukan adaptasi komunikasi.
d. Tempat (place)
Tempat merupakan sarana untuk menjual barang dan jasa agar dapat
dijangkau oleh konsumen. Untuk mencapai hal itu, diperlukan saluran distribusi.
Menurut Kotler (1997: 279) pengertian dari saluran distribusi adalah sekelompok
perusahaan dan perorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau
membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika dipindahkan dari
produsen ke konsumen.
2.1.4.7. Aspek Finansial
Analisa aspek keuangan sangat diperlukan dalam menjalankan suatu usaha
yaitu untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan
85
dari suatu usaha untuk mengembalikan pinjaman atau kredit yang diperoleh dari
Bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam
perencanaan dan pengelolaan usaha. Dalam analisis keuangan meliputi beberapa
komponen, yaitu:
2.1.4.7.1. Cashflow (Arus kas)
Cashflow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari
penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran usaha (outflow). Aliran kas disusun
untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan
alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-
sumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Umar, 2003: 179). Berdasarkan
jenis transaksiya menurut Haming dan Basamalah (2003: 67), kas dalam cash flow
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Arus kas masuk (cash Inflow), yaitu arus kas menurut jenis transaksinya
yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas. Inflow yang ada pada
industri kecil terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat tambahan, dan
nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalah
penerimaan penjualan karena penerimaan ini bersifat rutin.
b. Arus kas keluar (cash outflow) adalah arus kas menurut jenis transaksinya
yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Outflow usaha dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya investasi, biaya tetap, dan biaya
tidak tetap (biaya variabel).
86
2.1.4.7.2. Kriteria Kelayakan Usaha.
a. Net Present value (NPV)
NPV adalah selisih antara Present Value dari investasi nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Umar,
2003: 200)
b. Internal Rate Return (IRR)
IRR merupakan metode yang digunakan untuk mencari tingkat bunga
yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa
yang akan datang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi
awal (Umar, 2003: 198).
c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat beberapa
manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu rupiah pengeluaran proyek.
Menurut Sofyan (2003: 177), Net B/C Ratio adalah suatu rasio yang
membandingkan antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha dengan
biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan rencana pendirian dan
pengoperasian usaha tersebut.
d. Payback period (PP)
PP adalah masa pengembalian modal, artinya lama periode waktu untuk
mengembalikan modal investasi. Cepat atau lambatnya sangat tergantung
pada sifat aliran kas masuknya. Jika aliran kas masuknya besar atau lancar
maka proses pengembalian modal akan lebih cepat dengan asumsi modal
87
yang digunakan tetap atau tidak ada penambahan modal selama umur
proyek (Sofyan, 2003: 181).
e. Break Event Point (BEP)
BEP merupakan suatu keadaan atau penjualan usaha dimana jumlah
manfaat (pendapatan) sama besarnya dengan pengeluaran (biaya) dengan
kata lain keadaan dimana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan
tidak menderita kerugian (Fatah, 1994: 45).
f. Return On Investement (ROI)
ROI merupakan pengembalian atas investasi dimana pemasukan (income)
dibagi dengan dana investasi yang memberikan indikasi profitabilitas
suatu investasi (Soeharto, 2002: 95).
2.1.4.7.3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan
proyek yang telah dilakukan Tujuan analisis sensitivitas adalah adalah untuk
mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial terhadap apa
yang dipilih (Fatah, 1994: 96). Semua proyek harus diamati melalui analisis
sensitivitas. Pada bidang proyek industri dapat berubah-ubah akibat empat
masalah utama yaitu :
a. Perubahan pada harga jual produk.
b. Keterlambatan pelaksanaan proyek.
c. Kenaikan biaya.
d. Perubahan volume produksi.
88
Teknik melakukan analisis sensitivitas adalah dengan mengukur ulang
ukuran kemanfaatan proyek menggunakan perkiraan baru dari satu atau lebih
komponen biaya atau hasil. Tiap analisa sensitivitas harus dilakukan secara
terpisah untuk dapat mengestimasi pengaruh yang terjadi terhadap asumsi-asumsi
yang digunakan untuk mengukur kemanfaatan proyek, dan setelah itu dapat
ditarik kesimpulan bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi proyek. Jadi
analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan harga
produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume
produksi terhadap suatu proyek. Seberapa besarkah perubahan yang terjadi pada
empat hal diatas dapat mengubah penilaian suatu investasi, yaitu dari layak
menjadi tidak layak dilaksanakan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Menurut hasil penelitian Alireza (2002) yang berjudul “ Studi Kelayakan
Agribisnis Ikan Hias Air Tawar “ skala kecil menghasilkan NPV positif sebesar
Rp. 22.095.717, IRR sebesar 68,97 persen dan Net B/C Ratio sebesar 3,95 serta
Payback Period-nya 3 tahun 11 bulan. Sedangkan usaha skala besar menghasilkan
NPV sebesar Rp. 51.950.058, IRR sebesar 84,28%, Net B/C Ratio 4,52 dan PP 3
tahun 1 bulan. Hal ini menunjukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar skala kecil
maupun besar layak untuk dijalankan.
Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar
skala besar kurang sensitiv terhadap perubahan harga output, harga input dan
tingkat suku bunga. Setiap kenaikan harga output sebesar 25%, kenaikan harga
89
input sebesar 15%, penurunan harga input 15% dan kenaikan tingkat suku bunga
menjadi 20% tidak menyebabkan usaha menjadi tidak layak. Sedangkan agribisnis
ikan hias air tawar tidak layak jika terjadi penurunan harga input yang diikuti oleh
kenaikan tingkat suku bunga.
Menurut hasil penelitian Aisah (2002) tentang Analisis Kelayakan Usaha
Florist menunjukan NPV pada usaha kecil 5 unit florist sebesar Rp.-
889.464.717,87 dan 1 unit florist Rp.-7.896.599,87 dinyatakan tidak layak
dengan tingkat suku bunga 17 persen. Sedangkan usaha skala besar dinyatakan
layak, yaitu pada 5 unit florist sebesar Rp.3.138.700.644,07 dan 1 unit florist
Rp.827.664.731,25. Nilai Net B/C Ratio pada skala kecil untuk 5 unit florist
sebesar 0,87 dan 1unit florist 0,95 sehingga tidak layak. Sedangkan pada skala
besar mendapatkan kelayakan untuk 5 unit florist bernilai 1,59 dan 1 unit florist
1,89, IRR pada skala kecil 3 persen (5 unit florist) dan 12 persen (1 unit florist)
dinyatakan tidak layak. Sedangkan untuk skala besar layak dengan nilai 69 persen
(5 unit florist) dan 93 persen (1 unit florist). Payback Period (PP) pada skala kecil
(5 dan 1 unit florist) tidak mengalami pengembalian modal, sedangkan pada skala
besar untuk 5 unit florist modal dapat kembali selama 10 bulan 3 hari dan 1 unit
florist 9 bulan 15 hari.
Hasil analisis sensitivitas pada usaha florist skala besar layak diusahakan
pada tingkat kenaikan harga input sebesar 22 persen, akan tetapi pada tingkat
penurunan harga output 43 persen usaha florist tidak layak pada tingkat suku
bunga 17 persen, begitu juga pada tingkat suku bunga naik 20 persen dan 16
persen.
90
2.3. Kerangka pemikiran
Industri kerupuk SKS merupakan industri skala kecil yang bergerak pada
proses pembuatan kerupuk terdapat di Pondok Labu, Jakarta Selatan. Peningkatan
jumlah penduduk di wilayah Jakarta dan sekitarnya secara langsung akan
meningkatkan jumlah permintaan kerupuk. Usaha ini perlu informasi dan
penanganan yang tepat agar berkembang dan mampu bersaing dengan mengkaji
pada aspek studi kelayakan usaha.
Dalam penelitian ini akan menganalisis usaha kerupuk SKS dalam
pengembangan usaha yang dapat memberikan informasi-informasi dengan
menganalisis pada aspek-aspek studi kelayakan usahanya. Hasil analisis tersebut
menunjukkan apakah usaha kerupuk SKS layak atau tidak untuk dilaksanakan.
Langkah pertama adalah menganalisis dengan mencari data kualitatif,
yang menilai dari aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek
hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek dampak lingkungan dan aspek
pemasaran. Langkah kedua adalah menganalisis data kuantitatif dengan
menghitung aspek finansial yang mempunyai beberapa kriteria yaitu NPV, IRR,
B/C Ratio, Payback Periods (PP), Return On Investement (ROI), Break Event
Point (BEP). Dan mencari perhitungan analisis sensitivitas untuk melihat sampai
berapa persen peningkatan atau penurunan faktor-faktor pemasukan atau biaya
tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi pada aspek
keuangan yaitu dari layak atau menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Kemudian
dari hasil analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dimasukkan kedalam analisis
usaha kerupuk SKS yang diterapkan. Langkah terakhir adalah interpretasi hasil
91
analisis kelayakan, apakah layak atau tidak. Bila hasilnya menyatakan layak maka
diteruskan dengan pelaksanaan. Bila hasilnya menyatakan tidak layak maka perlu
dilakukan evaluasi.
92
2.4. Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Evaluasi
Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk SKS
Analisis Kualitatif : Aspek Teknik dan Produksi. Aspek Manajemen dan SDM. Aspek Hukum Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek Dampak Lingkungan. Aspek Pemasaran
Hasil Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Kuantitatif : Aspek Finansial • Cashflow
Kriteria Kelayakan Finansial : • NPV • IRR • B/C Rasio • Payback Periods
(PP) • Return On
Investment (ROI) • Break Event Point
(BEP) Analisis Sensitivitas
Layak Tidak Layak
Pelaksanaan
Usaha Kerupuk SKS
93
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada industri kecil kerupuk SKS yang
beralamat di Jl. H. Kamang Bawah Rt 02 Rw 10 Pondok Labu Jakarta Selatan.
Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan
bahwa industri kecil ini mampu bertahan ditengah persaingan usaha kecil sejenis
yang semakin semarak. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan (Februari-
Maret 2006).
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen
SKS. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian bersumber
dari laporan keuangan manajemen perusahaan yang terdiri dari laporan tahunan,
peraturan-peraturan, kebijaksanaan perusahaan berkaitan dengan masalah-masalah
yang dipelajari, sejarah perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. Data
sekunder juga diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS). Kedua jenis sumber data
yang diperoleh dan dikumpulkan merupakan data yang kualitatif dan kuantitatif
yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk uraian dan tabel.
94
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Jenis data primer diperoleh adalah harga jual, harga input, komponen
biaya investasi, biaya operasional, dan biaya tetap. Data ini diperoleh melalui
pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan pihak yang terkait,
dengan kata lain menggunakan metode purposive. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari dokumen perusahaan, instansi pemerintah, dan beberapa pustaka
yang terkait dalam penelitian ini.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
dilakukan untuk mengetahui karakteristik perusahaan kerupuk tersebut yang
disajikan pada aspek-aspek non finansial dalam bentuk uraian deskriptif, tabel,
bagan, atau gambar untuk mempermudah pemahaman. Sedangkan data kuantitatif
disajikan untuk mengetahui keadaan perusahaan secara finansial seperti Net
Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net B/C Ratio, Payback Period
(PP), Break Event Point (BEP), Return On Investment (ROI), serta Analisis
Sensitivitas.
Untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu proyek tersebut
menguntungkan atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek dengan cara
menghitung manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Setelah
dilakukan identifikasi terhadap semua manfaat dan biaya, maka baru dapat
95
dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi. Adapun
metode yang digunakan dalam analisis kelayakan finansial pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3.4.1. Net Present Value (NPV)
Menurut Sofyan (2003: 180), NPV adalah nilai neto sekarang dari dana
yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat
pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang
layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek itu akan
merugi. Rumus yang digunakan dalam NPV adalah sebagai berikut:
[ ]∑=
−−
=n
1tt
t Ior1
CFNPV
Dimana:
NPV = Net Present Value atau Nilai Sekarang.
Σ = Simbol untuk penjumlahan.
t = Periode Waktu atau tahun ke t
n = Umur usulan usaha
CFt = Aliran kas pada tahun ke t
r = Tingkat suku bunga atau biaya modal
Io = Modal investasi awal.
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode
NPV adalah sebagai berikut:
Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,
Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan
96
Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai
perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.
3.4.2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga tingkat pengembalian
atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR harus lebih besar
dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan investasi dapat
layak dilaksanakan (Sofyan 2003: 178). Rumus yang digunakan untuk IRR adalah
sebagai berikut:
[ ]i'iNPV NPV'
NPViIRR +++
+=
Dimana:
IRR = Tingkat pengembalian internal
i = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV positif
i’ = Bunga diskonto yang menghasilkan NPV negative
NPV = Nilai sekarang yang positif
NPV’ = Nilai sekarang yang negatif
3.4.3. Net B/C Ratio
Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap
total dari biaya bersih. B/C menunjukan manfaat bersih yang diperoleh setiap
penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Perhitungan dengan menggunakan
rumus (Gray dkk, 1997: 86):
( )
( )∑
∑
−
−
+−+−
= n
1tt
n
1t
i1BtCt
i1CtBt
B/CNet t
97
Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C Ratio, yaitu:
Net B/C Ratio > 1, maka proyek layak atau dapat dilaksanakan.
Net B/C Ratio = 1, maka proyek impas antara biaya dan manfaat
sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan
atau tidak.
Net B/C Ratio < 1, maka tidak layak atau tidak dapat dilaksanakan.
3.4.4. Payback Period (PP)
Menurut Sofyan (2003: 19), teknik ini digunakan untuk menentukan
berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu akan kembali jika alternatif
aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan itu akan kembali, maka
alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang terpendek adalah yang
terbaik.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2004: 155), Perhitungan didapat dari
perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas
bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan
(dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang
digunakan dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut:
Payback Period = Investasi = xxx
Proceeds tahun 1 = xxx -
Sisa = xxx
Proceeds tahun 2 = xxx -
98
Sisa = xxx
dst
3.4.5. Break Event Point (BEP)
Merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan seperti, luas
produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta
pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya. Keadaan pulang pokok
merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan (total revenue) yang
disingkat TR adalah biaya yang ditanggungnya (total cost) yag disingkat TC.
Penentuan break even didasarkan pada persamaan penjualan dengan total
biaya. Adapun perhitungan BEP menurut Prajnata (2002: 58-59) adalah sbb :
ProduksiTotalProduksi Biaya TotalJual Harga BEP =
Produksi Jual HargaProduksi Biaya TotalProduksi Volume Untuk BEP =
3.4.6. Return On Investement (ROI)
ROI merupakan pengembalian atas investasi dimana pemasukan (income)
dibagi dengan dana investasi yang memberikan indikasi profitabilitas suatu
investasi. Menurut Soeharto (2002: 95) rumusnya adalah:
99
%100XInvestasi
PemasukanROI =
3.4.7. Analisis Sensitivitas
Untuk mengkaji sejauh mana perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial
kegiatan usaha yang akan dijalankan atau diusahakan . Analisis sensitivitas akan
melihat apa yang akan terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi perubahan-
perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan.
Dalam penelitian, analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan
(manfaat) dan pengeluaran (biaya) pada analisis kelayakan usaha, yaitu perubahan
biaya operasional, perubahan biaya bahan baku dan perubahan penerimaan.
Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, IRR, Net B/C, jika
terjadi perubahan pada variabel alat analisis. Variabel-variabel yang digunakan
sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya adalah:
1. Peningkatan biaya operasional sebesar 20 persen pada harga tepung tapioka,
minyak tanah, minyak goreng dan tepung terigu.
2. Penurunan penerimaan sebesar 10 persen.
Peningkatan variabel analisis sensitivitas untuk kenaikkan biaya
operasional 20 persen didasarkan pada hasil perhitungan rata-rata inflasi nasional
periode 2001-2006 (Lampiran 3) dan kurang stabilnya keadaan ekonomi di negara
kita. Sedangkan penurunan penerimaan 10 persen didasarkan kemungkinan
banyaknya persaingan pada perusahaan.
100
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis sensitivitas adalah 16
persen yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi bank-bank
umum periode 2001-2006 (Lampiran 4).
3.5. Definisi Operasional
1. Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka yang
dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan.
2. Usaha kecil adalah usaha perseorangan yang berdiri sendiri, dimiliki warga
negara Indonesia (WNI) yang memiliki tenaga kerja antara 5 sampai 19
orang, mempunyai kekayaan bersih tidak lebih besar dari 200 juta rupiah dan
menghasilkan tidak lebih dari satu milyar rupiah.
3. Cash Flow adalah aliran kas pada suatu usaha yang terdiri dari inflow
(penerimaan usaha) dan outflow (pengeluaran usaha).
4. Inflow yang berada dalam cash flow adalah suatu aliran kas masuk atau
penerimaan bagi suatu usaha.
5. Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha, yang terdiri dari
biaya investasi, biaya tetap, dan biaya operasional.
6. Biaya Investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha.
7. Biaya Tetap adalah biaya yang konstan secara total sekalipun terjadi
perubahan aktivitas dalam suatu kisaran relevan tertentu.
8. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
101
9. Produk adalah segala jenis kerupuk yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat
memuaskan keinginan/ kebutuhan.
10. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada tahun pertama proyek
berjalan Tahun 2006.
11. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga yang
berlangsung sekarang yaitu sebesar 16% persen. Angka ini berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
12. Pelaksanaan usaha ini diasumsikan menggunakan teknologi yang semi
modern.
13. Rata-rata Inflasi Nasional periode 2001-2006 untuk menentukan kenaikan
biaya operasional sebesar 10%.
14. Sumber modal terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman dengan
pinjaman sebesar 30%
15. Perhitungan analisis kelayakan tahun 2006 dianggap tahun pertama produksi
dengan perhitungan selama 5 tahun.
102
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Singkat Usaha Kerupuk SKS.
Usaha Kerupuk SKS merupakan idustri kecil yang bergerak pada usaha
distributor (penyedia) kerupuk. Industri kecil ini merupakan salah satu usaha
pembuatan kerupuk yang menggunakan mesin semi modern. Usaha ini didirikan
pada tahun 1992 oleh Bapak Manan yang beralamat di Jl. H. Kamang Bawah Rt
02 Rw 10 Pondok Labu, Jakarta Selatan. Latar belakang berdirinya adalah
berawal dari pemilik yang mempunyai keahlian membuat kerupuk, sehingga dari
keahlianya dan dengan tekad yang kuat untuk berwirausaha maka beliau mencoba
untuk mendirikan pabrik kerupuk yang diberi nama Kerupuk Suka Asih (SKS).
Pada mula usaha ini berdiri Bapak Manan dibantu oleh keluarga sebagai
sumber modalnya dan memiliki empat orang karyawan. Alat-alat produksi yang
dimilikinya masih bersifat tradisional dan hanya mampu memproduksi 500 keping
kerupuk per harinya. Hasil dari produksinya, beliau sendiri yang mendistribusikan
ke warung-warung makan dan toko-toko kecil disekitar Pondok Labu. Hal ini
dikarenakan keterbatasan modal yang dimilikinya. Pada tahun 1993 Bapak Manan
mendapat pinjaman modal dari Bank untuk usahanya. Dengan bertambahnya
modal dan semakin dikenalnya kerupuk SKS oleh konsumen, maka beliau
memperluas usahanya dengan cara membeli mesin molen (pencetak) dan hidrolik
(pencampur) dan juga menambah tenaga kerja baru agar produksinya semakin
meningkat.
103
Usaha Kerupuk SKS mampu bertahan dan mengalami peningkatan karena
kerupuk yang dihasilkan memiliki kualitas rasa yang gurih, disamping itu Bapak
Manan mampu memimpin dan mengembangkannya. Hal ini dapat dilihat dari
semakin bertambahnya jumlah karyawan, pedagang, dan semakin meningkatnya
jumlah produksi.
4.2. Struktur Organisasi
Struktur dalam perusahaan ini, pemilik merangkap sebagai pimpinan
perusahaan yang mempunyai wewenang dalam mengambil suatu keputusan.
Pimpinan perusahaan merangkap sebagai manajer operasional yang bertanggung
jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan, mulai dari
pembelanjaan bahan baku, proses produksi, sampai pemasaran, serta mengelola
pegawai termasuk gaji para pegawai.
Pimpinan perusahaan dibantu oleh beberapa bagian, yaitu bagian
admnistrasi, bagian produksi, bagian marketing, bagian umum, serta bagian-
bagian lain yang mendukung aktivitas perusahaan. Adapun bagian-bagian dari
struktur organisasi dan tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Bagian Administrasi tugasnya mencatat arus kas perusahaan setiap hari yang
meliputi pengeluaran dan pemasukan, seperti mencatat jumlah stok bahan
baku, bahan bakar serta mengelola para karyawan termasuk gaji para
karyawan.
104
2. Kepala produksi bertugas mengawasi dan bertanggung jawab pada saat proses
produksi berlangsung dan membawahi bagian umum yang bertanggung jawab
dalam kebersihan dan keamanan dilingkungan sekitarnya.
3. Marketing bertanggung jawab atas perencanaan strategi pemasaran, yang
sampai sekarang masih di pegang oleh pimpinan perusahaan. Bagian ini
membawahi pedagang yang bertugas menjual dan memasarkan produk.
Adapun bentuk struktur organisasi pada Kerupuk SKS terdapat pada Gambar
2.
Gambar 2. Struktur Organisasi Kerupuk SKS
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Pemimpin Perusahaan
Marketing Administrasi Bagian umum Bagian Produksi
Input dan Output
Perusahaan
Pedagang Kebersihan
Keamanan
105
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Aspek Teknis dan Produksi
Aspek teknik dan produksi yang diteliti meliputi lokasi usaha, bahan baku,
tenaga kerja, teknologi, proses produksi dan layout usaha kerupuk SKS.
a. Lokasi Usaha
Lokasi pabrik cukup strategis untuk sarana dan prasarananya menunjang
seperti dekat dengan jalan raya, perumahan dan pasar, serta fasilitas umum
lainnya, sehingga memudahkan untuk akses pembelanjaan dan pemasaran. Akan
tetapi lokasi usaha ini juga rentan terhadap bahaya banjir bila musim hujan tiba
karena lokasi usaha dekat dengan sungai.
b. Bahan Baku
Pembuatan kerupuk membutuhkan bahan baku utama berupa sagu (tepung
tapioka) sebanyak 300 Kg per harinya. Sedangkan sebagai bahan tambahannya
berupa, tepung terigu, bawang putih, vetsin, garam, minyak goreng dan ikan
tongkol. Total biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku sebesar Rp.1.414.000,00
dan menghasilkan 15.000 keping kerupuk per harinya. Pemenuhan kebutuhan
bahan baku utama diperoleh dengan cara memesan setiap minggunya sedangkan
untuk bahan tambahan diperoleh dengan cara membeli di pasar Pondok Labu,
Jakarta Selatan. Adapun harga bahan baku untuk pembuatan kerupuk terdapat
pada Tabel 3.
106
Tabel 3. Jumlah Bahan Baku dalam Pembuatan Kerupuk SKS pada Tahun 2006
No Bahan Baku Jumlah Kebutuhan perHari (Kg) Harga (Rp) Jumlah (Rp)
1. Tepung Tapioka 300 Kg 4000/Kg 1.200.0002. Bawang Putih 5 Kg 5000/Kg 25.0003. Garam 8 Kg 2000/Kg 16.0004. Ikan Tongkol 6 Kg 5000/Kg 30.0005. Tepung Terigu 25 Kg 4000/Kg 100.0006. Vetsin 2 Kg 3500/Kg 7.0007. Minyak Goreng 6 K9 6000/Kg 36.000
Total per Hari 1.414.000Total per Bulan (24 hari) 33.936.00
Sumber: Data Primer, 2006
c. Tenaga Kerja
Tenaga kerja produksi yang dimiliki usaha Kerupuk SKS berjumlah 25
orang dan terbagi menjadi dua yaitu tenaga kerja tetap dan tidak tetap. Tenaga
kerja tetap berjumlah 15 dan tenaga kerja tidak tetap ada 10 orang. Sedangkan
untuk pedagang yang bernaung di usaha kerupuk SKS jumlahnya ada 40 orang.
d. Teknologi
Teknologi yang digunakan pada usaha kerupuk SKS tergolong semi
modern, meskipun proses pencetakan dan pencampuran sudah menggunakan
mesin hidrolik (mesin pencetak) dan molen (pencampuran sagu dengan bumbu),
akan tetapi pada proses lainnya masih menggunakan alat tradisional. Hal ini dapat
dilihat dari proses penjemuran yang masih menggunakan alat tradisional berupa
ebek, kemudian pada proses pengukusan juga masih menggunakan sarang, sampai
pada proses pengemasanya pun juga masih memerlukan bantuan tangan manusia
107
secara langsung. Alat-alat penunjang operasional yang dibutuhkan antara lain
mixer, oven, ebek, wajan, sarang, dorongan (roling), jaring, ember, kaleng,
timbangan dan tempat pengukusan.
e. Proses Produksi
Proses pembuatan Kerupuk SKS sangat sederhana yaitu terdiri dari
aktivitas pembuatan bumbu, pembuatan adonan kerupuk, pencetakan,
pengukusan, penjemuran, pengovenan, penggorengan, serta tahap akhir adalah
pendistribusian kepada pedagang. Cuaca berpengaruh terhadap proses produksi,
apabila musim panas maka usaha ini melakukan produksi secara maksimal.
Adapun proses produksi usaha kerupuk SKS terdapat pada Lampiran 6.
f. Layout
Tanah seluas 1300 m yang dimiliki selain untuk rumah juga dimanfaatkan
untuk bangunan pabrik kerupuk yang didalamnya meliputi, gudang bahan baku
berukuran 10x8 yang digunakan juga untuk membuat adonan kerupuk, untuk
tempat produksi kerupuk berukuran 10x16, kamar tidur pekerja (mess) berukuran
6x8 sebanyak 5 buah, untuk tempat pengovenan berukuran 6x6, untuk warung
makan 6x8. Sedangkan sisanya digunakan untuk penjemuran dan parkir gerobak
kerupuk. Adapun layout pada usaha Kerupuk SKS terdapat pada Lampiran 2.
5.2. Aspek Manajemen dan SDM
Sistem manajemen bersifat manajemen terbuka (open management). Hal
ini dapat dilihat dengan adanya pertemuan dengan agenda mereview semua
pengeluaran dan pemasukan yang terjadi dalam perusahaan yang dilakukan satu
108
kali setiap minggunya. Setiap hari karyawan bekerja mulai pukul 08.00-15.00
WIB dengan waktu istirahat 1 jam.
Saat ini perusahaan memiliki tenaga kerja 25 orang untuk bagian produksi
dan bekerjasama sebanyak 40 orang sebagai pedagangnya. Dalam usaha ini
pemimpin perusahaan memegang kekuasaan penuh untuk merekut dan
memberhentikan karyawan. Dalam mencari karyawan perusahaan tidak memiliki
kriteria khusus karena perusahaan lebih mengutamakan ketrampilan dan
kemampuan kerja karyawan dari pada tingkat pendidikan yang dimiliki.
Dari 25 orang pekerja bagian produksi tersebut, terdapat 8 orang yang
berpendidikan terakhir SLTA / sederajat, 11 orang adalah tamatan SLTP, dan 6
orang hanya tamatan SD. Sedangkan untuk pedagang terdapat 28 orang tamatan
SLTA/ sederajat, 9 orang tamatan SLTP, dan 3 orang lainya hanya sampai pada
tingkat SD. Secara rinci, tingkat pendidikan pekerja pada usaha Kerupuk SKS
terdapat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Pekerja Usaha Kerupuk SKS dan Pedagang Kerupuk
Produksi Pedagang Tinggkat
Pendidikan Jumlah Presentase (%) Tinggkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)
SLTA 10 40 SLTA 28 70 SLTP 11 44 SLTP 9 22,5
SD 4 16 SD 3 7,5 Total 25 100 Total 40 100
Sumber: Wawancara dengan pimpinan Usaha Kerupuk SKS
Sistem penggajiannya adalah perbulan untuk tenaga kerja tetap yang
berjumlah 15 orang, gaji yang diterima tenaga kerja tetap adalah sebesar
Rp.610.000,00 perbulan. Sedangkan untuk tenaga kerja tidak tetap sistem
109
penggajiannya adalah perhari, gaji yang diterima adalah sebesar Rp.20.000,00
perhari.
5.3. Aspek Hukum (Institusional)
Keberadaan usaha Kerupuk SKS ini secara hukum belum terdaftar tetapi
telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sejak tahun 1992. Usaha
Kerupuk SKS ini didirikan sejak tahun 1992 dan telah memiliki IMB.
5.4. Aspek Ekonomi dan Sosial
Keberadaan usaha kerupuk SKS di daerah sekitar tidak menimbulkan
dampak terhadap kehidupan masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan mesin-
mesin yang beroperasi tidak menimbulkan kebisingan masyarakat setempat.
Selain itu dengan adanya usaha kerupuk SKS wilayah setempat menjadi semakin
ramai, adanya penerangan listrik disekitar lokasi, dan terbukanya lapangan kerja
sehingga dapat mengurangi tingkat penggangguran.
5.5. Aspek Dampak Lingkungan
Kegiatan operasional usaha ini tidak mengganggu keseimbangan
lingkungan masyarakat di sekitar lokasi. Karena limbah yang dihasilkan dari
usaha ini tidak menghasilkan limbah yang membahayakan bagi manusia maupun
lingkungan tempat tinggalnya. Hasil limbah sebagian besar merupakan air kotor
sisa pembersihan alat-alat produksi. Air limbah ini tidak mengandung zat-zat
kimia yang membahayakan organisme tanah, dan tanaman.
110
5.6. Aspek Pemasaran
Aspek pasar yang diteliti meliputi bauran pemasaran yang terdiri dari 4P,
yaitu produk, price (harga), promosi, dan place (distribusi) yang digunakan
perusahaan.
a. Produk
Produk yang ditawarkan oleh Usaha Kerupuk SKS ini adalah jenis
kerupuk berwarna putih yang sering kita jumpai di toko-toko kecil dan warung
makan. Disamping memiliki rasa yang gurih dan renyah mutu dari produk
Kerupuk SKS sangat baik dan layak untuk dikonsumsi oleh konsumen karena
tidak terdapat bahan-bahan kimia seperti, bahan pengawet (formalin) serta
pewarna. Hal itu dilakukan agar kosumen dapat mengkonsumsinya secara nyaman
dan aman.
b. Harga
Penetapan harga kerupuk ditentukan melalui kesepakatan antara pimpinan
dengan para pedagang yang ada di Usaha Kerupuk SKS. Hal ini dikarenakan
Usaha Kerupuk SKS ini hanya sebagai supplier (penyedia) bagi para pedagang.
Harga yang ditetapkan oleh Usaha Kerupuk SKS untuk para pedagang adalah
sebesar Rp.300,00 per biji. Pedagang bertanggung jawab penuh apabila kerupuk
yang dipasarkan tidak habis terjual.
c. Promosi
Promosi yang dilakukan oleh Usaha Kerupuk SKS adalah melalui
penyebaran kaleng kesetiap toko-toko kecil dan warung makan oleh para
pedagang. Penyebaran kaleng dilakukan oleh pedagang pada saat pengantaran
111
dan penjualan produk Kerupuk SKS ke toko-toko kecil dan warung makan
(warteg) di wilayah Jakarta Selatan, Tangerang, dan Depok.
d. Distribusi.
Hasil dari produksi kerupuk langsung didistribusikan ke para pedagang
yang bernaung di usaha kerupuk SKS. Untuk satu pedagang bertanggung jawab
sebanyak 180 kaleng, dimana 1 kaleng berisi 33 keping kerupuk. Pedagang
berperan penting dalam proses pendistribusian, semakin banyak pedagang secara
langsung akan meningkatkan jumlah produksi kerupuk. Penjualan produk juga
dilakukan dengan cara retailing (penjualan dengan cara eceran). Selain itu, usaha
ini juga melayani pembeli yang langsung datang ke pabrik, tanpa adanya batas
minimum pembelian.
5.7. Aspek Finansial
5.7.1. Kebutuhan Dana dan Sumber Dana
Investasi yang dimiliki usaha Kerupuk SKS pada tahun 2006 adalah
sebesar Rp.1.171.673.000,00. dimana digunakan untuk biaya aktiva adalah
sebesar Rp.742.715.000,00 untuk modal kerja selama satu tahun sebesar
Rp.428.958.000,00
Sumber dana yang digunakan untuk menjalankan usaha ini tidak
seluruhnya dari modal sendiri. Tetapi dengan modal pinjaman sebesar 30% dari
Bank BRI. Investasi awal usaha kerupuk SKS dapat dilihat pada Tabel 5.
112
Tabel 5. Investasi usaha kerupuk SKS pada Tahun 2006
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
5.7.2. Biaya
Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah termasuk biaya tetap, biaya tidak
tetap, biaya operasional, dan biaya penyusutan. Untuk biaya tetap (gaji) sebesar
Rp.110.000.000,00 per tahun (Lampiran 7), biaya tidak tetap adalah sebesar biaya
operasional yaitu sebesar Rp.428.958.000,00 per tahun. Biaya tidak tetap ini
digunakan untuk pembelian bahan baku, kemasan/ kaleng, biaya listrik, telepon,
tenaga kerja langsung, transportasi, bahan bakar, serta biaya promosi (Lampiran
No Komponen Jumlah (Rp) Keterangan
1 Bangunan 500.000.000 1 unit usaha2 Sarana Transportasi a. Mobil 40.000.000 1 unit b. Motor 12.000.000 1 unit c. Becak Kerupuk 60.000.000 40 unit3 Mesin a. hidrolik (pencetakan) 25.000.000 1 unit b. Molen 18.000.000 1 unit c. Pompa Air 1.800.000 2 unit4 Peralatan a. Ebek 1.875.000 250 unit b. Oven 1.000.000 2 unit c. Wajan 2.400.000 6 unit d. Sarang 5.200.000 400 unit e. Kaleng 72.000.000 7.200 unit f. Dorongan (roling) 800.000 4 unit g. Jaring 300.000 6 unit h. Bak (tempat adonan) 400.000 8 unit i. Ember Kecil 100.000 10 unit j. Ember Besar 160.000 8 unit k. Timbangan 1.500.000 3 unit l. Corong 40.000 6 unit m. Keranjang 140.000 20 unit
5. Modal kerja 1 tahun 428.958.000 Total 1.171.673.000
113
8-10), sedangkan biaya penyusutannya adalah sebesar Rp.83.043.000,00 per tahun
(Lampiran 11). Adapun biaya Kerupuk SKS terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komponen Biaya Kerupuk SKS Pondok Labu Per Tahun.
No Komponen Biaya Jumlah (Rp) Tahun 1 Tahun 2,3,4 dan 5 1 Biaya gaji tetap 110.000.000 110.000.0002 Biaya tidak tetap 428.958.000 428.958.0003 Biaya penyusutan 83.043.000 83.043.0004 Biaya angsuran 20% 44.562.900 44.562.9005 Biaya bunga 35.650.320 35.650.3206 Biaya zakat 0 8.014.180 Total Biaya 702.214.220 710.228.400
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah
5.7.3. Manfaat
Manfaat Usaha Kerupuk SKS diperoleh dari nilai penjualan kerupuk
dengan total produksi sebanyak 15.000 keping per hari dengan harga jual
Rp.300,00 perbijinya, dengan asumsi produksi yang gagal sebesar 2% (Lampiran
12). Perincian pemasukan Usaha Kerupuk SKS dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pemasukan Kerupuk SKS Pondok Labu Per Tahun
No Komponen Harga (Rp)/ Keping
Jumlah Terjual/ Keping Jumlah (Rp)
1 Manfaat (Rp) 300 3.528.000 1.058.400.000
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan Tabel 7, bahwa pemasukan Usaha Kerupuk SKS per tahun
adalah sebesar Rp. 1.058.400.000,00. Setelah dikurangi pajak, angsuran, bunga,
zakat dan penyusutan maka akan didapat keuntungan sebesar Rp.320.567.202,00
114
pada tahun 1, sedangkan untuk tahun 2,3,4 dan 5 adalah sebesar Rp.
312.553.022,00 (Lampiran 14). Ikhtisar Rugi/ Laba Usaha Kerupuk SKS dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Ikhtisar Rugi/ Laba Usaha Kerupuk SKS pada Tahun 2006
No Uraian Tahun
1 2,3,4 dan 5
1 Pendapatan (Rp) 1.058.400.000 1.058.400.000
2 Pengeluaran (Rp) a. Biaya Operasional (Rp) 428.958.000 428.958.000 b. Biaya gaji (Rp) 110.000.000 110.000.000 c. Penyusutan (Rp) 83.043.000 83.043.000
d. Angsuran 20% 44.562.900 44.562.900 e. Biaya Bunga 35.650.320 35.650.320 f. Pajak 10% (Rp) 35.618.578 35.618.578 Laba sesudah pajak (Rp) 320.567.202 320.567.202
3 Zakat 2,5% 0 8.014.180
3 Rugi/ Laba (Rp) 320.567.202 312.553.022 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
5.7.4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial
5.7.4.1. Hasil Analisis (30%Modal Pinjaman) Perhitungan modal pinjaman 30% dari investasi sebesar Rp.
742.715.000,00 adalah sebesar Rp.222.814.500,00 biaya bunga sebesar
Rp.35.650.320,00 (bunga bank dikalikan dengan pinjaman 30%). Angsuran
pokoknya sebesar 20% yaitu Rp.44.562.900,00 per tahun selama 5 tahun, adapun
hasil analisisnya terdapat pada Tabel 9.
115
Tabel 9. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Kerupuk SKS (Modal Pinjaman 30%)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.641.202.052 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 24,90% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,18 Layak
4 Payback Period (PP) 1 Thn 9 Bln 4 Hari Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Hasil analisis kelayakan investasi pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa
usaha ini memiliki nilai NPV sebesar Rp.641.202.052,00 yang berarti usaha ini
akan menerima keuntungan sebesar Rp.641.202,00 juta selama 5 tahun menurut
nilai waktu sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 24,90% yang berarti lebih besar
dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%). Sehingga usaha ini layak
dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di Bank, karena mempunyai
tingkat return yang lebih tinggi. Nilai Net B/C Ratio adalah sebesar 1,18 yang
berarti setiap pengeluaran Rp.1,00 akan memberikan keuntungan sebesar Rp.0,18
(Lampiran 15).
Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 9 dimana NPV bernilai positif,
Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha pada pinjaman 30%
layak untuk diusahakan.
Hasil analisis payback period-nya menjelaskan bahwa usaha ini akan
mengembalikan investasi dalam waktu 1 tahun 9 bulan 4 hari. Sedangkan untuk
hasil perhitungan payback period-nya terdapat pada (Lampiran 71).
116
Analisis BEP digunakan untuk melihat keadaan dimana jumlah manfaat
(penerimaan biaya) sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (biaya), dengan
kata lain keadaan dimana usaha ini tidak mendapatkan laba dan juga tidak
menderita kerugian. Perhitungan BEP pada usaha ini ditinjau berdasarkan harga
jual dan volume produksi. Hasil perhitungan analisis Break Event Point (BEP)
terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10. Break Event Point (BEP) Usaha Kerupuk SKS
No Keterangan Jumlah
1 Total Biaya Produksi (Rp)/Tahun 742.715.000
2 Total Produksi/Tahun 3.528.000
3 BEP Harga Jual (Rp) 210
4 Harga Jual Produk (Rp) 300
5 BEP Volume Produksi/ Tahun 2.475.717 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis BEP pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa
usaha ini akan mengalami pulang pokok pada saat volume produksi atau
penjualan mencapai 2.475.717 keping atau penerimaan sebesar total biaya
produksi yaitu Rp.742.715.000,00 per tahun dan dengan BEP harga jual sebesar
Rp.210,00 per keping (Lampiran 5).
Berdasarkan hasil analisis Return On Investement pada Tabel 13 dapat
diketahui bahwa kemampuan mengembalikan investasi untuk setiap pengeluaran
modal investasi sebesar Rp.1.000,00 akan diperoleh pengembalian suatu investasi
sebesar Rp.580,00 pada tahun pertama. ROI pada tahun kedua, ketiga, keempat
dan kelima menurun menjadi Rp.570,00 karena adanya zakat sebesar 2,5%.
117
Tabel 11. Return On Investement (ROI) Kerupuk SKS (Modal Pinjaman 30%)
No Uraian Tahun
1, 2,3,4,5 1 Manfaat Bersih 428.565.426 420.551.246
2 Investasi 742.715.000 742.715.000
3 ROI (%) 0,58 0,57 Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa
penggunaan modal investasi dengan modal pinjaman 30% dalam usaha ini telah
digunakan dengan efisien. Hal ini telah, ditunjukan dengan nilai ROI yang besar
sampai tahun ke-5.
5.7.4.2. Hasil Analisis (100% Modal Sendiri)
Perhitungan kelayakan finansial usaha ini diperoleh dari data hasil
pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran kas biaya. Manfaat bersih setelah
pajak ditambah penyusutan kemudian didiskontokan dengan tingkat suku bunga
investasi sebesar 16% yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit
investasi Bank Umum periode 2001-2006 (Lampiran 3). Adapun hasil
perhitungan kelayakan finansial Kerupuk SKS adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan dari kelayakan investasi yang meliputi NPV, IRR, dan
Net B/C Ratio, diperoleh dari hasil pengurangan aliran kas manfaat dengan aliran
kas biaya. Manfaat bersih setelah pajak kemudian didiskontokan dengan tingkat
suku bunga investasi sebesar 16% sedangkan untuk perhitungan Payback Period
didasarkan pada data cashflow sehingga Payback Period tidak dijadikan sebagai
hasil untuk menentukan layak atau tidaknya usaha, akan tetapi hanya digunakan
sebagai waktu pengembalian investasi, hasil analisisnya terdapat pada Tabel 12.
118
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.791.515.216 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 25,78% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,25 Layak
4 Payback Period (PP) 1 thn 7 bln 2 hari Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial pada Tabel 12, menyatakan
bahwa usaha ini memiliki NPV sebesar Rp.791.515.216 yang berarti bahwa usaha
ini akan memberikan keuntungan sebesar Rp.791.515.216 selama 5 tahun menurut
nilai waktu sekarang. Nilai IRR adalah sebesar 25,78% yang berarti lebih besar
dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank (16%). Sehingga usaha ini layak
dilaksanakan dibandingkan apabila dananya disimpan di Bank, karena mempunyai
kemampuan memperoleh tingkat return yang lebih tinggi. Nilai B/C Ratio sebesar
1,25 yang berarti bahwa setiap Rp.1,00 biaya yang dikeluarkan, akan memberikan
keuntungan sebesar Rp.0,25 (Lampiran 43).
Berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 12 dimana NPV bernilai
positif, Net B/C Ratio lebih besar dari satu, dan IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku (16%), maka secara kelayakan investasi usaha ini layak untuk
diusahakan.
Hasil dari analisis payback period (PP) menunjukan bahwa untuk
mengembalikan nilai investasi sebesar Rp.742.715.000,00 memerlukan waktu 1
tahun 7 bulan 2 hari (Lampiran 73).
119
Pada metode ROI menunjukan bahwa pengembalian atau modal investasi
dimana besarnya manfaat bersih setelah pajak yang dicapai dibagi dengan
besarnya biaya modal investasi, adapun hasil perhitungan ROI terdapat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Return On Investement (ROI) Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
No Uraian Tahun 1, 2,3,4,5 1 Manfaat Bersih 475.802.100 465.983.123 2 Investasi 742.715.000 742.715.000 3 ROI (%) 0,64 0,63
Sumber: Data Primer, 2006 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis Return On Investement pada Tabel 13 dapat
diketahui bahwa kemampuan mengembalikan investasi untuk setiap pengeluaran
modal investasi sebesar Rp.1.000,00 akan diperoleh pengembalian suatu investasi
sebesar Rp.640,00 pada tahun pertama. ROI pada tahun kedua, ketiga, keempat
dan kelima menurun menjadi Rp.627,00 karena adanya zakat sebesar 2,5%.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa
pengunaan modal investasi dalam usaha ini telah digunakan dengan efisien. Hal
ini, ditunjukan dengan nilai ROI yang besar sehingga perusahaan mengembalikan
investasinya dengan cepat.
5.8. Analisis Sensitivitas
Berdirinya Usaha Kerupuk SKS ini dimaksudkan agar masyarakat selaku
konsumen dapat membeli dan mengkonsumsi kerupuk secara aman. Hal ini
120
sebagai suatu strategi yang dilakukan melihat banyaknya tingkat persaingan,
dalam dunia bisnis persaingan selalu ada dengan kekuatan bersaing didominasi
oleh adanya kekuatan daya beli, pemasok, dan produk substitusi. Tidak menutup
kemungkinan usaha Kerupuk SKS tidak ada pesaing, pesaing usaha ini cukup kuat
diantaranya persaingan pasar dengan jenis produk kerupuk yang lain. Akibat
adanya persaingan pasar, maka terjadi penurunan harga jual yang akan
berpengaruh terhadap panurunan penerimaan. Dalam analisis sensitivitas, penulis
mengasumsikan penurunan penerimaan sebesar 10% yang dipertimbangkan
dengan banyaknya pesaing dan biaya diasumsikan tetap.
Pengaruh dari faktor inflasi dalam analisis usaha sangat penting dan
berdampak langsung terhadap biaya khususnya biaya operasional. Untuk
melakukan analisis sensitivitas, penulis mengasumsikan bahwa yang berpengaruh
terhadap pada usaha ini adalah penurunan penerimaan 10% adanya faktor
persaingan dan kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng,
minyak tanah dan tepung terigu yaitu sebesar 20% karena belum stabilnya
ekonomi di Indonesia.
5.8.1. Analisis Sensitivitas (30% Modal Pinjaman)
Pada analisis sensitivitas Usaha Kerupuk SKS variabel yang digunakan
pada penelitian ini meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, dan kenaikan
biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung
terigu yaitu sebesar 20%. Dari kelima variabel tersebut apabila layak dengan
kondisi 30% modal pinjaman, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya
121
hasil tersebut dikombinasikan. untuk lebih jelasnya hasil perhitungan analisis
sensitivitas 30% modal pinjaman terdapat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Usaha
Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.335.050.407 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 22,59% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,06 Layak
4 Payback Period (PP) 2 thn 3 bln 4 hr Sumber: Data Primer, diolah 2006 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 14, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, penerimaan penurunan sebesar 10% tidak
berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 16). Dari
hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai
investasinya dalam waktu 2 tahun 3 bulan 4 minggu. Untuk hasil perhitungan
payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal pinjaman terdapat pada
Lampiran 72.
Usaha ini masih layak apabila penurunan penerimaannya sampai pada
batasan 15,8% artinya apabila terjadi penurunan penerimaan lebih dari 15,8%
maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Untuk hasil perhitungan analisis
sensitivitas batas penerimaan turun 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran
76.
122
Tabel 15. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Tepung Tapioka Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.474.588.912 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 23,49% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,11 Layak
4 Payback Period 2 thn 1 bln 4 hari Sumber: Data Primer, diolah 2006 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 15, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 17). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 2 tahun 1 bulan 4 hari. Untuk
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas kenaikan biaya operasional
pada tepung terigu 30% modal pinjaman terdapat pada Lampiran 72.
Tabel 16. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Minyak Goreng Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.636.203.657 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 24,86% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,18 Layak
4 Payback Period 1 thn 9 bln 7 hari Sumber: Data Primer, diolah 2006
123
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 16, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak goreng
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 18). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 7 hari. Untuk
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal
pinjaman terdapat pada Lampiran 72.
Tabel 17. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Minyak Tanah Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.639.813.609 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 24,89% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,18 Layak
4 Payback Period 1 thn 9 bln 4 hari Sumber: Data Primer, diolah 2006 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 17, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak tanah
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 19). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 4 hari. Untuk
124
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal
pinjaman terdapat pada Lampiran 72.
Tabel 18. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Tepung Terigu Usaha Kerupuk SKS (30% Modal Pinjaman) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan 1 Net Present Value (NPV) Rp.627.317.623 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 24,80% Layak 3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,18 Layak 4 Payback Period 1 thn 9 bln 11 hari
Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 18, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 20). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 11 hari. Untuk
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 30% modal
pinjaman terdapat pada Lampiran 72.
Dari kelima variabel tersebut dinyatakan layak dengan kondisi 30%
modal pinjaman, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut
dikombinasikan antara variabel penurunan pendapatan sebesar 10% dengan
kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah
125
dan tepung terigu sebesar 20%. Untuk lebih jelasnya hasil kombinasi perhitungan
analisis sensitivitas 30% modal pinjaman terdapat pada Tabel 19.
Tabel 19. Hasil Kombinasi Aanalisis Sensitivitas 30% Modal Pinjaman
Komponen Hasil Analisis Sensitivitas 30% Modal Pinjaman
NPV (Rp) IRR Net B/C Ratio
Layak/ Tidak Layak Payback Period
A. 30% Modal Pinjaman 641,202,052 24.90 1.18 Layak 1Thn, 9 Bln 4 Hr
a. Pendapatan -10% 335,050,407 22.59 1.06 Layak 2Thn, 3 Bln 4 Hr
b. Tepung Tapioka +20% 474,588,912 23.49 1.11 Layak 2Thn, 1 Bln 4 Hr
c. Minyak Goreng +20% 636,203,657 24.86 1.18 Layak 1Thn, 9 Bln 7 Hr
d. Minyak Tanah +20% 639,813,609 24.89 1.18 Layak 1Thn, 9 Bln 4 Hr
e. Tepung Terigu +20% 627,317,623 24.80 1.18 Layak 1Thn, 9 Bln 11 Hr
B. Kombinasi
a+b 168,437,267 21.06 1.00 Layak 2Thn, 8 Bln 1 Hr
a+c 330,052,013 22.52 1.06 Layak 2Thn, 3 Bln 7 Hr
a+d 333,661,964 22.57 1.06 Layak 2Thn, 3 Bln 4 Hr
a+e 321,165,979 22.40 1.06 Layak 2Thn, 3 Bln 14 Hr
b+c 469,590,518 23.44 1.11 Layak 2Thn, 1 Bln 4 Hr
b+d 473,200,469 23.48 1.11 Layak 2Thn, 1 Bln 4 Hr
b+e 460,704,483 23.35 1.11 Layak 2Thn, 1 Bln 7 Hr
c+d 634,815,215 24.85 1.18 Layak 1Thn, 9 Bln 7 Hr
c+e 622,319,229 24.76 1.17 Layak 1Thn, 9 Bln 11 Hr
d+e 625,929,180 24.79 1.18 Layak 1Thn, 9 Bln 11 Hr
a+b+c 163,438,873 20.94 1.00 Layak 2Thn, 8 Bln 8Hr
a+b+d 167,048,825 21.03 1.00 Layak 2Thn, 3 Bln 4 Hr
a+b+e 154,552,839 20.72 1.00 Layak 2Thn, 8 Bln 16 Hr
a+c+d 328,663,570 22.50 1.06 Layak 2Thn, 3 Bln 7 Hr
a+c+e 316,167,585 22.33 1.06 Layak 2Thn, 3 Bln 18 Hr
b+c+d 468,202,075 23.43 1.11 Layak 2Thn, 1 Bln 4 Hr
b+c+e 455,706,089 23.31 1.10 Layak 2Thn, 1 Bln 11 Hr
c+d+e 620,930,786 24.75 1.17 Layak 1Thn, 9 Bln 14 Hr
a+b+c+d 162,050,430 20.91 1.00 Layak 2Thn, 8 Bln 8 Hr
a+b+c+e 149,554,445 20.59 0.99 Tidak Layak 2Thn, 8 Bln 23 Hr
b+c+d+e 454,317,646 23.29 1.10 Layak 2Thn, 1 Bln 11 Hr
a+b+c+d+e 148,166,002 0.99 0.99 Tidak Layak 2Thn, 8 Bln 23 Hr
126
Berdasarkan hasil kombinasi analisis sensitivitas 30% Modal Pinjaman
pada Tabel 19, dapat diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan bila dilihat
dari nilai bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Usaha
ini tidak layak untuk dijalankan apabila terjadi penurunan pendapatan sebesar
10% dibarengi dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tiga dan
empat variabel meliputi tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung
terigu. Dengan demikian, hasil kombinasi antara penurunan pendapatan dan
kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah
dan tepung terigu sebesar 20% berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada
usaha ini (Lampiran 15-42).
5.8.2. Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)
Pada analisis sensitivitas Usaha Kerupuk SKS variabel yang digunakan
pada penelitian ini meliputi penurunan penerimaan sebesar 10%, dan kenaikan
biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung
terigu yaitu sebesar 20%. Dari kelima variabel tersebut apabila layak dengan
kondisi 100% modal sendiri, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya
hasil tersebut dikombinasikan. untuk lebih jelasnya hasil perhitungan analisis
sensitivitas 100% modal sendiri terdapat pada Tabel 20.
127
Tabel 20. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Penerimaan Turun 10% Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.485.363.572 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 23,70% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,12 Layak
4 Payback Period (PP) 1 thn 11 bln 23 hari Sumber: Data Primer, diolah 2006 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 20, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, penerimaan penurunan sebesar 10% tidak
berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 44). Dari
hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan mengembalikan nilai
investasinya dalam waktu 1 tahun 11 bulan 23 hari. Untuk hasil perhitungan
payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal sendiri terdapat pada
Lampiran 74.
Usaha ini masih layak apabila penurunan penerimaannya sampai pada
batasan 20% artinya apabila terjadi penurunan penerimaan lebih dari 20% maka
usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Untuk hasil perhitungan analisis
sensitivitas batas penerimaan turun 100% modal sendiri terdapat pada Lampiran
75.
128
Tabel 21. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Tepung Tapioka Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.624.902.077 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 24,90% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,17 Layak
4 Payback Period 1 thn 9 bln 11 hari Sumber: Data Primer, diolah 2006 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 21, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 45). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 11 hari. Untuk
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal
sendiri terdapat pada Lampiran 74.
Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada Minyak Goreng Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri)
No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.786.516.822 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 25,75% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,24 Layak
4 Payback Period 1 thn 7 bln 2 hari Sumber: Data Primer, diolah 2006
129
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 22, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak goreng
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 46). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 7 bulan 2 hari. Untuk
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal
sendiri terdapat pada Lampiran 74.
Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Minyak Tanah Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.790.126.774 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 25,77% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,25 Layak
4 Payback Period 1 thn 7 bln 2 hari Sumber: Data Primer, diolah 2006
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 23, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada minyak tanah
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 47). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 7 bulan 2 hari. Untuk
130
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal
sendiri terdapat pada Lampiran 74.
Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Untuk Biaya Operasional Naik 20% pada
Tepung Terigu Usaha Kerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No Alat Analisis Hasil Analisis Keterangan
1 Net Present Value (NPV) Rp.777.630.778 Layak
2 Internal Rate of Return (IRR) 25,70% Layak
3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 1,24 Layak
4 Payback Period 1 thn 3 bln 6 hari Sumber: Data Primer, diolah 2006 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada Tabel 24, dapat diketahui
bahwa usaha ini layak bila dilihat dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih
dari satu. Dengan demikian, kenaikan biaya operasional pada tepung terigu
sebesar 20% tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini
(Lampiran 48). Dari hasil payback period dapat diketahui bahwa usaha ini akan
mengembalikan nilai investasinya dalam waktu 1 tahun 3 bulan 6 hari. Untuk
hasil perhitungan payback period Analisis Sensitivitas dengan 100% modal
sendiri terdapat pada Lampiran 74.
Dari kelima variabel tersebut dinyatakan layak dengan kondisi 100%
modal sendiri, maka sesuai dengan kajian analisis sensitivitasnya hasil tersebut
dikombinasikan antara variabel penurunan pendapatan sebesar 10% dengan
kenaikan biaya operasional pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah
131
dan tepung terigu sebesar 20%. Untuk lebih jelasnya hasil kombinasi perhitungan
analisis sensitivitas 100% modal sendiri terdapat pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Kombinasi Analisis Sensitivitas (100% Modal Sendiri)
Komponen Hasil Analisis Sensitivitas 100% Modal Sendiri
NPV (Rp) IRR Net B/C Ratio
Layak/ Tidak Layak Payback Period
A. 100% Modal Sendiri 791,515,216 25.78 1.25 Layak 1 Thn, 7 Bln 2 Hr
a. Pendapatan turun -10% 485,363,572 23.70 1.12 Layak 1 Thn, 11 Bln 23 Hr b. Tepung Tapioka +20% 624,902,077 24.90 1.17 Layak 1 Thn, 9 Bln 11 Hr
c. Minyak Goreng +20% 786,516,822 25.75 1.24 Layak 1 Thn, 7 Bln 2 Hr
d. Minyak Tanah +20% 790,126,774 25.77 1.25 Layak 1 Thn, 7 Bln 2 Hr
e. Tepung Terigu +20% 777,630,788 25.70 1.24 Layak 1 Thn, 3 Bln 6 Hr
B. Kombinasi
a+b 318,750,432 22.37 1.05 Layak 2 Thn, 3 Bln 14 Hr a+c 480,365,178 23.65 1.12 Layak 1 Thn, 11 Bln 26 Hr a+d 483,975,129 23.69 1.12 Layak 1 Thn, 11 Bln 23 Hr a+e 471,479,144 23.57 1.12 Layak 2 Thn, 1 Bln 4 Hr b+c 619,903,682 24.86 1.17 Layak 1 Thn, 9 Bln 14 Hr
b+d 623,513,634 24.89 1.17 Layak 1 Thn, 9 Bln 11 Hr b+e 611,017,648 24.79 1.16 Layak 1 Thn, 10 Bln 2 Hr c+d 785,128,379 25.74 1.24 Layak 1 Thn, 8 Bln 2 Hr c+e 772,632,394 25.67 1.24 Layak 1 Thn, 7 Bln 10 Hr
d+e 776,242,345 25.69 1.24 Layak 1 Thn, 7 Bln 1 Hr
a+b+c 313,752,038 22.30 1.05 Layak 2 Thn, 4 Bln 2 Hr
a+b+d 317,361,989 22.35 1.05 Layak 2 Thn, 4 Bln 2 Hr a+b+e 304,866,004 22.17 1.05 Layak 2 Thn, 4 Bln 25 Hr
a+c+d 478,976,735 23.64 1.12 Layak 1 Thn, 11 Bln 26 Hr
a+c+e 410,943,036 23.55 1.09 Layak 2 Thn, 1 Bln 10 Hr
b+c+d 618,515,240 24.85 1.16 Layak 1 Thn, 9 Bln 14 Hr
b+c+e 606,019,254 24.76 1.16 Layak 1 Thn, 10 Bln 22 Hr c+d+e 771,243,951 25.66 1.24 Layak 1 Thn, 7 Bln 10 Hr a+b+c+d 312,363,595 22.28 1.05 Layak 2 Thn, 1 Bln 2 Hr a+b+c+e 299,867,610 22.10 1.04 Layak 2 Thn, 4 Bln 2 Hr b+c+d+e 604,630,811 24.74 1.16 Layak 1 Thn, 4 Bln 22 Hr a+b+c+d+e 298,479,167 22.08 1.04 Layak 2 Thn, 4 Bln 2 Hr
132
Berdasarkan hasil kombinasi analisis sensitivitas 100% Modal Sendiri
pada Tabel 25, dapat diketahui bahwa usaha ini layak untuk dijalankan bila dilihat
dari nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
sebesar (16%) dan nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Dengan demikian, hasil
kombinasi antara penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional pada
tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu sebesar 20%
tidak berpengaruh terhadap kelayakan investasi pada usaha ini (Lampiran 21-42).
133
BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
1. Hasil analisis kelayakan finansial pada usaha Kerupuk SKS dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 30% modal pinjaman dinyatakan
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif, IRR lebih dari tingkat suku
bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net B/C ratio lebih besar dari satu.
Payback period menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan
investasinya dalam waktu 1 tahun 9 bulan 4 hari. Usaha ini akan
mengalami pulang pokok pada saat volume produksi mencapai 2.475.717
keping per tahun, atau dengan harga jual sebesar Rp.210 per keping.
Penggunaan modal investasi pada usaha ini telah efisien, ditunjukan
dengan nilai ROI sebesar 58% pada tahun ke-1, dan 57% pada tahun ke-2,
3, 4 dan 5.
b. Hasil analisis kelayakan finansial dengan 100% modal sendiri dinyatakan
layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif, IRR lebih dari tingkat suku
bunga yang berlaku (16%), dan nilai Net B/C ratio lebih besar dari satu.
Payback period menunjukkan bahwa usaha ini akan mengembalikan
investasinya dalam waktu 1 tahun 7 bulan 2 hari. Penggunaan modal
investasi pada usaha ini telah efisien, ditunjukan dengan nilai ROI sebesar
64% pada tahun ke-1, dan 63% pada tahun ke-2, 3, 4 dan 5.
134
2. Hasil analisis sensitivitasnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hasil analisis sensitivitas 30% modal pinjaman tidak layak apabila terjadi
penurunan penerimaan sebesar 10% disertai dengan kenaikan biaya
operasional sebesar 20% pada semua varibel meliputi tepung tapioka,
minyak goreng, minyak tanah, dan tepung terigu dan penurunan
penerimaan sebesar 10% disertai dengan kenaikan biaya operasional
sebesar 20% pada pada tiga variabel yaitu tepung tapioka, minyak goreng
dan tepung terigu.
b. Hasil analisis sensitivitas 100% modal sendiri dinyatakan layak dengan
variabel penurunan penerimaan sebesar 10% dan kenaikan biaya
operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak
tanah, dan tepung terigu.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil yang telah disimpulkan diatas, untuk pengembangan
Usaha Kerupuk SKS penulis memberikan saran seperti dibawah ini:
1. Sebaiknya usaha ini dilaksanakan dengan menggunakan modal sendiri, karena
dilihat dari hasil analisis sensitivitasnya usaha ini tidak berpengaruh bila
terjadi penurunan penadapatan dan kenaikan biaya operasional .
2. Sesuai dari hasil analisis finansialnya dimana NPV positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga dan Net B/C Ratio lebih besar dari satu, sebaiknya
usaha ini terus dilaksanakan dan dikembangkan, karena telah memiliki kriteria
dalam kelayakan finansialnya.
135
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, Siti. Analisis Kelayakan Usaha Florist, Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2002
Alireza, M. Israbi. Studi Kelayakan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar, Bogor
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2002 Anoraga, P. & J. Sudantoko. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil.
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Aqidah, Nur. Analisis Evaluasi Kelayakan Finansial dan Investasi Usaha Pada
Pasar Ikan Higienis, Pejompongan, Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi; 2006
Bakrie, Aburizal. Merebut Hati Rakyat. (Jakarta: PT Primamedia Pustaka, 2004).
Badan Pusat Statistik. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006. (Jakarta, 2001).
Badan Pusat Statistik.Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR).
(Jakarta, 2001). Bank Indonesia. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006.www.go.id.htm,
Jakarta.04/21/2006, 8.15 PM. David. Fred R. Manajemen Strategis. Jilid 10 (Jakarta: Salemba Empat, 2006) Emawati. Analisis Kelayakan Finansial Industri Tahu Pada Usaha Dagang Tahu
Bintaro, Kabupaten Tanggerang, Propinsi Banten [Skripsi]: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Fakultas Sains dan Teknologi; 2007
Fatah, N. Evaluasi Proyek Finansial Pada Proyek Mikro. (Jakarta: CV. Asona,
1994) Gray, Clive, et al. Pengantar Evaluasi Proyek. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1997). Haming, M & Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis.
(Jakarta: PPM, 2003) Husnan, dan Suwarsono. Studi Kelayakan Proyek., Ed ke-4 (Yogyakarta: UPP.
AMP YKPN, 2000).
136
Ibrahim, M.Y. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).
Ichsan. M, dkk. Studi Kelayakan Proyek Bisnis. (Malang: UNIBRAW, 2003).
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, Ed rev Jilid 1 (Jakarta : Prenhallindo, 1997).
Kotler, Philip & AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis,
perencanaan, implikasi dan pengendalian, Buku satu (Jakarta : Salemba, 1999)
Kasmir & Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. (Jakarta: Kencana, 2004) Prajnata, F. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan : Analisis Usahatani
(Jakarta: Penebar Swadaya, 2002). Rewold, JD. Scott & M.R. Warshaw. Strategi Harga dalam Pemasaran. (Jakarta:
PT. Bima Aksara, 1987). Sofyan, Iban. Studi Kelayakan Bisnis., Ed Pertama. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2003). Soeharto, Iman. Studi Kelayakan Proyek Industri (Jakarta: Erlangga, 2002).
Sugiono. Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2005)
Suherliyanti, Lely. Analisis Kelayakan Finansial Perusahaan Tahu Di Kabupaten Sumedang [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian; 2003.
Susenas. Sistem Informasi Pola Pembiayaan/ Lending Model Usaha Kecil Pada Kerupuk Ikan.2003.www.bi.go.idsipukidid.htm, Jakarta.01/21/2008, 09.37 PM.
Umar, Husein. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis secara Komperehensip., Ed ke-2. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Wahyono dan Marzuki. Pembuatan Aneka Kerupuk., Cet. 9. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2005). Lampiran 1. Daftar Pertanyaan
137
Daftar Pertanyaan Penelitian Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: Kerupuk SKS di Pondok Labu-Jakarta Selatan)
Gambaran Umum Perusahaan
1. Bagaimana sejarah berdirinya usaha kerupuk SKS ?
2. Dimana alamat dan lokasi perusahaan ?
3. Bagaimana struktur organisasi dari perusahaan?
Hasil dan Pembahasan
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
a. Apa saja bauran pemasaran yang ada pada usaha ini?
b. Jenis produk ada yang dihasilkan oleh usaha ini?
c. Berapa harga yang ditetapkan oleh usaha kerupuk SKS?
d. Bagaimana strategi penjualan terhadap produk yang dihasilkan?
e. Berapa biaya promosi yang dikeluarkan oleh usaha ini?
2. Aspek Manajemen dan SDM
a. Bagaimana sistem manajemen yang ada pada usaha ini berjalan?
b. Bagaimana sisitem gaji yang diterapkan untuk para pegawai?
c. Berapa gaji yang diperoleh pegawai?
d. Berapa jumlah pegawai?
e. Apa rata-rata tingkat pendidikan pegawai?
f. Berasal dari mana rata-rata pegawai?
g. Bagaimana sisitem pengawasan terhadap pelaksanaan produksi?
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
138
3. Aspek Hukum
a. Surat izin apa yang dimiliki oleh usaha ini?
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk perizinan?
4. Aspek Sosial
a. Bagaimana pengaruh pendirian usaha ini terhadap masyarakat sekitarnya?
b. Apakah dalam penyerapan tenaga kerja usaha ini melibatkan masyarakat
sekitarnya?
c. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk sosial bagi masyarakat sekitar?
5. Aspek Lingkungan
a. Apakah usaha ini mencemari lingkungan sekitarnya?
b. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada usaha ini?
6. Aspek Teknik dan Teknologi
a. Bagaimana keadaan di lokasi pabrik?
b. Jenis bahan baku apa yang digunakan dalam proses produksi?
c. Dari mana bahan baku diperoleh dan dengan harga berapa?
d. Berapa banyak penggunaan bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi tiap harinya?
e. Bagaimana proses produksinya?
f. Jenis produk apa yang dihasilkan?
g. Berapa jumlah produksi per harinya?
h. Bagaimana layout pabrik dan berapa luas tanah yang dimiliki serta
pemanfaatannya?
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan (lanjutan)
139
7. Aspek Finansial
a. Berapa modal yang digunakan untuk mendirikan usaha ini?
b. Sumber modalnya berasal dari mana?
c. Berapa biaya tetap yang dikeluarkan untuk bangunan pabrik dan sewa
lahan?
d. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat transportasi (Mobil,
Motor, dan Becak kerupuk)?
e. Berapa harga masing-masing dari mesin yang digunakan (Hidrolik, Molen,
dan Pompa air)?
f. Berapa harga masing-masing dari peralatan yang digunakan (mixer, oven,
ebek, wajan, sarang, dorongan, jaring, ember, kaleng, timbangan dan
tempat pengukusan)?
g. Berapa besar gaji yang dikeluarkan untuk pegawai?
h. Berapa biaya variabel yang dikeluarkan oleh usaha ini untuk pembelian
(sagu, tepung terigu, bawang putih, vetsin, garam, dan ikan tongkol)?
i. Berapa persen pajak pendapatan yang harus dikeluarkan oleh usaha ini?
68
Lampiran 2. Layout Perusahaan Keterangan:
A. Pintu (gerbang) masuk G. Tempat Pencucian alat-alat Produksi B. Rumah Bapak H. Manan H. Kamar Pegawai
C. Gudang Bahan Baku I. Tempat penjemuran dan parkir D. Tempat pembuatan adonan. J. Gudang peralatan E. Tempat produksi K. Tempat Penggorengan F. Tempat Pengovenan L. Warung makan (kantin)
I
B
J
L
G H
D
F
K
A
C
E
69
Lampiran 3. Laju Inflasi Nasional Periode 2001-2006
Tahun Nilai (%)
2001 2002 2003 2004 2005 2006
12,06 11,41 6,25 6,15 8,80 14,55
Rata-rata 9,87 dibulatkan (10%) Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Lampiran 4. Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2001-2006
Tahun Nilai (%) 2001 2002 2003 2004 2005 2006
17,11 18,03 17,04 14,67 13,87 15,50
Rata-rata 16,04 % (16%) Sumber : BPS (Diolah)
Lampiran 5. Perhitungan BEP Per Tahun
70
A. Total Biaya Produksi = 742.715.000
B. Total Produksi = 3.528.000
C. Harga Jual = 300
Rumus =
ProduksiTotalProduksi Biaya TotalJual Harga BEP =
Produksi Jual HargaProduksi Biaya TotalProduksi Volume Untuk BEP =
742.715.000 BEP Harga = 3.528.000
= 210 742.715.000 BEP Produksi = 300
= 2.475.717
Lampiran 6. Proses Produksi Kerupuk SKS
Pembuatan bumbu (mixer)
Pembuatan adonan (pencampuran bumbu, sagu dan tepung tapioka)
71
Pencetakan (Hidrolik)
Pengovenan (selama 5-10 menit)
Penjemuran (sinar matahari)
Pengeringan
Penggorengan
Penggetasan (mengeringkan dari sisa minyak)
Pengemasan (becak kerupuk)
Pendistribusian
72
Lampiran 7. Biaya Tetap Kerupuk SKS
No Komponen Tahun 0 1 2 3 1 Bangunan dan Sewa 500.000.000 2 Sarana Transportasi a. Mobil 40.000.000 b. Motor 12.000.000 c. Becak Kerupuk 60.000.000 3 Mesin a. hidrolik (pencetakan) 25.000.000 b. Molen 18.000.000 c. Pompa Air 1.800.000 4 Peralatan
a. Ebek 1.875.000 b. Oven 1.000.000 c. Wajan 2.400.000 d. Sarang 5.200.000 e. Kaleng 72.000.000 f. Dorongan (roling) 800.000 g. Jaring 300.000 h. Bak (tempat adonan) 400.000 i. Ember Kecil 100.000 j. Ember Besar 160.000 k. Timbangan 1.500.000 l. Corong 40.000 m. Keranjang 140.000 5 Gaji a. Pegawai Tetap 91.500.000 91.500.000 91.500.000 91. b. THR 12.500.000 12.500.000 12.500.000 12. c. Kebersihan dan Keamanan 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.
Total Biaya Tetap 742.715.000 110.000.000 110.000.000 110.000.000 110.
73
No Uraian Tahun 1 2 3
1 Pendapatan
1.058.400.000
1.058.400.000
1.058.400.000 12 Pengeluaran
a. Biaya operasional
428.958.000
428.958.000
428.958.000 4
b. Biaya gaji tetap
110.000.000
110.000.000
110.000.000 1
c. Penyusutan
83.043.000
83.043.000
83.043.000
Pendapatan Kotor
436.399.000
436.399.000
436.399.000 43 a. Angsuran 20% 44.562.900 44.562.900 44.562.900 b. Biaya Bunga 35.650.320 35.650.320 35.650.320
Pendapatan Setelah Bunga dan Angsuran 356.185.780 356.185.780 356.185.780
4 Pajak 10% 35.618.578 35.618.578 35.618.578 Pendapatan Setelah Pajak 320.567.202 320.567.202 320.567.2025 Zakat 2,5% 0 8.014.180 8.014.180
Pendapatan Setelah Zakat 320.567.202 312.553.022 312.553.0226 Rugi/ Laba 320.567.202 312.553.022 312.553.022
74
Lampiran 49. Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 10% dan Kenaikan Biaya OperasionalKerupuk SKS (100% Modal Sendiri) No Uraian Tahun 0 1 2 3 1 Pendapatan
a. Penjualan Kerupuk
952.560.000
952.560.000 952.560.00 b. Pendapatan Tambahan 0 0 0
Total Pendapatan
952.560.000
952.560.000 952.560.002 Total Biaya
a. Biaya Investasi
742.715.000
b. Biaya operasional 0
486.558.000
486.558.000 486.558.00
c. Biaya gaji tetap 0
110.000.000
110.000.000 110.000.00
d. Penyusutan 0
83.043.000
83.043.000 83.043.00
Total Biaya
742.715.000
679.601.000
679.601.000 679.601.00
3 Pendapatan Kotor -
742.715.000 272.959.000 272.959.000 272.959.004 Pajak 10% 0 27.295.900 27.295.900 27.295.90
5 Pendapatan Setelah Pajak -
742.715.000 245.663.100 245.663.100 245.663.106 Zakat 2,5% 0 6.141.578 6.141.577 Pendapatan Setelah Zakat 245.663.100 239.521.523 239.521.52
8 Penyusutan 0
83.043.000
83.043.000 83.043.00
Pendapatan Bersih -
742.715.000 328.706.100 322.564.523 322.564.529 ROI (%) 0 302,33 310,08 310,0
10 DF 16%
1 0,862 0,743 0,64
11 PV Pada DF 16% -
742.715.000 283.367.327,59 239.717.986,40 206.653.436,5
12 DF 24%
1 0,714 0,510 0,36
75
13 PV Pada DF 24% -
742.715.000 234.790.071,43 164.573.735,97 117.552.668,5
14 Total NPV Pada DF 16%
318.750.432 15 Total NPV Pada DF 24% (81.856.481) 16 IRR (%) 22,37 Layak 17 Net B/C Ratio 1,05 Layak 18 Payback Period 2,29 2 Tahun 3 Bulan 14 Hari
76
Lampiran 76. Analisis Sensitivitas Batas penurunan Penerimaan 10% Kerupuk SKS (30% MNo Uraian Tahu 0 1 2 1 Pendapatan
Penjualan Kerupuk -15,8%
891.172.800
891.172.800 8
Total Pendapatan 891.172.800
891.172.800
8
2 Aliran Kas Biaya
a. Biaya Investasi
742.715.000
b. Biaya operasional 0 428.958.000
428.958.000
4
c. Biaya gaji tetap 0
110.000.000
110.000.000 1
d. Penyusutan 0
83.043.000
83.043.000
Total Biaya 742.715.000 622.001.000 622.001.000
3 Pendapatan Kotor -
742.715.000 269.171.800 269.171.800
4 a. Angsuran 20% 0 44.562.900
44.562.900
4
b. Biaya Bunga 0 35.650.320
35.650.320
3
Pendapatan Setelah Bunga dan Angsuran 188.958.580
188.958.580
1
5 Pajak 10% 0 18.895.858 18.895.858
6 Pendapatan Setelah Pajak -
742.715.000 170.062.722 170.062.7227 Zakat 2,5% 0 4.251.5688 Pendapatan Setelah Zakat 170.062.722 165.811.154
9 Penyusutan 0
83.043.000
83.043.000 10 Bunga (1-Pajak) 0 24.955.224 24.955.224
Pendapatan Bersih -
742.715.000 278.060.946
273.809.378
2
11 ROI (%) 0 436,73 375,1312 DF 16% 1 0,86 0,74
13 PV Pada DF 16% -
742.715.000 239.707.712 203.484.97214 DF 24% 1 0,77 0,5915 PV Pada DF 24% -
77
742.715.000 213.893.035 162.017.383 116 NPV Pada DF 16% 157.482.453 17 NPV Pada DF 24% (72.562.724) 18 IRR (%) 20,79 Layak 19 Net B/C Ratio 1,00 Layak 20 Payback Period 2,70 2 Tahun 8 Bulan 12 Hari
78
Lampiran 77. Dokumentasi Usaha Kerupuk SKS
Ibu. Hj. Manan Pembuatan Adonan
Proses pencetakan Proses Pengepakan
Proses Pengovenan Proses Pengeringan
79
Jakarta, 23 Maret 2008 Perihal : Surat Keterangan Penelitian. Kepada Yth. Bpk Drs.U.Maman, M.Si PudekBidang Akademik Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Jakarta Dengan Hormat, Bersama ini saya yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa Nama : Taufan Sukmo S. Nim : 101092023411 Jurusan : Agribisnis Fakultas : Sains dan Teknologi Telah melakukan penelitian di Usaha Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan sejak bulan Februari s/d Maret Tahun 2006 dalam rangka penelitian penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan). Demikian surat keterangan ini saya buat untuk dipergunakan sebagamana mestinya.
Pimpinan Usaha Kerupuk SKS
Bp. Manan
80
RINGKASAN TAUFAN SUKMO SANTOSO. 101092023411. Analisis Finansial Usaha Kerupuk (Studi Kasus: Kerupuk Suka Asih (SKS) di Pondok Labu, Jakarta Selatan). (Dibawah bimbingan INDOYAMA NASARUDDIN dan ENY DWININGSIH).
Indonesia merupakan salah satu negara agraris. Dengan potensi sumber daya alam, Indonesia dapat menghasilkan produk dan jasa pertanian, perkebunan dan perikanan yang diperlukan bagi kehidupan manusia. Pemberdayaan disektor pertanian dan industri yang tepat, dapat memberikan konstribusi bagi pembangunan nasional. Sektor pertanian dan industri merupakan sektor yang terkait, dimana sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku sedangkan industri mengolah hasil pertanian untuk memperoleh nilai tambah. Salah satu industri yang mengolah hasil pertanian adalah industri kerupuk. Industri kerupuk memiliki potensi untuk dikembangkan. Bertambahnya jumlah penduduk dan kualitas hidup memberi dampak terhadap peningkatan permintaan kerupuk. Kerupuk SKS merupakan industri skala kecil yang bergerak dalam pembuatan kerupuk. Melihat akan prospek usaha ini, maka usaha kerupuk SKS diperlukan penanganan yang tepat agar kedepannya dapat berkembang dan mampu bersaing. Industri Kerupuk SKS membutuhkan informasi dengan menganalisis studi kelayakan usaha baik melalui kualitatif maupun kuantitatif dalam proses mengembangkan dan menjalankan usahanya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kelayakan finansial usaha kerupuk SKS dan menganalisis tingkat sensitivitas terhadap perubahan-perubahan pada manfaat dan biaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2006 dengan teknik pengambilan sampel secara purposive. Analisis kualitatif mencakup aspek teknik dan produksi, aspek manajemen dan SDM, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial aspek, dampak lingkungan dan aspek pemasaran. Sedangkan analisis kuantitatif mencakup aspek finansial dengan perhitungan terhadap Cash flow, NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Periods (PP), Return On Investement (ROI), Break Event Point (BEP) dan Analisis Sensitivitas.
Hasil analisis menunjukan bahwa usaha kerupuk SKS ini termasuk usaha skala kecil, dan memiliki potensi untuk lebih berkembang karena memiliki kualitas dan rasa yang baik. Usaha Kerupuk SKS ini telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada tahun 1992. Teknologi yang digunakan tergolong menengah. Kegiatan operasional usaha ini tidak mengganggu keseimbangan lingkungan masyarakat di sekitar
81
lokasi, karena limbah yang dihasilkan tidak menggandung zat kimia yang berbahaya. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial usaha kerupuk SKS dengan perhitungan modal pinjaman 30% didapatkan NPV sebesar 641.202.052, IRR sebesar 24,90%, B/C Rasio sebesar 1,18 dan ROI sebesar 0,58 pada tahun pertama, sedangkan untuk tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima sebesar 0,57. Untuk hasil Pay Back Periods adalah selama 1 tahun 7 bulan 4 hari. Untuk hasil perhitungan 100% modal sendiri didapatkan NPV sebesar 791.515.216, IRR 25,78%, B/C Rasio sebesar 1,25 dan ROI sebesar 0,64 pada tahun pertama, sedangkan untuk tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima sebesar 0,63. Pay Back Periods adalah selama 1 tahun 5 bulan 9 hari. Hasil analisis BEP untuk harga jual Rp.210,- dan untuk BEP volume produksi adalah 2.475.717 keping. Analisis aspek finansial yang dihasilkan pada perhitungan simulasi dengan perhitungan modal pinjaman dan modal sendiri menunjukan bahwa usaha kerupuk SKS layak dilaksanakan. Untuk perhitungan analisis sensitivitas 30% modal pinjaman tidak layak dilaksanakan apabila terjadi penurunan penerimaan sebesar 10% dibarengi dengan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng dan tepung terigu, sehingga untuk penurunan penerimaan sebesar 10% dan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu akan tidak layak dilaksanakan. Sedangkan untuk analisis sensitivitas 100% modal sendiri yang terjadi pada variabel pengurangan pendapatan sebesar 10% dan kenaikan biaya operasional sebesar 20% pada tepung tapioka, minyak goreng, minyak tanah dan tepung terigu usaha ini layak untuk dilaksanakan.
82
Agribisnis adalah ilmu yang mempelajari tentang pertanian dari hulu sampai hilir.
Menurut Sugiono (2000: 14-15) penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid. Macam-macam datanya
1 Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, gambar dan
kalimat.
2 Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan.
2.1. Data Diskrit/Nominal adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan
secara terpisah, secara diskriptif atau kategori.
2.2. Data Kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini
diperoleh dari hasil pengukuran.
2.2.1. Data Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat.
2.2.2. Data Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai
nilai nol (absulut/mutlak).
Kuantitatif
Kualitatif
Diskrit
Kontinum
Ratio
Ordinal
Interval
Macam Data
83
2.2.3. Data Ratio data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak.
Agribisnis adalah ilmu yang mempelajari tentang pertanian dari hulu sampai hilir.
84
Menurut Sugiono (2000: 14-15) penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid. Macam-macam datanya
3 Data Kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, gambar dan
kalimat.
4 Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan.
2.3. Data Diskrit/Nominal adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan
secara terpisah, secara diskriptif atau kategori.
2.4. Data Kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini
diperoleh dari hasil pengukuran.
2.4.1. Data Ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat.
2.4.2. Data Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai
nilai nol (absulut/mutlak).
2.4.3. Data Ratio data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak.
Kuantitatif
Kualitatif
Diskrit
Kontinum
Ratio
Ordinal
Interval
Macam Data
85
86
Recommended