View
229
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/30/2019 artikel lansia.docx
1/51
PERKEMBNGAN PSIKOLOGI AGAMA PADA LANSIA
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang ekploratif dan potensial. Dikatakan makhluk ekfloratif,
karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun
psikis. Manusia di sebut makhluk potensial karena pada manusia tesimpan sejumlah kemampuan
bawan yang dapat di kembangkan.
Selanjutnya, manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya,
karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan luar dirinya.
Bantuan dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya.
Bimbingan dan arahan yang di berikan dalam membantu perkembangan tersebut pada
hakikatnya di harapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan
sebagai potensi bawaannya. Karena itu, bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang
dimiliki akan berdampak negatife bagi perkembangan manusia.
Perkembangan yang negatife tersebut akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku
yang menyimpang. Bentuk dan tingkah laku menyimpang ini terlihat dalam kaitannya dengan
kegagalannya manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik bersifat fisik dan psikis. Sehubungan
dengan hal itu, maka dalam mempelajari perkembangan jiwa keagamaan perlu dilihat dulu
kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh.Sebab, pemenuhan kebutuhan yang kurang
seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani akan menyebabkan timbulnya ketimpangan
dalam perkembangan. Dalam bukunyapengantar Psikologi kriminilDrs. Gerson W. Bawengan,
SH. Mengemukakan pembagian kebutuhan manusia berdasrkan pembagian yang di kemukakan
7/30/2019 artikel lansia.docx
2/51
oleh J.P. Guilford yaitu kebutuhan individual, kebutuhan social dan kebutuhan manusia akan
agama.1[1]
Jiwa keagamaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung dari
perkembangan aspek fisik dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering dikatakan
bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan di
tentukan oleh tingkat usia.
Para ahli psikologi perkembangan membagi membagi perkembangan manusia manusia
berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau priode perkembangan. Secara garis besarnya
priode perkembngan itu di bagi menjadi: 1) Masa prenatal; 2) Masa bayi; 3) Masa kanak-kanak ;
4) Masa pra pubertas ; 5) Masa pubertas ; 6) Masa dewasa ; 7) Masa usia lanjut.setiap masa
perkembangan memiliki cir-ciri tersendiri termasuk perkembangan jiwa keagamaan.
Sehubungn dengan kebutuhan manusia dan priode perkembangan tersebut, maka dalam
kaitannya dengan perkembngan jiwa keagamaan akan dilihat bagaimana pengaruh timbal balik
antara keduanya. Dengan demikian, perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat dari tingkat
usia.
Dalam makalah ini penulis akan membahas perkembngan psikologi agama pada lansia
(lanjut usia), dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBNGAN PSIKOLOGI AGAMA PADA LANSIA
1[1] H. Jalaluddin, Psikologi keagamaan: (PT raja grafindo persada, 2004) hal 87
7/30/2019 artikel lansia.docx
3/51
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN DAN LANSIA
a.Pengertian perkembangan.
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat proses
kematangan dan pengalaman, seperti yang dikatakan oleh Van din diale perkembngan berarti
perubahan kualitatif ini berarti perkembangan bukan sekedar perubahan beberapa centimeter
tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang melainkan suatu proses integrasi
dan banyak stuktur dan fungsi yang komplek. 2[2]
Dalam proses perkembangan perubahan- perubahan prilaku menurut tingkat usia sebagai
masalah antisiden (gejala yang mendahului dan konsekensinya). Pada dasarnya ada dua proses
perkembangan yang saling bertentangan yang terjadi secara serampak selama kehidupan, yaitu
pertumbuhan dalam kemunduran keduanya mulai dari kemunduran sampai dengan berakhir
dengan kematian.
Dala tahun-tahun pertama pertumbuhan berperan sekalipun perubahan-perubahan yang
bersifat kemunduran terjadi semenjak kehidupan janin pada bagian selanjutnya kemunduran
yang berperan sekalipun pertumbuhan tidak berhenti, rambut tumbuh terus dan sel-sel terus
berganti pada usia lanjut beberapa bagian tubuh dan alam pikiran lebih banyak berubah dari pada
yang lain.
Seringkali pola perubahan itu mirip kurva berbentuk lonceng pada awalnya naik dengan
tiba-tiba mendatar selama usia pertengahan dan turun secara perlahan atau mendadak pada usia
lanjut,perlu di catat pola ini tidak pernah berbentuk garis lurus walaupun dapat terjadi priode
stabil yang singkat atau berkepanjangan dalam kemampuan yang berbeda
b. pengertian lansia
2[2] Elizabeth B.hurlock, Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang hayat: (Erlangga ,1980)
hal 450
7/30/2019 artikel lansia.docx
4/51
lanjut usia (lansia) menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas.
Selanjutnya pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bah wa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa lanjut
usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. 3[3]
Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang tidak produktif
lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun sehingga dalam kondisi yang uzur ini berbagai
penyakit siap menggorogoti mereka. Dengan demikian, di usia lanjut ini terkadang muncul
semacam pemikiran bahwa mereka barada pada sisa-sisa umur menunggu kematian
Dari ayat-ayat itu jelas, lansia seperti halnya warga negara yang lain memiliki hak dan
kewajiban sama dengan warga negara lain yang belum memasuki usia lanjut.
Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif
di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan rata-rata orang
yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson ini adalah masa yang sama
pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa ini mungkin masa yang paling penting
karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini4[4]
B. SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA.
Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai di pelajari memang agak
sulit. Baik dalam kitab suci, maupun dalam sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara
jelas mengenai hal itu. Namun demikian, walupun secara tidak lengkap, ternyata yang menjadi
3[3] Partini SuardimanKepala Pusat Studi Sumberdaya Lansia UNY4[4] Steve simajuntak. Com.11.2007
7/30/2019 artikel lansia.docx
5/51
ruang lingkup kajian psikologi agama banyak di jumpai baik melalui imformasi melalui kitab
suci agama maupun sejarah agama.
Perjalanan hidup sidarta gautama dari seorang putra raja kapila-wastu yang bersedia
mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup menjadi seorang petapa menunjukkan
bagaimana kehidupan batin yang dialaminya dalam kaitan dengan keyakinan agama yang di
anutnya. Proses purubahan keyakinan agama ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang
mempengaruhi dari tokoh agam budha. Dan proses itu kemudian dalam psikologi agama disebut
dengan konversi agama.
Sidarta gautama yang putra raja itu, sejak kecil sudah hidup dalam lingkungan istana
yang serba mewah. Tetapi, ketika usia remaja, saat melihat kehidupan masyarakat, sidarta
menyaksikan berbagai bentuk penderitaan manusia dari yang tua, sakit dan orang yang
meninggal dunia. Pemandangan seperti itu tak pernah di lihat sidarta sebelumnya. Dari dialog
dengan pengawalnya, sidarta berkesimpulan bahwa kehidupan manusia penuh dengan
penderitaan, mengalami usia lanjut dan seturusnya mati.
Segala yang di saksikan sidarta membatin dalam dirinya, hingga pada suatu malam ia
keluar dari istana dan meninggalkan segala kemewahan hidup. Selenjutnya sidrata mengalami
konversi agama dari pemeluk agama hindu kepada pendakwah agama baru yaitu agama budha.
Proses yang hampir serupa juga di lukiskan dalam alquraan tentang cara Ibrahim as.
Memimpin ummatnya untuk bertauhid kepada Allah. Ketika malam semkin gelap di melihat
sebuah bintang dan berkata:
Inilah tuhanku. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: saya tidak suka kepada
tuhan yang tenggelam. Kemudian, tatkala melihat bulan terbit, dia berkata: inilah
tuhanku.Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: sesungguhnya jika tuhanku memberi
7/30/2019 artikel lansia.docx
6/51
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.Kemudian, tatkala melihat
matahari terbit ia berkata: inilah tuhanku.ini yang lebih besar maka tatkal mentari itu
terbenam, dia berkata hai kaumku, sesunguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan. (QS 6:76-78).
Perumpamaan ini melukiskan bagaimana proses konversi terjadi, walaupun dalam
informasi kitab suci tersebut di kiaskan kepada Ibrahim as. yang berusaha meyakinkan
pengikutnya tentang kekeliruan mereka menyembah benda-benda alam yang hakikatnya hanya
ciptaan dan tidak layak di sembah.
Terlalu banyak contoh-contoh yang dapat di kemukakan tentang hubungan antara
kesadaran dan pengalaman agama dengan sikap dan tingkah laku para pengikut agama, yang
kemudian di jadikan objek kajian psikologi agama. Namun, kasus-kasus seperti itu belum
dipelajri secara ilmiah, hingga hanya di anggap sebagai peristiwa keagamaan biasa.5[5]
Barangkali, kenyataan yang serupa ini menimbulkan anggapan bahwa kelahiran psikologi agama
merujuk pada kalangan pemula yang merujuk kepada ilmuan barat.
Berdasarkan sumber barat, para ahli psikologi agama menilai bahwa kajian psikologi
agama mulai popoler pada abad ke-19. sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang di
gunakan sebagai alat untuk kajian keagamaan. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman
tentang cara bertingkah laku, berpikir dan mengemukakan prasangka ke agamaan (Robert H.
Thouless, 1992:1)
Menurut Thouless, semenjak terbit buku The Varieties Of Religious Ekperience tahun
1903, sebagai kumpulan dari materi kuliah william james di empat universitas di Skotlandia,
5[5] Jalaluddin, Psikologi keagamaan: (PT raja grafindo persada, 2007) hal 29
7/30/2019 artikel lansia.docx
7/51
maka langkah awal dari kajian psikologi agama mulai di akui para ahli psikologi dan dalam
jangka waktu 30 tahun kemudian banyak buku-buku lain di terbitkan sejalan dengan konsep
yang serupa. Sejak saat itu, kajian-kajian tentang psikologi agama tidak hanya terbatas pada
masalah yang menyangkut keagamaan secara umum melainkan masalah-masalah khusus.
Di tanah air sendiri tulisan mengenai psikologi agama di kenal sekiatar tahun 1970-an,
yaitu oleh Prof zakiah daradjat ada sejumlah buku yang beliau tulis untuk kepentingan buku
pegangan bagi mahasiswa di lingkungan IAIN. Di luar itu, kuliah mengenai psikologi agama
juga sudah di berikan. Khususnya di Fakultas Tarbiyah oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali dan Prof.
zakiah daradjat sendiri. Kedu orang ini di kenal sebagai pelopor psikologi agama di Indonesia.
Sumber- sumber barat umumnya merujuk awal kelahiran psikologi agama adalah dari karya
Edwin Diller dan Starbuck dan William james, sebaliknya di dunia timur, khususnya di wilayah
kekuasaan islam kajian-kajian yang tentang hal serupa belum sempat di masukkan. Padahal,
tulisan Muhammad Ishaq ibn Yasar pada abad 7 masehi berjudulAl-syiar wa al-Maghazi
memuat berbagai fragumen dari biografi nabi Muhammad Saw ataupunRisalah Hay Yaqzan Fi
Asrar Al-Hikmat Al Masyriqiyyatyang di tulis oleh Abu Bakr Muhammad Ibn Abd Al Malim
Ibn Tufail juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan psikologi.
Ilmu Psikologi agama tergolong cabang psikologi yang berusia muda berdasarkan informasi dari
berbagai literature, dapat di simpulkan bahwa kelahiran psikologi agama di dukung oleh para
ahli dari berbagai disiplin ilmu.
C. SIKAP KEBERAGAMAAN PADA LANSIA
Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu dengan melalui tahap-
tahap perkembangan. Hurlock (1991) menyebutkan tahap perkembangan tersebut adalah periode
pranatal, bayi, masa bayi, masa awal kanak-kanak, masa akhir kanak-kanak, masa remaja awal,
7/30/2019 artikel lansia.docx
8/51
masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Masing-masing
tahapan tersebut mempunyai tugas perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda. Melalui
tahap-tahap perkembangan tersebut, Hurlock (1991) ingin menjelaskan bahwa menjadi tua pada
manusia adalah suatu hal yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Dengan kata lain, seiring
dengan bertambahnya usia, manusia akan menjadi tua, yaitu periode penutup dalam rentang
hidup seseorang di saat seseorang telah beranjak jauh dari periode tertentu yang lebih
menyenangkan. Pada tahap perkembangan ini, Erikson (dalam Santrock, 1997) menyebutnya
dengan sebutan Integrity versus Despair. Pada masa-masa ini, individu melihat kembali
perjalanan hidup ke belakang, apa yang telah mereka lakukan selama perjalanan mereka tersebut.
Ada yang dapat mengembangkan pandangan positif terhadap apa yang telah mereka capai, jika
demikian ia akan merasa lebih utuh dan puas (integrity), tetapi ada pula yang memandang
kehidupan dengan lebih negatif, sehingga mereka memandang hidup mereka secara keseluruhan
dengan ragu-ragu, suram, putus asa (despair).
Sama seperti setiap periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut
ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan, sampai
sejauh tertentu, apakah pria atau wanita lanjut usia (lansia) tersebut akan melakukan penyesuaian
diri secara baik atau buruk (Hurlock, 1991). Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Papalia
(2001) yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia dapat
menyebabkan perubahan pada kondisi jiwanya. Salah satu contohnya adalah perubahan fisik
pada lansia mengakibatkan dirinya merasa tidak dapat mengerjakan berbagai aktivitas sebaik
pada saat muda dulu. Hal ini Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung
mempunyai harga diri yang paling tinggi (Krase, 1995 dalam Papalia, 2003). Individu berusia 65
ke atas mengatakan bahwa keyakinan agama merupakan pengaruh yang paling signifikan dalam
7/30/2019 artikel lansia.docx
9/51
kehidupan mereka, sehingga mereka berusaha untuk melaksanakan keyakinan agama tersebut
dan menghadiri pelayanan agamamenyebabkan lansia kemudian menjadi demotivasi dan
menarik diri dari lingkungan sosial. Masalah-masalah lain yang terkait pada usia ini antara lain
loneliness, perasaan tidak berguna, keinginan untuk cepat mati atau bunuh diri, dan
membutuhlan perhatian lebih. Masalah-masalah ini dapat membuat harapan hidup pada lansia
menjadi menurun
Melihat masalah-masalah yang potensial terjadi pada lansia maka perlu diperoleh suatu
cara untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah tersebut. Salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh para lansia adalah dengan berusaha mencapai kesejahteraan
psikologis (psychological well-being). Bradburn (dalam Ryff, 1989) mendefinisikan
psychological well-being(PWB) sebagai kebahagiaan dan dapat diketahui melalui beberapa
dimensi. Dimensi-dimensi tersebut antara lain otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan
pribadi, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, serta penerimaan diri (Ryff, 1989).
Ryff juga menyebutkan bahwa PWB menggambarkan sejauh mana individu merasa nyaman,
damai, dan bahagia berdasarkan penilaian subjektif serta bagaimana mereka memandang
pencapaian potensi-potensi mereka sendiri.
Dari beberapa tiori diatas memgambarkan bahwa tujuan hidup berdasarkan nilai-nilai
yang di jalani oleh setiap manusia merupakan pondasi dasar yang membuat manusia mencapai
kesejahteraan hidup, kebahagian dunia dan akhirat, agama merupakan nilai yang membawa
manusia kepada kebahagian dunia dan akhiarat
Kehidupan keagaman pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata
meningkat. M.Argyle mengutip sejumlah penelitian yang dilakukan ole Cavan yang mempelajari
1.200 orang sampel yang berusia 60-100 tahun. Temuan menunjukkan secara jelas kecendrungan
7/30/2019 artikel lansia.docx
10/51
untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada umur-umur ini sedangkan
pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai dengan seratus
persen setelah usia 90 tahun 6[6]
Dalam banyak hal, tak jarang para ahli psikologi menghubungkan kecendrungan
peningkatan kehidupan keberagaman dengan penurunan gairah seksual.Menurut pendukung
pendapat ini manusia usia lanjut mengalami frustasi di bidang seksual, sejalan dengan
penurunan kemampuan fisik dan frustasi semacam itu di nilai sebagai satu-satunya faktor yang
membentuk sikap keagamaan. Tetapi menurut Robet H Thoules pendapat tersebut terlalu
berlebih lebihan, sebab katanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kegiatan seksual
secara biologis boleh jadi tidak ada lagi pada usia lanjut, namun kebutuhan mencintai dan di
cintai tetap ada poda usia tua 7[7]
Menganalis hasil penelitian M. Argyle dan Elie A. Cohen, Robert H Thouless cendrung
berkesimpulan bahwa yang menentukan berbagai sikap keberagaman di umur tua adalah
depersonalisasi. Kecendrungan hilangnya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepatnya akan
datang kematian merupakan salah satu faktor yang menentuakan sikap keberagaman.
Dalam buku psikologi agama jalaluddin menuliskan beberapa ciri-ciri keberagaman
manusia pada usia lanjut secara garis besarnya adalah:
1. Kehidupan keberagaman pada usi lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan
2. Meningkatkan mulai munculnya pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara
lebih sungguh-sungguh
6[6] Ibid hal 103
7[7] Robet H Thouless,An Introdaction to the psikologiy, (Chambridge Universiti Press, 1997) hal. 108.
7/30/2019 artikel lansia.docx
11/51
3. Sikap kebragaman cendrung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia,
serta sifat-sifat luhur.
4. Meningkatnya kecendrungan untuk menerima pendapat keagamaan
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang sejalan dengan pertambahan usia lanjut
6. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan abadi (akhirat)
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan
tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain
menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengansense of well
being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales,
1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang
orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik (Cupertino &
Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).
Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal
menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya
dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua (Daaleman, Perera &Studenski, 2004;
Fry, 1999; Koenig & Larson, 1998 dalam Santrock, 2006). Secara sosial, komunitas agama
memainkan peranan penting pada lansia, , seperti aktivitas sosial, dukungan sosial, dan
kesempatan untuk menyandang peran sebagai guru atau pemimpin. Hasil studi menyebutkan
bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan dengan panjangnya usia (McCullough
& Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi lainnya yang mendukung adalah dari
Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang menyatakan bahwa ada asosiasi yang positif
antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being, kepuasan pernikahan, dan keberfungsian
psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri, penyimpangan, kriminalitas, dan
penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini mungkin terjadi karena dengan beribadah
dapat mengurangi stress dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin.
Pengurangan hormon stress ini dihubungkan dengan beberapa keuntungan pada aspek kesehatan,
7/30/2019 artikel lansia.docx
12/51
termasuk sistem kekebalan tubuh yang semakin kuat (McCullough & Others, 2000 dalam
Santrock, 2006).
Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri yang
paling tinggi (Krase, 1995 dalam Papalia, 2003). Individu berusia 65 ke atas mengatakan bahwa
keyakinan agama merupakan pengaruh yang paling signifikan dalam kehidupan mereka,
sehingga mereka berusaha untuk melaksanakan keyakinan agama tersebut dan menghadiri
pelayanan agama (Gallup & Bezilla, 1992 dalam Santrock 1999).
Dalam survey lain dapat dilihat bahwa apabila dibandingkan dengan younger adults, dewasa
di old age lebih memiliki minat yang lebih kuat terhadap spiritualitas dan berdoa (Gallup &
Jones, 1989 dalam Santrock 1999).. Dalam suatu studi dikemukakan bahwa self-esteem older
adults lebih tinggi ketika mereka memiliki komitmen religius yang kuat dan sebaliknya (Krause,
1995 dalam Santrock, 1999). Dalam studi lain disebutkan bahwa komitmen beragama berkaitan
dengan kesehatan dan well-being pada young, middle-aged, dan older adult berkebangsaan
Afrika-Amerika (Levin, Chatters, & Taylor, 1995 dalam Santrock 1999). Agama dapat
menambah kebutuhan psikologis yang penting pada older adults, membantu mereka menghadapi
kematian, menemukan dan menjaga sense akan keberartian dan signifikansi dalam hidup, serta
menerima kehilangan yang tak terelakkan dari masa tua (Koenig & Larson, 1998 dalam Santrock
1999).
Secara sosial. Komunitas religius dapat menyediakan sejumlah fungsi untuk older adults,
seperti aktivias sosial, dukungan sosial, dan kesempatan untuk mengajar dan peran
kepemimpinan. Agama dapat memainkan peran penting dalam kehidupan orang-orang tua
(Mcfadden, 1996).8[8]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA
8[8] Psikology about. Com .11.200
7/30/2019 artikel lansia.docx
13/51
Manusia adalah makhluk yang ekploratif dan potensial. Dikatakan makhluk ekfloratif,
karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun
psikis. Manusia di sebut makhluk potensial karena pada manusia tesimpan sejumlah kemampuan
bawaan yang dapat di kembangkan.
.Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu dengan melalui tahap-
tahap perkembangan. Hurlock menyebutkan tahap perkembangan tersebut adalah periode
pranatal, bayi, masa bayi, masa awal kanak-kanak, masa akhir kanak-kanak, masa remaja awal,
masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Masing-masing
tahapan tersebut mempunyai tugas perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda. Melalui
tahap-tahap perkembangan tersebut, Hurlock ingin menjelaskan bahwa menjadi tua pada
manusia adalah suatu hal yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari.
Jiwa keagamaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung dari
perkembangan aspek fisik dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering dikatakan
bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan di
tentukan oleh tingkat usia.
Kehidupan keagaman pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata
meningkat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan ole Cavan yang mempelajari 1.200 orang
sampel yang berusia 60-100 tahun. Temuan menunjukkan secara jelas kecendrungan untuk
menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada umur-umur ini sedangkan
pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai dengan seratus
persen setelah usia 90 tahun.
7/30/2019 artikel lansia.docx
14/51
Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam
hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya
dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua.
Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri
yang paling tinggi. Individu berusia 65 ke atas mengatakan bahwa keyakinan agama merupakan
pengaruh yang paling signifikan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka berusaha untuk
melaksanakan keyakinan agama tersebut dan menghadiri pelayanan agama, kebutuhan akan
agama merupakn hal yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan manusia.Agama merupakan
pondasi dasar yang dapat menentukan kebahagian dunia dan akhirat
7/30/2019 artikel lansia.docx
15/51
DAFTAR PUSTAKA
1.
Jalaluddin, Psikologi keagamaan: (PT raja grafindo persada, 2004)
2. Elizabeth B.hurlock, Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang hayat:(Erlangga ,1980)
3. Partini SuardimanKepala Pusat Studi Sumberdaya Lansia UNY4. Jalaluddin, Psikologi keagamaan: (PT raja grafindo persada, 2007)5. Robet H Thouless,An Introdaction to the psikologiy, (Chambridge Universiti Press,
1997)
6. Psikology about. Com.7. Steve simajuntak.com
7/30/2019 artikel lansia.docx
16/51
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus
pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada
pasien-pasien Geri atri dan Psikogeri atri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmuyang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial,kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
Geriatriadalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari masalah kesehatan pada lansia yang
menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta psikososial yang menyertai
kehidupan lansia.
Sementara Psikogeriatri adalah cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari masalahkesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta psikososial yang menyertai kehidupan lansia.
Psikologi Lansia
Ada 4 cir i yang dapat dikategori kan sebagai pasien Geri atri dan Psikogeri atri, yaitu :
1. Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif3.
Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada oranglain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari
kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa
pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-
lain.4. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/7/30/2019 artikel lansia.docx
17/51
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia. Faktor-faktor
tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua merekadengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
1. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang
bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun,
kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik
seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Halini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial,
yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu
menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga
mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.
Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur,
istirahat dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagaigangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus,
vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaankurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti
antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya.
Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
3. Perubahan Aspek Psikososial
7/30/2019 artikel lansia.docx
18/51
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif
dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,
perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan
kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang
cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebutdapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyakmengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderunganmengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3.
Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangatdipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yangditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasukilansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominyamenjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnyaterlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderungmembuat susah dirinya.
4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun
adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalamkenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang
memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikanpada point tiga di atas.
Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannyasangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam
kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan
hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap
tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif.Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu
kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukanhanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.
7/30/2019 artikel lansia.docx
19/51
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing
orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar
tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun danmemasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya
masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak
jenis dan macamnya.
Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga
menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya,masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia
tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur,
penghasilan berkurang dan sebagainya.
5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka
muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadibungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak merekamelakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau
diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurungdiri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila
ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga
bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga
seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara(care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluargaatau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya
anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali
menjadi terlantar.
Psikologi L ansia
Read more:Psikologi Lansia
Tips dalam Teknologi Pengajaran untuk Orang Lanjut Usia
inShare
http://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/#ixzz2PB4xgb7Lhttp://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/#ixzz2PB4xgb7Lhttp://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/#ixzz2PB4xgb7Lhttp://belajarpsikologi.com/psikologi-lansia/#ixzz2PB4xgb7L7/30/2019 artikel lansia.docx
20/51
diggPengajaran teknologi, terutama internet, untukOrangtua sebenarnya dianggap sebagai salah satu
hal yang paling sulit untuk dilakukan karena hal yang dikenal sebagai "kesenjangan generasi".Berikut adalah beberapa tips yang Anda mungkin ingin mempertimbangkan jika Anda ingin
mengajarkan Teknologi untuk lansia.
Hal pertama yang harus Anda masukkan ke dalam pikiran adalah bahwa pengajaran hal-hal baru
untukorang tua mungkin sulit karena mungkin terdapat berbagai alasan tentang mengapa sulit
bagi mereka untuk memahami dengan teknologi terbaru yang kita miliki saat ini. Kebanyakanelderlies takut teknologi yang kita miliki saat ini bahwa mereka tidak ingin menggunakannya.
Tetapi denganPendidikan yang tepat, mereka juga mungkin dapat mengambil keuntungan penuh
dari manfaat bahwa teknologi yang kita miliki saat ini yang ditawarkan.
Hal berikutnya yang harus Anda miliki adalah kesabaran. Pengajaran orang tua membutuhkan
kesabaran karena mereka tidak mungkin dapat memahami konsep-konsep teknologi terbaru yang
kita miliki saat ini segera. Dalam pengertian ini, penting bahwa Anda mengajarkan merekalangkah demi langkah pada teknologi itu sendiri.
Anda perlu mulai dari yang sangat dasar sehingga mereka tidak akan memiliki waktu sulit
memahami gagasan bahwa Anda mengajar mereka. Dengan cara ini, Anda akan dapat dengan
mudah mengajar mereka apa pun yang mereka perlu tahu.
Penggunaan analogi ini juga salah satu teknik yang terbukti efektif karena membantu orang tua
entah bagaimana memvisualisasikan konsep teknologi yang kita miliki saat ini. Hal ini juga
direkomendasikan bahwa Anda tidak menggunakan kata-kata teknis yang dapat membingungkanmereka lebih.
Terakhir, saat Anda mengajarkan mereka konsep teknologi yang mereka perlu tahu, yang terbaik
adalah bahwa Anda membiarkan mereka menggunakan teknologi yang Anda berbicara tentang
pada waktu yang sama.
PROBLEMATIKA ORANG LANJUT USIA DALAM MENGIKUTI
PEMBELAJARAN AL-QUR'AN DI PONDOK SEPUH MASJID AGUNG
PAYAMAN MAGELANG
TIKA ANI SAPUTRI - NIM. 06410173 , (2011)PROBLEMATIKA ORANG LANJUT USIADALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN AL-QUR'AN DI PONDOK SEPUH MASJID AGUNG
PAYAMAN MAGELANG. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Full text not available from this repository.
Abstract
7/30/2019 artikel lansia.docx
21/51
ABSTRAK Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa pada saat ini banyak orang tua
kualitas dalam membaca al-Qur'an sangat kurang dan Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman
Magelang merupakan wadah satu-satunya untuk mengembangkan dan membimbing lanjut usiadalam keagamaan dan pembelajaran al-Qur'an khususnya. Permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an bagi orang lanjut usia dan apa saja
problem-problem yang sering dihadapi santri dalam pembelajaran al-Qur'an dan bagaimanausaha guru-guru dalam mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikanpelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman Magelang serta
untuk mengungkap problematika yang dihadapi santri dalam pembelajaran tersebut. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi di Pondok Sepuh Masjid AgungPayaman Magelang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan (observasi),
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data
yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna tersebut ditarik suatu kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1). Pelaksanaan pembelajaran al-Qur'an di Pondok Sepuh Masjid AgungPayaman Magelang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen tersebut
ialah: tujuan, materi dan kegiatan belajar mengajar, paserta didik, pendidik, metode dan evaluasi.
(2). Problematika yang dihadapi santri atau orang lanjut usia Pondok Sepuh Masjid AgungPayaman Magelang dibagi menjadi dua faktor, yaitu: pertama: faktor latar belakang pendidikan
santri, kedua: faktor kemampuan dan umur santri. Usaha guru dalam mengatasi problematika ini
guru menyarankan kepada santri yang tidak mampu lagi untuk membaca al-Qur'an agar
membaca surat al-Fatihah sesuai dengan mahrajnya, dan apabila tidak bisa membaca al-Fatihahmaka dianjurkan untuk wiridan sepanjang surat al-Fatihah. div
LANJUT USIA
LANJUT USIA
Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuhakan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit
degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal
(Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis
(1994) menjadi tiga kelompok yakni :
a) Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
7/30/2019 artikel lansia.docx
22/51
b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Cara Hidup Sehat Pada Lansia
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut
akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati,
harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi
walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.
Ada satu pendapat yang mengatakan KESEHATAN TIDAK BERARTI SEGALA-
GALANYA, TETAPI TANPA KESEHATAN SEGALANYA TIDAK BERARTI, yang maksudnya
orang yang sehat belum tentu hidupnya makmur, segala keinginannya terpenuhi, bisa saja
hidupnya sederhana atau biasa saja. Akan tetapi kesehatan itu milik kita yang paling
berharga, karena bila sakit kita tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menikmati
dengan baik apa yang dimiliki. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga, merawat,
memelihara dan menyayangi kesehatan.
Hidup Sehat
Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat sampai tua,
untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu caranya adalah
berperilaku hidup sehat.
Sebelum membahas tentang cara hidup sehat sebaiknya terlebih dahulu diketahui
apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sehat adalah tidak sakit
secara fisik saja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan raga juga sosialnya. Sehat
adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh karena itu jika ingin terus
menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup sehat.
Cara Hidup Sehat
Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga,mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara tersebut
adalah:
1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan
7/30/2019 artikel lansia.docx
23/51
metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia,
perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini
disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya :
untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia
harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut
(Depkes, 1991):
a. Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan
yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.
b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber
dari hidrat arang komplex (sayur sayuranan, kacang- kacangan, biji bijian).
c. Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani.
d. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada
buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
e. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.
f. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang kacangan, hati,
bayam, atau sayuran hijau.
g. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.
h. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan bahan yang segar dan mudah
dicerna.
j. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng gorengan.
k. Makan disesuaikan dengan kebutuhan
2. Minum air putih 1.5 2 liter
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan
aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 2 liter per hari.Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi
tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu
ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila
tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang,
terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi
7/30/2019 artikel lansia.docx
24/51
tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah
sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu
saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.
Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman
beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk
kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-
penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya.
3. Olah raga teratur dan sesuai
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan
semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun
antara 30 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai
dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut
perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu
relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.
Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan
segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki
bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat
diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan
degeneratif.
4. Istirahat, tidur yang cukup
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa
tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit,
karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan
mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi
bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat
sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.5. Menjaga kebersihan
Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja,
melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut
tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci
tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan
7/30/2019 artikel lansia.docx
25/51
atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan
kuku dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki
jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.
Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam
ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja
makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus
dibersihkan secara periodik.
Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari
orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya
diberi pengarahan.
6. Minum suplemen gizi yang diperlukan
Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga
metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan
sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena
itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu
diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan
mendapat izin dari petugas kesehatan.
7. Memeriksa kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit
lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan
berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan
dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan
petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai
umur yang panjang dan tetap sehat.
8. Mental dan batin tenang dan seimbangUntuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan,
tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental
dan bathin tenang dan seimbang adalah:
a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya
kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.
7/30/2019 artikel lansia.docx
26/51
b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan
wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu
berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara
alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain.
Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita
yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum
murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.
9. Rekresi
Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan
rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan.
Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah
jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di
alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah
lelah karena aktivitas sehari-hari.
10. Hubungan antar sesama yang sehat
Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup
sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya
hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti
yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan
orang-orang yang dicintai dan disayangi.
11. Back to nature (kembali ke alam)
Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang
mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambalbotolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu
atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya tekhnologi yang modern
seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu,
bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan
kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita
7/30/2019 artikel lansia.docx
27/51
menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat
sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit.
Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau kembali
lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling tidak kita
harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, makanan yang
diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan
buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.
12. Semua yang dilakukan tidak berlebihan
Untuk menciptakan hidup yang sehat segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh
berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan
memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan
kebutuhan.
METODE PENDIDIKAN AGAMA UNTUK DEWASA DAN MANULA
METODE PENDIDIKAN AGAMA UNTUK DEWASA DAN MANULA
A. PendahuluanManusia adalah mahluk sosial yang eksploratif dan potensial. Dikatakan makhluk
eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik
maupun psikis. Manusia sebagai makhlukpotensialkarena pada diri manusia tersimpan sejumlah
kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata.
Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya,
karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar
dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari
lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu perkembangan
tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah
tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi
yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia.
Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan, kita juga
mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara
menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan.
7/30/2019 artikel lansia.docx
28/51
Jiwa keagamaan termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung pada aspek fisik,
demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat
berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia.
termasuk dalam usia dewasa dan usia lanjut.
B. Metode Pendidikan Islam
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan holos. Meta berarti
melalui dan holos berarti jalan atau cara[1]. Dengan demikian, metode dapat berarti cara
atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Imam Barnadid, metode
adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin tersebut[2], sementara Hasan Langgulung pendapatnya tentang metode
sangat simpel yaitu jalan untuk mencapai tujuan. Maksud dari tujuan ini bermaksud ditempatkan
pada posisinya sebagai cara menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan ilmu atau sistematisasi suatu pemikiran[3]. A Zayadi menegaskan bahwa metode
lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga
menghasilkan teori atau temuan.[4]
Muhibin Syah menjelaskan metode secara harfiah yang berarti cara. Dalam pemakaian
yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan
pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.[5]
Dalam bahasa arab, kata metode diungkapkan dalam berbagai kata, terkadang digunakan
kata al-thariqah, manhaj, al-wasilah.Al-thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem dan al-
wasilah berarti perantara atau meditor.[6]
Dari pendekatan kebahasaan tersebut terlihat bahwa metode lebih menunjukan kepada
jalan, dalam arti jalan yang bersifat non fisik. Yaitu jalan dalam bentuk ide-ide yang
mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Selanjutnya jika kata metode dikaitkan dengan pendidikan, dapat membawa arti bahwa
metode adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai serta keterampilan
melalui institusi pendidikan. Menurut Tadrif (1989) yang di kutip oleh Muhibin Syah metode
mengajar ialah cara yang berisi prosedur-prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.[7]
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn1http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn1http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn2http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn2http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn2http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn3http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn3http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn3http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn4http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn4http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn4http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn5http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn5http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn5http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn6http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn6http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn6http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn7http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn7http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn7http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn7http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn6http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn5http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn4http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn3http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn2http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn17/30/2019 artikel lansia.docx
29/51
Adapun fungsi metode pendidikan secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi
jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional pendidikan[8]. Sedangkan
dalam konteks lain, metode dapat merupakan saran untuk menemukan, menguji dan menyusun
data yang di perlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu[9]. Dari dua pendekatan ini dapat
disimpulkan bahwa metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan
cara yag sesuai dengan pengembangan objek sasaran tersebut.
Dalam Al-Quran, metode ini dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang
kepada tujuan penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan
dimana manusia ditempatkan sebagai mahluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah
yang kedua-duanya dapat digunakan sebagai saluran penyampaian materi pelajaran.
Adapun M. Thalib mengatakan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberikan
jalan kepada pendidik berbagai cara yang baik yang dapat dipergunakan dalam mendidik sesuai
dengan kondisi dan situasi yang ada pada objek didikan[10]. Oleh karena itu dalam mendidik,
pendidik tidak dapat mengandalkan satu metode saja dan menyatakan mutlak benarnya metode
tersebut serta menganggap bahwa metode tersebut dapat diterapkan pada situasi dan kondisi
objek didik yang bermacam-macam, mengingat objek didik yang bermacam-macam serta situasi
kondisi yang berbeda- beda, maka tidaklah bijaksana apabila pendidik hanya mengandalkan satu
metode saja.
Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna bila ia mengandung nilai nilai yang
intrinsik dan eksrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk
merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.
Dari rumusan-rumusan di atas dapat dimaknai bahwa metode pendidikan Islam adalah
berbagai macam cara yang digunakan oleh pendidik agar tujuan pendidikan dapat tercapai,
karena metode pendidikan hanyalah merupakan salah satu aspek dari pembelajaran, maka dalam
menentukan metode apa yang akan digunakan, harus selalu mempertimbangkan aspek aspek lain
dari pembelajaran, seperti karakter peserta didik, tempat, suasana dan waktu .
C . Sikap Keberagaman Pada Orang Dewasa
Usia dewasa merupakan usia yang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup, dengan kata lain orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn8http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn8http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn9http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn9http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn10http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn10http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn10http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn9http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn87/30/2019 artikel lansia.docx
30/51
dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang dewasa sudah
memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana
sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap
sistem nilai yang sudah dipilihnya, baik sistem nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun
yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pokoknya, pemilihan nilai-nilai
tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka
sikap keberagamaan seseorang diusia dewasa sulit untuk diubah, jikapun terjadi perubahan
mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan pada pola pemikiran dan pertimbangan yang
matang.
Sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-nilai non
agama, itupun akan dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya. Kemungkinan ini akan
memberi peluang bagi kecenderungan munculnya sikap yang anti agama .
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya maka sikap keber-agamaan pada usia
dewasa antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar
ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realistis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam
sikap dan tingkah laku.3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan
memperdalam pemahaman keagamaan .4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri sehingga
sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.[11]
D. Manusia Usia Lanjut Dan Agama
Akhmad yamani mengemukakan bahwa tatkala Allah SWT membekali insan itu dengan
nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami
dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan
kebengisan alam itu.
Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi untuk suatu kekuatan
yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat. insan primitif telah
menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri. Secara berangsur dan silih berganti
gejala-gejala alam tadi diselaraskan dengan jalan hidupnya. Dengan demikian timbullah
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn11http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn11http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn11http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn117/30/2019 artikel lansia.docx
31/51
penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau benda-benda lain dari gejala-gejala alam
tersebut.
Menurut Robert Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja
dalam diri manusia sebagaimana dorongan-dorongan lainnya, seperti : makan, minum, intelek
dan lain sebagainya. Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragamapun menuntut untuk
dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan
beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai faktor
penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan.
Menurut Muzayyin Arifin, berdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna
terhadap istilah fitrah manusia yang diangkat dari firman Allah dan sabda nabi di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembangnya manusia
yang dianugrahkan Allah kepadanya.
Didalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia. Komponen itu terdiri atas :
a. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas pada agama islam.
b. Kemampuan dasar untuk beragama islam (ad-dinulQayyimaah) ,di mana faktor iman sebagai
intinya.
c. Mawahib (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi dan kecenderungan) yang mengacu pada keimanan
kepada Allah.
Fitrah dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,segi naluri sifat pembawaan manusia
atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang kedua,dapat dilihat dari segi
wahyu Tuhan yang diturunkan kepada Nabi-nabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu
merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi,ibaratnya mata uang logam yang mempunyai sisi
yang sama.
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya
pertentangan antara kecenderungan untuk mengeratkan hubungan dengan kecenderungan untuk
mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaan, bertukar pikiran dan
memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain ( Rit Atkinson,1983 : 97).
Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memiliki kecenderungan besar untuk
berumah tangga ,kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama
yang sejalan dengan latar belakang kehidupannya.
7/30/2019 artikel lansia.docx
32/51
Selanjutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak
periode usia yang paling produktif. Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan, maka pada usia
ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran
diri. Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga,
masyarakat dan generasi mendatang.
Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi
sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga
kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang
menyebabkan mereka kehilangan semangat.
Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk
proses seksual justru mengalami penurunan. Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab
kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri
keberagamaan di usia lanjut adalah :
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-
sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia ,
serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan usia yang bertambah lanjut.
Selama proses menuju lanjut usia, individu akan banyak mengalami berbagai kejadian
hidup yang penting (important life event) yang sering dipandang sebagai sesuatu yang negatif,
antara lain klimaterium, menopouse-andropouse, sangkar kosong (empty nest), berbagai
kemunduran fisik, pensiun dan kejadian hidup lainnya yang dapat menyebabkan pemikiran yang
negatif. Pada lanjut usia akan terjadi kehilangan ganda (triple loss) sekaligus yaitu kehilangan
peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya komitmen.[12]
Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan persoalan pada diri lanjut usia. Oleh karena
itupara lanjut usia perlu memahami dan mengerti akan berbagai informasi tentang perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya dan bagaimana menyikapinya sehingga dapat menikmati
hari-harinya dengan penuh kebahagiaan sampai akhir hayatnya yaitu dengan khusnul khotimah.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn12http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn12http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn12http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn127/30/2019 artikel lansia.docx
33/51
Secara fisik lanjut usia pasti mengalami penurunan, tetapi pada aktivitas yang berkaitan
dengan agama justru mengalami peningkatan, artinya perhatian mereka terhadap agama semakin
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Lanjut usia lebih percaya bahwa agama dapat
memberikan jalan bagi pemecahan masalah kehidupan, agama juga berfungsi sebagai
pembimbing dalam kehidupannya, menentramkan batinnya.[13] Hal ini sebagaimana dinyatakan
oleh ahli psikologi dan psikiatri C.G. Jung yang menganggap bahwa agama adalah sarana yang
ampuh dan obat yang manjur untuk menyembuhkan manusia dari penyakit neurosis, dan
penyakit neurosis yang diderita oleh orang yang berusia sudah 45 tahun keatas adalah berkaitan
dengan soal kematian, menyangkut arti dan makna kehidupan[14]
Kebutuhan spiritual (keagamaan) dapat memberikan ketenangan batiniah. Rasulullah
bersabda semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua. Sehingga religiusitas atau
penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan
mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari, bahwa :
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang yang
religius.
2 .Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religius.3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi.
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius,
sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripadayang nonreligius.[15]
Keintensifan pada kehidupan agama pada lanjut usia tidak hanya mempunyai sisi nilai
positif pada aspek kejiwaannya saja, tetapi memiliki sisi positif pada aspek fisik dan sosialnya.
Lanjut usia yang berminat pada keyakinan agama dan melaksanakan berbagai ritual yang ada
dalam keyakinan beragamanya, memiliki proporsi yang berarti dalam menghadapi suatu masalah
(cope) dengan lingkungannya, hubungan interpersonal dan stres yang diakibatkan oleh kesehatan
fisik. Coping agama juga terkait erat dengan penyesuaian diri yang baik pada lanjut usia[16]
Adapun gambaran tentang cirri-ciri spiritualitas keagamaan lanjut usia menurut
James, adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan keagamaan sudah mencapai tingkat kemantapan.b. Kecenderungan menerima pendapat keagamaan meningkat.
c. Mulai muncul pengalaman terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara sungguh- sungguh.
d. Sikap cenderung mengarah pada kebutuhan saling mencintai dengan sesama serta sifat-sifat luhurlainnya.
e. Muncul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn13http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn14http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn14http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn15http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn15http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn16http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn16http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn16http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn16http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn15http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn14http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn137/30/2019 artikel lansia.docx
34/51
f. Ciri ke enam berdampak pada meningkatnya pembentukan sikap keberagamaan dan kepercayaan
terhadap adanya kehidupan abadi di akhirat.[17]
E. Metode pendidikan agama untuk dewasa dan manulaManusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak
produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur
ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di usia
lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu
datangnya kematian.
Menurut Lita L. Atkinson, sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut (usia 70-79 th)
menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan aktifitas yang positif.
Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam terapi psikologi.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah
perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar Bila sebelumnya perhatian diarahkan
pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua ini, perhatian mereka
lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu, maka
masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akherat mulai menarik perhatian mereka.
Perubahan orientasi ini diantaranya disebabkan oleh pengaruh psikologis. Di satu pihak
kemampuan fisik pada usia tersebut sudah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain,
memiliki khasanah pengalaman yang kaya. Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh
sudah tidak lagi memperoleh perhatian, Karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah.
Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin.
Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat dibendung lagi, maka muncul gangguan
kejiwaan seperti stress, putus asa, ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa
rendah diri (inferiority). Dalam kasus-kasus seperti ini, umumnya agama dapat difungsikan dan
diperankan sebagai penyelamat. Sebab melalui ajaran pengamalan agama, manusia usia lanjut
merasa memperoleh tempat bergantung.
Dalam memberi perlakuan yang baik kepada kedua orang tua, Allah menyatakan : Jika
salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu
, maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan jangan kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Qs 17 : 23)
F. Kesimpulan
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn17http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn17http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn17http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftn177/30/2019 artikel lansia.docx
35/51
Islam memandang bahwa segala fenomena alam ini adalah hasil ciptaan Allah dan
sekaligus tunduk kepada hukum hukumNya, oleh karena itu manusia harus dididik agar mampu
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah tersebut. Manusia harus mampu
mengorientasikan hidupnya kepada kekuatan atau kekuasaan yang berada di balik ciptaan alam
raya serta mengaktualisasikan hukum hukum Allah melalui tingkah laku dalam kegiatan
hidupnya.
Kehidupan spiritual pada lanjut usia dapat memberi ketenangan batiniah, dimana
spiritualitas berpengaruh besar pada kesehatan fisik dan kesehatan mental sehingga seorang
lanjut usia mampu mengatasi perubahan atau stres yang terjadi dalam hidupnya dan dalam
menghadapi kematiannya. Dengan spiritualitasnya lanjut usia lebih dapat menerima segala
perubahan yang terjadi dalam dirinya dengan pasrah kepada Allah SWT, yang tercermin melalui
kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya dan dalam menghadapi suatu masalah (coping) dengan
lingkungannya.
Daftar Pustaka
Ahmad Zayadi,Manusia dan Pendidikan dalam Persfektif Al-Quran, PSPM Bandung 2004.
Hasan Langgulung,Asas-asas Pendidikan Islam Islam, ( Jakarta : Gramedia 1998).
H.M. Arifin,Filsafat Pendidikan Islam, cet 3 (Jakarta : Bumi Aksara 1994)
Hardywinoto, Dr., SKM., dan Dr. Tony Setiabudhi, Ph.D.. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari
Berbagai Aspek. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Hakim, Nurina S.Psi., M.Si., 2003. Lanjut Usia dan Kecerdasan Ruhani : Menuju Individu yang Khusnul
Khotimah. Buku Kenangan Assosiasi Psikologi Islam (API) 1, 10-12 Oktober 2003. Solo
H Hawari, Dr Dadang. 1997. Al Quran Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta. Dana
Bakti Prima Yasa
H . M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara 1991)
Imam Barnadid,Filsafat Pendidikan,(Jogjakarta : Andi Offset 1990)
Jalaluudin. 2003.PsikologiAgama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
7/30/2019 artikel lansia.docx
36/51
Muhibin Syah, M. EdPsikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda 2003)
Muhamad Thalib 25 Asas Islami Mendidik Anak, ( Bandung : Irsyad Baitussalam 2001)
Syukur, Dr. Nico. 1990. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta. Kanisius
[1]H. M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara 1991) hal. 61 [2]Imam Barnadid,Filsafat Pendidikan,(Jogjakarta : Andi Offset 1990) hal. 89
[3]Hasan Langgulung,Asas-asas Pendidikan Islam Islam, ( Jakarta : Gramedia 1998)hal. 183.[4]Ahmad Zayadi,Manusia dan Pendidikan dalam Persfektif Al-Quran, PSPM Bandung 2004 hal 115.[5]Muhibin Syah, M. EdPsikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda 2003) hal. 201
[6]Ahmad Zayadi,Manusia dan Pendidikan dalam Persfektif Al-Quran, PSPM Bandung 2004hal 116
[7]Muhibin Syah, M. EdPsikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Rosda
2003) hal[8]H.M. Arifin,Filsafat Pendidikan Islam, cet 3 (Jakarta : Bumi Aksara 1994)hal 16[9]Imam Barnadid,Filsafat Pendidikan,(Jogjakarta : Andi Offset 1996) hal 85
[10]Muhamad Thalib 25 Asas Islami Mendidik Anak, ( Bandung : Irsyad Baitussalam 2001) hal 11[11]Jalaluudin. 2003.PsikologiAgama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
[12]Hardywinoto, Dr., SKM., dan Dr. Tony Setiabudhi, Ph.D.. 1999. Panduan Gerontologi
Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama[13]Hakim, Nurina S.Psi., M.Si., 2003. Lanjut Usia dan Kecerdasan Ruhani : Menuju Individu
yang Khusnul Khotimah. Buku Kenangan Assosiasi Psikologi Islam (API) 1, 10-12 Oktober2003. Solo[14]Syukur, Dr. Nico. 1990. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta. Kanisius[15]Hawari, Dr Dadang. 1997. Al Quran Ilmu Keedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta. Dana Bakti Prima Yasa
[16]Hakim, Nurina S.Psi., M.Si., 2003. Lanjut Usia dan Kecerdasan Ruhani : Menuju Individuyang Khusnul Khotimah. Buku Kenangan Assosiasi Psikologi Islam (API) 1, 10-12 Oktober2003. Solo[17]Jalaluudin. 2003.PsikologiAgama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
para lansia buta aksara diajarkan baca tulis
Posted by andra lahat on 10.13
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref1http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref1http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref2http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref2http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref3http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref3http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref4http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref4http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref5http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref5http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref6http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref6http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref7http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref7http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref8http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref8http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref9http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref9http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref10http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref10http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref11http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref11http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref12http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref12http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref13http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref13http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref14http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref14http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref15http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref15http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref16http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref16http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref17http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref17http://andraulfa.blogspot.com/2010/09/para-lansia-buta-aksara-diajarkan-baca.htmlhttp://andraulfa.blogspot.com/2010/09/para-lansia-buta-aksara-diajarkan-baca.htmlhttp://andraulfa.blogspot.com/2010/09/para-lansia-buta-aksara-diajarkan-baca.htmlhttp://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref17http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref16http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref15http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref14http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref13http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref12http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref11http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref10http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref9http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref8http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref7http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref6http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref5http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref4http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref3http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref2http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=8592857044060483528#_ftnref17/30/2019 artikel lansia.docx
37/51
BIMBING: Ny Khoriyah sedang membimbing para ibu buta aksara di lingkungan Kota Baru,
Selasa (28/9).
Lansia Buta Aksara Diajarkan Baca Tulis
LAPOS, Lahat - Buta keaksaraan di Kabupaten Lahat wajib diberantas, karena
pemerintah menginginkan agar Bumi Seganti Setungguan harus bebas dari keaksaraan, baik itu
membaca, tulis maupun baca tulis dalam Alquran.Seperti apa yang dilakukan Muslimat NU Lahat sangat tepat sekali, lansia yang tidak
tamatan SD dan buta keaksaraan dikumpulkan lalu diajarkan cara menulis dan membaca
Alquran.
Memang program ini baru digelar, sebelum lebaran tadi. Karena kegiatan ini merupakansalah satu program Muslimat NU untuk keaksaraan. Alhamdullilah saya ditunjuk sebagai
pembimbing yang me
Recommended