View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS KECENDERUNGAN STRATEGI PERUSAHAAN
MELALUI PENDEKATAN MATRIKS STRATEGIC POSITION
AND ACTION EVALUATION
(Strudi Kasus di Koperasi BMT Mekar Da’wah)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
IMAM GUNADI
NIM: 1113046000018
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
ABSTRACT
Imam Gunadi, 1113046000018, Analysis of The Tendency of Corporate Strategy
Through Strategic Position and Action Evaluation Matrix Approach (BMT Mekar
Da'wah Serpong). Bachelor Degree (S1) in Sharia Economics Study Program
(Concentration of Sharia Banking) Faculty of Economics and Business Syarif
Hidayatullah State Islamic University of Jakarta, 1439 H / 2018 M.
This study aims to determine the financial strength, competitive advantage,
environmental stability, and industry strength in BMT Mekar Da'wah Serpong and
to update and choose the right strategy as the response to internal and external
environments that are unstable and constantly changing. This study uses
descriptive qualitative method, which is a research method that describes the
existing problems so as to obtain an overview of the object under study and the
problem can be solved correctly. In writing this research, researcher conduct field
research to obtain primary data by conducting interview and direct research on
party that considered competent. In addition, the researcher also conduct library
research to obtain secondary data, namely to obtain scientific and accurate data
sourced from books, documents, and other references related to the subject matter,
then further analyzed to find out the right phenomena. This study concludes that
the results of the Strategic Position and Action Evaluation Matrix (SPACE) show
the coordinate points of the vector lines are +4 on the X axis and -0.9 on the Y
axis. This shows that the right strategy to be applied to BMT Mekar Da'wah is a
Competitive Strategy. Competitive Strategies include Backward Integration,
Forward Integration, and Horizontal Integration; market penetration, market
development, and product development.
Keywords: Strategy Management, Strategic Position and Action Evaluation
Matrix, Cooperation, BMT, BMT Mekar Da'wah.
iii
ABSTRAK
Imam Gunadi, 1113046000018, Judul Skripsi “Analisis Kecenderungan Strategi
Perusahaan Melalui Pendekatan Matriks Strategic Position and Action Evaluation
(BMT Mekar Da‟wah Serpong)”. Strata Satu (S1) Program Studi Ekonomi
Syariah (Konsentrasi Perbankan Syariah) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1439 H / 2018 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan finansial, keunggulan
kompetitif, stabilitas lingkungan, dan kekuatan industri BMT Mekar Da‟wah serta
memperbaharui dan memilih strategi yang tepat sebagai respon terhadap
lingkungan internal dan eksternal yang tidak stabil dan terus berubah. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang
menguraikan dan memaparkan masalah yang ada sehingga memperoleh gambaran
tentang objek yang diteliti dan masalah tersebut dapat dipecahkan serta
diselesaikan dengan baik dan benar. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti
melakukan penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data primer
dengan melakukan wawancara dan penelitian langsung terhadap pihak yang
dianggap kompeten. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian kepustakaan
(library research) untuk memperoleh data sekunder, yakni untuk memperoleh
data ilmiah dan akurat yang bersumber pada buku-buku, dokumen, dan rujukan
lain yang berkaitan dengan pokok pembahasan, kemudian dianalisis lebih lanjut
untuk mengetahui fenomena yang sebenarnya. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa hasil Matriks Strategic Position and Action Evaluation (SPACE)
menunjukan titik koordinat arah vektor berada pada +4 pada sumbu X dan -0,9
pada sumbu Y. Hal tersebut mununjukan bahwa strategi yang tepat untuk
diterapkan pada BMT Mekar Da‟wah adalah Strategi Kompetitif. Strategi
Kompetitif mencakup Integrasi ke Belakang, Integrasi ke Depan, dan Integrasi
Horizontal; penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.
Kata Kunci : Manajemen Strategi, Matriks Strategic Position and Action
Evaluation (SPACE), Koperasi, BMT, BMT Mekar Da‟wah.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah melimpahkan segala nikmat,
kerberkahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
berjudul “Analisis Kecenderungan Strategi Perusahaan Melalui Pendekatan
Matriks Strategic Position and Action Evaluation (SPACE)” dengan baik.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, semoga dapat berkumpul di Yaumil Qiyamah.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan,
dan bantuan serta semangat dan doa dari orang-orang di sekeliling penulis selama
proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, izinkanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Ibunda Suwarti dan Ayahanda Sarman yang selalu
memberikan doa dan dukungan baik materi maupun imateri serta motivasi
yang tiada henti, sehingga penelitian skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
2. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat
selama perkuliahan.
v
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat
selama perkuliahan.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah dan Ibu Ir. Rn. Tini Anggraini, S.T, M.Si. selaku Sekretaris Program
Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A., selaku Tim
Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Hasanudin, M.Ag., selaku penasehat akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan masukan kepada penulis selama proses bimbingan dan
penyelesaian skripsi.
7. Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Para staf akademik dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu administrasi selama berjalannya
pengerjaan skripsi.
9. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta
Perpustakaan Utama yang telah bersedia memberikan fasilitas penyediaan
literatur dalam penyediaan dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
10. Irfan Ahmad Riva‟i selaku manajer BMT Mekar Da‟wah yang telah bersedia
menjadi responden dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
BMT Mekar Da‟wah.
11. Risma Septiana selaku ketua bagian operasional BMT Mekar Da‟wah yang
telah bersedia menjadi responden dan mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian di BMT Mekar Da‟wah.
12. Keluarga besar Muamalat 2013, terutama konsentrasi Perbankan Syariah
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan
selama menuntut ilmu di kampus.
13. Keluarga besar Center for Islamic Economics Studies sebagai tempat
berdialektika.
14. Keluarga besar Queen Pro Nusantara Foundation yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat dan berharga.
15. Keluarga besar Nusantara Kalingga Murthi Research Foundation yang telah
bersedia berbagi ilmu, berdialektika bersama, dan menimba pengalaman di
bidang sciece dan teknologi.
16. Keluarga besar Universal Interstudy Forum of Youth atas masukan dan
bimbingan di berbagai bidang ilmu pengetahuan.
17. Sahabat empat serangkai, Zakaria Achmadi Zein, Rosita Tohir, dan Jazmi
Ghazzan. Terima kasih telah menjadi bagian dalam pencarian jati diri dan
menjadi teman dalam berdialektika.
vii
18. Adik penulis Didi Prawira Yuda dan Muhammad Fauzan yang telah
memberikan dukungan dan semangat serta doanya, sehingga dapat membuat
penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi.
19. Nabila yang telah memberikan motivasi dan doa selama berjalannya
pengerjaan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 28 September 2018
Imam Gunadi
viii
DAFTAR ISI
ABSTRACK ........................................................................................................ ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 10
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 11
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian.................................................................................. 11
G. Metode Penelitian ................................................................................... 12
H. Penelitian Terdahulu............................................................................... 15
I. Kerangka Teori ...................................................................................... 16
J. Sistematika Penulisan ............................................................................. 17
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 20
A. Pengertian Analisis ................................................................................. 20
B. Manajemen Strategi dan Matriks SPACE ............................................... 20
C. Baitul Maal wa Tamwil .......................................................................... 41
D. Disiplin Kerja ......................................................................................... 45
E. Penempatan dan Pemberhentian ............................................................. 51
ix
F. Konflik Kerja ......................................................................................... 55
G. Pelatihan Sumber Daya Manusia ............................................................ 60
H. Keragaman Budaya Perusahaan .............................................................. 60
I. Ilmu Politik ............................................................................................ 62
J. Laporan dan Rasio Keuangan ................................................................. 64
K. Inflasi ..................................................................................................... 69
L. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 73
BAB III GAMBARAN UMUM BMT MEKAR DA’WAH ............................ 75
A. Sejarah BMT Mekar Da‟wah .................................................................. 75
B. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Mekar Da‟wah........................................... 76
C. Filosofi, Prinsip, dan Fungsi BMT Mekar Da‟wah.................................. 77
D. Target, Motto, dan Jargon BMT Mekar Da‟wah ..................................... 79
E. Legalitas dan Struktur Organisasi BMT Mekar Da‟wah .......................... 79
F. Prinsip Bekerja dan Etika Kerja BMT Mekar Da‟wah ............................ 80
G. Teknologi dan Jaringan BMT Mekar Da‟wah ......................................... 81
H. Produk BMT Mekar Da‟wah .................................................................. 32
I. Program BMT Mekar Da‟wah ................................................................ 83
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 84
A. Posisi Strategis BMT Mekar Da‟wah Serpong ........................................ 84
1. Posisi Strategis Internal .................................................................... 84
a. Kekuatan Finansial ..................................................................... 84
b. Keunggulan Kompetitif............................................................... 86
2. Posisi Strategis Eksternal .................................................................. 88
a. Stabilitas Lingkungan ................................................................. 88
b. Kekuatan Industri ....................................................................... 93
B. Pembobotan Posisi Strategis BMT Mekar Da‟wah ................................. 94
C. Kecenderungan Arah Vektor Matriks SPACE BMT Mekar Da‟wah ....... 96
D. Strategi BMT Mekar Da‟wah Serpong.................................................... 98
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 99
x
A. Kesimpulan ............................................................................................ 99
B. Saran .................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
1.1 Tabel Pertumbuhan Koperasi Tahun 2013-2016 ............................................. 4
1.2 Tabel Realisasi dan Target BMT Mekar Da‟wah Serpong 2016 ..................... 7
1.3 Tabel Penelitian Terdahulu ........................................................................... 15
2.1 Tabel Perspektif Disiplin Karyawan ............................................................. 46
3.1 Tabel Legalitas dan Struktur BMT Mekar Da‟wah ....................................... 79
xii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Serangkaian Pertanyaan Disiplin Kerja ........................................... 49
2.2 Gambar Kerangka Pemikiran Matriks SPACE.............................................. 73
3.1 Gambar Struktur Organisasi BMT Mekar Da‟wah ........................................ 80
4.1 Gambar Garis Arah Vektor Kurva Matriks SPACE BMT Mekar Da‟wah ..... 97
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah strategi dirumuskan untuk suatu tujuan yang ingin dicapai, upaya
untuk mengkomunikansikan apa saja yang akan dikerjakan, serta kepada siapa hal
tersebut dikomunikasikan, dan juga perlu dipahami mengapa hasil kinerja tersebut
perlu dinilai. Suatu strategi terdiri dari suatu kumpulan pilihan yang terintegrasi,
dan perlu disadari bahwa pilihan tersebut belum tentu dapat menjangkau atau
memenuhi pilihan yang dianggap penting dari suatu hal yang dihadapi oleh
pimpinan atau eksekutif.
Secara jelas, “strategi” merupakan suatu peralatan komunikasi, di mana
orang strategis harus berupaya untuk dapat meyakinkan bahwa orang yang
tepatlah yang dapat mengetahui apa maksud dan tujuan dari organisasinya, serta
bagaimana hal tersebut ditempatkan dalam pelaksanaan aksinya, atau
direalisasikannya. Dengan demikian, “strategi” dialamatkan atau diarahkan,
bagaimana organisasi itu berupaya memanfaatkan atau mengusahakan agar dapat
mempengaruhi lingkungannya.1
Umumnya setiap orang tidak dapat terlepas dari kegiatan dalam
lingkungan kehidupan di mana ia berada, sehingga orang selalu bermimpi
bagaimana ia menang atau menjadi unggul dalam lingkungannya. Oleh karena itu,
setiap orang pada dasarnya adalah orang yang strategis, di mana ia harus
menghadapi pesaing dalam lingkungannya, dengan pemikiran untuk mencapai
tujuan atau harapannya. Seorang yang merupakan orang strategis, akan selalu
1 Ibid, h. 3.
2
menghadapi tugas atau kegiatan mengidentifikasikan peluang untuk menetapkan
apa yang akan dilakukan untuk pencapaian tujuan dan harapannya. Penetapan apa
yang dilakukan tersebut, dalam rangka pencapaian tujuannya, sering disebut
dengan “strategi”.
Banyak rumusan tentang apa itu strategi, salah satunya adalah yang terkait
dengan penetapan keputusan yang harus diambil dalam menghadapi para pesaing
di dalam lingkungan kehidupan yang saling memiliki ketergantungan, sehingga
perlu ada kegiatan yang diarahkan, terutama dalam memperkirakan perilaku satu
dengan lainnya. Strategi yang ditetapkan dapat dirumuskan sebagai penentuan
tujuan dan sasaran suatu organisasi yang mendasar dan bersifat untuk jangka
panjang.2
Perusahaan umumnya berupaya untuk selalu dapat mencapai tujuan dan
sasarannya di dalam kondisi persaingan yang semakin ketat. Keberhasilan
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan hanya dimungkinkan bila perusahaan
itu mempunyai keunggulan bersaing. Suatu perusahaan baru dapat memiliki
keunggulan bersaing bila perusahaan tersebut berhasil merancang dan
mengimplementasikan strategi penciptaan nilai.
Penciptaan nilai yang menimbulkan keunggulan bersaing, dapat terjadi
apabila para pesaing tidak menggunakan strategi yang sama. Keunggulan bersaing
tersebut hanya dapat dipertahankan bila para pesaing yang ada sekarang dan para
pesaing yang baru tidak meniru atau menggantikannya. Membangun strategi harus
dilakukan perusahaan secara tepat dan berkelanjutan, dengan menyusun strategi
2 Sofjan Assauri, Strategic Management; Sustainable Competitive Advantages, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016), h. 1-2.
3
dan sekaligus mengimplementasikannya. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan
penganalisisan yang tepat.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip syariah, mengembangkan bisnis usaha mikro dan
kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan
kaum fakir miskin. BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang terdiri atas
dua kegiatan sekaligus yaitu Baitul Maal dan Baitul Tamwil. Kegiatan Baitul
Maal dalam BMT adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana
yang bersifat nirbala (sosial). Sumber dana diperoleh dari zakat, infaq, dan
sedekah, atau sumber lain yang halal.
Dana tersebut lalu disalurkan kepada mustahik, yang berhak, atau untuk
kebaikan. Sedangkan Baitul Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya
adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan bersifat profit-
oriented. Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan
penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan dan investasi, yang
dijalankan berdasarkan prinsip syariah.3
Kelahiran BMT merupakan solusi bagi kelompok ekonomi masyarakat
bawah yang membutuhkan dana bagi pengembangan usaha kecil. BMT
merupakan lembaga ekonomi rakyat kecil yang berupaya mengembangkan usaha-
usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi
pengusaha kecil dengan berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi.4
3 Widodo, Hertanto, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung: Mizan, 1999), h.81.
4 Suwata, Sumber Daya Manusia di BMT, (www.kompasiana.com), 26 Juni 2015, Diakses
pada 10 Maret 2017.
4
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan salah satu institusi penting
yang mendukung tumbuhnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang mana
jarang dijangkau, baik oleh bank maupun BPRS5. Namun, berdasarkan data Bank
Indonesia, besaran kredit yang diberikan perbankan kepada UMKM
memperlihatkan tren yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2010, besaran
kredit UMKM yang disalurkan sebanyak Rp 394,3 triliun dan meningkat sebesar
21,71 persen menjadi Rp 479,89 triliun pada tahun 2011. Nilai kredit terus
meningkat hingga pada 2016 kredit mencapai Rp 900,4 triliun.6
Hal tersebut sejalan dengan data yang dirilis oleh Kementrian Koperasi
dan UKM mencatat kontribusi sektor UMKM meningkat dari 57,84% menjadi
60,34% dalam lima tahun terakhir. Tidak hanya itu, sektor UMKM juga telah
membantu penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Tenaga kerja pada sektor
UMKM tumbuh dari 96,99% menjadi 97,22% dalam periode lima tahun terakhir.7
Ditengah tingginya potensi UMKM dan meningkatnya kredit perbankan
pada UMKM berbanding terbalik dengan pertumbuhan koperasi di Indonesia.
Tabel 1.1 Tabel Pertumbuhan Koperasi Tahun 2013-2016
Keterangan 2013-2014(%) 2014-2015 (%) 2015-2016 (%)
Pertumbuhan Koperasi 4,48% 2,84% 1,26%
Sumber : Badan Pusat Statistik (Data Diolah)
Pada tabel pertumbuhan koperasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS)
melaporkan bahwa pertumbuhan koperasi dari tahun 2013-2016 terus mengalami
5 M. Nur Rianto Al Arif. Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung:Pustaka Setia, 2012), h.
341. 6 Desi Purnamasari, “Baru 20 Persen Kredit Bank yang Mengalir ke UMKM”. Artikel
diakses 1 Oktober 2018 dari Tirto.id. 7 Dinda Audriene Mutmainah, “Kontribusi UMKM Terhadap PDB Tembus Lebih Dari
60 Persen”, diakses pada 19 Februari 2018 dari cnnindonesia.com.
5
penurunan, yaitu pada tahun 2013-2014 4,84%, 2014-2015 2,84%, dan 2015-
2016 1,26%. Padahal UMKM yang menopang perekonomian Indonesia semakin
meningkat. Saat ini jumlah UMKM di Indonesia ada 57.895.721 unit.8 Hal ini
tentu menjadi ancaman bagi industri keuangan mikro yang harusnya UMKM
menjadi pasar untuk koperasi dan BMT atau lembaga keuangan mikro lainnya.
Selain adanya ancaman dari industri perbankan, ancaman lainnya muncul
dari industri keuangan yang baru booming, yaitu fintech. Tahun 2018 ini,
perkembangan fintek diprediksi semakin pesat. Nilai transaksi fintek tahun ini
akan mencapai 22,784 miliar dolar Amerika Sirikat (AS) atau sekitar Rp 307,58
triliun (kurs Rp 13.500/dolar AS), tumbuh 22% dibandingkan realisasi tahun lalu.9
Sedangkan pada fintech lending sudah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp 5,42
triliun, meningkat 111,23 persen dibanding desember 2017.
Selain itu risiko kredit bermasalah (NPL) dari fintech lending menurun
dari angka 0,99 persen pada bulan desember ke angka 0,53 persen pada april
2018. Jumlah peminjam hingga april 2018 sebanyak 1.467.782 meningkat 468,79
persen (ytd).10
Beberapa data tersebut membuktikan bagaimana masifnya
perkembangan fintech di dalam industri keuangan baik syariah maupun
konvensional, dikarnakan sudah ada fintech lending yang berprinsip syariah.
Dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan Ketua Bagian
Operasional BMT Mekar Da‟wah, beliau menjelaskan bahwa meningkatnya kredit
8 Badan Pusat Statistik, Tabel Pertumbuhan Koperasi Dari Tahun 2013-2016,
(www.bps.go.id), Diakses pada 07 Maret 2017. 9 Dimitri Mahayana, “Laju Fintech untuk Koperasi di Indonesia”. diakses 01 Oktober
2018 dari cnbcindonesia.com. 10
Putri Syifa Nurfadhilah, “OJK Umumkan 64 Fintech Terdaftar Resmi per-Juni 2018”.
Diakses pada tanggal 01 Oktober 2018 dari kompas.com.
6
perbankan pada UMKM dan munculnya financial technology khususnya fintech
lending benar-benar menjadi ancaman untuk lembaga keuangan mikro koperasi
termasuk BMT Mekar Da‟wah.11
Adanya berbagai ancaman dari berbagai sektor industri keuangan menjadi
penghambat pertumbuhan bagi koperasi dan BMT. Namun, selain adanya
ancaman dari industri perbankan dan fintech, ancaman juga datang dari birokrasi
perkoperasian, seperti adanya penyalahgunaan dana bergulir yang mengakibatkan
koperasi atau BMT kesulitan mendapatkan pembiayaan dana tersebut.12
Pasar bebas Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah integrasi ekonomi regional yang
direncanakan untuk dicapai pada tahun 2015. Tujuan MEA 2015 adalah
menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang mana terjadi
arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal
yang lebih bebas. Keterlibatan semua pihak diseluruh anggota negara ASEAN
mutlak diperlukan agar dapat mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang
kompetitif bagi kegiatan investasi dan perdagangan bebas yang pada gilirannya
dapat memberikan manfaat bagi seluruh negara ASEAN.13
Adanya MEA mengakibatkan tensi persaingan horizontal maupun vertikal
menjadi semakin tinggi, BMT atau Koperasi tentunya harus siap dengan hal ini.
Jika lembaga keuangan mikro seperti koperasi atau BMT tidak dapat beradaptasi
dengan perkembangan ekonomi, maka collaps atau terdisrupsi adalah akibatnya.
11 Wawancara dengan Nurisma Septiani selaku Kabag Operasional BMT Mekar Da‟wah
Serpong. 12 Wawancara dengan Bapak Irfan selaku Manajer BMT Mekar Da‟wah Serpong 13
Kementrian Perdagangan RI. Peluang dan Tantangan Indonesia. (Warta Ekonomi.
2015), h. 3.
7
Dalam era globalisasi dan kondisi ekonomi yang dinamis BMT atau
koperasi sebagai lembaga keuangan mikro yang menyokong masyarakat kelas
menengah kebawah harus siap bersaing dengan korporasi-korporasi besar seperti
perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Berdasarkan survei nasional yang
dilakukan Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Bidang Edukasi dan
Perlindungan Konsumen tentang literasi dan inklusi keuangan tahun 2016 yang
dilakukan terhadap 9.680 responden di 34 provinsi yang tersebar di 64
kabupaten/kota menerangkan bahwa keyakinan terhadap BMT hanya 4,2 persen,
berbanding jauh dengan perbankan yang mencapai 90,5 persen.14
Di dalam persaingan yang begitu berat, BMT Mekar Da‟wah dituntut
untuk mempersiapkan strategi untuk menghadapi dinamisnya kondisi eksternal.
Menurut Fred David organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategi
lebih menguntungkan dan berhasil dari pada yang tidak.15
Pada saat ini BMT
Mekar Da‟wah memang belum menerapkan konsep-konsep manajemen strategi
secara utuh, sehingga target-target yang ditentukan selalu tidak tepat sasaran.
Berikut adalah kinerja BMT Mekar Da‟wah beserta target yang telah ditentukan.
Tabel 1.2 Realisasi dan Target Koperasi BMT Mekar Da’wah Serpong 2016
No. Nama Realisasi (Rupiah) Target (Rupiah)
1. Asset 3.941.174.275,05 4.511.115.568,50
2. Funding 3.466.573.946,10 4.070.216.277,48
3. Financing 2.456.589.254,52 2.705.048.420,95
4. Equity 162.938.261,90 170.540.006,64
5. Laba (Bruto) 111.694.048,85 184.002.000,00
6. Pendapatan 792.658.509,59 954.784.830,68
7. Beban Biaya 680.964.460,74 632.858.333,02
14 Departemen Inklusi dan Literasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan, Survei Nasional
dan Literasi Keuangan 2016. 15 Fred David. Manajemen Strategis, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 24.
8
8. Baitul Maal 954.842,74 892.779,72
9. Anggota 31 41
10. Mitra Funding 1782 1800
11. Mitra Financing 761 1200
Sumber : Laporan Kinerja BMT Mekar Da’wah 2016
Setelah kita mengetehui beberapa uraian di atas, maka perusahaan
tentunya akan terstimulasi dalam mencari strategi utama yang tepat untuk
perusahaan. Dengan melihat faktor-faktor yang ada di luar perusahaan dan yang
ada di dalam perusahaan mendorong perusahaan untuk memperbaharui atau
mengembangkan strateginya untuk menghadapi kuatnya persaingan dan ancaman
serta dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi, maka hal ini akan membuahkan
beberapa strategi pada perusahaan. Diantara Strategi-strategi tersebut yang
bersifat departemantal (atau sesuai dengan departemen perusahaan tersebut) maka
ada strategi utama yang akan memayungi perusahaan. Metode perumusan strategi
utama perusahaan adalah Matriks SPACE (Strategic Position and Action
Evaluation). Matriks dimana metode ini lebih comprehensive dalam menilai
sebuah perusahaan baik faktor internal maupun eksternal dengan membagi
kerangka kerja perusahaan ke dalam empat kategori yaitu: aggressive,
conservative, defensive dan competitive. Maka dari itu peneliti mengambil judul
“Analisis Kecenderungan Strategi Perusahaan melalui Pendekatan Matriks
Strategic Position and Action Evaluation (SPACE)” (Studi Kasus di Koperasi
BMT Mekar Da’wah Serpong).
9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Kabag Operasional BMT Mekar Da‟wah menjelaskan bahwa meningkatnya
pembiayaan perbankan pada sektor UKM dan munculnya fintek termasuk
fintek lending syariah dalam industri keuangan menjadi ancaman bagi
koperasi khususnya koperasi BMT Mekar Da‟wah.
2. Data yang dirilis oleh Kementrian Koperasi dan UKM dalam “Blue Print
Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tahun 2015-2019”
menerangkan bahwa kredit perbankan mengalami pertumbuhan dari tahun ke
tahun dengan rata-rata 15,3% setiap tahunnya, dimana pada tahun 2010 Rp
394,30 Triliun dan pada tahun 2016 sudah mencapai Rp 900,39 Triliun.
3. Nilai transaksi fintech pada tahun 2018 mencapai 307,58 triliun; meningkat
22% dari tahun 2017, dengan NPL menurun dari 0,99% pada desember 2017
ke 0,53% pada april 2018 pada fintech lending.
4. Adanya penurunan pertumbuhan koperasi dari tahun 2013-2016. Di mana
pada tahun 2013-2014 pertumbuhan koperasi mencapai 4,48%, kemudian
pada dua tahun berikutnya menurun 2,82% pada tahun 2014-2015 dan
menurun lagi 1,26% pada tahun 2015-2016.
5. Menurut wawancara yang dilakukan “Sindonews” kepada Braman Setyo
(Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir) mengatakan bahwa
“korupsi menempati urutan pertama yang menghambat daya saing koperasi;
10
6. Manajer BMT Mekar Da‟wah mengatakan bahwa penyalahgunaan dana
bergulir memang terjadi di Kota Tangerang Selatan, yang mana dengan
adanya penyalahgunaan itu berdampak pada kemudahan BMT atau koperasi
mendapatkan pembiayaan dana bergulir.
7. Menurut Fred David, organisasi yang menggunakan konsep-konsep
manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil daripada yang tidak;
dampak tidak adanya penggunaan konsep-konsep manajemen strategis
termasuk Matriks Strategic Position and Action Evaluation (SPACE) pada
BMT Mekar Da‟wah dapat dibuktikan dengan adanya target-target
perusahaan yang tidak tercapai.
8. Diberlakukannnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan
meningkatkan persaingan antar lembaga atau instansi khususnya industri
keuangan.
9. Berdasarkan survei nasional yang dilakukan Departemen Literasi dan Inklusi
Keuangan Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen tentang literasi dan
inklusi keuangan tahun 2016 yang dilakukan terhadap 9.680 responden di 34
provinsi yang tersebar di 64 kabupaten/kota menerangkan bahwa keyakinan
terhadap BMT hanya 4,2 persen, berbanding jauh dengan perbankan yang
mencapai 90,5 persen.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
BMT Mekar Da‟wah membutuhkan “Strategi Utama” sebagai respon terhadap
kondisi eksternal dan internal guna terhindar dari disrupsi industri keuangan.
11
Untuk mendapatkan strategi utama yang tepat, peneliti menggunakan alat
analisis Matriks Strategic Position and Action Evaluation (SPACE).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah dibahas
sebelumnya, penulis ingin mencermati persoalan-persoalan dari pembahasan
sebelumnya dan penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Posisi Strategis kekuatan finansial, keunggulan kompetitif,
stabilitas lingkungan, kekuatan industri pada Koperasi BMT Mekar Da‟wah
Serpong?
2. Bagaimana Pembobotan Posisi Strategis Koperasi BMT Mekar Da‟wah?
3. Bagaimana Kecenderungan Arah Vektor Matriks SPACE Koperasi BMT
Mekar Da‟wah?
4. Bagaimana bentuk strategi yang tepat untuk diaplikasikan pada Koperasi
BMT Mekar Da‟wah?
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pada dasarnya mempunyai tujuan tertentu, baik tujuan
yang bersifat umum maupun tujuan yang bersifat khusus. Adapun tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana kekuatan finansial, keunggulan kompetitif, stabilitas
lingkungan, dan kekuatan industri pada BMT Mekar Da‟wah.
2. Mengetahui hasil analisis Matriks Strategic Position and Action Evaluation
pada BMT Mekar Da‟wah.
12
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wahana tambahan referensi
dan bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
perkoperasian khususnya BMT serta bagaimana membuat sebuah main
strategy yang tepat.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan kesempatan untuk memperdalam pengetahuan
melalui praktik dilapangan dalam suatu kasus.
b. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan sumbangan
pemikiran bagi instansi terkait efektifitas strategi perusahaan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian skripsi ini, metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif kualititatif, yaitu sebuah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian
yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku,
fenomena, peristiwa-peristiwa dan pengetahuan atau obyek studi. Pendekatan
ini menitikberatkan pada pemahaman, pemikiran dan persepsi peneliti.
13
Karena penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif,
dimana data yang digunakan adalah data primer, untuk mengetahui posisi
strategis internal perusahaan, maka perolehan datanya melalui wawancara
langsung dengan pihak BMT. Walaupun penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, berdasarkan pendekatan yang digunakan (Matriks SPACE), data
yang digunakan bukan hanya data primer, melainkan data sekunder adalah
variabel yang tidak dapat terpisahkan.
Tujuan penelitian melalui pendekatan kualitatif ini adalah bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya, perilaku, motivasi, tindakan, posisi strategis internal, serta posisi
strategis eksternal. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk
kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan
memanfatkan berbagai metode yang alamiah.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitan ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
(field research) dan data sekunder (library research). Untuk mengumpulkan
data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap obyek
penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat
14
mengenai hal-hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara
jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
b. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini
menggunakan metode dokumentasi16
, yaitu menelusuri literatur yang
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya yang menumental dari
seseorang. Metode dokumenter merupakan metode paling tepat dalam
memperoleh data yang bersumber dari buku-buku sebagai sumber dan
bahan utama dalam penulisan penelitian kepustakaan. Dokumentasi
dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data
dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting
yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi yang ada
hubungannya dengan lokasi penelitian.
c. Wawancara
Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi secara langsung, mendalam, tidak tersruktur, dan individual.
Dalam wawancara, seseorang responden di wawancarai oleh
pewawancara untuk mengungkapkan kondisi internal perusahaan
maupun pengaruh dari luar/eksternal perusahaan.17
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D,
Cet. X, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 329. 17
Danang Sunyoto, Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta:
Caps Center Foracademi Publishing Service, 2013), h. 59.
15
d. Library Research
Library research atau penelitian kepustakaan merupakan
pengumpulan data yang bersumber dari perpustakaan seperti literatur,
majalah, artikel, dan termasuk catatan kuliah di dalamnya serta data-data
dari berbagai sumber lain. Setelah semua data terkumpul, kemudian
diolah dan dikembangkan sesuai dengan pendekatan yang digunakan
(Matriks SPACE).
H. Penelitian Terdahulu
Tabel 1.3 Review Penelitian Terdahulu
No Nama
Penulis/Judul/Tahun
Substansi Perbedaan
1. Dian Nurul
Lathifah/Analisis
Faktor-faktor yang
Memperngaruhi
Strategi Adaptasi
Promosi Ekspor Bagi
Peningkatan Kinerja
Pemasaran
Ekspor/2007/Tesis.
Mengembangkan media
promosi tidak hanya
mengandalkan satu fasilitas
saja, seperti show room
yang sudah dimiliki oleh
sebagian besar perusahaan
furniture, tetapi
mengkombinasikan dengan
media lain, seperti website,
e-katalog, dan
memanfaatkan fasilitas
pameran yang
diselenggarakan baik di
tingkat nasional maupun
internasional, yang belum
dimanfaatkan secara optimal
oleh sebagian besar
perusahaan.
Pertama, metode
yang digunakan
adalah kuantitatif.
Kedua, penelitian
terfokus pada bagian
strategi pemasaran
dan melakukan
penelitian di industri
ekspor furniture.
2. Nurul Laela
Fatmawati/Strategi
Pengembangan
Industri Kecil Tempe
di Kecamatan Pedan
Kabupaten
Klaten/2009/Skripsi.
Alternatif strategi yang
dapat diterapkan dalam
mengembangkan industri
kecil tempe di kabupaten
klaten adalah perbaikan
sarana dan prasarana
produksi, dan sumber daya
manusia serta penenaman
modal swata dengan
Petama, alat analisis
yang digunakan
adalah SWOT.
Kedua, data yang
digunakan adalah
data sekunder.
Ketiga, industri
yang digunakan
adalah industri
16
dukungan pemerintah;
mempertahankan dan
mempertahankan kualitas
tempe serta efisiensi
penggunaan sarana dan
prasarana produksi;
meningkatkan sumber daya
pengusaha secara teknis,
moral, dan spiritual melalui
kegiatan pembinaan untuk
memaksimalkan produksi
dan daya saing tempe.
tempe.
3. Tri Kurnia
Wati/Analisis dan
Pilihan Strategi;
Membangun
Eksistensi Perusahaan
di Masa Krisis/Jurnal
Pada penelitian ini menuntut
bagaimana memililih sebuah
strategi, baik itu strategi IFE
dan EFE, Matriks SWOT,
Matriks SPACE, dan BCG.
Penelitian ini hanya
terfokus pada
bagaimana memilih
sebuah alat analisis
strategi diantara
banyaknya alat
analisis yang
digunakan.
I. Kerangka Teori
Perkembangan BMT Mekar Da‟wah sangatlah bergantung pada strategi
yang dibuat. Apabila strategi yang diambil tepat, hal tersebut dapat
mengembangkan produktivitas BMT dalam bidang apapun. Dikarenakan strategi,
maka perlu adanya pengelolaan yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan
dengan strategi perusahaan. Ilmu yang mengatur strategi perusahaan adalah
“Manajemen Strategis” dan ilmu atau teori pendukung lainnya.
Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan
dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan lintas
fungsional dalam mencapai tujuannya. Istilah “manajemen” mempunyai arti
sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana suatu perusahaan harus
merumuskan strategi dengan tepat.
17
Keberhasilan perusahaan dalam persaingan di masa sekarang tampaknya
sulit diprediksi. Kemampuan menciptakan perusahaan yang mampu berperan
sebagai perusahaan yang kuat dalam bersaing semakin sulit untuk ditempuh.
Sehingga para manajer mungkin akan berfikir keras untuk menetapkan strategi
utama perusahaan. Hal ini disebabkan meningkatnya inovasi dari para pesaing
sehingga keputusan strategi tidak akan berumur lama dan harus menentukan
strategi baru.
Selain pesatnya perkembangan inovasi di tiap perusahaan, masih banyak
kendala lain yang mempengaruhi pembaruan strategi, yaitu gejolak politik,
ekonomi, budaya, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan faktor lainnya. Dari berbagai
faktor tersebut, dan ketatnya persaingan, maka dari itu perusahaan dipaksa untuk
mengubah strateginya yang berkaitan dengan produk, pasar, sumber daya
manusia, dan atau teknologinya. Untuk mengubah dan atau memperbaharui
strategi secara tepat maka dibutuhkanlah main strategy untuk mengarahkan
kemana jalannnya atau berkembangnya perusahaan.
Untuk menentukan main strategy yang tepat pada sebuah perusahaan
dibutuhkan alat analisis yang tepat juga agar dapat beradaptasi dengan keadaan di
lingkungannya. Alat analisis yang digunakan adalah Matriks SPACE (Strategic
Position and Action Evaluation). Matriks ini merupakan kerangka empat kuadran
yang menunjukan apakah strategi yang harus digunakan cenderung berada pada
kuadran agresif, konservatif, kompetitif, dan defensif.
18
J. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dan mendapatkan gambaran mengenai pembahasan
yang sistematis dalam skripsi ini, maka penulis menyajikan ke dalam lima bab
yang saling berhubungan satu dengan yang lainya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, yang menjelaskan tentang pokok
permasalahan yang diangkat penulis, selanjutnya identifikasi masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan landasan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. terdiri dari teori-teori untuk menemukan strategi yang tepat untuk BMT
Mekar Da‟wah.
BAB III : GAMBARAN UMUM
Bab ini menyajikan gambaran umum perusahaan dan rancangan penelitian yang
digunakan dalam penyusunan skripsi ini.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini hasil penelitian dari berbagai sumber dan data pustaka akan
penulis bahas dan tuliskan di dalam bab ini sesuai dengan data yang sudah
19
diperoleh di lapangan, tentang Analisis Kecenderungan Strategi Perusahaan
melalui Pendekatan Matriks SPACE (Strategic Position and Action Evaluation).
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini penulis menjelaskan kesimpulan dari pembahasan bab-bab
sebelumnya serta saran–saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi
bahan masukan yang berharga bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis
Kegiatan analisa tentunya akan selalu ada, baik dalam kegiatan
pembelajaran, penelitian dan pekerjaan lainnya. Jika dilihat dari etimologi, kata
analisis diambil dari bahasa Yunani Kuno yaitu “analusis” yang artinya
melepaskan. Sedangkan menurut pengertian terminologi yang dikemukakan oleh
Anne Gregory berpendapat bahwa analisis adalah langkah atau tahapan pertama
yang harus dilakukan dalam proses perencanaan.18
B. Manajemen Strategi
1. Pengertian Strategi
Kata „strategi‟ berasal dari bahasa Yunani “strategos” yang berarti
jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan
atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian kemiliteran ini berarti cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk mencapai tujuan perang.19
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata strategi yaitu
“ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu di perang dan damai; Ilmu dan seni memimpin bala
18
Pengertianparaahli.com, diakses pada 30 September 2018. 19 Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 1.
21
tentara untuk menghadapi musuh di perang, dikondisi yang
menguntungkan”.20
Pengertian strategi menurut Stephanie K. Marrus seperti yang dikutip
oleh Sukristono, “strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai”.21
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan pola umum, sebab suatu
strategi pada hakekatnya belum mengarah kepada hal-hal yang bersifat
praktis, suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh.
Sedangkan, untuk mencapai tujuan, memang strategi disusun untuk tujuan
tertentu. Tidak ada suatu strategi, tanpa adanya tujuan yang harus dicapai.22
2. Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (Strategic Position and
Action Evaluation--SPACE)
Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (Strategic Position
and Action Evaluation) dicetuskan pertama kali oleh H. Rowe, R. Mason, dan
K. Dickel dalam Management and Business Policy; A Methodological
Approach yang merupakan kerangka empat kuadran yang menunjukan
20 http://www.KamusBahasaIndonesia.org, diakses pada tanggal 25 februari 2017. 21 Husein Umar, Strategic Management In Action, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 31. 22
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian.2,
(Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 167.
22
apakah strategi agresif, konservatif, kompetitif, atau defensive yang paling
sesuai untuk suatu organisasi tertentu. Sumbu-sumbu Matriks SPACE
menunjukan dua dimensi internal (kekuatan finansial/FS [Mencakup ukuran-
ukuran yang menunjukan kekuatan finansial yang dimiliki perusahaan] dan
Keunggulan Kompetitif/CA [Ukuran-ukuran yang menggambarkan
keunggulan bersaing yang dimiliki perusahaan]) dan dua dimensi eksternal
(Stabilitas lingkungan/ES [Mencakup ukuran-ukuran yang mencerminkan
kestabialan lingkungan perusahaan, seperti: perubahan teknologi, kondisi
ekonomi dan kondisi lainnya] dan Kekuatan Industri/IS [Mencakup ukuran-
ukuran yang menunjukan kekuatan industri/bisnis perusahaan, kemampuan
teknologi, dan lainnya]). Keempat faktor ini kiranya merupakan penentu
terpenting dari posisi strategis keseluruhan suatu organisasi.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
mengembangkan Matriks SPACE adalah sebagai berikut:
a. Pilih serangkaian variabel untuk menentukan kekuatan finansial (FS),
keunggulan kompetitif (CA), stabilitas lingkungan (ES), dan kekuatan
industri (IS).
b. Nilai atau berikan bobot pada variabel-variabel FS dan IS menggunakan
skala 1 (paling buruk) sampai dengan 6 (paling baik).
c. Nilai atau berikan bobot pada variabel-variabel FS dan CA menggunakan
skala -6 (paling buruk) sampai dengan -1 (paling baik).
23
d. Hitunglah rata-rata dari FS,CA, IS, dan ES dengan menjumlahkan nilai
yang telah diberikan pada variabel dari setiap dimensi dan kemudian
membaginya dengan jumlah variabel dalam dimensi yang bersangkutan.
e. Petakan nilai rata-rata untuk FS, IS, AC, dan ES pada sumbu yang sesuai
dengan Matriks SPACE.
f. Jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu X (AC, IS) dan petakan hasilnya
pada sumbu X.
g. Jumlahkan nilai rata-rata pada sumbu Y (FS, ES) dan petakan hasilnya
pada sumbu Y.
h. Petakan perpotongan kedua titik X dan Y tersebut.
i. Gambarkan arah vektor dari kordinat 0,0 melalui titik perpotongan yang
baru. Arah panah menunjukan jenis strategi yang disarankan bagi
organisasi; agresif, kompetitif, defensif, konservatif.
Arah vektor yang terkait dengan setiap profil menunjukan jenis
strategi yang harus dijalankan; agresif, kompetitif, defensif, konservatif.
Ketika arah vektor sebuah perusahaan terletak di kuadran agresif, organisasi
tersebut berada dalam kondisi yang sangat bagus untuk memanfaatkan
berbagai kekuatan internalnya untuk menarik keuntungan dari kekuatan-
kekuatan eksternal, mengatasi kelemahan internal, dan menghindari beragam
ancaman eksternal. Oleh karena itu, penetrasi pasar, pengembangan produk,
integrasi kedepan, integrasi kebelakang, integrasi horizontal, diversifikasi,
atau strategi kombinasi semuanya itu masuk akal untuk dipilih, bergantung
pada situasi khusus yang dihadapi oleh perusahaan.
24
Arah vektor yang mungkin muncul di kuadran konservatif yang
mengimplikasikan agar perusahaan tetap bergantung pada kompetensi
dasarnya dan tidak mengambil risiko yang terlalu besar.strategi konservatif
paling sering meliputi penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan
produk, dan diversifikasi terkait. Arah vektor bisa jadi terletak di kiri bawah
atau kuadran defensif mencakup penciutan, divestasi, likuidasi, dan
diversifikasi terkait. Terakhir, arah vektor bisa terletak di kanan bawah atau
kuadran kompetitif dari Matriks SPACE yang mengindikasikan strategi
kompetitif. Strategi kompetitif mencakup integrasi kebelakang, integrasi
kedepan, dan integrasi horizontal; penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk.
Gambar 2.1 Kurva Matriks SPACE
Sumber: H. Rowe, R. Mason, dan K. Dickel, Strategic Management and Business
Policy: A Methodological Approach.
25
3. Strategi-strategi Integrasi
a. Integrasi ke Depan
Integrasi ke depan (forward integration) berkaitan dengan usaha
untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas
distributor. Semakin banyak produsen atau pemasok dewasa ini
menjalankan strategi integrasi ke depan dengan cara membangun website
untuk secara langsung menjual produk mereka kepada konsumen.
Sedangkan bila merujuk pada lembaga keuangan mikro khususnya BMT,
pemasok yang disebutkan sebelumnya sama halnya dengan dana funding,
ketika lembaga keuangan mikro tersebut dapat menguasai pasar untuk
menghimpun dana, maka hal tersebut akan berdampak pada banyaknya
dana yang disalurkan, baik dalam bentuk tabarru atau tijari. Berikut
adalah macam-macam jasa financing dalam mengaplikasikan integrasi
kedepan, yaitu:23
1) Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan
ditetentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang
dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yaitu sebagai
berikut:
a) Pembiayaan Murabahah
23
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013), h. 97.
26
Murabahah yang berasal dari kata ribhu (keuntungan),
adalah transaksi jual beli dimana lembaga keuangan menyebut
jumlah keuntungannya. Lembaga keuangan syariah atau BMT
bertindak sebagai penjual, sementara mitra sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli BMT dari pemasok ditambah
keuntungan (marjin).
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad
jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunya akad. Dalam lembaga keuangan, murabahah selalu
dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi tsaman ajil, atau
muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah
akad, sementara pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan.
b) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan
secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai.
BMT bertindak sebagai pembeli, sementara mitra sebagai
penjual. Sekilah transaksi ini seperti jual beli ijon, namun dalam
transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan
barang harus ditentukan secara pasti.
Dalam praktik pada lembaga keuangan syariah, ketika
barang diserahkan kepada BMT, maka BMT akan menjualnya
27
kepada mitra secara tunai atau cicilan. Harga jual yang
ditentukan oleh BMT adalah harga beli dari mitra ditambah
keuntungan (marjin).
c) Pembiayaan Istishna’
Produk istishna menyerupai produk salam, tetapi dalam
istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh BMT dalam
beberapa kali (termin) pembayaran. Skim dalam istishna
biasanya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
konstruksi. Ketentuan umum pembiayaan istishna’ adalah
spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam
ukuran, mutu, dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati
dicantumkan dalam akad istishna’ dan tidak boleh berubah
selama berlakunya akad. Jika terdapat perubahan pada kriteria
pesanan dan perubahan harga setelah akad ditandatangani,
seluruh biaya tambahan ditanggung oleh mitra pemasok.
2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi sewa dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi
pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tetapi
perbedaan terletak pada objek transaksinya. Bila pada transaksi jual
beli objeknya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah
jasa.
Pada akhir masa sewa, BMT dapat saja menjual barang yang
disewakan kepada mitra. Karena itu dalam lembaga keuangan
28
syariah dikenal dengan ijarah mitahhiyah bittamlik (sewa yang
diikuti dengan adanya perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan
harga jual disepakati pada awal perjanjian.
3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
a) Pembiayaan Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi dengan
adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-
sama. Semua usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih
dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh
bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak
berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja
sama dapat berupa dana, barang perdagangan (trading asset),
kewiraswastaan (entepreneurship), kepandaian (skill),
kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible
asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau
reputasi (credit-worthiness), dan barang-barang lainnya yang
dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh
kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan
atau tanpa batasan waktu menjadikan produk/akad ini lebih
fleksibel.
29
b) Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang
popular dalam produk lembaga keuangan syariah yaitu
mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua
atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahib al-maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini
menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal
kas dari shahib al-maal dan keahlian dari mudharib.
Transaksi ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib
al-maal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan,
mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab
untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan
sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk mengelola
modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan
mudharabah terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen
dan keuangan atau salah satu di antara itu. Dalam mudharabah,
modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan musyarakah
modal berasal dari dua pihak atau lebih.
4) Akad Pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini biasanya tidak
30
ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan
untuk meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan akad ini. besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk
menutupi biaya yang benar-benar timbul. Akad pelengkap ini adalah
akad-akad tabarru’.
a) Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu
supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya. BMT mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan
piutang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian yang akan timbul,
BMT perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang
berutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan
piutang dengan yang berutang. Katakanlah seorang supplier
bahan bangunan menjual barang-barangnya kepada pemilik
proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian. Karena
kebutuhan supplier akan likuiditas, maka ia meminta BMT
untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan menerima
pembayaran dari pemilik proyek.
b) Rahn (Gadai)
31
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada BMT dalam memberikan
pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria:
(1) Milik mitra sendiri;
(2) Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai
riil pasar;
(3) Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh
kreditur.
Atas izin BMT, mitra dapat menggunakan barang
tertentu yang digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan
merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang
digadaikan cacat atau rusak, mitra harus bertanggung jawab.
c) Qardh
Qordh adalah pinjaman uang, adapun pengaplikasian
qordh dalam lembaga keuangan syariah yaitu sebagai pinjaman
kepada pengusaha kecil, di mana menurut perhitungan BMT
akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan
dengan skema jual beli, sewa, atau bagi hasil.
d) Wakalah (Perwakilan)
Wakalah dalam aplikasi lembaga keuangan syariah
terjadi apabila mitra memberikan kuasa kepada BMT untuk
mewakil dirinya dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu,
seperti pembukuan L/C, inkaso, dan transfer uang.
32
b. Integrasi ke Belakang
Baik produsen ataupun paritel membeli material yang mereka
butuhkan dari pemasok. Integrasi ke belakang (backward integration)
adalah sebuah strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali
yang lebih besar atas pemasok perusahaan.
Bila merujuk pada lembaga BMT, tentu saja yang akan menjadi
fokus yaitu pada penghimpunan dana atau funding. Adapun beberapa
macam funding pada BMT yaitu:
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang
disetorkan dimana besar simpanan pokok tersebut sama dan tidak
boleh dibedakan antara anggota. Akad syariah simpanan pokok
tersebut masuk katagori akad Musyarakah. Konsep pendiriannya
tepatnya menggunakan konsep Syirkah Mufawadhoh yakni sebuah
usaha yang didirikan secara bersama-sama dua orang atau lebih,
masing-masing memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama
dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang sama pula.
Masing-masing partner saling menanggung satu sama lain dalam hak
dan kewajiban. Dan tidak diperkenankan salah seorang memasukan
modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih
besar pula dibanding dengan partner lainnya.
2) Simpanan Wajib
33
Simpanan wajib masuk dalam katagori modal LKMS
sebagaimana simpanan pokok dimana besar kewajibannya
diputuskan berdasarkan hasil syuro (musyawarah) anggota serta
penyetorannya dilakukan secara kontinyu setiap bulannya sampai
seseorang dinyatakan keluar dari keanggotaan.
3) Simpanan Sukarela
Simpanan anggota merupakan bentuk investasi dari anggota atau
calon anggota yang memiliki kelebihan dana kemudian menyimpannya
di LKMS.
Adapun beberapa akad yang digunakan dalam penghimpunan
dana atau funding, yaitu:
1) Wadhiah
Wadi’ah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai
meninggalkan atau meletakkan sesuatu kepada orang lain untuk
dipelihara dan dijaga. Dari aspek teknis wadia’ah dapat diartikan
sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya, baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan
saja si penitip kehendaki.24
Firman Allah SWT:
24
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2003). h. 57.
34
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha
mendengar lagi maha melihat”.(QS. An nisaa(4):58).
Adapun pengaplikasian akad wadhiah dalam lembaga
keungan mikro syariah atau BMT antara lain:
a) Wadhi’ah Al-Amanah
yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan tidak
boleh memanfaatkan barang yang dititipkan. Tetapi harus tetap
menjaganya sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat
membebankan biaya kepada penitip sebagai penitipan. Wadi’ah
Al-Amanah yang dimaksud disini biasanya berupa dana ZIS
(zakat, infak, dan shadaqoh) yang dimiliki oleh 8 (delapan)
asnaf mustahik dan disalurkan baik dalam bentuk mustahik
produktif maupun konsumtif.
b) Wadhi’ah Yad Dhamanah
Wadi’ah Yad Dhamanah dapat diartikan sebagai titipan
murni dimana dana yang dititipkan boleh digunakan (diambil
manfaatnya) oleh penitip. Penyimpan mempunyai kewajiban
untuk bertanggung jawab terhadap kehilangan dana tersebut.
Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi
35
hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik dana
dapat diberikan semacam insentif berupa bonus yang tidak
disyaratkan sebelumnya.25
Pada sistem operasional LKMS, pemilik dana menanamkan
uangnya di LKMS tidak dengan motif mendapatkan bunga,
tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dalam
hal ini produk penghimpunan dana lembaga keuangan syariah
yang menjadi bagian dari simpanan wadi’ah yaitu Giro
Wadhi'ah. Giro Wadhi’ah adalah produk simpanan yang bisa
ditarik kapan saja. Dana nasabah dititipkan di LKMS dan boleh
dikelola. Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak
mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro
oleh LKMS. Besarnya bonus tidak ditetapkan di muka tetapi
benar-benar merupakan kebijaksanaan LKMS. Sungguhpun
demikian nominalnya diupayakan sedemikian rupa untuk
senantiasa kompetitif.
2) Mudharabah
Mudharabah adalah salah satu akad kerjasama kemitraan
berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi, dilakukan sekurang-
kurangnya oleh dua pihak, dimana pihak pertama memiliki dan
menyediakan modal, disebut shahibul maal, sedangkan yang kedua
25
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2005), h. 22.
36
memiliki keahlian (skill) dan bertanggung jawab atas pengelolaan
dana/manajemen usaha (proyek) tertentu, yang disebut mudharib .
Dalam kerangka penghimpunan dana mudharabah, mitra
bertindak sebagai shahibul maal dan BMT sebagai mudharib. BMT
dapat menawarkan produk penghimpunan dana mudharabah ini
kepada masyarakat dengan menunjukkan cara-cara penentuan dan
perhitungan porsi bagi hasilnya, BMT tidak diperkenankan
menjanjikan pemberian keuntungan tetap perbulan dalam jumlah
tertentu dengan sistem persentase sebagaimana lazim berlaku dalam
tatanan perbankan konvensional, atau dalam jumlah tertentu atas
dasar kalkulasi angka-angka rupiah. Adapun beberapa jenis akad
mudharabah yang diaplikasikan dalam funding BMT, yaitu:
a) Mudharabah Mutlaqah
Dalam mudharabah mutlaqah, nasabah yang meyimpan
dananya di LKMS tidak memberikan pembatasan bagi BMT
dalam menggunakan dana yang disimpannya. BMT bebas untuk
menetapkan akad seperti apa yang akan nantinya akan dipakai
ketika menyalurkan pembiayaan, kepada siapa pembiayaan itu
diberikan, usaha seperti apa yang harus dibiayai dan lain-lain.
Jadi prinsip mudharabah mutlaqah lebih memberikan
keleluasaan bagi BMT.
Sesuai dengan ketetentuan Himpunan Fatwa DSN-MUI,
2003 mengenai produk perhimpunan dana Lembaga Keuangan
37
Syari‟ah, dimana Mudharabah Mutlaqah menggunakan dua
aplikasi LKMS yaitu:
(1) Tabungan Mudharabah
Dana yang disimpan nasabah akan dikelola LKMS, untuk
memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan
kepada nasabah berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak. Nasabah bertindak sebagai shahibul maal dan
lembaga keuangan syariah bertindak sebagai mudharib.26
(2) Deposito Mudharabah
LKMS bebas melakukan berbagai usaha yang tidak
bertentangan dengan syariah dan mengembangkannya.
LKMS bebas mengeola dana (mudharabah mutlaqah).
LKMS berfungsi sebagai mudharib sedangkan nasabah juga
shahibul maal. Ada juga dana nasabah yang dititipkan
untuk usaha tertentu. Nasabah memberi batasan penggunaan
dana untuk jenis dan tempat tertentu. Jenis ini disebut
mudharabah muqayyadah.
b) Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat)
Mudharabah Muqayyadah, nasabah yang menyimpan
dananya di LKMS memberikan batasan-batasan tertentu dalam
menggunkannya dana yang disimpannya. Pada prinsip ini, mitra
memberikan satu atau beberapa batasan seperti usaha apa yang
26 Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000.
38
harus dibiayai, akad yang digunakan atau kepada nasabah yang
mana dan lain-lain.
c. Integrasi Horizontal
Integrasi Horizontal (horizontal integration) mangacu pada strategi
yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas
pesaing perusahaan. Salah satu tren paling signifikan dalam manajemen
strategis dewasa ini adalah meningkatnya strategi horizontal sebagai
strategi pertumbuhan. Merger, akuisisi, atau pengambil alihan diantara
para pesaing memungkinkan peningkatan skala ekonomi serta
mendorong transfer sumber daya dan kompetensi.
4. Strategi-strategi Intensif
Penertrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk
kadang disebut sebagai strategi-strategi intensif sebab hal tersebut
mengharuskan adanya upaya-upaya intensif jika posisi kompetitif sebuah
perusahaan dengan produk yang ada saat ini ingin membaik.
a. Penetrasi Pasar
Penetrasi pasar adalah strategi yang mengusahakan peningkatan
pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui
upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi ini secara luas
digunakan dalam bentuk murni maupun dalam bentuk lainnya. Penetrasi
pasar meliputi penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkatan
pengeluaran untuk iklan, penawaran produk-produk promosi penjualan
secara ekstensif, atau pelipatgandaan upaya-upaya pemasaran.
39
b. Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar meliputi pengenalan produk atau jasa yang
ada saat ini ke wilayah-wilayah geografis yang baru.
c. Pengembangan Produk
Pengembangan produk adalah sebuah strategi yang mengupayakan
peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi
produk atau jasa yang ada saat ini.
5. Strategi Diversifikasi
Terdapat dua jenis umum strategi diversifikasi yaitu terkait dan tidak
terkait. Bisnis dikatakan terkait ketika rantai nilai bisnis memiliki kesesuaian
strategis lintas bisnis yang bernilai secara kompetitif; bisnis dikatakan tidak
terkait jika rantai nilai bisnis sangat tidak mirip sehingga tidak ada hubungan
lintas bisnis yang bernilai secara kompetitif.
6. Strategi Defensif
a. Penciutan
Penciutan (retrenchment) terjadi manakala sebuah organisasi
melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset
untuk membalik penjualan dan laba yang menurun. Hal tersebut bisa juga
disebut dengan pembalikan atau strategi reorganisasional, penciutan
dilakukan untuk memperkuat kompetensi khusus dasar suatu organisasi.
Selama penciutan, para penyusun strategi bekarja dengan sumber daya
yang terbatas dan menghadapi tekanan dari pemegang saham, karyawan,
dan mungkin media. Penciutan bisa melibatkan penjualan lahan,
40
banguanan, atau aset lainnya untuk mendapatkan kas yang dibutuhkan,
memangkas lini produk, menutup bisbis yang tidak menguntungkan,
mengurangi jumlah karyawan, dan membangun sistem pengendalian
beban.
b. Divestasi
Menjual satu divisi atau bagaian dari sebuah organisasi disebut
dengan divestasi. Divestasi sering dipakai untuk mendapatkan modal
guna akuisisi atau investasi strategis yang lebih jauh. Divestasi dapat
menjadi bagian dari keseluruhan strategi penciutan untuk membebaskan
organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan
terlalu banyak modal, atau yang tidak begitu sesuai dengan aktifitas
perusahaan yang lain. Divestasi juga telah menjadi strategi yang popular
bagi perusahaan untuk berfokus pada bisnis inti mereka dan tidak terlalu
terdiversifikasi.
c. Likuidasi
Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan konsekuensinya
bisa menjadi sebuah strategi yang sulit secara emosional. Namun
demikian, lebih baik menghentikan operasi dari pada terus menderita
kerugian uang dalam jumlah yang besar.
C. Baitul Maal wa Tamwil
1. Definisi dan Sejarah BMT
Nama Baitul Maal berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata bait
artinya “rumah”, dan al-maal yang berarti “harta”. Baitul Maal berarti rumah
41
untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. Baitul Maal adalah suatu
lembaga yang mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat baik
berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Dengan demikian,
munculnya nama Baitul Maal pada masa itu adalah terkait dengan urusan
negara berkenaan dengan pengelolaan harta baik berupa uang maupun barang
sebagaimana Rasulullah Shallallahu’ Alaihi Wasallam (SAW) pada 1-11
H/662-632 M memperlakukan ghanimah (harta rampasan perang) yang
diperoleh pada Perang Badar. Rasulullah Shallallahu’ Alaihi Wasallam
(SAW) senantiasa membagikan ghanimah dan seperlima bagian darinya (al-
akhmas) setelah usainya peperangan, tanpa menunda-nunda lagi. Pengelolaan
Baitul Maal seperti ini, yaitu mengelola harta umat oleh negara dengan
menghalalkan pengelolanya mengambil sebagian dari harta tersebut
secukupnya; hak amil sebanyak banyaknya 12,5% (persen) atau 1/8 bagian
terus berlangsung sampai dengan masa ke-khalifahan Ali bin Abi Thalib (35-
40 H/656-661 M).
Masa setelah kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, pengelolaan Baitul
Maal berubah, yaitu pada masa pemerintahan Bani Umayyah, Baitul Maal
berada sepernuhnya di bawah kekuasaan khalifah tanpa dapat dipertanyaan
atau dikritik oleh rakyat. Dalam perkembangan selanjutnya masa Dinasti
Abbasiyah dan Umayyah, Baitul Maal telah menjadi lembaga penting bagi
negara, mulai dari penarikan zakat, pajak, ghanimah, kharaj, sampai
membangun jalan, menggaji tentara dan juga pejabat negara serta
membangun sarana sosial.
42
Dalam pengertian Baitul Maal yang sekarang, khususnya di
Indonesia menjadi menyempit. Baitul Maal tidak lagi menjalankan tugas luas
yang dahulunya dilakukan oleh pemerintah atau negara sebagaimana masa
kekhalifahan di atas. BMT lebih diartikan sebagai lembaga sosial untuk
menyalurkan zakat, infaq, shadaqah atau sebagai lembaga amil saja, dengan
pelaksananya bukan hanya pemerintah, melainkan swasta juga dapat
melakukannya. Pelaksana Baitul Maal oleh pemerintah kita kenal dengan
nama BAZIS, didorong oleh pertemuan sebelas tokoh ulama nasional yang
berkumpul di Jakarta pada 24 september 1968, untuk membahas beberapa
persoalan umat, khususnya pelaksanaan zakat di Indonesia. Hal tersebut
selanjutnya ditanggapi positif oleh Presiden dengan memberikan seruan dan
edaran kepada para pejabat dan instansi terkait untuk menyebarluaskan dan
membantu terlaksananya pengumpulan zakat secara nasional. Tercatat bahwa
secara resmi, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ali Sadikin mengeluarkan
Surat Keputusan No. Cb. 14/8/18/68 tertanggal 05 Desember 1968 tentang
pembentukan Badan Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah
DKI Jakarta.
2. Perkembangan BMT
Didorong oleh kesadaran akan perlunya perbaikan ekonomi umat,
dirasakan keberadaan Baitul Maal (BM) perlu diperluas fungsinya tidak
hanya sebagai lembaga sosial yang hanya menyalurkan dana-dana zakat,
infaq, dan shadaqah, namun juga dana yang dapat ditumbuh-kembangkan
43
sebagai modal umat untuk melakukan kegiatan usaha sehingga mampu
meningkatkan kondisi ekonomi umat.
Dimulai tahun 1984 dikembangkan oleh aktivis Masjid Salman di ITB
Bandung yang mendirikan Koperasi Teknosa yang mencoba menggulirkan
lembaga pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil.dipilihnya badan
hukum koperasi tampaknya sebagai pilihan yang dianggap paling tepat untuk
memenuhi aspek legalitasnya, sementara secara generik umat lebih
menyebutnya sebagai Baitul Tamwil (BT) Teknosa.
Tahun 1988 menyusul muncul Koperasi Ridho Gusti, dan pada tahun
1992 muncul lembaga yang menggabung nama Baitul Maal dan Tamwil,
dengan BMT Insan Kamil. Mulai pada masa inilah secara sadar umat lebih
familiar dan mengenal BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang
memberikan layanan keuangan umat baik untuk sosial maupun layanan
komersial.
Perkembangan selanjutnya adalah dirasakan dan timbulnya “ekses
negatif” ketika fungsi dan kegiatan sosial bergabung dengan komersial/niaga
dalam satu manajemen yang sering kali membuat tidak fokusnya manajemen
BMT dengan dua bidang. Oleh karena itu BMT mulai konsentrasi pada
kegiatan bisnis, namun tetap melakukan kegiatan sosial dengan pemisahan
manajemen secara tegas. Kebijakan ini berpengaruh positif pada pertumbuhan
dan perkembangan BMT di Indonesia.
Kemunculan lembaga Baitul Maal wa Tamwil, yang melakukan
kegiatannya berdasar prinsip-prinsip syariah dirasakan betul bagi umat dapat
44
memenuhi kebutuhan, tidak saja karena sistemnya yang syar’i, namun juga
karena fungsi manfaat sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, kemudian
bermunculan lembaga-lembaga keuangan mikro syariah dengan nama generik
BMT yang banyak dimotori oleh aktivis, jamaah masjid, dan organisasi
kemasyarakatan seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, PERSIS, dan
sebagainya, serta umat lain secara perorangan atau kelompok.
Sampai dengan tahun 1993, kegiatan operasional BMT-BMT di
Indonesia masih beragam, baik dari sisi produk, akad, maupun sistem
operasionalnya. Situasi perekonomian Indonesia yang krisis pada tahun 1991,
melatarbelakangi kebijakan pemerintah yang dikenal dengan “Tight Money
Policy”, yang disusul dengan kebijakan perbankan dengan mempermudah
pendirian bank-bank. kebijakan ini mendorong umat untuk mendirikan bank
syariah, khususnya skala mikro atau Bank Perkreditan Rakyat. Namun
kenyataannya umat banyak menghadapi kendala untuk mendirikan BPR,
terutama dari segi SDM dan modal dasar. Oleh karena itu umat banyak
mengalihkan pilihannya dengan mendirikan BMT. Diawali dengan BMT
BINAMA di Semarang, BMT TAMZIZ di Wonosobo, BMT BUS di Lasem,
BMT Beringharjo di Yogyakarta, dan disusul oleh umat-umat diseluruh
Indonesia termotivasi oleh “ghirah” semangat tinggi mendirikan BMT.
Gerakan nasional BMT tahun 1995 (yang dimotori oleh PINBUK) tampaknya
mempunyai peran yang cukup penting dalam hal ini. Pada masa inilah BMT
yang kita kenal beroperasi di Indonesia mendasarkan kegiatan operasionalnya
sebagai sebuah lembaga keuangan dengan prinsip sistem perbankan syariah,
45
yang kemudian diadopsi dan dilegalkan oleh pemerintah melalui Departemen
Koperasi dan UKMK sebagai departemen terkait dengan Keputusan Menteri
Koperasi dan UMKM No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004.
Masa menjamur-tumbuh dan berkembangnya BMT ini, semakin
meneguhkan dan mendirikan keyakinan umat bahwa BMT adalah lembaga
umat yang tepat untuk menjawab masalah-masalah ekonomi umat. Beberapa
BMT mulai tumbuh kesadarannya untuk memperkuat barisan sebagai
lembaga keuangan syariah yang dituntut untuk profesional. Dari beberapa
BMT yang tergabung dari komunitasnya membentuk semacam lembaga
“APEX” sebagai paying BMT. Diawali dengan Dompet Dhuafa Republika,
ICMI, INKOPSYAH, P3UK adalah lembaga-lembaga yang menempatkan
diri sebagai APEX yang mewadahi BMT-BMT di bawah jejaringnya.
Dengan dukungan lembaga APEX ini pula muncul kesadaran kritis
para civitas BMT untuk memperkuat BMT dan mengatisipasi risk prediction
(perkiraan risiko), yang dapat terjadi sebagai lembaga keuangan umat dengan
mendirikan bisnis unit yang diharapkan dapat berperan tidak saja dalam
rangka mengoptimalisasikan perolehan keuntungan BMT, namun juga
sebagai lembaga jangkar bahkan sebagai Bank Indonesia-nya seluruh BMT.27
D. Disiplin Kerja
1. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja adalah alat yang digunakan para manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
27 Abdul Ghafar Ismail, BMT;Praktik dan Kasus, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 3-6.
46
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma
sosial yang berlaku. Disiplin karyawan memerlukan alat komunikasi,
terutama pada peringatan yang bersifat spesifik terhadap karyawan yang tidak
mau berubah sifat dan perilakunya. Penegakan disiplin kerja biasanya
dilakukan oleh penyelia. Sedangkan kesadaran adalah sikap seseorang yang
sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung
jawabnya.
2. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja
Terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja yaitu:
a. Disiplin Retributif, yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah.
b. Disiplin Korektif, yaitu berusaha membantu karyawan mengoreksi
perilakunya yang tidak tepat.
c. Perspektif hak-hak individu, yaitu melindungi hak-hak dasar individu
selama tindakan-tindakan disipliner.
d. Perspektif Utilitarian, yaitu berfokus kepada penggunaan disiplin hanya
pada saat konsekuensi-konsekuensi.
Tabel 2.1 Perspektif Disiplin Karyawan
Perspektif Definisi Tujuan Karyawan
Retributif Para pengambil keputusan
mendisiplinkan dengan suatu cara
yang proporsional terhadap sasaran.
Dengan tidak melakukan tindakan
seperti itu akan dianggap tidak adil
oleh orang-orang yang bertindak
Menghukum si perlanggar.
47
secara tidak tepat.
Korektif Pelanggaran-pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan harus
diperlakukan sebagai masalah-
masalah yang dikoreksi dari pada
perlanggaran-pelanggaran yang
mesti dihukum. Hukuman akan
lunak sebagai pelanggar menunjukan
kemauan untuk mengubah
perilakunya.
Membantu karyawan
mengoreksi perilaku yang
tidak dapat diterima sehingga
dia dapat terus dikaryakan
oleh perusahaan.
Hak-hak
individual
Disiplin hanya tepat jika terdapat
alasan yang adil untuk menjatuhkan
hukuman. Hak-hak karyawan lebih
diutamakan dari pada tindakan
disiplin.
Melindungi hak-hak
individu.
Utilitarian Tingkat tindakan disiplin diambil
tergantung pada bagaimana disiplin
itu akan mempengaruhi produktifitas
dan profitabilitas. Biaya penggantian
karyawan dan konsekuensi-
konsekuensi memperkenankan
perilaku yang tidak wajar perlu
dipertimbangkan. Karena biaya
penggantian karyawan kian
melambung, maka kerasnya disiplin
hendaknya semakin menurun.
Karena konsekuensi membiarkan
perilaku yang tidak terpuji terus
meningkat, maka demikian pula
kerasnya hukum.
Memastikan bahwa faedah-
faedah tindakan disiplin
melebihi konsekuensi-
konsekuensi negatifnya.
3. Pendekatan Disiplin Kerja
Terdapat tiga konsep dalam pelaksanaan tindakan disipliner, yaitu:
aturan tungku panas (hot stove rule), tindakan disiplin progresif, dan tindakan
disiplin positif. Pendekatan-pendekatan aturan tungku panas dan tindakan
disiplin progresif terfokus pada perilaku masa lalu. Sedangkan tindakan
disiplin positif berorientasi kemasa yang akan datang dalam bekerja sama
48
dengan para karyawan untuk memecahkan masalah-masalah sehingga
masalah itu tidak timbul lagi.
a. Aturan Tungku Panas
Aturan tungku panas atau hot stove rules merupakan prinsip-prinsip yang
digunakan dalam mendisiplinkan karyawan secara efektif. Prinsip-prinsip
tersebut meliputi: immadiate, advance warning, consistent, dan
impersonal nature.
1) Immadiate : semakin segera penerapan disiplin
diterapkan untuk pelanggaran, semakin efektif daripada ditunda.
2) Advance warning : semakin jelas peringatan akan hukuman
yang diberikan kepada para pelaku pelanggaran, semakin efektif.
Setiap orang atau karywan telah mengetahui sankinya jika
melanggar aturan yang telah disepakati.
3) Consistency : Perlakuan yang fair membutuhkan
konsisten terhadap pelanggaran disiplin. Setiap karyawan yang
melakukan pelanggaran yang sama akan mendapatkan ganjaran yang
sama. Artinya tidak ada perbedaan antara pegawai kelas bawah
dengan pegawai kelas menengah.
4) Impersonal nature : hukuman yang diberikan hanya atas dasar
apa yang dilakukan, bukan karena personalnya.
b. Tindakan Disiplin Progresif
Tindakan disiplin progresif dimaksudkan untuk memastikan bahwa
terdapat hukuman minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran.
49
Tujuan tindakan ini adalah membentuk program disiplin yang
berkembang mulai dari hukuman yang ringan hingga yang sangat keras.
Penggunaan tindakan ini meliputi serangkaian pertanyaan mengenai
kerasnya pelanggaran. Manajer hendaknya mengajukan pertanyaan-
pertanyaan ini secara beruruan untuk menentukan tindakan.
Gambar 2.1 Serangkaian Pertanyaan Disiplin Progresif
c. Tindakan Disiplin Positif
Tindakan disinpliner positif dimaksudkan untuk mendorong para
karyawan memantau perilaku-perilaku mereka sendiri dan memikul
tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan
mereka. Tindakan disiplin positif serupa dengan disiplin progresif dalam
hal bahwa tindakan ini juga menggunakan serentetan langkah terakhir
50
yaitu pemecatan. Disiplin positif mengganti hukuman yang digunakan
dalam disiplin progresif dengan sesi-sesi konseling antara karyawan dan
penyelia. Penyelia memakai keahlian-keahlian konselingnya untuk
memotivasi para karyawan supaya berubah.
4. Sanksi Pelanggaran Kerja
Pelanggaran kerja adalah setiap ucapan, tulisan, dan perbuatan
seorang pegawai yang melanggar peraturan disiplin yang telah diatur oleh
pimpinan organisasi. Sedangkan sanksi pelanggaran kerja adalah hukuman
disiplin yang dijatuhkan pimpinan organisasi kepada pegawai yang
melanggar peraturan disiplin yang telah diatur pimpinan organisasi. Ada
beberapa tingkat dan jenis sanksi pelanggaran kerja yang umumnya berlaku
dalam suatu organisasi yaitu:
a. Sanksi pelanggaran ringan meliputi:
1) Teguran lisan;
2) Teguran tertulis;
3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. Sanksi pelanggaran sedang meliputi:
1) Penundaan kenaikan gaji;
2) Penurunan gaji;
3) Penundaan kenaikan pangkat/jabatan.
c. Sanksi pelanggaran berat meliputi:
1) Penurunan jabatan;
2) Pembebasan dari jabatan;
51
3) Pemberhentian;
4) Pemecatan.
E. Penempatan dan Pemberhentian28
1. Penempatan
Penempatan karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada
posisi kerja tertentu, hal ini terjadi khusus pada karyawan baru. Kepada
karyawan lama yang telah menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk
sasaran fungsi penempatan karyawan dalam arti mempertahankan pada
posisinya atau memindahkan pada posisi yang lain.
Penempatan staffing terdiri dua cara. Pertama, karyawan baru dari
luar perusahaan. Kedua, penugasan di tempat yang baru bagi karyawan lama
yang disebut implacement atau penempatan internal. Sempat terjadi
penempatan internal tanpa adanya orientasi, karena karyawan lama dianggap
telah mengetahui segala sesuatu tentang perusahaan. Namun sayangnya
anggapan tersebut hanya setengah benar. Karyawan yang berpengalaman
memang sudah mengetahui perusahaan dengan baik, tetapi ia tidak
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya
yang baru. Mendapatkan pekerjaan baru dalam satu departemen memerlukan
sedikit orientasi. Perpindahan antar departemen membutuhkan orientasi yang
lebih lengkap. Penempatan internal hanya memerlukan orientasi tentang
pekerjaan barunya, sedangkan orientasi tingkat pertama diabaikan.
28
Veithzal Rivai dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia; Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 147.
52
Penempatan adalah penugasan atau penugasan kembali seorang
karyawan kepada pekejaan barunya. Keputusan penempatan lebih banyak
dibuat oleh manajer lini, biasanya supervisor seorang karyawan dengan
berkonsultasi menentukan penempatan karyawan di masa datang. Peranan
departemen adalah memberi nasihat kepada manajer lini tentang kebijakan
perusahaan dan memberikan konseling kapada para karyawan.
Dalam alur ini, terdapat tiga jenis penting dari penempatan, yaitu
promosi, transfer, dan demosi. Setiap keputusan harus diiringi oleh orientasi
dan tindak lanjut, apapun penyebabnya seperti perampingan, merjer, atau
perubahan internal lainnya. Berikut ini dijelaskan tiga jenis penempatan,
diantaranya:
a. Promosi
Promosi terjadi apabila seorang karyawan dipindahkan dari
pekerjaan ke pekerjaan lain yang lebih tinggi bayaran, tanggung jawab,
dan atau level.
b. Transfer dan Demosi
Transfer dan demosi adalah dua kegiatan utama penempatan
karyawan lainnya yang ada pada perusahaan. Transfer terjadi jika
seorang karyawan dipindahkan dari tugas ke bidang tugas lainnya yang
tingkatannya hampir sama baik tingkat gaji, tanggung jawab, maupun
tingkat strukturalnya. Demosi terjadi jika seorang karyawan dipindahkan
dari posisi ke posisi lainnya yang lebih rendah tingkatannya, baik tingkat
gaji, tanggung jawab, maupun tingkat strukturalnya.
53
Selain dari tiga penempatan diatas, adapun beberapa masalah yang
terjadi dalam penempatan. Terdapat tiga hal yang mendasari keputusan bagi
SDM, yaitu efektifitas, tuntutan hukum, dan prevensi PHK.
a. Evektifitas
Evektifitas penempatan harus mampu meminimalisasi
kemungkinan terjadinya kekacauan bagi karyawan dan perusahaan.
Untuk mengurangi kekacauan, keputusan promosi dan transfer harus
dibuat sesuai dengan langkah-langkah seleksi seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Demosi juga harus dicatat dan mengikuti aturan
disipliner. Ketika penempatan ditetapkan, karyawan baru harus
mendapatkan pengenalan untuk mengurangi kecemasan dan
mempercepat sosialisasi dan proses belajar.
b. Tuntutan Hukum
Selama ini hubungan kerja yang tidak didasarkan pada kontrak
resmi tertulis disebut hubungan kerja sukarela dan dilanjutkan dengan
persetujuan. Kedua pihak harus memberitahukan apabila hubungan itu
berakhir. Hak perusahaan untuk memberhentikan pekerja setiap saat
tanpa adanya sebab menjadi dikenal sebagai doktrin pemberi kerja.
Doktrin ini menyebutkan bahwa seorang pekerja dapat dipecat dengan
alasan apapun termasuk tanpa alasan. Selama ini pula, pemerintah dan
hukum telah membatasi hak ini, hakim hendaknya mempelajari dengan
cermat buku pedoman pekerja, janji manajemen dan sumber-sumber lain
untuk mencari kontak kerja.
54
c. Pencegahan Separasi (PHK)
Salah satu bidang kreatif MSDM adalah upaya pencegahan
separasi. Ketika departemen SDM dapat mencegah perusahaan
kehilangan SDM yang bernilai, maka uang yang ditanam dalam
rekrutmen, seleksi, orientasi, dan pelatihan tidak hilang. Uang juga dapat
dihemat dengan mengurangi keperluan penyebaran pekerja yang tersisa.
Meskipun jumlah minimum dari attrisi menjamin suatu arus
karyawan baru kedalam suatu perusahaan dan kesempatan promosi untuk
hal itu sudah ada, tiap-tiap karyawan yang diberhentikan mengalami
kerugian investasi. Melalui pendekatan proaktif, pengurangan keryawan
melalui mengunduran diri secara sukarela, kematian, layoff dan terminasi
dapar dikurangi.
F. Konflik Kerja29
Konflik dalam perusahaan terjadi dalam berbagai bentuk dan corak, yang
merintangi hubungan individu dengan kelompok ataupun kelompok yang lebih
besar. Berhadapan dengan orang-orang yang mempunyai pandangan yang berbeda
sering berpotensi terjadinya gesekan, sakit hati dan lain-lain. Sebagai individu
sering terjebak dalam kancah konflik yang berkepanjangan, terutama antara
karyawan yang karena tugas selalu berhubungan satu sama lain. Meskipin
ketergantungan dan interaksi antar individu dalam melaksanakan tugas merupakan
suatu hal yang lumrah dalam suatu perusahaan.
29
Veithzal Rivai dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia; Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 717.
55
1. Pengertian Konflik Kerja
Konflik kerja adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-
anggota atau kelompok (dalam suatu organisasi/perusahaan) yang harus
membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan dan atau karena
kenyataan bahwa mereka memiliki perbedaan status, tujuan, nilai, atau
persepsi. Pengertian ini mencakup rentang yang luas dari konflik yang
dialami orang dalam perusahaan, ketidakcocockan tujuan, perbedaan
penafsifan fakta, ketidaksepakatan yang didasarkan pada pengharapan
perilaku, dan lain-lain.
2. Penyebab Timbulnya Konflik Kerja
Konflik dalam perusahaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti adanya saling ketergantungan, perbedaan tujuan dan prioritas, faktor
birokrasi (line-staff), kriteria penilaian prestasi yang tidak tepat, dan
persaingan atas sumber daya yang langka.
a. Saling Ketergantungan Tugas
Ketergantungan tugas terjadi jika dua atau lebih kelompok
tergantung satu sama lainnya dalam menyelesaikan tugasnya. Potensi
meningkatnya konflik tergantung pada sejauh mana kadar dari saling
ketergantungan tersebut. Ada tiga jenis ketergantungan yang
diidentifikasi, yaitu:
1) Ketergantungan yang dikelompokkan
Ketergantungan yang dikelompokkan terjadi jika masing-
masing kelompok dalam melakukan aktivitasnya tidak tergantung
56
antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi prestasi
yang dikelompokkan akan menentukan prestasi organisasi secara
keseluruhan. Potensi timbulnya konflik dengan adanya
ketergantungan yang dikelompokan relatif rendah.
2) Ketergantungan berurutan
Ketergantungan berurutan terjadi jika suatu kelompok baru
dapat memulai tugasnya jika kelompok lainnya telah menyelesaikan
tugasnya.
3) Ketergantungan timbal balik
Ketergantungan timbal balik terjadi jika prestasi kelompok
saling tergantung antara kelompok yang satu dengan kelompok yang
lainnya. Saling ketergantungan timbal-balik terjadi pada berbagai
organisasi, seperti berbagai unit dalam lembaga rumah sakit, semua
terganutung pada keahlian satu sama lain dalam menyembuhkan
pasien.
b. Perbedaan Tujuan dan Prioritas
Perbedaan orientasi dari masing-masing subunit atau kelompok
mempengaruhi cara dari masing-masing subunit atau kelompok tersebut
dalam mengejar tujuannya, dan sering kali tujuan dari masing-masing
subunit atau kelompok tersebut saling bertentangan.
c. Faktor Birokratik (Lini-Staff)
Di beberapa organisasi atau perusahaan orang-orang yang berada
dalam fungsi lini menganggap dirinya sebagai sumber organisasi yang
57
menentukan dan orang-orang yang berada dalam fungsi staff sebagai
pemain kedua dan tidak dapat mengambil keputusan.
d. Sikap Menang Kalah
Jika dua kelompok berinteraksi dalam persaingan kalah menang,
maka dengan mudah bisa dipahami mengapa konflik itu terjadi. Dalam
kondisi seperti itu maka ada kelompok yang menang dan ada kelompok
yang kalah. Ada beberapa kondisi yang memungkinkan terjadinya sikap
menang kalah, diantaranya:
1) Jika satu kelompok hanya mengejar kepentingannya saja;
2) Jika kelompok tertentu mencoba untuk meningkatkan kekuasaan
posisinya;
3) Jika kelompok tertentu menggunakan ancaman untuk mencapai
tujuannya;
4) Jika kelompok tertentu selalu berusaha untuk mengeksploitasi
kelompok lainnya;
5) Jika kelompok tertentu berusaha mengisolasi kelompok lainnya.
3. Metode Penyelesaian Konflik
Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu
dominasi atau pendekatan, kompromi, dan pemecahan masalah integrative.
a. Dominasi atau Penekanan
Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1) Kekerasan (Forcing) yang bersifat penekanan otokratik;
58
2) Penenangan (smoothing), merupakan cara yang lebih bersifat
diplomatis;
3) Penghindaran (avoidance), di mana manajer menghindar untuk
mengambil posisi yang tegas;
4) Aturan mayoritas (mayority rule), mencoba untuk menyelesaikan
konflik antar kelompok dengan melakukan pemungutan suara
melalui prosedur yang adil.
b. Kompromi
Manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui jalan tengah yang
dapat diterima oleh pihak yang bertikai. Bentuk-bentuk kompromi
diantaranya:
1) Pemisahan (separation), di mana pihak-pihak yang sedang bertikai
dipisahkan sampai mereka mendapat persetujuan;
2) Arbitrase, dimana pihak ketiga (manajer atau lainnya) memberikan
pendapat;
3) Kembali ke peraturan-peraturan yang berlaku, di mana konflik
dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan
menyetujui bahwa peraturan-peraturan yang memutuskan
penyelesaian konflik.
4) Salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk
tercapainya penyelesaian konflik.
c. Pemecahan Masalah Integratif
59
Dalam hal ini manajer perlu mendorong bawahannya bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama, melakukan pertukaran gagasan secara
bebas dan menekankan usaha-usaha pencarian penyelesaian optimum
agar tercapai penyelesaian integratif. Ada tiga macam penyelesaian
integratif, yaitu:
1) Konsensus; kedua belah pihak bertemu bersama untuk mencari
penyelesaian terbaik masalah mereka dan bukan mencari
kemenangan satu pihak.
2) Konfrontasi; Kedua belah pihak menyatakan pendapatnya secara
langsung satu sama lain, dan dengan kepemimpinan yang terampil
serta keadilan untuk menerima penyelesaian, suatu penyelesaian
konflik yang rasional sering dapat ditemukan.
3) Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi; dapat juga menjadi
metode penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui bersama.
Bila dengan metode-metode tersebut seorang manajer tidak mampu
mengatasi sendiri konflik yang sedang timbul, maka manajer bisa menggunakan
tenaga eksternal sebagai penengah atau mediator. Hal ini karena manajemen tidak
selamanya dapat menggunakan kekuasaan untuk memaksakan atau mengatasi
konflik yang ada.
60
G. Pelatihan Sumber Daya Manusia30
Pelatihan merupakan wahana untuk membangun SDM menuju era
globalisasi yang penuh dengan tantangan. Karena itu, kegiatan pelatihan tidak
dapat diabaikan begitu saja terutama dalam memasuki era persaingan yang
semakin berat, ketat, tajam pada abad milenuim. Berkaitan dengan hal tersebut
kita menyadari bahwa pelatihan merupakan fundamental bagi karyawan.
a. Pengertian Pelatihan
Pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan
yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih
mengutamakan praktik dari pada teori. Pelatihan sangat penting bagi
karyawan baru maupun karyawan yang sudah lama. Pelatihan secara singkat
didefisinikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan
kinerja di masa mendatang.
H. Keragaman Budaya di Perusahaan (Management Culture)
Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk dengan latar
belakang budaya dan adat yang beragam. Berdasarkan tipologi yang ada dalam
Antropologi dan Sosiologi mengenai berbagai macam corak ragam masyarakat,
masyarakat Indonesia yang mempunyai semboyan Bhineka Tungggal Ika itu dapat
digolongkan sebagai masyarakat yang majemuk. Kemajemukan masyarakat
30
Veithzal Rivai dkk, Manajemen Sumber Daya Manusia; Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 163.
61
Indonesia meliputi agama, suku bangsa, bahasa daerah, adat-istiadat, dan
kebudayaan.31
Selain perbedaan budaya yang dimiliki dari masing-masing adat, manusia
juga memiliki budaya pada dirinya sendiri, yang dapat mempengaruhi cara
mereka bekerja. Apabila di dalam satu organisasi terdapat beberapa anggota
dengan budaya yang berbeda-beda, hal itu tentu dapat mempengaruhi cara bekerja
cara bekerja dari satu organisasi tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Halord
Andrew Patrick dan Vincent Raj Kumar bahwa keragaman budaya tidak hanya
menentukan efek dari keragaman dalam sebuah organisasi, tetapi juga tingkat
keterbukaan, perbedaan karakteristik antara anggota organisasi, kelompok kerja,
dan budaya.32
Sedangkan menurut Choi Sungjoo dan Hal G. Rainey, perbedaan
ditempat kerja merupakan masalah dari beberapa organisasi.33
I. Ilmu Politik
1. Definisi Ilmu Politik
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-
macam adalah kegiatan suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut
proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakannya.
Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem
politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan
skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.
31 Wilodati, Unity and National Harmony dalam Bhineka Tunggal Ika, Jurnal Sekretariat
Negara RI, (2010), h. 150. 32 Harold Andrew Patrick & Vincent Raj Kumar, Managing Workplace Diversity, Sage
Journals, (2012), h. 3. 33 Choi SungJoo & Rainey, Managing Diversity in U.S. Federal Agencies: Effect of
Diversity and Diversity Management on Employee Perceptions of Organization Performance,
Wiley Online Libraly Journal, (2010), h. 109.
62
Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan umum yang menyangkut peraturan dan
pembagian atau alokasi dari sumber-sumber dan sumber daya yang ada.
Untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu, perlu dimiliki
kekuasaan (power) dan kewenangan (authority), yang akan menyelesaikan
konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. cara-cara yang dipakainya
dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan
(coercion). Tanpa unsur paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan
perumusan keinginan belaka.
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat, dan
bukan tujuan pribadi seseorang. Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang
kita jumpai disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya satu aspek
atau unsur dari politik saja. Unsur itu diperlakukannya sebagai konsep pokok,
yang dipakainya untuk mendorong unsur lainnya.34
Dari uraian di atas
teranglah bahwa konsep-konsep pokok itu adalah:
a. Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah membuat pilihan di antara beberapa alternatif,
sedangkan istilah pengambilan keputusan menunjuk pada proses yang
terjadi sampai keputusan itu tercapai. Joyce Mitchell dalam bukunya
Political Analysis and Public Policy mengatakan politik adalah
pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum
34
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 8.
63
untuk masyarakat seluruhnya (Politics is collective decision making or
the making of public policies for entire society) .35
b. Negara
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
Robert F. Soltau dalam Introduction to Politics mendefinisikan bahwa
ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan negara, dan
lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu; hubungan
antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain.36
Sedangkan menurut J. Barent dalam Ilmu Politika mendefinisikan Ilmu
Politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara yang merupakan
bagian dari masyarakat; ilmu politik mempelajari negara-negara itu
melakukan tugas-tugasnya.37
c. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau atau suatu kelompok
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku. Deliar Noer dalam Pengantar ke
Pemikiran Politik mengatakan ilmu politik memusatkan perhatian pada
masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.38
35 Joyce Mitchell, Political Analysis and Public Policy; an Introduction to Political
Science, (Chicago: Rand Mc. Nally, 1969), h. 4. 36 Roger F. Saltau, An Introduction to Politics, (London: Longmans, 1961), h. 4. 37 J. Barent, Ilmu Politika; Suatu Perkenalan Lapangan, terjemahan L.M. Sitorus,
(Jakarta: PT. Pembangunan, 1965), h. 23. 38 Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Medan: Dwipa, 1965), h. 56.
64
J. Laporan dan Rasio Keuangan39
1. Pengertian Laporan Keuangan
Dalam praktiknya laporan keuangan tidak dibuat secara serampangan,
tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini
perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti.
Laporan keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi manajemen
dan pemilik perusahaan. Di samping itu, banyak pihak yang memerlukan dan
berkepentingan terhadap laporan keuangan yang diberikan berusahaan,
seperti pemerintah, kreditur, investor, maupun para supplier.
Bagi suatu perusahaan, penyajian laporan keuangan secara khusus
merupakan salah satu tanggung jawab manajer keuangan. Hal ini sesuai
dengan fungsi manajer keuangan, yaitu:
a. Merencanakan;
b. Mencari;
c. Memanfaatkan dana-dana perusahaan;
d. Memaksimalkan nilai perusahaan.
Dengan kata lain, tugas seorang manajer keuangan adalah mencari
dana dari berbagi sumber dan membuat keputusan tentang sumber dana yang
harus dipilih. Di samping itu, manajer keuangan juga harus mampu
mengalokasikan atau menggunakan dana secara tepat dan benar.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pencapaian tujuan manajer
keuangan dalam hal memaksimalkan nilai perusahaan. Tercapai tidaknya
39 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 66.
65
tujuan ini dapat dilihat dan diukur dari harga saham perusahaan yang
bersangkutan. Dalam hal laporan keuangan, sudah merupakan kewajiban
setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya
pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis
sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian
leporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan
perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang
ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.
Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan
yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam
suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukan kondisi
perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan
terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk
neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan
keuangan dibuat per-periode, misalnya tiga bulan atau enam bulan untuk
kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas
dilakukan satu tahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan keuangan,
dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan
keuangan tersebut.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah
pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terhadap beberapa tujuan
yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen
66
perusahaan. Di samping itu tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi
kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perushaan.
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan
informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada
periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak
sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya laporan
keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan
luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini
beberapa tujuan pembuatan laporan keuangan yaitu:
a. Memberikan informasi terntang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini;
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimiliki perusahaan pada saat ini;
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu;
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;
e. Memerikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan;
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode;
g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
67
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan perusahaan, akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian,
laporan keuangan perusahaan tidak hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi
juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat
ini. caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai
rasio keuangan yang lazim dilakukan.
3. Sifat Laporan Keuangan
Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan harus
dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku, demikian pula dalam hal
penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada sifat laporan keuangan itu
sendiri. Dalam praktiknya sifat laporan keuangan dibuat:
a. Bersifat historis; dan
b. Menyeluruh.
Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun
dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dan masa sekarang. Misalkan
laporan keuangan disusun berdasarkan data satu atau dua atau beberapa tahun
kebelakang. Kemudian bersifat menyeluruh, maksudnya laporan keuangan
dibuat selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disususn sesuai standar
yang telah ditetapkan. Pembuatan atau penyusunan yang hanya sebagian-
sebagian (tidak lengkap) tidak akan memberikan informasi yang lengkap
tentang keuangan suatu perusahaan.
4. Pengertian Rasio Keuangan
68
Rasio keuangan menurut James C. Van Horne merupakan indeks yang
menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan
terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis-jenis
rasio keuangan diantaranya:
a. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dan dari penjualan dan pendapatan
investasi.
Rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran
dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi.
1) Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan
maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
a) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode tertentu;
b) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang;
69
c) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
d) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri;
e) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri;
f) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan
yang digunakan baik modal sendiri.
K. Inflasi40
1. Pengertian Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push
inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi
inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh
depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara
partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah
(administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam
dan terganggunya distribusi. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation
adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya.
Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang
melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih
besar dari pada kapasitas perekonomian.
Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi
40 (www.bi.go.id), Diakses pada 07 Desember 2017.
70
dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah
lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari
perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada
saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan
penentuan Upah Minimum Regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang
secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan
permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan
meningkat lebih tinggi dari komdisi supply-demand tersebut. Demikian
halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga
barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam
mendorong peningkatan permintaan.
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang
saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat
inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke
waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK
dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan
harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
71
2. Indikator Inflasi Berdasarkan International Best Practice
a. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari
suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara
penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar
berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.
b. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran
level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam
suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB
atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
3. Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam
7 (tujuh) kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual
consumption by purpose - COICOP), yaitu :
a. Kelompok Bahan Makanan;
b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau;
c. Kelompok Perumahan;
d. Kelompok Sandang;
e. Kelompok Kesehatan;
f. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga;
g. Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Disamping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat
ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya
yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan
72
untuk menghasilkan suatu indikator inflasi yang lebih menggambarkan
pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental. Di Indonesia, disagregasi
inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:
a. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau
persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan
dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
1) Interaksi permintaan-penawaran;
2) Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional,
inflasi mitra dagang;
3) Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.
b. Inflasi non-Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi
volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.
Komponen inflasi non-inti terdiri dari :
1) Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food): Inflasi yang dominan
dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan
seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas
pangan internasional.
2) Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered
Prices): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan)
berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi,
tarif listrik, tarif angkutan, dll.
73
L. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Matriks SPACE
Kerangka pemikiran ini dirumuskan dalam rangka memberikan gambaran
mengenai alur penelitian yang lebih sistematis, lebih dinamis, dan terstruktur
dengan melakukan penelitian yang kepustakaan (library research). Melakukan
Kondisi Internal
dan Eksternal
Berubah
Menentukan
Strategi yang
Baru & Tepat
Menentukan
Posisi
Strategis
Posisi
Strategis
Internal
Posisi
Strategis
Eksternal
Kekuatan
Finansial
Keunggulan
Kompetitif
Stabilitas
Lingkungan
Keunggulan
Industri
Pembobotan atau Penilaian
Diolah Dalam Matriks SPACE
Defensif
Agresif
Kompetitif
Konservatif
Hasil
Strategi
74
kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan finansial, keunggulan
kompetitif, stabilitas lingkungan, dan keunggulan industri yang nantinya akan
diolah menggunakan Matriks SPACE (Strategic Position and Action Evaluation)
guna mengetahui tendensi startegi perusahaan, apakah strategi akan bergerak
kearah agresif, konservatif, kompetitif, atau defensif.
75
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT MEKAR DA’WAH41
A. Sejarah BMT Mekar Da’wah
Ide berawal pengembangan ekonomi umat dengan berbasis syariah islam
dengan berbentuk lembaga keuangan mikro atau Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
Sebelum nama BMT Mekar Da‟wah ada, BMT menggunakan nama Taruna
Qur‟an yang mulai beroperasi awal november 2003 dengan nama BMT Mekar
Da‟wah, yang manajemennya diatur oleh BMT Taruna Qur‟an yang berada di
Yogyakarta.
Manajemen BMT Taruna Qur‟an mengalami kendala cukup berat yang
mengakibatkan penanganan BMT Mekar Da‟wah terpisah dari BMT Taruna
Qur‟an Yogyakarta sebagai induk, sehingga akhirnya diambil alih oleh komunitas
peduli syariah yang ada di Jakarta. Pembenahan manajemen itu dilakukan oleh
tim counterpart hingga mengalami perkembangan yang positif sehingga cukup
layak dianggap lembaga keuangan mikro yang berbasis Syariat Islam.
Meskipun kondisi internal dan eksternal BMT Mekar Da‟wah sering
mengalami pasang surut, akhirnya pada tahun 2008 BMT Mekar Da‟wah dapat
membentuk tim kinerja yang solid. Pemulihan yang makin solid terlihat pada
tahun 2009, kinerja BMT baik dari sisi Baitul Tamwil tertata rapi dan dari sisi
Baitul Maal mulai menunjukan peranannya. BMT Mekar Da‟wah di Serpong
makin dipercaya, dan mendapat termpat tersendiri.
41 Profile Company BMT Mekar Da‟wah
76
Fungsi BMT dengan pemberdayaan ekonomi umat dari sosial dan bisnis,
BMT Mekar Da‟wah makin berkembang dengan adanya program-program
kemaslahatan umat, didukung oleh lembaga-lembaga yang bersinergi dengan
BMT, baik dari lembaga keuangan, pendidikan, pemerintah, dan lembaga lainnya.
Keikutsertaan dan kebersamaan lembaga lain didalam kegiatan dan program yang
diadakan BMT Mekar Da‟wah, sesuai motto BMT yaitu “Jujur Bermitra
Profesional Bekerja”.
B. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Mekar Da’wah
1. Visi
Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang handal karena
pelayanan dan kinerja operasional, dalam pengembangan dan pemberdayaan
sumber dayanya hingga berkesinambungan dan selalu berusaha sesuai prinsip
syariah.
2. Misi
a. Meningkatkan taraf hidup dan kemampuan baik sosial maupun ekonomi
masyarakat malalui muamalah sesuai syariah.
b. Meningkatkan kuantitas maupun kualitas pelayanan dan kinerja
operasional dalam ber-muamalah.
c. Membangun kepercayaan dan mengembangkan kerjasama dengan
berbagai pihak, baik wilayah Serpong hingga skala nasional.
77
d. Usaha yang memiliki keunggulan kompetitif, accountable, serta
terpercaya dalam ber-muamalah dan tetap dalam koridor yang sesuai
dengan prinsip syariah.
e. Mewujudkan lembaga yang ideal bagi pengembangan diri dan
pembentukan sumber daya manusia yang selalu tetap konsisten dalam
menerapkan kinerjanya sesuai dengan prinsip syariah.
3. Tujuan
a. Membentuk sumber daya yang berkemampuan, berwawasan dan
profesional di dalam menerapkan muamalah yang sesuai dengan prinsip
syariah.
b. Meningkatkan kualitas maupun kuantitas dalam penerapan usaha demi
kemaslahatan umat.
C. Filosofi, Prinsip, dan Fungsi BMT Mekar Da’wah
1. Filosofi
a. Kepedulian terhadap kondisi yang terjadi baik simpati maupun empati.
b. Membantu/menolong baik materi atau non-materi sesuai kemampuan.
c. Pembinaan dalam hal ruhiah dan jasmaniah dalam ber-muamalah.
d. Pengawasan sumber daya agar tetap sesuai dengan syariah.
e. Pemberdayaan baik ekonomi maupun sosial di dalam penerapan
kinerjanya/ber-muamalah tetap sesuai dengan prinsip syariah.
2. Prinsip
78
a. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT)
dalam melaksanakan segala kegiatan muamalah agar tetap susuai prinsip-
prinsip syariah.
b. Keterpaduan dalam segala yang berhubungan dengan muamalah baik
dari nilai-nilai spiritual, moral, etika, sikap, pengetahuan, dan lainnya.
c. Kekeluargaan, yakni lebih mementingkan kepentingan bersama serta
kebersamaan dalam kesatuan visi, misi, hingga tujuan BMT Mekar
Da‟wah.
d. Kemandirian yang tidak terpengaruh oleh kepentingan pihak tertentu.
e. Profesionalisme dalam bekerja yang selalu dilandasi keimanan dalam
ber-muamalah dan menjadikan sifat Rosulullah Sallallahu’alaihi wa
Sallam (SAW) sebagai tauladan.
f. Istiqomah dalam bekerja dan selalu berusaha sesuai prinsip syariah.
g. Silaturahmi dengan berbagai pihak/jaringan kerja selalu dijaga.
3. Fungsi
a. Fungsi sosial, yakni BMT sebagai institusi da‟wah yang memiliki
kepedulian tinggi hingga kualitas spiritual dan moral meningkat.
b. Fungsi ekonomis, yaitu BMT sebegai perantara manajemen keuangan
berbagai pihak demi kemaslahatan bersama.
c. Fungsi ilmu pengetahuan, yaitu BMT jadi tempat pengembangan sumber
daya insani khususnya dalam ber-muamalah sesuai syariah.
d. Fungsi pengembangan, yaitu BMT sebagai motivator, pengarah, dan juga
pengembang potensi sosial dan ekonomis masyarakat.
79
D. Target, Motto, dan Jargon BMT Mekar Da’wah
1. Target
a. Letak lokasi usaha meliputi: lembaga sosial kemasyarakatan. lembaga
pendidikan, dan lembaga usaha.
b. Pelaku usaha; perorangan, kelompok, serta badan usaha dari mikro
hingga menengah, konsumtif dan lain-lain.
c. Alokasi usaha; produktif dan konsumtif.
d. Sektor usaha; bidang jasa, perdagangan, industri kecil, dan menengah,
konsumtif, dan lain-lain.
e. Bentuk usaha; dana kebajikan, dana talangan/bantuan, kemitraan dan
pemberdayaan.
f. Jangka waktu; jangka pendek, menengah, dan panjang.
g. Wilayah usaha; Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, hingga skala
nasional.
2. Motto dan Jargon
a. Motto:
“Jujur Bermitra Profesional Bekerja”
b. Jargon:
“Mekar Raih Prestasi, Bismillah!!”
E. Legalitas dan Struktur Organisasi BMT Mekar Da’wah
Tabel 3.1 Legalitas BMT Mekar Da’wah
Nama Koperasi Serba Usaha BMT Mekar Da‟wah
Badan Hukum Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Kab. Tangerang, No.
518/7/BH/DISKUK, Terdaftar 26 Februari 2004
Akta Pendirian No. 01/KSU-SMD/II/2004
80
Domisili Usaha No. 503/154-Kec. Serpong/2016
SIUP No.503/001205-BP2T/30-08/PK/XI/2012
TDP Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten
No. 30.08.2.47.00081
NPWP Kantor Pelayanan Pajak Serpong No. 02.629.064.3-
401.000
Alamat Jl. Pos Giro RT. 01/03-Raya Serpong Km. 01 Serpong,
Tangerang Selatan-Banten, Tlp. 021 5315 2779
Gambar 3.1. Struktur Koperasi BMT Mekar Da’wah
Sumber: Arsip BMT Mekar Da’wah
F. Prinsip Bekerja dan Etika Kerja BMT Mekar Da’wah
1. Prinsip Kerja
a. Selalu memegang nilai-nilai aqidah yang sesuai dengan Syariat Islam.
b. Selalu menjadikan Rosulullah Sallallahu’alaihi wa Sallam (SAW)
sebagai suri tauladan dalam bekerja dan berperilaku.
c. Selalu berusaha berlaku jujur dan seimbang atau adil dalam menentukan
suatu keputusan.
81
d. Berlaku transparan di dalam menjaga amanah sesuai Syariat Islam.
e. Utamakan kekompakan tim dalam bekerja.
f. Selalu menerapkan azas kesederhanaan di dalam memberikan solusi dari
masalah yang ada dan tidak melanggar Syariat Islam.
2. Etika Kerja
a. Lebih bayak memberikan azas manfaat bagi kemaslahatan umat.
b. Berusaha memberikan solusi yang mudah dan menyenangkan semua
pihak.
c. Selalu berusaha menempati janji dan menjaga amanah yang diberikan.
d. Segala kegiatan atau aktivitas yang dijalankan harus menambah
pengetahuan yang berguna .
e. Selalu menjaga tali silaturahmi dengan semua pihak.
f. Selalu menjaga nilai-nilai ibadah di dalam tiap bekerja dan sesuai Syariat
Islam.
g. Selalu memiliki rasa kepedulian yang tinggi, baik simpati maupun
empati.
G. Teknologi dan Jaringan Kerja BMT Mekar Da’wah
1. Teknologi
BMT Mekar Da‟wah telah menggunakan sistem komputerisasi, baik
administrasi keuangan, transaksi, maupun pelaporan, telah berbasis teknologi
informasi. Dengan sistem komputerisasi tersebut akan meminimalisir risiko
kesalahan manusia yang berarti menjamin adanya transparansi dan
accountable.
82
2. Jaringan Kerja
BMT Mekar Da‟wah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
komunitas Serpong dan komunitas yang lebih besar yakni Kota Tangerang
Selatan khususnya, bahkan jangkauannya se-Jabodetabek hingga lingkup
nasional umumnya. Komunitas tersebut merupakan salah satu bentuk dari
fungsi BMT sebagai salah satu lembaga pemberdayaan sosial maupun
ekonomi. BMT Mekar Da‟wah diharapkan dapat menjalankan fungsi-
fungsinya secara baik, demi kemaslahatan umat yang sesuai dengan Syariat
Islam.
H. Produk-produk BMT Mekar Da’wah
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Investasi pihak kedua yang bersifat pemberdayaan sosial dan ekonomi.
b. Simpanan pihak ketiga yang bersifat titipan maupun berbagi hasil.
c. Dana bersifat Zakat, Infaq, Shadaqah, dan lainnya.
2. Produk Penyaluran Dana
a. Dana charity atau dana kebajikan.
b. Dana talangan atau pinjaman.
c. Dana bisnis yaitu jual beli (Murabahah)
d. Dana pemberdayaan umat yaitu : Musyarakah dan Mudharabah.
3. Produk Layanan Anggota
Buntuk produk layanan kemudahan dalam membentu pembayaran
untuk tagihan seperti; listrik, telepon, dan bahkan dapat melayani pembelian
pulsa dan transfer antar bank, semua dilakukan secara otomatis atau online.
83
I. Program-program Kerja
1. Program Mekar Bersemi
Membentuk komunitas atau kelompok kerja di sekitar BMT dan
sebagai suatu jaringan kerja yang lebih besar. Hal tersebut sesuai dengan
fungsi BMT Mekar Da‟wah dalam perannya sebagai salah satu bagian
masyarakat yang tidak terlepas dari semua kegiatan yang dilaksanakan BMT
demi kemaslahatan bersama. Bentuk program kepedulian BMT terhadap
lingkungan dan merupakan fungsi sosial BMT.
2. Program Mekar Merekah
Program ini merupakan upaya BMT dalam meningkatkan kemampuan
dari sumber daya insani maupun usaha yang akan menjadi kekuatan yang
sangat dahsyat apabila dikelola dengan baik dan benar dengan muamalah
yang dilandaskan profesionalisme kerja dan didasari ketentuan Syariat Islam.
3. Program Mekar Merona
Program BMT dalam meningkatkan pengetahuan dan penerapan dalm
ber-muamalah sesuai ketentuan-ketentuan yang benar dan tepat, yaitu sesuai
Syariat Islam bagi lingkungan sekitarnya.
4. Program Mekar Mewangi
Program ini merupakan pengejewantahan dari fungsi BMT dalam hal
pemberdayaan sumber daya yang dimilikinya untuk lebih memberikan arti
yang lebih besar bagi lingkungan, baik dari sisi manfaat maupun peranan
BMT sendiri.
84
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Posisi Strategis BMT Mekar Da’wah
1. Posisi Strategis Internal
a. Kekuatan Finansial
1) Rasio Lancar BMT Mekar Da‟wah 2017
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio
lancar dapat juga dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan suatu perusahaan. Adapun rasio lancar pada BMT Mekar
Da‟wah adalah sebegai berikut:
Jadi, rasio lancar BMT Mekar Da‟wah pada tahun 2017 adalah 1,2
kali. Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,2 kali utang lancar.
Rasio Lancar = Aktiva Lancar Utang Lancar
Rasio Lancar = Rp 3.700.594.858,87
Rp 3.312.809.482,97
Rasio Lancar = 1,2 Kali
85
2) Debt to Asset Ratio BMT Mekar Da‟wah 2017
Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Dengan kata lain seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi artinya
pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu untuk menutupi utang.
Berikut adalah debt to asset ratio pada BMT Mekar Da‟wah :
Rasio ini menunjukan bahwa 84% pendanaan yang didapatkan BMT
Mekar Da‟wah dibiayai dengan utang.
3) Potensial Profit BMT Mekar Da‟wah 2016-2017
Dengan melihat laporan keuangan BMT Mekar Da‟wah pada
tahun 2017 maka dapat disimpulkan bahwa BMT Mekar Da‟wah
memiliki laba bersih pada tahun 2016 yaitu, Rp.105.155.852,86, dan
pada tahun 2017 Rp.105.977.867,83. Dengan demikian dapat
Debt Ratio = Total Utang
Total Aset
Debt Ratio = Rp 3.591.795.694,72
Rp 4.294.739.954,86
Debt Ratio = 84%
86
diketahui bahwa kenaikan laba bersih BMT Mekar Da‟wah pada
tahun 2016-2017 0,78% (persen) atau Rp 822.008,97.
b. Keunggulan Kompetitif
1) Kualifikasi Pendidikan dan Penempatan SDM42
No. Nama Lulusan Jurusan Jabatan
1. ISM D3 Perencanaan dan
Monitoring
Pembangunan
Ketua Pengurus
2. AAM S1 Ilmu
Pembangunan
Ekonomi
Sekretaris
3. MMD S1 Peradilan Agama Bendahara
4. IAR S1 Peradilan Agama Manager
5. AF S1 Teknik
Informatika
Manager Marketing
6. NA S1 Akuntansi Kabag Operasional
7. SD SMK Akuntansi Teller
8. CG S1 Teknik
Informatika
Marketing/Collector
2) Disiplin Kerja BMT Mekar Da‟wah Serpong43
a) Saat ini BMT Mekar Da‟wah menggunakan bentuk disiplin
kerja korektif; yaitu dimana penyelia membantu karyawan
mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat.
b) Pendekatan disiplin kerja yang diberlakukan di BMT Mekar
Da‟wah adalah Tindakan Disiplin Positif; dimana tindakan
disipliner positif untuk mendorong para karyawan memantau
perilaku-perilaku mereka sendiri dan memikul tanggung jawab
42 Wawancara dengan Ketua Bagian Operasional BMT Mekar Da‟wah. 43
Hasil kuisioner terbuka dan tertutup dengan Manajer BMT Mekar Da‟wah sebagai
responden.
87
atas konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan mereka.
Tindakan disiplin positif serupa dengan disiplin progresif dalam
hal bahwa tindakan ini juga menggunakan serentetan langkah
terakhir yaitu pemecatan. Disiplin positif mengganti hukuman
yang digunakan dalam disiplin progresif dengan sesi-sesi
konseling antara karyawan dan penyelia. Penyelia memakai
keahlian-keahlian konselingnya untuk memotivasi para
karyawan supaya berubah.
c) Dalam penerapan sanksi pada karyawannya bila melanggar
peraturan, BMT Mekar Da‟wah membaginya ke dalam 4
(empat) tingkatan, yaitu:
(1) Teguran lisan;
(2) Teguran tertulis;
(3) Pemberhentian;
(4) Pemecatan.
3) Metode Penyelesaian Konflik di BMT Mekar Da‟wah44
Metode yang digunakan adalah kompromi, di mana manajer
mencoba menyelesaikan konflik melalui jalan tengah yang dapat
diterima oleh pihak yang bertikai. Bentuk-bentuk kompromi
diantaranya:
a) Pemisahan (separation), di mana pihak-pihak yang sedang
bertikai dipisahkan sampai mereka mendapat persetujuan;
44 Hasil kuisioner terbuka dan tertutup dengan Manajer BMT Mekar Da‟wah sebagai
responden.
88
b) Arbitrase, dimana pihak ketiga (manajer atau lainnya)
memberikan pendapat;
c) Kembali ke peraturan-peraturan yang berlaku, di mana konflik
dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku
dan menyetujui bahwa peraturan-peraturan yang memutuskan
penyelesaian konflik.
d) Salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk
tercapainya penyelesaian konflik.
4) Teknologi Operasional Kerja45
BMT Mekar Da‟wah telah menggunakan sistem
komputerisasi, baik administrasi keuangan, transaksi, maupun
pelaporan, telah berbasis teknologi informasi. Dengan sistem
komputerisasi tersebut akan meminimalisir risiko kesalahan manusia
yang berarti menjamin adanya transparansi dan accountable.
2. Posisi Strategis Eksternal
a. Stabilitas Lingkungan
1) Kondisi Politik
a) Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Braman
Setyo mengungkapkan, bahwa saat ini koperasi sedang
menghadapi tantangan dalam daya saing. Lantaran menurutnya
salah satu faktor yang menghambat daya saing koperasi, yakni
45
Wawancara dengan Ketua Bagian Operasional BMT Mekar Da‟wah.
89
masalah korupsi. Hal tersebut diungkapkan Braman Setyo dalam
acara Kongres Akrindo III dengan tema “Meneguhkan ekonomi
kerakyatan melalui ritel koperasi yang maju dan bermartabat
dalam bingkai NKRI” di Malang, Jawa Timur, Senin
(11/12/2017). Acara ini turut dihadiri Kepala Dinas Koperasi
dan UKM Provinsi Jatim Mas Purnomo Hadi. Menurut Braman,
masalah korupsi menempati urutan utama faktor yang
menghambat daya saing koperasi, selain tiga faktor lainnya
seperti birokrasi yang berbelit, ketersediaan infrastruktur yang
belum memadai dan sulitnya akses pembiayaan baik dari
LPDB, maupun Badan Layanan Umum (BLU) lainnya. Selain
itu, seiring derasnya arus globalisasi mengharuskan koperasi di
Tanah Air meningkatkan kualitas diri, melalui tiga program
Reformasi Total Koperasi yang digalakkan oleh Menteri
Koperasi dan UKM, yaitu rehabilitasi, reorientasi dan
pengembangan.46
b) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi tahun 2018 angka
pertumbuhan kredit akan meningkat, karena pada tahun 2018
merupakan tahun politik di mana hampir semua daerah
merayakan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada).47
46 Anto Kurniawan, Dirut LPDB; Korupsi Jadi Penghambat Utama Daya Saing
Koperasi, (ekbis.sindonews.com), Diakses pada 15 Desember 2017. 47
Harwanto Bimo Pratomo, 5 Plus Minus Ekonomi Indonesia di Tahun Politik 2018,
(www.merdeka.com), Diakses pada 18 Januari 2018.
90
c) Mentri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution,
mengatakan tahun politik pada tahun 2018 akan membawa akan
membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada masa tersebut ekonomi diprediksi dapat naik 0,1 persen.
Hal tersebut dipengaruhi oleh banyaknya konsumsi atau
permintaan perlengkapan kampanye.48
2) Investasi Bodong
Saat ini investasi bodong berkedok koperasi sangat marak
dipasaran, banyak masyarakat yang sangat tergiur dengan tingkat
bunga yang diberikan tanpa berfikir panjang terlebih dahulu. Saat ini
kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) telah
mendorong satuan tugas pengawasan koperasi memperkuat tugas
dan fungsinya di daerah. Penguatan pengawasan sangat penting agar
koperasi dapat tumbuh sehat dan berkualitas serta terbebas dari
investasi bodong. Saat ini Tim Waspada Investasi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mencurigai ada 48 lembaga, 12 diantaranya
koperasi melakukan kegiatan ekonomi tak benar alias bodong. Kini,
pengawasan terhadap 48 lembaga tersebut dilakukan lebih dalam.49
Dengan adanya beberapa kasus investasi bodong yang berkedok
koperasi tersebut tentu akan membuat nama koperasi menjadi
tercemar, dan ditakutkan terancamnya kuantitas funding dan
financing pada koperasi.
48 Ibid. 49
Maizal Walfajri, 12 Koperasi Diduga Bodong Oleh OJK, (keuangan.kontan.co.id),
Diakses pada 18 januari 2018.
91
3) Kondisi Ekonomi
a) Upah nominal harian buruh tani nasional pada Agustus 2018
naik sebesar 0,24 persen dibanding upah buruh tani Juli 2018,
yaitu dari Rp 52.379,00 menjadi Rp52.505,00 per hari. Upah riil
mengalami penurunan sebesar 0,57 persen.50
b) Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor)
pada Agustus 2018 naik 0,14 persen dibanding upah Juli 2018,
yaitu dari Rp 86.276,00 menjadi Rp. 86.397,00 per hari. Upah
riil mengalami penurunan sebesar 0,19 persen.51
c) Pertumbuhan Ekonomi Indonesia triwulan II 2018 terhadap
triwulan II 2017 tumbuh 5,27% (y-on-y). Dari sisi produksi
pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dimana
pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya
yang tumbuh 9,22 persen 52
d) Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan bulan Agustus 2018
mengalami inflasi sebesar 2,3 persen secara tahun kalender
2018, sedangkan besaran laju inflasi pada bulan Agustus 2018
mencapai 3,20 persen dari tahun sebelumnya. Besaran deflasi
pada bulan Agustus 2018 berada pada angka 0,5 %.
50 Badan Pusat Statistik, Upah Harian Buruh Tani dan Buruh Bangunan,
(www.bps.gp.id), Diakses pada 05 September 2018. 51 Ibid. 52
Depertemen Komunikasi BI, Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III 2017, (www.bi.go.id),
Diakses pada 18 Januari 2018.
92
4) Culture Management
Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada budaya (suku)
membuat BMT Mekar Da‟wah tidak sulit untuk me-manage para
karyawan. Sedangkan budaya (perilaku) tidak ada masalah karena
seluruh karyawan bekerja secara profesional. Pengaruh budaya
terletak pada mitra (pasar). Seluruh karyawan BMT Mekar Da‟wah
bersuku sunda, hal tersebut berefek pada mitra yang bergabung
dengan BMT Mekar Da‟wah, mitra yang bersuku sunda lebih
banyak bergabung dengan BMT Mekar Da‟wah dibanding dengan
suku jawa.53
b. Kekuatan Industri
1) Halangan Masuk Pasar
BMT Mekar Da‟wah merupakan lembaga yang sudah berdiri
cukup lama, yaitu dari tahun 2003, sehingga saat ini BMT Mekar
Da‟wah sudah bisa beradaptasi dengan pasar atau mudah masuk
pasar. Halangan hanya berada diawal berdirinya lembaga ini, tindak
kriminal seperti premanisme menjadi penghalang yang sulit
dihindari.54
2) Produk BMT Mekar Da‟wah55
a) Funding
(1) Simpanan Wadi’ah;
(2) Simpanan Wadi’ah Pendidikan;
53 Wawancara dengan Manajer BMT Mekar Da‟wah. 54
Wawancara dengan Manajer BMT Mekar Da‟wah. 55 Laporan Rapat Anggota Tahunan 2016.
93
(3) Simpanan Deposito;
(4) Pembiayaan dari pihak lain;
(5) Simpanan Rencana Umroh;
(6) Simpanan Rencana Qurban.
b) Financing
(1) Pembiayaan Bagi Hasil;
(2) Pembiayaan Jual Beli;
(3) Pembiayaan Al-Qordh.
3) Program Sosial BMT Mekar Da‟wah56
a) Pengobatan Non-Rutin atau dikenal dengan Unit Kesehatan
Keliling (UKK) bekarja sama dengan BAZNAS melalui Rumah
Sehat BAZNAS dimana BMT Mekar Da‟wah menjadi
kordinator wilayah Tangerang Selatan.
b) Mengkoordinasi calon pasien mata hingga dapat ikut dalam
kegiatan operasi katarak gratis yang diselenggarakan RS
BAZNAS di wilayah Serpong dan sekitarnya.
c) Program Pos Obat Desa (POD) dengan RS BAZNAS sebagai
penyedia dan pengawas obat dan kader sehat ditunjuk sebagai
tim medis.
d) Program TOGA (Tanaman Obat Bagi Keluarga) ditunjuk
sebagai tim lapangan.
56 Laporan Rapat Anggota Tahunan 2016.
94
e) Bantuan Dana pada acara keagamaan dan nasional yang
diselenggarakan oleh masyarakat, seperti Isra Mi‟raj,
Ramadhan, Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, dan
lainnya.
f) Santunan Anak Yatim Piatu dan Lansia.
4) Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)57
a) Pelatihan Teller;
b) Pelatihan pengelolaan koperasi;
c) Pelatihan peningkatan sumber daya manusia di koperasi;
d) Pelatihan business plan;
e) Pelatihan akad-akad syariah;
f) Pelatihan penyusunan laporan keuangan.
B. Pembototan Posisi Strategis BMT Mekar Da’wah
Berdasarkan alat analisis yang digunakan (Matriks SPACE), setelah
peneliti menentukan posisi strategis variabel-variabel pada kekuatan finansial,
keunggulan kompetitif, stabilitas lingkungan, dan kekuatan industri, tahapan
selanjutnya adalah menentukan bobot atau nilai pada masing-masing variabel.
Dimana nilai variabel-variabel tersebut menggunakan skala yang telah ditentukan
dalam Matriks SPACE, yaitu skala 1 (paling buruk) dan 6 (paling baik) untuk
variabel-variabel kekuatan finansial (FS) dan Kekuatan Industri (IS). Sedangkan
untuk variabel-variabel keunggulan kompetitif (CA) dan stabilitas lingkungan
(ES) menggunakan skala -6 (paling buruk) dan -1 (paling baik).
57 Wawancara dengan Ketua Bagian Operasional BMT Mekar Da‟wah.
95
Adapun yang berhak menentukan bobot atau nilai pada masing-masing
variabel internal perusahaan adalah seseorang yang berkompeten di bidang
Manajemen Strategi dan tidak ada keterkaitan dengan pihak internal
perusahaan/BMT Mekar Da‟wah.58
Sedangkan yang berhak menilai atau memberi
bobot pada variabel-variabel eksternal perusahaan adalah pihak dari internal
perusahaan karena pihak internal yang mengetahui seberapa baik dan buruk
variabel tersebut berpengaruh terhadap perusahaan.
Di bawah ini adalah hasil bobot atau nilai yang diperoleh BMT Mekar
Da‟wah yang nantinya akan diolah kembali untuk menentukan arah garis vektor
pada kurva Matriks SPACE (Strategic Position and Action Evaluation). Berikut
adalah hasil pembobotannya:
1. Tabel Pembobotan Posisi Strategis Internal
a. Tabel Kekuatan Finansial
Pernyataan Bobot
Rasio Lancar BMT Mekar Da‟wah 2017 3
Debt Ratio BMT Mekar Da‟wah 2017 2
Potensial Profit BMT Mekar Da‟wah 2016-2017 3
Jumlah 8
Rata-rata 2,7
b. Tabel Keunggulan Kompetitif
Pernyataan Bobot
Kualifikasi Pendidikan dan Penempatan SDM -3
Metode Penyelesaian Konflik Kerja -1
Disiplin Kerja -1,7
Teknologi Operasional Kerja -1
Jumlah -6,7
Rata-rata -1,7
58 Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
96
2. Tabel Pembobotan Posisi Strategis Eksternal
a. Tabel Stabilitas Lingkungan
Pernyataan Bobot
Kondisi Ekonomi -3,25
Kondisi Politik -4
Investasi Bodong -6
Culture Management -1
Jumlah -14,25
Rata-rata -3,6
b. Tabel Kekuatan Industri
Pernyataan Bobot
Halangan Masuk Pasar 6
Produk BMT Mekar Da‟wah 5
Program Sosial BMT Mekar Da‟wah 5,7
Pelatihan SDM BMT Mekar Da‟wah 6
Jumlah 22,7
Rata-rata 5,7
C. Kecenderungan Arah Vektor Matriks SPACE BMT Mekar Da’wah
Berdasarkan hasil pembobotan atau pemberian peringkat pada masing-
masing variabel posisi strategis di atas, maka selanjutnya adalah mengolah hasil
bobot tersebut dengan cara menjumlahkan rata-rata keunggulan kompetitif (CA)
dengan kekuatan industri (IS), dan menjumlahkan stabilitas lingkungan (ES)
dengan kekuatan finansial (FS). Berikut pengolahannya:
Sumbu X = Keunggulan Kompetitif (CA) + Kekuatan Industri (IS)
= -1,7 + 5,7
= 4,0
Sumbu Y = Stabilitas Lingkungan (ES) + Kekuatan Finansial (FS)
= -3,6 + 2,7
= -0,9
97
Berdasarkan hasil pengolahan pembobotan menggunakan Matriks SPACE,
maka dapat diketahui pada sumbu X berada pada titik kordinat 4.0 sedangkan
pada sumbu Y berada pada titik kordinat -0.9. Maka, arah garis vektornya adalah:
Gambar 4.1 Garis Arah Koordinat Vektor Kurva Matriks SPACE Strategi
BMT Mekar Da’wah
D. Strategi Utama BMT Mekar Da’wah
Berdasarkan arah garis vektor Matriks SPACE (Strategic Position and
Action Evaluation) maka Strategi Utama yang cocok dan tepat untuk
diaplikasikan pada BMT Mekar Da‟wah Serpong adalah Strategi Kompetitif.
(+4, -0,9)
FS
CA
ES
IS
Strategi Kompetitif
98
Strategi Kompetitif mencakup Integrasi ke Belakang (memperoleh atau
mempunyai kendali yang lebih besar atas mitra funding), Integrasi ke Depan
(memperoleh atau mempunyai kendali yang lebih besar atas mitra lending), dan
Integrasi Horizontal (mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar
atas pesaing); penetrasi pasar (mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk
produk atau jasa saat ini di pasar yang ada sekarang melalui upaya upaya strategi
pemasaran yang lebih baik), pengembangan pasar (memperkenalkan produk
atau jasa saat ini ke wilayah geografis baru), dan pengembangan produk
(mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan produk dan jasa saat ini
dan atau jasa baru).
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kekuatan
finansial pada BMT Mekar Da‟wah dapat ditunjukan melalui beberapa rasio
keuangan dan potensial profitnya. Dari hasil pembahasan adapun rasio lancar pada
BMT Mekar Da‟wah tahun 2017 adalah 1,2 kali, artinya jumlah aktiva lancar
sebanyak 1,2 kali utang lancar. Pada hasil pembobotan rasio lancar mendapat
bobot 3. Pada rasio utang/debt ratio menunjukan bahwa 84% pendanaan
perusahaan dibiayai dengan utang (bobot 2). Sedangkan potensial profit BMT
Mekar Da‟wah 2016-2017 adalah 0,78% (dengan bobot 3). Adapun rata-rata dari
bobot kekuatan finansial adalah 2,7.
BMT Mekar Da‟wah menunjukan bahwa kurang baiknya pada
penempatan sumber daya manusia sesuai dengan kualifikasi pendidikannya
masing-masing. Walaupun begitu, kekurangan tersebut didukung oleh baiknya
penerapan disiplin kerja, metode penyelesaian konflik, dan didukung oleh
teknologi yang sudah mapan sehingga pada posisi strategis keunggulan kompetitif
BMT Mekar Da‟wah mendapatkan bobot atau peringkat yang baik. Pembobotan
pada keunggulan kompetitif, yaitu kualifikasi pendidikan dan penempatan SDM
dengan bobot -3, metode penyelesaian konflik kerja dengan bobot -1, disiplin
kerja dengan bobot -1,7, dan teknologi operasional kerja dengan bobot -1. Rata-
rata bobot pada keunggulan kompetitif adalah -1,7.
100
Pada posisi strategis stabilitas lingkungan menunjukan bahwa bobot
dipengaruhi sentimen negatif kondisi politik pada poin korupsi dana bergulir
seperti yang disampaikan oleh Direktur LPDB Braman Setyo. Manajer BMT
Mekar Da‟wah mengungkapkan bahwa adanya korupsi pada pengelolaan dana
bergulir di daerah atau kota tertentu, berakibat pada sulitnya penyaluran dana
bergulir tersebut. Akibatnya, BMT-BMT yang ingin mengajukan dana bergulir
untuk mengembangkan usahanya terhalangi oleh sulitnya akses untuk mendapat
dana tersebut. Selain itu, maraknya investasi bodong sangat mempengaruhi posisi
strategis stabilitas lingkungan, karena hal tersebut kepercayaan masyarakat
terhadap koperasi ataupun BMT. Adapun bobot variabel-variabel posisi strategis
stabilitas lingkungan, yaitu kondisi perekonomian Indonesia dengan bobot -3,25,
kondisi politik dengan bobot -4, investasi bodong dengan bobot -6, dan culture
management dengan bobot -1. Rata-rata bobot pada stabilitas lingkungan adalah -
3,6.
Poin-poin pada kekuatan industri sebagai posisi strategis eksternal
menunjukan angka bobot atau peringkat yang baik, hal tersebut didominasi oleh
seluruh butir-butir pada kekuatan industri, baik dari barrier to entry, produk
BMT yang variatif, program-program sosial, serta pelatihan-pelatihan yang
diikutin oleh karyawan BMT Mekar Da‟wah. Pelatihan-pelatihan tersebut dapat
meng-cover kualifikasi pendidikan karyawan BMT Mekar Da‟wah yang kurang
tepat pada penempatan jabatannya. Pada posisi strategis kekuatan industri,
halangan masuk pasar mendapat bobot 6, pada variabel produk BMT Mekar
Da‟wah mendapat bobot 5, pada program sosial BMT Mekar Da‟wah mendapat
101
bobot 5,7, dan pelatihan sumber daya manusia mendapat bobot 6. Rata-rata bobot
dari kekuatan industri adalah 5,7.
Hasil Matriks Strategic Position and Action Evaluation (SPACE)
menunjukan titik koordinat arah vektor berada pada +4 pada sumbu X dan -0,9
pada sumbu Y. Hal tersebut mununjukan bahwa strategi yang tepat untuk
dijalankan pada BMT Mekar Da‟wah adalah Strategi Kompetitif. Strategi
Kompetitif mencakup Integrasi ke Belakang (memperoleh atau mempunyai
kendali yang lebih besar atas mitra funding), Integrasi ke Depan (memperoleh
atau mempunyai kendali yang lebih besar atas mitra lending), dan Integrasi
Horizontal (mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas
pesaing); penetrasi pasar (mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk
atau jasa saat ini di pasar yang ada sekarang melalui upaya upaya strategi
pemasaran yang lebih baik), pengembangan pasar (memperkenalkan produk
atau jasa saat ini ke wilayah geografis baru), dan pengembangan produk
(mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan produk dan jasa saat ini
dan atau jasa baru).
B. Saran
Berdasarkan data dan informasi yang telah didapat oleh penulis, maka
penulis hendak memberikan saran-saran kepada pihak-pihak terkait yaitu:
1. Pada saat ini era digital berkembang sangat pesat, pengguna internet termasuk
media sosial telah mencapai 143 juta pada tahun 2017. Untuk dapat
mengembangkan dan menerapkan strategi kompetitif, memanfaatkan internet
atau media sosial adalah hal yang sangat tepat di era digital ini. Dengan
102
badan hukum koperasi membuat BMT Mekat Da‟wah dapat bergerak lebih
luas. Untuk kedepannya, peneliti sangat berharap ada pergerakan koperasi
atau BMT yang sangat masif memanfaatkan era digital ini, sebelum mereka
ter-disruption oleh lembaga-lembaga seperti perbankan dan fintech.
2. Untuk bidang akademik khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk melakukan penelitian
lanjutan mengenai strategi kompetitif BMT serta dapat menggugah
mahasiswa untuk memperdalam lagi dunia lembaga keuangan mikro
khususnya BMT.
3. Bagi pemerintah, hendaknya memperketat lagi pengawasan terhadap
lembaga-lembaga yang melakukan investasi bodong agar dapat melindungi
nama baik koperasi serta melakukan pengawasan yang ketat pada pengelolaan
dana bergulir agar tidak menghalangi koperasi atau BMT lainnya untuk
mengembangkan usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arif, M. N, Lembaga Keuangan Syariah; Suatu Kajian Teoritis Praktis,
Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Amstrong, Seri Pedoman Manajemen, Jakarta : Gramedia, 1995.
Assauri, Strategic Management; Sustainable Competitive Adventage, Jakarta:
Rajawali Pers, 2016.
Barent, Ilmu Politika; Suatu Perkenalan Lapangan, Jakarta: PT. Pembangunan,
1965.
Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Daradjat, Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
David, Strategic Management, Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Deliar, Pengantar ke Pemikiran Politik, Medan: Dwipa, 1965.
FIP-UPI, T. P, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2, Imperial Bhakti Utama,
2007.
Ghafar, Abdul, BMT Praktik dan Kasus. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Gulo, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo, 2012.
Hermansyah, Kahir, Keuangan Syariah Kian Mengglobal,
www.syariahfinance.com, 2017.
Hertanto, Panduan Praktik Operasional BMT. Bandung : Mizan, 2017.
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Joo, C. S, Managing Diversity in US Federal Agencies: Effect of Diversity
Management on Employee Perceptions of Orgnization, Wiley Online
Libraly Journal, 109, 2010.
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Lalunggung, Hasan, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1995.
Mathis, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat, 2002.
Mitchell, Joyce, Political Analysis and Public Policy; an Introduction to Political
Science, Chicago: Rand Mc. Nally, 1969.
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor : Galia Indonesia,
2009.
Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara, 2007.
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Noe, M. d, Human Resource Management, Massachusetts: Allyn & Bacon, 1991.
Patrick, Managing Workplace Diversity, Sage Journal , 3, 2012.
Pearce, Manajemen Strategis; Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian.
Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Prijono, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: LP FUI, 1989.
RI, K. P. Peluang dan Tantangan Indonesia, Warta Ekonomi, 2015.
Rivai, Veithzal, Manajemen Sumber Daya Manusia; Dari Teori ke Praktik,
Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Saltau, Rodger, An Introduction to Politics, London: Longmans, 1961.
Sinambela, Lijan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara,
2016.
Soemarsono, Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003.
Sofyan, Manajemen Strategi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015.
Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta, 2010.
Sunyoto, Metode dan Instrumen Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta:
Caps Center Foracademi Publishing Service, 2013.
Suryani, Manajemen Koperasi; Teknik Penyusunan Laporan Keuangan,
Pelayanan Prima, dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008.
Tarmini, Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia. Semarang, 2010.
Tjiptoherijanto, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: LP FUI, 1989.
Udaya, Manajemen Stratejik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Umar, Strategic Management in Action. Jakarta: Gramedia, 2001.
Werner, Human Resource Management. Fort Worth: Harcourt College Published,
2001.
Wilodati, Unity and National Harmony dalam Bhineka Tunggal Ika. Jurnal
Sekretariat Negara RI, 150, 2010.
Wilodati. (2010). Unity and National Humanity dalam Bhineka Tunggal Ika.
Jurnal Sekretariat Negara RI, 150.
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta:
Gramedia Widia Sarana, 2005.
Wawancara dengan Nurisma Septiani (Ketua Bagian Operasional BMT Mekar
Da'wah).
Wawancara dengan Ahmad Riva‟I (Manajer BMT Mekar Da‟wah)
www.nasional.republika.co.id (10 Februari 2017)
www.kemenkeu.go.id (20 Februari 2017)
www.KamusBahasaIndonesia.org (29 Agustus 2016)
www.bps.go.id (02 Maret 2017)
www.bi.go.id (06 Desember 2017)
www.eksbis.sindonews.com (15 Desember 2017)
www.aceh.tribunnews.com (15 Desember 2017)
www.ojk.go.id (Diakses 12 Maret 2017)
Recommended