View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
KOTA PALEMBANG
SKRIPSI
Oleh : AYU WANDIRA
11 22 0007 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS IBA
PALEMBANG 2015
i
ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN (BAPPEDA)
KOTA PALEMBANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas IBA Palembang
Oleh : AYU WANDIRA
11 22 0007 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS IBA
PALEMBANG 2015
ii
SKRIPSI
ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA PALEMBANG
Dipersiapkan dan disusun oleh :
AYU WANDIRA 11 22 0007
MANAJEMEN
Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Pada Tanggal : 27 Januari 2015
Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat
TIM PENGUJI
Ketua : Rahmi Aryanti, SE., ME ....................................
Anggota : R.Y. Effendi, SE., M.Si ....................................
Anggota : Dwi Eka Novianty, SE., MM ....................................
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
R. Y. Effendi, SE., M.Si.
iii
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS IBA
PALEMBANG
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : AYU WANDIRA Npm : 11 22 0007 Program Studi : MANAJEMEN Mata Kuliah Pokok : MANAJEMEN KEUANGAN Judul Skripsi : ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA P ADA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA PALEMBANG
Tanggal Persetujuan : 27 Januari 2015
PEMBIMBING SKRIPSI
Ketua Anggota
Rahmi Aryanti, SE., ME. R. Y. Effendi, SE., M.Si.
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
R. Y. Effendi, SE., M.Si.
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : AYU WANDIRA
TempatTanggalLahir : Palembang, 28 Agustus 1990
Program Studi : Manajemen
NPM : 11 22 0007
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Seluruh data, informasi, interprestasi serta pernyataan dalam pembahasan dan
kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan
sumbernya, adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta
pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan.
2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas IBA maupun di perguruan tinggi
lainnya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari
ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui
pengajuan karya ilmiah ini.
Palembang, Januari 2015
Yang Membuat Pernyataan,
AYU WANDIRA
NPM 11 22 0007
v
Motto : “Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku
bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang Agung”.
(Q.S. At-Taubah : 9:129)
Dengan segala kerendahan hati
Ku persembahkan skripsi ini kepada :
Ibuku Nur’aini dan Alm. Ewong Sarwan tercinta
Saudara-saudaraku : Untung, Solihin, Indra dan Lia tersayang
Ipar-iparku : Ayuk Ita, Via dan Revi
Keponakan-keponakanku : Reta, Indri, Fauzan, Tiara dan Fadel
Para pendidikku yang ku hormati
Sahabat-sahabatku yang ku sayangi
Seseorang yang kelak akan menjadi penentram hidupku
Dan almamater
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Karena atas nikmat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang”.
Skripsi ini merupakan tugas dan kewajiban guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Ekonomi. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun
penulis juga menyadari masih terdapat banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, dan
untuk itu kiranya pembaca dapat memaklumi kekurangan tersebut.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan,
bimbingan, petunjuk, nasehat yang tak terhingga dari awal sampai selesainya skripsi ini.kepada :
- Ibu Dr. Ir. Karlin Agustina, M.Si selaku Rektor Universitas IBA Palembang.
- Bapak Ir. Edi Romza, MP selaku Wakil Rektor I Universitas IBA Palembang.
- Bapak Hadli, SE, M.Si selaku Wakil Rektor III Universitas IBA Palembang.
- Bapak R.Y. Effendi, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas IBA Palembang
yang juga merupakan Pembimbing Akademik serta selaku sebagai Anggota Pembimbing
dalam penyusunan skripsi ini.
- Ibu Rahmi Aryanti, SE, ME Ketua Pembimbing dalam penulisan skripsi serta sebagai Ketua
Program Studi Manajemen yang telah memberikan masukan-masukan dan saran atas
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
- Ibu Dwi Eka Novianty, SE, MM selaku Penelaah yang telah memberikan waktu dan saran
serta nasehat dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.
vii
- Bapak dan Ibu Dosen Univeristas IBA yang saya banggakan yang telah banyak sekali
memberikan ilmu, wawasan, nasehat, pengalaman, pengamalan. Hatur nuhun untuk semua
dosen-dosen tercintaku. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan kebahagiaan
dalam hidup kalian. Aamiin.
- Ibu Ir. Siti Zahara, MT selaku Dosen Fakultas Teknik Universitas IBA Palembang.
Terimakasih bu Yaya atas segala support-supportnya.
- Pak Amir, Mbak Rina, Bunda Rose, Mbak Huri, Pak Nasir, Ibu Wiwin, Pak Yansen dan
semua staff di Univeristas IBA Palembang yang gak bisa disebut satu satu. Hatur nuhun.
- Ibu Hj. Ir. Hardayani, MT yang telah banyak memberikan motivasi dan nasehat pada
penulis. Terima kasih ibu cantik.
- Bapak Ir. M SAPRI, HN. Dipl. HE selaku kepala Bappeda Kota Palembang yang dengan
sangat mensupport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
- Bapak Ir. A. Syawali, MM selaku Sekretaris Bappeda Kota Palembang.
- Ibu Misdiana Kesuma, SE, M.Si selaku Kasubbid Data Bappeda Kota Palembang. Terima
kasih umi.
- Ibu Eka Sriwidianti, S.Pi, M.Si selaku Kasubbag Umum Bappeda Kota Palembang. Terima
kasih banyak buk untuk saran-saran yang telah diberikan.
- Ibu Hj. Puspawaty, ST, M.Si selaku Kasubbag Keuangan Bappeda Kota Palembang. Terima
kasih buk untuk wawancara dan sharingnya.
- Keluarga bapak Ir. H. Lukman Hakim yang menjadi penyemangat penulis setelah ayah
tiada. Terima kasih bapak dan keluarga.
- Semua teman-teman di kantor Bappeda Kota Palembang. Big thanks all. Senang selalu
menjadi bagian penting dalam satuan instansi ini. Terimakasih banyak untuk semuanya.
viii
- Yuk Yenni dan team di Kepegawaian, Yuk Rika, Yuk Ari, Yuk Meta, dan team di
Keuangan. Pak Fir, Yuk Ria, Chitta, Yuk Gus Kak Rudi, dan team di Bidang Monev. Pak
Muzakkir, Om Bai, Yuk Evi, Kak Reza, Kak Iin, Sayid dan team di Bidang PKP. Mas Nur,
Yuk Tuti, Yuk Citra, Mbak Empa untuk bantuan dan supportnya, Yuk Lia DS untuk
supportnya, Yuk Lia Bunda Fardan, Yuk Puput, dan team di Bidang Renstra. Pak Zul, Ibu
Zur, Om Ipung, Yuk Lenny, Yuk Debo, Yuk Valent. Kak Arief, Yuk Hesty dan team di
Bidang PA. Pak Erlan, Yuk Yosi, Yuk Via, Kak Wewen, Yuk Heni, Yuk Desi dan team di
Sekretariat. Juga untuk Yuk Lia Egamo, Kak Serry dan semua teman-teman untuk semua
motivasi dan semangatnya.
- Kedua orang tuaku yang selalu menjadi penopangku. Terima kasih tak terhinggaku untukmu
bidadari hidupku, ibuku sayang, ini juga untukmu ayah. Salam sayang dan rinduku.
- My Inspiration. Muhammad SAW. Buat sahabat-sahabat seperjuangkanku di Universitas
IBA Palembang, khususnya anak-anak Manajemen. Dari Manajemen Keuangan, Pemasaran,
dan SDM (Solihin, Andi, Indah, Ary, Ivone, Vera, Yanti, Edwar, Zai, Ramin, Mbak Sri,
Agustina, Raju, Kak Yersi, dan semua-semuanya. Untuk Irfan Septiaji terima kasih untuk
support dan doanya. Untuk anak-anak SpentilanAngkatan 2006. Anak-anak The Ngakaak
dan SMK PGRI 1 Angkatan 2009, temen-temen ODOJ 2859, Cliquers Palembang.
Terimakasih juga untuk Hastio Pipandani untuk bala bantuannya. Kak Amri, Kak Liezky.
Mbak Ani, Rita, Nita, Eka, Firman, Bessek dan semua anak-anak ekonomi Angkatan 2011.
Hal terindah bisa mengenal kalian di Universitas IBA Palembang, semoga kebersamaan kita
tak terhenti sampai disini.
- Dan untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak
membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ix
Penulis menyadari bahwa skripsi ini secara teknis maupun materi masih jauh dari
sempurna sebagai suatu bentuk karya ilmiah, mengingat keterbasan kemampuan, serta
pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih minim. Meskipun demikian penulis yakin
bahwa tulisan ini akan dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca. Penulis juga
mengharapkan kritik dan saran guna perkembangan ilmu pengetahuan.
Akhir kata dengan segala kerendahan hari, semoga hasil karya tulis ini dapat bermanfaat dan
berguna untuk kita semua.Aamiin.
Palembang, Januari 2015
Penulis
x
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA PALEMBANG
Oleh :
Ayu Wandira
Penulisan skripsi ini dibawah bimbingan :
Rahmi Ayanti, SE. ME Sebagai Ketua
R.Y. Effendi, SE. M.Si
Sebagai Anggota
Anggaran belanja merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian
jangka pendek yang efektif dalam organisasi.Suatu anggaran operasi biasanya meliputi
waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan.Belanja dalam
Laporan Realisasi Anggaran merupakan hal yang sangat vital dalam pemerintahan.Penilaian
kinerja anggaran diketahui setelah penggunaan dan penyerapan anggaran itu sendiri pada
kegiatan-kegiatan yang ada pada instansi. Kinerja anggaran sendiri dapat disimpulkan secara
efektif dan efisien setelah melewati serangkaian kriterianya berdasarkan analisis dan rasio
yang digunakan dalam penelitian.
Dari Analisis Varians Belanja pada tahun 2008 adalah 89,12%, tahun 2009 adalah
48,13%, tahun 2010 adalah 76,54%, tahun 2011 adalah 69,67% dan tahun 2012 adalah
62,44%. Dari Analisis Pertumbuhan belanja pada tahun 2008-2009 adalah 49,5%, pada tahun
2009-2010 adalah 19,93%, pada tahun 2010-2011 adalah 34,04% dan pada tahun 2011-2012
adalah 5,95. Dari Analisis Keserasian Belanja serta Analisis Efektivitas dan Efisiensi
diharapkan agar semakin meningkatkan kinerja dalam pengelola anggaran belanja daerah.
Dengan kinerja yang baik maka efektivitas, produktivitas dan efisiensi belanja juga akan
semakin baik. Dalam hal efisiensi belanja Bappeda agar lebih mantap dalam meningkatkan
pertumbuhan optimal anggaran belanja yang wajar dari tahun sekarang sampai seterusnya.
Kata kunci : Anggaran Belanja, Penilaian Kinerja, Efektivitas dan Efisiensi.
xi
ABSTRACT
ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA PALEMBANG
By :
Ayu Wandira
This thesis under the guidance:
Rahmi Ayanti, SE. ME As a Chairman
R.Y. Effendi, SE. M.Si
For Members
The budget is an important tool for planning and control of short-term effective in the
organization. An operating budget usually includes the time of the year and declare income
and expenses are planned. Shopping in Budget Realization Report is very vital in the
government. Known budget performance assessment after use and absorption itself on
existing activities in the institution. The performance of the budget itself can be concluded
effectively and efficiently after passing a series of criteria based on the analysis and ratios
used in the study.
Analysis of Variance of Expenditure in 2008 was 89.12%, in 2009 was 48.13%, in
2010 was 76.54%, in 2011 was 69.67% and 62.44% in 2012 is. From the analysis of spending
growth in 2008-2009 was 49.5%, in 2009-2010 was 19.93%, in 2010-2011 was 34.04% and
in 2011-2012 was 5.95. Harmony of Expenditure Analysis and Analysis of Effectiveness and
Efficiency expected to further improve the performance of the managers of local budget.
With good performance, the effectiveness, productivity and efficiency of expenditure will
also be good. In terms of expenditure efficiency BAPPEDA to be more steady in promoting
optimal growth reasonable budget of the current year onwards.
Keywords : Budget Expenditure, Assessment Performance, Effectivitiveness and Efficiency
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ......................................................................................... i Halaman Pengesahan ............................................................................... ii Halaman Persetujuan Skripsi .................................................................... iii Halaman Pernyataan ………………………………………………….. .. iv Halaman Motto dan Persembahan …………………………………… ... v Kata Pengantar ………………………………………………………… . vi Abstrak ………………………………………………………………… . x Daftar Isi ……………………………………………………………….. xii Daftar Tabel …………………………………………………………… . xiv Daftar Gambar ………………………………………………………… . xv BAB.I PENDAHULUAN ................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………... 6 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 7 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7 1.5 Kerangka Pemikiran........................................................................... 8
1.1.1 Penelitian Sebelumnya …………………………. ............ 8 1.1.2 Pengertian Kinerja Anggaran ………………….. ............. 10 1.1.3 Pengertian Anggaran Belanja .......................................... 11
BAB.II LANDASAN TEORI .............................................................. 13
2.1 Pengertian Manajemen Keuangan .................................................. 13 2.2 Pengertian Analisis …………………………………… ................ 13 2.3 Pengertian Kinerja ……………………………………. ................ 17 2.4 Pengertian Anggaran ………………………………….. ............... 18 2.5 Pengertian Belanja ……………………………………… ............. 23 2.6 Pengertian Efektivitas ………………………………… ................ 27 2.7 Pengertian Efisien …………………………………….. ................ 28 2.8 Analisis Kinerja Pendapatan ……………………………. ............ 28 2.9 Prinsip-prinsip Penganggaran …………………………. ............... 31 2.10 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah …………………… ............ 33 2.11 Belanja Langsung ………………………………………. ............. 34
2.11.1 Belanja Pegawai ............................................................. 35 2.11.2 Belanja Barang dan Jasa ............................................ 36 2.11.3 Belanja Modal ………………………………… ........ 42
2.12Belanja Tidak Langsung ………………………. ............................. 43 2.12.1. Belanja Pegawai ………………………………………. 44 2.12.2. Belanja Bunga ………………………………………. .. 45
xiii
2.12.3. Belanja Subsidi ……………………………………… . 45 2.12.4. Belanja Hibah ………………………………………… 45 2.12.5. Belanja Bantuan Sosial ………………………………. 46 2.12.6. Belanja Bagi Hasil ……………………………………. 46 2.12.7. Belanja Bantuan Keuangan …………………………… 46 2.12.8. Belanja Tidak Terduga ……………………………… .. 47
2.13 Surplus/Defisit …………………………………………………. .. 48 2.14 Sisa Lebih Pembiayaan (SiLPA) Tahun Berjalan ……………….. 49
BAB.III METODE PENELITIAN ........................ ............................... 50
3.1 Objek Penelitian ............................................................................ 50 3.2 Desain Penelitian ........................................................................... 50 3.3 Operasional Variabel …………………………………………….. 51 3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 52
3.5 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 53 3.6 Metode Analisis ……………………………………………….. .. 53
3.6.1. Analisis Varians Belanja …………………………….. ... 54 3.6.2. Analisis Pertumbuhan Belanja ………………………… 55 3.6.3. Analisis Keserasian Belanja …………………………. ... 55 3.6.3.1. Rasio Belanja Tidak Langsung …………………. ....... 55 3.6.3.2. Rasio Belanja Langsung ……………………...... ........ 56 3.6.4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja …….... 56
BAB.IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........... .......... 58
4.1 Gambaran Umum Bappeda Kota Palembang ……………………… 58 4.1.1. Sejarah Singkat Bappeda Kota Palembang ……………… 58 4.1.2. Visi dan Misi Bappeda Kota Palembang ………………... 60 4.1.3. Tujuan dan Sasaran Bappeda Kota Palembang …………. 60 4.1.4. Struktur Organisasi Bappeda Kota Palembang ………….. 61 4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Kota Palembang ……. 62 4.1.6. Aspek Penunjang …………………………………………. 72 4.2 Penilaian Kinerja Anggaran ………………………………………… 74 4.2.1. Analisis Varians Belanja …………………………………. 74 4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja …………………………… 77 4.2.3. Analisis Keserasian Belanja ……………………………… 78 4.2.3.1. Analisis Belanja Tidak Langsung …………………. 79 4.2.3.2. Analisis Belanja Langsung ………………………… 80 4.2.4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja ……….. 84 4.2.4.1. Perhitungan Efektivitas ……………………………. 85 4. 2.4.2. Perhitungan Efisiensi ……………………………… 88 BAB.V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 91
4.1 Kesimpulan ....................................................................... 91 4.2 Saran ................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 99
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman Tabel 1.1. Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2008-2012 .................... 3 3.3. Operasional Variabel .................................................................. 51 4.1.6.1. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... 73 4.1.6.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan …………. 73 4.2. Rekapitulasi Anggaran Belanja Tahun 2008-2012 ……………. 74 4.2.1. Analisis Varians Belanja ………………………………………. 75 4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja ………………………………. .. 78 4.2.3. Analisis Keserasian Belanja …………………………………… 78 4.2.3.1. Analisis Belanja Tidak Langsung …………………………… .. 79 4.2.3.2. Analisis Belanja Langsung …………………………………… 81 4.2.3.3. Analisis Belanja Tidak Langsung dan Langsung ……………… 82 4.2.4. Ukuran Kriteria Efektivitas ……………………………………. 84 4.2.4. Ukuran Kriteria Efisiensi ……………………………………. .. 85 4.2.4.1. Analisis Rasio Efektivitas …………………………………… .. 86 4.2.4.2. Analisis Rasio Efisiensi ……………………………………… . 88
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 1.5. Paradigma Penelitian ................................................................. 9 4.1.5. Struktur Organisasi .................................................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan adanya tuntutan akan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan
munculnya pengaturan baru dari masyarakat kearah yang lebih baik (new public
management), dengan tiga prinsip utamanya yaitu profesional, transparansi dan
akuntabilitas. Pengukuran kinerja pada instansi pemerintah merupakan alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan penilaian
sampai dimana keberhasilan dan tingkat kemajuan dari sebuah sistema kerja
pemerintahan akan terlihat berhasil atau tidak dan telah sesuai dengan visi dan
misi pemerintah atau belum.
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pelimpahan
sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan
urusan rumah tangga sendiri dalam pemerintah daerah diharapkan mampu
memberikan motivasi untuk lebih mengembangkan potensi-potensi yang ada
untuk melaksanakan pemerintahan secara terpadu agar setiap pembangunan yang
ada sesuai dengan prioritas dan mampu meningkatkan kemampuan masyarakat.
Dalam Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Daerah, Instansi
pemerintah adalah sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meliputi
2
Kementerian Koordinator/Kementerian Negara/Departemen/Lembaga Pemerintah
Non Departemen, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten
serta Lembaga-lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsi pemerintahan
dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian
jangka pendek yang efektif dalam organisasi.Suatu anggaran operasi biasanya
meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang
direncanakan untuk tahun itu.Dengan anggaran manajemen dapat menentukan
efektifitas dan efisiensi suatu operasi dengan membandingkan antara anggaran
dengan hasil aktual (realisasi terkini) yang dicapai.
APBD dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan
pemerintah daerah.Dalam rangka pertanggungjawabkan publik, Pemerintah
daerah harus melakukan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang dimaksudkan untuk optimalisasi anggaran.Dalam hal ini
kesemua aspek dari struktur otonomi daerah yang harus disusun harus berorientasi
pada pencapaian tingkat kinerja secara ekonomi, efisiensi dan dan efektivitas
(value for money).
Untuk menilai tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan anggaran
yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat langsung dinyatakan dalam bentuk
baik atau tidaknya, karena penilaian kinerja yang ada pada pemerintahan tidaklah
3
sama dengan penilaian kinerja pada perusahaan atau bentuk lainnya dari
perusahaan-perusahaan yang memperoleh laba dalam pelaksanaan teknisnya.
Bappeda Kota Palembang merupakan lembaga teknis yang berperan dalam
proses perencanaan pembangunan dalam aspek terbentuknya. Dalam hal ini
sangatlah penting bagi Bappeda dalam melalukan berbagai penetapan analisis
dalam penggunaan anggaran dan juga belanja yang ada pada instansinya. Dalam
hal ini kesemua aspek yang ada dalam proses pengambilan keputusan dalam
proses dan pedoman pembentukan penyusunan anggaran dan belanja daerah agar
terlaksana keefisienan dan keefektifan penggunaan anggaran yang ada yang telah
dianggarkan. Dalam penilaian kinerja anggaran dapat dilihat dari seberapa jauh
anggaran yang ada dan berapa realisasi yang akan disesuaikan dengan kebutuhan
penyelenggaraan belanja pada instansi selama masa tahun anggaran satu tahun
tersebut. Anggaran digunakan sebagai alat untuk merancang program kerja atau
langkah-langkah yang akan dilakukan setiap aktivitas dapat terarah dan terkontrol
dengan baik.
Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Belanja selama periode 2008-2012
Tahun Anggaran Realisasi
2008 17.460.043.040 15.403.353.083
2009 16.226.856.287,97 6.959.649.140
2010 11.253.242.795 8.242.949.983
2011 15.820.245.925,68 11.316.975.562
2012 2.481.947.000 2.138.078.006
Data perkiraan belanja periode tahun 2018-2012
4
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dalam tiap tahun penggunaan anggaran
pasa instansi khususnya Bappeda Kota Palembang selalu mengalami pasang surut
atau dapat dikatakan tidak tetap.Selalu ada perubahan yang menarik ketika kita
melakukan analisis. Dalam hal ini perubahan dan pertumbuhan dari penggunaan
anggaran merupakan salah satu aspek penting dalam penilaian kinerja yang ada
pada instansi.Dari pertumbuhan penggunaan anggaran dan realisasi dapat
menjelaskan sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari penyerapan penggunaan
anggaran pada pembiayaan kegiatan yang ada dalam periode satu tahun anggaran.
Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat pengukuran ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas (value for money) organisasi adalah bagaimana
membandingkan input dengan output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang
memuaskan jika output yang dihasilkan tidak dapat dinilai dengan harga pasar.
Solusi praktis atas masalah tersebut adalah dengancara membandingkan input
finansial (biaya) dengan output nonfinansial, misalnya biaya unit (unit cost
statistics). Dimana dimaksudkan berfungsi sebagai benang merah untuk mengukur
kinerja.Unit-unit kerja pemerintah diharapkan dapat menghasilkan sejumlah biaya
unit yang spesifik untuk unit kerjanya.(Mardiasmo:2009).
Keterkaitan antara Anggaran dan Realisasi memberikan gambaran
bagaimana sebuah instansi dapat dikatakan efektif atau tidak dalam pengambilan
keputusan pengganggaran dan pembiayaan tata laksana kegiatan isntansi selama
satu tahun anggaran tersebut.Dengan alat ukur berupa analisis yang ada
didasarkan pada penggambaran yang mendukung analisa kinerja anggaran
5
belanja.Untuk mengetahui secara langsung besarnya varians anggaran belanja
dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk nominal atau
persentasenya berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) belanja yang
disajikanakan terlihat sejauh mana kefeektifan dan penyerapan anggaran untuk
aktivitas instasi selama satu tahun anggaran tersebut.Pengukuran kinerja anggaran
ini dapat menggunakan Analisis Varians Belanja.
Untuk mengetahui seberapa besar anggaran dan realisasi terwujud dalam
suatu instansi dapat dilihat melalui seberapa jauh pemenuhan pada belanja
kegiatan yang digunakan oleh instasi. Misalnya dengan melihat pertumbuhan
masing-masing belanja, apakah pertumbuhan tersebut rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik atau tidak. Pengukuran kinerjanya dapat
menggunakan Analisis Pertumbuhan Belanja.
Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan
Analisis Keserasian Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan
antar belanja.Salah satunya adalah dengan menilai Rasio Belanja Tidak Langsung
terhadap Total Belanja, Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja dan Rasio
Pegawai terhadap Total Belanja.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
keseimbangan antarbelanja yang menggambarkan bagaimana pemerintah daerah
memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal.
Untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah berupa angka efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif.
Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan Rasio
6
Efektivitas dan Efisiensi Belanja.Pengukuran kinerja anggaran yang difungsikan
untuk menunjukkan produktivitas dan efektivitas belanja daerah yang digunakan
oleh instansi.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang
merupakan lembaga teknis daerah yang berfungsi sebagai unsur penunjang
pemerintah daerah.Salah satu tugas yang dilakukan oleh Bappeda dalam
melakukan kegiatan pemerintah yang salah satunya terkait tentang pengurusan
Anggaran Belanja. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota
Palembang dalam hal ini telah dan akan berupaya sebaik mungkin untuk
menyesuaikan adanya perubahan-perubahan kondisi dan pengembangan dalam
penyusunan anggaran belanja tetapi tidak dengan mengabaikan pengukuran
kinerja anggaran baik secara mikro dan makro serta pengukuran kinerja anggaran
standar biaya.Karena terdapat beberapa hambatan yang menjadikan sistem dari
penganggaran anggaran belanja sendiri menjadi kurang efektif karena terkadang
yang menjadi acuan penganggaran ada yang belum bisa dikelola pada proses
perencanaan anggaran itu sendiri. Berdasarkan sebagian besar uraian diatas maka
penulis tertarik melaksanakan penelitian dan mengambil judul: “ANALISIS
KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA
PALEMBANG”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Kinerja Anggaran Belanja yang ada pada Bappeda Kota
Palembang?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Anggaran Belanja yang ada pada
Bappeda Kota Palembang?
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara :
1. Secara Praktis bagi instansi yaitu :
- Dapat memberikan saran dalam menentukan kebijaksanaan yang
akan diambil dalam menentukan anggaran pada tahun yang akan
datang dan mampu untuk menganalisis kelayakan suatu
penyusunan anggaran yang telah ditetapkan. Juga dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan
pengelolaan dan peningkatan kinerja dalam pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja negara.
2. Secara Teoritis yaitu :
- Dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan
penelitian dengan topik yang sama serta memberikan referensi bagi
peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai Analisis Kinerja Anggaran Belanja.
8
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1. Penelitian Sebelumnya
Menurut Penelitian yang berkaitan dengan analisis kinerja anggaran telah
diteliti secara luas seperti penelitian mengenai penerapan konsep value for money
pada pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah dilakukan Nugrahan
(2007), Hal yang sama ditunjukkan dengan penelitian mengenai penerapan value
for money dalam menilai kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Ogan Ilir
yang telah dilakukan Yunita (2008), Penelitian mengenai Analisis Kinerja
Keuangan Pada PT. PLN (Persero) Cabang Jambi Malta (2010), Penelitian
mengenai Pengaruh Pengganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas
pengendalian yang telah dilakukan oleh Asmoko (2006). Menurut Husna
Marliana, Sri Rahayu, Yudi (2012) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Jambi dengan judul Analisis Kinerja Anggaran Pada Satker Balai
Taman Nasional Berbak Jambi, dimana dari sejumlah dana anggaran digunakan
lebih besar pada pengunaan belanja non aparatur daripada belanja aparatur yang
dapat dikatakan penggunaan kinerja belum terlalu efektif. Menurut Agus Firnando
(2012) Universitas Tridinanti Palembang yang memberikan kesimpulan Rencana
kerja BAPPEDA Tahun 2012 adalah penjabaran rencana strategis BAPPEDA
tahun 2012-2016 dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kota Pagar Alam Tahun 2012-2016 yang merupakan bahan acuan dan pedoman
bagi pelaksanaan kegiatan BAPPEDA.
9
Tabel 1.5. Paradigma Penelitian
Penilaian Kinerja Anggaran
Penilaian kinerja anggaran diketahui setelah penggunaan dan penyerapan
anggaran itu sendiri pada kegiatan-kegiatan yang ada pada instansi. Kinerja
anggaran sendiri dapat disimpulkan secara efektif dan efisien setelah melewati
serangkaian kriterianya berdasarkan analisis dan rasio yang akan digunakan
Anggaran dan Realisasi Belanja Bappeda Kota Palembang
Rumusan masalah : Bagaimana Kinerja Anggaran Belanja yang ada pada
Bappeda Kota Palembang? Apakah telah menggunakan anggaran belanja daerah secara ekonomis, efisien, dan
efektif (value for money) ?
Penilaian kinerja anggaran dilakukan dengan menggunakan analisis kinerja anggaran belanja sebagai berikut :
1. Analisis Varians Belanja 2. Analisis Pertumbuhan Belanja
3. Analisis Keserasian Belanja. Terdiri dari : (Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja dan Rasio
Belanja Langsung terhadap Total Belanja) 4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
Hasil Analisis : Anggaran Belanja Daerah telah dilakukan secara
Ekonomis, Efisien dan Efektif.
10
penulis dalam melakukan penelitian. Pembahasan yang ada mengacu pada teori
dan disesuaikan dengan keadaan yang ada pada instansi tempat penulis melakukan
penelitian.
1.5.2. Pengertian Kinerja Anggaran
Kinerja anggaran diartikan dalam tiga hal : sesuatu yang ingin dicapai,
prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan anggaran dalam pemenuhan belanja
dan realisasinya dalam Pokok–pokok Perencanaan Pembangunan Daerah.
Setidaknya ada unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang
dapat menjadikan pemakaian anggaran dan belanja menjadi semakin efektif dan
efisien. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan dari pendapat
(Mahmudi:2010) yang terdiri dari :
1. Analisis Varians Belanja
2. Analisis Pertumbuhan Belanja.
3. Analisis Keserasian Belanja, terdiri dari :
a. Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
b. Analisis Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja
4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja.
Untuk menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan
daerahnya dapat menggunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan, yaitu dengan membandingkan capaian hasil pada
periode saat ini dan pada periode lainnya di tahun sebelumnya untuk mengetahui
kecenderungan yang terjadi.Dengan analisa ini pemerintah dapat menilai
11
kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi
daerah, mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan
daerah,mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya, dan dapat mengukur kontribusi masing-masing sumber
pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.(Abdul Halim : 2007).
1.5.3. PengertianAnggaran Belanja
Anggaran belanja merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan
untuk membiayai program dan kegiatan selama satu tahun anggaran.(Herry
Kamaroesid:2013). Belanja pada sektor publik umumnya terkait dengan
penganggaran yaitu menunjukkan jumlah uang yang telah dikeluarkan selama satu
tahun anggaran. Anggaran belanja pembangunan disusun untuk mencerminkan
pola-pola kebijakan, prioritas–prioritas dan program–program pembangunan
untuk setiap tahun anggaran. Anggaran belanja pembangunan disusun atas dasar
perkiraan penerimaan negara dan tabungan pemerintah serta penerimaan
pembangunan. (Suparmoko:2000).
Anggaran publik merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian.
Dimana berfungsi sebagai alat perencanaan yang mengindikasikan target yang
harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan Anggaran sebagai alat pengendalian
yang mengindikasikan alokasi sumber dana publik yang disetujui legislatif untuk
dibelanjakan. Melalui data rekening belanja yang terdapat dalam anggaran belanja
lembaga/organisasi pemerintah, akan dilihat apakah anggaran yang telah dibuat
dapat berperan sebagai pengendali terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintah.
12
Dalam hal ini banyak hal yang mesti pemerintah lakukan untuk terus memperbaiki
sistem dan cara kinerja dalam pemerintah, tidak hanya perbaikan infrastruktur tapi
juga pelayanan publik. Perubahan adanya kenaikan terhadap penggunaan
anggaran belanja yang ada tiap tahunnya diharapkan juga dapat memperbaiki dan
terpenuhinya berbagai kepentingan yang dilakukan pemerintah sebagai program
untuk kepentingan masyarakat.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen Keuangan.
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur, menurut
(Hasibuan:2006). Pengaturan dilakukan oleh proses dan diatur berdasarkan
urutan dari fungsi-fungsi dari manajemen dalam mencapai tujuan. Manajemen
merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen
Keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,
pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh
suatu organisasi/perusahaan/instansi pemerintahan.
2.2 Pengertian Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah Penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya);
Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan; Penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu
untuk mengetahui zat bagiannya dan sebagainya, penjabaran sesudah dikaji
sebaik-baiknya; pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan
kebenarannya.
14
Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada
umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan
moneter. Anggaran ini merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang
menterjemahkan berbagai program ke dalam rencana keuangan tahunan yang
lebih konkret. Usulan anggaran pada umumnya telah lebih terlebih dahulu di
telaah oleh pejabat yang lebih tinggi untuk bisa dijadikan anggaran formal.
Penyusunan anggaran pada organisasi sektor publik dapat membantu mewujudkan
akuntabilitas. Berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan, masyarakat secara
tidak langsung dapat melakukan pengawasan atau pengendalian.(Mahsun:2012).
Menurut (Mahsun:2006), Analisis selisih anggaran adalah teknik
pengukuran kinerja tradisional yang membandingkan antara anggaran dengan
realisasi tanpa melihat keberhasilan program pengukuran kinerja ditekankan pada
input, yaitu jika terjadinya overspending dan underspending. Analisis prestasi
dalam hal ini adalah kinerja keuangan dari pemerintahan daerah itu sendiri yang
dapat didasarkan pada kemandirian dan kemampuannya untuk memperoleh,
memiliki, memelihara dan memanfaatkan ketebatasan sumber-sumber ekonomis
daerah untuk pemenuhan seluas-luasnya kebutuhan masyarakat di daerah.
Analisis Varians (selisih) anggaran pendapatan.Analisis varians anggaran
pendapatan dilakukan dengan cara menghitungselisih antara realisasi pendapatan
dengan yang dianggarkan. Dalam analisis selisih anggaran pendapatan, hal utama
yang perlu dilakukan oleh pembaca laporan adalah:
15
1. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik
secara nominal maupun persentase.
2. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi atau dianggap wajar
3. Menilai signifikan tidaknya selisih tersebut jika dilihat daritotal
pendapatan
4. Menganalisis penyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan.
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara
realisasi belanja dengan anggaran.Analisis varians cukup sederhana namun dapat
memberikan informasi yang sangat berarti. Hal penting yang harus diperhatikan
dalam analisis varians ini adalah :
1. Apakah selisih tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan berapa tingkat
selisih yang kita ketahui?
2. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak ?
Pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan yang baik
apabila mampu memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarkan.
Sebaliknya apabila realisasi pendapatan dibawah jumlah yang dianggarkan, maka
hal itu dinilai kurang baik. Apabila target pendapatan dapat dicapai bahkan
terlampaui, maka hal itu tidak terlalu mengejutkan karena memang seharusnya
demikian. Tetapi jika target pendapatan tidak tercapai, hal ini butuh penelaahan
lebih lanjut terkait dengan penyebab tidak tercapainya target.
Pengukuran kinerja anggaran juga dapat dilihat dengan menggunakan
Analisis Pertumbuhan Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan
16
belanja dari tahun ke tahun positif atau negatif.Pada umumnya belanja memiliki
kecenderungan selalu naik.Alasan kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan
penyesuaian terhadap inflasi yang ada dan perkembangan yang ada pada faktor
makro ekonomi.
Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan
Analisis Keserasian Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan
antar belanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi,
alokasi dan stabilisasi. Agar fungsi anggaran tersebut berjalan dengan baik, maka
pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja yang optimal.Salah
satunya adalah dengan menilai rasio operasi dan modal terhadap total belanja.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan antar belanja yang
menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada
belanja secara optimal.
Rasio efektivitas dan efisiensi belanja merupakan perbandingan antara
realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini di gunakan
untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah,
berupa angka efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif. Artinya tidak ada
standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita hanya dapat mengatakan
bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih efisien dibandingkan
tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio
efisiensinya kurang dari seratus persen (100%). Sebaliknya jika melebihi seratus
persen (100%)maka mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran.
17
2.3 Pengertian Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama
periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan.
Menurut (Halim:2004) “Kinerja keuangan daerah adalah :
“Merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat
kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah”.
Menurut (Bastian:2006) “Kinerja adalah:
“Gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.Indikator
kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan”.
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung,
yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Untuk
dapat mengukur kinerja pemerintah, maka perlu indikator-indikatornya sebagai
berikut :
1. Sistem perencanaan dan pengendalian
2. Spesifikasi teknis dan standardisasi
3. Kompetensi teknis dan profesionalisme
4. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
5. Mekanisme sumber daya manusia
Sedangkan peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :
1. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
2. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
3. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial
18
4. Memungkinkan pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan
5. Untuk menunjukkan standar kinerja
6. Untuk menunjukkan efektivitas
7. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya
yang paling baik untuk mencapai target sasaran, dan
8. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial
untuk dilakukan penghematan biaya.
2.4 Pengertian Anggaran
Anggaran dianggap sistem yang otonom, karena mempunyai sasaran dan
tahap-tahapan yang kesemuanya memiliki tahapan pertanggungjawaban.
Anggaran adalah rencana manajemen dengan anggapan bahwa penyusun
anggaran akan mengambil langkah-langkah positif untuk merealisasikan anggaran
yang telah disusun. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena
merupakan perencanaan awal dalam realisasi (plan for action) yang memfasilitasi
tercapainya kegiatan pemerintahan yang apabila dalam anggaran tersebut tidak
efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan
yang telah disusun.
Menurut (Mardiasmo:2009) Anggaran merupakan pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau
metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.
Proses penyusunan anggaran sektor publik umumnya disesuiakan dengan
peraturan lembaga yang lebih tinggi yang didasarkan pada Undang-undang nomor
19
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, sehingga lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu Undang-undang
nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan
Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Pusat. Kemudian keluar peraturan baru
yaitu Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Permendagri nomor 13 tahun 2006 (saat ini telah diubah dengan
Permendagri nomor 59 tahun 2007) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, yang akan menggantikan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29
tahun 2002.
Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu proses
dalam meningkatkan manfaat sumber daya input untuk pencapaian hasil
(outcome) dan keluaran(output) melalui key performance indicators (KPI) yang
terkait dengan 3 (tiga) hal, yaitu pengukuran kinerja, pengukuran biaya untuk
menghasilkan penggunaan informasi kinerja outcome dan output serta penilaian
keefektifan dan efisiensi belanja dengan berbagai alat analisis.
Dengan tujuan alokasi dana yang digunakan untuk membiayai berbagai
program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar dirasakan
masyarakat dan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik. (Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005).Berikut dapat dijadikan bahan penilaian pada
20
kinerja anggaran.Menurut (Mulyadi:2001) ada beberapa karakteristik anggaran
antara lain:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan keuangan
lainnya.
2. Umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun.
3. Berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan anggaran.
4. Usulan anggaran di review dan disetujui oleh pihak yang berwenang
lebih tinggi dari penyusunan anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi
tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat yang
penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai alat untuk
membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan karena dibuat
berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi tahun yang akan
datang.
Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani:2006) :
1. Anggaran disusun berdasarkan program
2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat
pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi.
21
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen
penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi :
1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran
Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan
dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil kerja atau
outcome dari pengalokasian biaya yang didasarkan pada kegiatan atau program
kerja yang akan dilaksanakan. Dalam implementasinya, anggaran berbasis kinerja
juga menekankan pada penggunaan dana yang dialokasikan secara ekonomis,
efektif dan efisien. Dengan kata lain anggaran berbasis kinerja merupakan sistem
penganggaran yang mengkaitkan alokasi anggaran yang diklasifikan berdasarkan
kegiatan atau program kerja dengan hasil kerja.
Dengan demikian struktur anggaran yang disusun dengan pendekatan
kinerja merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan dan pembiayaan
yang dirinci menurut kegiatan atau program kerja yang akan dilaksanakan setiap
unit kerja dan jenis belanja. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam periode
tahun anggaran tertentu, sementara belanja adalah semua pengeluaran dalam
22
periode tahun anggaran yang sama. Sedangkan pembiayaan adalah transaksi
keuangan dalam bentuk pengeluaran pendapatan untuk kegiatan belanja.
Pengembangan indikator keberhasilan menggunakan kriteria :
1. Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan
sasaran unit kerja, program atau kegiatan.
2. Mudah dipahami, dapat di komunikasikan dengan jelas.
3. Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan,
penganggaran, sistem akuntansi dan pelaporan.
4. Dapat dibandingkan, dapat menunjukkan perkembangan dan
perbedaan kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.
5. Andal (reliable) diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat
diverifikasi.
Beberapa hambatan dapat diketahui dengan :
1. Realisasi penyerapan belanja daerah termasuk belanja modal
dipengaruhi oleh bagaimana pola perencanaan dan penganggaran di
daerah, mekanisme transfer dan pelaksanaan program/kegiatan di
daerah.
2. Dalam proses perencanaan anggaran di daerah, permasalahan yang
sering dihadapi adalah adanya perbedaan program-program prioritas
antara pihak eksekutif dengan DPRD dalam pembahasan Rancangan
Peraturan Daerah (Raperda) APBD antara pemerintah daerah dengan
legislatif.
23
3. Realisasi belanja modal di daerah pada akhir tahun anggaran
seringkali masih di bawah target atau lebih rendah dibandingkan
dengan anggarannya. Hal ini ditengarai karena beberapa hal yaitu:
a. Terkadang peraturan daerah mempunyai kecenderungan untuk
melakukan perubahan APBD sekitar bulan Agustus-September
tahun anggaran berjalan, setelah diketahuinya hasil audit atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun sebelumnya
sehingga dapat mengetahui secara pasti berapa besarnya Sisa
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya.
b. Adanya pelampauan pendapatan, besarnya angka SiLPA dan
penetapan perubahan APBD menjelang akhir tahun anggaran
berjalan mengakibatkan waktu yang tersisa untuk menyesuaikan
belanja dan merealisasikannya terbatas sehingga menyebabkan
rendahnya penyerapan dan rendahnya kualitas penyelesaian
kegiatan.
2.5 Pengertian Belanja
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 14:
Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh pemerintah.
24
Belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah:
“Merupakan semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Dan kembali dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa “Belanja adalah
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih”. Yang dapat disimpulkan bahwa transaksi belanja akan
menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah Belanja Negara dalam
APBN”.
Pada ketentuan Pasal 36 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal 36 tersebut
menjelaskan, Belanja menurut kelompok belanja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat 2 terdiri dari Belanja tidak langsung dan Belanja langsung.
Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.Sedangkan
kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.Dalam rangka perhitungan
SAB, anggaran belanja Unit Kerja dikelompokkan menjadi Belanja Langsung dan
Belanja Tidak Langsung.
Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat yang
penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai alat untuk
membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan karena dibuat
berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi tahun yang akan
datang.
25
Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani:2006) :
1. Anggaran disusun berdasarkan program
2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban
yang dibentuk dalam organisasi.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen
penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi :
1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran
Dalam implementasinya, anggaran berbasis kinerja juga menekankan pada
penggunaan dana yang dialokasikan secara ekonomis, efektif dan efisien. Dengan
kata lain anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang
mengkaitkan alokasi anggaran yang diklasifikan berdasarkan kegiatan atau
program kerja dengan hasil kerja. Dengan demikian struktur anggaran yang
disusun dengan pendekatan kinerja merupakan satu kesatuan yang terdiri dari
pendapatan dan pembiayaan yang dirinci menurut kegiatan atau program kerja
yang akan dilaksanakan setiap unit kerja dan jenis belanja. Pendapatan adalah
semua penerimaan dalam periode tahun anggaran tertentu, sementara belanja
adalah semua pengeluaran dalam periode tahun anggaran yang sama. Sedangkan
26
pembiayaan adalah transaksi keuangan dalam bentuk pengeluaran pendapatan
untuk kegiatan belanja.
Pengembangan indikator keberhasilan dapat menggunakan kriteria :
1. Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan
sasaran unit kerja, program atau kegiatan.
2. Mudah dipahami, dapat di komunikasikan dengan jelas.
3. Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan,
penganggaran, sistem akuntansi dan pelaporan.
4. Dapat dibandingkan, dapat menunjukkan perkembangan dan perbedaan
kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.
5. Andal (reliable) diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat
diverifikasi.
Yang menjadi hambatan dapat diketahui dengan melihat :
1. Realisasi penyerapan belanja daerah termasuk belanja modal
dipengaruhi oleh bagaimana pola perencanaan dan penganggaran di
daerah, mekanisme transfer dan pelaksanaan program/kegiatan di
daerah.
2. Dalam proses perencanaan anggaran di daerah, permasalahan yang
sering dihadapi adalah adanya perbedaan program-program prioritas
antara pihak eksekutif dengan DPRD dalam pembahasan Raperda
APBD antara pemerintah daerah dengan legislatif.
27
3. Realisasi belanja modal di daerah pada akhir tahun anggaran seringkali
masih di bawah target atau lebih rendah dibandingkan dengan
anggarannya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu:
a. Terkadang peraturan daerah mempunyai kecenderungan untuk
melakukan perubahan APBD sekitar bulan Agustus–September tahun
anggaran berjalan, setelah diketahuinya hasil audit atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun sebelumnya sehingga
dapat mengetahui secara pasti berapa besarnya SiLPA tahun
sebelumnya.
b. Adanya pelampauan pendapatan, besarnya angka SiLPA dan
penetapan perubahan APBD menjelang akhir tahun anggaran berjalan
mengakibatkan waktu yang tersisa untuk menyesuaikan belanja dan
merealisasikannya terbatas sehingga menyebabkan rendahnya
penyerapan dan rendahnya kualitas penyelesaian kegiatan.
2.6 Efektivitas
Menurut(Mardiasmo:2009)efektivitas adalah:
“Pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional
dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran
akhir kebijakan (spending wisely).
28
2.7 Efisiensi
Menurut(Mardiasmo:2009) efisiensi adalah:
“Berhubungan erat dengan konsep produktifitas. Pengukuran efisiensi
dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara ouput yang
dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan
operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja
tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang
serendah–rendahnya (spending well). Indikator efisiensi menggambarkan
hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi
(misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan”.
2.8 Analisis Kinerja Pendapatan
Analisis terhadap kinerja pendapatan daerah secara umum terlihat dari
realisasi pendapatan dan anggarannya.Apabila realisasi melampaui anggaran
(target) maka kinerja dapat dinilai dengan baik. Penilaian kinerja pendapatan pada
dasarnya tidak cukup hanya melihat apakah realisasi pendapatan daerah telah
melampaui target anggaran, namun perlu dilihat lebih lanjut komponen
pendapatan apa yang paling berpengaruh.
Menurut (Soleh dan Rochmansjah:2009)adalah:
“Anggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem anggaran yang
mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.”
Menurut(Halim dan Iqbal:2012) Penganggaran berbasis kinerja adalah:
“Metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap
pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan
29
hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari
keluaran tersebut.”
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode
penganggaran yang digunakan adalah metode tradisional cara penyusunan
anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus
dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan
pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya
tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan
efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam
perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai
suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari
pelayanan yaitu Anggaran Berbasis Kinerja.
Menurut (Soleh dan Rochmansjah:2009) : “Anggaran berbasis kinerja
adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian
hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan.”
Sedangkan menurut (Halim dan Iqbal:2012) :
“Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi
manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-
kegiatan dengan memberikan keluaran tersebut.”
30
Manfaat yang diperoleh dari anggaran berbasis kinerja :
1. Bagi Masyarakat
Sebagai pernyataan pembangunan yang dinyatakan pemerintah daerah
untuk menjawab setiap kebutuhan, tuntutan atau aspirasi masyarakat
(public issues) guna mencapai kesejahteraan masyarakat.Kebutuhan
masyarakat tak terbatas sedangkan sumberdaya yang tersedia terbatas.
2. Bagi Kepala Daerah selaku Manajemen
Sebagai alat manajemen untuk mengendalikan dan mengarahkan setiap
aktivitas dalam pemerintah daerah agar senantiasa mengacu kepada
rencana yang dibuat.
3. Bagi Aparatur dan Satuan Kerja
Sebagai sarana untuk mendorong setiap satuan kerja untuk lebih selektif
dalam merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas daerah, tugas
pokok dan fungsi, tujuan serta sasaran, serta terjaminnya sinkronisasi
aktivitas dan terhindarnya tumpang tindih aktivitas.
4. Bagi Stakeholder yang diwakili oleh DPRD
Sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban tentang keberhasilan
dan kegagalan pelaksanaan misi pemerintah daerah dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan, serta menerangkan kinerja yang telat
dilaksanakan.
Tujuan petunjuk teknis efektivitas penganggaran dalam pedoman
penyusunan anggaran oleh Pemerintah Daerah yang dikeluarkan oleh Kepala
Daerah adalah sebagai berikut:
31
a. Menyeragamkan format formulir-formulir yang digunakan.
b. Menyamakan pernyataan indikator kinerja dan cara pengukurannya dengan
pedoman yang sudah ada.
c. Menyesuaikan dengan target kinerja dan pagu anggaran yang sudah
ditetapkansebelumnya untuk setiap satuan kerja (agency).
d. Menguraikan rincian belanja (input) berdasarkan analisis standar belanja
(ASB) dan satuan harga barang dan jasa yang telah ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah.
e. Menghindari terjadinya duplikasi nama program dan kegiatan dalam satu
SKPD dan antar-SKPD.
f. Memudahkan penilaian kelayakan usulan atau RKA-SKPD oleh Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).
2.9 Prinsip-Prinsip Penganggaran
Prinsip prinsip Pelaksanaan Anggaran menurut (Herry Kamaroseid:2013)
Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan;
2. Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana , program/kegiatan,
serta fungsi setiap kementerian/lembaga/pemerintah daerah;
3. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri;
32
4. Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas
hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran;
5. Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja negara merupakan batas
tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran.
Menurut pendapat lain juga dijelaskan prinsip-prinsip anggaran yaitu :
1. Transparansi dan akuntabilitas.
Anggaran APBN/D harus dapat menyajikan informasi yang jelas
mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat
dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Oleh karena itu,
anggota masyarakat berhak mengetahui proses anggaran dalam
menyalurkan aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.
2. Disiplin anggaran.
Pendapatan yang direncanakan harus dapat terukur secara rasional dan
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja dan didukung
dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang
cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang
belum/tidak tersedia anggarannya.
3. Keadilan anggaran.
Pemerintah pusat/daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya
secara adil tanpa diskriminasi sehingga dapat dinikmati oleh seluruh
kelompok masyarakat dalam pemberian pelayanan.
33
4. Efisiensi dan efektifitas anggaran.
Setiap kegiatan yang direncanakan harus efektif dalam pencapaian
kinerjanya dan efisien dalam pengalokasian dananya.
5. Disusun dengan pendekatan kinerja.
Anggaran disusun dengan mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja
(output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah
ditetapkan. Hasil kerjanya harus sebanding atau lebih besar dari biaya atau
input yang telah ditetapkan.
2.10 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Dalam pengelolaan keuangan terdapat adanya azas umum pengelolaan
keuangan daerah, yang diterapkan dalam Permendagri Nomor 21 tahun 2011
perubahan kedua atas Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, asas umum ini yaitu : Keuangan daerah dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transaparan,
dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam
suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Belanja Daerah menurut Permendagri Nomor 25 Tahun 2009 adalah
semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang meliputi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja daerah
disusun dengan pendekatan prestasi dalam penyusunan agar pemerintah daerah
34
berupaya menetapkan target capaian yang menjadi kewenangannya. Selain itu
diupayakan agar belanja langsung mendapat alokasi yang lebih besar dari belanja
tidak langsung, dan belanja modal mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari
belanja pegawai atau belanja barang dan jasa.
2.11 Belanja Langsung
Belanja langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan
belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan.Yang termasuk dalam Belanja Langsung dalam lingkup Bappeda
Kota Palembang adalahbelanja pegawai, belanja barang dan jasa belanja modal
(belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja
jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja asset tetap lainnya).
Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan.Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program
dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan
keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik.Penyusunan anggaran
belanja untuk setiap program dan kegiatan mempedomani Standar Pelayanan
Minimum (SPM) yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja (ASB), dan
standar satuan harga.ASB dan standar satuan harga ditetapkan dengan keputusan-
kepala daerah dan digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran-
Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dan Rencana Kerja Anggaran-
Pejabat Pembuat Komitmen Daerah (RKA- PPKD).
35
Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar mengutamakan
produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi
kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan
kualitas kemampuan teknis.
2.11.1. Belanja Pegawai
Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran
honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas kepatutan, kewajaran
dan rasionalitas dalam pencapaian sasara program dan kegiatan sesuai dengan
kebutuhan dan waktu dan pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target
kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian honorarium
bagi PNSD dan Non PNSD dibatasi dan hanya kontribusi nyata terhadap
efektivitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian
Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuan tersebut pada a.1).f) dan
Pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi sesuai ketentuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya
ke dalam jenis belanja pegawai, objek belanja honorarium dan rincian objek
belanjahonorarium PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengan
keputusan kepala daerah.
Belanja pegawai dalam kelompok belanja langsung tersebut dimaksudkan
untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan
pemerintahan daerah. Belanja jenis ini antara lain untuk menampung honorarium
panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh
setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal sebagaimana dianggarkan pada
36
belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa. Belanja barang dan jasa
digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya
kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan
program dankegiatan pemerintahan daerah.
2.11.2. Belanja Barang dan Jasa
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja barang dan jasa
digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya
kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan
program. Belanja barang dan jasa bersifat rutin karena terjadi terus-menerus.
Belanja barang dan jasa mencakup :
1. Penyediaan jasa surat menyurat
2. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
3. Penyediaan jasa administrasi keuangan
4. Penyediaan jasa kebersihan kantor
5. Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja
6. Penyediaan alat tulis kantor
7. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
8. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
9. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
10. Penyediaan peralatan rumah tangga
11. Penyediaan bahan bacaan dan peralihan perundang-undangan
12. Penyediaan makanan dan minuman
13. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
37
14. Penyediaan jasa pendukung administrasi dan teknis perkantoran
15. Penyediaan jasa jarkompusda
16. Rapat-rapat koordinasi dan kolsultasi antar instansi
17. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi pemerintahan.
Belanja barang dikelompokkan ke dalam 3 kategori belanja yaitu :
1. Belanja pengadaan barang dan jasa, belanja barang dan jasa yang
tidak memenuhi kapitalisasi dikategorikan ke dalam belanja barang
operasional dan belanja barang non operasional.
2. Belanja pemeliharaan, yaitu belanja yang dikeluarkan dan tidak
menambah dan memperpanjang masa manfaat dan/atau
kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomi di masa yang
akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja, tetap dikategorikan sebagai belanja
pemeliharaan.
3. Belanja perjalanan, yaitu belanja perjalanan yang dikeluarkan tidak
untuk tujuan perolehan aset tetap.
Dalam BukuSistem Administrasi Anggaran Negara (Herry
Kamaroesid:2013) menyebutkan bahwa Belanja Barang dan Jasa terdiri
dari :
a. Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada
jenis Belanja Barang dan Jasa dengan menambahkan objek dan rincian
objek belanja baru serta besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala
daerah.
38
b. Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat
hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan
yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi
belanja tersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai
kode rekening berkenaan.
c. Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan
nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah
pegawaidan volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa
persediaan barang Tahun Anggaran 2014.
d. Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun
2004, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah
Nomor 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, yang tidak
menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang
bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat menganggarkannya
dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan
kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.
e. Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Milik Pemerintah Daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD
mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014, Peraturan
39
Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan pada FKTP
Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.
f. Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada masing-
masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 dan besarannya sesuai dengan masing-masing peraturan
daerah.
g. Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan dimaksud dianggarkan
sebesar harga beli/bangun barang/jasa yang akan diserahkan kepada
pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap diserahkan.
h. Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja
dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan
dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya
dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas
dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah
daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan sesuai
peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran perjalanan dinas
luar negeri berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005
tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam
40
Negeri Nomor 11 tahun 2011 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri
Bagi Pejabat/Pegawai dilingkungan Kementerian Dalam Negeri,
PemerintahDaerah, dan Pimpinan serta Anggota DPRD.
i. Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah,
penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan aspek
pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya untuk
hal-hal sebagai berikut :
1. Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil.
Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untuk Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan
Pimpinan DPRD Provinsi.
2. Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil.Dalam hal
pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau
tempat penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan diberikan
biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel
di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan
dinas dan dibayarkan secara lumpsum.
3. Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara
lumpsum.Standar satuan harga perjalanan dinas ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah, dengan mempedomani besaran satuan
biaya yang berlaku dalam APBN sebagaimana diatur dengan
peraturan perundang-undangan.
41
j. Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang mengikutsertakan non
PNSD diperhitungkan dalam belanja perjalanan dinas. Tata cara
penganggaran perjalanan dinas dimaksud mengacu pada ketentuan
perjalanan dinas yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
k. Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan, bimbingan
teknis atau sejenisnya yang terkait dengan pengembangan sumber daya
manusia, Pimpinan dan Anggota DPRD serta pejabat/staf pemerintah
daerah, yang tempat penyelenggaraannya di luar daerah harus dilakukan
sangat selektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi dan
kompetensi serta manfaat yang akan diperoleh dari kehadiran dalam
pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya guna
pencapaian efektifitas penggunaan anggaran daerah. Dalam rangka
orientasi dan pendalaman tugas Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota agar berpedoman pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan
Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan Pendalaman Tugas
Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
l. Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan
pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk
42
menggunakan fasilitas asset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang
sudah tersedia milik pemerintah daerah.
m. Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya mempedomani Pasal 46 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
dan Pasal 48 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
tentang Pedoman teknis Pengelolaan barang Milik Daerah.
2.11.3.Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap atau asset
lainnya yang ditetapkan pemerintah. Dalam pembukuan nilai perolehan asset
dihitung semua pendanaan yang dibutuhkan dari perencanaan pengadaaan,
pelaksanaan hingga asset tersebut siap untuk digunakan. Asset tetap/tetap lainnya
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja
atau dipergunakan oleh masyarakat/publik tercatat sebagai registrasi asset K/L
terkait dan bukan untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat/pemerintah
daerah.Belanja modal ini terdiri Belanja Modal Tanah, Belanja modal peralatan
dan mesin, Belanja modal gedung dan bangunan, Belanja modal jalan, irigasi dan
jaringan, Belanja modal lainnya, Belanja penambahan nilai asset tetap/asset
lainnya serta Belanja modal Badan Layanan Umum (BLU).
43
Komponen pembiayaan belanja barang dan belanja modal. Hampir
sebagian besar belanja pemerintah yang dialokasi dalam APBN dilaksanakan
melalui proses pengadaan barang dan jasa, seperti belanja barang, belanja modal,
sebagian belanja bantuan sosial, dan belanja hibah. Sebagaimana dijelaskan diatas
bahwa seluruh komponen pembiayan terkait dengan belanja barang terutama
belanja modal dapat dialokasikan pada saat penyusunan anggaran Daftar Isian
Pelaksana Anggaran(DIPA).
Dengan demikian pada saat penyusunan anggaran dapat dialokasikan
seluruh pengeluaran terkait dengan belanja barang dan modal tersebut. Seluruh
pengeluaran terkait dengan belanja barang dan jasa yang termasuk kategori
belanja barang dialokasikan kedalam belanja barang, sedangkan seluruh
pengeluaran yang terkait dengan belanja aset tetap dan aset lainnya yang termasuk
kategori belanja modal dialokasikan kedalam belanja modal.
2.12 Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksaan program dan kegiatan.
1. Belanja pegawai;
2. Belanja bunga;
3. Belanja subsidi;
4. Belanja hibah;
5. Belanja bantuan sosial;
6. Belanja bagi hasil;
7. Bantuan keuangan; dan
44
8. Belanja tidak terduga.
Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Artinya, ada atau tidak adanya
kegiatan tidak mempengaruhi pengeluaran atas belanja-belanja tidak langsung.
Belanja tidak langsung seperti ini biasa dikenal dengan “fixed east” yang
junlahnya relatif tetap dari tahun ketahun terhadap variabilitas program/kegiatan.
Adapun karakteristik belanja tidak langsung antara lain sebagai berikut :
1. Dianggarkan setiap bulan dalam setahun (bukan untuk setiap
program/kegiatan) oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
2. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit untuk diukur atau sulit
dibandingkan secara langsung dengan output program/kegiatan.
3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak langsung oleh target
kinerja atau tingkat pencapaian yang diterapkan dari program/kegiatan
tertentu.
2.12.1. Belanja Pegawai
Merupakan belanja yang digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.Juga merupakan
belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya
yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan
anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah
45
serta penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam belanja pegawai.
2.12.2. Belanja Bunga
Digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung
atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian
pinjaman jangka pendek, menengah, dan panjang.
2.12.3. Belanja Subsidi
Digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat
terjangkau oleh masyarakat banyak. Pengeluaran atau alokasi anggaran yang
diberikan pemerintah kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak
ketiga lainnya yang memproduksi , menjual, mengekspor, atau mengimpor barang
dan atau jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa
sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja ini antara lain
digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat melalui perusahaan
negara dan atau perusahaan swasta. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam
kegiatan dari Bagian Anggaran.
2.12.4. Belanja Hibah
Digunakan untuk menganggarkan pembelian hibah dalam bentuk uang,
barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan
kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan
46
peruntukannya. Pengeluaran pemerintah berupa transfer yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya bersifat sukarela, tidak wajib, tidak mengikat, tidak
perlu dibayar kembali dan tidak terus-menerus dilakukan dengan naskah
perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah kepada pemerintah negara
lain, organisasi internasional, dan pemerintah daerah dengan pengalihan hak
dalam bentuk uang, barang atau jasa. Termasuk dalam belanja hibah adalah
pinjaman dan atau hibah luar negeri yang diterus hibahkan ke daerah.
2.12.5. Belanja Bantuan Sosial
Digunakan untuk menganggarkan pemberian dalam bentuk uang dan/atau
barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat
dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi
dan atau kesejahteraan masyarakat.
2.12.6. Belanja Bagi Hasil Digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari
pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota
kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada
pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2.12.7. Belanja Bantuan Keuangan
Digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum
atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada
47
pemerintah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa
dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan
kemampuan keuangan.
2.12.8. Belanja Tidak Terduga
Merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial
yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Pengeluaran
negara untuk pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam
kategori belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja pembayaran
utang, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial serta bersifat
mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Pentingnya klasifikasi belanja :
1. Memformulasikan kebijakan dan mengidentifikasi alokasi sumber daya
sektor-sektor.
2. Mengidentifikasi capaian kegiatan pemerintah melalui penilaian kinerja
pemerintah.
3. Membangun akuntabilitas atas ketaatan dalam pelaksanaan anggaran
terhadap otorisasi yang diberikan oleh legislatif.
48
Tujuan klasifikasi belanja :
1. Untuk kepentingan manajerial difungsikan sebagai bentuk penyajian
laporan yang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya dan untuk
administrasi dan akuntansi anggaran;
2. Untuk pertanggungjawaban difungsikan sebagai bentuk penyajian Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), dengan menyandingkan antara anggaran dan
realisasinya.
2.13 Surplus/Defisit APBD
a. Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara pendapatan daerah
dengan anggaran belanja daerah.
b. Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaan surplus tersebut
diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal
(investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah
pusat/pemerintah daerah lain dan atau pendanaan belanja peningkatan
jaminan sosial. Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial tersebut
diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar
masyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional
terkait dengan tugasnya melaksanakan program dan kegiatan tersebut.
c. Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerah menetapkan
penerimaan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut, yang
bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran
sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan
49
daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan atau penerimaan
kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.
d. Pemerintah Daerah wajib mempedomani penetapan batas maksimal
defisit APBD Tahun Anggaran 2015 yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dan melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester Tahun
Anggaran 2015.Pelanggaran terhadap ketentuan dimaksud, dapat
dilakukan penundaan atas penyaluran dan perimbangan.
2.14 . Sisa Lebih Pembiayaan (SiLPA) Tahun Berjalan
1. Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SiLPA)
Tahun Anggaran 2015 bersaldo nol.
2. Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBD menghasilkan
SiLPA tahun berjalan positif, pemerintah daerah harus
memanfaatkannya untuk penambahan program dan kegiatan prioritas
yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan yang telah
dianggarkan, dan atau pengeluaran pembiayaan.
3. Dalam hal perhitungan SiLPA tahun berjalan negatif, pemerintah
daerah melakukan pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran
pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan
program dan kegiatan yang kurang prioritas dan atau pengurangan
volume program dan kegiatannya.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
4.1 Objek Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar hasil penelitian dan
pembahasan pada skripsi ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada.
Objek Penelitian yang menjadi pusat penelitian adalah Analisis Kinerja Anggaran
Belanja pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palembang.
Penelitian dilakukan pada kantor Bappeda Kota Palembang yang beralamat di
Jalan Merdeka Nomor 74 Palembang.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian dapat diartikan sebagai rencana dan struktur dari objek
penelitian yang akan penulis ambil. Disini variabel yang ada akan dijabarkan
sesuai dengan objek penelitian dan dihubungkan dengan penjelasan rinci tentang
keseluruhan mulai dari perumusan masalah, tujuan, gambaran umum instansi,
batasan variabel, penghitungan analisis sampai penggabungan data yang ada pada
instansi yang penulis gambarkan dalam karya tulis ini.
Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan
pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode
deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok
manusia, suatu obyek, suatu kondisi dan suatu sistem pemikiran serta peristiwa
yang akan terjadi (Antara:2008).
51
Tujuan dari suatu penelitian deskriptif adalah untuk membuat eksploratif
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antara berbagai gejala yang akan diteliti. Metode ini
bertujuan untuk mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data yang dapat
memberikan gambaran yang jelas atas objek yang diteliti, untuk kemudian di
proses dan dianalisis untuk kemudian menarik kesimpulan.
4.3 Operasionalisasi Variabel
Menurut (Mahmudi:2010) batasan operasional yang dapat dijadikan tolak
ukur suatu kinerja anggaran terdiri dari beberapa analisis. Batasan Operasional
Variabel yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
No. Analisis Kinerja
Pengertian Rumus Ket.
1. Analisis Varians Belanja (Selisih Belanja)
Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Berdasarkanlaporan realisasi anggaran kinerja pemerintah daerah dinilai baik apabila jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang mengindikasikan dianggarkan maka hal ini adanya kinerja yang kurang baik.
AVB = Analisis Varians Belanja RB = Realisasi Belanja AB = Anggaran Belanja
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Merupakan analisis untuk mengetahui pertumbuhan belanja dari tahun ke tahun positif atau negatif yang umumnya memiliki kecenderungan selalu naik.Alasan kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi yang ada dan perkembangan yang ada pada faktor makro ekonomi.
PB = Pertumbuhan Belanja Thnt / Thnt-1= tahun pada saat ini / tahun sebelumnya B = Belanja RB = Realisasi Belanja
AVB = RB - AB
PB Thnt B Thnt - B Thnt-1x100% = RB Thnt-1
52
3. Analisis Keserasian Belanja
bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan antar belanja. Salah satunya adalah dengan menilai Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja dan Rasio Belanja Langsung terhadap Total Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan antar belanja yang menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal.
TB = Total Belanja TBTL = Total Belanja Tidak Langsung TBL= Total Belanja Langsung
4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
(Menurut Mahsun : 2009) Untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah berupa angka efisiensi yang tidak bersifat absolut, tetapi relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik, hanya dapat mengatakan tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih efisien dibandingkan tahun lalu. Pemerintah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran.
R = Rasio AB = Anggaran Belanja RAB = Realisasi Anggaran Belanja RABL = Realisasi Anggaran Belanja Langsung
4.4 Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sifatnya penulis menggunakan dua jenis data sebagai berikut :
1. Data Kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung atau data yang
dapat berupa angka-angka, dalam hal ini data yang digunakan adalah
data yang berasal daribuku dan lampiran Laporan Pertanggungjawaban
(LKPJ)periode lima tahun (tahun 2008 sampai 2012) dan data dari
buku APBD tahun 2008 sampai dengan 2012.
TB = TBTL x 100% TB
R = RAB x 100% AB
TB = TBL x 100% TB
R = RABL x 100% RAB
53
2. Data Kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung atau data
yang bersifat kualitatif, berupa perkembangan perubahan peraturan-
peraturan tentang sistem keuangan yang ada pada instansi yang
bersangkutan.Dalam hal ini berupa dokumen-dokumen anggaran
belanja yang ada pada instansi tempat penulis melakukan penelitian.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Penelitian dengan menggunakan data sekunder.
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan berasal dari buku
perda-perda tentang keuangan daerah yang menjadi aturan, sebagian
berasal dari laporan-laporan keuangan secara umum, sedikit sejarah
dari instansi ini yang juga mendukung penelitian ini.
2. Dokumentasi.
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai berupa dokumen,
catatan, transkrip, buku, media internet, majalah dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi
khususnya untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dalam
observasi dan wawancara.
3.6 Metode Analisis
Menurut (Mahmudi:2010) menyatakan berdasarkan Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang didasarkan pada Laporan
54
Realisasi Anggaran (LRA) yakni dengan konsep anggaran khususnya analisis
belanja kita dapat membuat analisis anggaran antara lain dengan :
1. Analisis Varians Belanja
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
3. Analisis Keserasian Belanja, terdiri dari :
a. Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
b. Analisis Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja
4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
3.6.1. Analisis Varians Belanja
Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja
dengan anggaran yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi penggunaan anggaran
belanja yang digunakan selama tahun anggaran tersebut.Terdapat ketentuan
bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh
dilakukan pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik
kinerja belanjanya apabila realisasi belanja tidak melebihi yang dianggarkan.
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara
realisasi belanja dengan anggaran. Dalam belanja daerah terdapat ketentuan
bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh
dilakukan pemerintah daerah.Berdasarkan laporan realisasi anggaran dan belanja
ditinjau dari Analisis Varians bisa ditanyakan dalam bentuk nominalnya atau
55
presentasenya.Menurut (Mardiasmo : 2009)Rumus pengukuran kinerjanya
sebagai berikut :
Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja
3.6.2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pertumbuhan realisasi anggaran belanja yang signifikan selama periode
penggunaan anggaran dari tahun ke tahun bersifat positif atau negatif dalam
pengertian sudah efisien atau belum serapan dalam penggunaan anggaran yang
ada pada instansi untuk membiayai semua kegiatan-kegiatannya.
Rumus pengukuran kinerjanya sebagai berikut :
Pertumbuhan Belanja Thnt= Belanja Thnt Belanja Thnt-1 100%
Realisasi Belanja Thnt-1
3.6.3. Analisis Keserasian Belanja
Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui keseimbangan
antara semua belanja yang ada terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat
distribusi.alokasi dan stabilisasi.Agar fungsi anggaran anggaran tersebut
pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja. Analisis ini antara lain :
3.6.3.1. Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
Merupakan analisis yang membandingkan belanja tidak langsung pada
tiap-tiap fungsi terhadap total belanja dalam APBD.
56
Rumusnya yaitu :
Rasio Belanja = Total Belanja Tidak Langsung x 100%
Total Belanja
3.6.3.2. Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja
Merupakan perbandingan antara total belanja langsung dengan total
belanja yang ada pada realisasi yang sebenarnya. Menginformasikan mengenai
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk belanja operasi. Merupakan belanja
yang manfaatnya habis di konsumsi dalam satu tahun anggaran, sehingga belanja
operasi sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin dan berulang.
Rumusnya yaitu :
Rasio Belanja= Total Belanja Langsung x 100%
Total Belanja
3.6.4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
Merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.
Digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah.Angka yang dihasilkan dari rasio ini tidak bersifat absolut, tetapi
relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita
hanya dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih
efisien dibandingkan tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan
efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%.Sebaliknya jika
57
melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran.Rumus
pengukuran kinerjanya menggunakan rumus sebagai berikut :
Rumus Pengukuran Efektivitas :
Rasio =Realisasi Anggaran Belanja 100%
Anggaran Belanja
(Mahsun : 2009)
Rumus Pengukuran Efisiensi :
(Mahsun : 2009)
Rasio = Realisasi Anggaran Belanja Langsung x 100%
Realisasi Anggaran Belanja
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Bappeda Kota Palembang
4.1.1. Sejarah Singkat Bappeda Kota Palembang
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang
dibentuk sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185
Tahun 1980 tanggal 24 Agustus 1980 tentang Pedoman organisasi dan tata kerja
perencanaan pembangunan daerah kota Palembang. Pasal 107 keputusan menteri
tersebut menyebutkan bahwa pembentukan organisasi daerah tata kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Nomor 1 pasal 107. Keputusan Menteri tersebut telah diperbarui dengan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, sedangkan pedoman
organisasi perangkat daerah, perlu menetapkan pembentukan, kedudukan, tugas
pokok, fungsi dan struktur lembaga teknis.
Sebagai wakil Pemerintah Daerah Kota Palembang dalam pelaksanaan
perencanaan, Bappeda Kota Palembang dituntut untuk dapat menyelenggarakan
pemerintahan yang baik (good governance) guna mewujudkan aspirasi
masyarakat dalam pembangunan Kota Palembang sehingga mencapai tujuan dan
cita-cita bersama menjadikan Palembang Kota Internasional Tahun 2013. Dalam
rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban
yang tepat, jelas, terukur dan legitimasi, sehingga penyelenggaraan pemerintahan
59
dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih
dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, sebagai perwujudan
pertanggungjawaban keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka setiap SKPD termasuk
Bappeda Kota Palembang berkewajiban menyampaikan Laporan Akutabilitas
Kinerja (LAKIP) yang dicerminkan dari hasil pencapaian kinerja berdasarkan visi,
misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Keputusan Menteri menyebutkan bahwa pembentukan organisasi dan tata
kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang susunan
organisasi dan tata kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kota Palembang. Dan kemudian diperbarui lagi dengan Peraturan Daerah Kota
Palembang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan juga Peraturan Walikota Palembang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Lembaga
Teknis Daerah Kota Palembang.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang,
Sumatera Selatan terletak di Jalan Merdeka Nomor 74 Palembang yang
berdekatan di depan kantor Walikota Palembang. Badan Perencanaan
Pembangunan (Bappeda) Kota Palembang sebagai Unsur Pelaksana Pemerintah
Daerah dibidang Perencanaan Pembangunan Daerah, mengemban tugas dan
60
tanggaung jawab agar proses perencanaan pembangunan di Kota Palembang
berjalan dengan baik dengan menerapkan prinsip-prinsip Koordinasi, Integrasi,
Sinkronisasi dan Simplikasi sehingga memberikan kontribusi kepada pencapaian
visi dan misi pembangunan daerah.
4.1.2. Visi dan Misi Bappeda Kota Palembang
Visi adalah cara pandang jauh kedepan kemana instansi pemrintah akan
dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi merupakan suatu gambaran
yang menantang tentang masa depan yang diinginkan oleh instansi pemerintah
atau organisasi. Visi dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan
dalam waktu tertentu, menentukan sikap dan tindakan sebagai tolak ukur
keberhasilan melaksanakan tugas.
Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi
dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah
ditetapkan. Adapun Bappeda Kota Palembang memiliki dua misi, yaitu :
1. Meningkatkan sinkronisasi perencanaan pembangunan daerah
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan layanan perencanaan
pembangunan daerah
4.1.3. Tujuan dan Sasaran Bappeda Kota Palembang
Tujuan adalah penjabaran Visi yang lebih spesifik dan terukur sebagai
upaya mewjudkan Visi dan Misi. Dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah
61
dikemukakan diatas, maka disusun tujuan dengan mempertimbangkan FPK, maka
disusun tujuan sebagai berikut :
1. Terciptanya dokumen perencanaan daerah yang handal
2. Terwujudnya aparatur perencana yang professional
Sebagai dasar dari tujuan dapat ditentukan sasaran sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah
2. Meningkatnya kualitas perencanaan penataan ruang
3. Meningkatnya kualitas perencanaan pengembangan wilayah
4. Tersedianya data/informasi/statistik daerah yang mutakhir
5. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana aparatur perencana
6. Meningkatnya kualitas aparatur perencana
4.1.4. Struktur Organisasi Bappeda Kota Palembang
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor
10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah, susunan organisasi Bappeda Kota Palembang adalah
sebagai berikut :
a. Kepala Badan
b. Sekretas/Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Umum
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Kepegawaian
62
c. Bidang Perencanaan Program dan Anggaran, membawahi :
1. Sub Bidang Perencanaan Program
2. Sub Bidang Perencanaan Anggaran
d. Bidang Pendataan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, membawahi :
1. Sub Bidang Pendataan
2. Sub Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
e. Bidang Perencanaan Strategis dan Tata Ruang, membawahi :
1. Sub Bidang Perencanaan Strategis
2. Sub Bidang Perencanaan Tata Rung
f. Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan, membawahi :
1. Sub Bidang Penelitian
2. Sub Bidang Kerjasama Pembangunan
g. Kelompok Jabatan Fungsional,
4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Kota Palembang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 10 Tahun 2008
tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga teknis
Daerah, tugas pokok dan fungsi Bappeda Kota Palembang adalah sebagai berikut :
- Pasal 9 : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
perencanaan pemerintah daerah.
- Pasal 10 : untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 badan Perencanaan Pembangunan mempunyai fungsi :
63
a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan
daerah
d. Pelakasanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Berdasarkan Peraturan Walikota Palembang Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Lembaga Teknis Daerah Kota
Palembang, adapun tupoksinya adalah sebagai berikut :
1. Kepala Badan.
2. Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Umum.
2. Sub Bagian Kepegawaian.
3. Sub Bagian Keuangan.
3. Bidang Pendataan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, membawahi :
1. Sub Bidang Pendataan.
2. Sub Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.
4. Bidang Perencanaan Program dan Anggaran, membawahi :
1. Sub Bidang Perencanaan Program.
2. Sub Bidang Perencanaan Anggaran.
64
5. Bidang Perencanaan Strategis dan Tata Ruang, membawahi :
1. Sub Bidang Perencanaan Strategis.
2. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang.
6. Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan, membawahi :
1. Sub Bidang Penelitian.
2. Sub Bidang Kerjasama Pembangunan.
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun berdasarkan Peraturan Walikota Palembang Nomor 51 Tahun 2009
tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Lembaga Teknis Daerah Kota
Palembang, tupoksi Bappeda dijabarkan lagi ke dalam uraian tugas sebagai
berikut:
1. Kepala Badan
Tugas pokok Kepala Bappeda adalah Melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kegiatan dibidang perencanaan pembangunan daerah sesuai
dengan kebijakan yang digariskan oleh Walikota berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan petunjuk
pelaksanaannya. Dengan fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis perencanan pembangunan daerah
b. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan
c. Pembinaan, pengaturan dan pengendalian pelaksanaan tugas dibidang
perencanaan pembangunan daerah
65
d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan administrasi
yang meliputi pengelolaan surat-menyurat, kepegawaian, keuangan
perlengkapan dan kerumahtanggaan serta mengkoordinasikan penyusunan
program dan penyelenggaraan tugas-tugas bidang secara terpadu. Untuk
melaksanakan tugas diatas, Sekretariat mempunyai fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis dibidang ketatausahaan
b. Pelaksanaan urusan administrasi surat-menyurat dan kearsipan
c. Pengelolaan urusan keuangan
d. Pengelolaan urusan administrasi kepegawaian
e. Pengelolaan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan
f. Pengkoordinasian penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-
tugas bidang secara terpadu
g. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
2.1. Sub Bagian Umum
Membantu Sekretaris Bappeda dalam melaksanakan pekerjaan
administrasi umum.Untuk melaksanakan tugas diatas, Sub Bagian Umum
mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang umum.
b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang umum.
c. Pengawasan dan pengendalian dibidang umum.
66
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain
dibidang umum.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
2.2. Sub Bagian Kepegawaian
Tugas pokoknya adalah melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian,
menyusun rencana kebutuhan dan pengembangan pegawai. Dengan fungsi
sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang
kepegawaian.
b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang kepegawaian.
c. Pengawasan dan pengendalian dibidang kepegawaian.
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain
dibidang kepegawaian.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
2.3. Sub Bagian Keuangan
Tugas pokoknya adalah melaksanakan penyusunan anggaran semester dan
tahunan Bappeda, pengelolaan dan pengendalian keuangan, pembukuan dan
administrasi perbendaharaan. Dengan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang keuangan.
67
b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang keuangan.
c. Pengawasan dan pengendalian dibidang keuangan.
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain
dibidang keuangan.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
3. Bidang Pendataan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Terdiri dari dua
Sub Bidang yaitu Sub Bidang Pendataan dan Sub Bidang Monitoring,
Evaluasi dan Pelaporan.
Tugas Pokok :
1. Melaksanakan sebagian tugas badan meliputi pengelolaan data dan
informasi pembangunan, memberikan pelayanan kepada masyarakat
dan pihak-pihak lain yang membutuhkan data dan informasi
pembangunan.
2. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembangunan
daerah, memantau pelaksanaannya.
3. Melakukan pengumpulan, pengolahan data analisa data pembangunan
dalam rangka mengevaluasi keberhasilan program-program kegiatan
pembangunan.Dengan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang pendataan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
68
b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang pendataan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
c. Pengawasan dan pengendalian dibidang pendataan, monitoring,
evaluasi dan pelaporan.
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain
dibidang pendataan, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4. Bidang Perencanaan Program dan Anggaran. Terdiri dari dua Sub
Bidang yaitu Sub Bidang Perencanaan ProgramdanSub Bidang Perencanaan
Anggaran.
Tugas Pokok
1. Melaksanakan sebagian tugas kepala badan dalam melaksanakan dan
mengkoordinasikan hasil musyawarah perencanaan pembangunan,
menyusun rencana kerja pemerintah daerah dan kebijakan umum
APBD sebagai pedoman dalam penyusunan RAPBD.
2. Melaksanakan sebagian tugas bidang perencanaan program dalam
melaksanakan kegiatan koordinasi musyawarah perencanaan
pembangunan ditingkat kota dan menyusun rencana kerja pemerintah
daerah.
3. Melaksanakan sebagian tugas bidang perencanaan anggaran dalam
melaksanakan kegiatan penyusunan kebijakan umum APBD (KUA)
69
dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) serta penyusunan
Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA) dan Prioritas Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan. Dengan fungsi sebagai
berikut :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang
perencanaan program dan anggaran.
b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang perencanaan
program dan anggaran.
c. Pengawasan dan pengendalian dibidang perencanaan program dan
anggaran.
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain
dibidang perencanaan program dan anggaran.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
5. Bidang Perencanaan Strategis dan Tata Ruang. Terdiri dari dua Sub
Bidang yaitu Sub Bidang Perencanaan Strategisdan Sub Bidang
Perencanaan Tata Ruang.
Tugas Pokok
1. Melaksanakan sebagian tugas badan dalam mengkaji, menyusun dan
mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pembangunan daerah yang
70
berkaitan dengan perencanaan jangka menengah dan panjang serta
perencanaan tata ruang.
2. Melaksanakan sebagian tugas bidang perencanaan strategis dalam
menyusun, menginventarisasi dan menelaah tentang aspirasi
masyarakat yang berkaitan dengan pembangunan daerah untuk
digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rencana strategis
pembangunan daerah.
3. Melaksanakan sebagian tugas bidang tata ruang dalam
menginventarisasi dan menelaah potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia yangakan digunakan sebagai landasan dalam
penyusunan tata ruang guna menunjang rencana strategis Kota
Palembang.Dengan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang
perencanaan strategis dan tata ruang.
b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang perencanaan
strategis dan tata ruang.
c. Pengawasan dan pengendalian dibidang perencanaan strategis dan tata
ruang.
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain
dibidang perencanaan strategis dan tata ruang.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
71
6. Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan. Terdiri dari dua Sub
Bidang yaitu Sub Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan.
Tugas Pokok
1. Melaksanakan sebagian tugas badan dalam melaksanakan koordinasi
dalam rangka keselarasan dan keterpaduan pembangunan, penyusunan
rancangan program kerjasama dengan pihak dalam negeri dan luar
negeri, membina peran serta masyarakat dalam pembangunan.
2. Melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan kegiatan penelitian
dibidang ekonomi, sosial budaya serta fisik dan prasarana dalam
rangka perencanaan pembangunan daerah dan menyiapkan bahan
perumusan kebijakan kegiatan penelitian untuk pembangunan di
daerah. Dengan fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang penelitian
dan kerjasama pembangunan.
b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang penelitian dan
kerjasama pembangunan.
c. Pengawasan dan pengendalian dibidang penelitian dan kerjasama
pembangunan.
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.
e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain
dibidang penelitian dan kerjasama pembangunan.
f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.1.6. Aspek Penunjang
Untuk mendukung tugas pokok dan
saat ini BAPPEDA Kota Palembang memiliki pegawai sejuml
atas 42 PNSD, dan 18 Non PNSD
sisi kualitas maupun kuantitas masih perlu ditingkatkan, mengingat tantan
dinamika pembangunan yang semakin kompleks seiring dengan perkem
kota yang sangat pesat.
Tabel 4.1.5. Struktur Organisasi
Aspek Penunjang
Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi BAPPEDA Kota Palembang,
saat ini BAPPEDA Kota Palembang memiliki pegawai sejumlah 60 orang terdiri
2 PNSD, dan 18 Non PNSD sampai saat ini keberadaan karyawan baik dari
sisi kualitas maupun kuantitas masih perlu ditingkatkan, mengingat tantan
dinamika pembangunan yang semakin kompleks seiring dengan perkem
72
fungsi BAPPEDA Kota Palembang,
orang terdiri
sampai saat ini keberadaan karyawan baik dari
sisi kualitas maupun kuantitas masih perlu ditingkatkan, mengingat tantangan dan
dinamika pembangunan yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan
73
Adapun komposisi PNS berdasarkan kualifikasi pendidikan, pendidikan
penjenjangan, pangkat dan golongan dapat dilihat pada beberapa tabel berikut.
Tabel 4.1.6.1 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Tahun
(Per Desember 2014)
No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah
Pria Wanita 1 S3 - - 2 Pasca Sarjana (S2) 8 9 3 Sarjana (S1) 8 13 4 Diploma - 1 5 SMA/SMK - 2 6 SMP 1 - 7 SD - - Total 17 25
Sumber: Daftar Urut Kepangkatan PNS, BAPPEDA Kota Palembang
Tabel 4.1.6.2 Komposisi Pegawai Menurut Pangkat / Golongan Ruang
No. Pangkat/Golongan Ruang Jumlah
Pria Wanita 1 Pembina Utama Madya 1 - 2 Pembina Tingkat I (IV/b) 1 1 3 Pembina (IV/a) 3 3 4 Penata Tingkat I (III/d) 4 6 5 Penata (III/c) - 3 6 Penata Muda Tingkat I (III/b) 6 7 7 Penata Muda (III/a) 4 8 Pengatur Tingkat I (II/d) - 1 9 Pengatur (II/c) - - 10 Pengatur Muda Tingkat I (II/b) 1 - 11 Pengatur Muda (II/a) - - 12 Juru Tingkat I (I/d) - - 13 Juru (I/c) - - 14 Juru Muda Tingkat I (I/b) 1 - 15 Juru Muda (I/a) - - 16 CPNS - - Total 17 25
Sumber: Daftar Urut Kepangkatan PNS, per Desember 2014 BAPPEDA Kota Palembang
74
4.2. Penilaian Kinerja Berdasarkan Penggunaan Analisis Varians Belanja
4.2.1. Analisis Varians Belanja
Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi
belanja dengan anggaran yang ada pada tahun anggaran yang tersedia di
Tahun Anggaran tersebut.Rumus yang digunakan :
Analisis Varians Belanja = Realisasi - Anggaran
Tabel 4.2. Rekapitulasi Anggaran Belanja Daerah
Bappeda Kota Palembang Periode Tahun 2008-2012
Tahun Anggaran Realisasi Belanja Tidak
Langsung
Belanja
Langsung
2008 18.995.030.050 16.927.448.842 3.696.804.700 13.230.644.142
2009 17.794.812.537,97 8.565.090.792 2.032.020.350 6.533.070.442
2010 13.083.590.795 10.014.794.746 2.232.150.400 7.782.644.340
2011 19.268.407.925,68 13.424.059.670 3.103.050. 300 10.321.009.370
2012 21.860.186.000 13.649.720.221 3.485.321.100 10.164.399.121
Data Perkiraan Anggaran Bappeda Kota Palembang
Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Varians Belanja dengan
berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
75
Tabel 4.2.1. Tabel Analisis Varians Belanja
Tahun Anggaran 2008-2012
Tahun Anggaran
Realisasi Anggaran Selisih perbandingan (%)
2008 16.927.448.842 18.995.030.050 2.067.581.208 89,12
2009 8.565.090.792 17.794.812.537,97 9.229.721.745,97 48,13
2010 10.014.794.746 13.083.590.795 3.068.796.049 76,54
2011 13.424.059.670 19.268.407.925,68 5.844.348.255,68 69,67
2012 13.649.720.221 21.860.186.000 8.210.465.779 62,44
Data Hasil Olahan
Dengan pembahasan:
Di Tahun 2008 penyerapan penggunaan anggaran yang tersirat pada tabel
varians belanja diatas adalah sekitar Rp. 2.067.581.208 atau sekitar 89,12% yang
menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh
instansi terserap sepenuhnya pada pembiayaan yang berjalan selama satu periode
tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam hal ini menyisakan perbandingan
persentase sekitar 10,88% dari penyerapan anggaran yang ada dalam realisasi
anggaran belanja pada instansi.
Di Tahun 2009 berdasarkan tabel varians belanja diatas penyerapan
penggunaan anggaran belanja berada pada posisi penggunaan sekitar Rp.
9.229.721.745,97 atau sekitar 48,13% dimana penyerapan pembiayaan tidak sampai
lima puluh persen. Terdapat selisih perbandingan persentasenya sebesar 51,87%
dari total realisasi anggaran yang ada di tahun 2008.
76
Di Tahun 2010 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians
belanja adalah sekitar Rp. 3.068.796.049atau sekitar76,54%. Dalam hal ini ada
pengurangan tingkat selisih sekitar 23,46% dari realisasi anggaran yang
ditetapkan pada tahun anggaran 2010. Terlihat kenaikan penggunaan anggaran
dari tahun sebelumnya jika memperhatikan pada tahun sebelumnya.
Di Tahun 2011 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians
belanja adalah sekitar Rp. 5.844.348.255,68 atau sekitar 69,67% dan jika kembali
melihat analisisnya kembali mengalami penurunan pemakaian anggaran.
Penurunan sebesar 30,33% dari penggunaan total realisasi anggaran yang ada.
Di Tahun 2012 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians
belanja adalah sekitar Rp. 8.210.465.779atau sekitar 62,44% kembali mengalami
kenaikan efisiensi penggunaan anggaran namun tidak melampaui nilai dua tahun
sebelumnya yakni dengan selisih sebesar 27,22% dari total keseluruhan anggaran
yang ada.
Melihat dari semua perubahan dari tahun ke tahun dapat dikatakan
penyerapan penggunaan anggaran dapat dikatakan efisisien walaupun sebenarnya
tidak cukup memuaskan jika melihat dari segi keuangannya yang mengalami
penurunan penggunaan sepenuhnya anggaran untuk keperluan pembiayaan
kegiatan yang dilakukan oleh instansi, namun demikian pada dasarnya kinerja
anggaran yang ada dapat dikatakan baik, karena adanya penghematan anggaran.
Pembiayaan dari penggunaan anggaran yang lebih akan menjadi SiLPA dalam
pembiayaan di tahun berikutnya.Penurunan penggunaan anggaran terjadi karena
pembelanjaan yang tidak sepenuhnya memakai anggaran yang ada karena masih
77
terdapat SiLPA dari tahun sebelumnya. Penurunan yang cukup banyak dan perlu
perbaikan di masa yang akan datang, terutama dalam memenuhi pembiayaan-
pembiayaan yang akan menjadi prioritas instansi.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa selisih yang cukup signifikan dari
anggaran yang ada sangat dimungkinkan terjadinya kelemahan dalam
perencanaan anggaran sehingga perkiraan dalam penggunaan pembiayaan yang
menjadi prioritas dari instansi kurang tepat atau program yang sudah ada belun
terlaksana dengan maksimal. Dalam hal ini penyerapan anggaran tidak mencapai
efisiensi yang baik. Pada intinya kesemua sisa yang ada tersebut bisa disalurkan
ke pos-pos belanja lainnya yang masih kurang. Kinerja pemerintah akan
terindikasi tidak baik jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang
dianggarkan, maka dari itu sebaiknya pemerintah dapat mengoptimalkan kinerja
instansinya agar dapat dikatakan baik dengan melakukan efisiensi terhadap
pengeluaran pembiayaan instansinya.
4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Merupakan pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui belanja
dari tahun ke tahun positif atau negatif.Rumus pengukuran kinerjanya
menggunakan rumus sebagai berikut :
Pertumbuhan Belanja Thnt= Rea.Belanja Thnt - Rea.Belanja Thnt-1x100%
Rea. Belanja Thn t-1
Perhitungan dengan menggunakan rumus Pertumbuhan Belanja dengan
berdasarkan tabel 4.2. maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
78
Tabel Kesimpulan 4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Tahun Anggaran 2008-2012
Uraian 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012
Realisasi Belanja Tahun t-1 16.972.448.842 8.565.090.792 10.014.794.746 13.424.059.670
Realisasi Belanja Tahun t 8.565.090.792 10.014.794.746 13.424.059.670 13.649.720.221
Kenaikan/penurunan 8.407.358.050 1.449.703.954 3.409.264.924 225.660.670
(%) 49,5 19,93 34,04 5,9
Data Hasil Olahan
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
mengalami penurunan sebesar Rp. 8.407.358.050,- dengan persentase sebesar
49,5% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2008.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
mengalami penurunan sebesar Rp. 1.449.703.954,- dengan persentase sebesar
19,93% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2009.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
mengalami penurunan sebesar Rp. 3.409.264.924,- dengan persentase sebesar
34,04% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2010.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
mengalami penurunan sebesar Rp. 225.660.670,- dengan persentase sebesar 5,9%
dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2011.
4.2.3. Analisis Keserasian Belanja
Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui keseimbangan
antara semua belanja yang ada terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat
79
distribusi, alokasi dan stabilisasi. Untuk mengetahui keserasian belanja
pemerintah daerah dapat menggunakan Analisis ini, dalam total belanja jika
belanja langsung lebih besar dari pada belanja langusng dianggap tidak baik,
demikian juga sebaliknya. Jika Belanja Pegawai ≥50% dalam Total Belanja,
maka dapat dikatakan anggaran belanja tidak baik, demikian pula sebaliknya.
Analisis ini antara lain :
1. Analisis Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
Merupakan analisis yang membandingkan belanja tiap-tiap fungsi belanja
tidak langsung terhadap total belanja dalam APBD. Rumus yang dapat digunakan
adalah :
Rasio Belanja = Total Belanja Tidak Langsung x 100%
Total Belanja
Perhitungan dengan mnggunakan rumus Analisis Belanja Tidak Langsung
terhadap Total Belanja berdasarkan tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai
berikut :
Tabel Kesimpulan 1.
Analisis Belanja Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja Tahun Anggaran 2008-2012
Tahun Anggaran Total Belanja Tidak
Langsung Total Belanja Rasio (%)
2008 3.696.804.700 16.927.448.842 21,84
2009 2.032.020.350 8.565.090.792 23,73
2010 2.232.150.400 10.014.794.746 22,28
2011 3.103.050.300 13.424.059.670 23,12
2012 3.485.321.100 13.649.720.221 25,54
Data Hasil Olahan
80
Dapat dilihat jika perubahan dan struktur total belanja tidak langsung tidak
begitu banyak mengalami perubahan dan kenaikan. Perubahan rasio terlihat tidak
begitu jauh. Kenaikan yang ada pada Total Belanja Tidak Langsung pertahunnya
dapat dikatakan dari tahun 2008 ke sampai dengan tahun 2012 tidak tetap, selalu
ada perubahan pertahunnya. Begitu juga dengan Total Belanja yang digunakan.
Penurunan Total Belanja yang paling banyak terjadipada tahun 2009 dimana Total
Belanja tahun 2009 hanya sebesar Rp. 8.565.090.792,- sangat berbeda jauh pada
tahun 2008 yang bernilai Rp. 16.927.448.842,- dan pada tahun berikutnya (2010)
terjadi kenaikan sebesar Rp. 10.014.794.746,- kenaikan terjadi pula pada tahun
2011sebesar Rp. 13.424.059.670,- dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang
tidak begitu jauh diikuti dengan pergerakan Total Belanja Tidak Langsung yang
tidak begitu signifikan dalam kenaikan pada penggunaan anggarannya.
2. Analisis Belanja Langsung terhadap Total Belanja
Menginformasikan mengenai porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk
belanja langsung yang digunakan oleh instansi.Rumusnya yaitu :
Rasio =Total Belanja Langsung x 100%
Total Belanja
Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Belanja Langsung
terhadap Total Belanja dengan berdasarkan tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan
sebagai berikut :
81
Tabel Kesimpulan 4.2.3.2. Analisis Belanja Langsung terhadap Total Belanja
Tahun Anggaran 2008-2012
Tahun Anggaran Total Belanja Langsung Total Belanja Rasio (%)
2008 13.230.644.142 16.927.448.842 78,16
2009 6.533.070.442 8.565.090.792 76,27
2010 7.782.644.340 10.014.794.746 77,71
2011 10.321.009.370 13.424.059.670 76,88
2012 10.164.399.121 13.649.720.221 74,46
Data Hasil Olahan
Berdasarkan tabel, di tahun 2008 rasio yang ditunjukkan pada hasil analisis
menunjukkan pada angka 78,16% dari total anggaran Rp. 16.927.448.842,- pada
tahun 2009 menunjukkan angka persentase sebesar 76,27% dari total anggaran
Rp. 8.565.090.792,- pada tahun 2010 menunjukkan angka persentase sebesar
77,71% dari total anggaran Rp. 10.014.794.746,- pada tahun 2011 menunjukkan
angka persentase sebesar 76,88% dari total anggaran Rp. 13.424.059.670,- dan
pada tahun 2012 menunjukkan angka persentase sebesar 74,46% dari total
anggaran Rp. 13.649.720.221,-
82
Tabel Kesimpulan 4.2.3.3. Rasio Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung
Tahun Anggaran 2008-2012
Tahun Anggaran
Rasio Belanja Tidak Langsung
Rasio Belanja Langsung
Total (%)
2008 21,84 78,16 100
2009 23,73 76,27 100
2010 22,28 77,71 100
2011 23,12 76,88 100
2012 25,54 74,46 100
Data hasil olahan
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2008 sampai dengan
2012 penggunaan anggaran terfokus pada belanja langsung. Belanja langsung ini
terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang
terdiri dari komponen (belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung
dan bangunan, belanja untuk jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja asset tetap
lainnya) yang kesemuanya diatur dan dilaksanakan berdasarkan aturan dan
pedoman ketetapan dari pemerintahan yang berlaku.
Di tahun 2008 penggunaan pada alokasi pembiayaan belanja langsung
sekitar 78,16% atau sekitar Rp. 13.230.644.142,-dengan total persentase untuk
belanja tidak langsung sebesar 21,84% atau sekitar Rp. 3.696.804.700,- dari total
anggaran belanja dalam APBD.
Di tahun 2009 penggunaan alokasi belanja langsung mengalami penurunan
menjadi 76,27% atau sebesar Rp. 8.565.090.792,- yang diikuti dengan penurunan
anggaran, sedangkan untuk alokasi belanja tidak langsung alokasi persentasenya
83
sebesar 23,73% atau sekitar Rp. 2.032.020.350,- dari total anggaran belanja dalam
APBD.
Di tahun 2010 penggunaan alokasi belanja langsung mengalami kenaikan
sebesar 77,71% atau sekitar Rp. 7.782.644.340,-diikuti dengan kenaikan
anggaran, sedangkan untuk alokasi belanja tidak langsungnya berada pada
persentase 22,28% atau sekitar Rp. 2.232.150.400,- dari total anggaran belanja
dalam APBD.
Di tahun 2011 penggunaan alokasi belanja langsung mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya menjadi 76,88% atau sekitar Rp. 10.321.009.370,- namun
diikuti dengan kenaikan anggaran, sedangkan untuk alokasi belanja tidak
langsungnya berada pada persentase 23,12% atau sekitar Rp. 3.103.050.300,- dari
total anggaran belanja dalam APBD.
Di tahun 2012 penggunaan alokasi belanja langsung mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya berada pada persentase 74,46% atau sekitar Rp.
10.164.399.121,- namun diikuti dengan kenaikan anggaran, sedangkan untuk
alokasi belanja tidak langsungnya berada pada persentase sebesar 25,54% atau
sekitar Rp. 3.485.321.100,- dari total anggaran belanja dalam APBD.
Untuk penggunaan pada pembiayaan belanja tidak langsung sudah
menjadi urusan tetap yang harus disegerakan untuk pembiayaan selama periode
anggaran pertahunnya karena belanja ini tidak berhubungan langsung dengan
kegiatan belanja langsung. Berdasarkan analisis menunjukkan persentase belanja
langsung lebih tinggi dari persentase belanja tidak langsung, berarti dalam
84
penggunaan anggarannya Bappeda dalam hal ini dapat dikatakan sudah cukup
baik dalam pembagian pembiayaan kegiatan-kegiatan instansinya.
4.2.4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
Merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.
Digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 tahun 1996,
kriteria efektivitas belanja sebagai berikut :
Persentase Kinerja Keuangan Kriteria
Lebih dari 100% Sangat efektif
90 – 100% Efektif
80 – 90% Cukup efektif
60 – 80% Kurang efektif
Dibawah 60% Tidak efektif
Tingkat Efektivitas diukur dengan cara membandingkan realisasi anggaran
belanja dengan target anggaran belanja.Rumus pengukuran kinerjanya
menggunakan rumus sebagai berikut :(Mahsun : 2009).
Rasio =Realisasi Anggaran Belanja x100%
Anggaran Belanja
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327
tahun1996, kriteria efisiensi belanja sebagai berikut :
85
Persentase Kinerja Keuangan Kriteria
Lebih dari 100% Tidak efisien
90 – 100% Kurang efisien
80 – 90% Cukup efisien
60 – 80% Efisien
Dibawah 60% Sangat efisien
Tingkat Efisiensi diukur dengan cara membandingkan realisasi anggaran
belanja langsung dengan total realisasi anggaran belanja. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Rasio = Realisasi Anggaran Belanja Langsung x 100%
Realisasi Anggaran Belanja
4.2.4.1. Perhitungan Efektivitas
Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Rasio Efektivitas
dengan berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
Rasio = Realisasi Anggaran Belanja x 100%
Anggaran Belanja
86
Tabel kesimpulan 4.2.4.1. Analisis Rasio Efektivitas
Tahun Anggaran Realisasi Rasio
Efektivitas (%)
2008 18.995.030.050 16.927.448.842 89,12
2009 17.794.812.537,97 8.565.090.792 48,13
2010 13.083.590.795 10.014.794.746 76,55
2011 19.268.407.925,68 13.424.059.670 69,67
2012 21.860.186.000 13.649.720.221 62,44
Data hasil olahan
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa selama periode tahun anggaran
2008-2012, tingkat efektivitas anggaran yang ada pada instansi Bappeda Kota
Palembang terus mengalami fluktuasi. Yang artinya terdapat beberapa kenaikan
dan penurunan yang cukup siginifikan, terutama dalam penganggaran dan
perwujudan dari realisasi anggaran itu sendiri. Banyak hal yang memang menajdi
tolak ukurnya untuk penetapan anggaran jika menilik lebih jauh dari struktur
APBD yang ditetapkan pada masa periode tahun anggaran tersebut.
Di tahun 2008 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 89,12% yang mnunjukkan angka kisaran Rp. 16.927.448.842,- pada
tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan cukup efektif.
Mengalami penurunan pada tahun 2009 sekitar 40,99% dengan persentase
hanya sekitar 48,13% yang berada pada kisaran Rp. 8.565.090.792,- penurunan
terbanyak yang pernah dialami oleh instansi, di tahun ini dapat penggunaan
87
anggaran dapat dikatakan tidak efektif karena kurang terserapnya penggunaan
anggaran.
Di tahun 2010 tingkat efektivitas anggaran belanja yang ada berada pada
posisi persentase. 76,55% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 10.014.794.746,-.
Dari penggunaan anggaran ini dapat dikatakan masih kurang efektif untuk
penggunaan anggaran karena kenaikannya hanya sekitar 28,42% namun sudah
diikuti dengan kenaikan pada realisasi anggaran yang ada pada tahun tersebut.
Pada tahun 2011 penggunaan anggaran belanja pada kisaran persentase
sekitar 69,67% dengan kisaran Rp. 13.424.059.670,- penurunan juga terjadi di
tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya yakni sekitar 6,88% penurunan ini tidak
diikuti oleh penurunan realisasi anggaran, karena realisasi dari anggran
mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010. Meskipun begitu penggunaan
anggaran yang ada masih dikatakan belum cukup efektif dalam membiayai
kegiatan-kegiatan pemerintahan.
Di tahun 2012 penggunaan anggaran juga mengalami penurunan
penggunaan namun dibarengi dengan kenaikan sedikit dari realisasi anggaran
yang ada. Penggunaan anggaran pada tahun 2012 berada pada persentase 62,44%
yang memunjukkan angka kisaran Rp. 13.649.720.221,- penurunannya sekitar
7,23% dari tahun sebelumnya. Kembali dapat dikatakan bahwa penggunaan
anggaran yang ada masih belum cukup efektif dalam penyerapan pembiayaan-
pembiayaan yang dalam instansi.
Efektivitas yang ditunjukkan berdasarkan perhitungan dan kriteria yang
ditetapkan memiliki tingkat yang berbeda-beda dalam periode tahun-tahunnya.
88
Kurang dan tidak efektifnya penggunaan anggaran disebabkan oleh realisasi
anggaran yang ditetapkan masih jauh dari taget yang ditetapkan.Yang terendah
adalah pada tahun 2010 karena realisasi anggarannya masih terlalu jauh
perbedaannya.Dan sebagian lagi karena adanya kegiatan yang belum maksimal
untuk segera dilaksanakan pada periode tahun tersebut.Kegiatannya teranggarkan
namun belum terealisasi dengan baik, tapi untuk kegiatan-kegiatan lainnya
mereka mengatakan sudah melakukan program-program tersebut dengan baik dan
dapat dikatakan efektif.
4.2.4.2. Perhitungan Efisiensi Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Rasio Efisiensi
dengan berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
Rasio = Realisasi Anggaran Belanja Langsung x 100%
Realisasi Anggaran Belanja
Tabel Kesimpulan 4.2.4.2 Analisis Rasio Efisiensi
Tahun Anggaran Belanja Langsung Rasio
Efisiensi (%)
2008 18.995.030.050 13.230.644.142 69,63
2009 17.794.812.537,97 6.533.070.442 36,72
2010 13.083.590.795 7.782.644.340 59,48
2011 19.268.407.925,68 10.321.009.370 53,56
2012 21.860.186.000 10.164.399.121 46,49
Data hasil olahan
89
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 tingkat
efisiensi penggunaan anggaran berada pada persentase 69,63% dengan
penggunaan anggaran sekitar Rp. 13.230.644.142,- dari total anggaran yang ada.
Dapat dikatakan jika penggunaan anggaran pada tahun 2008 efisien.
Pada tahun 2009 tingkat efisiensi menurun jika menilik dari angka
persentase di tahun sebelumnya. Penggunaan anggaran berada pada persentase
36,72% dengan penggunaan sekitar Rp. 6.533.070.442,- dari total anggaran yang
ada. Penurunan ini dapat dimaknai lebih baik karena dapat dikatakan jika
berdasarkan kriteria yang ada dalam peraturan perundang-undangan adalah
penggunaan anggaran yang sangat efisien pada tahun ini.
Di tahun 2010 tingkat efisiensi meningkat jika melihat angka persentase
dari tahun sebelumnya. Di tahun ini persentasenya sebesar 59,48% dengan
penggunaan anggaran sekitar Rp. 7.782. 644.340,- dari total anggaran yang ada.
Penggunaan anggaran yang mengalami kenaikan masih dalam batas yang baik,
artinya penggunaan anggaran masih dapat dikatakan sangat efisien di tahun ini.
Di tahun 2011 tingkat efisiensi menurun dilihat dari angka persentase di
tahun sebelumnya. Angka persentasenya sekitar 53,56% dengan penggunaan
anggaran sekitar Rp. 10. 321.009.370,- dari total anggaran yang ada. Penggunaan
anggaran di tahun ini masih merupakan anggaran yang bisa dikatakan sangat
efisien dalam penggunaannya.
Di tahun 2012 tingkat efisiensi menurun dilihat dari angka persentase
tahun sebelumnya. Angka persentasenya sekitar 46,49% dengan penggunaan
90
anggaran sekitar Rp. 10.164.399.121,- dari total anggaran yang ada. Penggunaan
anggaran ini masih dalam kriteria yang sangat efisien.
Efisiensi yang dilakukan oleh Bappeda Kota Palembang sudah sangat baik
dari tahun 2008 sampai dengan 2012.Efisiensi ditentukan oleh ketepatan
menggunakan anggaran pada program-program prioritas yang kesemuanya
dimasukkan ke dalam anggaran belanja langsung. Kegiatan-kegiatan tersebut
terdiri dari :
1. Program pelayanan administrasi perkantoran
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
3. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
4. Program pengembangan data dan informasi
5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja
dan keuangan
6. Program kerjasama pembangunan
7. Program koordinasi penanggulangan kemiskinan
8. Program perencanaan tata ruang
9. Program perencanaan teknis tata ruang kawasan
10. Program perencanan pembangunan daerah
Dengan demikian, Bappeda Kota Palembang telah berhasil memenuhi
tingkat efisiensi anggaran belanja melalui program-program yang ada dan telah
dijalankan. Ada beberapa kegiatan dan program yang memang sedang dalam
proses pemrograman yang akan kembali dimasukkan dan akan dijadikan prioritas
program-program unggulan kembali.
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari Analisis Varians Belanja dapat diketahui bahwa kinerja anggaran
belanja pada Bappeda Kota Palembang dari Tahun Anggaran 2008 sampai
dengan 2012 menunjukkan kinerja yang baik karena ada hasil negatif yang
menunjukkan bahwa adanya penghematan penggunaan realisasi anggaran.
Selisih realisasi belanja dengan yang dianggarkan yang cukup signifikan
bisa memberikan dua kemungkinan, pertama hal itu menunjukan adanya
edisiensi anggaran. Kedua justru sebaliknya, jika terjadi selisih kurang
maka sangat memungkinkan telah terjadi kelemahan dalam perencanaan
anggaran sehingga estimasi belanjanya kurang tepat, atau tidak terserapnya
anggaran tersebut bisa jadi disebabkan karena ada program dan kegiatan
yang tidak dilaksanakan eksekutif padahal sudah diamanatkan dalam
anggaran.DPRD perlu melakukan penelusuran dan konfirmasi langsung
dengan pihak eksekutif sehingga bisa menilai apakah selisih tersebut
menunjukan kinerja anggaran yang baik atau hanya karena anggaran yang
ditetapkan kurang efisien.
2. Pada Analisis Pertumbuhan Belanja dari tahun 2008 sampai dengan 2012
terus mengalami perubahan, naik dan turunnya dilihat dari segi angka
persentase namun tingkat belanja yang dianggarkan tiap tahunnya
mengalami kenaikan yang dapat diperhitungkan. Dari hasil Analisis
92
Pertumbuhan Belanja Tahun Anggaran 2008/2009, Tahun Anggaran
2009/2010, tahun 2010/2011, Tahun Anggaran 2011/2012 menunjukkan
adanya pertumbuhan belanja yang cukup efisien. Pada Tahun 2008/2009
adalah sebesar (49,5% atau 50%) Tahun 2009/2010 adalah sebesar (19,9%
atau 20%) Tahun 2010/2011 adalah sebesar (39,1% atau 40%) dan Tahun
2011/2012 adalah sebesar (5,9% atau 6%).Masing-masing Tahun
Anggaran memiliki tingkat penyerapan anggarannya masing sesuai dengan
kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas kegiatan-kegiatan pembangunan.
3. Dari hasil perhitungan Analisis Keserasian Belanja, maka dapat
disimpulkan bahwa dari lima periode tahun anggaran tersebut dapat
dikatakan sudah baik, karena dianggap berhasil menggunakan penyerapan
anggaran belanja yang difokuskan pada belanja langsung yang merupakan
belanja yang di prioritaskan pada program-program pembangunan dan
pelayanan publik dari pada penggunaan pada pembiayaan belanja tidak
langsung. Berdasarkan Analisis Belanja Tidak Langsung Analisis Belanja
Langsung dapat dilihat jika masing-masing belanja yang dilakukan
pemerintah cukup mempertimbangkan asas publik, dimana dalam
penggunaannya lebih menekankan ke pelayanan publik sebagai target
penyaluran pembiayaan anggarannya.
4. Dari hasil perhitungan Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja,
maka dapat dilihat mulai Tahun Anggaran 2008 sampai dengan 2012
Bappeda sudah mencoba melakukan penggunaan anggaran yang sebaik
mungkin walaupun penghematan anggaran yang dilakukan sering naik
93
berfluktuasi. Dapat dilihat Pada Tahun 2008 sebesar 89,12% yang artinya
cukup efektif. Pada Tahun 2009 sebesar 48,13% yang artinya tidak efektif.
Pada Tahun 2010 sebesar 76,55% yang.artinya kurang efektif. Pada Tahun
2011 sebesar 69,67% yang artinya cukup efektif dan pada Tahun 2012
sebesar 62,44% yang artinya kembali belum cukup efektif.
5. Untuk penilaian Analisis Rasio Efisiensi Belanja dapat dikatakan bahwa
Bappeda sudah sangat baik dalam mengelola setiap penggunaan
anggarannya. Karena berdasarkan kriteria dan hasil perhitungan tersebut
sudah memantapkan posisinya, misalnya pada tahun 2008 pada persentase
69,63%. Tahun 2009 pada persentase 36,72%. Tahun 2010 pada
persentase 59,48%. Pada tahun 2011 pada persentase 53,56%. Dan pada
tahun 2012 pada persentase 46,49%.
Secara umum hasil kinerja anggaran belanja Bappeda Kota Palembang
berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran pada Tahun Aggaran 2008 sampai
dengan 2012 sudah cukup baik, berkaitan dengan Analisis Varians Belanja dan
Pertumbuhan Belanja. Berdasarkan Analisis Keserasian Belanja dan Analisis
Efektivitas dan Efisiensi Belanja dapat dikatakan jika Bappeda sudah berhasil
dalam menjalankan kinerja anggarannya dengan baik dan efisien. Walaupun ada
beberapa program kegiatan yang belum terlaksana secara optimal, namun
Bappeda Kota Palembang dalam hal ini mengupayakan agar program yang
dicanangkan di tahun yang akan datang akan menjadi program yang akan
dilaksanakan dengan porsi prioritas utama.
94
Penyerapan anggaran yang dilakukan memiliki dua sisi.Negatif dan
positif.Negatif karena bernilai buruk yang artinya pemerintah tidak optimal dalam
menetapkan dan memanfaatkan anggaran yang ditetapkan dengan penuh
tanggungjawab sedangkan bernilai positif karena baik yang artinya adanya
penghematan yang dilakukan pemerintah untuk selanjutnya dapat kembali
digunakan pada tahun anggaran selanjutnya.
5.2 Saran
Saran bagi instansi Bappeda Kota Palembang adalah :
1. Dari segi perencanaan penganggaran, diharapkan sisi negatif yang
dimaksudkan dengan adanya penghematan angg aran untuk biaya
pemenuhan pada pembiayaan agar penghematan yang dilakukan dapat
memberikan efek yang lebih baik dalam periode tahun berikutnya. Dalam
analisis ini penghematan perencanaan anggaran harus dilaksanakan
dengan memperhatikan kebijakan antara realisasi dan anggaran,
hendaknya juga memperhatikan situasi dan kondisi agar anggaran yang
ada dan sudah disusun dapat direalisasikan dengan baik.
2. Dari segi Pertumbuhan belanja berdasarkan periode tersebut memberikan
gambaran bahwa angka persentase yang ditunjukkan dari hasil perhitungan
bisa saja dijadikan acuan untuk penyusunan anggaran agar lebih baik lagi
di periode tahun anggaran selanjutnya.
3. Dari analisis keserasian belanja dapat disarankan, dengan adanya
penggunaan anggaran yang sudah dikatakan sangat baik agar dapat
95
dipertahankan agar tetap baik dalam penggunaan dan penyerapan anggaran
belanja yang dilakukan oleh instansi.
4. Penggunaan anggaran belanja daerah yang telah dilakukan berdasarkan
alat analisis menunjukkan bahwa penyerapan kinerja anggaran yang ada
pada Bappeda Kota Palembang sudah memenuhi syarat efisiensi yaitu
penggunaan dana yang minimum untuk mencapai hasil yang maksimum,
terutama bagi perencanaan dan pembangunan daerah.
5. Bagi Bappeda agar semakin meningkatkan kinerja dalam pengelola
anggaran belanja daerah secara khusus dan APBD secara umum. Dengan
kinerja yang baik maka efektivitas, produktivitas dan efisiensi belanja juga
akan semakin baik. Terutama dalam meningkatkan kinerja anggaran agar
optimalisasi yang diinginkan segera terlaksana sesuai visi dan misi
Bappeda Kota Palembang. Dalam hal efisiensi belanja Bappeda agar lebih
mantap dalam meningkatkan pertumbuhan optimal anggaran belanja yang
wajar dari tahun sekarang sampai seterusnya.
Pada Analisis pembiayaan dilakukan untuk pola anggaran pemerintah daerah.
Selain itu juga dapat digunakan untuk membaca kebijakan anggaran pemerintah
daerah. Salah satu pos yang paling penting dalam pembiayaan ini adalah Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). Makin besarnya SiLPA yang diperolah
dari suatu anggaran dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya
penyajiaan suatu rencana anggaran. Dengan melihat kinerja pendapatan, kinerja
belanja dan kinerja pembiayaan maka dapat dinilai adanya kinerja APBD secara
umum. jika semua kinerja tersebut menunjukan pencapaian angka yang sudah
96
ditargetkan, maka dikatakan kinerja anggaran APBD adalah efektif dan
penyerapan pada anggaran bisa dimanfaatkan dengan efisien dalam pembiayaan
kegiatan instansi.
97
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Anggaran (Oktober:2013). Ketentuan Pasal 36 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Halim, Abdul dan Ibnu Mujid. 2009. Problem Desentralisasi dan Perimbangan
Keuangan Pemerintahan Pusat- Daerah, Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Daerah. Sekolah Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta
Kamaroesid, Herry.2013. Sistem Administrasi Anggaran Negara Mitra Wacana
Media.UPMI. Medan Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UUP STIM YKPN.
Yogyakarta. Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Andi Yogyakarta.
Pedoman Peraturan Perundang-undangan tentang Keuangan Daerah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
Safrida dan Sasongko Catur. 2010. Anggaran. Salemba Empat. Jakarta.
Sunardiana.2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengauhi Efektifitas Pelaksanaan Anggaran.Tesiswindhianto,Wahyu.2011 Good Governance Dalam Pelaksanaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat. Tesis
Tim Penyusun Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, 2013. Modul Belanja
Daerah – KursusKeuanganDaerah (KKD) 2013. Jakarta. Tim Redaksi Cv. Tamita Utama, 2011. Standar Akuntansi Pemerintah Tahun
2010. Jakarta. Yamin Sofyan Dkk, 2011, Regresi Dan Korelasi Dalam Genggaman Anda, Edisi
Pertama, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
Centre For Development Of Accountancy And Finance Http://Www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/Web-Content-List.Asp?Contentid=633. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.
E-Jurnal Binar Akuntansi Vol. 1 No. 1, September 2012. Diakses tanggal 9
September 2014.
98
Http://File.Upi.Edu/Direktori/Proceeding/Upiupsi/2010/Book3/ImplementasiAnggaranBerbasisKinerjaDalamManajemenLembagaPendidikan.Pdf. Diaksestanggal10September2014.
Http://Library.Gunadarma.Ac.Id//Repository/View/3748235/Analisis-Kinerja-
Anggaran-Pendapatan-Dan-Belanja-Daerah-Kota-Depok-Tahun-Anggaran-2006-2010.Html/
Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/9556/1/10e00382.Pdf Diakses 07januari 2014. Http://Www.Academia.Edu/6217474/Anggaran_Berbasis_Kinerja
Https://Www.Academia.Edu/6072178/Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Minahasa Selatan Oleh Ariel Sharon Sumenge
Http://Www.Palembang.Go.Id/Tampung/Dokumen/Bappeda2014/Rkpd.Pdf
Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 oleh : Yayat Achdiat Ketua Program Studi Magister Manajemen Bisnis SPs-UPI. Diakses tanggal 24 September 2014.
Yuwono, Sony. 2005. Centre For Development Of Accountancy And Finance
Http://www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/Web-contentList.Asp?Contentid=633. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.
Recommended