View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
170
Analisis “Similarity” pada Karya Tulis Pustakawan yang diajukan
sebagai Angka Kredit
Abdul Rahman Saleh1
e-mail : abdulr.saleh2003@gmail.com
ABSTRAK
Butir kegiatan pustakawan yang termasuk kegiatan unsur utama, namun tidak termasuk tugas pokok dari
pustakawan adalah pembuatan karya tulis/ karya ilmiah di bidang kepustakawanan. Kegiatan ini
dikelompokkan ke dalam unsur pengembangan profesi. Angka kredit untuk kegiatan ini cukup besar,
terutama bila dibandingkan dengan pelaksanaan kegiatan teknis perpustakaan lainnya. Oleh karena itu,
banyak pustakawan yang mengejar kekurangan angka kredit dari kegiatan tersebut. Sayangnya, banyak
pustakawan yang tidak hati-hati dalam menulis, atau mungkin juga memang sengaja melakukan hal yang
tidak terpuji, sehingga karya tulis yang dihasilkan banyak mengandung dugaan plagiarisme. Kajian ini
mencoba memotret karya tulis pustakawan yang diusulkan kepada Tim Penilai Tingkat Pusat di
Perpustakaan Nasional. Kajian dilakukan terhadap 129 judul karya tulis yang diajukan oleh 16 pustakawan
selama Bulan Januari - Mei 2019. Sampel diambil menggunakan teknik non probability sampling yaitu
ditarik secara incidental sampling. Seluruh karya tulis diperiksa menggunakan aplikasi Turnitin dan dicatat
tingkat kemiripannya dengan artikel lain yang ada di dunia maya. Tingkat kemiripan (similarity) tertinggi
diketahui sebesar 94% atau dapat dikatakan seluruh bagian dari artikel tersebut diduga meniru tulisan orang
lain (plagiat) yang diperoleh dari internet. Sedangkan tulisan yang memiliki tingkat kemiripan terendah
adalah sebesar 2%, atau hampir tidak ada dugaan praktek plagiarisme dari tulisan tersebut. Dugaan
plagiarisme tersebut bisa memang sengaja dilakukan oleh penulis, atau bisa secara tidak sengaja dilakukan
oleh penulis, misalnya karena ketidak tahuan cara menulis kutipan. Karenanya, disarankan agar para penulis
mempelajari pedoman penulisan yang banyak beredar di dunia akademik sehingga hasil tulisannya sesuai
dengan peraturan dan terhindar dari dugaan plagiarisme.
Kata kunci: Jabatan Fungsional tertentu; Pustakawan; Karya tulis; Karya ilmiah; plagiarisme
ABSTRACT
One of the librarian's activities that consider as the activities of the main elements, but not as the main tasks of the
librarian is the writing works or scientific work in the field of librarianship. This activity is grouped into the
professional development. The Credit point that offered for this activity is quite large, especially when compared to the
activities of the library technical activities or the library housekeeping activities. Therefore, many librarians are doing
this activity in order to get the bigger credit point. Unfortunately, many librarians are not careful in writing, or may
also intentionally do things that are not commendable, so that the result of the work contains a lot of alleged plagiarism.
This study tried to give the picture of the writing work / academic work of the librarian that proposed to the National
Assessment Team at the National Library. The study was carried out to 129 work that written by 16 librarians during
January - May 2019. Samples were taken using non probability sampling techniques, namely drawn incidentally
sampling. All papers are examined using the Turnitin application and were recorded the level of similarity with other
works that are already posted in cyberspace. The highest similarity level is known to be 94% or it can be considered
that all parts of the work suspected as copied from other works (plagiarism) that are found in the internet. While the
work that has the lowest similarity level is 2%, or there is almost no suspicion of plagiarism from the writing.
Allegations of plagiarism can indeed be deliberately done by the author, or can be accidentally done by the author, for
example because of ignorance of how to write a quote. Therefore, it is recommended that the authors to study or to
read the writing guidelines that are widely circulating in the academic world so that their work are not break the rules
and avoid the alleged plagiarism.
Keywords: Librarian; Librarian writing works; Scientific work; Plagiarism
1 Pustakawan Ahli Utama pada Perpustakaan Institut Pertanian Bogor
171
Pendahuluan
Pustakawan merupakan salah satu
jabatan fungsional tertentu diantara 152 jabatan
fungsional tertentu lainnya (Ristekdikti, 2019).
Jabatan Fungsional Pustakawan pertama kali
disahkan pada tahun 1988 yaitu melalui
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara (Kepmenpan) nomor 18 Tahun 1988.
Artinya usia Jabatan Fungsional Pustakawan
tersebut sudah berumur lebih dari 30 tahun.
Seandainya Jabatan Fungsional ini adalah
manusia, maka pada usia tersebut merupakan
usia dewasa dan matang baik secara fisik
maupun secara psikologis. Dari segi
produktivitas maka pada usia 30 tahun manusia
sudah mencapai usia produktif. Mestinya sebuah
profesi yang sudah mencapai 30 tahun juga
sudah mencapai kematangan yang cukup dan
memiliki produktivitas yang tinggi.
Menurut Saleh (Saleh, 2018) Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor 18 tahun 1988 ini sudah mengalami
revisi beberapa kali yaitu:
“... pada tahun 1998 dengan
Kepmenpan Nomor 33 Tahun
1998, dan pada tahun 2002
dengan Kepmenpan Nomor 132
Tahun 2002. Terakhir Jabatan
Fungsional Pustakawan ini
diatur melalui Peraturan
Menteri PAN dan RB nomor 9
tahun 2014 tentang Jabatan
Fungsional Pustakawan dan
Angka Kreditnya”.
Jabatan Fungsional Pustakawan ini
membuka era baru bagi pengembangan karier
dan kepangkatan Pegawai Negeri Sipil yang
bekerja di perpustakaan. Jika sebelum
berlakunya Kepmenpan 18 tahun 1988 sangat
sulit membedakan antara petugas perpustakaan
dengan Jabatan Fungsional Pustakawan, maka
setelah berlakunya Kepmenpan tersebut menjadi
jelas bedanya. Hal ini karena terhadap seorang
PNS yang akan menjadi pustakawan (JFP)
dikenakan syarat-syarat tertentu yang diatur
oleh pemerintah. Begitu juga dengan kenaikan
pangkat dan jabatannya. Seorang PNS yang
akan menjadi pemangku jabatan pustakawan,
maka yang bersangkutan harus memiliki
pendidikan sekurang-kurangnya Diploma II
bidang ilmu perpustakaan (untuk tingkat
keterampilan) dan pendidikan Sarjana bidang
ilmu perpustakaan (untuk tingkat keahlian).
Apabila yang bersangkutan memiliki
pendidikan yang dipersyaratkan, namun bukan
bidang ilmu perpustakaan, maka yang
bersangkutan dikenakan persyaratan tambahan
yaitu harus mengikuti dan lulus pendidikan
calon pustakawan (PNRI, 2015). Selanjutnya,
menurut Saleh (Saleh, 2018):
“jabatan fungsional pustakawan
ini juga memberi kesempatan
kepada pustakawan untuk naik
pangkat dan jabatan lebih cepat
dibandingkan dengan koleganya
pada jabatan struktural dan
jabatan fungsional umum, dan
bahkan bisa mencapai puncak
karir tertinggi yang semula
172
mustahil dicapai oleh pegawai
administrasi biasa. Selain itu,
motivasi PNS yang menjadi
pustakawan adalah untuk
mendapatkan tunjangan jabatan
fungsional, dapat mencapai
pangkat tertinggi yaitu pembina
utama golongan IV/e, bebas
ujian dinas untuk pindah
golongan, dan memiliki
kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang S2 dan
bahkan S3.”
Sebagai jabatan fungsional tertentu,
maka kenaikan pangkat dan jabatan pada JFP
dipersyaratkan mengumpulkan sejumlah angka
kredit (AK) dari berbagai butir kegiatan
pustakawan. Ada enam unsur kegiatan yang bila
dikerjakan akan menghasilkan AK yaitu: (1)
Unsur pendidikan; (2) Unsur pengelolaan
perpustakaan; (3) Unsur pelayanan
perpustakaan; (4) Unsur pengembangan sistem
perpustakaan; (5) Unsur pengembangan profesi;
dan (6) Unsur penunjang. Angka kredit dari
berbagai unsur tersebut diakumulasikan
sehingga mencapai jumlah tertentu. Apabila
jumlah AK tersebut sudah memenuhi syarat
serta syarat administrasi yang bersangkutan juga
sudah terpenuhi, maka yang bersangkutan
mempunyai hak untuk mengajukan kenaikan
pangkat dan atau jabatan setingkat lebih tinggi.
Bagi sebagian pustakawan
mengumpulkan AK sehingga cukup untuk naik
pangkat dan atau jabatan tidaklah mudah. Selain
karena jumlah atau volume pekerjaannya yang
kurang, kemampuan pustakawan juga menjadi
kendala dalam mengumpulkan AK. Dengan
kesulitan tersebut, tidak heran bila ada
pustakawan yang berusaha dengan segala cara
untuk memperoleh AK agar bisa naik. Ada dua
alasan pustakawan tersebut mengejar kenaikan
pangkat dan atau jabatan. Yang pertama,
pustakawan tersebut memang berambisi untuk
mencapai pangkat dan atau jabatan setinggi-
tingginya dengan cara cepat. Alasan yang kedua
karena pustakawan itu sudah mendekati waktu
final. Jika waktu itu dilewati maka yang
bersangkutan akan dibebaskan sementara, dan
jika dalam 1 tahun masa pembebasan sementara
tersebut belum bisa mengumpulkan AK yang
dipersyaratkan, maka pustakawan itu akan
diberhentikan dari JFP. Maka demi mengejar
pangkat dan atau jabatan tersebut sering kali
pustakawan melakukan hal yang kurang terpuji.
Ada dua unsur yang sering menjadi
sasaran kegiatan yang kurang terpuji oleh para
pustakawan. Yang pertama adalah pada unsur
pengembangan sistem kepustakawanan dengan
sub unsur Pengkajian di Bidang
Kepustakawanan. Sedangkan yang kedua adalah
pada unsur Pengembangan profesi yaitu pada
sub unsur Pembuatan Karya Tulis/Ilmiah di
bidang Kepustakawanan. Pada kedua sub unsur
tersebut pustakawan sering melakukan hal yang
kurang terpuji yaitu menjiplak karya orang lain
yang diakuinya sebagai karyanya sendiri. Untuk
mengetahui sejauh mana para pustakawan
173
tersebut melakukan hal yang kurang terpuji,
maka kajian ini dilakukan.
Tujuan Kajian
Kajian ini bertujuan untuk melihat
seberapa jauh pustakawan melakukan
penjiplakan karya tulis/karya ilmiah orang lain
yang diajukan sebagai usulan angka kredit untuk
kenaikan pangkat dan atau jabatan yang
bersangkutan. Secara rinci kajian ini bertujuan:
1. Memotret jumlah karya dalam satuan persen
yang mengandung unsur plagiarisme.
2. Mengetahui atau memotret tingkat
plagiarisme yang dinyatakan dengan persen
similarity dari masing-masing karya tulis
yang diajukan sebagai usulan AK.
3. Menggambarkan pola plagiarisme yang
dilakukan oleh pustakawan.
Ruang Lingkup Kajian
Kajian ini menganalisis sejumlah karya
tulis/ karya ilmiah yang diajukan pada tim
penilai JFP tingkat nasional pada tahun 2019
yaitu dari Bulan Januari sampai Mei 2019.
Karya tulis/ karya ilmiah yang diinvestigasi
dibatasi hanya pada karya tulis yang tidak
dipublikasikan termasuk laporan hasil kajian
yang tidak dipublikasikan. Hal ini disebabkan
karena pada karya tulis yang tidak
dipublikasikan tidak terverifikasi oleh siapapun,
walaupun disahkan oleh atasannya. Pengesahan
tersebut biasanya hanya keterangan bahwa yang
bersangkutan telah melakukan kegiatan
tersebut, namun tidak pada substansi karya tulis
tersebut.
Landasan Teori
Perpustakaan adalah salah satu wahana
pembelajaran selain sekolah. Oleh karena itu
maka perpustakaan sesungguhnya memiliki
peran strategis dalam masyarakat yang belajar
(Hadi, 2014). Perpustakaan dari masa ke masa
terus berkembang, dan perkembangan pesat
terjadi setelah diterbitkannya Kepmenpan
nomor 18 tahun 1988 tentang jabatan fungsional
pustakawan. Kepmenpan tersebut memberikan
peluang kepada pustakawan untuk membina
karier yang lebih jelas, seperti kenaikan pangkat
dan atau jabatan setiap dua tahun. Tentu saja
apabila semua persyaratan untuk kenaikan
pangkat tersebut dipenuhi (PNRI, 2010).
Selanjutnya percepatan perkembangan
perpustakaan terjadi setelah Pemerintah
menetapkan Undang-undang nomor 43 tahun
2007 tentang perpustakaan. Undang-undang
tersebut mendorong berdirinya berbagai macam
perpustakaan terutama di lingkungan
pemerintah dan pemerintah daerah sampai ke
lingkungan pemerintah desa. Selain itu banyak
lembaga non pemerintah juga membangun
perpustakaan dengan nama lain yaitu taman
bacaan masyarakat, bahkan ada yang
menyebutnya perpustakaan komunitas.
174
Perpustakaan adalah pustakawannya.
Begitu jargon yang sering didengungkan oleh
para tokoh pustakawan. Dengan demikian
majunya perpustakaan sangat dipengaruhi oleh
kualitas pustakawannya. Menurut Hadi:
“tersedianya tenaga pengelola perpustakaan
yang berkualitas merupakan salah satu syarat
dalam menyelenggarakan perpustakaan” (Hadi,
2014), dan tentunya pustakawan tersebut bukan
asal pustakawan, namun harus profesional dan
kompeten (Supriyanto, 2012). Seperti yang
didefinisikan oleh Undang-undang 43 tahun
2007 (PNRI, 2009), maka pustakawan
merupakan “seseorang yang memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan”. Selanjutnya menurut definisi
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam
Permenpan nomor 9 tahun 2014 maka
pustakawan merupakan “Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak untuk melaksanakan
kegiatan kepustakawanan” (PNRI, 2015).
Dengan demikian maka pustakawan
mempunyai peran penting dan strategis bagi
suatu perpustakaan seperti mendukung
keberhasilan sasaran lembaga induknya.
Karenanya pustakawan yang memiliki
kompetensi tinggi akan mempunyai daya saing
dalam berbagai aspek untuk mendukung
peningkatan peningkatan peran dan fungsi
perpustakaan dalam pembangunan nasional
(PNRI, 2012). Harus diakui bahwa pada
kenyataannya belum banyak pustakawan di
Indonesia mencapai kompetensi yang tinggi
tersebut. Namun demikian, seharusnya hal
tersebut menjadi visi atau kondisi yang harus
dicapai. Tuntutan pemerintah terhadap peran
pustakawan dalam mendukung pembangunan
nasional harus didukung oleh pustakawan yang
berkualitas.
Kenaikan pangkat PNS/ASN saat ini
dilakukan melalui dua jalur yaitu kenaikan
pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan.
Kenaikan pangkat secara reguler diperoleh
secara otomatis oleh PNS apabila yang
bersangkutan sudah menduduki pangkat
terakhirnya minimum selama 4 tahun dengan
nilai SKP rata-rata baik. Kenaikan pangkat
seperti ini merupakan kenaikan pangkat yang
dijalani oleh PNS/ASN yang menduduki jabatan
struktural dan jabatan fungsional umum. Jenis
kenaikan pangkat dan atau jabatan yang kedua
adalah kenaikan pangkat dan atau jabatan
pilihan di mana untuk naik pangkat dan atau
jabatan harus memenuhi syarat sejumlah angka
kredit. Angka kredit tersebut diperoleh dari
kegiatan yang menjadi tugas pokoknya serta
tugas-tugas lain yang terkait. Kenaikan pangkat
demikian dijalani oleh PNS/ASN yang
menduduki jabatan fungsional tertentu,
diantaranya pustakawan.
175
Menurut Widayanti (Widayanti, 2014)
tujuan Angka Kredit merupakan:
“indikator prestasi kerja
pejabat pustakawan….. Angka
kredit adalah angka yang
diberikan berdasarkan penilaian
yang telah dicapai oleh seorang
pustakawan dalam mengerjakan
butir-butir kegiatan yang
digunakan sebagai salah satu
syarat untuk pengangkatan dan
kenaikan pangkat/jabatan”.
Angka kredit tersebut dihasilkan oleh
pustakawan setelah menyelesaikan kegiatan.
Unsur kegiatan yang dapat menghasilkan AK
terdiri dari dua unsur yaitu unsur utama dan
unsur penunjang. Unsur utama wajib
dikumpulkan oleh pustakawan dengan jumlah
angka kredit paling sedikit 80% dari total AK
yang diperlukan untuk naik pangkat dan atau
jabatan, sedangkan unsur penunjang dapat
dikumpulkan oleh pustakawan paling banyak
20% dari AK yang diperlukan untuk naik
pangkat dan atau jabatan. Unsur utama terdiri
dari sub unsur sebagai berikut (PNRI, 2015;
PNRI, 2015):
(1) pendidikan,
(2) pengelolaan perpustakaan,
(3) pelayanan perpustakaan,
(4) pengembangan sistem
kepustakawanan, dan
(5) pengembangan profesi.
Salah satu sub unsur dari pengembangan
sistem kepustakawanan adalah kegiatan
pengkajian dalam bidang kepustakawanan yang
terdiri dari pengkajian sederhana bersifat teknis
operasional; pengkajian sederhana bersifat taktis
operasional; pengkajian kompleks bersifat
strategi sektoral; dan pengkajian kompleks
bersifat strategi nasional (PNRI, 2015).
Aktivitas kajian tersebut menghasilkan laporan
yang dapat dikategorikan sebagai karya tulis/
karya ilmiah.
Sub unsur kegiatan pustakawan lain
yang juga memproduksi karya tulis/ karya
ilmiah adalah salah satu sub unsur dari
pengembangan profesi yaitu pembuatan karya
tulis/ karya ilmiah di bidang kepustakawanan.
Karya tulis/ karya ilmiah tersebut bisa berbentuk
buku, namun juga bisa berbentuk artikel. Buku
atau artikel tersebut bisa dipublikasikan baik
secara komersial maupun non komersial, namun
ada juga yang tidak dipublikasikan tetapi
biasanya disimpan atau didokumentasikan di
perpustakaan (PNRI, 2015).
Dalam menulis laporan atau karya tulis/
karya ilmiah, pustakawan sering melakukan
pengutipan atau sitasi dari karya orang lain.
Dalam melakukan pengutipan tersebut tentunya
harus mengikuti etika dan aturan. Jika tidak
maka kutipannya akan dianggap sebagai
penjiplakan atau plagiarisme. Pengutipan
berasal dari kata kutip yang menurut KBBI
Daring berarti “memungut” atau “mengambil
sedikit” . Sedangkan kata lain dari pengutipan
adalah sitir yang berarti “kutip”. Dari kata sitir
176
yang mendapat awalan me menjadi menyitir
menurut KBBI Daring berarti “menyebut atau
menulis kembali kata-kata yang telah disebut
(ditulis) orang lain” (Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, 2016).
KBBI Daring mengartikan plagiarisme
sebagai “penjiplakan yang melanggar hak
cipta”. Jadi plagiarisme mengacu pada
perbuatan “menjiplak”. Masih banyak definisi
lain tentang plagiarisme. Namun Wiradi
merumuskannya menjadi satu pengertian yaitu:
“perbuatan mengemukakan kata, kata-kata, rasa,
kalimat, pendapat, ungkapan-ungkapan,
gagasan (sebagian atau seluruhnya), dari orang
lain, tanpa menyebutkan sumbernya sehingga
memberikan kesan sebagai karyanya sendiri”.
Selanjutnya menurut Wiradi terdapat beberapa
bentuk plagiarisme seperti: “(1) plagiat kata per
kata (verbatim plagiarism); (2) patchwork
plagiarism; (3) plagiat “kata kunci” atau “frase
kunci”; (4) plagiat struktur gagasan/jalan
pikiran; (5) plagiat terhadap karyanya sendiri
(self-plagiarism)” (Wiradi, 2009).
Dalam era digital seperti saat ini pelaku
penjiplakan sangat mudah terdeteksi. Hal ini
karena sebagian besar karya tulis dari para
penulis disimpan dalam repositori yang dapat
diakses oleh internet. Dengan demikian maka
apabila penulis atau penilai ingin mengetahui
apakah sebuah tulisan mengandung unsur
plagiarisme, maka penulis atau penilai tersebut
dapat mencocokkan tulisannya dengan tulisan
orang lain yang ada di internet. Beberapa alat
pencocokan saat ini tersedia baik yang gratis
seperti SmallSEOtool Plagiarism Checker
(https://smallseotools.com/plagiarism-
checker/), maupun yang berbayar seperti
Turnitin (https://www.turnitin.com/).
Metode Kajian
Metode penelitian atau metode kajian
menurut Sugiyono adalah: “cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu” (Sugiyono, 2014). Kajian ini sendiri
menggunakan metode kajian deskriptif analitis.
Penelitian atau pengkajian ini
menggunakan pendekatan penelitian deskriptif
verifikatif, karena variabel-variabel yang akan
di telaah bertujuan untuk menyajikan gambaran
secara terstruktur, faktual mengenai fakta-fakta
variabel yang di teliti. Menurut Sugiyono
penelitian/kajian deskriptif adalah “penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan
dengan variabel lainnya” (Sugiyono, 2014).
Melalui jenis penelitian atau kajian deskriptif
maka dapat diperoleh deskripsi tentang
gambaran usulan DUPAK pustakawan
khususnya dari sub unsur penyusunan karya
tulis/karya ilmiah pustakawan. Beberapa
variabel yang digambarkan tersebut diantaranya
seperti jumlah karya tulis/ karya ilmiah tidak
177
dipublikasikan yang diusulkan dalam DUPAK;
dugaan penjiplakan yang dinyatakan dengan
persen kesamaan atau similarity dari karya tulis
yang diusulkan; model penjiplakan yang
teridentifikasi pada karya tulis/ karya ilmiah
pustakawan.
Pengumpulan data dilakukan dengan
cara studi dokumentasi. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan sumber data primer yaitu data
yang berasal dari Daftar Usulan Penetapan
Angka Kredit (DUPAK) Pustakawan yang
diajukan kepada Tim Penilai AK JFP tingkat
pusat untuk mendapatkan penilaian. Jumlah
sampel adalah semua DUPAK yang masuk ke
sekretariat Tim Penilai antara bulan Maret – Mei
2019 dan diperiksa oleh satu orang anggota Tim
Penilai. Teknik sampel menggunakan non
probability sampling yaitu tidak memberikan
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap
unsur populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2014). Sampel ditarik/ diambil
secara incidental sampling yaitu usul DUPAK
yang diperiksa oleh satu orang anggota tim
penilai. Teknik incidental sampling merupakan
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2014).
Karya tulis/ karya ilmiah diperiksa
menggunakan aplikasi anti plagiarisme bernama
“Tunitin”. Hasil pemeriksaan kemudian
ditabulasi dan dianalisis menggunakan analisis
deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Setelah melakukan pengamatan terhadap
sejumlah karya tulis/ karya ilmiah pustakawan
yang diajukan sebagai bukti fisik sub unsur
pengkajian kepustakawanan yaitu kegiatan
kajian (dari berbagai tingkatan) maupun dari sub
unsur pembuatan karya tulis/ karya ilmiah
bidang kepustakawanan, khususnya pembuatan
karya tulis/ karya ilmiah yang tidak
dipublikasikan maka dapat disampaikan hasil
sebagai berikut.
Gambaran Karya Tulis/ Karya Ilmiah yang
Diajukan
Pengamatan dilakukan terhadap 129
karya tulis pustakawan. Karya tulis tersebut
merupakan karya tulis dari 16 pustakawan yang
diajukan ke Tim Penilai JFP tingkat pusat
sebagai salah satu butir kegiatan untuk
memperoleh AK bagi kenaikan pangkat dan atau
jabatan mereka.
178
Tabel 1 berikut memperlihatkan
gambaran jumlah usulan pustakawan dari sub
unsur kegiatan kajian di bidang kepustakawanan
dan sub unsur penulisan karya ilmiah yang tidak
dipublikasikan.
Tabel 1. Gambaran jumlah karya tulis tidak
dipublikasikan yang masuk ke Sekretariat Tim
Penilai tingkat Pusat
Dari jumlah karya yang masuk dalam
DUPAK yang diusulkan, terlihat pustakawan
yang mengajukan karya tulis jumlahnya sangat
bervariasi. Jumlah terbanyak diajukan oleh
pustakawan dengan inisial YUL yaitu sebanyak
27 judul. Sedangkan yang mengajukan paling
sedikit adalah sebanyak satu judul yaitu yang
diajukan oleh pustakawan dengan inisial NLN.
Karya tulis/ karya ilmiah tersebut ditulis selama
jangka waktu tertentu. Tabel 2 berikut
menggambarkan sejumlah karya tulis/ karya
ilmiah yang ditulis oleh pustakawan dalam
jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.
Tabel 2. Peta penulisan karya ilmiah oleh
pustakawan berdasarkan tahun penulisan
Dari tabel 2 dapat diperoleh gambaran
bahwa karya ilmiah yang ditulis pada tahun
2018 merupakan jumlah karya tulis terbanyak
yaitu sebesar 56 judul. Hal yang menarik adalah
satu orang pustakawan, yaitu YUL, menulis
karya ilmiah sebanyak 27 judul selama tahun
2018. Artinya pustakawan ini menulis sekitar
dua judul setiap bulan. Walaupun produktivitas
pustakawan tersebut bisa saja terjadi, namun tim
pemeriksa harus jeli apakah karya tulis yang
diajukan tersebut berkualitas atau tidak, terdapat
unsur plagiasi atau tidak. Hal ini disebabkan
kemampuan setiap orang menulis sangat
bervariasi. Pengamatan di lapangan, khususnya
No Penulis (initial) Jumlah Karya
1 DAH 14
2 DAS 10
3 HAR 10
4 KSU 12
5 MAB 5
6 MJA 3
7 NLN 1
8 ROS 3
9 NMR 5
10 SUB 10
11 SUK 3
12 TRA 4
13 YUL 27
14 IHA 15
15 NUR 5
16 SAM 2
Total karya tulis 129
No Inisial
Penulis
Tahun karya tulis Jumlah
2019 2018 2017 2016 2015
1 DAH - 5 5 4 - 14
2 DAS - 3 3 2 2 10
3 HAR 10 - - - - 10
4 KSU - 1 4 4 3 12
5 MAB - 2 3 - - 5
6 MJA - 1 1 - 1 3
7 NLN - 1 - - - 1
8 ROS - 3 - - - 3
9 NMR 5 - - - - 5
10 SUB - 7 3 - - 10
11 SUK - - 1 - 2 3
12 TRA 1 3 - - - 4
13 YUL - 27 - - - 27
14 IHA - 2 6 3 4 15
15 NUR - - 3 2 - 5
16 SAM - 1 - - 1 2
Total 15 56 29 15 13 129
179
bisa dilakukan oleh tim penilai instansi, bisa
dilakukan, misalnya seberapa banyak karya
yang bersangkutan yang secara kasat mata
terlihat oleh teman atau koleganya. Jumlah
terbesar kedua yang ditulis dalam satu tahun
adalah oleh HAR yaitu sebanyak 10 judul artikel
pada tahun 2019. Jumlah karya tulis atau karya
ilmiah yang mencolok perlu diamati lebih secara
mendalam karena kemungkinan isi dari karya
tersebut kurang berkualitas sehingga tim penilai
harus mempertimbangkan berapa nilai yang bisa
diberikan kepada karya yang bersangkutan.
Oleh karena itu setiap tim penilai yang
mendapatkan tugas meneliti karya tulis/ karya
ilmiah pustakawan hendaknya tidak hanya
melihat dari persyaratan fisik sesuai dengan
petunjuk teknis JFP dan Angka Kreditnya saja,
melainkan betul-betul membaca isi naskahnya
secara mendalam.
Dugaan Plagiarisme
Dugaan plagiarisme terhadap sebuah
karya tulis dapat dideteksi menggunakan
program komputer. Tingkat dugaan plagiarisme
diukur dari tingkat kesamaan (similarity) tulisan
yang diperiksa dengan tulisan penulis lain yang
sudah diunggah ke internet. Tingkat kesamaan
tersebut diukur dalam satuan persentase (%).
Gambaran hasil pengecekan tingkat plagiarisme
menggunakan aplikasi Turnitin dapat dilihat
pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Tingkat kesamaan (similarity) tertinggi
dan terendah, serta rata-rata dari karya tulis/ karya
ilmiah pustakawan yang diajukan ke Sekretariat
Tim Penilai tingkat Pusat
Dari tabel 3 tersebut dapat diperoleh
gambaran bahwa hampir semua karya tulis
pustakawan memiliki dugaan plagiarisme cukup
tinggi dengan nilai % similarity rata-rata antara
22,8 – 66,9 persen. Tingkat similarity tertinggi
ada pada karya tulis YUL yang mencapai 94%.
Sedangkan yang terendah adalah pada karya
tulis MAB dengan tingkat similarity sebesar 2%.
No Penulis
(initial)
Jumlah
Karya
(judul)
Tingkat
Similarity
tertinggi
(%)
Tingkat
Similarity
terendah
(%)
Rata-rata
Tingkat
Similarity
(%)
1 DAH 14 73 10 29,5
2 DAS 10 37 18 26,0
3 HAR 10 88 30 69,5
4 KSU 12 84 13 46,9
5 MAB 5 38 2 10,2
6 MJA 3 60 35 44,7
7 NLN 1 65 65 65,0
8 ROS 3 83 9 50,7
9 NMR 5 41 15 23,6
10 SUB 10 90 28 57,6
11 SUK 3 37 22 27,0
12 TRA 4 57 18 31,0
13 YUL 27 94 24 74,4
14 IHA 15 52 7 24,7
15 NUR 5 90 7 54,4
16 SAM 2 81 61 71,0
Total karya 129 66,
9
22,
8 44,1
180
Turnitin sendiri mengelompokkan
tingkat plagiarisme tersebut ke dalam lima
kelompok yang ditandai dengan warna.
Kelompok pertama diberi warna biru yaitu
menggambarkan tingkat similarity 0%, yang
berarti tidak terdapat dugaan plagiarisme.
Kelompok kedua diberi warna hijau dengan
tingkat similarity 1%-24%, dapat diartikan
memiliki dugaan plagiarisme ringan. Kelompok
ketiga, diberi warna kuning dengan tingkat
similarity 25%-49%, dapat diartikan memiliki
dugaan plagiarisme cukup berat. Berikutnya
kelompok yang diberi warna oranye dengan
tingkat similarity 50%-74%, dapat diartikan
memiliki dugaan plagiarisme berat. Dan
kelompok terakhir diberi warna merah dengan
tingkat similarity 75%-100%, dapat diartikan
memiliki dugaan plagiarisme sangat berat atau
bisa dikatakan fatal.
Tabel 4 berikut menggambarkan
pengelompokan KTI hasil diinvestigasi Turnitin
ke dalam kelompok menurut Turnitin.
Tabel 4. Pengelompokan menurut Turnitin
terhadap KTI yang diinvestigasi
Dari tabel 4 di atas terlihat tidak ada satu
pun KTI yang terbebas dari dugaan plagiarisme.
Sedangkan KTI dengan dugaan plagiarisme
tingkat ringan berjumlah 35 judul (27,1%).
Selanjutnya KTI dengan dugaan plagiarisme
ingat cukup berat berjumlah 40 judul (31,0%).
KTI dengan dugaan plagiarisme tingkat berat
berjumlah 23 judul (17,8%), dan KTI dengan
dugaan plagiarisme tingkat sangat berat
berjumlah 31 judul (24%).
Dugaan melakukan plagiarisme tidak
berarti sudah melakukan plagiarisme. Hal ini
disebabkan oleh pengecekan Turnitin hanya
melihat kesamaan yang tertulis dalam naskah
KTI dengan karya tulis yang sudah pernah
ditulis orang lain yang ada di dunia maya.
Kesamaan teks tersebut bisa saja terhadap
kutipan langsung yang memang tidak mungkin
diubah oleh penulis. Namun kutipan langsung
tersebut tidak akan dibaca (exclude) oleh
Turnitin jika cara menuliskan kutipan tersebut
dilakukan dengan cara yang benar atau sesuai
dengan tata aturan penulisan. Oleh karena itu
penulis harus teliti dan sebisa mungkin
mengikuti aturan penulisan sehingga dapat
memperkecil nilai similarity ketika diperiksa
oleh aplikasi Turnitin.
Pola Plagiarisme
Beberapa tulisan yang menggambarkan
pola plagiarisme yang dilakukan oleh penulis.
Dua gambar berikut menampilkan dua pola
Tingkat dugaan plagiarisme Jumlah
KTI
%-tase
Tidak ada dugaan plagiarisme 0 0,0
Dugaan plagiarisme ringan 35 27,1
Dugaan plagiarisme cukup berat 40 31,0
Dugaan plagiarisme berat 23 17,8
Dugaan plagiarisme sangat berat 31 24,0
Jumlah 129 100,0
181
ekstrem yang dilakukan oleh penulis. Pada
gambar 1 berikut (gambar bagian belakang)
digambarkan (hanya dilihat satu halaman saja)
teks yang ditandai dengan warna (highlight)
penuh. Hal ini berarti teks tersebut memiliki
kesamaan dengan teks lain yang ada di internet.
Sedangkan gambar bagian depan adalah
keterangan tingkat kesamaannya (similarity)
yang mencapai 94%. Pada gambar tersebut
diinformasikan juga dari mana teks tersebut
berasal. Pada kasus di atas teks yang memiliki
kesamaan sangat besar adalah berasal dari situs
smkn10surabaya.sch.id dengan tingkat
kesamaan mencapai 87%.
Gambar 1. Pola plagiarisme total yang ditemukan
oleh Turnitin
Kesamaan tersebut hanya akan diketahui
jika sumber yang dijadikan pembanding sudah
diunggah ke internet. Sedangkan jika sumber
aslinya tidak diunggah ke internet, maka
aplikasi anti plagiarisme seperti Turnitin dan
sejenisnya tidak akan mengenalinya. Ini bisa
terjadi ketika penulis melakukan plagiarisme
atas karyanya sendiri (self-plagiarism).
Pemeriksa dapat menduga adanya plagiarisme
jenis ini jika naskah diajukan pada saat
bersamaan. Atau jika Sekretariat Tim Penilai
sudah memiliki basis data KTI para pustakawan.
Pemeriksa dapat membuktikan adanya
plagiarisme jenis ini dengan menggunakan
aplikasi Adobe Acrobat Pro, yaitu menggunakan
fasilitas Compare Document. Gambar berikut
adalah hasil Compare Document yang dilakukan
terhadap dua KTI yang diduga memiliki
kesamaan yang tinggi.
Gambar 2. Halaman contoh hasil analisa Adobe
Acrobat Pro terhadap dua dokumen yang diduga
memiliki kesamaan
Gambar 2 di atas merupakan hasil
Compare Document dari Adobe Acrobat Pro.
Dalam gambar tersebut ditampilkan perubahan
yang terjadi dengan tanda warna. Sedangkan
yang tidak bertanda warna adalah teks yang
tidak berubah. Dengan demikian, pada dokumen
di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
teks pada dokumen tersebut tidak berubah atau
sama dengan dokumen pembanding, dan dapat
182
dikatakan bahwa dalam dokumen tersebut ada
unsur plagiarisme atas karyanya sendiri (self-
plagiarism).
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari pemeriksaan terhadap 129 judul
KTI yang diajukan pustakawan untuk dinilai
oleh Tim Penilai JFP tingkat pusat dalam rangka
mendapatkan AK dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. KTI yang diajukan kepada Tim Penilai
JFP tingkat pusat berjumlah 129 judul
yang dibuat/ditulis oleh 16 pustakawan.
2. Dugaan plagiarisme tertinggi ada pada
KTI yang ditulis oleh YUL dengan
tingkat kesamaan sebesar 94%.
Sedangkan dugaan plagiarisme paling
rendah ada pada KTI yang ditulis oleh
MAB dengan tingkat kesamaan 2%.
3. Tidak terdapat KTI yang bebas dari
dugaan plagiarisme.
4. Sebanyak 35 judul memiliki dugaan
plagiarisme ringan, 40 judul memiliki
dugaan plagiarisme cukup berat, 23
judul memiliki dugaan plagiarisme
berat, dan 31 judul memiliki dugaan
plagiarisme sangat berat.
5. Pola plagiarisme sangat berat
digambarkan dengan kesamaan yang
sangat besar antara dokumen yang
diperiksa dengan dokumen sumber.
6. Pada KTI yang diajukan terdapat dugaan
plagiarisme atas karyanya sendiri atau
self-plagiarism.
Saran
Dari hasil pembahasan pada kajian ini
dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Perlu ada sosialisasi dan atau pelatihan
menulis kepada para pustakawan agar
KTI yang dihasilkan pustakawan
memenuhi standar penulisan.
2. Perlu segera dibuatkan pedoman
penulisan yang ditujukan untuk para
pustakawan, sekalipun di lingkungan
akademik sudah banyak pedoman yang
diberlakukan.
3. Perlu dibuatkan pedoman penilaian
resmi atas penilaian KTI supaya
penilaian dapat lebih terbuka dan
diketahui oleh para penulis/ pustakawan.
Daftar Pustaka
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
(2016). KBBI Daring. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Retrieved from
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/men
yitir
Hadi, A. S. (2014). Perpustakaan dan
pustakawan dalam masyarakat serta
apresiasi terhadapnya: kenyataan masa
183
lalu dan harapan masa depan. Media
Pustakawan, 21(1), 14-23.
PNRI. (2009). Undang-undang Republik
Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang
Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia.
PNRI. (2010). Kajian pelaksanaan jabatan
fungsional pustakawan. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI.
PNRI. (2012). Laporan Tim Pertimbangan
jabatan fungsional pustakawan
Perpustakaan Nasional RI tahun 2012.
Jakarta: Pusat Pengembangan
Pustakawan, Perpustakaan Nasional RI.
PNRI. (2015). Jabatan Fungsional Pustakawan
dan angka kreditnya. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI.
PNRI. (2015). Peraturan Kepala Perpustakaan
Nasional RI nomor 11 tahun 2015
tentang petunjuk teknis jabatan
fungsional dan angka kreditnya. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI.
Ristekdikti. (2019). Daftar Jabatan Fungsional
Khusus (Tertentu) Update 20 Februari
2017. Retrieved May 28, 2019, from
Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, Lembaga Layanan
Pendidikan Tinggi Wilayah XII, Maluku
dan MAluku Utara:
http://lldikti12.ristekdikti.go.id/2017/02
/20/daftar-jabatan-fungsional-khusus-
tertentu-update-20-februari-2017.html
Saleh, A. (2018). Komposisi Angka Kredit pada
PAK (Penetapan Angka Kredit)
Kenaikan Pangkat/Jabatan Pustakawan
Tingkat Keahlian. Media Pustakawan,
25(1), 21-31.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian
manajemen: Pendekatan kuantitatif,
kualitatif, kombinasi, penelitian
tindakan, penelitian evaluasi. Bandung:
Alfabeta.
Supriyanto. (2012). Karakteristik pustakawan
profesional di tengah isu sertifikasi.
Media Pustakawan, 19(2), 5-11.
Widayanti, Y. (2014). Pengembangan karir
pustakawan melalui jabatan fungsional.
Libraria, 2(1), 137-149.
Wiradi, G. (2009). Etika penulisan karya ilmiah.
Jakarta: Yayasan AKTIGA.
Recommended