View
221
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Oleh :
Ririn Setiorini
NIM : 205081000195
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ii
ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Oleh :
Ririn Setiorini
NIM : 205081000195
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
i
iii
ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ririn Setiorini
205081000195
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof, Dr. Ahmad Rodoni, MM
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
NIP. 196 902 032 001 121 003 NIP. 197 411 272 001 121 002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ii
iv
ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Ririn Setiorini
205081000195
Tim Penguji Ujian Skripsi
Penguji I Penguji II
Prof, Dr. Ahmad Rodoni, MM
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
NIP. 196 902 032 001 121 003 NIP. 197 411 272 001 121 002
Penguji Ahli
H.M. Arief Mufraini, Lc, M.Si.
NIP. 19770122 200312 1 002
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2009
iii
v
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, tanggal 17 November tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Ririn Setiorini, NIM : 205081000195 dengan judul
skripsi “ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperlihatkan
kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indo Yama Nasarudin, SE, MAB
H.M. Arief Mufraini, Lc, M.Si.
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
iv
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ririn Setiorini
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Oktober 1986
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Single
Alamat : Jl. Jalak II Rt.003 / 05 No. 52
Kampung Sawah – Ciputat 15413
Phone : +62-21 7426988
Mobile phone : +62-21 98847593 / 081311006417
Email : rien.setiyo@gmail.com
FORMAL EDUCATION
1992- 1998 SD Negeri 02 Kampung Sawah
1998- 2001 SLTP Negeri 1 Pamulang
2001- 2004 SMK Negeri 30 Jakarta
2005 – 2009 Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jurusan Manajemen
v
vii
ABSTRAK
The purpose of this research is to analyze how working capital (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, receivable turnover ratio) can give the influence the profitability (Return on total assets ratio) in manufacture company which is listed in the Indonesia Stock Exchange.
Object of this research consist 31 manufacture company which is listed in the Indonesia Stock Exchange. Data of financial statement is using 4 years financial statement, from 2004 until year 2007.
Analysis method which has been used for this research is multi regression analysis method. The result of this research is showed that sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, and receivable turnover ratio give influence which is significant to return on total assets ratio.
Key word : Working capital, profitability, T- test, F- test.
vi
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengarua modal kerja (sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, receivable turnover ratio) memberikan pengaruh terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan selama 4 tahun, dari tahun 2004 - 2007.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio,dan receivable turnover ratio memberikan hasil yang signifikan terhadap return on total assets ratio (ROA).
Kata kunci : Modal Kerja, Profitabilitas, uji-T, uji-F.
vii
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulilahi Rabbil’ Alamin, segala puji
hanya bagi Allah SWT pemilik segala sesuatu yang ada dibumi dan langit. Atas
berkat rahmat dan ridha-Nya, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
untuk Nabi Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian
Program Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan
skripsi ini.
Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua ku tercinta yang telah memberikan dukungan bathin dan
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Sayang kalian
selaluuuu...
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan I (Pudek I) Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan dan
bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua
arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya
skripsi ini.
viii
x
4. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dan
bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua
arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya
skripsi ini.
5. Keluargaku tersayang mas An, mama Ucon, No, mb Tutu terimakasih atas
dukungan dan kepercayaan semuanya selama ini.. Alim sm Ucon yang sering
ngrecokin rin, makasih yak de.. jadi semangat loh..
6. Sahabat-sahabat seperjuangan, Nove, Uni, Lisa, Retno, Kepri Family, senang
bisa mengenal kalian, seakan semuanya begitu sempurna dan tak terganti..
Jangan berganti yak kawan.Tetap seperti ini yooo.. Makasiih yaa,, Tetep
bersemangat yoo..!!
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmunya selama masa perkuliahan.
8. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Soaial, terima kasih atas
keramahan dan pelayanannya yang luar biasa. Terima kasih.
9. Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, bang ijojs, yang dengan sabar
nyembuhin komputerku, bang dk yg selalu memberi support, tenang dan
damai disana ya bang.. Cipscips yg gak bosen ngasih support, dan seluruh
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh
mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca skripsi ini pada
umumnya. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, Desember 2009
Ririn Setiorini
ix
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ v
ABSTRACT............................................................................................................... vi
ABSTRAK................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12
A. Modal Kerja... ................................................................................ 12
1. Pengertian Modal Kerja ............................................................. 12
2. Jenis-jenis Modal Kerja ............................................................. 15
x
xii
3. Penentuan Besarnya Modal Kerja..............................................18
4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja ...................................... 20
B. Profitabilitas................................................................................... 26
1. Gross Profit Margin ................................................................... 26
2. Net Profit Margin....................................................................... 26
3. Return On Investment ................................................................ 27
4. Return On Equity ....................................................................... 28
C. Kerangka Pemikiran....................................................................... 29
D. Hipotesis ........................................................................................30
E. Penelitian Sebelumnya.................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 34
A. Ruang Lingkup penelitian ............................................................... 34
B. Metode Penentuan Sampel .............................................................. 34
C. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 35
D. Metode Analisis Data ...................................................................... 35
1. Uji Asumsi Klasik........................................................................ 35
2. Analisis Koefisien Regresi Berganda .......................................... 38
3. Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 39
4. Uji F (pengujian secara simultan) ................................................ 39
5. Uji T (pengujian secara Parsial)................................................... 40
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 41
xi
xiii
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 44
A. Gambaran Umum Objek Penenlitian............................................... 44
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)............................................ 44
2. Nama Perusahaan Sektor Industri Manufaktur ........................ 48
B. Analisis dan Pembahasan ................................................................ 57
1. Analisis Deskritif ......................................................................... 57
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................. 67
a. Hasil Uji Normalitas............................................................... 67
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas.................................................. 70
c. Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................... 72
d. Hasil Uji Autokorelasi ............................................................ 72
3. Pengujian Hipotesis...................................................................... 73
a. Uji Simultan (Uji F)................................................................ 73
b. Uji Parsial (Uji T) ................................................................... 75
c. Koefisien Determinasi.............................................................. 80
BAB V KESIMPULAN................................................................................... 81
A. Kesimpulan..................................................................................... 81
B. Saran ............................................................................................... 82
C. Implikasi ......................................................................................... 82
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 84
LAMPIRAN ............................................................................................................. 86
xii
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan Halaman
4.1 Nama Perusahaan Manufaktur 48
4.2 ROA Perusahaan (2004-2007) 58
4.3 Sales Growth Ratio Perusahaan (2004-2007) 60
4.4 Financial Debt Ratio Perusahaan (2004-2007) 61
4.5 Fixed Financial Assets Ratio Perusahaan (2004-2007) 63
4.6 Inventory Turnover Ratio (2004-2007) 64
4.7 Receivable Turnover Ratio (2004-2007) 66
4.8 Uji Normalitas 69
4.9 Uji Multikolinieritas 72
4.10 Uji Autokorelasi 73
4.11 Uji Simultan 73
4.12 Uji Parsial 75
4.13 Koefisien Determinasi 84
xiii
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran 29
Gambar 4.1 : Uji Normalitas 68
Gambar 4.2 : Histogram 68
Gambar 4.3 : Scatter Plot 71
xiv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halama
n
1 Perhitungan Return on Total Assets Ratio (ROA) (2004-2007) 90
2 Perhitungan Sales Growth Ratio (2004-2007) 91
3 Perhitungan Financial Debt Ratio (2004-2007) 92
4 Perhitungan Fixed Financial Assets Ratio (2004-2007) 93
5 Perhitungan Inventory Turnover Rato (2004-2007) 94
6 Perhitungan Receivable Turnover Ratio (2004-2007) 95
7 Output SPSS 96
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang terus meningkat dewasa ini, juga
dengan banyaknya perusahaan sejenis yang muncul membuat persaingan
usaha menjadi semakin pesat. Hal ini membuat persoalan manajemen menjadi
semakin kompleks. Apalagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang
belum stabil, sehingga membuat banyak perusahaan kesulitan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini sangat mempengaruhi
kebijakan-kebijakan yang dianut oleh perusahaan. Tidak jarang perusahaan
harus mengubah kebijakan yang dianut demi memperbaiki dan meningkatkan
kebijakan yang saat ini dijalankan.
Perusahaan dituntut untuk selalu inisiatif, kreatif, dan inovatif
dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam upaya
memenangkan pasar dan untuk selalu menyesuaikan diri terhadap segala
macam perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang baik
kondisi perekonomian, peraturan pemerintah, kondisi konsumen, maupun
kondisi pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus tumbuh, berjalan serta
membangun manajemennya secara konsepsional dan sistematis melalui
pemanfaat sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Salah satu sumber daya yang penting yang dimiliki perusahaan
adalah sumber daya keuangan, yaitu modal. Pengertian modal disini memiliki
1
2
arti yang luas meliputi aspek lain yang ada dalam perusahaan untuk mengukur
nilai tambah perusahaan.
Menurut Bambang Riyanto (2001:18) yang mengutip pernyataan
Bekker yang menerangkan bahwa modal adalah baik yang berupa barang-
barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat
dineraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-
barang itu yang tercatat disebelah kredit.
Pengelolaan modal mempunyai peranan yang penting dalam usaha
menciptakan laba. Oleh karena itu, masalah yang kompleks menuntut manajer
perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana memperoleh dan memilih
sumber dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tetapi juga dituntut
untuk mengawasi, mengatur, juga mengendalikan masalah penggunaan modal.
Dalam hal ini seorang manajer harus mengambil keputusan yang tepat agar
perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya
pengambilan keputusan mengenai modal kerja.
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang
sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian manajer
keuangan ditujukan untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang
merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh
setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya : Untuk
memberikan uang muka pembelian bahan mentah, membiayai upah pegawai
dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan
dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui
3
hasil penjualan produksinya. Begitu pula kemajuan perusahaan akan seiring
dengan kebutuhan modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
usahanya, dimana makin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula
modal yang dibutuhkannya dan tidak mungkin dapat dipenuhi oleh perusahaan
sendiri tanpa ada bantuan atau menarik modal dari luar perusahaan.
Modal yang digunakan untuk investasi pada aktiva lancar disebut
modal kerja. Komponen modal kerja antara lain : Kas, surat berharga, piutang,
persediaan, hutang lancar.
Masalah modal kerja sama pentingnya seperti halnya masalah
investasi jangka panjang, kebijakan jangka panjang, kebijakan deviden
maupun merger dan reorganisasi.
Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang
keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja
dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama
sekali. Sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting
untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian
hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa
yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus
dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.
Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam
perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan
komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan
yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan,
4
maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi
kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi.
Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar
sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin
safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal
kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga
menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi
perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.
Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja
dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan
modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, persediaan yang harus
dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja
sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan.
Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk
uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena
menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara
produktif. Disamping itu kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan
inefisiensi atau pemborosan dalam operasi perusahaan.
Adanya efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran piutang
(receivable turnover) dan perputaran inventories (inventories turnover).
Perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinventasikan dalam komponen
5
modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek dan cepat
perputaran modal kerja maka perusahaan semakin efisien.
Dalam menentukan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan
dihadapkan dengan masalah likuiditas dan profitabilitas. Apabila perusahaan
memutuskan untuk memperbesar jumlah modal kerja maka tingkat likuiditas
akan terjaga, tetapi hal ini juga dapat menurunkan tingkat profitabilitas karena
kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar akan menurun. Dan
begitu juga sebaliknya, apabila perusahaan ingin meningkatkan
profitabilitasnya maka akan mempengaruhi likuiditasnya.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi memiliki
penilaian yang baik di mata para kreditur karena memungkinkan perusahaan
untuk membayar kewajiannya tepat waktu. Tetapi dari sudut pandang
pemegang saham likuiditas yang tinggi belum tentu meberikan keuntungan
yang lebih. Karena hal ini dapat menimbulkan adanya dana-dana yang
menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam
proyek yang lain.
Selain itu, penentuan sumber dana juga menjadi masalah yang
penting yang harus dihadapi perusahaan. Penentuan sumber dana bisa
dipenuhi dari sumber intern perusahaan seperti penarikan modal melalui
penjualan saham kepada masyarakat atau dari laba ditahan yang akhirnya
dapat digunakan kembali menjadi modal. Selain sumber dana intern, sumber
dana juga dapat dipenuhi dari sumber ekstern perusahaan seperti meminjam
6
dana dari para kreditur atau menerbitkan obligasi yang ditawarkan kepada
masyarakat.
Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dari pada modal
sendiri, ini dapat menyebabkan menurunnya profitabilitas karena beban bunga
yang harus dibayarkan kepada para kreditur juga meningkat.
Jadi apabila perusahaan memutuskan untuk meningkatkan jumlah
hutangnya, ini berarti meningkatkan resiko keuangan. Apalagi bila perusahaan
tidak dapat mengelola dana dari hutang itu dengan baik maka akan berdampak
negatif dan menurunkan profitabilitas. Sebaliknya juga, apabila perusahaan
dapat mengelola dana tersebut dengan baik dan dapat digunakan untuk
investasi-investasi pada proyek yang produktif, maka akan berdampak positif
dan dapat meningkatkan profitabilitas.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Faurani (2004). Faurani
melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika”
Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio
profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio),
modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik
inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas
pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain.
7
Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Marc Deloof (2003)
terhadap 1009 perusahaan non financial Belgia dari tahun 1992 sampai
dengan tahun 1996, yang berjudul “Does working capital management affect
profitability of Belgion firms?”
Penelitian tersebut membahas apakah manajemen modal kerja
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan non financial di
Belgia. Adapun variabel-variabel yang dipakai meliputi variabel dependent :
gross operating income, variabel independent : sales growth ratio, financial
debt ratio, fixed financial assets ratio, number of days account receivable,
numbers of days inventories, number of days account payable, cash
conversion cycle.
Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan sales growth ratio,
fixed financial assets ratio terhadap gross operating income adalah positif dan
pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila sales growth ratio, fixed
financial assets ratio mengalami kenaikan, maka gross operating incomenya
juga meningkat.
Hubungan financial debt ratio, number of days account receivable,
number of days inventories, number of days accounts payable terhadap gross
operating income adalah negatf dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya
apabila financial debt ratio, number of days accounts receivable, number of
inventories, number of days accounts payable, mengalami penurunan, maka
akan ada kenaikan gross operating income.
8
Jadi dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa piutang usaha
merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan dari pada
surat-surat berharga. Keuntungan yang tinggi memegang peranan penting
dalam penambahan account receivable, karena perusahaan dengan profit yang
tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadori Yunus (2005) terhadap
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, yang berjudul “Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada
perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”.
Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan oleh
Marc Deloof. Tetapi terdapat beberapa perbedaan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Marc Deloof. Hasil penelitian Hadori Yunus menunjukkan
bahwa hanya variabel financial debt ratio, fixed financial assets ratio, dan
number of days account payable saja yang memiliki hasil signifikan dan
variabel sales growth ratio, number of days inventories, account payable, dan
cash convertion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
gross operating income ratio. Sedangkan pada penelitian Marc Deloof hanya
variabel cash convertion cycle yang tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap grooss operating income ratio.
Pada penelitian kali ini, ratio profitabilitas yang digunakan adalah
return on total assets ratio dan variabel modal kerjanya antara lain sales
9
growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories
turnover ratio, dan receivable turnover ratio.
Berdasarkan studi terdahulu pada industri manufaktur terdapat
beberapa perusahaan yang memiliki modal kerja yang tinggi tetapi memiliki
profitabilitas yang rendah. Dan ada juga beberapa perusahaan yang memiliki
modal kerja yang rendah tetapi memiliki profitabilitas yang tinggi.
Industri manufaktur menjadi industri yang penting bagi
perkembangan perekonomian bangsa Indonesia. Karena banyaknya
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur ini. Dalam
proses produksinya perusahaan membutuhkan berbagai sumber daya termasuk
sumber daya manusia. Karena itu industri manufaktur dapat menyerap tenaga
kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara.
Maka dari itu pengelolaan modal kerja harus dilakukan seefektif
mungkin, agar dapat meningkatkan laba operasi perusahaan, sehingga
perusahaan dapat berjalan terus. Apa lagi dengan meningkatnya kompetisi di
pasar global, dimana perusahaan harus dapat bertahan.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik
untuk mengambil judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)”.
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka masalah penelitiannya
adalah :
1. Bagaimana pengaruh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed
financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio
terhadap return on total assets ratio pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial?
2. Variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap
profitabilitas (return on total assets) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada permasalahan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Menganalisa pengaruh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed
financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio
terhadap return on total assets ratio pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial.
2. Mengetahui variabel modal kerja (sales growth ratio, financial debt ratio,
fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover
ratio) mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap
profitabilitas (return on total assets ratio).
11
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
maka akan diperoleh beberapa manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pemahaman
mengenai manajemen keuangan, khususnya pada pengelolaan manajemen
modal kerja serta pengaruhnya terhadap profitabilitas
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi semacam
kontribusi pemikiran yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai
bahan pertimbangan dan evaluasi, khususnya manajer keuangan di dalam
menrencanakan dan mengendalikan modal kerja seefektif dan seefisien
mungkin.
3. Bagi para pembaca, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna
untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai mengenai modal kerja dan
mungkin dapat menjadi bahan referensi serta perbandingan untuk
penelitian yang akan datang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Kerja
1. Pengertian Modal Kerja
Perusahaan yang bergerak dibidang apapun baik itu perusahan jasa
maupun perusahaan produksi barang selalu membutuhkan modal kerja untuk
membiayai kegiatan usahanya, dengan harapan dana yang telah dikeluarkan
dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka yang relatif
pendek. Pengertian modal dalam perusahaan belum terdapat suatu kesatuan
pendapat diantara para ahli ekonomi. Untuk melihat pengertian modal itu,
maka penulis mengemukakan pendapat dari beberapa ahli ekonomi yang
memberikan defenisi dari modal. Menurut Lukas Setia Atmaja (2003:19),
mendefinisikan modal sebagai “Dana yang digunakan untuk membiayai
pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang
ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen,
dan laba ditahan”.
Kemudian Agnes Sawir (2005:129), menyebutkan bahwa “Modal kerja
adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula
dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan
operasi perusahaan sehari-hari.”
S. Munawir (2004:116), menyebutkan “Modal kerja berarti net
working capital atau kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar, sedang
12
13
untuk modal kerja sebagai aktiva lancar digunakan istilah modal kerja bruto
(gross working capital)”.
Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan
digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari. Kekurangan
uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar
kewajiban jangka pendeknya sedangkan kekurangan persediaan akan
menyebabkan perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena pembeli
tidak jadi membeli produk perusahaan sehingga tidak terjadi piutang
tersebut S. Munawir (2004:116).
Hadori Yunus (2005:5). Perusahaan yang membiayai kebutuhan modal
kerja dengan pinjaman, jika tidak dilakukan perencanaan yang matang selain
akan mengurangi laba yang diperolehnya, juga akan memberikan beban
berat pada perusahaan diwaktu yang akan datang. Maka manajeman modal
kerja sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola kebutuhan modal
kerjanya sehingga terhindar dari risiko yang akan terjadi.
Menurut S. Munawir (2004:201), manajemen keuangan jangka pendek
adalah manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan. Sasaran
manajemen keuangan jangka pendek adalah untuk mengelola setiap aktiva
lancar perusahaan (kas, surat berharga, piutang dan persediaan) dan pasiva
lancar (hutang dagang, wesel bayar, kewajiban
yang masih harus dibayar)
untuk mencapai keseimbangan antara laba dan risiko yang memberi
kontribusi positif terhadap nilai perusahaan. Misalnya:
1. Aktiva lancar dalam jumlah besar akibatnya mengurangi laba.
14
2. Aktiva lancar dalam jumlah kecil akibatnya meningkatkan risiko tidak
dapat membayar.
3. Hutang lancar dalam jumlah besar akibatnya dapat meningkatkan risiko
yaitu tidak dapat membayar pada saat jatuh tempo S. Munawir
(2004:201).
Mengenai pengertian modal kerja kemudian Bambang Riyanto
(2001:57) mengemukakan adanya beberapa konsep yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-
unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali
berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang
tertanam didalamnya akan bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan
demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut
modal kerja bruto (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan
dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif
ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang
lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka
sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva
lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasinya dalam
15
menjaga likuiditas perusahaan. Oleh karenanya maka modal kerja
menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar
dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa
mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva
lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering
disebut modal kerja neto (net working capital).
3. Konsep Fungsionil
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau
digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode
akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan
bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang
juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya
digunakan untuk menghasilkan current income. Bambang Riyanto
(2001:57).
2. Jenis-jenis Modal Kerja
Mengenai modal kerja Taylor dalam Agnes Sawir (2005:132)
menggolongkan modal kerja, yaitu:
1. Modal kerja permanen
Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal
kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
16
fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus
diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital dapat
dibedakan yaitu:
a. Modal kerja primer (primary working capital) yaitu modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas usahanya.
b. Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal
kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang
normal.
2. Modal kerja variabel
Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu jumlah
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:
a. Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b. Modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi
konjungtur.
c. Modal kerja darurat (emergency working capital ) yaitu modal
kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat
yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan
buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak), Agnes
Sawir (2005:132).
17
Menurut Bambang Riyanto (2001:60), untuk memenuhi kebutuhan
modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin.
Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan,
perusahaaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal
kerja. Untuk itu perusahaan dapat menggunakan prinsip-prinsip
pembelanjaan yaitu:
1. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat
digunakan untuk membiayai modal kerja.
2. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang, atau jangka
pendek maka terlebih dahulu terhitung jangka-jangka waktu kritisnya.
Agus Sartono (2001:55), menambahkan bahwa modal kerja selalu
dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan, selama perusahaan
yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja
(working capital turnover period) mulai dari saat dimana kas diinvestasikan
dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi
menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat
perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya).
Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada
berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal
kerja tersebut. Periode perputaran barang dagangan adalah lebih pendek
daripada barang yang mengalami proses produksi.
18
3. Penentuan Besarnya Modal Kerja
Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan
perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis, efisiensi dan terhindar dari
resiko kesulitan likuiditas. Untuk menentukan modal kerja yang cukup pada
suatu perusahaan perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya modal kerja.
Menurut Bambang Riyanto (2001:64) besar kecilnya kebutuhan modal
kerja tergantung kepada dua faktor yaitu:
1. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya atau perputaran tetap
Dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap harinya
mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar
pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin
lamanya periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang
dibutuhkan adalah semakin besar.
2. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah
keseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang
meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan
mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi
simpanan di gudang dan jangka waktu penerimaan piutang. Pengeluaran
setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap
harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu,
pembayaran upah buruh dan biaya-biaya lainnya.
19
Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka
kebutuhan modal kerja, cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama
satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan
tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk
seterusnya dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang
disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerja tidak
cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran
saja, melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan
periode perputarannya. Bambang Riyanto (2001:64).
Bambang Riyanto (2001:76), menambahkan bahwa perusahaan besar
mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dnegan
perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin
membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan total aktiva
atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah
perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan.
Sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan
piutang. Sehingga modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan
kredit, jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit
maka diperlukan kas yang lebih sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti
menambah jumlah produksi dan juga akan menambah total aktiva lancar.
Jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan
keseluruhan. Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas
20
menyediakan keamanan dalam membayar tagihan. Persediaan memberikan
risiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual.
4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Sumber-sumber dana perlu dipisahkan terhadap kebutuhan modal
kerja permanen dan kebutuhan modal kerja variabel. Kebutuhan modal kerja
variabel dimana modal kerja tersebut hanya dibutuhkan beberapa saat saja
(beberapa bulan saja) dan tidak dibutuhkan secara terus menerus (biasanya
kebutuhan pada saat volume penjualan puncak), maka harus dibelanjai
dengan sumber dana jangka pendek selama atau pada saat modal kerja
tersebut dibutuhkan.
Menurut S. Munawir (2004:120) sumber modal kerja suatu
perusahaan dapat berasal dari:
a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan bersih yang
nampak dalam perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan
amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal
dari hasil operasi perusahaan.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
pendek).
c. Penjualan aktiva tidak lancar.
d. Penjualan saham atau obligasi.
21
Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat
dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan
tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan
apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba
tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek
(marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar
yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi
perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga menyebabkan
terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat
berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari
penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertumbuhnya
modal kerja. Sebaliknya, apabila dalam penjualan tersebut terjadi kemajuan
maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila efek atau
investasi jangka pendek ini dijual dengan harga jual yang sama dengan
harga perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan efek-efek
tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak
bertambah maupun berkurang). Untuk menganalisa sumber-sumber modal
kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat
berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha
pokok perusahaan. S. Munawir (2004:121).
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil
penjualan aktiva tetap, investai jangka panjang dan aktiva tidak lancar
22
lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva
ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja
sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap
atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti
aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar
sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang
dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan
dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik
perusahaan untuk menambah modalnya. Disamping ini perusahaan dapat juga
mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna
memahami modal kerja. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi
bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam
mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
(terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan
mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah
modal kerja yang dibutuhkan. S. Munawir (2004:121)
Disamping keempat sumber diatas masih ada lagi sumber lain yang
dapat diperoleh perusahaan untuk menambah aktiva lancarnya misalnya dana
pinjaman/kredit dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya serta hutang
dagang yang diperoleh dari para penjual atau supplier. Disini bertambahnya
aktiva lancar diimbangi atau dibarengi dengan bertambahnya hutang lancar,
23
sehingga modal kerja (dalam arti net working capital) tidak berubah. S.
Munawir (2004:121)
Sementara Agnes Sawir (2005:141) sumber-sumber yang akan
menambah modal kerja, yaitu:
1. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun
penambahan modal saham.
2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya
penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3. Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau
utang jangka panjang lainnya.
Bambang Riyanto (2001:65), menambahkan sumber modal kerja yang
diperoleh perusahaan hendaknya dapat digunakan seefisien mungkin
perusahaan dapat menjalankan operasi perusahaan dengan baik sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai. Tersedianya modal kerja yang segera dapat
dipergunakan dalam operasi perusahaan, tergantung pada tipe/sifat likuid
(mudah ditukarkan/dicairkan menjadi uang tunai) dari aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan. Namun demikian modal kerja harus mampu membiayai
pengeluaran-pengeluaran atas operasi perusahaan sehari-hari.
Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk
maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun
tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan
penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Misalnya
24
penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau membayar hutang lancar, maka
penggunaan aktiva lancar ini tidak mengakibatkan penurunan jumlah modal
kerja karena penurunan aktiva lancar tersebut diikuti atau diimbangi dengan
penurunan hutang lancar dalam jumlah yang sama.
Menurut S. Munawir (2004:125) pengunaan-penggunaan aktiva lancar
yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah :
1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan,
persediaan kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan
surat berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.
3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-
tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pensiun obligasi,
dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana lainnya.
4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang
atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva
lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal
kerja.
5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik,
hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta
penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk
seterusnya) saham perusahaan yang beredar; atau adanya penurunan
hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.
25
6. Pengambilan uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian
keuntungan oleh pemilik saham dalam perusahaan perseorangan dan
persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas.
S. Munawir (2004:125).
Sementara Agnes Sawir (2005:141), penggunaan modal kerja yang
akan mengurangi modal kerja, yaitu:
1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan
privasi oleh pemilik perusahaan.
2. Pembayaran utang-utang jangka panjang.
3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
Di samping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan
berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang
tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva
lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva
lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk
aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang). S. Munawir (2004:128),
penggunaan aktiva lancar yang tidak mengurangi modal kerja, seperti:
1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai.
2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari
piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes
receivable).
26
B. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri, Sartono
(2001:130). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan
atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang
saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat
aktivitas atau investasi.
Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio). Rasio-
rasio yang digunakan dalam mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut :
1. Gross Operating Margin
A. Sawir (2005:18). Rasio gross operating margin atau margin
keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan
dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi
oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat
maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan
kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau
biaya produksinya, meigindikasikan kemampuan perusahaan untuk
berproduksi secara efisien.
GPM = x 100%
2. Net Profit Margin
Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang
diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata
Penjualan – Harga Pokok Penjualan Penjualan
27
lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan, A.
Sawir (2005:18).
NPM = x 100%
3. Return On investment
Munawir (2004:89). Return on Investment atau return on assets
menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, dapat diketahui apakah
perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih
baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Analisa return on investment (ROI) dalam analisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa
keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa return on
investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim
digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan. Return on investment ROI) itu sendiri
adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk
dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan.
Laba Setelah Pajak
Penjualan
28
ROI = x 100%
4. Return On Equity
A. Sawir (2005:20). Return on equity atau return on net worth
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian
yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.
Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila
proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.
ROI = x 100%
5. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas :
a. Profit margin, yaitu perbandingan antara “net operating income’
dengan “Net Sales”.
b. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu
kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.
Laba Setelah Pajak
Total Aktiva
Laba Setelah Pajak
Total Aktiva
29
Laporan Keuangan Perusahaan
Uji asumsi klasik
Uji regresi linier berganda
Kesimpulan dan implikasi
Modal kerja 1. sales growth ratio, 2. financial debt ratio, 3. fixed financial assets
ratio, 4. inventories turnover ratio 5. receivable turnover ratio.
Profitabilitas
Return on total assets ratio
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dibuat adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
30
D. Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel bebas (variabel
independent) terhadap variabel terikat (variabel dependent) secara simultan
maupun parsial. Adapun penelitian ini menguji hipotesis sebagai berikut :
1. Ho : Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio,
inventories turnover ratio, receivable turnover ratio tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (Return
on total assets).
2. Ha1 : Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio,
inventories turnover ratio, receivable turnover ratio memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (Return
on total assets).
E. Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Faurani (2004). Faurani
melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap
profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika”
Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio
profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio),
modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik
inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
31
modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas
pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain.
Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Marc Deloof (2003)
terhadap 1009 perusahaan non financial Belgia dari tahun 1992 sampai
dengan tahun 1996, yang berjudul “Does working capital management affect
profitability of Belgion Firms?”
Penelitian tersebut membahas apakah manajemen modal kerja
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan non financial di
Belgia. Adapun variabel-variabel yang dipakai meliputi variabel dependent :
gross operating income, variabel independent : sales growth ratio, financial
debt ratio, fixed financial assets ratio, number of days account receivable,
numbers of days inventories, number of days account payable, cash
conversion cycle.
Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan sales growth ratio, fixed
financial assets ratio terhadap gross operating income adalah positif dan
pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila sales growth ratio, fixed
financial assets ratio mengalami kenaikan, maka gross operating income juga
meningkat.
Hubungan financial debt ratio, number of days account receivable,
number of days inventories, number of days accounts payable terhadap gross
operating income adalah negative dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya
apabila financial debt ratio, number of days accounts receivable, number of
32
inventories, number of days accounts payable, mengalami penurunan, maka
akan ada kenaikan gross operating income.
Jadi dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa piutang usaha
merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan dari pada
surat-surat berharga. Keuntungan yang tinggi memegang peranan penting
dalam penambahan account receivable, karena perusahaan dengan profit yang
tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadori Yunus (2005) terhadap
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, yang berjudul “Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada
perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”.
Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan oleh
Marc Deloof. Tetapi terdapat beberapa perbedaan hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Marc Deloof. Hasil penelitian Hadori Yunus menunjukkan
bahwa hanya variabel financial debt ratio, fixed financial assets ratio, dan
number of days account payable saja yang memiliki hasil signifikan dan
variabel sales growth ratio, number of days inventories, account payable, dan
cash convertion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
gross operating income ratio. Sedangkan pada penelitian Marc Deloof hanya
variabel cash convertion cycle yang tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap grooss operating income ratio.
33
Indri Astuti (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh
manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan automotive and
allied product yang go public di BEJ. Variabel yang diteliti dalam penelitian
ini yaitu likuiditas, tingkat hutang, efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan
kas, tingkat perubahan hutang lancar dan profitabilitas. Rasio yang digunakan
antara lain likuiditas menggunakan current ratio, tingkat hutang menggunakan
leverage ratio, efisiensi modal kerja menggunakan rasio working capital
turnover (WCT), tingkat kecukupan kas menggunakan cash ratio, tingkat
perubahan hutang lancar menggunakan rasio perubahan hutang lancar.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang bergerak
dibidang sektor industri automotive and allied products yang terdaftar di BEJ,
yaitu sebanyak 18 perusahaan. Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu
analisis regresi linier berganda. Hasilnya bahwa variabel independent
likuiditas, leverage ( tingkat hutang), efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan
kas (cash ratio), perubahan hutang lancar diduga mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen yaitu return on invesment (ROI) industri
automotive and allied product tahun 2000-2003. Sedangkan secara simultan
terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan dan secara parsial terbukti
bahwa variabel efisiensi modal kerja berpengaruh positif secara signifikan
terhadap profitabilitas dan perubahan hutang lancar berpengaruh negatif
secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI).
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk sudah jadi dan telah
dipublikasikan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
yang digunakan yaitu laporan keuangan tahun 2004- 2007.
Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk
mengetahui bagaimana hubungan variabel modal kerja terhadap profitabilitas
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, apakah
terdapat pengaruh yang signifikan, atau tidak. Baik secara parsial maupun
simultan.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sample yaitu metode pengumpulan data sample yang
diambil tidak secara acak. Dengan kata lain sample yang dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian.
34
35
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian kali ini merupakan data
sekunder laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Dan telah dipublikasikan, seperti : data-data dari Bursa Efek
Indonesia (BEI), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM), Jurnal, internet www.idx.co.id
dan website
perusahaan yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan 31
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu laporan
keuangan selama kurun waktu empat tahun dari tahun 2004-2007.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan analisis korelasi agar menunjukkan hubungan yang
valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi
yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain:
a. Uji Multikolineritas
Singgih Santoso, (2004:203). Uji ini dilakukan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent.
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas
atau multikol. Model regresi yang baik seharusnya tidak tejadi korelasi
diantara variabel independent.
36
Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan nilai VIF dan
tolerance. Dimana jika nilai VIF terletak di sekitar angka 1 dan tolerance
mendekati angka 1 maka tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas
terjadi jika nilai VIF dan tolerance lemah, yakni dibawah angka 0,5.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model
regresi adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa matrik korelasi bebas variabel-variabel bebas. Jika antar
variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 90%)
maka hal ini indikasi adanya multikolinieritas.
2. Multikolinieritas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1.
Singgih Santoso, (2004:203).
b. Uji Heteroskedasitas
Singgih Santoso, (2004:208). Uji ini dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas
dan jika varians berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedasitas.
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedasitas, dapat dilakukan
dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan grafik scatter plot. Jika pada
grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal,
37
maka pengujian ini bebas dari heteroskedasitas dan sebaliknya jika titik-
titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari
garis diagonal maka diindikasikan adanya heteroskedasitas. Sedangkan
pada grafik scatter plot, jika pada grafik tersebut ada pola tertentu seperti
titik-titik membentuk pola teratur (bergelombang, melebar, dan
menyempit) maka diindikasikan telah terjadi heteroskedasitas dan jika
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Singgih
Santoso, (2004:208).
c. Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Singgih Santoso,(2002:214). Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi
atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW
terletak diantara angka -2 < DW <2 maka dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi, baik positif maupun negatif.
38
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen, variabel independent, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data
normal atau mendekati normal.
Singgih Santoso, (2004:214). Ada beberapa cara mendeteksi
normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal
dan grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar dari garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka diagonal regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Analisis Koefisien Regresi Berganda
Definisi regresi berganda menurut Boedijoewono (2001:303) adalah
yang menggunakan lebih dari 1 variabel yang mempengaruhi variabel
independen untuk menaksir variabel dependen agar taksiran menjadi lebih
akurat.
Regresi menunjukan hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain. Sifat hubungan ini juga dapat dijelaskan antara variabel
yang satu sebagai penyebab sedang yang lain sebagai akibat, dalam bentuk
variabel yang independen (X) dan variabel yang dependen (Y).
Berikut merupakan rumus metode analisis regresi berganda
39
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Dimana :
Y = Return on total assets ratio
a = Konstanta
b = Parameter koefisien regresi
X1 = Sales growth ratio
X2 = Financial debt ratio
X3 = Fixed financial assets ratio
X4 = Inventories turnover ratio
X5 = Receivable turnover ratio
3. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi ditunjukkan untuk melihat sberapa besar
kemampuan variabel independent menjelaskan variabel dependen yang dilihat
melalui adjusted R square karena variabel independennya lebih dari dua.
4. Uji F (Pengujian Secara Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji hubungan linier dari seluruh variabel
bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen
(Boedijoewono, 2001:290). Untuk menentukan uji F-tabel, tingkat signifikan
yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df
= (n-k) dan (k-l) dimana n adalah jumlah variabel termasuk konstanta dengan
kriteria uji yang digunakan adalah :
40
a. Bila F hitung < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua
variabel independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linier
yang signifikan terhadap variabel dependen.
b. Bila F hitung > F table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua
variabel independen secara simultan mempunyai hubungan linier yang
signifikan terhadap variabel dependen.
5. Uji t (Pengujian Secara Parsial)
Guna dari uji t ini untuk menguji pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat
signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of
freedom) df = (n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel
termasuk konstanta, dengan kriteria uji yang digunakan adalah :
a. Bila t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima, berarti ada pengaruh
yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Bila t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak, berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel
independen / bebas (X) dan variabel dependen / terikat (Y). Jadi berdasarkan
41
pokok permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka variabel yang akan
dianalisa dikelompokkan menjadi :
- Variabel Dependen : Return On Total Assets Ratio
- Variabel Independen: Modal Kerja, dengan sub variabel ;
1. Sales growth ratio
2. Financial debt ratio
3. Fixed financial assets ratio
4. Inventories turnover ratio
5. Receivable turnover Ratio,
Definisi operasional variabel
1. Return on total assets ratio (ROA) adalah pengukuran kemampuan
perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
jumlah aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Variebel ini merupakan
variabel dependen, dan diberi simbol Y.
ROA = x 100%
2. Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek
seperti kas, surat berharga, dan piutang dagang. Sub variabel :
Sales growth ratio adalah rasio pertumbuhan penjualan dengan
membandingkan penjualan tahun yang bersangkutan dengan penjualan
tahun sebelumnya. (Deloof, 2003)
Earning after tax Total assets
42
Sales Growth Raio = x 100%
Financial debt ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi pembiayaan hutangnya.
Financial debt ratio = x 100%
Fixed financial assets ratio adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi aktiva tetapnya. (Brigham and
Daves, 2001 :220).
Fixed financial assets = x 100%
Inventories turnover ratio adalah rasio yang mengukur efisiensi
pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang
cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan
seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan
(Sawir 2005 :15).
Inventories turnover ratio = x 100%
This years sales- previous years sales
Previous years sales
Financial debt Total assets
Fixed financial debt Total assets
Cost of good sold Inventories
43
Receivable turnover ratio adalah rasio yang menunjukkan efisiensi
pengelolaan piutang pada perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan
modal kerja yang ditanamkan pada piutang rendah. (Sawir, 2005:16)
Receivable turnover = x 100%
Receivable Sales
44
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan
pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II,
perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi
bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah.
44
45
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia paling lambat 30
November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007, di mana
Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut:
a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama perang
Dunia II.
f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat
Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro
Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi
pemerintah RI (1950).
g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
46
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan
Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT
Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan
go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan Pasar Modal.
k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta terbuka untuk asing. Aktivitas
bursa terlihat meningkat.
m. 2 Juni 1988 : Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar
modal.
47
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oelh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya (BES).
p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi Bursa Efek Jakarta. BAPEPAM berubah
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai
HUT Bursa Efek Jakarta (BEJ).
q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-undang No.8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996.
s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
u. 2002 : Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai mengaplikasikan sistem
perdagangan jarak jauh (remote trading).
v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
48
2. Nama Perusahaan Sektor Industri Manufaktur
Tabel 4.1
Nama Perusahaan
No
Nama Perusahaan Tanggal Berdiri Tanggal Listing 1. Astra Agro Lestari Tbk 3 oktober 1988 9 Desember 1997 2. Adhi Karya (Persero) Tbk 11 Maret 1960 18 Maret 2004 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 15 Juli 1968 27 November 1997 4. Aqua Golden Mississi Tbk 23 Februari 1973 1 Maret 1990 5. Astra Graphia Tbk 31 Oktober 1975 15 November 1989 6. Astra International Tbk 20 Februari 1957 4 April 1990 7. Berlian Laju Tanker Tbk 12 Maret 1981 26 Maret 1990 8. Goodyear Indonesia Tbk 26 Januari !917 22 Desember 1980 9. Gowa Makassar Tbk 14 Mei 1991 11 Desember 2000 10.
Gudang Garam Tbk 26 Juni 1958 27 Agustus 1990 11.
Humpuss Intermoda Trans Tbk 21 Desember 1992 15 Desember 1997 12.
HM Sampoerna Tbk 27 Maret 1905 15 Agustus 1990 13.
Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994 14.
Indorama Syntetics Tbk 3 April 1974 3 Agustus 1990 15.
Indosat Tbk 10 November 1967 19 Oktober 1994 16.
Kimia Farma Tbk 23 Januari 1969 4 Juli 2001 17.
Lion Metal Works Tbk 16 Agustus 1972 20 Agustus 1993 18.
Lion Meshprima Tbk 14 desember 1982 4 juni 1990 19.
Lautan Luas Tbk 18 Januari 1951 21 Juli 1997 20.
Medco Energi International Tbk 9 Juni 1980 12 Oktober 1994 21.
Multi Bintang Indonesia Tbk 3 juni 1929 15 Desember 1981 22.
Matahari Putra Prima Tbk 11 Maret 1986 21 Desember 1992 23.
Mayora Indah Tbk 17 Februari 1977 4 Juli 1990 24.
Perusahaan Gas Negara Tbk 1 Februari 1905 15 Desember 2003 25.
Selamat Sempurna Tbk 19 Januari 1976 9 September 1996 26.
Tunas Baru Lampung Tbk 22 Desember 1973 14 Februari 2000 27.
Mandom Indonesia Tbk 5 November 1969 30 September 1993 28.
Telekomunikasi Indonesia Tbk 24 September 1991 14 November 1995 29.
Tempo Scan Pacific Tbk 20 Mei 1970 17 Juni 1994 30.
United Tractors Tbk 13 Oktober 1972 19 September 1989 31.
Unilever Indonesia Tbk 5 Desember 1933 11 Januari 1982
1. PT. Aneka Tambang (ANTAM) Tbk
Perusahaan aneka tambang didirikan di Republik Indonesia pada
tanggal 15 Juli 1968, dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka
49
Tambang”, kemudian pada tahun 1974, status perusahaan diubah dari
Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas
Perusahaan Perseroan) dan sejak itu dikenal sebagai “Perusahaan
Perseroan (Persero) Aneka Tambang”.
2. PT. Aqua Golden Missippi Tbk
Aqua lahir atas ide almarhum Tirto Utomo (1930-1994). Beliau
menggagas lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di
Indonesia melalui PT Golden Mississippi pada tanggal 23 Pebruari 1973.
Produk pertamanya adalah AQUA botol kaca 950 ml yang kemudian
disusul dengan kemasan AQUA galon.
3. PT. Astra Agro Lestari Tbk
PT. Astra Agro Lestari Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi perkebunan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988. Perusahaan ini menghasilkan
berbagai macam-macam bahan perkebunan.
4. PT. Astra Graphia Tbk
PT. Astra Graphia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975. Perusahaan ini menghasilkan
berbagai macam-macam barang kebutuhan hidup lainnya.
50
5. PT. Astra Internasional Tbk
PT Astra International Tbk atau lebih dikenal dengan Astra Group
adalah salah satu kelompok bisnis terbesar di Indonesia, yang didirikan
sejak tanggal 20 Februari 1957. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek
Jakarta sejak tanggal 4 April 1990.
PT. Astra International juga memiliki lembaga pendidikan. Lembaga
pendidikan tersebut diberi nama Politeknik Manufaktur Astra. Politeknik
Manufaktur Astra memiliki Program Studi sbb: Teknik Mesin Manufaktur
(TMM), Teknik Proses & Produksi Manufaktur (TPM), Sistem Informasi,
Teknik Otomotif, Teknik Mekatronika.
6. PT. Berlian Laju Tanker Tbk
PT. Berlian Laju Tanker Tbk (IDX: BLTA) merupakan perusahaan
publik yang bergerak dalam bidang transportasi dan bermarkas di Jakarta,
Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1981.
7. PT. Gudang Garam Tbk
Gudang Garam adalah sebuah Perusahaan Indonesia yang merupakan
produsen rokok. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo,
perusahaan ini merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek.
Produk Gudang Garam Sigaret Kretek Klobot Manis, Gudang Garam
Merah King Size (Soft Pack),Gudang Garam Merah King Size (Hard
Pack),Taman Sriwedari Lurik,Gudang Garam Special deLuxe, Gudang
Garam Filter International Merah, Gudang Garam Filter International
51
Merah, Gudang Garam Filter Surya, Gudang Garam Filter Surya
Profesional, Gudang Garam Filter Surya, Gudang Garam Filter
International Coklat, Gudang Garam Tanda Mata, Taman Sriwedari Biru
Lurik, Gudang Garam Merah King Size (Hard Pack), Sigaret Kretek
Klobot Tawar.
8. PT. HM Sampoerna Tbk
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna adalah perusahaan rokok terbesar
ketiga di Indonesia. Kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa Timur.
Perusahaan ini sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki keluarga
Sampoerna Sampoerna, namun sejak Maret 2005 kepemilikan
mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris, perusahaan rokok
terbesar di dunia dari AS.
Beberapa merek rokok terkenal dari Sampoerna adalah Dji Sam Soe, A
Mild. Dji Sam Soe adalah merek lama yang telah bertahan sejak masa awal
perusahaan tersebut.
9. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di Republik Indonesia
pada tanggal 14 Agustus 1990, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri
dari, antara lain, produksi mie, penggilingan tepung, kemasan, jasa
manajemen serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan
terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung
terigu. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1990.
52
10. PT. Indosat Tbk
PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite
Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur
telekomunikasi di Indonesia. Indosat merupakan perusahaan
telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa
seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Indosat juga mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa
Saham New York.
Produk indosat berupa Mentari, kartu prabayar GSM untuk pengguna
umum, Matrix, kartu pascabayar GSM untuk pengguna eksekutif dan
umum Matrix Auto, kartu prabayar-pascabayar GSM untuk pengguna
eksekutif dan umum, dan IM3, kartu prabayar dan pascabayar GSM untuk
pengguna muda-mudi dan umum.
11. PT. Kimia Farma Tbk
PT. Kimia Farma Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi farmasi yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan
induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan
produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi
yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
Fasilitas produknya Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet
salut, kapsul, granul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim,
antibiotika dan injeksi, Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan
turunan-turunannya, rifampicin, obat asli Indonesia dan alat kontrasepsi
53
dalam rahim, Plant Semarang mengkhususkan diri pada produksi minyak
jarak, minyak nabati dan kosmetika (bedak), Plant Watudakon di Jawa
Timur merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di
Indonesia, Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan
untuk memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera. Produk ini meliputi
sediaan tablet, krim dan kapsul.
12. PT. Mandom Indonesia Tbk
Produk-produk Mandom ; Face and skin creams and lotions - Minyak
atsiri, Kosmetik wangi-wangian, Beauty or make-up preparations &
preparations for the care of the skin - Minyak atsiri, Kosmetik wangi-
wangian, Perfumes And Toilet Waters - Minyak atsiri, Kosmetik wangi-
wangian, Lip Make-Up Preparations, Other Preparations, Used For Hair -
Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian, Eye Make-Up Preparations -
Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian.
13. PT. Mayora Indah Tbk
PT Mayora Indah Tbk, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977.
Ruang lingkup perusahaan menjalankan usahanya dalam bidang industri,
perdagangan serta agen/perwakilan, dan saat ini perusahaan menjalankan
usaha industri makanan, kembang gula, dan biscuit.
Grup Mayora memproduksi beberapa lini produk, yakni:
a) Biskuit: di antaranya, Roma dan Better
b) Permen: Kopiko, Kis, Tamarin, Plonk ,dinamit.
54
c) Wafer: Beng-Beng dan Astor
d) Coklat: Choki-Choki dan Danisa
e) Sereal: Energen dan Milkuit
f) Kopi: Torabika
g) Bubur : Super Bubur
h) Mi instan: Mi Gelas dan Mi Duo
14. PT. Medco Energi Internasional Tbk
PT Medco Energi Internasional Tbk, kadang dikenal sebagai
MedcoEnergi, adalah salah satu perusahaan publik di Indonesia yang
bergerak di dalam bidang energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari
sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak
dan gas bumi di daratan (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling Co,
yang didirikan Arifin Panigoro pada tanggal 9 Juni 1980.
Usaha Medco Energi termasuk dalam bidang eksplorasi dan produksi
minyak dan gas bumi, penyediaan jasa pengeboran minyak dan gas,
produksi metanol, produksi LPG dan pembangkit tenaga listrik.
15. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, merupakan perusahaan
multinasional yang memproduksi minuman. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1973. Perusahaan ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang.
Pada tahun 1929 (3 Juni) Mulai berdiri di Medan, dengan nama NV.
Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen, 1936 Membangun pabrik di
55
Surabaya, 1972 Membuka pabrik di Tangerang dengan nama PT.
Perusahaan Bir Indonesia, 1982 Berganti nama menjadi PT. Multi Bintang
Indonesia, sampai dengan sekarang : Memproduksi dan memasarkan Bir
Bintang, Bintang Zero, Heineken, GreenSands.
16. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat PGN adalah
sebuah BUMN yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi.
Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta
Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859
yang memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari
batu bara. Pada tahun 1958 perusahaan tersebut dinasionalisasi dan
dirubah menjadi PN Gas yang selanjutnya berubah menjadi Perusahaan
Gas Negara.
17. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah perusahaan informasi dan
komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara
lengkap di Indonesia. TELKOM menyediakan jasa (fixed wireline), (fixed
wireless), (mobile service), data/internet serta jasa multimedia lainnya.
Berikut adalah beberapa layanan telekomunikasi TELKOM: Telepon tetap
(PSTN), Telkom Flexi, layanan telepon CDMA, sedangkan untuk layanam
penggunaan internet yaitu; TELKOMNet Instan, TELKOMNet Astinet,
56
Speedy, TELKOMWeb Kiostron, TELKOMWeb Plazatron, Solusi
Enterprise–INFONET.
18. PT. Tempo Scan Pasifik Tbk
PT. Tempo Scan Pacific Tbk merupakan perusahaan multinasional
yang memproduksi farmasi yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1977. Perusahaan ini menghasilkan
berbagai macam-macam bahan farmasi. Tempo Group atau PT Tempo
Scan Pacific (TSP) adalah perusahaan induk (holding company) yang
memiliki beberapa perusahaan farmasi PT. Tempo Scan Pasific, PT Supra
Ferbindo Farma, PT. Indonesian Pharmaceutical Industries. Produk-
produk farmasi yang diproduksi oleh TSP al. Bodrex, Bodrexin,
Hemaviton, Hemaviton Jreng, Zevit-C, Vidoran SMART, Contrexin.
19. PT. Tunas Baru Lampung Tbk
Perusahaan ini bergerak dalam ruang lingkup kegiatan usahanya
meliputi bidang perkebunan, pertanian, dan perindustrian, termasuk
bertindak sebagai pedagang eksportir dan importer, saat ini perusahaan
bergerak dalam bidang minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa,
minyak kelapa, minyak sawit dan sabun, serta bidang perkebunan kelapa
sawit dan hibrida, perusahaan mulai berjalan kegiatan produksi CPO bulan
September 1995 dan minyak goreng bulan Oktober 1996, hasil produksi
dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri.
57
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan data-data yang diperoleh
berdasarkan metode sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Dari
hasil olah data yang dilakukan dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel
yang terdapat pada model regresi berganda. Data-data yang diperlukan
dalam analisis ini diperoleh dari berbagai laporan yang dikeluarkan oleh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, total data
yang diperoleh terdiri dari 31 perusahaan, dengan meneliti variabel modal
kerja dan variabel profitabilitas.
Berdasarkan data yang diperoleh diharapkan dapat diketahui
bagaimana pengaruh variabel modal kerja terhadap variabel profitabilitas
pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dalam hal ini data yang diperoleh berasal dari laporan keuangan
selama empat tahun (2004-2007) dari 31 perusahaan yang bergerak pada
sektor industri manufaktur.
a. Analisis Variabel dependen return on total assets ratio
Return on investment atau return on assets menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, dapat diketahui apakah
perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih
baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas
58
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh
pendapatan.
Tabel 4.2 Return on total assets
No
Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG 1. Astra Agro Lestari Tbk 36.50 36.02
33.01 54.44 39.99
2. Adhi Karya (Persero) Tbk 5.20 4.81 4.49 3.55 4.51 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 13.40 18.78
30.45 60.66 30.82 4. Aqua Golden Mississi Tbk 19.89 12.51
10.03 8.92 12.84 5. Astra Graphia Tbk 10.40 10.54
13.95 15.26 12.54 6. Astra International Tbk 17.46 10.14
16.74 19.03 15.84 7. Berlian Laju Tanker Tbk 8.26 14.79
3.72 6.28 8.26 8. Goodyear Indonesia Tbk 9.18 8.87 -1.73 8.06 6.095 9. Gowa Makassar Tbk 3.17 3.22 3.83 4.62 3.71 10.
Gudang Garam Tbk 12.25 7.38 9.21 11.03 9.97 11.
Humpuss Intermoda Trans Tbk 7.22 7.23 9.00 8.80 8.06 12.
HM Sampoerna Tbk 26.46 31.21
42.22 20.40 30.07 13.
Indofood Sukses Makmur Tbk 7.60 6.99 6.57 6.62 6.94 14.
Indorama Syntetics Tbk 1.30 0.50 0.49 0.52 0.70 15.
Indosat Tbk 5.91 6.47 4.50 5.31 5.55 16.
Kimia Farma Tbk 7.00 5.36 5.95 6.65 6.24 17.
Lion Metal Works Tbk 23.32 17.02
15.85 10.98 16.79 18.
Lion Meshprima Tbk 9.80 14.19
22.67 15.08 15.43 19.
Lautan Luas Tbk 3.44 5.78 7.11 13.11 7.36 20.
Medco Energi International Tbk 9.21 5.20 25.24 21.26 15.23 21.
Multi Bintang Indonesia Tbk 23.08 22.35
18.19 11.95 18.89 22.
Matahari Putra Prima Tbk 3.23 2.54 -0.69 3.01 2.02 23.
Mayora Indah Tbk 9.81 4.63 9.12 9.46 8.25 24.
Perusahaan Gas Negara Tbk 10.85 17.51
12.06 5.02 11.36 25.
Selamat Sempurna Tbk 15.09 15.39
14.70 12.11 14.32 26.
Tunas Baru Lampung Tbk 2.17 1.28 3.86 5.64 3.24 27.
Mandom Indonesia Tbk 25.31 24.68
21.27 20.36 22.91 28.
Telekomunikasi Indonesia Tbk 26.12 29.27
31.19 22.26 27.21 29.
Tempo Scan Pacific Tbk 17.26 14.75
14.33 14.86 15.03 30.
United Tractors Tbk 14.72 12.02
15.75 16.86 14.84 31.
Unilever Indonesia Tbk 57.55 53.73
53.28 52.90 54.36 (Sumber data diolah)
59
Dari table 4.2 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai rata-rata
ROA terbesar berturut-turut adalah PT. Unilever Indonesia Tbk 54.36
kemudian PT. Astra Agro Lestari Tbk 39.99, Pt Aneka Tambang Tbk
30.82, PT. HM. Sampoerna Tbk 30.07, dan PT. Telekomunikasi
Indonesia 27.21.
Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai rata-rata return on
total assets terbesar mampu mempergunakan aktivanya secara efisien
sehingga mampu menghasilkan laba.
b. Analisis variabel independen sales growth ratio
Sales growth ratio adalah rasio pertumbuhan penjualan dengan
membandingkan penjualan tahun yang bersangkutan dengan penjualan
tahun sebelumnya. (Deloof, 2003).
Dengan mengetahui Sales growth ratio perusahaan, maka dapat
dinilai apakah perusahaan tersebut dapat berkembang atau tidak.
Apakah perusahaan telah melakukan investasinya secara benar, efektif
dan efisien terhadap penanaman modal pada proyek-proyeknya.
Dari table 4.3 dapat diketahui 5 perusahaan yang mempunyai rata-
rata sales growth ratio terbesar yaitu PT. Aneka Tambang Tbk 0.58,
kemudian PT. Tunas Baru Lampung 0.42, PT. Unilever Indonesia Tbk
0.35, PT. Berlian Laju Tanker Tbk 0.35, dan PT. Perusahaan Gas
Negara 0.32.
Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai sales growth ratio
terbesar cenderung mengalami fluktuasi pada sales growth ratio
60
perusahaan selama tahun 2004-2007. PT. Aneka Tambang Tbk pada
tahun 2006 dan 2007 mengalami peningkatan penjualan, dibandingkan
tahun sebelumnya.
Tabel 4.3
Sales Growth Ratio
No
Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007
AVG 1. Astra Agro Lestari Tbk 0.36 -0.03 0.11 0.58 0.255 2. Adhi Karya (Persero) Tbk 0.23 0.09 0.43 0.14 0.22 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.33 0.14 0.71 1.13 0.58 4. Aqua Golden Mississi Tbk 0.23 0.17 0.06 -0.14
0.08 5. Astra Graphia Tbk 0.12 0.15 0.13 0.17 0.14 6. Astra International Tbk 0.21 -0.09 0.27 0.37 0.19 7. Berlian Laju Tanker Tbk 0.15 0.17 0.18 0.92 0.35 8. Goodyear Indonesia Tbk 0.37 0.13 0.12 -0.16
0.12 9. Gowa Makassar Tbk 0.17 0.001
0.14 -0.27
0.01 10.
Gudang Garam Tbk 0.08 0.06 0.06 0.07 0.06 11.
Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.06 0.14 0.03 -0.32
-0.02 12.
HM Sampoerna Tbk 0.20 0.39 0.19 -0.51
0.06 13.
Indofood Sukses Makmur Tbk 0.22 0.16 0.26 0.39 0.25 14.
Indorama Syntetics Tbk 0.30 0.17 -0.07 -0.20
0.05 15.
Indosat Tbk 0.07 0.05 0.34 0.13 0.15 16.
Kimia Farma Tbk 0.15 0.20 0.08 0.14 0.14 17.
Lion Metal Works Tbk 0.26 0.15 0.11 -0.27
0.06 18.
Lion Meshprima Tbk 0.13 -0.23 0.47 0.39 0.19 19.
Lautan Luas Tbk 0.08 0.11 0.12 0.64 0.24 20.
Medco Energi International Tbk 0.19 0.17 0.29 0.52 0.29 21.
Multi Bintang Indonesia Tbk 0.26 0.19 0.04 -0.23
0.07 22.
Matahari Putra Prima Tbk 0.28 0.22 0.15 0.22 0.22 23.
Mayora Indah Tbk 0.24 0.23 0.15 0.07 0.17 24.
Perusahaan Gas Negara Tbk 0.27 0.22 0.32 0.45 0.32 25.
Selamat Sempurna Tbk 0.51 0.17 0.02 -0.09
0.15 26.
Tunas Baru Lampung Tbk 0.01 -0.02 0.54 1.14 0.42 27.
Mandom Indonesia Tbk 0.25 0.13 0.05 -0.14
0.07 28.
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.23 0.22 0.15 0.02 0.16 29.
Tempo Scan Pacific Tbk 0.12 -0.89 0.24 0.17 -0.09 30.
United Tractors Tbk 0.08 0.03 0.32 0.53 0.24 31.
Unilever Indonesia Tbk 0.33 0.72 0.10 0.24 0.35
(Sumber data diolah)
61
c. Analisis variabel independent financial debt ratio
Financial debt ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi pembiayaan hutangnya.
Tabel 4.4
Financial Debt Ratio
No
Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG 1. Astra Agro Lestari Tbk 0.05 0.15 0.18 0.21 0.15 2. Adhi Karya (Persero) Tbk 0.87 0.84 0.84 0.87 0.86 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.59 0.52 0.41 0.27 0.45 4. Aqua Golden Mississi Tbk 0.46 0.43 0.43 0.41 0.43 5. Astra Graphia Tbk 0.45 0.45 0.49 0.49 0.47 6. Astra International Tbk 0.48 0.54 0.59 0.59 0.55 7. Berlian Laju Tanker Tbk 0.74 0.61 0.83 0.76 0.74 8. Goodyear Indonesia Tbk 0.35 0.40 0.38 0.42 0.38 9. Gowa Makassar Tbk 0.73 0.71 0.69 0.68 0.70 10.
Gudang Garam Tbk 0.40 0.39 0.40 0.35 0.38 11.
Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.62 0.53 0.41 0.38 0.49 12.
HM Sampoerna Tbk 0.55 0.59 0.54 0.50 0.55 13.
Indofood Sukses Makmur Tbk 0.67 0.65 0.64 0.66 0.66 14.
Indorama Syntetics Tbk 0.55 0.57 0.60 0.60 0.58 15.
Indosat Tbk 0.55 0.55 0.62 0.65 0.59 16.
Kimia Farma Tbk 0.28 0.30 0.34 0.34 0.31 17.
Lion Metal Works Tbk 0.17 0.18 0.20 0.24 0.20 18.
Lion Meshprima Tbk 0.49 0.46 0.53 0.38 0.47 19.
Lautan Luas Tbk 0.64 0.67 0.67 0.72 0.68 20.
Medco Energi International Tbk 0.59 0.64 0.69 0.62 0.64 21.
Multi Bintang Indonesia Tbk 0.52 0.60 0.67 0.68 0.62 22.
Matahari Putra Prima Tbk 0.53 0.63 0.60 0.67 0.61 23.
Mayora Indah Tbk 0.31 0.37 0.36 0.39 0.34 24.
Perusahaan Gas Negara Tbk 0.60 0.59 0.65 0.68 0.63 25.
Selamat Sempurna Tbk 0.37 0.34 0.33 0.34 0.35 26.
Tunas Baru Lampung Tbk 0.64 0.57 0.61 0.68 0.63 27.
Mandom Indonesia Tbk 0.15 015 0.09 0.12 0.84 28.
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.52 0.51 0.47 0.51 0.50 29.
Tempo Scan Pacific Tbk 0.60 0.18 0.20 0.22 0.30 30.
United Tractors Tbk 0.60 0.58 0.55 0.50 0.56 31.
Unilever Indonesia Tbk 2.10 0.48 0.49 0.35 0.86
(Sumber data diolah)
62
Dari tabel 4.4 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai financial
debt ratio terbesar yaitu PT. Adhi Karya Tbk 0.86, kemudian PT.
Unilever Indonesia Tbk 0.86, PT. Mandom Indonesia Tbk 0.84, PT.
Berlian Laju Tanker Tbk 0.74, dan PT. Gowa Makassar Tbk 0.70.
Terlihat bahwa 5 perusahaan yang memiliki rata-rata financial debt
ratio cenderung mengalami penurunan financial debt ratio selama
tahun 2004-2007.
d. Analisis variabel independent Fixed Fiancial Assets Ratio
Fixed financial assets ratio adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi aktiva tetapnya. (Brigham
and Daves, 2001 :220).
Dapat dilihat dari tabel 4.5 perusahaan yang memiliki fixed
financial assets ratio terbesar yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
0.75, PT. Berlian Laju Tanker 0.74, PT. Perusahaan Gas Negara Tbk
0.73, PT. Indosat Tbk 0.69, dan PT. Humpuss Intermoda Trans Tbk
0.68.
Terlihat dari 5 perusahaan yang memiliki fixed financial assets
ratio tebesar selama tahun 2004-2007 mengalami fluktuasi pada fixed
financial assets perusahaan.
63
Tabel 4.5
Fixed Financial Assets Ratio
No
Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG 1. Astra Agro Lestari Tbk 0.31 0.40 0.44 0.32 0.37 2. Adhi Karya (Persero) Tbk 0.05 0.05 0.04 0.03 0.04 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.44 0.59 0.45 0.25 0.43 4. Aqua Golden Mississi Tbk 0.43 0.39 0.32 0.33 0.37 5. Astra Graphia Tbk 0.23 0.27 0.23 0.22 0.24 6. Astra International Tbk 0.24 0.22 0.22 0.01 0.17 7. Berlian Laju Tanker Tbk 0.65 0.71 0.76 0.82 0.74 8. Goodyear Indonesia Tbk 0.31 0.24 0.25 0.31 0.28 9. Gowa Makassar Tbk 0.02 0.02 0.01 0.01 0.03 10. Gudang Garam Tbk 0.33 0.31 0.26 0.27 0.29 11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.61 0.74 0.71 0.65 0.68 12. HM Sampoerna Tbk 0.20 0.20 0.18 0.17 0.19 13. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.40 0.39 0.27 0.24 0.33 14. Indorama Syntetics Tbk 0.53 0.50 0.55 0.55 0.53 15. Indosat Tbk 0.65 0.72 0.67 0.74 0.69 16. Kimia Farma Tbk 0.34 0.32 0.28 0.27 0.30 17. Lion Metal Works Tbk 0.12 0.10 0.08 0.08 0.10 18. Lion Meshprima Tbk 0.25 0.25 0.15 0.14 0.19 19. Lautan Luas Tbk 0.29 0.23 0.30 0.25 0.27 20. Medco Energi International Tbk
0.20 0.25 0.23 0.07 0.19 21. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.49 0.59 0.61 0.59 0.57 22. Matahari Putra Prima Tbk 0.38 0.33 0.20 0.19 0.28 23. Mayora Indah Tbk 0.47 0.50 0.47 0.42 0.47 24. Perusahaan Gas Negara Tbk 0.56 0.86 0.80 0.68 0.73 25. Selamat Sempurna Tbk 0.37 0.37 0.36 0.34 0.36 26. Tunas Baru Lampung Tbk 0.37 0.37 0.33 0.33 0.35 27. Mandom Indonesia Tbk 0.44 0.44 0.45 0.40 0.43 28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.74 0.73 0.74 0.77 0.75 29. Tempo Scan Pacific Tbk 0.25 0.24 0.22 0.22 0.23 30. United Tractors Tbk 0.40 0.46 0.42 0.41 0.42 31. Unilever Indonesia Tbk 0.47 0.03 0.41 0.01 0.23 (Sumber data diolah)
e. Analisis variabel independen inventories turnover ratio
Inventories turnover ratio adalah rasio yang mengukur efisiensi
pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi
64
yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang
memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang
ada pada persediaan (Sawir 2001 :15).
Tabel 4.6
Inventories Turnover Ratio
No Nama Perusahaan 2004
2005
2006
2007 AVG 1. Astra Agro Lestari Tbk 13 10 11 6 10 2. Adhi Karya (Persero) Tbk 20 18 21 17 19 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 4 3 3 3 3 4. Aqua Golden Mississi Tbk 50 59 66 48 56 5. Astra Graphia Tbk 3 4 4 3 3 6. Astra International Tbk 9 10 39 8 16 7. Berlian Laju Tanker Tbk 27 33 21 3 21 8. Goodyear Indonesia Tbk 7 8 8 6 7 9. Gowa Makassar Tbk 1 1 2 1 1 10. Gudang Garam Tbk 1 2 2 2 2 11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 82 52 78 37 62 12. HM Sampoerna Tbk 2 3 3 1 2 13. Indofood Sukses Makmur Tbk 5 6 5 5 5 14. Indorama Syntetics Tbk 6 7 7 4 6 15. Indosat Tbk 38 79 74 57 62 16. Kimia Farma Tbk 5 7 6 5 6 17. Lion Metal Works Tbk 1 1 1 1 1 18. Lion Meshprima Tbk 7 5 4 5 5 19. Lautan Luas Tbk 5 5 6 4 5 20. Medco Energi International Tbk 8 10 9 24 13 21. Multi Bintang Indonesia Tbk 5 7 6 6 6 22. Matahari Putra Prima Tbk 7 8 8 9 8 23. Mayora Indah Tbk 6 8 6 5 6 24. Perusahaan Gas Negara Tbk 106 123 182 359 192 25. Selamat Sempurna Tbk 3 4 3 3 3 26. Tunas Baru Lampung Tbk 7 7 7 3 6 27. Mandom Indonesia Tbk 4 4 3 3 3 28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 111 139 155 174 145 29. Tempo Scan Pacific Tbk 5 4 4 4 4 30. United Tractors Tbk 5 7 7 4 6 31. Unilever Indonesia Tbk 3 7 7 6 6
(Sumber data diolah)
65
Dari tabel 4.6 dapat diketahui selama tahun 2004-2007 perusahaan
yang memiliki rata-rata inventories turnover ratio terkecil yaitu PT.
Gowa Makassar Tbk 1 hari, PT. Lion Metal Works Tbk 1 hari, PT.
Gudang Garam Tbk 2 hari, PT. HM. Sampoerna Tbk 2 hari, dan PT.
Aneka Tambang Tbk 3 hari.
Perusahaan yang memiliki inventories turnover ratio terkecil
cenderung mengalami penurunan pada inventories turnover selama
tahun 2004-2007.
Perusahaan yang memiliki inventories turnover ratio yang besar
mengalami kenaikan pada inventories turnover, hal ini terjadi karena
adanya kenaikan persediaan, tetapi dilain pihak terjadi penuruna harga
pokok penjualan. Ini berarti kenaikan persediaan tidak didukung
dengan peningkatan penjualan, sehingga terjadi kenaikan pada
inventories turnover perusahaan.
f. Analisis variabel independent receivable turnover ratio
Receivable turnover ratio adalah rasio yang menunjukkan efisiensi
pengelolaan piutang pada perusahaan. Semakin tinggi rasio
menunjukkan modal kerja yang ditanamkan pada piutang rendah.
(Sawir, 2001:16).
66
Tabel 4.7
Receivable Turnover Ratio
No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007
AVG
1. Astra Agro Lestari Tbk 7 10 2 7 6 2. Adhi Karya (Persero) Tbk 27 29 68 80 51 3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 37 57 63 53 52 4. Aqua Golden Mississi Tbk 80 79 94 116 92 5. Astra Graphia Tbk 53 54 58 53 54 6. Astra International Tbk 32 53 31 24 35 7. Berlian Laju Tanker Tbk 62 64 74 58 64 8. Goodyear Indonesia Tbk 54 45 46 57 50 9. Gowa Makassar Tbk 15 6 6 23 12 10. Gudang Garam Tbk 293 34 36 253 154 11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 7 25 21 36 22 12. HM Sampoerna Tbk 7 8 5 23 11 13. Indofood Sukses Makmur Tbk 33 28 31 26 29 14. Indorama Syntetics Tbk 33 47 39 47 41 15. Indosat Tbk 37 38 23 27 31 16. Kimia Farma Tbk 45 35 47 36 41 17. Lion Metal Works Tbk 82 68 67 85 75 18. Lion Meshprima Tbk 38 57 39 29 41 19. Lautan Luas Tbk 71 78 74 64 72 20. Medco Energi International Tbk 104 88 106 81 95 21. Multi Bintang Indonesia Tbk 40 51 41 51 46 22. Matahari Putra Prima Tbk 5 9 8 31 13 23. Mayora Indah Tbk 88 74 85 94 85 24. Perusahaan Gas Negara Tbk 55 54 48 46 51 25. Selamat Sempurna Tbk 80 29 84 100 73 26. Tunas Baru Lampung Tbk 31 44 35 18 32 27. Mandom Indonesia Tbk 53 52 56 76 59 28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 32 27 21 22 25 29. Tempo Scan Pacific Tbk 19 213 225 217 168 30. United Tractors Tbk 66 55 60 45 56 31. Unilever Indonesia Tbk 56 22 22 23 31
(Sumber data diolah)
Dari table 4.7 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai rata-rata
receivable turnover ratio terendah selama tahun 2004-2007 yaitu PT.
Astra Agro Lestari Tbk 6 hari, PT. HM. Sampoerna Tbk 11 hari, PT.
67
Gowa Makassar Tbk 12 hari, PT. Matahari Putra Prima Tbk 13 hari,
dan PT. Humpuss Intermoda Trans Tbk 22 hari.
Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai rata-rata receivable
turnover ratio terkecil cenderung mengalami kenaikan. PT. Matahari
Putra Prima Tbk mengalami kenaikan receivable turnover secara
berturut-turut dari tahun 2004-2007. Hal ini disebabkan karena selama
tahun 2004-2007 terjadi kenaikan receivable turnover, berarti secara
rata-rata pelanggan tidak dapat membayar hutang pada waktunya.
Karena kenaikan terjadi secara berturut-turut, mungkin harus
dilakukan langkah-langkah dalam kebijakan kredit untuk
memperlancar penagihan piutang.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Data-data bertipe skala sebagaimana pada umumnya mengikuti
asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak
mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran
data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus
digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa
uji normalitas.
68
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Berdasarkan Normal Probability Plot of Residual, diketahui
bahwa residual membentuk suatu pola garis lurus, sehingga dapat
disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.
Gambar 4.2
Histogram
69
Jika dilihat dari histogram, terlihat bahwa sebaran data residual
secara umum berbentuk lonceng. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
residual berdistribusi normal.
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji sesuai
(goodness of fit). Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat
kesesuaian antara distribusi nilai sampel (observasi) dengan distribusi
teoritis tertentu (normal, uniform, eksponensial, atau poisson). Jadi
hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi frekuensi hasil
pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis).
Berikut ini adalah hasil uji Kolmogorov Smirnov terhadap data
residual :
Tabel 4.8
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
124
.0000000
11.47748601
.157
.157
-.108
1.748
.244
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
70
Berikut adalah hipotesisnya :
H0 : F(x) = F0(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi frekuensi hasil
pengamatan, dan F0(x) adalah distribusi frekuensi harapan
(teoritis) dalam artian residual berdistribusi normal.
H1 : F(x) ? F0(x) atau distribusi residual tidak normal
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan nilai
tingkat kepercayan 95% (a = 0,05) :
Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 tidak ditolak (diterima)
Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak
Hasil uji normalitas pada data residual, berdasarkan uji
Kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas sebesar 0.242
dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 % atau (0.05), maka
lebih besar dari 0.05. Dengan demikian maka H0 tidak ditolak atau
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedasitas, dapat
dilakukan dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan grafik scatter
plot. Jika pada grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi
garis diagonal, maka pengujian ini bebas dari heteroskedasitas dan
sebaliknya jika titik-titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal
atau berada jauh dari garis diagonal maka diindikasikan adanya
heteroskedasitas. Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik
71
tersebut ada pola tertentu seperti titik-titik membentuk pola teratur
(bergelombang, melebar, dan menyempit) maka diindikasikan telah
terjadi heteroskedasitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedasitas. Singgih Santoso, (2004:208)
Gambar 4.3
Scatter Plot
Dari grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik dari data
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi atau data bersifat homoskedastisitas, sehingga model
regresi layak digunakan untuk menganalisis ROA yang diukur dari
beberapa faktor.
72
Coefficientsa
.998 1.002
.928 1.077
.919 1.088
.888 1.126
.989 1.011
Sales Growth RatioFinancial Debt Ratio
Fixed Financial Assets RatioInventory TurnoverReceivable Turnover
Model1
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: ROAa.
c. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.9
Uji Multikolinieritas
Berdasarkan nilai VIF dan Tolerance pada tabel 4.9 dapat dilihat
bahwa variabel independen (sales growth ratio, financial debt ratio,
fixed financial assets ratio, inventories turnover dan receivable
turnover) memiliki nilai VIF terletak di sekitar angka 1, yang berarti
model tidak mempunyai kolinearitas antar variabel independennya.
Selanjutnya dapat dilihat juga nilai tolerance yang mendekati angka 1,
yang berarti variabel independen dinyatakan tidak multikolinearitas.
Sebab jika nilai TOL < 0.1 berarti variabel independen mempunyai
kolerasi yang sempurna.
d. Uji Autokolerasi
Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
otokorelasi dalam analisis ini adalah uji statistik Durbin–Watson,
diperoleh hasil berikut:
73
Model Summaryb
.483a .233 .201 11.71813034 1.847Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, SalesGrowth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
a.
Dependent Variable: ROAb.
ANOVAb
4924.590 5 984.918 7.173 .000a
16203.120 118 137.315
21127.711 123
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales GrowthRatio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
a.
Dependent Variable: ROAb.
Tabel 4.10
Uji Autokolerasi
Singgih Santoso, (2002:214). Untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson
(DW). Bila nilai DW terletak diantara angka -2 < DW < 2 maka dapat
dikatakan tidak terjadi autokorelasi, baik positif maupun negative.
Berdasarkan output di atas didapatkan nilai DW adalah 1.847. Dengan
mengikuti ketentuan di atas, dapat dikategorikan bahwa nilai DW
(1.796) berada diantara interval -2 < DW < 2 sehingga tidak terjadi
autokorelasi.
3. Analisis Koefisien Regresi Berganda
a. Uji Simultan (Uji F)
Tabel 4.11
Uji Simultan (Uji F)
74
Pada tabel 4.11 ditampilkan hasil uji F yang dapat dipergunakan
untuk menguji apakah model regresi yang didapatkan sudah cocok
dengan data atau tidak. Jika terdapat kecocokan antara model regresi
dengan data, maka model regresi tersebut dapat digunakan untuk
menganalisis ROA dengan diukur dari sales growth ratio, financial
debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover dan
receivable turnover.
Dari penghitungan didapat nilai Fhitung sebesar 7.173 dengan
tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 5 dan df2 = 118, di dapat
nilai F tabel = 2.29. Karena nilai Fhitung (7.173) > nilai Ftabel (2.29) maka
H 0 ditolak atau terdapat kecocokan antara model dengan data.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sales growth ratio,
financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover
dan receivable turnover dengan signifikan memberikan kontribusi
atau pengaruh yang besar terhadap variabel ROA. Atau jika dilihat
dengan menggunakan nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig
(0.000 < 0.05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji F
yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.
75
Coefficientsa
32.272 4.324 7.464 .000
12.485 4.175 2.991 .003
-30.430 6.172 -4.930 .000
-12.810 5.714 -2.242 .027
.048 .024 2.008 .047
-.050 .024 -2.062 .041
(Constant)
Sales Growth Ratio
Financial Debt Ratio
Fixed Financial Assets Ratio
Inventory Turnover
Receivable Turnover
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: ROAa.
b. Uji Parsial (Uji t)
1. Persamaan Regresi
Tabel 4.12
Uji parsial Terhadap Parameter
Dari tabel di atas diperoleh persamaan atau model regresi sebagai
berikut :
Y = 32.272 + 12.483 X1 - 30.430 X2 – 12.810 X3 + 0.048 X4– 0.050 X5
Dimana X1 = Sales growth ratio
X2 = Financial debt ratio
X3 = Fixed financial assets ratio
X4 = Inventories turnove ratio
X5 = Receivable turnover ratio
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa :
a. Konstanta sebesar 32.273 menyatakan bahwa jika nilai dari
variabel independen nol, maka besarnya ROA adalah sebesar
32.273.
b. Koefisien regresi 1̂(Sales growth ratio) sebesar 12.483
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel sales growth
76
ratio (karena bertanda +) maka nilai Y (ROA) akan bertambah
sebesar 12.483 dimana variabel lain dianggap konstan.
c. Koefisien regresi 2ˆ
(Financial debt ratio) sebesar –30.430
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel financial
debt ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan berkurang
sebesar 30.430 dimana variabel lain dianggap konstan.
d. Koefisien regresi 3ˆ
(Fixed financial assets ratio) sebesar –12.810
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel fixed
financial assets ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan
berkurang sebesar 12.810 dimana variabel lain dianggap konstan.
e. Koefisien regresi 4ˆ
(inventories turnover ratio) sebesar 0.048
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel inventories
turnove rratio (karena bertanda +) maka nilai Y (ROA) akan
bertambah sebesar 0.048 dimana variabel lain dianggap konstan.
f. Koefisien regresi 5ˆ
(receivable turnover ratio) sebesar –0.050
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel receivable
turnover ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan
berkurang sebesar 0.050 dimana variabel lain dianggap konstan.
Setelah itu, dari persamaan regresi yang didapatkan, akan
dilakukan pengujian apakah nilai konstanta dan koefisien variabel
independen memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap
77
variabel dependen, untuk itu dilakukan uji parsial (Uji t). Pengujian ini
bisa dilakukan dengan dua metode, yang pertama dengan uji t yaitu
membandingkan nilai thitung dengan ttabel dan yang kedua dengan uji
signifikansi.
Berikut adalah pengujiannya :
a. Menguji signifiknasi konstanta ( 0ˆ ) pada model regresi :
Terlihat bahwa thitung untuk konstanta 0ˆ
adalah 7.464,
sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a
= 0.05, karena
digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a
dibagi
dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana
n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.
Karena thitung > ttabel, (7.464 > 1.98), maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kostanta 0ˆ
berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig
adalah 0.000 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.000 < 0.05).
Dengan demikian H0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan
yang sama dengan uji t yaitu kostanta 0ˆ
berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
78
b. Menguji signifiknasi koefisien 1̂
(Sales growth ratio) pada
model regresi :
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien 1̂
adalah 2.991,
sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a
= 0.05, karena
digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a
dibagi
dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana
n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.
Karena thitung > ttabel, (2.991 > 1.98), maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien 1̂
berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig
adalah 0.003 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.003 < 0.05).
Dengan demikian H0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan
yang sama dengan uji t yaitu koefisien 1̂
atau sales growth ratio
berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
Hadori Yunus (2005) yang mengasumsikan apabila ada
peningkatan jumlah aktiva lancar maka semakin perlu pendanaan
eksternal tanpa ada peningkatan laba.
79
c. Menguji signifiknasi koefisien 2
ˆ
(Financial debt ratio) pada
model regresi :
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien 2ˆ
adalah 4.930,
sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a
= 0.05, karena
digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a
dibagi
dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana
n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.
Karena thitung > ttabel, (4.930 > 1.98), maka H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien 2ˆ
atau financial
debt ratio berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah
0.000 atau probabilitas di atas 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan
demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama
dengan uji t yaitu koefisien 2ˆ
atau variabel financial debt ratio
signifikan terhadap ROA.
Pengaruh financial debt ratio adalah negatif yang
menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal ini berarti
penurunan financial debt ratio akan mengakibatkan naiknya
ROA. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Hadori Yunus (2005).
80
d. Menguji signifiknasi koefisien 3
ˆ
(Fixed financial assets ratio)
pada model regresi:
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien 3ˆ
adalah 2.242.
Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena
digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a
dibagi
dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana
n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.
Karena |t hitung| > ttabel, (2.242 > 1.98), maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien 3ˆ
(Fixed financial
assets ratio) berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah
0.027 atau probabilitas di atas 0.05 (0.027 < 0.05). Dengan
demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang
sama dengan uji t yaitu koefisien 3ˆ
variabel fixed financial asets
ratio berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
Pengaruh fixed financial ratio terhadap ROA adalah
negatif yang menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal
ini berarti penurunan fixed financial ratio akan mengakibatkan
naiknya return on total assets. Kemungkinan ini disebabkan oleh
perusahaan yang belum melakukan efisiensi terhadap fixed
financial assetsnya, sehingga tidak dapat meningkatkan kapasitas
produksi. Sedangkan fixed financial assets yang tinggi
81
menyebabkan biaya yang tinggi, yang mungkin dapat mengurangi
profitabilitas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hadori Yunus (2005).
e. Menguji signifiknasi koefisien 4ˆ
(Inventories turnover ratio)
pada model regresi :
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien 4ˆ
adalah 2.008.
Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena
digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a
dibagi
dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana
n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.
Karena thitung > ttabel, (2.008 > 1.98), maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien 4ˆ
(variabel
Inventories Turnover) berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah
0.047 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.047 < 0.05). Dengan
demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama
dengan uji t yaitu koefisien variabel Inventories turnover ratio
berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
sebelumnya oleh Hadori Yunus (2005), yang mengasumsikan
bahwa masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum
melakukan efisiensi.
82
f. Menguji signifiknasi koefisien 5
ˆ
(Receivable turnover ratio)
pada model regresi :
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien 5ˆ
adalah 2.062
Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena
digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai a
dibagi
dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana
n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.
Karena thitung > ttabel, (2.062 > 1.98), maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien 5ˆ
(variabel
receivable turnover ratio) berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah
0.041 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.041 < 0.05). Dengan
demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama
dengan uji t yaitu koefisien variabel receivable turnover ratio
berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Pengaruh receivable turnover ratio terhadap ROA adalah
negatif yang menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal
ini berarti semakin kecil receivable turnover ratio akan
mengakibatkan meningkatnya return on total assets. Hal ini
sesuai dengan teori Emery, piutang usaha merupakan investasi
jangka pendek yang lebih menguntungkan daripada surat-surat
berharga, keuntungan yang tinggi memegang peranan penting
dalam penambahan account receivable, karena perusahaan
83
Model Summaryb
.483a .233 .201 11.71813034 1.847Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, SalesGrowth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
a.
Dependent Variable: ROAb.
dengan tingkat keuntungan yang tinggi mempunyai lebih banyak
kas untuk dipinjamkan ke konsumen.
C. Koefisien Determinasi
Tabel 4.13
Koefisien Determinasi
Pada tabel 4.13, didapat satu model regresi dengan nilai
koefisien determinasi (R square) sebesar 0.233 (23.3%). Koefisien
determinasi ini menunjukkan bahwa 23.3 % ROA dapat dijelaskan
atau dipengaruhi oleh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed
financial assets ratio, inventories turnover ratio dan receivable
turnover ratio. Sedangkan sisanya (100% - 23.3% = 76.7%) ROA
dipengaruhi oleh hal-hal atau variabel lain, seperti surat berharga.
84
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya, maka hasil dari penelitian mengenai analisis modal kerja
terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah melalui tahapan uji statistik dengan pembuktian hipotesis,
ternyata terdapat hasil yang menunjukkan bahwa secara simultan dan
parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel modal kerja
(Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio,
inventories turnover ratio dan receivable turnover ratio) terhadap
profitabilitas (return on total assets ratio) pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa dari lima variabel independen
yaitu sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets
ratio, nventory turnover ratio dan receivable turnover ratio, variabel
yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas (return on total
assets ratio) adalah financial debt ratio karena mempunyai nilai t
statistik paling besar dan probabilitas paling kecil.
84
85
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, masih terdapat
keterbatasan, sehingga masih bayak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan
lagi untuk penelitian selanjutnya. Adapun saran yang perlu peneliti tambahkan
guna penelitian yang lebih baik lagi, yaitu sebagai berikut :
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap beberapa variabel
lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas.
2. Obyek penelitian dapat diperluas tidak hanya pada perusahaan sektor
industri manufaktur saja, tetapi juga pada jenis perusahaan lain.
C. Implikasi dan Keterbatasan
1. Implikasi
Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang
dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:
a. Bagi perusahaan, khususnya manajer keuangan di dalam
merencanakan dan mengendalikan modal kerja supaya efektif dan
efisien, juga lebih memperhatikan lagi variabel yang sangat
menentukan profitabilitas perusahaan, sehingga dapat dipertimbangkan
dan dievaluasi lagi.
b. Bagi akademisi, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna
untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai mengenai pengaruh
modal kerja terhadap profitabilitas dan mungkin dapat menjadi bahan
referensi serta perbandingan untuk penelitian yang akan datang.
86
2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
a. Penelitian ini tidak mempertimbangkan adanya size effect. Ukuran
perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba.
b. Penelitian ini hanya meneliti sebagian variabel -variabel yang termasuk
komponen modal kerja sehingga agar lebih membuktikan faktor -faktor
yang mempengaruhi profitabilitas dapat digunakan variabel -variabel
lain.
87
Daftar Pustaka
Beodijoewono, Noegroho, “Pengantar Statistik: Ekonomi Dan Perusahaan”, Jilid 2 Edisi Revisi, Unit Penerbit Dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
Brigham, Eugene F and Daves, Philip R, “Intermediate Financial Management”, Thomson Learning, UK, 2001.
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Deloof, Marc, “Does Working Capital Management Affect Profitablity of Belgian Firms?”. Journal of Business Finance and Accounting, 30 (3) & (4), April/May 2003.
Faurani, “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas dan Rentabilitas Pada Koperasi Dharma Wanita”, Mandalika, Nusa Tenggara Timur, 2004.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Grafika Karya Utama, Jakarta, 2005.
Hermawati, Ima. “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas,dan Solvabilitas Terhadap Modal Kerja”, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2007.
Koetin. E. A, ”Analisis Dasar Modal”.Cetakan ke-4, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002.
Meckim, David, “Naked Finance: Pengelolaan Uang Yang Gamblang”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008.
Munawir, S, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi ke-4, Liberty, Yogyakarta, 2004.
Putro, Djohan Bramantyo, “Manajemen Keuangan Korporat”, Mitra Kesjaya, Jakarta, 2008.
Riyanto, Bambang, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi ke-4, BPFE, Yogyakarta, 2001.
87
88
Santoso, Singgih, “Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2004.
Sartono, Agus, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” Edisi 4, BPFE, Yogyakarta, 2001.
Sawir, Agnes, “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, cetakan ke-5, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Yunus, Hadori, “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Vol.01, UPI YAI, Jakarta, 2005.
89
LAMPIRAN
90
LAMPIRAN 1. DATA ROA
No
Nama Perusahaan 2004 2005
2006
2007
1 Astra Agro Lestari Tbk 36.5 36.02
33.01
54.44
2 Adhi Karya (persero) Tbk 5.2 4.81
4.49
3.55
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 13.4 18.8
30.5
60.7
4 Aqua Golden Mississi Tbk 19.89
12.5
10 8.92
5 Astra Graphia Tbk 10.4 10.5
14 15.3
6 Astra Internasional Tbk 17.46
10.1
16.7
19 7 Berlian Laju Tangker Tbk 8.26 14.8
3.72
6.28
8 Goodyear Indonesia Tbk 9.18 8.87
-1.73
8.06
9 Gowa Makassar Tbk 3.17 3.22
3.83
4.62
10
Gudang Garam Tbk 12.25
7.38
9.21
11 11
Humpuss Intermoda Trans Tbk 7.22 7.23
9 8.8 12
HM Sampoerna Tbk 26.46
31.2
42.2
20.4
13
Indofood Sukses Makmur Tbk 7.6 6.99
6.57
6.62
14
Indorama Syntetics Tbk 1.3 0.5 0.49
0.52
15
Indosat Tbk 5.91 6.47
4.5 5.31
16
Kimia Farma Tbk 7 5.36
5.95
6.65
17
Lion Metal Works Tbk 23.32
17 15.9
11 18
Lion Meshprima Tbk 9.8 14.2
22.7
15.1
19
Lautan Luas Tbk 3.44 5.78
7.11
13.1
20
Medco Energi International Tbk
9.21 5.2 25.2
21.3
21
Multi Bintang Indonesia Tbk 23.08
22.4
18.2
12 22
Matahari Putra Prima Tbk 3.23 2.54
-0.69
3.01
23
Mayora Indah Tbk 9.81 4.63
9.12
9.46
24
Perusahaan Gas Negara Tbk 10.85
17.5
12.1
5.02
25
Selamat Sempurna Tbk 15.09
15.4
14.7
12.1
26
Tunas Baru Lampung Tbk 2.17 1.28
3.86
5.64
27
Mandom Indonesia Tbk 25.31
24.7
21.3
20.4
28
Telekomunikasi Indonesia Tbk 26.12
29.3
31.2
22.3
29
Tempo Scan Pacific Tbk 17.26
14.8
14.3
14.9
30
United Tractors Tbk 14.72
12 15.8
16.9
31
Unilever Indonesia Tbk 57.55
53.73
53.28
52.90
91
LAMPIRAN 2. DATA SALES GROWTH RATIO
No
Nama Perusahaan 2004 2005
2006
2007
1 Astra Agro Lestari Tbk 0.36 -0.03
0.11
0.58
2 Adhi Karya (persero) Tbk 0.23 0.09
0.43
0.14
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 0.33 0.14
0.71
1.13
4 Aqua Golden Mississi Tbk 0.23 0.17
0.06
-0.14
5 Astra Graphia Tbk 0.12 0.15
0.13
0.17
6 Astra Internasional Tbk 0.21 -0.09
0.27
0.37
7 Berlian Laju Tangker Tbk 0.15 0.17
0.18
0.92
8 Goodyear Indonesia Tbk 0.37 0.13
0.12
-0.16
9 Gowa Makassar Tbk 0.17 0 0.14
-0.27
10
Gudang Garam Tbk 0.08 0.06
0.06
0.07
11
Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.06 0.14
0.03
-0.32
12
HM Sampoerna Tbk 0.2 0.39
0.19
-0.51
13
Indofood Sukses Makmur Tbk 0.22 0.16
0.26
0.39
14
Indorama Syntetics Tbk 0.3 0.17
-0.07
-0.2 15
Indosat Tbk 0.07 0.05
0.34
0.13
16
Kimia Farma Tbk 0.15 0.2 0.08
0.14
17
Lion Metal Works Tbk 0.26 0.15
0.11
-0.27
18
Lion Meshprima Tbk 0.13 -0.23
0.47
0.39
19
Lautan Luas Tbk 0.08 0.11
0.12
0.64
20
Medco Energi International Tbk
0.19 0.17
0.29
0.52
21
Multi Bintang Indonesia Tbk 0.26 0.19
0.04
-0.23
22
Matahari Putra Prima Tbk 0.28 0.22
0.15
0.22
23
Mayora Indah Tbk 0.24 0.23
0.15
0.07
24
Perusahaan Gas Negara Tbk 0.27 0.22
0.32
0.45
25
Selamat Sempurna Tbk 0.51 0.17
0.02
-0.09
26
Tunas Baru Lampung Tbk 0.01 -0.02
0.54
1.14
27
Mandom Indonesia Tbk 0.25 0.13
0.05
-0.14
28
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.23 0.22
0.15
0.02
29
Tempo Scan Pacific Tbk 0.12 -0.89
0.24
0.17
30
United Tractors Tbk 0.08 0.03
0.32
0.53
31
Unilever Indonesia Tbk 0.33 0.72
0.1 0.24
LAMPIRAN 3. DATA FINANCIAL DEBT RATIO
No
Nama Perusahaan 2004 2005
2006
2007
1 Astra Agro Lestari Tbk 0.05 0.15
0.18
0.21
2 Adhi Karya (persero) Tbk 0.87 0.84
0.84
0.87
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 0.59 0.52
0.41
0.27
92
4 Aqua Golden Mississi Tbk 0.46 0.43
0.43
0.41
5 Astra Graphia Tbk 0.45 0.45
0.49
0.49
6 Astra Internasional Tbk 0.48 0.54
0.59
0.59
7 Berlian Laju Tangker Tbk 0.74 0.61
0.83
0.76
8 Goodyear Indonesia Tbk 0.35 0.40
0.38
0.42
9 Gowa Makassar Tbk 0.73 0.71
0.69
0.68
10
Gudang Garam Tbk 0.40 0.39
0.40
0.35
11
Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.62 0.53
0.41
0.38
12
HM Sampoerna Tbk 0.55 0.59
0.54
0.50
13
Indofood Sukses Makmur Tbk 0.67 0.65
0.64
0.66
14
Indorama Syntetics Tbk 0.55 0.57
0.60
0.60
15
Indosat Tbk 0.55 0.55
0.62
0.65
16
Kimia Farma Tbk 0.28 0.30
0.34
0.34
17
Lion Metal Works Tbk 0.17 0.18
0.20
0.24
18
Lion Meshprima Tbk 0.49 0.46
0.53
0.38
19
Lautan Luas Tbk 0.64 0.67
0.67
0.72
20
Medco Energi International Tbk
0.59 0.64
0.69
0.62
21
Multi Bintang Indonesia Tbk 0.52 0.60
0.67
0.68
22
Matahari Putra Prima Tbk 0.53 0.63
0.60
0.67
23
Mayora Indah Tbk 0.31 0.37
0.36
0.39
24
Perusahaan Gas Negara Tbk 0.60 0.59
0.65
0.68
25
Selamat Sempurna Tbk 0.37 0.34
0.33
0.34
26
Tunas Baru Lampung Tbk 0.64 0.57
0.61
0.68
27
Mandom Indonesia Tbk 0.15 015 0.09
0.12
28
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.52 0.51
0.47
0.51
29
Tempo Scan Pacific Tbk 0.60 0.18
0.20
0.22
30
United Tractors Tbk 0.60 0.58
0.55
0.50
31
Unilever Indonesia Tbk 2.10 0.48
0.49
0.35
93
LAMPIRAN 4. DATA FIXED FINANCIAL ASSETS RATIO
No
Nama Perusahaan 2004 2005
2006
2007
1 Astra Agro Lestari Tbk 0.31 0.4 0.44
0.32
2 Adhi Karya (persero) Tbk 0.05 0.05
0.04
0.03
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 0.44 0.59
0.45
0.25
4 Aqua Golden Mississi Tbk 0.43 0.39
0.32
0.33
5 Astra Graphia Tbk 0.23 0.27
0.23
0.22
6 Astra Internasional Tbk 0.24 0.22
0.22
0.01
7 Berlian Laju Tangker Tbk 0.65 0.07
0.26
0.82
8 Goodyear Indonesia Tbk 0.31 0.24
0.25
0.31
9 Gowa Makassar Tbk 0.02 0.02
0.01
0.01
10
Gudang Garam Tbk 0.33 0.31
0.26
0.27
11
Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.61 0.84
0.71
0.65
12
HM Sampoerna Tbk 0.2 0.2 0.18
0.17
13
Indofood Sukses Makmur Tbk 0.4 0.39
0.27
0.24
14
Indorama Syntetics Tbk 0.53 0.5 0.55
0.55
15
Indosat Tbk 0.65 0.82
0.67
0.74
16
Kimia Farma Tbk 0.34 0.32
0.28
0.27
17
Lion Metal Works Tbk 0.12 0.1 0.08
0.08
18
Lion Meshprima Tbk 0.25 0.25
0.15
0.14
19
Lautan Luas Tbk 0.29 0.23
0.3 0.25
20
Medco Energi International Tbk
0.2 0.25
0.23
0.07
21
Multi Bintang Indonesia Tbk 0.49 0.59
0.61
0.59
22
Matahari Putra Prima Tbk 0.38 0.33
0.2 0.19
23
Mayora Indah Tbk 0.47 0.5 0.47
0.42
24
Perusahaan Gas Negara Tbk 0.56 0.09
0.8 0.68
25
Selamat Sempurna Tbk 0.37 0.37
0.36
0.34
26
Tunas Baru Lampung Tbk 0.37 0.37
0.33
0.33
27
Mandom Indonesia Tbk 0.44 0.44
0.45
0.4 28
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.07 0.73
0.74
0.77
29
Tempo Scan Pacific Tbk 0.25 0.24
0.22
0.22
30
United Tractors Tbk 0.4 0.46
0.42
0.41
31
Unilever Indonesia Tbk 0.47 0.03
0.41
0.01
94
LAMPIRAN 5. DATA INVENTORIES TURNOVER RATIO
No
Nama Perusahaan 2004 2005
2006
2007
1 Astra Agro Lestari Tbk 13 10 11 6 2 Adhi Karya (persero) Tbk 20 18 21 17 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 4 3 3 3 4 Aqua Golden Mississi Tbk 50 59 66 48 5 Astra Graphia Tbk 3 4 4 3 6 Astra Internasional Tbk 9 10 39 8 7 Berlian Laju Tangker Tbk 27 33 21 3 8 Goodyear Indonesia Tbk 7 8 8 6 9 Gowa Makassar Tbk 1 1 2 1 10
Gudang Garam Tbk 1 2 2 2 11
Humpuss Intermoda Trans Tbk 82 52 78 37 12
HM Sampoerna Tbk 2 3 3 1 13
Indofood Sukses Makmur Tbk 5 6 5 5 14
Indorama Syntetics Tbk 6 7 7 4 15
Indosat Tbk 38 79 74 57 16
Kimia Farma Tbk 5 7 6 5 17
Lion Metal Works Tbk 1 1 1 1 18
Lion Meshprima Tbk 7 5 4 5 19
Lautan Luas Tbk 5 5 6 4 20
Medco Energi International Tbk
8 10 9 24 21
Multi Bintang Indonesia Tbk 5 7 6 6 22
Matahari Putra Prima Tbk 7 8 8 9 23
Mayora Indah Tbk 6 8 6 5 24
Perusahaan Gas Negara Tbk 106 123 182 359 25
Selamat Sempurna Tbk 3 4 3 3 26
Tunas Baru Lampung Tbk 7 7 7 3 27
Mandom Indonesia Tbk 4 4 3 3 28
Telekomunikasi Indonesia Tbk 111 139 155 174 29
Tempo Scan Pacific Tbk 5 4 4 4 30
United Tractors Tbk 5 7 7 4 31
Unilever Indonesia Tbk 3 7 7 6
95
LAMPIRAN 6. DATA RECEIVABLE TURNOVER RATIO
No
Nama Perusahaan 2004 2005
2006
2007
1 Astra Agro Lestari Tbk 7 10 2 7 2 Adhi Karya (persero) Tbk 27 29 68 80 3 Aneka Tambang (persero) Tbk 37 57 63 53 4 Aqua Golden Mississi Tbk 80 79 94 116 5 Astra Graphia Tbk 53 54 58 53 6 Astra Internasional Tbk 32 53 31 24 7 Berlian Laju Tangker Tbk 62 64 74 58 8 Goodyear Indonesia Tbk 54 45 46 57 9 Gowa Makassar Tbk 15 6 6 23 10
Gudang Garam Tbk 293 34 36 253 11
Humpuss Intermoda Trans Tbk 17 25 21 36 12
HM Sampoerna Tbk 7 8 5 23 13
Indofood Sukses Makmur Tbk 33 28 31 26 14
Indorama Syntetics Tbk 33 47 39 47 15
Indosat Tbk 37 38 23 27 16
Kimia Farma Tbk 45 35 47 36 17
Lion Metal Works Tbk 82 68 67 85 18
Lion Meshprima Tbk 38 57 39 29 19
Lautan Luas Tbk 71 78 74 64 20
Medco Energi International Tbk
104 88 106 81 21
Multi Bintang Indonesia Tbk 40 51 41 51 22
Matahari Putra Prima Tbk 5 9 8 31 23
Mayora Indah Tbk 88 74 85 94 24
Perusahaan Gas Negara Tbk 55 54 48 46 25
Selamat Sempurna Tbk 80 29 84 100 26
Tunas Baru Lampung Tbk 31 44 35 18 27
Mandom Indonesia Tbk 53 52 56 76 28
Telekomunikasi Indonesia Tbk 32 27 21 22 29
Tempo Scan Pacific Tbk 19 213 225 217 30
United Tractors Tbk 66 55 60 45 31
Unilever Indonesia Tbk 56 22 22 23
96
LAMPIRAN 7. OUTPUT REGRESI
Variables Entered/Removedb
ReceivableTurnover,FinancialDebt Ratio,SalesGrowthRatio,FixedFinancialAssetsRatio,InventoryTurnover
a
. Enter
Model1
VariablesEntered
VariablesRemoved Method
All requested variables entered.a.
Dependent Variable: ROAb.
Model Summaryb
.483a .233 .201 11.71813034 1.847Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, SalesGrowth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
a.
Dependent Variable: ROAb.
ANOVAb
4924.590 5 984.918 7.173 .000a
16203.120 118 137.315
21127.711 123
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales GrowthRatio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
a.
Dependent Variable: ROAb.
97
Coefficientsa
32.272 4.324 7.464 .000
12.485 4.175 2.991 .003
-30.430 6.172 -4.930 .000
-12.810 5.714 -2.242 .027
.048 .024 2.008 .047
-.050 .024 -2.062 .041
(Constant)
Sales Growth Ratio
Financial Debt Ratio
Fixed Financial Assets Ratio
Inventory Turnover
Receivable Turnover
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: ROAa.
Coefficientsa
.955 1.047
.900 1.112
.825 1.212
.816 1.226
.900 1.111
Sales Growth Ratio
Financial Debt Ratio
Fixed FinancialAssets Ratio
Inventory Turnover
Receivable Turnover
Model1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: ROAa.
Residuals Statisticsa
-1.09488 32.47256 13.68250 6.32750497 124
-2.335 2.970 .000 1.000 124
1.204 7.491 2.379 .996 124
-1.99853 36.41053 13.67077 6.55262210 124
-65.3527 40.29706 .00000000 11.47748601 124
-5.577 3.439 .000 .979 124
-5.691 3.468 .001 1.011 124
-68.0415 40.97676 .01173319 12.27793227 124
-6.652 3.644 -.003 1.068 124
.306 49.267 4.960 6.305 124
.000 .489 .013 .052 124
.002 .401 .040 .051 124
Predicted Value
Std. Predicted Value
Standard Error ofPredicted Value
Adjusted Predicted Value
Residual
Std. Residual
Stud. Residual
Deleted Residual
Stud. Deleted Residual
Mahal. Distance
Cook's Distance
Centered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: ROAa.
98
99
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
124
.0000000
11.47748601
.157
.157
-.108
1.748
.244
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Recommended