View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL CERITA ARITMATIKA SOSIAL
HA
SKRIPSI
OLEH
MASITA
NIM. TM161324
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA
SAIFUDDIN JAMBI
2020
i
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL CERITA MATERI ARITMATIKA SOSIAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika
MASITA
NIM. TM161324
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
ii
iii
iv
v
vi
vii
PERNYATAAN ORISINILITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan
hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dan
hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi bukan hasil
karya saya sendiri atau berindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
Jambi, Mei 2020
Penulis
Masita
NIM.TM161324
viii
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirrohim
Alhamdulillah.........Alhamdulillah...............Alhamdulillahirobbil’alamin…
Sujud syukur kupersembahkan kepadamu tuhan yang maha agung, atas
takdirmu telah engkau jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu,
beriman, dan bersabar dalam menjalani hidup. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal untuk meraih cita-cita besarku. Atas karunia serta kemudahan yang
engkau berikan, akhirnya Skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat
beriring salam semoga selalu tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad
SAW sebagai sebagai pembawa risalah yang memiliki cinta teramat luas kepada
umatnya. Karya sederhana ini ku persembahkan kepada orang-orang yang sangat
kucintai dan kusayangi.
Terutama dan paling utama Ayahanda dan Ibunda tercinta
(Muhammad Rafi dan Sainam).
Wahai Tuhanku Kasihilah Mereka Keduanya Sebagaimana Mereka Berdua Telah
Mendidik Aku Pada Waktu Kecil (Qs. Al Isra : 24)
Sebagai tanda bukti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Ayahanda Muhammad Rafi dan Ibunda
Sainam yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, pengorbanan, nasehat,
semangat, serta doa yang tiada henti untuk kesuksesanku.
Tetesan keringatmu, perjuangan dan usahamu, nasehat dan motivasimu untuk selalu
menuntunku untuk meraih impian. Untukmu Ayah dan Ibu aku tahu ini tak
sebanding dengan jasa dan perjuangan kalian, tak setimpal dengan kesusahan dan
pengorbanan kalian. Namun, semoga dengan ini mampu menyelipkan senyum
kebahagiaan pengobat rasa lelah dan menjadi penyejuk di hati..
ix
Teruntuk Adikku
Arif Rahman
Untuk adikku (Arif Rahman) tiada yang paling mengharukan saat selalu bersamamu,
walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak bisa
tergantikan. Terima kasih atas doa, bantuan, dan canda tawamu selama ini.
Teruntuk Sahabatku
(Aulia Amroini, Febby Erwina Utami, dan Nur Hijratul Dina)
Terima kasih untuk bantuan, motivasi, dukungan, kebersamaan, dan canda tawa
kalian selama ini. Berbagai macam karakter, sifat, dan tingkah laku kita saat bersama
itu akan menjadi hal yang tak terlupakan. Sahabatku, terima kasih telah menyediakan
pundak untuk menangis dan memberi bantuan saat aku membutuhkannya.
Dan teruntuk teman-teman seperjuanganku..
Semua teman-teman seperjuanganku di UIN STS JAMBI, khususnya angkatan 2016,
kuatkan tekad hadapi rintangan, perjalanan kita masih panjang, karena sesungguhnya
Allah bersama kita. Semangat untuk meraih cita-cita kita semuaa..
MOTTO
x
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan)
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”.
(QS. Al-Insyiroh : 6-7)
KATA PENGANTAR
xi
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat
dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Cerita Materi Aritmatika Sosial”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak yang telah memberikan motivasi baik secara moral maupun
spiritual. Untuk itu pada kesmpatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. BapakProf. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Drs. Sunarto, M.Pd selaku Ketua Prodi Tadris Matematika UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Rapiko,M.Pd.I selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Betri Wendra, M.Sc selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Prodi Tadris Matematika yang telah
memperlancar urusan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Bastoni, S.Si selaku KepalaSekolah Menengah Pertama Negeri 5 Muaro
Jambiyang telah memberikan kemudahan kepada penulisan dalam memperoleh
data di lapangan.
8. Lasmita, S.Pd selaku guru matematika di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5
Muaro Jambi.
xii
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.
Jambi,Mei 2020
Masita
NIM. TM.161324
ABSTRAK
xiii
Nama : Masita
NIM : TM161324
Judul : Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi
Aritmatika Sosial
Soal cerita adalah soal tertentu yang dalam penyelesaiannya membutuhkan
kemampuan membaca yang baik dan merupakan salah satu syarat untuk dapat
memahami isi pokok dari soal tersebut. Pokok bahasan matematika yang dirasakan
sulit oleh siswa adalah dalam materi aritmatika sosial. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi aritmatika sosial. (2)
untuk mengetahui pendapat siswa tentang kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita
pada materi aritmatika sosial. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP
Negeri 5 Muaro Jambi tahun ajaran 2020, yang berjumlah 28 orang siswa. Data
diperoleh dengan cara observasi, tes hasil belajar, dan wawancara. Berdasarkan hasil
pengamatan siswa yang melakukan kesulitan dalam mengerjakan soal, diantaranya
kesulitan dalam menerjemahkan soal cerita kedalam bentuk model matematika,
kesulitan siswa dalam menentukan rumus yang digunakan dalam menyelesaikan soal
, serta kesulitan operasi hitung dalam menyelesaikan soal.
Berdasarkan hasil analisa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
materi aritmatika sosial peneliti dapat menggambarkan bahwa kesulitan siswa dalam
menerjemahkan soal soal cerita kedalam bentuk model matematika adalah sebanyak
(31,4%), kesulitan siswa dalam menentukan rumus yang digunakan dalam
menyelesaikan soal adalah sebanyak (27,9%), dan kesulitan operasi hitung dalam
menyelesaikan soal adalah sebanyak (40,7%). Selain itu juga faktor lain penyebab
kesulitan siswa adalah kurangnya pemahaman siswa pada materi, kurang menguasai
materi, kurangnya waktu yang disediakan untuk mengulangi pembelajaran dirumah.
Kata Kunci : kesulitan, kesalahan, kemampuan, aritmatika sosial.
ABSTRACT
Name : Masita
xiv
NIM : TM161324
Title : Analysis of Student Difficulties in Solving Story Problems in Social
Arithmetic Material
Story questions are specific problems that require good reading skills and are
one of the requirements for understanding the main content of the problem. The
subject of mathematics which is felt difficult by students is in social arithmetic
material. This research is a qualitative research. This study aims to (1) find out the
description of students' difficulties in solving story problems on social arithmetic
material. (2) to find out students' opinions about the difficulty in solving story
problems on social arithmetic material. The subjects of this study were students of
class VII A SMP Negeri 5 Muaro Jambi in the 2020 school year, totaling 28 students.
Data obtained by observation, learning outcomes test, and interview. Based on the
observations of students who have difficulty in working on problems, including
difficulties in translating story problems into mathematical model form, students'
difficulties in determining the formula used in solving problems, as well as difficulty
in arithmetic operations in solving problems.
Based on the analysis of students 'difficulties in solving story problems social
arithmetic researchers can illustrate that the difficulty of students in translating
problem questions into the form of mathematical models is as much (31.4%),
students' difficulty in determining the formula used in solving problems is as much
(27 , 9%), and the difficulty of arithmetic operations in solving problems is as much
(40.7%). In addition, other factors that cause student difficulties are lack of student
understanding of the material, lack of mastery of the material, lack of time available
to repeat learning at home.
Keywords: difficulties, mistakes, abilities, social arithmetic.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
xv
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
KARTU PEMBIMBING ............................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................................. vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
MOTTO ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
ABSTRAK ....................................................................................................... xii
ABSTRACT...................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Batasan Masalah ................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 6
A. Deskripsi Teori ..................................................................................... 6
1. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita ........................ 6
a. Pembelajaran matematika ........................................................... 6
b. Kesulitan belajar matematika ..................................................... 7
c. Kesulitan menyelesaikan soal cerita ........................................... 10
d. Teori tentang aritmatika sosial ................................................... 11
2. Hasil Belajar .................................................................................... 14
B. Studi Relavan ..................................................................................... 16
C. Kerangka Teori................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 20
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 20
B. Subjek Penelitian .................................................................................. 20
xvi
C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 20
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 20
1. Populasi ............................................................................................ 20
2. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 21
E. Bentuk Data .......................................................................................... 21
F. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 22
G. Instrumen Penelitian ............................................................................. 22
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 26
A. Hasil Penelitian..................................................................................... 26
1. Pengerjaan Tes Essay Soal Cerita .................................................. 26
2. Pedoman Wawancara ..................................................................... 30
B. Pembahasan Penelitian ......................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 37
A. Kesimpulan ........................................................................................... 37
B. Saran ..................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................39
LAMPIRAN…………………………………………………………………41
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Muaro Jambi ......................... 21
xvii
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tentang Menyelesaikan Soal Cerita Aritmatika
Sosial .............................................................................................. 23
Tabel 4.1Hasil Tes Siswa Kelas VII A SMP Negeri 5 Muaro Jambi .............. 25
Tabel 4.2 Kesalahan Siswa dalam Menyelsaikan Soal Nomor 1 ..................... 26
Tabel 4.3 Kesalahan Siswa dalam Menyelsaikan Soal Nomor 2 ..................... 26
Tabel 4.4 Kesalahan Siswa dalam Menyelsaikan Soal Nomor 3 ..................... 27
Tabel 4.5 Kesalahan Siswa dalam Menyelsaikan Soal Nomor 4 ..................... 27
Tabel 4.6 Kesalahan Siswa dalam Menyelsaikan Soal Nomor 5 ..................... 27
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
Lampiran 1 : Dokumentasi Observasi Awal Penelitian di SMP Negeri 5
Muaro Jambi ............................................................................. 42
Lampiran 2 : Hasil Tes Dokumentasi Observasi Awal Penelitian di SMP
Negeri 5 Muaro Jambi .............................................................. 43
Lampiran 3 : Kisi-Kisi Tes Essay ................................................................ 44
Lampiran 4 : Lembar Tes Essay .................................................................. 45
Lampiran 5 : Lembar Validasi Tes Essay .................................................... 46
Lampiran 6 : Rubrik Penilaian Soal Tes Essay ........................................... 48
Lampiran 7 : Nama-Nama Siswa Kelas VII A Sebagai Sampel Penelitian . 50
Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian .......................................................... 52
Lampiran 9 : Hasil Tes Essay Siswa Kelas VII A SMP Negeri 5 Muaro
Jambi ...................................................................................... 56
................................................................................................
................................................................................................
Lampiran 10 : Nilai Hasil Tes Essay Siswa Kelas VII A SMP Negeri 5 Muaro
Jambi ...................................................................................... 61
Lampiran 11 : Dokumentasi Wawancara Kepada Siswa Kelas VII A SMP
Negeri 5 Muaro Jambi ........................................................... 63
Lampiran 12 : Wawancara Kepada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 5 Muaro
Jambi ...................................................................................... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan manusia. Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar, manusia tidak mungkin dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pembelajaran pada dasarnya merupakan
upaya untuk mengarahkan anak didik dalam proses belajar sehingga mereka dapat
memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajran
hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena mereka yang akan
belajar. Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu
untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari beragai materi
yang dipelajari.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan pada setiap jenjang sekolah, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai Perguruan
Tinggi, yang memiliki tujuan pembelajaran ialah membekali siswa dengan
kemampuan pemecahan masalah (Vilianti, 2017:1). Matematika memiliki kaitan
yang erat dengan pemecahan masalah, maka perlu diajarkan kepada siswa karena
dapat dipergunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara terhadap
usaha memecahkan masalah. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran
yang sulit bagi siswa, hal ini disebabkan karena matematika memiliki sifat
abstrak, atau karena dalam pembelajaran kurang dikaitkan dengan kenyataan-
kenyataan yang biasa ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Belajar
matematika sama halnya dengan belajar logika, karena kedudukan matematika
dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar.
Kegagalan atau keberhasilan belajar matematika tergantung kepada siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar, diantaranya seberapa besar sikap dan minat
2
siswa terhadap pembelajaran tersebut. Disamping itu kondisi siswa sangat
mempengaruhi, misalnya kondisi psikologisnya, seperti perhatian, pengamatan
dan juga berpengaruh terhadap pembelajaran seseorang (Herman Hudoyo,
1988:6).
Berdasarkan pengalaman, kini banyak orang berpendapat bahwa
matematika bukan hanya diperlukan sebagai alat penghitung pasif, akan tetapi
terutama merupakan bahasa inti bagi perumusan semua teori yang melandasi
semua bidang ilmu. Matematika merupakan alat aktif dalam usaha
mengembangkan ilmu, bagian apa dari matematika yang diperlukan sekarang
belum tentu pada masa yang akan datang (Andi Hakim Nasution, 1980).
Proses belajar mengajar matematika akan berjalan dengan lancar apabila
tidak mengabaikan obyek-obyek belajar matematika, baik langsung maupun tidak
langsung. Obyek langsung adalah fakta, konsep, keterampilan (skill) dan prinsip,
sedangkan obyek tidak langsung adalah siswa diharapkan mampu bersikap kritis,
logis, tekun dan mampu memecahkan masalah.
Pelajaran matematika dapat dipadukan dengan pelajaran lain, salah
satunya dengan pelajaran bahasa indonesia, karena salah satu tujuan pelajaran
bahasa indonesia adalah agar siswa memiliki intelektual dan kematangan
emosional. Misalnya dalam bentuk soal cerita terlihat adanya keterkaitan antara
pelajaran matematika dengan pelajaran bahasa Indonesia yang saling mendukung
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai prasyarat untuk mencapai tujuan
adalah penguasaan siswa terhadap kemampuan membaca dalam mengerjakan soal
cerita matematika.
Hubungan yang ada dalam soal cerita sebagai bagian dalam pelajaran
matematika memang berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari yang tak
lepas dari masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan untuk mendapatkan
jawabannya. Soal cerita adalah soal tertentu dalam matematika yang dalam istilah
lama disebut soal persamaan tersamar, untuk penyelesaiannya dibutuhkan
kemampuan membaca yang baik dan merupakan salah satu syarat untuk dapat
memahami isi pokok dari soal tersebut. Siswa akan dapat menyelesaikan soal
3
cerita tersebut bila mampu menerjemahkan apa yang tersirat dari soal cerita dan
dapat mengubahnya ke dalam kalimat matematika sehingga memiliki kemampuan
menghitung yang benar.
Soal cerita juga mempunyai peranan penting dalam pembelajaran
matematika, karena siswa akan lebih mengetahui hakekat dari suatu permasalahan
matematika ketika siswa di hadapkan pada soal cerita. Selain itu, soal cerita
sangat bermanfaat untuk perkembangan proses berpikir siswa karena dalam
menyelesaikan masalah yang terkandung dalam soal cerita diperlukan langkah-
langkah penyelesaian yang membutuhkan pemahaman dan penalaran. Soal cerita
pada mata pelajaran matematika banyak dijumpai pada materi pokok salah
satunya materi aritmatika sosial. Untuk mempelajari soal cerita siswa tidak cukup
hanya mampu dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari serta melakukan
latihan-latihan soal sehingga mampu menguasai materi tersebut.
Namun kenyataan dilapangan banyak siswa melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita, hal ini disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal yang berbentuk cerita. Hal ini terlihat ketika peneliti
melakukan observasi awal di kelas VII A di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5
Muaro Jambi pada tanggal 13 Januari 2020, siswa mengatakan bahwa mereka
mengerti terhadap contoh yang diberikan oleh guru, sehingga jarang menimbulkan
pertanyaan. Tetapi ketika telah diberikan soal yang berbeda sedikit dari contoh
soal, mulai muncul pertanyaan-pertanyaan, seperti apa yang harus dikerjakan
terlebih dahulu dari soal.
Kondisi seperti ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti yang
dilakukan oleh peneliti ketika mewawancarai beberapa orang siswa terkait mata
pelajaran matematika. Sebagian besar dari siswa tersebut mengatakan bahwa
matematika adalah mata pelajaran yang sangat sulit, sangat membingungkan. Ada
juga yang menyebutkan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan
dan membuat mereka pusing. Selain itu, siswa juga malas untuk membaca soal
yang terlalu panjang, sulit mencernah kata-kata dalam soal, belum memahami
operasi hitung dengan baik, dan motivasi belajar yang masih rendah. Hal ini
4
terlihat dari hasil latihan awal dikelas VII A SMP Negeri 5 Muaro Jambi yang
telah dilakukan, bisa dilihat di lampiran 2.
Dari lembar-lembar jawaban siswa tersebut, dapat terlihat kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal berbentuk cerita.
Kesulitan yang dialami siswa diantaranya adalah ketidakmampuan siswa dalam
menerjemahkan soal atau tidak mampu menuliskan apa yang diketahui dengan
apa yang ditanyakan, ketidakmampuan siswa dalam menentukan rumus untuk
menyelesaikan soal aritmatika sosial, dan ketidakmampuan siswa dalam
melakukan operasi hitung untuk menyelesaikan soal aritmatika sosial tersebut.
Faktor lain yang menyebabkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita adalah siswa tergesa-gesa dalam menjawab soal, siswa belum siap
menjalani tes atau dengan kata lain siswa tidak belajar, siswa tidak memahami
maksud dari soal, siswa kurang menguasai konsep yang berkaitan dengan tes soal
(Astutik, 2015:100). Menurut Hamalik (dalam Astutik, 2015:97) faktor yang
dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa digolongkan menjadi dua yaitu: faktor
yang berasal dari diri siswa sendiri (faktor internal), dan faktor yang berasal dari
luar diri siswa (faktor eksternal).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Materi Aritmatika Sosial ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Siswa masih menganggap bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
sulit dan membosankan.
2. Kesulitan siswa dalam menerjemahkan soal atau tidak mampu menuliskan
apa yang diketahui dengan apa yang ditanyakan.
3. Kesulitan siswa dalam menentukan rumus untuk menyelesikan soal
aritmatika sosial.
5
4. Kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung untuk menyelesaikan soal
aritmatika sosial.
C. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti, dan supaya
pembahasn lebih fokus dan tidak menyimpang dari pokok masalah yang ingin
diketahui kepastiannya maka peneliti perlu membatasi kajian penelitian ini.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 5 Muaro Jambi.
2. Materi yang diberikan kepada siswa hanya dibatasi pada subbab presentase
Laba dan Rugi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada
materi aritmatika sosial?
2. Bagaimana pendapat siswa tentang kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita
pada materi aritmatika sosial?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pada materi aritmatika sosial.
2. Untuk mengetahui pendapat siswa tentang kesulitan dalam menyelesaikan
soal cerita pada materi aritmatika sosial.
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan kepada bidang
pendidikan matematika yaitu untuk mengetahui bagaimana kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Guru harus mengajarkan dan menjelaskan secara detail baik dari konsep,
keterampilan dan pemecahan masalah agar siswa mengerti dan paham
dengan konsep, keterampilan dan pemecahan masalah dalam
menyelesaikan soal matematika terutama soal cerita.
b. Bagi Siswa
Agar siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita sehingga siswa dapat menyelesaikan soal cerita matematika.
c. Bagi Peneliti
Bertujuan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1)
Program Studi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
a. Pembelajaran Matematika
Menurut bahasa latin Matematika berasal dari kata manthaein atau
mathema yang berarti pelajar atau hal yang dipelajari. Ciri utama matematika
adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yag
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar
konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,
hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah bilangan. Penerapan cara kerja matematika diharapkan
dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunitatif pada siswa.
Matematika secara esensial merupakan proses berpikir yang melibatkan
konstruksi dan menerapkan abstraksi, serta menghubungkan jaringan ide-ide
secara logis. Ide-ide tersebut sering muncul dari kebutuhan pemecahan masalah-
masalah sains, teknologi, dan kehidupan sehari-hari. Dalam aktivitas kehidupan
manusia sehari-hari hampir tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, baik
seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya.
Belajar matematika adalah suatu proses perubahan sikap, pengetahuan,
pemahaman, kebiasaan serta perubahan sikap, pengetahuan, pemahaman,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang ada di dalam diri individu yang
8
timbul akibat suatu proses aktif adalam menyelesaikan masalah yang muncul
sebagaimana individu berpartisipasi secara aktif dalam latihan matematika
dikelas. Pembelajaran matematika selama ini merupakan pelajaran yang berdiri
sendiri (terpisah dari mata pelajaran lainnya). Pembelajaran matematika hanya
menekannkan pada teori dan konsep-konsep matematika tanpa disertai dengan
penerapannya pada berbagai bidang yang lain seperti ekonomi, sains, teknologi,
dan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa tidak
mengetahui untuk apa mereka belajar matematika. Dengan kata lain pembelajaran
matematika dirasakan kurang bermakna bagi kehidupannya. Tidak jarang hal ini
menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap matematika. Untuk membuat
pembelajaran matematika lebih bermakna bagi siswa, maka pengintegrasian mata
pembelajaran matematika dengan mata pelajaran yang lain merupakan hal yang
sangat penting. Salah satunya adalah dengan mengembangkan pembelajaran
matematika.
b. Kesulitan Belajar Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
setiap jenjang pendidikan. Banyak siswa beranggapan bahwa pelajaran
matematika membosankan dan tidak menarik, hal ini disebabkan karena pelajaran
matematika dirasakan sukar dan rumit. Kenyataan ini adalah persepsi yang
negative terhadap matematika. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dapat
terlihat dalam proses pemecahan masalah matematika.
Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculia). Istilah
diskalkulia memiliki konotasi medis yang memandang adanya keterkaitan dengan
gangguan sistem syaraf pusat. Dalam pembelajaran matematika disekolah masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Berikut ini
beberapa penyebab kesulitan belajar matematika yang sering dialami siswa:
1. Fakta
Fakta merupakan perjanjian atau pemufakatan yang dibuat dalam
matematika, misalnya lambing, nama, istilah. Kesulitannya yang sering dialami
siswa karena matematika penuh dengan symbol atau lambing, serta istilah-
9
istilah yang asing di telinga mereka. Sehingga sulit bagi siswa untuk menerima
symbol serta istilah yang baru mereka dengar. Sehingga ketika siswa
diketemukan dengan matematika yang sifatnya abstrak mereka pun sulit untuk
menerima serta memahaminya.
2. Konsep
Konsep merupakan pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang
menggolong-golongkan objek atau peristiwa (Mohammad Soleh, 1999:8). Pada
aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan nalar atau proses
berpikir, yaitu kemampuan dan aktivitas otak untuk mengembangkan
kemampuan rasional. Dalam aspek kognitif mencakup hal pengetahuan yang
mengacu pada kemampuan untuk mengingat materi yang dipelajari mulai dari
awal hingga akhir. Juga kemampuan mengingat konsep, proses, metode serta
struktur. Pemahaman suatu hal yang telah dipelajari. Penerapan materi yang
dipelajari dalam kondisi nyata hubungannya dengan kesulitan belajar
matematika pada aspek pemahaman, lemah dalam menerjemahkan soal serta
dalam menyelesaikan tahapan-tahapan dalam menjawabnya. Siswa kurang
memahami konsep setiap materi secara benar, dan kemampuan mengingat
konsep proses, metode serta struktur kurang cermat. Sehingga dalam setiap
pengerjaan soal siswa merasa kesulitan karena kurangnya penguasaan materi
serta proses-proses atau langkah-langkah yang harus dikerjakannya dalam
setiap menjawab soal.
3. Prinsip
Prinsip yaitu pernyataan yang menyatakan berlakunya suatu hubungan
antara beberapa konsep. Pernyataan itu dalam menyatakan sifat-sifat suatu
konsep, hukum, teorema atau dalil yang berlaku dalam konsep itu. Prisip dalam
matematika dapat berupa teorema atau dalil. Teorema adalah suatu pernyataan
matematika yang dirumuskan secara logika dan dibuktikan. Hubungannya
dalam kesulitan belajar matematika, umumnya siswa hanya mengetahui rumus
dan cara mengerjakannya, tetapi mereka tidak paham bagaimana rumus
tersebut terbentuk serta kegunaan dari mempelajari materinya dan rumus
tersebut.
10
4. Skill
Skill merupakan prosedur mempercepat pekerjaan, namun tetap didasari
logika yang benar (Soleh, 1999:8). Prosedur dalam matematika adalah langkah,
urutan, atau cara yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika
yang mencakup langkah demi langkah dalam melakukan tugas. Hubungannya
dalam kesulitan belajar matematika adalah siswa yang lambat dalam
menggunakan operasi dan prosedur, maka akan menghambat pengerjaan
kemampuannya dalam memecahkan matematika.
Banyak para ahli mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
dengan sudut pandang mereka masing-masing. Ada yang meninjau dari sudut
intern dan ada yang dari sudut ekstern. Adapun faktor kesulitan belajar yang
ditinjau dari sudut intern antara lain:
1. Yang bersifat kognitif, antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi siswa.
2. Yang bersifat afektif, antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3. Yang bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya alat indera
penglihatan dan pendengaran.
Sedangkan faktor-faktor ekstern meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, antara lain:
1. Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan
ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan masyarakat, contohnya wilayah perkampungan kumuh, dan teman
bermain yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk,
kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat khusus,
seperti sindrom psikologis berupa ketidakmampuan belajar.Sindrom adalah suatu
gejala yang timbul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang
menimbulkan kesulitan belajar siswa. Misalnya disleksia yaitu ketidakmampuan
dalam beljar membaca, disgrafia yaitu ketidakmampuan menulis, dan diskalkulia
yaitu ketidakmampuan belajar matematika.
11
c. Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestsi
yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, baik
berbentuk sikap, pengetahuan, maupun keterampilan. Proses belajar yang ditandai
adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar (Nini,
2015:13-14).
Soal cerita dalam matematika adalah soal-soal matematika yang
menggunakan bahasa verbal dan umumnya berhubungan dengan kegiatan sehari-
hari (Istiqomah, 2004). Demikian juga defenisi soal cerita yang diungkapkaan
oleh ahli lainnya seperti pendapat Sweden dalam Endang Setyo Winarni dan Sri
Harmini bahwa “soal cerita yang diungkapkan dalam bentuk cerita yang diambil
dari pengalaman-pengalaman siswa yang berkaitan dengan konsep-konsep
matematika” (Endang, 2015:122).
Soal cerita matematika bertujuan agar siswa berlatih dan berpikir secara
deduktif, dapat melihat hubungan dan kegunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat menguasai keterampilan matematika serta memperkuat
penguasaan konsep matematika dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Soal cerita dapat disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, soal
cerita yang berbentuk tulisan berupa sebuah kalimat yang mengilustrasikan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam belajar matematika dapat diduga
dari kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika. Kesalahan adalah
penyimpangan dari sesuatu yang benar dan telah ditetapkan sebelumnya.
Kesalahan-kesalahan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal cerita meliputi
kesalahan memahami soal, kesalahan membuat model matematika, kesalaham
melakukan komputasi, dan kesalahan menginterpretasikan jawaban kalimat
matematika.
a. Kesalahan dalam memahami soal
1) Kesalahan menentukan apa yang diketahui dari soal
a) Tidak menuliskan apa yang diketahui.
b) Tidak lengkap menuliskan apa yang diketahui.
12
c) Salah menuliskan apa yang diketahui.
2) Kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui
a) Tidak menuliskan apa yang ditanyakan dalam soal.
b) Tidak lengkap menuliskan apa yang ditanya dalam soal.
c) Salah dalam menuliskan apa yang ditanyakan.
b. Kesalahan membuat model matematika
1) Tidak menuliskan pemisalan variabel yang dipakai pada pembuatan model.
2) Tidak lengkap menuliskan pemisalan variabel yang dipakai pada pembuatan
model.
3) Salah dalam menuliskan pemisalan variabel yang dipakai pada pembuatan
model.
4) Tidak menuliskan model matematika.
5) Model matematika yang dibuat tidak sesuai dengan pemahaman soal.
c. Kesalahan menyelesaikan model matematika
1) Tidak menggunakan aturan matematika dalam menyelesaikan model.
2) Salah dalam menggunakan aturan-aturan matematika.
3) Tidak menyelesaikan model matematika yang dibuat.
4) Salah dalam menyelesaikan model mtematika yang dibuat.
d. Kesalahan dalam menyatakan jawaban akhir soal
1) Tidak menuliskan jawaban akhir soal.
2) Tidak lengkap menuliskan jawaban akhir soal.
3) Salah dalam menuliskan jawaban akhir soal.
d. Teori tentang Aritmatika Sosial
Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah materi Aritmatika Sosial.
Aritmatika sosial adalah salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari siswa
kelas VII SMP/Mts. Aritmetika sosial merupakan salah satu materi matematika
yang mempelajari operasi dasar suatu bilangan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan jual beli atau perdagangan
sering dijumpai. Dalam perdagangan terdapat penjual dan pembeli. Jika kita ingin
memperoleh barang yang kita inginkan maka kita harus melakukan pertukaran
13
untuk mendapatkannya. Misalnya penjual menyerahkan barang kepada pembeli
sebagai gantinya pembeli menyerahkan uang sebagai penganti barang kepada
penjual. Seorang pedagang membeli barang dari pabrik untuk dijual lagi dipasar.
Harga barang dari pabrik disebut modal atau harga pembelian sedangkan harga
dari hasil penjualan barang disebut harga penjualan. Adapun ciri-ciri dari
aritmatika sosial adalah:
1. Materi aritmatika sosial ini selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Materi ini berkaitan dengan perekonomian dan perdagangan serta transaksi
jual-beli.
3. Pada materi ini, terdapat harga keseluruhan, harga per unit, dan harga
sebagian. Setelah itu juga terdapat harga pembelian, harga penjualan, untung
dan rugi serta rabat (diskon), bruto, tara, dan netto.
4. Perhitungan dalam materi ini menggunakan konsep aljabar melalui operasi
hitung yang berupa pecahan dan lain-lain.
5. Bentuk contoh soalnya berupa soal cerita.
Aritmatika sosial ini juga merupakan salah satu materi yang dianggap sulit
bagi siswa meskipun langsung berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari.
Adapun pokok bahasan dalam materi aritmatika sosial dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung, dan Rugi
a. Harga Pembelian
Harga pembelian adalah harga barang dari produsen.
b. Harga Penjualan
Harga penjualan adalah harga barang yang ditetapkan penjual kepada
pembeli.
c. Untung (Laba)
Dikatakan untung jika harga penjualan lebih tinggi daripada harga
pembelian.
Untung = harga penjual – harga pembelian
14
d. Rugi
Dikatakan rugi jika harga pembelian lebih tinggi daripada harga penjualan.
2. Presentase Laba dan Rugi
a. Presentase Laba
b. Presentase Rugi
3. Rabat (Diskon), Bruto Tara dan Netto
a. Rabat (Diskon)
Rabat/ adalah potongan harga penjualan. Untuk menentukan harga suatu
barang setelah memperoleh diskon, dapat menggunakan rumus berikut:
b. Bruto (Berat kotor)
Bruto (berat kotor) adalah berat barang disertai dengan berat
pembungkusan.
c. Tara (Potongan)
Tara (potongan) adalah berat pembungkusan atau kemasan barang.
Rugi = harga pembelian – harga penjualan
Presentasi untung = 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛× 100%
Presentasi rugi = 𝑅𝑢𝑔𝑖
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛× 100%
Harga bersih = harga kotor – diskon
Bruto = netto + tara
Tara = bruto - netto
15
Jika persen tara dan bruto diketahui, tara dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
d. Netto (berat bersih)
Netto (berat bersih) adalah berat barang tanpa disertai pembungkusan atau
kemasan suatu barang.
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam materi aritmatika sosial ini
adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan materi aritmatika sosial
• Mempermudah perhitungan dalam perdagangan dan lain-lain.
• Untuk memperjelas harga keseluruhan, harga per unit, dan harga
sebagian dari suatu barang.
• Untuk memperjelas harga pembelian. Herga penjualan, untung dan rugi
serat rabat (diskon), bruto, tara dan netto dalam sistem perdagangan.
2. Kekurangan materi aritmatika sosial
• Bisa terjadi kesalahan dalam perhitungan yang dapat menimbulkan
kerugian.
• Tidak semua pedagang menguasai materi aritmatika sosial ini.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun
dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
maupun individu. Hasil akhir dari proses akhir belajar mengajar sebagai
Tara = persen tara× bruto
Netto = bruto - tara
16
perwujudan segala upaya yang telah dilakukan selama proses berlangsung lebih
sering dikaitkan dengan pengelolaan kelas dan nilai siswa setelah evaluasi
diberikan yang selanjutnya dikenal sebagai hasil belajar (Latief , S. & Dini, J.
2015:213).
Menurut Sri Rumini, hasil belajar siswa merupakan kapasitas manusia
yang nampak dalam tingkah laku tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku
siswa yang ditampilkan yang berkaitan dengan hasil belajar dengan memberikan
gambaran yang lebih nyata, hal ini tentunya berkaitan dengan hasil dan proses
belajar di sekolah. Sedangkan menurut Nana Sudjana, hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hasil
belajar siswa dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kognitif
Pada dasarnya kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam
berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk didalamnya
kemapuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisi, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat 6 aspek atau jenjang
proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling
tinggi. Berikut adalah jenjang ranah kognitif:
6 Aspek dalam Ranah Kognitif
Evaluasi
Sintesis
Analisis
Penerapan
Pemahaman
Pengetahuan
17
1. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus
dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan disebut sebagai proses
berpikir yang paling rendah.
2. Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Seseorang siswa diaktakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uaraian yang lebih rinci tentang hal
itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
3. Aplikasi adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang
sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut pengguanaan
aturan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan beroikir yang
lebih tinggi daripada pemahaman.
4. Analisis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan
atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu
dengan faktor-faktor lainnya.
5. Sintesis adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari
proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsure-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi
suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6. Evaluasi adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom. Penilaian/evaluasi merupakan kemamouan untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, misalnya jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
18
2. Efektif
Efektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah efektif
mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Cirri-ciri
hasil belajar efektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Ranah
efektif menjadi lagi kedalam lima jenjang, yaitu:
1. Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang pada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain-lain, misalnya kesadaran dan keinginan untuk
menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar.
2. Tanggapan (Responding) mengandung arti adanya partisipasi aktif, jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikuti sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu.
3. Penghargaan adalah memberikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau objek. Siswa tidak hanya mau menerima nilai
yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep
atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
4. Pengorganisasian adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada berbaikan
umum. Mengatur atau mengorganisasikan pengembangan dari nilai
kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai
dengan nilai lainnya.
5. Karakterisasi, ini lebih mengacu kepada karakter dan gaya hidup
seseorang. Pada jenjang ini siswa telah memiliki sistem nilai yang
mengontrol tingkah lakunya untuk waktu yang lama, sehingga membentuk
karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menjadi lebih konsisten,
menetap, dan lebih mudah diperkirakan.
3. Psikomotor
Psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik
manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan
melakukan sesuatu tersebut, meliputi keterampilan motorik, keterampilan
19
intelektual, dan keterampilan sosial. Ranah psikomotorik ini dikembangkan oleh
Simpson, dan klasifikasi rana psikomotorik tersebut adalah:
1. Persepsi, ini mencakup kemampuan untuk mengadakan deskriminasi yang
tepat antaara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedan antara
cirri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara
seluruh rangsangan yang ada.
2. Kesiapan, ini mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam
keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan
ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani.
3. Respon terpimpin, tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang
kompleks, termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
4. Mekanisme, membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga
tampil dengan meyakinkan dan cakap. Ini mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancer karena sudah dilatih
secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.
5. Respon tampak yang kompleks, ini mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen
dengan lancer, tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu rangkain perbuatan yang berurutan dan menggabungkan
beberapa subketerampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang
teratur.
6. Penyesuaian, ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan
menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
menunjukkan taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
7. Penciptaan, ini mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-
gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
20
Menurut Sri Rumini, dkk (1995: 61) hasil belajar dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar, dan faktor
yang berasal dari luar diri individu. Faktor yang terdapat di dalam individu
dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Faktor lain
yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor yang berasal dari luar individu dan
faktor yang berasal dari dalam individu. Salah satu faktor yang berasalah dari luar
individu adalah guru dalam mengelola pembelajaran di kelas seperti penggunaan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibahas, serta dengan
mempertimbangkan konsep perkembangan jiwa peserta didik. Menurut Slameto
(2001: 30), tes hasil belajar merupakan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas
yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur
kemajuan belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
1. Faktor Internal
Faktor internal pada dasarnya dapat dilihat dari dua sisi yaitu:
a. Faktor Fisiologis yang terdiri dari faktor kesehatan, faktor cacat tubuh,
dan faktor kelelahan.
b. Faktor Psikologis yang terdiri dari faktor motivasi, faktor konsentrasi,
faktor persepsi, faktor organisasi, faktor pemahaman, faktor ulangan.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga
b. Faktor sekolah
c. Faktor masyarakat
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajar. Hasil belajar siswa dapat ditampilkan dari tingkah laku dengan
memberikan gambaran yang lebih nyata yang bertujuan untuk mengukur
kemajuan belajar siswa.
21
B. Studi Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai bahan rujukan peneliti
terkait penelitiannya mengenai kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika yaitu:
1) Aris Arya Wijaya dan Masriyah (2012) dengan judul “Analisis Kesalahan
Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan letak dan jenis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi sistem persamaan
linear dua variabel serta untuk mengetahui faktor penyebab kesalahannya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian
diambil sebanyak tiga orang siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah metode tes dan wawancara. Analisi data dilakukan dengan reduksi,
penyajian, dan penyimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak
kesalahan siswa yaitu kesalahan yang menentukan apa yang diketahui,
membuat model matematika, menyelesaikan model matematika, dan jadwal
akhir. Jenis kesalahan yang dilakukan siswa yaitu kesalahan konsep, prinsip
dan operasi. Faktor penyebab kesalahan yaitu tidak mampu menerjemahkan
kalimat soal kedalam kalimat matematika; lemah tentang konsep variabel,
metode eliminasi dan subsitusi; lemah dalam menentukan hasil perhitungan.
2) Amalia Zulvia Widyaningrum (2016) dengan judul “Analisis Kesulitan Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Aritmatika Sosial Ditinjau Dari Gaya
Belajar Siswa Kelas VII Smp Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita, ditinjau dari gaya belajarnya serta mendeskripsikan
faktor penyebabnya. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SMP
Negeri 5 Metro. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan
data meliputi angket gaya belajar siswa, lembar tes uraian, dan wawancara.
Hasil penelitian ini adalah siswa visual dominan melakukan kesalahan
interpretasi bahasa, siswa auditorial dominan melakukan kesalahan teknis, dan
siswa kinestetik dominan melakukan kesalahan interpretasi bahasa dan teknis.
22
Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal cerita matematika adalah:
a) Salah menafsirkan soal kedalam rumus yang digunakan untuk membuat
kalimat matematika.
b) Belum memahami model atau kalimat matematika.
c) Penguasaan konsep persyaratan yang belum matang.
d) Kurang baik dalam pemahaman memaknai soal dan membaca.
e) Penalaran yang kurang baik dalam menerjemahkan maksud dan arah soal.
f) Kesan negative terhadap soal-soal cerita yang dipandang menakutkan dan
membuat malas siswa untuk membaca soal.
g) Tidak teliti atau cermat dalam membaca dan cenderung ceroboh dalam
pengerjaan operasi pada soal.
h) Belum bisa membedakan antara jawaban model atau kalimat matematika
dengan jawaban akhir soal.
C. Kajian Pustaka
Penelitian ini dilakukan berdasarkan latar belakang yang diungkapkan oleh
peneliti. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan analisis untuk
mengetahui kesulitan dan kemampuan yang dimilki oleh siswa dalam
mengerjakan soal cerita materi aritmatika sosial. Materi aritmatika sosial ini
dipelajari oleh siswa kelas VII pada Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Untuk mengetahui kesulitan dan kemampuan yang dimiliki siswa pada
materi aritmatika sosial peneliti melakukan observasi kelas untuk mengetahui
proses belajar mengajar yang terjadi, keaktifan siswa selama pembelajaran, dan
sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti
memberikan tes hasil belajar siswa, tes ini berupa soal essay dan dikerjakan secara
individu. Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar, peneliti melakukan analisis
untuk mengetahui kesulitan apa yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan
soal matematika. Peneliti juga melakukan analisis untuk mengetahui kemampuan
yang dimiliki oleh siswa dalam mengerjakan soal matematika.
23
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara terhadap subjek penelitian.
Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dan
faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
matematika. Dengan menganalisis hasil observasi, tes hasil belajar siswa, dan
hasil wawancara, peneliti dapat mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal matematika, faktor penyebab kesulitan, dan kemampuan yang
dimiliki siswa dalam mengerjakan soal matematika pada materi aritmatika sosial.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5
Muaro Jambi, yang berlokasi di Jalan Lintas Timur Desa Sekernan, Kec.
Sekernan, Kab. Muaro Jambi. Penelitian melakukan penelitian dikelas VII A SMP
Negeri 5 Muaro Jambi dengan waktu pelaksanaannya pada semester genap tahun
ajaran 2020.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat atau memetakan kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita materi aritmatika sosial. Kesulitan siswa dalam
penelitian ini di bagi menjadi 3 yaitu : 1) kesulitan siswa dalam menerjemahkan
soal atau tidak mampu menuliskan apa yang diketahui dengan apa yang
ditanyakan. 2) Kesulitan siswa dalam menentukan rumus untuk menyelesikan soal
aritmatika sosial. 3) Kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung untuk
menyelesaikan soal aritmatika sosial. Oleh karena itu, jenis penelitian yang
digunakan adalah deskritif kualitatif.
C. Sumber Data
Menurut Lofland yang dikutip oleh Lexy J. Meleong bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain. Dalam penelitian ini data
diperoleh dari dua sumber, yaitu:
1. Sumber primer
Sumber data primer adalah data yang didapat dari sumber asli (langsung).
Data penelitian ini sumber data primer adalah kelas VII A yang berjumlah 28
orang siswa, 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
23
2. Sumber sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diambil dari sumber kedua atau
bukan sumber aslinya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau
data laporan yang telah tersedia. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah data dokumentasi berupa arsip-arsip mengenai profil SMP Negeri 5 Muaro
Jambi yang diperoleh dari kepala sekolah.
D. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 5 Muaro Jambi pada semester genap tahun ajaran
2020. Siswa kelas VII A di SMP Negeri 5 Muaro Jambi hanya berjumlah 28
orang siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yyang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari tiga tahap, yaitu:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2017:158).
Observasi kelas dilakukan selama proses pembelajaran matematika pada materi
aritmatika sosial. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui proses belajar, dan
keaktifan siswa selama pembelajaran. Peneliti juga melakukan tes awal pada
observasi awal untuk melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada materi aritmatika sosial.
2. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dilakukan kepada siswa kelas VII A di SMP Negeri 5
Muaro Jambi sebagai tes latihan pada materi aritmatika sosial. Tes dilakukan
untuk mengetahui letak kesalahan atau kesulitan yang dialami siswa dan untuk
mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa pada materi aritmatika sosial. Tes
dikerjakan secara individu dan online, dikarenakan adanya pandemi Covid-19
yang terjadi saat ini, sehingga siswa-siswi dirumahkan. Maka peneliti melakukan
penelitian secara online.
24
3. Wawancara
Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.
Ciri-ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara
pencari informasi dan sumber informasi. Wawancara ini dilaksanakan untuk
memperoleh informasi secara mendalam dari setiap siswa. Wawancara dilakukan
untuk mengetahui pendapat siswa terhadap kesulitan yang dialami siswa serta
faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa. Dengan adanya wawancara,
peneliti juga dapat mengetahui cara berpikir siswa dalam mengerjakan soal
matematika.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari
data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data itu berupa catatan harian,
memori atau catatan penting lainnya. Teknik ini digunakan untuk mengungkap
data tentang keadaan sekolah dan dokumentasi yang terkait tentang kesulitan
siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi aritmatika
sosial kelas VII Smp Negeri 5 Muaro Jambi.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian adalah melakukan pengukuran maka harus adanya alat ukur
yang baik. Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. Jadi
instrumen penelitian suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati (Sugiyono, 2014:306).
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti melakukan tes tulis
dan wawancara kepada mata siswa kelas VII A di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 5 Muaro Jambi. Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah soal
essay serta pedoman wawancara. Soal tes sebanyak 5 soal yang menyangkut
materi aritmatika sosial. Materi tes dikembangkan dalam beberapa tahapan, yaitu
membuat kisi-kisi soal, melakukan perbaikan terhadap soal tersebut. Adapun kisi-
kisi soal dalam tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
25
Tabel 3.2Kisi-kisi Instrumen tentang Menyelesaikan Soal Cerita Materi
Aritmatika Sosial
Dimensi Indikator Butir-Butir
Pertanyaan Jumlah
Menyelesaikan
soal cerita
matematika
materi
aritmatika
sosial
1. Mengubah soal
kedalam bentuk
matematika
1 1
2. Operasi hitung 2, 3, 4, 5 4
Jumlah 5
Tes ini berguna untuk mengetahui seberapa besar kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika siswa SMP Negeri 5 Muaro Jambi.
Sebelum tes dilakukan, maka soal tes harus di uji dahulu dengan uji validitas. Uji
validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas tes secara rasional
yaitu validitas konstruksi.
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli
(judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-
aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen
yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen
dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total
(Sugiyono, 2015, hal. 177).
G. Uji Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif
demi memperoleh tingkat kepercayaan data yang telah terkumpul. Dalam
penelitian ini peneliti teknik analisis data berupa teknik triangulasi data.
26
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan untuk menguji
kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada beberapa sumber data yang
sama namun dengan teknik yang berbeda.
Dalam kaitannya dengan pengujian ini, untuk menguji keabsahan data agar
data yang dikumpulkan akurat serta mendapatkan makna langsung terhadap
tindakan dalam penelitian. Maka peneliti menggunakan metode triangulasi data,
yaitu proses proses penguatan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang
menjadi bukti temuan.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menjawab permasalahan
di atas, maka data yang sudah ada dalam instrumen penelitian diolah dengan
sesuai kebutuhan analisis. Dalam pengolaan data penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik perhitungan presentase, untuk mengetahui kesulitan yang
dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi aritmatika sosial. Dengan
soal-soal yang diarahkan dapat mengukur beberapa aspek kecakapan siswa.
Setelah dihitung presentase kesalahannya dapat diketahui jenis kesulitan yang
dihadapi siswa pada umumnya. Soal tes yang diberikan berupa soal cerita
sebanyak 5 soal yang menyangkut materi aritmatika sosial.
Kemudian peneliti melakukan pengolaan data dan perhitungan mengan
menggunakan rumus :
𝑃 = 𝐹
𝑁 × 100%
27
Keterangan : 𝑃 = Presentase
𝐹 = Frekuensi
𝑁 = Banyaknya responden
Data yang telah tersusun dan diolah, kemudian dihitung untuk mengetahui
tingkat kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial.
Kemudian peneliti membuat tafsiran dan menyimpulkannya sehingga
permasalahan yang diajukan dapat terjawab dan terpecahkan.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Deskripsi penelitian yang diperoleh selama penelitian dalam
menyelesaikan soal cerita materi aritmatika sosial dan wawancara dengan siswa
sebagai berikut:
1. Pengerjaan tes essay soal cerita
Soal diujikan kepada siswa sebagai alat tes, soal tersebut meliputi materi
aritmatika sosial yang berbentuk soal cerita, dan soal ini dijadikan sebagai
instrument penelitian. Setelah soal tersebut diujikan, kemudian diberi nilai dengan
skor angka yang telah ditentukan, dan nilai itu merupakan data untuk mengetahui
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
Berikut ini adalah hasil tes yang peneliti berikan kepada siswa-siswi di
kelas VII A di Smp Negeri 5 Muaro Jambi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Tes Siswa Kelas VII A di SMP Negeri 5 Muaro Jambi
No Nama Siswa
Nomor Soal Nilai Keterangan
1 2 3 4 5
1 Abiel Refandy 0 5 5 10 10 30 Tidak Tuntas
2 Adinda Putri Ayu 10 10 10 20 20 70 Tuntas
3 Adelia Ersa Putri 10 10 5 5 5 35 Tidak Tuntas
4 Adil Witra 20 10 10 20 20 80 Tuntas
5 Andika 10 5 0 5 5 20 Tidak Tuntas
6 Andra Al Qodri 20 10 10 0 0 40 Tidak Tuntas
7 Anggi Apriansyah 20 10 10 0 0 40 Tidak Tuntas
8 Arya Pratama 20 10 10 0 0 40 Tidak Tuntas
9 Aulia Muzalifah 20 10 10 5 5 50 Tidak Tuntas
10 Bunga Lestari 10 10 5 5 5 35 Tidak Tuntas
28
11 Carissa Elvina 20 10 10 20 20 80 Tuntas
12 Daleh Kasmita 20 10 10 0 0 40 Tidak Tuntas
13 Delly Zulfa 20 10 20 10 10 70 Tuntas
14 Depi Nur Aini 20 5 5 0 0 30 Tidak Tuntas
15 Febrian Saputra 0 5 5 5 5 20 Tidak Tuntas
16 Fera Andini 10 5 5 0 0 20 Tidak Tuntas
17 Laurencia 0 5 10 10 20 45 Tidak Tuntas
18 Mozza Salsabila 10 10 10 20 20 70 Tuntas
19 Muji Nazzila Azzuhrah 20 5 5 10 10 50 Tidak Tuntas
20 Reza Mahendra Husaini 20 10 5 10 10 55 Tidak Tuntas
21 Rika Yani 10 10 10 10 10 50 Tidak Tuntas
22 Riski 10 10 10 5 5 40 Tidak Tuntas
23 Sanita Angelina 10 10 5 5 5 35 Tidak Tuntas
24 Septi Yolanda 20 10 5 20 20 85 Tuntas
25 Annisa Putri Rahayu 10 10 10 20 10 70 Tuntas
KKM 68
Rata-rata 48
Persentase Ketuntasan Siswa 28
29
Dari tabel diatas terlihat banyak siswa mengalami ketidak tuntasan dalam
menjawab soal cerita yang diberikan. Adapun penyebab ketidak tuntasan siswa dari
data diatas, dikarenakan siswa banyak mengalami kesulitan ataupun kesalahan dalam
menjawab soal. Adapun kesulitan atau kesalahan siswa dalam menjawab soal cerita
materi aritmatika sosial dapat peneliti sajikan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Nomor 1
No.
Soal
Kesalahan F Presentase
(%)
1
- Tidak dapat menerjemakan soal
- Tidak dapat menentukan operasi
hitungnya
- Keliru dalam mengurutkan operasi
hitung
3
10
12
12%
40%
48%
Untuk lebih memperjelaskan tabel diatas, dibawah ini dapat disajikan dengan
bentuk diagram lingkaran presentase kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
nomor 1, sebagai berikut:
12%
40%
48%
Tidak dapat
menerjemakan soal
Tidak dapat menentukan
operasi hitungnya
Keliru dalam
mengurutkan operasi
hitung
30
Begitu juga halnya dengan soal nomor 2, 3, 4, dan 5 untuk menjawab
pertanyaan siswa harus bisa mengubah soal kedalam kalimat matematika,
Mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanya serta siswa bisa menyelesaikan
operasi hitung. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Nomor 2
No.
Soal
Kesalahan F Presentase
(%)
2
- Tidak dapat mengubah soal kedalam
kalimat matematika
- Tidak dapat menentukan rumus apa
yang digunakan
- Tidak dapat menyelesaikan operasi
hitung dengan baik
-
7
18
-
28%
72%
Tabel 4.4 Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Nomor 3
No.
Soal Kesalahan F
Presentase
(%)
3
- Tidak dapat mengubah soal kedalam
kalimat matematika
- Tidak dapat menentukan rumus apa
yang digunakan
- Tidak dapat menyelesaikan operasi
hitung dengan baik
2
10
13
8%
40%
52%
Tabel 4.5 Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Nomor 4
No.
Soal Kesalahan F
Presentase
(%)
4 - Tidak dapat mengubah soal kedalam 6 24%
31
kalimat matematika
- Tidak dapat menentukan rumus apa
yang digunakan
- Tidak dapat menyelesaikan operasi
hitung dengan baik
7
12
28%
48%
Tabel 4.6 Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Nomor 5
No.
Soal
Kesalahan F Presentase
(%)
5
- Tidak dapat mengubah soal kedalam
kalimat matematika
- Tidak dapat menentukan rumus apa
yang digunakan
- Tidak dapat menyelesaikan operasi
hitung dengan baik
6
7
12
24%
28%
48%
Dari tabel 4.3 sampai tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa adalah siswa
mengalami kesulitan dalam mengubah soal cerita kedalam kalimat matematika ,
tidak dapat menentukan rumus apa yang digunakan dan tidak dapat menyelesaikan
operasi hitung dengan baik. Untuk lebih memperjelaskan tabel diatas, dibawah ini
dapat disajikan dengan bentuk diagram lingkaran presentase kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal nomor 2-4, sebagai berikut:
32
Setelah tes soal dilakukan, peneliti dapat melihat bahwa masih banyak siswa
yang belum memahami maksud dari soal. Siswa juga tidak dapat mengubah soal
kedalam bentuk kalimat matematika, kurangnya operasi hitung siswa, dan masih
banyak siswa tidak menggunakan rumus atau kesulitan dalam menentukan rumus apa
yang mau dipakai dalam menyelesaikan soal cerita yang diberikan.
Peneliti juga sering menjumpai hal seperti ini ketika peneliti melakukan
observasi awal di kelas VII A Smp Negeri 5 Muaro Jambi, siswa tidak dapat
mengerjakan sendiri sebelum dibacakan dan dijelaskan berulang-ulang oleh guru.
Namun ketika penelitian dilakukan, peneliti mengerahkan siswa agar siswa bisa
mengerjakan sesuai dengan kemampuan sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Dari hasil analisa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi
aritmatika sosial dari nomor 1 sampai nomor 5, peneliti dapat mengelompokkannya
kedalam tiga kelompok kesulitan siswa, diantaranya adalah:
1) Kelompok pertama yaitu kesulitan siswa dalam menerjemahkan soal cerita
kedalam bentuk matematika pada materi aritmatika sosial (13,6).
2) Kelompok kedua yaitu kesulitan siswa dalam menentukan rumus apa yang
digunakan untuk menyelesaikan soal cerita materi aritmatika sosial (32,8).
3) Kelompok ketiga yaitu kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung
untuk menyelesaikan soal cerita materi aritmatika sosial (53,6).
14%
31%55%
Soal Nomor 2 sampai 5
Tidak dapat mengubah
soal kedalam kalimat
matematika
Tidak dapat menentukan
rumus apa yang
digunakan
Tidak dapat
menyelesaikan operasi
hitung dengan baik
33
Untuk lebih memperjelaskan tabel diatas, dibawah ini dapat disajikan dengan
bentuk diagram lingkaran presentase kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
materi aritmatika soal, sebagai berikut:
2. Pedoman wawancara
Peneliti melakukan konfirmasi tes hasil belajar siswa dengan cara melakukan
wawancara. Pada tahap wawancara peneliti mendapatkan informasi secara langsung
tentang kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi
aritmatika sosial. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika ternyata
siswa lebih sulit atau susah mengerjakan soal cerita matematika dibandingkan
dengan soal yang berbentuk kalimat matematika. Dengan melakukan wawancara ini,
informasi-informasi yang belum didapatkan saat observasi maupun mengerjakan tes
dapat diperoleh secara terperinci dari siswa yang bersangkutan.
13,6%
32,8%
53,6 %
Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Aritmatika Sosial
Kesulitan dalam
menerjemahkan soal cerita
kedalam bentuk matematika
Kesulitan dalam menentukan
rumus apa yang digunakan
untuk menyelesaikan soal
cerita
Kesulitan dalam melakukan
operasi hitung untuk
menyelesaikan soal cerita
34
Peneliti melakukan wawancara dengan mendatangi beberapa tiap-tiap rumah
siswa. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara langsung dari peneliti.
Peneliti melakukan wawancara kepada siswa selama 2 hari. Pedoman yang dilakukan
oleh peneliti dalam wawancara yaitu sebagai berikut:
a. Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal cerita materi aritmatika sosial
b. Pendapat siswa tentang soal yang diberikan
c. Kemampuan memahami soal matematika yang diberikan
d. Kemampuan mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika
e. Kemampuan menggunakan rumus dalam mengerjakan soal cerita
matematika pada materi aritmatika sosial
f. Kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung untuk menyelesaikan
soal cerita materi aritmatika sosial.
Peneliti melakukan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan dan
penyebab kesulitan belajar. Wawancara yang dilakukan hanya kepada 6 orang siswa
yang telah dipilih. Adapun hasil wawancara peneliti kepada siswa adalah sebagai
berikut:
1. Analisis hasil wawancara kepada S1
P : “Kakak mau nanyo ni, menurut kamu soal yang kakak berikan
dari nomor 1-5, yang mana yang kamu lebih paham?”
S1 : “Dak paham galoe kak” (Tidak paham semuanya kak)
P : “Bukannya materi ini sudah dipelajari kemaren?”
S1 : “Iyo karno susah kak, soal e tu panjang nian. Pening kepala
heheh”
P : “Apo yang membuat kamu tidak suko dengan matematika?”
S1 : “Ntah kak, pening beee”
P : “Terus kalau guru mtk nya ngajar didepan, kamu paham gak?”
S1 : “Idak kak”
P : “Idak pahamnya kenapa?”
S1 : “Yo kadang gurunyo tu ngajar e cepat nian, pening.”
35
Dari hasil wawancara dengan S1, siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita matematika, kesulitan dalam menerjemahkan soal cerita ke
model matematika, operasi hitung yang masih rendah, serta tidak mengerti maksud
dari soal yang diberikan. Siswa tersebut selalu menganggap bahwa matematika itu
selalu membuat dia pusing, dan juga respon guru juga kurang baik ketika siswa
menanyakan ulang materi yang dijelaskan.
2. Analisis hasil wawancara kepada S2
Dari hasil wawancara dengan S2, siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
menghitung. Siswa tersebut hanya mengerti dengan contoh yang diberikan, ketika
dikasih soal yang berbeda sedikit dari contoh siswa tersebut tidak bisa
menyelesaikannya dan siswa tersebut tidak berani bertanya kepada guru jika ia tidak
mengerti apa yang dijelaskan oleh guru didepan kelas.
P :“Kakak mau nanyo ni, menurut kamu soal yang kakak berikan
dari nomor 1 sampai 5 yang mana kamu lebih paham?”
S2 : “Nomor 1 sampe 3 kak. Kalo nomor 4 dan 5 kurang paham
kak”
P : “Kurang pahamnya dimana?”
S2 : “Nyari persen-persennyo tu kak susah, dak ngerti.”
P : “kemaren saat gurunya ngajar di depan, kamu ngerti gak?”
S2 : “Idak kak”
P : “Terus kenapa tidak nanya lagi sama gurnuya kalo kamu
masih belum mengerti?”
S2 : “Idak berani kak”
P : “Dirumah kamu belajar gak?”
S2 : “Iyo kalo ado PR be belajar, itupun kalo PR nyo mudah kak
heheh. Kalo susah nyontek di kawan kak di rumah sekolah kak
hehe “
36
3. Analisis hasil wawancara kepada S3
Dari hasil wawancara dengan S3, siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
menentukan rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
Siswa tersebut cenderung hanya menghafal rumus setiap akan diberikan tugas atau
hanya pada saat ujian saja.
4. Analisis hasil wawancara kepada S4
P : “Kakak mau nanyo ni, dari soal yang kakak kasih nomor 1 sampai
5, mana yang menurut kamu paham?”.
S3 : “Nomor 1 kak”
P: “Nomor yang lain?”
S3 : “Dak paham kak”
P :“Dimana yang tidak pahamnya?”
S3 : “Cari-cari rumusnyo tu kak”
P : “Emangnya waktu belajar kemaren bagaimana?”
S3 : “Dihafal kak rumusnyo, tapi kiniko lah lupo. Harus nengok buku
dulu baru ingat lagi kak, heheh”
P : “Jadi setiap belajar matematika kamu selalu ngafal rumus?”
S3 : “Iyo kak, apo lagi nak ujian kak. Hehe”
P : “Kakak mau nanyo ni, kemaren kan sudah kakak kasih soal tes
yang dari nomor 1 sampai 5 tu. Nah menurut kamu dari kelima soal
itu mengerti atau tidak?
S4 : “Insyallah mengerti lah kak galoe”
S4 : “Eeh tapi kemaren ado yang salah kak, soalnyo kami kurang teliti kak
jawab yang nomor 4 dengan 5 kalu dak salah kak”.
P : “Salahnya dibagian mana?”
S4 : “(Diam sambil lihat soal), ini kak yang hargo jual dikurang harga beli
terus dibagi hargo beli kak baru dikali 100%.
P :“Iya salah, harusnya dikurang dulu baru di bagi terus di 𝑘𝑎𝑙𝑖 100% “
37
Dari hasil wawancara dengan S4, siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
menghitung, kurang teliti dalam mengerjakan soal, dan selalu terburu-buru dalam
mengerjakan soal.
5. Analisis hasil wawancara kepada S5
Dari hasil wawancara dengan S5, siswa tersebut selalu mengatakan bahwa
tidak menyukai pelajaran matematika, dan siswa tersebut juga tidakmenyukai soal
cerita pada mata pelajaran matematika, karena soal yang oanjang-panjang membuat
dia pusing untuk membacanya. Siswa tersebut beranggapan bahwa matematika itu
hanya bisa membuat dia pusing, susah, dan mengantuk.
P : “Kemaren waktu soal yang kakak kasih 5 buah tu, kamu
ngerti gak semuanya atau ada yang belum kamu mengerti?”
S5 : “Ado kak”
P :“Soal nomor berapa?”
S5 : “Galoe kak hehehe”
P : “Kenapa?”
S5 : “Pening kak baconyo”
P : “Aponyo yang buat pening?”
S5 : “Dak suko kak dengan matematika, apo lagi soal cerito
heheh”
P : “Emang kenapo dengan soal cerito?”
S5 : “Malas baconyo kak, buat pening heheh”
P : “Loh, kok gitu?”
S5 : “Iyo kak, karno soal nyo tu panjang-panjang kak, susah
jadinyo”
P : “Apa yang ada dipikiranmu dengan pelajaran matematika?”
S5 : “Pening, susah, buat ngantuk heheh”.
38
6. Analisis hasil wawancara kepada S6
Dari hasil wawancara dengan S6, siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
menghitung. Siswa tersebut hanya mengerti ketika diberikan contoh dan dijelaskaan
berulang-ulang. Ketika diberi tugas, siswa tersebut tidak bisa mengerjakan sendiri,
melainkan meminta bantuan kepada teman, ataupun orang terdekat.
Dari hasil wawancara kepada 6 orang siswa diatas, rata-rata diantaranya
mengalami kesulitan yang sama. Kesulitan tersebut diantaranya terdapat pada
menerjemahkan soal cerita kedalam bentuk matematika, kesulitan dalam menentukan
rumus, serta kesulitan menyelesaikan operasi hitung.
P : “Kakak mau nanyo ni dek, dari soal yang kakak kasih
kemaren, nomor berapa yang kamu lebih mengerti atau
paham?
S6 : “Nomor 2 sampe 5 kak”
P : “Berarti nomor 1 udah mengerti?”
S6 : “Udah kak”
P : “Nomor 2-5, yang mana yang buat kamu tidak paham?
S6 : “Waktu bagian itung-itung nyo tu kak”
P : “Emang kenapo hitung-hitungannyo?”
S6 : “Susah kak, apo lagi ko soal cerito, pening kak. Nak baco
soal e dulu, nak ngitung-ngitung, mano awak lagi puaso
heheh”
39
B. Pembahasan Penelitian
1. Tes hasil belajar
Dari Penelitian dilapangan penulis menemukan hasil temuan berupa
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi aritmatika sosial,
diantaranya tidak dapat menerjemahkan soal cerita kedalam bentuk model
matematika serta kurangnya penguasaan pada pengoperasian hitung.
Berdasarkan kesalahan tersebut, dapat dipahami bahwa kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita adalah :
1) Mereka tidak memahami bentuk soal yang harus diterjemahkan kedalam
kalimat matematika, sehingga mereka kesulitan dalam mengartikannya dan
merubah soal tersebut kedalam bentuk kalimat matematika. Hal ini
disebabkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami kalimat masih
kurang. Disinilah siswa dituntut untuk memahami bahasa agar dapat
menerjemahkan soal cerita kedalam kalimat matematika.
2) Kesulitan dalam menetukan rumus apa yang harus dipakai untuk
menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini disebabkan kurangnya
pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika. Siswa belum memahami
materi tersebut, sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam
menyelesaikan soal-soal yang mempunyai beban mengingat yang terlalu
banyak.
3) Operasi hitung siswa yang masih rendah, menyebabkan siswa merasa
kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Hal ini disebabkan
karena siswa selalu terpaku pada contoh-contoh soal yang diberikan. Ketika
soal diberikan siswa kebingungan untuk apa yang terlebih dahulu dikerjakan.
Dari beberapa kesalahan atau kesulitan diatas, dapat diberikan jalan keluarnya
diantaranya :
1) Kesulitan pemahaman soal dapat diatasi dengan kalimat yang singkat tetapi
jelas, selain itu juga membiasakan siswa untuk membaca soal dengan
seksama sehingga maksud soal dapat dipahami dengan benar.
2) Kesulitan siswa dalam menentukan rumus apa yang harus digunakan dalam
menyelesaikan soal. Biasanya siswa cenderung menghafal rumus-rumus dan
40
itu menyebabkan siswa kebingungan karena beban mengingat yang terlalu
banyak. Seharusnya siswa tidak dibiarkan untuk menghafal tetapi siswa harus
dituntut untuk mengerti dan memahami maksud dari soal.
3) Kesulitan mengurutkan operasi hitung dapat diatasi dengan memberikan
pengertian lebih kongkrit tentang penggunaan operasi hitung dalam soal
cerita tersebut sehingga dapat lebih jelas dan teliti dalam menyelesaikan soal-
soal.
2. Hasil wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Hasil wawancara S1
Siswa S1 tidak memahami materi yang diberikan pada soal aritmatika sosial.
Sehingga siswa tersebut mengalami kesulitan dalam menjawab soal diantaranya
kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika, kesulitan dalam
menerjemahkan soal cerita ke model matematika, operasi hitung yang masih rendah,
serta tidak mengerti maksud dari soal yang diberikan. Siswa tersebut selalu
menganggap bahwa matematika itu selalu membuat dia pusing, dan respon guru juga
kurang baik ketika siswa menanyakan ulang materi yang dijelaskan.
b. Hasil wawancara S2
Siswa S2 kurang memahami dalam pengoperasian hitungan, sehingga siswa
tersebut mengalami kesulitan dalam menghitung. Pada saat wawancara siswa
tersebut mengatakan bahwa siswa tersebut hanya mengerti dengan contoh yang
diberikan, ketika dikasih soal yang berbeda sedikit dari contoh siswa tersebut tidak
bisa menyelesaikannya.
c. Hasil wawancara S3
Siswa S3 tersebut mengalami kesulitan dalam menentukan rumus apa yang
digunakan untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Siswa tersebut cenderung
hanya menghafal rumus tanpa mengerti maksud dari rumus tersebut. Siswa tersebut
juga mengatakan bahwa ia selalu menghafal rumus ketika setiap akan diberikan tugas
atau hanya pada saat ujian saja.
41
d. Hasil wawancara S4
Dari hasil wawancara dengan S4, siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
menghitung, kurang teliti dalam mengerjakan soal, dan selalu terburu-buru dalam
mengerjakan soal.
e. Hasil wawancara S5
Dari hasil wawancara dengan S5, siswa tersebut selalu mengatakan bahwa ia
tidak menyukai pelajaran matematika, dan siswa tersebut juga tidak menyukai soal
cerita pada mata pelajaran matematika, karena soal yang panjang-panjang membuat
dia pusing untuk membacanya. Siswa tersebut beranggapan bahwa matematika itu
hanya bisa membuat dia pusing, susah, dan mengantuk.
f. Hasil wawancara S6
Dari hasil wawancara dengan S6, siswa tersebut mengalami kesulitan dalam
menghitung. Siswa tersebut hanya mengerti ketika diberikan contoh dan dijelaskaan
berulang-ulang. Ketika diberi tugas, siswa tersebut tidak bisa mengerjakan sendiri,
melainkan meminta bantuan kepada teman, ataupun orang terdekat.
Dari hasil pengolaan data dan hasil penemuan yang digambarkan diatas,
haruslah tetap disadari bahwa siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar, bukan
berarti mutlak kemampuan siswa terbatas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan siswa dalam mengerjakan soal adalah dalam diri siswa tersebut, yaitu
tergantung dari minat dan motivasinya. Mereka yang tidak memiliki motivasi belajar
tidaklah mudah mempelajari matematika, terlebih lagi dalam menyelesaikan soal.
Selain itu faktor lain adalah lingkungannya seperti teman, guru, dan orang tua.
Dalam hal ini guru dan orang tua sangat berpengaruh dalam memberikan masukan
dan memotivasikan siswa dalam belajar.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial
1) Jenis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial
a) Kesulitan siswa dalam menerjemakan soal cerita matematika ke dalam
model matematika (13,6%).
b) Kesulitan siswa dalam menentukan rumus yang digunakan dalam
mengerjakan soal cerita matematika (32,8%).
c) Kesulitan siswa dalam melakukan operasi hitung untuk menyelesaikan
soal aritmatika sosial (53,6%).
2) Faktor penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
a) Siswa masih kebingungan untuk mengubah soal cerita ke dalam bentuk
matematika.
b) Siswa belum memahami simbol dengan benar.
c) Siswa belum menguasai materi yang diberikan.
d) Siswa kurang berlatih dalam mengerjakan soal.
e) Siswa kursng teliti dalam menjawab soal.
f) Kurangnya minat dan bakat siswa dalam pelajaran matematika.
g) Guru dan orang tua sangat berpengaruh dalam memberikan masukan
dan memotivasikan siswa dalam belajar.
2. Pendapat siswa tentang kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita
aritmatika sosial
Dari hasil wawancara kepada beberapa orang siswa tersebut, rata-rata
diantaranya mengalami kesulitan yang sama. Kesulitan tersebut diantaranya
terdapat pada menerjemahkan soal cerita kedalam bentuk matematika, kesulitan
dalam menentukan rumus, serta kesulitan menyelesaikan operasi hitung. Dan juga
42
mereka selalu beranggapan bahwa pembelajaran matematika hanya membuat
mereka pusing, sulit, membingungkan dan membuat mereka mengantuk.
B. Saran
Setelah peneliti mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti
akan menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Guru pelajaran matematika sebaiknya dalam mengajar tidak hanya
memberikan rumus langsung kepada siswa, tetapi juga memberikan
konsep dasar dan membantu siswa menentukan rumus tersebut.
b. Dalam melakukan proses pembelajaran sebaiknya guru mengajar dengan
memperhatikan tingkat kemampuan siswa dalam menangkap materi dan
tidak mengajar terlalu cepat. Guru juga seharusnya memberikan respon
yang baik kepada siswa yang belum memahamimateri dan menjelaskan
ulang materi yang diberikan agar pemahaman siswa tentang materi yang
diajarkan dapat dipahami siswa dengan baik.
2. Bagi Siswa
a. Siswa sebaiknya dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas
memperhatikan guru yang sedang mengajar, aktif selama pembelajaran,
fokus mengikuti pembelajaran, dn tidak membuat suasana yang ributagar
materi yang dipelajari dapat dipahami dengan baik.
b. Ketika mengerjakan soal sebaiknya siswamengerjakan dengan teliti dan
tidak terburu-buru, memanfaatkan waktu untuk melakukan pengencekan
ulang atas proses proses maupun hasil yang dilakukan selama
mengerjakan soal.
c. Kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan siswa dapat digunakan
sebagai pembelajaran berikutnya, sehingga siswa tidak melakukan
kesalahan berikutnya.
d. Dalam belajar sebaiknya siswa memahami rumus yang dipelajari,
mempelajari rumus itu diperoleh, dan tidak hanya menghafal rumus saja.
43
43
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI (1994). Al-Qur’an dan Terjemahannnya. Semarang: CV
Adi Garfika.
Andi Hakim Nasution (1980). Landasan Matematika. Jakarta: Penerbit Bhrata
Karya Aksara.
Astutik, Y.dkk (2015). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Aritmatika Sosial. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI
Siduarjo.
Djamarah, Syaiful Bahri (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Endang Setyo Winarni dan Sri Harmini, (2015). Matematika Untuk PGSD.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 122.
Hudoyo, Herman (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: DepDikBud, 6.
Latief, S. & Dini, J. (2013). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa
Tentang Cara Guru Mengajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika, 213.
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian, …..,157
Margono (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Sholeh, M (1999). Pokok-Pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta:
Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Slameto, (2001). Belajar dan Faktor-faktor Yang Memengaruhi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana (1998). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Cet. IV. Bandung:
Sinar baru Algesindo.
Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun, (2017). Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN STS Jambi.
Vilianti, Y.c (2017). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Cerita
Aritmatika Sosial oleh Siswa Kelas VIII Smp Ditinjau dari Tahap Polya.
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/14583.
44
44
LAMPIRAN
Lampiran 1
Dokumentasi Observasi Awal Peneliti di Smp Negeri 5 Muaro
Jambi
Lampiran 2
Hasil Tes Observasi Awal di Smp Negeri 5 Muaro jambi
Lampiran 3
KISI-KISI TES ESSAY
Dimensi Indikator Butir-Butir
Pertanyaan Jumlah
Menyelesaikan
soal cerita
matematika
materi aritmatika
sosial
3. Mengubah soal
kedalam bentuk
matematika
1 1
4. Operasi hitung 2, 3, 4, 5 4
Jumlah 5
Lampiran 4
LEMBAR TES ESSAY
1. Ibu Ani membeli 15 lusin pena dengan harga Rp. 17.500,00 per lusin.
Untuk biaya transportasi Ibu Ani mengeluarkan uang sebesar Rp.
35.000,00. Jika Ibu Ani memperoleh uang sebesar Rp. 372.500,00 dari
hasil seluruh penjual pena tersebut, maka keuntungan yang diperoleh Ibu
Ani sebesar Rp. 75.000,00.
Dari permasalahan diatas buatlah model matematikanya!
2. Pak Sardi membeli sepeda bekas dengan harga Rp. 550.000,00. Setelah
diperbaiki dengan biaya Rp. 150.000,00, sepeda tersebut dijual kembali
dengan harga Rp. 800.000,00. Dari permasalahn tersebut, tentukanlah!
a. Apa yang diperoleh Pak Sardi? (Untung atau Rugi)
b. Berapakah keuntungan atau kerugian yang diperoleh Pak Sardi?
3. Pak Budi membeli 10 ekor ayam dengan harga Rp. 750.000,00. Ternyata
ayam tersen=buit hanya dapat dijual dengan harga Rp. 70.000,00 per ekor.
Berapa kerugian yang dialami Pak Budi?
4. Bu Dewi membeli 1 kardus jeruk seharga Rp. 250.000,00. Berat jeruk
dalam 1 kardus tersebut adalah 10 kg. kemudian Bu Dewi menjual
kembali jeruk-jeruknya dengan harga Rp. 27.500,00 per kg nya. Berapa
persentase keuntungan yang diperoleh Bu Dewi?
5. Seorang pedagang mainan membeli 1 kodi mainan anak-anak seharga Rp.
240.000,00. Karena sebagian besar mainan tersebut mengalami kerusakan,
maka pedagang tersebut menjual mainan itu seharga Rp. 9.000,00 per
buah. Jika mainan tersebut terjual habis, berapakah persentase kerugian
yang dialami pedagang tersebut?
Lampiran 5
LEMBAR VALIDASI TES ESSAY
Lampiran 6
RUBRIK PENILAIAN KEMAMPUAN PENALARAN SOAL
ESSAY
No Indikator Realisasi Skor
1 Mengubah soal
kedalam bentuk
matematika
Salah sama
sekali (tidak
menjawab).
0
Menyajikan
pernyataan
matematika
dengan benar
namun tidak
lengkap.
10
Menyajikan
pernyataan
matematika
tidak benar
namun lengkap.
10
Menyajikan
pernyataan
matematika
dengan benar
dan lengkap.
20
2 Operasi hitung Salah sama
sekali (tidak
menjawab).
0
Membuat
dugaan yang
benar, tetapi
5
belum lengkap.
Membuat
dugaan yang
benar namun
lengkap.
5
Membuat
mengajukan
dugaan dengan
benar dan
lengkap namun
tidak menarik
kesimpulan.
10
Membuat
mengajukan
dugaan dengan
benar dan
lengkap serta
menarik
kesimpulan.
20
Lampiran 7
NAMA-NAMA SISWA KELAS VII A SEBAGAI SAMPEL
PENELITIAN
No Nama Jenis Kelamin
1 Abiel Refandy LK
2 Adinda Putri Ayu PR
3 Adelia Ersa Putri PR
4 Adil Witra LK
5 Agustian Rahman LK
6 Andika LK
7 Andra Al Qodri LK
8 Anggi Apriansyah LK
9 Arya Pratama LK
10 Aulia Muzalifah PR
11 Bunga Lestari PR
12 Carissa Elvina PR
13 Daleh Kasmita PR
14 Delly Zulfa PR
15 Depi Nur Aini PR
16 Febrian Saputra LK
17 Fera Andini PR
18 Laurencia PR
19 Mozza Salsabila PR
20 M. Ardiansyah LK
21 Muji Nazzila Azzuhrah PR
22 Reza Mahendra Husaini LK
23 Rian Fernando LK
24 Rika Yani PR
25 Riski LK
26 Sanita Angelina PR
27 Septi Yolanda PR
28 Annisa Putri Rahayu PR
Lampiran 8
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 9
Hasil Tes Essay Siswa Kelas VII A SMP Negeri 5 Muaro Jambi
Lampiran 10
NILAI HASIL TES ESSAY SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5
MUARO JAMBI
No Nama Siswa Nomor Soal
Nilai Keterangan 1 2 3 4 5
1 Abiel Refandy 0 5 5 10 10 30 Tidak Tuntas
2 Adinda Putri Ayu 10 10 10 20 20 70 Tuntas
3 Adelia Ersa Putri 10 10 5 5 5 35 Tidak Tuntas
4 Adil Witra 20 10 10 20 20 80 Tuntas
5 Andika 10 5 0 5 5 20 Tidak Tuntas
6 Andra Al Qodri 20 10 10 0 0 40 Tidak Tuntas
7 Anggi Apriansyah 20 10 10 0 0 40 Tidak Tuntas
8 Arya Pratama 20 10 10 0 0 40 Tidak Tuntas
9 Aulia Muzalifah 20 10 10 5 5 50 Tidak Tuntas
10 Bunga Lestari 10 10 5 5 5 35 Tidak Tuntas
11 Carissa Elvina 20 10 10 20 20 80 Tuntas
12 Daleh Kasmita 20 10 10 0 0 40 Tidak Tuntas
13 Delly Zulfa 20 10 20 10 10 70 Tuntas
14 Depi Nur Aini 20 5 5 0 0 30 Tidak Tuntas
15 Febrian Saputra 0 5 5 5 5 20 Tidak Tuntas
16 Fera Andini 10 5 5 0 0 20 Tidak Tuntas
17 Laurencia 0 5 10 10 20 45 Tidak Tuntas
18 Mozza Salsabila 10 10 10 20 20 70 Tuntas
19 Muji Nazzila Azzuhrah 20 5 5 10 10 50 Tidak Tuntas
20 Reza Mahendra Husaini 20 10 5 10 10 55 Tidak Tuntas
21 Rika Yani 10 10 10 10 10 50 Tidak Tuntas
22 Riski 10 10 10 5 5 40 Tidak Tuntas
23 Sanita Angelina 10 10 5 5 5 35 Tidak Tuntas
24 Septi Yolanda 20 10 5 20 20 85 Tuntas
25 Annisa Putri Rahayu 10 10 10 20 10 70 Tuntas
KKM 68
Rata-rata 48
Persentase Ketuntasan Siswa 28
Lampiran 11
Dokumentasi Wawancara Kepada Siswa Kelas VII A SMP Negeri
5 Muaro Jambi
Lampiran 12
Hasil Wawancara Kepada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 5
Muaro Jambi
Hasil Wawancara S1
P : “ Assalammualaikum”
S1 : “Waalaikumsalam kak”
P : “Kakak mau nanyo ni, menurut kamu soal yang kakak berikan kemaren
dari nomor 1-5, yang mana yang kamu lebih paham?”
S1 : “Dak paham galoe kak” (Tidak paham semuanya kak)
P : “Semuanyo?”
S1 : “Hehehe iyo kak”
P : “Bukannya materi ini sudah dipelajari kemaren?”
S1 : “Iyo tapi lah lupo”
P : “Kenapa sampe lupo?”
S1 : “Iyo karno susah kak, soal e tu panjang nian. Pening kepala heheh”
P : “Emangnyo kalo soalnyo bukan soal cerito, emang kamu biso?”
S1 : “Heheh tergantung kak, intinyo kami dak suko mtk kak”
P : “Apo yang membuat kamu tidak suko dengan matematika?”
S1 : “Ntah kak, pening beee”
P : “Terus kalau guru mtk nya ngajar didepan, kamu paham gak?”
S1 : “Idak kak”
P : “Idak pahamnya kenapa?”
S1 : “Yo kadang gurunyo tu ngajar e cepat nian, pening.”
P : “Kamu tidak menyuruh gurumu untuk menjelaskan ulang apa yang kamu
tidak mengerti?”
S1 : “Idak kak.”
P : “Kenapa?”
S1 : “Takut kak.”
P : “Kenapa takut?”
S1 : “Ibunyo tu pemarah kak, heheh”.
P : “Kamu kalau lagi dirumah, sering ngulang pelajaran nggak?”
S1 : “Idak kak”
P : “Loh kenapa?”
S1 : “Dak lah kak”
P : “Oh oke terima kasih ya”
S1 : “Oke kak”
Hasil Wawancara S2
P :“Assalammualaikum”
S2 :“Waalaikumsalam”
P :“Kakak mau nanyo ni, menurut kamu soal yang kakak berikan dari nomor 1
sampai 5 yang mana kamu lebih paham?”
S2 :“Nomor 1 sampe 3 kak. Kalo nomor 4 dan 5 kurang paham kak”
P :“Kurang pahamnya dimana?”
S2 : “Nyari persen-persennyo tu kak susah, dak ngerti.”
P : “Bukannya ini sudah dipelajari kemaren?”
S2 : “Iyo kak”.
P : “Kemaren saat gurunyo ngajar didepan, kamu ngerti gak?”
S2 : “Ngerti kak dikit”
P : “Sudah dikasih contoh, disuruh latihan dak?”
S2 : “Iyo kak”
P : “Kamu biso jawabnyo?”
S2 : “Idak kak”
P : “Terus kenapa tidak nanya lagi sama gurunya kalo kamu masih belum
mengerti?”
S2 : “Idak berani kak”.
P : “Kenapa gak berani?”
S2 : “Hmm idak lah kak”
P : “Dirumah kamu belajar gak?”
S2 : “Kadang belajar kadang idak kak”
P : “Kenapa?”
S2 : “Iyo kalo ado PR be belajar, itupun kalo PR nyo mudah kak heheh. Kalo
susah nyontek dikawan kak dirumah sekolah kak hehe”
P : “Kawanmu mau nyontekin?”
S2 : “Mau lah kak, kawan aku baek-baek kak hhehe”
P : “Oh oke.. makasih ya”
S2 : “Oke kak”
Hasil Wawancara S3
P : “Assalammualaikum”
S3 : “Eeh kakak, waalaikumsalam kak”
P : “Kakak mau nanyo ni, dari soal yang kakak kasih kemaren, menurut kamu
soal tersebut susah nggak?”.
S3 : “Sedikit kak”.
P : “Sedikit apanya?”
S3 : “Ngertinya kak”
P : “Nomor berapa yang kamu mengerti?”
S3 : “Nomor 1 kak”
P : “Nomor yang lain?”
S3 : “Dak paham kak”
P : “Dimana yang tidak pahamnya?”
S3 : “Cari-cari rumusnyo tu kak”
P : “Ini kan sudah dipelajari kemaren, masa lupa?”
S3 : “Hehe iyo kak, nak buka-buka buku dulu, malas”
P : “Emangnya waktu belajar kemaren bagaimana?”
S3 : “Dihafal kak rumusnyo, tapi kiniko lah lupo. Harus nengok buku dulu baru
ingat lagi kak, heheh”
P : “Jadi setiap belajar matematika kamu selalu ngafal rumus?”
S3 : “Iyo kak, apo lagi nak ujian kak. Hehe”
P : “Nah, kenapa?”
S3 : “Iyo klo dak dihafal, dak tau mau makek rumus yang mano”
P : “Jadi selalu ngafal rumus?”
S3 : “Heheh iyo kak”
P : “Hm kalo sudah belajar disekolah, dirumah diulang lagi dak?”
S3 : “Heheh”
P : “Kenapa ketawa?”
S3 : “Idaklah kak, dak sempat belajar, kawan ngajak main kak heheh”
P : “Oh iyalah, makasih ya”
Hasil Wawancara S4
P : “Assalammualaikum”
S4 : “Waalaikumsalam”
P : “Kakak mau nanyo ni, kemaren kan sudah kakak kasih soal tes yang dari
nomor 1 sampai 5 tu. Nah menurut kamu dari kelima soal itu mengerti
atau tidak?
S4 : “Insyallah mengerti lah kak galoe”
P : “Alhamdulillah”
S4 : “Eeh tapi kemaren ado yang salah kak, soalnyo kami kurang teliti kak
jawab yang nomor 4 dengan 5 kalu dak salah kak”.
P : “Salahnya dibagian mana?”
S4 : “(Diam sambil lihat soal), ini kak yang hargo jual dikurang harga beli terus
dibagi hargo beli kak baru dikali 100%.
P : “Ya itukan rumusnya, kamu salah dalam menghitungnya atau dalam
menentukan rumusnya?’
S4 : “Ngitungnyo kak. Harusnyo hargo jual kan 275.000 − 250.000 dulu kan
kak, baru dibagi 250.000 𝑘𝑎𝑙𝑖 100%. Nah kami malah jawab
250.000 𝑏𝑎𝑔𝑖 250.000 habis, tinggal 275.000 𝑘𝑎𝑙𝑖 100%. Heheh salah
kan kak?”
P : “Iya salah, harusnya dikurang dulu baru di bagi terus di 𝑘𝑎𝑙𝑖 100% itu”
S4 : “Hehe iya kak.”
P : “Kalo disekolah, waktu guru mengajar didepan, kamu mengerti gak?”
S4 : “Kadang ngerti, kadang idak kak”
P : “Kalau kamu tidak mengerti kamu diam saja atau bertanya kepada gurunya
mintak jelasin ulang?”
S4 : “Iya kak, tapi kadang guru tu dak mau jelasin lagi, malah marah-marah
kalo ditanyo kak”.
P : “Oh.. kamu kalo lagi dirumah, sering gak ngulang pelajaran yang dikasih
guru waktu disekolah?”
S4 : “Iya kak”
P : “Oh ya udah cukup, terima kasih ya”
S4 : “Oke kak”
Hasil Wawancara S5
P : “Assalammualaikum”
S5 : “Waalaikumsalam kak”
P : “Kakak mau tanyo ni hehe”
S5 : “Heheh tanyo apo kak”
P : “Kemaren waktu soal yang kakak kasih 5 buah tu, kamu ngerti gak
semuanya atau ada yang belum kamu mengerti?”
S5 : “Ado kak”
P : “Soal nomor berapa?”
S5 : “Galoe kak hehehe” (Semuanya)
P : “Kenapa?”
S5 : “Pening kak baconyo”
P : “Aponyo yang buat pening?”
S5 : “Dak suko kak dengan matematika, apo lagi soal cerito heheh”
P : “Emang kenapo dengan soal cerito?”
S5 : “Malas baconyo kak, buat pening heheh”
P : “Loh, kok gitu?”
S5 : “Iyo kak, karno soal nyo tu panjang-panjang kak, susah jadinyo”
P : “Jadi kalo guru mengajar disekolah, bagaimana?”
S5 : “Kami keluar kak, kalo dak tu tidur dikelas heheh”
P : “Gak marah guru nyo?”
S5 : “Jangan sampe tau lah kak”
P : “Kalo waktu ujian, bagaimana?”
S5 : “Nyontek kak, kalo dak biso nyontek isi basing-basing kak”
P : “Kamu memang tidak suka matematika?”
S5 : “Iyo kak, dari SD heheh”.
P : “Apa yang ada dipikiranmu dengan pelajaran matematika?”
S5 : “Pening, susah, buat ngantuk heheh”.
P : “Hmm yaudah, terima kasih ya”
S5 : “Iyo kak”
Hasil Wawancara S6
P : “Assalammualaikum”
S6 : “Waalaikumsalam kak”
P : “Kakak mau nanyo ni dek, dari soal yang kakak kasih kemaren, nomor
berapa yang kamu lebih mengerti atau paham?
S6 : “Nomor 2 sampe 5 kak”
P : “Berarti nomor 1 udah mengerti?”
S6 : “Udah kak”
P : “Alhamdulillah”
S6 : “Hehe iyo kak”
P : “Nomor 2-5, yang mana yang buat kamu tidak paham?
S6 : “Waktu bagian itung-itung nyo tu kak”
P : “Emang kenapo hitung-hitungannyo?”
S6 : “Susah kak, apo lagi ko soal cerito, pening kak. Nak baco soal e dulu,
nakngitung-ngitung, mano awak lagi puaso heheh”
P : “Kamu kalau disekolah guru mengajar didepan, kamu ngerti gak?”
S6 : “Ngerti lah dikit kak”
P : “Kalau guru ngasih latihan, kamu bisa jawabnya?”
S6 : “Kalo itung-itungan susah kak, kadang tu nyonyek dengan kawan kak”
P : ”Dirumah kamu ulangi lagi gak pelajarannya?”
S6 : “Idak kak, kalo ado PR be kadang-kadang kak, tapi sering belajar samo
dengan kawan, kalu dak tu mintak tunjukin di abang kak”.
P : “Oh iya lah makasih ya”
S6 : “Iya kak”.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Masita
JenisKelamin : Perempuan
Tempat/TglLahir : Sekernan/ 26 Maret 1997
Alamat : Jl. Lintas Timur, Rt. 01 Desa Sekernan
Kec. Sekernan Kab. Muaro Jambi
Alamat Email : masitasita1426@gmail.com
Pendidikan Formal
1. SD, tahun tamat : SDN 67/IX Sekernan, Tahun 2009
2. SMP, tahun tamat : SMPN 5 Muaro Jambi, Tahun 2012
3. SMA, tahun tamat : SMAN 8 Muaro Jambi, Tahun 2015
Motto Hidup : Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan ☺
Jambi, Mei 2020
Penulis
MASITA
NIM. TM161324
Recommended