View
223
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
KABUPATEN MADIUN TAHUN 2003-2010
TESIS
Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah
Oleh :
SETIJANINGSIH
S 4210049
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2011 i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
KABUPATEN MADIUN TAHUN 2003-2010
Disusun oleh :
SETIJANINGSIH
S 4210049
Telah disetujui oleh Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Evi Gravitiani, M.Si Malik Cahyadin, SE, M.Si
NIP. 19730605 200912 2 001 NIP. 19810729 200812 1 002
Ketua Program Studi
Magiter Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dr. JJ Sarungu, MS
ii
NIP. 19510701 198010 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
KABUPATEN MADIUN TAHUN 2003-2010
Disusun oleh :
SETIJANINGSIH
S 4210049
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada tanggal :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Tim Penguji Dr. JJ Sarungu, MS
Pembimbing Utama Dr. Evi Gravitiani, M.Si
Pembimbing Pendamping Malik Cahyadin, SE, M.Si
iii
Mengetahui Ketua Program Studi
Direktur PPs UNS Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., PhD
NIP.
Dr. JJ Sarungu, MS
NIP. 19510701 198010 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan untuk :
Ibunda tercinta yang selalu memberi dukungan dan bimbingan kepadaku
Keponakanku yang memberi semangat dalam hidupku
Teman-teman dan semua pihak yang telah membantuku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Hidup adalah perjuangan, setiap perjuangan akan membuahkan hasil,
dimana ada usaha disitu pasti ada jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Kemampuan Keuangan Daerah adalah kewenangan dan kemampuan daerah untuk mengoptimalkan sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai peyelenggaraan pemerintahannya. Kemampuan keuangan daerah dicerminkan dengan kemandirian keuangannya. Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan keuangan daerah dalam mendanai belanja daerah dari kemampuan sendiri, yaitu pendapatan asli daerah atau PAD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Madiun tahun 2003 – 2010 dan mengetahui kemandirian keuangan daerah di Kabupaten Madiun tahun 2003 – 2010.
Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun tahun 2003 – 2010 dengan menghitung memakai rasio pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan, rasio pendapatan asli daerah terhadap dana perimbangan dan rasio pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah dimana dapat diketahui dengan mengukur persentase penerimaan daerah, sedangkan kemandirian keuangan daerah parameter pengukurannya adalah rasio kemandirian daerah, rasio efektivitas keuangan daerah otonom yaitu parameter untuk mengukur seberapa jauh penerimaan yang berasal dari daerah dalam memenuhi kebutuhan daerah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Kabupaten Madiun belum mampu dalam kemampuan keuangan daerahnya ; (2) Tingkat kemandirian masih rendah sekali dan menunjukkan pola hubungan instruktif, dan tingkat efektivitas sudah masuk dalam kategori efektif sehingga Kabupaten Madiun merupakan daerah yang efektif untuk bisa menuju kemandirian keuangan daerah.
Kata kunci : Kabupaten Madiun, Kemampuan Keuangan Daerah, Kemandirian Keuangan Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Regional Financial capability is a local authority and the ability to optimize financial resources, manage and use their own finances are sufficient to finance peyelenggaraan rule. The ability of local finance is reflected in its financial independence. Local financial independence is the ability of local finance in funding expenditures from its own capabilities, namely local revenues or PAD. This study aims to determine the financial capability areas in Madiun’s regency in 2003 - 2010 and know the local financial independence in Madiun’s regency in 2003- 2010.
The method used to determine financial capability Madiun’s regency area in 2003 - 2010 by calculating the wear ratio of revenue to total revenue, the ratio of revenue to the fund balance and ratio of revenue to the shopping area which can be identified by measuring the percentage of local revenue, while the local financial independence measurement parameter is the ratio of local independence, autonomous regional financial effectiveness ratio is the parameter to measure how much revenue that comes from the area in meeting local needs.
The results of this study indicate that: (1) Madiun’s regency has not been able in the area of financial capability ; (2) The level of independence is still very low and showed the pattern of relationships instructive, and the level of effectiveness has been included in the category so effective that Madison County is the effective area to be able to local financial autonomy.
Keywords: Madiun’s regency, Regional Financial Capability, Financial Independence Regional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala limpahan
berkah dan karunia-Nya sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan
tesis dengan judul ”Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Madiun
Tahun 2003 - 2010 ” ini.
Penelitian tesis ini terselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. Evi Gravitiani, M.Si, selaku Pembimbing Utama dalam upaya mendorong
peneliti untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
2. Malik Cahyadin, SE, M.Si, selaku Pembimbing Pendamping yang memberikan
banyak masukan yang bermanfaat untuk pengembangan tesis ini.
3. Segenap Pengelola dan staf di Sekretariat MESP yang selalu membantu
kelancaran studi peneliti.
4. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah
membangkitkan semangat peneliti untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.
Peneliti sadar bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada kebaikan sangat peneliti
harapkan dan semoga penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah Kabupaten Madiun dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang
berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemandirian daerah.
Surakarta, 2011
SETIJANINGSIH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN........................................................... ................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................... ............... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................... ...... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................ ........... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8
A. Tinjauan Teoritik dan Empiris ................................................. 8
1. Tinjauan Teoritik ................................................................. 8
a. Pengertian Otonomi Daerah dan Desentralissi Fiskal .... 8
b. Kemampuan Keuangan Daerah....................................... 10
c. Kemandirian Keuangan Daerah ...................................... 12
1) Rasio Keuangan ....................................................... 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ..................... 13
3) Pola Hubungan Pusat – Daerah................................ 14
4) Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Otonom .......... 15
5) Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan
Daerah Otonom ........................................................ 15
2. Tinjauan Empiris.................................................................. 17
B. Kerangka Konseptual ............................................................... 21
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... . 23
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 23
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 23
C. Teknik Analisis Data ................................................................ 24
1. Teknik Pengumpulan Data................................................... 24
2. Alat Analisis......................................................................... 24
a. Analisis Deskriptif ......................................................... 24
b. Analisis Kuantitatif ......................................................... 25
1). Derajat Desentralisasi Fiskal.................................... 25
2). Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (Rasio KKD) 25
3). Rasio Efektivitas Keuangan Daerah (Rasio EKD)... 26
4). Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan
Daerah Otonom ........................................................ 26
BAB IV. KONDISI DAERAH DAN ANALISIS DATA .............................. 28
A. Kondisi Daerah di Kabupaten Madiun ..................................... 28
1. Kondisi Umum .................................................................. 28
2. Visi dan Misi Kabupaten Madiun Tahun 2008-2013 ........ 29
3. Kondisi Keuangan ............................................................. 31
B. Analisis Data............................................................................. 33
1. Kemampuan Keuangan Daerah......................................... 33
a. Rasio PAD terhadap Pendapatan .................................. 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
b. Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan ...................... 38
c. Rasio PAD terhadap Belanja Daerah............................ 41
2. Kemandirian Keuangan Daerah......................................... 44
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (Rasio KKD) ... 44
b. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah (RasioEKD) ........ 56
c. Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah
Otonom......................................................................... 61
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 72
A. Kesimpulan............................................................................... 72
B. Saran ......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 76
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Definisi dan indikator Kemampuan Keuangan Daerah dan Kemandirian Keuangan Daerah ...................................................
16
4.1 Kondisi Keuangan Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam Jutaan Rupiah) ...............................................................
33
4.2 Klasifikasi Daerah Berdasarkan Rasio PAD terhadap APBD (Rata-rata 1990 – 1999) ...............................................................
34
4.3 Tolok Ukur Kemampuan Daerah .............................................. 35
4.4 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 (dalam Jutaan Rupiah) ..........................................
36
4.5 Rasio Pendapatan asli Daerah terhadap Total Pendapatan Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %) ...................
37
4.6 Dana Perimbangan Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 (dalam Jutaan Rupiah) ........................................................
39
4.7 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Dana Perimbangan Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam %) ..................
40
4.8 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam %) ..................
42
4.9 Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Daerah 45
4.10 Rasio Kemampuan Keuangan DaerahKabupaten Madiun Tahun 2003-2010 (dalam %) ..................................................................
46
4.11 Perbandingan Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 20003-2010 (dalam %) ......................................
47
4.12 Efektivitas Keuangan Daerah Otonom ..................................... 57
4.13 Perhitungan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 (dalam %) ....................
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
4.14 Perbandingan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003-2010 (dalam %) ....................................................
59
4.15 Trend Kemandirian Keuangan Daerah dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003-2010 (dalam %) ..................................................................................
63
4.16 Trend Kemandirian Keuangan Daerah berdasarkan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)................................................................
68
4.17 Trend Efektivitas Keuangan Daerah berdasarkan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)................................................................
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ............... 38
4.2 Grafik Perkembangan Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ....................................................................................... 41
4.3 Grafik Perkembangan Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 .................. 43
4.4 Grafik Perkembangan Rasio Kemandiriran Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ................ 56
4.5 Grafik Perkembangan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ................ 60
4.6 Grafik Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003-2010 ..................... 64
4.7 Grafik Rasio KKD, Rasio EKD, Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ............................................................. 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LampiranI : Rekapitulasi Laporan Realisai Anggaran Pemerintah Kabupaten Madiun
Lampiran II : Regresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara merupakan perundang-undangan yang mengatur
tentang pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden
kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN
dan APBD, ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD,
pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,
pemerintah daerah dan pemerintah/lembaga asing, pengaturan hubungan
keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah dan
perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat, serta penetapan
bentuk dan batas waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN dan APBD. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 juga
telah mengantisipasi perubahan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan
di Indonesia yang mengacu kepada perkembangan standar akuntansi di
lingkungan pemerintahan secara internasional.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan daerah dalam
pelaksanaannya bagi Pemerintah Daerah di era otonomi daerah tidak lepas dari
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dalam mengatur tentang penyelenggaraan Otonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggungjawab kepada Daerah secara proporsional yang diwujudkan
dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah.
Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah diatur dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang mempunyai
prinsip bahwa : (1) perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan
Pemerintahan Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai
konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah,
(2) pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh
Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal, (3) perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan
Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan.
Pasal 86 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemerintah kemudian
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dalam pelaksanaannya Pemerintah menetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.
Bagian Ketiga Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 4
ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa pengelolaan
keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang
diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah ( Perda ).
Bupati Madiun periode tahun 2003 sampai 2008 yang memerintah pada
saat itu menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Bagian Ketiga Asas
Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 4 ayat (2) dengan menetapkan
Peraturan Daerah tentang APBD yang berguna sebagai arah dan kebijakan
umum serta strategi dan prioritas dalam melaksanakan pembangunan di
Kabupaten Madiun.
Mardiasmo (2002) dalam Setiaji dan Adi (2007) mengatakan bahwa
sebelum era otonomi harapan yang besar dari Pemerintah Daerah untuk dapat
membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri
ternyata dari tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari kenyataan. Harapan
Pemerintah Daerah tersebut ternyata adalah ketergantungan fiskal dan subsidi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
serta bantuan Pemerintah Pusat sebagai wujud ketidakberdayaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dalam membiayai Belanja Daerah.
Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang
lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi
daerah tersebut bertujuan antara lain adalah untuk lebih mendekatkan
pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk
memantau dan mengawasi penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan persaingan
yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Pemerintah Daerah
dengan kewenangan tersebut diharapkan lebih mengoptimalkan sumber-
sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui PAD.
Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin
banyaknya kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah disertai
pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah
dalam jumlah besar. Dana Perimbangan yang merupakan transfer keuangan
oleh pusat kepada daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi
daerah, meskipun jumlahnya relatif memadai yakni sekurang-kurangnya
sebesar 25 persen dari Penerimaan Dalam Negeri dalam APBN, namun daerah
harus lebih kreatif dalam meningkatkan PAD-nya untuk meningkatkan
akuntabilitas dan keleluasaan dalam pembelanjaan APBD-nya (Sidik, 2002)
dalam Setiaji dan Adi (2007). Sumber-sumber penerimaan daerah yang
potensial harus dikelola secara maksimal, namun tentu saja di dalam koridor
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Halim (2001) dalam Erlangga (2005) dalam Yuniarti (2008)
menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan
otonomi, yaitu : (1) kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus
memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber
keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup
memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya, dan
(2) ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan
terbesar sehingga peranan Pemerintah Daerah menjadi lebih besar.
Kemampuan daerah otonom melaksanakan otonomi keuangan secara
penuh dalam periode pendek masih diragukan, baik sebagai akibat kapabilitas
daerah otonom yang tidak dapat berubah begitu cepat maupun sistem
keuangan, yaitu Pemerintah Pusat tidak sepenuhnya mau kehilangan kendali
atas Pemerintah Daerah.
Kuncoro (2002) dalam Dwirandra menjelaskan beberapa hal yang
dapat menghambat keberhasilan Pemerintah Daerah melaksanakan otonomi,
yaitu : (1) dominannya transfer dari pusat, (2) kurang berperannya perusahaan
daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), (3) tingginya derajat
sentralisasi dalam bidang perpajakan, (4) kendati pajak daerah cukup beragam,
ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan,
(5) kelemahan dalam pemberian subsidi dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan keuangan daerah
dalam mendanai belanja daerah dari kemampuan sendiri, yaitu pendapatan asli
daerah atau PAD.
Berdasarkan uraian diatas, maka dengan adanya pertanggungjawaban
keuangan oleh pemerintah inilah yang membuat peneliti tertarik untuk
mengadakan penilaian yang mengkaji tentang kemampuan keuangan pada era
otonomi daerah yang sudah menjalankan otonomi daerah setelah delapan tahun
berjalan serta kemandirian dan efektivitas keuangan daerah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Kabupaten Madiun mampu untuk
mengelola keuangannya dalam memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya dan sejauh mana kemandirian dan efektivitas keuangan di
Kabupaten Madiun sepanjang tahun 2003 sampai dengan tahun 2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Madiun pada tahun
2003 – 2010 ?
2. Bagaimana kemandirian dan efektivitas keuangan daerah di Kabupaten
Madiun pada tahun 2003 – 2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini meliputi :
1. Untuk menganalisa kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Madiun
pada tahun 2003 – 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Untuk menganalisa kemandirian dan efektivitas keuangan daerah di
Kabupaten Madiun pada tahun 2003 – 2010.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Toeritis
Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran dalam mengembangkan
model-model penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan keuangan
daerah di masa-masa yang akan datang.
2 . Manfaat Praktis
Dari hasil analisis yang telah didapatkan, diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penyusunan kebijakan
pembangunan daerah, khususnya bagi Pemerintah Daerah di Kabupaten
Madiun dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sekarang ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik dan Empiris
1. Tinjauan Teoritik
a. Pengertian Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal
Ketentuan Umum Bab I Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa desentralisasi
mempunyai pengertian penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah mempunyai
pengertian kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Otonomi yang luas kepada daerah bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah, hal
ini akan semakin mendorong pelaksanaan pembangunan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menyeluruh di daerah karena makin terbukanya peluang bagi daerah
untuk memanfaatkan sumber daya dan sumber pendanaan yang dimiliki.
Sardi (1999) dalam Yuniarti (2008) menjelaskan bahwa
perkembangan teori desentralisasi di Indonesia tercatat ada 3 jenis,
yaitu sebagai berikut.
1) Desentralisasi administrasi : pengalihan wewenang administrasi
untuk memungut pajak/retribusi beserta pemberian ijin termasuk
pendaftaran usaha ;
2) Desentralisasi teritorial : pengalihan wewenang untuk mengatur
daerah /wilayah yang menjadi ajang kegiatan ;
3) Desentralisasi fungsional : pengalihan wewenang untuk menata
kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.
Livingstone dan Charlton dalam Suryantini (2001) dalam Yuniarti
(2008) mengemukakan bahwa desentralisasi keuangan pemerintah
merupakan suatu tujuan yang penting di banyak negara berkembang dan
bahwa kabupaten atau kota lebih memungkinkan untuk dekat dengan
masyarakat dan pelayanan yang perlu disediakan untuk masyarakat.
Desentralisai keuangan pemerintah memberi akibat masyarakat pun
memiliki kesadaran untuk membayar pajak sebagai kontribusinya, karena
jumlah yang mereka kontribusikan kepada pemerintah akan langsung
terlihat hasilnya.
Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak dapat
dilepaskan dari kemampuan daerah dalam bidang keuangan, karena
kemampuan keuangan ini merupakan salah satu indikator penting guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
mengukur tingkat otonomi suatu daerah. Suparmoko mengutip dari
Munir (2004) dalam Yuniarti (2008) otonomi fiskal daerah adalah
kemampuan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), otonomi fiskal ini dapat diketahui dengan menghitung
desentralisasi fiskal, dimana dapat diketahui dengan menghitung rasio
PAD terhadap total penerimaan daerah dan rasio subsidi dan bantuan
pemerintah yang lebih tinggi terhadap total penerimaan daerah serta rasio
penerimaan daerah terhadap total penerimaan negara.
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk
meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah.
Pada dasarnya terkandung 3 misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, yaitu (Mardiasmo, 2002) dalam Yuniarti (2008).
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat.
2) Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya
daerah.
3) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan.
b. Kemampuan Keuangan Daerah
Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu
melaksanakan otonomi menurut Abdul Halim yang dikutip dari Erlangga
(2005) dalam Yuniarti (2008) adalah sebagai berikut.
1) Kemampuan keuangan daerah artinya daerah otonom harus memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri
yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerahnya.
2) Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin
sehingga Pendapatan Asli Daerah harus menjadi sumber keuangan
terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat
dan daerah. Kedua ciri tersebut akan mempengaruhi pola hubungan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pola hubungan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan daerah secara konseptional harus sesuai
dengan kemampuan daerah dalam membiayai pelaksanaan
pemerintahan.
Suparmoko (1996) dalam Yuniarti (2008) mengatakan bahwa
hubungan keuangan antar pemerintah (inter govermental fiscal relation)
menunjuk pada hubungan keuangan antar berbagai tingkatan
pemerintahan dalam suatu negara, kaitannya dengan distribusi
pendapatan negara dan pola pengeluarannya termasuk kekuasaan dari
tingkat pemerintahan yang lebih tinggi terhadap tingkat pemerintahan
yang lebih rendah. Pola hubungan keuangan antar pemerintahan pada
gilirannya merupakan cermin ideologi politik dan struktur pemerintahan.
Musgrave dan Musgrave (1991) dalam Yuniarti (2008)
mengemukakan bahwa untuk melihat kemampuan daerah dalam
menjalankan otonomi daerah salah satunya diukur dengan derajat
desentralisasi fiskal antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Total Penerimaan
Daerah.
Indikator Kemampuan Keuangan Daerah
Derajat Desentralisasi Fiskal
Derajat desentralisasi fiskal yakni perbandingan antara Pendapatan
Asli Daerah dengan Total Penerimaan Daerah. Derajat desentralisasi
fiskal apabila semakin tinggi derajat desentralisasi fiskal suatu daerah
menunjukkan semakin tinggi tingkat kemampuan keuangan daerah
tersebut.
c. Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan keuangan
daerah dalam mendanai belanja daerah dari kemampuan sendiri, yaitu
pendapatan asli daerah atau PAD.
Indikator Kemandirian Keuangan Daerah
1) Rasio Keuangan
Pemerintah daerah sebagai pihak yang diberikan tugas
menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah
dalam bentuk buku laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta didasari oleh
Peraturan Daerah sebagai dasar penilaian kinerja keuangannya. Salah
satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah
adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang telah ditetapkan dan dilaksanakan (Halim, 2001) dalam
Dwiranda.
Penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat analisis kinerja
keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan yang
bersifat komersial, sedangkan pada lembaga publik khususnya
pemerintah daerah masih sangat terbatas sehingga secara teoritis
belum ada kesepakatan yang bulat mengenai nama dan kaidah
pengukurannya, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang
transparan, jujur, demokratis, efekif, dan akuntabel, analisis rasio
keuangan terhadap pendapatan belanja daerah perlu dilaksanakan
meskipun terdapat perbedaan kaidah pengakuntasiannya dengan
laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta (Mardiasmo,
2002) dalam Dwirandra.
Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur
akuntabilitas pemerintah daerah (Halim, 2002) dalam Dwirandra,
yaitu : rasio kemandirian keuangan (otonomi fiskal), rasio efektivitas
terhadap pendapatan asli daerah, rasio efesiensi keuangan daerah,
rasio keserasian, rasio pertumbuhan (analisis shift), rasio proporsi
pendapatan dan belanja daerah (analisis share).
2) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio kemandirian keuangan daerah (selanjutnya disebut ”Rasio
KKD”) menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam
membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
Rasio KKD menggambarkan sejauh mana ketergantungan
daerah terhadap sumber dana ekstern, semakin tinggi rasio ini berarti
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern
(terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, demikian
pula sebaliknya. Rasio KKD juga menggambarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan daerah, semakin tinggi rasio ini
berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak
dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.
3) Pola Hubungan Pusat – Daerah
Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim (2001) dalam
Dwirandra mengemukakan mengenai hubungan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah, terutama
pelaksanaan undang-undang tentang perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, yaitu sebagai berikut.
1. Pola hubungan instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih
dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak
mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial).
2. Pola hubungan partisipatif, yaitu pola dimana peranan pemerintah
pusat semakin berkurang mengingat tingkat kemandirian daerah
otonom bersangkutan mendekati mampu melaksanakan urusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
otonomi. Peran pemberian konsultasi beralih ke peran partisipasi
pemerintah pusat.
3. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat
sudah tidak ada lagi karena daerah telah benar-benar mampu dan
mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah. Pemerintah
pusat siap dan dengan keyakinan penuh mendelegasikan otonomi
keuangan kepada pemerintah daerah.
4) Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Otonom
Rasio efektivitas keuangan daerah otonom (selanjutnya disebut
”Rasio EKD”) menunjukkan kemampuan pemerintahan daerah dalam
merealisasikam pendapatan asli daerah (PAD) yang direncanakan
dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah (Halim, 2002) dalam Dwirandra.
Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan
efektif apabila rasio yang dicapai minimal 100%, namun, semakin
tinggi rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah semakin
baik.
5) Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Otonom
Kecenderungan kemandirian dan efektivitas keuangan daerah
otonom penting dinilai untuk mengetahui arah perkembangan kedua
dimensi keuangan ini. Suatu daerah otonom kabupaten/kota pada
suatu tertentu barangkali belum dapat memenuhi kemandirian dan
efektivitas keuangannya, tetapi dengan melihat trend positif dari
kedua dimensi keuangan tersebut diperoleh keyakinan, walaupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
lambat ada peluang akan menuju kemandirian dan efektivitas
keuangan yang ideal.
Amin (2000) dalam Dwirandra menyatakan bahwa persentase
trend digunakan apabila ingin melihat perkembangan suatu
perusahaan. Persentase trend dalam perhitungannya digunakan salah
satu tahun sebagai tahun dasar, apabila suatu tahun dipilih sebagai
tahun dasar, maka data dalam tahun tersebut dinyatakan dengan
angka seratus, yang artinya 100% dan data sejenis dalam tahun
berikutnya dinyatakan dalam angka persentase data dari tahun dasar.
Definisi dan indikator dari Kemampuan Keuangan Daerah dan
Kemandirian Keuangan Daerah dapat ditampilkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Definisi dan indikator Kemampuan Keuangan Daerah dan
Kemandirian Keuangan Daerah
Definisi Indikator Kemampuan Keuangan Daerah
kewenangan dan kemam-puan daerah untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, menge-lola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelengga-raan pemerintahan daerahnya
Derajat Desentrasilasi Fiskal dengan memakai : 1. Rasio PADP 2. Rasio PADDP 3. Rasio PADB
Kemandirian Keuangan Daerah
kemampuan keuangan daerah dalam mendanai belanja daerah dari kemampuan sendiri, yaitu pendapatan asli daerah atau PAD.
Rasio Keuangan : 1. Rasio KKD 2. Rasio EKD
Sumber : Musgrave dan Musgrave (1980) dalam Sumarsono (2009), Laporan Perkembangan Ekonomi dan Perbankan Kep. Bangka Belitung Tw. III Tahun 2006, dan Halim(2002) dalam Dwirandra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Tinjauan Empiris
Suhendro (2004) dalam Yuniarti (2008) meneliti mengenai analisis
kemampuan ekonomi kota dan kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2001. Suhendro menganalisa kinerja ekonomi daerah
sebagai basis utama mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan
bertanggungjawab. Kinerja otonomi daerah adalah prestasi dan kondisi
ekonomi yang telah dicapai daerah dari pembangunan terdahulu. Tolok ukur
kinerja ekonomi menggunakan indikator makro ekonomi regional yakni laju
pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, struktur ekonomi, sektor
unggulan, tabungan masyarakat, investasi, porsi PAD tingkat pendapatan
daerah dan PAD perkapita.
1) Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita merupakan indikator
efektif dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
2) Investasi merupakan akumulasi modal yang mendorong kemajuan
ekonomi, tabungan masyarakat merupakan sumber investasi.
3) Pendapatan daerah (PAD) mencerminkan kemampuan ekonomi
pemerintah di daerah.
Metode analisis yang dipakai adalah metode tehnik bench marking yakni
membandingkan indikator ekonomi di wilayah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, hasil yang dipeoleh menunjukkan hasil bahwa kemampuan
ekonomi Kota Yogyakarta sebagai bench mark paling tinggi diantara
kabupaten-kabupaten lain di Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sasana (2002) dalam Yuniarti (2008) meneliti mengenai pengaruh
hubungan fiskal Pemerintah Pusat – Daerah terhadap PDRB Kabupaten
Klaten, dengan variabel fiskal berupa Pendapatan Asli Daerah, Penerimaan
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Penerimaan sumbangan dan Bantuan
serta Tenaga Kerja. Hasilnya variabel penerimaan Bagi Hasil Pajak dan
Bukan Pajak dan Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDRB) Kabupaten Klaten. Pendapatan Asli Daerah dan
penerimaan Sumbangan dan bantuan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan PDRB. Hubungan fiskal Pemerintah Pusat-Daerah di
kabupaten Klaten menunjukkan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
bantuan Pemerintah Pusat.
Astuti (2001) dalam Yuniarti (2008) meneliti mengenai Kemandirian
Kota Surakarta dilihat dari posisi PAD dan kemungkinan pengembangannya
selama periode 1995/1996 sampai 1999/2000. Bahwa untuk mengetahui
posisi fiskal Kota Surakarta dapat dilakukan perbandingan antara upaya
pengumpulan PAD (UPP) dengan tingkat PAD standar (TPS). Apabila UPP
lebih besar dari TPS berarti posisi fiskal kuat, tetapi apabila UPP lebih kecil
dari TPS berarti posisi fiskal lemah. UPP diperoleh dari perbandingan antara
PAD Kota Surakarta dengan PDRB Kota Surakarta. TPS diperoleh dari
perbandingan PAD se-Jawa Tengah dengan PDRB se-Jawa Tengah. Dari
perbandingan antara UPP dan TPS diperoleh Indeks penampilan PAD (IP
PAD) yang merupakan gambaran dari posisi fiskal Kota Surakarta. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
penelitian menunjukkan bahwa derajat desentralisasi fiskal Kota Surakarta
selama periode penelitian termasuk kategori kurang mandiri.
Landiyanto (2005) mengadakan penelitian mengenai kinerja keuangan
dan strategi pembangunan kota era otonomi daerah dengan stusi kasus Kota
Surabaya. Landiyanto mengemukakan bahwa untuk melihat kinerja
keuangan daerah dapat digunakan derajat kemandirian daerah guna
mengukur sejauh mana penerimaan yang berasal dari daerah dapat
digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah. Semakin tinggi derajat
kemandirian daerah menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin mampu
membiayai kebutuhannya sendiri tanpa mengandalkan bantuan dari
Pemerintah Pusat. Derajat kemandirian daerah apabila dipadukan dengan
derajat desentralisasi fiskal yang digunakan untuk melihat kontribusi PAD
terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, maka akan terlihat kinerja
keuangan daerah secara utuh.
Secara umum, semakin tinggi kontribusi PAD dan semakin tinggi
kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri akan
menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif, dalam hal ini, kinerja
keuangan positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah
dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi
daerah pada daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pemerintah Kota Surabaya memiliki ketergantungan yang tinggi pada
Pemerintah Pusat disebabkan belum optimalnya penerimaan dari PAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Yuniarti (2008) mengemukakan tentang Pengaruh Pertumbuhan
Pendapatan Perkapita, Tingkat Investasi dan Tingkat Industrialisai terhadap
Kemandirian Daerah, studi kasus pada Kabupaten dan Kota di Wilayah
Soloraya yang menyimpulkan bahwa secara bersama-sama Pertumbuhan
Pendapatan perkapita, Tingkat Inestasi dan Tingkat Industrialisasi
berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya derajat desentralisasi.
Dwirandra (2007) meneliti tentang Efektivitas dan kemandirian
keuangan Daerah Otonom Kabupaten/Kota di Propinsi Bali Tahun 2002 –
2006 disimpulkan bahwa pada tahun 2006 ternd efektivitas keuangan daerah
otonom kabupaten/kota di Propinsi Bali semakin baik walaupun masih ada
yang di bawah 100 % seperti Kabupaten Gianyar, Buleleng dan Denpasar.
Setiaji dan Adi (2007) mengadakan penelitian yang dikemukakan
pada Simposium Nasional Akuntasi X Unhas Makasar tanggal 26 – 28 Juli
2007 tentang peta kemampuan keuangan daerah sesudah otonomi daerah
dengan kasus apakah mengalami pergeseran studi kasus pada Kabupaten
dan Kota se Jawa – Bali. Wirawan Setiaji dan Priyo Hari Adi
mengemukakan bahwa terdapat perbedaan Growth (pertumbuhan) PAD
yang signifikan antara sebelum dan sesudah otonomi daerah. Pertumbuhan
PAD setelah otonomi secara empriris lebih tinggi (lebih baik) dibanding
pertumbuhan PAD sebelum otonomi. Perbedaan pertumbuhan ini tidak
diikuti dengan kenaikan share (kontribusi) PAD terhadap belanja.
Kontribusi PAD terhadap belanja justru lebih rendah dibanding kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
setelah otonomi. Hal ini menunjukkan dalam era otonomi ketergantungan
terhadap pemerintah pusat justru menjadi lebih tinggi.
Mardikasari (2007) mengemukakan mengenai Evaluasi Kinerja
Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Periode Tahun 2001 – 2005
dikemukakan bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Madiun pada
tahun anggaran 2001 – 2005, tingkat kemandirian masih rendah sekali dan
menunjukkan pola hubungan instruktif dimana daerah belum mampu
melaksanakan otonomi daerah dan peran dari pemerintah pusat masih sangat
besar. Tingkat efektivitas dan efisiensi sudah masuk dalam kategori efektif
dan efisien. Hal ini ditunjukkan dari tingkat efektivitas yang selalu diatas
100% dan tingkat efisiensi selalu dibawah 60%. Tingkat keserasian antara
belanja rutin dan belanja pembangunan menunjukkan adanya perubahan
fokus dari belanja rutin ke belanja pembangunan.
B. Kerangka Konseptual
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Kemampuan Keuangan
Kabupaten Madiun dengan menggunakan derajat desentralisasi fiskal sedangkan
untuk Kemandirian Keuangan Daerah adalah rasio kemandirian keuangan
daerah dan rasio efektivitas keuangan daerah yang ditinjau dari dua sudut yakni
pendapatan dan belanja daerah serta pembiayaan dimana kedua faktor tersebut
nantinya akan digunakan untuk melihat kemampuan keuangan Kabupaten
Madiun setelah adanya otonomi daerah dan selanjutnya berguna juga untuk
menentukan kebijakan pemerintah dalam mencapai visi dan misi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dicanangkan oleh Bupati Madiun juga menuju Kabupaten Madiun sejahtera
2013.
Peneliti juga menghitung menggunakan model trend kemandirian dan
efektifitas keuangan daerah otonom untuk melihat perkembangan kemajuan
Kabupaten Madiun sehingga diperoleh keyakinan, Kabupaten Madiun ada
peluang akan menuju kemandirian dan efektivitas keuangan yang ideal. Peneliti
juga berharap Kabupaten Madiun mampu untuk meningkatkan pendapatan asli
daerahnya dan mampu meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat sehingga
masyarakat di Kabupaten Madiun bisa menikmati sarana dan prasarana yang
sudah dilaksanakan di Kabupaten Madiun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah Kabupaten Madiun dengan periode
waktu yang diteliti dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Periode waktu
tersebut dipilih untuk dapat membandingkan kondisi pemerintahan dua Bupati
Madiun setelah era otonomi daerah. Pemerintahan Bupati sebelum periode
sekarang adalah pada tahun 2003 sampai dengan tanggal 22 Juli 2008,
sedangkan pemerintahan Bupati Madiun sekarang dimulai pada tanggal 23 Juli
2008 sampai dengan sekarang.
Variabel yang diteliti adalah pendapatan daerah dan belanja daerah sesuai
dengan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja daerah.
B. Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini merupakan data sekunder dengan studi kepustakaan
yang dikumpulkan dari sumber :
1. Data pendapatan daerah, diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Kabupaten Madiun berupa buku Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun.
2. Data belanja daerah, diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Kabupaten Madiun berupa buku Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
C. Teknik Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang diambil dari
Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah Kabupaten Madiun.
Meteode yang dipakai peneliti adalah metode time trial yaitu metode
dengan mengacu pada tahun anggaran. Disini yang digunakan yaitu mulai
tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2010 dengan asumsi
bahwa sudah berada pada era otonomi daerah.
2. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi dan analisis
kuantitatif dengan variabel pendapatan daerah dan belanja daerah dari tahun
anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2010.
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten Madiun dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun
2010 dengan melihat pertumbuhan APBD, proporsi penerimaan
terhadap APBD dan proporsi pengeluaran terhadap APBD. Analisis
deskriptif bermanfaat dalam memecahkan permasalahan yang aktual
dengan berusaha mengumpulkan, menyajikan, menganalisa dan
membandingkan data yang ada, dimana analisis deskritif menggunakan
tabel dan grafik sebagai hasil.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Analisis Kuantitatif
1) Derajat Desentralisasi Fiskal
Derajat desentralisasi fiskal yakni perbandingan antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Total Penerimaan Daerah. Semakin
tinggi derajat desentralisasi fiskal suatu daerah menunjukkan
semakin tinggi tingkat kemandirian daerah tersebut.
2) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ( Rasio KKD )
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukan
kemandirian keuangan daerah. Kemandirian keuangan daerah
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan oleh daerah.
Rasio Kemandirian Daerah dapat diketahui pola hubungan
yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan
kemandirian daerah itu, semakin tinggi rasio kemandirian berarti
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern
(terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah. Semakin
tinggi kontribusi pendapatan asli daerah dan semakin tinggi
kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri
menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Kinerja
keuangan yang positif dapat diartikan sebagai kemampuan keuangan
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung
pelaksanaan otonomi daerah pada daerah tersebut.
3) Rasio Efektivitas Keuangan Daerah ( Rasio EKD )
Rasio Efektivitas Keuangan Daerah berguna untuk mengukur
efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan Keuangan Daerah
terutama pada Pendapatan Daerah.
Rasio efektivitas ini menggambarkan kemampuan pemerintah
daerah dalam merealisaikan Pendapatan Asli Daerah yang
direncanakan dibanding target Pendapatan Asli Daerah yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
4) Trend kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Otonom
Kecenderungan kemandirian dan efektivitas keuangan daerah
otonom penting dinilai untuk mengetahui arah perkembangan
kedua dimensi keuangan ini. Suatu daerah otonom kabupaten / kota
pada suatu tertentu barangkali belum dapat memenuhi kemandirian
dan efektivitas keuangannya, tetapi dengan melihat trend positif
dari kedua dimensi keuangan tersebut diperoleh keyakinan,
walaupun lambat ada peluang akan menuju kemandirian dan
efektivitas keuangan yang ideal.
Trend kemandirian dan efektivitas keuangan daerah dapat
dihitung memakai persentase, digunakan salah satu tahun sebagai
tahun dasar. Suatu tahun dipilih sebagai tahun dasar, maka data
dalam tahun tersebut dinyatakan dengan angka seratus, yang
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
artinya 100% dan data sejenis dalam tahun berikutnya dinyatakan
dalam angka persentase data dari tahun dasar.
Trend kemandirian dan efektivitas keuangan yang digunakan
memakai tahun dasar tahun 2002 dikarenakan perhitungan
keuangan sampai tahun 2010 adalah masih tahun berjalan.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
KONDISI DAERAH DAN ANALISIS DATA
A. Kondisi Daerah Kabupaten Madiun
1. Kondisi Umum
Kabupaten Madiun secara astronomis memiliki luas 1.010,86 Km2
yang terletak antara 7012’ - 7048’30” Lintang Selatan dan 1110 25’45’’ -
111051’ Bujur Timur. Kabupaten Madiun secara administratif terbagi
dalam 15 kecamatan, 8 kelurahan dan 197 desa. Batas daerah, di sebelah
utara Kabupaten Madiun berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro.
Kabupaten Madiun bagian sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Nganjuk. Kabupaten Madiun bagian sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Ponorogo. Kabupaten Madiun bagian sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi. Jarak antara
Kabupaten Madiun dengan ibukota Propinsi Jawa Timur kurang lebih 175
Km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota negara kurang lebih
775 Km dengan arah yang berlawanan.
Wilayah Kabupaten Madiun secara topografis sebagian besar
terletak di dataran rendah dengan bentuk permukaan lahan sebagian besar
(67.576 Ha) relatif datar dengan tingkat kemiringan lereng 0o-15o.
Kabupaten Madiun mempunyai curah hujan sebesar 1.803,75 mm3 setahun
dengan hari hujan sebanyak 93 hari setahun. Bulan Desember merupakan
bulan dengan curah hujan tertinggi yaitu 367,50 mm3, sedangkan bulan
Agustus merupakan bulan kering dengan curah hujan 0 mm3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Visi dan Misi Kabupaten MadiunTahun 2008 – 2013
Pengangkatan Bupati dan Wakil Bupati Madiun periode tahun
2008-2010 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
133.35-522 tanggal 21 Juli 2008 tentang Pengangkatan Bupati dan Wakil
Bupati dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 133.35-522
tahun 2008 tentang Pengesahan Pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati
Madiun masa jabatan 2003-2008, maka ditetapkan Bupati dan Wakil
Bupati Madiun untuk masa jabatan 2008-2013 terhitung sejak pelantikan
pada tanggal 23 Juli 2008.
Visi Kabupaten Madiun Tahun 2008 – 2013 adalah sebagai berikut :
” Kabupaten Madiun Sejahtera Tahun 2013 ”.
Makna dari Visi :
1. Memaknakan adanya Proses, yaitu pembangunan berbasis argo,
religius dan gotong royong dalam sistem pemerintahan yang
demokratis dan terpercaya untuk kesejahteraan masyarakat yang
berkeadilan dan berbudaya.
2. Memaknakan adanya Upaya, yaitu pengaturan, pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabat
masyarakat dalam kehidupan ekonomi, sosial budaya dan politik.
3. Memaknakan adanya Wujud, yaitu masyarakat hidup dinamis,
tentram dan terayomi berdasarkan prinsip hari esok lebih baik dari
hari ini, yang mempunyai arti bahwa masyarakat menikmati hasil-
hasil pembangunan, dapat memperbaiki kualitas kehidupannya, dapat
melaksanakan kegiatan sosial ekonomi dengan aman dan damai, dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berpartisipasi sesuai kemampuan masing-masing, dapat menyalurkan
aspirasi dan dapat memperoleh pelayanan yang baik dari pemerintah.
Misi Kabupaten Madiun adalah :
1. Membangun Perekonomian Rakyat Berbasis Agro dan Berwawasan
Bisnis
2. Mengembangkan Sistem Sosial yang dinamis, berkeadilan dan
berbudaya
3. Mewujudkan Pemerintahan yang demokratis dan terpercaya
4. Meningkatkan Daya Saing Daerah dan kelestarian lingkungan hidup.
Keempat pernyataan misi Bupati tersebut mengandung makna sebagai
berikut :
1. Misi 1 Membangun perekonomian rakyat berbasis agro dan
berwawasan bisnis. Substansi yang dikandung dalam misi ini adalah
terwujudnya pertanian yang maju dan dapat menggerakkan sektor
lain untuk mempercepat kemajuan desa dan mendorong pertumbuhan
ekonomi daereah.
2. Misi 2 Mengembangkan Sistem Sosial yang dinamis, berkeadilan dan
berbudaya. Substansi yang dikandung dalam misi ini adalah
meningkatnya ketahanan sosial dalam kerangka memutus mata rantai
kemiskinan, keterbelakangan dan degradasi moral.
3. Misi 3 Mewujudkan Pemerintahan yang demokratis dan terpercaya.
Substansi yang dikandung dalam misi ini adalah terselenggaranya
pelayanan masyarakat yang prima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4. Misi 4 Meningkatkan Daya Saing Daerah dan kelestarian lingkungan
hidup. Substansi yang dikandung dalam misi ini adalah meningkatnya
kapasitas daerah yang dapat mendorong terciptanya peluang untuk
maju dan berkembang dengan berwawasan lingkungan hidup..
Bupati Madiun periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013
mempunyai visi dan mempunyai misi yang bertujuan untuk meningkatkan
Pendapatan Daerah terutama meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
dalam menuju Kabupaten Madiun yang sejahtera tahun 2013.
Bupati Madiun juga mempunyai Program : (1) program prioritas
yaitu pertanian, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, keamanan, dan
lingkungan hidup ; (2) program akselerasi berupa infrastruktur, Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan birokrasi profesional ; (3) program
reguler yaitu program lainnya dilaksanakan secara seimbang dan
bersinergi untuk tujuan : meningkatkan pendapatan masyarakat, perluasan
lapangan pekerjaan, mendorong dunia usaha dan pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan mencegah dan
mengendalikan degradasi moral.
Program reguler inilah yang dibuat pertimbangan bagi pemerintahan
Kabupaten Madiun dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat, dengan demikian pendapatan masyarakat lebih meningkat
sehingga Pendapatan Asli Daerah juga semakin meningkat.
3. Kondisi Keuangan
Pengelolaan Keuangan daerah di Kabupaten Madiun selama masa
jabatan Bupati Madiun tahun 2003-2008 berpedoman Kepmendagri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Nomor 29 Tahun 2002 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
Pengelolaan Keuangan daerah tahun 2003-2006 berpedoman pada
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang
”Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran dan Pendapatan Belanja
Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah”, sedangkan pengelolaan
keuangan daerah tahun 2007- 2008 berpedoman pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang ”Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah”. Penyajian laporan keuangan berdasarkan berdasarkan
dua peraturan tersebut, untuk struktur pendapatan daerah tidak ada
perbedaan, sedangkan untuk struktur belanja daerah tahun 2003-2006
disajikan berdasarkan pembagian bidang kewenangan yaitu : belanja
aparatur dan publik, sedangkan tahun 2007-2008 disajikan berdasarkan
belanja langsung dan tidak langsung.
Keuangan daerah di Kabupaten Madiun juga mengacu pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan ditindaklanjuti dengan menetapkan
Peraturan Daerah tentang APBD yang berguna sebagai arah dan kebijakan
umum serta strategi dan prioritas dalam melaksanakan pembangunan di
Kabupaten Madiun.
Pemerintah Kabupaten Madiun melaporkan pertanggungjawaban
keuangan daerahnya dalam bentuk buku Pertanggungjawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Madiun.
Kondisi keuangan Kabupaten Madiun pada tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010 sesuai Tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Kondisi Keuangan Kabupaten Madiun
Tahun 2003 – 2010 (dalam Jutaan Rupiah )
TAHUN
TARGET PENDAPATAN
REALISASI PENDAPATAN
TARGET BELANJA
REALISASI BELANJA
CLR
2003 293.291,05 300.121,49 313.165,27 310.290,46 96,72
2004 303.359.48 312.198,21 321.633,70 317.094,19 96,36
2005 317.240,32 326.186,86 333.262,13 312.077,07 99,71
2006 483.124,34 490.867,56 486.055,71 455.617,46 103,43
2007 547.670,79 558.721,20 582.196,66 548.961,98 97,81
2008 651.272,49 655.006,78 697.895,51 661.944,33 96,06
2009 684.656,65 706.349,93 724.737,05 710.714,08 96,90
2010 815.316,90 831.985,79 844.667,03 770.059,87 102,01
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kab. Madiun
B. Analisis Data
1. Kemampuan Keuangan Daerah
Kemampuan keuangan daerah artinya daerah otonom harus
memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber
keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang
cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kemampuan keuangan daerah perhitungannya menggunakan derajat
desentralisasi fiskal. Derajat desentralisasi fiskal yakni perbandingan antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Total Penerimaan Daerah, semakin tinggi
derajat desentralisasi fiskal suatu daerah menunjukkan semakin tinggi
tingkat kemandirian daerah tersebut.
Kuncoro (2002) selanjutnya memaparkan data mengenai Rasio PAD
(Pendapatan Asli Daerah) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) pada rata-rata tahun 1990 – 1999 di seluruh propinsi dan
kabupaten/kota di Indonesia seperti tersurat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Klasifikasi daerah Berdasarkan Rasio PAD terhadap APBD
( Rata-rata 1990 – 1999 )
PAD / APBD (%) JUMLAH PROPINSI
JML KAB /KOTA
< 10 3 151
10 – 19,99 4 82
20 – 29,99 11 38
30 – 39,99 6 13
40 – 49,99 2 7
> 50 1 1
Total 27 292
Sumber : Kuncoro, (2002)
Klasifikasi daerah berdasarkan Rasio PAD terhadap APBD pada
Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebelum dilaksanakan reformasi
keuangan daerah hanya satu propinsi dan kabupaten/kota yang memiliki
rasio kemandirian lebih dari 50%, yaitu DKI Jakarta (Kuncoro, 2002),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sedangkan rasio kemandirian Kabupaten Madiun pada tahun 2003-2010
rata-rata sebesar 5,07% yang berarti Kabupaten Madiun rasio
kemandirian keuangan daerah pada posisi < 10% dan dalam kategori
sangat kurang ( Tabel 4.3).
Tolok ukur kemampuan daerah (Munir, 2004), diukur dari rasio
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD)
sebagai berikut (lihat Tabel 4.3) :
Tabel 4.3 Tolok Ukur Kemampuan Daerah
No
Rasio PAD terhadap TPD (%)
Kategori
1. 0,00 – 10,00 Sangat Kurang
2. 10,01 – 20,00 Kurang
3. 20,01 – 30,00 Sedang
4. 30,01 – 40,00 Cukup
5. 40,01 – 50,00 Baik
6. > 50,00 Sangat Baik
Sumber : Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM, 1991 Depdagri dikutip dari Munir (2004: 106)
Pendapatan Asli Daerah merupakan faktor penting dalam
menganalisa kemampuan keuangan daerah, adapun Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 sesuai Tabel 4.4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 4.4 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Madiun
Tahun Anggaran 2003-2010 (dalam Jutaan Rupiah )
TAHUN TARGET PAD
REALISASI PAD
CLR
2003 18.279.,16 18.704,25 102,33
2004 19.241,77 19.335,36 100,49
2005 14.615,45 15.713,73 107,52
2006 21.792,53 24.270,69 111,37
2007 26.413,33 27.439,73 103,89
2008 28.693,20 26.559,11 92,56
2009 31.590,30 30.112,86 95,32
2010 37.321,53 45.034,30 120,67
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010
a. Rasio PAD terhadap Pendapatan
Rasio PAD terhadap pendapatan menghitung pendapatan daerah
dengan membandingkan pendapatan asli daerah dengan total
pendapatan yang dapat diformulakan sebagai berikut :
Keterangan :
Rasio PADP : Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Total
Pendapatan
PAD : Pendapatan Asli Daerah
TPD : Total Pendapatan Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pendapatan Asli Daerah terhadap total pendapatan di Kabupaten
Madiun dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan
Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)
TAHUN
RASIO PADP
2003 6,23
2004 6,19
2005 4,81
2006 4,94
2007 4,91
2008 4,05
2009 4,26
2010 5,41
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )
Tabel 4.5 menggambarkan bahwa Kemampuan Keuangan
Kabupaten Madiun dihitung dengan menggunakan Rasio PAD terhadap
Pendapatan menunjukkan bahwa mulai tahun 2003 sampai 2010 berada
dibawah 10%, ini berarti Kabupaten Madiun masuk dalam kategori
sangat kurang.
Perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun
berdasarkan Rasio PAD terhadap total Pendapatan dapat dilihat pada
Grafik 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Grafik 4.1 Perkembangan Rasio PAD terhadap Total Pendapatan
Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010
RASIO PADP
6,23 6,19
4,81 4,94 4,91
4,05 4,26
5,41
0
1
2
3
4
5
6
7
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010TAHUN
%
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011)
Grafik 4.1 menggambarkan bahwa kemampuan keuangan
Kabupetan Madiun mengalami penurunan dari mulai tahun 2003
sampai dengan tahun 2008 puncak dari penurunan mencapai nilai
4,05%, kemudian barulah pada tahun 2009 mulai ada kenaikan.
b. Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan
Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan menghitung pendapatan
daerah dengan membandingkan pendapatan asli daerah dengan dana
perimbangan yang dapat diformulakan sebagai berikut :
Keterangan :
Rasio PADDP : Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Dana
Perimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
PAD : Pendapatan Asli Daerah
DP : Dana Perimbangan
Dana Perimbangan Kabupaten Madiun untuk tahun 2003 – 2011
dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Dana Perimbangan Kabupaten Madiun
Tahun Anggaran 2003-2010 (dalam Jutaan Rupiah )
TAHUN TARGET DANA PERIMBANGAN
REALISASI DANA PERIMBANGAN
CLR
2003 225.793,88 262.198,95 102,50
2004 266.650,85 271.476,24 101,81
2005 289.912,87 297.761,02 102,71
2006 461.331,81 466.598,87 101,14
2007 521.257,45 531.281,47 101,92
2008 611.261,29 617.309,17 100,99
2009 635.402,44 655.862,38 103,22
2010 731.655,09 740.161,11 101,16
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa target dana perimbangan selalu
terpenuhi pada realisasi dana perimbangan dan pencapaian realisasi
selalu melebihi 100%, ini berarti bahwa dana perimbangan yang
merupakan bantuan keuangan dari pemerintah pusat dan propinsi
mendominasi pendapatan di Kabupaten Madiun.
Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan Kabupaten Madiun pada
tahun 2003 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 4.7 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Dana Perimbangan
Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)
TAHUN RASIO PADDP
2003 7,13
2004 7,12
2005 5,27
2006 5,20
2007 5,16
2008 4,30
2009 4,59
2010 6,08
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )
Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun dihitung berdasarkan
rasio PAD terhadap Dana Perimbangan mulai tahun 2003 sampai
dengan tahun 2010 bernilai kurang dari 10%, ini berarti Kabupaten
Madiun masih bergantung pada bantuan dari pihak ekstern (Pemerintah
Pusat dan Propinsi).
Perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun
berdasarkan Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan dapat dilihat pada
Grafik 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Grafik 4.2 Perkembangan Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan
Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010
RASIO PADDP
7,13 7,12
5,27 5,2 5,164,3 4,59
6,08
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010TAHUN
%
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011)
Grafik 4.2 menggambarkan bahwa kemampuan keuangan
Kabupetan Madiun mengalami penurunan dari mulai tahun 2003
sampai dengan tahun 2008 puncak dari penurunan mencapai nilai 4,3%,
kemudian barulah pada tahun 2009 mulai ada kenaikan.
c. Rasio PAD terhadap Belanja Daerah
Rasio PAD terhadap Belanja Daerah menghitung pendapatan
daerah dengan membandingkan pendapatan daerah dengan belanja
daerah yang dapat diformulakan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Keterangan :
Rasio PADB : Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja
Daerah
PAD : Pendapatan Asli Daerah
BD : Belanja Daerah
Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun pada
tahun 2003 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah
Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)
TAHUN
RASIO PADB
2003 6,02
2004 6,09
2005 5,03
2006 5,32
2007 4,99
2008 4,01
2009 4,23
2010 5,84
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )
Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun dihitung berdasarkan
rasio PAD terhadap Belanja Daerah mulai tahun 2003 sampai dengan
tahun 2010 kurang dari 10%, ini berarti Kabupaten Madiun belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mampu untuk membiayai belanjanya melalui Pendapatan Asli
Daerahnya.
Perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun
berdasarkan Rasio PAD terhadap Belanja Daerah dapat dilihat pada
Grafik 4.3
Grafik 4.3 Perkembangan Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010
RASIO PADB
6,02 6,09
5,03 5,23 4,99
4,01 4,23
5,84
0
1
2
3
4
5
6
7
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010TAHUN
%
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011)
Grafik 4.3 menggambarkan bahwa kemampuan keuangan
Kabupetan Madiun mengalami penurunan dari mulai tahun 2003
sampai dengan tahun 2008 puncak dari penurunan mencapai nilai
4,01%, kemudian barulah pada tahun 2009 mulai ada kenaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Kemandirian Keuangan Daerah
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ( Rasio KKD )
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukan kemandirian
keuangan daerah. Kemandirian keuangan daerah menunjukkan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pambangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan oleh daerah.
Rasio kemandirian daerah ini dapat diketahui pola hubungan
yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
cara melakukan perhitungan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dibandingkan dengan pendapatan selain PAD yang dapat
diformulasikan sebagai berikut (Halim, 2002) :
Keterangan :
Rasio KKD = Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
PAD = Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan selain PAD = Dana Perimbangan dan Lain-Lain
Pendapatan yang sah
Semakin tinggi rasio kemandirian berarti tingkat ketergantungan
daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan
propinsi) semakin rendah. Semakin tinggi kontribusi pendapatan asli
daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kemampuannya sendiri menunjukkan kinerja keuangan daerah yang
positif. Kinerja keuangan positif dapat diartikan sebagai kemampuan
keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung
pelaksanaan otonomi daerah pada daerah tersebut.
Pola hubungan pemerintah pusat dan daerah serta tingkat
kemandirian dan kemampuan keuangan daerah dapat disajikan dalam
matriks seperti tampak pada Tabel 4.9 berikut ini (Halim, 2001).
Tabel 4.9 Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian, dan Kemampuan Keuangan
Daerah
Kemampuan Keuangan
Rasio Kemandirian (%)
Pola Hubungan
Rendah Sekali 0 – 25 Instruktif
Rendah >25 - 50 Konsultatif
Sedang >50 – 75 Partisipatif
Tinggi >75 -100 Delegatif
Sumber : Abdul Halim, ( 2004)
Keterangan :
1. Pola Instruktif : pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian
pemerintah daerah (daerah tidak mampu melaksanakan otonomi
daerah)
2. Pola Konsultatif : campur tangan pemerintah pusat sudah mulai
berkurang
3. Pola Partisipasipasif : campur tangan pemerintah berkurang karena
daerah dianggap mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4. Pola Delegatif : campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
pemerintah daerah mampu melaksanakan urusan otonomi.
Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun pada tahun
2003 – 2010 dilihat dari rasio kemandirian keuangan daerah dapat dilihat
pada Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam % )
TAHUN
RASIO KKD
2003 6,65
2004 6,60
2005 5,06
2006 4,83
2007 5,06
2008 4,23
2009 4,72
2010 5,20
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )
Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
kemampuan keuangan daerah setiap tahunnya maka dapat diketahui
melalui perbandingan tahun sebelummnya dapat dilihat pada Tabel 4.11
berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4.11 Perbandingan Kemandirian Keuangan Daerah
Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam % )
TAHUN
∆ KKD
2002 -2003 1,87
2003 -2004 -0,04
2004 -2005 -1,54
2005 - 2006 -0,23
2006 -2007 0,23
2007 - 2008 -0,84
2008 -2009 0,50
2009 -2010 0,48
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2002 – 2010 (data diolah, 2011)
Kemandirian Daerah berdasarkan Tabel 4.10 dan Tabel 4.11 serta
berdasarkan tolok ukur kemandirian daerah Kabupaten Madiun pada
Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2010 Kemandirian Keuangan Daerah
Kabupaten terhadap ketergantungan daerah pada bantuan ekstern termasuk
dalam kategori Rendah Sekali ( < 25 % ) dan berpola instruktif (tidak
mampu) yaitu peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada
kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu melaksanakan
otonomi daerah secara finansial) (Halim, 2004), hal ini disebabkan karena
jumlah penerimaan PAD kecil karena penerimaan PAD yang sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah dana bantuan dari pihak ekstern. Penerimaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
PAD kecil karena potensi yang dimiliki Kabupaten Madiun sangat kecil,
seperti contoh penerimaan dari pajak hiburan yang jumlahnya kecil, hal ini
disebabkan karena minimnya pelaksanaan kegiatan pertunjukan hiburan.
Tempat wisata yang dapat memberikan pemasukan hanyalah Waduk
Widas dan Taman Rekreasi Umbul, ditempat wisata tersebut terkadang
diadakan pertunjukan tetapi itupun hanya ada pertunjukan pada saat-saat
tertentu seperti pada Hari Raya dan Tahun Baru tetapi pada hari-hari biasa
sepi pengunjung. Pendapatan terbesar diperoleh dari pajak penerangan
jalan dan retribusi pelayanan kesehatan.
Rasio kemampuan keuangan Kabupaten Madiun tahun 2003 pada
posisi yang paling tinggi yaitu 6,65% sedangkan posisi terendah dicapai
pada tahun 2008 yaitu sebesar 4,23% (Tabel 4.6). Rasio kemampuan
keuangan daerah Kabupaten Madiun akan dibahas setiap tahunnya mulai
tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 berikut ini.
Perhitungan APBD pada tahun 2003 berdasarkan pada Peraturan
Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003 kemudian diubah dengan Peraturan
Bupati Madiun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003, sedangkan untuk
pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada Peraturan Bupati Madiun
Nomor 14 Tahun 2004 yang disahkan pada tanggal 13 Mei 2004 tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Rasio kemandirian keuangan Kabupaten Madiun Tahun 2003 jika
dibandingkan Tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar 1,87% (Tabel 4.11)
hal ini dikarenakan ada peningkatan dari 2 komponen pajak dari 5 jenis
pajak yaitu pajak reklame dan pajak galian golongan C yaitu sebesar
27,37% serta peningkatan dari 17 jenis retribusi dari 23 jenis retribusi
yang ada dimana peningkatannya sebesar 101,23% dari rencana
penerimaan.
Penetapan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2004 berdasarkan pada
Peraturan Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2004 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004 kemudian diubah
dengan Peratauran Bupati Madiun Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2004, sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada
Peraturan Bupati Madiun Nomor 3 Tahun 2005 yang disahkan pada
tanggal 5 Agustus 2005 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun
Anggaran 2004.
Kabupaten Madiun pada tahun 2004 secara umum pencapaian
realisasi pendapatan melampaui rencana yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 102,91% atau Rp. 312.198.211.946.20 dari target
Rp. 303.359.489.393,20. Realisai PAD mencapai 100,49% dari target,
semua komponen PAD meningkat kecuali komponen lain-lain PAD yang
sah hanya mencapai 97,46%. Rasio kemampuan keuangan Kabupaten
Madiun Tahun 2004 jika dibandingkan Tahun 2003 terjadi penurunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sebesar -0,04% (Tabel 4.6), penyebab menurunnya kemampuan keuangan
ini dikarenakan ada peningkatan pada dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan yang sah sebesar 97,40%.
Perhitungan APBD pada tahun 2005 berdasarkan pada Peraturan
Bupati Madiun Nomor 2 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005 kemudian diubah dengan Peraturan
Bupati Madiun Nomor 4 Tahun 2005 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005, sedangkan untuk
pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada Peraturan Bupati Madiun
Nomor 4 Tahun 2006 yang disahkan pada tanggal 31 Agustus 2006
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2005.
Kabupaten Madiun pada Tahun 2005 pencapaian realisasi
pendapatan melampaui rencana yang telah ditetapkan, semua komponen
pendapatan dapat melampaui target dengan realisasi 102,82% dari rencana
sebesar Rp. 317.240.325.223,00 menjadi Rp. 326.186.863.274,37.
Realisasi PAD mencapai 100,49% dari rencana, semua komponen PAD
meningkat kecuali komponen lain-lain PAD yang sah hanya mencapai
97,46%. Kabupaten Madiun untuk Tahun 2005 dibandingkan Tahun 2004
kemampuan keuangan mengalami penurunan sebesar -1,54% (Tabel 4.11),
hal ini terjadi karena besarnya pendapatan dari dana perimbangan yang
mencapai 102,71% dari target yang ditetapkan.
Penetapan APBD Kabupaten Madiun tahun 2006 berdasarkan pada
Peraturan Bupati Madiun Nomor 2 Tahun 2006 tentang Anggaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2006 kemudian diubah
dengan Peraturan Bupati Madiun Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2006, sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada
Peraturan Bupati Madiun Nomor 17 Tahun 2007 yang disahkan pada
tanggal 2 Agustus 2007 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun
Anggaran 2006.
Realisasi pendapatan Kabupaten Madiun Tahun 2006 melampaui
target yang ditetapkan yaitu sebesar 101,60% dimana realisasi pendapatan
yang dicapai sebesar Rp. 490.867.569.344,81 dari target yang ditetapkan
sebesar Rp. 483.124.348.739,00. Tahun 2006 dibandingkan Tahun 2005
kemampuan keuangan mengalami penurunan sebesar -0,23% (Tabel 4.11),
hal ini terjadi karena besarnya pendapatan dari dana perimbangan yang
mencapai 101,14% dari target yang ditetapkan.
Perhitungan APBD pada tahun 2007 berdasarkan pada Peraturan
Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007 kemudian diubah dengan Peraturan
Bupati Madiun Nomor 19 Tahun 2007 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007, sedangkan untuk
pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada Peraturan Bupati Madiun
Nomor 8 Tahun 2008 yang disahkan pada tanggal 16 Juni 2008 tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pendapatan Kabupaten Madiun pada Tahun Anggaran 2007
pencapaian realisasi telah mencapai target yang telah ditentukan yaitu
sebesar 103,89% atau Rp. 558.721.206.646,67 dari rencana sebesar Rp.
547.670.794.271,00. Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun Tahun
2007 dibandingkan Tahun 2006 mengalami peningkatan yaitu sebesar
0,23% (Tabel 4.11), peningkatan ini terjadi karena peningkatan PAD
sebesar 103,89% dari target sebesar Rp. 20.413.339.754,00 dengan
realisasi PAD sebesar Rp. 27.439.735.253,67. Peningkatan PAD ini
dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah berupa Pengintensifikasi dan
ekstensifikasi pendapatan, antara lain : (1) pelaksanaan monitoring dan
penagihan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah oleh koordinator wilayah
kepada petugas pemungut di wilayah pungutan masing-masing dalam
rangka meminimalisasi terjadinya tunggakan, (2) pelaksanaan intensifikasi
dan ekstensifikasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah dalam rangka
menggali potensi pajak dan retribusi baru serta meningkatkan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah, (3) melaksanakan pemutakhiran data Pajak Bumi
dan Bangunan bekerja sama dengan KP PBB Madiun dalam rangka
peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan, (4) melaksanakan pemutakhiran
data Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bekerja sama
dengan KP PBB Madiun dalam rangka peningkatan Bagi Hasil Pajak
BPHTB.
Penetapan APBD Kabupaten Madiun tahun 2008 berdasarkan pada
Peraturan Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2008 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008 kemudian diubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dengan Peraturan Bupati Madiun Nomor 9 Tahun 2008 tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008,
sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada Peraturan
Bupati Madiun Nomor 5 Tahun 2009 yang disahkan pada tanggal 18 Juni
2009 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2008.
Pencapaian Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2008 telah
mencapai target, semua komponen Pendapatan dapat melampaui target
dengan realisasi sebesar 100,57% atau Rp 655.006.788.742,49 dari
rencana sebesar Rp. 651.272.498.942,00. Rasio kemandirian keuangan
Kabupaten Madiun sebesar -0,84 % (Tabel 4.11), ini dikarenakan
Pendapatan Asli Daerah tidak memenuhi target yang ditentukan yaitu
sebesar Rp. 26.559.118.423,49 dari Rp. 28.693.204.342,00. Penyebab
tidak tercapainya PAD adalah Retribusi di bidang pelayanan pemakaman
dan pengabuan mayat mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu
sebesar Rp. 19.075.000,00 dari Rp. 26.555.000,00 dan retribusi pelayanan
di bidang peeternakan juga mengalami penurunan dari Rp. 24.503.000,00
menjadi Rp. 14.448.000,00 dibandingkan tahun 2007.
Penetapan APBD Kabupaten Madiun tahun 2009 berdasarkan pada
Peraturan Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 kemudian diubah
dengan Peratauran Bupati Madiun Nomor 14 Tahun 2009 tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2009, sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Peraturan Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2010 yang disahkan pada
tanggal 24 Juni 2010 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran
2009.
Pencapaian Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2009 telah
mencapai target, semua komponen Pendapatan dapat melampaui target
dengan realisasi sebesar 103,17% atau Rp. 706.349.934.777,21 dari
rencana sebesar Rp. 684.656.658.800,00. Rasio kemandirian keuangan
Kabupaten Madiun sebesar 0,50% (Tabel 4.11), kenaikan ini dikarenakan
penerimaan PAD tahun 2009 mengalami peningkatan daripada tahun 2008
yaitu sebesar Rp. 30.112.862.499,21 dari tahun 2008 sebesar
Rp. 26.559.118.423,49, meskipun belum mencapai target yang ditentukan
yaitu sebesar Rp. 31.590.306.400,00.
Perhitungan APBD pada tahun 2010 berdasarkan pada Peraturan
Bupati Madiun Nomor 17 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010 kemudian diubah dengan
Peratauran Bupati Madiun Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010,
sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD masih dalam proses
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Jawa Timur
sehingga data Pertanggungjawaban APBD yang diambil berdasarkan pada
perhitungan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Madiun dan Laporan
Keterangan Pertangunggjawaban Bupati Madiun Tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pencapaian Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2010 secara
umum telah mencapai target, semua komponen Pendapatan dapat
melampaui target dengan realisasi sebesar 102,04% atau
Rp. 831.985.796.033,66 dari rencana sebesar Rp. 815.315.909.616,00.
Rasio kemandirian keuangan Kabupaten Madiun sebesar 0,48%
(Tabel 4.11), kenaikan ini dikarenakan penerimaan PAD tahun 2010
mengalami peningkatan daripada tahun 2009 yaitu sebesar
Rp. 45.034.305.944,66 dari tahun 2009 sebesar Rp. 30.112.862.499,21.
Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2010 melebihi target sebesar 120,67%
yaitu sebesar Rp. 45.034.305.944,66 dari Rp. 37.321.534.950,00 yang
disebabkan oleh peningkatan pada retribusi yaitu pada tanda daftar gudang
sebesar Rp. 49.975.000,00 dari Rp. 26.853.200,00 (186,10 %).
Kabupaten Madiun mulai tahun 2003-2010 meskipun mengalami
peningkatan pendapatan asli daerah yang secara umum mengalami
peningkatan dan memenuhi target yang telah ditentukan tetapi bila
dihitung berdasarkan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Kabupaten
Madiun masih tergolong sangat rendah kemampuan keuangan daerahnya
yaitu dibawah 10%. Kabupaten Madiun masih tergolong pada kabupaten
yang masih belum bisa mandiri kemampuan keuangannya dan masih
membutuhkan bantuan keuangan dari pemerintah pusat.
Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten
Madiun mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 dapat terlihat dalam
Grafik 4.4 dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Grafik 4.4 Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )
Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun berdasarkan perhitungan
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah seperti tampak pada grafik 4.4
terlihat bahwa semasa pemerintahan Bupati Madiun periode tahun 2003-
2008 masih terlihat lebih tinggi dari pada semasa pemerintahan Bupati
Madiun periode tahun 2008 – 2013, hal ini dikarenakan pada tahun 2008
terjadi peningkatan dana perimbangan yang diterima oleh Kabupaten
Madiun dan kecilnya Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Madiun.
b. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah ( Rasio EKD )
Rasio Efektivitas Keuangan Daerah berguna untuk mengukur
efektivitas dalam merealisasikan Keuangan Daerah terutama pada
Pendapatan Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Rasio efektivitas ini menggambarkan kemampuan pemerintah
daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan
dibanding target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
Perhitungan Rasio Efektivitas dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Keterangan :
Rasio EKD = Rasio Efektivitas Keuangan Daerah
Realisai Penerimaan PAD = Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah
Target Penerimaan PAD = Target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Departeman Dalam Negeri dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor : 690.900-327, Tahun 1996 mengkategorikan kemampuan
efektivitas keuangan daerah otonom ke dalam lima tingkat efektivitas
seperti terlihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Efektivitas keuangan daerah Otonom
Kemampuan Keuangan Rasio Kemandirian (%)
Sangat Efektif >100
Efektif >90 – 100
Cukup Efektif >80 – 90
Kurang Efektif >60 – 80
Tidak Efektif < 60
Sumber : Departemen Dalam Negeri (1996)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.12 menyebutkan bahwa kemampuan keuangan di suatu
daerah apabila melebihi 100% merupakan daerah yang sangat efektif,
sedangkan apabila berada pada posisi kurang atau sama dengan 60%
berarti daerah tersebut merupakan daerah yang tidak efektif kemampuan
keuangannya.
Rasio Efektivtias Keuangan Kabupaten Madiun dihitung dengan
membandingkan penerimaan riil Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan
target Pendapatan Asli Daerah yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Penetapan target dihitung dengan mengacu penerimaan PAD tahun
sebelumnya dan merencanakan persentasenya berdasarkan trend tahun
sebelumnya. Perhitungan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten
Madiun dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 4.13 Perhitungan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun
Tahun Anggaran 2003 – 1010 ( dalam % )
TAHUN RASIO EKD
2003 102,33
2004 100,49
2005 107,52
2006 111,37
2007 103,89
2008 92,56
2009 95,32
2010 120,67
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Rasio Efektivitas Keuangan Kabupaten Madiun pada tahun 2003
sampai dengan tahun 2010 bila dilihat pada Tabel 4.13 dimana
perkembangan rata-rata rasio efektivitas keuangan Daerah selalu berhasil
melampaui target yang telah ditentukan dan termasuk dalam kriteria
efektif karena rata-rata mencapai diatas 100 %.
Pada tahun 2008 dan 2009 efektivitas kemampuan keuangan
Kabupaten Madiun sebesar 92,56% dan 95,32% (berada dibawah 100 %)
tetapi masih dalam kategori efektif (90% - 100 %). Posisi tertinggi yaitu
pada tahun 2010 sebesar 120,67% sedangkan terendah pada tahun 2008
yaitu sebesar 92,56%.
Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan efektivitas
keuangan daerah setiap tahunnya maka dapat diketahui melalui
perbandingan tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Perbandingan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam % )
TAHUN
∆ EKD
2002 -2003 -8,75
2003 -2004 -1,84
2004 -2005 7,03
2005 -2006 3,86
2006 -2007 -7,49
2007 -2008 -11,32
2008 -2009 2,76
2009 -2010 25,34
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2002 – 2010 (data diolah, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Efektivitas Keuangan Kabupaten Madiun seperti tertampak pada
Tabel 4.14 efektivatas tertinggi terjadi pada Tahun 2010 yaitu sebesar
25,34% sedangkan posisi terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar -
11,32%. Kabupaten Madiun Pada tahun 2008 terdapat pada posisi
terendah dikarenakan pada saat itu Pemerintahan Kabupaten Madiun
dalam masa peralihan dari Bupati yang lama ke Bupati Madiun sekarang,
sehingga kebijakannya masih harus disesuaikan juga dengan kondisi pada
masa itu dan segala kegiatan masih terfokus pada pemilihan bupati
tersebut karena pada pemilihan periode ini dilakukan dengan cara
pemilihan langsung. Kabupaten Madiun mengalami peningkatan efektifas
keuangan yang semakin membaik pada setiap tahunnya bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Perkembangan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten
Madiun dapat terlihat dalam Grafik 4.5 dibawah ini :
Grafik 4.5 Perkembangan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010
102,33 100,49 107,52 111,37 103,8992,56 95,32
120,67
0
20
40
60
80
100
120
140
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
%
TAHUN
RASIO EKD
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Grafik 4.5 menggambarkan perkembangan efektivitas keuangan
Kabupaten Madiun, dimana pada masa pemerintahan Bupati Madiun
periode 2003 – 2008 berada pada posisi diatas 100% ini berarti pada
periode tersebut PAD Kabupaten Madiun bisa memenuhi target dan
keuangan Kabupaten Madiun dalam keadaan sangat efektif. Pemerintahan
Bupati periode 2008 – 2010 keuangan Kabupaten Madiun mulai beranjak
naik hingga pada tahun 2010 mencapai 120,67% dimana posisi ini
melebihi pemerintahan Bupati periode 2003 – 2008, hal ini berarti
Kabupaten Madiun kemampuan keuangannya semakin sangat efektif.
c. Trend kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Otonom
Kecenderungan kemandirian dan efektivitas keuangan daerah
otonom penting dinilai untuk mengetahui arah perkembangan kedua
dimensi keuangan ini. Suatu daerah otonom kabupaten / kota pada suatu
tertentu barangkali belum dapat memenuhi kemandirian dan efektivitas
keuangannya, tetapi dengan melihat trend positif dari kedua dimensi
keuangan tersebut diperoleh keyakinan, walaupun lambat ada peluang
akan menuju kemandirian dan efektivitas keuangan yang ideal.
Trend kemandirian dan efektivitas keuangan dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu tahun sebagai tahun dasar. Apabila suatu tahun
dipilih sebagai tahun dasar, maka data dalam tahun tersebut dinyatakan
dengan angka seratus, yang artinya 100% dan data sejenis dalam tahun
berikutnya dinyatakan dalam angka persentase data dari tahun dasar, dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
penjelasan ini maka trend kemandirian dan efektivitas keuangan dapat
diformulasikan sebagai berikut :
1. Trend Kemandirian Keuangan Daerah
Keterangan :
Trend KKD = Trend Kemandirian Keuangan Daerah
KKD to +1 = Kemandirian Keuangan Daerah pada tahun ke 1
KKD to = Kemandirian Keuangan Daerah pada tahun ke 0
2. Trend Efektivitas Keuangan Daerah
Keterangan :
Trend EKD = Trend Efektivitas Keuangan Daerah
EKD to +1 = Efektivitas Keuangan Daerah pada tahun ke 1
EKD to = Efektivitas Keuangan Daerah pada tahun ke 0
Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Madiun pada tahun 2003
sampai dengan tahun 2010 apabila dihitung dengan menggunakan trend
kemandirian n dan trend efektivitas keuangan daerah dan tahun ke 0 yang
diacu adalah pada tahun 2002 kemudian berturut-turut sampai dengan
tahun 2010 kemudian hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.15 Trend Kemandirian Keuangan Daerah dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam % )
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)
TAHUN
TREND KKD
TREND EKD
2003 139,26 92,12
2004 99,33 98,20
2005 76,66 106,99
2006 95,42 103,59
2007 104,80 93,28
2008 83,50 89,10
2009 111,78 102,98
2010 110,11 126,59
Kemampuan dan efektivitas Keuangan Kabupaten Madiun yang
dihitung berdasarkan trend kemandirian dan efektivitas keuangan daerah
sesuai Tabel 4.15 menunjukan harga positif, ini berarti Kabupaten
Madiun berpeluang untuk menuju kemandirian dan keefektivan keuangan
daerah meskipun secara lambat.
Kemampuan dan efektivitas Keuangan Kabupaten Madiun yang
dihitung berdasarkan trend kemandirian dan efektivitas keuangan daerah
dapat dilihat pada Grafik 4.6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Grafik 4.6 Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah
Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)
Grafik 4.6 menggambarkan bahwa posisi KKD dan EKD pada tahun
2003-2010, pada tahun 2003 bisa mencapai trend KKD pada 139,26%
dan menempati posisi tertinggi sedangkan trend EKD pada posisi
92,12%, ini berarti bahwa meskipun PAD belum memenuhi target tetapi
mempunyai kemandirian keuangan yang tinggi.
Kabupaten Madiun pada tahun 2004 trend KKD pada posisi 99,33%
dan trend EKD pada posisi 98,20%, ini berarti pada tahun ini Kabupaten
Madiun tidak bisa memenuhi target PADnya dan mempunyai kemandirian
keuangan yang menurun bila dibanding tahun 2003.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Posisi trend KKD dan trend EKD pada tahun 2005 sebesar 76,66%
dan 106,99% ini berarti bahwa meskipun target PAD di Kabupaten
Madiun memenuhi target tetapi kemandirian keuangannya menurun bila
dibanding tahun 2004.
Tahun 2006 Posisi trend KKD dan trend EKD sebesar 95,42% dan
103,59% ini berarti bahwa meskipun target PAD di Kabupaten Madiun
memenuhi target tetapi kemandirian keuangannya meningkat bila
dibanding tahun 2005.
Trend KKD dan trend EKD pada tahun 2007 di Kabupaten Madiun
sebesar 104,80% dan 93,28%, hal ini berarti bahwa target PAD tidak
terpenuhi tetapi kemandirian keuangannya relatif lebih tinggi daripada
tahun 2006.
Kabupaten Madiun pada tahun 2008 trend KKD pada posisi 83,50%
dan trend EKD pada posisi 89,10%, ini berarti pada tahun ini Kabupaten
Madiun tidak bisa memenuhi target PADnya dan KKD nya mengalami
penurunan.
Tahun 2009 Posisi trend KKD dan trend EKD sebesar 111,78% dan
102,98% ini berarti bahwa target PAD di Kabupaten Madiun terpenuhi
dan kemampuan keuangan daerah mengalami peningkatan kemandirian
keuangannya bila dibanding tahun 2008.
Kabupaten Madiun pada tahun 2010 trend KKD pada posisi
110,11% dan trend EKD pada posisi 126,59%, ini berarti pada tahun 2010
Kabupaten Madiun bisa memenuhi target Pendapatan Asli Daerahnya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mengalami penurunan kemampuan keuangannya bila dibanding tahun
2009 tetapi tingkat efektivitasnya lebih tinngi.
Kabupaten Madiun berdasarkan trend KKD dan trend EKD pada
masa pemerintahan Bupati periode 2008-2013 mengalami peningkatan
yang mengacu untuk menuju kemandirian kabupaten Madiun.
Kemampuan Keuangan Kabupaten Madiun pada tahun 2003 sampai
dengan tahun 2010 dihitung secara bersama-sama dengan menggunakan
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas Keuangan
Daerah, Trend Kemandirian Keuangan Daerah dan Trend Efektivitas
Keuangan Daerah dapat digambarakan dalam Grafik 4.7
Grafik 4.7 Rasio KKD. Rasio EKD, Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan
Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003- 2010
6,65 6,6 5,06 4,83 5,06 4,23 4,72 5,2
102,33 100,49107,52 111,37
103,89
92,56 95,32
120,67
139,26
99,33
76,66
95,42104,8
83,5
111,78 110,11
92,1298,2
106,99 103,5993,28
89,1
102,98
126,59
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
%
TAHUN
KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MADIUN
RASIO KKD
RASIO EKD
TREND KKD
TREND EKD
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Metode trend juga digunakan untuk memprediksi kemungkinan
yang akan terjadi pada tahun yang akan datang. Metode yang
dipergunakan untuk mengukur kemampuan keuangan daerah Kabupaten
Madiun dengan menggunakan regresi liner sederhana dengan program
SPSS 17.
Regresi linier sederhana karena analisis ini hanya berkaitan dengan
dua variabel saja, satu disebut variabel independen atau variabel bebas,
diberi notasi X, sedangkan variabel satunya disebut sebagai variabel
dependen atau variabel bergantung yang diberi notasi Y.
Regresi linear sederhana mengikuti persamaan di bawah ini :
Y = a + bX
dimana :
Y : merupakan variabel bergantung (dependent variabel)
X : sebagai variabel bebas (independent variabel)
a : sebagai konstanta regresi
b : slope atau kemiringan garis regresi
Trend kemandirian dan efektivitas keuangan di Kabupaten Madiun
tahun anggaran 2003 – 2010 dengan variabel bergantung trend
kemandirian dan rasio kemandirian sebagai variabel bebasnya dalam
menghitung kemandirian keuangan, sedangkan untuk efektivitas keuangan
daerah menggunakan variabel bergantung trend efektivitas dan rasio
efektivitas sebagai variabel bebasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.16 Trend Kemandirian Keuangan Daerah berdasarkan rasio kemandirian
keuangan daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003–2010 (%)
TAHUN TREND KKD (Y)
RASIO KKD (X)
2003 139,26 6,65
2004 99,33 6,60
2005 76,66 5,06
2006 95,42 4,83
2007 104,80 5,06
2008 83,50 4,23
2009 111,78 4,72
2010 110,11 5,20
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)
Tabel 4.17
Trend Efektivitas Keuangan Daerah berdasarkan rasio efektivitas keuangan Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)
TAHUN TREND EKD (Y)
RASIO EKD (X)
2003 92,12 102,33
2004 98,20 100,49
2005 106,99 107,52
2006 103,59 111,37
2007 93,28 103,89
2008 89,10 92,56
2009 102,98 95,32
2010 126,59 120,67
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Hasil pengolahan
1. Berdasarkan hasil olah data dengan SPSS diperoleh nilai constant
untuk trend KKD sebesar 34,523 artinya besarnya trend KKD 34,52%,
sedangkan Rasio KKD bernilai 12,86%. Hasil dari regresi trend KKD
dan rasio EKD adalah sebagai berikut :
Regression
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 34.523 39.089 .883 .4111
rasio kkd 12.861 7.298 .584 1.762 .128
a. Dependent Variable: trend kkd
Persamaan Trend kemandiriran keuangan daerah dengan regresi linier
adalah sebagai berikut :
Y = 34,523 + 12,861 X
Dimana :
Y = Trend Kemandirian Keuangan Daerah
X = Rasio kemandirian keuangan daerah
Keterangan :
Keuangan Kabupaten Madiun jika rasio kemandirian (X) nilainya
adalah 0, maka trend kemandirian (Y) nilanya sebesar 34,523%,
sedangkan apabila trend kemandirian (Y) mengalami kenaikan
sebesar 1% maka rasio kemandirian (X) mengalami peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
sebesar 12,861%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan
positif antara rasio kemandirian dan trend kemandirian keuangan,
semakin tinggi rasio keuangan maka semakin meningkat trend
kemandirian keuangannya.
2. Berdasarkan hasil olah data dengan SPSS diperoleh nilai constant
untuk trend EKD sebesar -10,880 artinya besarnya trend EKD
-10,88%. Rasio EKD diperoleh nilai sebesar 1,079 yang artinya bahwa
rasio EKD bernilai 1,079%. Hasil dari regresi trend EKD dan rasio
EKD adalah sebagai berikut :
Regression
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -10.880 32.545 -.334 .7501
rasio ekd 1.079 .311 .817 3.468 .013
a. Dependent Variable: trend ekd
Persamaan Trend kemandiriran keuangan daerah dengan regresi linier
adalah sebagai berikut :
Y = -10,880 + 1.079 X
Dimana :
Y = Trend Efektivitas Keuangan Daerah
X = Rasio efektivitas keuangan daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Keterangan :
Keuangan Kabupaten Madiun jika rasio efektivitas (X) nilainya
adalah 0, maka trend efektivitas (Y) nilanya sebesar -10,880%, sedangkan
apabila trend efektivitas (Y) mengalami kenaikan sebesar 1% maka rasio
kemandirian (X) mengalami peningkatan sebesar 1,079%. Koefisien
bernilai negatif artinya Kabupaten Madiun mengalami kenaikan efekvitas
keuangan berjalan sangat lambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data atas derajat desentralisasi fiskal, rasio
kemandirian keuangan daerah, efektivitas keuangan daerah, trend kemandirian
keuangan daerah dan trend efektivitas keuangan daerah di Kabupaten Madiun,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan Keuangan Kabupaten Madiun dihitung dengan menggunakan
derajat desentralisasi fiskal, dimana indikatornya berupa :
Rasio PAD terhadap Pendapatan menunjukkan bahwa mulai tahun 2003
sampai 2010 posisi kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Madiun
berada dibawah 10%, ini berarti kemampuan keuangan Kabupaten Madiun
masuk dalam kategori sangat kurang.
Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun dihitung berdasarkan rasio
PAD terhadap Dana Perimbangan mulai tahun 2003 sampai dengan tahun
2010 kurang dari 10%, ini berarti Kabupaten Madiun masih bergantung
pada bantuan dari pihak ekstern (Pemerintah Pusat dan Propinsi).
Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun dihitung berdasarkan rasio
PAD terhadap Belanja Daerah mulai tahun 2003 sampai dengan tahun
2010 kurang dari 10%, ini berarti Kabupaten Madiun belum mampu untuk
membiayai belanjanya melalui Pendapatan Asli Daerahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2. Tingkat kemandirian Pemerintah Kabupaten Madiun selama 8 tahun
anggaran dari tahun 2003 – 2010 sebesar rata- rata sebesar 5,07%.
Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten terhadap ketergantungan
daerah pada bantuan ekstern termasuk dalam kategori Rendah Sekali
( < 25 % ) dan berpola instruktif (tidak mampu) yaitu peranan pemerintah
pusat lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah
tidak mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial)
Tingkat Efektivitas Keuangan Daerah kurun waktu dari tahun 2003 – 2010
rata-rata sebesar 92,09 % masuk dalam kategori efektif, hal ini
berdasarkan tabel Rasio Efektivitas Keuangan Daerah, dengan demikian
Kabupaten Madiun merupakan daerah yang efektif untuk bisa menuju
kemandirian keuangan daerah.
Dari analisa tersebut secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa
Pemerintah Kabupaten Madiun masih tergantung kepada pemerintah pusat
dikarenakan jumlah realisasi Pendapatan Asli Daerah yang sangat kecil.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat peneliti sarankan untuk :
1. Pemerintah Kabupaten Madiun
Perbaikan mekanisme penyusunan dan penetapan anggaran dan juga
peningkatan target Pendapatan Asli Daerah pada tahun berikutnya yang
selama ini realisasi Pendapatan Asli Daerah selalu dapat mencapai target
yang telah ditentukan meskipun pada tahun 2008 dan 2009 belum
terlampaui tetapi masih mendekati target sehingga pembangunan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Kabupaten Madiun bisa dipenuhi dari Pendapatan Asli Daerahnya sendiri
sehingga Kabupaten Madiun bisa menjadi Kabupaten yang mandiri.
Meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara menggiatkan usaha di
semua sektor perekonomian yang dapat memacu perkembangan ekonomi
sehingga akan meningkatkan pendapatan daerah yang diperoleh dari pajak
dan retribusi.
Meningkatkan investasi yang ada di daerah dengan cara meningkatkan
kemampuan menarik investor untuk berinvestasi di daerah, hal ini dapat
dilakukan dengan menggalang kerjasama antar daerah untuk melakukan
penawaran bersama atas proyek investasi yang dimiliki daerah.
Mengintensifkan penggalian dana daerah yang diperoleh dari pajak dan
retribusi sehingga kontribusinya kepada Pendapatan Asli Daerah dapat
meningkatkan kemampuan keuangan daerah, tetapi masih berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mendahulukan
kepentingan masyarakat, sehingga bisa mewujudkan masyarakat yang
sejahtera sesuai dengan visi kabupaten Madiun.
Perbaikan dan penataan kembali tempat-tempat hiburan yang dimiliki agar
dapat menarik pengunjung tidak hanya datang pada saat-saat tertentu
tetapi juga pada hari- hari biasa yang berguna untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah.
Diharapkan apabila upaya-upaya perbaikan sudah dilakukan
perkembangan ekonomi akan berkembang ke arah yang positif, sehingga
berdampak pada peningkatan derajat desentralisasi/kemandirian daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2. Satuan Kerja Perangkat Daerah Penghasil
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat percaya
bahwa pajak yang dibayar untuk meningkatkan kepentingan masyarakat
juga. Kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang prima membuat
masyarakat lebih yakin dan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang
disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Madiun, dengan demikian
pemasukan akan bertambah sehingga Pendapatan Asli Daerah akan
meningkat.
3. Penelitian lebih lanjut
Mengingat keterbatasan penelitian dalam menganalisa Kemampuan
Keuangan Daerah Kabupaten Madiun yang berdasarkan pada
Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio
Efektivitas Daerah serta Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan
Daerah, peneliti berharap agar penelitian ini bisa lebih dikembangkan
lebih lanjut dan menjadi dasar penelitian selanjutnya.
Recommended