View
313
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
0
PROYEK AKHIR
ANALISIS SEMIOTIKA KOMUNIKASI VISUAL IKLAN BIMBINGAN BELAJAR SAKURA LEARNING CENTER
BOGOR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ahli Madya Diploma Tiga (D III) Program Keahlian Komunikasi
Talhah Lukman Ahmad 11110044
PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI
AKADEMI TELEKOMUNIKASI BOGOR 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi merupakan sebuah proses dimana salah satu unsur
pendukungnya adalah media sebagai perantara antara komunikator dengan
komunikan. Iklan merupakan sebuah agen atau media komunikasi melalui simbol,
gambar, suara serta berbagai sumber lainnya yang berasal dari sebuah konsep
dengan maksud sebagai penyampaian pesan yang efektif dan tepat sasaran yang
digunakan untuk merubah cara pandang serta pola pikir seseorang. Iklan dapat
pula didefinisikan sebagai media komunikasi persuasif yang dirancang untuk
menghasilkan respon dan membantu tercapainya objektifitas atau tujuan
pemasaran. Pemasang iklan harus dapat memanfaatkan iklan untuk memposisikan
produknya di mata konsumen (Morrison, 2010:18).
Sebuah iklan yang baik adalah iklan yang mampu membujuk orang lain
untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang kita inginkan. Periklanan
berevolusi menjadi sebuah bentuk strategi sosial persuasif yang dimaksudkan
untuk mempengaruhi cara seseorang memandang pembelian dan konsumsi
barang. Pada sebuah iklan komersial, produsen yang mengiklankan mengharapkan
calon konsumen dapat membeli atau mengkonsumsi produk yang ditawarkan
dalam iklan tersebut sedangkan pada iklan non-komersial, pengiklan berharap
iklan tersebut mampu merubah sikap dan perilaku publik yang melihat iklan
tersebut atau dapat pula iklan tersebut digunakan untuk mengenalkan serta
meningkatkan citra sebuah perusahaan di depan publik.
Iklan dengan segala kreatifitasnya bukannya hanya dimaksudkan untuk
memberikan informasi pada publik namun juga mempengaruhi psikologis calon
konsumen. Iklan harus memberikan makna yang tersirat yang mampu dipahami
calon konsumen dan mampu mendefinisikan secara gamblang mengenai sebuah
produk yang ditawarkan dalam iklan tersebut.Sebuah iklan lebih kuat pemaknaan
yang ditangkap apabila iklan tersebut dibuat dalam bentuk audio dan visual.
Audio sendiri lebih menekankan pada pendengaran sedangkan visual lebih
2
menekankan dan mengedepankan penglihatan. Visualisasi sebuah iklan dapat
mempertegas maksud yang ingin disampaikan oleh pengiklan serta konsumen
sebagai penerima pesan dapat menangkap pesan dalam iklan tersebut dengan tidak
bias.
Tanda visual dapat didefinisikan secara sederhana sebagai tanda yang
dikontruksi dengan sebuah penanda visual, yang artinya dengan penanda yang
dapat dilihat.Makna dari sebuah tanda sendiri dapat dilihat dari warna, bentuk,
garis, serta tipografi. Semua aspek tersebut dapat direpresntasikan dalam berbagai
wujud yang merupakan dasar dari banyak aktivitas pembuatan dan penggunaan
tanda di seluruh dunia. Kembali pada dasar, tanda tersebut dapat
merepresentasikan makna yang terkandung dalam sebuah iklan.
Agar lebih mudah dan dapat menarik minat oleh orang lain, iklan dengan
tanda visual membutuhkan media khusus yang dapat menonjolkan makna pesan
yang terkandung dalam iklan tersebut. Media khusus yang dimaksud adalah dapat
berupa spanduk, brousur, signboard, poster dan semua media yang termasuk
dalam jenis below the line.
Kecenderungan iklan yang beredar di masyarakat terutama yang dapat dilihat
di media massa didominasi oleh iklan produk dalam bentuk barang yang dapat
direpresentasikan dalam bentuk wujud nyata. Hal ini menanamkan stigma bahwa
iklan hanya milik sebuah produk barang. Sedangkan produk sendiri terbagi
menjadi dua jenis yaitu barang dan jasa. Dengan demikian iklan tidak menjadi
monopoli produk dalam bentuk barang saja melainkan jasa pula. Sama dengan
tujuan iklan dalam bentuk produk barang, iklan dalam bentuk jasa pula bertujuan
untuk memperkenalkan produk serta menumbuhkan dan meningkatkan citra di
mata publik.
Salah satu jasa yang berkembang di masyarakat adalah jasa pendidikan.
Seperti diketahui bahwa pendidikan adalah salah satu unsur dalam membentuk
karakter serta jati diri seseorang. Lewat pengajaran yang ada dalam pendidikan
membentuk pribadi seseorang jauh lebih baik dan terdidik dan mampu berperan di
masyarakat. Melihat peluang besar ini lah tumbuh jasa pendidikan yang
dikembangkan dalam bentuk bisnis jasa pendidikan berlabel bimbingan
belajar.Bimbingan belajar menjadi salah satu bentuk institusi informal dalam hal
3
pendidikan selain sekolah pada umumnya. Bimbingan belajar lebih memfalisitasi
kepada kedekatan antara murid dan pengajar karena sistem pengajarannya yang
lebih fleksibel. Pentingnya penggunaan tanda, gambar, tokoh dan lain sebagainya
yang berkaitan erat dengan semiotika membuat pengiklan khususnya yang
bergerak dibindang jasa pendidikan terutama bimbingan belajar mulai jeli dalam
membuat sebuah iklan yang menarik dan memiliki makna dari visualisasi iklan
tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menyusun penelitian proyek
akhir yang berjudulAnalisis Semiotika Komunikasi Visual Iklan Bimbingan
Belajar Sakura Learning Center Bogor.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam sebuah iklan produk dibutuhkan visualisasi dan pemaknaan yang
dapat ditangkap dan dipahami oleh konsumen, sehingga mampu mempersuasi
konsumen untuk menggunakan produk yang diiklankan.
Warna, bentuk, logo, dan sosok dalam iklan tersebut haruslah memberikan
kontribusi besar dalam iklan tersebut, terutama dalam iklan jasa pendidikan yang
jumlahnya tidak sebanyak iklan produk barang. Hal ini dibutuhkan untuk
membentuk dan meningkatkan citra serta untuk eksistensi dari jasa pendidikan
dalam hal ini bimbingan belajar.
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian kali ini
adalah Bagaimanakah pemaknaaniklan Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center Bogor pada media brosur ?
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pembahasan di bab pembahasan,
maka membutuhkan batasan masalah. Penulis membatasi masalah yang dibahas
hanya bagian front cover dari brosur iklan Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center Bogor.
4
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pemaknaan iklan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor pada media
brosur.
1.5. Keguanaan Penelitian
1. Bagi penulis
Kegunaan atau manfaat bagi penulis dalam penelitian ini adalah
memberikan pengetahuan mengenai pemaknaan komunikasi visual iklan
ditinjau dari aspek semiotika.
2. Bagi pembaca
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan
penelitian kajian komunikasi, khususnya mengenai semiotika makna iklan
sebuah jasa pendidikan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
referensi bagi para peneliti yang ingin melanjutkan penelitian semiotika.
3. Bagi Perusahaan
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan,
khususnya dalam nilai estetika dan kepantasan sebuah brosur serta
pentingnya pemilihan tokoh sebagai endorser ditinjau dari latar belakang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
Dance dalam Morissan (2013:3) mendefinisikan komunikasi sebagai “Those
situations in which a source transmits message to a reciver with cosicious intent
to affect the latter’s behaviour” atau situasi di mana sumber mengirimkan pesan
kepada penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku penerima.
Definisi lain dari komunikasi adalah sebuah gagasan komunikator yang ingin
disampaikan kepada pihak penerima dengan segala daya usaha bahkan tipu daya
agar mengenal, memahami pesan-pesan yang disampaikan (Tabroni, 2012:3).
Proses komunikasi akan berjalan lancar tanpa adanya noise atau gangguan jika
memenuhi unsur-unsur tertentu. Mulyana dan Rahmat dalam Sihabudin (2011:15)
menjelaskan bahwa terdapat delapan unsur khusus komunikasi, yaitu:
1. Sumber (Source)
Sumber merupakan orang yang memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi.
Kebutuhan ini berkisar dari kebutuhan sosial untuk diakui sebagai
individu, hingga kebutuhan berbagai informasi atau untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku seseorang atau kelompok.
2. Penyandian (Encoding)
Kegiatan internal sesorang untuk memilih dan merangsang perilaku verbal
dan non-verbal yang sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa dan sintakis
guna menciptakan suatu pesan.
3. Pesan
Hasil dari encoding adalah pesan (message) baik pesan verbal maupun
non-verbal. Pesan inilah yang berisi informasi atau gagasan dari sumber
yang kemudian diteruskan kepada penerima (receiver).
4. Saluran (Channel)
Merupakan penghubung antara sumber dengan penerima atau dengan kata
lain antara komunikator dengan komunikan.
6
5. Penerima (Receiver)
Receiver merupakan orang atau pihak yang menerima pesan sebagai
akibatnya menjadi terhubungkan denga sumber pesan. Penerima bisa yang
dikehendaki atau mungkin yang tidak dikehendaki sumber (source).
6. Penyandian Balik (Decoding)
Unsur ini merupakan proses internal penerima dan pemberian makna
kepada perilaku sumber yang mewakili perasaan dan pemikiran sumber.
7. Respon Penerima (Receiver Respons)
Respon penerima menyangkut apa yang penerima lakukan setelah ia
menerima pesan. Respon dapat beraneka ragam baik itu respon minimum
maupun respon maksimum. Respon minimum keputusan penerima
mengabaikan pesan, sebaliknya respon maksimum tindakan penerima
yang segera, terbuka dan mungkin mengandung kekerasan. Komunikasi
dianggap berhasil bila respon penerima mendekati apa yang dikehendaki
oleh sumber.
8. Umpan balik (Feedback)
Informasi yang tersedia bagi sumber yang memungkinkan menilai
keefektifan komunikasi yang dilakukannya.
Suatu proses komunikasi akan berjalan efektif apabila memenuhi
kedelapan unsur tersebut. Sebagai sebuah rangkaian, delapan unsur tersebut harus
terpenuhi, sehingga apabila hilang salah satunya tidak dapat disebut sebagai
sebuah proses komunikasi atau dengan kata lain komunikasi tidak berjalan dengan
baik. Hal tersebut juga berpengaruh pada pemahaman antara komunikator sebagai
penyampai pesan dan komunikan dalam posisinya sebagai penerima pesan.
2.1.1. Komunikasi Visual
Definisi komunikasi visual menurut Sanyoto dalam Tinarbuko (2008:24)
merupakan sebuah bentuk komunikasi dengan rancangan sarana komunikasi yang
bersifat kasat mata. Komunikasi visual dalam aplikasinya tidak terlepas atau erat
desain komunikasi visual itu sendiri. Mengutip Tinarbuko dalam buku Semiotika
Komunikasi Visual (2008:24) mendefinisikan desain komunikasi visual sebagai
ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang
diaplikasikan dalam pelbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen
7
desain grafis yang terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna,
komposisi, dan lay-out. Semua itu dilakukan guna menyampaikan pesan secara
visual, audio, dan atau audio visual kepada target sasaran yang dituju.
Desain komunikasi visual sangat akrab dengan kehidupan manusia. Dimana
ia merupakan representasi sosial budaya masyarakat, dan salah satu manifestasi
kebudayaan yang benar-benar dihayati, bukan kebudayaan dalam arti sekumpulan
sisa bentuk, warna, dan gerak masa lalu yang kini dikagumi sebagai benda asing
yang terlepas dari diri manusia yang mengamatinya.
2.2. Iklan
2.2.1. Pengertian Iklan
Istilah periklanan (advertising) berasal dari kata latin abad pertengahan
advertere yang arti harfiahnya ‘mengarahkan perhatian kepada’. Istilah ini
menggambarkan tipe atau bentuk pengumuman publik apa pun yang dimakudkan
untuk mempromosikan penjualan komoditas atau jasa spesifik, atau untuk
menyebarkan sebuah pesan sosial atau politik.
Menurut Rangkuti (2009:23) periklanan adalah komunikasi non-individu
dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan,
lembaga nirlaba serta individu sedangkan menurut Danesi periklanan adalah
istilah yang menggambarkan tipe atau bentuk pengumuman publik apa pun yang
dimaksudkan untuk mempromosikan penjualan komoditas atau jasa spesifik, atau
untuk menyebarkan sebuah pesan sosial atau politik.
Periklanan atau iklan sendiri memiliki tiga kategori utama, yaitu pertama,
periklanan untuk konsumen, yang bertujuan mempromosikan sebuah produk.
Kedua, periklanan untuk dagang, dimana pelemparan barang ke pasar diajukan
pada dealer dan kalangan profesional melalui publikasi dan media dagang yang
sesuai, dan ketiga, periklanan sosial politik, yang dimanfaatkan oleh kelompok
dengan minat khusus dan politisi untuk mengiklankan pandangan mereka (Danesi,
2004:295).
Periklanan diartikan sebagai bentuk prestasi nonpersonal yang dibayar oleh
sponsor untuk mempresentasikan gagasan atau ide promosi dari barang atau jasa
tertentu. Lazimnya pada iklan ditampilkan organisasi atau perusahaan yang
mensponsorinya. Secara praktik, iklan dianggap sebagai manajemen citra yang
8
bertujuan menciptakan dan memelihara cipta dan makna dalam benak konsumen
dan tujuan akhir dalam iklan adalah bagaimana mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen.
2.2.2. Iklan Berdasarkan Media
Pada umumnya pembagian iklan berdasarkan media dibagi menjadi dua
jenis, yaitu iklan Above The line dan iklan Below TheLine. Dimana penggunaan
kata ‘Line’ mengacu atau berawal dari kategorisasi dalam neraca keuangan atau
jika ditinjau dari segi ilmu komunikasi penggunaan istilah tersebut mengacu pada
paparan dari iklan tersebut. Adapun pengertian dan kategorinyamenurut Amalia
Maulana selaku praktisi periklanan dalam situs resminya
http://amaliamaulana.com/?s=above+the+line(2008) adalah sebagai berikut:
1. Iklan Above the line
Iklan above the line adalah iklan yang menggunakan media bersifat luas
atau massa. Massa dalam artian adalah bahwa khalayak sasaran berjumlah
banyak dan menerpa iklan secara serempak. Iklan above the line memiliki
pengertian lain sebagai jenis iklan yang mengharuskan pembayaran komisi
kepada biro iklan. Kategori dari iklan above the line, yaitu antara lain
televisi, radio, majalah, koran, billboard.
2. Iklan Below the line
Iklan below the lineadalah iklan yang menggunakan media khusus. Pada
dasarnya iklan jenis ini menggunakanmedia yang memberikan audiens
kesempatan langsung untuk merasakan, menyentuh dan berinteraksi. Iklan
below the line disebut juga jenis iklan yang tidak mengaharuskan adanya
komisi kepada biro iklan. Termasuk media khusus antara lain: baliho,
spanduk, point of purchase (POP), sticker, flayers, display, brosur dan
lain-lain.
2.2.3. Brosur
Seperti disebutkan diatas bahwa brosur adalah salah satu jenis iklan pada
media below the line. Brosur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem, cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa
9
dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat, tetapi lengkap
(tentang perusahaan atau organisasi). Brosur sendiri terdiri dari beberapa jenis.
Berdasarkan website www.percetakanundangan.com(2012), disebutkan bahwa
terdapat empat jenis, yaitu: 1. Brosur Z-Fold
Brosur Z-Fold adalah brousur yang teknik melipatnya membentuk huruf Z.
Brosur Z-Fold digunakan ketika materi tulisan harus disesuaikan. Brosur
Z-Fold dapat beradaptasi dengan kertas berukuran besar maupun kecil.
2. Brosur Gate-Fold
Brosur Gate-Fold adalah brosur yang memiliki dua garis lipatan. Brosur
tipe Gate-Fold biasanya besar dan lebih mahal. Brosur jenis ini
dimaksudkan untuk pangsa pasar atau market dengan sekala besar. Brosur
Gate-Fold dicetak dengan kertas berkualitas tinggi untuk memastikan
tetap awet. Brosur Gate-Fold sangat baik untuk lembaga, perusahaan dan
produk, high end, dan jasa.
3. Brosur Tri-Fold
Brosur Tri-Fold merupakan jenis brosur yang umum digunakan. Brosur
Tri-Fold sendiri adalah brosur yang memilik dua lipatan. Brosur tipe Tri-
Fold mudah dan nyaman dibawa kemanapun. Brosur jenis ini tergolong
tipe brosur yang dengan biaya yang lebih ekonomis dibanding brosur jenis
lainnya.
4. Brosur B-Fold
Brosur B-Fold adalah jenis brosur yang memiliki lipatan di tengah.
Sehingga dengan lipatan tengah tersebut membentuk empat sisi halaman
yang terdiri dari front cover, back cover, dan dua sisi halaman internal.
Sisi depan memiliki tujuan utama untuk memperkenalkan potongan dan
menyebabkan minat atau dampak orang untuk membukanya dan membaca
isinya. Dua halaman internal disediakan untuk halaman konten/isi yang
lebih detail sedangakan halaman belakang sebagai informasi kontak
ataupun testimoni.
10
2.2.4. Sifat-Sifat Periklanan
Sebagai sebuah media yang berfungsi untuk mempersuasi khalayak luas,
maka iklan dengan segala kekhasannya memimiliki beberapa sifat dasar yang
membuat sebuah iklan mempunyai kekuatan di hadapan audience-nya. Rangkuti
(2009:258) menyebutkan bahwa iklan memiliki empat sifat khas, yaitu:
1. Presentasi umum (Public Presentation)
Periklanan adalah cara komunikasi yang sangat umum. Sifatnya yang
umum itu memberi semacam keabsahan produk dan penawarang yang
terstandarisasi. Karena banyak orang menerima pesan yang sama, pembeli
tahu bahwa motif mereka untuk membeli produk tersebut akan dimaklumi
oleh umum.
2. Tersebar luas (Pervasiveness)
Periklanan adalah medium beradaya sebar luas yang memungkinkan
penjual mengulan satau pesan berkali-kali. Iklan juga memungkinkan
pembeli menerima dan membandingkan pesan dari berbagai pesaing.
Skala iklan memberikan kesan terhadap ukuran, kekuatan, kesuksesan dan
gengsi perusahaan.
3. Memperkuat eksperesi (Ampilified Expresnssiceness)
Periklanan memberikan peluang untuk mendramatisasi perusahaan dan
produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna yang penuh
seni.
4. Tidak bersifat pribadi (Impersonalitas)
Periklanan tidak memiliki kemampuan untuk memaksa seperti wiraniaga
perusahaan. Audiens tidak merasa wajib untuk memperhatikan atau
menanggapi. Iklan hanya mampu melakukan monolog bukan dialog
dengan audience.
2.2.5. Budaya Iklan
Periklanan dapat dikatkan adalah sebentuk seni. Sebagai sebuah seni
periklanan mudah beradaptasi, dan terus menerus mencari bentuk representasi
baru yang mencerminkan fluktuasi dalam tren dan nilai sosial. Iklan dinikmati
sebagai pengalaman yang menimbulkan estetika. Periklanan membuat kita goyah,
senang, dan tergoda. Sistem signifikasi yang dibangun ke dalam nama merek dan
11
logo dipindahkan secara kreatif ke teks iklan. Teks iklan kini cenderung menjadi
bagian dari kebudayaan umum. Integrasi ke dalam arus utama ini dilanjutkan dan
dikukuhkan oleh kampanye iklan, yang dapat didefinisikan sebagai penciptaan
sistematis serangkaian iklan dan pariwara yang sedikit berlainan dan didasarkan
pada tema, tokoh, jingle , dan lain-lain yang sama.
Salah satu fungsi primer dari kampanye iklan adalah untuk menjamin
bahwa citra produk sejalan dengan perubahan waktu. Strategi periklanan paling
strategis bukan hanya bergerak sejalan dengan zaman tetapi juga memasukan
zaman ke dalam iklan.
Kampanye iklan ke dalam wacana sosial telah menjadi begitu mudah
berubah dan ada dimana-mana sehingga kita hampir tidak menyadari betapa
integrasi ini telah menembus segala lapisan kehidupan. Contoh bentuk integrasi
tersebut antara lain; menggunakan bujukan memperoleh secara cuma-cuma,
menggunakan humor untuk menciptakan perasaan yang baik terhadap sebuah
produk, mendorong orang tua agar percaya bahawa memberikan produk tertendtu
pada anak mereka akan menjamin hidup dan masa depan yang baik bagi anak,
menarik anak untuk meminta pada ibu atau ayah untuk membeli produk tertentu,
mempromosikan barang dan jasa seperti asuransi, penggunaan tema dan simbol
erotis, sensual, mistis, serta tema dan simbol lain yang kuat secara psikologis
dalam kampanye, dan mengusahakan agar produk didukung oleh selebriti
(endorser).
Teknik-teknik tersebut telah menjadi begitu lumrah hingga tidak lagi
dikenali secara sadar sebagai strategi. Periklanan telah menjadi bahan bakar bagi
masyarakat haus hiburan yang mencari trik cerdik setiap harinya. Hal ini sebagai
bagian dari rutinitas pelarian dari pertanyaan-pertanyaan filosofis lebih mendalam
yang akan mengepung masyarakat ini bila tidak ada pelarian.
2.2.6. Iklan Dalam Konteks Komunikasi Visual
Periklanan dalam konteks desain komunikasi visual adalah fenomena
bisnis modern (Tinarbuko, 2008:2). Iklan dalam bisnis modern merupakan salah
satu parameter bonafiditas. Hal tersebut terletak pada berapa dana yang
dialokasikan oleh perusahaan untuk iklan. Di samping itu, iklan merupakan
12
jendela kamar sebuah perusahaan, keberadaannya menghubungkan antara
produsen dengan masyarakat, khususnya konsumen.
Periklanan, selain merupakan kegiatan pemasaran, juga merupakan
kegiatan komunikasi. Dari segi komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat
tergantung kepada khalayak sasaran yang dituju dan melalaui media apa iklan
tersebut sebaiknya disampaikan.
Iklan dalam konteks komunikasi visual, yang ditemukan dalam pelbagai
media massa dan elektronik dapat dikatakan bersifat simbolik. Dalam artian, iklan
dapat menjadi simbol sejauh imaji yang ditampilkannya menbentuk dan
merefleksikan nilai hakiki.
2.3. Semiotika
2.3.1. Pengertian Semiotika
Semiotika atau dapat disebut juga dengan semiologi adalah salah satu
pendekatan mengenai studi makna. Semotika mengeksplorasi makna terkait
dengan signifikasi sosial politisnya. Lebih dari analisis kata-kata linguistik,
semiotika juga menganalisis berbagai objek kultural (pakaian, program televisi,
makanan, dan sebagainya) sebagai tanda-tanda yang menyembunyikan ‘mitos-
mitos’ kultural yang berada dibelakangnya.
Teori Semiotika lebih menekankan komunikasi sebagai pembangkitan
makna, kemudian agar komunikasi berlangsung, maka pesan harus dibuat dalam
bentuk tanda (Masri: 2010:177). Jika dibandingkan dengan teori komunikasi pada
umumnya, semiotika melihat bagaimana pesan berinteraksi dalam rangka
menghasilkan makna serta tidak memandang kesalahpahaman sebagai kegagalan
komunikasi.
Istilah semiotics atau yang lebih dikenal dengan semiotika telah terlebih
dahulu diperkenalkan oleh Hippocrates (460-377 SM), penemu ilmu medis barat,
seperti ilmu gejala. Gejala menurut Hippocrates merupakan semion, yang dalam
bahasa Yunani berarti penunjuk (mark) atau tanda (sign) fisik.
Awal mula konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure
(1857-1913), yang dikenal sebagai Bapak Semiotika. Saussure dalam Danesi
(2004:5) mengungkapkan bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari
kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat. Saussure juga menyebut semiotika
13
dengan semiologi, yang secara spesifik akan menunjujukan hal-hal yang
membangun tanda-tanda dan hukum-hukum yang mengaturnya. Tanda pula
merupakan pembentuk dari petanda dan penanda dalam terminologi Sassuren itu
sendiri (Barthes, 2012:55). Saussure menekankan pula dalam teori semiotika perlu
adanya konvensi sosial, diantaranya komunitas bahasa tentang makna satu tanda.
Dengan kata lain satu makna memiliki makna tertentu disebabkan adanya
kesepakatan sosial di antara komunitas pengguna makna bahasa tersebut
(Tinarbuko, 2003:33).
Saussure menggambarkan tanda sebagai struktur biner, yaitu sturktur yang
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah bagian fisik yang disebutkan
sebagai penanda dan bagian kedua adalah bagian bagian konspetual yang disebut
dengan petanda seperti yang tergambarkan dalam bagan semiotik Saussure dalam
Masri (2010:178) berikut:
Penanda
(eksistensi fisik dari tanda)
Petanda
(konsep mental)
Gambar 1
Model Semiotika Saussure
Salah satu studi semiotika adalah tentang tanda visual atau yang disebut
semiotika visual. Tanda visual dapat didefinisikan secara sederhana sebagai tanda
yang dikontruksi dengan sebuah penanda visual, yang artinya dengan penanda
yang dapat dilihat (bukan didengar, disentuh, dikecap, atau dicium). Seperti
semua jenis tanda lainnya, tanda visual dapat dibentuk secara ikonis (wajah-wajah
yang digambar), indeksial anak panah yang menunjukan arah, bentuk (shapes)
berupa penggambaran informasi maupunlarangan, dansimbolis (logo iklan).
Penganalisaan mengenai tanda merperesntasikan banyak hal. Tanda
memungkinkan untuk merepresentasikan dunia dalam berbagai cara melalui
simulasi, indikasi, dan kesepakatan bersama.
14
2.3.2. Warna
Pada level denotatif, tanda ditafsirkan sebagai gradasi rona pada sprektum
cahaya. Rona adalah ciri yang menuntun dalam pemberian nama pada warna.
Contohnya merah, orange, kuning, hijau, biru, atau violet. Proses penamaan ini
tidak terbebas dari faktor pribadi dan budaya. Istilah-istilah warna yang digunakan
dalam bahasa Inggris mendorong untuk cenderung melihat “kategori-kategori
yang berbeda” dalam rona (Danesi 2004:80).
Warna mengandung pula efek psikologis yang dapat memberikan sebuah
kesan tersendiri bagi seseorang yang melihatnya. Salah satu pemanfaatan dari efek
psikologis dari warna ini adalah pada logo perusahaan atau untuk kepentingan
bisnis. Beberapa warna dan efek psikologis yang ditimbulkannya. Menurut situs
www.colouraffect.com (2008), efek psikologis yang ditimbulkan dari warna,
antara lain sebagai berikut:
1. Merah; semangat, hasrat yang menggebu-gebu, keberanian, tebal, penuh
kekuatan, dan lain sebagainya.
2. Orange; kehangatan, keamanan, sensualitas, hasrat, keceriaan, kelimpahan,
dan lain sebagainya.
3. Biru; Kecerdasan, komunikatif, kepercayaan, ketenangan, kesejukan,
refleksi, dan lain sebagainya.
4. Kuning; penuh emosi, optimis, percaya diri, kreatif, keramahan, harga diri,
dan lain sebagainya.
5. Hijau; keseimbangan, keteduhan, penyegar, harmoni, kesadaran
lingkungan, dan lain sebagainya.
6. Ungu; Kesadaran spiritual, ketahanan, visi, kemewahan, keaslian,
kebenaran, kualitas, cermat, dan lain sebagainya.
7. Pink; kewanitaan, sensualitas, kehangatan, dan lain sebagainya.
8. Hitam; Kecanggihan, glamor, keamanan, keselamatan emosional, efisiensi,
substansi dan lain sebagainya.
9. Putih; kebersihan, kedamaian, kejelasan, kemurnian, kecanggihan, dan lain
sebagainya.
Para ahli memperkirakan bahwa manusia mungkin dapat membedakan
sampai sepuluh juta warna. Dalam pengertian nyata, warna sesuai dengan apa
15
yang disebutkan oleh istilah untuknya. Dari segi semiotika, istilah warna adalah
penanda verbal yang mendorong orang untuk cenderung memperhatikan terutama
rona-rona yang disandikan penanda tersebut. Ini strategi yang praktis, jika tidak,
jutaan istilah harus diciptakan untuk mengklasifikasi spektrum dengan akurat.
2.3.3. Tipografi
Dalam konteks komunikasi visual, tipografi mencakup pemilihan bentuk
huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat
sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin disampaikan
(Tinarbuko, 2008:24).
Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna
menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan
orang, bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujan akhir prosaes penyampaian
pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran. Dalam
hubungannya dengan komunikasi secara visual, huruf dan tipografi adalah elemen
penting yang sangat diperlukan guna mendukung proses penyampaian pesan
verbal maupun visual. Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata
huruf untuk pelbagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pesan
sosial ataupun komersial. Huruf yang disusun secara tipografis merupakan elemen
dasar dalam membentuk sebuah tampilan desain sebuah kominikasi visual.
Dalam perkembangannya, ada lebih dari seribu macam huruf Romawi atau
Latin yang telah diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf-huruf tersebut
sejatinya merupakan hasil perkawinan silang dari lima jenis huruf berikut ini:
1. Huruf Romein. Garis hurufnya memperlihatkan perbedaan antara tebal-
tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang
hurufnya.
2. Huruf Egyptian. Garis hurufnya memiliki ukuran yang sama tebal pada
setiap sisinya. Kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku.
3. Huruf Sans Serif. Garis hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai
kaki atau kait.
4. Huruf Miscellaneous. Jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya
daripada nilai komunikasinya. Bentuknya senantiasa mengedepankan
aspek dekoratif dan ornamental.
16
5. Huruf Script. Jenis huruf ini mempunyai tuliasan tangan dan bersifat
spontan.
Miryam dalam Tinarbuko (2008:27) mengungkapkan ada beberapa faktor
yang mempengaruhi mudah tidaknya ketersampaian visual, diantaranya: pertama,
latar belakang, yakni warna dasar dan tekstur kertas yang digunakan. Teks yang
menjadi unsur utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala
keberadaan warna huruf dan latarnya cukup kontras.
Kedua, besar huruf yang digunakan. Ukuran standar teks adalah antara 6
(enam) sampai 10 (sepuluh)point, tergantung luas ruangan yang tersedia dan
banyak sedikitnya teks yang akan ditampilkan.
Ketiga, spasi antarhuruf, kata, maupun jarak antarbaris kalimat. Kempat,
faktor-faktor subjektif seperti jarak baca maupun kualitas penerangan ketika
membaca. Namun yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan semiotika warna
mempengaruhi huruf (tipografi) dalam unsur pembentuk kominikasi secara visual.
Penyusunan arah dalam penciptaan desain yang berkaitan dengan
tipografi diperlukan dalam usaha memberikan efek keterbacaan yang mudah,
cepat, dan komposisi yang enak dilihat serta memiliki nilai estitika tinggi.
Menurut Basuki (2012) penyusunan arah dapat dicipta dengan berbagai cara dan
isitilah sendiri, yaitu:
1. Vertical Stack, yaitu arah susunan kata mulai dari bawah ke atas
tetapi peletakannya di sisi kiri gambar.
2. Top to Bottom, yaitu arah susunan kata mulai dari atas ke bawah
tetapi peletakannya di sisi kanan gambar.
3. Book Spin, yaitu arah susunan kata mulai dari atas ke bawah tetapi
peletakannya ada di bagian tengah gambar. Book spin ini biasanya
disebut dengan pinggul buku karena tulisan menyerupai ketebalan
dari sebuah buku.
Jumlah kata yang dapat disusun dengan cara vertikal ini hanya dapat
dilakukan dengan maksimal dua kata saja, bila lebih maka efek keterbacaannya
semakin lemah dan melambat.
17
2.3.4. Merek dan Logo
Untuk menciptakan kepribadian bagi sebuah produk, pengiklan harus
membangun sebuah sistem signifikasi untuk produk itu. Hal ini dicapai, pertama-
tama dengan memberikan nama merek dan bila mongkin menciptakan simbol
visual untuk produk yang dikenal dengan logo. Dengan memberi nama pada
produk, maka produk, seperti manusia, dapat dikenali melalui namanya. Maka
tidak heran jika merek dagang dilindungi dengan begitu sengit oleh korporasi dan
produsen.Begitu pentingnya merek sebagai pengidentifikasi produk sehingga,
dalam beberapa kasus, merek telah menjadi istilah umum untuk mengacu pada
jenis produk itu. Contohnya adalah aspirin, selopan, dan eskalator.
Nama merek lebih dari sekedaar identifikasi sebuah produk. Seperti yang
dicontohkan diatas, nama merek dikontruksi untuk menciptakan sistem signifikasi
bagi produk. Pada level informasi praktis, penamaan produk, tentunya memiliki
fungsi denotatif. Artinya penamaan produk memungkinkan konsumen untuk
mengidentifikasi produk apa yang ingin mereka beli atau tidak. Namun pada level
konotatif, nama produk menghasilkan citra yang jauh melampaui fungsi
identifkasi yang sederhana.
Pemberian merek menjadi praktik umum bagi produsen produk karena pasar
mulai dibanjiri oleh produk-produk seragam yang diproduksi massal dan
karenanya tidak bisa dibedakan. Jelas, bahwa pemberian merek bukan hanya
strategi sederhana untuk membedakan produk, tetapi bahan bakar semiotik yang
mendorong laju identitas produsen dan pengenalan produk. Bahkan munculnya
produk tanpa nama, yang dirancang untuk memotong biaya pembeliaan bagi
konsumen, kecil pengaruhnya atas kekuatan semiotik yang dimiliki pemberian
merek terhadap kesadaran pembeli.
Danesi dalam bukunya Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar
Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi (2009:302) mengungkapkan bahwa
logo (singkatan dari logogriphs) adalah imbangan berbentuk gambar dari nama
merek. Logo dirancang untk mengukuhkan sistem signifikasi bagi sebuah produk
melalui siaran visual. Logo terkadang dapat berisi sistem signifikasi yang rumit.
Daya tarik dan kekuatan untuk menahan perhatian dalam logo ini dihasilkan oleh
18
ketaksaan yang dikandungnya. Terlebih ketaksaan adalah hal yang membuat tanda
menjadi kuat secara psikologis.
Logo kini telah menjadi bagian dari simbiosis visual sehari-hari yang
mengaitkan produk dengan keseharian manusia. Hingga tahun 1970-an, logo pada
pakaian, misalnya, disembunyikan di balik kerah atau di dalam saku. Tetapi sejak
dasawarsa tersebut, logo dipajang secara mencolok, dan tak mengherankan bahwa
ini merupakan indikasi masyarakat telah menjadi “sadar logo”. Dikarenakan
kekuatan psikologisnya, tidak mengherankan bahwa logo juga digunakan oleh
usaha dan organiasi non-komersil.
2.3.5. Pemaknaan
Saussure menyatakan bahwa makna (signfication) timbul akibat hubungan
antara penanda dan petanda. Penanda yang berupa fisik diartikan dalam konsep
yang kemudian diinterpretasikan menjadi makna. Saussure menyimpulkan
mengenai makna yang disampaikan melalui tanda. Makna yang pertama muncul
ketika seseorang melihat tanda dapat dikatakan sebagai denotasi. Pemaknaan yang
muncul tersebut atau ‘makna’ sebagai arti kedua disebut dengan konotasi.
Denotasi bersifat langsung, tidak mendua, sangat lugas sehingga untuk
tujuan praktis, banyak digunakan denotasi. Sedangkan konotasi lebih bersifat
intepretatif sehingga bersifat subjektif. Pada bidang desain pemaknaan konotasi
disebut juga semiotika konotatif. Dimana semiotika konotatif ini lebih ditekankan
kepada penekanan makna yang hadir di benak pengguna bukan kepada
ketersampaian informasi melalui unsur formalistik sebuah produk. Permasalahan
semiotika konotatif lebih menekankan bagaimana sebuah produk dapat
meningkatkan makna itu sendiri (Masri, 2010: 179 dan 184).Sebuah makna akan
didapat apabila mampu menghubungkan penanda dan petanda dengan jelas
hingga akhirnya memberikan makna pada dunia (Widyartono, 2012).
19
2.4. Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini tergambar dalam bagan
berikut ini.
Iklan Media Iklan
Below the line
Bimbingan Belajar
Sakura Learning Center Bogor
Gambar 2
Brosur Analisis
Semiotika
Makna
(Signification)
Bagan Kerangka Pemikiran Penilitian
Sebuah iklan akan dikenal oleh khalayak apabila ditempatkan atau
diiklankan dalam sebuah media. Iklan sendiri secara umum berdasarkan medianya
dibagi menjadi dua jenis, yaitu iklan above the line dan iklan below the line. Iklan
below the line adalah iklan yang memanfaatkan media yang bukan merupakan
media massa dan tidak perlu menggunakan biro iklan dan tarif iklan yang relatif
murah atau tidak memerlukan biaya tinggi.
Salah satu iklan dengan jenis media below the lineadalah brosur. Dalam
brosur terdapat gambar, warna, dan tulisan yang diatur sedemikian rupa. Iklan
dalam brosur masuk dalam semiotika atau semiologi sebagai bagian dari
semiotika komunikasi visual. Semiotika pada brousur maksud untuk mengenali
tanda yang terdapat pada gambar, tulisan, ataupun warna yang menjadi unsur
brosur tersebut. Gambar, tulisan, warna, dan tanda direpresentasikan dengan
hubungan penanda dan petanda yang akan menghasilkan sebuah makna
(signfication), di mana makna tersebut memiliki kesesuaian dengan tujuan yang
diimplementasikan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor.
20
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah brosur iklan Bimbingan Belajar Sakura
Learning Center Bogor. Bimbingan Belajar Sakura Learning Centre merupakan
sebuah institusi yang bergerak pada bidang jasa pendidikan. Penulis melakukan
obyek penelitan tersebut pada Bimbingan Belajar Sakura Learning CenterBogor
yang berlokasi di Ruko Sindang Barang Grande No.7, Bogor. Adapun waktu
penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Agustus 2013.
3.2. Rencana Penelitian
Tabel 1 Tabel Rencana Penelitian
Mei Juni Juli Agustus September
I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV
No Pekerjaan
1 PKL
2 Bimbingan
3 Seminar
4 Pengambilan data
5 wawancara
6 Sidang
7 Revisi
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
kualitatif merupakan penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalu
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss & Corbin 2003:4).
Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif atau data yang sifatnya
tanpa angka atau bilangan, sehingga data bersifat substansif yang kemudian
diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, dan referensi-refrensi ilmiah. Adapun
dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh antara lain seperti tertera pada
halaman berikutnya:
21
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini
adalah Kepala Cabang sekaligus kepala bidang akademik serta staf
periklanan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber penunjang lain
dalam penelitian ini. Sumber tersebut antara lain berupa buku, literatur,
serta referensi lain yang terkait dengan penelitian iklan Bimbingan Belajar
Sakura Learning Center.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Analisis Teks Media
Metode ini digunakan untuk mendalami langsung materi penelitian untuk
memperoleh fakta mengenai objek dan kemudian dianalisa. Analisis pada
penelitian ini akan memfokuskan pada iklan Bimbingan Belajar Sakura Learning
Centre pada media Brosur.
Metode semiotika pada dasarnya merupakan deskriptif interpretatif, dimana
metode tersebut memfokuskan dirinya pada tanda dan konteks sebagai objek dari
kajian, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami serta menarik
kesimpulan dari maksud dibalik tanda tersebut.
3.4.2. Wawancara
Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab langsung dengan
pihak-pihak yang terkait dalam penelitan ini. Penulis melakukan wawancara
dengan kepala cabang sekaligus koordinator akademik serta dengan staf
periklananan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center, sehingga data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini dapat diperoleh.
3.4.3. Studi Pustaka
22
Dalam penelitian ini, penulis mencari litaratur-literatur yang berisi informasi
penting dan mengumpulkan data. Data yang diperoleh disesuaikan dengan teori-
teori yang ada.
3.4.4. Observasi dan Dokumentasi
Penulismengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu
Brosuriklan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor, serta
mendokumentasikannya dalam bentuk foto.
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini penulis menggunakan analisis semiotika yang mengacu pada
makna sebuah tanda dan segala unsur lainnya. Pada analisis semiotika ini penulis
menggunakan sistem Signfier (penanda) dengan artian coretan bermakna atau
disebut juga bagian fisik dan Signfied (petanda) dengan artian gambaran mental
atau disebut juga sebagai bagian konseptual yang dikemukan oleh Saussure dalam
Danesi (2004:5). Hubungan antara bagian fisik dan bagian konseptual
menghasilkan Signification (makna).
Dalam sistem ini tanda yang terlihat secara visual (signfier)
diinterpretasikan dalam sebuah konsep yang memeliki keterkaitan dengan tanda
visual yang telah dilihat sebelumnya (signfied). Kedua unsur tanda tersebut
kemudian dihubungkan hingga membentuk atau menyiratkan sebuah makna
(signfication). Seperti saat menggambar atau melihat simbol “wajah gembira”.
Maka yang terlihat adalah lingkaran besar dengan dua bulatan ditengahnya dan
sebuah garis lengkung membentuk seperti huruf U tepat dibawahnya.
23
Gambar 3.
Penggambaran “Wajah Gembira”
Pada gambar tersebut yang merupakan tanda atau bagian fisik (signfier)
adalah gambar yang terdiri dari bulatan besar dengan dua buah bulatan kecil
ditengahnya tepat disebelah kanan dan kiri lalu terdapat garis lengkung
membentuk seperti huruf U tepat dibawahnya. Bagian konseptual (signfied) dalam
gambar tersebut adalah bulatan besar menggambarkan wajah, dua bulatan kecil
menggambarkan dua buah bola mata, dan garis lengkung membentuk seperti
huruf U adalah mulut yang menggambarkan sebuah senyuman. Signification atau
makna dari gambar tersebut adalah melambangkan senyuman bahagia dan
merupakan interpretasi dari keceriaan atau wujud rasa senang.
Signification atau makna dapat berubah jika salah satu unsur
pembentukannya pun berubah. Seperti terlihat pada penggambaran “Wajah
Murung” di bawah ini:
24
Gambar 4.
Penggambaran “Wajah Murung”
Garis lengkung U di bawah dua lingkaran kecil diputar 180 derajat maka
konsep senyum pun berubah menjadi sebal. Maka, makna (signification) secara
otomatis berubah dari sebelumnya “wajah gembira” menjadi “wajah murung” atau
menyimbolkan perasaan tidak senang, marah, dan tidak bahagia.
Dalam hal ini hubungan antara bentuk fisik (signfier) dengan bentuk
konseptual (signfied) membentuk signification yang memberikan makna pada
dunia dari sebuah gambar atau simbol yang divisualisasikan.
3.5.1. Validitas Data
Untuk keabsahan dalam penelitan ini, penulis menggunakan metode
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang banyak
digunakan ialah melalui sumber-sumber lain. Pada penelitian ini penulis
menggunakan penelitian sumber yaitu triangulasi yang membandingkan pendapat
dari pihak luar penulis dengan pendapat dan hasil analisis penulis.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Profil Singkat Perusahaan
Bimbingan Belajar Sakura Learning Center berdiri di Bogor pada awal Juli
2011 atau pada tahun ajaran 2011-2012. Bimbingan Sakura Learning
CenterBogor sendiri beradadibawah Yayasan Amir Hamzah (Amir Hamzah
Foundation) dengan badan hukum berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia, nomor AHU-4635.AH.01.04 Tahun 2010 dan Akta Notaris
nomor: 73/Not.RS/VII/10 dengan Notaris Raja Solehuddin, SH.
Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor berdiri berdasarkan
kepedulian terhadapa dunia pendidikan dan tanggung jawab dalam membentuk
generasi bangsa yang cerdas dan berkepribadian yang baik. Pada awal
berdinrinya, Bimbingan Belajar Sakura Learning CenterBogor diprakarsai oleh
beberapa tokoh pemerhati pendidikan, antara lain Prof. Dr. Ir. Soekmana Soma,
M.Eng, dr.H. Sudradjat, MSc. dan Ibu Icke Zainab Hamzah yang juga merupakan
seorang psikolog. Selain sebagai pemrakarsa para tokoh tersebut berkedudukan
pula sebagai Dewan Penasehat Bimbingan Belajar Sakura Learning Center
Bogor. Pada pelaksanaanya dilapangan segala hal yang berkaitan dengan
operasional Sakura Learning Center Bogor, baik secara akademis, keuangan
maupun promosi dilakukan oleh Saudara Ahmad Abudrrahman, A.Md AK selaku
Kepala Cabang dan Kooridinator Akademik serta Saudara Makbul Supena,ST
selaku Koordiantor Keuangan.
Menempati sebuah gedung yang berlokasi di Ruko Sindang Barang Grande
nomor 7, Bogor yang terdiri dari dua lantai dan terdiri dari 3 (tiga) ruang kelas
yang mampu menampung siswa sebanyak lima belas orang, saat ini tengah
diusahkan pengembangan ruang kelas menjadi 6 (enam) ruang kelas agar mampu
menampung lebih banyak siswa lagi ke depanya, dengan pengajar saat ini
berjumlah sepuluh orang pengajar yang berasal dari berbagai lulusan perguruan
tinggi yang mengajar mata pelajaran yang berbeda-beda.
Untuk menambah daya tarik serta sebagai sebuah bentuk dan memperkuat
brand image, Bimbingan Belajar Sakura Learning Centre menggandeng selebriti
26
Eddi Brokoli sebagai brand ambasaddor sekaligus sebagai endorser iklan
perusahaan tersebut.
4.2. Struktur Organisasi
Sebagai sebuah bagian dari organisasi, maka Bimbingan Belajar Sakura
Learning Center Bogor memiliki kejelasan pembagian dan tanggung jawab dalam
pekerjaan masing-masing Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat di
dalamnya. Adapun struktur organisasi dari Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center Bogor adalah sebagai berikut:
Kepala Cabang/Koordinator Akademik
Ahmad Abdurrahman, Amd.Ak
Dewan Penasehat
Prof. Ir.Soekmana Soma,M.Eng
dr.H.Sudrajat,M.Sc
Drs.H.M. Harris
Drs. Ishak.D.Ghani,M.Pd
Icke Zainab Hamzah
Administrasi dan Front Office
Saepulloh
Koordiantor Keuangan
Makbul Supena,ST
Koordianator Marketing
dan Periklanan
Ammaturasyidah,SS
Gambar 5 Struktur Organisasi
Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor
Struktur organisasi di atas mendeskripsikan jabatan antar bagian. Satu bagian
bertanggung jawab dan memberi tugas pada bagian lain. Adapun pembagian tugas
27
(job description) dalam Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor adalah
sebagai berikut:
1. Dewan Penasehat memberikan perlindungan baik secara hukum maupun
adat di masyarakat kepada seluruh jajaran staff Bimbingan Belajar Sakura
Learning Center Bogor, baik itu ketua cabang, karyawan maupun tenaga
pengajar. Selain memberikan perlindungan juga memberikan masukan-
masukan guna kepentingan dan kemajuan Bimbingan Belajar Sakura
Learning Center Bogor.
2. Kepala Cabang mengepalai dan bertanggung jawab terhadap semua yang
terlibat di Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor. Selain
sebagai pimpinan, Kepala Cabang juga merangkap sebagai Koordinator
Akademik, dimana tugas pokoknya adalah mengkoordinir dan mengatur
segala hal yang berkaitan dengan akademik, seperti perekrtutan tenaga
pengajar, pengaturan jadwal pelajaran, jam belajar dan lain sebagainya.
Secara langsung Kepala Cabang mengatur Koordiantor Keuangan dan
Kooridanotor Marketing/Periklanan.
3. Koordinator Keuangan bertugas untuk mengatur perihal biaya yang
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar serta gaji karyawan serta
tenaga pengajar.
4. Koordianator Marketing bertugas untuk mengatur segala hal yang
berkaitan dengan promosi, baik itu kegiatan maupun media promosi.
Selain sebagai mengkoordinir segala hal yang berkaitan dengan marketing,
Kooridanotor Marketing merangkap sebagai Periklanan yang bertugas dan
bertanggung jawab mengenai pemilihan media promosi dan pembuatan
media promosi. Seperti brosur, pamflet, signboard dan lain sebagainya.
Selain pemilihan media juga bertugas untuk pemilihan bintang iklan atau
disebut juga endorser.
5. Administrasi dan front officebertugas untuk menerima pendaftaran, bukti
pembayara, dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
konsumen dalam hal ini murid atau orang tua murid.
28
4.3. Visi dan Misi Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor
Visi dari bimbingan belajar Sakura Learning Centre adalah menjadi salah
satu institusi informal bidang pendidikan. Adapun misi bimbingan Belajar Sakura
Learning Center adalah Menjadi sarana bimbingan belajar yang berkualitas,
terjangkau, dan memiliki daya saing di arena kompetisi yang semakin ketat.
4.4. Tujuan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor
Sebagai sarana dalam mencerdaskan bangsa dan merupakan bisnis yang tidak
akan pernah surut karena semakin hari keberadaannya semakin dibutuhkan
oleh masyarakat luas. Mengingat perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang
sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi yang terus
berkembang.
4.5. Gambaran Umum BrosurBimbingan Belajar Sakura Learning Center
Bogor
Brosur Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor yang menjadi
objek pada penelitian ini termasuk brosur dalam kategori brosur B-Fold dimana
brosur ini terdiri dari bagian depan (front cover) yang di dalamnya terdapat logo
Sakura Learning Center Bogor, Foto Eddi Brokoli sebagai endorser, kalimat
teaser yang berhubungan dengan program unggulan, metode unggulan,
pendekatan psikologis terhadap anak, serta alamat. Kedua, merupakan bagian isi
yang terdiri dari dua halaman saling menyambung. Di dalamnya terdapat beberapa
informasi mengenai profil singkat dari Sakura Learning Center Bogor,
keunggulan, serta fasilitas yang juga dilengkapi dengan gambar atau foto kegiatan
yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di Bimbingan Belajar
Sakura Learning Center Bogor maupun kegiatan lainnya serta logo Bimbingan
Belajar Sakura Learning Center Bogor. Adapun pada bagian belakang (back
cover) berisi testimoni dari peserta didik dan orang tua murid Bimbingan Belajar
Sakura Learning Center Bogor.
29
Gambar 6
Bagian Belakang (back cover) dan Depan (front cover) Brosur Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor
Gambar 7
Bagian Dalam (inside) Brosur Iklan Bimbingan Belajar Sakura Learning CenterBogor
30
Brosur dengan latar belakang didominasi warna biru serta memiliki panjang
5,7 cm dan lebar 8,3 cm ini didesain, diproduksi, dan disebarkan oleh Bimbingan
Belajar Sakura Learning Center Bogor pada tahun 2012. Selain sebagai sebuah
media iklan brosur tersebut juga berfungsi sebagai media untuk mengenalkan
Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor kepada masyarakat luas serta
sebagai sebuah brand imagetersendiri sebagai sebuah Bimbingan Belajar yang
tidak hanya concern pada aspek akademik peserta didik namun juga pada
psikologi peserta didik itu sendiri.
4.6. Analisis Semiotika Brosur Iklan Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center Bogor (Front Cover)
Analisis Semiotika pada brosur Bimbingan Belajar Sakura Learning Center
Bogorpada penelitian ini melalui pendekatan Saussure dimana terbagi menjadi
tiga tahap, yaitu:
1. Mengidentifikasi penanda fisik (signifier), yaitu tanda-tanda yang terlihat
secara kasat mata, baik itu berupa gambar, tulisan, bentuk, garis dan
sebagainya untuk kemudian menjabarkannya tanpa perlu diartikan.
2. Mengkonsepkan dalam bentuk petanda (signified), yaitu penanda fisik
yang telah teridentifikasi kemudian diartikan dalam sebuah konsep
sederhana.
3. Memberikan sebuah pemaknaan (signfication) berdasarkan signifier dan
signified yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Front cover atau bagian depan brosur adalah merupakan ‘pintu gerbang’ dari
brosur sendiri. Seseorang akan menunjukan responnya dimulai dari ketika
pertama kali melihat tampilan depan brosur tersebut atau dapat pula dikatakan
sebuah proses untuk pengambilan keputusan (psywar) akan bermula saat pertama
kali seseorang melihat bentuk dan gambar yang tervisualkan dalam front cover
brosur tersebut. Semakin menarik dan berbeda maka semakin besar pula minat
orang tersebut untuk mengetahui apa yang diiklankan dalam brosur tersebut.
Dalam hal ini Sakura Learning Center sebagai sebuah instansi yang bergerak
pada bidang jasa pendidikan mengiklankan produknya dalam media brosur
dengan menempatkan beberapa unsur khusus dalam budaya atau kampenye iklan
31
seperti salah satunya penempatan foto Eddi Brokoli yang dikenal sebagai seorang
selebriti guna menjadi endorsersekaligusbrand image dari Sakura Learning
Center itu sendiri. Tentunya hal ini memerlukan pendekatan semiotika untuk
menarik makna dari yang tervisualisasikan dalam front cover brosur tersebut.
Gambar 8 Bagian Depan (front cover) Bimbingan Belajar
Sakura Learning Center Bogor
Bagian front cover dari brosur iklan Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center ini sendiri terdiri dari beberapa detail atau teks yang menyusunnya, seperti
huruf (tipografi), gambar, warna dan lain sebagainya yang satu sama lain saling
berhubungan dan membentuk suatu kesatuan yaitu tampilan dari front cover
brosur Iklan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Itu sendiri. Dan adapun
detail-detail dalam front cover yang diteliti antara lain adalah logo, huruf
(tipografi), gambar atau foto endorser, serta background.
32
Gambar 9 Logo Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor
Tabel 1 Tabel Signifier dan Signified Gambar 9
Signifier Signified
Bunga berwarna pink, buku yang
terbuka, tulisan besar SLC berwarna
biru, dan shapes pentagon merah.
Warna pink dalam melambangkan
kelembutan dan buku sebagai
sebuah sumber ilmu. warna merah
dalam shapes menunjukan
semangat, dan warna biru merujuk
kepada kecerdasan.
Pada level signifier (penanda) terlihat gambar bunga berwarna pink diatas
sebuah buku dan disampingnya terdapat susunan huruf SLC dan kata Sakura
Learning Center dibawahnya. Gambar dan huruf tersebut berada dalam shapes
jenis pentagon berwarna merah dengan garis putih disekelilingnya.
Pada level signified (petanda) bunga berwarna pink diidentikan dengan bunga
Sakura yang disimbolkan sebagai sebuah representasi kelembutan serta penunjuk
dari kata Sakura yang terdapat pada nama Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center. Buku disimbolkan atau dimaknakan sebagai sebuah sumber atau pintu
gerbang ilmu pengetahuan. Warna merah melambangkan semangat dan warna abu
melambangkan penciptaan harapan.
Signification atau maknayang ingin disampaikan oleh Sakura Learning
Center Bogor dalam brosur ini pertama dari pengungaan nama Sakura Learning
Center Bogor. Pengguanaan nama Sakura berasal dari kata Syukur dalam Bahasa
Arab yang artinya bersyukur atau berterima kasih, dalam hal ini bersyukur atas
33
nikmat Tuhan Yang Maha Esa karena dapat menjadi salah satu wadah dalam
mencerdaskan genarasi bangsa. Namun untuk keperluan komersial dan agar lebih
mudah diingiat maka kata Syukur tersebut dimodifikasi menjadi Sakura
(Wawancara dengan Saudari Ammaturasyidah, Staff Periklanan Bimbingan
Belajar Sakura Learning Center Bogor tertanggal 1 Juni 2013). Adapun
penggunaan tanda atau simbol dalam detail logo tersebut antara lain bunga Sakura
sebagai simbol kelembutan yang merupakan elemen penting dalam proses transfer
ilmu atau mendidik pada siswa.Selain itu bunga Sakura menjadi penggambaran
jelas dari kata syukur yang menjadi asal dari nama Sakura dalam Sakura Learning
Center itu sendiri. Karena dalam filosofi bangsa Jepang bunga Sakura merupakan
lambang dari bersyukur dalam menghargai kehidupan.
Bunga juga pada umumnya diidentikan sebagai sesuatu yang merekah,
semangat, dan lambang kesegaran. Pemilihan warna pink atau merah muda sendiri
karena secara psikologis warna tersebut melambangkan kehangatan. Dalam hal ini
sejalan dengan tujuan kegiatan belajar mengajar di Sakura Leraning Center Bogor
yang ingin melakukan pendekatan secara psikolgis pada siswa tentunya untuk
menyentuh sisi psikologi para siswa diperlukan sifat hangat dan akrab khususnya
dari para pengajar.
Melalui gambar sebuah buku, Sakura Leraning Center Bogor juga ingin
menyampaikan pesan dari gambar sebuah buku untuk memperkuat citranya
sebagai jasa yang bergerak dibidang pendidikan selain itu diharapkan Sakura
Learning Center Bogor dapat menjadi sumber atau pintu gerbang dari ilmu
pengetahuan bagi siswa didiknya. Pemilihan gambar buku yang terbuka
menandakan bahwa ilmu pengetahuan akan didapat dari manapun dan akan selalu
terbuka bagi yang mencarinya. Jika dihubungkan dengan gambar bunga Sakura
yang melambangkan kesegaran dan kehangatan adalah jika siswa berada sudah
berada dalam hubungan yang akrab dan hangat dengan sesama siswa lainnya
ataupun juga dengan pengajar maka siswa tersebut akan dengan mudah membuka
diri terhadap pelajaran-pelajaran yang diajarkan.
Shape pentagon berwarna merah yang menjadi latar belakang selain sebagai
sebuah dekorasi juga sebagai penguat agar logo dan tulisan Sakura Learning
Center Bogor menjadi lebih menarik minat orang untuk melihatnya. Shapes
34
pentagon yang merupakan modifikasi dari shapes bentuk Rounded Rectangle
menunjukan tanda informasi yang bersifat umum.
Penggunaan warna merah yang mencolok juga berfungsi untuk memusatkan
dan menarik minat orang yang melihatnya juga untuk memberikan makna agar
siswa yang belajar di Bimbingan Sakura Learning Center Bogor menjadi pribadi
yang berani dan tanggap, khususnya dalam kegiatan belajar baik itu di tempat
bimbingan belajar ataupun di sekolah.
Warna biru secara psikologis salah satunya adalah menunjukan kecerdasan.
Merujuk pada hal tersebut maka makna warna biru yang terdapat dalam tulisan
SLC yang merupakan akronim dari Bimbingan Belajar Sakura Learning Center
menandakan bahwa Bimbingan Belajar Sakura Learning Centeradalah merupakan
sebuah wadah bagi para siswa untuk merealisasikan harapannya sebagai seorang
individu yang cerdas dan berprestasi.
Gambar 10 Tipografi Metode Smart With Caring Touch
Tabel 2 Tabel Signifier dan Signified Gambar 10
Signifier Signified
Tiga buah kalimat berwarna merah
dengan susunan dari atas ke bawah.
Kalimat sebagai penunjuk atau
pemberi informasi yang
dikhususkan untuk dibaca.
Pemberian warna merah
menunjukan semangat.
35
Pada level penanda (signifier) terlihat susunan huruf yang membentuk
kalimat dalam bahasa Indonesia yaitu ‘Dengan Metode’ dan ‘Pasti Beda!!’ serta
kalimat dalam Bahasa Inggris‘Smart With Caring Touch’. Tulisan dalam kalimat-
kalimat tersebut berbeda jenis huruf namun dalama satu warna dominan yaitu
merah dengan bentuk penyusunan huruf yang sedemikian rupa.
Pada level petanda (signified) pemilihan huruf yang berbeda jenis untuk teks
tersebut digunakan sebagai penunjuk atau dapat pula menjadi teaser yang disusun
dalam sebuah kalimat.Pada kalimat ‘Dengan Metode’ menggunakan jenis atau
golongan huruf Sans Serif dengan ciri tidak memiliki kaki pada setiap hurufnya.
Sedangkan pada kalimat ‘Smart With Caring Touch’ dan ‘Pasti Beda!!”
menggunakan jenis atau golongan huruf Miscellaneous dengan ciri bentuk huruf
lebih memintingkan nilai hiasnya. Penyusunan huruf dalam teks tersebut
merupakan bentuk penyusunan huruf secara Book Spin.
Signification atau makna dari warna merah yang digunakan dalam tipografi
ini adalah selain untuk agar mencolok hingga dapat menarik perhatian dan juga
dapat dibaca dengan jelas menunjukan makna sebuah semangat yang menggebu-
gebu. Dalam hal ini semangat diperlukan sebagai penunjang keberhasilan kegiatan
belajar dan mengajar. Siswa memerlukan semangat agar memiliki keinginan
belajar yang tinggi. Diharapkan bukan hanya semangat dalam belajar di
bimbingan belajar namun juga di sekolah. Dengan memiliki semangat yang tinggi
maka akan berpengaruh pada nilai akademis sehingga pada akhirnya dapat
menjadi seorang siswa yang berprestasi secara akademis di sekolah. Warna merah
tersebut juga melambangkan semangat yang dimiliki oleh SakuraLearning Center
Bogor yang berusaha mencerdaskan bangsa dan menunjukan semangat dan
keberanian dalam bersaing dengan kompetitor lain yang semakin ketat
sebagaimana yang tercermin dalam misi dan tujuan Sakura Learning Center
Bogor.
Adapun penggunaan tipografi jenis huruf Miscellaneous yang
mengedepankan unsur hias selain sebagai daya tarik bagi calon siswa yang rata-
rata adalah anak usia sekolah dan remaja yang memang menyukai sesuatu yang
bersifat unik, berbeda serta memiliki unsur seni yang dianggap ‘gaul’. Selain itu
susunan dalam bentuk Book Spin yang merupakan susunan dari atas ke bawah dan
36
diletakan ditengah gambar bermaksud untuk memusatkan perhatian dari
komunikan pada brosur tersebut selain dari sosok endorser yang juga berada
tepat di tengah (center). Pemilihan huruf yang unik, berkarakter dan susunan
huruf yang dinamis memaknakan bahwa Bimbingan Belajar Sakura Learning
Centeradalah bimbingan belajar yang dekat dengan siswa serta berusaha untuk
menjadikan siswa sebagai sosok yang kreatif hingga tidak terlalu berfokus pada
akademik namun juga sisi psikologis siswa tersebut seperti treatment Bimbingan
Belajar Sakura Learning Center yang mengedepankan pendekatan utama terhadap
psikologi siswa didiknya.
Adapun pengertian dari metode Smart With Caring Touch sendiri secara
harfiah adalah pintar dengan pendekatan hati. Maksud dari hal ini adalah pengajar
di Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor sendiri harus terlebih dulu
mendekatkan diri secara personal dengan anak murid. Untuk mewujudkan metode
pengajaran berbasis pada metode Smart With Caring Touch tersebut suasana
belajar dibuat nyaman, santai, serius namun menyenangkan serta didukung oleh
pengajar yang komunikatif, ramah, dan bersahabat. Hasil akhirnya sehingga
setelah memiliki kedekatan personal akan terjalin situasi belajar dan mengajar
yang efektif, tidak membosankan, dan siswa pun tidak memandang pengajar
sebagai seorang guru namun juga teman yang dapat menjadi tempat berbagi.
Metode tersebut selain sebuah bentuk metode baru dalam mengajarkan pelajaran
kepada siswa yang menitiberatkan pada pendekatan psikologis juga sebuah nilai
jual tersendiri yang coba ditawarkan oleh Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center yang memberikan keunggulan atau sesuatu yang berbeda dengan
bimbingan belajar lainnya, khususnya di Kota Bogor.
37
Gambar 11 Kalimat Teaser(gambar 1 dan 2)
Tabel 3. Tabel Signifier dan Signified Gambar 11
Signifier Signified
Susunan kalimat dalam kombinasi
warna biru dan putih serta angka dalam
paduan dominan merah dan putih.
Kalimat sebagai penunjuk atau
pemberi informasi yang
dikhususkan untuk dibaca.
Pada level penanda (signifier) dalam gambar pertama (kiri) terdapat susunan
huruf dan angka yang membentuk kalimat secara horizontal dengan perpaduan
warna putih dan biru yang didominasi oleh warna putih yang terletak di bagian
kiri atas brosur. Sedangkan pada gambar kedua (kanan) terdapat susunan huruf
dan angka yang membentuk kalimat dengan huruf didominasi warna biru dan
angka didominasi warna merah. Keduanya memiliki tepian garis berwarna biru
putih.
Pada level petanda (signified) gambar pertama susunan huruf tersebut
membentuk kalimat “7 Program Unggulan SLC” dengan jenis huruf yang
digunakan adalah huruf yang masuk ke dalam jenis Sans Serif dan dengan ciri
38
tidak memiliki kaki pada setiap hurufnyaselain itu susunan hurufnya memanjang
dari kiri ke kanan. Sedangkan pada gambar kedua susunan huruf dan angka
membentuk kalimat “Tahukah anda? Dalam masa pra-ujian tingkat stress anak
akan naik 85%. Jangan sampai anak anda mengalaminya! SLC pilihan terbaik
untuk mereka”. Jenis huruf yang digunakan adalah Sans Serifciri tidak memiliki
kaki pada setiap hurufnya. Dengan penyusunan huruf dari bawah ke atas namun
diletakan di sisi kanan gambar atau dengan kata lain masuk ke dalam penyusunan
huruf dengan kategori Top to Bottom.
Sama seperti detail sebelumnya (gambar 10) pada detail di gambar 11 ini pun
lebih menonjolkan tipografi. Namun pada detail di gambar 11 ini mencampurkan
antara penggunaan huruf dan angka yang disusun sedemikian rupa. Pada gambar
pertama pengunaan huruf dan angka Sans Serif dan warna putih dimaksudkan
untuk memudahkan keterbacaan. Penggunaan warna putih diatas latar warna biru
langit menciptakan sebuah kesejukan dalam membacanya tentunya tetap dengan
mencerminkan unsur komunikatif sebagai sebuah media iklan. Penempatannya
yang tepat berada di bagian atas menciptakan kesan seperti sebuah lead dalam
media cetak, yaitu sebagai sesuatu yang menarik orang lain agar membacanya
terlebih dahulu. Selain itu dengan ditempatkan di bagian atas juga mempertegas
bahwa apa yang disampaikan dalam kalimat ini benar-benar sesuatu yang sifatnya
unggulan atau primersebagaimana tercermin dalam kalimat 7 Program Unggulan
SLC. Angka 7 mencoba menciptakan persepsi bahwa Sakura Learning Center
Bogor memiliki banyak atau beragam program unggulan yang dapat mendorong
peningkatan psikologis dan akademis siswa didik.
Pada gambar kedua sama seperti pada gambar pertama penggunaan huruf
jenis Sans Serif dan warna biru dengan sisi putih yang ditebalkan dimaksudkan
untuk kemudahan keterbacaan serta memunculkan kesan kominikatif dan
kesejukan di tengah latar bergambar langit biru dan awan. Susunan kata yang
masuk dalam kategori Top to Bottom menunjukan sebuah kalimat informasi yang
sifatnya beruntun atau dengan kata lain harus dibaca dari awal hingga akhir
kalimat untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud atau pesan apa yang
terkandung dalam kalimat informasi tersebut. Penggunaan kata tanya“Tahukah
anda ?” di awal kalimat menciptakan kesan bahwa kalimat dalam teks di gambar
39
kedua ini adalah sesuatu yang sifatnya sangat penting dan terkesan tidak semua
orang tahu atau menunjukan sebuah informasi yang baru dan wajib untuk
diketahui. Secara langsung hal ini akan menimbulkan rasa penasaran dalam benak
pembacanya sehingga akan mencari tahu maksud yang ingin disampaikan pada
kalimat selanjutnya.
Kalimat “Dalam masa pra-ujian, tingkat stress anak akan naik 85%”
menjadi kalimat inti dari susunan kalimat di gambar kedua tersebut. Kalimat
tersebut berusaha menciptakan kesan pada benak pembaca khususnya orang tua
siswa bahwa saat menghadapi ujian, anak-anak mereka akan mengalami stress
yang luar biasa. Penggunaan angka 85% dalam ukuran yang lebih besar dibanding
huruf serta dominasi warna merah yang mencolok menciptakan kesan yang
hiperbolis dan jugadimaksudkan bagipara orang tuapadasaatmelihat dan membaca
brosur tersebutuntukcenderunglebihmemberikanperhatiansecaraprioritasterhadap
kondisi psikologi anak saat akan menghadapi ujian
(Merahumumnyaidentikdenganwaspada/warning!Contohnyapadalampulalulintas).
Selanjutnya pada kalimat “Jangan Sampai Anak Anda mengalaminya!”
menimbulkan atau menciptakan kewaspadaan tersendiri pada benak orang tua
terkait kondisi psikologis anaknya yang dalam usia sekolah.
Pada tahap selanjutnya kalimat inti dan kalimat pembuka diatas menciptakan
sebuah pola yang dimana pada akhirnya para orang tua digiring untuk mencari
tahu bagaimana solusi dalam masalah yang berkaitan dengan psikologis anak saat
menghadapi ujian tersebut. Kalimat“SLC pilihan terbaik untuk mereka!”menjadi
klimaks dalam rangkaian kalimat teaserpada gambar kedua ini,dimana pada
kalimat ini juga merupakan bentuksebuah ajakan atau himbauan yang mengarah
kepada pemahaman bahwa semua masalah yang berkaitan dengan kondisi
psikologi anak saat menghadapi ujian akan terselesaikan apabila orang tua
mendaftarkananaknya untuk belajar di Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center Bogor. PerananBimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor
adalahmenjadi jembatan penghubung untuk mendekatkan anak dan orang tua
dalam bentuk smart parenting dan conseling, dengan harapan membantu secara
ranah psikologis dan bukan hanya akademik, agar menghilangkankesanorang tua
terlalu memaksakan anak dalamhalmeraih prestasi akademik.Pada kalimat teaser
40
di gambar kedua ini juga menunjukan bagaimana tanda baca seperti tanda tanya
(?) dan seru (!) memberikan sebuah kesan dramatisasi yang kuat pada setiap
kalimat. Sehingga kalimat tersebut bukan hanya memberikan sebuah informasi
atau pengetahuan namun juga memberikan penekanan yang dapat mengubah pola
pandang atau pikiran dari orang yang membacanya.
Gambar 12 Foto Eddi Brokoli (Endorser)
Tabel 4 Tabel Signifier dan Signified Gambar 12
Signifier Signified
Sosok pria berbaju hitam, rambut kribo
tengah mengacungkan ibu jari atau
jempol.
Pria berambut kribo ini adalah Eddi
Brokoli. Tokoh yang dikenal
sebagai seorang pemain sinetron
dan juga komedian.
41
Pada level penanda (signifier) terdapat gambar sesosok pria dengan rambut
kribo dan mengenakan kemeja lengan panjang hitam. Tampak pria tersebut
mengacungkan jempolnya dan melebarkan rahang serta memamerkan
senyumannya.
Pada level petanda (signified) sosok pria yang terdapat dalam brosur
Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor adalah Eddi Brokoli. Sosok
kelahiran Bandung yang dikenal sebagai seorang bintang film dan juga komedian.
Rambut kribonya menjadi sebuah ciri khas tersendiri yang membuat orang dengan
mudah mengidentifikasinya. Penggunaan kemeja hitam sebagai pakaian
melambangkan suatu makna berkaitan dengan psikologi begitu pula dengan gestur
tubuhnya yang tengah mengajungkan ibu jari atau jempol serta mimik muka yang
tersenyum dengan rahang lebar menunjukan sebuah emosi yang berkaitan dengan
kesenangan dankepuasanhati.
Signification atau makna dari tokoh atau endorser dalam brosur iklan
Bimbingan Belajar Sakura Learning Center ini adalah penggambaran sosok Eddi
Brokoli sebagai sosok yang terkenal di mata masyarakat luas. Dengan
menggunakan sosok yang terkenal sebagai seorang selebriti dapat menarik minat
calon konsumen agar tertarik pada pandangan pertama. Selain itu fungsi dari
penggunaan endoser yang merupakan seorang public figure juga sebagai brand
image tersendiri yang pada akhirnya dapat menciptakan kepercayaan dari
masyarakat sebagai salah satu bimbingan belajar ternama dan diperhitungkan
walau dalam usia yang kurang dari lima tahun.
Penggunaan Eddi Brokoli sebagai endorserterkesanterlihat “menyimpang”
jika dibandingkan pada umumnya endorser bimbingan belajar lain yang
menggunakan tokoh-tokoh yang selama ini dikenal sebagai tokoh pendidikan atau
sosok public figure yang concernterhadap dunia pendidikan. Namun rupanya
perbedaan ini yang dimanfaatkan oleh Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center Bogordandalam hal ini dengan memanfaatkan sosok Edi Brokoli yang
dikenal sebagai komedian akan memberikan keunikan atau kekhasan tersendiri
pada Bimbingan Belajar Sakura Learning Center sebagai bimbingan belajar yang
direkomendasikanoleh salah seorang komedian sekaligus selebriti Indonesia.
42
Namun walau lebih terkenal dengan sebagai sosok komedian tidak berarti Eddi
Brokoli tidak memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan.
Berdasarkan wawancara dengan Saudari Ammaturasyidah selaku staff
periklanan Bimbingan Belajar Sakura Learning CenterBogor pada tanggal 1 Juni
2013 lalu, beliaumengatakan bahwaEddi Brokoli sendirimenurunkan honornya
sebagai bintang iklan atau endorser sekitar 50% untuk menjadi endorser
Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor. Hal tersebut
dilakukanmengingattujuan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor
sebagai wadah yang peduli terhadap pendidikan, khususnya pendidikan anak usia
sekolah.
Ditinjau dari warna hitam pakaian yang dikenakan Eddi Brokoli memaknakan
sebagai sosok yang elegan dan bijaksana dibalik sosoknya yang lucu dan
menghibur sebagai seorang komedian. Hal tersebut juga memberi atau
menunjukan makna pada Bimbingan Belajar Sakura Learning Center sebagai
sebuah bimbingan belajar yang berkulitas namun tetap bersahaja dan memiliki
kedekatan atau keakraban, baik kepada orang tua siswa maupun siswa itu sendiri.
Selain itu penggunaan kemeja hitam tersebut juga untuk mengubah image Eddi
Brokoli yang selama ini dikenal sebagai seorang komedian yang tampil seadaanya
dan urakan menjadi pribadi yang rapi dan good looking. Hal ini bertujuan untuk
merpresntasikan bahwa apa yang diiklankannya dalam iklan ini adalah bimbingan
belajar yang identik dengan sesuatu yang identik dengan sesuatu yang sopan,
intelek dan mengedepankan penampilan yang baik pada para pribadi yang berada
di dalamanya, yaitu para staf pengajar dan juga para siswa. Rambut endorser
dalam hal ini Eddi Brokoli pada konsepnya hanya sebuah bentuk ciri khas namun
jika dimaknakan lebih jauh rambut tersebut bukan hanya sebuah bentuk dari ciri
khas namun lebih dari itu merupakan sebuah sensasi mengingat tidak semua
berani tampil dengan rambut kribo. Dalam hal ini Bimbingan Belajar Sakura
Learning Centermenunjukan sebagai sebuah bimbangan belajar yang tergolong
baru dengan membuat sebuah sensasi atau dapat pula dikatakan gebrakan dengan
dapat menggunakan seleberti dalam iklannya dan hal ini dapat menjadi sebuah
bentuk modal kesiapan dan keberanian dalam berkompetisi dengan bimbingan
belajar lainnya yang sudah berusia lama dan banyak dikenal masyarakat.
43
Menilik pada gestur tubuh yang diperlihatkan Eddi Brokoli dalam brosur ini
yang menampilkan mimik muka yang tersenyum lebar dengan rahang yang juga
terbuka melambangkan sebuah emosi kesenangan hati dalam bentuk
kedinamisan,optimisme, keberhasilandan kepuasaantercapainya sebuah cita-
cita.Dinamis dalam hal ini adalah bagaimana Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center terus berupayamengadakan perubahan dan perbaikan terus menerus di
segala bidang baik itu dalam segi promosi, bangunan, sarana dan prasarana, serta
kualitas para pengajar.
Selain dinamisme, gestur tubuh endorser dalam brosur iklan ini pun
merepresentasikan sebuah wujud optimisme dari Bimbinga Belajar Sakura
Learning Center Bogor itu sendiri. Dimana setelah melakukan perubahan pada
segala aspek, timbul sebuah optimisme untuk berkompetisi dengan bimbingan
belajar lainnya menjadi bimbingan belajar yang terbaik, tentunya tanpa
melupakan tanggung jawab sebagai salah satu wadah mencerdaskan generasi
bangsa. Selain pada bimbingan belajarnya sendiri, makna optimisme ini pula
merepresentasikan semangat juang atau kemauan bersaing para siswa yang belajar
di Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor dengan siswa-siswa lainnya
di sekolah yang juga belajar di bimbingan belajar lain. Sehingga pada akhirnya
dapat memacu para siswa Bimbingan Belajar Sakura Learning Center untuk
berprestasi lebih baik lagi di sekolah mereka masing-masing.
Keberhasilan dalam hal ini adalah bagaimana setelah perubahan dan
perbaikan di segala aspek pada akhirnya dapat berhasil mendidik para siswanya
menjadi berprestasi secara akademis dan memiliki personality yang bagus dan
menonjol dibanding anak-anak lainnya yang juga secara langsung
merepresntasikan hasil dari proses belajar yang selama ini dilakukan dan
didapatkan selama belajar di Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor.
Makna kepuasaan tercapainya sebuah cita-cita yang direpresentasikan dalam
mimik wajah endorser ini adalah bagaimana sebuah hasil akhir yang didapatkan
oleh kedua pihak yaitu Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor sebagai
sebuah jasa pendidikan yang dimana berhasil menciptakan generasi bangsa yang
cemerlang dan menjadi jembatan serta untuk meraih cita-cita yang diimpikan oleh
para siswanya.
44
Selain itu mimik endorser pun merepresentasikan sebuah ketercapaian cita-
cita para siswa yang berhasil menjadi murid yang berprestasi di sekolah setelah
belajar di Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor.Gestur tubuh yang
mengacungkan ibu jari yang dilakukan oleh Eddi Brokoli dalam brosur ini
merepresentasikan atau menunjukan Bimbingan Belajar Sakura Learning Center
sebagai pilihan tepat dan terbaik bagi para siswa yang ingin meraih prestasi
akademik di sekolah. Dalam hal lain gestur ini memaknakan sebuah ajakan
khususnya kepada para orang tua untuk memperacayakan segala hal yang
berkaitan dengan prestasi akademik anak di sekolah kepada Bimbingan Belajar
Sakura Learning Center Bogor juga sebagai sebuah jaminan kepada orang tua
siswa bahwa pilihannya untuk mempercayakan anaknya belajar di Bimbingan
Belajar Sakura Learning Center Bogor adalah pilihan yang tepat. Dalam
perspektif sederhana gestur mengacungkan ibu jari atau jempol tersebut sebagai
sebuah cerminan bahwa Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor
merupakan sebuah bimbingan belajar yang jempolan.
Gambar 13
Latar Belakang Langit Biru dan Rumput Hijau
Tabel 5
Tabel Signifier dan Signified Gambar 13
Signifier Signified
Background berwarna biru muda
dengan gumpalan berwarna putih dan
bagian bawah berwarna hijau
Warna biru muda menggambarkan
langit dan warna hijau dibagian
bawah menggambarkan rumput.
45
Pada level penanda (signifier) terdapat warna biru yang memenuhi
backgroundbrosur secara keseluruhan dengan beberapa gumpalan berwana putih.
Pada bagian bawah brosur terdapat warna hijau dengan bentuk tertentu dengan
ujung yang runcing dan menyamping.
Pada level petanda (signified) warna biru pada backgroundmewakililangit
biru lalu gumpalan putih mewakiliawan dan bentuk runcing menyamping berwana
hijau pada bagian bawah mewakilihamparan rumput yang secara keseluruhan
akan mewakilisuasana pagi hari.
Signification atau makna pada gambar ini adalah warna biru yang dominan
mencerminkan arti komunikatif. Dalam artian pada hakikatnya brosur tersebut
memang difungsikan sebagai sebuah media komunikasi dari Bimbingan Sakura
Learning Center kepada calon konsumen, dalam hal ini tentunya orang tua dan
calon siswa Bimbingan Belajar Sakura Learning Center Bogor. Perpaduan warna
biru langit dan gumpalan putih yang membentuk awan serta ditambah dengan
hijau yang membentuk rumput mereprsentasikan suasana pagi hari yang cerah,
yaitu waktu yang tepat untuk belajar karena otak yang digunakan sebagai daya
berpikir masih segar sehingga siswa dalam hal ini dapat menyerap pelajaran
dengan maksimal.
Ditinjau dari segi tempat, penggunaan perpaduan langit biru, awan, dan
rumput hijau sebagai background dari brosur ini pun merepresentasikan lokasi
dari Bimbingan Belajar Sakura Learning Center sendiri yang lokasinya tidak
terlalu di pusat kota dan walaupun berada di ruko serta langsung menghadap jalan
raya namun masih asri, terdapat beberapa pepohonan hijau yang terlihat di
seberang jalan pada saat berdiri atau berada tepat di depan bangunan gedung
Sakura Learning Center Bogor. Selain itu dibagian belakang bangunan terlihat
beberapa gunung yang membentuk sebuah gugusan Gunung Salak yang apabila
dipandang pada pagi hari akan menimbulkan kesan kesegaran yang tentunya
cocok untuk suasana kegiatan belajar mengajar dan dimana gugusan yang
membentuk Gunung Salak tersebut pun secara tidak langsung merepresentasikan
Kota Bogor sebagai lokasi keberadaan Bimbingan Belajar Sakura Learning
Center.
46
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis semiotika terhadap iklan Bimbingan Belajar Sakura
Learning Center Bogor pada media brosur khususnya pada bagian front cover,
maka penulis menarik kesimpulan tentang makna yang terkandung dalam iklan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sakura Learning Center Bogor sebagai salah satu bimbingan belajar yang
pada prakteknya menitik-beratkan kepada aspek psikologis dalam transfer
ilmu kepada siswa didiknya sehingga memerlukan sebuah media yang
dapat mereperesentasikan tujuannya tersebut dengan jelas secara visual.
Pemilihan brosur sebagai media iklan merupakan sebuah langkah tepat
karena pada dasarnya lebih mudah dilihat, dibawa, tidak memerlukan
tempat yang luas serta memiliki kejelasan informasi bagi yang
membacanya.
2. Pemilihan warna, gambar, serta jenis dan susunan tulisan berpengaruh
besar dalam memberikan makna pada brosur. Warna dapat memberikan
efek psikologis tertentu yang tentunya dapat menggambarkan tujuan
pengiklan serta jenis huruf dan susunan dalam pembentukan sebuah
tulisan dapat memberikan kejelasan informasi yang ingin disampaikan.
3. Penggunaan sosok selebriti sebagai endorser pada brosur selain sebagai
peningkatan citra (brand image) di mata masyarakat pada umumnya dan
pada bimbingan belajar lain pada khususnya juga sebagai ikon untuk
menarik minat atau membujuk orang lain agar memilih Bimbingan Belajar
Sakura Learning Center Bogor sebagai sarana belajar selain di sekolah.
Dengan menggunakan metode semiotika, penulis dapat membantu untuk
menemukan makna di balik tanda-tanda yang ada dalam brousur iklan tersebut.
Beragam tanda tersebut memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud serta
tujuan dari iklan dalam brosur tersebut.
47
5.2. Saran
Setelah dilakukan penelitian dan melihat hasil dari yang didapatkan dari
penelitian ini, maka saran yang penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk lebih memperhatikan nilai estetika dan kepantasan dalam sebuah
brosur, khususnya bagian depan (front cover) dengan cara menghilangkan
hal-hal yang dianggap kurang pantas dan menghilangkan nilai keindahan.
Contohnya penggunaan tempelan kertas.
2. Untuk ke depannya jika sudah mapan, alangkah baiknya Sakura Learning
Center Bogor menggunakan endorser yang sesuai dengan dunia
pendidikan, memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan perduli
pendidikan sebagai bagian dari brand image pada umumnya dan sebagai
bagian dari pengkajian semiotika komunikasi visual pada khususnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
Barthes, Roland. 2012. Elemen-Elemen Semiologi. Penerjemah M.Ardiyansyah. IRCiSoD. Yogyakarta.
Corbin, J. & Strauss, A. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta. Danesi, Marcel. 2004. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi. Jalasutra. Yogyakarta. Masri, Andry. 2010. Strategi Visual. Jalasutra. Yogyakarta.
Morrisan, M.A. 2010. Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Morissan, M.A. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Penerbit
Kencana. Jakarta. Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Integrated Marketing Communication. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sihabudin, Ahmad. 2011. Komunikasi Budaya: Satu Perspektif Multidimensi. PT
Bumi Aksara. Jakarta. Sylvester, A. & Sutherland, M. 2005. Advertasing and The Mind of Consumer.
PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Tabroni, Roni. 2012. Komunikasi Politik Pada Era Multimedia. Simbiosa. Bandung.
Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Jalasutra. Yogyakarta.
Basuki, Freedy Adiono. 2012. Fungsi Tipografi dalam DKV. 2 Februari 2012. URL:http://p4tksb.com/index.php?option=com_content&view=article&id=141:fungsi-tipografi&catid=69:seni&Itemid=192
Colour Affect. 2008. Psychological Properties Of Colour. URL:
http://www.colour-affects.co.uk/psychological-properties-of-colours Maulana, Amalia. 2008. Mengakhiri Istilah ATL VS BTL. 7 Juni 2008. URL :
http://amaliamaulana.com/?s=above+the+line
49
Percetakan Undangan. 2012. Istilah dan Pengertian Tipe Brosur. 2 Desember 2012. URL :http://percetakanundangan.web.id/category/percetakan/brosur/
Syumil. 2012. Makna Bunga Sakura. 22 Februari 2012. URL:
http://syumil.wordpress.com/2012/02/22/makna-bunga-sakura/ Widyartono, Didin. 2012. Teori Makna. 1 Januri.2012. URL
http://didin.lecture.ub.ac.id/pragmatik/teori-makna Tim Penyusun Proposal Bimbingan Belajar Sakura Learning Center. 2011.
Proposal Rencana Usaha Bimbingan Belajar Sakura Learning Center. Bimbingan Belajar Sakura Learning Center. Bogor.
Recommended