View
225
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM BUKU
“MERAIH BENING HATI DENGAN MANAJEMEN
QOLBU”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Caesar Nova Arrasyiid
NIM. 11140510000120
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM BUKU
“MERAIH BENING HATI DENGAN MANAJEMEN
QOLBU”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Caesar Nova Arrasyiid
NIM. 11140510000120
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2018 M
ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM BUKU MERAIH
BENING HATI DENGAN MANAJEMEN QOLBU
Skripsi
Diajukan untuk Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Pesryaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Caesar Nova Arrasyiid
NIM: 11140510000120
Pembimbing:
Drs. S. Hamdani, M.A.
NIP: 195503091994031001
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Caesar Nova Arrasyiid
NIM : 11140510000120
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Isi
Pesan Dakwah Dalam Buku Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu adalah benar merupakan karya saya sendiri
dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya.
Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia
melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau
keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 08 Oktober 2018
Caesar Nova Arrasyiid
NIM 11140510000120
i
ABSTRAK
Caesar Nova Arrasyiid
11140510000120
Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Buku “Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu”
Saat ini kemajuan teknologi memudahkan para da‟i untuk
menyampaikan dakwahnya melalui media. Di antaranya media
sosial, blog dan e-book. Namun media cetak masih tetap eksis di
pasaran, karena banyak buku yang menyajikan informasi
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan rohani para mad‟u
dengan bahasa yang menarik untuk dibaca dengan rentang waktu
yang lama. Maka dakwah bil qalam adalah dakwah yang
dilakukan melalui media cetak dengan jangkauan luas sehingga
dimana saja mad‟u berada bisa tetap menikmati sajian dakwah.
Seperti buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu
karya Abdullah Gymnastiar yang berisikan konsep manajemen
qolbu yaitu memelihara kebeningan hati dengan mengenal Allah
lebih mendalam.
Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaan
penelitiannya adalah : Bagaimana isi pesan dakwah yang
terkandung dalam buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu? Kemudian apa isi pesan dakwah yang paling dominan
dalam buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu?
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content
analysis) melalui pendekatan kuantitatif. Menurut Holsty, analisis
isi merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk menarik
kesimpulan dengan melakukan pengkategorian pesan secara
tersusun dan sesuai. Teknik analisis data dilakukan setelah
peneliti mengkategorikan pesan dakwah menjadi 3 kategori
Aqidah, Syariah dan Akhlak dari beberapa paragraf dalam buku
Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, kemudian diuji
menggunakan 3 orang juri yang berkompeten.
Setelah melakukan pengolahan data maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pesan yang paling dominan dalam buku
Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu adalah pesan
akhlak dengan hasil prosentase sebesar 54%, dilanjutkan dengan
pesan Aqidah 23% dan pesan syariah 23%.
Kata Kunci: Pesan Dakwah, Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu, Aqidah, Syari’ah, Akhlak
iii
ABSTRACT
Caesar Nova Arrasyiid
11140510000120
Analysis of the Content of Da'wah Messages in the Book
"Reaching the Clear Heart with Qolbu Management"
Currently technological advances make it easier for da'is
to deliver their da'wah through the media. Among them are social
media, blogs and e-books. However, print media still exist on the
market, because many books that provide useful information to
meet the spiritual needs of the mad'u with interesting language to
read with a long time span. So the da'wah wa qalam is the da'wah
that is carried out through print media with a wide range so that
wherever you are, you can still enjoy the dakwah offerings. Like
the book Reaching the Clear Heart with Abdullah Gymnastiar's
Qolbu Management which contains the concept of qolbu
management that is maintaining the clarity of heart by knowing
God more deeply.
Based on the above context, the research questions are:
How do the contents of the da'wah message contained in the book
Achieve a Clear Heart with Qolbu Management? Then what is
the most dominant message of da'wah in the book Reaching the
Clear Heart with Qolbu Management?
This study uses content analysis method through a
quantitative approach. According to Holsty, content analysis is a
technique that is carried out to draw conclusions by categorizing
messages in a structured and appropriate manner. Data analysis
techniques were carried out after the researchers categorized the
message of da'wah into 3 categories of Aqidah, Sharia and
Morals from several paragraphs in the book Reaching Clear Heart
with Qolbu Management, then tested using 3 competent judges.
After processing the data, it can be concluded that the
most dominant message in the book Reaching Clear Heart with
Qolbu Management is moral message with a percentage of 54%,
followed by the message Aqidah 23% and the message sharia
23%.
Keywords: Message Da'wah, Reaching the Clear Heart with
the Management of Qolbu, Aqidah, Syari'ah, Akhlak
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulilah puji syukur peneliti panjatkan kehadirat
Allah SWT yang selalu memberikan kenikmatan, keberkahan,
kekuatan, kesabaran, dan ilmu pengetahuan sehingga peneliti
dapat menyelesaikan tugas penelitian skripsi ini. Shalawat
teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda nabi
Muhammad saw yang telah membawa umatnya dari zaman
kegelapan menuju zaman yang tercerahkan dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini. Beliau adalah referensi utama dalam
bertindak dan menjalani kehidupan ini.
Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini peneliti
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. DR. H. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D., selaku
wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag.,
selaku wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr.
Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, M.A, dan Fita Fathurokhmah selaku ketua
dan sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Drs. S. Hamdani, M.A, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya dan senantiasa membimbing peneliti
untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
vi
4. Dr. Armawati Arbi, M.Si, selaku penasihat akademik
yang selalu memberikan saran-saran terbaik untuk perkuliahan
dan skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
pengalamannya kepada peneliti. Peneliti berharap semoga ilmu
yang diberikan dapat bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat
luas.
6. Segenap staf perpustakaan utama yang telah memberikan
pelayanan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penelitian.
7. Segenap staf perpustakaan fakultas yang telah membantu
peneliti menyediakan layanannya untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
8. Segenap staf akademik yang memudahkan peneliti dalam
mengurus segala bentuk surat yang dibutuhkan dan persyaratan
lain untuk bisa menyelesaikan rangkaian penelitian dan
perkuliahan.
9. Dosen Penguji Seminar Proposal Pia Khoirotun Nisa,
M.skom. dan Ade Masturi, M.A. yang telah memberikan
waktunya untuk menguji dan memberikan semangat kepada
peneliti untuk terus meneruskan penelitian ini.
10. Dosen Penguji sidang munaqasyah Dr. Yopi Kusmiati,
M.Si., selaku penguji I dan H. Zakaria, M.A., selaku penguji II
yang telah memberikan koreksi dan saran yang bermanfaat bagi
penulis, sehingga skripsi ini lebih terarah dan mendekati
sempurna.
vii
11. Kepada tiga juri : Ustadz Adi Suhadi, S.Pd.I (juri 1),
Ustadz Laksmito Abdul Hamid, S.T, M.M (juri 2), dan Ustadz M.
Jamal, M.Pd (juri 3) yang telah bersedia memberikan waktunya
untuk menjadi juri dalam penelitian ini. Semoga atas segala
bantuannya mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.
12. Keluarga Besar KPI 2014 beserta teman-teman KPI C
2014, terimakasih telah memberikan warna baru dalam hidup ini.
13. Teman-teman Kuat Iman Project dan
UINJKTVIDGRAM, M. Zehan Fatturahman, S.Sos, Jordi
Moenalsyah, S.Sos, M. Fiqri Fahrizal Yusuf, S.Sos, Riza Ardila
S.Sos, Reza Mardhani, S.Sos Abdullah Hanif, S.Sos, Rialdi
Pratama, S.Sos, Eko Ramdhani, S,Sos, M. Sayid Furqon S.Sos,
M. Khairil Rais, S.Sos, Akbar Firmansyah Munarfa, S.Sos,
Mutiara Lestari S.Sos, Abdul Mukhlis Arofi, S.Sos, M. Naufal
Mauludy, S.Sos, dan Dzil terima kasih telah menjadi wadah
bersama mengisi kegiatan untuk berkarya dibidang videografi
dan bantuannya baik dalam hal materi maupun non materi.
14. KKN Panah Sosial, terimakasih atas kebersamaan yang
telah dilalui sebagai tugas mengabdi kepada masyarakat Desa
Sepatan Kampung Tari Kolot dan sebagai syarat akademik yang
harus dilalui untuk bisa menyelesaikan perkuliahan.
15. Keluarga peneliti. Orang tua tercinta, Ibunda Susepti
Jamilah dan Alm. Ayahanda Fajar Adi Purnama, yang selalu
memberikan yang terbaik tanpa terkecuali untuk anak-anaknya.
Semoga kelak menjadi amal jariyah yang terus mengalir dan
menjadi investasi yang berharga bagi keluarga seperti yang
diharapkan. Untuk kakek (Kaswadi dan Abdul Suchud), nenek
viii
(Suparni dan Suprapti), om, tante, adik (Sekar Putri Widya
Kartika), dan sepupu yang senantiasa menjadi pemicu semangat,
terimakasih atas do‟a dan dukungannya.
16. Untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu, mohon maaf dan terima kasih atas kebaikan hatinya
telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah
membalas semuanya dengan balasan yang lebih baik. Aamiin.
17. Pembaca skripsi ini, semoga banyak manfaat yang dapat
diambil dari penelitian ini.
Jakarta, 17 September 2018
Caesar Nova Arrasyiid
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
A.Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B.Identifikasi Masalah ....................................................... 5
C.Batasan dan Rumusan Masalah...................................... 6
D.Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 7
E.Metodologi Penelitian .................................................... 8
F.Tinjauan Pustaka .......................................................... 15
G.Sistematika Penulisan .................................................. 18
BAB II LANDASAN TEORITIS............................................21
A. Pengertian Analisis Isi ................................................ 21
B. Konsep Dakwah .......................................................... 24
C. Pengertian Pesan Dakwah ........................................... 36
D. Buku Sebagai Media Dakwah..................................... 39
E. Pengertian Hati dan Manajemen Qolbu ...................... 42
BAB III GAMBARAN UMUM...............................................51
A. Sekilas Biografi K.H. Abdullah Gymnastiar .............. 51
B. Deskripsi Isi Buku ....................................................... 53
x
C. Ruang Lingkup Buku .................................................. 56
D. Kandungan Dakwah Dalam Buku ............................... 58
E. Profil Buku .................................................................. 60
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA............63
A. Isi Pesan Dakwah dalam Buku Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu ........................................................ 63
B. Isi Pesan Dakwah yang Paling Dominan Dalam Buku
Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu ..................... 110
BAB V PENUTUP..................................................................115
A. Kesimpulan ............................................................... 115
B. Saran-Saran................................................................ 116
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 119
LAMPIRAN............................................................................123
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kategori Pesan Dakwah ............................................... 11
Tabel 2 Sub Kategori Pesan Dakwah ........................................ 63
Tabel 3 Hasil Kategori Pesan Dakwah Penilaian Juri ............... 64
Tabel 4 Koefisien Reabilitas Kesepakatan Kategori Pesan
Dakwah ..................................................................................... 67
Tabel 5 Nilai Kesepakatan Antar Juri Mengenai Pesan Aqidah 68
Tabel 6 Nilai Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah ............. 79
Tabel 7 Nilai Kesepakatan Antar Juri Mengenai Pesan Syariah85
Tabel 8 Nilai Hasil Penelitian Kategori Pesan Syariah ............. 87
Tabel 9 Nilai Kesepakatan Antar Juri Mengenai Pesan Akhlak 98
Tabel 10 Nilai Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak..........100
Tabel 11 Pesan Dakwah Paling Dominan................................110
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi
2. Sampul Depan Buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu
3. Sampul Belakang Buku Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu
4. Surat Pernyataan Juri 1
5. Surat Pernyataan Juri 2
6. Surat Pernyataan Juri 3
7. Coding Sheet
8. Tabel Penilaian Antar Juri
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini masyarakat bisa dengan sangat mudah untuk
mendapatkan berbagai macam kebutuhan informasi, salah
satunya adalah informasi tentang islam melalui buku-buku
keagamaan ataupun internet. Hal ini selaras dengan kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi sebagai sebuah sarana yang
dapat menghubungkan suatu masyarakat di satu tempat dengan
masyarakat di tempat lain.
Namun, walaupun perkembangan media komunikasi dan
informasi semakin pesat, media komunikasi melalui tulisan
seperti buku, novel, surat kabar, atau majalah masih memiliki
pembaca setia. Ditengah maraknya media komunikasi dan
informasi elektronik seperti televisi, internet, e-book (electronic
book) ataupun gadget, ternyata buku atau novel yang diterbitkan
masih tetap eksis di pasaran.
Perkembangan teknologi komunikasi yang selalu
memberikan inovasi-inovasi terbaru kepada penggunanya
memunculkan beraneka ragam media komunikasi yang sebaiknya
dimanfaatkan secara optimal oleh manusia untuk berkomunikasi
dan tentunya umat islam juga dapat memanfaatkan media
komunikasi sebagai mediator untuk menyampaikan pesan moral
yang baik dan juga sebagai media berdakwah para da‟i.
2
Maka dakwah merupakan usaha untuk menyerukan dan
menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat
manusia di dunia, meliputi perintah melakukan perbuatan baik
dan perintah meninggalkan perbuatan buruk sesuai dengan Al-
qur‟an dan sunah melalui berbagai macam cara dan media. Oleh
karena itu, dakwah islam merupakan faktor dalam mewujudkan
masyarakat yang berkualitas seperti firman Allah dalam Qur‟an
surat An-Nahl (125):
لموعظة الحسنة وجادلهم ادع إلى سبل ربك بالحكمة وا
ك هو أعلم بمن ضل عن سبله وهو أعلم أحسن إن رب بالت ه
﴾٥٢١بالمهتدن ﴿
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Sekarang ini para da‟i harus bisa memanfaatkan media
komunikasi dalam menyampaikan dakwah mereka salah satunya
adalah media cetak. Perkembangan dakwah dalam media cetak
telah berkembang pesat karena banyak buku yang menyajikan
informasi yang sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan
rohani para mad‟u dengan bahasa yang mudah dimengerti serta
menarik untuk dibaca dengan rentang waktu yang lama.
3
Salah satunya dakwah melalui tulisan yang sering disebut
dengan dakwah bil qalam yaitu dakwah melalui tulisan yang
dilakukan dengan keahlian di berbagai media, baik media cetak
seperti buku dan media elektronik. Dakwah bil qalam
jangkauannya lebih luas kapan saja dan dimana saja sehingga
mad‟u dapat menikmati sajian dakwah.1
Da‟wah bi al-qalam adalah mengajak manusia dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah
SWT lewat seni tulisan atau media cetak. Mengingat kemajuan
teknologi informasi yang memungkinkan seseorang
berkomunikasi secara intens dan menyebar seluas-luasnya, maka
dakwah lewat tulisan dimanfaatkan oleh kemajuan teknologi
informasi.2
Buku yang mengandung pesan dakwah yaitu buku yang
pesan-pesannya terdapat nilai aqidah, syari‟ah dan akhlak yang
dapat diterapkan dalam aspek kehidupan sosial dan kehidupan
sehari-hari. Seperti buku yang berjudul “Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu” karya K.H Abdullah Gymnastiar
atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan Aa Gym,
menyajikan kumpulan tulisan beliau yang dibukukan dan pernah
dimuat di Pikiran Rakyat Bandung setiap hari Kamis dan rentang
pemuatannya delapan bulan sejak awal tahun 2002.3
1Samsul Munir Amin, Metode Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009) h. 11.
2Suf Kasman, Jurnalisme Universal Menelusuri Prinsip-Prinsip
Da‟wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 120. 3Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. Vii.
4
Pada setiap sub babnya buku ini menyajikan bahasan
menarik yang berbeda dalam satu tema, setiap sub bab adalah
kumpulan artikel Manajemen Qolbu di harian Pikiran Rakyat
Bandung. Tema yang ada pada buku ini di antaranya: Mengenal
Allah, Akhlak Mulia, Keluarga Sakinah, Manajemen Diri,
Penyakit Hati, Tema Lain-lain, dan jumlah sub bab dari setiap
artikel yaitu ada 32 pembahasan.
Walaupun terbilang cukup lama jika dilihat dari tahun
terbitnya, tetapi buku ini dipilih karena isi pembahasan dalam
setiap sub babnya tetap relevan dengan permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh masyarakat sampai saat ini.
Salah satunya adalah permasalahan penyakit hati, sederhana
memang tapi bila tidak segera diobati dengan cara yang tepat
maka bisa menimbulkan ketidakharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat, maka dari itu di dalam buku ini dibahas secara
tuntas tentang rahasia untuk sembuh dari penyakit hati yang
dialami, serta masih banyak lagi sub bab yang pembahasannya
masih berkaitan dengan umat muslim sampai sekarang.
Kemudian tulisan-tulisan Aa Gym ini memiliki makna
yang dalam. Walau disampaikan dengan cara yang sederhana,
namun sarat dengan pesan yang membumi. Buku ini juga
menyajikan konsep manajemen qalbu yaitu konsep yang
merupakan sebuah metode untuk mengajak jama‟ahnya supaya
mampu menyelaraskan olah pikir, olah hati dan olah tindakan
(zikir). Intinya adalah me-manage dan memelihara kebeningan
hati dengan cara mengenal Allah lebih mendalam dengan amalan
atau zikir. Untuk kemudian mengisinya dengan nilai-nilai ruhani
5
Islam seperti sabar, ridho, tawakal, ikhlas, jujur, serta dengan
ikhtiar.
Sehingga dengan gaya bahasa Aa Gym yang mempunyai
ciri khas bergaya tutur lembut dan mudah dimengerti oleh
khalayak pembaca mulai dari anak-anak muda hingga mereka
yang sudah berusia senja. Da‟wah bi al-qalam yang dilakukannya
bisa berpengaruh kepada terbentuknya akhlaqul karimah kepada
mad‟u yang membaca.
Karena salah seorang Penyair yang berasal dari Arab
bernama Syauqi pernah mengatakan bahwa:
ما األمم ت وإن فإن هم ذهبت أخالقهم ذهبوا¤ األخالق ما بق
”Suatu Bangsa, Negara dan Agama akan berjaya bila
warga dan umatnya terdiri dari orang–orang yang mempunyai
akhlak mulia (Luhur) dan sebaliknya jika suatu Negara atau
Agama bila warga negara dan umatnya mempunyai akhlak yang
buruk maka runtuhlah Bangsa dan Agama tersebut”.4
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut
penulis mengambil judul pada penelitian ini yaitu “ANALISIS
ISI PESAN DAKWAH DALAM BUKU MERAIH BENING
HATI DENGAN MANAJEMEN QOLBU.”
B. Identifikasi Masalah
Banyaknya Media Komunikasi yang dimanfaatkan para
Da‟i untuk menyebarluaskan dakwah islam, salah satunya dengan
4“Syauqi Bey” Artikel di akses pada 09 Oktober 2018 dari
https://tulisanterkini.com/artikel/serba-serbi/status-facebook/8776-syauqi-bey-
pada pukul 11.00.
6
media cetak. Aa Gym adalah salah satu tokoh muda dari
Pesantren Daarut Tauhid Gegerkalong Bandung yang menjadi
idola jutaan umat, namun sejak beliau memutuskan untuk
berpoligami nama Aa Gym seakan-akan menghilang dari
peredaran terlepas benar atau salahnya tindakan yang diambil
beliau, memang disikapi secara kontroversial oleh masyarakat
Indonesia, termasuk di kalangan sebagian ulama.5 Maka peneliti
tertarik untuk menemukan isi pesan dakwah apa saja yang
terkandung dalam buku “Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu” dan pesan dakwah apa yang paling dominan
pada salah satu karyanya yaitu kumpulan tulisan artikel yang
berjumlah 32 dan dimuat di Pikiran Rakyat Bandung setiap hari
Kamis selama 8 bulan dari awal tahun 2002 yang kemudian
dikumpulkan dalam bentuk buku.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas, maka batasan masalah
pada penelitian ini hanya dibatasi pada Pembahasan Akhlak
mulia, Mengenal Allah, Penyakit Hati, dan Manajemen Diri
terdapat pada buku “Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu.”
5Arfinal, Wilayah Wacana Dakwah AA GYM Berdasarkan Kajian
Tata Bahasa Fungsional, (Universitas Andalas Padang: Linguistika
Kultura,2008), Vol.02, no.01.
7
2. Rumusan Masalah
Dengan demikian agar penelitian ini lebih terarah maka
penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam buku
“Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu?
b. Apa isi pesan dakwah yang paling dominan dalam buku
Meraih Bening Hati dengan Manajemen Qolbu?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan di atas, adapun tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang terkandung
dalam buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu
b. Untuk Mengetahui isi pesan dakwah yang paling
dominan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat dijadikan sebuah kajian yang menarik
dalam menyampaikan pesan dan memberikan hal yang positif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan mengenai penyebaran
dakwah Islam melalui konsep Manajemen Qolbu khususnya
melalui media buku tentang penelitian analisis isi sebagai media
penyampaian pesan. Serta dapat menambah wawasan bagi
penulis dan pembaca.
8
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
masukan bagi mahasiswa dan masyarakat untuk lebih menyukai
buku sebagai media komunikasi dan juga memberikan wawasan
kepada generasi muda untuk lebih memahami ajaran islam
melalui media buku yang telah dikemas semenarik mungkin
sehingga dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode analisis isi (Content Analysis), yaitu teknik penelitian
ilmiah yang tujuannya untuk mengetahui gambaran karakteristik
isi. Pengertian isi disini mengidentifikasi objek secara tampak
atau nyata dan dilakukan secara objektif, valid dan reliable. Jadi
menganalisis sesuai apa yang tersurat, bukan apa yang dirasakan
oleh peneliti.6 Menurut Krippendorff, analisis isi adalah suatu
teknik penelitian yang dibuat untuk menarik kesimpulan yang
dapat direplikasi (ditiru) dan sahih datanya dengan memerhatikan
konteksnya.7
Metode analisis isi yang digunakan yaitu dengan
membaca untuk menelaah isi dari buku Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu karya K.H. Abdullah Gymnastiar dan
6Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 15. 7Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 15.
9
unit pengamatannya adalah per-paragraf yang mengandung
konteks pesan dakwah dalam pesan tersebut.
2. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma
positivistik. Positivistik menempatkan teori sebagai titik tolak
utama dalam kegiatan penelitiannya. Teori menjadi sumber
jawaban utama atas rasa ingin tahu peneliti. Dalam penelitian
kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa
suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala
bersifat kausal (sebab akibat).8 Dalam penelitian ini, teori yang
digunakan adalah teori analisis isi dengan melakukan pengukuran
terhadap varibel yaitu pesan dakwah dalam buku Meraih Bening
Hati Dengan Manajemen Qolbu.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat
memperoleh keterangan.9 Subjek dalam penelitian ini adalah
buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu, sedangkan
objek penelitiannya adalah isi pesan atau konten pesan yang ada
di dalam pembahasan buku Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu.
8Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2004), h. 42. 9Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali
Press, 1968), h. 92.
10
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan membaca teks di dalam
buku “Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu.” Waktu
penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pada Bulan Juli 2108, Peneliti melakukan observasi dengan
cara membaca dan mengamati setiap paragraf dalam buku Meraih
Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu.
2. Bulan Agustus 2018, peneliti melakukan pertemuan dengan
Juri I, II, dan III.
3. Bulan September 2018 minggu ke-1, peneliti melakukan
pengolahan data dari hasil ketiga orang juri.
4. Bulan September 2018 minggu ke-2, peneliti melakukan
analisis dan menetapkan kesimpulan..
5. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara sebagai berikut :
a. Observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Observasi atau pengamatan diartikan
lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan.10
Observasi dilakukan dengan cara membaca dan
mengamati setiap paragraf dalam buku Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu.
10
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu lainnya, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), cet ke-1, h. 69.
11
b. Coding Sheet, yaitu tabel yang berisikan kategori pesan
yang dijadikan objek penelitian. Coding Sheet dibuat berdasarkan
kategorisasi yang telah ditetapkan sesuai dengan isi buku Meraih
Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu.
c. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data berupa catatan,
buku-buku penelitian, buku dakwah, buku komunikasi serta data
lainnya yang berkaitan dengan buku tersebut.
6. Teknik Pengolahan Data
a. Kategorisasi Pesan
Untuk memudahkan memahami isi pesan dakwah pada
buku “Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu”, maka
peneliti membuat kategori pesan dakwah dalam bentuk
kategorisasi sebagai berikut :
Tabel 1
Kategorisasi Pesan Dakwah
No. Kategorisasi
1. Aqidah
2 Syari‟ah
3. Akhlaq
12
Berdasarkan kategori tersebut, maka dibuat definisi
operasionalnya sebagai berikut :
1. Aqidah secara etimologis berarti ikatan, atau sangkutan.
Sedangkan secara praktis, aqidah berarti kepercayaan, keyakinan,
atau iman. Sedangkan secara terminologis, menurut Hasbi dan
telah dikutip oleh Hassan Saleh adalah “keyakinan akan
kebenaran sesuatu, yang terhujam dalam-dalam pada lubuk hati
seseorang, sehingga mengikat kehidupannya, baik dalam sikap,
ucapan, dan tindakannya”. Pembahasan mengenai aqidah Islam
meliputi pada arkanul iman (rukun iman yang enam) yaitu:
a. Iman kepada Allah
b. Iman kepada Malaikat-malaikatNya
c. Iman kepada Kitab-kitabNya
d. Iman kepada Rasul-rasulNya
e. Iman kepada Hari Kiamat
f. Iman kepada Qadha dan Qadar
2. Syari‟ah, yaitu aturan atau undang-undang yang turun dari
Allah SWT untuk mengatur hubungan sesama manusia dengan
Tuhan-Nya, mengatur hubungan sesama manusia, dan hubungan
manusia dengan alam semesta. Syari‟ah berhubungan dengan
amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan dan
hukum Allah dalam mengatur pergaulan hidup antar sesama
manusia.11
11
Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.
94-95.
13
3. Akhlak, adalah sifat yang tertanam dalam diri manusia.
Sifat tersebut dapat dinilai baik dan buruk dengan menggunakan
ilmu pengetahuan dan norma agama.
7. Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan dengan mengkategorisasikan setiap
paragraf yang masuk ke dalam tiga kategori pesan dakwah,
kemudian di analisis untuk mencari isi pesan dakwah apa saja
yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah tahapan-tahapan
dalam menganalisa data:
a. Memasukkan data ke dalam lembar koding sesuai dengan
kategori yang telah ditentukan.
b. Untuk memperoleh reabilitas dan validitas kategori-
kategori isi buku dimintakan pengujian kategori kepada tiga juri
atau koder dari orang-orang yang dianggap kredibel di antaranya
: Juri I Ustadz Adi Suhadi, S.Pd.I, Juri II Ustadz Laksmito Abdul
Hamid, ST,M.M, Juri III Ustadz Jamal, M.Pd.
c. Hasil dari kesepakatan tim juri tersebut dijadikan sebagai
koefisien reabilitas dihitung dengan rumus Holsty,12
dengan
syarat angka reabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau
70%. Artinya apabila hasil perhitungan menunjukan reabilitas di
12
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi,
(Jakarta: UIN Press, 2006), h. 76.
14
atas 0,7 berarti alat ukur ini benar-benar reliable. Tetapi apabila
di bawah angka 0,7 berarti alat ukur tidak reliable13
yaitu:
Koefisien Reabilitas: 2M
N1+N2
Keterangan:
2M = Nomor keputusan yang sama antar juri
N1+N2 = Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M = Kesepakatan antar juri
N = Jumlah yang diteliti
Setelah itu diperoleh rata-rata nilai keputusan antar juri
(komposit reabilitas), dengan menggunakan rumus:
Komposit Reabilitas: ___N (x antar juri)
1 + (N-1) (x antar juri)
Keterangan:
N = Jumlah juri
X = Rata-rata koefisien reabitas antar juri
d. Kemudian dilakukan penghitungan prosentase mengenai pesan
dakwah yang dominan yang terdapat dalam buku ini,
13
Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), cet 1, h.
260.
15
selanjutnya menganalisa data. Prosentase pesan dakwah yang
dominan dihitung dengan rumus:
P = F x100%
N
Keterangan:
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
8. Pedoman Penulisan
Pedoman dalam teknik penulisan skripsi ini merujuk pada
buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi)” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan agar penelitian yang sedang
dilakukan tidak terjadi duplikasi dan juga untuk mengetahui agar
skripsi yang peneliti tulis berbeda dari penelitian-penelitian
sebelumnya. Maka peneliti menemukan beberapa penelitian yang
berhubungan dengan analisis isi pesan dakwah dalam penelitian
ini, di antaranya adalah :
1. “Kepemimpinan K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
Pada Pondok Pesantren Daaruttauhid Geger Kalong Bandung
Tahun 2006-2008.” Penelitian ini membahas manajemen qolbu
secara lisan dan pembatasan konsepnya hanya pada metode yang
disampaikan. Penelitian ini meneliti kepemimpinan yang
16
digunakan oleh Aa Gym dalam memimpin Pondok Pesantren
Daaruttauhid Geger Kalong Bandung pada rentang waktu 2006-
2008 dan data yang diteliti adalah kumpulan video Aa Gym
ketika sedang berdakwah di pondok pesantren geger kalong
Bandung, Aa Gym menggunakan konsep manajemen qolbu yaitu
dengan pelurusan dan pembersihan hati dalam menerapkannya
pada pondok pesantren tersebut, kemudian didapatkan temuan Aa
Gym menggunakan metode-metode dalam menjalankan perannya
sebagai pemimpin di antaranya, pembersihan hati, pengenalan
diri, pemahaman diri, dan penilaian diri. Penelitian ini memiliki
persamaan dengan peneliti yaitu meneliti tentang konsep
manajemen qolbu yang digunakan oleh Aa Gym serta
menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun perbedaan skripsi
yang ditulis Muhammad Arifin Sholeh dan peneliti yaitu subjek
penelitian yang peneliti tulis adalah Buku Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu dan objek penelitiannya adalah isi
pesan dakwah dalam buku.14
2. Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Novel Moga Bunda
Disayang Allah, meggunakan teori formula Holsty dalam
menganalisis isi pesan dakwah yang ada, yaitu batas toleransi
antar coder harus di atas 0,70 atau 70%. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat 38,4% pesan dakwah akhlak, 32%
pesan dakwah syariah dan 29,6% pesan dakwah aqidah pada
buku novel Moga Bunda Disayang Allah. Pesan dakwah yang
14
Muhammad Arifin Sholeh, Skripsi Kepemimpinan K.H. Abdullah
Gymnastiar (Aa Gym) Pada Pondok Pesantren Daaruttauhid Geger Kalong
Bandung Tahun 2006-2008.” (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008).
17
paling dominan dalam buku tersebut adalah pesan dakwah akhlak
dimana isi novel tersebut lebih menekankan kepada contoh
perilaku akhlak mahmudah (baik) dan buruk (mazmumah) yang
terjadi kepada manusia pada alur cerita novel tersebut. Persamaan
penelitian ini adalah pada metode penelitian yang digunakan
yaitu kuantitatif dan isi pesan dakwah yang ingin diteliti yang
terdapat di dalam buku. Sedangkan perbedaan skripsi yang ditulis
oleh Bobby Dwi Sanjaya dan peneliti yaitu terletak pada subjek
penelitian yang peneliti tulis adalah Buku Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu.15
3. Analisis Isi Pesan Manajemen Qalbu Dalam Twitter
@AAGYM (K.H. Abdullah Gymnastiar).” Penelitian ini juga
membahas tentang analisis isi pesan manajemen qalbu yang
dilakukan oleh Aa Gym. Skripsi yang ditulis oleh Agnitia Citra
Resmi membahas manajemen qolbu dengan mengekategorikan
pesan dengan membaginya menjadi 3 yaitu memahami diri,
mengevaluasi diri dan mengendalikan diri. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa pesan manajemen qolbu dalam twitter
meliputi memahami diri, evaluasi diri dan mengendalikan diri,
serta pesan yang paling dominan pada twitter Aa Gym pada bulan
Oktober-Desember 2012 adalah pesan memahami diri dengan
prosentase 47%. Persamaan penelitian ini yaitu menggunakan
pendekatan kuantitatif dan teori yang digunakan yaitu analisis isi
Holsty dengan batas toleransi minimum antar coder yaitu 0,70
15
Bobby Dwi Sanjaya, Skripsi Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam
Novel Moga Bunda Disayang Allah (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013).
18
atau 70%. Sedangkan perbedaan skripsi ini dengan peneliti
adalah objek penelitian yang peneliti lakukan yaitu isi pesan
dakwah pada buku.16
Dari tinjauan pustaka di atas penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan penulis lakukan memang memiliki
kesamaan, namun juga terdapat perbedaan sehingga penulis tidak
melakukan penelitian yang sama. Subjek penelitian yang
digunakan adalah buku “Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu” karya K.H. Abdullah Gymnastiar dan objek penelitiannya
adalah isi pesan dakwah yang terdapat pada buku tersebut. Buku
yang saya analisis, berisi tentang kumpulan artikel manajemen
qolbu yang ditulis oleh K.H Abdullah Gymnastiar selama 8 bulan
dari awal tahun 2002. Demikian perbedaan penelitian penulis
dengan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis maka penulis
membaginya menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa
sub bab, adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan dan
16
Agnitia Citra Resmi, Skripsi Analisis Isi Pesan Manajemen Qalbu
Dalam Twitter @AAGYM (K.H. Abdullah Gymnastiar).” (Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).
19
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan
Sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teoritis
Dalam Bab ini dijelaskan secara umum teoritis mengenai
Pengertian Analisis Isi, Konsep dakwah, Pengertian Pesan
Dakwah, Buku Sebagai Media Dakwah, dan Pengertian Hati dan
Manajemen Qolbu.
BAB III : Gambaran Umum
Gambaran umum terdiri dari Sekilas Biografi K.H
Abdullah Gymnastiar, Deskripsi Isi Buku, Ruang Lingkup Buku,
Kandungan Dakwah Dalam Buku, dan Profil Buku.
BAB IV : Temuan dan Analisis Data
Dalam bab ini berisi temuan dan analisis isi pesan dakwah
yang berkaitan dengan manajemen qalbu dalam buku meraih
bening hati dengan manajemen qolbu, serta pesan dakwah yang
paling dominan dalam buku.
BAB V : Penutup
Dalam bab ini peneliti akan memberikan kesimpulan dan
saran berdasarkan hasil penelitian.
21
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Analisis Isi
Analisis isi merupakan salah satu metode utama dari ilmu
komunikasi. Penelitian yang mempelajari isi media menggunakan
analisis isi. Lewat analisis isi peneliti dapat mempelajari
gambaran isi, karakteristik pesan, dan perkembangan (tren) dari
suatu isi1
Secara umum, analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan
sebagai suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk
mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari
isi. Analisis isi ditunjukan untuk mengidentifikasi secara
sistematis isi komunikasi yang tampak dan dilakukan secara
objektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi.
Menurut Holsti dalam bukunya tahun 1969 yang dikutip
oleh Eriyanto Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk
membuat inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi
sistematis dan karakteristik pesan. Dalam rumus formula Holsti,
angka reabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%.
Artinya apabila hasil perhitungan menunjukan reabilitas di atas
1Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2011), h. 11.
22
0,7 berarti alat ukur ini benar-benar reliable. Tetapi
apabila di bawah angka 0,7 berarti alat ukur tidak reliable.2
Analisis isi banyak dipakai dalam bidang ilmu
komunikasi dan merupakan metode utama yang dipakai dalam
ilmu komunikasi baik media cetak maupun media elektronik.
Melalui analisis isi peneliti dapat mempelajari gambaran isi,
karakteristik pesan dari suatu isi. Analisis isi juga digunakan
hampir pada semua disiplin ilmu sosial sebagai penelitian
komunikasi.
Metode analisis isi ini sangat tepat digunakan dalam
bidang keilmuan komunikasi karena objek dalam penelitian ini
adalah isi pesan yang disampaikan oleh suatu media komunikasi.
Metode analisis isi merupakan suatu teknik sistematik untuk
menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang
terbuka dari komunikator yang dipilih.3
Salah satu ciri penting dari analisis isi adalah objektif.
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi
secara apa adanya, tanpa adanya campur tangan dari peneliti.
Penelitian ini, menghilangkan bias, keberpihakan atau
kecenderungan tertentu dari peneliti.4
2Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), cet 1, h.
260. 3Burhan Bungin, ed, Metodologi Penelitian Kulitatif Aktualisasi
Metodologi ke Arah Ragam Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), h. 134. 4Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 16.
23
Ada dua aspek penting dari objektifitas, yakni validitas
dan reabilitas. Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi
mengukur apa yang benar-benar ingin diukur. Sementara
reabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan menghasilkan
temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang dan waktu yang
berbeda.5
Dilihat dari pendekatan dalam analisis isi, dapat dibagi ke
dalam tiga bagian besar yaitu pendekatan analisis isi deskriptif,
eksplanatif dan prediktif. Analisis isi deskriptif sebatas
menggambarkan pesan, analisis eksplanatif berusaha untuk
menghubungkan di antara variable, dan penelitian prediktif
ditujukan untuk memprediksi variabel lain dengan menggunakan
suatu variabel. Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan
penelitian analisisi deskriptif, yaitu analisis yang dimaksudkan
untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks
tertentu. Desain analisis ini tidak dimaksudkan untuk menguji
suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan di antara variabel.
Analisis isi ini hanya semata untuk deskripsi, menggambarkan
aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan.6
5Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 16. 6Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, h. 45-47.
24
B. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
a. Dakwah secara etimologi
Pengertian dakwah secara etimologi atau bahasa, kata
dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da‟a-yad‟u-da‟watan,
artinya mengajak menyeru memanggil. Dakwah dalam pengertian
tersebut, dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur‟an (QS. Yusuf
(12): 33) antara lain:7
ه وإل دعونن إل ا مم جن أحب إل قال رب الس
هن وأكن من الجاهلن دهن أصب إل تصرف عن ك
Artinya: Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih
aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika
tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku
akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan
tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh".
Islam adalah agama dakwah,8 artinya agama yang selalu
mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan
kegiatan dakwah. Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama
dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan dakwah,
karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tak akan pernah
usai selama kehidupan dunia masih berlangsung.9
7Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1.
8M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-
Amin Press, 1997) h. 8. 9M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006),cet.2, h. 5.
25
Maju mundurnya umat Islam sangat berkaitan erat dengan
kegiatan dakwah yang dilakukannya.10
Al-Qur‟an merupakan
sumber utama dalam melakukan dakwah yang mengandung
pesan nilai-nilai kebenaran yang dapat dijadikan pedoman. Oleh
karena itu nilai kebenaran Islam harus tersebar luas dan
penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab
umat Islam secara keseluruhan. Sesuai dengan misinya
“Rahmatan Lil Alamin”, Islam harus tampil dengan wajah yang
menarik supaya umat Islam mempunyai pandangan bahwa
kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi hidup mereka
melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam
kehidupan mereka sekaligus sebagai pengantar menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat.11
b. Dakwah secara terminologis
Dakwah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
memotivasi orang dengan basirah, maksudnya mendorong orang
dengan pengetahuan yang mendalam dengan tujuan agar motivasi
ini tepat sasaran. Maknanya yang berarti dakwah yang
disebarluaskan dengan cara damai bukan kekerasan, serta
mengutamakan aspek kognitif (kesadaran intelektual), dan afektif
(kesadaran emosional). Dakwah demikian ini, disebut sebagai
dakwah persuasif (membujuk).12
10
Didin Hafidudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press,
1998) cet.3, h. 76. 11
M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006) cet.2, h.5. 12
A.Ilyas Ismail, Prio Hotman, Filsafat Dakwah Islam Rekayasa
Membangun Agama dan Peradaban Islam (Jakarta: Kencana, 2011) h. 29-30.
26
Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed, dakwah mengandung
pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara
individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran sikap, penghayatan serta pengamalan
terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan
kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.13
Amrullah Ahmad mengatakan pada hakikatnya dakwah
Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam
suatu sistem kegiatan manusia yang beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
memengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, bertindak manusia
pada tataran kenyataan individual dan sosio-kultural dalam
rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua
segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.14
Dakwah adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara
sadar dalam rangka penyampaian pesan-pesan agama Islam
kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut
dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan individual
maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia,
dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu.15
Dakwah dapat diartikan dalam 2 pandangan, menurut
Prof. Toba Yahya Umar, M.A:
13
Arifin H.M, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2005) cet.5, h. 6. 14
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial ,
(Yogyakarta: PLP2M, 1985) h. 3. 15
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran dakwah Islam,
(Jakarta: Amzah, 2008) Cet-1, h.7-8.
27
1. Pengertian dakwah secara umum:
Ilmu yang berisikan ilmu pengetahuan cara-cara dan
tuntunan kepada jalan yang benar
2. Pengertian secara agama:
Mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada
jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk
keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.16
Dari pengertian di atas, terdapat banyak pendapat yang
berbeda dalam menyatakan definisi dakwah. Jika ditarik dalam
pandangan yang sama dakwah merupakan suatu proses mengajak
umat manusia agar mengikuti ajaran-ajaran Islam sesuai dengan
Al-Qur‟an dan Hadits sehingga dapat diterapkan di kehidupan
sehari-hari. Dakwah merupakan bagian yang sangat penting
dalam kehidupan muslim karena dakwah adalah salah satu cara
untuk memberikan dorongan kepada orang lain untuk biasa
menerima ajaran Islam sesuai kesadarannya sendiri dengan
pesan-pesan agama yang disampaikan.
2. Metode Dakwah
Seorang da‟i sebagai subjek dakwah memerlukan
pengetahuan dan kecakapan dalam bidang metode. Dengan
mengetahui metode dakwah, maka penyampaian pesan-pesan
dakwah yang disampaikan seorang da‟i dapat mengena pada
sasaran dan dakwah dapat diterima oleh mad‟u sebagai objek
dakwah.
16
H. Hasanudin, Retorika Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1986) cet.2, h. 8.
28
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu
“meta” (melalui) dan “hodos” (jalan,cara).17
Dengan demikian
dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu metode juga
berasal dari bahasa Jerman methodica, artinya ajaran tentang
metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos
artinya jalan, yang dalam bahasa Arab thariq.18
Dalam metode dakwah para pakar mengambil rujukan
utama kepada firman Allah Ta‟ala (QS. An-Nahl : 125):
ادع إلى سبل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم
ك هو أعلم بمن ضل عن سبله وهو أعلم أحسن إن رب بالت ه
﴾٥٢١بالمهتدن ﴿
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk” (QS.An-Nahl (6) : 125).
Di dalam ayat tersebut terdapat makna da‟i harus
memerhatikan mad‟u, sehingga mereka merasa tidak dipaksa.
Pada prinsipnya dakwah itu harus memanusiakan manusia, sesuai
dengan fitrahnya yang suci. Hal tersebut wajib menjadi pedoman
17
M. Arifin, Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
cet 1, h. 61. 18
Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996),
cet 1, h. 35.
29
dalam merumuskan pesan dan menetapkan metode dakwah. Pada
prinsipnya metodologis dakwah itu ada empat cakupan:19
1) Al-Hikmah
Hikmah ditafsirkan sebagai integrasi antar ucapan dan
perbuatan, ilmu yang bermanfaat dan amal saleh, takut kepada
agama dan bersikap hati-hati dalam agama. Singkatnya, dari
tinjauan terminologis hikmah merujuk kepada ketepatan berkata
dan bertindak dan memperlakukan sesuatu secara bijaksana.
2) Mau‟izhah Hasanah
Metode dakwah melalui mau‟izah hasanah dilakukan
dengan perintah dan larangan disertai dengan unsur motivasi dan
ancaman yang diutarakan melalui perkataan yang dapat
melembutkan hati, menggugah jiwa dan mencairkan segala
bentuk kebekuan hati serta menguatkan keimanan. Metode ini
terdiri dari bentuk pengajaran dan pembinaan.
3) Al-Jidal bi al-lati hiya ahsan (Debat yang terpuji)
Metode dakwah ini dilakukan dengan dialog yang
berbasis budi pekerti yang luhur, tutur kata yang lembut serta
mengarah kepada kebenaran dengan maksud menolak argument
batil yang dipakai lawan dialog.
4) Tindakan yang setimpal (Iqabah bi al-Mitsl)
Dalam pemetaan metode dakwah, tindakan balasan
setimpal berada dalam lingkup dakwah bi al hikmah yang
diistilahkan dengan hikmat al-quwwah atau jihad qitaly (jihad
19
A. Ilyas Ismail, Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa
Membangun Agama dan Peradaban Islam (Jakart: Kencana, 2011), Cet ke-1,
h. 201-209.
30
perang), maksud dari metode dakwah ini adalah bentuk menolak
fitnah terhadap dakwah islam. Secara teori dakwah dapat
dilakukan dengan 3 hal :
a. Dakwah Bil Lisan merupakan dakwah yang lebih bersifat
informatif, nilai persuasinya pun tidak ketinggalan karena tetap
mengarahkan kepada loyalitas mengikuti ajaran agama, karena
pada dasarnya dakwah bil lisan memberikan informasi mengenai
ajaran agama islam dengan tujuan agar sasaran dakwahnya
mampu memahami secara luas mengenai ajaran agama dan
berangsur-angsur terjadi perubahan sikap menjadi lebih baik
sehingga dapat menyampaikannya kepada orang banyak. Taktik
dakwah bil lisan dikenal dengan sebutan ceramah agama,
khutbah, pidato, pengajian.
b. Dakwah Bil Hal merupakan dakwah yang bersifat
persuasive karena dakwah bil hal ini pada hakekatnya adalah
pemanfaatan situasi dan kondisi masyarakat sebagai kegiatan
dakwah agar tumbuh rasa kepatuhannya terhadap ajaran Tuhan
dan agamanya. Strategi dakwah bil hal ini diterapkan sebagai
langkah mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya. Dakwah bil hal biasanya dilakukan di
lembaga pendidikan dan lembaga sosial.20
c. Dakwah Bil Qalam merupakan metode dakwah melalui
tulisan yang mempunyai kelebihan dapat dibaca dengan
berulang-ulang dan dapat dinikmati oleh ribuan pembaca di setiap
20
Bahri Ghazali, Dakwah komunikatif: Membangun Kerangka Dasar
Ilmu Komunikasi Da‟wah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997) Cet. 1, h. 21-
22.
31
penjuru, juga lebih efektif dapat menghemat waktu. Seperti :
Koran, buku/novel,majalah.
3. Media Dakwah
Perkembangan teknologi saat ini menuntut para
pendakwah tidak ketinggalan untuk memanfaatkan teknologi
tersebut sebagai sarana dakwahnya. Para pendakwah dapat
dengan mudah menyampaikan pesan dakwahnya kepada mad‟u
dengan cepat dan efektif sehingga pesan dapat sampai kepada
mad‟u dimana pun mereka berada.
Ada beberapa jenis media komunikasi yang digunakan
dalam kegiatan berdakwah, antara lain :
a. Media Visual
Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi
yang dapat digunakan dengan memanfaatkan indra penglihatan
dalam menangkap informasi. Seperti : Buku, surat kabar,
buletin/majalah, slide.
b. Media Auditif
Media auditif dalam pemahaman komunikatif merupakan
media yang dapat ditangkap melalui indra pendengaran.
Perangkat auditif ini pada umumnya alat-alat yang dapat
dioperasionalkan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah.
Seperti : Radio, tape recorder, telepon atau HandPhone.
c. Media Audio Visual
Media audio visual merupakan perangkat komunikasi
yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun
penglihatan. Media audio visual ini lebih dapat dimanfaatkan
32
semua kalangan masyarakat. Seperti : Movie Film, televisi, dan
Video.21
4. Materi Dakwah
Materi dakwah (Maddah ad-da‟wah) dalam istilah
komunikasi disebut dengan istilah message (pesan).22
Jadi materi
dakwah merupakan pesan-pesan dakwah Islam yang harus
disampaikan subjek kepada objek dakwah yaitu keseluruhan
ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah
Rasul-nya.23
Pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada
objek dakwah adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam.
Sumber materi dakwah pada dasarnya bersumber pada dua pokok
ajaran Islam yakni Al-Qur‟an dan Hadits.24
Akan tetapi secara
konseptual pada dasarnya materi dakwah tergantung pada tujuan
dakwah yang hendak akan dicapai.
Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam
penggalan (QS. Al-Ashr :3)25
الحات وتواصوا بالحق إل الذن آمنوا وعملوا الص
بر وتواصوا بالص
Artinya: kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
21
Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif : Membangun Kerangka Dasar
Ilmu Komunikasi Da‟wah, h. 34-44. 22
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 88. 23
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1993), h. 140. 24
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 88-
89. 25
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 89.
33
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran
mengandung makna nilai-nilai akhlak. Jadi dakwah seharusnya
menyampaikan, mengundang, dan mendorong mad‟u sebagai
objek dakwah untuk memahami nilai-nilai yang memberikan
makna pada kehidupan, baik kehidupan dunia maupun kehidupan
akhirat. Dari sistem nilai ini dapat diturunkan aspek syariah dan
fiqih yang merupakan rambu-rambu untuk kehidupan akhirat.26
Menurut Endang Saifuddin Anshari pokok-pokok ajaran
Islam diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:27
1. Masalah Keimanan (Aqidah)
Aqidah adalah pokok kepercayaan Islam. Akidah Islam
disebut Tauhid dan merupakan inti kepercayaan. Tauhid adalah
suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam,
aqidah merupakan I‟tiqad bathiniyyah yang mencakup masalah-
masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman.28
a. Iman kepada Allah SWT
b. Iman kepada Malaikat Allah SWT
c. Iman kepada Kitab allah SWT
d. Iman kepada Rosul Allah SWT
e. Iman kepada Hari Kiamat
f. Iman kepada Qadha dan Qadar
26
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 89. 27
Dikutip dari Endang Saifuddin Anshari dalam buku Moch. Ali Azis,
Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 332. 28
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 90.
34
Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukan oleh
Rasulullah SAW.29
وم اآلخر مان أن تؤمن باهلل ومالئكته وكتبه ورسله وال اإل
ره وشره )رواه مسلم( وتؤمن بالقدر خ
Artinya : “iman ialah engkau percaya kepada Allah,
malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari akhir
dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang
buruk”(H.R Muslim)
Dalam bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya
tertuju pada masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi
dakwah juga meliputi masalah yang dilarang sebagai lawannya,
seperti syirik dan ingkar adanya Tuhan.
2. Masalah Keislaman (Syari‟ah)
Syari‟ah adalah seluruh hukum dan perundang-undangan
yang terdapat dalam Islam, baik yang berhubungan antara
manusia dengan Tuhan yang disebut ibadah, adapun antar
manusia dengan sesama manusia yang disebut muamalah.30
a. Ibadah artinya menyembah, tunduk dan patuh. Ibadah
meliputi thaharah, sholat, zakat, puasa, pergi haji jika mampu.
b. Muamalah : Al-Qunnul Khas (hukum perdata), muamalah
(hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum
waris), Al-Qunnul‟am (hukum publik), hinayah (hukum
29
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 89-90. 30
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 90.
35
pidana), khilafah (hukum Negara), jihad (hukum perang dan
damai).
3. Masalah budi pekerti (akhlak)
Akhlaq berasal dari kata khalaqa yakhluqu artinya
menciptakan. Maka akhlak adalah segala sikap dan tingkah laku
seseorang yang tertanam dalam diri manusia. Akhlak dalam
aktivitas dakwah atau materi dakwah merupakan pelengkap
keimanan dan keislaman seseorang, karena Islam menjunjung
tinggi nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Dengan
akhlak yang baik dan keyakinan agama yang kuat maka Islam
membentuk moral yang baik. Secara garis besar akhlak terbagi
menjadi 3:31
a. Akhlak kepada Allah SWT
b. Akhlak kepada sesama manusia
c. Akhlak kepada lingkungan (hewan dan tumbuhan)
Ajaran akhlak dalam Islam termasuk ke dalam materi
dakwah yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat
penerima dakwah. Islam menjunjung tinggi nilai moralitas dalam
manusia. Dengan akhlak yang baik maka Islam dapat
membendung moral menjadi lebih baik.
Pada dasarnya materi dakwah dapat disesuaikan ketika
da‟i menyampaikan materi dakwahnya kepada mad‟u. Pokok-
pokok materi dakwah yang disampaikan juga harus melihat
situasi dan kondisi mad‟u sebagai penerima dakwah agar pesan
31
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 91-
92.
36
yang disampaikan dapat diterima oleh mad‟u dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyusunan materi dakwah juga perlu
memperhatikan tentang penggunaan bahasa, karena bahasa
dakwah harus dibedakan. Bahasa dakwah harus lebih bersifat
persuasif.32
Selain itu isi pesan dakwah hendaknya direncanakan dan
disusun terlebih dahulu dan harus dipahami oleh para da‟i. Para
pengkaji ilmu komunikasi sepakat bahwa isi pesan (materi) yang
tersusun baik dan sistematis memiliki pengaruh yang lebih efektif
daripada pesan yang tidak tersusun dengan baik dan sistematis.33
C. Pengertian Pesan Dakwah
Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki
arti suruhan, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang
lain.34
Dalam bahasa Inggris kata pesan adalah message yang
memiliki arti pesan, warta, dan perintah suci. Ini diartikan bahwa
pesan adalah perintah suci, dimana terkandung nilai-nilai
kebaikan.
Menurut H.A.W Widjaja mengartikan pesan adalah
keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.35
Penyampaian pesan dapat dilalui melalui lisan, tatap muka,
32
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer : Sebuah Studi Komunikasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), cet. Ke-1, h. 252. 33
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer : Sebuah Studi Komunikasi, h.
248. 34
Wjs. Purwa Darminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), edisi ke-3, h. 883. 35
H.A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta:
BumiAksara, 1997), cet. Ke-3, h. 14.
37
langsung atau menggunkan media tulisan. Isi pesan dapat berupa
anjuran atau masukan. Onong Uchjana mengartikan pesan
sebagai seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator.36
Pesan adalah informasi yang akan dikirim kepada
si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal.
Pesan dalam islam ialah nasehat, permintaan, amanah
yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan
dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-
Qur‟an dan As-Sunnah baik secara tertulis maupun bentuk
pesan-pesan (risalah).37
Pesan dakwah menurut Mustofa Bisri
mengandung pengertian segala pernyataan yang berupa
seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan untuk
mengajak manusia agar mengikuti ajaran-ajaran Islam dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan
untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.38
Untuk membedakan pesan dakwah dengan pesan yang
lainnya, seperti pesan dalam komunikasi, maka perlu dikenali
karakteristik pesan dakwah. Karakteristik pesan dakwah yang
dimaksud tidak dibedakan secara spesifik antara karakteristik
dakwah yang bersifat verbal maupun non-verbal.
36
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), cet. Ke-2, h. 43. 37
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997), cet. Ke-1. h. 43. 38
Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial, (Bandung : Mizan, 1995),
h. 28.
38
1. Mengandung unsur kebenaran
Karakteristik pertama dan utama dalam pesan dakwah
Islam adalah adanya kebenaran dalam setiap pesan yang
disampaikan, berbeda dengan komunikasi di mana dalam
prosesnya bias mengandung unsur yang tidak benar atau negatif.
Kebenaran yang dimaksud dalam pesan dakwah adalah
kebenaran yang bersumber dari Allah Swt., sebagaimana yang
dinyatakan dalam firman-Nya (QS. Al-Baqarah (2) : 147)
ك فال تكونن من الممترن الحق من رب
Artinya: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu
jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
2. Membawa Pesan Perdamaian
Sesuai dengan namanya Islam yang berkata dasar salam
artinya damai. Perdamaian menjadi unsur penting yang harus
dikembangkan dalam penyampaian pesan dakwah. Kekerasan,
radikalisme, terorisme, peperangan, dan pertikaian merupakan
perilaku yang harus dihindari dalam proses penyampaian pesan
dakwah.
3. Tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal
Pesan dakwah hendaknya disampaikan dalam konteks
lokalitas dari mad‟u yang menerima pesan. Dengan cara tersebut,
pesan dakwah akan mudah diterima masyarakat karena sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Dalam hal ini perlu
39
dibedakan antara sumber dengan proses penyampaian dan
pemaknaan pesan dakwah. Dalam perspektif sumber pesan
dakwah, maka islam diyakini sebagai ajaran yang bersumber dari
Tuhan dan diyakini sebagai ajaran yang universal. Al-Qur‟an
sebagai wahyu yang diterima oleh Rasulullah merupakan sumber
ajaran universal, bukan hanya untuk orang Islam Arab, tetapi
diperuntukan juga untuk orang di luar Arab. Dengan kata lain
pesan dakwah berlaku secara universal untuk semua manusia di
dunia.39
D. Buku Sebagai Media Dakwah
Menyampaikan informasi di zaman modern saat ini tidak
cukup jika hanya menggunakan lisan kepada masyarakat luas
karena informasi yang disampaikan hanya dapat menjangkau
jarak yang terbatas. Oleh karena itu, penggerak dakwah harus
mampu mengembangkan hal-hal yang baru agar pesan yang
disampaikan dapat sampai kepada khalayak luas dalam jangkauan
yang jauh sekalipun.
Lajunya perkembangan teknologi komunikasi yang
merupakan suatu sarana untuk menghubungkan masyarakat
dengan masyarakat lain dibumi yang luas ini tumbuh sangat
pesat. Kecanggihan teknologi komunikasi dapat mempengaruhi
seluruh kegiatan manusia, termasuk di dalamnya kegiatan
39
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013), h. 142-144.
40
dakwah sebagai pola penyampaian informasi dan pengetahuan.40
Sebagai suatu kegiatan keagaaman, dakwah dituntut agar dapat
dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan mad‟u
yang dihadapi. Selain itu dakwah menggunakan media
komunikasi juga lebih efektif dan dapat menghemat waktu.
Salah satu cara yang dapat dilakukan da‟i dalam
menyampaikan pesannya yaitu melalui media cetak. Penerapan
berdakwah melalui media cetak berarti berdakwah melalui tulisan
dari pena pendakwah untuk menyampaikan pesan dakwahnya
melalui tulisan yang dapat dihayati isinya dan dibaca berulang
oleh pembaca.
Menulis merupakan tradisi intelektual muslim. Tradisi ini
merupakan dorongan islam dari penguasaan ilmu yang terdapat
dalam diri seseorang sehingga dari penguasaan ilmu tersebut
dapat disampaikan melalui media tulisan dan dapat dijadikan
sebuah buku yang didalamnya terdapat pesan-pesan yang
terkandung dan dapat dijadikan contoh dalam kehidupan.
Buku adalah suatu media tulisan yang digunakan para
pendakwah untuk menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Allah
SWT berfirman dalam surat Luqman ayat 27 :
ه من بعده سبعة مد ما ف األرض من شجرة أقالم والبحر ولو أن
عزز حكم إن للا أبحر ما نفدت كلمات للا
Artinya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan
laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi)
40
Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar
Ilmu Komunikasi Da‟wah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. Ke-1, h.
33.
41
sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.
Manfaat buku bagi masyarakat tidak hanya sebatas
sebagai media pendidikan dan pengajaran, melainkan buku dapat
dimaknai sebagai media dakwah.41
Para ulama salaf telah
mempergunakan buku sebagai media dakwah yang efektif.
Bahkan buku-buku dapat bertahan lama dan menjangkau
masyarakat secara luas menembus ruang dan waktu.
Pemanfaatan buku sebagai media dakwah dapat dilakukan
sebagai bentuk sarana yang dapat memberikan pemahaman dan
mampu memberikan perubahan bagi pembacanya ke arah yang
lebih baik. Semua buku dapat dijadikan sarana dakwah. Dakwah
melalui buku berarti buku tersebut harus berdimensi pengetahuan
keagamaan yang mengantarkan kepada pembacanya pada nilai-
nilai yang ma‟ruf dan hasanah.42
Para da‟i atau ulama penulis cukup banyak yang telah
mengabdikan namanya dengan menulis dan mengarang
buku/kitab sebagai kegiatan dakwahnya. Bahkan sampai sekarang
kitab karya ulama terdahulu masih tetap dikaji, seperti imam Al-
Ghazali menulis Ihya‟ Ulumuddin, Imam Nawawi menulis
Riyadh Ash-Shalihin.43
41
Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif : Membangun Kerangka Dasar
Ilmu Komunikasi Da‟wah, h. 42. 42
Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar
Ilmu Komunikasi Da‟wah., h. 42. 43
Samsul Amir Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Amzah, 2009), h. 123.
42
E. Pengertian Hati dan Manajemen Qolbu
1. Pengertian Hati
Hati merupakan organ manusia yang berada di bagian
dalam tubuh manusia. Hati juga disebut Qalbu. Hati ada dua
pengertian, yakni hati dalam arti daging dan hati dalam arti
sesuatu yang halus, bersifat ketuhanan.
a. Hati dalam arti daging adalah sebuah organ tubuh yang
tersimpan dan terlindung tulang belulang yang berada di dada di
sebelah kiri manusia. Pada daging hati terdapat lubang dan
jaringan yang halus. Di dalam (rongga) terdapat pula darah hitam
yang menjadi sumber roh. Dari An Nu‟man bin
Basyir radhiyallahu „anhuma, Nabi shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda,
أل وإن فى الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله ، وإذا
فسدت فسد الجسد كله . أل وهى القلب
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging.
Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka
rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati
(jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).44
b. Makna lain dari hati ialah merupakan sesuatu yang halus,
rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniyah (kerohanian), dan terkait
dengan hati jasmani (ditubuh kita). Hati halus inilah hakikat
manusia, hati halus inilah yang mampu mengenal diri sendiri dan
44
“Jika Hati Baik” Artikel di akses pada 09 Oktober 2018 dari
https://rumaysho.com/3028-jika-hati-baik.html pada pukul 15.58.
43
hati tulus inilah yang diajak bicara, disiksa, dicela, dan dituntut
oleh Tuhan.45
Hati dalam pengertian ini, mempunyai kaitan dengan
jasmani yang menentukan sifat watak manusia yang tampak
secara lahiriah. Hati bagaikan raja yang dapat membuat manusia
melakukan apa saja, baik atau buruk, tergantung pada kondisi hati
itu. Sesuatu yang diungkapkan dengan pikiran hanya akan
menyentuh pikiran. Sedangkan yang disampaikan dengan hati
yang tulus, akan menyentuh relung hati pendengar yang paling
dalam.46
Jadi pentingnya organ hati pada diri manusia dalam arti
daging yaitu sebagai organ tubuh yang berfungsi untuk
memproses pencernaan, penyerapan zat gizi dalam tubuh dan
penghasil energi dengan memecahkan lemak, hati juga dapat
membuat manusia melakukan apa saja baik atau buruk tergantung
pada kondisi hati. Hati yang baik adalah hati yang bersih, hati
yang bersih adalah senantiasa berdzikir kepada Allah SWT
(mengingat Allah) maka secara otomatis orang yang senang
berdzikir kepada Allah ia akan selalu merasa tentram jiwanya dan
perilakunya baik. Karena makna lain dari hati merupakan sesuatu
yang halus, di dalam rongga hati terdapat darah hitam yang
menjadi sumber roh hal ini menunjukan bahwa hati berkaitan
dengan ketuhanan (rabbaniyah) dan kerohanian (ruhaniyah). Hati
halus inilah sebenarnya hakikat manusia, yang menentukan
46
Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan Fenomena
Daaruttauhid (Bandung : Mizan, 2002), h. 25.
44
segala aktivitasnya kepada Tuhan dan kepada manusia dalam
berbuat baik dan buruk, karena hati halus inilah yang mampu
mengenal diri sendiri, diajak bicara, disiksa, dicela, dan dituntut
oleh Tuhan.
2. Pengertian Manajemen Qolbu
a. Konsep Manajemen Qolbu
Konsep manajamen qolbu adalah memahami diri dan
kemudian mau serta mampu mengendalikan diri setelah
memahami benar siapa diri kita sebenarnya. Hatilah yang
menunjukan watak dan siapa diri kita sebenarnya. Hatilah atau
“qalbu”-lah yang membuat kita mampu berprestasi semata demi
Allah SWT. Apabila hati bersih, bening dan jernih tampaknya
keseluruhan perilaku diri kita juga akan menampakan kebersihan,
kebeningan, dan kejernihan. Penampilan setiap insan merupakan
refleksi dari hatinya sendiri.47
Konsep manajemen qolbu K.H Abdullah Gymnastiar ini
kemudian melahirkan prinsip bahwa apabila seseorang hatinya
dibuat bersih, maka dia akan menjadi “pusat” segala aktivitas di
bumi. Hati akan menyedot seluruh perhatian orang dari segala
jenis profesi, baik pedagang, guru, praktisi dakwah, maupun
pemimpin. Orang yang hatinya bersih, secara otomatis akan
membuat geraknya memiliki magnet luar biasa. Kata-katanya
akan meyakinkan dan menyejukan hati lawan bicaranya.
Sikapnya akan menunjukan bahwa dia senantiasa sedang diawasi
47
Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan Fenomena
Daarutauhid, (Bandung: Mizan, 2002), h. 43.
45
oleh Allah SWT. Totalitas dirinya menampakan sebuah keadaan
bahwa hanya ridha Allah yang diharapkan, Allah menjadi pusat
segala orientasi kehidupan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw
“dalam diri manusia terdapat suatu organ. Kalau organ itu baik,
maka baik jugalah seluruh manusia itu; tapi kalau ia busuk, busuk
pula lah seluruh manusia itu. Organ itu adalah „hati‟.” Kalau
hatinya sehat, secara otomatis pikiran, cara bicara, dan
tindakannya juga sehat. Kalau badan disehatkan tetapi hatinya
tidak disehatkan, maka kesehatan badannya membawa masalah.
Namun, jika otak dicerdaskan, hati tidak disehatkan,
kecerdasannya juga akan membawa masalah.48
Dalam
penyebarannya Aa Gym mendekati unsur khalayak umum,
individu tertentu, negara, serta pasar.49
Manajemen qalbu mencangkup pembersihan hati, yang
meliputi pesan hati yang senantiasa membuat pikiran bekerja
efektif, berfikiran positif. Pengenalan diri, yang meliputi pesan
mengenai potensi yang ada dalam diri manusia, jasad, akal, dan
qalbu, ilmu pemahaman diri, memberikan kebahagiaan dan
manfaat. Penilaian diri yang meliputi penilaian diri dari
lingkungan yang paling kecil, lingkungan keluarga, saudara-
saudara terdekat, dan orang-orang sekeliling lalu secara luas dan
48
Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan fenomena
daaruttauhid, h. 26. 49
Andi Faisal Bakti, “Daarut Tauhid: New Approach to Dakwah for
Peace in Indonesia.” Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi, vol. 8,
no. 1 (Juni 2006), h. 1.
46
menyeluruh. Serta pembelajaran yang meliputi proses belajar
pada diri orang lain.50
b. Hakikat Manajemen Qalbu
Dua kunci penyelenggaraan manajemen qalbu; Pertama:
Melakukan pembersihan dan pelurusan hati. Kedua, senantiasa
berkemauan kuat untuk meningkatkan kemampuan diri
(keprofesionalan) diri, dalam bidang apapun.51
Inti dari konsep
manajemen qalbu adalah memahami diri dan mampu
mengendalikan diri, setelah memahami benar siapa diri ini
sebenarnya serta tempat untuk memahami diri ini ada di hati.
Hatilah yang menunjuk watak dan siapa diri kita sebenarnya. Hati
atau “Qalbu” lah yang membuat kita mampu berprestasi semata
demi Allah SWT. Untuk memahami aspek praktis dari semua ini
dapat dilihat bahwa:
1) Manusia itu memiliki potensi. Potensi itu berupa sarana-
sarana yang ada di dalam diri seseorang yang berfungsi untuk
mengembangkan dan memperbaiki diri. Hanya dengan memiliki
niat untuk terus memperbaiki dirilah potensi yang merupakan
anugerah Allah itu akan menuju kepada Allah SWT. Menuju
suatu keadaan yang terus membaik. Dalam bahasa sederhananya,
manusia memiliki tiga potensi berupa jasad, akal dan qalbu.
50
Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan fenomena
daaruttauhid (Bandung: Mizan,2002), h. 225-239. 51
Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan fenomena
daaruttauhid, h. 225.
47
Hanya dengan hati atau qalbu yang bersihlah potensi jasad dan
akal itu akan terkendalikan dengan baik.
Jasad atau fisik kita menyalurkan hasil proses akal, fisik
manusia tidak dapat mengambil keputusan. Akal pikiran akan
mampu mengefektifkan dan mengefisienkan tindakan. Komputer,
ponsel, alat perekam adalah produk akal. Ia bebas untuk
melakukan kejahatan atau kebaikan, dan qalbu membuat apa
yang diwujudkan oleh fisik dan akal menjadi bernilai. Hati yang
bersih mampu membuat kehebatan fisik dan akal menjadi mulia.
Hal inilah yang disebut dengan hakikat manajemen qalbu.
Manusia harus mampu menjadikan hatinya bersih.
Akal pikiran yang dilandasi oleh hati yang bersih akan
bekerja secara sangat efisien. Akal pikiran hanya akan
memikirkan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Akal pikiran
kemudian terus membuka dirinya untuk terus maju dan mereguk
pengetahuan yang membuat orang yang memiliki akal pikiran
seperti ini akan tidak dipusingkan oleh iri hati, dengki dan
sombong. Hatinya yang bersih membuat percepatan luar biasa
bagi perkembangan akal pikiran tersebut.
2) Potensi yang terus diarahkan kepada kebaikan. Potensi
yang diarahkan pada kebaikan akan menjadi sangat efektif daya
gunanya bila dimulai atau berpangkal dari diri sendiri. Artinya,
urusilah diri sendiri sebelum mengurusi orang lain. Bersihkan diri
sendiri dahulu sebelum membersihkan diri orang lain. Diri sendiri
dahulu yang melakukan suatu kebaikan. Apabila ini dapat
dilakukan oleh setiap manusia yang sadar akan dirinya, tentulah
akan terjadi sesuatu yang luar biasa pada diri orang tersebut.
48
Efektivitas itu yakni seseorang yang menggunakan
potensinya dengan prinsip untuk memperbaiki kemampuan
dirinya, akhirnya bermanfaat bagi lingkungannya. Gerak
hidupnya adalah gerak hidup yang produktif. Senantiasa
menguntungkan orang lain lantaran dari dirinya terpancar
kebaikan, seperti memberikan keamanan dan kebahagiaan. Inilah
juga merupakan ukuran sukses dari orang yang bersih hatinya.
Sukses adalah bila dirinya semakin profesional dan semakin
menigkatkan kemampuannya.
3) Keadaan untuk memperbaiki diri sendiri perlu dibiasakan
secara kontinu dan konsisten (istiqamah). Manusia itu pelupa.
Manusia itu gampang terlena. Manusia itu gampang memilih
sesuatu yang menyenangkan dan menyamankan dirinya. Keadaan
menggoda ini harus tetap dilawan setiap hari, bahkan setiap detik.
Pembiasaan adalah senjatanya. Membiasakan diri untuk
mengingat Allah tentulah Allah akan mengingat kita. Biasakan
diri untuk bangun malam, tentulah suatu saat bangun malam tidak
akan memberatkan-bahkan akan mengasyikan. Tidak ada
kebiasaan baik yang dimulai dengan kemudahan. Kebiasaan baik
menuntut perjuangan besar diawalnya.52
Setelah mampu memahami dan mengendalikan diri
dengan berpusat pada pembersihan hati semua akan mengarah
pada diri tersebut. Seorang manusia yang mampu memahami dan
kemudian mengembangkan dirinya lewat hati yang bersih, akan
senantiasa menunjukan seluruh gerakan atau kiprahnya untuk
52
Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan fenomena
daaruttauhid, h. 225-230.
49
mendapatkan ridha Allah SWT. Tidak ada yang ditujunya kecuali
Allah SWT. Setiap hari bahkan setiap detik, perbaikan diri yang
dilandasi oleh kebersihan hati senantiasa diterbangkan untuk
menuju kepada Allah SWT. Hanya Allah lah yang mengisi hari-
harinya. Hanya Allah lah yang senantiasa mengatur gerak gerik
dirinya. Jika semua manusia bersedia untuk kembali kepada diri
sendiri sebelum berkeinginan untuk melihat, mengoreksi dan
menilai orang lain di luar dirinya sendiri, bersedia untuk
mengendalikan dirinya agar terus menerus dapat memperbaiki
diri sendiri secara terbuka. Kemudian berusaha mendasarkan
seluruh aktivitasnya pada hati yang bersih, hati yang ditanami
keikhlasan dan dengan hati yang tidak ditanami oleh kedengkian,
keirihatian, dan kesombongan sehingga sudah dapat ikhlas
dengan demikian kata Imam Ali bin Abi Thalib r.a., maka Allah
yang akan membesarkannya.53
Maka dari itu penting bagi manusia untuk menyadari
bahwa betapa besarnya potensi yang dimiliki oleh hati, oleh
karena itu kita harus bisa menjaga dan meluruskan niat dalam
melakukan segala hal dengan semata-mata hanya untuk Allah
SWT. Seseorang yang menjaga dan membersihkan hatinya maka
seluruh kegiatannya akan senantiasa merasa diawasi oleh Allah
dan efek positif yang ditimbulkan dia akan selalu mengharapkan
ridha Allah SWT, perbuatannya selalu mencerminkan perilaku
kebaikan, gerak hidupnya adalah gerak yang produktif,
menyejukan hati orang lain jika berbicara dan senantiasa
53
Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan fenomena
daaruttauhid, h. 230-231.
50
menguntungkan orang lain lantaran dari dirinya terpancar
kebaikan. Karena penampilan setiap insan merupakan refleksi
dari hatinya sendiri.
51
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sekilas Biografi K.H. Abdullah Gymnastiar
K.H. Abdullah Gymnastiar atau lebih sering dikenal
dengan sebutan Aa Gym bukanlah berasal dari kelompok elite
sosial, ekonomi dan politik atau berasal dari keluarga kiai,
memiliki jenjang pendidikan formal “pesantren” atau memiliki
warisan pesantren. Kendati demikian beliau adalah menantu dari
cucu seorang ulama besar yaitu K.H. Muhammad Tasdiqin,
Pengasuh Pondok Pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis
Selatan.1 Beliau lahir di Bandung pada tanggal 29 Januari 1962,
dari pasangan Letnan Kolonel (Letkol) H. Engkus Kuswara dan
Ny. Hj. Yeti Rohayati, sebuah keluarga yang dikenal religius dan
disiplin. Akan tetapi, disiplin ketat namun demokratis telah
menjadi bagian tak terpisahkan dari pola hidupnya sejak kecil. Aa
Gym adalah putra tertua dari empat bersaudara, saudara kandung
lainnya adalah Abdurrahman Yuri, Agung Gunmartin, dan
Fatimah Genstreed.2
Latar belakang pendidikan Formal Aa Gym dimulai dari
Taman Kanak-Kanak (TK) Sukarasa III KPAD Bandung,
Sekolah Dasar (SD) pada sekolah yang sama, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) 12 Setia Budi Bandung, Sekolah Menengah Atas
1Enung Asmaya, Aa Gym Dai Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk
(Jakarta: PT Mizan Publika, 2003), h. 62. 2Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan fenomena
daaruttauhid (Bandung: Mizan,2002), h. 21.
52
(SMA) 5 Bandung, kemudian kuliah selama setahun di
Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Unpad.
Terakhir di Akademi Teknik Jenderal Ahmad Yani (Kini
Universitas Jenderal Ahmad Yani–UNJANI) hingga sarjana
muda. Aa Gym memiliki dua istri yaitu Ninih Muthmainah
Muhsin (Teh Ninih) dan Alfarini Edarini (Teh Rini). Dari
pernikahannya dengan Ninih Muthmainah Muhsin, Allah
mengaruniakan enam orang anak, yakni Ghaida Tsuraya,
Muhammad Ghazi Al-Ghifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa
Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah, dan Gaza Muhammad Al-
Ghazali. Sedangkan dari istrinya Alfarini Edarini mempunyai dua
anak yaitu Teuku Diptiya dan Teuku Diktiya. Anak-anaknya
tersebut juga dididik dengan penuh suasana disiplin dan religius
tetapi dalam suasana yang demokratis.3
Pada masa-masa mudanya selain menuntut ilmu dan aktif
berorganisasi, Aa Gym juga memiliki kegemaran berdagang. K.H
Abdullah Gymnastiar sebagai pemimpin Pondok Pesantren
Daarut Tauhid, tidak dipanggil dengan sebutan kiai tetapi Aa
(Indonesia: kakak) dengan maksud untuk lebih “dekat” dengan
masyarakat (mad‟u). “Saya ingin akrab dengan semua lapisan
masyarakat, kalau dipanggil kiai seperti ada jarak,” ujarnya.4
Aa Gym mengembangkan kajian Islam praktis yang
kemudian terkenal luas dengan nama Manajemen Qolbu (MQ).
3Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed., Aa Gym dan fenomena
daaruttauhid, h. 21. 4Tulisan wawancara wartawan Hikmah Edisi 1 Oktober 1998, h. 7
dalam Enung Asmaya, Aa Gym Dai Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk
(Jakarta: PT Mizan Publika, 2003), h. 62.
53
Model kajian yang bersifat praktis, dekat dengan realitas
kehidupan sehari-hari membuat MQ diterima luas oleh seluruh
lapisan masyarakat. Dalam lapangan usaha, beliau termasuk
kreatif dan bergerak progresif, salah satunya mempublikasikan
ceramah-ceramahnya melalui artikel di koran, buku, kaset, dan
juga CD, selain itu ia juga membangun bisnis dengan bendera
MQ merambah berbagai bidang; media, manufaktur,
perdagangan, broadcasting, perjalan haji, jasa, dan lain-lain
dengan sebuah moto “hidup adalah untuk mempersembahkan
yang terbaik, bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat
nanti.”5
B. Deskripsi Isi Buku
Buku ini bernuansa zuhud sufistik, dalam bukunya Aa
Gym mengajak para pembaca untuk ber-muhasabah dalam
menyikapi fitrah manusia sebagai hamba Allah dengan
memanajemen qalbu, menurut beliau sudah seharusnya sebagai
insan muslim memulai ber-ma‟rifatullah (mengenal) kepada
Allah dan Rasul-Nya lebih dalam dan aplikatif dalam kehidupan
sehari-hari. Lalu dalam buku ini juga mengangkat amratul qulub
„penyakit hati‟ yang kemudian populer dengan manajemen qolbu,
dalam bahasa rakyat dan juga memberikan jalan keluar dari
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Buku ini mempunyai Tema yang berbeda dalam setiap
bab, di antaranya: Mengenal Allah, Akhlak Mulia, Keluarga
5Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 143.
54
Sakinah, Manajemen Diri, Penyakit Hati, dan Tema Lain-lain.
Namun batasan penelitian yang saya lakukan hanya terbatas pada
pembahasan Mengenal Allah, Akhlak mulia Penyakit Hati, dan
Manajemen Diri yang terdapat pada buku “Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu.” Pada pembahasan bab Mengenal
Allah, ia menjabarkan tentang bagaimana seharusnya manusia
untuk kembali kepada fitrahnya yaitu menjalankan segala
perintah Allah dan meninggalkan semua laranganya dengan cara
ma‟rifatullah yaitu dengan mengenal Allah, karena ma‟rifatullah
merupakan pengarah yang akan meluruskan orientasi hidup
seorang muslim. Dari sinilah dia menyadari bahwa hidup bukan
untuk siapa pun kecuali hanya untuk Allah SWT. Kemudian
dilanjutkan dengan menceritakan kisah-kisah para sahabat bahwa
ma‟rifatullah menjadi sangat penting dalam merevolusi pribadi
seseorang untuk berubah ke arah kebaikan jika dilandasi dengan
keyakinan yang sangat kuat (iman) kepada sang khaliq.
Kemudian membahas suri tauladan Rasullulah saw, karena semua
perbuatan beliau merupakan akhlak yang langsung bersumber
dari Al-qur‟an sehingga beliau adalah panutan dan suri tauladan
untuk kita sebagai umatnya.
Kemudian dalam bab ini dingatkan juga kepada pembaca
dalam buku ini agar senantiasa bertaubat, berdzikir, ingat kepada
kematian karena saat sudah meninggalkan kehidupan di dunia
maka semua perbuatan manusia akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat kelak maka beliau mengajak
untuk bertaubat dan mencari hidayah Allah bukan untuk
55
menunggu hidayah yang datang, karena hidayah tidak akan
datang jika manusia tidak mencarinya.
Selanjutnya pada bab pembahasan penyakit hati penulis
berusaha memberikan solusi kepada pembaca dari permasalahan
yang ada dan banyak dialami oleh masyarakat yaitu tentang
penyakit hati. Pada bagian ini Aa Gym menjelaskan bahwa
sebenarnya hati itu adalah aset berharga jadi jagalah hati dari
segala hal-hal yang dapat mengotorinya antara lain; dendam,
marah, sombong, riya, dengki, iri dan sebagainya. Karena dengan
hati yang bersihlah manusia bisa mengoptimalkan potensi lainya
yaitu otak cerdas dan badan kuat. Maka dari itu pentingnya
memiliki hati yang bersih tentu akan nikmat sekali dalam
menjalani hidup ini, seperti sebuah syair berikut ini
“Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat
hidup kan gigih, prestasi mudah diraih, tapi bila hati
busuk pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk dia
jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah
terasa senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi
dengan tenang, tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit,
seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit.”
Syair di atas menggambarkan bahwa indahnya jika
manusia bisa terbebas dari penyakit hati yang ada karena manusia
tersebut akan senantiasa menampakan kegiatan yang membuat
orang lain senang sebab dalam hatinya tidak terbesit rasa
kebencian kepada orang lain yang ditimbulkan oleh penyakit hati.
Kemudian dalam bab Akhlak Mulia membahas bahwa
penting bagi manusia untuk mempunyai akhlak yang mulia, yaitu
bermula dari menjadi manusia yang sabar, sebab kata-kata sabar
56
ini adalah kunci dari kedekatan kita kepada Allah SWT. “Dan
Jadikan sabar dan shalat sebagai penolong mu.” Dalam ayat
tersebut kata sabar mendahului kata shalat (al-Baqarah: 153).
Dengan begitu, kata sabar ini mempunyai arti penting seperti
halnya shalat yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dalam ayat
lain juga Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah beserta orang
yang sabar.” Maka dari itu pahala sabar tidak ada batasnya dan
sudah sepatutnya kita mengevaluasi kualitas kesabaran dengan
serius agar kesabaran kita makin mantap!
Pada pembahasan Bab Manajemen diri buku ini
memberitahu pembaca pentingnya untuk memanajamen diri
dimulai dari cara yang sederhana yaitu memperbaiki diri sendiri,
beliau menjelaskan bahwasannya sebelum kita menyalahkan
orang lain lebih baik kita koreksi diri sendiri dulu. Karena dengan
mengubah diri secara sadar sama halnya dengan mengubah orang
lain, sebab perbuatan sudah menjadi ucapan yang sangat berarti
bagi orang lain walaupun tidak mengucap sepatah kata untuk
perubahan tesebut.
C. Ruang Lingkup Buku
1. Pengertian buku
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang
dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan
atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas adalah
sebuah halaman. Beberapa contoh buku: buku daras, novel,
majalah, kamus, buku komik, dan ensiklopedia. Bahkan sekarang
57
dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik) yang
mengandalkan komputer dan internet (jika aksesnya online).6
Dakwah dengan buku adalah investasi masa depan, bisa
saja penulisnya telah wafat, tetapi ilmunya terus dibaca lintas
generasi dan memberikan pahala yang mengalir. Semua
pendakwah saat ini tidak akan bisa tahu apalagi mengutip ucapan
Rasulullah saw, jika tidak ada pendakwah melalui buku pada
masa sebelumnya. Dengan motivasi ini pendakwah melalui buku
akan lebih banyak meluangkan waktu untuk menulis buku.7
2. Hakikat dakwah islam dalam buku
Buku ini melingkupi tentang proses kegiatan berdakwah
melalui tulisan untuk mengajak para pembaca kepada jalan Allah
SWT yang meliputi tablight (penyampaian), taghyir (perubahan,
internalisasi dan pengembangan), dan uswah (keteladanan).
Selanjutnya yaitu proses memengaruhi (persuasi), memengaruhi
tidak hanya sekedar mengajak, melainkan memberikan contoh
dari pengalaman atau cerita seseorang yang menginspirasi
pembaca untuk melakukan perbuatan baik tersebut.8 Kemudian
yang ketiga adalah Al-qur‟an dan hadis sebagai sumber pesan
dan hukum dakwah dalam islam kita mengenal wahyu yang
berasal dari Allah SWT adalah satu-satunya kebenaran hakiki,
yang biasa disebut dengan kebenaran wahyu. Lainnya adalah
6Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.
419. 7Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, h. 419.
8Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013), h. 45.
58
kebenaran relatif atau nisbi yang lahir dari akal manusia atau
diistilahkan dengan kebenaran akal.9
D. Kandungan Dakwah Dalam Buku
Dalam buku ini terdapat ajakan kepada para umat muslim
untuk senantiasa selalu menguatkan aqidah, di antaranya iman
kepada Allah SWT, karena di tengah maraknya urusan-urusan
dunia yang begitu banyak, kita tanpa sadar sering melupakan
Allah SWT dan secara otomatis juga apa yang diperintahkan-Nya
sering kita tinggalkan. Begitu juga apa yang dilarangnya banyak
yang kita lakukan mau itu disengaja ataupun tidak padahal
manusia itu tahu bahwa hal tersebut sebenarnya dilarang oleh
Allah SWT, tapi dengan gampangnya kita melakukan perbuatan
dosa itu tanpa takut akan murka dari Allah SWT. Maka dari itu
penulis menyadari bahwa pentingnya menyampaikan ajakan-
ajakan kebaikan kepada jalan kebenaran melalui dakwah bil al-
qalam, yaitu dakwah melalui tulisan dalam konteks ini adalah
buku. Salah satu di antara beberapa tema dalam buku ini adalah
mengenal Allah, yang menjelaskan bahwa sesungguhnya seorang
muslim selayaknya memahami bahwa keindahan cinta yang
paling hakiki adalah ketika kita mencintai Allah SWT. Fondasi
utama yang harus dibangun seorang muslim untuk menggapai
keindahan cinta tersebut adalah dengan mengenal Allah
(ma‟rifatullah). Bagi seorang muslim ma‟rifatullah adalah bekal
untuk meraih prestasi hidup setinggi-tingginya. Sebaliknya, tanpa
9Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.
138-139.
59
ma‟rifatullah, tak mungkin seorang muslim memiliki keyakinan
dan keteguhan hidup.10
Maksudnya adalah ajakan untuk kembali
mengingat fitrah sebagai manusia yaitu menjalankan apa yang
diperintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kemudian ajakan untuk berbuat baik kepada sesama
manusia dan Allah SWT sesuai dengan ketentuan syariat-syariat
islam, dalam berbuat baik kepada Allah yaitu Ibadah sedangkan
berbuat baik kepada manusia adalah muamalah. Sekarang ini
banyak umat muslim yang melakukan ibadah kepada Allah
dengan maksud dan tujuan yang lain, ibadah tidak lagi dilakukan
dengan landasan niat untuk Allah SWT sehingga banyak ibadah
manusia yang tidak diterima oleh Allah SWT dikarenakan hal
tersebut contohnya adalah riya, kemudian banyak juga masalah
yang dialami umat muslim salah satunya adalah perilaku kita
kepada tetangga, tanpa sadar ternyata banyak membuat tetangga
kita kesal dan kita enggan untuk meminta maaf, padahal Islam
mengajarkan untuk saling memaafkan. Maka penulis melalui
tulisannya ingin memberikan hal-hal baru untuk diketahui kepada
umat muslim mengenai ketentuan-ketentuan tentang Islam yang
tanpa disadari biasa terjadi dalam kegiatan manusia sehari-hari.
Selanjutnya dakwah dalam buku ini berisi tentang akhlak
kepada Allah SWT dan manusia, yaitu bagaimana caranya supaya
kita bisa mengatur hati agar selalu bersih dengan cara
mengendalikan diri melakukan perbuatan baik sesuai dengan
norma dan aturan-aturan agama. Salah satunya dalam berbuat
10
Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 2.
60
baik kepada Allah bisa kita wujudkan dengan senantiasa
mengucap syukur (alhamdulilah) atas semua kejadian yang telah
kita alami, kemudian akhlak kepada manusia yang meliputi
akhlak mulia seperti, menjadi insan penyabar, menyikapi
kemarahan, dan rahasia untuk menyikapi kedengkian. Dengan
begitu potensi akhlak yang buruk bisa diredam jika kita
mengetahui cara-cara untuk menyikapinya.
E. Profil Buku
Judul buku : MERAIH BENING HATI DENGAN
MANAJEMEN QOLBU
Penulis : K. H. Abdullah Gymnastiar
Pengantar :
Atang Ruswita, Pemimpin Umum/Pemimpin
Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat.
Penerbit: Gema Insani Press
Penyunting: Dendi, Dharmadi, Hilman
Perwajahan isi & penata letak: Muchlis, Arifin
Ilustrasi & desain sampul: Eta Tea
Tebal buku: xii + 146 halaman; 21 cm
Tahun cetakan : Oktober 2002
Isi buku :
Bab I Mengenal Allah
a. Ma‟rifatullah Sebagai Landasan Hidup
b. Rasulullah Sebagai Panutan
c. Meraih Hidayah Allah
d. Zikir: Kunci Ketenangan Hati
61
e. Tobat Nasuha
f. Dzikrul Maut
Bab II Akhlak Mulia
a. Hati Aset Berharga
b. Menata Keikhlasan Hati
c. Hidup Bahagia Dengan Bersyukur
d. Menjadi Insan Penyabar
e. Menjaga Pandangan
f. Melatih Pola Hidup Bersih
g. Paksa Diri Berbuat Taat
h. Menyikapi Ujian
Bab III Keluarga Sakinah
a. Membangun Pendidikan dari Keluarga
b. Peran Wanita dalam Keluarga
c. Memuliakan Orang Tua
d. Berharganya Sikap Lembut Suami
e. Akhlak Kepada Pembantu
f. Meminimalkan Konflik dalam Keluarga
g. Menata Kehidupan Berumah Tangga
Bab IV Manajemen Diri
a. Salahkah Bercita-Cita Menjadi Kaya?
b. Menggali Makna Kesuksesan
c. Mulai dengan Memperbaiki Diri Sendiri
d. Mengoptimalkan Daya Ubah
Bab V Penyakit Hati
a. Rahasia Mengatasi Dengki
b. Mengikis Bibit-Bibit riya
62
c. Menyikapi Kemarahan
d. Mengganti Dendam Menjadi Ihsan
Bab VI Tema Lain-Lain
a. Pemimpin yang Didamba
b. Kita Butuh Pemimpin Sadar
c. Menakar Kualitas Haji Kita
Bab VII Profil Penulis
63
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Isi Pesan Dakwah dalam Buku Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu
Untuk memperoleh validitas dan reabilitas tentang isi
pesan dakwah dalam buku “Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu”, data yang diolah sesuai dengan kategori
yang telah ditentukan, yaitu:
Tabel 2
Sub Kategori Pesan Dakwah
No Kategori Sub Kategori
1 Aqidah a. Iman Kepada Allah
b. Iman Kepada Malaikat
c. Iman Kepada Kitab-Kitab
d. Iman Kepada Rasul
e. Iman Kepada Hari Kiamat
f. Iman Kepada Qadha dan Qadhar
2 Syari‟ah a. Ibadah
b. Muamalah
3 Akhlak a. Akhlak Kepada Allah
b. Akhlak Kepada Manusia
c. Akhlak Kepada Lingkungan
64
Kemudian peneliti melakukan pengujian kategori pesan
yang dilakukan kepada 3 orang juri yang dipandang ahli dan
mengerti tentang aqidah, syari‟ah dan akhlak. Coder dalam
penelitian ini terdiri dari juri I yaitu Ustadz Adi Suhadi, S.Pd.I.,
kemudian juri II Ustadz Laksmito Abdul Hamid, S.T, M.M., dan
juri III Ustadz M. Jamal M.Pd. Hasil kesepakatan tim juri
dijadikan sebagai koefisien reabilitas. Berikut ini merupakan
tabel hasil kesepakatan antar juri :
Tabel 3
Hasil Kategori Pesan Penilaian Juri
Juri Kategori Pesan Jumlah
Aqidah Syariah Akhlaq
1 21 34 45 100
2 24 13 63 100
3 24 21 55 100
Total 69 68 163 300
Dari hasil pengkodingan pesan antar juri maka ditemukan
presentase juri seperti pada tabel di atas, presentase juri ke-1
memilih pesan aqidah sebanyak 21 pesan, pesan syariah
berjumlah 34 dan pesan akhlaq dengan jumlah 45 pesan.
Sedangkan penilaian pada juri ke-2 dengan perolehan nilai pesan
aqidah sebanyak 24 pesan, pesan syariah 13 dan pesan akhlaq
berjumlah 63 pesan. Selanjutnya penilaian dari juri ke-3 yakni
pesan aqidah 24 pesan, pesan syariah 21 pesan dan pesan akhlaq
55 pesan.
65
Setelah peneliti mendapatkan hasil presentase dari
masing-masing juri, n kemudian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu mencari kesepakatan antar juri sebagai koefisien reabilitas.
Dengan ketentuan Reabilitas bergerak antar 0 sampai 1, dimana 0
berarti tidak ada satu pun yang disetujui oleh para coder dan 1
berarti pesetujuan sempurna antar coder, makin tinggi angka,
makin tinggi pula angka reabilitas.
Dalam rumus formula Holsti, angka reabilitas minimum
yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya apabila hasil
perhitungan menunjukan reabilitas di atas 0,7 berarti alat ukur ini
benar-benar reliable. Tetapi apabila di bawah angka 0,7 berarti
alat ukur tidak reliable.1
Berikut ini merupakan kesepakatan antar juri:
Reliabilitas antar juri 1&2 adalah :
Reabilitas antar juri = 2M
N1+N2
= 2(74) = 0,74
100+100
Reliabilitas antar juri 1&3 adalah :
Reabilitas antar juri = 2M
1Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), cet 1, h.
260.
66
N1+N2
= 2(75) = 0,75
100+100
Reliabilitas antar juri 2&3 adalah :
Reabilitas antar juri = 2M
N1+N2
= 2(76) = 0,76
100+100
Hasil dari pemaparan di atas, data reabilitas antar juri
akan dituangkan dalam tabel berikut ini :
67
Tabel 4
Koefisien Reabilitas Kesepakatan Kategori Pesan
Komposit Reabilitas : ___N (x antar juri)
1 + (N-1) (x antar juri)
Komposit Reabilitas : 3 (0,75) = 0,90
1+(3-1)(0,75)
Dari data di atas dapat diketahui bahwa data tersebut
menunjukan kesepakatan antar juri 1 dan 2 sebesar 0,74 atau 74%
(hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri).
Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,75 atau 75% (hal ini
menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri). Kemudian
Antar
Juri
Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
1 dan 2 100 74 26 0,74
1 dan 3 100 75 25 0,75
2 dan 3 100 76 24 0,76
Jumlah 2,25
Rata-rata 0,75
68
kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebesar 0,76 atau 76% (hal ini
menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai
kesepakatan antar juri maka dihitung menggunakan rumus
komposit reabilitas, dan hasil perhitungan di atas kesepakatan
antar juri dalam hal kategori pesan Aqidah, Syariah, Akhlak
memiliki nilai sebesar 0,90 atau 90% nilai ini menunjukan tingkat
kesepakatan yang tinggi di antara para juri. Dari hasil perhitungan
ini
menunjukan bahwa alat ukur (coding sheet) yang telah dibuat
dianggap reliabel, hal ini ditunjukan karena hasil dari komposit
reabilitas berada di angka 0,90 atau 90%.
Tabel 5
Nilai Kesepakatan Antar Juri Mengenai Pesan Aqidah
Antar Juri Item Kesepakatan
Antar Juri
Ketidak
Sepakatan
Antar Juri
Nilai
Juri 1 dan 2 23 17 6 0,74
Juri 1 dan 3 23 18 5 0,78
Juri 2 dan 3 23 19 4 0,83
Jumlah 2,35
Rata-rata 0,78
69
Komposit Reabilitas : ___N (x antar juri)
1 + (N-1) (x antar juri)
Komposit Reabilitas : 3 (0,78) = 0,91
1+(3-1)(0,78)
Setelah melakukan pengkodingan antar juri, ditemukan
hasil kesepakatan dari para juri, nilai kesepakatan mengenai
pesan aqidah yang menghasilkan nilai kesepakatan tertinggi yaitu
antar juri 2 dan 3 dengan jumlah 19 kesepakatan mengenai pesan
aqidah dengan presentase pesan 0,83, kemudian juri 1 dan 3
dengan 18 kesepakatan pesan aqidah dengan besar presentase
pesan 0,78, sedangkan kesepakatan terendah yaitu antar juri 1 dan
2 sebanyak 17 kesepakatan mengenai pesan aqidah dengan nilai
presentase pesan sebesar 0,74.
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai
kesepakatan antar juri maka dihitung menggunakan rumus
komposit reliabilitas, dan hasil perhitungan di atas kesepakatan
antar juri dalam hal kategori pesan dakwah aqidah memiliki nilai
sebesar 0,91 nilai ini menunjukan tingkat kesepakatan yang tinggi
di antara para juri. Dari hasil perhitungan ini menunjukan bahwa
alat ukur (coding sheet) yang telah dibuat dianggap reliable, hal
ini ditunjukan karena hasil dari komposit reabilitas bergerak di
atas angka 0,7 yaitu berada di angka 0,91
Setelah itu dari hasil analisis pesan dakwah yang
mengandung aqidah dalam buku “Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu” didapatkan hasil pesan yang lebih dominan
70
melalui perhitungan prosentase kategori pesan aqidah, berikut
adalah hasil perhitungannya :
Prosentase pesan iman
kepada Allah
P = F x100%
N
= 11 x100% = 47,8%
23
Prosentase pesan iman
kepada Malaikat
P = F x100%
N
= 1 x100% = 4,40%
23
Prosentase pesan iman
kepada Kitab
P = F x100%
N
= 3 x100% = 13,0%
23
Prosentase pesan iman
kepada Rasul
P = F x100%
N
= 1 x100% = 4,40%
23
Prosentase pesan iman
kepada Hari Akhir
P = F x100%
N
= 4 x100% = 17,4%
23
Prosentase pesan iman
kepada Qadha dan Qadhar
P = F x100%
N
= 3 x100% = 13,0%
23
71
Hasil dari pemaparan di atas, prosentase kategori pesan aqidah
akan dituangkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6
Nilai Hasil Penelitian Kategori Pesan Aqidah
No Kategori Pesan F %
1 Iman Kepada Allah 11 47,8
2 Iman Kepada Malaikat 1 4,40
3 Iman Kepada Kitab 4 17,4
4 Iman Kepada Rasul 1 4,40
5 Iman Kepada Hari Kiamat 3 13,0
6 Iman Kepada Qadha dan
Qadhar
3 13,0
Jumlah 23 100
Data yang diperoleh dari perhitungan kategori di atas
menunjukan pesan Aqidah dalam buku Meraih Bening Hati
Dengan Manajemen Qolbu pesan yang mengandung unsur Iman
Kepada Allah lebih besar sebanyak 47,8%, selanjutnya pesan
yang mengandung unsur Iman Kepada Kitab sebesar 17,4%,
kemudian pesan yang mengandung unsur Iman Kepada Hari
akhir serta Qadha dan Qadhar sebesar 13,0%, dan pesan yang
mengandung unsur Iman Kepada Malaikat dan Rasul
mendapatkan hasil terendah yaitu 4,40%.
72
Dari hasil tersebut dapat dikatakan Iman Kepada Allah
lebih Dominan, berarti bisa diartikan bahwa penulis ingin
menyampaikan bahwa keyakinan kepada Allah sangat diperlukan
untuk dapat memberikan ketenangan (bening) hati kepada
masyarakat bahwa dengan berusaha mengenal Allah
(Ma‟rifatullah) dan yakin kepada Allah dengan manajemen
qalbu, semua urusan kita akan dipermudah dan yakin bahwa
hanya Allah-lah satu-satunya penolong kita, sehingga tidak ada
yang bisa membuat diri kita gelisah karena keyakinan kita yang
mantap terhadap Allah SWT, bahwa Allah-lah Yang Maha
Penolong, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, dan
Yang Maha Segala-Nya.
Setelah melakukan pengolah data untuk memperoleh
prosentase pesan, maka dapat ditemukan pesan-pesan aqidah
dalam uraian berikut ini :
1. Pesan Dakwah yang Mengandung Aqidah
Pesan dakwah yang mengandung Iman Kepada Allah, Iman
/Kepada Malaikat, Iman Kepada Kitab, Iman Kepada Rasul, Iman
Kepada Hari Kiamat, Iman Kepada Qadha dan Qadhar.
a. Pesan yang Mengandung Iman Kepada Allah
Seorang muslim selayaknya memahami bahwa keindahan
cinta yang paling hakiki adalah ketika kita mencintai Allah
SWT.. Fondasi utama yang harus dibangun seorang muslim untuk
menggapai keindahan cinta tersebut adalah dengan mengenal
Allah (ma‟rifatullah). Bagi seorang muslim ma‟rifatullah adalah
bekal untuk meraih prestasi hidup setinggi-tingginya. Sebaliknya,
73
tanpa ma‟rifatullah, tak mungkin seorang muslim memiliki
keyakinan dan keteguhan hidup. Hal. 2/Prgf. 4.
Dalam paragraf di atas penulis ingin menjelaskan bahwa
pentingnya bagi seorang muslim untuk mengenal Allah, karena
dengan demikian lah diri kita akan selalu ikhlas dan ridho akan
segala ketentuan dari-Nya.
Di sisi lain, ma‟rifatullah juga menjadi sangat penting
dalam merevolusi pribadi seseorang untuk berubah ke arah
kebaikan. Dengan kata lain, perubahan yang dahsyat dan hakiki
itu bisa terjadi ketika seseorang mempunyai keyakinan pribadi
yang sangat kuat kepada Sang Khaliq. Hal. 2/Prgf. 7.
Pada paragraf selanjutnya ditegaskan lagi bahwa dengan
mengenal Allah kita bisa mendapati perubahan yang drastis
dalam hidup kita dalam hal mendekatkan diri kepada-Nya, pesan
yang ingin disampaikan adalah yakinlah kepada Allah bahwa
kebaikan yang kita lakukan pasti 100% akan Allah balas berkali
lipat dengan ganjaran kebaikan pula, bisa dengan ketenangan
hati, nikmatnya menjalankan ibadah dengan khusyuk dan makin
senang untuk melakukan hal-hal baik lainnya.
Di saat kita merasakan betapa sempurnanya balasan dari
Allah maka betapapun besarnya balasan dari makhluk, tidak akan
sebanding harganya dengan balasan Allah. Makin detailnya
penglihatan Allah. Makin tidak penting pengawasan makhluk.
Siapa pun yang mengenal Allah tidak akan pernah kecewa
dengan perbuatan Allah. Hal. 4/Prgf. 14.
Pesan yang ada pada kalimat ini menjelaskan bahwa Allah
Maha Mengawasi semua makhluk-Nya, maksud pesannya adalah
menyadarkan mad‟u bahwa dalam hal apapun kita senantiasa
berada dalam pengawasan Allah SWT, oleh karenanya kita harus
74
selalu awas diri dalam melakukan tindakan yang dilarang oleh
Allah dan sadar akan konsekuensi yang didapat jika kita tetap
melakukan perbuatan tersebut dan akhirnya kita yakin bahwa
semua keputusan yang Allah berikan kepada kita adalah pasti
yang terbaik dan mengandung hikmah.
Seseorang harus yakin dengan keyakinan bulat bahwa
semua yang ada di langit dan bumi ini adalah milik dan ciptaan
Allah. Dengan keyakinan demikian, dia akan memperoleh
ketenangan hakiki. Saat ia melihat banjir yang meluap-luap, bayi
menangis, petir menyambar-nyambar, atau mungkin nyamuk
terbang di sekelilingnya, maka saat itu kesadarannya langsung
tertuju pada keagungan Allah yang tak siapa pun mampu
menyamai-Nya. Hal. 14/Prgf. 5.
Pesan dari paragraf di atas yaitu menjelaskan keimanan
seorang muslim kepada Allah, dia tidak akan gelisah dan takut
atas semua kejadian di alam semesta ini, tapi dia kembali dan
mengingat keagungan Tuhan-Nya bahwa semua kejadian yang
terjadi adalah pasti atas kehendak Allah dan pasti ada maksud
yang baik sehingga membuat kita berpikir dan bersyukur atas
karunia yang Allah telah berikan kepada kita dengan cara makin
mendekatkan diri kepada-Nya.
Pada hakikatnya, orang miskin itu memang bukanlah
mereka yang tidak punya harta dan uang, melainkan mereka tidak
punya iman. Jadi jangan pernah merasa hina karena tidak punya
uang. Sebab yang hina itu adalah yang tidak punya iman. Hal.
50/Prgf. 18.
Paragraf ini menjelaskan pesan aqidah iman kepada Allah,
bahwa janganlah takut miskin atas harta dan kedudukan yang kita
punya, karena itu semua tidak akan dibawa mati dan akan
dimintai pertanggung jawabannya, dari mana itu semua
75
didapatkan, digunakan untuk apa saja, apakah bermanfaat untuk
orang lain atau hanya untuk diri sendiri? Tetapi takutlah pada
kemiskinan yang sesungguhnya yaitu jika kita tidak punya iman,
karena sekarang ini banyak orang mengaku muslim tetapi tidak
menjalankan kewajibannya sebagai orang yang beriman, seperti
melalaikan sholat dan menyepelekan perbuatan dosa. Jadi penulis
ingin mengingatkan bahwa miskin harta itu bukanlah sesuatu
yang hina, karena jika kita mempunyai iman maka Allah
senantiasa akan mencukupkan semua kebutuhan kita dan yang
seharusnya merasa hina adalah orang yang tidak mempunyai
iman karena betapa pun harta dan kekuasaan yang dia miliki
sesungguhnya tidak berarti apa-apa dihadapan Allah SWT.
Kedudukan di sisi Allah tidak juga diukur oleh kekuatan
ibadah-nya semata. Tapi semua kemuliaan seseorang yang paling
benar islamnya, yang paling baik imannya, yang paling dicintai
oleh Allah, yang paling tinggi kedudukannya dalam pandangan
Allah dan yang menemani Rasulullah saw. ternyata sangat khas,
yaitu orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Orang yang mulia
akhlaknya, taat beribadah, dan ikhlas. Hal. 51/Prgf. 3.
Oleh karena iu, apabila ada pertanyaan, “Mana yang lebih
mulia? Laki-laki atau perempuan?” Maka jawabannya, “Tidak
ada yang lebih mulia, kecuali mereka yang paling bertakwa
kepada Allah.” Artinya, baik laki-laki maupun wanita dapat
mencapai derajat kemuliaan selama dia bertakwa kepada Allah
SWT.. “inna akramakum „indallahi atqakum.” (Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu). Hal. 60/Prgf. 3.
Paragraf diatas berisi pesan bahwa pentingya manusia
untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT, karena bertakwa itu
adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, selain itu
76
orang yang bertakwa akan mendapatkan kemuliaan di dunia
karena dalam setiap perbuatannya akan senantiasa menghadirkan
Allah dalam semua hal sehingga tidak ada niat atau pikiran untuk
berbuat buruk kepada orang lain dan juga akan mendapatkan
kedudukan yang paling tinggi di pandangan Allah.
Dengan demikian, kita memang harus dalam segala
situasi. Jadi kalau kita sedang diuji dengan kesusahan, kita dekati
Allah. Dan ketika dilapangkan, usahakan agar kita lebih
mendekati Allah lagi. Semoga dalam begitu Allah lebih
melanggengkan kelapangan. Hal. 56/Prgf. 9.
Pesan yang bisa diambil dari paragraf ini adalah libatkan-
lah Allah dalam segala urusan, Lahaula walaquwata illa billa
(tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah), baik
dalam keadaan sempit maupun dalam keadaan lapang.
Maksudnya adalah kebanyakan manusia hanya akan dekat kepada
Allah jika diberikan ujian berupa kesusahan, kekurangan harta,
sakit, dan musibah, tetapi akan lupa jika sedang diberi ujian
berupa kenikmatan, kelimpahan harta dan kesehatan. Maka
penulis ingin mengingatkan terus selalulah ingat kepada Allah
dalam setiap keadaan apapun.
Keyakinan yang kuat harus kita miliki untuk menghindari
penyakit dengki. Kita harus yakin bahwa hanya Allah yang
mampu mengatur pembagian rezeki pada hamba-Nya. Allah
membagikan apa pun sesuai keinginan-Nya, sebab Dialah yang
telah menciptakan seluruh alam dan isinya. Kedengkian kita
kepada seseorang tak akan mengubah ketentuan Allah pada
hamba-hamba-Nya. Hal. 111/Prgf. 16.
Pesan di atas berisi tentang janganlah iri atas segala sesuatu
kelebihan orang lain yang diberikan oleh Allah, karena sesuai
dengan firman-Nya dalam surat Az-Zukhruf ayat 32 :
77
قسمون رحم اة أهم نهم معشتهم ف الح ك نحن قسمنا ب ت رب
خذ بعضهم بعضا ت ا ورفعنا بعضهم فوق بعض درجات ل ن الد
جمعون ا ر مم ا ورحمت ربك خ سخر
Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat,
agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang
lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.
Maksud dari ayat di atas adalah Allah SWT sudah
mengetahui siapa saja yang dikehendakinya mendapatkan ujian
kelimpahan harta atau kelebihan lainnya karena sifat-Nya Yang
Maha Mengetahui, jadi kita sebagai manusia tidak boleh iri atau
pun dengki kepada orang itu, karena tidak akan membuat orang
yang kita benci akan bernasib sama seperti kita, penulis di sini
ingin mengingatkan bahwa pentingnya meyakini ketentuan yang
Allah berikan kepada kita dan yakin bahwa semua ketentuan
Allah itu adalah yang paling baik sehingga manusia senantiasa
selalu bersyukur dan ridho pada ketetapan-Nya.
b. Pesan yang Mengandung Iman Kepada Malaikat
Jika kita mempunyai rasa cinta kepada Allah, kematian itu
mestinya sangat dirindukan. Para mujahidin merasa iri melihat
rekan-rekan seperjuangan mereka yang wafat terlebih dahulu.
Khalid bin Walid r.a yang terus berperang merasa sedih karena
tidak kunjung dipanggil syahid oleh-Nya. Jika kita merasa takut
mati, bisa jadi akibat dosa kita memang banyak, tapi yang paling
memungkinkan kita belum menghayati indahnya momen ketika
berjumpa dengan Allah kelak. Makin mantap ma‟rifat kita
78
tentang Allah, maka makin siap kita berjumpa dengan-Nya. Hal.
25/Prgf. 13.
Pesan di atas menjelaskan ajal atau kematian yang telah
Allah tetapkan sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-
Munafiqun [63]:11).
خبر بما تعملون نفسا إذا جاء أجلها وللا ر للا ؤخ ولن
Artinya : Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya.
Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.
Allah mengutus malaikat izrail, yang memiliki tugas
mencabut nyawa manusia yang telah ditetapkan dan manusia
tidak bisa menghindarinya. Karena kematian dialami oleh semua
makhluk Allah yang berada di muka bumi.1 Karena kita sebagai
manusia tidak pernah mengetahui kapan ajal akan datang,
kematian tidak melihat usia, bentuk paras seseorang, maupun
harta kekayaan. Dalam pesan tersebut tentunya mengingatkan
bahwa sejatinya dalam hidup, manusia harus ingat akan tujuan
akhirnya yaitu kematian. Dengan mengingat mati membuat kita
menjadi sadar bahwa hidup di dunia itu adalah ladang amal kita
untuk terus berbuat baik dalam menyiapkan kehidupan akhirat,
sehingga jika kita bisa terus istiqamah maka kita pun tentu pasti
akan merindukan untuk kembali kepada-Nya, dan menjadi
himbauan kepada yang masih takut akan mati bahwa segera lah
untuk berbenah diri karena setiap saat malaikat izrail bisa saja
mencabut nyawa kita atas izin Allah SWT.
1Faizah Ali Syibromalisi, Tafsir Aqidah, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2016), h. 177.
79
c. Pesan yang mengandung Iman Kepada Kitab-Kitab
Dalam Al-Qur‟an surah al-Mujaadilah ayat 11, Allah
SWT. berfirman, “...Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.” Hal. 60/Prgf. 2.
Dalam pesan ini maksud penulis adalah menekankan poin
utama pada hal imu pengetahuan, dimana orang beriman itu
berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah seorang
muslim harus terus belajar dan menambah wawasan
pengetahuannya dengan cara membaca buku-buku, literatur dan
kitab-kitab yang ada sebagai referensi mereka dalam berpikir.
Maka setelah mengetahui kebenaran dari suatu hal yang ingin
diketahui seorang muslim telah beriman kepada kitab Allah
SWT.
Akhirnya harus disadari bahwa kita bertanggung jawab
tidak hanya saat ini, tapi bagi generasi yang akan datang.
Setidaknya konsep pendidikan harus mampu mencapai dua hal;
pertama, dia mampu beribadah kepada-Nya dengan penuh
keyakinan akan keesaan-Nya, menjalankan ritual yang
diwajibkan, dan mematuhi syariat ketentuan-Nya. Kedua, dia
harus mampu mendorong manusia untuk memahami sunnatullah
di alam raya ini, menyelidiki bumi dan isinya, serta
memanfaatkan segala sesuatu yang telah diciptakan untuk
melindungi iman dan menguatkan agamanya. Hal. 64/Prgf. 19
Allah swt. berfirman dalam surah al-A‟raaf ayat 34, “Dan
setiap umat mempunyai batas waktu (ajal), maka apabila telah
datang ajal mereka, maka mereka tidak akan dapat
mengundurkannya sesaat pun dan mereka tidak dapat pula
memajukannya.” Demikian pula Rasulullah saw. telah bersabda,
“Perbanyaklah kalian mengingat mati, sebab seorang hamba yang
banyak mengingat mati, maka Allah akan menghidupkan hatinya
dan Allah akan meringankan baginya rasa sakit saat kematian.”
Hal. 22/Prgf. 2.
80
Pesan pada paragraf ini menjelaskan bahwa dalam
mengajarkan ilmu pengetahuan itu harus berdasarkan sumber
yang jelas dan terpercaya seperti Al-qur‟an dan hadits, karena
jika ilmu pengetahuan tidak berlandaskan dengan keimanan
kepada kitab maka ilmu pengetahuan itu bisa menjadi bumerang
yang bisa menyelakakan kita. Selanjutnya Allah Swt sudah
mengingatkan kita melalui firman-Nya dan Rasul bahwa
perbanyaklah kita mengingat kematian, karena di dalam Al-
qur‟an sudah banyak kisah-kisah suatu kaum yang dzalim,
bertindak sesukanya tanpa mau diatur maka Allah timpakan azab
terhadap mereka. Maka ini termasuk ke dalam iman kepada kitab
d. Pesan yang mengandung Iman Kepada Rasul
“Sesungguhnya yang paling aku takuti atas kamu sekalian
adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu,
ya Rasulullah?” Rasulullah kemudian menjawab, “Syirik paling
kecil itu adalah riya.” (HR Muslim). Dari hadits tersebut dapat
dipahami bahwa orang yang riya itu dianggap telah
menyekutukan Allah. Dan, yang paling membahayakan dari sikap
riya itu adalah akan menyebabkan hangusnya amalan yang telah
kita lakukan. Hal. 113/Prgf. 5.
Pesan yang bisa dipahami adalah bahwa sesungguhnya
Rasulullah saw sangat khawatir dengan umatnya ketika
melakukan dosa yang termasuk syirik kecil, yaitu riya. Pada era
sekarang ini sudah terbukti atas kekhawatiran Rasulullah akan
dosa syirik kecil itu, dimana makin banyaknya media sosial yang
bertujuan untuk memposting foto atau kegiatan seseorang sedang
melakukan apa, sedang berbelanja apa, sedang jalan-jalan
dimana, bahkan ada fitur yang menyiarkan siaran langsung untuk
penggunanya supaya ditonton oleh banyak orang. Maka dari itu
81
agar terhindar dari perbuatan dosa ini berhati-hatilah dalam
menggunakan sosial media yang ada. Pesan ini termasuk ke
dalam mengimani Rasulullah Saw karena kita harus meyakini apa
yang dikatakan oleh beliau.
e. Pesan yang mengandung Iman Kepada Hari Kiamat
Orang yang mengenal Allah dengan baik akan selalu
tawakal dan taat pada perintah-perintahnya-Nya, karena ia yakin
bahwa Allah yang mengatur kehidupannya. Hatinya senantiasa
dibimbing oleh Allah. Ia selalu melakukan ikhtiar di dunia untuk
mendapatkan tempat di sisi Allah di akhirat kelak. Hal. 17/Prgf.
19.
Dalam paragraf di atas pesan yang ingin disampaikan
adalah bahwa ketika seorang muslim sudah mempunyai
keyakinan terhadap Allah bahwa segala sesuatunya akan dibalas
sesuai dengan apa yang kita kerjakan, maka selanjutnya dia akan
mempersiapkan diri memperbanyak amalan dan perbuatan baik di
dunia untuk bekalnya nanti di akhirat, jiwanya akan selalu
bergerak untuk melakukan hal yang bermanfaat untuk orang lain
dan dia hanya akan merindukan bahwa Allah SWT selalu
merahmatinya dan memberikan balasan yang dijanjikan yaitu
surga-Nya kelak.
Kita berharap hidup ini penuh berkah dari Allah.
Sebaliknya, kita selalu siap dengan maut yang akan menjemput.
Kalau bisa, di rumah disediakan kain kafan, agar kita selalu ingat
akan mati sehingga kita dapat mengisi hidup ini dengan kualitas
ibadah yang tinggi. Makin banyak ingat mati, kita makin sadar
bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya. Kita bekerja keras, tapi itu
semua hanya untuk bekal pulang. Jangan takut berpisah di dunia
karena di akhirat nanti kita akan dipertemukan, insyaAllah. Hal.
25/Prgf. 14.
82
Kematian di dunia adalah perpisahan sementara,
sedangkan kehidupan di akhirat adalah hakikat yang kekal. Oleh
karena itu, kita sempurnakan amalan kita agar bisa mendapat
keselamatan kapan pun ajal menjemput kita. Hal. 25/Prgf. 15.
Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis adalah
mengingatkan kepada manusia bahwa janganlah terlalu
berlebihan dalam mengejar urusan dunia, karena dunia itu
hanyalah sementara bagaikan tempat persingahan, semua yang
kita kejar dan kumpulkan pasti akan ditanya pertanggung
jawabannya. Maka dari itu dalam hal ini diingatkan untuk
menjalankan kewajiban di dunia dan akhirat secara seimbang
supaya di dunia kita bisa sukses menjadi orang hebat dalam hal
materi maupun jabatan yang bisa membantu banyak orang dan
kemudian itu juga bisa menjadi ladang amal kita untuk persiapan
bekal di akhirat kelak.
f.Pesan yang mengandung Iman Kepada Qadha dan
Qadar
Kalau kita mendapat hidayah dari Allah, seperti berjalan
di terang-benderang. Mantap! Sekalipun barang-barang harganya
naik, kita tidak akan takut, karena yakin bahwa Allah Mahatahu
apa yang kita butuhkan lebih dari pengetahuan kita sendiri.
Lakhaufun „alaihim wa laa hum yahzanuun, „tidak ada ketakutan
pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.‟ Itulah orang
yang mendapat hidayah dari Allah, dia tidak pernah panik dengan
dunia ini. Tapi, dia akan merasa galau kalau tidak mampu
menyempurnakan apa yang bisa dia lakukan. Hal. 11/Prgf. 9.
Buya Hamka, semoga Allah memuliakan dan merahmati
beliau, pernah menyatakan bahwa hidayah itu pesawat terbang.
Kalau landasannya sederhana, yang mendarat adalah helikopter.
Jika landasan agak bagus maka bisa didarati pesawat jenis
capung. Jika lebih baik lagi mungkin bisa twin otter. Allah telah
83
menyiapkan segalannya untuk kita. Tiap-tiap sesuatu sepadan
dengan ketahanan kita. Pertanyaannya adalah kita bersungguh-
sungguh merindukan hidayah itu atau tidak? Hal. 12/Prgf. 14.
Pada paragraf di atas pesan yang disampaikan adalah
bahwa sesungguhnya keyakinan kita terhadap qada dan qadar
adalah percaya sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan
segala sesuatu yang akan terjadi untuk makhluknya (qada dan
qadar). Allah Swt berfirman dalam QS. Ar-Ra‟du ayat 11
حفظونه من أمر للا ه ومن خلفه د ن له معقبات من ب إن للا
بقوم سوءا روا ما بأنفسهم وإذا أراد للا غ ى ر ما بقوم حت غ ل
11فال مرد له وما لهم من دونه من وال
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan (nasib) suatu bangsa sehingga bangsa itu mau
mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka sendiri.
Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan bahwa
sesungguhnya walaupun hidayah datangnya dari Allah tetapi dia
juga tidak akan datang dengan sendirinya jika kita tidak
melakukan apa pun, dikarenakan keberhasilan tidak akan tecapai
tanpa disertai dengan usaha.
Selanjutnya perumpaan Buya Hamka yang dikutip oleh
penulis, bermaksud mengingatkan kembali bahwa walaupun
hidayah sejatinya sudah disiapkan oleh Allah, tapi apakah diri
kita ingin mencarinya atau tidak? Karena hidayah itu tidak akan
datang dengan sendirinya, kecuali jika kita sungguh benar-benar
mencarinya dan memang sangat merindukannya, dengan cara
yakin kepada Allah bahwa diri kita siap untuk menerima hidayah
tersebut. Pesan yang dapat diambil bahwa untuk mendapatkan
84
hidayah itu adalah dengan mencarinya bukan hanya diam dan
menunggu.
Di samping itu, kita juga harus senantiasa
menginstropeksi diri, terutama dalam memaknai suatu ujian.
Selama ini, kita masih sering menganggap cobaan itu datang
hanya berbentuk kesulitan, sehingga di kala dalam kesulitan,
manusia biasanya cenderung lebih dekat dengan Allah. Oleh
karena itu, jika manusia diuji dengan kesulitan banyak yang
selamat. Namun ketika diuji dengan kemudahan, manusia
cenderung menjadi lalai sehingga sedikit yang selamat. Hal.
56/Prgf. 7.
Maksud pesan dari paragraf di atas adalah walaupun ujian
datang kepada kita berupa kesulitan tetapi kita harus yakin bahwa
akan datang kemudahan jika kita tetap berikhtiar dan
mendekatkan diri kepada Allah dengan berdo‟a dan memohon
kemudahan dan kesabaran dalam mengahadapi ujian tersebut.
Sehingga jika ujian berupa kemudahan datang kepada kita, kita
tetap ingat kepada Allah untuk tetap selalu mendekatkan diri
kepada-Nya.
85
Tabel 7
Nilai Kesepakatan Antar Juri Mengenai Pesan Syari’ah
Antar Juri Item Kesepakatan
Antar Juri
Ketidak
Sepakatan
Antar Juri
Nilai
Juri 1 dan 2 23 12 11 0,52
Juri 1 dan 3 23 18 5 0,78
Juri 2 dan 3 23 9 15 0,40
Jumlah 1,70
Rata-rata 0,57
Komposit Reabilitas : ___N (x antar juri)
1 + (N-1) (x antar juri)
Komposit Reabilitas : 3 (0,57) = 0,80
1+(3-1)(0,57)
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kesepakatan antar
juri 1 dan 2 dalam kategori pesan syariah sebanyak 12
kesepakatan dengan presentase pesan 0,52, kemudian juri 1 dan 3
dengan 18 kesepakatan pesan syari‟ah dengan besar presentase
pesan 0,78, sedangkan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebanyak 9
kesepakatan mengenai pesan syariah dengan nilai presentase
pesan sebesar 0,40.
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai
kesepakatan antar juri maka dihitung menggunakan rumus
86
komposit reliabilitas, dan hasil perhitungan di atas kesepakatan
antar juri dalam hal kategori pesan dakwah syari‟ah memiliki
nilai sebesar 0,80 nilai ini menunjukan tingkat kesepakatan yang
tinggi di antara para juri. Dari hasil perhitungan ini menunjukan
bahwa alat ukur (coding sheet) yang telah dibuat dianggap
reliable, hal ini ditunjukan karena hasil dari komposit reabilitas
bergerak di atas angka 0,7 yaitu berada di angka 0,80. Setelah itu
hasil dari analisis pesan dakwah yang mengandung syariah dalam
buku “Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu”
didapatkan hasil pesan yang lebih dominan melalui
perhitungan prosentase kategori pesan syari‟ah, berikut adalah
hasil perhitungannya :
Prosentase pesan Ibadah
P = F x100%
N
= 15 x100% = 65,2%
23
Prosentase pesan Muamalah
P = F x100%
N
= 8 x100% = 34,8%
23
Hasil dari pemaparan di atas, prosentase kategori pesan
syari‟ah akan dituangkan dalam tabel berikut ini :
87
Tabel 8
Nilai Hasil Penelitian Kategori Pesan Syari’ah
No Kategori Pesan F %
1 Ibadah 15 65,2
2 Muamalah 8 34,8
Jumlah 23 100
Hasil nilai kategori pesan di atas menunjukan pesan
Syari‟ah dalam buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu pesan yang mengandung unsur Ibadah lebih besar
sebanyak 65,2%, selanjutnya pesan yang mengandung unsur
Muamalah mendapatkan hasil terendah yaitu 34,8%. Hasil di atas
menyiratkan pesan bahwa dengan melakukan banyak ibadah
kepadah Allah membuat hati kita menjadi peka akan semua ke-
agungan Allah, terpacu untuk banyak berbuat kebaikan kepada
sesama manusia dan membuat orientasi hidup kita lebih makin
jelas bahwa semua harus dilakukan atas dasar niat semata-mata
karena Allah Swt.
2. Pesan Dakwah yang Mengandung Syari’ah
Pesan dakwah yang berkaitan dengan hukum yang
berlaku dalam agama Islam, baik yang berhubungan manusia
dengan Tuhan (Ibadah) seperti thaharah, shalat, as-shaum zakat
dan haji. Sedangkan hubungan antar manusia yang biasanya
menyangkut permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang
membahas mengenai hukum perdagangan, jual beli, hukum waris
dan lain sebagainya.
88
a. Pesan yang Mengandung Ibadah
Jika hati tenang, kita akan merasa lebih nyaman dalam
melakukan ibadah wajib maupun sunnah. Saat melakukan shalat
fardhu dianjurkan untuk selalu khusyu. Tapi, kita sebagai
manusia biasa merasa kesulitan untuk sampai pada derajat
khusyu. Sebagai kompensasinya, setelah kita melakukan shalat
fardhu dengan cara memahami bacaanya dan benar pula tata
caranya, maka kita berusaha memperbaikinya dengan menambah
ibadah kita melalui shalat sunnah dan ibadah lainnya. Selain itu
perilaku kita juga harus diperbaiki. Inti dari shalat khusyu bukan
saja pada saat kita melakukannya, tapi harus ada bukti dalam
bentuk perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Hal.
17/Prgf. 18.
Pesan pada paragraf ini adalah mengingatkan agar dalam
melakukan sholat harus dalam keadaan khusyuk, karena penulis
menyadari bahwa masalah yang dialami kebanyakan umat
muslim yaitu bagaimana cara supaya bisa sholat dengan
khusyuk? Ternyata untuk mendapatkan khusyuk dalam sholat
maka perilaku kita juga berpengaruh, maka dari itu jika masih
kurang baik harus segera diperbaiki. Kemudian pahamilah
bacaan-bacaan sholat yang kita baca mulai dari artinya dan tata
caranya, dan penulis menganjurkan agar membiasakan diri
melakukan sholat sunnah rawatib atau yang lainnya sebagai
penambal ibadah kita jika ada kesalahan. Allah SWT berfirman
dalam Q.S Al-Mu‟minun ayat 1-2
1قد أفلح المؤمنون
2الذن هم ف صالتهم خاشعون
89
Artinya: “1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu‟ dalam
sembahyangnya
Syaikh As Sa‟diy rahimahullahu menerangkan makna
„khusyu‟ di dalam sholat‟, yaitu seseorang menghadirkan hati di
hadapan Allah, merasakan dekatnya (ilmu dan pengawasan)
Allah, yang dengan semua itu hati bisa merasa tenang, jiwa
merasa damai. Hal ini akan terpancar dalam gerakan tubuh yang
tenang, tidak lalai dalam sholat, menghayati setiap bacaan yang
dibaca dalam sholatnya, dari awal takbir hingga akhir sholat.
Semua ini dalam rangka tunduk dan taat kepada Allah.2
Dalam Islam, setiap akan melakukan shalat kita
diwajibkan untuk bersuci. Bukan hanya suci tubuh, tapi juga suci
pakaian, tempat ibadah, bahkan suci hati. Bagaimana orang akan
tenteram dalam shalat jika hatinya lalai, pikirannya “berkeliling”
ke mana-mana? Suci tubuh dan hati adalah jembatan menuju
kesempurnaan ibadah. Hal. 46/Prgf. 2
Perintah shalat memang banyak yang melakukan, tetapi
belum tentu semua melakukannya tepat waktu. Begitu juga
dengan tepat waktu, belum tentu juga bersungguh-sungguh
khusyu. Hal. 51/Prgf. 6
Pesan dalam paragraf di atas yaitu mengingatkan kepada
umat muslim agar dalam melakukan sholat harus dalam keadaan
bersih (bersuci) bukan hanya tubuh, pakaian dan tempat ibadah
saja melainkan hati kita juga dengan cara tinggalkanlah sejenak
semua urusan dunia jika sedang waktunya beribadah kepada
Allah, dan fokuskan lah hati, jiwa dan pikiran hanya kepada
2“Doa dan Kajian Islam” artikel diakses pada 15 September 2018,
dari http://doadankajianislami.com/tag/dalil-tentang-shalat-khusyu/, pada
pukul 14.37.
90
Allah, supaya ibadah kita sempurna. Selanjutnya pesan yang
ingin disampaikan mengenai ketepatan dalam beribadah,
segeralah melakukan sholat jika sudah mendengar adzan, dan
bersungguh-sungguhlah dalam melakukannya.
Oleh karena itu, jangan takut oleh dosa besar yang sudah
terjadi, jika disertai dengan tobat, kecuali bagi mereka yang
sudah terlanjur berburuk-sangka atas ampunan Allah. Dosa
sebesar gunung, ampunan Allah bisa seluas langit dan bumi.
Barangsiapa yang merasa berlumur dan bergelimang maksiat
maka ampunan Allah lebih besar lagi. Justru orang yang tidak
mau tobat itu yang jadi masalah. Hal. 19/Prgf. 5.
Ampunan Allah itu benar-benar melimpah, maka tobat
nasuha adalah garansi bahwa kita benar-benar telah tobat. Seperti
apa tobat nasuha itu? Rasulullah saw. setiap hari minimal 100
kali beristigfar, memohon ampunan. Padahal beliau telah
dipelihara dari dosa dan dijamin akan masuk surga. Hal. 19/Prgf.
7
Kita disuruh untuk bersegera memohon ampunan Allah dan
memperbanyak istigfar pada Allah SWT. atas dosa yang telah
lakukan, karena orang yang banyak istigfar itu, insyaAllah
batinnya akan lebih tenteram, akan selalu ada jalan keluar bagi
segala permasalahan yang dihadapainya dan Allah akan
mewariskan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Makin
banyak kita bertobat, insyaAllah kita akan makin siap untuk
berpulang pada-Nya. Hal. 21/Prgf. 16
Dari paragraf di atas, poin yang ditekankan adalah
bertaubat dengan memohon ampunan dari Allah SWT, penulis
ingin memberi semangat kepada kita bagi yang merasa sudah
melakukan dosa, dan takut bila dosanya tidak akan diampuni
dengan keyakinan bahwa dengan berdoa memohon ampun
kepada Allah secara sungguh-sungguh maka dosa sebesar gunung
pun bisa diampuni karena ampunan Allah lebih luas seisi langit
91
dan bumi, kemudian segeralah bertaubat jika kita merasa
melakukan perbuatan dosa tersebut dan banyak-banyak lah
beristighfar agar batin senantiasa tenang. Paragraf selanjutnya
penulis memberi gambaran melalui Rasulullah bahwa beliau saja
melakukan istigfar 100 kali dalam sehari, artinya bahwa dengan
keyakinan kita beristighfar seperti yang dilakukan Rasul mudah-
mudahan taubat kita diterima oleh Allah SWT.
Biasa-biasa sajalah menghadapi kematian. Mau tidur,
kalau bisa wudhu dulu, tidak ada jaminan besok akan bangun
lagi. Daripada ingat utang, ingat musuh, ingat lawan, ingat
someone, lebih baik ingat Allah swt.. Tidur dalam keadaan zikir,
insyaAllah sepanjang tidur dianggap zikir, kalaupun wafat,
insyaAllah husnul khatimah. Mau masuk ke diskotik, mikir-mikir
dulu, jangan-jangan pas joged mati di diskotik. Hal. 24/Prgf. 9.
Kesungguhan untuk senantiasa hidup bersih lahir-batin
merupakan salah satu cara untuk meraih derajat kemuliaan di sisi
Allah. Dalam Al-Qur‟an dituturkan, “... Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang
yang menyucikan dirinya” (al-Baqarah: 222). Hal. 46/Prgf.1.
Pesan pada paragraf di atas menjelaskan mengenai
thaharah (bersuci), bersuci tidak hanya dilakukan ketika mau
sholat saja, melainkan di dalam setiap aspek kehidupan pun
manusia harus senantiasa membersihkan dirinya agar mendapat
derajat kemuliaan di sisi Allah. Dalam Islam untuk berinteraksi
kepada Allah dalam berzikir, berdoa memohon ampunan-Nya
mempunyai tata cara yaitu harus bersih, suci dari najis, dan sopan
layaknya jika kita ingin bertemu dengan orang penting di dunia,
begitu juga kepada Allah Dia adalah Tuhan kita, maka apakah
pantas jika kita menghadapnya dengan asal-asalan? Maka dari itu
92
pesan yang bisa diambil biasakanlah menjaga dan menyukai
kebersihan dalam kehidupan kita.
Ketiga, pemiliknya menjadi lebih mulia daripada kekayaan
yang dimiliki. Seperti halnya Nabi Sulaiman, beliau nabi paling
kaya, namun kekayaannya digunakan untuk ibadah dan
kemaslahatan umat. Caranya harta tersebut dibelanjakan di jalan
Allah melalui zakat, infak, dan sedekah. Hal. 95/Prgf. 16
Dalam paragraf ini, pesan yang dijelaskan adalah
menyucikan diri dari harta benda yang kita miliki dengan zakat,
sedekah dan menggunakannya untuk ibadah dan kemaslahatan
umat. Hal ini dicontohkan oleh Nabi Sulaiman, penulis
mengangkat kisahnya karena untuk mengingatkan kepada kita
bahwa janganlah kita terlalu menyimpan dan mengumpulkan
harta benda yang kita miliki sesungguhnya dari harta yang kita
punya terdapat hak orang lain di dalamnya, maka sucikanlah ia
dengan zakat, sedekah, infaq, dan untuk ibadah agar bermanfaat
bagi orang lain dan bagi diri sendiri.
Semua insan yang berhaji tentu berharap hajinya akan
mabrur. Haji mabrur adalah haji yang diterima dan diberkahi.
Memang, berjuta orang telah menyandang predikat “H” (haji),
namun sedikit saja yang bisa meraih gelar “M” (mabrur). Ibadah
haji tidak cukup hanya bermodalkan materi. Hal lain berupa bekal
nonmateri sangat mutlak untuk diperhatikan. Hal. 136/Prgf. 2
Paragraf ini berisi pesan ibadah kepada Allah karena
berhaji termasuk ke dalam rukun islam yang ke-lima, dimana
orang yang sudah mampu secara lahir batin dan materi yang
cukup diwajibkan untuk berhaji. Namun poin yang ditekankan
dalam pesan ini adalah bagaimana agar orang yang berhaji bisa
mendapatkan haji yang mabrur? Maka dijelaskanlah bahwa
93
persiapan non-materi berupa akhlaq, niat, kesungguhan, dan
keyakinan kita berangkat ke sana untuk 100% ibadah niat karena
Allah atau masih ada niat yang lain selain itu, maka supaya
hajinya diterima dan mabrur penulis mengingatkan benahi lah
niat awal kita dalam berhaji agar senantiasa khusyuk dalam
melaksanakannya.
Dari ayat di atas tersirat bahwa kita harus senantiasa
mengikuti petunjuk yang Allah gariskan, yakni dengan
bersungguh-sungguh mencari hidayah Allah, sebab hanya dengan
begitu seseorang akan memperoleh kebaikan. Sebagaimana yang
disabdakan oleh Rasulullah saw., “Apabila Allah menginginkan
kebaikan bagi seseorang, maka dia diberi pendalaman dalam ilmu
agama” (HR Bukhari). Hal. 11/Prgf. 13.
Langkah paling awal untuk meraih hidayah ini adalah
dengan terus mencari ilmu sekuatnya. Tiada hari tanpa mencari
ilmu, tiada hari kecuali bertambahnya amal dan tiada hari kecuali
menambah bersih hati kita. Makin banyak ilmu kita, makin
produktif dalam beramal, dan makin bening hati kita. Mudah-
mudahan dengan ilmu yang diamalkan dan keikhlasan beramal,
maka akan menjaga kita dari dicabutnya nikmat Allah yang
termahal, yakni hidayah. Amin. Hal. 13/Prgf. 17.
Pesan ini menjelaskan tentang pentingnya untuk
bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu pengetahuan tentang
agama dan hidayah, karena orang yang mencari hidayah
berkaitan dengan ilmu tentang keagamaan yang ingin diketahui
kebenarannya, sehingga menimbulkan keyakinan kepada Allah
dan kemudian hidayah itu Allah berikan kepada hamba-Nya yang
sudah bersungguh-sungguh dan merindukan hidayah itu. Seperti
yang dijelaskan sabda Rasulullah saw yang membahas tentang
kewajiban menuntut ilmu yaitu:
94
ضة على كل م سلم ومسلمة طلب العلم فر
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap
muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR.Al-Baihaqi,
Ath- Thabrani, Abu Ya‟la,-Al Qdhai, dan Abu Nu‟aim Al-
Ashbahani)3
Menuntut ilmu dalam agama Islam disebut sebagai
kewajiban, ini berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan
istilah wajib harus dilakukan oleh siapapun, menuntut ilmu
bernilai ibadah layaknya seperti melaksanakan kewajiban lain
seperti sholat.
b. Pesan yang Mengandung Muamalah
Perintah untuk bersegera dalam bertobat telah Allah
jelaskan dalam firman-Nya. “Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di
waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Ali Imran: 133-
134). Hal. 18/Prgf. 2.
Kalau kita meminta maaf jangan pake embel-embel. Tobat
terus, jangan sungkan meminta maaf, walaupun pada anak
sendiri. Jangan tunda lagi, terutama sepertiga malam menjelang
subuh. Itu adalah saat tobat yang paling baik. Menjelang magrib
dari ashar, saat ibadah haji, atau saat bulan Ramadhan.
Beristigfarlah terus, baik sambil berjalan, duduk, maupun sambil
berbaring. Hal. 21/Prgf. 17.
Perbanyaklah tobat! Gunakanlah salah satu cara yang efektif.
Mulailah kita membuat daftar dosa kita kepada Allah, kepada
orang orang tua, pada tetangga, dan sebagainya. Lalu kita terus
memohon ampunan atas semua dosa kita. Lakukanlah hal
3Bukhari Umar, Hadits Tarbawi: pendidikan dalam perspektif
hadits,(Jakarta: Amzah, 2015), cet ke-3, h. 19.
95
tersebut terus-menerus, agar saat nanti kita dipanggil oleh-Nya,
kita telah siap. Orang yang ahli istigfar seperti bingkai cermin.
Cermin, jika dibersihkan terus-menerus, akan mengkilap. Dengan
itu, dia bisa bercermin dan orang lain juga bisa. Makin bersih diri
kita, insyaAllah, kita akan menjadi suri teladan bagi orang yang
meniru kita dan insyaAllah ganjarannya pun untuk kita sendiri
juga. Hal. 21/Prgf. 19.
Pesan pada paragraf di atas adalah memaafkan dan
meminta maaf, selain pentingnya meminta maaf kepada Allah
dengan bertobat, meminta maaf kepada sesama manusia sesuai
dengan syariat yang telah ditentukan juga tidak kalah penting.
Dalam meminta maaf tidak perlu malu atau pun gengsi jika kita
mempunyai salah kepada orang lain segeralah untuk meminta
maaf, kalau perlu buatlah daftar dosa kita yang telah kita lakukan
kepada orang lain untuk meminta maaf kepada mereka. Begitu
juga jika seseorang mempunyai salah kepada kita segeralah
maafkan mereka, karena Allah saja selalu memaafkan kesalahan
hambanya, maka kenapa kita tidak bisa memaafkan orang lain.
Menjaga pandangan adalah sumber ketenangan batin.
Pemuas batin kita adalah Allah dan Dia akan menilai sejauh mana
ketaatan kita sehingga layak dianugerahi hati dan jiwa yang
tenteram. Hal. 46/Prgf. 19.
Pesan yang bisa diambil adalah bahwa mata manusia harus
bisa menahan pandangan matanya terhadap sesuatu yang tidak
diperbolehkan Allah untuk kita melihatnya, sebab yang demikian
nantinya bisa menimbulkan nafsu atau syahwat kepada lawan
jenis. Maka ikutilah perintah Allah sesuai dengan syariatnya.
Prinsip bersuci dalam Islam tidak hanya dalam rangkaian
ibadah, namun dapat kita temukan juga dalam kehidupan sosial
96
sehari-hari. Dalam berniaga, berumah-tangga, bergaul, bekerja,
belajar, dan lain-lain. Di semua tempat itu, kita diajarkan bersikap
hidup suci. Menjauhkan diri dari dusta, kezaliman, menipu,
khianat, atau bahkan sikap bermuka dua (munafik). Itulah
sesungguhnya hakikat pola hidup bersih seorang mukmin. Hal.
47/Prgf. 3.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. bersabda, “hak
tetangga ialah: bila dia sakit, kamu kunjungi. Bila wafat, kamu
mengantarkan jenazahnya. Bila dia membutuhkan uang, maka
kamu pinjami. Dan bila mengalami kesukaran/kemiskinan, maka
jangan dibeberkan aib-aibnya kamu tutup-tutupi dan rahasiakan.
Bila dia memperoleh kebaikan, maka kita turut bersuka cita dan
mengucapkan selamat kepadanya. Dan bila menghadapi musibah,
kamu datang untuk menyampaikan rasa duka. Jangan sengaja
meninggikan bangunan rumahmu melebihi bangunan rumahnya,
lalu menutupi jalan udaranya (kelancaran angin baginya). Dan
janganlah kamu mengganggunya dengan bau masakan, kecuali
kamu menciduknya dan memberikan kepadanya.” (al-Hadits).
Hal. 86/Prgf. 5
Pesan yang terdapat pada paragraf di atas adalah tentang
sikap kita terhadap orang lain, bersuci itu juga termasuk sikap
kita manusia dalam melakukan kegiatan sosial, berniaga, bekerja
dan masih banyak lagi. Seorang mukmin harus jujur, berani
mengambil tindakan kebenaran jika melihat ketidakadilan ,
membantu orang yang ditindas karena dicurangi, maka
seharusnya kita harus membantunya sesuai syariat islam yang
bersumber pada Al-qur‟an dan sunnah. Karena Allah SWT
berfirman dalam Q.S Al-Maidah ayat 2 :
قوى ول تعاونوا على اإلثم وتعاونوا على البر و الت
شدد العقاب إن للا قوا للا والعدوان وات
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
97
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]
Maka sudah seharusnya kita sebagai manusia bermanfaat
bagi manusia lainnya. Kemudian pesan selanjutnya adalah etika
dalam bersosialisasi di lingkungan khususnya tetangga, pesan
pada paragraf di atas adalah bahwa Nabi Muhammad saw
menganjurkan kita untuk selalu berbuat baik dan mengutamakan
tetangga kita, dikarenakan merekalah yang hidup di sekitar
lingkungan kita jadi selain kita membantunya memang sudah
menjadi hak mereka lah jika terjadi sesuatu menerima bantuan
dari tetangganya, penulis mengingatkan mad‟u melalui hadits
tersebut untuk senantiasa berbuat baiklah dan penuhilah hak
tetangga kita.
98
Tabel 9
Nilai Kesepakatan Antar Juri Mengenai Pesan Akhlaq
Antar Juri Item Kesepakatan
Antar Juri
Ketidak
Sepakatan
Antar Juri
Nilai
Juri 1 dan
2
54 42 12 0,78
Juri 1 dan
3
54 37 17 0,69
Juri 2 dan
3
54 38 19 0,70
Jumlah 2,17
Rata-rata 0,72
Komposit Reabilitas : ___N (x antar juri)
1 + (N-1) (x antar juri)
Komposit Reabilitas : 3 (0,72) = 0,89
1+(3-1)(0,72)
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kesepakatan antar
juri 1 dan 2 dalam kategori pesan akhlaq sebanyak 42
kesepakatan dengan presentase pesan 0,78, kemudian juri 1 dan 3
dengan 37 kesepakatan pesan akhlaq dengan besar presentase
pesan 0,69, sedangkan kesepakatan antar juri 2 dan 3 sebanyak 38
99
kesepakatan mengenai pesan akhlaq dengan nilai presentase
pesan sebesar 0,70.
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai
kesepakatan antar juri maka dihitung menggunakan rumus
komposit reliabilitas, dan hasil perhitungan di atas kesepakatan
antar juri dalam hal kategori pesan dakwah akhlak memiliki nilai
sebesar 0,89 nilai ini menunjukan tingkat kesepakatan yang tinggi
di antara para juri. Dari hasil perhitungan ini menunjukan bahwa
alat ukur (coding sheet) yang telah dibuat dianggap reliable, hal
ini ditunjukan karena hasil dari komposit reabilitas bergerak di
atas angka 0,7 yaitu berada di angka 0,89.
Setelah itu hasil dari analisis pesan dakwah yang
mengandung akhlak dalam buku “Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu” didapatkan hasil pesan yang lebih dominan
melalui perhitungan prosentase kategori pesan akhlak, berikut
adalah hasil perhitungannya :
Prosentase pesan Akhlak Kepada Allah
P = F x100%
N
= 20 x100% = 37,0%
54
Prosentase pesan Kepada Manusia
P = F x100%
N
= 34 x100% = 63,0%
54
100
Hasil dari pemaparan di atas, prosentase kategori pesan
Akhlak akan dituangkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 10
Nilai Hasil Penelitian Kategori Pesan Akhlak
No Kategori Pesan F %
1 Akhlak Kepada Allah 20 37,0
2 Akhlak Kepada Manusia 34 63,0
Jumlah 54 100
Hasil nilai kategori pesan di atas menunjukan pesan
Akhlak dalam buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu pesan yang mengandung unsur Akhlak Kepada Manusia
lebih besar sebanyak 63,0%, selanjutnya pesan yang mengandung
unsur Akhlak Kepada Allah mendapatkan hasil terendah yaitu
37,0%. Hasil di atas menyiratkan pesan bahwa selain pentingnya
melakukan hubungan baik dengan Allah (Hablumminallah)
dengan cara mengerjakan semua yang diperintahkan dan
meninggalkan semua yang dilarang, kita juga harus melakukan
hubungan baik terhadap sesama manusia (Hablumminannas),
karena kita sebagai manusia adalah makhluk sosial dan pasti
tidak akan lepas dengan manusia lainnya. Maka dari itu penulis
ingin menuliskan cara-cara menjaga hubungan baik dengan
manusia yang dimulai dari dasar yaitu membina akhlak
101
masyarakat dalam menghadapi segala macam permasalahan yang
terjadi pada kebanyakan orang.
3. Pesan Dakwah yang Mengandung Akhlak
Akhlak berkaitan dengan perilaku maupun budi pekerti
yang dilakukan seseorang. Akhlak berarti sesuatu sifat yang tetap
pada jiwa seseorang yang daripadanya timbul perbuatan. Standar
akhlak dalam menentukan baik dan buruk, salah dan benar adalah
Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul. Dalam agama islam akhlak
termasuk ke dalam materi dakwah yang penting untuk
disampaikan kepada masyarakat. Karena islam menjunjung tinggi
nilai moralitas dalam kehidupan manusia.
a. Pesan yang Mengandung Akhlak Kepada Allah
Seharusnya kebutuhan kita akan kebahagiaan duniawi,
membuat kita berpikir bahwa Allah-lah satu-satunya yang
memiliki semua itu. Adapun kekhawatiran-kekhawatiran tentang
standar kebutuhan hidup kita, semestinya membuat kita
berlindung dan berharap kepada Allah dengan mengamalkan apa-
apa yang disukainya. Jadi, kebutuhan-kebutuhan diri kita itu
seharusnya menjadi jalan supaya kita lebih mencintai Allah. Hal.
1/Prgf. 3.
Orang-orang yang mampu menjalani hidupnya dengan
penuh kenikmatan adalah orang-orang yang terbuka hatinya
untuk mengenal Allah lebih dekat. Ia tidak akan gentar terhadap
apa pun. Ia tidak akan sedih atas kehilangan apa pun, sebab
semua yang ada di alam ini adalah milik Allah dan Dia berhak
mengambilnya. Hal. 15/Prgf. 12.
Pesan yang terkandung dalam paragraf di atas adalah
sikap manusia untuk bertawakal kepada Allah, ini merupakan
akhlak yang harus dimiliki oleh manusia kepada Allah. Dalam
102
hidup seharusnya cukuplah hanya menjadikan Allah untuk satu-
satunya penolong dalam setiap keadaan. Jadi dalam hidup kita
akan senantiasa optimis dengan terus berusaha dan yakin bahwa
usaha kita akan berbuah hasil karena Allah senantiasa melihat
hamba-Nya yang sedang berusaha dan yakin Allah akan
membantu kita. Namun jika yang terjadi adalah hal yang bukan
kita harapkan otomatis diri kita akan bisa menerimanya dengan
hati yang lapang karena kita yakin bahwa Allah telah
memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Dalam kehidupannya, rasulullah saw. senantiasa beramal
sebelum bicara (bukan sebaliknya). Oleh karena itu, dakwah
beliau mempunyai kekuatan ruhiyah yang kuat karena beliau
sudah lebih dulu mengamalkan apa yang beliau dakwahkan. Al-
Qur‟an mengatakan, “Kabura maqtan indallahi an taqulluna ma
laa taf‟alun.” „Amat besar kebencian di sisi Allah karena kalian
mengatakan apa yang tidak kalian lakukan‟ (ash-shaff: 2) Hal.
7/Prgf. 7
Rasulullah diutus ke muka bumi untuk menyempurnakan
akhlak. “innama buitsu liutammima makaarima akhlaq.”
„Bahwasannya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak.‟ Islam diturunkan oleh Allah bukan hanya
untuk satu zaman. Sekarang dianggap zaman modern, tapi kita
tidak tahu beberapa puluh tahun kemudian, akan seperti apakah
yang disebut modern itu? Hal. 7/Prgf. 9
Dalam paragraf ini sebenarnya menjelaskan bahwa,
sebelum kita memperbaiki akhlak seseorang alangkah lebih baik
jika memperbaiki akhlak kita terlebih dahulu kepada Allah,
karena dengan begitu kita bisa mencontohkan kepada mereka
sehingga mereka langsung melihat perubahan pada diri kita, dan
efeknya orang tersebut bisa meniru perbuatan baik kita.
103
Dalam Al-Qur‟an surah asy-Syams ayat 8, Allah SWT.
berfirman, “Dan Allah telah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaan”. Dengan kata lain, setiap orang
sebetulnya sudah diberi fasilitas oleh Allah. Dia mau baik atau
buruk bergantung pada kesungguhan dan ketaatannya dalam
mengikuti petunjuk Allah. Hal. 11/Prgf. 9.
Ada orang yang ingat Allah ketika shalat saja. Itu artinya,
ia akan selalu gelisah di luar shalat. Ada yang ingat Allah hanya
ketika ia mendapat ancaman saja. Bahkan, ada yang benar-benar
tidak tahu siapa itu Allah selama hidupnya. Orang yang tidak
kenal Allah, sehebat apapun ia, sebanyak apa pun harta yang
dimilikinya, serta setinggi apa pun derajatnya di mata manusia,
sungguh ia selalu dicekam gelisah. Hal. 13/Prgf. 3.
Pesan yang bisa diambil dari paragraf ini adalah tentang
menjaga akhlak kita kepada Allah (Muraqabah), manusia ketika
sudah akil balight dia sudah tahu mana yang baik dan buruk,
maka seharusnya manusia menjaga akhlaknya kepada Allah dari
perbuatan yang dilarang. Salah satu rasa syukur kita adalah
dengan mengingat Allah dalam setiap keadaan, Karena Allah
SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 152:
فاذكرون أذكركم واشكروا ل ول تكفرون
Artinya : Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Dari ayat ini menerangkan bahwa ingat kepada Allah
jangan hanya ketika kita sedang sholat atau pun dalam keadaan
susah saja, tetapi ingatlah Allah dalam keadaan apapun, karena
ini merupakan akhlak kepada Allah.
Ciri tobat seseorang diterima adalah terjadinya perubahan
pada diri setelah dia bertobat. Orang yang berubah menjadi
104
semakin baik, dia mendapatkan taufik dari Allah SWT.. Orang
yang bertobat jadi senang mencari ilmu. Dia akan lebih sering
menghadiri majelis taklim, memutar kaset, dan menyetel radio
untuk menumbuhkan ruh Islamnya, atau melihat acara televisi
yang dapat menambah kualitas ilmunya. Hal. 20/Prgf. 14.
Pesan pada paragraf ini adalah tentang tobat, yaitu
terjadinya perubahan perilaku menjadi lebih baik, orang yang
bertobat sadar akan fungsi dirinya diciptakan oleh Allah SWT,
untuk menjalankan segala perintahnya maka dari itu dia juga
sadar perilaku buruk yang sudah ia lakukan itu salah dan harus
diluruskan. Karena ini merupakan adab bagi umat muslim kepada
Allah SWT.
Betapa indahnya karunia Allah berupa lidah dan
tenggorokan. Namun terkadang menyebut Alhamdulillah pun
sangat kurang. Jika kita tidak syukuri maka tidak akan menjadi
amal dan hilang rasa nikmatnya. Dengan demikian nikmat yang
kita terima, sudah selayaknya kita berterima kasih sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah swt. Hal. 34/Prgf. 1.
Ahli syukur yang sejati adalah ketika ia mendapat harta,
pangkat, kedudukan, ataupun gelar, ia hanya berpikir bahwa
semuanya adalah karunia Allah yang diberikan agar ia lebih dekat
kepada-Nya. Dan ia akan mengutamakan karunia itu dengan
benar agar berbuah berkah di jalan Allah. Inilah tipe ahli syukur.
Hal. 35/Prgf. 8.
Berbahagialah andaikata kita berhasil mengangkat diri
dari jeratan ingin dihormati oleh makhluk. Apa sebabnya?
Karena, semakin kita ingin dipuji maka kita semakin tidak ikhlas.
Akibatnya, selain akan merasakan banyak kekecewaan, amal kita
pun tidak diterima. Hal. 33/Prgf. 12.
Pesan yang bisa diambil adalah akhlak terpuji manusia
kepada Allah untuk mengucapkan kalimat-kalimat baik seperti
(alhamdulilah) kepada Allah yang merupakan wujud rasa syukur
cinta, kebaikan dan ridho dari Allah SWT yang senantiasa
105
diberikan kepada kita, kemudian kita sadar jika Allah
memberikakan nikmat kepada hambanya, berarti dia harus
memanfaatkan agar bernilai ibadah kepada Allah dan berguna
untuk orang lain. Kemudian adalah ikhlas dalam melakukan
sesuatu hal, janganlah mengharapkan kebaikan dari orang lain
dari perbuatan yang kita lakukan karena selain membuat banyak
rasa kecewa itu juga membuat amal kita jadi tidak diterima,
karena merupakan akhlak yang buruk terhadap Allah SWT.
Oleh karena itu, jika kita mengalami sakit, maka ber-
husnuzhan-lah (berbaik sangka) pada Allah. Hal. 38/Prgf. 5
Sudah menjadi sifat manusia, kalau ia mendapatkan
kesenangan, biasanya akan jauh dari Allah. Sedikit saja Allah
memberi peringatan melalui sakit, ia baru akan ingat Allah.
Padahal, kesenagan dan rasa sakit adalah ujian dari Allah.
Keduanya patut disyukuri. Hal. 40/Prgf. 8
Seperti orang yang bercita-cita masuk surga, tapi amalan-
amamlan yang dipilih adalah amalan-amalan ahli maksiat. Maka
dari itu, “paksalah diri” untuk taat kepada perintah Allah. Mudah-
mudahan Allah yang melihat kegigihan kita senantiasa
menunjukan jalan kepada kita untuk lebih mudah, lebih ringan,
dan lebih ikhlas dalam mengenal serta menunaikan segala
perintah-Nya. Amin. 54/Prgf. 20
Pesan yang bisa diambil dari paragraf di atas adalah rasa
harap (raja) kita kepada Allah sebagai akhlak yang harus dimiliki
oleh manusia, dalam kehidupan manusia pasti akan ada ujian
yang datang sebagai tanda sebatas mana iman kita bertahan
kepada Allah, sebagai muslim haruslah kita membiasakan diri
untuk bersikap optimis kepada Allah atas semua ujian yang
diberikan oleh-Nya. Karena Allah SWT berfirman dalam Q.S Az-
zumar ayat 53 :
106
ا عبادي الذن أسرفوا على أنفسهم ل تقنطوا من رحمة للا قل
حم ه هو الغفور الر نوب جمعا إن غفر الذ إن للا
Artinya : Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dari ayat di atas Allah SWT memberikan jaminan bahwa
siapa pun hambanya yang mempunyai sikap berbaik sangka
kepada Allah dengan cara rasa yang sangat yakin di hati mereka
untuk melakukan yang terbaik dalam ujian yang Allah berikan
maka Allah akan berikan jalan keluar yang terbaik serta Allah
ampuni dari segala dosa-dosa yang telah diperbuatnya.
Harus diakui, umat islam masih dalam keadaan lemah dan
tercerai berai. Maka tidak perlu heran jika Allah mengizinkan
oran-orang zalim memperdaya kita. Dengan kata lain, musibah
yang menimpa umat ini bisa jadi akibat kelakuan kita sendiri.
55/Prgf. 5.
Bangsa ini tidak akan bangkit kecuali dengan kebangkitan
akhlak. Untuk itu kita perlu me-manage qalbu masyarakat kita.
Dengan langkah menata qalbu, akan terlahir kekuatan dahsyat
yang akan mengantarkan bangsa ini menuju kebangkitan. Hal.
132/Prgf. 32.
Pesan dalam paragraf ini menekankan kepada seluruh
masyarakat untuk merapihkan akhlaknya kepada Allah dalam
segala aspek, sebab jika dihubungkan dengan kejadian yang
terjadi seperti musibah dan umat yang terpecah belah disebabkan
karena akhlak kita kepada Allah masih sangat minim. Kita masih
kurang memahami apa yang seharusnya dilakukan untuk menjaga
akhlak ini agar tetap bersih dari hal-hal yang bisa mengotorinya.
107
Maka dari itu penulis menghimbau masyarakat untuk membenahi
akhlaknya kepada Allah melalui ibadah, berdoa memohon
ampunan-Nya, bersabar, ikhlas, dan tawakal kepada Allah agar
senantiasa kita mendapatkan bimbingan dan rahmatnya dalam
mempersatukan umat dan kebangkitan Bangsa ini.
b. Pesan yang Mengandung Akhlak Kepada Manusia
Tidak tenangnya hati bisa disebabkan oleh penyakit hati
yang sulit untuk disembuhkan. Kita sudah terbiasa su‟uzhan
terhadap orang lain, hal ini menyebabkan hati ini selalu was-was.
Untuk menghindarinya, kita harus tahu terlebih dahulu tentang
penyakit hati yang kita alami. Hal. 15/Prgf. 15.
Ada sebuah syair yang sangat brilian. Mungkin syair ini
bisa menggambarkan betapa hati sangat mempengaruhi hidup
seseorang. ”Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih,
semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih, tapi bila hati
busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi
makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah tetap
senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang,
tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit,
lahir batin terasa sakit.” Hal. 28/Prgf. 10.
Hati adalah pangkal kehidupan. Jika Allah memberi kita hati
yang bening, kita akan mendapat banyak keuntungan dan bisa
menjadi apa saja sesuai dengan keinginan. Bisnis menjadi lancar
dan sukses, menjadi pemimpin yang dicintai, suami yang
dihormati, ayah yang disegani, menjadi apa pun bisa terwujud
jika akhlak kita mulia di sisi Allah. Dan kuncinya adalah qalbun
salim, yaitu hati yang selamat; selamat dari kezaliman. Hal.
30/Prgf. 19.
Pesan pada paragraf di atas adalah tentang akhlak kepada
manusia, yaitu su‟uzhan (buruk sangka kepada orang lain) tanpa
disadari hal ini hampir dimiliki oleh seluruh manusia karena
secara alami ini merupakan naluri tiap individu jika tidak terlalu
suka atau percaya kepada orang lain, namun hal ini juga lah yang
108
menyebabkan penyakit hati yakni perasaan selalu was-was dan
selalu curiga kepada orang lain. Oleh sebab itu penulis
menggambarkan situasi dengan syair dimana apabila manusia
bisa menjaga hatinya, maka ia akan terhindar dari segala penyakit
hati dan akan dimudahkan semua pekerjaanya dengan hati yang
bersih itu. Karena dengan berakhlak baik kepada manusia
otomatis akan baik juga akhlaknya kepada Allah sehingga banyak
keuntungan yang bisa didapatkan.
Dalam sebuah hadits, Abu Hurairah r.a. berkata, “telah
datang kepada Rasulullah saw. seorang laki-laki lalu bertanya,
„Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak saya pergauli
dengan baik?‟ beliau menjawab, „ibumu.‟ Dia bertanya lagi,
„kemudian siapa?‟ Beliau menjawab, „ibumu‟, dia bertanya lagi,
„kemudian siapa?‟ Beliau menjawab „ibumu‟, „kemudian siapa?‟
Beliau menjawab „Ayahmu.‟” (H.R Bukhari dan Muslim). Hal.
70/Prgf. 4
Sesungguhnya kaya maupun miskin sama, semuanya
titipan Allah. Kalau kita sudah gemar membeda-bedakan,
sebetulnya sifat ketakaburan mulai menghinggapi diri kita.
Sebab, di antara tanda-tanda kesombongan itu adalah
mendustakan kebenaran dan meremehkan orang lain. Hal.
78/Prgf. 4
Rasanya, kita senantiasa harus melakukan instrospeksi
terhadap diri pribadi. Apakah tetangga kita menyukai atau
jangan-jangan mereka terganggu dengan kehadiran kita. Maka
sudah saatnya kita menebarkan salam, senyum, pada orang yang
berada di sekitar tempat tinggal kita. Menjaga perasaan mereka,
mengulurkan bantuan tenaga sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tetangganya.” (HR Muslim). Hal. 90/Prgf. 19.
Pesan pada paragraf ini adalah berbuat baik terhadap
orang tua terutama ibu merupakan akhlak yang mulia, karena
penulis menekankan perhatian kepada manusia yang melahirkan
kita yaitu ibu kita, jadi perlu diingat betapa kita harus
109
memuliakan mereka dengan akhlak kita yang baik. Kemudian
hati-hati dengan sifat kesombongan karena itu adalah akhlak yang
buruk, sebagai manusia kita ini sama semua derajatnya dihadapan
Allah SWT, maka tidak ada guna mempunyai sifat buruk itu.
Harta yang kita miliki sekarang, kedudukan, pangkat, jabatan dan
kekuasaan ingatlah semua itu hanya titipan Allah SWT, jadi
buanglah sifat kesombongan itu. Selanjutnya akhlak kita kepada
tetangga, tetangga adalah seseorang yang tinggal di sekitar
lingkungan kita, jadi penting untuk kita untuk berlaku baik
kepada mereka. Karena memuliakan tetangga adalah salah satu
iman kepada Allah. Intinya semua perbuatan yang kita lakukan
akan berbalik kepada kita sendiri. Sesuai dengan firman Allah
SWT Q.S Al-Isra ayat 7 :
إن أحسنتم أحسنتم ألنفسكم
Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat
baik bagi dirimu sendiri
Manusia yang menggunakan langkahnya untuk
melakukan kegiatan yang bermanfaat termasuk perbuatan
ataupun ilmu yang disalurkan perbuatannya akan berbalik kepada
yang melakukan, jadi apabila kita sebagai manusia menebar
manfaat kebaikan, maka yang kita dapat adalah kebaikan juga.
Ada sebuah formula kemuliaan yang telah dituntunkan
oleh Allah. “Idfa‟ billati hiya ahsan.” (Balaslah sikap buruk orang
lain dengan sikap yang lebih baik [ahsan]). Dan ternyata, sikap
ahsan itu dapat mengubah permusuhan menjadi persahabatan.
Bagaimana orang lain akan menerima kita, jika dia hanya
110
disuguhi kemarahan dan kebencian kita? Kita jangan
memimpikan orang lain akan berbuat baik terhadap kita. Namun
justru, kitalah yang harus memulainya. Hal. 122/Prgf. 7.
Pesan pada paragraf ini adalah membalas sikap dendam
menjadi ahsan, sikap ini memang termasuk tidak mudah untuk
dilakukan, penulis juga menyadari ketidakmudahan untuk
melakukan sikap ini. Maka dari itu penulis mengajak masyarakat
untuk memulai lah berbuat yang demikian terlebih dahulu tidak
usah menunggu orang lain melakukannya tapi mulailah dari diri
sendiri, dengan begitu kita akan terhindar dari sifat marah,
dendam dan yang paling penting hati senantiasa menjadi
tenteram.
B. Isi Pesan Dakwah yang Paling Dominan Dalam Buku
Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu
Hasil perhitungan kesepakatan tiga orang juri dalam buku
Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu yang dianalisis
ini memiliki nilai pesan dakwah yang berbeda-beda.
Untuk mengetahui pesan yang paling dominan dalam
buku, maka dilakukan perhitungan reliabilitas dan frekuensi
kepada 3 juri berdasarkan kategori yang sudah dibuat peneliti,
dengan menggunakan rumus :
P = F x100%
N
111
Keterangan :
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah
a. Pesan Aqidah
P = 23 x 100% = 23%
100
Berdasarkan keseluruhan pesan aqidah yang diteliti, didapatkan
prosentase pesan sebesar 23%.
b. Pesan Syariah
P = 23 x 100% = 23%
100
Berdasarkan keseluruhan pesan syari‟ah yang diteliti, didapatkan
prosentase pesan sebesar 23%.
c. Pesan Akhlak
P = 54 x 100% = 54%
100
Berdasarkan keseluruhan pesan akhlak yang diteliti, didapatkan
prosentase pesan sebesar 54%.
112
Tabel 11
Pesan Dakwah Paling Dominan
No Kategori Frekuensi Prosentase
1 Aqidah 23 23%
2 Syariah 23 23%
3 Akhlak 54 54%
Jumlah 100 100
Dari hasil perhitungan di atas menunjukan pesan Aqidah
dalam buku “Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu”
sebanyak 23%, dilanjutkan dengan pesan syariah 23%, dan pesan
yang mengandung pesan akhlak mendapatkan hasil tertinggi yaitu
54%.
Dengan demikian, pesan dakwah yang paling dominan
yang terdapat pada buku Meraih Bening Hati Dengan Manajemen
Qolbu karya Abdullah Gymnastiar adalah pesan Akhlak sebesar
54%. Didalam buku ini penulis ingin menyampaikan bahwa
selain hubungan kita kepada Allah (hablumminallah) harus dijaga
dengan baik, maka yang paling penting juga menjaga hubungan
dengan sesama manusia (hablumminannas), karena di dunia ini
kita hidup bersosialisasi dan pasti akan membutuhkan bantuan
manusia lainnya. Maka buku ini lebih banyak menyampaikan
akhlak kepada sesama manusia dan masalah yang sering terjadi
pada hati yang berhubungan dengan manusia, karena dalam
113
temuan pesan yang paling dominan dalam buku Meraih Bening
Hati Dengan Manajemen Qolbu ini adalah pesan akhlak dengan
rincia, 37% Akhlak kepada Allah dan 67% Akhlak kepada
manusia, hal ini menandakan penulis ingin menekankan
pentingnya bagi manusia untuk memanajemen qolbu dengan cara
meluruskan dan membersihkan hati kepada manusia, karena
manusia itu hidup sebagai makhluk sosial maka setiap harinya dia
akan selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan sesama
manusia, namun dikarenakan manusia itu mempunyai sifat yang
cenderung bisa sakit hati, marah, kesal, dendam dan potensi
penyakit hati lainnya maka penulis ingin menekankan pentingnya
untuk saling menjaga perasaan terhadap sesama manusia agar
bisa meminimalisir permasalahan-permasalahan yang biasa
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian penulis juga
menyertainya dengan memberikan solusi dari permasalahan
tersebut.
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisa data yang
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Isi pesan dakwah dalam buku “Meraih Bening Hati
Dengan Manajamen Qolbu” meliputi aqidah, syari‟ah dan akhlak.
Aqidah adalah keyakinan akan kebenaran sesuatu, yang
terhujam dalam-dalam pada lubuk hati seseorang, sehingga
mengikat kehidupannya, baik dalam sikap, ucapan dan
tindakannya. Pesan dakwah yang mengandung aqidah adalah
pesan yang mengandung Iman Kepada Allah, Iman Kepada
Malaikat, Iman Kepada Kitab, Iman Kepada Rasul, Iman Kepada
Hari Kiamat dan Iman Kepada Qadha dan Qadhar.
Syari‟ah yaitu aturan atau undang-undang yang turun dari
Allah SWT untuk mengatur hubungan sesama manusia dengan
Tuhan-Nya, mengatur hubungan sesama manusia dan hubungan
manusia dengan alam semesta. Syari‟ah berhubungan dengan
amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan dan
hukum Allah dalam mengatur pergaulan hidup antar sesama
manusia.
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam diri manusia.
Sifat tersebut dapat dinilai baik dan buruk dengan menggunakan
ilmu pengetahuan dan norma agama.
116
2. Isi pesan dakwah yang paling dominan dalam buku
“Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu” adalah pesan
akhlak dengan prosentase sebesar 54%.
Dalam kategori aqidah, pesan yang paling dominan yaitu
Iman Kepada Allah sebesar 47,8%, Iman Kepada Kitab sebesar
17,4%, Iman Kepada Hari Kiamat dan Iman Kepada Qadha dan
Qadar sebesar 13,0%, dan Iman Kepada Malaikat dan Rasul
sebesar 4,40%.
Dalam kategori Syari‟ah, pesan yang paling dominan
yaitu Ibadah sebesar 65,2% dan dilanjutkan dengan Muamalah
sebesar 34,8%.
Dalam kategori Akhlak, pesan yang paling dominan yaitu
Akhlak kepada Manusia sebesar 63,0% dan dilanjutkan dengan
pesan Akhlak Kepada Allah sebesar 37,0%.
B. Saran-Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini penulis
memberikan beberapa saran :
1. Bagi para pembaca, hendaklah memilih bacaan yang
mengandung unsur ilmu pengetahuan terhadap agama kalian
sendiri agar memperoleh pengetahuan yang jelas mengenai hal
yang belum kalian pahami. Sehingga ilmu yang kalian dapatkan
bisa bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Untuk mahasiswa Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
kembangkan minat baca kalian, dan gunakan waktu untuk
menulis karena pada saat ini banyak media cetak yang
dimanfaatkan kaum muda untuk memberikan dakwahnya selain
117
lebih efektif dakwah melalui media cetak juga digemari dan bisa
dibaca secara berulang tak lekang oleh waktu.
3. Untuk Aa Gym, tetaplah menyiarkan perjuangan dakwah
tentang cara-cara memanajemen qolbu, agar bangsa ini bisa
menjadi lebih damai dan harmonis dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara terlepas dari masalah SARA.
119
Daftar Pustaka
A. Referensi Buku
A.Ilyas Ismail, Prio Hotman. Filsafat Dakwah Islam
Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam. Jakarta:
Kencana, 2011.
Ahmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial.
Yogyakarta: PLP2M, 1985.
Amin, M Masyhur. Dakwah Islam dan Pesan Moral.
Jakarta: Al-Amin Press, 1997.
Amin, Samsul Munir. Metode Dakwah. Jakarta: Amzah,
2009.
Anshari, Hafi. Pemahaman dan Pengalaman Dakwah.
Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
Arfinal. “Wilayah Wacana Dakwah AA GYM
Berdasarkan Kajian Tata Bahasa Fungsional.” Linguistika
Kultura, 2008: Vol.02, No.01.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer : Sebuah Studi
Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Arifin, M. Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 1991.
Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta:
RajaWali Press, 1968.
Asmaya, Enung. Aa Gym Da'i Sejuk Dalam Masyarakat
Majemuk. Jakarta: PT Mizan Publika, 2003.
Azis, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media,
2004.
120
Bakti, Andi Faisal. “Daarut Tauhid: New Approach to
Dakwah for Peace in Indonesia.” Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah
dan Komunikasi".” 2006: Vol.8, no.1 (Juni 2006).
Basit, Abdul. Filsafat Dakwah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013.
Bisri, Mustofa. Saleh Ritual Saleh Sosial. Bandung:
Mizan, 1995.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif
Aktualisasi Ke Arah Ragam Kontemporer. Jakarta: Prenada
Media Group, 2005.
Darminta, Wjs. Purwa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997.
Eriyanto. Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk
Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana, 2011.
Ghazali, Bahri. Dakwah komunikatif : Membangun
Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Da‟wah. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1997.
Gymnastiar, Abdullah. Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu. Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
H.M, Arifin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi.
Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Hafidudin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani
Press, 1998.
Hasanudin. Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1996.
121
Hasanudin, H. Retorika Dakwah Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1986.
Hernowo dan M. Deden Ridwan, ed.,. Aa Gym dan
Fenomena Daaruttauhid. Bandung: Mizan, 2002.
Jumroni, Suhaimi. Metode-metode Penelitian
Komunikasi. Jakarta: UIN Press, 2006.
Kasman, Suf. Jurnalisme Universal Menelusuri Prinsip-
Prinsip Da‟wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran. Jakarta: Teraju,
2004.
Munir, M. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.
Resmi, Agnitia Citra. Skripsi Analisis Isi Pesan
Manajemen Qalbu Dalam Twitter @AAGYM (K.H. Abdullah
Gymnastiar). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Sanjaya, Bobby Dwi. Skripsi Analisis Isi Pesan Dakwah
Dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Sholeh, Muhammad Arifin. Skripsi Kepemimpinan K.H.
Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) Pada Pondok Pesantren
Daaruttauhid Geger Kalong Bandung Tahun 2006-2008. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu
Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu lainnya.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2004.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya
Media Pratama, 1997.
122
Umar, Bukhari. Hadits Tarbawi Pendidikan Dalam
Perspspektif Hadits. Jakarrta: 2015, 1995.
Widjaja, H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.
Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
B. Referensi Internet
“Jika Hati Baik”, https://rumaysho.com/3028-jika-hati-baik.html
pada Artikel di akses pada 09 Oktober 2018 pukul 15.58.
“Syauqi Bey”, “Syauqi Bey” dari
https://tulisanterkini.com/artikel/serba-serbi/status-
facebook/8776-syauqi-bey- Artikel di akses pada 09
Oktober 2018 pada pukul 11.00.
Doa dan Kajian Islam” http://doadankajianislami.com/tag/dalil-
tentang-shalat-khusyu/, artikel diakses pada 15 September
2018, pada pukul 14.37.
123
LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi
2. Sampul Depan Buku Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu
3. Sampul Belakang Buku Meraih Bening Hati Dengan
Manajemen Qolbu
4. Surat Pernyataan Juri 1
5. Surat Pernyataan Juri 2
6. Surat Pernyataan Juri 3
127
7. Coding Sheet
KUISIONER
ANALISIS DATA
KATEGORI PESAN DAKWAH
BUKU MERAIH BENING HATI DALAM MANAJEMEN
QOLBU
NO Judul/Sub Judul/Hal/
Paragraf
Kutipan/ Uraian Keterangan
Aqidah Syariah Akhlak
1 Bab I Mengenal
Allah/Ma‟rifatullah
Sebagai Landasan
Hidup/1/
Prgf 3
Seharusnya kebutuhan
kita akan kebahagiaan
duniawi, membuat kita
berpikir bahwa Allah-lah
satu-satunya yang memiliki
semua itu. Adapun
kekhawatiran-kekhawatiran
tentang standar kebutuhan
hidup kita, semestinya
membuat kita berlindung
dan berharap kepada Allah
dengan mengamalkan apa-
apa yang disukainya. Jadi,
kebutuhan-kebutuhan diri
kita itu seharusnya menjadi
jalan supaya kita lebih
mencintai Allah.
2
Hal 2/
Prgf 4
Seorang muslim
selayaknya memahami
bahwa keindahan cinta yang
paling hakiki adalah ketika
kita mencintai Allah swt..
Fondasi utama yang harus
dibangun seorang muslim
untuk menggapai keindahan
cinta tersebut adalah dengan
mengenal Allah
(ma‟rifatullah). Bagi
seorang muslim
ma‟rifatullah adalah bekal
untuk meraih prestasi hidup
setinggi-tingginya.
Sebaliknya, tanpa
ma‟rifatullah, tak mungkin
seorang muslim memiliki
keyakinan dan keteguhan
hidup.
3 Prgf 7 Di sisi lain,
ma‟rifatullah juga menjadi
sangat penting dalam
merevolusi pribadi
seseorang untuk berubah ke
arah kebaikan. Dengan kata
lain, perubahan yang
dahsyat dan hakiki itu bisa
terjadi ketika seseorang
mempunyai keyakinan
pribadi yang sangat kuat
kepada Sang Khaliq
4 Prgf 8 Dengan kekuatan iman,
seorang pengecut tiba-tiba
bisa berubah menjadi
pemberani. Seorang
pemalas tiba-tiba bisa
berubah menjadi
bersemangat. Sehingga
siapa pun yang
menginginkan perubahan
positif yang cepat dalam
dirinya, kuncinya adalah
membangun keyakinan
yang kuat kepada Allah swt.
5 Hal 3/
Prgf 13
Oleh karenanya, siapa
pun yang tidak mempunyai
fondasi ma‟rifatullah dalam
dirinya, ia akan sulit untuk
memperoleh ketenangan,
kedamaian, kebahagiaan,
dan kesuksesan hakiki. Jika
kita semakin mengenal
siapa Allah, maka akan
terasa semakin kecil nilai
makhluk. Ketika kita
semakin mengerti betapa
besarnya penghargaan dari
Allah, maka kian tidak
berarti penghargaan yang
kita terima dari makhluk.
6 Hal 4/
Prgf 14
Di saat kita merasakan
betapa sempurnanya
balasan dari Allah maka
betapapun besarnya balasan
dari makhluk, tidak akan
sebanding harganya dengan
balasan Allah.makin
detailnya penglihatan Allah.
Makin tidak penting
pengawasan makhluk. Siapa
pun yang mengenal Allah
tidak akan pernah kecewa
dengan perbuatan Allah.
7 Bab I Mengenal
Allah/Rasulullah
Sebagai Panutan/6/
Prgf 3
Kemurahan dan
kerendahan hati Nabi saw.
sangat menonjol.
Keramahan dan kasih
sayang beliau mencakup
semua orang. Rasulullah
saw. sangat sangat
menyayangi anak-anak.
Saat bertemu anak-anak,
beliau mengucapkan salam
kepada mereka sambil
menyapa bahkan
menggendongnya. Ketika
seorang anak pipis
dipangkuan beliau,
pengasuhnya merebut sang
anak dengan kasar. Maka
beliau menegurnya,
“Biarkan dia pipis, ini
(sambil menunjuk pakaian
beliau yang basah) dapat
dibersihkan dengan air.
Tetapi apa yang dapat
menjernihkan kekeruhan
hati anak ini akibat
renggutan yang keras?”
8 Hal 7/
Prgf 7
Dalam kehidupannya,
rasulullah saw. senantiasa
beramal sebelum bicara
(bukan sebaliknya). Oleh
karena itu, dakwah beliau
mempunyai kekuatan
ruhiyah yang kuat karena
beliau sudah lebih dulu
mengamalkan apa yang
beliau dakwahkan. Al-
Qur‟an mengatakan,
“Kabura maqtan indallahi
an taqulluna ma laa
taf‟alun.” „Amat besar
kebencian di sisi Allah
karena kalian mengatakan
apa yang tidak kalian
lakukan‟ (ash-shaff: 2)
9 Prgf 9 Rasulullah diutus ke
muka bumi untuk
menyempurnakan akhlak.
“innama buitsu liutammima
makaarima akhlaq.”
„Bahwasannya aku diutus
hanyalah untuk
menyempurnakan
kemuliaan akhlak.‟ Islam
diturunkan oleh Allah
bukan hanya untuk satu
zaman. Sekarang dianggap
zaman modern, tapi kita
tidak tahu beberapa puluh
tahun kemudian, akan
seperti apakah yang disebut
modern itu?
10 Hal 8/
Prgf 12
Makanya jika ingin
meniru orang yang sukses,
contohlah diri Rasulullah.
Jangan sampai kita keliru
dalam menetapkan standar
kesuksesan, sebab standar
itu ternyata tidak selalu
identik dengan kemuliaan.
11 Hal 9/
Prgf 17
Dia panutan kita, suri
teladan bagi kita. Siapa pun
yang mencintainya maka
akan dibuktikan dengan
kesungguhannya untuk
memahami dan
mensuriteladani beliau.
Semoga shalawat dan salam
senantiasa terlimpah kepada
baginda tercinta Rasulullah
yang mulia, keluarganya,
keturunannya, dan umatnya
yang menetapi jejak mereka
dengan ihsan. Alangkah
rugi jika hidup yang sekali-
kalinya ini harus diisi
dengan kecintaan pada
figur-figur lain yang jauh
dari keteladanan akhlak
Rasul. Orang-orang yang
mencintai Rasul, dia akan
meniti jejaknya, serta hidup
berjuang membela
risalahnya.
12 Bab I Mengenal
Allah/Meraih
Hidayah Allah/11/
Prgf 9
Kalau kita mendapat
hidayah dari Allah, seperti
berjalan di terang-
benderang. Mantap!
Sekalipun barang-barang
harganya naik, kita tidak
akan takut, karena yakin
bahwa Allah Mahatahu apa
yang kita butuhkan lebih
dari pengetahuan kita
sendiri. Lakhaufun „alaihim
wa laa hum yahzanuun,
„tidak ada ketakutan pada
mereka dan tidak pula
mereka bersedih hati.‟
Itulah orang yang mendapat
hidayah dari Allah, dia
tidak pernah panik dengan
dunia ini. Tapi, dia akan
merasa galau kalau tidak
mampu menyempurnakan
apa yang bisa dia lakukan.
13 Prgf 11 Dalam Al-Qur‟an surah
asy-Syams ayat 8, Allah
swt. berfirman, “Dan Allah
telah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaan”. Dengan
kata lain, setiap orang
sebetulnya sudah diberi
fasilitas oleh Allah. Dia
mau baik atau buruk
bergantung pada
kesungguhan dan
ketaatannya dalam
mengikuti petunjuk Allah.
14 Prgf 13 Dari ayat di atas
tersirat bahwa kita harus
senantiasa mengikuti
petunjuk yang Allah
gariskan, yakni dengan
bersungguh-sungguh
mencari hidayah Allah,
sebab hanya dengan begitu
seseorang akan memperoleh
kebaikan. Sebagaimana
yang disabdakan oleh
Rasulullah saw., “Apabila
Allah menginginkan
kebaikan bagi seseorang,
maka dia diberi pendalaman
dalam ilmu agama” (HR
Bukhari).
]
15 Hal 12/
Prgf 14
Buya Hamka, semoga
Allah memuliakan dan
merahmati beliau, pernah
menyatakan bahwa hidayah
itu pesawat terbang. Kalau
landasannya sederhana,
yang mendarat adalah
helikopter. Jika landasan
agak bagus maka bisa
didarati pesawat jenis
capung. Jika lebih baik lagi
mungkin bisa twin otter.
Allah telah menyiapkan
segalannya untuk kita. Tiap-
tiap sesuatu sepadan dengan
ketahanan kita.
Pertanyaannya adalah kita
bersungguh-sungguh
merindukan hidayah itu
atau tidak?
16 Hal 13/
Prgf 17
Langkah paling awal
untuk meraih hidayah ini
adalah dengan terus mencari
ilmu sekuatnya. Tiada hari
tanpa mencari ilmu, tiada
hari kecuali bertambahnya
amal dan tiada hari kecuali
menambah bersih hati kita.
Makin banyak ilmu kita,
makin produktif dalam
beramal, dan makin bening
hati kita. Mudah-mudahan
dengan ilmu yang
diamalkan dan keikhlasan
beramal, maka akan
menjaga kita dari
dicabutnya nikmat Allah
yang termahal, yakni
hidayah. Amin.
17 Bab I Mengenal
Allah/Dzikiri Kunci
Ketenangan Hati/13/
Prgf 3
Ada orang yang ingat
Allah ketika shalat saja. Itu
artinya, ia akan selalu
gelisah di luar shalat. Ada
yang ingat Allah hanya
ketika ia mendapat ancaman
saja. Bahkan, ada yang
benar-benar tidak tahu siapa
itu Allah selama hidupnya.
Orang yang tidak kenal
Allah, sehebat apapun ia,
sebanyak apa pun harta
yang dimilikinya, serta
setinggi apa pun derajatnya
di mata manusia, sungguh
ia selalu dicekam gelisah.
18 Hal 14/
Prgf 5
Seseorang harus yakin
dengan keyakinan bulat
bahwa semua yang ada di
langit dan bumi ini adalah
milik dan ciptaan Allah.
Dengan keyakinan
demikian, dia akan
memperoleh ketenangan
hakiki. Saat ia melihat
banjir yang meluap-luap,
bayi menangis, petir
menyambar-nyambar, atau
mungkin nyamuk terbang di
sekelilingnya, maka saat itu
kesadarannya langsung
tertuju pada keagungan
Allah yang tak siapa pun
mampu menyamain-Nya.
19 Hal 15/
Prgf 12
Orang-orang yang
mampu menjalani hidupnya
dengan penuh kenikmatan
adalah orang-orang yang
terbuka hatinya untuk
mengenal Allah lebih dekat.
Ia tidak akan gentar
terhadap apa pun. Ia tidak
akan sedih atas kehilangan
apa pun, sebab semua yang
ada di alam ini adalah milik
Allah dan Dia berhak
mengambilnya.
20 Prgf 15 Tidak tenangnya hati
bisa disebabkan oleh
penyakit hati yang sulit
untuk disembuhkan. Kita
sudah terbiasa su‟uzhan
terhadap orang lain, hal ini
menyebabkan hati ini selalu
was-was. Untuk
menghindarinya, kita harus
tahu terlebih dahulu tentang
penyakit hati yang kita
alami.
21 Hal 17/
Prgf 18
Jika hati tenang, kita
akan merasa lebih nyaman
dalam melakukan ibadah
wajib maupun sunnah. Saat
melakukan shalat fardhu
dianjurkan untuk selalu
khusyu. Tapi, kita sebagai
manusia biasa merasa
kesulitan untuk sampai pada
derajat khusyu. Sebagai
kompensasinya, setelah kita
melakukan shalat fardhu
dengan cara memahami
bacaanya dan benar pula
tata caranya, maka kita
berusaha memperbaikinya
dengan menambah ibadah
kita melalui shalat sunnah
dan ibadah lainnya. Selain
itu perilaku kita juga harus
diperbaiki. Inti dari shalat
khusyu bukan saja pada saat
kita melakukannya, tapi
harus ada bukti dalam
bentuk perilaku yang baik
dalam kehidupan sehari-hari
22 Prgf 19 Orang yang mengenal
Allah dengan baik akan
selalu tawakal dan taat pada
perintah-perintahnya-Nya,
karena ia yakin bahwa
Allah yang mengatur
kehidupannya. Hatinya
senantiasa dibimbing oleh
Allah. Ia selalu melakukan
ikhtiar di dunia untuk
mendapatkan tempat di sisi
Allah di akhirat kelak
23 Bab I Mengenal
Allah/Tobat
Nasuha/18/
Prgf 2
Perintah untuk
bersegera dalam bertobat
telah Allah jelaskan dalam
firman-Nya. “Dan
bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi,
yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa.
Yaitu orang-orang yang
menafkahkan hartanya baik
di waktu lapang maupun di
waktu sempit, dan orang-
orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan
kesalahan orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan” (Ali
Imran: 133-134).
24 Hal 19/
Prgf 5
Oleh karena itu, jangan
takut oleh dosa besar yang
sudah terjadi, jika disertai
dengan tobat, kecuali bagi
mereka yang sudah terlanjur
berburuk-sangka atas
ampunan Allah. Dosa
sebesar gunung, ampunan
Allah bisa seluas langit dan
bumi. Barangsiapa yang
merasa berlumur dan
bergelimang maksiat maka
ampunan Allah lebih besar
lagi. Justru orang yang tidak
mau tobat itu yang jadi
masalah.
25 Prgf 7 Ampunan Allah itu
benar-benar melimpah,
maka tobat nasuha adalah
garansi bahwa kita benar-
benar telah tobat. Seperti
apa tobat nasuha itu?
Rasulullah saw. setiap hari
minimal 100 kali
beristigfar, memohon
ampunan. Padahal beliau
telah dipelihara dari dosa
dan dijamin akan masuk
surga.
26 Hal 20/
Prgf 14
Ciri tobat seseorang
diterima adalah terjadinya
perubahan pada diri setelah
dia bertobat. Orang yang
berubah menjadi semakin
baik, dia mendapatkan
taufik dari Allah swt..
Orang yang bertobat jadi
senang mencari ilmu. Dia
akan lebih sering
menghadiri majelis taklim,
memutar kaset, dan
menyetel radio untuk
menumbuhkan ruh
Islamnya, atau melihat
acara televisi yang dapat
menambah kualitas
ilmunya.
27 Hal 21/
Prgf 15
Ciri kedua, dia makin
senang berbuat kebaikan.
Shalatnya jadi makin bagus,
makin tepat waktu, senang
berjamaah, sedekahnya kian
melimpah. “Dan orang-
orang yang bersungguh-
sungguh di jalan kami,
benar-benar akan kami
tunjukan jalan-jalan kami
kepada mereka” (al-
Ankabuut: 69). Orang yang
tobatnya bagus, akhlaknya
pun akan makin bagus, kian
dermawan, tampak ada
peningkatan berarti.
28 Prgf 16 Kita disuruh untuk
bersegera memohon
ampunan Allah dan
memperbanyak istigfar pada
Allah swt. atas dosa yang
telah lakukan, karena orang
yang banyak istigfar itu,
insyaAllah batinnya akan
lebih tenteram, akan selalu
ada jalan keluar bagi segala
permasalahan yang
dihadapainya dan Allah
akanmewariskan rezeki dari
tempat yang tidak diduga-
duga. Makin banyak kita
bertobat, insyaAllah kita
akan makin siap untuk
berpulang pada-Nya
29 Prgf 17 Kalau kita meminta
maaf jangan pake embel-
embel. Tobat terus,
jangansungkan meminta
maaf, walaupun pada anak
sendiri. Jangan tunda lagi,
terutama sepertiga malam
menjelang subuh. Itu adalah
saat tobat yang paling baik.
Menjelang magrib dari
ashar, saat ibadah haji, atau
saat bulan Ramadhan.
Beristigfarlah terus, baik
sambil berjalan, duduk,
maupun sambil berbaring.
30 Prgf 19 Perbanyaklah tobat!
Gunakanlah salah satu cara
yang efektif. Mulailah kita
membuat daftar dosa kita
kepada Allah, kepada orang
orang tua, pada tetangga,
dan sebagainya. Lalu kita
terus memohon ampunan
atas semua dosa kita.
Lakukanlah hal tersebut
terus-menerus, agar saat
nanti kita dipanggil oleh-
Nya, kita telah siap. Orang
yang ahli istigfar seperti
bingkai cermin. Cermin,
jika dibersihkan terus-
menerus, akan mengkilap.
Dengan itu, dia bisa
bercermin dan orang lain
juga bisa. Makin bersih diri
kita, insyaAllah, kita akan
menjadi suri teladan bagi
orang yang meniru kita dan
insyaAllah ganajarannya
pun untuk kita sendiri juga.
31 Bab I Mengenal
Allah/Dzikrul
Maut/22/
Allah swt. berfirman
dalam surah al-A‟raaf ayat
34, “Dan setiap umat
Prgf 2
mempunyai batas waktu
(ajal), maka apablia telah
datang ajal mereka, maka
mereka tidak akan dapat
mengundurkannya sesaat
pun dan mereka tidak dapat
pula memajukannya.”
Demikian pula Rasulullah
saw. telah bersabda,
“Perbanyaklah kalian
mengingat mati, sebab
seorang hamba yang banyak
mengingat mati, maka Allah
akan menghidupkan hatinya
dan Allah akan
meringankan baginya rasa
sakit saat kematian.”
32 Hal 24/
Prgf 9
Biasa-biasa sajalah
menghadapi kematian. Mau
tidur, kalau bisa wudhu
dulu, tidak ada jaminan
besok akan bangun lagi.
Daripada ingat utang, ingat
musuh, ingat lawan, ingat
someone, lebih baik ingat
Allah swt.. Tidur dalam
keadaan zikir, insyAllah
sepanjang tidur dianggap
zikir, kalaupun wafat,
insyaAllah husnul
khatimah. Mau masuk ke
diskotik, mikir-mikir dulu,
jangan-jangan pas joged
mati di diskotik.
33 Prgf 12 Rasulullah saw.
menganjurkan kita semua
untuk beramal di dunia dan
berdoa untuk akhirat.
Kombinasi keduanya sangat
tepat. Kita terus bekerja
keras mencari dunia untuk
bekal pulang. Makin banyak
rumah kita dipakai
membantu fakir miskin,
anak yatim, orang jompo
yang tidak punya sanak
keluarga, dan lain-lain,
insyaAllah rumah itu akan
berkah. Dan, tiap-tiap apa
yang diwakafkan di dunia,
maka di akhirat nanti akan
mendapat balasan dari
Allah. Kita perlu mencari
dunia untuk mendapat
kemuliaan di akhirat.
34 Hal 25/
Prgf 13
Jika kita mempunyai
rasa cinta kepada Allah,
kematian itu mestinya
sangat dirindukan. Para
mujahidin merasa iri
melihat rekan-rekan
seperjuangan mereka yang
wafat terlebih dahulu.
Khalid bin Walid r.a yang
terus berperang merasa
sedih karena tidak kunjung
dipanggil syahid oleh-Nya.
Jika kita merasa takut mati,
bisa jadi akibat dosa kita
memang banyak, tapi yang
paling memungkinkan kita
belum menghayati indahnya
momen ketika berjumpa
dengan Allah kelak. Makin
mantap ma‟rifat kita tentang
Allah, maka makin siap kita
berjumpa dengan-Nya.
35 Prgf 14 Kita berharap hidup ini
penuh berkah dari Allah.
Sebaliknya, kita selalu siap
dengan maut yang akan
menjemput. Kalau bisa, di
rumah disediakan kain
kafan, agar kita selalu ingat
akan mati sehingga kita
dapat mengisi hidup ini
dengan kualitas ibadah yang
tinggi. Makin banyak ingat
mati, kita makin sadar
bahwa dunia ini tidak ada
apa-apanya. Kita bekerja
keras, tapi itu semua hanya
untuk bekal pulang. Jangan
takut berpisah di dunia
karena di akhirat nanti kita
akan dipertemukan,
insyaAllah.
36 Prgf 15 Kematian di dunia
adalah perpisahan
sementara, sedangkan
kehidupan di akhirat adalah
hakikat yang kekal. Oleh
karena itu, kita
sempurnakan amalan kita
agar bisa mendapat
keselamatan kapan pun ajal
menjemput kita.
No Judul/Sub
Judul/Hal/Paragra
f
Kutipan/Uraian Keterangan
Aqidah Syariah Akhlak
37 Bab II Akhlak
Mulia/Hati Aset
Berharga/28/
Prgf 10
Ada sebuah syair yang
sangat brilian. Mungkin syair
ini bisa menggambarkan betapa
hati sangat mempengaruhi
hidup seseorang.
”Bila hati kian
bersih, pikiran pun selalu
jernih, semangat hidup kan
gigih, prestasi mudah
diraih, tapi bila hati busuk,
pikiran jahat merasuk,
akhlak pun kian terpuruk,
dia jadi makhluk terkutuk.
Bila hati kian lapang,
hidup susah tetap senang,
walau kesulitan
menghadang, dihadapi
dengan tenang, tapi bila
hati sempit, segalanya jadi
rumit, seakan hidup
terhimpit, lahir batin terasa
sakit.”
38 Prgf 12 Karenanya bila hati kita
bersih, pikiran bisa menjadi
jernih. Tidak ada waktu buat
iri, semua input akan masuk
dengan mudah, karena tidak
ada ruang untuk meremehkan
siapa pun. Akibatnya kita akan
memilih akses data yang sangat
tinggi, akses informasi yang
benar-benar melimpah, akses
ilu yang benar-benar meluas,
ujung-ujugnya akan mampu
mengambil ide-ide yang
cemerlang dan gagasan-
gagasan yang jitu.
39 Prgf 13 Berbeda dengan orang
yang sombong, dia akan
merasa bahwa dirinyalah yang
paling tahu semua hal.
Akibatnya, dia tidak pernah
mau mendengar masukan dari
orang lain. Padahal, setiap
orang tentu memiliki
kelemahan. Dan, untuk
memperbaiki kelemahan itulah,
kita membutuhkan koreksi dan
masukan dari orang lain.
40 Hal 29/
Prgf 16
Jika hati bersih maka
wajah pun akan memancarkan
kecerahan dan penuh
keramahan. Bukankah Nabi
Muhammad saw. juga
demikian? Beliau tidak pernah
berjumpa dengan orang lain
kecuali dengan keadaan
tersenyum cerah. Senyum yang
penuh keikhlasan memang
sangat bernilai besar, karena
selain menjadi sedekah juga
akan menyehatkan tubuh.
Bahkan menurut pendapat ahli
senyum itu hanya
menggunakan 17
otot,sedangkan cemberut 32
otot, makanya orang yang
sering cemberut akan
mengalami kelelahan otot.
41 Prgf 17 Dalam berbicara pun kita
harus sangat berhati-hati, sebab
tak jarang melalui tutur kata,
akan terlihat derajat seseorang.
Sebab mulut ini ibarat teko
yang mengeluarkan isinya. Jika
di dalamnya berisi kopi, tentu
yang keluar juga kopi, tapi jika
isinya air yang bening pasti
akan keluar air yang bening.
Orang yang berkualitas itu, jika
berbicara ada struktur dan
cirinya. Kalai dia berbicara
maka yang keluar adalah ide,
gagasan, hikmah, solusi, ilmu,
dan zikir,sehingga
pembicaraanya senantiasa
bermanfaat.
42 Hal 30/
Prgf 19
Hati adalah pangkal
kehidupan. Jika Allah memberi
kita hati yang bening, kita akan
mendapat banyak keuntungan
dan bisa menjadi apa saja
sesuai dengan keinginan. Bisnis
menjadi lancar dan sukses,
menjadi pemimpin yang
dicintai, suami yang dihormati,
ayah yang disegani, menjadi
apa pun bisa terwujud jika
akhlak kita mulia di sisi Allah.
Dan kuncinya adalah qalbun
salim, yaitu hati yang selamat;
selamat dari kezaliman.
43 Hal 32/
Prgf 10
Mudah-mudahan Allah
Yang Mahatahu lintasan hati
kita, benar-benar mencabut dari
diri ini kerinduan dipuji,
dihargai, dihormati, dibalasa
budi oleh makhluk-makhluk-
Nya, karena ternyata yang
membuat kita menderita adalah
ketamakan mendapat
penghormatan
44 Bab II Akhlak
Mulia/Menata
Keikhlasan
Hati/33/
Prgf 12
Berbahagialah andaikata
kita berhasil mengangkat diri
dari jeratan ingin dihormati
oleh makhluk. Apa sebabnya?
Karena, semakin kita ingin
dipuji maka kita semakin tidak
ikhlas. Akibatnya, selain akan
merasakan banyak kekecewaan,
amal kita pun tidak diterima.
45 Bab II Akhlak
Mulia/Hidup
Bahagia dengan
Bersyukur/34/
Prgf 1
Betapa indahnya karunia
Allah berupa lidah dan
tenggorokan. Namun terkadang
menyebut Alhamdulillah pun
sangat kurang. Jika kita tidak
syukuri maka tidak akan
menjadi amal dan hilang rasa
nikmatnya. Dengan demikian
nikmat yang kita terima, sudah
selayaknya kita berterima kasih
sebagai wujud rasa syukur
kepada Allah swt.
46 Hal 35/
Prgf 8
Ahli syukur yang sejati
adalah ketika ia mendapat
harta, pangkat, kedudukan,
ataupun gelar, ia hanya berpikir
bahwa semuanya adalah
karunia Allah yang diberikan
agar ia lebih dekat kepada-Nya.
Dan ia akan mengutamakan
karunia itu dengan benar agar
berbuah berkah di jalan Allah.
Inilah tipe ahli syukur.
47 Bab II Akhlak
Mulia/Menjadi
Insan Penyabar/
38/
Prgf 5
Oleh karena itu, jika kita
mengalami sakit, maka ber-
husnuzhan-lah (berbaik sangka)
pada Allah.
48 Hal 40
Prgf 8
Sudah menjadi sifat
manusia, kalau ia mendapatkan
kesenangan, biasanya akan jauh
dari Allah. Sedikit saja Allah
memberi peringatan melalui
sakit, ia baru akan ingat Allah.
Padahal, kesengan dan rasa
sakit adalah ujian dari Allah.
Keduanya patut disyukuri.
49 Hal 41/
Prgf 13
Menafakuri hikmah dari
penderitaan orang lain adalah
merenungkan penderitaan
dengan mencurahkan rasa
simpati kita dan memotivasi
diri untuk bersabar atas segala
penderitaan.
50 Bab II Akhlak
Mulia/Menjaga
Pandangan/46/
Prgf 19
Menjaga pandangan
adalah sumber ketenangan
batin. Pemuas batinkita adalah
Allah dan Dia akan menilai
sejauhmana ketaatan kita
sehingga layak dianugerahi hati
dan jiwa yang tenteram.
51 Bab II Akhlak
Mulia/Melatih
Pola Hidup
Bersih/46/
Prgf 1
Kesungguhan untuk
senantiasa hidup bersih lahir-
batin merupakan salah satu cara
untuk meraih derajat kemuliaan
di sisi Allah. Dalam Al-Qur‟an
dituturkan, “... Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang
yang tobat dan menyukai
orang-orang yang menyucikan
dirinya” (al-Baqarah: 222).
52 Prgf 2 Dalam Islam, setiap akan
melakukan shalat kita
diwajibkan untuk bersuci.
Bukan hanya suci tubuh, tapi
juga suci pakaian, tempat
ibadah, bahkan suci hati.
Bagaimana orang akan
tenteram dalam shalat jika
hatinya lalai, pikirannya
“berkeliling” ke mana-mana?
Suci tubuh dan hati adalah
jembatan menuju
kesempurnaan ibadah.
53 Hal 47/
Prgf 3
Prinsip bersuci dalam
Islam tidak hanya dalam
rangkaian ibadah, namun dapat
kita temuka juga dalam
kehidupan sosial sehari-hari.
Dalam berniaga, berumah-
tangga, bergaul, bekerja,
belajar, dan lain-lain. Di semua
tempat itu, kita diajarkan
bersikap hidup suci.
Menjauhkan diri dari dusta,
kezaliman, menipu, khianat,
atau bahkan sikap bermuka dua
(munafik). Itulah sesungguhnya
hakikat pola hidup bersih
seorang mukmin.
54 Hal 48/
Prgf 9
Rasulullah tekun
memelihara kebersihan
tubuhnya. Tidak ada satu pun
keterangan menyebutkan
bahwa tubuh beliau kotor dan
kusam. Bahkan keringatnya
pun harum. Saking harumnya,
menurut salah satu riwayat,
sampai-sampai istri beliau
sangat ingin menampung
keringatnya.
55 Hal 49/
Prgf 14
Kita ini aneh. Kita senang
mengumpulkan barang yang
bukan hak kita. Padahal tanpa
barang-barang itu pun, kita
tidak akan sengsara, tidak akan
mati. Faktor penyebabnya bisa
jadi karena ada penyakit di hati
kita. Mulailah membersihkan
rumah dari barang-barang yang
bukan hak kita. Termasuk juga
barang-barang yang bisa
membuat kita riya alias doyan
pujian dari orang lain.
56 Hal 50/
Prgf 18
Pada hakikatnya, orang
miskin itu memang bukanlah
mereka yang tidak punya harta
dan uang, melainkan mereka
tidak punya iman. Jadi jangan
pernah merasa hina kerena
tidak punya uang. Sebab yang
hina itu adalah yang tidak
punya iman.
57 Prgf 19 Oleh karena itu, sangatlah
beruntung, sukses, bahagia, dan
mulia, bagi orang-orang yang
terus-menerus menyucikan
dirinya, suci lahir batin. Maka,
marilah kita budayakan hidup
bersih sebagai kunci dari
kebahagiaan.
58 Bab II Akhlak
Mulia/Paksa Diri
Berbuat Taat/51/
Prgf 3
Kedudukan di sisi Allah
tidak juga diukur oleh kekuatan
ibadah-nya semata. Tapi semua
kemuliaan seseorang yang
paling benar islamnya, yang
paling baik imannya, yang
paling dicintai oleh Allah, yang
paling tinggi kedudukannya
dalam pandangan Allah dan
yang menemani Rasulullah
saw. ternyata sangat khas, yaitu
orang yang paling bertakwa
kepada-Nya. Orang yang muli
akhlaknya, taat beribadah, dan
ikhlas.
59 Prgf 6 Perintah shalat memang
banyak yang melakukan, tetapi
belum tentu semua
melakukannya tepat waktu.
Begitu juga dengan tepat
waktu, belum tentu juga
bersungguh-sungguh khusyu.
60 Hal 52/
Prgf 8
Sungguh kita telah
diperdaya dengan rasa malas
ini. Bahkan saat malas
beribadah, otak kita pun
dengan kreatif akan segera
berputar untuk mencari dalih
ataupun alasan yang dipandang
logis dan rasional, bukan
semata-mata karena malas,
namun betapa hawa nafsu
begitu pintar mengelabui kita.
61 Prgf 9 Cara yang paling baik
yang harus kita lakukan adalah
kegigihan kita melawan
kemalasan diri. Kecenderungan
malas itu kalau mau diikuti
terus-menerus akan tidak ada
ujungnya, bahkan akan terus
membelit kita menjadi seorang
pemalas kelas berat.
62 Hal 53
Prgf 13
Oleh karenaitu, bila
muncul rasa malas untuk
beribadah, itu berarti hawa
nafsu berupa malas sedang
merasuk menguasai hati.
Segeralah lawan dengan cara
melakukan ibadah yang
dimalaskan tersebut. Sekali
lagi, bangun dan lawan.
63 Hal 54/
Prgf 20
Seperti orang yang bercita-
cita masuk surga, tapi amalan-
amamlan yang dipilih adalah
amalan-amalan ahli maksiat.
Maka dari itu, “paksalah diri”
untuk taat kepada perintah
Allah. Mudah-mudahan Allah
yang melihat kegigihan kita
senantiasa menunjukan jalan
kepada kita untuk lebih mudah,
lebih ringan, dan lebih ikhlas
dalam mengenal serta
menunaikan segala perintah-
Nya. Amin.
64 Bab II Akhlak
Mulia/Menyikapi
Ujian/55/
Prgf 5
Harus diakui, umat islam
masih dalam keadaan lemah
dan tercerai berai. Maka tidak
perlu heran jika Allah
mengizinkan oran-orang zalim
memperdaya kita. Dengan kata
lain, musibah yang menimpa
umat ini bisa jadi akibat
kelakuan kita sendiri.
65 Hal 56/
Prgf 7
Di samping itu, kita juga
harus senantiasa
menginstropeksi diri, terutama
dalam memaknai suatu ujian.
Selama ini, kita masih sering
menganggap cobaan itu datang
hanya berbentuk kesulitan,
sehingga di kala dalam
kesulitan, manusia biasanya
cenderung lebih dekat dengan
Allah. Oleh karena itu, jika
manusia diuji dengan kesulitan
banyak yang selamat. Namun
ketika diuji dengan kemudahan,
manusia cenderung menjadi
lalai sehingga sedikit yang
selamat.
66 Prgf 9 Dengan demikian, kita
memang harus dalam segala
situasi. Jadi kalau kita sedang
diuji dengan kesusahan, kita
dekati Allah. Dan ketika
dilapangkan, usahakan agar
kita lebih mendekati Allah lagi.
Semoga dalam begitu Allah
lebih melanggengkan
kelapangan.
67 Bab III Keluarga
Sakinah/Memban
gun Pendidikan
dari Keluarga/60/
Dalam Al-Qur‟an surah al-
Mujaadilah ayat 11, Allah swt.
berfirman, “...Allah akan
meninggikan orang-orang yang
Prgf 2
beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.
Dan, Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
68 Hal 62/
Prgf 9
Padahal dalam Al-Qur‟an
ditegaskan, “Quu anfusakum
wa akhlikum naaran.” (jagalah
dirimu dan keluargamu dari
siksa api neraka [at-Tahrim:6]).
Ini artinya yang menjadi
prioritas seharusnya adalah
menjaga diri dan keluarga.
Pokoknya kalau kita ingin
berbuat sesuatu, sesudah kita
memperbaiki diri, selamatkan
keluarga. Banyak pemimpin
yang jatuh gara-gara
keluarganya. Bisa dari istrinya,
dari anaknya, atau sebaliknya.
69 Hal 63
Prgf 14
Mendidik anak dalam
rumah tangga tentu saja harus
diiringi dengan kekuatan
akhlak yang baik dari para
orang tua. Sebab, jika tidak,
batin akan memperlemah atau
menimbulkan kekecewaan dan
konflik batin dalam diri si anak.
70 Hal 64/
Prgf 19
Akhirnya harus disadari
bahwa kita bertanggung jawab
tidak hanya saat ini, tapi bagi
generasi yang akan datang.
Setidaknya konsep pendidikan
harus mampu mencapai dua
hal; pertama, dia mampu
beribadah kepada-Nya dengan
penuh keyakinan akan keesaan-
Nya, menjalankan ritual yang
diwajibkan, dan mematuhi
syariat ketentuan-Nya. Kedua,
dia harus mampu mendorong
manusia untuk memahami
sunnatullah di alam raya ini,
menyelidiki bumi dan isinya,
serta memanfaatkan segala
sesuatu yang telah diciptakan
untuk melindungi iman dan
menguatkan agamanya.
71 Bab III Keluarga
Sakinah/Peran
Wanita dalam
Keluarga/60/
Prgf 3
Oleh karena iu, apabila
ada pertanyaan, “Mana yang
lebih mulia? Laki-laki atau
perempuan?” Maka
jawabannya, “Tidak ada yang
lebih mulia, kecuali mereka
yang paling bertakwa kepada
Allah.” Artinya, baik laki-laki
maupun wanita dapat mencapai
derajat kemuliaan selama dia
bertakwa kepada Allag swt..
“inna akramakum „indallahi
atqakum.” (Sesungguhnya
orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di
antara kamu).
72 Hal 67/
Prgf 10
Jika ingin menjadi wanita
salehah, banyak-banyaklah
belajar dari lingkungan sekitar
dan orang-orang yang kita
temui. Ambil ilmunya dari
mereka. Bahkan, kita bisa
mencontoh istri-istri Rasulullah
saw., seperti Siti Aisyah r.a.
yang terkenal dengan
kecerdasannya dalam berbagai
bidang ilmu.
73 Hal 68/
Prgf 16
Wanita salehah tidak mau
kekayaan termahalnya berupa
iman akan rontok. Dia juga
sangat memperhatikan kualitas
kata-katanya. Ia akan sangat
menjaga setiap tutur katanya
agar bernilai bagaikan untaian
intan yang penuh makna dan
bermutu tinggi. Dia sadar betul
bahwa kemuliaanya justru
bersumber dari kemampuannya
menjaga diri (iffah).
74 Bab III Keluarga
Sakinah/Memulia
kan Orang
Tua/70/
Prgf 4
Dalam sebuah hadits, Abu
Hurairah r.a. berkata, “telah
datang kepada Rasulullah saw.
seorang laki-laki lalu bertanya,
„Wahai Rasulullah, siapakah
yang lebih berhak saya pergauli
dengan baik?‟ beliau
menjawab, „ibumu.‟ Dia
bertanya lagi, „kemudian
siapa?‟ Beliau menjawab,
„ibumu‟, dia bertanya lagi,
„kemudian siapa?‟ Beliau
menjawab „Ayahmu.‟” (H.R
Bukhari dan Muslim).
75 Hal 71/
Prgf 8
Ada sebagian anak yang
tidak mau memuliakan orang
tuanya. Manakala orang tua
semakin jompo dan si anak
tidak mau mengurusnya, maka
dititipkanlah orang tuanya di
panti jompo, astagfirullah. Ini
adalah perbuatan yang sangat
tercela. Padahal, dulu kita
sangat menyusahkannya.
Harusnya semua itu diingat-
ingat.
76 Hal 72/
Prgf 13
Yang paling penting dalam
menghormati orang tua
bukanlah hanya dengan
memberinya harta. Namun
yang paling dibutuhkan adalah
akhlak dari anaknya. Apalah
arti anak kaya, anak bergelar,
anak berpangkat, tetapi tidak
berakhlak kepada ibu
bapaknya?
77 Bab III Keluarga
Sakinah/Berharga
nya Sikap Lembut
Suami/74/
Prgf 17
Nabi muhammad saw.
sangat memuliakan sekali istri-
istrinya. Di rumah membantu
pekerjaan istri-istrinya.
Bahkan, Rasulullah saw.
memanggil istrinya itu dengan
panggilan kesayangan
“Humairah” atau “yang
kemerah-merahan.” Artinya,
carilah apa yang membuat istri
senang. Beliau benar-benar
senang bercengkerama dengan
keluarganya. Anak istri beliau
dibahagiakan dan dimuliakan
dengan bimbingan ukhrawi.
78 Prgf 18 Seorang suami memang
sudah seharusnya mampu
membimning istri agar
berakhlak mulia. Kalau
mempunyai uang, dibimbing
supaya menjadi ahli shadaqah.
Kalau ada wajtu, dibimbing
supaya waktunya bermanfaat.
Jadi, apabila suami memberi
uang ke ibu, itu belum tentu
tidak identik dengan kasih
sayang, tapi jika diiringi
dengan membimbing ibu
menjadi ahli shadaqah, itulah
kasih sayang.
79 Bab III Keluarga
Sakinah/Akhlak
Siapapun yang ingin
merasakan kebahagiaan dan
kepada
Pembantu/78/
Prgf 2
kemuliaan, dia harus benar-
benar melatih sikapnya
terhadap orang lain. Kita harus
melatih diri untuk mengatasi
kesombongan dengan
mengesampingkan
penghargaan terhadap orang-
orang di bawah kita.
80 Prgf 4 Sesungguhnya kaya
maupun miskin sama,
semuanya titipan Allah. Kalau
kita sudah gemar membeda-
bedakan, sebetulnya sifat
ketakaburan mulai
menghinggapi diri kita. Sebab,
di antara tanda-tanda
kesombongan itu adalah
mendustakan kebenaran dan
meremehkan orang lain.
81 Hal 81/
Prgf 16
Sudah bukan saatnya lagi
kita merasa mulia dengan
merendahkan orang lain.
Percayalah, Rasul menjanjikan
kemuliaan hanyalah milik
orang-orang yang rendah hati.
Dan, ciri orangyang rendahhati
tidak pernah merendahkan
siapa pun. “Wa maa
tawaadha‟a ahadun lillah illa
rafa‟ahu.” (Tiada orang yang
rendah hati karena Allah
kecuali Allah akan mengangkat
derajatnya. [HR Muslim]).
82 Bab III Keluarga
Sakinah/Menata
Kehidupan
Bertetangga/86/
Prgf 5
Dalam sebuah riwayat,
Rasulullah saw. bersabda, “hak
tetangga ialah: bila dia sakit,
kamu kunjungi. Bila wafat,
kamu mengantarkan
jenazahnya. Bila dia
membutuhkan uang, maka
kamu pinjami. Danbila
mengalami
kesukaran/kemiskinan, maka
jangan dibeberkan aib-aibnya
kamu tutup-tutupi dan
rahasiakan. Bila dia
memperoleh kebaikan, maka
kita turut bersuka cita dan
mengucapkan selamat
kepadanya. Danbila
menghadapi musibah, kamu
datang untuk menyampaikan
rasa duka. Jangan sengaja
meninggikan bangunan
rumahmu melebihi bangunan
rumahnya, lalu menutupi jalan
udaranya (kelancaran angin
baginya). Dan janganlah kamu
mengganggunya dengan bau
masakan, kecuali kamu
menciduknya dan memberikan
kepadanya.” (al_Hadits).
83 Hal 90/
Prgf 19
Rasanya, kita senantiasa
harus melakukan instrospeksi
terhadap diri pribadi. Apakah
tetangga kita menyukai atau
jangan-jangan mereka
terganggu dengan kehadiran
kita. Maka sudah saatnya kita
menebarkan salam, senyum,
pada orang yang berada di
sekitar tempat tinggal kita.
Menjaga perasaan mereka,
mengulurkan bantuan tenaga
sebagaimana sabda Rasulullah
saw., “Barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan
tetangganya.” (HR Muslim).
84 Bab IV
Manajemen
Diri/Salahkah
Bercita-Cita
Menjadi
Kaya?/94/
Prgf 15
Kekayaan yang
bermanfaat di dunia dan akhirat
adalah kekayaan yang barakah
yangmempunyai cri-cir
itertentu. Pertama kekayaan
tersebut dapat menyebabkan
pemiliknya qana‟ah (puas dan
merasa cukup). Pemiliknya
tidakmerasa tersiksa dan tidak
merasa kekurangan. Ia akan
menggunakannya untuk
beramal. Kedua, kekayaan yang
membuat batin pemiliknya
tenang. Harta melimpah tidak
membuatnya bingung untuk
mengelolanya dan tidak pula
menyebabkan rasa waswas
untuk kehilangan, sebab ia
yakin yang dimilikinya adalah
amanah dari Allah swt.
85 Bab IV
Manajemen
Diri/Menggali
Makna
Kesuksesan/ 95/
Prgf 16
Ketiga, pemiliknya
menjadi lebih mulia daripada
kekayaan yang dimiliki. Seperti
halnya Nabi Sulaiman, beliau
nabi paling kaya, namun
kekayaannya digunakan untuk
ibadah dan kemaslahatan umat.
Caranya harta tersebut
dibelanjakan di jalan Allah
melalui zakat, infak, dan
sedekah.
86 Hal 97/
Prgf 10
Dalam Al-Qur‟an surah al-
Hujuraat ayat 13 dijelaskan
bahwa “Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara
kamu.” Jadi, yang paling mulia
bukanlah orang yang paling
banyak gelarnya atau
orangyang paling kaya dan
dianggap paling sukses. Orang
mulia dan sukses adalah orang
yang berhasil mengenal Allah.
Lalu, dia taat pada-Nya dan
menjauhi larang-larangan-Nya.
87 Bab IV
Manajemen
Diri/Mulai
dengan
Mengubah diri dengan
sadar, sebenarnya sama dengan
mengubah orang lain.
Walaupun dia tidak mengucap
Memperbaiki Diri
Sendiri/100/
Prgf 6
sepatah kata pun untuk
perubahanitu, perbuatannya
sudah menjadi ucapan yang
sangat berarti bagi orang lain.
Percayalah, kegigihan kita
memperbaiki diri akan
membuat orang lain melihat
dan merasakannya.
88 Hal 102/
Prgf 17
Marilah kita belajar
berhenti melihat akhlak orang
lain, sebelum kita mengawali
melihat akhlak diri kita sendiri.
karena kesibukan kita melihat
akhlak orang lain tanpa didasari
kesanggupan menilai akhlak
kita sendiri, bisa jadi itulah
yang memperburuk akhlak kita.
Marilah kita belajar menahan
diri memperbaiki orang lain,
sebelum kita gigih sekali
memperbaiki diri sendiri.
Mengapa? Karena kesibukan
kita memperbaiki orang lain
tanpa kita memperbaiki diri
sendiri sebetulnya tidak akan
mengubah orang lain, karena
pribadi kita pun tentunya
menjadi contoh yang buruk.
89 Bab V Penyakit
Hati/Rahasia
Mengatasi
Dengki/108/
Kedengkian adalah
perasaan seseorang yang
mengharapkan lenyapnya
nikmat orangyangdidengki.
Prgf 1 “Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebagian kamu
lebih banyak dari sebagian
yang lain.” (an-Nisaa: 32)
kedengkian seseorang akan
memakan kebaikan yang telah
ia kerjakan sebagaimana api
membakar kayu sampai
menjadi abu.
90 Hal 110/
Prgf 9
Akhlak pendeki itu buruk
sekali. Ia tidak akan produktif,
sebab sepanjang waktu
disibukkan oleh pikiran-pikiran
untuk menjatuhkan orang lain.
Waktunya habis digunakan
untuk menyikut teman-
temannya. Jika hati sudah
sebusuk itu, pikirannya akan
kacau dan perilakunya nista.
91 Hal 111/
Prgf 16
Keyakinan yang kuat
harus kita miliki untuk
menghindari penyakit dengki.
Kita harus yakin bahwa hanya
Allah yang mampu mengatur
pembagian rezeki pada hamba-
Nya. Allah membagikan apa
pun sesuai keinginan-Nya,
sebab Dialah yang telah
menciptakan seluruh alam dan
isinya. Kedengkian kita kepada
seseorang tak akan mengubah
ketentuan Allah pada hamba-
hamba-Nya.
92 Bab V Penyakit
Hati/Mengikis
Bibit-bibit
Riya/113/
Prgf 5
“Sesungguhnya yang
paling aku takuti atas kamu
sekalian adalah syirik kecil.”
Sahabat bertanya, “Apakah
syirik kecil itu, ya Rasulullah?”
Rasulullah kemudian
menjawab, “Syirik paling kecil
itu adalah riya.” (HR Muslim).
Dari hadits tersebut dapat
dipahami bahwa orang yang
riya itu dianggap telah
menyekutukan Allah. Dan,
yang paling membahayakan
dari sikap riya itu adalah akan
menyebabkan hangusnya
amalan yang telah kita lakukan.
93 Bab V Penyakit
Hati/Menyikapi
Kemarahan/118/
Prgf 12
Nabi Muhammad saw., itu
seorang yang sabar, tenang, dan
senyumannya tulus. Tidaklah
dunia menjadikannya marah
dan tidak pula beliau marah
karena dunia. Berbeda ketika
kebenaran dilanggar, maka tak
ada sesuatu yang akan mampu
menahan amarahnya sampai
beliau memenangkan
kebenaran itu.
94 Bab V Penyakit
Hati/Mengganti
Dendan Menjadi
Ihsan/122/
Prgf 7
Ada sebuah formula
kemuliaan yang telah
dituntunkan oleh Allah. “Idfa‟
billati hiya ahsan.” (Balaslah
sikap buruk orang lain dengan
sikap yang lebih baik [ahsan]).
Dan ternyata, sikap ahsan itu
dapat mengubah permusuhan
menjadi persahabatan.
Bagaimana orang lain akan
menerima kita, jika dia hanya
disuguhi kemarahandan
kebencian kita? Kita jangan
memimpikan orang lain akan
berbuat baik terhadap kita.
Namun justru, kitalah yang
harus memulainya.
95 Hal 125/
Prgf 20
Maka sekali lagi,
“Idfa‟billatiihiya ahsan!
“Balaslah sikap buruk orang
lain dengan sikap yang lebih
baik. Apalagi jika orang lain
telah bersusah payah berbuat
baik pada kita, maka tiada
pilihan lain selain membalas
semua itu dengan kebaikan
yang lebih tinggi. Semoga
Allah menolong kita menjadi
pribadi-pribadi yang ihsan.
96 Bab VI Tema
Lain-
lain/Pemimpin
Rasulullah saw. adalah
teladan utama kita. Allah swt.
pun mengakui keteladan beliau
yang
Didamba/129/
Prgf 16
seperti disebutdalam Al-
Qur‟an, “Laqad kaana lakum fii
rasuulillahi uswatun hasanah.”
(Dalam diri Rasul itu terdapat
suri teladan yang luhur [al-
Ahzab: 21]).
97 Hal 130/
Prgf 22
Pemimpin bangsa ini
harusnya adalah orang-orang
yang kuat. Dia mampu
menyentuh pemahaman
masyarakatnya, mengenal
manajemen profesionalisme,
paham aspek-aspek teknologi,
punya jiwa wirausaha, dan
memiliki karakter kedisiplinan
tinggi. Satu lagi yang
terpenting dari semua itu, ia
dekat dengan Allah. Air
matanya mudah meleleh ketika
ingat Allah.
98 Hal 132/
Prgf 32
Bangsa ini tidak akan
bangkit kecuali dengan
kebangkitan akhlak. Untuk itu
kita perlu me-manage qalbu
masyarakat kita. Dengan
langkah menata qalbu, akan
terlahir kekuatan dahsyat yang
akan mengantarkan bangsa ini
menuju kebangkitan.
99 Bab VI Tema
Lain-
Semua insan yang berhaji
tentu berharap hajinya akan
lain/Menakar
Kualitas Haji
Kita/136/
Prgf 2
mabruru. Haji mabrur adalah
haji yang diterima dan
diberkahi. Memang, berjuta
orang telah menyandang
predikat “H” (haji), namun
sedikit saja yang bisa meraih
gelar “M” (mabrur). Ibadah haji
tidak cukup hanya
bermodalkan materi. Hal lain
berupa bekal nonmateri sangat
mutlak untuk diperhatikan.
100 Hal 138/
Prgf 8
Dengan niat yang lurus
dan amal yang benar, akan
diperoleh haji mabrur. Indikasi
seseorang mabrur adalah
adanya perubahan sebelum dan
sesudah haji. Rahasianya
adalah: perubahan! Jika setelah
haji, perilaku hidup seseorang
semakin saleh, taawadhu‟ dan
dermawan terhadap sesama,
insya Allah itu adalah di antara
ciri kemabruran. Demikian pula
untuk melihat hasil ibadah yang
lain, kuncinya adalah
perubahan. Dan semua perintah
ibadah dalam Islam pada
akhirnya berujung pada
perubahan akhlak.
v
8. Tabel Penilaian Antar Juri
No
Sub Judul/
Halaman/
Paragraf
Kategorisasi
Aqidah Syariah Akhlak
Juri
1
Juri
2
Juri
3
Juri
1
Juri
2
Juri
3
Juri
1
Juri
2
Juri 3
1 Ma‟rifatullah
Sebagai Landasan
Hidup/prgf 3
✓ ✓ ✓
2 Prgf 4 ✓ ✓ ✓
3 Prgf 7 ✓ ✓ ✓
4 Prgf 8 ✓ ✓ ✓
5 Prgf 13 ✓ ✓ ✓
6 Prgf 14 ✓ ✓ ✓
7 Rasulullah Sebagai
Panutan/Prgf 3
✓ ✓ ✓
8 Prgf 7 ✓ ✓ ✓
9 Prgf 9 ✓ ✓ ✓
10 Prgf 12 ✓ ✓ ✓
11 Prgf 17 ✓ ✓ ✓
12 Meraih Hidayah ✓ ✓ ✓
Allah/Prgf 9
13 Prgf 11 ✓ ✓ ✓
14 Prgf 13 ✓ ✓ ✓
15 Prgf 14 ✓ ✓ ✓
16 Prgf 17 ✓ ✓ ✓
17 Zikir: Kunci
Ketenangan
Hati/Prgf 3
✓ ✓ ✓
18 Prgf 5 ✓ ✓ ✓
19 Prgf 12 ✓ ✓ ✓
20 Prgf 15 ✓ ✓ ✓
21 Prgf 18 ✓ ✓ ✓
22 Prgf 19 ✓ ✓ ✓
23 Tobat Nasuha/Prgf 2 ✓ ✓ ✓
24 Prgf 5 ✓ ✓ ✓
25 Prgf 7 ✓ ✓ ✓
26 Prgf 14 ✓ ✓ ✓
27 Prgf 15 ✓ ✓ ✓
28 Prgf 16 ✓ ✓ ✓
29 Prgf 17 ✓ ✓ ✓
30 Prgf 19 ✓ ✓ ✓
31 Dzikrul Maut/Prgf 2 ✓ ✓ ✓
32 Prgf 9 ✓ ✓ ✓
33 Prgf 12 ✓ ✓ ✓
34 Prgf 13 ✓ ✓ ✓
35 Prgf 14 ✓ ✓ ✓
36 Prgf 15 ✓ ✓ ✓
37 Bab II Akhlak
Mulia/Hati Aset
Berharga/Prgf 10
✓ ✓ ✓
38 Prgf 12 ✓ ✓ ✓
39 Prgf 13 ✓ ✓ ✓
40 Prgf 16 ✓ ✓ ✓
41 Prgf 17 ✓ ✓ ✓
42 Prgf 19 ✓ ✓ ✓
43 Menata Keikhlasan
Hati/Prgf 10
✓ ✓ ✓
44 Prgf 12 ✓ ✓ ✓
45 Hidup Dengan
Bersyukur/Prgf 1
✓ ✓ ✓
46 Prgf 8 ✓ ✓ ✓
47 Menjadi Insan
Penyabar/Prgf 5
✓ ✓ ✓
48 Prgf 8 ✓ ✓ ✓
49 Prgf 13 ✓ ✓ ✓
50 Menjaga
Pandangan/Prgf 19
✓ ✓ ✓
51 Melatih Pola Hidup
Bersih/Prgf 1
✓ ✓ ✓
52 Prgf 2 ✓ ✓ ✓
53 Prgf 3 ✓ ✓ ✓
54 Prgf 9 ✓ ✓ ✓
55 Prgf 14 ✓ ✓ ✓
56 Prgf 18 ✓ ✓ ✓
57 Prgf 19 ✓ ✓ ✓
58 Paksa Diri Berbuat
taat/Prgf 3
✓ ✓ ✓
59 Prgf 6 ✓ ✓ ✓
60 Prgf 8 ✓ ✓ ✓
61 Prgf 9 ✓ ✓ ✓
62 Prgf 13 ✓ ✓ ✓
63 Prgf 20 ✓ ✓ ✓
64 Menyikapi
Ujian/Prgf 5
✓ ✓ ✓
65 Prgf 7 ✓ ✓ ✓
66 Prgf 9 ✓ ✓ ✓
67 Bab III Keluarga
Sakinan/Membangun
Pendidikan Dari
Keluarga/Prgf 2
✓ ✓ ✓
68 Prgf 9 ✓ ✓ ✓
69 Prgf 14 ✓ ✓ ✓
70 Prgf 19 ✓ ✓ ✓
71 Peran Wanita Dalam
Keluarga/Prgf 3
✓ ✓ ✓
72 Prgf 10 ✓ ✓ ✓
73 Prgf 16 ✓ ✓ ✓
74 Memuliakan Orang
Tua/Prgf 4
✓ ✓ ✓
75 Prgf 8 ✓ ✓ ✓
76 Prgf 13 ✓ ✓ ✓
77 Berharganya Sikap
Lembut Suami/Prgf
17
✓ ✓ ✓
78 Prgf 18 ✓ ✓ ✓
79 Akhlak Kepada
Pembantu/Prgf 17
✓ ✓ ✓
80 Prgf 4 ✓ ✓ ✓
81 Prgf 16 ✓ ✓ ✓
82 Menata Kehidupan
Bertetangga/Prgf 5
✓ ✓ ✓
83 Prgf 19 ✓ ✓ ✓
84 Bab IV Manajemen
Diri/Salahkah
Bercita-Cita Menjadi
Kaya?/Prgf 15
✓ ✓ ✓
85 Prgf 16 ✓ ✓ ✓
86 Prgf 10 ✓ ✓ ✓
87 Mulai Dari
Memperbaiki Diri
Sendiri/Prgf 6
✓ ✓ ✓
88 Prgf 17 ✓ ✓ ✓
89 Bab V Penyakit
Hati/Rahasia
Mengatasi
Dengki/Prgf 1
✓ ✓ ✓
90 Prgf 9 ✓ ✓ ✓
91 Prgf 16 ✓ ✓ ✓
92 Mengikis Bibit-Bibit ✓ ✓ ✓
Tabel Penilaian Antar Juri
Riya/Prgf 5
93 Menyikapi
Kemarahan/Prgf 12
✓ ✓ ✓
94 Mengganti Dendam
Menjadi Ihsan/Prgf 7
✓ ✓ ✓
95 Prgf 20 ✓ ✓ ✓
96 Bab VI Tema Lain-
Lain/Pemimpin yang
Didamba/Prgf 16
✓ ✓ ✓
97 Prgf 22 ✓ ✓ ✓
98 Prgf 32 ✓ ✓ ✓
99 Menakar Kualitas
Haji Kita/Prgf 2
✓ ✓ ✓
100 Prgf 8 ✓ ✓ ✓
Recommended