View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI
MINUMAN SARI BUAH NAGA
(Kasus di Kecamatan Kepanjen dan UD. Indra Rasa Kurnia
Desa Talangagung Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang)
SKRIPSI
Oleh :
NURUL FAIZIN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI
MINUMAN SARI BUAH NAGA
(Kasus di Kecamatan Kepanjen dan UD. Indra Rasa Kurnia
Desa Talangagung Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang)
Oleh :
NURUL FAIZIN
105040113111006
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI BUAH
NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DAN
NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINUMAN
SARI BUAH NAGA (Kasus di Kecamatan
Kepanjen dan UD. Indra Rasa Kurnia Desa
Talangagung Kecamatan Kepanjen Kabupaten
Malang)
Nama Mahasiswa : Nurul Faizin
NIM : 105040113111006
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Disetujui
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi,
Mangku Purnomo, SP., M.Si., Ph.D.
NIP. 19770420 200501 1 001
Tanggal Persetujuan :
Pembimbing Utama,
Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS.
NIP. 19550327 198103 1 003
Pembimbing Kedua,
Dwi Retno Andriani. SP., MP.
NIP. 19790825 200812 2 002
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Penguji I
Mas Ayu Ambayoen, SP., M.Si.
NIP. 19791216 2015 042 001
Penguji II
Dina Novia Priminingtyas, SP., M.Si.
NIP. 19781105 2006 042 002
Penguji III
Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS.
NIP. 19550327 198103 1 003
Penguji IV
Dwi Retno Andriani. SP., MP.
NIP. 19790825 200812 2 002
Tanggal Lulus :
قال النب صلى اللو عليو وسلم كن عالما أو مت علما أو
با ول تكن خامسا ف ت هلك ) (رواه بيهقىمستمعا أو م
Telah bersabda Rasulullah saw : “Jadilah engkau orang yang
berilmu pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau
mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah
engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka” (H.R.
Baihaqi)
مال ج ر هم ال ج ر ياونن
“Apa yang bisa dilakukan oleh orang lain, kita juga pasti bisa
melakukannya”
i
PERNYATAAN
Dengan ini, penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Juli 2017
Nurul Faizin
ii
ABSTRAK
NURUL FAIZIN. 105040113111006. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga
Merah (Hylocereus polyrhizus) Dan Nilai Tambah Agroindustri Minuman Sari
Buah Naga (Kasus di Kecamatan Kepanjen dan UD. Indra Rasa Kurnia Desa
Talangagung Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang). Dibawah Bimbingan
Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. sebagai pembimbing utama dan Dwi Retno
Andriani. SP., MP. sebagai pembimbing kedua.
Buah naga adalah sejenis tanaman nightblooming cactus. Berasal dari
Amerika Latin, Chile, Argentina, Peru dan Mexico. Buah naga berdaging buah
merah lebih menarik minat pengusaha untuk dikembangkan, karena rasanya lebih
manis dari jenis isi berwarna putih. Jenis ini adalah jenis hybrid dari Taiwan.
(Suartha, 2009). Prospek buah naga di pasar domestik cukup baik karena
penggemarnya berangsur-angsur meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan
semakin banyaknya buah naga di supermarket atau pasar swalayan di
beberapa kota di Indonesia. Pada pertengahan tahun 2000, buah naga yang di
impor dari Thailand banyak ditemukan di beberapa swalayan di Jakarta, dan
lambat laun merambah hingga ke beberapa kota besar di Indonesia seperti
Surabaya, Denpasar, dan Semarang (Kristanto, 2008). Kebun buah naga di
Kabupaten Malang ditemukan di Kecamatan Bululawang, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Kalipare, Kecamatan Kromengan dan di
Kecamatan Kepanjen. Tanaman buah naga di Kecamatan Kepanjen sebagai lokasi
penelitian banyak ditemukan dalam bentuk tanaman pengisi pekarangan rumah
dalam jumlah yang kecil. Tetapi meskipun demikian usahatani buah naga di
Kecamatan Kepanjen perlu dilakukan analisis kelayakan untuk mengukur tingkat
kelayakan usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen.
Buah naga tidak memiliki daya simpan yang lama atau cepat rusak,
kerusakan bisa berupa kerusakan mekanis yang di akibatkan oleh kesalahan
perlakuan saat pemanenan buah maupun kerusakan fisiologis akibat aktivitas buah
itu sendiri. Untuk itu, pengolahan lebih lanjut dilakukan agar umur simpan bisa
menjadi lebih lama meskipun sudah berubah kedalam bentuk produk olahan, di
samping itu juga agar nilai jual dari buah naga itu sendiri bisa menjadi lebih
tinggi. Pengolahan buah naga di Kecamatan Kepanjen dilakukan oleh UD. Indra
Rasa Kurnia.
UD. Indra Rasa Kurnia merupakan badan usaha atau produsen yang buah
naga yang sekaligus melakukan kegiatan pengolahan buah naga menjadi olahan
produk minuman sari buah naga. Badan usaha ini bertempat di Desa Talangagung,
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Kegiatan pengolahan dilakukan karena
rendahnya harga jual buah naga di tingkat petani saat panen, sehingga harus ada
cara bagaimana meningkatkan nilai jual buah naga, yaitu dengan cara merubahnya
kedalam bentuk lain yang menarik bagi konsumen.
Berdasarkan uraian di atas, dirasa penting dilakukan penelitian tentang
kelayakan usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen dan analisis nilai tambah agroindustri minuman buah naga yang di lakukan oleh UD. Indra Rasa Kurnia
untuk mengetahui berapa tingkat kelayakan usahatani buah naga dan berapa nilai
tambah yang di dapatkan dari usaha pengolahan buah naga, jika memang layak
usaha ini bisa dilanjutkan tetapi bila tidak harus ada pengolahan lain yang yang
bisa membuat perusahaan mendapatkan keuntungan.
iii
Tujuan dalam penelian ini antara lain: (1) Menganalisis kelayakan usaha
tani buah naga di Kecamatan Kepanjen. (2) Menganalisis kelayakan usaha
pengolahan minuman sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia. (3) Menganalisis
nilai tambah yang diperoleh dalam pengolahan buah naga menjadi minuman sari
buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia.
Metode penentuan Kecamatan Kepanjen sebagai lokasi penelitian analisi
kelayakan usahatani dilakukan secara purposive, sesuai tujuan penelitian untuk
mengetahui tingkat kelayakan usahatani buah naga, disamping itu karena di
Kecamatan Kepanjen terdapat perusahaan pengolahan buah naga. Penentuan
sampel petani buah naga di Kecamatan Kepanjen menggunakan metode sensus
yaitu menjadikan semua populasi sebagai sampel karena sedikitnya jumlah petani
buah naga di kecamatan ini yaitu hanya 5 orang. Sedangkan pemilihan lokasi
penelitian kelayakan usaha dan nilai tambah juga dilakukan secara purposive,
penelitian dilakukan di agroindustri minuman sari buah naga UD. Indra Rasa
Kurnia dengan pertimbangan perusahaan ini memiliki kebun buah naga milik
pribadi dan kemudian mengolah sebagian hasil panen menjadi produk buah naga
olahan. Perusahaan ini terletak di Jl. Raya G. Kawi 31, Desa Talangagung,
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April 2017. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya, penerimaan,
keuntungan, kelayakan usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen, serta
menganalisis biaya, penerimaan, keuntungan, kelayakan usaha dan nilai tambah
sari minuman buah naga. Analisis kelayakan usahatani buah naga menggunakan
analisis NPV, IRR, Net B/C Ratio dan Payback Periode, analisis kelayakan
agroindustri menggunakan analisis R/C Ratio. Sedangkan analisis nilai tambah
yang digunakan adalah analisis nilai tambah metode Hayami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai NPV dari usahatani buah naga di
Kecamatan Kepanjen selama 15 tahun pada tingkat suku bunga 6,25% (Suku
bunga deposito Bank Jatim) diperoleh nilai sebesar Rp 503.532.374, nilai Net B/C
Ratio sebesar 4,14 dan IRR sebesar 25,96%. Semua kriteria tersebut menunjukkan
bahwa usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen layak dijalankan dengan nilai
payback periode sebesar 4,68 tahun atau 4 tahun 8 bulan. Sedangkan tingkat
kelayakan agroindustri minuman sari buah naga menunjukkan nilai R/C Ratio
sebesar 1,21 yang artinya agroindustri ini layak dijalankan. Hasil analisis nilai
tambah agroindustri minuman sari buah naga ini diperoleh nilai rasio nilai tambah
sebesar 29,53% yaitu dengan nilai tambah sebesar Rp 11.517,50,-/kg bahan baku.
Nilai tambah yang diperoleh agroindustri ini termasuk dalam kategori sedang.
iv
ABSTRACT
NURUL FAIZIN. 105040113111006. Feasibility Analysis of Red Dragon Fruit
Farming (Hylocereus polyrhizus) and Added Value of Dragon Fruit Essence
Drinks Agroindustry (Case in Kecamatan Kepanjen and UD Indra Rasa Kurnia
Talangagung Village, Kepanjen Sub District, Malang Regency). Under the
Guidance of Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. as the main supervisor and Dwi
Retno Andriani. SP., MP. as a second supervisor.
Dragon fruit is a kind of nightblooming cactus. Derived from Latin
America, Chile, Argentina, Peru and Mexico. Red Dragon fruit is more interesting
to the entrepreneurs to be developed, because it tastes is sweeter than the white
drafgon fruits. This type is a hybrid type from Taiwan. (Suartha, 2009). The
prospect of dragon fruit in the domestic market is quite good as its fans gradually
increase. This can be seen by the large amount of dragon fruit at supermarkets in
several cities in Indonesia. In 2000, dragon fruit imported from Thailand was
found at some supermarkets in Jakarta, and gradually extended to several major
cities in Indonesia such as Surabaya, Denpasar, and Semarang (Kristanto, 2008).
In Malang, the dragon fruit farm is found in Bululawang Sub-District,
Sumbermanjing Wetan Sub-District, Kalipare Sub-District, Kromengan Sub-
district and Kepanjen Sub-district. Dragon fruit plants in Kepanjen Sub-district as
research sites are found in as home filler plants in small quantities. But even so
dragon fruit farming in Kepanjen Sub-district needs to be analyze to measure the
feasibility level of dragon fruit farming in Kepanjen Sub-district.
Dragon fruit does not have a long time of store or quickly damaged, the
damage can be mechanical damage caused by mistakes when harvesting fruit and
physiological damage due to the activity of the fruit itself. For that, further
processing is needed so that life store can be longer although it has changed into
the form of processed products, in addition to increase the value of the dragon
fruit. Dragon fruit processing in Kecamatan Kepanjen done by UD. Indra Rasa
Kurnia.
UD. Indra Rasa Kurnia is a business entity or producer that develope the
dragon fruit farming and also have dragon fruit processing activity to process
dragon fruit into juice product. This business entity is located in Talangagung
Village, Kepanjen Sub-district, Malang Regency. Processing is needed because of
the low price of dragon fruit at farmer level during harvest, so there must be a way
how to increase dragon fruit value, that is by changing it into another form that
appeals to the consumer.
Based on the above description, it is important to do research on analysis of
business feasibility and value added at dragon fruit drink agroindustry which is
done by UD. Indra Rasa Kurnia to know the faesibility level of dragonfruit
farming and how much added value obtained from the dragon fruit processing
business, if it is feasible this business can be continued but if not faesible there
should be other processing which can make the company profit. The objectives of this research are: (1) To analyze the feasibility of dragon
fruit farming business in Kepanjen Sub-district. (2) To analyze feasibility of
dragon fruit juice processing business in UD. Indra Rasa Kurnia. (3) Analyze the
added value obtained in processing dragon fruit into dragon fruit juice drink in
UD. Indra Rasa Kurnia.
v
Location determination method at UD. Indra Rasa Kurnia is done
purposively, with the consideration that this agroindustry has a dragon fruit farm
with an area of 13.000 m2. Sample determination method of dragon fruit farmer in
Kecamatan Kepanjen using census method because at least number of dragon fruit
farmers in this district that is only 5 people. This study aims to analyze the cost,
income, profit, feasibility of dragon fruit farming in Kepanjen Sub-district, and
analyze the cost, revenue, profit, business feasibility and value added of dragon
fruit juice. Feasibility analysis of dragon fruit farming using NPV analysis, IRR,
Net B/C Ratio and Payback Period, agroindustry feasibility analysis using R/C
Ratio analysis. While the added value analysis used is the value added analysis of
Hayami method.
The results showed that the NPV value of dragon fruit farming in Kepanjen
Sub-district for 15 years at the interest rate of 6.25% (Interest Rate of Bank Jatim
deposit) obtained of Rp 503.532.374, Net B/C Ratio value of 4,14 And IRR of
25.96%. All these criteria indicate that the dragon fruit farm in Kepanjen Sub-
district is feasible to be developed. While the payback period value is 4.68 years
or 4 years 8 months. While the feasibility level of dragon fruit essence drinks
agroindustry shows the value of R/C Ratio of 1.21 which means that this
agroindustry is feasible to be developed. The results of value added analysis of
dragon fruit juice agroindustry obtained value added ratio of 29.53% with added
value of Rp 11,517.50, - / kg of raw materials. The added value obtained by this
agroindustry is in the medium category.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ma’unah dan taufiq-Nya atas terselesaikannya skripsi yang berjudul
“Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Dan
Nilai Tambah Agroindustri Minuman Sari Buah Naga (Kasus Di Kecamatan
Kepanjen dan UD. Indra Rasa Kurnia Desa Talangagung Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang).
Buah naga yang selama ini lebih sering dikonsumsi sebagai buah segar,
memiliki umur simpan yang sebentar, karena itu pengolahan lebih lanjut
diharapkan dapat membuat buah naga menjadi produk yang bisa bertahan lebih
lama. Pengolahan buah naga menjadi minuman sari buah adalah salah satu bentuk
usaha dalam bidang agroindustri, dalam melakukan usaha tujuan utama adalah
memperoleh keuntungan, dalam skripsi ini akan dilakukan analisis kelayakan
usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen, analisis kelayakan pengolahan buah
naga mulai dari analisis biaya, kelayakan usaha dan analisis nilai tambah dari
produk sari minuman buah naga.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
skripsi ini, sehingga bisa bermanfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Nurul Faizin
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Malang, Jawa Timur
pada tanggal 01 April 1992. Penulis merupakan putra ke 9
dari 9 bersaudara dengan Ayah bernama Maizun dan Ibu
Masada.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di
Madrasah Ibtidaiyah Azharul Ulum I Brongkal (1998-2004),
dan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMPN 2 Gondanglegi (2004-
2007), kemudian meneruskan studi ke sekolah menengah atas di SMAN 1
Kepanjen sekaligus menjadi santri di Pesantren Syarif Hidayatullah Kepanjen
(2007-2010). Pada tahun 2010 penulis melanjutkan studi kuliahnya di Universitas
Brawijaya, mengambil studi Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian. Dan pada tahun yang sama juga menjadi santri di Lembaga
Tinggi Pesantren Luhur Malang.
Penulis aktif dalam Majelis Santri Lembaga Pesantren Luhur Malang pada
tahun 2011-2013 pada Divisi Litbang, kemudian penulis sempat menjabat sebagai
Kepala Madrasah Diniyah At-Tahdzibiyyah (2013-2015) sekaligus menjadi
pengajar sejak 2013 sampai dengan tahun 2017. Penulis juga menjadi pembina
MTQ cabang Khat (Kaligrafi) untuk kafilah Fakultas Pertanian Brawijaya mulai
2013-2015.
Prestasi yang pernah diraih penulis yaitu pada tahun 2009 sebagai juara III
MTQ Kabupaten Malang pada cabang Khat, Juara III MTQ Kota Blitar pada
cabang yang sama pada tahun 2010, Juara I MTQ Universitas Brawijaya sebagai
kafilah dari Fakultas Pertanian juga pada cabang Khat pada tahun 2012.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................ viii
DAFTAR TABEL........................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rmusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ..................................................... 5
2.2 Buah Naga ................................................................................. 7
2.3 Tinjauan Teori Usahatani .......................................................... 8
2.4 Agroindustri 9
2.4.1 Definisi Agroindustri 9
2.4.2 Peranan Agroindustri 9
2.4.3 Kendala dalam Pengembangan Agroindustri 10
2.5 Konsep Biaya, Penerimaan dan Keuntungan 10
2.5.1 Definisi Biaya 10
2.5.2 Klasifikasi Biaya 11
2.5.3 Analisis Penerimaan dan Keuntungan 14
2.6 Tinjauan Kelayakan Usaha 14
2.6.1 Analisis Jangka Pendek 15
2.6.2 Analisis Jangka Panjang 17
2.7 Tinjauan Nilai Tambah 18
2.7.1 Pengertian Nilai Tambah 18
2.7.2 Metode Hayami 19
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 23
3.2 Hipotesis .................................................................................. 27
3.3 Batasan Masalah ....................................................................... 27
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........................ 28
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penentuan Lokasi ......................................................... 31
4.2 Metode Penentuan Key Informan ............................................... 31
4.3 jenis dan Sumber Data .............................................................. 31
ix
4.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 32
4.5 Metode Analisis Data ................................................................. 33
4.5.1 Analisis Deskriptif ........................................................... 33
4.5.2 Analisis Kuantitatif .......................................................... 33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................ 41
5.2 Gambaran Usahatani Buah Naga .............................................. 43
5.3 Karakteristik Petani Resonden ................................................... 45
5.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................... 45
5.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ......................................................................... 45
5.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman
Usahatani ........................................................................... 46
5.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan
Lahan ................................................................................. 46
5.4 Profil Perusahaan ....................................................................... 47
5.4.1 Sejarah UD. Indra Rasa Kurnia ........................................ 47
5.4.2 Struktur Organisasi .......................................................... 48
5.5 Aliran Kas Usahatani Buah Naga ............................................. 52
5.5.1 Biaya Usahatani Buah Naga di Kecamatan Kepanjen
Selama 15 tahun ............................................................... 52
5.5.2 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Buah Naga .......... 58
5.5.3 Hasil Analisis Kriteria Investasi Usahatani Buah Naga ... 61
5.6 Analisis Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Kelayakan
Agroindustri Minuman Sari Buah Naga ................................... 62
5.6.1 Analisis Biaya .................................................................. 62
5.6.2 Analisis Penerimaan ......................................................... 66
5.6.3 Analisis Keuntungan ........................................................ 66
5.6.4 Analisis BEP (Break Even Point) .................................... 67
5.6.5 Analisis Kelayakan (R/C Ratio) ....................................... 68
5.7 Analisis Nilai Tambah .............................................................. 69
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 73
6.2 Saran .......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 75
LAMPIRAN .......................................................................................... 78
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Kerangka Perhitungan Nilai tambah Metode Hayami ............ 20
2. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel ......................... 28
3. Data Penduduk Kecamatan Kepanjen Berdasarkan Mata
Pencaharian ................................................................................. 42
4. Data Jenis Lahan Pertanian di Kecamatan Kepanjen .................. 42
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................ 45
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........ 46
7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani ... 46
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan
Lahan ........................................................................................... 46
9. Rata-rata Biaya Investasi Usahatani Buah Naga di Kecamatan
Kepanjen per hektar..................................................................... 53
10. Rata-rata Biaya Pupuk Dalam Usahatani Buah Naga per
Hektar .......................................................................................... 55
11. Rata-rata Biaya Pestisida Usahatani Buah Naga per Hektar ....... 56
12. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Buah Naga di
Kecamatan Kepanjen per Hektar ................................................. 57
13. Rata-rata Penerimaan Usahatani Buah Naga per Hektar............. 59
14. Rata-rata Pendapatan Usahatani Buah Naga per Hektar ............. 60
15. Hasil Rata-rata Analisis Kelayakan Investasi ............................. 61
16. Biaya Tetap Produksi Minuman sari buah naga di UD. Indra
Rasa Kurnia ................................................................................. 63
17. Biaya Variabel Produksi Minuman sari buah naga pada UD.
Indra Rasa Kurnia, Tahun 2017 ................................................. 64
18. Biaya Total Produksi Minuman sari buah naga (Satu Kali
Proses Produksi) pada Di UD. Indra Rasa Kurnia ..................... 65
19. Penerimaan Minuman sari buah naga pada di UD. Indra Rasa
Kurnia, Tahun 2017 ..................................................................... 66
20. Keuntungan Minuman sari buah naga pada Di UD. Indra Rasa
Kurnia, Tahun 2017 ..................................................................... 66
21. Analisis Break Even Point Minuman Sari Buah Naga pada UD.
Indra Rasa Kurnia, Tahun 2017 .................................................. 67
22. Nilai R/C Ratio Minuman sari buah naga pada Di UD. Indra
Rasa Kurnia, Tahun 2017 ............................................................ 69
23. Nilai Tambah Minuman sari buah naga (Satu Kali Produksi) di
UD. Indra Rasa Kurnia ................................................................ 70
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Kurva Total Fixed Cost (TFC) .................................................... 11
2. Kurva Total Variable Cost(TVC) ............................................... 13
3. Kurva Total Cost (TC) ................................................................ 13
4. Titik Impas atau Break Even Point ............................................. 16
5. Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan
Usaha Produk Sari Buah Naga di UD. Indra Rasa Kurnia. ......... 26
6. Struktur Organisasi UD. Indra Rasa Kurnia ................................ 48
7. Proses Pembuatan Minuman sari buah naga pada UD. Indra
Rasa Kurnia ................................................................................. 52
8. Kurva Break Even Point (BEP) Di UD. Indra Rasa Kurnia ........ 68
9. Distribusi Nilai Tambah Bagi Pendapatan Tenaga Kerja serta
Keuntungan pada Produksi Minuman sari buah naga Di UD.
Indra Rasa Kurnia per Proses Produksi ....................................... 71
10. Distribusi Balas Jasa untuk Faktor Produksi pada Produksi
Minuman sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia per Proses
Produksi ....................................................................................... 72
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Rata-rata Biaya Pemeliharaan Usahatani Buah Naga di
Kecamatan Kepanjen per Hektar ................................................... 78
2. Rata-rata Biaya Pemanenan Usahatani Buah Naga di Kecamatan
Kepanjen per hektar ...................................................................... 79
3. Cashflow Usahatani Buah Naga ................................................... 80
4. Perhitungan NPV, BC Ratio, IRR dan Payback Period Usahatani
Buah Naga Sari ............................................................................. 83
5. Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Minuman Sari Buah Naga
UD. Indra Rasa Kurnia per Proses Produksi ................................. 85
6. Biaya Sewa dan Tagihan dan Biaya Tetap Total Produksi
Minuman Sari Buah Naga UD. Indra Rasa Kurnia per Proses
Produksi ......................................................................................... 86
7. Biaya Variabel dan Biaya Total Minuman Sari Buah Naga per
Satu Kali Proses Produksi ............................................................. 87 8. Analisis Break Even Point dan kelayakan usaha. ........................ 88
9. Dokumentasi .................................................................................. 89
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian tidak dapat hanya dikembangkan dari satu sisi saja,
tetapi harus dipandang dari dua pokok utama yang terintegrasi dan tidak bisa
dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm agriculture/
agribusiness) yang merupakan kegiatan usahatani yang menggunakan sarana dan
prasarana produksi (input factors) untuk menghasilkan produk pertanian primer;
kedua, pilar pertanian sekunder (down-stream agriculture/ agribusiness) sebagai
kegiatan meningkatkan nilai tambah produk pertanian primer melalui
pengolahan (agroindustri) beserta distribusi dan perdagangannya (Baroh, 2007).
Pengembangan agribisnis di Indonesia pada saat ini sangatlah potensial. Hal
ini terlihat dalam program pembangunan agribisnis yang dijalankan pemerintah
dewasa ini. Pembangunan pertanian modern dalam arti petani sebagai pelaku
dalam mengelola usahataninya dituntut untuk lebih mengarah kepada orientasi
bisnis walaupun belum mencapai taraf optimal. Salah satu jenis komuditi
hortikultura yang dapat dikembangkan untuk orientasi agribisnis adalah tanaman
buah naga.
Buah naga atau dikenal dengan dragon fruit adalah sejenis tanaman kaktus
nightblooming cactus. Berasal dari Amerika Latin, Chile, Argentina, Peru dan
Mexico. Jenis/varietas buah naga yang ada antara lain buah naga berkulit merah
dengan daging buah berwarna putih, buah naga berkulit merah dengan daging buah
berwarna merah dan buah naga berkulit kuning dengan daging berwarna putih, serta
buah naga super merah. Kini jenis buah naga berdaging buah merah lebih menarik
minat pengusaha untuk dikembangkan, karena rasanya lebih manis dari jenis isi
berwarna putih. Jenis ini adalah jenis hybrid dari Taiwan. (Suartha, 2009).
Prospek buah naga di pasar domestik cukup baik karena penggemarnya
berangsur-angsur meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan semakin
banyaknya buah naga di supermarket atau pasar swalayan di beberapa kota di
Indonesia. Pada pertengahan tahun 2000, buah naga yang di impor dari Thailand
banyak ditemukan di beberapa swalayan di Jakarta, dan lambat laun merambah
hingga ke beberapa kota besar di Indonesia seperti Surabaya, Denpasar, dan
Semarang (Kristanto, 2008). Kebun buah naga di Malang ditemukan di Kecamatan
Bululawang, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Kalipare, Kecamatan
2
Kromengan dan di Kecamatan Kepanjen. Tanaman buah naga di Kecamatan
Kepanjen sebagai lokasi penelitian banyak ditemukan dalam bentuk tanaman
pengisi pekarangan rumah dalam jumlah yang kecil. Tetapi meskipun demikian
usahatnai buah naga di Kecamatan Kepanjen perlu dilakukan analisis kelayakan
untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen.
Buah naga sama seperti kebanyakan produk hortikultura lainnya, buah naga
tidak memiliki daya simpan yang lama atau cepat rusak, kerusakan bisa berupa
kerusakan mekanis yang di akibatkan oleh kesalahan perlakuan saat pemanenan
buah maupun kerusakan fisiologis akibat aktivitas buah itu sendiri. Poerwoko dan
Fitradesi (2000) menyatakan bahwa sepertiga produk hortikultura dunia tidak dapat
dikonsumsi karena rusak. Buah merupakan struktur hidup yang akan mengalami
perubahan fisik dan kimia setelah dipanen. Untuk itu, pengolahan lebih lanjut
dilakukan agar umur simpan bisa menjadi lebih lama meskipun sudah berubah
kedalam bentuk produk olahan, di samping itu juga agar nilai jual dari buah naga
itu sendiri bisa menjadi lebih tinggi.
Pengolahan buah naga juga potensial karena masih banyaknya masyarakat
mengkonsumsi buah naga masih dalam bentuk buah segar saja, difersifikasi produk
olahan buah naga setidaknya akan menambah ketertarikan masyarakat untuk
mengkonsumsi buah naga, sehingga permintaan buah naga dapat ditingkatkan
dengan banyaknya produk olahan buah naga. Pengolahan buah naga di Kecamatan
Kepanjen dilakukan oleh UD. Indra Rasa Kurnia.
UD. Indra Rasa Kurnia merupakan badan usaha atau produsen yang
melakukan usahatani buah naga dan sekaligus melakukan kegiatan pengolahan
buah naga menjadi olahan produk minuman sari buah naga. Badan usaha ini
bertempat di Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Kegiatan pengolahan dilakukan karena rendahnya harga jual buah naga di tingkat
petani saat panen, sehingga harus ada cara bagaimana meningkatkan nilai jual buah
naga, yaitu dengan cara merubahnya kedalam bentuk lain yang menarik bagi
konsumen. Selain itu umur simpan buah naga yang singkat, sementara buah naga
ketika panen raya akan sangat melimpah, sangat beresiko menjadi rusak, hal ini
membuat perusahaan mengambil langkah pengolahan untuk meningkatkan umur
simpan buah naga.
3
Berdasarkan uraian di atas, dirasa penting dilakukan penelitian tentang
kelayakan usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen dan analisis nilai tambah
agroindustri minuman buah naga yang di lakukan oleh UD. Indra Rasa Kurnia
untuk mengetahui berapa tingkat kelayakan usahatani buah naga dan berapa nilai
tambah yang di dapatkan dari usaha pengolahan buah naga, jika memang layak
usaha ini bisa dilanjutkan tetapi bila tidak harus ada pengolahan lain yang yang bisa
membuat perusahaan mendapatkan keuntungan.
1.2 Rumusan Masalah
Kebun Buah naga di Kabupaten Malang dapat ditemukan di Kecamatan
Bululawang, Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Kromengan,
Kecamatan Kalipare dan dalam jumlah yang kecil ditemukan di Kecamatan
Kepanjen dalam bentuk tanaman pengisi pekarangan, meskipun kebun buah naga
dapat ditemukan di beberapa kecamatan di Kabupaten Malang, hanya ada satu
agroindustri pengolahan buah naga yaitu UD. Indra Rasa Kurnia yang berada di
Desa Talangagung Kecamatan Kepanjen.
UD. Indra Rasa Kurnia pada awalnya hanya melakukan kegiatan usahatani
buah naga saja tanpa ada kegiatan pengolahan buah naga, dan kebun milik
perusahaan berada di luar Kecamaan Kepanjen, yaitu di Desa Palaan Kecamatan
Ngajum, dan di Desa Kromengan yang berada di Kecamatan Kromengan. Tetapi
ketika buah naga mulai berproduksi buah, kebun buah naga milik perusahaan ini
hasil panennya belum terserap pasar dengan baik dan harganya rendah, mengingat
umur simpan buah yang dihasilkan cukup singkat, harga yang rendah saat panen
raya, dan masih banyaknya konsumen yang mengkonsumsi buah naga hanya
sebagai buah meja, maka UD. Indra Rasa Kurnia melakukan pengolahan buah naga
yang dihasilkan di kebun menjadi produk olahan buah naga, yaitu minuman sari
buah naga dengan tujuan dapat meningkatkan umur simpan dan meningkatkan nilai
penjualan dari buah naga itu sendiri.
Salah satu tujuan agroindustri adalah untuk mendapatkan keuntungan, karena
itu perlu dilakukan analisis biaya, kelayakan usaha dan nilai tambah dari
agroindustri pengolahan buah naga supaya perusahaan mampu mengukur tingkat
kelayakan dan nilai tambah dari produk olahannya, disamping itu keberadaan petani
buah naga yang ada di Kecamatan Kepanjen yang meskipun lahan usahatani buah
4
naga yang ada masih sebatas tanaman pengisi pekarangan rumah, namun karena
kegiatan usahatani buah naga ini sudah berorientasi untuk mendapatkan keuntungan
dengan menjual hasil buah naga, maka perlu dilakukan analisis kelayakan
usahatani.
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Apakah usahatani buah naga di kecamatan Kepanjen layak di usahakan?
2. Apakah pengolahan buah naga menjadi minuman sari buah naga di UD. Indra
Rasa Kurnia layak dikembangkan?
3. Berapakah nilai tambah yang diperoleh oleh UD. Indra Rasa Kurnia dalam
pengolahan buah naga menjadi minuman sari buah naga?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha tani buah naga di kecamatan Kepanjen.
2. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan minuman sari buah naga di UD. Indra
Rasa Kurnia.
3. Menganalisis nilai tambah yang diperoleh dalam pengolahan buah naga menjadi
minuman sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Dapat menambah wawasan untuk berfikir kritis dan sistematis dalam
menyelesaikan persoalan, khususnya dalam ruang lingkup penelitian dan
sebagai sarana dalam menerapkan teori yang telah didapatkan saat perkuliahan
dan menerapkannya dilapang.
2. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi pelaku usahatani buah naga dan
agroindustri sari buah naga.
3. Sebagai bahan kajian bagi para peneliti lain mengenai permasalahan yang
berhubungan dengan analisis kelayakan usahatani buah naga, analisis nilai
tambah dan kelayakan usaha agroindustri dimasa mendatang.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Kajian tentang kelayakan usaha pernah dilakukan oleh beberapa penelitian
terdahulu, adapaun penelitian tersebut pernah dilakukan oleh Varalakshmi (2015).
Analisis yang digunakan adalah NPV, B-C Ratio, IRR dan PP, Analisis ini
dilakukan pada investasi usaha pengolahan untuk produk ayam, hasil analisis
menunjukkan bahwa usaha pengolahan (skala sedang) secara ekonomi layak
dengan nilai NPV sebesar Rs. 44,74 lakh dan IRR sebesar 31% dan bilai B-C Ratio
1,78. Usaha pengolahan ini akan mengembalikan investasinya dalam waktu kurang
dari 3 tahun (2,72).
Selain itu penelitian tentang kelayakan juga dilakukan oleh Sharma et al
(2012). Studi ini mengeksplorasi analisis kelayakan ekonomi tanaman bunga yang
dominan dibudidayakan di Himachal Pradesh India, menggunakan analisis NPV,
B-C Ratio dan IRR. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis masalah dan
prospek Industri florikultur di negara bagian. Net Present Value (NPV) tanaman
bunga yang berbeda adalah positif dan berkisar Antara 30-44 lakhs. Benefit cost
ratio (BCR) diperkirakan masing-masing mencapai 2,37, 2,01, 1,89, 2,39 dan 2,89
untuk anyelir, gerbera, lilium, krisan dan mawar, masing-masing. Nilai semua
bunga ternyata lebih tinggi dari 70 persen untuk masing-masing jenis bunga. Degan
demikian usaha budidaya bunga di Himachal Pradesh dapat dikatakan layak untuk
dikembangkan.
Kajian tentang analisis nilai tambah dan kelayakan usaha suatu produk
sudah pernah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu, adapun penelitian
tersebut pernah dilakukan oleh Djoni (2013). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengolahan gula aren dari KBU PKBM Al-Mubarokah; Menganalisis
total biaya produksi, keuntungan, dan kelayakan gula aren; untuk menghitung BEP
dan nilai tambah agroindustri gula aren sebagai diversifikasi nira aren. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah casestudy gula kristal SGU dari PKBM Al
Barokah di Desa Cikuya, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya.
Responden ditentukan dengan menggunakan teknik sampel sensus untuk seluruh
30 anggota petani gula kristal SGU dari PKBM Al - Barokah.
6
Berdasarkan hasil dan pembahasannya, maka dihitung secara finansial,
groindustri gula aren sangat menguntungkan karena volume produksi aktual
mingguan 52,5 kg Dan pendapatan aktual mingguan Rp 787.702,00 di atas BEP
baik untuk unit produksi maupun uang. Volume produksi BEP mingguan tercatat
sebesar 1,39 kg dengan pendapatan Rp 20,702.00, agroindustri kristal gula aren
secara efisien dilakukan dengan rasio R / C lebih besar dari 1,86. Nilai tambah itu
dihasilkan dari pengolahan getah aren menjadi kristal gula sebesar Rp 2.834,00 per
liter, Rp 810.00 merupakan biaya tenaga kerja, dan Rp 2.024,00 merupakan
keuntungan.
Analisis nilai tambah juga dilakukan Irawan (2009), metode analisis data
yang digunakan dalam penelitiannya adalah analisis deskriptif dan analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi : (1) analisis nilai tambah, (2) analisis
penerimaan keuntungan, dan (3) analisis efisiensi usaha. Hasil penelitian
menunjukkan nilai tambah rata-rata per proses produksi yang dihasilkan oleh
agroindustri kerupuk jagung sebesar Rp. 15.448,65/kilogram bahan baku atau
sebesar 65,88% dari nilai produksi. Imbalan tenaga kerja yang diterima sebesar Rp.
8.763,02 atau 58,29% dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 6.685,63 atau
41,7% dari nilai tambahya. Nilai R/C ratio yaitu 1,29 sehingga dapat diketahui
bahwa agroindustri kerupuk jagung di Desa Belah telah efisien, sehingga
agroindustri ini mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Menurut Okvitawati (2003), tentang analisis pendapatan dan nilai tambah
pada produk olahan komoditas kedelai, studi kasus agroindustri di Desa Ngadirejo
Kecamatan Kota Kediri,. Ditinjau dari RC ratio rata-rata untuk skala usaha rumah
tangga adalah sebesar 1,23 dan untuk skala kecil 1.18. Rata-rata BEP unit sekali
proses produksi pada skala usaha rumah tangga adalah 3.64 kg tahu dan untuk skala
usaha kecil sebesar 5.64 kg tahu. Rata-rata BEP rupiah pada skala usaha rumah
tangga adalah Rp 21.615,32 dan untuk skala kecil adalah Rp 50.534,54. Sedangkan
rata-rata produktivitas tenaga kerja secara nilai tambah perminggu untuk skala
usaha rumah tangga adalah sebesar Rp 262.340 dan untuk skala usaha keeil sebesar
Rp 209,400, Dengan menggunakan analisis nilai tambah dapat diketahui rata-rata
nilai tambah perkilogram kedelai skala rumah tangga adalah Rp 4206,5 dan untuk
7
skala usaha kecil sebesar Rp 4.921.85. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa
agroindustri tahu sudah cukup efisien dan layak untuk dikembangkan,
Dari penelitian diatas, terdapat beberapa persamaan dalam analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini, untuk analisis kelayakan usaha menggunakan
metode NPV, B-C Ratio, IRR dan PP. Sedangkan dalam metode analisi nilai
tambah menggunakan metode Hayami, dilengkapi dengan analisi lain seperti
analisis analisis keuntungan serta analisis efisiensi usaha (R/C Ratio).
2.2 Buah Naga
Buah naga adalah tanaman sejenis pohon kaktus. Buah naga berasal dari
Meksiko, Amerika Selatan dan juga Amerika Tengah namun dalam
perkembangannya buah naga sudah ditanam secara komersial di Vietnam, Taiwan,
Malaysia, Australia, dan bahkan di Indonesia. Nama asing dari buah naga adalah
Dragon Fruit, dalam bahasa latin buah naga dikenal dengan sebutan Phitahaya.
Daging buah naga ada yang berwarna putih, merah, atau ungu dengan taburan biji-
biji berwarna hitam yang bisa dimakan (Idawati, 2012).
Tanaman buah naga telah dibudidayakan di pulau Jawa. Di Jawa Timur
seperti di Jember, Malang, Pasuruan dan daerah lainnya. Bentuk buah naga unik
dan menarik, kulitnya merah dan bersisik hijau mirip sisik naga sehingga
dinamakan buah naga atau dragon fruit. Ada empat jenis buah naga yang
dikembangkan di Indonesia, yaitu Hylocereus undatus (buah naga kulit merah
daging putih), Hylocereus costaricensis (buah naga kulit merah daging super
merah), Hylocereus polyrhizus (buah naga kulit merah daging merah), Selenicereus
megalanthus (buah naga kulit kuning daging putih) (Cahyono, 2009).
Dalam 100 g buah naga merah , kandungan airnya cukup tinggi yaitu 82,5-
83 g, serat 0,7-0,9 g, betakaroten 0,005-0,012 g, kalsium 6,3-8,8 mg, zat besi 0,55-
0,65 mg, fosfor 30,2-36,1 mg, protein 0,16-0,23 g, lemak 0,21-0,61 g, beragam
vitamin seperti B1 sebanyak 0,28-0,30 mg, vitamin B2 0,043-0,045 mg, vitamin C
8-9 mg dan kandungan niasin sebanyak 1,297-1,300 mg. (Gunasena dan
Pushpakumara, 2006).
8
2.3 Tinjauan Teori Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), usahatani diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi
masukan (input). Ditambahkan Mosher (1968) dalam Shinta (2012) mengatakan
bahwa usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-
bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya.
Menurut Kadarsan (1993), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mengatur
suatu tempat di mana seseorang atau beberapa orang mengelola unsur-unsur
produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan
berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Ditambahkan oleh
Shinta (2012), ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau
mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal dan
manajemen) secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh
hasil maksimal.
Menurut Shinta (2012) analisis usahatani adalah suatu alat analisis yang
bertujuan untuk melihat keadaan finansial suatu proyek usahatani. Melalui analisis
usahatani akan diperoleh gambaran mengenai efisiensi dan profitabilitas dari
proyek usahatani yang pada dasarnya analisis usahatani didasarkan pada azas
perbedaan antara manfaat yang diperoleh dengan pengorbanan yang telah
dikorbankan selama usia ekonomi proyek. Dalam usahatani terdapat struktur
usahatani yang diperlukan di segala informasi mengenai rincian manfaat yang
diperoleh serta biaya yang akan di korbankan pada proyek usahatani. Akan tetapi
rincian informasi tersebut sangat tergantung pada struktur usahatani dan struktur
usahatani harus ditentukan terlebih dahulu.
9
Pengertian usahatani tersebut, dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan
dalam menganalisis kegiatan usahatani buah naga di daerah penelitian sehingga
dapat ditarik kesimpulan bagaimana usahatani buah naga di daerah penelitian.
2.4 Agroindustri
2.4.1 Definisi Agroindustri
Agroindustri adalah cabang industri yang berhubungan langsung dengan
bidang pertanian, karena kegiatan di dalam industri ini adalah mengolah atau
mengubah hasil pertanian menjadi produk jadi maupun setengah jadi yang tujuan
utamanya adalah meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian itu sendiri.
Menurut Soekartawi (1995), agroindustri memiliki dua arti, pertama,
agroindustri merupakan industri yang berbahan baku utama dari hasil pertanian,
dari konteks ini agroindustri ditekankan pada food processing management dalam
perusahaan produk olahan berbahan baku hasil pertanian. Kedua, agroindustri
sebagai tahapan pembangunan sebagai tindak lanjut dari pembangunan pertanian,
tapi belum sampai dalam tahapan pembangunan industri.
Ahli lain menyebutkan bahwa agoindustri merupakan perpaduan antara
pertanian dan industri, yang mana keduanya menjadi sistem pertanian berbasis
industri yang bergerak dalam penanganan pasca panen (Hanani et al, 2003)
2.4.2 Peranan Agroindustri
Keberadaan agroindustri sangat penting untuk dapat memberikan kontribusi
di banyak bidang, selain meningkatnya nilai suatu produk pertanian, agroindustri
juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan adanya lapangan
pekerjaan dalam agroindustri yang ada
Seperti yang telah disebutkan dalam Soekartawi (1991) dalam Nuraisyah
(2003), agroindustri berperan dalam penciptaan lapangan kerja dengan memberikan
kehidupan bagi sebagian besar penduduk indonesia yang bekerja dalam sektor
pertanian, meningkatkan kualitas produk pertanian untuk menjamin pengadaan
bahan baku industri pengolahan hasil pertanian, perwujudan pemerataan
pembangunan di seluruh pelosok tanah air. endorong terciptanya ekspor komoditi
pertanian. meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
10
2.4.3 Kendala dalam Pengembangan Agroindustri
Menurut Tambunan (1990), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pembangunan agroindustri dan juga merupakan kendala yang harus dihadapi,
diantaranya adalah terbatasnya modal, pemerintah masih belum memberikan
prioritas utama pengembangan agroindustri sementara besar kecilnya modal akan
sangat menentukan kelanjutan agroindustri. Di samping itu manajemen yang secara
umum masih lemah sehingga faktor ini masih perlu diperhatikan karena akan
mempengaruhi proses keseluruhan dalam suatu agroindustri. Lemahnya
penguasaan teknologi yang dikuasi juga menjadi kendala yang dihadapi oleh pelaku
agroindustri hal ini terjadi karena jumlah tenaga kerja yang berkualitas di sektor
pertanian relatif kecil bila dibandingkan dengan sektor lain. Di sisi lain mekanisme
pemasaran yang dimiliki masih lemah sehingga berakibat fluktuasi harga sebagai
penyebab adanya pasar yang terbatas. Sedangkan kendala dalam perdagangan
internasional yaitu biaya pengangkutan hasil-hasil produk pertanian untuk ekspor
relatif tinggi.
2.5 Konsep Biaya, Penerimaan dan Keuntungan
2.5.1 Definisi Biaya
Biaya merupakan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
output. Biaya merupakan suatu akibat seara langsung dari pengertian bahwa
sumberdaya adalah langka dan berharga. Oleh karena itu, dalam penggunaannya
untuk menghasilkan suatu produk, perusahaan menggunakan faktor yang
mempunyai nilai. Dilihat dari pandangan perusahaan yang ingin mendapatkan
keuntungan yang banyak, maka keuntungan dari produksi terdiri dari selisih antara
nilai yang dihasilkan dan nilai masukan (Lipsey, 1995)
Menurut Mulyadi (1993), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Dan dikelompokkan menurut hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, seperti berikut:
1. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
volume kegiatan.
2. Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan volume
kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur tetap dan unsur biaya variabel.
11
3. Biaya semi tetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu
dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume tertentu.
4. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu.
2.5.2 Klasifikasi Biaya
A. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Menurut Arsyad (1991), biaya tetap (fixed cots) adalah biaya-biaya yang
tidak tergantung pada tingkat output. Terrnasuk dalam biaya tetap adalah
bunga pinjaman modal, biaya sewa peralatan pabrik serta tingkat depresiasi
yang ditetapkan, pajak kekayaan, dan gaji para pegawai yang tidak bisa di
PHK kan selama periode dimana kegiatan perusahaan tersebut dikurangi.
Menurut Sudarsono (1983), biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang
jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang
dilaksanakan. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan biaya tetap
ini harus dibayar dalam jumlah yang sama.
Gambar 1. Kurva Total Fixed Cost (TFC)
Biaya tetap total (TFC) dilukiskan sebagai garis lurus (horizontal
sejajar) dengan sumbu kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun
jumlah output yang dihasilkan, besarnya biaya tetap total (TFC) tidak berubah.
Dengan rumus menurut Soekartawi (2006), yaitu sebagai berikut:
𝑇𝐹𝐶 = ∑ 𝑋𝑖𝑃𝑥𝑖
𝑛
𝑖−𝑛
Q
P/Rp
TFC
12
Keterangan :
TFC = Biaya Tetap Total
Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = Harga input
N = Banyaknya input
Dimana nilai penyusutan menurut Rosyidi (1999), yaitu sebagai berikut:
𝐷 =𝑃𝑏 − 𝑃𝑠
𝑡
Keterangan :
D = Biaya penyusutan peralatan produksi
Pb = Nilai awal dari peralatan Produksi
Ps = Nilai akhir dari peralatan
t = Perkiraan umur peralatan
B. Biaya Variable (Variable Cost)
Menurut Hanani (2003) biaya variabel total merupakan biaya yang
nilainya tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Dengan demikian
jika jumlah produksi besar maka biaya yang diperlukan juga besar. Begitu juga
sebaliknya, jika produksinya kecil atau sedikit maka nilai biaya yang
diperlukan akan rendah.
Dengan rumus menurut Soekartawi (2006), yaitu :
𝑇𝑉𝐶 = ∑ 𝑋𝑖𝑃𝑥𝑖
𝑛
𝑖−𝑛
Keterangan:
TVC = Biaya Variabel Total
Xi = Jumlah fisik dari input yang membentuk biaya variabel
Pxi = Harga inputn
n = Banyaknya input
13
Pada gambar 2, biaya variabel total digambarkan dalam kurva yang terus
naik, jadi semakin banyak output yang dihasilkan maka biaya variabel akan
semakin tinggi, namun laju peningkatan biayanya berbeda.
C. Biaya Total
Menurut Rahardja dan Mandala (1999), biaya total jangka pendek (total
cost) sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. Biaya total secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
Dimana:
TC = Biaya Total
TFC = Biaya Tetap Total
TVC = Biaya Variable Total
Gambar 3 menjelaskan bahwa biaya total (TC) diperoleh dari penjumlahan
biaya tetap total (TFC) dengan biaya variabel total (TVC)
Q
P/Rp
TVC
Gambar 2. Kurva Total Variable Cost(TVC)
Q
P/Rp
TVC
Gambar 3. Kurva Total Cost (TC)
TFC
TC
14
2.5.3 Analisis Penerimaan dan Keuntungan
1. Perhitungan Penerimaan usaha
Menurut Boediono (2000), revenue (penerimaan) merupakan penerimaan
dari hasil penjualan outputnya. Total Revenue (TR) yaitu Penerimaan total
produsen dari hasil penjualan outputnya. Total revenue adalah output kali harga
jual outputnya.
𝑇𝑅 = 𝑄. 𝑃𝑄
Dimana:
TR = Total Penerimaan
Q = Jumlah Produksi (output)
PQ = Harga Q
1. Perhitungan keuntungan usaha
Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya
produksi. Secara matematis menurut Soekartawi (2006), yaitu sebagai berikut:
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶
Dimana:
π = Keuntungan
TR = Penerimaan Total
TC = Biaya Total
2.6 Tinjauan Kelayakan Usaha
Studi kelayakan menganalisis apakah suatu investasi yang direncanakan
layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu dapat pula digunakan untuk
menentukan prioritas investasi atas sejumlah rencana usaha yang feasible. Analisis
studi kelayakan dibedakan atas analisis financial yang menekankan analisis pada
financial benefit suatu rencana usaha dari sisi kepentingan investor atau
perusahaan dan analisis ekonomi yang menekankan pada economic benefit yaitu
benefit dari sisi perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik yang terlibat
maupun yang tidak terlibat langsung dengan usaha (Rahayu, 2010)
Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek keuangan jika sumber
dana untuk membiayai ide bisnis tersebut tersedia serta bisnis tersebut mampu
memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan dengan berdasarkan
asumsi-asumsi yang logis dan spesifik. (Suliyanto, 2010)
15
Analisis finansial dikaji dengan kuantitatif melalui analisis biaya,
penerimaan, RC Ratio, analisis laba rugi, Analisis Break Event Point (BEP),
analisis kriteria investasi, yaitu meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR), dan B-C Ratio
2.6.1 Analisis Jangka Pendek
1. Pendekatan R/C rasio
RC Rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha
dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost) (Darsono,
2008). Dengan kriteria hasil:
Jika R/C ratio > 1 usaha menguntungkan dan layak
Jika R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak
Jika R/C ratio = 1 usaha impas (tidak untung maupun merugi)
Menurut Rahmanto et al, (1998) dalam Elisabeth el al, (2006) secara
sederhana dapat ditulis rumus perhitungan R/C Rasio.
𝑅/𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟 (𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Dimana :
Penerimaan = PQ.Q
Total Biaya = TFC + TVC
R/C ratio = {(PQ.Q)/(TFC+TVC)}
Keterangan:
PQ = Harga output
Q = Output
TFC = Total Biaya tetap (fixed cost)
TVC = Total Biaya tidak tetap (variable cost)
2. Analisis BEP
Menurut Soekartawi (2006), analisis BEP atau nilai impas adalah suatu
teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel,
keuntungan, volume penjualan BEP dalam penelitian merupakan pengukuran
dimana kapasitas riil pengolahan bahan baku menjadi output menghasilkan total
penerimaan yang sama dengan pengeluaran BEP dalam unit dan dalam Rupiah
yang dirumuskan sebagai berikut:
16
1) BEP dalam unit Produksi
𝐵𝐸𝑃 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝑇𝐹𝐶
𝑃 − 𝑇𝑉𝐶/𝑄
Keterangan
TFC = total biaya tetap (Rp)
TVC = biaya variable (Rp)
P = Harga jual (Rp)
Q = total produksi (Kg)
2) BEP dalam rupiah
𝐵𝐸𝑃 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =𝑇𝐹𝐶
1 − (𝑇𝑉𝐶/𝑇𝑅)
Keterangan
TFC = total biaya tetap (Rp)
TVC = total biaya variable (Rp)
TR = Total Revenue/penerimaan (Rp)
Gambar 4 menjelaskan, titik impas atau BEP terjadi ketika jumlah
penerimaan (TR) sama dengan biaya total (TC), sedangkan daerah rugi
adalah keadaan dimana nilai penerimaan lebih kecil daripada biaya yang
dikeluarkan, dan daerah laba adalah keadaan dimana nilai penerimaan lebih
besar dari pada biaya yang dikeluarkan, dengan demikian akan ada selisih
yang diterima perusahaan berupa keuntungan.
Jumlah Produk
Harga/Rp
Biaya Variabel
Gambar 4. Titik Impas atau Break Even Point (Soekartawi, 2002)
Biaya Tetap
Biaya Total
Penerimaan Daerah Laba
BEP
Daerah Rugi
17
2.6.2 Analisis Jangka Panjang
1. Net Present Value (NPV)
Seluruh aliran cas bersih dinilai sekarang atas dasar factor diskonto.
Hasilnya dibandingkan dengan initial investment atau incremental outlay.
Selisish keduanya merupakan NPV (Halim, 2009)
Kriteria investasi NPV yaitu:
a. NPV = 0, artinya usaha tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian
sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan
kata lain, proyek ini tidak untung maupun tidak rugi.
b. NPV > 0, artinya sebuah usaha dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
c. NPV < 0, artinya usaha tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunaan atau dengan kata lain usaha tersebut merugikan atau tidak dapat
dilaksanakan.
2. Internal Rate of Return (IRR),
Tingkat kembalian internal (Internal Rate of Return) adalah hasil bunga
yang sesungguhnya dijanjikan oleh suatu usul investasi selama umurnya.
Besarnya tingkat diskonto/ tingkat bunga/ tingkat kembalian yang menjadikan
NPV sama dengan nol tersebut mengembalikan IRR dari usul investasi. (Halim,
2009)
3. Benefit Cost Ratio (B-C Ratio).
B-C Ratio menunjukkan perbandingan antara pendapatan (benefit)
dengan biaya modal (Cost) yang digunakan setelah di present value. Angka
perbandingan ini dipakai sebagai perhitungan dari suatu investasi di atas tingkat
discout rate. (Halim, 2009)
4. Payback Periode
Payback Period adalah masa pengembalian modal, artinya lama periode
waktu untuk mengembalIkan modal investasi. Cepat atau lambatnya sangat
tergantung pada sifat aliran kas masuknya (Sofyan, 2003). Jika alairan kas
masuknya besar atau lancar, maka proses pengembalian modal akan lebih
cepat dengan asumsi modal yang digunakan tetap atau tidak ada
penambahan modal selama umur proyek.
18
2.7 Tinjauan Nilai Tambah
2.7.1 Pengertian Nilai Tambah
Nilai tambah diartikan sebagai pertambahan nilai yang terjadi pada suatu
komoditas karena komoditas tersebut mengalami proses pengolahan lebih lanjut
dalam suatu proses produksi. Konsep nilai tambah adalah status pengembangan
nilai yang terjadi karena adanya input fungsional yang diperlakukan pada status
komoditas. Input fungsional adalah perlakuan dan jasa yang menyebabkan
bertambahnya kegunaan dan nilai komoditas selama mengikuti arus komoditas
pertanian (Harjanto, 1989).
Pada perhitungan nilai tambah dapat diketahui kategori suatu agroindustri
berdasarkan rasio nilai tambahnya yaitu termasuk dalam kategori agroindustri
bernilai tambah rendah, sedang atau tinggi. Kategori nilai tambah rendah, sedang
dan tinggi ditentukan dengan kriteria menurut Hubeis dalam Apriadi (2003), yaitu
nilai tambah dikatakan rendah jika nilai rasio <15%, sedang jika nilai rasio berkisar
15%-40% dan tinggi jika nilai rasio >40%.
Nilai tambah yang tinggi dapat digunakan sebagai informasi bagi pengusaha
lain untuk menanamkan modal pada agroindustri tersebut. Apabila nilai tambah dari
perlakuan yang dibenkan mampu memberikan nilai tambah yang tinggi, maka akan
dapat menarik investor baru untuk menanamkan modalnya serta menjadi peluang
kerja baru bagi masyarakat (Sonhaji, 2000).
Pengolahan produk pertanian menjadi produk-produk tertentu untuk
diperdagangkan akan memberikan banyak arti ditinjau dan segi ekonomi menurut
(Soekartawi, 2001) antara lain:
1. Meningkatkan nilai tambah
Adanya pengolahan produk pertanian dapat meningkatkan nilai tambah, yaitu
meningkatkan nilai (value) komoditas pertanian yang diolah dan meningkatkan
keuntungan pengusaha yang melakukan pengolahan komoditas tersebut.
2. Meningkatkan kualitas hasil
Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang akan menjadi tinggi.
Kualitas hasil yang baik dipengaruhi oleh komposisi bahan baku yang
digunakan. Perbedaan segmentasi pasar, tetapi juga mempengaruhi harga
barang itu sendiri.
19
3. Meningkatkan pendapatan
Selain pengusaha, petani penghasil bahan baku yang digunakan dalam industri
pengolahan tersebut akan mengalami peningkatan pendapatan.
4. Menyediakan lapangan kerja
Dalam proses pengolahan produk-produk pertanian menjadi produk lain
tentunya tidak terlepas dari adanya keikutsertaan tenaga manusia sehingga
proses ini akan membuka peluang bagi tersedianya lapangan kerja.
5. Memperluas jaringan distribusi
Adanya pengolahan produk-produk pertanian akan menciptakan atau
meningkatkan diversifikasi produk sehingga keragaman produk ini akan
memperluas jaringan distribusi.
2.7.2 Metode Hayami
Menurut Hayami (1987) nilai tambah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu nilai
tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Nilai tambah untuk
pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi kapasitas produksi, jumlah
bahan baku, dan tenaga kerja, serta faktor pasar yang meliputi harga output, harga
bahan baku, upah tenaga kerja dan harga bahan baku lain selain bahan bakar dan
tenaga kerja. Besarnya nilai tambah suatu hasil pertanian karena proses pengolahan
adalah merupakan pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai
yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Bisa dikatakan bahwa nilai tambah
merupakan gambaran imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.
Tinggi, sedang atau rendahnya suatu nilai tambah ditentukan dengan kriteria
menurut Hubeis dalam Apriadi (2003), yaitu nilai tambah dikatakan rendah jika
nilai rasio <15 persen, sedang jika nilai rasio berkisar 15 persen – 40 persen dan
tinggi jika nilai rasio >40 persen.
Menurut Kamisi (2011), nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga
kerja, modal dan manajemen yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
20
Nilai tambah = f (K, B, T, U, H, h, L)
Keterangan : K = Kapasitas produksi (Unit)
B = Bahan baku yang digunakan (Unit)
T = Tenaga kerja yang digunakan (Jam/ produksi)
U = Upah tenaga kerja (Rupiah)
H = Harga output (Rupiah/ unit)
h = Harga bahan baku (Rupiah/ unit)
L = Nilai input lain (Unit)
Prosedur perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami
sebagai berikut:
Tabel 1. Kerangka Perhitungan Nilai tambah Metode Hayami
Keluaran (output) Masukan (input) dan Harga
1 Output produk total (kg/ proses produksi) A
2 Input bahan baku (kg/ proses produksi) B
3 Input tenaga kerja (HOK/ proses produksi) C
4 Faktor konversi (kg output/ kg bahan baku) D = a/b
5 Koefisien tenaga kerja (HOK/ kg bahan baku) E = c/b
6 Harga output (Rp/ kg) F
7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/ proses produksi) G
Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga input bahan baku (Rp/ kg) H
9 Sumbangan input lain (Rp/ kg) I
10 Nilai Output (Rp/ kg) J = d x f
11 Nilai tambah (Rp/ kg) K = j-h-i
Rasio nilai tambah (%) 1 % = k/j x 100
12 Pendapatan tenaga kerja (Rp/ kg) M = e x g
Bagian tenaga kerja (%) N % = m/k x 100%
13 Keuntungan (Rp/ kg) O = k – m
Bagian keuntungan (%) P % = o/j x 100%
Balas Jasa untuk Faktor Produksi
14 Marjin (Rp/ kg) Q = j – h
a. Pendapatan tenaga kerja (%) R % = m/q x 100%
b. Sumbangan input lain (%) S % = i/1 x 100%
c. Keuntungan (%) T % = o/q x 100%
Sumber : Hayami, (1987)
Berdasarkan Tabel 1, Output roduk total adalah keseluruhan hasil jadi yang
diperoleh dari satu proses pengolahan. Input bahan baku adalah jumlah bahan baku
utama yang digunakan dalam satu kali proses produksi. Input tenaga kerja adalah
lama proses pengolahan yang dilakukan dalam hitungan jam. nilai faktor konversi
adalah perbandingan antara input dan output yang dihasilkan, menunjukkan bahwa
setiap penggunaan satu kilogram bahan baku mampu menghasilkan sejumlah
kilogram produk sesuai output yang dihasilkan. Besarnya nilai koefisien tenaga
21
kerja menunjukkan besarnya sumbangan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
mengolah satu kilogram produk.
Harga jual produk merupakan harga yang ditetapkan perusahaan sebagai
harga yang digunakan di pasar. Perhitungan nilai tambah ini dipengaruhi oleh
biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku utama dan biaya input lainnya. Rasio
nilai tambah adalah presentase nilai tambah yang merupakan hasil penambahan
nilai dari pengolahan terhadap bahan baku utama. Nilai tambah yang tinggi dapat
menjadi tolak ukur dalam pengembangan usaha.
Marjin merupakan selisih nilai jual produk dengan harga bahan baku, dari
nilai margin ini bisa diketahui berapa bagian dari pendapatan tenaga kerja,
sumbangan input lain dan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan yang
dinyatakan dalam satuan persen.
Dari hasil keluaran analisis nilai tambah tersebut, akan didapat dua kegunaan,
yaitu:
1. Bagi pelaku bisnis, dapat mengetahui besarnya imbalan atau balas jasa dari faktor-
faktor produksi yang digunakan.
2. Mengukur besarnya kesempatan kerja yang ditimbulkan, karena adanya kegiatan
menambah keguanaan.
Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami
adalah:
1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas.
2. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi.
3. Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk subsistem lain
di luar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran.
Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami juga memiliki kelemahan
yaitu:
1. pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan
banyak produk dari satu jenis bahan baku.
2. Tidak dapat menjelaskan produk sampingan.
3. Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk menyimpulkan apakah
balas jasa terhadap pemilik faktor produksi tersebut sudah layak.
22
Pada metode Hayami, faktor konversi menunjukkan banyaknya produk olahan
yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku. Koefisien tenaga kerja menunjukkan
banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
Nilai input lain mencakup nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan tenaga
kerja langsung yang digunakan selama produksi berlangsung.
Penerapan teknologi yang cenderung padat karya, akan memberikan proporsi
bagian terhadap tenaga kerja yang besar daripada proporsi keuntungan bagi
perusahaan. Sedangkan, bila yang diterapkan adalah teknologi padat modal, maka
proporsi bagian tenaga kerja akan menjadi kecil. Besar kecilnya proporsi ini tidak
berkaitan dengan imbalan yang diterima tenaga kerja dalam rupiah. Besar kecilnya
imbalan teaga kerja tergantung pada kualitas tenaga kerja itu sendiri, seperti
keterampilan dan keahlian. Sedangkan kualitas bahan baku juga mempengaruhi,
dilihat dari produk akhir yang dihasilkan. Jika faktor konversi bahan baku terhadap
produk akhir semakin lama semakin kecil, berarti kualitas bahan baku yang digunakan
semakin berkurang. (Hayami, 1987)
23
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Kecamatan Kepanjen merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Malang
yang mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani atau buruh tani, dan
didukung dengan terbentangnya lahan pertanian yang cukup luas dari data
Kecamatan Kepanjen (2012), luas lahan pertanian mencapai 3.164 Ha. Meskipun
mayoritas komoditas usahatani di Kecamatan ini adalah padi, beberpa penduduk
juga menanam tanaman buah naga dalam skala kecil, kebanyakan ditanam di
pekarangan rumah. Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai lahan usahatani buah
naga oleh penduduk diharapkan dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi
mereka.
Sejalan dengan pendapat Soekartawi (1995), usahatani diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada
secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi
masukan (input). Petani buah naga di Kecamatan Kepanjen juga melakukan
pengalokasian modal untuk kegiatan usahatani buah naga agar dapat memperoleh
keuntungan. Namun demikian karena buah naga merupakan tanaman pendatang
baru di Kecamatan kepanjen, perlu dilakukan analisis kelayakan terhadap usahatani
buah naga ini.
Merujuk pada pendapat Baroh (2007), pembangunan pertanian harus
dipandang melalui kegiatan on farm dan off farm, maksudnya adalah selain
berfokus pada kegiatan usahatani juga perlu diperhatikan kegiatan untuk
meningkatkan nilai dari produk pertanian tersebut, dalam hal ini buah naga yang
memiliki sifat tidak tahan lama dalam bentuk buah segarnya, akan lebih baik bila
dilakukan pengolahan agar produk buah naga bisa memiliki daya simpan yang lebih
tinggi dan agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan
adanya agroindustri pengolahan buah naga, dan salah satu perusahaan pengolahan
buah naga yang ada di Kecamatan Kepanjen adalah UD. Indra Rasa Kurnia.
24
UD. Indra Rasa kurnia adalah perusahaan yang memiliki kebun buah naga
seluas 13.000m2 yang tersebar di daerah Kecamatan Ngajum dan Kromengan,
dengan produktifitas kurang lebih 15 ton per Ha per tahun. Tetapi ketika musim
panen tiba pada bulan Nopember-April harga jual buah naga mencapai nilai yang
rendah, bisa mencapai Rp 7.000/kg, disamping itu umur simpan buah yang rendah
membuat buah ini harus segera dipasarkan, karena dua alasan tersebut UD. Indra
Rasa Kurnia berinisiatif untuk melakukan pengolahan terhadap buah naga yang
dihasilkan, dengan tujuan dapat meningkatkan nilai jual dan juga masa simpan yang
lebih lama.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Soekartawi (2001) menyebutkan bahwa
agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri
merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu
subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, subsistem usahatani,
subsistem pengolahan basil (agroindustri), subsistem pemasaran, subsistem sarana
dan subsistem pembinaan.
Agroindustri sebagai suatu subsistem dapat dipandang sebagai kegtatan yang
memerlukan input dan merubahrya untuk mencapai tujuan tertentu. Input dalam
kegiatan industri terdiri atas bahan mentah hasil pertanian maupun bahan tambahan,
tenaga ketja, modal dan faktor pendukung lainnya. Kegiatan agoindustri meliputi
usaha untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian melalui
pengolahan lebih lanjut dari bahan-bahan mentah basil pertanian maupun
memberikan jasa kepada tenaga kerja.
Salah satu bentuk produk olahan buah naga yang dihasilkan UD. Indra Rasa
Kurnia adalah berupa minuman sari buah. Buah naga yang dihasilkan dari kebun
produksi sebagian dijual sebagai wisata petik buah naga dan sebagian akan diolah
di rumah produksi. Pengolahan buah naga ini perlu dianalisis tingkat kelayakannya.
Analisis kelayakan usaha adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
apakah suatu investasi yang direncanakan layak atau tidak untuk dilaksanakan.
Selain itu dapat pula digunakan untuk menentukan prioritas investasi atas sejumlah
rencana usaha yang feasible. Analisis studi kelayakan dibedakan atas analisis
financial yang menekankan analisis pada financial benefit suatu rencana usaha dari
sisi kepentingan investor atau perusahaan dan analisis ekonomi yang menekankan
25
pada economic benefit yaitu benefit dari sisi perekonomian masyarakat secara
keseluruhan, baik yang terlibat maupun yang tidak terlibat langsung dengan usaha
(Rahayu, 2010)
Untuk melihat efisiensi dan kelayakan usahatani buah naga dapat digunakan
metode analisis NPV, IRR, Net B/C Ratio dan Payback Periode. Apabila usahatani
buah naga dapat memenuhi semua kriteria tersebut maka usahatani buah naga ini
dapat dilanjutkan. Sealnjutnya untuk melakukan analisis kelayakan pada
agroindustri minuman sari buah naga menggunakan analisis R/C Ratio.
Selain dilihat kelayakan dari usaha tersebut juga perlu di ketahui nilai tambah
dari proses pengolahan yang dilakukan. Analisis nilai tambah merupakan metode
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar imbalan bagi tenaga kerja dan
keuntungan yang diperoleh pengusaha untuk setiap kilogram bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi. Nilai tambah yang tinggi dapat digunakan
sebagai parameter untuk pengembangan suatu agroindustri. Produk agroindustri
yang mempunyai nilai tambah yang tinggi menunjukkan bahwa produk tersebut
layak untuk dikembangkan lebih lanjut.
Analisis penerimaan dan keuntungan, analisis penerimaan dipengaruhi oleh
total produksi dan totaI biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Apabila
penerimaan sebuah usaha lebih besar dan biaya yang dikeluarkan maka usaha
tersebut memperoleh keuntungan. Produk yang memberikan nilai tambah tinggi
memberikan pengertian bahwa produk tersebut layak dikembangkan dan
memberikan keuntungan, analisis nilai tambah yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode Hayami. Menggunakan nalisis nilai tambah ini dapat
diketahui berapa nilai tambah dari setiap kilogram buah naga yang diolah, margin
harga, dan keuntungan perusahaan.
26
Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan dalam skema berikut ini.
Keterengan:
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Usaha
Produk Sari Buah Naga di UD. Indra Rasa Kurnia.
Nilai Tambah:
1. Input (bahan baku)
2. Output (sari buah naga)
3. Harga
Alur Analisis :
Alur Berpikir
:
Agroindustri Sari
Buah Naga
Potensi panen Buah naga di
kebun UD. Indra Rasa Kurnia
Pengolahan Buah
Naga
Minuman Sari Buah
Naga
Peningkatan nilai
tambah
1. Analisis Biaya
2. Analisisi Penerimaan
dan Keuntungan
Imbalan Nilai Tambah:
1. Tenaga Kerja
2. Keuntungan
Nilai Tambah
metode Hayami
Peningkatan Pendapatan
Perusahaan
Kelayakan Usaha
Kelayakan Usaha
(BEP dan R/C Ratio)
Rendahnya harga jual
buah naga dan umur
simpan yang rendah
Usahatani Buah Naga
di Kecamatan
Kepanjen
Analisis Kelayakan
Usahatani
NPV, BC Ratio, IRR dan
Payback Periode
27
3.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas tentang usahatani dan agroindustri,
dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut:
1. Usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen layak dikembangkan.
2. Agroindustri minuman sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia layak
dikembangkan
3. Agroindustri minuman sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia mampu
memberikan nilai tambah.
3.3 Batasan Masalah
Penelitian perlu ditentukan batasan masalah untuk menghindari kerancuan
dan mempermudah pembahasan yang dilakukan, batasan masalah penelitian ini
sebagai berikut:
1. Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani buah naga dilakukan di
Kecamatan Kepanjen.
2. Analisis kelayakan usahatani buah naga dalam pembahsan ini merupakan
proyeksi data produksi dan penerimaan selama enam tahun, selanjutnya untuk
tahun 7 sampai 15 diperoleh dari hasil forecasting.
3. Penelitian kelayakan agroindustri dan nilai tambah di lakukan di UD. Indra Rasa
Kurnia Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa
Timur .
4. Penelitian nilai tambah, penerimaan dan keuntungan, serta analisisi kelayakan
agroindustri minuman sari buah naga menggunakan BEP dan R/C ratio, ini
dilakukan pada satu kali proses produksi pembuatan minuman sari buah naga
oleh UD. Indra Rasa Kurnia pada bulan April 2017.
5. Analisis nilai tambah menggunakan metode perhitungan nilai tambah untuk
pengolahan.
28
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Tabel 2. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel
Konsep Variable Definisi Operasional Satuan
Pengukuran
Usahatani
buah naga
Pendapatan
usahatani
Selisih antara penerimaan
usahatani buah naga dengan biaya
produksi
Rupiah (Rp)
Penerimaan Hasil kali jumlah produksi buah
naga (kg) dengan harga jual buah
naga (Rp)
Rupiah (Rp)
Biaya tetap Biaya yang tidak mempengaruhi
jumlah produksi
Rupiah (Rp)
Biaya
variabel
Biaya yang secara langsung
mempengaruhi hasil produksi
Rupiah (Rp)
Total biaya
usahatani
Biaya keseluruhan yang
dikeluarkan dalam usahatani,
merupakan penjumlahan dari
biaya tetap dan dari biaya veriabe
Rupiah (Rp)
Biaya
investasi
Biaya yang dikeluarkan pada tahun
ke-0 usahatani buah naga terdiri
dari biaya pembelian tiang, bibit,
biaya pemasangan tiang, biaya
penanaman, pemupukan dasar.
Rupiah (Rp)
Biaya
produksi
Biaya operasional meliputi biaya
pembelian pupuk, pestisida, dan
biaya pemeliharaan
Rupiah (Rp)
Harga buah
naga
Nilai jual dari produk buah naga Rp/Kg
Kelayakan
Usahatani
Umur Proyek Jumlah tahun proyek dilaksa-
nakan
Tahun
Suku Bunga Bunga bank yang berlaku pada
saat ini
Persen (%)
Dicount
Factor
Faktor pengurangan nilai oleh
tingkat suku bunga
Persen (%)
NPV Hasil hitung antara nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih
(operasional maupun terminal
cash flow) di masa yang akan
datang
Rupiah (Rp)
29
Tabel 2. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel (Lanjutan)
Konsep Variable Definisi Operasional Satuan
Pengukuran
IRR tingkat bunga yang akan
menjadikan jumlah nilai sekarang
dari proceeds yang diharapkan
akan diterima (PV of future
proceeds) sama dengan jumlah
nilai sekarang dari pengeluaran
modal (PV of capital outlays).
Persen (%)
B-C Ratio perbandingan antara nilai
sekarang penerimaan-penerimaan
kas bersih di masa datang dengan
nilai sekarang investasi
Unit
Payback
Periode
lama periode waktu untuk
mengembalIkan modal investasi
Tahun
Nilai
Tambah
Bahan Baku Jumlah Buah Naga yang akan
diolah menjadi minuman Sari buah
Naga
Kilogram
(Kg)
Harga Bahan
Baku
Harga bahan baku buah naga per
kilogram
Rupiah/
kilogram
Sumbangan
input lain
Biaya yang dikeluarkan untuk
membeli bahan penunjang dalam
satu kali proses produksi sari buah
naga
Rupiah/
kilogram
bahan baku
Nilai Output Nilai sari buah naga yang
dihasilkan dalam satu unit uotput
(kardus)
Rupiah/
kardus
Nilai Tambah Selisih antara nilai output sari buah
naga dikurangi dengan harga input
(buah Naga) dan sumbangan input
lain dalam satu kali proses
produksi
Rupiah/
Kilogram
Rasio Nilai
Tambah
Perbandingan antara nilai tambah
terhadap nilai jual produk sari
buah naga
Presentase
(%)
Pendapatan
tenaga kerja
Upah yang diterima tenaga kerja
langsung untuk mengolah sari
buah naga
Rupiah/Kilog
ram
Pangsa
Tenaga Kerja
Presentase pendapatan tenaga
kerja langsung dari nilai tambah
yang diperoleh
Presentase
(%)
30
Tabel 2. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel (Lanjutan)
Konsep Variable Definisi Operasional Satuan
Pengukuran
Keuntungan
Agroindustri
Selisish antara penerimaan dengan
total biaya yang dikeluarkan
selama proses produksi
Rupiah/Prose
s produksi
Tingkat
Keuntungan
Perbandingan antara keuntungan
dengan nilai tambah
Presentasi
(%)
Biaya Biaya
produksi
Semua biaya yang dikeluarkan
agroindustri sari buah naga untuk
menghasilkan output dalam satu
kali produksi
Rupiah (Rp)
Biaya tetap Biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi, tidak tergantung
pada besar kecilnya kuantitas
produksi.
Rupiah (Rp)
Biaya
variabel
Total biaya yang besarnya
tergantung dari volume produksi
yang dihasilkan dan terlibat
langsung dalam proses produksi.
Rupiah (Rp)
Total
penerimaan
Jumlah output (sari buah naga)
yang dihasilkan deikalikan dengan
harga output (sari buah naga)
Rupiah (Rp)
BEP Volume
Produksi
Jumlah Unit minimal yang harus
dihasilkan dalam usaha
agroindustri sari buah naga
Unit
BEP Rupiah Tingkat Penerimaan agroindustri
sari buah naga pada jumlah output
saat BEP
Rupiah (Rp)
R/C Ratio Tingkat kelayakan agroindustri Unit
49
31
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Metode Penentuan Lokasi
Pemilihan Kecamatan Kepanjen sebagai lokasi penelitian analisis kelayakan
usahatani dilakukan secara purposive, sesuai tujuan penelitian untuk mengetahui
tingkat kelayakan usahatani buah naga, disamping itu karena di Kecamatan
Kepanjen terdapat perusahaan pengolahan buah naga. Sedangkan pemilihan lokasi
penelitian kelayakan usaha dan nilai tambah juga dilakukan secara purposive,
penelitian dilakukan di agroindustri minuman sari buah naga UD. Indra Rasa
Kurnia dengan pertimbangan perusahaan ini memiliki kebun buah naga milik
pribadi dan kemudian mengolah sebagian hasil panen menjadi produk buah naga
olahan. Perusahaan ini terletak di Jl. Raya G. Kawi 31, Desa Talangagung,
Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April 2017.
4.2 Metode Penentuan Key Informan
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, sampel dipilih sesuai data yang dibutuhkan oleh peneliti. Responden
dalam penelitian ini yaitu manager sebagai key informan gambaran perusahaan
secara umum, karyawan bagian produksi sebagai key informan kegiatan produksi
minuman sari buah naga dan bagian pemasaran untuk mendapatkan informasi
penjualan produk minuman sari buah naga. Metode penentuan key informan petani
buah naga menggunakan metode sensus yaitu menjadikan semua populasi sebagai
nara sumber, karena populasi petani buah naga di Kecamatan Kepanjen hanya 5
petani, jumlah tersebut adalah petani buah naga yang memanfaatkan lahan
pekarangannya sebagai lahan usahatani buah naga.
4.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari petani buah naga di Kecamatan
Kepanjen, melalui wawancara untuk mengetahui biaya usahatani buah naga.
Data primer juga diperoleh dari agroindustri minuman sari buah naga UD. Indra
32
Rasa Kurnia melalui wawancara dengan berkomunikasi secara langsung dengan
pihak pengusaha agroindustri minuman sari buah naga. Data yang diambil
antara lain data tentang profil perusahaan, pengadaan bahan baku, proses
produksi, peralatan yang digunakan dalam proses produksi, besarnya output
yang dihasilkan, pemasaran produk, dan pembagian kerja dalam perusahaan.
2. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari pemilik perusahaan berupa data biaya produksi, data
penjualan. Selain itu data sekunder diambil dari kantor Kecamatan Kepanjen
dan berbagai pustaka ilmiah yang mendukung topik penelitian sebagai dasar
atau pedoman dalam menunjang data primer dan melengkapi penulisan laporan
data yang diperoleh.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
3 metode, yaitu:
1. Wawancara atau Interview
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab kepada responden yaitu petani buah naga di Kecamatan
Kepanjen dan pemilik agroindustri sari buah naga dengan menggunakan
pedoman kuisioner.
2. Observasi atau pengamatan langsung
Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap proses
produksi pembuatan minuman sari buah naga. Kemudian dideskripsikan secara
tertulis, sehingga peneliti dapat mengetahui kebenaran fakta akan obyek yang
diteliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk menunjang data yang
telah diperoleh di lapang dengan melakukan pengambilan gambar,
mengumpulkan data otentik dari sumber langsung maupun dokumen yang
terkait dengan penelitian.
33
4.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
analisis biaya, analisis penerimaan, analisis keuntungan, analisis nilai tambah dan
kelayakan usaha.
4.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berguna untuk menganalisis data-data ynag bersifat
kualitatif, yaitu menggambar, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi keadaan
tempat penelitian sesuai dengan kondisi lapang. Analisis ini memberikan gambaran
yang lebih baik bila tidak ada data kuantitatif untuk menggambarkan keaadaan
lokasi penelitian, keadaan sampel penelitian, proses usahatani buah naga dan
produksi pengolahan sari buah naga di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang.
4.5.2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk lebih mudah menyimpulkan berbagai
tujuan penelitian dengan tingkat kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) analisis kelayakan
usahatani, (2).analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan kelayakan usaha
(3).analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami. Secara rinci dijelaskan
sebagai berikut:
1. Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan
a) Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan tidak tergantung pada nilai output.
Dalam hal ini dalam agroindustri sari buah naga adalah biaya depresiasi peralatan
produksi dan biaya sewa lahan atau pajak tanah.
𝑇𝐹𝐶 = ∑ 𝐹𝐶𝑛𝑖=1 ................................... (1)
Keterangan:
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap produksi sari buah naga (Rp))
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap produksi sari buah naga (Rp))
n = Banyaknya Input
Kemudian biaya tetap untuk harga alat/mesin dihitung dengan rumus
penyusutan peralatan/mesin yang dihunakan selama proses produksi, yaitu:
34
𝐷 =𝑃𝑏−𝑃𝑠
𝑡 ................................... (2)
Keterangan:
D = penyusutan alat / mesin (Rp/th)
Pb = Nilai awal alat / mesin (Rp)
Ps = Nilai akhir alat / mesin (Rp)
t = Umur Ekonomis Alat (th)
b) Biaya Variabel
𝑇𝑉𝐶 = ∑ 𝑉𝐶𝑛𝑖=1 ................................... (3)
Keterangan:
TVC = Total Variable Cost (Total Variabel Tetap produksi sari buah naga (Rp))
VC = variable Cost (Biaya variabel produksi sari buah naga (Rp))
n = Banyaknya Input
c) Biaya Total
Biaya total (total cost) ddapat diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan
biaya variabel, dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶................................. (4)
Keterangan:
TC = biaya total dalam satu kali produksi sari buah naga (Rp)
TFC = Biaya Tetap dalam satu kali produksi sari buah naga (Rp)
TVC = biaya variable dalam satu kali proses produksi sari buah naga (Rp)
d) Analisis Penerimaan
Penerimaan pada agoindustri sari buah naga adalah hasil kali antara harga jual
dengan total produksi sari buah naga yang dihasilkan. Secara matematis
perhitungan penerimaan sebagai berikut:
𝑇𝑅 = 𝑃 𝑥 𝑄.................................................... (5)
Keterangan:
TR = Penerimaan total
P = Harga Produk sari buah Naga (Rp/unit)
Q = Jumlah Produksi sari buah naga (unit)
35
e) Analisis Keuntungan Usaha
Keuntungan pada agroindustri adalah selisih antara total penerimaan pada
usaha pembuatan sari buah naga dalam saru kali proses produksi dengan total biaya
produksi dalam satu kali produksi. Keuntungan dirumuskan sebagai berikut:
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶........................................ (6)
Keterangan:
𝜋 = Keuntungan (Rp)
TR = hasil yang diterima dari penjualan sari buah naga (Rp)
TC = biaya total pembuatan sari buah naga (Rp)
f) Analisi Break Even Point
1) Break Even Point (BEP) penjualan dalam unit
Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang
harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami kerugian
(Mulyadi. 2003). Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut:
𝐵𝐸𝑃 𝑈𝑛𝑖𝑡 =𝑇𝐹𝐶
𝑃−𝑉𝐶
𝑄
.................................. (7)
Keterangan:
BEP = Break Even Point (titik Impas)
FC = Biaya tetap satu kali produksi sari buah naga (Rp)
VC = Biaya varriabel per Kilogram (Rp)
P = Harga Produk (Rp)
2) Break Even Point (BEP) Rupiah
Break even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan
kuantitas produk pada saat BEP (Mulyadi, 2003).
𝐵𝐸𝑃 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ =𝑇𝐹𝐶
1−𝑇𝑉𝐶
𝑇𝑅
................................................ (8)
Keterangan:
BEP = Break Even Point (titik Impas)
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
36
2. Analisis Kelayakan Usaha
a. Analisis Jangka Pendek
Analisisis Perhitungan kelayakan usaha dalam agroindustri minuman sari
buah naga menggunakan analisis R/C ratio. Analisis ini diperoleh dari hasil bagi
penerimaan total dengan biaya total produksi minuman sari buah naga. Return Cost
Ratio (R/C) digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu kegiatan
usaha. Rumus perhitungan R/C ratio adalah sebagai berikut:
𝑅/𝐶 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖........................................ (9)
Jika R/C ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau
layak untuk dikembangkan. Jika R/C ratio < 1 maka usaha tersebut mengalami
kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan, sedangkan bila R/C ratio = 1 maka
usaha ini tidak rugi juga tidak untung (Soekartawi, 1995)
b. Analisis Jangka Panjang
1) Net Present Value (NPV)
Metode Net Present Value (NPV) adalah menghitung antara nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional
maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai
sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dulu tingkat suku bunga yang dianggap
relevan. Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang
akan datang lebih besar dari pada nilai sekarang investasi, maka proyek ini
dikatakan menguntungkan sehingga diterima. Sedangkan apabila lebih kecil (NPV
negatif), proyek ditolak karena tidak menguntungkan (Husnan et al, 2000).
Nilai NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
∑ =𝑛𝑡=0
(𝐵𝑡−𝐶𝑡)
(1+𝑖)𝑡................................................ (10)
Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
n = Umur proyek
i = Suku bunga (%)
t = Tahun kegiatan bisnis
37
Dengan kriteria sebagai berikut :
NPV > 0 → maka secara finansiil usaha layak untuk dilaksanakan karena
manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.
NPV < 0 → maka secara finansiil usaha tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya
atau cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan.
NPV = 0 → maka secara finansiil usaha tidak menguntungkan dan juga tidak
rugi, karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi
biaya yang dikeluarkan.
2) Internal Rate of Return (IRR)
Metode IRR digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas dengan
pengeluaran investasi awal (Umar, 2007). Rumus yang dipakai seperti berikut :
Secara matematik rumus internal rate of return dapat dituliskan sebagai berikut:
∑ =𝑛𝑡−0
𝐴𝑡
(1+𝑟)𝑡................................................ (11)
Keterangan :
r = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dari proceeds sama dengan PV
....dari capital outlays
At = Cash flow untuk periode t
n = Periode yang terakhir dari cash flow yang diharapkan
Nilai IRR dapat di cari misalnya dengan coba-coba (trial and error). Caranya
hitung nilai sekarang dari arus kas dari suatu investasi dengan menggunakan suku
bunga yang wajar, misalnya 10 persen, lalu bandingkan dengan biaya investasi, jika
nilai investasi lebih kecil, maka di coba lagi dengan suku bunga yang lebih besar
demikian seterusnya sampai biaya investasi menjadi sama besar. Pada tingkat
bunga yang menggambarkan besarnya Internal Reate of Return dari usul investasi
tersebut, cara tersebuat dinamakan interpolasi dengan rumus IRR menurut Umar
(2007) sebagai berikut :
38
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖+ + (𝑁𝑃𝑉+
𝑁𝑃𝑉+−𝑁𝑃𝑉−) × (𝑖− − 𝑖+)........................ (12)
Dimana,
i positif = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif
i negatif = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV positif = nilai NPV pada tingkat suku bunga i positif
NPV negatif = nilai NPV pada tingkat suku bunga i negatif
Kriteria penilaian jika IRR yang didapat lebih besar dari rate of return yang
ditentukan maka investasi dapat diterima.Metode penilaian usul-usul investasi lain
yang menggunakan “discounted cash flow” ialah apa yang disebut metode “internal
rate of return”. Pengertian “internal rate of return” itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds
yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai
sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays). Pada dasarnya “ internal
rate of return” harus dicari dengan cara “trial and error” dengan serba coba-coba
(Riyanto, 2010).
3) Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit and Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan metode menghitung
perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa
datang dengan nilai sekarang investasi. Kalau B/C Ratio-nya lebih besar dari satu,
maka proyek dikatakan menguntungkan, tetapi kalu kurang dari satu maka
dikatakan tidak menguntungkan. Sebagaimana metode NPV, maka metode ini perlu
menentukan dulu tingkat bunga yang akan digunakan (Husnan dan Suwarsono,
2000).
Dalam Kasmir et al (2003), Rumus yang digunakan untuk mencari BC Ratio
adalah sebagai berikut:
𝐵/𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =∑ 𝑃𝑉𝑛𝑒𝑡𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡
∑ 𝑃𝑉𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖....................................... (13)
39
4) Payback periode
Payback Period atau analisis waktu pengembalian investasi merupakan suatu
periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan
menggunakan aliran kas, secara matematis payback periode dapat dituliskan seperti
berikut:
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 = 𝑛 +(𝑎−𝑏)
(𝑐−𝑏)𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛. ........................ (14)
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup
investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
3. Analisis Nilai Tambah
Besarnya nilai tambah didapat dari pengurangan biaya bahan baku ditambah
input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja.
Nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan pengolahan.
Adapun format yang digunakan dalam analisis nilai tambah menggunakan metode
Hayami. Menurut Hayami (1990) dalam Sudiyono (2002), ada dua cara untuk
menghitung nilai tambah, yaitu nilai tambah pengolahan dan nilai tambah
pemasaran, pada perhitungan nilai tambah pembuatan minuman sari buah naga ini
menggunakan format analisis nilai tambah pengolahan.
Dari hasil perhitungan diatas akan dihasilkan keterangan sebagai berikut :
1. Nilai tambah (Rp) adalah selisih antara nilai output minuman sari buah naga
dengan bahan baku utama minuman sari buah naga (buah naga) per kilogram
dan sumbangan input lain
2. Rasio nilai tambah (%) menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk
3. Pendapatan tenaga kerja (Rp) menunjukkan jumlah upah yang diterima tenaga
kerja untuk mengolah satu satuan bahan baku
4. Pangsa tenaga kerja langsung (%) menunjukkan persentase pendapatan tenaga
kerja langsung dari nilai tambah yang diperoleh
5. Keuntungan (Rp) menunjukkan bagian yang diterima perusahaan dari nilai
tambah yang diperoleh.
40
6. Tingkat keuntungan (%) menunjukkan persentase keuntungan dari nilai tambah
7. Marjin (Rp) menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor-faktor produksi
selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
8. Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%)
9. Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%).
41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Kepanjen merupakan kecamatan yang terletak di wilayah
Kabupaten Malang bagian selatan. Kecamatan ini terdiri dari empat kelurahan, 14
desa, 39 dusun, 77 RW, dan 467 RT. Kepanjen merupakan ibukota Kabupaten
Malang sejak ditetapkan pada tahun 2008. Keempat kelurahan dan 14 desa di
kecamatan ini adalah Kelurahan Ardirejo, Kelurahan Cempokomulyo, Kelurahan
Kepanjen, Kelurahan Penarukan, Desa Curungrejo, Desa Dilem, Desa Jatirejoyoso,
Desa Jenggolo, Desa Kedung Pedaringan, Desa Kemiri, Desa Mangunrejo, Desa
Mojosari, Desa Ngadilangkung, Desa Panggungrejo, Desa Sengguruh, Desa
Sukoharjo, Desa Tegalsari, dan Desa Talangagung.
Secara administratif, Kecamatan Kepanjen dikelilingi oleh kecamatan
lainnya yang ada di Kabupaten Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Kepanjen
berbatasan langsung dengan Kecamatan Pakisaji. Sedangkan di sebelah timur,
kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Gondanglegi dan
Bululawang. Di sebelah selatan, Kecamatan Kepanjen berbatasan dengan Pagak.
Lalu, di sebelah barat, Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Kromengan
dan Ngajum.
Kecamatan Kepanjen memiliki luas wilayah 44.68 km2. Sementara itu,
jumlah penduduk mencapai 101.229 jiwa. Secara geografis, Kepanjen terletak pada
ketinggian rata-rata 350 meter di atas permukaan laut. Lokasinya diapit oleh tiga
gunung besar, yaitu Gunung Kawi, Gunung Semeru, dan pegunungan Malang
selatan.
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kepanjen cukup beragam, mulai
dari petani/buruh tani, buruh bangunan, pedagang, PNS, dan lain sebagainya, lebih
rinci tentang mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
42
Tabel 3. Data Penduduk Kecamatan Kepanjen Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Petani/ buruh tani 8.412 33,61
2 Pedagang 5.872 23,46
3 Buruh industri 4.218 16,85
4 PNS 2.856 11,41
5 Buruh bangunan 1.739 6,95
6 Pegawai swasta 872 3,48
7 Pengusaha 286 1,14
8 Pengrajin 220 0,88
9 TNI 123 0,49
10 Lain-lain 430 1,72
Total 25.028 100 %
Sumber: Data Kecamatan Kepanjen (2012)
Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kecamatan
Kepanjen adalah Petani/buruh tani yaitu sebesar 33,61 persen hal ini sesuai dengan
masih banyaknya lahan pertanian yang ada di Kecamatan Kepanjen ini yaitu
mencapai 3.164 Ha. Mata pencaharian terbesar ke-dua yaitu sebagai pedagang
sebesar 23,46 persen, Kecamatan Kepanjen sebagai ibu kota Kabupaten Malang
membuat usaha perdagangan di kecamatan ini menjadi mata pencaharian yang
cukup diminati masyarakat. Persentase terkecil dari mata pencaharian penduduk
Kecamatan Kepanjen yaitu TNI sebesar 0,49 persen saja.
Lahan pertanian di Kecamatan Kepanjen terbagi dalam beberapa jenis, seperti
persawahan, ladang dan kebun. Secara rinci potensi lahan pertanian di Kecamatan
Kepanjen dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data Jenis Lahan Pertanian di Kecamatan Kepanjen
No Jenis Lahan Jumlah (Ha) Persentase (%)
1 Sawah 2.100 66,37
2 Sawah Tadah Hujan 10 0,32
3 Tebu 700 22,12
4 Jagung 300 9,48
5 Ubi kayu 50 1,58
6 Kopi 4 0,13
Total 3.164 Ha 100%
Sumber: Data Kecamatan Kepanjen (2012)
Potensi lahan kecamatan Kepanjen pada tabel 4 menunjukkan bahwa lahan
persawahan adalah yang paling banyak ditemukan yaitu seluas 2.100 Ha atau 66,37
persen dari area pertanian yang ada, lahan persawahan biasa ditanami dengan
tanaman padi, demikian juga denga sawah tadah hujan. Potensi lahan yang terbesar
43
ke dua adalah ladang tebu dengan luas 700 Ha, disusul dengan ladang jagung seluas
300 Ha. Kebun kopi juga ditemukan di Kecamatan kepanjen hanya saja dalam
persentase yang kecil, yaitu 0,13 persen saja atau seluas 4 Ha.
Potensi lahan pada tabel 4 diatas menunjukkan bahwa buah naga bukanlah
termasuk komoditas utama yang usahakan oleh masyarakat di Kecamatan
Kepanjen, buah naga ditanam masyarakat hanya di pekarangan rumah, dengan luas
maksimal 357 m2 dan luas rata-rata hanya 271m2 (0,03 Ha). Namun demikian
usahatani buah naga yang ada ini akan dijadikan pendekatan dalam menghitung
kelayakan usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen dengan mengkonversikan
rata-rata luas lahan yang ada ke dalam satuan Hektar (Ha). Sedangkan perusahaan
pengolahan buah naga di Kecamatan Kepanjen berada di Desa Talangagung, yaitu
UD. Indra Rasa Kurnia dengan merek dagang “Naga Rasa”.
5.2 Gambaran Usahatani Buah Naga
Usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen sudah ada sejak tahun 2008,
tanaman buah naga ditemukan sebagai tanaman pengisi lahan kosong di sekitar
rumah. Berikut ini adalah tahapan yang lakukan petani responden dalam usahatani
buah naga, tahapan ini antara lain tahap persiapan lahan, tahap penanaman, tahap
pemeliharaan (penyiangan, penyemprotan, pemupukan dan pemangkasan) dan
tahap pemanenan.
1. Persiapan Lahan
Lahan usahatani buah naga diolah terlebih dahulu sebelum dilakukan
penanaman, pengolahan meliputi kegiatan penggemburan tanah, pemasangan tiang
penyangga, pembuatan lubang tanam dan pemupukan dasar. Penggemburan tanah
bertujuan agar tanaman buah naga bisa tumbuh dengan baik. Tanaman buah naga
memerlukan tiang penyangga dalam pertumbuhannya agar tanaman bisa berdiri
tegak, kebutuhan tiang penyangga ini rata-rata sebanyak 1.507 tiang penyangga
dalam satu hektar dengan jarak tanam 2x2 meter. Selanjutnya dibuat lubang tanam
disekitar tiang penyangga, 4 lubang tanam dalam satu tiang penyangga, kemudian
dilakukan pemupukan dasar berupa pupuk kandang, NPK dan KCL.
44
2. Penanaman
Bibit buah naga berupa bibit hasil perbanyakan stek dengan panjang bibit
antara 20-30cm, kebutuhan bibit buah naga yaitu 4 kali julah tiang yang ada dalam
lahan usahatani buah naga, hal ini dikarenakan dalam satu tiang akan digunakan
sebagai penyangga 4 tanaman buah naga. Tanaman buah naga dapat berproduksi
sampai umur 15 tahun, sehingga pembelian bibit berikutnya hanya untuk kebutuhan
penyulaman tanaman buah naga yang mati, kegiatan penyulaman dilakukan satu
bulan setelah tanam.
3. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan dalam usahatani buah naga meliputi kegiatan
penyiangan, penyemprotan, pemupukan dan pemangkasan. Kegiatan penyiangan
dilakukan 4 bulan sekali, artinya dalam satahun terdapat 3 kali proses penyiangan,
penyiangan dilakukan tepat sebelum dilakukan pemupukan agar tidak terjadi
persaingan dalam penyerapan unsur hara. Dalam satu hektar kegiatan penyiangan
rata-rata melibatkan 5 orang tenaga kerja dan dapat terselesaikan dalam waktu 5
hari.
Pemupukan yang dilakukan dalam usahatani buah naga yaitu pemupukan
rutin yang dilakukan setiap 4 bulan sekali, dengan dosis pupuk kandang 1 kg per
tanaman buah naga, NPK dan KCL sebanyak 30 gram per tanaman, berbeda dengan
dosisi pemupukan dasar yang menggunakan dosis 4 kg pupuk kandang dalam satu
lubang tanam, dan 60 gram per lubang tanam untuk dosis NPK dan KCL.
Penyemprotan dalam usahatani buah naga bertujuan untuk mengendalikan
hama dan penyakit buah naga, penyemprotan dilakukan berkala 4 bulan sekali
sebagai langkah pencegahan, tetapi apabila terjadi serangan yang cukup parah maka
akan dilakukan pengendalian secara lebih intensif. Jenis pestisida yang
diaplikasikan adalah insektisida dengan bahan aktif dimetoat untuk mengendalikan
serangga tungau dan kutu putih, sedangkan untuk serangan jamur menggunakan
fungisida berbahan aktif benomyl.
Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan hanya
dalam waktu 5 tahun sekali, pemangkasan dilakukan dengan memotong cabang
buah naga yang biasanya berbuah, dari pemangkasan ini akan tumbuh cabang baru
45
yang akan menghasilkan buah. Pemangkasan dilakukan untuk peremajaan cabang
buah naga agar tetap menghasilkan buah secara optimal.
4. Pemanenan
Pemanenan bisa dilaukan pada tahun ke-dua saat buah naga mulai matang,
pada umur 40 hari setelah bunga mekar buah naga bisa dipanen dengan ciri-ciri
warna kulit buah berubah dari warna hijau menjadi warna merah seluruhnya.
5.3 Karakteristik Petani Responden
Karakteristik petani responden dijelaskan untuk memberikan gambaran
keadaan sosial ekonomi rumah tangga petani responden untuk dijadikan landasan
dalam membahas hasil analisis data. Jumlah petani responden hanya 5 orang, di
karenakan di daerah penelitian sangat sulit ditemukan petani buah naga dengan
lahan yang luas, kebanyakan buah naga ditanam di bagian depan atau samping
rumah penduduk, dalam penelitian ini responden merupakan petani buah naga yang
melakukan usahatani buah naga di pekarangan rumahnya. Adapun karakteristik
petani responden yang dimaksudkan meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman
usahatani dan luas kepemilikan lahan.
5.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia menggambarkan usia petani
responden yang melakukan usahatani buah naga dilokasi penelitian, karakteristik
responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
41-50 4 80
51-60 1 20
Total 5 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 5, mayoritas petani buah naga masih berumur antara 41-50
tahun yaitu 4 orang, dan hanya ada seorang petani yang berusia antara 51-60 tahun.
5.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan menggambarkan
tingkat pendidikan petani responden yang melakukan usahatani buah naga di lokasi
penelitian, karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai
berikut.
46
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SMP 3 60
SMA 2 40
Total 5 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 6, 3 orang petani buah naga tingkat pendidikan terakhirnya
adalah SMP, dan dua orang petani yang merupakan tamatan SMA.
5.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani
Karakteristik responden berdasarkan pengalaman usahatani menggambarkan
lama waktu petani responden yang melakukan usahatani buah naga di lokasi
penelitian, karakteristik responden berdasarkan pengalaman usahatani adalah
sebagai berikut.
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani
Pengalaman Usahatani (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1-5 4 80
6-10 1 20
Total 5 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 7, 80% petani masih baru (1-5 tahun) dalam usahatani buah
naga ini. Dan hanya seorang petani yang pengalaman usahatani buah naga cukup
lama yaitu 9 tahun.
5.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan
Karakteristik responden berdasarkan luas kepemilikan menggambarkan luas
lahan usahatani buah naga yang dimiliki petani di lokasi penelitian, karakteristik
responden berdasarkan pengalaman usahatani adalah sebagai berikut.
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan
Petani Luas (m2) Luas dalam Ha
1 357 0,036
2 285 0,029
3 187 0,019
4 273 0,027
5 255 0,026
Rata-rata 271,4 m2 0,027 Ha
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
47
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa luas lahan usahatani buah naga
yang dimiliki petani responden relatif sempit, tanaman buah naga ditanam pada
lahan kosong disekitar rumah, namun petani yang lahannya cukup luas ditemukan
hanya 5 orang saja, luas lahan tertinggi adalah 0,036 Ha dan luas lahan rata-rata
dari petani responden adalah sebesar 0,027 hektar dan rata-rata memiliki 45 tiang
penyangga buahnaga. Luas rata-rata ini akan digunakan sebagai acuan perhitungan
kelayakan usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen dengan cara mengkonversi
ke dalam luas lahan satu hektar sehingga diperoleh jumlah tiang per hektar
sebanyak 1.507 unit.
5.4 Profil Perusahaan
5.4.1 Sejarah UD. Indra Rasa Kurnia
UD. Indra Rasa Kurnia merupakan sebuah perusahaan yang melakukan
kegiatan produksi buah naga dan produk hasil olahan buah naga menjadi minuman
sari buah naga, berlokasi di Jl. Raya G. Kawi 31, Desa Talangagung, Kecamatan
Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Didirikan oleh Bapak Sukirno Adianto
pada tanggal 20 Nopember 2013. Perusahaan ini sebenarnya sudah melakukan
aktifitas usahatani buah naga sejak tahun 2008, baru pada tahun 2011 melakukan
pengolahan pada buah naga yang dihasilkan dari lahan buah naga. Tetapi bapak
Sukirno baru fokus mengembangkan usaha pengolahan ini pada April 2014. Saat
itu, Bapak Sukirno merasa harga jual buah naga terlalu murah, karena buah naga di
pasar bukan buah yang langka lagi.
Semua usaha ini menggunakan modal pribadi, mulai dari sektor usahatani
sampai pada pemasarannya. Pada Tahun 2007 di sektor usahatani terdapat sebanyak
3.300 batang atau 825 tiang penyangga pada lahan seluas 6.000m2 di Desa
Kromengan Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang tahun berikutnya (2008)
buah naga dikembangkan juga di Desa Talangagung Kecamatan Kepanjen seluas
2.000 m2 dengan volume tanaman 1.280 batang atau 320 tiang penyangga, dan pada
tahun 2010 dilakukan pengembangan lagi dengan menambah kebun seluas 5.000
m2 dengan volume tanaman buah naga sebanyak 3.000 batang atau 750 tiang
penyangga. Total luas kebun saat ini seluas 13.000 m2 dengan bibit yang diperoleh
dari koleksi bibit buah-buahan di BALITBU Solok Padang Sumatera Barat.
48
Pada tahun 2011 ketika buah naga sudah banyak berbuah, namun harganya
terlalu rendah, Bapak Sukirno berinisiatif untuk mengolah buah naga yang
dihasilkan dari kebunnya, mencoba membuat minuman sari buah naga, setelah
berhasil menemukan racikan yang pas, akhirnya volume pengolahan ditingkatkan
sampai saat ini, setiap harinya 40 Kg Buah naga diolah untuk minuman sari buah.
Selain itu, tujuan pengolahan buah naga ini adalah untu meningkatkan
kesejahteraan warga dengan meningkatkan pendapatan.
5.4.2 Struktur Organisasi
Dalam menjalankan usahanya, UD. Indra Rasa Kurnia membagi karyawan
dalam beberapa bidang seperti pada bagan berikut.
Gambar 6. Struktur Organisasi UD. Indra Rasa Kurnia
Gambar 6 merupakan struktur organisasi yang terdapat di UD. Indra Rasa
Kurnia. Pada struktur organisasi UD. Indra Rasa Kurnia diketuai oleh Bapak
Sukirno Adianto sendiri sebagai pemilik usaha yang bertugas memberikan arahan
kepada setiap anggota di bawahnya dalam menjalankan perusahaan. Dibawah
wewenang ketua UD. Indra Rasa Kurnia terdapat manajer yaitu Bapak Bakti Indra
K. Manajer bertugas mengatur dan memantau kegiatan setiap anggota di bawahnya
supaya melaksanakan setiap tugas yang yeng telah diberikan kepada anggota yang
ada dibawahnya meliputi unit kebun, unit produksi, unit toko dan unit pemasaran.
Unit kebun bertugas dalam kegiatan usahatani buah naga di kebun milik
perusahaan. Unit produksi bertugas untuk melakukan kegiatan produksi sari buah
naga. Unit Toko bertugas mencatat jumlah produk yang masuk dari unit produksi
dan mencatat produk yang keluar, baik itu kepada konsumen langsung atau produk
yang dipesan dari luar daerah melalui unit pemasaran. Unit pemasaran bertugas
mengirimkan produk kepada konsumen atau agen, serta mencari agen yang dapat
Unit Pemasaran
Anis
Ketua
Sukirno Adianto
Manajer
Bakti Indra K.
Unit Toko
Fatimah
Unit Produksi
Yanti
Unit Kebun
Supri
49
menyalurkan produk minuman buah naga,selain itu bagian pemasaran juga bertugas
mempromosikan wisata petik buah naga dan produk hasil olahan buah naga melalui
media sosial.
5.4.3 Faktor Produksi
Dalam kegiatan produksi sari buah naga, ketersediaan input produksi
merupakan bagian yang penting dalam suatu di. Berjalan atau tidaknya suatu
kegiatan usaha ditentukan oleh ketersediaan faktor produksi. Penyediaan input
produksi pada di minuman sari buah naga meliputi :
1. Modal
Modal sangat menentukan dalam berjalannya sebuah usaha, besarnya modal
yang dimiliki seorang pengusaha akan berpengaruh pada kapasitas produksi yang
dihasilkan. Dalam menjalankan usaha di minuman sari buah naga, modal awal yang
digunakan UD. Indra Rasa Kurnia berasal dari modal pribadi sebesar
Rp.50.000.000. Modal ini digunakan untuk pengadaan alat-alat yang dibutuhkan
untuk produksi serta untuk sewa tempat penyimpanan produk, sekaligus kantor
penjualan produk.
2. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi minuman sari buah naga
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bahan utama dan bahan penolong. Bahan baku
utama berupa buah naga yang diperoleh dari kebun buah naga milik perusahaan.
Meskipun buah naga diperoleh dari kebun perusahaan, namun catatan keuangan
masing masing bidang terpisah, sehingga bagian produksi terhitung sebagai
pembeli buah naga dari bagian kebun.
Harga buah naga yang diberikan oleh bagian kebun kepada bagian produksi
konsisten sebesar Rp 10.000/ kg, harga tersebut dipilih karena merupakan harga
normal buah naga di pasaran. Harga buah naga ketika panen raya menurun menjadi
Rp 7.500/ kg, sedangkan harga tertinggi mencapai harga 15.000/ kg. Harga tinggi
ini terjadi pada awal dan akhir musim panen saja. Sedangkan yang termasuk dalam
bahan penolong yaitu gula, aroma coco pandan, garam, Natrium Benzoat, Asam
Nitrat, Pewarna makanan.
Penggunaan bahan baku utama dalam proses produksi minuman sari buah
naga dibutuhkan sekitar 40 kg buah naga dalam sekali proses produksi. Sedangkan
50
bahan baku penolong yang dibutuhkan dalam produksi minuman sari buah naga,
yang paling tinggi adalah yang gula dibutuhkan sebanyak 20 kg per sekali proses
produksi. Untuk penggunaan bahan baku penolong lainnya seperti garam, natrium
benzoat, asam sitrat relatif sedikit.
3. Tenaga Kerja
Salah satu faktor produksi lain yang penting dalam menjalankan suatu usaha
adalah tenaga kerja. Tenaga kerja yang terampil dan ulet sangat membantu
perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi. Peran tenaga kerja sangat penting
bagi di minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia yang berada di Desa
Talangagung, tenaga kerja melakukan tugas pengupasan buah naga, pembuatan
pasta buah naga (indukan) menggunakan blender, pembuatan minuman dengan cara
mengencerkan bahan indukan dengan air, dan yang terakhir melakukan
pengemasan.
Tenaga kerja di UD. Indra Rasa Kurnia didapat dari masyarakat sekitar,
sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Jumlah total tenaga kerja pada di minuman
sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia adalah 15 orang dengan 6 orang bekerja pada
bagian produksi dan 9 orang sisanya bertugas pada bagian lain. Pekerjaan di mulai
pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB dengan sistem upah harian.
4. Teknologi Pengolahan Sari Minuman Buah Naga
Teknologi yang digunakan di UD. Indra Rasa Kurnia dalam kegiatan
produksi bersifat semi modern yaitu menggunakan tenaga kerja manusia dan mesin.
Misalnya pada saat proses pengupasan bahan baku, pencucian, pemotongan,
pemasakan dilakukan oleh tenaga manusia. Sedangkan untuk proses membuat pasta
(bahan indukan) menggunakan blender, pengemasan menggunakan kemasan cup
120ml dan dikemas menggunakan mesin cup sealer manual termodifikasi, untuk
pengemasan kardus masih manual menggunakan tenaga manusia.
5.4.4 Proses Produksi Minuman sari buah naga
Dalam proses produksi minuman sari buah nagaterdapat serangkaian kegiatan
produksi mulai dari persiapan bahan baku (baik bahan baku utama maupun bahan
penolong), pengolahan bahan menjadi produk minuman dan terakhir pengemasan
produk minuman sari buah naga. Secara rinci sebagai berikut :
51
1. Pengupasan
Pengupasan merupakan kegiatan memisahkan daging buah naga dari
kulitnya, hal ini dilakukan untuk memperoleh daging buah yang bersih dan rasa
yang murni tanpa campuran bahan kulit. Kemudian buah di cuci dan di potong
potong untuk proses penghancuran
2. Penghancuran
Penghancuran buah naga dilakukan menggunakan blender, buah naga yang
telah dipotong-potong di masukkan ke dalam blender dan dihancurkan sampai
halus, hasil penghancuran inilah yang kemudian diolah menjadi pasta buah naga
(bahan indukan)
3. Pembuatan Pasta
Pada tahap ini, buah naga yang sudah hancur dicampurkan dengan semua
bahan penolong yaitu air, gula, garam, perasa, pewarna dan pengawet di dalam
panci masak, kemudian dimasak sampai mendidih, setelah pasta masak, pasta
disimpan ke dalam galon-galon yang sudah disiapkan. Pasta ini disimpan dalam
ruang penyimpanan sebagai persediaan ketika buah naga mulai langka.
4. Pengenceran
Bahan indukan yang tersedia yang ada di encerkan dengan air dengan
perbandingan 1:2, artinya 1 galon pasta di encerkan dengan 2 galon air,
ditambahkan gula lagi dan kemudian di masak sampai mendidih, kemudian disaring
sebelum dimasukkan ke dalam kemasan cup.
5. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan mesin cup sealer yang bekerja manual,
minuman yang sudah siap dikemas dituangkan kedalam wadah penampung yang
ada pada mesin cup sealer, wadah cup dipasang pada mesin, dan mesin akan
otomatis menuangkan minuman sari buah ke dalam cup, setelah itu mesin akan
melakukan sealing terhadap cup yang sudah terisi, selanjutnya cup yang telah siap
akan dimasukkan pada bak air sebagai pendingin. Dan produk minuman siap di
kemas dalam kardus dan dilengkapi dengan sedotan.
52
Gambar 7. Proses Pembuatan Minuman sari buah naga pada UD. Indra Rasa
Kurnia
5.5 Aliran Kas Usahatani Buah Naga
Aliran kas usahatani buah naga merupakan aliran keuangan yang digunakan
untuk menganalisis kelayakan usahatani buah naga, dengan merinci biaya investasi,
biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani buah naga, berikut ini adalah
rincian dari aliran kas usahatani buah naga.
5.5.1 Biaya Usahatani Buah Naga di Kecamatan Kepanjen Selama 15 tahun
Biaya yang dikeluarkan untuk usahatani buah naga meliputi biaya investasi
awal, biaya pemasangan tiang, biaya penanaman, biaya pemeliharaan dan biaya
pemanenan. Biaya berikut adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam usahatani
buah naga di Kecamatan Kepanjen dalam luas1 Hektar.
1. Biaya Investasi Usahatani Buah Naga
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan petani pada awal kegiatan
usahatani buah naga, biaya investasi ini antara lain adalah biaya pembelian tiang
penyangga, bibit, peralatan yang dibutuhkan untuk usahatani buah naga. Rincian
biaya investasi awal usahatani buah naga adalah sebagai berikut.
Buah Naga
Penghancuran daging buah
Memasak pasta buah Naga
Penyimpanan Pasta
Tambahkan bahan penolong
(gula, garam, air, coco
pandan, N-Benzoat, asam
sitrat)
Pengenceran dan penambahan gula
Pengemasan
53
Tabel 9. Rata-rata Biaya Investasi Usahatani Buah Naga di Kecamatan Kepanjen
per hektar
No Investasi Unit Harga (Rp) Total Biaya Persentase (%)
1 Bibit 6.028 10.000 60.280.000 37,64
2 Tiang beton 1.507 65.000 97.955.000 61,16
3 Selang 3 90.000 270.000 0,17
4 Cangkul 5 60.000 300.000 0,19
5 Gunting kebun 10 40.000 400.000 0,25
6 Ember 10 20.000 200.000 0,12
7 Sepatu boot 5 150.000 750.000 0,47
Total Biaya Investasi (Rp) 160.155.000 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Dari tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa biaya paling tinggi adalah biaya
pebelian tiang beton sebagai tiang penyangga tanaman buah naga dengan total
Rp.97.955.000 atau sebesar 61,16% dari keseluruhan biaya investasi awal, biaya
tersebut adalah biaya pembelian tiang beton sebanyak 1.507 tiang dengan harga
Rp.65.000 per tiangnya. Kemudian pada urutan kedua adalah biaya pembelian
6.028 (satu tiang berisai empat tanaman buah naga) bibit buah naga dengan harga
bibit Rp 10.000 per bibit, biaya pembelian bibit ini sebesar Rp 60.280.000 atau
sebesar 37,64% dari total biaya investasi.
Biaya investasi awal lainnya adalah biaya pembelian selang sebanyak 3 rol
(satu rol selang memiliki panjang 30 meter) dengan harga per rol sebesar Rp 90.000,
total biaya pembelian selang sebesar Rp 270.000, biaya pembelian cangkul
sebanyak 5 buah cangkul sebesar Rp 300.000 dengan harga Rp 60.000 per cangkul.
Pembelian 10 buah gunting kebun sebesar Rp 400.000 dengan harga per buah Rp
40.000, biaya pembelian 5 sepatu boot sebesar Rp 750.000 dengan harga Rp
150.000 per pasang sepatu.
2. Biaya Produksi Usahatani Buah Naga
Biaya produksi usahatani buah naga merupakan biaya yang dikeluarkan
selama kegiatan usahatani buah naga berlangsung, biaya produksi merupakan total
biaya dari biaya tetap dan biaya variabel. berikut ini adalah rincian biaya tetap dan
biaya tidak tetap dalam usahatani buah naga.
54
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap dalam usahatani buah naga ini ialah biaya pajak lahan, besar biaya
pajak rata-rata untuk satu hektar adalah Rp 1.060.000 per tahun, biaya pajak
digunakan karena lahan yang digunakan untuk usahatani buah naga adalah lahan
milik sendiri. Biaya tetap lainnya adalah biaya reinvestasi atau pembelian kembali
alat yang sudah tidak layak pakai, reinvestasi akan dilakukan sesuai umur ekonomis
alat, seperti ember yang dilakukan pembelian setiap dua tahun sekali.
b. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)
Biaya tidak tetap merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan jumlah
produksi yang dihasilkan dalam usahatani buah naga, biaya tidak tetap mencakup
biaya pembelian pupuk, pestisida dan biaya tenaga kerja, meliputi biaya tenaga
pemasangan tiang, penanaman, biaya tenaga kerja pemeliharaan (penyiangan,
pemupukan, penyemprotan dan pemangkasan) dan pemanenan. Biaya pembelian
bibit tidak termasuk dalam biaya variabel karena sudah dikategorikan sebagai biaya
investasi.
1) Biaya Pupuk
Pemupukan dalam kegiatan usahatani buah naga pertama kali adalah
pemupukan dasar dan selanjutnya adalah pemupukan rutin yang dilakukan 4 bulan
sekali, sehingga dalam satu tahun ada 3 kali pemupukan, pemupukan dasar dalam
usahatani buah naga ini terdiri dari pupuk kandang dan pupuk anorganik (NPK dan
KCL). Kebutuhan pupuk untuk pemupukan dasar ini yaitu pupuk kandang sebesar
Rp 4.822.000, dengan rincian 4kg pupuk kandang per tanaman buah naga dengan
harga Rp 200 per Kg. Biaya penggunaan pupuk anorganik sebesar Rp 5.786.500,
terdiri dari pupuk NPK sebesar Rp 3.472.000, dan KCL sebesar Rp 2.314.500,
dengan rincian 362 Kg NPK/Ha (60 gram/tanaman) dan harga per kilogram NPK
adalah Rp. 9.600/kg. Pupuk KCL dengan rincian 362 Kg KCL/Ha (60
gram/tanaman) dan harga per kilogram KCL adalah Rp. 6.400/kg
Pemupukan rutin menggunakan pupuk yang sama dengan pemupukan dasar
hanya saja dengan dosis yang berbeda, kebutuhan pupuk kandang dalam satu kali
pemupukan cukup 1 kg saja per tanaman buah naga, sedangkan NPK dan KCL
masing-masing 30 gram per tanaman buah naga, jumlah tersebut menunjukkan
dalam satu kali pemupukan dengan luas lahan satu hektar, pupuk yang dibutuhkan
55
dalam usahatani buah naga yaitu pupuk kandang sebanyak 6.028 Kg, NPK dan
KCL masing-masing 181 Kg, dengan harga pupuk kandang Rp 200/Kg, NPK
Rp.9.600/Kg dan KCL Rp 6.400/Kg. Rincian biaya pupuk dalam usahatani buah
naga adalah sebagai berikut.
Tabel 10. Rata-rata Biaya Pupuk Dalam Usahatani Buah Naga per Hektar
Tahun ke- Jenis Pupuk
Biaya Pupuk/tahun (Rp) Kandang NPK KCL
0 4.822.000 3.472.000 2.314.500 10.608.500
1 3.616.500 5.208.000 3.472.000 12.296.500
2 3.797.500 5.485.000 3.634.500 12.917.000
3 3.978.000 5.642.000 3.797.500 13.417.500
4 4.159.000 5.859.000 3.960.000 13.978.000
5 4.340.000 6.076.000 4.123.000 14.539.000
6 4.521.000 6.293.000 4.285.500 15.099.500
7 4.701.500 6.510.000 4.448.500 15.660.000
8 4.882.500 6.727.000 4.611.000 16.220.500
9 5.063.500 6.944.000 4.774.000 16.781.500
10 5.244.000 7.161.000 4.936.500 17.341.500
11 5.425.000 7.378.000 5.099.500 17.902.500
12 5.606.000 7.595.000 5.262.000 18.463.000
13 5.786.500 7.812.000 5.425.000 19.023.500
14 5.967.500 8.029.000 5.587.500 19.584.000
15 6.148.500 8.246.000 5.750.500 20.145.000
Total Biaya Pupuk dalam 15 Tahun Rp 253.977.500
Rata-rata per tahun Rp 16.931.833
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Tabel 10 diatas menunjukkan dalam usahatani buah naga selama 15 tahun
biaya rata-rata total pembelian pupuk sebesar Rp 253.977.500, sedangkan biaya
pupuk rata-rata pertahunnya sebesar Rp 16. 931.833. Biayapupuk pada tahun ke-0
adalah biaya pembelian pupuk dasar.
2) Biaya Pestisida
Pestisida digunakan oleh petani untuk melindungi tanaman buah naga dari
serangan hama dan penyakit, penyemprotan pestisida dilakukan rutin oleh petani
sebagai langkah pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit, penyakit yang
sering menyerang buah naga adalah penyakit yang diakibatkan oleh jamur seperti
busuk batang, cara penanggulangannya adalah menggunakan fungisida berbahan
aktif benomyl. Sedangkan hama yang menyerang tanaman buah naga antara lain
56
tungau dan kutu putih, cara penanggulangan hama ini menggunakan insektisida
dengan bahan aktif dimetoat. Rincian biaya pestisida adalah sebagai berikut.
Tabel 11. Rata-rata Biaya Pestisida Usahatani Buah Naga per Hektar
Tahun ke- Insektisida (Rp) Fungisida (Rp) Total
1 340.000 420.000 760.000
2 347.500 435.000 782.500
3 355.000 450.000 805.000
4 362.500 465.000 827.500
5 370.000 480.000 850.000
6 377.500 495.000 872.500
7 385.000 510.000 895.000
8 392.500 525.000 917.500
9 400.000 540.000 940.000
10 407.500 555.000 962.500
11 415.000 570.000 985.000
12 422.500 585.000 1.007.500
13 430.000 600.000 1.030.000
14 437.500 615.000 1.052.500
15 445.000 630.000 1.075.000
Total Biaya Pestisida Rp 13.762.500
Rata-rata Biaya Pestisida per tahun Rp 917.500
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Biaya yang dikeluarkan petani untuk pembelian pestisida berbeda-beda, rata-
rata total biaya pestisida usahatani buah naga dalam waktu 15 tahun sebesar
Rp.13.762.500, dan pengeluaran rata-rata per tahun untuk biaya pestisida sebesar
Rp.917.500.
3) Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja terbagi menjadi biaya pengolahan lahan, biaya
pemasangan tiang, biaya pengolahan lahan, biaya penanaman, biaya tenaga kerja
pemeliharaan meliputi biaya penyiangan gulma, penyemprotan, pemupukan dan
pemangkasan, serta yang terakhir adalah biaya panen. Biaya pemasangan tiang,
pengolahan lahan dan biaya penanam hanya dikeluarkan pada awal kegiatan
usahatani buah naga, sedangkan biaya pemeliharaan dan biaya pemanenan adalah
biaya yang rutin dikeluarkan per tahun. Rincian tenaga kerja usahatani buah naga
secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
57
Tabel 12. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Buah Naga di Kecamatan
..Kepanjen per Hektar
Tahun
ke-
Tenaga kerja
pemeliharaan (Rp)
Tenaga kerja
panen (Rp)
Total Biaya Tenaga
Kerja per Tahun (Rp)
0 5.521.000 0 5.521.000
1 6.318.900 0 6.318.900
2 6.446.800 1.084.800 7.531.600
3 6.574.700 1.808.000 8.382.700
4 6.702.600 2.531.200 9.233.800
5 7.584.000 3.254.400 10.838.400
6 6.958.400 2.410.600 9.369.000
7 7.086.300 2.682.000 9.768.300
8 7.214.200 3.350.600 10.564.800
9 7.342.100 3.857.000 11.199.100
10 8.223.500 4.536.400 12.759.900
11 7.598.100 2.650.600 10.248.700
12 7.726.000 2.922.000 10.648.000
13 7.853.900 3.590.600 11.444.500
14 7.981.800 4.097.000 12.078.800
15 8.109.700 4.776.400 12.886.100
Total Biaya Tenaga Kerja Selama 15 Tahun Rp 158.793.600
Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja per Tahun Rp 10.586.240
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Biaya tenaga kerja sebesar Rp 5.521.000 pada tahun ke-0 adalah hasil
penjumlahan biaya tenaga kerja pemasangan tiang, biaya pengolahan tanah per
hektar dan biaya penanaman buah naga, dengan rincian biaya tenaga kerja
pemasangan tiang sebesar Rp 1.507.000, biaya pemasangan tiang dihitung
berdasarkan unit tiang yang dipasang pada lahan usahatani buah naga dan upah
sebesar Rp 1.000 per unit tiang, biaya pengolahan tanah per hektar sebesar
Rp.1.000.000 dan biaya penanaman buah naga sebesar Rp 3.014.000 dangan upah
Rp.500 per tanaman buah naga.
Biaya penyiangan gulma dihitung per Ha pertahun, dalam satu kali kegiatan
penyiangan tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 5 orang dengan upah per hari
Rp.30.000, penyiangan ini selesai dalam waktu 5 hari, kegiatan penyiangan ini
dilakukan 4 bulan sekali dikuti kegiatan penyemprotan dan pemupukan. Jadi dalam
satu tahun terdapat 3 kali kegiatan penyiangan, penyemprotan dan pemupukan.
58
Biaya penyemprotan, pemupukan dan pemangkasan dihitung berdasarkan
jumlah unit tiang penyangga usahatani buah naga, upah tenaga kerja penyemprotan
sebesar Rp 400 untuk setiap tanaman dalam satu unit tiang, sedangkan upah tenaga
kerja pemupukan adalah Rp 500 untuk setiap tanaman yang dipupuk dalam satu
unit tiang. Kegiatan pemangkasan dilakukan dalam waktu 5 tahun sekali setelah
kegiatan pemanenan, upah untuk pemangkasan tanaman dalam satu unit tiang
sebesar Rp 500. Rincian lebih lengkap biaya pemeliharaan dapat dilihat pada
lampiran 1.
Biaya panen dihitung berdasarkan jumlah panen (Kg) buah naga yang
dihasilkan. Upah tenaga kerja pemanenan ini adalah Rp 200 untuk setiap kilogram
hasil panen yang dilakukan oleh tenaga kerja, rincian biaya pemanenan dapat dilihat
pada lampiran 2. Pada tabel 12, terlihat bahwa total tenaga kerja pertahun terjadi
fluktuasi dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-15, hal ini dipengaruhi oleh
jumlah biaya tenaga kerja pemanenan pertahun yang naik turun berdasarkan jumlah
(kg) panen buah naga pertahunnya, pada tahun ke-1 belum ada biaya pemanenan
dikarenakan belum ada panen pada tahun tersebut, panen buah naga dimulai pada
tahun ke-2 dan seterusnya. Biaya panen dari tahun ke tahun cenderung meningkat,
kecuali pada tahun ke-6 dan tahun ke-11 terjadi penurunan biaya panen yang
disebabkan oleh menurunnya produksi buah naga yang diakibatkan pemangkasan
yang dilakukan setiap 5 tahun sekali, pemangkasan dilakukan untuk peremajaan
tanaman buah naga, pemangkasan dilakukan pada tahun ke-5 dan tahun ke-10,
biaya pemangkasan hanya dikeluarkan pada tahun ke-5 dan tahun ke-10.
Rata-rata total biaya tenaga kerja dalam usahatani buah naga selama 15 tahun
sebesar Rp 158.793.600, sedangkan biaya rata-rata per tahun yang dikeluarkan oleh
petani buah naga sebesar Rp 10.586.240.
5.5.2 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Buah Naga
Penerimaan usahatani buah naga merupakan arus masuk kas yang diperoleh
selama kegiatan usahatani buah naga, pendapatan usahatani buah naga merupakan
hasil pengurangan penerimaan usahatani oleh biaya produksi usahatani buah naga.
1. Penerimaan Usahatani buah naga
Penerimaan usahatani buah naga diperoleh dari hasil kali jumlah produksi per
tahun di kalikan dengan harga buah naga yang berlaku pada saat panen. Harga buah
59
naga berubah sesuai musim panen, mulai dari harga Rp 7.500 sampai dengan
Rp.15.000. harga terendah adalah saat musim panen raya yang terjadi sekitar
Januari sampai dengan April, harga buah naga tertinggi saat awal musim panen dan
akhir musim panen.
Harga buah naga dalam pembahasan penerimaan usahatani buah naga
diasumsikan sebesar Rp 7.500, yaitu harga jual buah naga paling rendah. Berikut
rincian penerimaan usahatani buah naga. Perhitungan penerimaan usahatani buah
naga ini dihitung mulai tahun ke-2.
Tabel 13. Rata-rata Penerimaan Usahatani Buah Naga per Hektar
Tahun ke- Hasil Panen (Kg) Penerimaan
2 5.424 40.680.000
3 9.040 67.800.000
4 12.656 94.920.000
5 16.272 122.040.000
6 12.053 90.397.500
7 13.410 100.575.000
8 16.753 125.647.500
9 19.285 144.637.500
10 22.682 170.115.000
11 13.253 99.397.500
12 14.610 109.575.000
13 17.953 134.647.500
14 20.485 153.637.500
15 23.882 179.115.000
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Penen buah naga dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, hal
ini dikarenakan hasil panen buah naga dari tahun ke tahun juga mengalami
peningkatan, kecuali pada tahun ke-6 dan tahun ke-11, penurunan hasil produksi
pada tahun tersebut diakibatkan oleh adanya kegiatan pemangkasan yang dilakukan
setiap 5 tahun sekali, tujuan pemangkasan ini adalah untuk peremajaan cabang buah
naga, agar tetap produktif.
2. Pendapatan Usahatani Buah Naga
Pendapatan usahatani buah naga diperoleh dari hasil penerimaan per tahun
dikurangi pengeluaran per tahun, untuk keperluan perhitungan kelayakan usahatani
buah naga juga dilakukan perhitungan atas present value pendapatan usahatani
buah naga dengan discount factor pada suku bunga sebesar 6,25% (suku bunga
60
deposito Bank Jatim). Berikut ini adalah rincian rata-rata pendapatan usahatani
buah naga dalam 15 tahun.
Tabel 14. Rata-rata Pendapatan Usahatani Buah Naga per Hektar
Tahun
ke-
Pengeluaran
(Rp)
Penerimaan
(Rp)
Pendapatan
(Rp)
PV Pendapatan
(Rp)
0 160.155.000 0 -160.155.000 -177.344.500
1 36.564.900 0 -36.564.900 -34.414.023
2 22.291.100 40.680.000 18.388.900 16.289.129
3 23.865.200 67.800.000 43.934.800 36.628.728
4 25.099.300 94.920.000 69.820.700 54.785.855
5 27.487.400 122.040.000 94.552.600 69.827.868
6 27.821.000 90.397.500 62.576.500 43.494.830
7 27.583.300 100.575.000 72.991.700 47.749.729
8 28.762.800 125.647.500 96.884.700 59.651.819
9 30.180.600 144.637.500 114.456.900 66.325.652
10 32.123.900 170.115.000 137.991.100 75.259.563
11 31.816.200 99.397.500 67.581.300 34.690.313
12 31.178.500 109.575.000 78.396.500 37.874.718
13 32.758.000 134.647.500 101.889.500 46.329.032
14 33.775.300 153.637.500 119.862.200 51.295.244
15 35.366.100 179.115.000 143.748.900 57.898.918
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Pengeluaran tahun ke-0 pada tabel 14 di atas merupakan pengeluaran untuk
biaya investasi usahatani buah naga, mencakup biaya pembelian tiang beton,
pembelian bibit, pembelian alat-alat (cangkul, gunting kebun, sepatu boot, ember),
biaya tenaga kerja (pemasangan tiang, penanaman, pengolahan lahan), biaya
pembelian pupuk dasar. Selanjutnya pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-15
pengeluaran berupa biaya produksi usahatani buah naga meliputi biaya tenaga kerja
(pemeliharaan dan pemanenan), biaya pembelian pupuk dan pestisida.
Pada tahun ke-0 dan tahun ke-1 belum ada penerimaan dikarenakan belum
adanya hasil panen, sehingga pendapatan pada tahun ke-0 dan tahun ke-1 ini
nilainya negatif. Pendapatan usahatani pada tahun ke-2 sampai dengan tahun ke-15
mengalami fluktuasi, hal ini dikarenakan nilai penerimaan usahatani yang juga
mengalami fluktuasi, penyebab fluktuasi ini sudah dibahas pada bagian penerimaan
usahatani buah naga.
61
PV (present value) pendapatan merupakan pendapatan yang sudah dikalikan
dengan discount factor-nya, nilai PV pendapatan ini digunakan sebagai analisis
kelayakan usahatani buah naga, meliputi nilai NPV (Net Present Value), Net B/C
Ratio, IRR (Internal Rate of Return) dan nilai Payback Periode.
5.5.3 Hasil Analisis Kriteria Investasi Usahatani Buah Naga
Analisis kriteria investasi melibatkan discount factor karena analisis investasi
dikaitkan dengan konsep time value of money (nilai waktu uang). Discount factor
berfungsi untuk merubah manfaat dari aliran kas yang diperoleh pada masa yang
akan datang menjadi manfaat dan biaya pada masa sekarang. Analisis kelayakan
dalam pembahasan ini menggunakan nilai discount factor saat suku bunga sebesar
6,25% (suku bunga deposito Bank Jatim). Aliran kas usahatani buah naga di
Kecamatan Kepanjen dapat dilihat pada lampiran 3.
Tabel 15. Hasil Rata-rata Analisis Kelayakan Investasi
Indikator Kelayakan Nilai Kriteria
NPV Rp 503.532.374 Layak
IRR 25,96% Layak
Net B/C Ratio 4,14 Layak
Payback Periode 4,68
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 15 diperoleh nilai NPV usahatani
buah naga sebesar Rp 503.532.374,-, nilai NPV positif menunjukkan bahwa
usahatani buah naga layak dijalankan, dengan rata-rata biaya investasi sebesar
Rp.160.155.000 usahatani buah naga ini dalam waktu 15 tahun akan memberikan
keuntungan sebesar Rp 503.532.374 kepada petani pada tingkat suku bunga 6,25%.
Besar kecilnya nilai NPV ini dipengaruhi oleh jumlah produksi, harga jual dan
biaya produksi yang dikeluarkan selama usahatani buah naga dijalankan.
Indikator kelayakan selanjutnya menunjukkan nilai IRR sebesar 25,96%, hal
ini menunjukkan bahwa usahatani buah naga layak untuk dijalankan dikarenakan
nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 6,25 (suku
bunga deposito Bank Jatim). Nilai IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga
yang berlaku juga memiliki arti bahwa melakukan investasi modal pada usahatani
buah naga lebih menguntungkan daripada mendepositokan modal di bank, selisih
keuntungan yang diperoleh sebesar 19,71%.
62
Indikator kelayakan Net B/C Ratio sebesar 4,14. Nilai ini menunjukkan
bahwa usahatani buah naga layak dijalankan karena telah memenuhi syarat nilai
lebih dari 1, yang mana suatu usaha layak untuk dijalankan apabila nilai Net B/C
Rationya lebih besar dari 1. Nilai Net B/C ratio sebesar 4,14 menunjukkan bahwa
setiap biaya sebesar Rp 1,- yang diinvestasikan dalam waktu 15 tahun dapat
memberikan keuntungan sebesar Rp 4,14,-
Nilai Payback Periode usahatani buah naga ini sebesar 4,68. Nilai ini
menunjukkan berapa lama waktu modal investasi akan kembali atau waktu yang
diperlukan agar pengeluaran investasi dapat tertutup kembali yang dinyatakan
dalam satuan tahun. nilai 4,68 pada payback periode ini menunjukkan bahwa biaya
investasi modal usahatani nuah naga ini akan kembali dalam waktu 4 tahun 8 bulan.
5.6 Analisis Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Kelayakan Agroindustri
Minuman Sari Buah Naga
5.6.1 Analisis Biaya
Biaya produksi di sari buah naga di UD. Indra Rasa Kirana dibedakan
menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya-biaya
penyusutan alat-alat untuk proses produksi, biaya sewa gedung dan telephone.
Sedangkan biaya variabel meliputi biaya bahan baku, baik bahan baku utama
ataupun bahan penolong, bahan pengemas, biaya operasional (gas dan listrik) dan
tenaga kerja.
A. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang nilainya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya
produksi sehingga berapapun volume produksi tidak mempengaruhi besarnya biaya
tetap. Biaya yang termasuk dalam kategori biaya tetap dalam minuman sari buah
naga di UD. Indra Rasa Kurnia adalah biaya sewa gedung, biaya telephone,
perizinan, pajak, biaya penyusutan semua peralatan dan mesin.
Nilai biaya penyusutan diperoleh dengan membagi nilai peyusutan per tahun
alat dengan jumlah proses produksi setiap tahunnya. Kemudian dikalikan dengan
jumlah masing-masing alat. Jumlah penyusutan masing-masing alat dapat dilihat
pada lampiran 5. Perusahaan ini melakukan proses produksi selama 8 bulan dalam
setahun dengan rincian, 6 bulan pertama bersamaan dengan masa panen, produksi
2 bulan berikutnya menggunakan bahan indukan yang telah diawetkan dalam
63
bentuk pasta. Dan dalam satu bulan terdapat 26 proses produksi. Artinya dalam satu
tahun perusahaan ini melakukan 208 kali proses produksi. Besarnya biaya tetap
pada di minuman sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia adalah sebagai berikut.
Tabel 16. Biaya Tetap Produksi Minuman sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia
No Keterangan Biaya (Rp) Persentase (%)
1 Penyusutan Cup Sealer 16.140,11 22,16
2 Penyusutan Kompor 240,38 0,33
3 Penyusutan Panci Besar 865,38 1,19
4 Penyusutan Timbangan Dacing 288,46 0,40
5 Penyusutan Timbangan Meja 139,42 0,19
6 Penyusutan Tabung Gas 115,38 0,16
7 Penyusutan Galon 5.600,00 7,69
8 Penyusutan Pengaduk (Spatula Kayu) 86,54 0,12
9 Penyusutan Blender 519,23 0,71
10 Penyusutan Pisau 76,92 0,11
11 Penyusutan Saringan 86,54 0,12
12 Sewa gedung 38.461,54 52,81
13 Telepon 8.653,85 11,88
14 Pajak Bumi dan Bangunan 600,96 0,83
15 Pembuatan P-IRT 961,54 1,32
Total Biaya tetap Rp 72.836,26 100 %
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa besarnya biaya tetap per satu
kali proses produksi minuman sari buah naga pada Di UD. Indra Rasa Kurnia adalah
sebesar Rp 72.836,26. Biaya tetap terbesar adalah biaya sewa gedung yang
digunakan sebagai Outlet dan kantor pemasaran yaitu Rp 38.461,54, setara dengan
52,81% dari total biaya tetap. Alokasi biaya terbesar kedua per satu kali produksi
adalah biaya penyusutan mesin cup sealer yaitu sebesar Rp 16.140,11, dengan
persentase 22,16 persen. Mesin ini berfungsi untuk melekatkan cup/gelas dengan
volume 120ml dengan lid cup atau plastic penutup gelas yang sudah tertera nama
produk.
Pada urutan ketiga biaya terbesar pada biaya tetap yang di keluarkan oleh
perusahaan adalah biaya telephone yaitu sebesar 11,88 persen, nilai tagihan
telephone sebesar Rp 8.653,85 diperoleh dari total tagihan telephone selama satu
tahun dibagi dengan jumlah proses produksi selama satu tahun. Pada urutan ke-
empat adalah penyusutan galon, sebesar Rp 5.600,00 atau dengan presentase
7,69%. Galon disini berfungsi sebagai tempat menyimpan pasta buah naga untuk
persediaan ketika buah naga sudah tidak dalam musim buah. Biaya-biaya tetap
64
lainnya, seperti penyusutan kompor, panci, tabung gas, dan lainnya nilainya relatif
kecil, dibawah Rp 1.000. Untuk rincian perhitungan biaya tetap dapat dilihat pada
lampiran 6.
B. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang dipengaruhi oleh besar kecilnya
volume produksi. Biaya variabel yang digunakan dalam proses produksi minuman
sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia antara lain adalah biaya bahan baku, biaya
bahan penolong, biaya operasional, biaya kemasan dan upah tenaga kerja. Biaya
bahan baku adalah nilai buah naga yang digunakan dalam satu kali proses produksi,
yaitu sebanyak 40kg buah naga dengan harga Rp 10.000. Biaya bahan penolong
adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk bahan penolong dalam satu kali
proses produksi minuman sari buah naga meliputi gula, aroma makanan, pewarna
makanan, dan pengawet. Biaya operasional meliputi biaya listrik dan bahan bakar
gas. Biaya kemasan meliputi cup 120ml, lid cup, sedotan, kardus dan tali. Besarnya
biaya variabel pada produksi minuman sari buah naga adalah sebagai berikut.
Tabel 17. Biaya Variabel Produksi Minuman sari buah naga pada UD. Indra Rasa
Kurnia, Tahun 2017
No Keterangan Biaya (Rp) Persentase (%)
1 Bahan Baku 400.000 32,81
2 Bahan Bahan Penolong 258.800 21,22
3 Biaya Operasional 40.000 3,28
4 Biaya kemasan 400.500 32,85
5 Upah Tenaga Kerja 120.000 9,84
Total Biaya Variabel 1.219.300 100 %
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui bahwa total biaya variabel untuk satu
kali proses produksi minuman sari buah naga adalah Rp 1. 219.300. Proporsi biaya
kemasan menempati biaya terbesar dari total biaya variabel yaitu Rp 400.500 atau
dengan persentase sebesar 32,85 persen. Hal ini dikarenakan ada banyak bagian
dalam biaya kemasan ini seperti pembelian cup gelas, lid cup, sedotan kardus dan
tali, jumlah kemasan yang dibutuhkan mengikuti jumlah output produksi, yaitu
sebanyak 60 kardus (230,4 liter) minuman sari buah naga, dengan rincian per
kardus berisi 32 gelas dengan berat bersih per kardus 3,84 liter. Jadi cup atau gelas
yang di butuhkan dalam satu kali proses produksi sebanyak 1.920 cup.
65
Biaya bahan baku menempati urutan ke-dua dengan persentase 32,81 persen,
dengan nilai Rp 400.000, yaitu 40 kg buah naga dengan harga Rp 10.000.
selanjutya biaya bahan penolong sebesar Rp 258.800, dengan rincian gula sebanyak
20 kg, coco pandan (aroma makanan) sebanyak 200 gram, garam 20 gram, natrium
benzoat (pengawet) 160 gram, asam sitrat (perasa asam) 100 gram, pewarna 100
gram. Biaya tenaga kerja sebesar Rp 120.000 dengan rincian upah tenaga kerja
pengolahan 3 orang dan tenaga kerja pengemasan 3 orang dengan upah masing-
masing sebesar Rp 20.000. Sedangkan untuk biaya variabel terkecil adalah biaya
operasional sebesar Rp 40.000 atau dengan persentase sebesar 3,28 persen. Biaya
operasional tersebut meliputi biaya bahan bakar dan biaya listrik. Untuk rincian
perhitungan biaya variable dapat dilihat pada lampiran 7.
C. Biaya Total
Biaya total dalam proses produksi minuman sari buah naga UD. Indra Rasa
Kurnia merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang
dikeluarkan oleh pemilik di minuman sari buah naga. Besarnya biaya total di UD.
Indra Rasa Kurnia dalam sekali produksi minuman sari buah naga adalah sebagai
berikut.
Tabel 18. Biaya Total Produksi Minuman sari buah naga (Satu Kali Proses
Produksi) pada Di UD. Indra Rasa Kurnia
No Keterangan Jumlah (Rp) Persentase (%)
1 Biaya Tetap 72.836,26 5,64
2 Biaya Variabel 1.219.300 94,36
Total Biaya 1.292.136,26 100.00
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa total biaya satu kali proses
produksi minuman sari buah naga pada di UD. Indra Rasa Kurnia adalah sebesar
Rp 1.292.136,26 dengan biaya variabel sebesar Rp 1.219.300. atau dengan
persentase 94,36 persen, sedangkan untuk biaya tetap satu kali proses produksi
minuman sari buah naga adalah Rp 72.836,26 atau dengan persentase 5,64 persen.
66
5.6.2 Analisis Penerimaan
Penerimaan (revenue) adalah hasil perkalian antara jumlah output dengan
harga jual di tingkat produsen atau di lokasi penelitian. Semakin tinggi jumlah
produksi dan harga jual produk, maka penerimaan yang diperoleh semakin tinggi
juga. Penerimaan yang diperoleh di minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia
dapat dilihat pada tabel 19 berikut.
Tabel 19. Penerimaan Minuman sari buah naga pada di UD. Indra Rasa Kurnia,
.....Tahun 2017
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Jumlah Output (kardus) @ 3,84 liter 60
2 Harga Jual Produk (Rp) 26.000
Penerimaan 1.560.000
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 19 jumlah produksi yang dihasilkan per satu kali proses
produksi minuman sari buah naga pada Di UD. Indra Rasa Kurnia adalah sebanyak
60 kemasan kardus, berat bersih produk minuman sari buah naga ini yaitu 3,84
kilogram dalam satu kemasan kardus dengan harga per kardus Rp 26.000. Sehingga
dapat diketahui bahwa dalam satu kali proses produksi minuman sari buah naga,
penerimaan yang dapat diperoleh Di UD. Indra Rasa Kurnia adalah sebesar
Rp.1.560.000.
5.6.3 Analisis Keuntungan
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan total
biaya yang digunakan untuk proses produksi. Besarnya keuntungan yang diperoleh
sangat mempengaruhi prospek usaha suatu di. Berikutnya keuntungan yang
diperoleh juga dapat digunakan sebagai modal untuk mengembangkan usaha kearah
yang lebih baik. Besarnya keuntungan yang diperoleh pemilik UD. Indra Rasa
Kurnia yaitu sebagai berikut.
Tabel 20. Keuntungan Minuman sari buah naga pada Di UD. Indra Rasa Kurnia,
Tahun 2017
No Keterangan Jumlah (Rp)
1 Total Penerimaan 1.560.000
2 Total Biaya 1.292.136,26
Keuntungan 267.863,74
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
67
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh di UD.
Indra Rasa Kurnia per satu kali proses produksi minuman sari buah naga adalah
sebesar Rp 267.863,74. Keuntungan tersebut diperoleh dari pengurangan antara
total penerimaan sebesar Rp 1.560.000 dengan biaya total sebesar Rp 1.292.136,26.
5.6.4 Analisis BEP (Break Even Point)
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui keadaan dimana suatu usaha tidak
mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Dalam perhitungan BEP
atau titik impas diperlukan perhitungan mengenai biaya variabel, biaya tetap, harga
jual per kemasan minuman sari buah naga dan output yang dihasilkan oleh di
minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia. Hasil perhitungan analisis BEP
pada di minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia dapat dilihat pada Tabel
21 berikut.
Tabel 21. Analisis Break Even Point Minuman Sari Buah Naga pada UD. Indra
Rasa Kurnia, Tahun 2017
No Uraian Nilai
1 BEP (Rupiah) 333.503,29
2 BEP (Liter) 49,26
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 21 diatas dapat diketahui nilai BEP unit dalam satu kali
proses produksi diperoleh volume produksi 49,26 liter dengan nilai BEP Rupiah
Rp.333.503,29 Artinya, jika di UD. Indra Rasa Kurnia telah mencapai angka
penjualan tersebut maka dapat diartikan bahwa perusahaan telah mencapai titik
dimana pengusaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.
UD. Indra Rasa Kurnia harus memproduksi dan menjual minuman sari buah
naga lebih tinggi dari titik impas tersebut untuk memperoleh keuntungan. Dari
perhitungan BEP akan diketahui nilai TR = TC yang kemudian dapat ditampilkan
dalam bentuk kurva sehingga dapat dilihat penerimaan yang diperoleh UD. Indra
Rasa Kurnia terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Analisis ini juga dapat
digunakan untuk menentukan pada tingkat mana total biaya dan total penerimaan
berada dalam keadaan seimbang atau sama. Secara rinci kurva BEP pada UD. Indra
Rasa Kurnia dapat dilihat pada gambar berikut.
68
Gambar 8. Kurva Break Even Point (BEP) Di UD. Indra Rasa Kurnia
Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa BEP terjadi pada saat nilai
penerimaan sebesar Rp 333.503,29 dengan jumlah produksi (Q) sebanyak 49,26
Liter. UD. Indra Rasa Kurnia telah mampu melewati titik impas dengan
mengahasilkan minuman sari buah naga sebanyak 60 kardus (230,4 liter) dan
penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 1.560.000. Daerah yang berada diatas titik
impas adalah daerah yang menguntungkan, yaitu keadaan saat penerimaan lebih
besar daripada total biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga dapat disimpulkan
bahwa UD. Indra Rasa Kurnia telah mendapatkan keuntungan dan layak untuk
dikembangkan. Untuk rincian perhitungan BEP dapat dilihat pada lampiran 8.
5.6.5 Analisis Kelayakan (R/C Ratio)
Pendekatan R/C Ratio dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha
di. R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya total. Apabila
nilai R/C Ratio >1 maka usaha pembuatan minuman sari buah naga di UD. Indra
Rasa Kurnia dapat dikatakan layak, jika nilai R/C Ratio <1 maka usaha minuman
sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia dikatakan tidak layak dan apabila nilai R/C
Ratio = 1, artinya usaha pembuatan minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia
1.560.000,00
1.292.136,26
72.836,26
333.503,29
49,26
,25
230,4
1.219.300
(Liter)
Kuantitas Produksi
TFC
TVC
TC
TR
BEP
Untung
Rugi
Penerimaan, Biaya (Rp)
69
tidak mendapatkan keuntungan dan juga tidak rugi. Besarnya R/C Ratio pada usaha
pembuatan minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia adalah sebagai berikut.
Tabel 22. Nilai R/C Ratio Minuman sari buah naga pada Di UD. Indra Rasa Kurnia,
Tahun 2017
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Total Biaya Produksi 1.292.136,26
2 Total Penerimaan 1.560.000
R/C Ratio 1,21
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 22 diatas dapat diketahui bahwa nilai R/C Ratio pada di
minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia adalah 1,21 yang artinya minuman
sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia layak untuk dikembangkan dan memberikan
keuntungan pada pengusahanya. Nilai R/C Ratio sebesar 1,21 dapat diartikan
bahwa dari setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh di minuman sari buah naga
UD. Indra Rasa Kurnia, maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,21.
5.7 Analisis Nilai Tambah
Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui adanya nilai tambah yang
terdapat pada satu kilogram buah naga yang diolah menjadi minuman sari buah
naga. Besarnya nilai tambah diperoleh dari hasil pengurangan nilai produksi yang
dihasilkan terhadap biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga
kerja. Nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan bagi
pemilik. Nilai tambah pada di minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia
dapat dilihat pada Tabel 23.
70
Tabel 23. Nilai Tambah Minuman sari buah naga (Satu Kali Produksi) di UD.
Indra Rasa Kurnia
Keluaran (output) Masukan (input) dan Harga
1 Output/produk total (Liter/ proses produksi) 230,40
2 Input bahan baku (kg/ proses produksi) 40,00
3 Input tenaga kerja (TK/ 1xProduksi) 6,00
4 Faktor konversi 5,76
5 Koefisien tenaga kerja 0,15
6 Harga output (Rp/ liter) 6.770,83
7 Rata-rata upah tenaga kerja (Rp/ 1xProduksi) 20.000,00
Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga input bahan baku (Rp/ kg) 10.000,00
9 Sumbangan input lain (Rp/ kg) 17.482,50
10 Nilai Produksi (Rp/ kg) 39.000,00
11 Nilai tambah (Rp/ kg) 11.517.50
Rasio nilai tambah (%) 29,53
12 Imbalan tenaga kerja (Rp/ kg) 3.000,00
Bagian tenaga kerja (%) 26,05
13 Keuntungan (Rp/ kg) 8.517,50
Bagian keuntungan (%) 73,95
Balas Jasa untuk Faktor Produksi
14 Marjin (Rp/ kg) 29.000,00
a. Pendapatan tenaga kerja (%) 10,35
b. Sumbangan input lain (%) 60,28
c. Keuntungan (%) 29,37
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa usaha di minuman sari buah
naga dengan menggunakan bahan baku buah naga sebanyak 40 kg/proses produksi
dapat menghasilkan minuman sari buah naga sebanyak 230,4 liter (60 kemasan
kardus). Dari nilai faktor konversi dapat diketahui bahwa dari 1 kg buah naga yang
digunakan dapat menghasilkan 5,76 liter minuman sari buah naga dengan harga jual
per liter sebesar Rp 6.770,83, harga ini diperoleh dari harga jual produk minuman
sari buah naga per kardus (Rp 26.000) dibagi dengan volume sari minuman buah
naga per kardus (5,76 liter).
Tabel 23 diatas menunjukkan bahwa besarnya nilai tambah pada di minuman
sari buah naga adalah Rp 11.517.50,-/kg bahan baku buah naga. Rasio nilai tambah
pada di minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia adalah sebesar 29,53
persen, hal ini berarti bahwa 29,53 persen dari nilai produksi minuman sari buah
naga merupakan penambahan nilai yang dihasilkan dari pengolahan terhadap 1 kg
71
bahan baku minuman sari buah naga. Nilai tambah pada agroindustri minuman sari
buah naga ini termasuk dalam kategori sedang (antara 15% - 40 %).
Pendapatan atau imbalan tenaga kerja yang didapatkan dari setiap kilogram
bahan baku buah naga yang diolah menjadi minuman sari buah naga adalah sebesar
Rp 3.000 dengan bagian tenaga kerja sebesar 69,46 persen. Imbalan tenaga kerja
merupakan hasil perkalian dari koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja per
proses produksi, oleh karena itu imbalan tenaga kerja dipengaruhi oleh besarnya
koefisien tenaga kerja. Koefisien tenaga kerja menunjukkan besarnya curahan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu kilogram buah naga menjadi
minuman sari buah naga sebanyak 0,2 jam.
Berdasarkan Tabel 23 diatas, dapat diketahui keuntungan yang diperoleh dari
di minuman sari buah naga adalah sebesar Rp 8.517,50/kg buah naga yang
digunakan, sedangkan tingkat keuntungan atau bagian keuntungan yang diperoleh
perusahaan adalah sebesar 73,95 persen dari nilai tambah. Secara rinci distribusi
nilai tambah terhadap imbalan tenaga kerja dan keuntungan dilihat dari nilai
produksi minuman sari buah naga UD. Indra Rasa Kurnia dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Distribusi Nilai Tambah Bagi Pendapatan Tenaga Kerja serta
Keuntungan pada Produksi Minuman sari buah naga Di UD. Indra Rasa Kurnia
dilihat dari Nilai Produksi
Nilai
Produksi
Rp 39.000
Nilai Tambah
Rp 11.517,50
Input Lain
Rp 17.482,50
Bahan Baku
Rp 10.000
44,83%
25,64%
29,53%
26,05%
73,95%
Pendapatan T.K
Rp 3.000
Keuntungan
Rp 8.517,50
72
Gambar 9 menjelaskan bahwa nilai produksi minuman sari buah naga yang
dihasilkan oleh 1 Kg bahan baku buah naga memiliki nilai produksi sebesar
Rp.39.000, dengan rincian Rp 10.000 (25,64%) adalah biaya 1 kg bahan baku buah
naga, Rp 17.482,5 (44,83%) adalah biaya input lain (gula, pewarna, aroma
makanan, pengawet, bahan bakar, listrik dan biaya kemasan) yang dibutuhkan
untuk 1 kg bahan baku buah naga, dan Rp 11.517,5 (29,53%) adalah nilai tambah
yang diperoleh dalam pengolahan 1 kg buah naga menjadi minuman sari buah naga.
Distribusi balas jasa untuk faktor produksi baik untuk tenaga kerja maupun
input bahan lain perkilogram buah naga dalam usaha pembuatan minuman sari buah
naga dilihat dari nilai marjin dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Distribusi Balas Jasa untuk Faktor Produksi pada Produksi Minuman
sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia per Proses Produksi
Pada Gambar 11 diatas dapat dilihat bahwa untuk mengetahui balas jasa atau
imbalan bagi pemilik suatu faktor produksi dapat dilihat dari besarnya marjin.
Marjin merupakan selisih nilai produksi dengan harga bahan baku buah naga per
kilogram. Pada produk minuman sari buah naga, marjin yang didapatkan per
kilogram buah naga adalah Rp 29.000,- dengan keuntungan untuk pemilik usaha
sebesar 29,37 persen dari nilai marjin atau sebesar Rp 8.517,5, pendapatan untuk
tenaga kerja sebesar 10,35 persen dari nilai marjin atau sebesar Rp 3.000 dan untuk
sumbangan input lain sebesar 60,28 persen dari nilai marjin atau sebesar
Rp.17.482,5,-.
60,28%
Nilai
Produksi
Rp 39.000
Marjin
Rp 29.000
Bahan Baku
Rp 10.000 25,64%
74,36%
10,35%
29,37%
Pendapatan T.K
Rp 3.000
Keuntungan
Rp 8.517,5
Input lain
Rp 17.482,5
73
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Dari pembahasan tentang kelayakan usahatani buah naga di Kecamatan
Kepanjen selama 15 tahun pada tingkat suku bunga 6,25% (Suku bunga
deposito Bank Jatim) diperoleh nilai NPV sebesar Rp 503.532.374, nilai Net
B/C Ratio sebesar 4,14 dan IRR sebesar 25,96%. Semua kriteria tersebut
menunjukkan bahwa usahatani buah naga di Kecamatan Kepanjen layak
dijalanakan. Sedangkan nilai payback periode-nya sebesar 4,68 tahun atau 4
tahun 8 bulan.
2. Dari pembahasan analisis kelayakan terhadap agroindustri minuman sari buah
naga menghasilkan nilai R/C Ratio sebesar 1,21 yang artinya agroindustri
pengolahan minuman sari buah naga di UD. Indra Rasa Kurnia layak untuk
dijalankan.
3. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan buah naga menjadi minuman sari
buah pada UD. Indra Rasa Kurnia adalah sebesar Rp 11.517,50,-/kg bahan baku
buah naga. Nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai output dengan
biaya bahan baku dan biaya bahan penunjang lainnya. Rasio nilai tambah usaha
ini sebesar 29,53 persen, artinya usaha pembuatan minuman sari buah naga di
UD. Indra Rasa Kurnia memiliki nilai tambah tambah dengan kategori sedang
(antara 15%- 40%).
6.2 Saran
1. Untuk meningkatkan produksi buah naga bisa dengan mengintensifkan
usahatani buah naga dengan perawatan yang lebih baik, seperti pengaturan jarak
tanam, pemupukan dan melakukan perlindungan terhadap hama dan penyakit.
2. Untuk meningkatkan keuntungan perusahaan harus menekan biaya produksi
dari pengolahan sari buah naga dengan cara adopsi teknologi yang lebih
modern, yaitu penggunaan mesin cup sealer full otomatis, sehingga
penegemasan buah sari minuman buah naga bisa diselesaikan dalam waktu
yang lebih cepat dan dalam volume yang lebih besar.
74
3. Sebaiknya UD. Indra Rasa Kirana melakukan promosi baik melalui media
sosial ataupun melalui media-media periklanan yang ada seperti brosur, poster,
baliho dan juga media cetak, serta mengikuti kegiatan bazar dan pameran,
dengan demikian akan meningkatkan pengetahuan konsumen tentang produk
minuman sari buah naga.
4. Keterbatasan penelitian ini adalah dalam analisis kelayakan usahatani buah
naga, responden yang digunakan dalam penelitian ini luas lahannya relatif kecil,
belum ada petani buah naga dengan lahan yang luas, karena tanaman buah naga
di Kecamatan Kepanjen ditanam sebagai pengisi lahan kosong di pekarangan
rumah saja, lahan buah naga milik UD. Indra Rasa Kurnia berada di luar
kecamatan Kepanjen, yaitu di desa Palaan (Kecamatan Ngajum) dan di Desa
Kromengan (Kecamatan Kromengan) karena itu diharapkan pada penelitian
selanjutnya tentang kelayakan usahatani buah naga bisa dilakukan pada lahan
buah naga yang luas.
75
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi, Andi. 2003. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Pengolahan Ikan pada
Industri Kerupuk Udang atau Ikan Di Indramayu. Skripsi Fakultas Pertanian
Intitut Pertanian Bogor. Bogor. available online with update at:
http://digilib.ipb.ac.id
Arsyad, L. 1991. Ekonomi Manajerial Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen
Bisnis. BPFE. Yogyakarta
Baroh, I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Ditribusi Keripik Nangka Studi Kasus
pada Agroindustri Keripik Nangka di Lumajang. LP UMM. Malang
Boediono. 2000. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: Ekonomi Mikro. BPFE.
Yogyakarta
Cahyono, B. 2009. Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina. Jakarta
Darsono. 2008. Metodologi Riset Agribisnis Buku II Metode Analisis Data.
Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Pascasarjana UPN Veteran.
Surabaya
Djoni. Investigation Of Financial And Value Added Of Crystal Palm Sugar Agro
Industry. 2013. International Refereed Research Journal Vol.–IV, Issue–3(1),
July 2013 [58]
Elisabeth, Dian Adi A et al. 2006. Analisis Finansial Usaha Pembuatan Virgin
Coconut Oil (VCO) Cara Fermentasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Bali. available online with update at: http:// analisis finansial.com
Gunasena, H.P.M., Pushpakumara, D.K.N.G, Kariyasam, M. 2006. Dragon Fruit
(Hylocereus undatus Haw. Britton and Rose). available with update at:
http://www.agroforestry.org/downloads/publications/pdfs/bc07324.pdf
Halim, Abdul. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hanani, Nuhfil, Jabat Farik Ibrahim dan Mangku Purnomo. 2003. Strategi
Pembangunan Pertanian: Sebuah Pemikiran Baru. Lappera Pustaka Utama.
Yogyakarta.
Harjanto, Eddy. 1997. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi 2. Grasindo.
Jakarta.
Hayami, Y and Fujisaka. 1987. Agricultural Marketing And Processing In Upland
Java: Prospectif From A Sunda Village. CGPRT. bogor.
Hubeis M. 1997. Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui
Pemberdayaan Manajemen Industri. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap
Ilmu Manajemen Industri. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Husnan, S dan Muhammad, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta.
Idawati, N. 2012. Budidaya Buah Naga Hitam. Pustaka Baru Press. Yogyakarta
Irawan, Eko R. 2009. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kerupuk Jagung. Skripsi.
Fakultas pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
76
Kadarsan. 1993. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kamisi. Haryati La. 2011. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Agroindustri Kerupuk
Singkong. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU- Ternate)
4 (2) :82-87
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta
Kristanto, D. 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar
Swadaya. Jakarata.
Lipsey. 1995. Mikro Ekonomi. Bina Rupa Aksara. Jakarta
Mosher, A.T. 1968. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta.
Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Penerbit STIE
YKPN. Yogyakarta
Mulyadi. 2003. Sistem Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.
Nuraisyah, Sitatul. 2003. Analisis Efisiensi Dan Nilai Tambah Agroindustri Minyak
Cengkeh. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Okvitawati. 2003. Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Komoditas Kedelai
Olahan, Studi Kasus Agroindustri Di Desa Ngadirejo Kecamatan Kota
Kediri. Skripsi: Universitas Brawijaya Malang.
Poerwoko, B dan P. Fitradesi. 2000. Pengaruh Jenis Bahan Pelapis Dan Suhu
Simpan Terhadap Kualitas Dandaya Simpan Buah Pepaya. Buletin
Agronomi. Vol 28. (2): 66-72
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 1999. Pengantar Ekonomi Mikro.
BPFE UI. Jakarta
Rahayu, Sri. 2010. Pengatuh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Dengan Pengungkapan Corporate Social Responcibility Dan Good
Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rahmanto, B dan Made Oka Adnyana, 1988. Potensi SUTPA dalam Meningkatkan
Kemampuan Daya Saing Komoditas Pangan di Jawa Tengah. Prosiding
Ekonomi Pedesaan dan Peningkatan Daya Saing Sektor Pertanian. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta
Rosyidi, S. 1999. Pengantar Ekonomi: Pendekatan Kepada Ekonomi Mikro Dan
Ekonomi Makro. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sharma, M. Rajesh Thakur dan Piyush Mehta. Economic Feasibility Analysis Of
Major Flower Crops In Himachal Pradesh State Of India. 2014. International
Journal of Advanced Research in Management and Social Sciences Vol. 3
No. 9 September 2014
77
Shinta, A. 2012. Ruang Lingkup Dan Sejarah Usahatani. Modul Ilmu Usahatani.
Laboratorium Manajemen dan Analisis Agribisnis. Malang
Soekartawi, 1991, Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Jakarta, Rajawali Press.
Soekartawi. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Analisis Biaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Sofyan, Safri, 2003. Teori Akuntansi, Edisi Kelima, PT. Raspindo, Jakarta.
Sonhaji, Muhammad. 2000. Analisis Nilai Tambah Dan Efisiensi Agroindustri
Slondok. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Suartha, I Dewa Gede. 2009. Studi Kelayakan Agribisnis Buah Naga (Suatu Kajian
Kepustakaan). Fak. Pertanian Universtas Mahasaraswati Mataram. Ganeç
Swara. Vol. 3 No. 2 September 2009
Sudarsono. 1983. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta
Sudiyono, Amran. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah.
Malang
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan Praktis. Andi Offset.
Yogyakarta
Tambunan, M .1990. Pengembangan Agroindustri Dan Tenaga Kerja Pedesaan Di
Indonesia Dalam Diversifikasi Pertanian Dalam Proses Mempercepat Laju
Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Varalakshmi, K. Feasibility Analysis of Meat processing plant Case of medium
scale plant for Restructured chicken products. 2015. International Journal of
Advanced Research (2015), Volume 3, Issue 8, 750-763
Recommended