View
56
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
tugas praktikum biogas
Citation preview
0
LAPORAN PRAKTIKUM
PERENCANAAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN
“Analisis Kotoran Ternak Menjadi Biogas”
KELOMPOK 5
MUHAMMAD RAYHANSYIETEL MAYA SALAMONY
DINI RACHMADAINI K
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONALMAGISTER ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan seperti daging, susu dan telur
yang merupakan sumber protein hewani. Protein hewani tersebut sangat dibutuhkan
untuk keberlanjutan kehidupan manusia dalam memenuhi kecukupan protein dalam
tubuh. Disamping manfaat ternak sebagai sumber protein, khususnya ternak besar
dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga tarik untuk membajak sawah dan
transportasi di sentra produksi peternakan. Selain itu kotoran ternak bila
dikumpulkan dan diproses secara baik dengan ditambahkan proses teknologi akan
menghasilkan suatu nilai tambah untuk perekonomian pada usaha peternakan.
Usaha peternakan di Indonesia sebagian besar masih berskala kecil yang
berada pada lingkungan dan masih menggunakan teknologi yang masih sederhana.
Menurut Nastiti (2008) usaha peternakan di Indonesia masih banyak didominasi oleh
usaha rakyat yang masih menggunakan cara tradisional dan masih menjadikan usaha
sampingan sebagai tabungan dan merupakan salah satu indikator status sosial.
Pengembangan sektor peternakan saat ini tidak hanya dikaitkan untuk pemenuhan
pangan saja tetapi berkaitan juga dengan kesehatan dan lingkungan. Usaha
peternakan yang telah mencapai efisiensi produksi harus melihat isu lingkungan
dimana akan muncul dampak dari usaha peternakan tersebut. Dampak yang terjadi
seperti pencemaran lingkungan (amonia, gas rumah kaca, dan patogen),
mengevaluasi resiko kesehatan tekait dan menilai potensi peranan sistem pengolahan
limbah dalam isu-isu lingkungan (Martinez, 2009).
2
Kotoran ternak merupakan salah satu isu lingkungan yang memprihatinkan
dimana akan mencemari lingkungan. Satu ekor sapi setiap harinya menghasilkan
kotoran berkisar 8 – 10 kg per hari atau 2,6 – 3,6 ton. Potensi jumlah kotoran sapi
dapat dilihat dari populasi sapi. Populasi sapi potong di Indonesia diperkirakan 10,8
juta ekor dan sapi perah 350.000-400.000 ekor dan apabila satu ekor sapi rata-rata
setiap hari menghasilkan 7 kilogram kotoran kering maka kotoran kotoran sapi
kering yang dihasilkan di Indonesia sebesar 78,4 juta kilogram kering per hari
(Budiyanto, 2011). Keadan inilah yang menjadi alasan perlu adanya penanganan
yang benar pada kotoran ternak. Dampak ini memiliki nilai tambah jika dilakukan
pemrosesan dengan sentuhan teknologi menjadi salah satu bahan potensial untuk
membuat pupuk organik dan dapat dijadikan sebagai energi alternatif. Kotoran ternak
dapat dikonversikan menjadi energi yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi untuk berbagai kebutuhan dengan teknologi biogas.
Kegiatan pembangunan peternakan perlu memperhatikan daya dukung dan
kualitas lingkungan. Usaha peternakan sapi yang belum terlokalisasi akan
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran ini disebabkan oleh
pengelolaan limbah yang belum dilakukan dengan baik, tetapi kalau dikelola dengan
baik, limbah tersebut akan memberikan nilai tambah bagi usaha perternakan dan
lingkungan disekitarnya. Sistem usaha peternakan dengan penerapan usaha
pengelolaan limbah menjadi Biogas merupakan salah satu upaya untuk
meminimalisasi limbah ternak dan tidak mencemari lingkugan
3
Biogas merupakan renewable energi yang dapat dijadikan bahan bakar
alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak
tanah dan gas alam (Houdkova et al., 2008). Gunawan (2013) menambahkan bahwa
biogas adalah sumber energi berupa gas metana yang dihasilkan oleh bakteri
metanogen melalui proses fermentasi secara anaerob. Salah satu bahan dasar yang
dapat digunakan untuk produksi biogas adalah kotoran sapi. Proses pengolahan sisa
hasil peternakan sapi menjadi produk biogas berpotensi untuk menghasilkan energi
terbarukan dan ramah lingkungan. Biogas berpotensi menjadi sumber energi
alternatif karena bahan baku biogas tersedia dalam jumlah yang melimpah yaitu
kotoran ternak yang menjadi dampak lingkungan. Kotoran ternak diolah dengan
proses teknologi biogas akan menghasilkan biogas yang memiliki keunggulan
signifikan dibandingkan sumber energi lainnya karena nilai kalor biogas cukup tinggi
yakni sekitar 4800-6700 kkal/m3. Dari nilai kalor tersebut, biogas mampu dijadikan
sumber energi dalam beberapa kegiatan sehari-hari. Bahkan, biogas juga bisa
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Selain itu, biogas yang
dihasilkan dari limbah peternakan yaitu umumnya berasal dari kotoran ternak
tersebut mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena dapat dipergunakan tidak saja
sebagai bahan bakar alternatif pada rumah tangga petani tetapi juga dapat
dipergunakan sebagai sumber energi untuk penerangan.
Kotoran ternak yang merupakan limbah peternakan yang dihasilkan tidak lagi
menjadi beban biaya usaha akan tetapi menjadi hasil ikutan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan bila mungkin setara dengan nilai ekonomi produk utama (daging)
(Sudiarto, 2008). Pengolahan kotoran ternak dengan teknologi biogas memiliki nilai
4
tambah seperti meningkatkan pendapatan peternak dengan pengurangan biaya
kebutuhan pupuk dan pestisida serta menghemat energi yang akan mengurangi biaya
energi untuk kebutuhan. Oleh karena itu, usaha peternakan ke depan harus dapat
dibangun secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan kontribusi
pendapatan yang besar dan berkelanjutan.
5
BAB II
PERMASALAHAN KHUSUS DI LAPANGAN
Sumber daya energi memiliki peran yang penting untuk pembangunan
ekonomi nasional. Energi dibutuhkan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa,
perhubungan dan rumah tangga. Peran energi dapat lebih dikembangkan untuk
mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait. Namun
penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi mengalami peningkatan
sehingga menyebabkan cadangan bahan bakar fosil semakin menipis bahkan bisa
habis dan kualitas lingkungan menurun. Hal tersebut akan timbul terjadinya krisis
energi. Krisis energi ini dapat terjadi karena tidak tersedianya sumber energi
terbarukan. Oleh karena itu solusi yang paling tepat yaitu dapat digunakannya
sumber-sumber energi yang terbarukan, ramah lingkungan dan mudah didapat
didaerah sekitar tersebut. Beberapa sumber energi terbarukan antara lain yang berasal
dari air, sampah, limbah kotoran ternak, tumbuh-tumbuhan, angin, panas bumi dan
sebagainya. Perlu diupayakan pengembangan sumber energi alternatif yang cukup
potensial seperti teknologi biogas. Namun seberapa besar teknologi biogas yang
dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif perlu diketahui dari aspek pasar,
teknologi/produksi, manajemen, finansial, dan aspek sensitivitas.
6
BAB III
TUJUAN
Praktikum agroindustri ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tentang limbah kotoran ternak yang dapat diubah dengan proses
pengolahan teknologi menjadi biogas untuk energi alternatif
2. Menambah wawasan tentang pengolahan teknologi biogas yang dapat dijadikan
energi alternatif untuk mengatasi krisis energi
3. Menganalisis biogas berdasarkan aspek pasar, aspek teknis/produksi, aspek
manajemen, aspek finansial, dan aspek sensitivitas.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ASAL USUL USAHA
Usaha Biogas Terpadu akan dilaksanakan pada Kecamatan Ciampea berlokasi di
bagian Barat Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciampea memiliki jarak 34 km dari
Ibukota Kabupaten Bogor, 122 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, 72 km dari
Ibukota Negara RI Jakarta dan 5 km dari desa/kelurahan yang terjauh. Dapat dilihat
bahwa jarak antara Kecamatan Ciampea dengan Ibukota Negara RI Jakarta tidak
terlalu jauh, sehingga memudahkan aksessibilitas ke pusat pasar Negara Indonesia.
Batas - batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kecamatan Ciampea
adalah Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ranca Bungur, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya, sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Dramaga dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Cibungbulang. Saat ini kondisi peternakan didaerah Kecamatan Ciampea dengan
populasi sapi 2200 ekor, memiliki kavlinng 140 atau terdiri dari 140 kk, kapasitas
kandang per kavling 12 ekor sapi perah. Nilai tanah didaerah tersebut (NJOP) Rp.
12.500/M2
B. ORGANISASI
Usaha Biogas Terpadu ini memiliki pengawas, dan anggota. Pengawas yaitu
Muhammad Rayhan S.pt., Mp., Pengurus : Afduha Nurussyamsi S.pt., Mp.,
Manager: Dini Rachmadaini S.pt., Mp. Adapun struktur organisasi koperasi susu
“Warga Mulya” secara rinci dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
8
C. ANALISIS
ASPEK PASAR
Aspek pasar pembuatan biogas dalam hal ini dikarenakan hampir seluruh
penduduk di lingkungan Biogas Terpadu bermata pencaharian sebagai peternak
selain mata pencaharian mereka yang utama sebagai petani. Adapun Pemilihan
sasaran kegiatan ini diambil dengan pertimbangan mereka dapat memberikan
informasi tentang penerapan teknologi biogas yang mereka miliki kepada keluarga,
tetangga maupun peternak sapi lain di sekitar Biogas Terpadu. Kegiatan penerapan
ipteks ini akan bekerja sama dengan masyarakat. Metode kegiatan ini meliputi
ceramah, diskusi informasi, workshop, dan disseminasi terbatas. Secara lebih rinci
metode yang digunakan adalah: (1) menjelaskan kepada peserta pelatihan mengenai
berbagai macam cara mengelola limbah ternak sapi dan pembuatan biogas; (2)
9
diskusi informasi membahas cara mengatasi kesulitan dalam memulai pembuatan
biogas serta menjelaskan cara mengatasinya sehingga dapat dihasilkan biogas yang
ramah lingkungan; (3) para peserta diberi kesempatan untuk mencoba merancang,
dan membuat alat yang digunakan dalam pembuatan biogas, (4) hasil uji coba
selanjutnya dipresentasikan untuk bahan diskusi dan selanjutnya siap
didisseminasikan di lingkungan rumah tangga lainnya. Sebagai tindak lanjut dari
kegiatan ini diharapkan para petani dan peternak di Kecmatan Ciampea.
Terdapat limbah kotoran ternak sapi yang cukup melimpah di Kecamatan
Ciampea. Melimpahnya jumlah limbah tersebut belum diiringi dengan sistem
pengelolaan dan pemanfaatan yang baik. Pemerintah dalam hal ini dinas peternakan
dan Pemda Kabupaten Bogor telah memberikan tawaran bantuan jika peternak dan
petani bersedia mengelolanya. Sebagai usaha penyediaan bahan bakar alternatif dan
dalam rangka mengatasi dampak sosiokultural dari limbah ternak (sapi) maka
pembuatan biogas dengan bahan utama kotoran sapi adalah salah satu bentuk solusi
yang sesuai dengan misi Pemda Kulon Progo.
ASPEK TEKNIS/PRODUKSI
Aspek teknis produksi merupakan aspek yang berhubungan dengan
pambangunan dari proyek yang direncanakan baik dilihat dari faktor lokasi,
luas produksi, proses produksi, penggunaan teknologi (mesin/peralatan)
maupun keadaan lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi.
Aspek teknis produksi yang berada di koperasi susu warga mulya meliputi:
a. Potensi bahan baku feses sapi
10
Biogas Terpadu memiliki 2200 ekor sapi perah. Untuk mengetahui proses
konversi kotoran sapi menjadi biogas dapat dilihat dari tabel berikut yang
didapatkan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan
Litbang Pertanian, Kementrian Pertanian
Tabel 1. Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap
Jenis Kotoran
*Sumber: Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Kementrian Pertanian, 2008
Produksi kotoran tiap harinya :
Sap perah dewasa dengan populasi 2.200 ekor dengan bobot badan 300 kg dengan
rata-rata produksi kotoran tiap harinya 25kg/hari maka produksi kotoran sapi perah di
Kecamatan Ciampea adalah 2.200 x 25 = 55.000 kg/hari
Jenis Banyak Tinja
(Kg/hari)
Kandungan
Bahan Kering-
BK (%)
Biogas yang
Dihasilkan
(m3/kg.BK)
Gajah 30 18 0,018-0,025
Sapi/Kerbau 25-30 20 0,023-0,040
Kambing/Domba 1,13 26 0,040-0,059
Ayam 0,18 28 0,065-0,116
Itik 0,34 38 0,065-0,116
Babi 7 9 0,040-0,059
Manusia 0,25-0,4 23 0,020-0,028
11
Potensi untuk Biogas Terpadu
Kegiatan DIPA 2005 BBP Mekanisme Pertanian, telah dilaksanakan rekayasa dan
pengembangan reactor biogas yang berlokasi di Pondok Pesantren Pertanian Darul
Fallah, Bogor. Reaktor tipe fix dome dirancang untuk 10 ekor sapi (dengan kotoran
sapi 20 kg/hari/ekor dan retention time 3 hari) kapasitas reactor 18 m3 (Widodo dan
Hendriadi, 2005). Berdasarkan hasil uji laboratorium kegiatan tersebut dan referensi
literature sebagai mana tabel berikut :
12
Dari data tersebut mencoba menghitung kapasitas biogas yang dihasilkan dari potensi
yang ada:
Persentasi total solid (ts) dan volatile solid (vs) yang didapat adalah dengan kototran
sapi sampel 20kg/hari adalah
% ts = 4,2 kg/ekor/hari : 20 kg/ekor/hari = 21%
% vs = 3,8 kg/ekor/hari : 20 kg/ekor/hari = 19%
Maka untuk di Biogas Terpadu yang menghasilkan 25 kg/kotoan/hari
TS = 21% x 25 kg/ekor/hari x 2200 = 11.550 kg/hari
Vs = 3,8 kg/ekor/hari x 2200 = 10.450 kg/hari
Berdasarkan tabel 1.1. Kandungan bahan kering dan volume gas yang dihasilkan tiap
jenis kotoran
Potensi Volume Biogas = 0,04 m3/kg x 55.000 kg/hari = 2.200 m3/hari
Laju produksi gas tiap m3 per hari (K) adalah
Volume produksi biogas = K x VS
K = Volume produksi biogas : Vs = 2.200 m3/hari : 10.450 kg/hari = 21% m3/kg
13
Perhitungan produksi gas metan
Produksi energy pada biogas sebanding dengan produksi gas metan. Dengan
diketahui nilai produksi biogas (VBS) sebesar 2.200 m3/hari dan dengan
menggunakan tabel komposisi biogas (%) maka dapat diketahui produksi gas metan
(VGM) adalah,
VGM = 65,7% x VBS
= 65,7% x 2.200 m3/hari
= 1.467,40 m3/hari
Tabel. Komposisi biogas (%) kotoran sapid an campuran kotoran ternak dengan sisa
pertanian
14
Perhitugan potensi energi listrik yang dihasilkan
Dengan diketahui volume gas metan yang dihasilkan, yaitu 1.467,40 m3/hari, dan
faktro
b. Lokasi dan layout
Gambar dibawah ini, dapat dilihat layout rancangan sederhana dari
instalasi pembangkit tenaga listrik biogas yang akan digunakan di
Kelompok Nangsri Koperasi Susu “Warga Mulya”
Gambar 1. Rancangan Instalasi Pembangkit Listrik Biogas Kelompok Nangsri Koperasi Susu “Warga Mulya”.
Penjelasan singkat tentang proses produksi dari rancangan instalasi di atas
adalah sebagai berikut :
15
1. Kotoran ternak dialirkan menuju reactor (Digester) melalui saluran masuk
(inlet).
2. Sebelum masuk digester, kotoran ternak dicampur dengan air
perbandingan 1:1 dengan menggunakan pengaduk mekanis.
3. Kemudian gas yang dihasilkan dari campuran kotoran dan air dialirkan
menuju penampu ng gas, dengan diatur oleh valve pengatur tekanan.
4. Penampung gas dibuat lebih dari satu agar biogas yang dihasilkan bisa
digunakan untuk lebih dari satu fungsi.
5. Biogas dari penampung gas bisa digunakan untuk menyalakan lampu
petrmokas, kompor gas, dan generator biogas untuk kemudian
menyalakan listrik.
6. Zat sisa proses Digesterisasi dapat digunakan langsung sebagai ppuk
kandang atau diolah menjadi pupuk urea kemasan yang siap dijual.
c. Digester dan aliran bahan
Komponen-Komponen pembangkit listrik biogas yang akan digunakan
oleh Koperasi Susu “Warga Mulya” pada kelompok Nangsri antara lain:
Saluran masuk slurry (kotoran segar dan air)
Saluran ini digunakan untuk memasukan slurry sebagai bahan utama
kedalam reactor (digester)
Sistem pengaduk
Koperasi Susu “Warga Mulya” sistem pengadukan yang paling mungkin
dilakukan agar kotoran segar dan air tercampur secara sempurna adalah
dengan pengadukan mekanis.
16
Reaktor (digester)
Reaktor yang digunakan untuk biogas di Kelompok Nangsri
menggunakan Tipe Kubah dikarenakan tekanan yang dihasilkan oleh tipe
ini relative stabil, dan mempunyai harga yang relative lebih murah.
Perhitungan volume total digester = (lama proses x aliran bahan)80%
24 ekor sapi dengan 15 kg/hari = 360 kg
Perbandingan air dan kotoran 1:1 yang artinya 1 kg = 1 liter air
Maka aliran perhari adalah 360 kg kotoran + 360 liter air = 720 litter
slurry
Lama proses 10-40 hari
Sehingga volume basah = 720 liter x 10 = 7200 liter
Volume total (7200) /80% = 576 liter = 576 m3.
Menurut Suriawiria untuk mengetahui konversi biogas menjadi energi
lain, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Konversi Biogas dan Penggunaanya
Penggunaan Energi 1 m3 biogas
Penerangan Lampi 60 – 100 watt selama 6 jam
Memasak Memasak 3 jenis makanan untuk 5-
6 orang
Tenaga Menjalankan motor 1 hp selama 2
jam
Listrik 4,7 kWh energy listrik
17
Dengan demikian potensi energy listrik yang dihasilkan dari limbah
kotoran sapi yang ada di Kelompok Nangsri adalah:
2,88 m3 x 4,7 kWh = 13.54 kWh/ hari
dengan daya keluaran = 13,54 / 24 = 0,56 kW
Saluran keluaran residu
Saluran ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran yang telah
difermentasi oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip
kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama kali
merupakan slurry masukan yang pertama setelah waktu retensi. Sesuai
penjelasan sebelumnya, sisa pengolahan kotoran ini masih bisa
digunakan sebagai pupuk kompos yang baik bagi tanaman karena terjadi
penurunan COD sehingga kotoran mengandung lebih sedikit bakteri
patogen sehingga aman untuk pemupukan sayuran atau buah,
terutama untuk konsumsi segar.
Katup pengaman tekanan (control valve)
Katup pengaman ini digunakan sebagai pengatur tekanan gas dalam
biodigester. Katup pengaman ini menggunakan prinsip pipa T, bila
tekanan gas dalam saluran gas lebih tinggi dari kolom air, maka gas akan
keluar melalui pipa T, sehingga tekanan dalam biodigester akan turun.
Penampung Gas
Penampung gas adalah sebuah ruang kedap udara yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan biogas yang telah dihasilkan dari proses
biodigester sebelum disalurkan ke kompor atau genset biogas. Besar
18
volume total dari penampung-penampung gas, kurang lebih sama
dengan perhitungan potensi biogas di Peternakan Mekarsari per-harinya
yaitu 2,88 m3. Penampung gas yang akan digunakan di PLT Biogas
mekarsari dibuat lebih dari satu agar biogas yang dihasilkan bisa
digunakan untuk lebih dari satu fungsi.
Generator (Genset) biogas
Generator genset biogas yang digunakan di kelompok Nangsri adalah
generator dengan daya keluar 0,85 kW setara dengan 850 watt sesuai
dengan potensi biogas disana yang bisa mencapai 13,4 kWh/hari atau 0,56
kW perjamnya setara dengan 560 watt harga dari sebuah generator set 850
watt atau 0,85 kW sebesar Rp. 1,400.000,00-
Jaringan distribusi proses penyaluran daya pada biogas kelompok
Nangsri, jarak pelanggan terdekat adalah 20 meter. Sedangkan pelanggan
terjauh adalah 500 meter diasumsikan dari rumah pebmbangkit.
ASPEK MANAJEMEN
Aspek manajemen merupakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas,
hak, tanggung jawab dan wewenang dalam organisasi usaha termasuk dalam
pengelolaan biogas. Pengelolaan biogas dapat dilakukan secara kelompok
atau skala rumah tangga (individu) disesuaikan dengan sistem pemeliharaan
ternak yang telah berkembang. Koperasi susu warga mulya melakukan
pengelolaan biogas masih dilakukan secara individu yaitu perkelompok
anggota ternak. Untuk inovasi biogas, pengelolaan yang sesuai adalah secara
individu karena pengelolaan sapi koperasi susu warga mulya juga dilakukan
19
secara perkelompok anggota ternak. Anggota kelompok ternak koperasi susu
warga mulya harus memelihara instalasi biogas dan mengisi reaktor biogas
setiap hari dengan kotoran sapi agar gas bio dapat diproduksi secara kontinu.
Pengelolaan individu memudahkan anggota kelompok ternak mengelola,
memelihara, dan mengontrol apabila ada permasalahan pada instalasi biogas.
Tanggung jawab sepenuhnya ada pada anggota kelompok ternak yang
mempunyai instalasi biogas.
ASPEK FINANSIAL
Tabel 3. Analisis perhitungan biaya variabel, biaya tetap dan investasi
NO KOMPONEN BIAYA SATUANJUMLAH
FISIKHARGA PER
SATUAN
PER TAHUN
JUMLAH NILAI (Rp)
A BIAYA VARIABEL
20
1 pakan Ekor 48 Kg/hari 2
00 17,520
3,504,000
2 vaksin Unit 1 16,0
00 12
192,000
3 Biaya perawatan Alat 100,0
00 12
1,200,000
Total biaya variabel
4,896,000
B BIAYA TETAP
1 instalasi biogas (penyusutan)
digester Unit 1 5,670,0
00 10
567,000
penampung gas Unit 1 200,0
00 10
20,000
generator Unit 1 1,500,0
00 10
150,000
selang gas Unit 1 120,0
00 10
12,000
water trap Unit 1 100,0
00 10
10,000
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN
759,00
0
2 upah tenaga kerja orang 3 100,0
00 12
1,200,000
3 PBB persen 10% 150,0
00 12
1,800,000
Sub total biaya tetap
3,759,000
C BIAYA INVESTASI
1 LAHAN meter
persegi 666 12,5
00
8,325,000
2 digester Unit 1 5,760,0
00
5,760,000
penampung gas Unit 1 200,0
00
200,000
generator Unit 1 1,500,0
00
1,500,000
selang gas Unit 1 120,0
00
120,000
water trap Unit 1 100,0
00
100,000
TOTAL BIAYA INVESTASI 16,005,000
ASUMSI YANG DIGUNAKAN
Tabel 4. Asumsi yang digunakan untuk analisis ekonomiPEMBANGKIT BIOGAS 100,000 (rupiah) m3
21
NJOP 12,500 m2
upah tenaga kerja 100,000 orang
pakan 200 / kg
discont faktor 15 persen
pajak 10 persen
Vaksin 16,000 unit
PRODUKSI BIOGAS 15,000 (rupiah) m3
Pakan dari Koperasi sudah disediakan untuk setiap kelompok jadi sekitar diasumsikanuntuk pakan Rp. 200,-/kg
Pemasukan
Tabel 5. Analisis pemasukan selama 1 tahunProduksi biogas
pertahun
harga /m3 Jumlah Penerimaan
1,051.2 15.000 15.768.000TOTAL PEMASUKAN 15.768.000
Laba = total pemasukan – total biaya
= 15.768.000 – 8.655.000
= 7.113.000
BEP ( Break Event Point)
Biaya variabel satuan =
= Rp. 326,4/m3
BEP dalam produk =
22
= 256,17/m3
BEP dalam Rupiah
=
= Rp. 3.842615,31
a) Biaya Tetap dan Biaya variabel
Biaya tetap adalah pengeluaran bisnis yang bergantung pada tingkat
barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Biaya tetap adalah
biaya yang umumnya selalu konstan, bahkan di masa sulit. Biaya tetap tidak
terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi sampai pada
kondisi tertentu, kondisi dimana sesuai dengan kapasitas yang tersedia.
Total biaya tetap Kelompok Nangsri sebesar Rp 3.759.000,-
Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang umumnya berubah-ubah
sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin besar
pula biaya yang harus dikeluarkan. Biaya operasional berkaitan dengan
volume dan dibayar per barang atau jasa yang diproduksi. Biaya operasional
adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Berdasarkan data yang diperoleh, biaya operasional
Kelompok Nangsri sebesar Rp. 4.896.000,-
23
b) Pendapatan
Berdasarkan perhitungan data yang diperoleh total pendapatan Kelompok
Nangsri sebesar Rp 15.768.000,- dan dapat dikatakan usaha tersebut sudah
untung karena pendapatan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan disebut juga pemasukan dari seseorang warga masyarakat sebagai
hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Harga faktor
produksi ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.
c) Titik Impas (Break Event Point)
Berdasarkan perhitungan diperoleh BEP dalam produk sebesar Rp.
256,17 /m3 artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila minimal bisa
menjual atau menghasilkan produksi gas dari biogas sebanyak 256,17/ m3 dan
BEP dalam rupiah sebesar Rp 3.842615,31,- artinya usaha tersebut mampu
berjalan apabila pendapatan minimal sebesar Rp 3.842615,31,- maka dapat
disimpulkan usaha biogas kelompok ternak Nangsri menguntungkan.
Analisis Investasi (NPV, IRR, PP)
Kelompok ternak Nangsri yang merupakan tergabung dalam koperasi susu Warga
Mulya, dimana kelompok-kelompok ternak masih bersifat industri rumah tangga
menengah sehingga analisis investasinya dibuat hanya 10 tahun.
1. NPV (Net Present Value)
Nilai sekarang bersih atau Net Present Value (NPV), merupakan selisih antara
nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa
yang akan datang. Kriteria nilai sekarang bersih (NPV) didasarkan atas konsep
pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang. Dengan mendiskontokan
24
semua arus kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai
sekarang, kemudian menghitung angka bersihnya, akan diketahui selisihnya
dengan memakai dasar yang sama yaitu harga (Pasar) saat ini. Jadi telah
diketahui faktor nilai waktu dari uang dan (selisih) besar arus kas masuk dan
keluar. Hal ini sangat membantu pengambilan keputusan untuk menentukan
pilihan. NPV menunjukkan nilai Lump-sum yang dengan arus diskonto tertentu
memberikan angka seberapa besar nilai usaha (Rp) tersebut pada saat ini.
NPV =
Keterangan :
Bt = penerimaan cash (cash inflow) pada tahun ke I
Ct = pengeluaran/biaya pada tahun ke t
(1 + i)t = discount factor
t = n = umur ekonomis proyek
Tabel 6. Perhitungan NPV kondisi normalTahun Cash Outflow (jt rupiah) i = 15% PVC Cash inflow (jt rupiah) PVB NPV' i = 17% PVC PVB NPV"
- 24,660,000 1 24,660,000 - - (24,660,000) 1 24,660,000 - (24,660,000) 1 8,655,000 1 7,526,388 15,768,000 13,711,853 6,185,465 1 7,397,436 13,476,923 6,079,487 2 8,655,000 1 6,544,046 15,768,000 11,922,185 5,378,139 1 6,322,595 11,518,738 5,196,143 3 8,655,000 1 5,690,663 15,768,000 10,367,460 4,676,798 1 5,403,927 9,845,075 4,441,148 4 8,655,000 1 4,948,929 15,768,000 9,016,142 4,067,213 1 4,618,741 8,414,594 3,795,853 5 8,655,000 0 4,303,266 15,768,000 7,839,850 3,536,584 0 3,947,642 7,191,961 3,244,319 6 8,655,000 0 3,741,557 15,768,000 6,816,506 3,074,950 0 3,374,053 6,146,975 2,772,922 7 8,655,000 0 3,253,415 15,768,000 5,927,191 2,673,777 0 2,883,806 5,253,825 2,370,019 8 8,655,000 0 2,829,320 15,768,000 5,154,559 2,325,240 0 2,464,791 4,490,448 2,025,657 9 8,655,000 0 2,460,617 15,768,000 4,482,842 2,022,226 0 2,106,659 3,837,990 1,731,331
10 8,655,000 0 2,139,516 15,768,000 3,897,850 1,758,334 0 1,800,564 3,280,333 1,479,770 11,038,724 8,476,648
Berdasarkan perhitungan NPV diatas, proyek biogas bisa dijalankan karena
NPV> 0 dan investasi yang digunakan memberikan manfaat bagi kelompok ternak.
25
2. IRR (Internal Rate of Return)
IRR adalah tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang netto
dari arus manfaat netto tambahan atau arus uang tambahan sama dengan nol.
Tingkat tersebut adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh
proyek sehubungan dengan sumberdaya yang digunakan. IRR dinyatakan dalam
persen yang identik dengan ongkos investasi.
Estimasi IRR kelompok ternak Nangsri
Rumus :
atau disederhanakan
Berdasarkan data perhitungan diperoleh nilai IRR sebesar 23,62%. Nilai
IRR dibandingkan dengan bunga bank dan diketahui bunga bank yang berlaku
saat ini untuk swasta sebesar 10,3% , maka dapat disimpulkan usaha
pemanfaatan Biogas dari kotoran ternak Kelompok Nangsri efisien atau layak
untuk dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari bunga bank.
3. Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu pengembalian biaya investasi yang
merupakan nilai kumulatif dari arus penerimaan (benefit). Semakin cepat suatu
rencana usaha dapat mengembalikan biaya investasi maka semakin cepat pula
suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan.
26
Perhitungan Payback period normal.
Modal 24660000Proceeds th 1 - 15768000
Sisa 8892000Proceeds th 2 - 15768000
PP = 1.5639269 TahunBulan 18.767123 Bulan
Payback period = (1 + ( 8.892.000)x1)= 1,56 tahun 15.768.000
PBP diperoleh 1,56 tahun, hal ini menunjukan bahwa mampu mengembalikan
seluruh investasi yang telah di tanam pada tahun ke-1 bulan ke-6.
4. Analisis Sensitivitas
Teknik analisis sensitivitas pada kelompok ternak Nangsri :
a. Identifikasi faktor-faktor perubahan (penurunan produksi, penurunan
harga output, dan kenaikan biaya atau harga input) yang mungkin atau
dapat saja terjadi pada kelompok ternak tersebut.
b. Perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi berapa besar
pengaruh pada aliran kas kelompok ternak Nangsri, apakah manfaat
ataupun biayanya.
c. Misalnya analisis sensitivitas kelayakan bisnis, yaitu : penurunan produksi
biogas sebesar 13% karena persaingan dengan kelompok ternak lain dan kenaikan
harga input yakni sebesar 25%.
27
Tabel 7. Analisis Sensitivitas pada Penurunan Produksi Biogas 13%
Tahun Cash Outflow (jt rupiah) i = 15% PVC Cash inflow (jt rupiah) PVB NPV' i = 17% PVC PVB NPV"- 24,660,000.00 1.00 24,660,000.00 - - (24,660,000.00) 1.00 24,660,000.00 - (24,660,000.00)
1.00 8,655,000.00 0.87 7,526,388.00 13,718,160.00 11,929,311.94 4,402,923.94 0.85 7,397,435.90 11,724,923.08 4,327,487.18 2.00 8,655,000.00 0.76 6,544,045.50 13,718,160.00 10,372,300.78 3,828,255.28 0.73 6,322,594.78 10,021,301.78 3,698,706.99 3.00 8,655,000.00 0.66 5,690,662.50 13,718,160.00 9,019,690.20 3,329,027.70 0.62 5,403,927.17 8,565,215.19 3,161,288.03 4.00 8,655,000.00 0.57 4,948,929.00 13,718,160.00 7,844,043.89 2,895,114.89 0.53 4,618,741.17 7,320,696.75 2,701,955.58 5.00 8,655,000.00 0.50 4,303,266.00 13,718,160.00 6,820,669.15 2,517,403.15 0.46 3,947,642.02 6,257,005.77 2,309,363.74 6.00 8,655,000.00 0.43 3,741,556.50 13,718,160.00 5,930,360.57 2,188,804.07 0.39 3,374,053.01 5,347,868.18 1,973,815.16 7.00 8,655,000.00 0.38 3,253,414.50 13,718,160.00 5,156,656.34 1,903,241.84 0.33 2,883,805.99 4,570,827.50 1,687,021.51 8.00 8,655,000.00 0.33 2,829,319.50 13,718,160.00 4,484,466.50 1,655,147.00 0.28 2,464,791.45 3,906,690.17 1,441,898.72 9.00 8,655,000.00 0.28 2,460,616.50 13,718,160.00 3,900,072.89 1,439,456.39 0.24 2,106,659.36 3,339,051.43 1,232,392.07
10.00 8,655,000.00 0.25 2,139,516.00 13,718,160.00 3,391,129.15 1,251,613.15 0.21 1,800,563.55 2,853,890.11 1,053,326.56 750,987.41 (1,072,744.46)
Estimasi IRR kelom
pok ternak Nangsri
Rumus :
atau disederhanakan
28
Tabel 8. Analisis Sensitivitas pada Kenaikan Harga Input sebesar 25%
Tahun Cash Outflow (jt rupiah) i = 15% PVC Cash inflow (jt rupiah) PVB NPV' i = 17% PVC PVB NPV"- 24,660,000.00 1.00 24,660,000.00 - - (24,660,000.00) 1.00 24,660,000.00 - (24,660,000.00)
1.00 10,818,750.00 0.87 9,407,985.00 15,768,000.00 13,711,852.80 4,303,867.80 0.85 9,246,794.87 13,476,923.08 4,230,128.21 2.00 10,818,750.00 0.76 8,180,056.88 15,768,000.00 11,922,184.80 3,742,127.93 0.73 7,903,243.48 11,518,737.67 3,615,494.19 3.00 10,818,750.00 0.66 7,113,328.13 15,768,000.00 10,367,460.00 3,254,131.88 0.62 6,754,908.96 9,845,074.93 3,090,165.98 4.00 10,818,750.00 0.57 6,186,161.25 15,768,000.00 9,016,142.40 2,829,981.15 0.53 5,773,426.46 8,414,593.96 2,641,167.50 5.00 10,818,750.00 0.50 5,379,082.50 15,768,000.00 7,839,849.60 2,460,767.10 0.46 4,934,552.53 7,191,960.65 2,257,408.12 6.00 10,818,750.00 0.43 4,676,945.63 15,768,000.00 6,816,506.40 2,139,560.78 0.39 4,217,566.26 6,146,974.91 1,929,408.65 7.00 10,818,750.00 0.38 4,066,768.13 15,768,000.00 5,927,191.20 1,860,423.08 0.33 3,604,757.49 5,253,824.71 1,649,067.22 8.00 10,818,750.00 0.33 3,536,649.38 15,768,000.00 5,154,559.20 1,617,909.83 0.28 3,080,989.31 4,490,448.47 1,409,459.16 9.00 10,818,750.00 0.28 3,075,770.63 15,768,000.00 4,482,842.40 1,407,071.78 0.24 2,633,324.20 3,837,990.15 1,204,665.95
10.00 10,818,750.00 0.25 2,674,395.00 15,768,000.00 3,897,849.60 1,223,454.60 0.21 2,250,704.44 3,280,333.46 1,029,629.02 179,295.90 (1,603,406.00)
Estimasi IRR kelompok ternak Nangsri
Rumus :
atau disederhanakan
Perbandingan NPV (i = 15%) , Tabel 17. Hasil perhitungan pertama pada kondisi
normal: Rp 11.038.724, Tabel 18. Hasil perhitungan pada produksi turun 13% : Rp
750.980,41, Tabel 19. Hasil perhitungan kenaikan harga input 25% : Rp 179.295,90
29
Perbandingan IRR, Tabel 17. Hasil perhitungan pertama pada kondisi normal:
23,62%, Tabel 18. Hasil perhitungan pada produksi turun 13% : 15,82%, Tabel 19.
Hasil perhitungan kenaikan harga input 25% : 15,20%
Berdasarkan analisis sensitivitas di atas, maka :
1. Pada kondisi normal nilai biogas ini layak untuk dijalankan karena telah
memenuhi kriteria kelayakan investasi.
2. Pada saat terjadi penurunan produksi sebesar 13% dan peningkatan harga input
25%, usaha usaha juga masih layak dijalankan walaupun terdapat penurunan
perolehan manfaat bersih yang signifikan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa usaha biogas ini sensitif terhadap
perubahan produksi (yakni penurunan produksi) dan peningkatan harga.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Koperasi Susu “Warga Mulya” berhasil merangkul kelompok ternak untuk
Melalui pendekatan langsung kepada para konsumen, Koperasi Susu “Warga
Mulya” mengarahkan angota kelompok ternak untuk membangunan instalasi
biogas sebagai sumber energi alternatif yang biayanya lebih
terjangkau.Sebagian besar kelompok ternak sapi di wilayah Koperasi Susu
“Warga Mulya” dan sekitarnya mulai terbebas dari gas elpiji dan beralih
memanfaatkan energi biogas untuk kebutuhan bahan bakar sehari-hari
2. Analisis Pendapatan Kelompok ternak Nangsri oleh Koperasi Susu “Warga
Mulya” dalam satu tahun diperoleh sebesar Rp. 15.768.000 yang diperoleh
dari hasil produksi Biogas.
3. Manajemen yang telah diterapkan di kelompok ternak Nangsri sudah
memenuhi standar untuk menjamin keberlanjutan perusahaan.
4. Kelompok ternak Nangsri merupakan usaha yang layak dijalankan karena
telah memenuhi analisis investasi yang dilakukan (NPV, IRR dan PP).
5. Berdasarkan analisis sensitivitas kelompok ternak Nangsri ini sensitif
terhadap perubahan produksi (yakni penurunan produksi 13%) dan
peningkatan harga 25 %.
31
Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sesuai hasil studi lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk lebih meningkatkan pendapatan peternak atau kelompok ternak, maka
perlu dilakukan pengolahan limbah padat dan cair pada biogas, menjadi
pupuk organik yang siap dipakai untuk pemupukan pertanaman sehingga
mendapatkan nilai tambah.
2. Untuk menjaga kesinambungan produksi biogas dan limbah biogas perlu
dilakukan perawatan instalasi baik oleh anggota kelompok
32
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Krisno. 2011. Tipologi Pendayagunaan Kotoran Sapi dalam Upaya Mendukung Pertanian Organik di Desa Sumbersari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Jurnal GAMMA. 7 (1): 42-49.
Gunawan, D. 2013. Produksi Biogas sebagai Sumber Energi Alternatif dari Kotoran Sapi. Scientific Article. 1(2): 1-3.
Martinez J., P. Dabert, S. Barirngton, dan C. Burton. 2009. L:ivestock Waste Treatment Systems for Enviromental Quality, Food Safety and Sutainability. Jurnal Science Direct Bioresource Technology. 100: 5527 – 5536.
Nastiti, Sri. 2008. Penampilan Budidaya Ternak Ruminansia di Pedesaan Melalui Teknologi Ramah Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjajaran, Bandung.
Sudiarto, Bambang. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjajaran, Bandung.
Recommended