View
27
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
Anatomi dan fisiologi
1) Mulut
Proses pencernaan dimulai dari mulut. Rongga vestibulum (bukal) terletak di antara gigi
dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian
depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah dan orofaring di bagian
belakang.
Gerakan gigi dan lidah ketika mengunyah melumat makanan menjadi bagian-bagian
kecil lunak untuk ditelan, sedangkan zat-zat dalam ludah mulai mengurai karbohidrat dalam
makanan. Ketika menelan, lidah mendorong campuran makanan dan ludah (bolus) melalui
kerongkongan ke oesophagus. Sementara langit-langit lunak menutup rongga hidung,
epiglottis (sebuah penutup kecil dari tulang-rawan di pangkal lidah) bergerak menutup
larynx.
1) Bibir
Bibir tersusun dari otot rangka (Orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini
berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.
2) Pipi
Mengandung otot buksinator mastikasi. Lapisan epitelial pipi merupakan subjek
abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang
membelah dengan cepat.
3) Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan dalam
produksi wicara.
4) Kelenjar saliva
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan
encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
5) Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (elveoli) pada mandibula dan maksila. Setiap
lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas
lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan menutup
(overlap) gigi bawah.
Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer dan gigi sekunder. Gigi primer dalam
setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang di antara dua gigi depan) terdiri dari dua gigi
seri, satu taring, dua geraham (molar), untuk total keseluruhan 20 gigi. Gigi sekunder
mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari
dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bikuspid) dan tiga geraham (trikuspid), untuk
total keseluruhan 32 buah. Geraham ketiga disebut "gigi bungsu".
Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk dalam
mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk
membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
Proses menelan
Proses menelan (deglutisi) menggerakkan makanan dari faring menuju esofagus. Aksi
penelanan meliputi tiga fase :
1) Fase volunter
Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke arah
orofaring.
2) Fase faring
Bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim impuls ke
pusat menelan dalam medula dan batang otak bagian bawah. Refleks yang terjadi adalah
penutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga makanan bisa masuk.
3) Fase esofagus
Sfingter esofagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah esofagus dalam
kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan gelombang peristaltik dan
memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung. Sfingter kemudian berkontriksi
untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung ke dalam esofagus.
2. Esofagus
Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm
dan berdiameter 2 cm, yang terbentang dan hipofaring hingga kardia lamburig. Esofagus
terletak di posterior jantung dari trakea, di anterior vertebra, dan menembus hiatus
diafragma tepat di anterior aorta. Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan
yang dimakan dari faring ke lambung.
Pada kedua ujung esofagus terdapat otot sfingter Otot krikofaringeus membentuk
sfingter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka. Bagian
esofagus ini secara normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali pada
waktu menelan
Sfingter esofagus bagian bawah, walaupun secara anatomis tidak nyata, bertindak
sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam
esofagus. Dalam keadaan normal sfingter ini menutup, kecuali bila makanan masuk ke
dalam lambung atau waktu bertahak atau muntah.
Dinding esofagus seperti juga bagian lain saluran gastrointestinal, terdiri atas
empat lapisan: mukosa, submukosa, muskularis dan serosa (lapisan luar).
Lapisan mukosa bagian dalam terbentuk dan epitel gepeng berlapis yang
berlanjut ke faring di ujung atas epitel lapisan ini mengalami perubahan mendadak pada
perbatasan esofagus dengan lambung (garis-Z dan menjadi epitel toraks selapis. Mukosa
esofagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahar terhadap isi lambung yang
sangat asam. Lapisan submukosa mengandung sel-sel sekretori yang memproduksi
mukus. Mukus mempermudah jalannva makanan sewaktu menelan dan melindungi
mukos dan cedera akibat zat kimia. Lapisan otot lapisan luar tersusun longitudinal dan
lapisan dalam tersusun sirkular. Otot yang terdapat di 5% bagian atas esofagus adalah
otot rangka, sedangkan otot di separuh bagian bawah adalah otot polos. Bagian di
antaranya terdiri dari campuran otot rangka dan otot polos. Berbeda dengan bagian
saluran cema lainnya, tunika serosa (lapisan luar) esofagus tidak memiliki lapisan serosa
ataupun selaput peritoneum, melainkan lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang
menghubungan esofagus dengan struktur-struktur yang berdekatan. Tidak adanya serosa
menyebabkan semakin cepatnya penyebaran sel-sel tumor (pada kasus kanker esofagus)
dan meningkatnya kemungkinan kebocoran setelah operasi.
Persarafan utama esofagus dipasok oleh serabut-serabut simpatis dan
parasimpatis dan sistem saraf otonom. Serabut parasimpatis dibawa oleh nervus vagus,
yang dianggap sebagai saraf motorik esofagus. Fungsi serabut simpatis masih kurang
diketahui.
Selain persarafan ekstrinsik tersebut, terdapat jala-jala serabut saraf intramural
intrinsik di antara lapisan otot sirkular dan longitudinal (pleksus Auerbach atau
mienterikus), dan tampaknya berperan dalam pengaturan peristaltik esofagus normal.
Jala-jala saraf intrinsik kedua (pleksus Meissner) terdapat di submukosa saluran
gastrointestinal, tetapi agak tersebar dalam esofagus.
Fungsi sistem saraf enterik tidak bergantung pada saraf-saraf ekstrinsik. Stimulasi
sistem simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan atau menghambat fungsi
gastrointestinal. Ujung saraf bebas dan perivaskular juga ditemukan dalam submukosa
esofagus dan ganglia mienterikus. Ujung saraf ini dianggap berperan sebagai
mekanoreseptor, termoosmo, dan kemoreseptor dalam esofagus. Mekanoreseptor
menerima rangsangan mekanis seperti sentuhan, dan kemoreseptor menerima rangsangan
kimia dalam esofagus. Reseptor termo-osmo dapat dipengaruhi oleh suhu tubuh, bau, dan
perubahan tekanan osmotik.
Distribusi darah ke esofagus mengikuti pola segmental. Bagian atas disuplai oleh
cabang-cabang arteria tiroidea inferior dan subklavia. Bagian tengah disuplai oleh
cabang-cabang segmental aorta dan arteria bronkiales, sedangkan bagian
subdiafragmatika disuplai oleh arteria gastrika sinistra dan frenika inferior. Aliran darah
vena juga mengikuti pola segmental.
Vena esofagus daerah leher mengalirkan darah ke vena azigos dan hemiazigos,
dan di bawah diafragma vena esofagus masuk ke dalam vena gastrika sinistra. Hubungan
antara vena porta dan vena sistemik memungkinkan pintas dan hati pada kasus hipertensi
porta. Aliran kolateral melalui vena esofagus menyebabkan terbentuknya varises
esofagus (vena varikosa esofagus). Vena yang melebar ini dapat pecah, menyebabkan
perdarahan yang bersifat fatal. Komplikasi ini sering terjadi pada penderita sirosis.
3. Lambung
Makanan turun melalui oesophagus ke lambung. Di sana, dalam waktu bisa
sampai 5 jam, dilumat dan diurai sebagian oleh cairan pencerna sampai menjadi zat
semi-cair (chyme). Cairan yang diminum, air misalnya, langsung melalui lambung
menuju kantung kemih dalam beberapa menit.
Anatomi
Lambung terletak oblig dari kiri ke kanan yang menyilang di abdomen atas tepat
di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung seperti huruf J
dan bila penuh berbentuk seperti alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung satu sampai
dua liter. Secara anatomis lambung terbai atas fundus, corpus dan antrum pylorus. Pada
sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura mayor. Sfingter pada kedua
ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kedua ( Sfingter
esophagus bawah ) mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah
refluks isi lambung memasuki esophagus kembali. Di saat sfingter pylorus relaksasi,
makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini mencegah
terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.
Sfingter pylorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami
stenosis sesbagai komplikasi dari penyakit tukak lambung. Lambung sendiri terdiri atas 4
lapisan. Tunika Serosa merupakan bagian peritoneum viseralis yang menyatu pada
kurvatura minor lambung dan duodenum, dan terus memanjang ke arah hati membentuk
omentum minus.
Bagian muskularis tersusun menjadi tiga lapis yaitu lapisan longitudinal, sirkular
dan lapisan oblig bagian dalam. Susunan serat otot ini diperlukan untuk memecah
makanan menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan
tersebut dengan cairan lambung dan mendorongnya ke arah duodenum. Submukosa
memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltic. Lapisan ini mengandung
lapisan fleksus saraf, pembuluh darah dan saluran limfe. Mukosa lapisan dalam lambung
yang tersusun dari rugae, dengan adanya rugae ini dapat berdistensi sewaktu diisi
makanan. ( Price, Sylvia, A, et al, 1995 ).
Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini menurut price, Sylvia, A, et al, 1995 yaitu :
1. Kelenjar kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya
mensekresi mukus
2. Kelenjar fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yamg mana kelenjar ini
memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :
a. Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah
menjadiu pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan
renin lambung yang kurang penting.
b. Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor
intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.
c. Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel
ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung
terhdap kerusakan oleh HCL atau autodigesti.
3. Kelenjar pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi
gastrin dan mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses
sekresi lambung.
Menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf Persarafan lambung
sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum diantarkan
dari abdomen melalui saraf vagus. Serabut-serabut aferan menghantarkan impuls nyeri
yang dirangsang oleh peregangan, kontraksi otot dan peradangan, yang dirasakan di
daerah epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis mesentrikus dan submukosa
membentuk persarafan intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasikan aktifitas
motorik dan sekresi mukosa lambung.
Suplai darah dilambung dan pancreas berasal dari arteri seliaka. Dua cabang
arteri yang penting dalam klinis adalah arteri duodenalis dan pankreati duodenalis yang
berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat
mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum
serta berasal dari pankreas, limpa dan bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui
vena porta.
Fisiologi
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi beberapa fase menurut Price,
Syvia, A, et al, 1995, yaitu :
1) Fase sefalik, yang dimulai bahkan sebelum makanan masuk kelambung, yaitu
sebagai akibat melihat, mencium memikirkan atau mengecap makanan. Sinyal
neurogenik yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri.
2) Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi pada antrum
menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding
lambung. Impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormone gastrin dan secara
lanmgsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Pelepasan gastrin juga
dirangsang oleh Ph alkali, garam empedu di antrum dan terrutama oleh protein
makanan dan alcohol. Gastrin adalah stimulasi utama sekresi asam hidroklorida.
3) Fase intestinal, dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Adanya
protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang
gastrin usus, suatu hormone yang menyebabkan lambung terus menerus
mensekresikan cairan langsung.
4. Usus-halus
Chyme memasuki duodenum (bagian awal usus halus) dan diurai lebih lanjut
oleh cairan pencernaan dari hati dan pankreas. Tahap akhir pencernaan berlanjut di
bagian usus halus berikutnya. Di sini, cairan pencernaan yang dikeluarkan dari dinding
usus halus memecah zat makanan menjadi unit-unit kimia yang cukup kecil sehingga
bisa menerobos dinding usus halus dan memasuki jaringan pembuluh darah di
sekitarnya.
Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan
membentang dan pilorus hingga katup ileosekal. Panjang usus halus pada orang hidup
sekitar 12 kaki (3,6 m) dan hampir 22 kaki (6,6 m) pada kadaver (akibat relaksasi). Usus
ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya berdiameter
sekitar 3,8 cm, tetapi makin ke bawah garis tengahnya semakin berkurang sampai
menjadi sekitar 2,5 cm. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 437)
Usus halus terdiri dari :
a. Duodenum
Adalah bagian terpendek (25 sampai 30 cm). Duktus empedu dan duktus
pankreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberpa sentimeter
di bawah mulut pilorus.
b. Yeyunum
Adalah bagian yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1 m sampai 1,5 m.
c. Ileum
2 sampai 2,5 meter merentang sampai menyatu dengan usus besar.
Apendiks vermiforinis berbentuk tabung buntu berukuran sebesar jari kelingking
yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada apeks sekum. Peradangan atau ruptura
struktur ini merupakan penyebab penting kematian pada orang muda, walaupun
frekuensinya kini lebih jarang menyebabkan kematian dibandingkan dengan masa
sebelum ditemukannya antibiotik.(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar (lapisan serosa)
dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, dan ruang
yang terletak di antara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritoneum. Peritoneum
melipat dan meliputi hampir seluruh visera abdomen.(Price & Wilson, 2006,
Patofisiologi, hal : 438)
Nama-nama khusus telah diberikan pada lipatan-lipatan peritoneum.
Mesenterium merupakan lipatan peritoneum lebar menyerupai kipas yang menggantung
jejunum dan ileum dari dinding posterior abdomen, dan memungkinkan usus bergerak
dengan leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah dan limfe yang menyuplai ke
usus. Omentum majus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dan
kurvatura major lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen menyerupai
celemek. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang
membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus merupakan
lipatan peritoneum yang terbentang dan kurvatura minor larnbung dan bagian atas
duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum suspensorium hepatogastrika dan
ligamentum hepatoduodenale. Salah satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah
gesekan antara organ-organ yang berdekatan dengan cara menyekresi cairan serosa yang
berperan sebagai pelumas. Peradangan peritoneum disebut peritonitis dan dapat
merupakan sekuele berat akibat peradangan atau perforasi usus. Setelah peritonitis atau
pembedahan abdomen, dapat terjadi perlekatan (pita-pita fibrosa) dan kadang-kadang
menyebabkan obstruksi usus. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)
Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri atas
serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam terdiri atas serabut-
serabut sirkular. Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltik usus halus.
Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam
tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar. (Price & Wilson, 2006,
Patofisiologi, hal : 438)
Usus halus dicirikan dengan adanya tiga struktur yang sangat menambah luas
permukaan dan membantu fungsi utamanya yaitu absorpsi. Lapisan mukosa dan
submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang disebut sebagai valvula koniventes
(lipatan Kerckring) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 sampai 10 mm. Adanya
lipatan-lipatan ini menyebabkan gambaran usus halus menyerupai bulu pada
pemeriksaan radiografi. Vili merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang
jumlahnya sekitar empat atau lima juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Vili
panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm (dapat terlihat secara makroskopis) dan menyebabkan
gambaran mukosa menjadi menyerupai beludru. Mikrovili merupakan tonjolan
menyerupai jari-jari yang panjangnya sekitar 1 m pada permukaan luar setiap vilus.
Mikrovili terlihat dengan pemeriksaan mikroskop elektron dan tampak sebagai brush
border pada pemeriksaan mikroskop cahaya. Bila lapisan permukaan usus halus ini rata,
maka luas permukaannya hanya sekitar 2.000 cm2. Valvula koniventes, vili, dan
mikrovili sama-sama menambah luas permukaan absorpsi hingga 1,6 juta cm2, yaitu
meningkat sekitar seribu kali lipat. Penyakit-penyakit usus halus (mis., sprue) yang
menyebabkan terjadinya atrofi dan pendataran vili, sangat mengurangi luas permukaan
absorpsi dan mengakibatkan terjadinya malabsorpsi. (Price & Wilson, 2006,
Patofisiologi, hal : 438)
Pendarahan dan Persarafan
Arteria mesenterika superior dicabangkan dan aorta tepat di bawah arteri seliaka.
Arteria ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh artenia
gastroduodenalis dan cabangnya, arteria pankreatiko duodenalis superior. Darah
dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis
membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan
parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis
menghantarkan nyeni, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus.
Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, becrjalan melalui pleksus
Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan
submukosa.(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)
FISIOLOGI
Usus halus mempunyai dua fungsi utama: (1) pencernaan, yaitu proses
pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim
dalam saluran gastrointestinal, dan (2) absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua
aktivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses
pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, HCI, pepsin, mukus,
renin, dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mukus juga memberikan
perlindungan terhadap asam. Sekresi empedu dan hati membantu proses pencernaan
dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi
kerja lipase pankreas.(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)
Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat
melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam
empedu dan molekul-moliekul lemak. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan
asam empedu karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan
ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap ke luar menuju
medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan
kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin larut-lemak
dipertahankan dalam larutan sampai dapat diabsorpsi oleh permukaan sel epitel.(Price &
Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat dalam
getah usus (sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat pada brush border villi
dan mencerna zat-zat makanan sambil diabsorpsi. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi,
hal : 440)
Dua hormon berperan penting dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang
diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang
bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya
enzim ; hal ini diperantarai oleh kerja pankrezimin. Pankreaozimin dan kolesistokinin
sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama dengan efek berbeda; hormon ini
disebut scbagai CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini
dihasilkan oleh mukosa duodenum. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 440)
Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan
dikeluarkannya horrnon lain, yaitu sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding
dengan jumlah asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi
getah yang mengandung bikarbonat dan pankreas, merangsang sekresi empedu dari hati,
dan memperbesar kerja CCK.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dan
salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan
asupan kontinu isi lambung. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 440)
Absorpsi
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak, dan
protein (gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui dinding usus ke dalam
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorpsi
air, elektrolit, dan vitamin. Absorpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme
transpor aktif dan pasif yang sebagian besar belum begitu dipahami.
Walaupun banyak zat yang diabsorpsi di sepanjang usus halus, namun terdapat
tempat-tempat absorpsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu. Tempat-tempat absoprsi ini
penting diketahui agar dapat memahani proses terjadinya defisiensi nutrisi tertentu akibat
penyakit pada usus halus.
Absorpsi gula, asam amino, dan Jemak hampir selesai pada saat kimus mencapai
pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorpsi dalam duodenum dan
jejunum, dan absorpsi kalsium memerlukan vitamin D. Vitamin larut-lemak (A, D, F,
dan K) diabsorpsi dalam duodenum dan untuk absorpsi dibutuhkan garam-garam
empedu. Sebagian besar vitamin yang larut-air diabsorpsi dalam usus halus bagian atas.
Absorpsi vitamin B12 berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transpor
khusus yang membutuhkan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam empedu yang
dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan
lemak, akan direabsorpsi dalam ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini
disebut sebagai sirkulasi enterohepatik garam empedu dan sangat penting untuk
mempertahankan cadangan empedu. Dengan demikian asam atau garam empedu manipu
bekerja untuk mencema lemak berkali-ka1i sebelum dikeluarkan dalam feses. Penyakit
atau reseksi pada ileum terminalis dapat menyebabkan terjadinya defisiensi garam-garam
empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam empedu dalam jumlah
besar ke dalam kolon menyebabkan terjadinya iritasi kolon dan diare.(Price & Wilson,
2006, Patofisiologi, hal : 441)
Persyarafan viscera
Serabut saraf yang mempersarafi dinding cavum abdominis dan viscera abdominis
terdiri dari :
1. nervus thoraco abdominalis
Nervus intercostalis 7 – 11 memberikan innervasi kepada dinding thorax dan
dinding abdomen. Serabut-serabut saraf ini berjalan dalam ruang intercostalis,
selanjutnya berjalan di antara m.transversus abdominis dan m.obliquus internus
abdominis, lalu di antara m.rectus abdominis dan lamina posterior vagina musculi
recti.
Dari setiap nervus intercostalis dipercabangkan ramus cutaneus anterior dan
ramus cutaneus lateralis. Ramus cutaneus anterior menembusi m.rectus abdominis
dan mempersarafi kulit pada dinding ventral abdomen. Ramus cutaneus lateralis
menembusi m.obliquus externus abdominis, kemudian bercabang dua menjadi ramus
anterior dan ramus posterior yang mempersarafi kulit di bagian dorsal, lateral dan
ventral dinding abdomen.
Nervus thoracalis yang ke-12 berjalan di sebelah caudal costa XII dan disebut
nervus subcostalis.
2. nervus phrecus
Berpusat pada medulla spinalis C 3-4-5, mengandung komponen motoris,
sensibel dan sympathis. Komponen motoris untuk otot-otot diaphragma thoracis.
Komponen sensibel [stimulus neri] dari diaphragma thoracis. N.phrenicus
dexter mempersarafi capsula hepatis dan ligamenta pada hepar. Stimulus nyeri dari
capsula hepatis yang dibawa oleh n.phrenicus dexter diproyeksikan ke kulit sehingga
nyeri terasa pada kulit bahu kanan, proses ini disebut proyeksi extern.
3. nervus vagus
Berjalan ke kiri kanan oesophagus, mempersarafi facies ventralis dan facies
posterior ventriculi, disebut chorda anterior dan chorda posterior. Dari chorda
anterior ada cabang rr.hepatici yang berjalan di dalam omentum minus menuju ke
hepar.
Serabut-serabut N.vagus yang menuju ke plexus coeliacus dan plexus mesentericus
superior [tidak berganti neuron] memberi percabangan menuju ke :
gaster
pancreas
hepar
intestinum tenue
intestinum crassum sampai pada flexura coli sinistra
Intestinum crassum yang lainnya menerima innervasi parasympathis dari a.spinalis
sacralis [= pelvic splanchnic nerves].
4. nn.splanchnici [ = thoracis splanchnic nerves ]
Serabut-serabut sympathis ini membentuk nervus splanchnicus major [Th.6 –
9] dan nervus splanchnicus minor [Th.10 – 12], melewati ganglion coeliacum.
Serabut-serabut postganglioner berjalan mengikuti percabangan arteria coeliaca.
Serabut-serabut preganglioner menuju ke ganglion mesentericum superius
5. truncus sympathicus
Dibentuk oleh serabut-serabut saraf sympathis dan ganglion paravertebrale,
terletak di sebelah kiri dan kanan columna vertebralis. Yang kanan berada di sebelah
dorsal vena cava inferior, yang kiri berada di samping aorta abdominalis. Terdiri dari
serabut-serabut afferent dan efferent.
6. plexus otonom
Dibentuk oleh serabut-serabut nn.splanchnici, N.vagus dan ganglion otonom.
Anyaman serabut-serabut saraf ini merupakan plexus prevertebralis yang terlrtak di
sebelah ventral aorta abdominalis. Serabut-serabut saraf yang dimaksud adalah :
1. sympathis preganglioner dan post ganglioner
2. parasympathis preganglioner
3. serabut sensibel [sensoris]
7. plexus lumbalis.
Dibentuk oleh ramus anterior nervus lumbalis 1 – 4, terletak pada m.psoas
major. Dari plexus lumbalis dipercabangkan :
nervus iliohypogastricus
nervus ilioinguinalis
nervus cutaneus femoris lateralis
nervus femoralis
nervus genito femoralis
nervus obturatorius.
Penyebab muntah
Recommended