View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
ANALISIS PERSEBARAN AIR ASIN DI DATARAN BOROBUDUR DAN
PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN AIR BERSIH
MASYARAKAT SEKITAR
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Oleh
BAYU AJI SANTOSO
3211414017
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
ii
iii
iv
PERNYATAAN
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kesuksesan akan datang dikala ada kesempatan bertemu dengan kesiapan”
(Anonim)
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini untuk :
1. Keluargaku tercinta, Ayahku
Mauluddin dan Ibuku Susiyanti
yang selalu membimbingku dalam
setiap langkahku dengan do’a dan
kasih sayang.
2. Adik-adiku yang selalu
memotivasiku untuk sukses M.
Farhan Salim, Hikma Bimantara,
Dan Haga Hadiwijaya.
3. Ella Doarty yang selalu membantu
menyumbangkan tenaga maupun
pikiran.
4. Teman-teman Kolep kos yang sudah
saya anggap seperti keluarga saya
sendiri.
5. Teman-teman Geografi 2014, yang
sudah melekat seperti keluarga
sendiri.
vi
PRAKATA
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan Inayah Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul “Pemetaan Air Asin di Dataran Borobudur dan Pengaruhnya
Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar” sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Universitas Negeri Semarang
Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari
pihak-pihak terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang setulus
tulusnya kepada.Prof. Dr. Faturohman, M.Hum Rektor Universitas Negeri
Semarang.
1. Drs. Moh. Solehatul, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang.
2. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, Selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
3. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si Selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikiranya dari penelitian hingga
akhir penulisan karya ini.
4. Wahyu Setyaningsih S.T, M.T selaku Penguji I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan.
5. Dr. Eva Banowati M.Si Selaku Penguji II yang telah memberikan bimbingan
dan arahan.
6. Bapak Kepala Desa Candirejo dan segenap perangkat desa yang telah bersedia
membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
7. Ibu Kepala Desa Wanurejo dan segenap perangkat desa yang telah bersedia
membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
8. Bapak Kepala Desa Ngargogondo dan segenap perangkat desa yang telah
bersedia membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
vii
9. Bapak Kepala Desa Tanjungsari dan segenap perangkat desa yang telah
bersedia membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
10. Kepala Desa Bumiharjo dan segenap perangkat desa yang telah bersedia
membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
11. Kepala Desa Borobudur dan segenap perangkat desa yang telah bersedia
membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
12. Seluruh Warga Borobudur yang telah membantu saya sehingga karya tulis ini
dapat terselesaikan.
13. Seluruh Staf Pengajar dan Karyawan Jurusan Geografi, terimakasih atas ilmu
yang bermanfaat selama proses perkuliahan.
14. Teman-teman Geografi 2014, Semangat kalian tidak akan pernah terlupakan.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, terimakasih
untuk dukungan dan bantuannya.
Semoga segala kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua mendapatkan
balasan setimpal dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi pribadi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Semarang, 15 Januari 2019
Penulis
viii
SARI
Santoso, Bayu Aji, 2018. Pemetaan Air Asin Di Dataran Borobudur Dan
penguruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar. Skripsi. Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Prof. Dr. Dewi Liesnoor
Setyowati, M.Si.
Kata Kunci: Pemetaan Air Asin, Kehidupan Masyarakat
Air bawah tanah telah memainkan peran penting pada penyediaan pasokan
kebutuhan air bagi berbagai keperluan, sehingga hal tersebut menyebabkan
terjadinya pergeseran nilai terhadap air bawah tanah itu sendiri. Penelitian ini
bertujuan: 1) Menganalisis kondisi air tanah di sumur penduduk sekitar dataran
Borobudur. 2) Memetakan persebaran air asin di dataran Borobudur. 3)
Mengetahui Faktor penyebab air asin di dataran Borobudur. 4) Menganalisis
pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Populasi penelitian yang akan diteliti 9 Air sumur penduduk di dataran
Borobudur, Kabupaten Magelang dan penduduk pemeilik sumur di 53 dusun di
dataran Borobudur untuk memperoleh data kualitas air sumur maupun data
pemanfaatan air sumur. Teknik pengambilan sampel air ini menggunakan Area
Sampling untuk airtanah dan Purposive Sampling untuk pengguna airtanah.
Sampel air diambil di 6 desa wilayah Dataran Borobudur, 3 sampel dari sebalah
utara candi dan 6 sampel dari selatan Candi Borobudur pengambilan sampel
airnya diambil langsung dari beberapa sumur warga. untuk sampel pengguna air
sumur diambil 10%-15% dari 53 dusun di daerah penelitan, jumlah sampelnya
kurang lebih 35 responden. Adapun teknik pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini antara lain pengambilan sampel air dan uji
laboratorium, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisisi data
menggunakan teknik analisis deskriptif, teknik analisisi kuantitatif dan teknik
komparatif.
Dari 6 desa di Dataran Borobudur, Desa Candirejo kualitas air nya dari
segi fisik maupun kimia tidak sesuai baku mutu dengan kandungan natrium 353-
568 mg/l dan kandungan asam kuat berupa klorida pun berkisar antara 809,9-
1639,5 mg/l. Sedangkan secara fisik DHL di Desa Candirejo berkisar 1.612-3.546
Mhos/cm dan TDS 1522-1749 mg/l. Untuk kualitas air paling bagus terdapat di
Desa Bumiharjo ditinjau dari segi fisik maupun kimia. Kecamatan Borbudur
sendiri memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,75% per tahun pada tahun
2017, pertumbuhan penduduk menjadikan kebutuhan akan konsumsi air yang
meningkat dengan kepadatan penduduk sebesar 1.082 jiwa/km2. Berdasarkan 35
responden pemanfaatan airtanah di Dataran Borobudur sekitar 10.947 liter/hari
dengan rata-rata penggunaan sekitar 71,54 liter/hari/jiwa untuk mck,
masak/minum, dan tanaman/ternak.
Saran yang dikemukakan adalah Pemerintah sebaiknya membangun
jaringan air bersih guna distribusi air layak konsumsi di desa yang belum
terjangkau jaringan maupun desa yang mengalami degradasi kualitas air minum.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………...ii
PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………………….iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iiiv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................. vi
SARI ..................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
E. Batasan Istilah .............................................................................................. 6
BAB II ..................................................................................................................... 8
LANDASAN TEORI .............................................................................................. 8
A. Airtanah ........................................................................................................ 8
B. Sifat Fisik dan Kimia Air ........................................................................... 11
C. Trilinear Piper Diagram ............................................................................. 16
D. Pemanfaatan Air Tanah .............................................................................. 18
E. Pemenuhan Air Bersih untuk penghidupan................................................ 19
F. Pemetaan Sebaran Air Asin dan Kualitas Air Tanah ................................. 20
G. Kajian Penelitian Relevan .......................................................................... 22
H. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 25
BAB III ................................................................................................................. 27
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 27
x
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 27
B. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 27
C. Populasi Penelitian ..................................................................................... 27
D. Teknik Pengambilan Sampel...................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 31
F. Variabel Penelitian ..................................................................................... 34
G. Sumber Data ............................................................................................... 36
H. Analisis Data .............................................................................................. 36
BAB IV ................................................................................................................. 39
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 39
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ......................................................... 39
1. Letak Daerah Penelitian ......................................................................... 39
2. Kondisi Fisiografi daerah penelitian ...................................................... 40
3. Kependudukan ........................................................................................ 48
B. Kondisi Air Daerah Penelitian ................................................................... 50
C. Persebaran Air Asin di Dataran Borobudur ............................................... 52
D. Penyebab Air Asin ..................................................................................... 58
E. Pemanfaatan Airtanah ................................................................................ 62
F. Pembahasan ................................................................................................ 65
BAB V ................................................................................................................... 70
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 70
A. Simpulan .................................................................................................... 70
B. Saran ........................................................................................................... 71
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 73
Daftar Lampiran .................................................................................................... 77
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Trilenear piper diagram ............................................................ 17
Gambar 2. Piper diagram segi empat ......................................................... 17
Gambar 3. Kerangka berpikir ..................................................................... 26
Gambar 4: Pengambilan sampel air dan Pengukuran kedalaman sumur ...
28 Gambar 5. Peta lokasi penelitian .......................................................... 30
Gambar 6. Peta Struktur geologi dataran Borobudur ................................. 41
Gambar 8. Peta Penggunaan Lahan Dataran Borobudur Tahun 2017. ...... 47
Gambar 9. Peta Interpolasi Konduktivitas Airtanah .................................. 56
Gambar 10. Peta Persebaran Air Asin Dataran Borobudur ........................ 57
Gambar 11. Peta Aliran Airtanah ............................................................... 54
Gambar 11. Trilinear Piper Diagram ......................................................... 61
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pembagian Kualitas Air Tanah Berdasarkan Konsentrasi Cl- .
12 Tabel 2. Klasifikasi Air Tanah Berdasarkan Daya Hantar Listrik. .. 14
Tabel 3. Klasifikasi Air Tanah Berdasarkan Total Disolve Solid /TDS.
16 Tabel 4. Sampel pengambilan air sumur di dataran Borobudur ....... 29
Tabel 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 32 tahun 2017 dan WHO
2008 ........................................................................................................ 37
Tabel 6. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson .......................... 45
Tabel 7. Penggunaan lahan dataran Borobudur ...................................... 47
Tabel 8. Jumlah Penduduk Dataran Borobudur ..................................... 49
Tabel 9. Kepadatan Penduduk Dataran Borobudur ................................ 49
Tabel 10. Kondisi Fisik Air Sumur ........................................................ 50
Tabel 11. Kondisi Kimia Air .................................................................. 51
Tabel 12. Komparasi dengan penelitian ahli .......................................... 55
Tabel 13. Tabel lokasi dan Kedalaman MAT ........................................ 53
Tabel 14. Tabel Komposisi Air Desa Candirejo .................................... 59
Tabel 15. Kondisi Air Pada Musim Kemarau ........................................ 62
Tabel 16. Kondisi Air Sumur Pada Musim Hujan ................................. 62
Tabel 17. Penggunaan Air ...................................................................... 63
Tabel 18. Jumlah penggunan air tiap jiwa .............................................. 64
Tabel 19. Tabel Jumlah jenis Penggunaan Air ....................................... 64
Tabel 20 . Data curah hujan Bulanan Kabupaten Magelang Tahun
2008-2017 .............................................................................................. 84
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Wawancara Pemilik Sumur Gali ......................... 77
Lampiran 2. Jumlah dan Jenis Penggunaan Air .................................. 79
Lampiran 3. Kedalaman Air Sumur Musim Kemarau ........................ 80
Lampiran 4. Kedalaman Sumur Pada Musim Penghujan ................... 81
Lampiran 5. Jenis Mata Pencaharian Penduduk ................................. 82
Lampiran 6. Tingkat Pendidikan Responden ...................................... 83
Lampiran 7. Data Curah Hujan Bulanan Kab. Magelang ................... 84
Lampiran 8. Rekomendasi Penelitian ................................................. 85
Lampiran 9. Hasil Laboratorium 1 ..................................................... 86
Lampiran 10. Hasil Uji Laboratorium 2 ............................................. 87
Lampiran 11. Hasil Uji Laboratorium 3 ............................................. 88
Lampiran 12. Penetapan Dosen Pembimbing ..................................... 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecamatan Borobudur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Magelang. Pertumbuhan pertumbuhan berbagai sektor pembangunan di daerah
Borobudur telah berimplikasi pada kebutuhan air tanah yang semakin
meningkat seiring berjalanya waktu. Air merupakan sumber daya alam yang
paling dasar dan komponen penting bagi kehidupan. Air digunakan untuk
berbagai macam keperluan hidup seperti untuk pertanian, industri dan
kebutuhan rumah tangga. Air merupakan sumber daya penting dalam
penyediaan air di seluruh dunia. Jumlah air yang berada di laut sekitar 97,5%,
sedangkan 1,75% berada di kutub bumi yakni berupa es. 0,73% berada di
daratan. Sebesar 96% airtanah dan 4% sebagai air pemukaan terdapat pada
waduk, danau, sungai serta uap air di udara (Bouwer, 1978).
Pariwisata Indonesia menjadi terkenal di dunia salah satu penyebabnya
adalah adanya bangunan Candi Buddha yang merupakan warisan dunia. Candi
tersebut dibangun sekitar abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra. Candi Borobudur
terletak di Dusun Bumisegoro, ditemukan pada tahun 1814, saat Pulau Jawa di
bawah kekuasaan Gubernur Jenderal Raffles (Soekmono, 1976).
2
Air bawah tanah telah memainkan peran penting pada penyediaan
pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan, sehingga hal tersebut
menyebabkan terjadinya pergeseran nilai terhadap air bawah tanah itu sendiri.
Masyarakat, baik perseorangan maupun kelompok membutuhkan air untuk
keperluan sehari-hari dan untuk kebutuhan lainnya. Upaya konservasi airtanah
dilakukan dengan cara vegetatif dan mekanik. Cara vegetatif merupakan upaya
konservasi dengan melakukan penanaman tanaman, seperti reboisasi,
penghijauan, dan pembuatan hutan. Cara mekanik merupakan upaya konservasi
dengan bentukan artifisial yang berfungsi mempertahankan kondisi airtanah,
seperti pengaturan jaringan drainase, pembuatan sumur resapan dan biopori,
pembuatan embung dan telaga pada kawasan cekungan, pengaturan
pemanfaatan lahan pada kawasan padat hunian (Sriyono dkk, 2008). Dari
berbagai macam kebutuhan tersebut, maka air untuk keperluan air minum
merupakan prioritas utama, di atas segala keperluan yang lain. Hal ini berarti
fungsi air sebagai air minum harus diupayakan sebaik-baiknya agar memenuhi
persyaratan kualitas dan kuantitasnya, serta digunakan sebaik - baiknya bagi
kebutuhan mahkluk hidup. Mengingat peran air bawah tanah semakin penting,
maka pemanfaatan air bawah tanah harus didasarkan pada keseimbangan dan
kelestarian air bawah tanah itu sendiri, atau dengan kata lain pemanfaatan air
bawah tanah harus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kualitas airtanah (Wanielista, 1997) antara lain komposisi
mineral batuan akuifer, geohidrologi daerah daya kerja dari percampuran
3
airtanah dan kejadian yang saling mempengaruhi dalam proses geokimia,
kegiatan manusia dan kemampuan daur ulang dari akuifer.
Adanya rembesan air asin pada rekahan-rekahan pada batulanau,
menunjukkan bahwa sebelum terbentuk lingkungan danau, daerah di sekitar
Candi Borobudur pernah membentuk lingkungan laut (Murwanto, 2001), air
asin yang keluar pada rekahan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
sebagai objek wisata .Air payau pun terdapat di desa wanurejo tepatnya di
dusun ngentak dan soropadan. Menilik keberadaan air asin di dataran
Borobudur, penelitian sebelumnya menurut (Prabowo, 2001) juga telah
mengungkap bahwa di Dusun Brangkal dan Dusun Palian memiliki kadar DHL
yang tinggi sehingga dapat diketahui bahwa air di sana memiliki salinitas yang
tinggi. Berbagai penelitian menyatakan bahwa Candi Borobudur dikelilingi
oleh danau dan telah berubah menjadi dataran. Selama ini diketahui bahwa
penyebab pendangkalan danau adalah aktivitas Gunung Merapi. Namun pada
bagian selatan Danau Borobudur yang dibatasi oleh Pegunungan Menoreh,
tidak ditemukan material Gunung Merapi tetapi ditemukan material batuan Old
Andesite Formations (OAF) dari Pegunungan Menoreh (Murwanto, 2014).
Data-data tersebut berupa endapan danau, batu lempung pasiran berwarna
coklat kehitaman banyak mengandung serbuk sari dari tanaman komunitas
rawa antara lain: Nymphaea stellata, Cyperaceae, Eleocharis, Commelina,
Hydrocharis dan sebagaianya. Sedimen danau ditemukan di dasar sungai Elo,
sungai Sileng, sungai Progo pada kedalaman lebih dari 10 meter (Murwanto,
1996). Fenomena adanya lempung hitam ini pun dapat dilhat langsung di
4
lapangan di sisi-sisi pinggir Kali Sileng. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan daerah Dataran Borbudur tepatnya di sebelah timur Candi
Borobudur, masyarakat sekitar tepatnya di Desa Candirejo dan Desa Wanurejo
tetap menggunkan air sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, padahal
air di daerah tersebut ada yang berasa asin dan jika dilihat secara kasat mata
pun air di daerah tersebut ada yang berwarna dan menyebabkan korosi yang
mengindikasikan juga bahwa di daerah tersebut air nya mengalami salinitas.
Bahaya salinitas terjadi ketika garam mulai menumpuk di zona akar tanaman
mengurangi jumlah air tersedia untuk akar. Ini mengurangi ketersediaan air
kadang-kadang mencapai tingkat produksi panen terpengaruh. Garam-garam
ini seringkali berasal mineral terlarut dalam air irigasi yang diterapkan atau dari
muka air garam yang tinggi (Simsek, 2006).
Dewasa ini kawasan Borobudur terus berkembang dan menjadi tujuan
wisata mancanegara. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di
kawasan Borobudur mengakibatkan kebutuhan akan airtanah semakin
meningkat dan disisi lain pencemaran air tanah pun juga meningkat, hal ini
tentu akan mengakibatkan kualitas airtanah di kawasan Borobudur semakin
menurun.
Atas dasar permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pemetaan Air Asin di Dataran Borobudur dan
Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar.”
5
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian tentang “Pemetaan Air Asin di Dataran Borobudur
dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Sekitar.” Masalah
yang akan yang akan diteliti dijabarkan dalam rumusan masalah berikut ini:
1. Bagaimana kondisi airtanah di sumur penduduk Dataran Borobudur ?
2. Bagaimana persebaran air asin di Dataran Borobudur ?
3. Bagaimana terjadinya air asin di Dataran Borobudur ?
4. Bagaimana pemanfataan airtanah pada masyarakat ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kondisi air tanah di sumur penduduk sekitar Dataran
Borobudur.
2. Memetakan persebaran air asin di Dataran Borobudur.
3. Mengetahui Faktor penyebab air asin di Dataran Borobudur.
4. Menganalisis pemanfaatan airtanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih
penduduk.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai informasi dan pengembangan pengetahuan baik bagi
peneliti sendiri maupun orang lain dalam kajian yang kaitanya dengan air
asin, dan sebagai ungkapan bentuk sumbangsih perkembangan
pengetahuan utamanya di bidang geografi.
2. Manfaat Praktis
6
Sebagai bahan masukan umumnya bagi pemerintah Kabupaten
Magelang untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan dalam pengelolaan air di kawasan dataran Borobudur, apabila
ternyata kualitas air di bawah baku mutu yang telah ditetapkan maka
PDAM dapat memperluas cakupan pelayanan air minum di daerah
Dataran Borobudur.
E. Batasan Istilah
1. Pemetaan
Peta ialah tempat penyimpanan dan penyajian data – data kondisi
lingkungan, dan merupakan sebuah sumber informasi bagi masyarakat
untuk merencanakan dan mengambil keputusan dalam tahap pembangunan
(Bakosurtanal, 2005).
2. Air Asin
Air asin adalah air yang yang menurut nilai konduktivitas melebihi 1000
Mhos/cm atau menurut nilai zat padat terlarut (TDS) lebih dari 1000 mg/l.
3. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang
(Depdikbud, 2001:845).
4. Kebutuhan air bersih
Adalah banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air
dalam kegiatan sehari-hari misalnya mandi, mencuci, memasak menyiram
tanaman, mencuci mobil, dan lain sebagainya (Purwodarminto, 1976 : 23).
7
5. Masyarakat
Adalah orang yang hidup bersama yang menghasilan kebudayaan
(Sumarjan, 1974).
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Airtanah
Airtanah adalah air di alam yang terdapat di bawah tanah. Proses
pembentukan airtanah mengikuti siklus peredaran air yang disebut daur
hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam yang
mengalami perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus (kodoatie,
2012). Pada siklus hidrologi terdapat beberapa beberapa proses yang saling
terkait mencerminkan pergerakan air, meliputi proses presipitasi, evaporasi,
transpirasi, intersepsi, infiltrasi, perkolasi, aliran disebut sebagai komponen
ketersediaan air (Setyowati, 2008). Air tanah ada 2 jenis yaitu airtanah bebas
dan airtanah tertekan. Air tanah bebas terjadi karena adanya proses siklus
hidrologi air dan resapan air kedalam permukaan tanah. Air tanah bebas
umumnya terdapat pada kedalaman10-15,0 m sebagai sumur untuk kebutuhan
sehari-hari. air dangkal ini ditinjau dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas
kurang cukup dan tergantung pada musim. Air tanah Tertekan adalah airtanah
terdapat setelah lapisan kedap air yang pertama. Pengambilan air tanah tertekan
tidaklah semudah airtanah bebas karena kedalamanya antara 100-300 m dan
terdapat pada 2 lapisan kedap air dibawah airtanah bebas. Kualitas airtanah
sangat dipengaruhi oleh formasi geologi suatu tempat, lintasan air dan
pengaruh antropogenik (Kelepertsis, 2000). Tipe akuifer digolongkan menjadi
tiga (Kodoatie, 2012), yaitu :
9
a. Akuifer bebas (unconfined aquifer), merupakan akuifer jenuh air dimana
lapisan pembatasnya hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas
di lapisan atasnya (batas di lapisan atas berupa muka air tanah).
b. Akuifer tertekan (confined aquifer), adalah akuifer yang batas lapisan atas
dan lapisan bawah adalah formasi tidak tembus air, muka air akan muncul
diatas formasi tertekan bawah. Akuifer ini terisi penuh oleh air tanah
sehingga pengeboran yang menembus akuifer ini akan menyebabkan
naiknya muka air tanah di dalam sumur bor yang melebihi kedudukan
semula.
c. Akuifer semi tertekan (leaky aquifer), merupakan akuifer jenuh air yang
dibatasi oleh lapisan atas berupa akuitard dan lapisan bawahnya
merupakan akuiklud. Akuifer semi-tertekan atau aquifer bocor adalah
akuifer jenuh yang sempurna, pada bagian atas dibatasi oleh lapisan semi-
lulus air dan bagian bawah merupakan lapisan lulus air ataupun semi-lulus
air.
Karekteristik tiap batuan berbeda beda kemampuanya dalam meloloskan
air di dalam tanah beberapa karakteristik batuan sebagai berikut:
a. Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air di bawah permukaan tanah yang
dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah yang cukup dan
ekonomis misalnya pasir akuifer bebas biasanya terdapat pada kedalaman
antara 10-15m.
10
b. Akuiklud adalah suatu lapisan batuan jenuh air yang mengandung air
tetapi tidak mampu melepaskannya dalam jumlah banyak tipe dari batuan
ini misalnya lempung.
c. Akuitard adalah lapisan batuan lambat air yang sedikit lulus air dan tidak
mampu melepaskan air dalam arah mendatar, akan tetapi dapat
melepaskan air cukup berarti kearah vertikal, tipe batuan ini misalnya
lempung pasiran.
d. Akuiflug adalah lapisan batuan kedap air yang tidak mampu mengandung
dan meneruskan air, tipe batuan ini misalnya granit.
Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan,
cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Air tanah
dangkal pada akifer dengan material yang belum termampatkan pada daerah
iklim kering biasanya menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi
terutama pada musim kemarau. Hal ini diakibatkan adanya gerakan kapiler
pada air tanah dan tingkat evaporasi yang relatif besar. Banyaknya material
terlarut tergantung pada lamanya proses air mengalami kontak dengan batuan.
Semakin lama air mengalami proses kontak dengan batuan semakin tinggi pula
unsur-unsur yang terlarut di dalam. Selain itu umur batuan juga menentukan
besarnya kegaraman air, karena semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi
juga kadar garam yang terlarut di dalam (Tolman 1937).
11
B. Sifat Fisik dan Kimia Air
Sifat fisik air, kimia air tiap daerah satu dan lainya berbeda-beda hal ini
berkaitan erat dengan kondisi fisik maupun aktivitas manusia pada suatu
daerah. Airtanah alami tidak berwana, berbau dan berasa, sedangkan secara
kimia dan biologi tidak mengandung unsur biotik maupun kimia yang
berbahaya (Setyaningsih, 2010). Pada dasarnya airtanah untuk konsumsi itu
sendiri harus sesuai dengan baku mutu untuk menhindarkan dari efek negatif
bagi tubuh manusia, berikut adalah sifat fisik dan kimia air:
a. Sifat Kimia Air
1. Konsentrasi (Ph), pH merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno,
1991:32). Dari penjelasan itu dapat diketahui bahwa suatu perairan
memiliki tingkat keasaman dan kebasaan tertentu. Goncangan pH
perairan dapat terjadi karena terbentuknya asam dan basa kuat, gas-gas
dalam perombakan bahan organik, reduksi karbon organik, dan proses
metabolisme air. pH yang baik bagi air minum dan air limbah adalah
netral yaitu 7 (Sugiharto, 1987:31). Kenaikan pH pada badan perairan
biasanya akan diikuti dengan semakin kecilnya kelarutan dari senyawa-
senyawa logam yang ada di perairan itu. Perubahan tingkat stabil dari
kelarutan tersebut biasanya terlihat dalam bentuk pergeseran
persenyawaan. Umumnya pada pH yang semakin tinggi, maka kestabilan
akan bergeser dari karbonat ke hidroksida yang akan mengendap dan
membentuk lumpur (Palar, 2004:36).
12
2. Sulfat, Kandungan sulfat dalam air dapat terjadi secara alami ataupun
akibat aktivitas manusia, kandungan yang berlebihan dalam air dapat
mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci /
ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering
dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas (Wulan,
2005:17).
3. Khlorida,Kandungan Ion khlorida tidak secara langsung menyebabkan
toksik pada tubuh manusia, tetapi kelebihan garam ini paling banyak
terdapat sebagai garam klorida yang dapat menyebabkan penurunan
kualitas air yang disebabkan oleh besarnya salinitas pada suatu wilayah.
Batas minimum ion khlorida yang dianjurkan 200 mg/l, sedangkan batas
maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/l, (Kodoatie, 1996).
Berikut ini adalah klasifikasi kimia air tanah berdasarkan konsentrasi
klorida yang terkandung didalam:
Tabel 1. Pembagian Kualitas Air Tanah Berdasarkan Konsentrasi Cl-
No Tipe Kode Cl (Mg/1)
1 Air bersih (fresh) F <200
2 Air bersih-payau (fresh-breckish) Fb 200-500
3 Air payau (breckish) B 500-1000
4 Air payau-garam (breckish-salt) Bs 1000-10000
5 Air garam (salt) S 10000- 20000
6 Air garam tinggi (hipersaline) H >20000
Sumber: Kodoatie, 1996
4. Kalsium, keadaan kalsium sangat dipengaruhi oleh karbondioksida, hal
ini dikarenakan karbondioksida mudah larut dalam air. Perairan yang
memiliki sedikit kandungan kalsium biasanya perairan itu juga hanya
sedikit mengandung ion-ion lain yang sangat dibutuhkan oleh organisme
13
akuatik. Sumber utama kalsium adalah batuan dan tanah. Kalsium pada
batuan biasanya terdapat pada mineral batu kapur (limestone), pyroxenes,
amphiboles, calcite, dolomite gypsum dan apatite. Kalsium banyak
digunakan dalam industri kimia, industri minuman, industri kertas dan
bubur kertas, industri lem dan sebagainya (cole, 1988).kadar kalsium
antara perairan satu dengan yang lain sangatlah berbeda, pada air tawar
biasanya <15 Mg/l, kemudian pada sekitar batuan karbonat biasanya 30-
100Mg/l, pada perairan laut sekitar 400 Mg/l, dan pada perairan brine
biasanya mencapai 750 Mg/l ( McNeely et al., 1979)
5. Magnesium, ion ini selalu ditemukan di alam dalam bentuk senyawa
kimia dengan dengan unsur kimia lainya, magnesium terionisasi menjadi
kation Mg2+ pada air laut (Sutopo, 2016; http:// ekohs. wordpress. Com
/2016/03/17/ mineral-magnesium). Magnesium ini tidak bersifat toksik
kadar maksimum yang diperuntukan untuk air minum adalah 50 Mg/l.
6. Natrium, ion natrium merupakan salah satu unsur alkali utama pada
perairan dan merupakan kation yang berpengaruh pada kesluruhan
kation di perairan. Kadar natrium sangatlah berbeda antara perairan satu
dengan yang lain. Kadar natrium pada perairan tawar alami <50 Mg/l,
pada airtanah dalam biasanya mencapai >50 Mg/l, pada brine, kadar
natrium berkisar antara 25.000- 100.000 mg/l (McNeely et al., 1979).
Sedangkan untuk konsumsi air minum kadar maksimum yang dianjurkan
adalah tidak lebih dari 200 mg/l (WHO).
14
7. Kalium, merupakan salah satu unsur alkali utama di dalam perairan.
Kalium banyak ditemukan pada batuan mineral feldspar, leucite,
feldsparhoid, dan micas. Kadar kalium ini sifatnya toksik, kadar kalium
yang mencapai 2000 mg/l bahaya bagi sistem pencernaan manusia .
kadar kalium sebanyak 50 mg/l dan natrium 50mg/l yang terdapat
bersamaan tidak baik untuk industri, karena dapat membentuk karat dan
menjadikan korosi pada logam (Effendi, 2003).
b. Parameter Fisik Air Tanah
1. Daya Hantar Listrik, Daya hantar listrik merupakan kemampuan air
untuk menghantarkan arus listrik (konduktivitas). DHL merupakan suatu
gambaran numerik yang ditunjukan suatu larutan dalam menghantarkan
listrik. Semakin tinggi temperatur dan ion klorida maka nilai DHLnya
juga semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah nilai DHL maka
suhu maupun ion klorida akan rendah pula. Batas maksimum kandungan
DHL yang dianjurkan adalah 1000 Mhos/cm Manurut (Saeni, 1989)
batasan nilai DHL air tanah adalah digolongkan seperti Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Air Tanah Berdasarkan Daya Hantar Listrik.
No DHL (mikro Mhos/cm) Jenis Air
1 0-1000 Tawar
2 1000-2000 Payau
3 2000-10000 Air Asin
4 >10000 Sangat Asin
Sumber: Saeni, 1989
Klasifikasi keasinan air tanah dapat ditunjukkan oleh nilai Daya Hantar
Listrik (DHL). DHL adalah sifat suatu zat dalam menghantarkan listrik.
Satuan dari Daya hantar listrik adalah mikro Siemen per centimeter
15
(μS/cm) atau mikro mho (μmho) dengan konfersi 1 μmho = 1 μS/cm
(Irham, 2006)
2. Suhu, Suhu air mengindikasikan aktivitas organisme dalam penguraian
bahan organik, yang mana apabila suhu semakin tinggi maka aktivitas
mikroorganisme semakin meningkat dan menyebabkan pemanfaatan
oksigen terlarut dalam air semakin meningkat. Suhu dipengaruhi oleh
musim, letak lintang (latitude), ketinggian tempat dari permukaan laut
(altitude). Suhu memberi efek pada konsentrasi oksigen terlarut dan
berpengaruh pada aktifitas bakteri dan kimia toksik di dalam air
(Effendi, 2003). Menurut Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 syarat suhu
air yang diperbolehkan adalah deviasi 3oC dari suhu udara di sekitar.
3. Rasa, Kualitas air bersih yang baik untuk air minum adalah tidak berasa.
Rasa dapat mengindikasikan bahwa terdapat zat organik atau bakteri
/unsur lain yang masuk kedalam badan air.
4. Bau, Kualitas air bersih yang baik untuk konsumsi adalah tidak berbau,
karena bau ini dapat menjadi indikasi bahwa semisal adanya
pembusukan zat organik seperti bakteri, selain itu dapat juga
ditimbulkan akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama
sistem sanitasi yang berdekatan dengan sumur gali.
5. TDS (Total Dissolved Solid), Zat padat terlarut adalah jumlah zat padat
yang terlarut dalam air/ semua zat yang tertinggal setelah diuapkan pada
suhu 103 – 105oC (Saeni, 1989). Padatan terlarut meliputi garam garam
anorganik dan sejumlah kecil zat organik serta gas. Berdasarkan kriteria
16
baku mutu air kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku
untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga, batas
maksimum yang diperbolehkan adalah 1000 mg/l.
Tabel 3. Klasifikasi Air Tanah Berdasarkan Total Disolve Solid /TDS.
No TDS (Mg/1) Tingkat Kerusakan Air Tanah
1 <1000 Aman
2 1000 – 10.000 Rawan (Payau)
3 >10.000 Kritis (Asin)
Sumber: Badan Geologi, Pusat Sumber Air Tanah dan Geologi
Lingkungan, 2014.
C. Piper Diagram
Trilinear piper diagram ini terdiri dari dua segitiga sama sisi yang
terletak di bawah kanan dan kiri. Masing–masing segitiga untuk pengeplotan
kation di salah satu sisi dan anion di sisi lain. Di atas kedua segitiga sama sisi
itu dibuat jajar genjang. pada jajar genjang tadi titik-titik kation dan anion
ditarik ke atas ke dalam jajaran genjang. Dari titik ploting tersebut pada jajaran
genjang dapat diinterpretasikan tipe kualitas airtanahnya di suatu wilayah
tertentu.
metode ini sangat efektif dalam pemisahan analisis data bagi studi krisis
terutama mengenai sumber unsur penyusun terlarut dalam airtanah, perubahan
atau modifikasi sifat–sifat air yang melewati suatu wilayah tertentu serta
hubungannya dengan problem–problem geokimia (Suharyadi,1984). Dengan
menggunakan metode ini maka penelitian yang berkaitan dengan problematika
geokimia akan lebih praktis dalam analisa.
17
Hasil ploting pada jajar genjang dapat diketahui hasilnya dengan cepat
dengan melihat kelompok ion dominan dari hasil pengeplotan data.
Gambar 1. Trilenear piper diagram
Sumber: Suharyadi (1984:107)
Apabila titik yang di plot jatuh pada daerah (Suharyadi, 1984):
1. Berarti kandungan alkali tanah melebihi kandungan alkalinya.
2. Berarti kandungan alkali melebihi kandungan alkali tanahnya.
3. Berarti asam lemah melebihi asam kuatnya.
4. Berarti asam kuat melebihi asam lemahnya.
5. Berarti kekerasan karbonat (alkalinitas sekunder) lebih dari 50%, airtanah
didominir oleh alkali tanah dan asam lemahnya.
6. Berarti kekerasan non karbonat (kegaraman sekunder) lebih dari 50%.
7. berarti non karbonat alkali (kegaraman primer)lebih dari 50%, airtanah
didominir oleh alkali dan asam kuat.
8. berarti karbonat alkali (alkalinitas primer)lebih dari 50%.
9. berarti pasangan kation-anion seimbangan tidak ada yang melebihi 50%.
17
Gambar 2. piper diagram segi empat (Klossterman, 1983)
Dari diagram piper segi empat genesa airtanah langsung dapat diketahui
dengan melihat perbandingan antara kation dan anion dalam air. Dan akan
terploting ke dalam 6 jenis air seperti Gambar 2 diatas.
a. Metode Kurlov
Adalah Suatu metode klasifikasi yang dikemukakan oleh seorang ahli
bernama Kurlov, metode ini sangat praktis dan dengan cepat dapat
menentukan kelas airnya guna analisis masalah geokimia. Penamaan kelas
air ditentukan oleh kandungan ion yang mempunyai jumlah ≥ 25%
(Suharyadi, 1984). Berikut adalah perhitungan klasifikasi Kurlov :
Konsentrasi dalam meq/l = -----------------------------------------------
Konsentrasi dalam mg/L*valensi
Berat atom
18
D. Pemanfaatan Air Tanah
Indonesia menduduki urutan kelima negara-negara yang kaya air
setelah Brasil, Rusia, Cina, dan Kanada. Hal ini tercermin dari potensi
ketersediaan air permukaan (terutama sungai) yang menurut catatan
Depkimpraswil rata-rata mencapai 15.500 m3/kapita/tahun, jauh melebihi rata-
rata dunia yang hanya 600 m3/kapita/tahun. Namun, ketersediaan air sangat
bervariasi menurut ruang dan waktu. Sebagai contoh, Jawa yang penduduknya
mencapai 65% dari total penduduk Indonesia, hanya tersedia 4,5% potensi air
tawar nasional. Faktanya, jumlah air yang tersedia di Jawa yang mencapai
30.569,2 juta m3/tahun tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bagi
seluruh penduduknya. Artinya di pulau yang terpadat penduduknya ini selalu
terjadi defisit air paling tidak hingga tahun 2015. Defisit akan terus meningkat
jika tidak ada upaya konservasi air dan efisiensi pemanfaatannya (Sosiawan,
2009). Pemanfaatan airtanah secara tidak tepat, dapat mengakibatkan degradasi
kualitas dan kuantitas terhadap airtanah itu sendiri. Oleh karena itu sangat
penting untuk memahami keberadaan airtanah (lokasi, kedalaman, dan arah
aliran) serta potensi airtanah kualitas dan kuantitas (Maulana, 2003).
Pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan kebutuhan akan sumber
daya air meningkat di dunia telah menjadi salah satu hal yang sangat penting,
berdasarkan (Magelang Dalam Angka, 2017) laju pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Borbudur sendiri pada tahun 2017 mencapai 0.75% dari total
populasi sebesar 59.039 jiwa. Dengan kepadatan penduduk mencapai 1.082
jiwa/km2 . Air merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi umat manusia,
19
untuk produksi barang industri serta untuk produksi makanan dan kain. Air
tidak tersebar merata diatas permukaan bumi, sehingga ketersediaannya di
suatu tempat akan sangat bervariasi menurut waktu (Linsly, 1989:76).
Keberadaan air itu sendiri tiap tempat berbeda kualitas dan kuantitasnya hal ini
berkaitan erat dengan kondisi fisik suatu wilayah maupun kegiatan manusia di
dalam ruang itu sendiri. Sumber air merupakan salah satu komponen utama
yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi
(Sutrisno, 2004:13). Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan
tanah di dalam zone jenuh dimana tekanan hidostatiknya sama atau lebih besar
dari tekanan atmosfer (Suyono, 1993:1). Airtanah terbagi atas air tanah dangkal
dan air tanah dalam. Air tanah dangkal terjadi karena adanya daya proses
peresapan air dari dari permukaan tanah. Biasanya untuk mendapatkan air
tanah dangkal ini dengan cara membuat sumur gali.
Pemanfaatan air tanah dangkal untuk memenuhi keperluan rumah tangga
akan air bersih dan air untuk industri sudah banyak dilakukan. Air juga
mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi, yaitu pola 23 pendauran air
yang umum dan terdiri dari susunan gerakan-gerakan air yang rumit dan
transformasi-transformasinya (Lee, 1988:43).
E. Pemenuhan Air Bersih untuk penghidupan
Salah satu sumber penghidupan di masyarakat adalah air layak konsumsi,
rata-rata air konsumsi di masyarakat daerah penelitian adalah air tanah dangkal
berupa sumur gali. Air sumur merupakan salah satu sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan di dunia ini. Air sumur atau air tanah dangkal adalah air
20
tanah yang berada pada kedalaman sampai 15 meter. Dinamakan juga air tanah
bebas karena lapisan air tersebut tidak berada dalam tekanan. Profil permukaan
air tanah dangkal tergantung dari profil permukaan air tanah dan lapisan tanah
itu sendiri (Surbakti, 1989:4). Pada daerah penelitian yang berlokasi di
Kecamatan Borobudur, kondisi airtanah di daerah tersebut dapat kita jumpai
antara kedalaman 9-15 meter.
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih sangatlah berbeda kuantitasnya
antara masyarakat satu dengan masyarkat lainya, hal ini tergantung pada
jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan dan kondisi lingkungan fisik.
Kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan
rumah tangga, industri, penggelontoran kota dan lain-lain. Prioritas kebutuhan
air air meliputi kebutuhan air domestik, industri, pelayanan umum dan
kebutuhan untuk mengganti kebocoran (Moegijantoro, 1995). Bagi manusia
kebutuhan akan air ini mutlak karena zat pembentuk tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari tubuh manusia (Aswan,
1996:31). Air sendiri berguna untu manusia guna membantu sistem
metabolisme dalam tubuh.
F. Pemetaan Sebaran Air Asin dan Kualitas Air Tanah
Peta merupakan gambaran kenampakan di permukaan bumi yang di
skalakan, Sistem Informasi geografis (Geographic Information System/GIS)
adalah sebuah sistem informasi khusus untuk mengelola data yang memiliki
informasi spasial atau koordinat–koordinat geografis (Anisah, 2007). Aplikasi
SIG bervariasi dan mendukung manajemen sumber daya, manajemen bencana,
21
perencanaan dan pengembangan, pengelolaan lingkungan, tanah dan air
manajemen, penelitian kelautan dan kelautan, perubahan iklim dan banyak area
lain di mana orang dan masyarakat berada (Gnanachandrasamy, 2015). Dengan
menggunakan sistem informasi geografi seseorang dapat mengetahui keadaan
suatu ruang wilayah dengan cepat.
Teknik yang digunakan dalam pemetaan air asin ini adalah interpolasi.
Interpolasi adalah estimasi nilai Z dari a permukaan pada titik tidak dijepit
berdasarkan nilai Z yang diketahui poin sekitarnya. Ada dua interpolasi utama
teknik: deterministik dan geostatistik. Deterministik teknik interpolasi
membuat permukaan dari yang diukur poin, berdasarkan tingkat kesamaan
Jarak interpolation distance weighted (IDW) atau tingkat kehalusan fungsi
dasar radial. Teknik interpolasi geostatistik (kriging) memanfaatkan properti
statistik dari titik yang diukur (ESRI, 2001)
Kajian daerah yang terkena salinitas di wilayah dataran Borobudur
Kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang merupakan kajian geografis yang
perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai aspek
pengelolaannya. Tujuannya adalah untuk menentukan zonasi wilayah yang
kemungkinan terindikasi mengalami Salinitas. Sistem informasi geografis ini
dapat membantu perencanaan masing-masing zonasi, sehingga dapat
diantisipasi melalui langkah langkah konservasi terhadap air tanah yang ada di
wilayah tersebut. Kemampuan Sistem Informasi Geografis bisa memetakan apa
yang ada di luar maupun di dalam suatu area, sehingga kreteria kriteria ini
nantinya digabungkan untuk memunculkan irisan wilayah berdasarkan data
22
spasial yang tersedia. Secara sederhana manfaat Sistem Informasi Geografis
untuk pengawasan daerah yang mengalami perkembangan penduduk dan
pertumbuhan perekonomian yang pesat terutama dalam pemanfaatan air tanah
adalah memantau luas wilayah yang terdampak salinitas.
G. Kajian Penelitian Relevan
Merupakan suatu rujukan yang diperlukan oleh peneliti untuk melihat
atau membandingkan penelitian yang sudah ada guna memudahkan peneliti
untuk mencari metode, variabel, sample yang sesuai untuk diterapkan dalam
penelitianya. Kajian penelitian yang revelan pada penelitian ini mengambil dari
4 sumber antara lain sebagai berikut ini;
1. Helmy Murwanto. 2015, penelitian ini memiliki kesamaan lokasi
penelitian dan hasil dari penelitian itu menggambarkan bahwa di sekitar
Borobudur terdapat air asin yang diakibatkan karena dulu daerah tersebut
pernah membentuk lingkungan laut.
2. Ignatius Adi Prabowo. 2001, penelitian tersebut memiliki kesamaan lokasi
dan kajian penelitian. Dalam penelitian tersebut hasilnya menggambarkan
bahwa kualitas air yang berada pada Dataran Borbudur sebagian berasa
asin dan tidak layak untuk konsumsi.
3. Anisa Intan Sari Wulan. 2005, Terdapat kesamaan pengolahan data
dengan menggunakan komparasi peraturan dari pemerintah.
4. Putu Ratih Wijayanti. 2013, Terdapat kesamaan pada pengolahan data
dengan menggunakan metode trilinear piper diagram.
23
No Nama Judul Metode Hasil Kedudukan
Penelitian
1 Helmy Murwanto,
2015
Situs Danau Di
Sekitar Bukit
Borobudur
Jawa Tengah
Penelitian ini menggunakan
pendekatan paleogeomorfologi
dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana dan
mengapa perubahan bentuklahan
danau menjadi dataran lakustrin
dapat terjadi. Paleogeomorfologi
adalah ilmu yang mempelajari
tentang bentangalam purba.
Terbentuknya bentangalam purba
disebabkan oleh adanya proses-
proses yang bekerja pada
masa lampau.
Adanya rembesan
air asin pada
rekahanrekahan
pada batulanau,
menunjukkan
bahwa sebelum
terbentuk
lingkungan danau,
daerah di sekitar
Candi Borobudur
pernah membentuk
lingkungan laut.
Beda pada metode
penelitian akan
tetatapi terdapat
kesamaan pada
lokasi penelitian
dan hasil
penelitian tersebut
menggambarkan
bahwa adanya air
asin di borobudur
memang benar
adanya.
2 Ignatius Adi
Prabowo, 2001
Kualitas Air
Tanah Di
Dataran
Borobudur
Kabupaten
Magelang
Propinsi Jawa
Tengah
Penelitian ini berupa deskriptif
kuantitatif yang menggambarkan
suatu fenomena dengan hitungan
matematis. Kualitas air tanah
disusun berdasrkan komparasi
antara data lapangan dengan
peraturan baku mutu air.
Kualitas air tanah
didataran
borobudur
umumnya di
bawah standar
baku mutu.
Adanya air asin di
daerah borobudur
bukan disebabkan
oleh aktifitas
manusia melainkan
karena faktor
Terdapat
kesamaan pada
kajian penelitian
yaitu berupa
geohidrologi.
Penelitian tersebut
juga menyatakan
bahwa
terdapatnya air
asin di wilayah
timur Candi
Borobudur
24
geologis.
3 Anisa Intan Sari
Wulan, 2005
Kualitas Air
Bersih Untuk
Pemenuhan
Kebutuhan
Rumah Tangga
Di Desa
Pasarean
Kecamatan
Adiwerna
Kabupaten
Tegal
Penelitian ini menggunakan uji
laboratorium parameter kualitas
kimia air tanah. Hasil dari uji
labaratorium kemudian di
komparasikan dengan baku mutu
air sesuai permenkes nomer 82
tahun 2001
Parameter kimia
yang paling
dominan dalam hal
yang paling
berpengaruh pada
kualitas air tanah
di daerah tersebut.
Terdapat
kesamaan
pengolahan data
dengan
menggunakan
komparasi
peraturan dari
pemerintah.
4 Putu Ratih
Wijayanti, 2013
Analisa
Kuantitas Dan
Kualitas
Airtanah Di
Kecamatan
Kubu
Kabupaten
Karangasem
Provinsi Bali
Metode yang digunakan dalam
menganalisis kimia airtanah
adalah metode diagram Trilinier
Piper. Diagram Trilinier Piper
adalah metode yang penting
dalam studi genetik airtanah,
dimana metode ini sangat efektif
dalam pemisahan analisis data
bagi studi kritis terutama
mengenai sumber unsur
penyusun terlarut dalam airtanah,
perubahan sifat-sifat air yang
melewati suatu wilayah tertentu
serta hubungannya dengan
permasalahan-permasalahan
geokimia.
Pada hasil
pengeplotan
sampel airtanah di
lokasi penelitian
merupakan daerah
yang non karbonat
alkali (kegaraman
primer) lebih dari
50%, airtanah
didominir oleh
alkali dan asam
kuat
Terdapat
kesamaan pada
pengolahan data
dengan
menggunakan
diagram trilinear
piper diagram
25
H. Kerangka Berpikir
Diagram alir penelitian menjelaskan bagaimana peneliti merumuskan
suatu permasalahan yang ada dilapangan berdasarkan variabel-variabel
penelitian dan tahapan pengolahan data. Berdasarkan penelitian yang akan
dilakukan, permasalahan yang ada di lapangan yaitu terjadinya degradasi
kualitas airtanah yang disebabkan adanya salinitas pada daerah tersebut, atas
dasar permasalahan tersebut daerah penelitian ini dapat ditinjau dari 2 macam
aspek yaitu Kondisi Fisik (kondisi Airtanah, topografi, geologi) dan Kualitas
air sumur (kondisi fisik dan kimia).
Data yang diperoleh berupa kondisi airtanah, Ketinggian tempat, dan
pemanfaatan air bagi penduduk sekitar (kuantitas dan jenis pemanfaatanya).
Data yang telah diperoleh di lapangan selanjutnya diolah secara komputerisasi
menggunakan software arcgis 10.5 dan aquachem demo version. Dari
pengolahan tersebut didapatkan hasil berupa peta aliran airtanah, peta
konduktivitas airtanah, dan faktor penyebab air asin di daerah penelitian.
26
Gambar 3. Kerangka berpikir
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut ini:
a. Kondisi air tanah di Dataran Borobudur ditinjau dari sifat fisik dan
kimianya berbeda antara desa satu dan desa lainya. Dari 6 desa di Dataran
Borobudur, Desa Candirejo kualitas air nya dari segi fisik maupun kimia
tidak sesuai baku mutu dengan kandungan natrium 353-568 mg/l dan
kandungan asam kuat berupa klorida pun berkisar antara 809,9-1639,5
mg/l. Sedangkan secara fisik DHL di Candirejo berkisar 1.612-3.546
Mhos/cm dan TDS 1522-1749 mg/l. Untuk kualitas air paling bagus
terdapat di Desa Bumiharjo ditinjau dari segi fisik maupun kimia.
b. Persebaran air asin Dari sifat fisik air tanah dapat dilihat bahwa air asin
didataran Borobudur adalah air sumur yang memiliki nilai konduktivitas
lebih dari 1000 mhos/cm yaitu terdapat di sebagian besar Desa Candirejo,
Desa Ngargogondo dan sebagian kecil Desa Wanurejo. Dari pola aliran air
tanah di daerah penelitian dapat di asumsikan bahwa air asin di sumur
penduduk hanya terdapat di Desa Candirejo, Desa Ngargogondo dan
sebagian kecil Desa Wanurejo karena pola aliran airtanahnya pun hampir
semua menuju Desa Candirejo dan Desa Ngargogondo.
c. Penyebab air asin di dataran Borbodur dapat di ketahui berdasarkan piper
diagram diketahui bahwa kualitas air di Dataran Borobudur ada 2 macam
71
jenisnya yaitu air tanah di dominir oleh alkali dan asam kuat dengan
Senyawa kimia NaCl bertipe air sulfat golongan (IV) yang berasa asin di
Desa Candirejo dan Airtanah didominasi oleh alkali tanah dan asam
lemahnya yaitu air bertipe semi bikarbonat golongan (II) di Desa
Tanjungsari, Desa Borobudur dan Air fosil (connate water) golongan (Va)
di Desa Wanurejo, Dan desa Ngargogondo, Dan Desa Bumiharjo.
d. Pemanfaatan airtanah di Dataran Borobudur diketahui airtanah di Dataran
Borobudur berdasarkan 35 responden yang berjumlah 153 jiwa berbeda
antara daerah yang aitanahnya normal dan daerah yang mengalami
degradasi kualitas airtanah penggunaan airtanah sekitar 10.947 liter/hari
dengan rata-rata penggunaan sekitar 71,54 liter/jiwa/hari untuk mck,
konsumsi, dan tanaman/ternak. rincian penggunaan air untuk mck sendiri
9.767 liter/hari dengan rata-rata penggunaan 63,83 liter/jiwa/hari, untuk
minum dan memasak sekitar 539 liter/hari dengan rata-rata 3,51
liter/jiwa/hari dan untuk penggunaan lainya seperti untuk konsumsi ternak
641 liter/hari dengan rata-rata 4,18 liter/jiwa/hari/.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut ini:
a. Untuk daerah yang terdampak air asin maupun desa yang secara kualitas
airnya tidak layak konsumsi sebaiknya menggunakan air PDAM maupun
sumber air lain yang lebih layak konsumsi seperti membuat bak penampung
air yang selanjutnya saluran pipa dapat dialirkan ke rumah tangga. Namun
72
jika hanya digunkan untuk mandi, cuci, dan kakus air di daerah ini masih
layak untuk digunkan.
b. Pemerintah dalam hal ini adalah pemda atau dinas terkait sebaiknya
membuat jaringan pipa air bersih guna membantu warga sekitar dalam
memenuhi kebutuhan air untuk konsumsi, selain itu adanya pembangunan
jaringan akan membantu pemenuhan air bersih yang berkelanjutan.
73
Daftar Pustaka
Aswan, Asmi. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : PT.
Mutiara Sumber Widya.
Barapela, Puspa Chattra. 2015. Kajian Hidrokimia Airtanah Bebas Di Wilayah
Kepesisiran Kabupaten Purworejo. Yogyakarta: Fakultas Geoagrafi
UGM
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.
ESRI (Environmental Systems Research Institute).2001. Using Arc GIS geo
statistical analyst (300p, USA).
Gnanachandrasamy, G dkk. 2015. Accessing groundwater quality in lower part of
Nagapattinam district, Southern India: using hydrogeochemistry and GIS
interpolation techniques. Appl Water Sci (2015) 5:39–55
http:// ekohs. wordpress. Com /2016/03/17/ mineral-magnesium (05 Oktober
2018).
http://www.artikelsiana.com/2015/06/para-ahli-pengertian-masyarakat-
definisi.html
Koodoatie, Robert J., Roestam, Sjarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Yogyakarta: Andi.
Linsley, Ray.K. 1989. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga.
Maulana, Fivry Wellda. 2003. Hubungan Airtanah Dan Kondisi Geologi Dalam
Penentuan Kualitas Dan Potensi Airtanah Kecamatan Bruno Kabupaten
Purworejo Propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta: UPN Veteran
Yogyakarta.
74
Meijerink AMJ. 1996. Remote sensing applications to hydrology: groundwater.
Hydrol Sci 41(4):549–561. Moegijantoro. 1992. Air untuk Kehidupan
Manusia. Majalah Air minum. Edisi No. 85/ th. XXV Oktober 2001
Murwanto, dkk. 2014. Pengaruh Tektonik dan Longsor Lahan Terhadap
Perubahan Bentuk Lahan di Bagian Selatan Danau Borobudur. Dalam
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 5 No. 2 Agustus 2014:
143 - 158
Murwanto. H. Situs Danau Di Sekitar Bukit Borobudur, Jawa Tengah.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
N. Irham, M dkk. 2006. Pemetaan Sebaran Airtanah Asin Pada Aquifer Dalam Di
Wilayah Semarang Bawah. Dalam Berkala Fisika Vol.9, No.3, Juli 2006,
hal 137-143
Palar, Heryanto. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta :
Rineka Cipta.
Prabowo, Ignatius Adi dan Sutikno., 2001. Kualitas Air tanah di dataran
Borobudur Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Yogyakarta :
UGM Press.
Purwodarminto, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Balai
Pustaka.
Setyaningsih, Wahyu. 2010. Model Pergerakan Bahan Pencemar Minyak Disel
Pada Akuifer Batu Pasir Formasi Volkanik Merapi Muda. Dalam Jurnal
Geografi Volume 7 No. 2 Juli 2010, hal:75-87.
Setyowati, Dewi Liesnoor. 2008. Pemodelan Ketersediaan Air Untuk
Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Blorong Kabupaten Kendal.
Dalam Jurnal Teknil Sipil Dan Perencanaan, Nomor 2 Volume 10-Juli
2008, Hal:127-138.
75
Simsek, Celalettin dan Orhan Gunduz. 2006. IWQ Index: A GIS-Integrated
Technique to Assess Irrigation Water Quality. Simav-Turkey: Springer
Science + Business Media.
Sosiawan, H dan K. Subagyono. 2009. Strategi Pembagian Air Secara
Proporsional Untuk Keberlanjutan Pemanfaatan Air. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sriyono. Nur Qudus. Dewi Liesnoor Setyowati. 2008. Model Spasial
Ketersediaan Airtanah Dan Intrusi Air laut Untuk Penentuan Zone
Konservasi Airtanah. Semarang: Universitas Negeri Semarang hal: 87-94
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-PRESS
Sugiyono., 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta, CV.
Suharyadi. 1984. Geohidrologi. Diktat Kuliah Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada.
Sukmono. 1976. Chandi Borobudur: A Monument Of Mankind. Paris: UNESCO
Press.
Surbakti. 1989. Teknologi Penyediaan Air Minum Sehat. Surakarta. Mutiara Solo.
Sutrisno. Totok dkk. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suyono. 1993. Pemanfaatan Air Tanah. Jakarta : Rineka Cipta.
Waniliesta, M.R., Kersten And R. Eaglin. 1997. Hydrology: Water Quantity And
Quality Control. John Wiley & Sons Inc. Canada, pp340-359.
WHO. 2008. Guidelines for drinking water quality (3rd ed.).Geneva, pp 540
Widada, Sugeng. 2007. Gejala Intrusi Air Laut di Daerah Pantai Pekalongan.
Dalam Jurnal Ilmu Kelautan, Volume 12 (1): 45-52.
76
Wijayanti, Putu Ratih., Moh Solichin dan Dian Sisinggih. 2013. Analisa
Kuantitas Dan Kualitas Airtanah Di Kecamatan Kubu Kabupaten
Karangasem Provinsi Bali. Malang: Universitas Brawijaya Malang.
Wulan, Anisa Intan Sari, Dewi Liesnoor Setyowati, Rahma Hayati. 2005. Kualitas
Air Bersih Untuk Pemenuhan Rumah Tangga Di Desa Pesarean
Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. UNNES: Skripsi.
Recommended