View
267
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA NY. S DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Komprehensif Jenjang Pendidikan
Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Disusun Oleh:
Heni Wiji Utami
A01301759
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016
i
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA NY. S DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Komprehensif Jenjang Pendidikan
Diploma III Keperawatan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Disusun Oleh:
Heni Wiji Utami
A01301759
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016
LE}IBAR PENGESAHAN PEMB週 WIBING
Laporan Ha顔 1弱itt KOlllprehensif deng袖
Pemenuhan Kcblltuhan Oksittenasi pada Ny.S
Socdirl■ an lくebul■ en''
yang distlsun olcll:
Nanta
■lIM
judul .`Asuhだm Kcperawttan
di Ruang Teratai RSUD Dr.
Diploma
(Irmawan Andri Nugroho, S. Kep., Ns., M. Kep)
ASI「IIAN KEPERAWATAN PEPttNUIAN KEBUTUⅡ AN OKSIGENASI
PADA N陛「.S DI RUANG TERATAI RUIMAⅡ SAKIF U到[恥〔DAERAII
DIR.SOEDIRⅣIAN KEBUルIEN
Yang di pcrsiapkan dan disusun olch
Heni Wtti Utami
A01301759
1.
つん
,、事
一ダ
, S.Kep., Ns., M.Sc)
Telah dipertahankan di depan Dewan Pengu.li
Pada tanggal 5 Agustus 2016
Sususnan Dewan Penguji
Mengetahui,
Ketua Program Studi Dlii Keperaw'atanSTIKES Muhammadi-vah Gombong
iv
Program Studi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Agustus 2016
Heni Wiji Utami1, Irmawan Andri Nugroho
2
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
PADA NY. S DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Latar belakang : Pada kondisi efusi pleura terjadi ekspansi paru tidak maksimal, karena terdapat
akumulasi cairan di cavum pleura. Akibatnya penderita efusi pleura mengalami sesak napas dan
menyebabkan masalah ketidakefektifan pola napas. Tindakan untuk mengatasi kondisi tersebut
yaitu dengan terapi oksigen (oksigenasi) dan latihan pursed lips breathing.
Tujuan : Untuk memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan masalah pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada Ny. S dengan ketidakefektifan pola napas di Ruang Teratai Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Soedirman Kebumen.
Asuhan keperawatan : Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 30 Mei 2016. Pasien mengeluh
sesak napas, hasil pemeriksaan paru abnormal dan hasil rongten menunjukkan kesan efusi pleura
dextra. Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
ekspansi paru tidak maksimal (sindrom hiperventilasi). Implementasi yang dilakukan berdasarkan
intervensi yang dibuat yaitu mengkaji pola napas, memonitor tanda- tanda vital, memposisikan
semifowler, melatih pursed lips breathing, memberikan terapi oksigen. Evaluasi keperawatan
dilakukan di hari ketiga bahwa masalah ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ekspansi
paru tidak maksimal (sindrom hiperventilasi) belum teratasi.
Analisis tindakan : Latihan pernapasan pursed lips breathing direkomendasikan untuk mengatasi
ketidakefektifan pola napas khususnya efusi pleura.
Kata kunci : asuhan keperawatan, efusi pleura, oksigenasi
v
Diploma III of Nursing Program
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Nursing Care Report, August 2016
Heni Wiji Utami1, Irmawan Andri Nugroho
2
ABSTRACT
NURSING CARE OF FUILFILLING OXYGENATION NEED TO MRS.S
IN TERATAI WARD, DR. SOEDIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN
Background : Pleural effusion occurs lung expansion was not optimal, because there is an
accumulation of fluid in the pleural cavity. As a result, patients with pleural effusion complain
shortness of breath and cause problems ineffectiveness of breathing pattern. Measures to overcome
these conditions is oxygen therapy (oxygenation) and pursed lips breathing exercises.
Objective : To provide an overview nursing care of fulfilling oxygenation need to Mrs. S with
ineffectiveness of breathing pattern in Teratai Ward, Dr. Soedirman Hospital of Kebumen.
Nursing care : Assesment has been held on Monday, May 30th
, 2016. The patient complain
shortness of breath, the result of lung examination was abnormal and x-rays showed pleural
effusion dextra. The main nursing diagnosis was ineffectiveness of breathing patterns related to
lung expansion was not optimal (hyperventilation syndrome) . The implementation is based on the
intervention made that assess breathing patterns, monitor vital signs, reposition semifowler, train
pursed lips breathing exercise, give oxygen therapy. The evaluation done on the third day that the
ineffectiveness of breathing patterns related to lung expansion was not optimal (hyperventilation
syndrome) has not been resolved.
Analysis action : Pursed lips breathing breathing exercises recommended to overcome the
ineffectiveness of breathing pattern especially pleural effusion.
Keywords : nursing care, oxygenation, pleural effusion
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. S DI RUANG
TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRMAN
KEBUMEN”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep., Ns selaku ketua STIKes Muhammadiyah
Gombong yang memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
2. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Soedirman Kebumen yang
telah memberikan ijin tempat untuk melaksanakan ujian komprehensif.
3. Bapak Sawiji, S.Kep., Ns., M.Sc selaku ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
kesehatan di STIKes Muhammadiyah Gombong.
4. Kepala dan seluruh staf bangsal Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
Soedirman Kebumen, yang telah membimbing dan membantu dalam proses
ujian komprehensif.
5. Bapak Irmawan Andri Nugroho, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi
demi terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Arnika Dwi Asti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran, kritikan dan insiprasi bagi penulis dalam menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
7. Klien Ny. S beserta keluarga yang sudah berkenan bekerjasama dengan
penulis saat ujian komprehensif, sehingga penulis dapat menyusun Karya
Tulis Ilmiah ini hingga selesai.
8. Segenap dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong yang telah membimbing dan memberikan materi selama belajar di
STIKes Muhammadiyah Gombong.
9. Keluarga besarku tercinta terutama Ibu, Bapak, kedua kakakku (Rakhmat dan
Wawan) serta keponakanku Lita yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil serta motivasi untuk dapat menyelesaikan kuliah dengan
baik.
10. Teman- teman seperjuangan dan sahabatku tercinta yang telah memberikan
semangat, bantuan tenaga, pikiran dan perhatian, sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
memberikan saran dan bantuannya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa penyusunan dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi bentuk maupun isinya. Oleh karna
itu, saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan
saya semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... ii
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................... iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................. 5
C. Manfaat ............................................................................................... 5
BAB II KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi ............................. 7
1. Definisi ........................................................................................ 7
2. Fisiologi Pernapasan .................................................................... 8
3. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen........................ 9
4. Perubahan Fungsi Pernapasan ..................................................... 11
B. Konsep Gangguan Oksigenasi : Ketidakefektifan Pola Napas pada Efusi
Pleura .................................................................................................. 12
1. Definisi ........................................................................................ 12
2. Penatalaksanaan Ketidakefektifan Pola Napas pada Efusi Pleura
..................................................................................................... 13
C. Manajemen Latihan Pernapasan ......................................................... 15
1. Tujuan Latihan Napas Dalam ....................................................... 15
2. Prinsip Latihan Napas Dalam ....................................................... 15
3. Prosedur Latihan Napas Dalam .................................................... 15
ix
D. Latihan Pernapasan Pursed Lips Breathing sebagai Intervensi
Keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas ........................................ 16
1. Definisi Pursed Lips Breathing .................................................... 16
2. Prosedur Pursed Lips Breathing ................................................... 17
3. Tujuan Pursed Lips Breathing ...................................................... 17
4. Penggunaan Pursed Lips Breathing sebagai Intervensi
Ketidakefektifan Pola Napas ........................................................ 17
BAB III RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian .......................................................................................... 19
B. Analisa Data ....................................................................................... 23
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ............................................... 24
BAB IV PEMBAHASAN
A. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 39
B. Proses Keperawatan ............................................................................ 47
C. Analisis Tindakan Pursed Lips Breathing pada Penderita Efusi Pleura
............................................................................................................ 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... x
LAMPIRAN ........................................................................................................ xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prioritas utama dalam Hierarki Maslow adalah kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia untuk bertahan hidup. Salah satu kebutuhan fisiologis yaitu
kebutuhan oksigenasi (Mubarak, 2007).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar bagi semua manusia.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), keberadaan komponen oksigen
merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup semua sel- sel
dalam tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi, karena apabila
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama akan terjadi kematian.
Pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut sangat ditentukan oleh sistem
pernapasan, sistem kardiovaskuler dan keadaan hematologi.
Pernapasan merupakan proses pertukaran gas dalam paru. Fungsi utama
pernapasan adalah untuk memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-
sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh sel
(Tamsuri, 2008). Pada orang yang sehat proses oksigenasi tidak terganggu.
Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu proses pemenuhan oksigen dapat
terganggu. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya gangguan dalam
sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler ataupun keadaan hematologi
(Mariyam, 2013).
Salah satu penyakit sistem pernapasan adalah efusi pleura. Efusi pleura
merupakan pengumpulan cairan di rongga pleura, biasanya merupakan
dampak sekunder dari penyakit lain (Brunner & Suddarth, 2013).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) kasus efusi pleura menduduki
tingkat ke- 3 di dunia (Tobing dan Widirahardjo, 2013). Efusi pleura
merupakan kelainan yang mengganggu sistem pernapasan dan suatu gejala
2
penyakit yang membahayakan jiwa penderita. Secara geografis, penyakit ini
terdapat di seluruh dunia dan menjadi masalah utama di negara berkembang
termasuk Indonesia (Lantu, dkk, 2016).
Estimasi kejadian efusi pleura di Amerika Serikat dilaporkan sebanyak
1,3 juta kasus efusi pleura per tahun dengan penyebab kasus efusi pleura oleh
gagal jantung kongestif, malignansi, dan emboli paru. Sementara
prevalensinya di dunia dilaporkan sebanyak 320 kasus per 100.000 orang di
negara industri. Di Indonesia, tuberkulosis merupakan penyebab utama
penyakit efusi pleura disusul oleh keganasan (Lantu, dkk, 2016). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan pada
tahun 2010-2011 terhadap 119 pasien dengan efusi pleura, efusi pleura
kebanyakan disebabkan oleh keganasan (42,8%) dan tuberkulosis (42%)
(Simanjuntak, 2014).
Data rekam medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta mulai 1 Januari
sampai dengan 31 Desember 2012 didapatkan presentase efusi pleura antara
laki-laki dan perempuan berbeda, yaitu sebesar 47,66% dan 52,34% dengan
rerata usia 54- 87 tahun (Surjanto, dkk, 2014). Sedangkan di Rumah Sakit
Dokter Kariadi Semarang, prevalensi kejadian efusi pleura semakin
bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan catatan rekam medik didapatkan 18
penderita efusi pleura, distribusi jumlah penderita perempuan 66,7% dan laki-
laki sebanyak 33,3% (Tobing dan Widirahardjo, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai karakteistik Efusi
Pleura yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011,
Tobing dan Widirahardjo (2013) menemukan proporsi pasien terkena efusi
pleura berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 47 orang (34,6%) dan
pada laki- laki 89 orang (64,5%). Sementara kasus efusi pleura di RSUD
Prof. Dr. Soedirman Kebumen meningkat cukup tinggi dari tahun 2014-
2015. Menurut data rekam medik RSUD Dr. Soedirman Kebumen tahun 2014
didapatkan 42 penderita efus pleura, sedangkan tahun 2015 terdapat 118
penderita dengan penyakit efusi pleura yang dirawat di rumah sakit tersebut
3
Menurut Depkes RI (2006) menjelaskan bahwa salah satu penyebab
tingginya angka kejadian efusi pleura yaitu keterlambatan penderita untuk
memeriksakan kesehatan sejak dini. Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh
faktor sosial- ekonomi, gaya hidup yang kurang sehat dan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan WHO bahwa banyak penduduk yang beresiko tinggi penyakit
paru dan saluran pernapasan seperti efusi pleura karena sekitar 20%
penduduk kota di dunia pernah menghirup udara akibat emisi kendaraan
bermotor.
Simanjutak (2014) mengatakan kebanyakan pasien dengan efusi pleura
datang ke rumah sakit dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan
demam. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Tobing dan Widirahardjo (2013)
bahwa sebanyak 64,7% penderita efusi pleura mengalami sesak napas,
dimana sesak napas merupakan gejala yang sering disebabkan oleh
penumpukan karbondioksida dalam paru- paru.
Tamsuri (2008) mengatakan salah satu diagnosa keperawatan pada
gangguan oksigenasi adalah ketidakefektifan pola napas. Kondisi ini
merupakan kondisi ketika individu mengalami penurunan ventilasi yang
aktual atau potensial yang disebabkan oleh perubahan pola pernapasan.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006) diagnosa keperawatan
ketidakefektifan pola napas kemungkinan terjadi pada pasien dengan penyakit
kanker, infeksi pada dada, penggunaan obat, keracunan alkohol, trauma dada,
Myasthenia gravis, Guillian Barespiration ratee Syndrome. Sedangkan
menurut Muttaqin (2014) diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola napas
dapat terjadi pada pasien dengan diagnosa medis efusi pleura dan emfisema.
Pada kondisi efusi pleura yang tidak ditangani akan mengancam jiwa
penderita, karena di kavum pleura terdapat penumpukan/ akumulasi cairan.
Penumupukan cairan tersebut dapat menyebabkan gangguan pada proses
ventilasi, difusi dan transport oksigen ke jaringan. Pada gangguan proses
ventilasi terjadi ekspansi paru yang tidak maksimal, akibatnya penderita efusi
4
pleura mengalami sesak napas dan menyebabkan ketidakefektifan pola napas
(Simanjuntak, 2014).
Intervensi keperawatan sangat diperlukan ketika merawat pasien dengan
berbagai jenis penyakit sistem pernapasan dan berbagai diagnosa
keperawatan, khususnya masalah oksigenasi. Pilihan intervensi keperawatan
tersebut tentunya harus didasarkan pada gangguan oksigenasi, misalnya
gangguan pada ventilasi, perfusi paru maupun difusi gas. Salah satu
intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
oksigenasi khsusnya pada masalah ketidakefektifan pola napas yaitu dengan
memberikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien (Tarwoto dan Wartonah,
2006). Selain dengan pemberian terapi oksigen, pada pasien dengan
ketidakefektifan pola napas juga perlu diajarkan latihan pernapasan. Salah
satu teknik latihan pernapasan yaitu teknik pursed lips breathing. Pursed lips
breathing merupakan latihan pernapasan dengan menghirup udara melalui
hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan atau
dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih diperpanjang. Latihan
pernapasan tersebut efektif diberikan pada pasien dengan ketidakefektifan
pola napas yang dapat dilakukan pasien selama perawatan di rumah sakit
maupun di rumah (Natalia, dkk, 2007).
Muttaqin (2008) mengatakan terapi modalitas latihan pernapasan
merupakan salah satu tugas perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
khususnya pada masalah oksigenasi. Oleh karena itu, perawat harus
mengetahui tentang prinsip latihan pernapasan, tujuan latihan pernapasan dan
prosedur latihan pernapasan khususnya pursed lips breathing.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun karya
tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi pada Ny. S di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soedirman Kebumen.
5
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah
menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini untuk:
a. Memaparkan hasil pengkajian klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi
b. Memaparkan hasil analisa data klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi
c. Memaparkan prioritas masalah yang muncul pada dengan gangguan
pemenuhan oksigenasi
d. Memaparkan intervensi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi
e. Memaparkan implementasi yang sudah dilakukan pada klien dengan
gangguan pemenuhan oksigenasi
f. Memaparkan hasil evaluasi yang sudah dilakukan pada klien dengan
gangguan pemenuhan oksigenasi.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Keilmuan
Menambah ilmu dan wawasan bagi penulis dalam menerapkan
konsep- konsep asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan pemenuhan oksigenasi.
2. Manfaat Aplikatif
a. Manfaat untuk rumah sakit
Agar dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien dengan
kebutuhan oksigenasi di RSUD Prof. Dr. Soedirman Kebumen.
6
b. Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan dokumentasi agar
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran berupa karya tulis
ilmiah.
c. Manfaat bagi pembaca
Sebagai salah satu media belajar dalam menyusun suatu karya
tulis ilmiah khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pemenuhan oksigenasi.
d. Manfaat bagi penulis
Merupakan pengalaman berharga dari penulis dalam menerapkan
ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan khususnya asuhan
keperawatan terhadap klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
x
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, R. (2009). Prosedur Klinik keperawatan pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: C.V. Trans Info Media.
Astuti, Laily Widya. (2014). Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola
Pernapasan pada Pasien Dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru Dr. Ario
Wirawan Salatiga. perpuswnu.wb.id
Brunner dan Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12.
Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. (2008). Handbook of Pathophysiology (3th
ed.), Nike Budhi
Subekti (2009) (alih Bahasa), Jakarta: Erlangga.
Dochterman, Joanne McCloskey., et al. (2008). Nursing Interventions
Classification (NIC). United States of America: Mosby Elsevier.
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.
Lantu, Melinda G., dkk. (2016). Gambaran Foto Toraks pada Efusi Pleura di
Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Periode November 2014 – Oktober 2015. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4,
No. 1.
Mariyam. (2013). Aplikasi Teori Konservasi Levine pada Anak dengan Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Perawatan Anak. Jurnal
Keperawatan Anak, Volume 1, No. 2, 104-112.
Moorhead, Su., et al. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition.United States of America: Mosby Elsevier.
Muttaqin, Arif. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Natalia, Dewi., dkk. (2007). Efektifitas Pursed Lip Breathing dan Tiup Balon
dalam Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pasien Asma Bronchiale
di RSUD Banyumas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Volume 3, No.
1.
xi
Nield, Margaret A., et al. (2007). Efficacy of Pursed-Lips Breathing a Breathing
Pattern Retraining Strategy for Dyspnea Reduction. Journal of
Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention, 27:237/244.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurachmah, dkk. (2010). Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Pamungkas, Permadi Nur., dkk. (2015). Manajemen Terapi Oksigen oleh Perawat
di Instalasi Gawat Darurat RSUD Karanganyar. Stikes Kusuma Husada.
Potter, P. A, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC.
Roca, Oriol., et al. (2010). High-Flow Oxygen Therapy in Acute Respiratory
Failure. Jurnal Respiratory Care, Volume 55, No. 4.
Saryono dan Anggriyana Tri Widianti. (2011). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia (KDM), Yogyakarta: Nuha Medika.
Simanjuntak, ES. (2014). Efusi Pleura Kanan yang Disebabkan oleh Carcinoma
Mammae Dextra Metastase ke Paru. Medula, Volume 2, No. 1.
Suparmi, Yulia. (2008). Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
PT. Citra Aji Parama.
Surjanto, Eddy., dkk. (2014). Penyebab Efusi Pleura pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit. Jurnal Respir Indo, Volume 34, No. 2.
Tamsuri, Anas. (2008). Klien Gangguan Pernapasan. Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan (3th
ed.). Jakarta: EGC.
Tobing, Elizabeth M S dan Widirahardjo. (2013). Karakteristik Penderita Efusi
Pleura di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011. E- Jurnal FK USU,
Volume 1, No. 2.
Wahid, Iqbal Mubarak. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Vaugans, Bennita W. (2011). Keperawatan Dasar, Th. Arie Prabawati (2013)
(alih Bahasa), Yogyakarta: Rapha Publishing.
i
LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURA
UjianAkhir Program
Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh:
Heni Wiji Utami
A01301759
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
berlebih di dalam rongga pleura. Efusi pleura merupakan salah satu kelainan
yang mengganggu sistem pernapasan. Kondisi ini jika dibiarkan akan
membahayakan penderitanya (Muttaqin, 2014).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (10 sampai
20ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi (Brunner&Suddarth, 2013).
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya akumulasi
cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
cairan pleura (Tobing dan Widirahardjo, 2013).
Efusi pleura merupakan kondisi dimana dalam rongga pleura terdapat
cairan berlebih.
B. Etiologi
Pembentukan cairan yang berlebihan karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkiektasis, gagal jantung, gagal ginjal dan kanker.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat : dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis),
sindrom vena kava superior dan tumor.
b. Eksudat : disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,
radiasi dan penyakit kolagen.
2
c. Efusi hemoragi : disebabkan adanya tumor, trauma, infark paru dan
tuberculosis (Muttaqin, 2014).
C. Manifestasi Klinis
Muttaqin (2014) mengatakan adanya timbunan cairan mengakibatkan
perasaan sakit atau nyeri di dada (pleuritis). Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas. Selain itu muncul tanda dan gejala demam, menggigil,
panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk,
banyak riak, hasil rongten menggambarkan kesan efusi pleura. Pads
pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis
Ellis Damoiseu).
D. Patofisiologi
Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah
cairan di rongga pleura tetap karena adanya tekanan hidrostatik pleura
parietalis sebesar 9 cmH2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila
tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada penderita hipoalbuminemia
dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses peradangan atau
neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatik akibat kegagalan jantung) dan
tekanan negaif intrapleura akibat terjadi atelektasis paru (Muttaqin, 2014).
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas
dalam kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura
terjadi akibat beberapa proses yang meliputi :
1) Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura
2) Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan
perifer menjadi sangat tinggi, sehingga menimbulkan transudasi cairan
yang berlebihan ke dalam rongga pleura.
3) Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan
terjadinya transudasi cairan yang berlebihan.
3
4) Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada
permukaan pleura dari rongga pleura dapar menyebabkan pecahnya
membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan
cairan ke dalam rongga pleura secara cepat.
Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberkulosis yang masuk melalui saluran pernapasan menuju alveoli
sehingga terjadi infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga
diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfangitis regional).
Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas
membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat
menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya
efusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek
atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya
pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga
atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosa paru merupakan eksudat,
yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serosa kadang –
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bisa mengandung
leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, cairan efusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukulosa. Timbulnya cairan efusi bukanlah karena
adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi pleura dapat
menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak
teratur, frekuensi pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada
yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal
diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang
diakibatkan infeksi tuberkulosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat
badan menurun (Muttaqin, 2014).
4
E. Pathway
v
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada : rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang
dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan
adanya cairan.
Koping
inefektif
Kurang
informasi
Defisiensi
pengetahuan
n
Mual, muntah,
nasu makan turun
TB paru
Atelektasis
Hipoalbuminemia
Inflamasi
Tekanan osmotik koloid
menurun
Tekanan negatif
intrapleura
Peningkatan permeabilitas
kapiler
1.
Gagal jantung
kiri, gagal ginjal,
gagal fungsi hati
Peningkatan tekanan
hidrostatik di pembuluh
darah
Ketidakseimbangan jumlah
cairan dengan absorbsi yang
bisa dilakukan pleura
viseralis
Karsinoma
mediastinum,
karsinoma paru
Gagal jantung
kiri, gagal ginjal,
gagal fungsi hati
Akumulasi cairan di kavum
pleura
Gangguan ventilasi
(pengembangan paru
tidak maksimal)
Sesak napas
Ketidakefektifan pola
napas
Nyeri dada
(pleuritis)
Nyeri akut
Efek
hiperventilasi
Produksi asam
lambung meningkat
Mual, muntah,
nasu makan turun
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Gangguan
pola tidur
5
2. CT scan dada : CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan
cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor.
3. USG dada : USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan
cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran
cairan.
4. Torakosentesis : penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang
diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah
jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah
pengaruh pembiusan lokal).
5. Biopsi : jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisa.
6. Bronkoskopi : bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu
menemukan sumber cairan yang terkumpul (Muttaqin, 2014).
G. Penatalaksanaan Medis
1. Aspirasi cairan pleura
Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi
ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi
restriktif paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah
cairan yang boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum
penderita, tensi dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin
sedikit jumlah cairan pleura yang bisa diaspirasi untuk membantu
pernafasan penderita.
2. WSD (Water Seal Drainage)
Merupakan salah satu modalitas terapi yang digunakan paling efektif
untuk mengembalikan kondisi di dalam cavum pleura, yakni dengan
menggunakan selang yang dimasukkan ke dalam cavum pleura klien dan
6
kemudian dihubungkan dengan seperangkat botol, sehingga mendrainase
cairan abnormal dari dalam cavum pleura keluar (Muttaqin, 2014).
3. Thorakosentesis
Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar
dan pengosongan cairan (thorakosentesis). Indikasi untuk melakukan
thorakosentesis adalah:
1) Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan
dalam rongga pleura
2) Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif dan gagal
3) Bila terjadi reakumulasi cairan
Pengambilan pertama cairan efusi pleura tidak boleh lebih dari 1000
ml, karena pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam
jumlah yang banyak dapat menimbulkan edema paru yang ditandai dengan
batuk dan sesak (Muttaqin, 2014).
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ekspansi paru tidak
maksimal (sindrom hiperventilasi)
2. Nyeri akut berhubungan dengan faktor biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas dan nyeri dada.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
7
I. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan ekspansi
paru tidak
maksimal (sindrom
hiperventilasi)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ...x 24 jam diharapkan pola
napas klien efektif dengan kriteria hasil:
Respiratory status: ventilation (0403)
Indikator IR ER
tidak ada sesak napas
Tidak ada sianosis
Tidak ada suara napas
abnormal
Mampu mengontrol
pernapasan
Pernapasan dalam rentang
normal (16- 24 kali per
menit
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
Respiratory monitoring (3350)
1. Kaji pola napas (irama napas,
frekuensi napas, kedalaman
napas, suara napas tambahan)
2. Monitor frekuensi napas.
Ventilation assistance (3390)
1. Posisikan klien semifowler
untuk memaksimalkan
ventilasi
2. Monitor tanda- tanda vital
3. Ajarkan cara latihan
pernapasan dengan teknik
purshed lips breathing
4. Berikan terapi oksigen
menggunakan binasal kanul
sesuai program atas
kolaborasi dengan dokter.
Nyeri akut
berhubungan
dengan faktor
biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ...x 24 jam diharapkan nyeri
klien berkurang dengan kriteria hasil:
Pain Level (2010)
Indikator IR ER
Skala nyeri berkurang
Frekuensi nyeri berkurang
TD dalam rentang 110/70
mmHg- 140/90 mmHg
Nadi dalam rentang 60-
100 x/ menit
RR dalam rentang 16-24x/
menit
Suhu dalam rentang
36,50C- 37
0C
Pain management (1400):
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara komperhensif,
observasi non verbal klien
2. Monitor tanda - tanda vital
klien
3. Lakukan distraksi relaksasi
4. Edukasi ke keluarga dan
klien tentang managemen
nyeri
5. Berikan terapi analgetik
(injeksi Ketorolac 30 mg)
sesuai program atas
kolaborasi dengan dokter.
8
Pain Control (1605)
Indikator IR ER
Mampu menggunakan
teknik non farmakologi
Tidak ada gangguan tidur
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan kurang
asupan makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam diharapakan klien
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
klien dengan kriteria hasil:
Nutritional status (1004)
Indikator IR ER
Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada mual
Tidak ada muntah
Berat badan turun
Tidak lemes
Nafsu makan bertambah
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
Nutritional management (1100):
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Monitor hidrasi (turgor kulit,
konjungtiva, rambut, kulit)
3. Kaji adanya mual muntah
4. Motivasi klien untuk makan
5. Timbang berat badan setiap
hari
6. Lakukan oral hiegiene
7. Edukasi klien dan keluarga
tentang kebutuhan nutrisi
8. Berikan terapi obat sesuai
terapi
Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan sesak napas
dan nyeri dada
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam diharapkan gangguan
pola tidur klien teratasi dengan kriteria
hasil:
Sleep (0004)
Indikator IR ER
Jumlah jam tidur dalam
Sleep Enhancement (1850)
1. Kaji pola tidur (lamanya
tidur)
2. Motivasi klien untuk
mengatasi masalah tidur
3. Hindari suara bising dan keras
4. Bantu klien untuk
9
batas normal
Pola tidur, kualitas tidur
dalam batas normal
Mampu mengidentifikasi
hal- hal yang dapat
meningkatkan tidur
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
mengidentifikasi penyebab
tidak bisa tidur.
Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam diharapkan klien
menunjukkan pengetahuan tentang
proses penyakit dengan kriteria hasil
Knowledege disease process (1803)
Indikator IR ER
familiar dengan nama
penyakit
mendeskripsikan proses
penyakit
mendeskripsikan
penyebab penyakit
mendeskripsikan tanda
gejala penyakit
mendeskripsikan tindakan
untuk mengatasi penyakit
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tidak ada keluhan
Teaching disease process (5602)
1. Kaji tingkat pengetahuan
klien tentang penyakit
2. Berikan pendidikan kesehatan
pada klien dan keluarga.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Joanne McCloskey., et al. (2008). Nursing Interventions
Classification (NIC). United States of America: Mosby Elsevier.
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, Su., et al. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition.United States of America: Mosby Elsevier.
Muttaqin, Arif. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Tobing, Elizabeth M S dan Widirahardjo. (2013). Karakteristik Penderita Efusi
Pleura di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011. E- Jurnal FK USU,
Volume 1, No. 2.
ハ :ヽスビ AN 、こ
…^ノ
ヤ州 ヽ ハフ
い r
tA'rt wiJ\
Ao i1p 1,1jg
fLo0\ n\i\ \,r6"€nrr-v-"e*r-7q-r\)
C\ t Ulg-; [t\u,-L Atrrr..ppi" tlpq 6>vtad njg
⑩
τ }卜 、ヽ1ハ uAN Pu,Tハ |‐
F-lcit ra Pe.'.r r-ali -.-l-'ta-,r \^+rli ( }ra".,lTar'rq 6a orl 9a.,r., , ba 0x1e-r Zo\b purBu 1 lz.jO \^.trB
L盗 ィ陽“ “
鏡 l=集 亀 も T ttuO P%キ _D.′ s~oぃき中 an itち ume、
ム´匹 は②に墨 ぃ パ
多 I cle nti-l-c,S
en . I de.tt='tc,s K\ rpnt ..\cr"no \t_l・ S
Unrur 4i tuhun
.Jsors Le[.,'r.-in D.cr?n1 p(, d{o
亀 a“ ひ I g[c,na
uく)
し――9 | 」a tt a
%a.l'i c-trkon *erar-hrrr ダリ
Pgkgfic4c1 ..' J.ba^ -,-,ry1crt-L {anqq-k tarn.^+_ ] Dera laocnbo-a-, Kg-Lcurngo
Dr."- nosr]( Frectts I €+utsl P\@i.tra ate:<traNl o . la{\.\
′′/1ち 。/1多
b f oLsa\+':t-ar h3 rrano a ., "'.r . 1 cz orabNl o"..o T∩ .メリ
し いヽ財 -i--@&hurJr,-,rt ke\c^rnifr l_d us_to晩 i
Alc^.-n-qt l(embc.trctn, K eb.rmgltP=-).e.1 CLat^ Pru.t r \.fi -b.' rv\an -.!nq.^n l-\ie n I 9t-rcnml Lc\ign
2 . K-e.t , h-rr., q+Grrra
K',.ien niznagluir, sQ--rq[ n^Oa{h-l/-twa- Ke-s9hatana - F*i w au a+ F-ese-hafrn Qq/'amnot
l:[f-o__et"tata_J=e _Ir_?___&-sA ?foL -Dt, good;rtrlqn Ke burr^".en F crdah ",-i Mrnaq* , 2! f,Agi )-OLte buucul la -29 N tff ct€-nqour l-eit-hcr., sesi2k
VV l Ψ
に供 p% Sは qに 1"|∩caO モOら9L― 卜αミ」に Tttm淵、勤 lcl‐t 14t,じ o l― ε
r"egrv7etu[ nnurtr( , vvtt-LntC;tl'. C,t.., nry'gn' dc.da ge be-Lcih Lan^n ,slcataBИ ■亘 _■ 2■立悛三 二[整幽 主_キ C″‐。,uに , れ _s― ulヽ .TTソ kけen a「 lらの Чa‐tt■ T'14イ /8ゞ
PttrJl■ 上壁 生 土上二互Lと∠mtnft_._lJ生 _■二 _a co籠 ′5uhtt ζら′し゛⊂ .'、‐
tらレ 蛯IIcヘ
ir{le o e)?wy tuyapi O"z 3lj;rl. ,tutD ILL rttf'm , inle-L<t.- Eanr*.-otrn goft-T ,
卸 )
t・いムeレ、。 θ縫″ひぅに~“
4o4昭 lン12● ρレト.Keヽ 咆 lQこ 3o,電 .1へ tにハ ハ、‐ゎ,ぃ dalh
Scrort d_(Vcti\ bada ho,* genin , 30 Naoi &olb Futzu I t*-36 W(
€c>alc ^t.-trr."'-[.crna^
tiiFi cl-c,,ro be-k tt-c[g.zln-r cle,nq a.r Pot-Fte+e.".a-.h clutcluk- "Q . ntrQni <e-?2go.{i tz- fusr,rt- , (?- ' nQen- di
(Za c)ac\aVar1An, 9 -- SkCA\a true-" L T - nqeer hf(arra -lrfnbL{I. F.\ fe-n
キQ oLen-€r rnenqdcrnaLran blc-sz. I kanglt 3lpm , TTV ktreoTD I LOIAo ry\nrtLa1 , t\rad-( [to x/rnornr] , W *Bx lrvgnq, 9crkur.. c(o rb'CたIけ set--d-qa Dca
Kt,.^ nnQncatqLcq- (A-raah I ka.nlrer uara cr.&rc- Lq.rond「 にs )に u Mttl_p“ぬdFυO L ->o l7 Kite n n?oc1 qcrfa L(c.r'r
「 ハ i臓 gebuoslaF- 9x Ac-nl.e.a t<-hi\- Le rr,,
<-tf en nze-n aafa4an d.a.larn (o\rt6^"-o +-'
;aA-V <P ra p-I-. l-c t i err dan↑
4・
14墜十e
O ' Pere-r.rLp\-ra.^ '. - , -- tf^<6;tol trUrfnoh / A -- hneni laaqa\
tα に1_taぼ " hubunata^ Ler
= ktiOt \-----r : r'n€n il,aorh\
Potq 嗜
a- ?o\a.
Kt
K\ter. ^\ k-urcrr.a lo-bi}. dt,ta- la"t"lgn 9 rumrz[ rdL.i+
ktio-n lpq-h-q'h' bcitrt.- kxna ctan- Lcttefi sei-\ha ry1x
3 \prr , 8-F- 2-E x 4vrrr-e-*.r,L , {urd 6apa-t QQ-vt-c,qqna4z>\^ olr:rl*[ocrr+-
o [a [r) uou
c.ryrm€-rnonLthi Febutqhan, ouutt,r-\-,, k'
I.e huo. ctda l-,av- M
htie", nnari h- vr e tuい で calぇ n
i t.urnsiln- =c{
ιtan
o\,ctgr α k 叫
bιキ襲L
201も
rn,Jd1\ yf.nlu,r-t-aln
i cla.do konc,o P'- Qrギ
0に ト qn F>ir-asat I tz-qnct I
/o">o Wl tb .
i rerr,--o,mbOh
a冴 こにの「
CCELATIЮ
♭
V - lZiwctrrc{-t-- l/'raee-kue.'Tcin l<--etu avaal
綿 図 下 の
(r17ヽにし嗜 、___ン ノヽ
、 ぁ 声 | 由 ´/
戸
,OVi+r-nctLcin Se-tcrka *e..ai*r 3 xsghra-i derac{cn PorF sedorcra rraF.', Scr
fe41a&o1a pr-tc.arr. bCqb4l 4q- rntt:qL 7-A qzqr /** r$Lt"o f,renaapkq,"Eeyze,lun'a g€)LLti eP-g.-rryi n-<]L.rn --flnclLrancr- Lne4ank t)a.v\r) Le--laur-nnlour
V ― V
Кtle n ^Yη .しnaQれ Чいぃぅゞ Cし、“4 路 Lft=ドda k oq ttu`η∝
… "― t aQ‐
M utntq l^. 2 tX qgi'henlo,l-<- d,; P--J- i 4r-clc,u< crdo cttq-cri r-rtctVart ctn
rylak a n 6-xsauLq.i l#a-P i ll3:rs{,c- ?-S-errl-cr4-*Mt.gQl9{/lro.i ,.Krrrz,^ (fi€*ac,rt'c,tzarr Pz(b SerngrtTo\- lcernoterap; f-axg7t >-ot+.Y2 V qv{c. ( G t L<-q cL c.t-' tgra-L<-\,-l,'.- rne-nfr}. fu"rg, t .r b.rlc,,.n q a.na \raLU
%)麟
%to τlt∩ 資ゞヽ負Qn´C
K\fen hn-e-r.lo1qtqLaql.v S€-'sq-.l.rr" gq.W;r- Yr*v- 9QXft-o,r; don VNb tXlhar:1く ll eハ M enρ qlL tュ Q、 て oOえ コヽ ヒ に ら 倉 κ よ 会メ ′haバ "ο raa p「 ρF「 HJniη
l,cego(rt i:-Xa.{v-t g- fkl Ie n bzLt-rrn ??k% ge\c:N-ylq 6frrc.wc.t oLi g-S-
∂ Pctc A k+nar-as
に 「ヽen meぃ 弩c棒 レ_cn 二Qちし こ`ミcgL_5‐~lk~lLを
堅±]ビコニ r塾 ■⊆ しctレ αヽ_n∝ 型■ 3だ
l(\i-e-n rylen rate-\ra^ <e \c.r,,r-c ScrLLf+ d.Li-'t'\ril-c-r dftr..rrt^ EeLutq-.,r.r:-k \-'e-n plrqnolc:fq L<crn \e.rror-s'
e pの ta tt_嘔 tatk\ie^ *q.r.gcrtqkq^ geb€tu.r SqLrit Po\c, itiF-rah-'t-^Ia ler-atr-"- , taurngc
htlUnuqk d.crn \c-rrrr-a.*ic)ttr- f +-8{c^rn. Ktie-\ h^eorrlo-l-atLea.n?crrc.na fidur€r-mq.
二―武罵慌驚《驚甫I世宝
彙彙~簑無弊―いm pa顔 鮨 叫卜a→
.( - Pob 0,q--pcnLccur-4.,υ
k- tie,-, M a-naqfr-\-co.rr SLbvLurf^ E61 ttl* Fqt<--rlc*n i-grr.+-rfu p Ag^qo. ",
もクスぃ 欠 ●じしa、o菫 h却。●●,キ」こa多レη tt e船件∝にぬ ■`lい
oい\- LJ
Etie.. n^enqq(lnaLqn ba1 u penc{ e L. , Cp-\c.rtc^ Porfrcrncr d.c,n rr"en-4eUincr[<cr'r
.?〇、a γtじn← o Чゝhυ Tubuh
K\ien rreo.gcrta\Lan 9e btlUf=Su ur r{ , 1rLc" LcexlilSi ne.::--b1er33 L{Os-!4c,4-5U.l-r-r',.l1r1 b rquy* dqm{t ot lo)tnu| irar'r.1a r\reyaq enuVcnr' V.aar r, p\'e-n
hzr-q6qort<Lkin le-\c-nrotSoc[-al.-t,1t1<c- dic'qin rvranqquroaLrc-.1-19!!r1!-r-L-8-_-__1J-_.--.-.----?.vz[Vo pclnar Fe\to^u+ f...clr;K )rpaVai zlqht+ tsligl 3b t9'(:.
-
, -D-I^' lio La Erronc.\ \-liqcrie_np
・ |
|
一
I
二__型 熱 _¨
=塞ム _■塾 塑 等 生 ュ 塗 堕 生
畔獲 客 _ザ 並 松 井 上 拠 壁 ―た ユー h′en
l百¬景茸蓮冨篇琶笙竜J笠二I__ I正三I⑬
Q
-tv-rt-+c" "-. dan be-+-hr"rnb* K\rq
c) otLc+-t t l-rr_Lfnrli
PaLo. |(o"n u nt'\,<-ott-'
E\ien lwpytgaCfiaVavl (e\a eLurn V,UL* n iLec/S CLer1aqcrnhctnG Lqin rrner<la nUO rltan , ha\aaSc- tiqncl araLtarc,(-2o.,^ Jq"raRl
5 qrrr d T tLqi Lr) izn
悦′%じQl,-sla-y I uv-cutr
と
■ aatズ teけ、た01「
4^yL e-.t.\.,\ te-.L.C_A.,.^ -i .!,r.1-O r htftv^i .l-e_r^ c-t Lcli-g.n hanua
V\n-Orttc,{.rzrrouL utrc-Lai.- ta L"t-r ' tA-A.+' d,G-av-u clan [.2\t e,.'t
L*-ii'r Anarr-rkrrn
b Po-v*or-,Icsc^-o.. L-.Innrrna
rrrucy.) 1 \-e.ona
Krr-..{--o". ', corvtpos ^norrtij E CCCE ( Ea Vs lv1g
T, ttO/∂οMMNa-di l ttO X/ぃれQヽ[
9uhu,ちb
Tら
7・ PI 独バαCLn 干滋蔽
e ^aeroche_pc,\ , ti?)ocLc a-da bn\oLan rramb
a.r-nanprvrk, tLetura ca L.llC1 'L{otco- (r,o'lrr, (卜vl_cじゃct i
a-n.\v\) , S-cuqt {P.r け lヤゝ
\ten f\a
vしACh Q4薇 .-t (Cr[-il-t ktrg.,-.. tZtc.L. t
にト
De ke- rt/1ぃ ∩ ヽt/じ 暉 G* te-
l< ct-to,.n h rYlorr
lu \..rn-e ( C/-Urt faα betざン下q
K\ieo "n€nqq.rc+?ca.t be-ti,rfn arba*,a [re- RY ,Lc\ien t3-rnah rahf+ i辞t・ ―摯」ЧCtate_トロ,い
6i kL bri,ro,.t v\d dc^v\
B x/nne-ni
OEMTIゆ
Po ua ReU"r-a(t\--
M
n. Po\a, Be-l-\ a-
υ σ ∨
| ズ ゞ lを
l tげ午 ひ゛
vorra rontPKNZ1*qUr-a = Sirvre-tri: , rvrp,n-ncr-tx lciLuu* lAlro t'\tle*- rnu^c.il I
i t¨ α t しいLa し. \_ ^AtU FYrt aα n
l-<-t-rti-{ 2cfu-*rl-
wtLc*t'z; Lranqn . Lr-rL..- b€lu
)● 4‐k alcfa bq\trfrq. P&Val,
くヽぶ■tIし
Q e-t->e-4-z-tLc^ '
t< --<?4o [?e,-t.\a potv\ o cuply-ci hitli-l
′次M ,-, U,.ra ' v1,aLr
TeLiu-.acn ' trc1 c^, cr
Pot.-porur: L = Ee.r-
¨at ins,9`マ 資 Qな つ`「
qI
アー リに 応∝A
^l paれИ 崚1■
v-\ e : l€ dq-O c{-, L_rl lv′ 0′ 」| ●eち2ミ率い、卜‐へanA . rot-r i.-( Ull oL1- i _ 。ヽ`u ot sαち屹 h iェ ´へa∩
,t =´ co\-AL:c t-rZ-Lc.L^ .*atwo a-L-
久 =′ しιォロfぃ●け 卜りaら4ぬ しにt,ィ_α
^t ω
A . S , I'r_ f c4 .-1 Le_r^ ,
ら19′ セ② ,砲強ぃ しいヰus [し al.しぃ嘲暉へ
Eq1 o!" ( F-r--ie tlrn^ ) , +-,-a^u- acl^ Le\- LUa 2-!c::.t.
\". -) F-e Kuo.ta ,- o-to-t- I lt= , d--Lo L- c+d-a ( e s-i
rer\a€n"l-e CaaY"L Panr.-.
h LFanqaa\ 2A MLI d-D\.trr G-1 [- !r-c-,tr Harlt
to^3/a =ち tSン 〇`′し キ じζ′ら―ヽ` ′
wr, (t rt -G'rq t--)_,R _<..,g
卜へぅ〔ち′し_1),3 t ラ ト11}´ t',
Mi=4o-92 -C =3i-0 -t00.o
〔しξ -lЧ`S
`○/ ― 「ζ
`07′ し ― lllキ
(m
M Pυ
褻 卜P´ = ]rir.^ V-e csc)a bonina\aot:zrn JU p
loy= loY-( Ffo-nnrtr-s ta-qi<- !airvr\><r^^ , \ebikrterq-sz. <ai-a1r.r^i.\-.la
F. , De-taa-L
管0串ュan 卜δ Tlク「 .O rrn at
■ヽ LC q´ }ヘ
LRc C′ qq \o^L /.\ r
い じ、 lL rB q 浅光 |
Rq ζ然 |、
ワ
%
V1"r'r.r ,1`し _ 幸 し
MOH τζ〔3- p¬ ιじ`ぁ
― g、 ′。
fYlL i-rt: 3し c) a ′′う , 22 .も _ 3cぅ ′ひ
P{じT /■fi , nal /cl r ttD 4c-oRn Ч ,ヽ r、 / lol η 2
Lり しυ ― Sp gも ′q じ し 3sr - q"PDヽハυ ιり′■ 年 し
′0ィ | にし
N,EUT ZT {oa } r\r L
lo^3/しし
0で ∂1キ t{Z /t, eIo'> /..r u 負
「
― ο ′負
orDL I tO^ZluL
MoNO t ♂r、 1 2
Gutcr cLcgh
Or崎 嗜 I M4 aヒ 。′外o一 υζ9o
Oon Q^q-cik-+
c Vt96 Ci"ot; tonio 7 30lvle-i- z-ott,Du\ruU't-o,ooh.a*,-\ -- Cl-o\e-\ (t.'as.\
2 0■ 2-贅
a.nif.-<arn eX l*C$o\ n\UU.s; On dqn q-e-iro n J x: | 4 (- a v^-
Lh ae.k-&: [-s.n>p6La-c 2x 20
Dttt
Kttn-n nae^dcr-oa.t .dili l.-t aoi Fator-( fi-..4q', )n>tein Clrc-rp
A NA LrrA DAr-aレα、
n 9as.. L ;.i
Loo o 3 7-1
Ife". fo rvr !oc, fa J cr k na 1>as*
biU,'* [,tgri..q r e.-cn rLo(f、 T Diヽ範 /∂ o~.臥 x lrnentt,
し.に hc<-t $Q-nr^ . a9 2n.ao\Ц α
「
OELバ「IЮ
(z-P : 2D!'/nneaft, Suh\: 3t.6'C
- \< \ien terp as c-n OL biYLars.,\ VanuL 3
-L=Eetn emf\r -l-c.ctc. t-.'aak. mrnetci.r,Sc-ta F tn+pir7i.;
*ra-aW t er-rt[6a
Le U ir^, -Le-r5i-s6
プ,2 二 v cti rn-re,. cos-tc. .l u . v . U t (e
_a_- tr = ronk L-r di rnt ●● いノ′vtワ 1 ケett」ンぃいqへo
\nor-a- \< : <.{r\4 Da.r:9-1
I NЧ e■ 0しじ し
- Fiien cv-re6ora1-Ako..\ Nger-- 4'i a>-eo c|aota lc-a-ran
― P・ い I be-+-"rr"\:+!r Lora} fn\'trq C.c.no.r>
tz,r-i L.tpe-L+L(rclq 6ac/t +.-cL\arqn 4€nqo -
c.r6 r-i E e\.q^qa\ cJ-u4uLE-
-0- Ai\-i.rr-tu< - tLrr LtL<
― に 、 n- di ar4-o dc.cl_- 曖 αっ。ハ
(ka」 、。
'i l.ts.^a. t>^nuuuL
- L<-tr'er. 叫 れ
Ua-tot. t"d.v--
TD -tr-olooh-V tDv/vutl.;o-ri-u- , I -|b cboC-
やヘミメQt― ・ ヽ`^υ nヽこら k alPξ
a l*altea-n V"c,tvtya 2- I \rP,bUtwtna,-,
tubuh [ooooz
b fb funur., aレ
U"r^att.'a,p- tat,"ut.u Z.ot \ , tgt-r=,kinrY-niv,N29a1 a, L L bcLL;,-\,1 ,
aνし
'レDO =
AC林柿
{ie-n cyr.
Ke
権 ら に _“ `tし
くっ 。ゎ ,
蜘
b ( r4ruvr",-.a ) = wrbc 2,?o Lo^3[oL.
tじら ,tra q´′ぁι .%し、褻安ιし%に Waに 炒 ヽtr r“ _r軋 し
f fe-L\n rc-ct\ d-anr) . Lps,aa a6 urn^urh t2rnrr'l-utt it- \^e^>.aa , yayylb\,++ \err*-h|
%q- acjf\tDt( rMu\,.orEr biL)\^ LQOe
Icoct unqhvo r.rncr nernj.f , hutqo .lruLr]c u-aet.:k-
) C pnr-) = h?ot^qd-.i \erqi ryLci\4c,-\arL-a■ ゃ、バ ?
ハ 0,・ V e-lq-r er-a-' \r-.6. u-t
-E-ti'e-n- n4.ar\r; or h> Lza-n ia-heicrry? an **,rr^ t<a- F(- b p.naezft+V:tr.^-vtd
Utt,ofrn-Or,t^i
L<{r-* so\ L€f+ Va^\*a{- oau/l.(ol-oFa Cuga o )
-V'L\'e rL rr\e-r\qal-.CL"-,0'.e nn-6:Eilr b..r-.-c} .--.o
lo^t=.^q Da-n-!.f ot LeiLe.Ua (,,( c{ya.q )Q)lo{Z-re
d.-an [zgLgrrh A.-d-a Variruq aMgl^nbqrl\-(rorr
6+0 ^nr.aLq< te.n.tona banu{a L+fr'ttt-tar
ヒ
- \.f- t i ar {\e-rqat h/-q b tt{--ato,.
1-ou " ;a-uf'c!-&c. vr-cao, be-r.ur.jaUftrLLra- dc.^ (u tre-n
U9Vo-aa,rnr-tac^ .len +-r.,--c ,pen ua.i-.'rtn-cJa
c- ?F-r o R-tr^t p\ AqNarA trit-E++r.14.'1AN
1. l4e*"oL-f-e-feL<hFan Pola" oc>tl)ar- be'.r,uburLq ao a)-to.,otn A\-.{'na!rLe,-
Ъaや ~
レ いnタレごΥηC4t CChaり" は、飲νメ
“■■―
~う
2|
ド 喩en― αレut ba-.t'r(,r\tnclan 4e^6o r> aAe.r, ce-tQ.re Ьやoそo■管
a. Nrrtfr+i l.{ry-qr\a r[a^ L-eU'ttrzX.o.n f:-tbutt bor-\^u\-.-Lrr-aan dtQr-.r--.n\r, 11;.7i y1a. a S-Lt bcz v-t WlrrLc cr f\ c"r)
q" ?"-+rr, en-a- pp y.6;e-ta.h cr a-n berh tr{,2 q}r\-q a<n der.ca6rn E-grci nq aN{oronaF'υ
D \ NrTgB-vEvsr Er?er,-a\ rerANゝ α、‐ コ い。ふ T,al.ra n\ k*terta hr.rt t Ct:oc ) 1 ntB-rvtnsi kpbpra\,^/-at,ln
",mlo′ 場 1 9gtetrh 21i 1g"1.s{^rc.., {r r-reera2,n たQrpr oゎ_附 )へ いドM(33→ 糾
Mei ro tt t-q-be-.o-v,^ata sQ-Lcam-ai ?1. zq a-elrvt ヒ気Tぃ、ひ na解√3mmこDr{q u\ tL- j( あ いOctっ Lan ttrし へヽOγ~
、っぃ \-rC-ttpc.S , ?rOlci.l-e-ne. i\or tzli..,
υヾ 3` Ll?-.n c^-rrc.{' Se-trqra Q tQ, +-:D gtlCtra nofrouf )
ol-g^aq\1 !€-r:lRrt>. hat--\ a - N/to nr\or p1-ekLLerLF,U
htc-pc.r
03巨 LATIЮ
A€rp?rqtor-ra Staf,rr ' i,r-fth1q+.z n- (o1O bnh-lc4+.irn ere.tiar,"-e C:
rr 92 nntlo.ny (ec-
,Ttaou acta ss+qk Y\o+c^f I ,-
I Taa-U. qet' sa-can6rn-s-
ra- i,T o1p66- citr.orry,al
lrI tt-+- cl.oic.r-*
i rr+*' lra o
t<at*boca*-' A4 d-ow|e-r ,
L : lFetrltto^ e\-rrfrna 4 , Letu,har., W
* - fetukr-en bqrat g. .'lr-cla
3' trQlul'LarL sac\onq l.etuhqn
P.r, tn Yt4oaae**ent C t4Oo )._‐‐ 技 aハ qq… 2々 2曖 4awh |しLau屹だっQ"ヒa、 睦n
hl.{"* Lecara " LLA, ^
Iie-n ,fr?tc. k cr,
nQen" cleno'c.h lznfr:dra ha;-t 1 0レ`ιrva V“)6ヽ し 陸ヽ
Pem LavzL (z Ъ′ 心yl。 卜隔 ′ Tf,-V Utr'en
a' LaUu, Vc,r:,
gl ドeし αレ〈α6
ダ ls`じau堕ら しぇ2´ 瞑(レt(ι`ι
n , tDn to t^9 ,@c,LL-c^o\ 4ryLP-x'LI\U a*r..rl re-n\trru. No/f[4-lP-m Lontr.1L Citaos)
(na rLca br 型 ぃ ら…しon Lレ l anα
0r eLq Lr r.r Lz qn +OLL nil,e rpn I i (t rut c l4ehuraroc ]otrd-crtz cucla c,\evr4 auca+ ndu.n- 9e[ Lrql lzaa{cLtu- Atuq1く dreに
t, L.eLu t.er" el^ettrirr,l
2, Lte[ut <,n bf , Lte-fu1;a n GLcl-otr-,4 q . h-rlcn 1. ae\ak4
3 i gcteLah daqQwVaun lmcrq wq^
(Varz:4,r , nn Vlr e rt rr,:.a
utl-r-,lr,?na, Qta,\r*v ( t OO4) ,
t . l4cnjij'flaLLcL^afi
IMも ¨ !し
|り uЧ tLiド2
ぃJirぅ
‖い「
)nantr;+orU cLda ff\qa,jL
Tr λαュ αaa let¨潤レに
2二_全■2232■_唾 6
に 臼 らひ■1 応 t辞 〕簗 ttttt4
勝 )
p~にat tt lnnuntレbb traoL. tu".r,,
…
3 - \^ o hWAq- k tten rl n tut Lc
a' Tt'*.?*na tltg E?-t-6.
S´ _L愛としぃ― ぃ_ 「ene _し`むαu Lで ぃ ンti Cへl<ete.crlqqn --
|シ 隆 tЧ 、ιゎ 。し、ドm くし隆
ス,LQtu性 nヽら20t h‐ら,ktitlhanヽ ( t^r.r-r.' llcrnrhdi6t E),ip*q &n
8 ' LLnurn^ Y",a^,b-' Lv k'nt ILL tL
I gta*^h r.il ar+trE-in tr-rrda.l.a.n ´ιttj_次 キιa tt ΦЮc― CS~も。と
i,v alervt seuour.fl. 3XZ t - Mc-Nqk.ctii *.-rl4+-.-t-
kt i uco rv.€6us1,1L{Lkan
lし ち3Ⅷ iζ l lρ 鋼 くヽQオ‐ い`集h 夫贄ル、 δ、 3_し a医 沖 崚 てaし― い 〔Qに漱
da- kli 4.J,1 g*-!-nt*"gf
l(no.x\ealas -- 4iseaio prD(eIT ( r8o3
W\c-nraAt> u-t-kc,nJ
二=Ⅳ
い`もしb囃 年`n
l l導 、み、4″ り、Цaレ「
| 1温二ごぃ卜_L"
L tzl.a't- a{a pe-?\q€fuzl l.uravr
a3 pOrrrq€-fa\^ua,-e\ \g-n>.^+aE|
|う = )とぃ^―
に…
MOat_t
|へ = 叫 、Lぃちへtしけ_αに スヽQミ:!]
f = Da,hjaa-j-a.t(ue,^ qo,u^a \u".5
観 D
NT″ ゞ l
vJak-r., lxto a* f{espon Ltie-oMe ., l-qii U.rto. ?\c^p ar- k\ie.,
Do =rc,;os Etiqr.
t ngq u noar, rrfut bqntuehalqoasarr . t€rde
の Aレぃ( alTo
U(ζ Rに、ah ttnan,k lleヘ
trnrr-pc.k tgs arL
Me na Pot ln-Lo1 \zriB n serr'i+ow I DS, Utro,-, MenaateL{orn
卜Ae~■?eィ‐ kqし 4ぺ DS - L-,r;en ryro^aafzz!-on
binq. sa 1 \.anuL 3 ( SC取に ♭貯レuQnL\ qn klio n Sqcora フ∫二 |く i「Qぃ ta、こm nuQ■
´raに 。 aaa_oP:Ir Ue'i
bsrku r.ahq Gaat t.j,r-,d'z P'rir1
oQ" fi,.1e".'Seppr.li
L-B = FUen' di qroc, cb*a
o S = S\.atc- nq51 S
o T : nr.{en hilqnq tiwrbq\lvlen8 kql'i non veraat k-lr.e.. I Do = \.-tlo., rno",-..q,j- gakj-;
nLls\^\ ar4utotul
ィ“
a、__l mQЧ anan 9ゞ ,レ T`cへ 。40nネれ は
tr-.t-au. ct,clca qerar i
|卜 /19rnヒ 。、l hTdQ,こ
i \ernbut qq roftol<*
―
Me.^quku- TT|(/ kLt
DrJ " th tt 1do n4n4t(q ,N - t(oz./nlLa- lio x /rvrenra ,5.< aC r6"c
'tetertv btlo nne-\c-VaU aa Lcordlrcu
.oow[V\l 1,L M\nn-ciLzL:r TTy r-<tio
0o ,772 , \Lo 1, mrnttq ,fga-di 169 x(mrtILE *Bx7n,.wnt+ g zu,Toc
N\orvr.;t vraa' k\iaa L\i/?futs ?f .. k-\ien melqq ra aレ noFSし
r\aL<c^^ , kc^lau^ oT c.i-au'r|
I PLaレ nゝ 、γ【enQり 、i m ttal
- K\ien o??hoabeam vna\a't^ rnualhZ\au. 7.1runtrah
'ゞ= tく liを nαにn.q+4ヒaぃ SaJ`LiV\ernbe^\2aL- +e
´Tい 10レ、i14掛αひし c 5o IDO `わ らata■ぃゃeレら~koハ metatui l
- in TeL,h' &a,ni-troli r. 5o
i 1 - rrLie tt-6 O^ao^{tn- n 1^4 r
ム■0い Lヽ lt′■ I MelqQ". TTソ ヒ tヾ0い |。 ξ =`
i ptr -"1 0 lzo /80 uut N loB x&nq n;
, h-8- 3o xlrvgtrtt , !-urhu_ s?"clt-rr ||`■e,ψ υ■ u区 aれ 曖 an |'t‐‐k tt‐ 2ぃ
"tけヽ mυ tt Pο浅 熟hqOしっ| しヽ ′。に¨↑凛
| ′ l t― pr θ餞 市aQo 31-i - Kqi a.n
Vno NtQ,rYtc l<-ai OksrZ
Az{e-no, E-tr Ltoa PCr \aooa- L.Uen <-e,oa.-t
●へιt′ atan,十 cに滉ぃaar「 0′レk「
ω tら | l atintに。ζレ リァテ′輌
|、 IM Otlhqsn 9. rnonraon1. DO, k \tan l<-pqt*-,e_ Oz- Zl
A- al"-cb.'
McA入 りゎJュ IL_ HFQハ セ /`ガ DS : \<lien nnenqo+ql.6n tesqu lw/uura
j-qlavu po k&.' 9e-lgnaPl, dqdr,tiz
f,)S . LC\ien n/te Ctt 2じ歌
´卜 M も
Q北,thちcrぎk 、Q し h
レ lばh 麟 o
iCれ2
DD. MuLut klien +d.n
m)
L
l!ef.oy7eth__4ie_! q11'ft-tL. I DS,;t u., rvr Sn4carzz e-a,,o
い、t a tcah 鯰_d〔 L‐ セィρ( &SE"" rvruiut l/nqh'l. lerato ba(.rr?htur,rzrkqti tnuo\ f\auntahr )<lien ak'1. fnrra [.
rIu f\1:ah lx ]-etc-ri Wqi--. f,, oqe.r? haoc*r\:qh 5cl6qi 6rr'd
9e lgt, a \-.,.." perhQnt- lz c.rrcro^, ki,-- elqn be.
czie-naaf-. cl trrl-cr tr
o fL= !14ef. .{, clc.do U_anone J . SLcc[c- rrqgn' ,o I ; r!L{e.vr l,n it dnq {-nocru U
lVlenqqKur l-lv kri-anD O . 1.0 1'to /6o rncnrtcl pa<{i tto4{
ll(t- "g>z,rnenit eul"u ?tot 4aC
Oδ .0?ω lレ k air \:€nqeiahuLqn E\i t)g- E\rgn 9,!4Lr o<-,.zzlq' Man6crfuiLactn
C\<ntt ?QlLta"erq -€nr Lヽ an(、スじ
ま
Seue-o,.arrq -\Cti
Mo r.n be*\c,a,n *qrqu- aba+ D9' Irl,e-o "*e o-c, zi\ztLz-tn s€cirk-1,Cir,preo' ts@,toco\ac krn4) d-c;,,r-> ‐
■ 笠ひ凝 cn、u ntilc
ol>c-a* at nf Eme$k C Dt, '- Ol>c^L Surdr-.r l-r d rrlr,pk-r,ikav-r
ht)!c.[t-r'r w t-t"+e i A<i 5.r<1ut-3o"
W1 gt."ulc.Lcan te\<-ni1e cLr
SQキCヽαh グ ftCt寝 cih €\a.tx<cl+-
Do. \,€he., u\sbih L
tOヽ Oo、へょ、ら 」 p― k、 リド は。イnへぃ「
?-r 23,. ,'Gq-"rr- ' -fu\nu 4a,5C-Ment el-t"^n ecluLza'l-i y>acla D! t. k\tun
\<-t1 enta ko-lirq.aa to s.tc. a\.<qir h,r€LaLar-rL<ctn zLl5-+raLz6
| シ‐`ヽ FQ麟eoし ヽЧQ■ tre,LqL€-sclH \tVa f,qe--) Menin^tqi-'c, bp.ro. t loac-\atn Dq -- \<t ien ryr€-na elar,tao be".te
b.-6 n €.rr.tn Sqnnen:rqtz di-
h " E& se\u_aca.n ^ 4r W.
―
l, Zri Mp_Lc.i,crr t/qn banau lat.ay-cam .tanc-lcn-
l-o r'cL a \_nlz.l
I hici r-crri O, rvrc.r?gscr h-Y:i
*u.4e- \,cu\it 2, 6ds-ti1,. ,Uulr+Frzryrrut banuat,
Y\enqai arVan C-crra Lahh.an E , 'lzLlen
berl^rr.A.,c^ s€'"i-e.Lah l-alfl^c^^
M Prnbrn'Lan l"APi oLr-rt SZrLrqi 9ち Lし「ヽen r\tenacr-rrA Lzq f'l S Q d.r12rt pes-I1^
― lへ Oヽkふ 降 い [ha、 ne 5じ l?O , ohr.. E ur cta h ailrrret-€.l6dn Metatti i
{U [6l1pter c)e.nqao SUalut 3oo
i 4-*elaL< f4c)c atgtgi .
|′ 2 1MeAquレ u・ ヽぃい α _ta´に支av`¬睦=( |,ο =†ヮ 13o√ θo Mttftaノ い。CなJi tυ 0
n4e-nFE, lL\a- 3O >o/rneri-rt, L.?L,811\ eynpe.t-Tartn alvl< qa .Iqrapi O t \4.\) e =V\tea rnqrr<-t*c:r t c,n AJq }<- tuctale
rcar:t\t Lciien l.rt2\crLzrrLcqn ]f>S -- Kt,a-.nanqcd=LJotn (€,bih S
!uni zoib ov-arl hiqirJ l mut帆 い ● α SOた lQh
100多 Mu`ut縫 囃隊熱t tobMD l.tgw t
0ぼ・0001 M anoivu.ur ,lcr^.ro - -Fo"rtr. tn't-a( ?d r TD \z':1go MhaH-?x / N4cl i- {io
nAcn乱 ′5=ろぃ ら。こぅlЦし要ン′/続咤
∂‐cx uθ 161 2 OS=自 iぃ 、2
机 ヒuり 1+Q■4,1
k-crto.ur t -<lur. g?l-i
_P=nЧ c■ もマvャ。“
c
1ズヱルtメnし磐ド b2
sAtenq aF- <luc\uL
- e' nq €e-. s fttrs-{t< - tusLiLr
- [t-: h Seft' c\i a.e-a
v⊆ ,su、 こ、G 卜u en
、OOい (ら |■ で
13ο /υ o“ r/tt , tUocti Ltzxfrt'rrrL 銀
降 tox/ry2nn Suhu AG,8' flq.nl
-f r n\4e.h hil
M e'r"\:e nl<stJelql2 --oEq!-S-suqi 0O-. oEZt s".--Poh dniit€ k{,;L<qn _,
fQr de
\<-€tor-ol.<c k, *19 \cp6lcrL '3oo , -hdi r-r ( O\es.
可
―F鈍り、「
…
_ヽド レい
しυ
Lr".a-., t'l a-tercri
= F,,eo rne n4ct-tct L-an 5€-Sak-
D0 . 1vrdc,p651 Po$\gOu.1a.ci$ otrZrL
bc,r.e",'\2alrnc\pqlian / F TeuL{e nI;
t 28,< /r..e-.f'LMe .,oi-:-+.a.r, hti'en r-rrrcul\< DS. Lct(en nnana at;Ltcrn c4
Lotih.ctn pe-r-r'. tralat,n
1.A..-,.oTr-F=-€. !-, \.<\.t'qn d-druK 0noKo F -- l<\i-eq r Zneq1at.av-\ oear(:c.rn-
{heUqecdr', c\.){r] {-Uanclh gct\<t:t
\t€bq-, t r- nuf3ur- fu^.lo I Se-h-clok, k.UQ.c')
MCtfttqll 7te.\-.} pi r,tasih tercrc,
Ivtenirntocn*^'oeraLbcidon L<l ion
Dケ ニ■ヽこ●ヽ hauaρり 、)Qoα式` 1>十ahu
L.\ia.n 9..- Y-e\Ua ζeitにい υ「に、中〆αぅ :今trr/2cバ 4●マリ
,lct\q cfr*€n-rrrc
DO, ´ (く 、iO rl cvl
m a{\{-r-p(rq J-ttq t. Ier,4ir& n rJ q.
-1く tヽ2へ ⊆ζQにua
Monrel alL. a1 pr6l6^- trgq1-g,a(zt-
- Pl i Orr Q lcolua(zi1 fnr,d\crri^ro!2 z ctq N
4. alo-; 3 Vn^.>, qeFlq , j . pr^rni 9
In -t-.t on nnoncecro,\,r
DS - {(\ien lAerqc(tatac, n
LrL L \V rn SU c{ r-, ir l2pr p u
ミα tt υレaぃ aてゞャ α鼈 iロ PS . l<-\icn r.nerua c*-auc^o (ebil∫Cね aヽh alヽ 0嗜ェ
“っ d― し■ 健
J7D ' l.l,"t, tt. r5e nqu,,r,, 1.lo.n lfa1<-
1。 b〔 ⌒ヽ_ しQ
Mo nn lzgri k .n -fa..r- c*>otv gErlra i p$: 9b6.g clrboc.l.<o.n "netcrLui IU
f.aFel-er tdq sucluL ?o' , ti*dark*
aclcz lc,t,ftd"a *+andq ALerg,D0. ku\i<, ferqlra lembup h1.e.;l.o1{ ut^qtiva ar^-orrrq.rvrfs zrc{rrlteL-t
9 u cta\4 ltclqi-" rv\Lta\\
lteni
ibV- [-e.r C-q % ?Jca+, fdrilhrt [Sr
l,cutL f- Aa*rtl.- -
Dp-- T? vo 18a mmlL+ , Nraa1, i(ol^A O nqUK-uron trrnd-ct-1on&
v-a+E\\ L<lie,n M e nft ′β卜 2■ ×ィ~.Qn
b6,cJ"t卜Aこン、
~ゃ諄 歓蛯″″、り_に υ` tいQ"´
)υ千つ た し t
f じv ASI J<.eP€fiAL.r41-4 N
Avat ua,5-1 | Sor,P;
9- - l<(ia*', n^ b賭
furri zol t * Flic!-, nrrqooctlcrlzan strdah bi:a cr.rra
Q: flapc,r l-\ten captt, [oanq;&o.5D wr rl 4ar.1*19c:r= ron\<hr di lntercc,sia U ,9) , \i e
biblr p供⊂c漬 /ぃと も∩arοl に、ゎu1 3ヽ Fヽ ′T'|`/80
tCI\^AlLq, Nadi lto </"l:one, , VA- Z+x1c*enit , SUtru ZL rgcC_
h ttメ tη
U@nH fr-dr);a.l (o Qo\へat{`u br
Ttaof- a.J-o Safal.l r\cttlfdcit-
.r-cl-a- !f an-6rad-
\d'ot ac{a \r-rqrz O.linaj- a\of,Ar fncs(
Marvrp,.^ o4en-a]or. (td l/2-r1c.
?, <? rfl Li.CF<zn \ O LQrvA,n-k\
.1 ' Pe.< -. y.-J4cr'r“
τ「
ξ2alfO ω〔Q√
3 1ヽ 4、 〇∩Ph′ r ltt/
k h,tat-]f-e. r. Ltfen Llnfttk_ [c,t'hon lqroo-(x,s-aa
. - Kh en rr,re d-qc.{-c.Lc"? nqe^ Stlclc,
.lua.-rt ; C! ,flgen 1spn"Li drtu.rtk:-.fcrs,rF ; F:nu,)Q.ri cff a,re-a c\cxAa,
=nLlen hi Lar.a {rnnt^-rU.
, K!C" rng1.g{aLcarr ki.Sq rha\cu\.rtf,_an *ou<nik clt-str-z:L.f, ratqLlto*kFc\<c.n l'*.l., ferb c-nguf\ \-*Lav {rJ.ln
⑬
‐ヽ 1化
O "]D 1'!6(gsc,,trny19 , l0od"i lLOxlryrenat- , W Z<>x. 1^r-vte.n\t,gulrru 1lr,g.C,
Ki ,Zn lcnnp6rLziman- -t\- S)ki:t -1ikq vlqe-t rnr.-l.rcur(
A= やヽへ O sat_い に }ぃ ¨ 七ンは情 に可
Pom. Le u^e-t Car oz-)
'T'ftr c)r-\\-<;ff \-2otav--ia nca-fr,I(a\
flain cenfrpL c l("os )1に |●が ぃ「
Mnrc,ta',u.-c.^ tck n,k oDr,r
Tiaor- ctd,c q6^7a,1!rc11 €: d.ur-r
= La.r\ute\aa n `Rヽn er,1eL CtU"s) "
LcreuL. a^ i i nH?ri 5-Ltst--< \coq^n
ζ ついっぃ R、「
ヽ 争′
L-a\rq-"r-< an clf!+<22 \-", aO \=1
-S- [\O *ko^ {Q16-1-:, c^Y1a. ; lCeftroL-,. ? o
:_-]11Gl._ llar..A?! e\.ah gr-rctcrh €rd-crt- mtrc-,.u,t'n",runta\-. )<:.nJrini 'z-or! .) nr cl L2 cn n \\o n eld 'S se rr C aLt .*<an Bl5 -tr-l i-.ct
Q , rr"ruL.oCc, lo i bl- Verio-?, pu€r-g rrdcr-r\ca@ banuq{r ,U1crrrq l.grrbol.-
\,<,uLlt , cLeh-L( , kurLrc tqr-,i.a \Q-rnbeLL-, b
Ii 'g \-tru n Cc. r. (c.Lqt i ^ i 4t k4 .
fi = N4..a.icLLah lgelunn tpro.barjl.lulnF,onau !trrt-r-rS- ( i"oOa.l )
丁Ъ qk adQ “unt
1-i.-l o1-. crd-c;< ltYL
t 6. c\c< Lao1a(-
l'l:rp5., ^rla\<-or\ \>lrt--ar1 6 6aY1
'Hi anos-i i 3F = Lan\ urt.l.an int P-r-verl{.J
u N'-t+o-.,+,,r^,.\ Moh4q ar,"gat C tttlts\'
」‐Moはも。 い。dmバ e . Vqt-\Aan l,yra-p,
′・ 1_a14)ヒ Qっ ′にぇt hta rQn。 しリレv ,oξ ―・
D3 sぶ 駄 p hqヽギ
]-t \o s^c.1"- lz\rpn un
⑩
∂ ○ら
I = Flie-n r e^Sc.traL(a- ,-rtqry\c.cLi teoi'l-r- qt-\ ctiXe-l-qnJuni '1otc or nnCXjr L. K\ion av ao
O = - K\ton ctan tset
Krroo'"-[on l-ro llenlq',/v^Ala baffi.\qaa.n-en B c,r ki L , tq+)i' binalLra\ s. ac,*- vapai a-tar.l,<t n p(Dre-cl{.a c
´_レこ112n“北oれ _レ2軟ぶスL聾垂 イ10 nlαい
“ら
=生d_aべ 5 ρen
j al art S h_rt.,elcrLzo.navtDn 1gq a,\r' 1_e o rrrpii\,cari
ににぃt。 : dt.s sor-a pcoce.ic C tAo a)
Forni Lt ar cle.rq qa p,rta aL<-f t-Men des (<ri pc( Lten T(ヤ 陸 いua百 ■
Men qe bc-r
Me ns-lebU+- ?<.\ t-crrqa qe?-ala kCnqqFi-E
@ ta/\cl- c G<-t,n nraencaq.a hlcon.r p iI E..u<
: Lan\,--rtuo.t, itn-eqll/a^A. tr tqaow\e_d-ge : c[tser\(e_ pcDcgg Crgof )I - \<crj( (r\
¨
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
EFUSI PLEURA
Disusun Oleh:
Heni Wiji Utami
A01301759
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
EFUSI PLEURA
Pokok Bahasan : penyakit efusi pleura
Sub pokok Bahasaan : Mengetahui pengertian efusi pleura, proses
penyakit, penyebab efusi pleura, tanda gejala efusi
pleura dan tindakan untuk mencegah komplikasi.
Sasaran : Klien Ny. S dan keluarga Ny. S
Hari / tanggal : Rabu, 1 Juni 2016
Waktu : Pukul 14.30 WIB
Tempat : Ruang Teratai RSUD Prof Dr. Soedirman Kebumn
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan diharapkan klien dan keluarga
memahami penyakit efusi pleura.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 15 menit diharapkan Ny.
S dan keluarga mampu:
1. Menjelaskan pengerian efusi pleura
2. Menjelaskan proses penyakit efusi pleura
3. Mampu menyebutkan penyebab penyakit efusi pleura
4. Mampu menyebutkan tanda gejala penyakit efusi pleura
5. Mampu menyebutlkan tindakan untuk mencegah komplikasi.
C. Materi Pengajaran
1. Pengerian efusi pleura
2. Proses penyakit efusi pleura
3. Penyebab penyakit efusi pleura
4. Tanda gejala penyakit efusi pleura
5. Tindakan untuk mencegah komplikasi penyakit.
D. Metode
Ceramah dan tanya jawab
E. Materi
Terlampir
F. Media dan Alat
1. Leaflet
2. Lembar balik
3. Alat tulis
G. Kegiatan Pembelajaran
NO KEGIATAN WAKTU EVALUASI
1. Memberi salam, menanyakan
keadaan klien dan keluarga.
1’
Keluarga menjawab salam dan
menyetujui kontrak waktu
2. Menjelaskan maksud
kedatangan dan membuat
kontrak waktu.
2’
Keluarga mendengarkan dengan
seksama dan menyetujui kontrak
waktu yang ditetapkan bersama
3. Melakukan pendidikan
kesehatan efusi pleura
5’
Keluarga memperhatikan dengan
seksama.
4. Menanyakan kepada klien &
keluarga tentang kejelasan
materi yang disampaikan.
Mempersilahkan klien &
keluarga mengajukan
pertanyaan.
3’
Menanggapi dengan melakukan
pertanyaan.
Menjawab pertanyaan dari klien
& keluarga.
5. Melakukan evaluasi 3’ Keluarga dan klien mnjawab
pertanyaan yang diajukan
6. Mengakhiri kontrak waktu dan
berpamitan kepada klien &
keluarga.
1’
Keluarga mempersilahkan dengan
baik.
H. Setting Tempat
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Setting tempat sesuai, mencakup persiapan acara, persiapan
tempat,waktu, media.
b. SAP tersusun sehari sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan implementasi dilakukan pada tanggal 1 Juni 2016
pukul 14.30 -14.45 WIB di ruang Teratai RSUD Dr. Soedirman
Kebumen.
b. Klien dan keluarga antusias dan mendengarkan
c. Klien dan keluarga aktif bertanya.
d. Pelaksanaan penkes berjalan dengan lancar.
3. Evaluasi hasil
Didapatkan hasil :
a. Klien dan keluarga mampu menjelaskan pengertian efusi pleura
b. Klien dan keluarga mampu menjelaskan proses penyakit
c. Klien dan keluarga mampu menyebutkan 2 dari 5 penyebab penyakit
d. Klien dan keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 tanda gejala
penyakit
e. Klien dan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 tindakan untuk
mencegah komplikasi penyakit.
Keterangan :
A = Pasien
B = Keluarga pasien
C = Perawat
A
B
C A
B
C
MATERI SAP
A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
berlebih di dalam rongga pleura. Efusi pleura merupakan salah satu kelainan
yang mengganggu sistem pernapasan. Kondisi ini jika dibiarkan akan
membahayakan penderitanya (Muttaqin, 2014).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (10 sampai
20ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi (Brunner&Suddarth, 2013).
Efusi pleura merupakan kondisi dimana dalam rongga pleura terdapat
cairan berlebih.
B. Penyebab Efusi Pleura
Pembentukan cairan yang berlebihan karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkiektasis, gagal jantung, gagal ginjal dan kanker.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat : dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis),
sindrom vena kava superior dan tumor.
b. Eksudat : disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,
radiasi dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi : disebabkan adanya tumor, trauma, infark paru dan
tuberculosis (Muttaqin, 2014).
C. Proses terjadinya Efusi Pleura
Menurut Muttaqin (2014) secara normal ruang pleura mengandung
sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleura bergerak. Akan tetapi, pada efusi pleura
cairan di dalam pleura melebihi batas normal. Hal tersebut salah satunya
karena peradangan/ infeksi dan adanya tumor ataupun kanker. Pada setiap
infeksi atau setiap penyebab peradangan apa pun pada permukaan pleura dari
rongga pleuradapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga pleura
secara cepat. Akibatnya terjadi akumulasi cairan di rongga pleura. Akumulasi
cairan tersebut menyebabkan penderita mengeluh sesak napas.
D. Tanda Gejala Efusi Pleura
Muttaqin (2014) adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit
atau nyeri di dada (pleuritis). Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Selain itu muncul tanda dan gejala demam, menggigil, panas tinggi (kokus),
subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak, hasil rongten
menggambarkan kesan efusi pleura.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis
Ellis Damoiseu).
E. Tindakan untuk Mencegah Komplikasi Penyakit
1. Pemberian terapi oksigen
Menurut Pamungkas (2015) pemenuhan kebutuhan oksigenasi salah
satunya dapat diberikan melalui terapi oksigen. Terapi oksigen adalah
memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru- paru melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan terapi
oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernapas, sehingga sesak napas berkurang.
2. Batuk Efektif
Menurut Muttaqin (2008) latihan batuk efektif merupakan salah satu
terapi modalitas perawat unuk membersihkan sekresi pada jalan napas.
Tujuan batuk efektif ini adalah mengeluarkan dahak. lakukan napas dalam
2-3x melalui hidung kemudian keluarkan pelan pelan. Pada napas dalam
yang ketiga, tahan sampai hitungan 2 detik dan batukkan menggunakan
otot perut dan otot bantu pernapasan lainnya. Disarankan sebelum batuk
efektif minum air hangat dulu, ini mempermudah pengeluaran dahak
(Muttaqin, 2014).
3. Latihan Pernapasan
Tujuannya untuk mengurangi sesak napas sehingga pernapasan lebih
efektif dan efisien. Latihan nafas dalam tersebut diberikan sebagai latihan
yang diperlukan selama perawatan maupun untuk penatalaksanaan pasien
dengan masalah ketidakefektifan pola napas selama di rumah (Natalia,
dkk, 2007).
4. WSD (Water Seal Drainage)
Merupakan salah satu modalitas terapi yang digunakan paling efektif
untuk mengembalikan kondisi di dalam cavum pleura, yakni denga
menggunakan selang yang dimasukkan ke dalam cavum pleura klien dan
kemudian dihubungkan dengan seperangkat botol, sehingga mendrainase
cairan abnormal dari dalam cavum pleura keluar. Tujuan WSD yaitu
untuk mengeluarkan cairan di dalam rongga pleura (Muttaqin, 2014).
5. Ciptakan gaya hidup sehat
Gaya hidup sehat bisa dilakukan dengan tidak merokok, minuman
keras, olahraga secara teratur. Olahraga disesuaikan dengan kondisi
tubuh. Selain itu bisa dengan mengatur makan- makanan yang sehat dan
tentunya makan secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Natalia, Dewi., dkk. (2007). Efektifitas Pursed Lip Breathing dan Tiup Balon
dalam Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pasien Asma Bronchiale
di RSUD Banyumas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Volume 3, No.
1.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
EFEKTIFITAS PURSED LIPS BREATHING DAN TIUP BALONDALAM PENINGKATAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE)
PASIEN ASMA BRONCHIALE DI RSUD BANYUMAS
Dewi Natalia1) Saryono2 Dina Indrati3
1 Mahasiswa Program sarjana Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman2,3,Program sarjana Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRACT
Asthma bronchiale involved into 5 of major lung diseases andit increasingly in prevalention rate, in also in hospital case, morbidity,and mortality. Asthma bronchiale Patient is getting disturbance ofexpiration, this is shown by decreasing of peak expiratory flow, andcaused to respiratory function disturbance, low of productivity andquality of live, so breathing exercise is very important to help gainpeak expiratory flow.
The research wants to know affectivity of breathing exercise inincreasing of peak expiratory flow in asthma bronchiale patient. Theresearch is quasi experiment with two group pre and post test design.The respondent this research is 52 patients of asthma bronchiale inBougenvile, Cempaka, and RRD ward of Banyumas Hospital fromJune up to September 2006 which was gotten by simplerandomization. The writer used primary data was taken frommeasuring of peak expiratory flow at pursed lips breathing and blewup the balloon groups.
The statistical analysis is pair t test and independent t test.Pair t test with 5 % finding indicate that pursed lips breathing andblew up the balloon are effective to increasing of peak expiratory flow(p<0.05), and the analysis mean of two groups by independent t testwith 5 % finding indicate that pursed lips breathing more effectivethan blew up the balloon to increase peak expiratory flow of asthmabronchiale patient (p<0.05).
The conclusion of this research is breathing exercise by pursedlips breathing and blew up the balloon important in rehabilitation ofasthma bronchiale patient to increase peak expiratory flow.
Keywords: Pursed Lips Breathing, Blew Up the Balloon, Peak Expiratoryflow (PEF).
PENDAHULUANPenyakit asma bronchiale
masuk dalam 5 penyakit paruutama yang bertanggung jawabpada 17,4 % kematian di dunia,dan dalam 10 tahun terakhirmeningkat sebesar 50%.Berdasarkan survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) ditahun1986 asma bronchialemenduduki urutan ke-5 dari 10penyebab kesakitan(morbiditas) di Indonesia.Tahun 1992 asma bronchiale,bersama bronchitis danemfisema merupakan penyebab
52
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
kematian (mortalitas) ke-4 diIndonesia atau sekitar 5,6 %(PDPI, 2004).
Asma bronchialemempunyai dampak yangsangat mengganggu. Gangguanfungsi pernafasan menjadikomplikasi dan menimbulkangangguan pada berbagaiaktifitas sehari-hari sehinggamenurunkan produktifitaskerja dan kualitas hidup (GINA,2003). Pada asma bronchialeterdapat ketidakmampuanmendasar dalam mencapaiangka aliran udara normalpernafasan terutama padaekspirasi yang dicerminkandengan rendahnya arus puncakekspirasi (APE) (Price, 1992).Arus puncak ekspirasi adalahnilai kekuatan aliran udaramaksimal paru untuk menilaiada dan berat obstruksi jalannafas, respon pengobatan, danmenilai “asthma attack” yangdilakukan pada pasien asmabronchiale (PDPI, 2004).
Penatalaksanaanpenyakit asma bronchialesering dikaitkan dengan senamasma yang berdasar padalatihan pernafasan (PDPI,2004). Latihan nafas tidakhanya ditujukan untukmembersihkan jalan nafas darimukus berlebihan tapi jugaditujukan untuk mengatasimasalah penurunan volumeparu, peningkatan beban kerjapernafasan, pola nafasabnormal, gangguanpertukaran gas, dan hambatanarus udara dalam salurannafas (Jenkins & Turker, 1993).
Hasil WorkshopRehabilitasi Penyakit Paru diRS Moewardi Surakarta pada 5-7 Desember 2005 dan beberapa
literatur bahwa pursed lipsbreathing yang dilakukansecara teratur dapatmemperbaiki ventilasi sehinggadapat memperbaiki aliranudara dan volume paru pasienasma bronchiale. Padapelaksanaan di rumah sakit –rumah sakit latihan tiup balonmerupakan tekhnik yang lebihsering dilakukan. Berdasarkanhal tersebut peneliti tertarikuntuk mengetahui lebih jauhtentang efektifitas tekhniklatihan nafas terhadappeningkatan arus puncakekspirasi (APE) pada pasienasma bronchiale.
METODE PENELITIANPenelitian ini termasuk
penelitian eksperimental semu(quasi experiment) dengan jenisrancangan two group pre andpost test design. Desain inimengobservasi subyeksebanyak 2 kali (pre test danpost test), dengan pendekatanterhadap subyek penelitianadalah studi eksperimen, yaitumengusahakan timbulnyavariabel dan selanjutnyadikontrol untuk dilihatpengaruhnya (Arikunto, 2002).Perlakuan berupa tekhnikpernafasan pursed lipsbreathing dan tiup balon yangdilakukan pada kelompokberbeda.
Subyek penelitian iniadalah pasien asma bronchialeyang menjalani rawat inap dibangsal penyakit dalam RSUBanyumas yang memenuhikriteria inklusi dan didapatsubyek sebanyak 52 responden,terdiri dari 25 responden padakelompok pursed lips breathing
53
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
dan 27 responden padakelompok tiup balon.
Proses penelitian dimulaidengan melakukan randomisasi(random allocation/randomasessment) pada subyekpenelitian yang memenuhikriteria inklusi menjadi duakelompok. Randomisasidilakukan dengan simplerandomization (randomisasisederhana), yaitu setiapanggota populasi memilikikesempatan yang sama untukmenjadi anggota dari 2kelompok perlakuan(Sastroasmoro & Ismail, 1995).Sampel pada masing masingkelompok kemudian diajarkantekhnik pernafasan pursed lipsbreathing atau tiup balon, dancara pengukuran APE. Tahapselanjutnya sampel padamasing-masing kelompokdiukur nilai APE sebelumperlakuan (pre test), dan pasiendiminta untuk melakukannya
4x sehari (dengan jarak 4-5jam), masing masing 10 menit,selama 4 hari. Akhir perlakuanAPE pasien diukur kembaliuntuk mengetahui hasilperlakuan (post test). Tiappengukuran dilakukan 3 kali,dilakukan pada pagi harisebelum pemberianbronchodilator, dan diambilnilai yang tertinggi sebagai nilaiAPE pasien.
HASIL DAN BAHASANHasil penelitian pada kelompoktiup balon dan pursed lipsbreathing dengan pair t testmenunjukkan bahwa nilai tpada kedua kelompok lebihbesar dari t tabel dan nilai plebih kecil dari nilai α (α 5%atau 0,05) yang berarti pursedlips breathing dan tiup balonefektif untuk meningkatkanAPE pada pasien asmabronchiale.
Tabel 1Perubahan APE pasien asma bronchiale pada kelompokpursed lips breathing dan tiup balon sebelum dan sesudah
latihan nafas
Nilai Sebelum-SesudahPursed Lips Breathing Tiup Balon
n % n %APE Naik
TetapTurun
2221
8884
2142
77,7914,817,40
Jumlah 25 100 27 100
Hasil penelitian denganindependent t test didapat nilait 2,030 dan p 0,048 yangberarti p lebih kecil dari α (α 5%atau 0,05) sehingga Ho ditolakdan Ha diterima atau berarti
pursed lips breathing lebihefektif dari tiup balon dalammeningkatkan APE pasienasma bronchiale di RSUBanyumas dapat dilihat padatable dibawah ini
54
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
Tabel 2 Perbandingan tingkat obstruksi pasien asma bronchiale padakelompok pursed lips breathing dan tiup balon sebelum dan sesudah
latihan nafasNo Kelompok Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
n % n %1. Pursed Lips Breathing
a. Ringanb. Sedangc. Berat
--25
--100
-619
-2476
2. Tiup Balona. Ringanb. Sedangc. Berat
-126
-3,7096,30
-423
-14,8185,19
SIMPULAN DAN SARANPasien asma bronchiale
sebelum mendapat latihannafas mengalami gangguanaliran udara pernafasankhususnya pada saat ekspirasi,yang ditunjukkan dengan nilaiAPE yang rendah dan tingkatobstruksi yang berat. APEsetelah pursed lips breathingdapat meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 26,20l/menit.APE setelah tiup balon dapatmeningkat dengan rata-ratapeningkatan sebesar 13,148l/menit. Latihan nafas denganpursed lips breathing dan tiupbalon pada pasien asmabronchiale efektif untukmembantu mencapaipeningkatan APE danmemperbaiki tingkat obstruksi.Latihan nafas dengan pursedlips breathing lebih efektifdaripada tiup balon dalampeningkatan APE pada pasienasma bronchiale.
Saran bagi petugasrehabilitasi medik, khususnyafisioterapis untuk lebihmeningkatkan penggunaanlatihan nafas pursed lipsbreathing dan dapatmempertimbangkan pursed lips
breathing sebagai prosedurtetap dalam penatalaksanaanlatihan nafas pada pasien asmabronchiale.Saran bagi perawat,perlu meningkatkan fungsinyasebagai edukator untukmengajarkan, melatih danmemotifasi pasien untukmenggunakan latihan nafassebagai latihan yang diperlukanselama perawatan maupununtuk penatalaksanaan asmabronchiale di rumah.Saran bagipenderita asma bronchiale,hendaknya bisa berperan sertasecara mandiri dalampenatalaksanaan penyakitasma bronchiale yang dideritadengan menggunakan tekhniklatihan nafas baik pursed lipsbreathing maupun tiup balonsehingga dapat memperbaikialiran udara pada saat terjadiserangan.Penelitian selanjutnya perludilakukan untuk mengetahuipengaruh pursed lips breathingdan tiup balon terhadap pasienasma bronchiale dengankelompok umur, kelompokklasifikasi, dan tingkatobstruksi yang berbeda.
55
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
DAFTAR PUSTAKAAditama, Y. T. (2004, April 16).
Mengobati asma (On-line).Terdapatpada:http://www.suarapembaruan.com/News/2004/25/kesehatan/kes03.html.
Amin, M. (1989). Pengantar ilmupenyakit paru. Surabaya:Airlangga University Press.
A, Suhasimi. (2002). Prosedurpenelitian suatupendekatan praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Basuki. (Desember, 2005).Modalitas fisioterapi padapenatalaksanaan pasiengangguan paru.Dipresentasikan dalamworkshop rehabilitasipenyakit paru di RSUDMoewardi Surakarta 5-7Desember 2005.
Budiarto, E. (2001).Biostatistika untukkedokteran dankesehatan masyarakat.Jakarta: EGC.
Ediyono, M. A. (1994).Perbedaan efek pursedlips breathing danrelaksasi padarehabilitasi paruterhadap kenaikansaturasi oksigen darahpada penderitaemfisema. Paru; Majalahperhimpunan dokterparu Indonesia. Vol. 14no 4 okt. 1994. PT.Satria Tugu Muda(Asrita Printing).
Fregonezi, F. G. A. (2003, 11November). Pursed lipsbreathing (On-line).Terdapat padahttp://www.vardorg/jou
r/03/40/55UP2/gosselink.html.
GINA. (2003, 23 Juni). What isknown asthma (On-line).Terdapat pada:http://www.ginaasthma.org/whatisknownasthma/pocketasthma.html.
Guyton, A. C. (1990). Humanphysiology andmechanism of disease.(terjemah) (3th ed). Alihbahasa: Adrianto.Jakarta: EGC.
Herman, P. D. (2006, 26 April).Senam nafas sehatsebagai salah satupilihan terapi latihanpada penderita asmabronchiale (On-line).Terdapat pada:http://www.physiosby.com/senam nafas sehat.
Hole, E. J., Pickard, C. G.,Ouymette, R., Lohe,J.A., & Bowell, W. I.(1999). Patient careguidelines for nursepractitioner. (5th ed).Philadelphia: J.BLippincott Company.
Hough, A. (1991).Physioteraphy inrespiratory care; problemsolving approach. 1st ed.London: Chapman &Hall.
Idiyah, N. N. (2005).Penanganan rehabilitasipenderita asma.Dipresentasikan dalamworkshop rehabilitasipenyakit paru di RSUDMoewardi Surakarta 5-7Desember 2005.
John, E. H. (1994). Respiratorycare; a guide to clinicalpractice (2nd ed.).
56
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
Philadelphia: J.B.Lippincott Company.
Kavuru, S. M., Lang, M. D., &Erzulum, C. S. (2006).Asthma (On-line).Terdapat pada:http://www.clevelandclinicmeded.com/diseasemanagement/pulmonary/asthma/asthma.htm.
Keeley & Osman. (2001, Mei 5).Prevalence ofdysfunctional breathingin patien treated forasthma in primary care:cross sectional survey(On-line). Terdapat pada:http://bmj;2001:322:1098-1100.
National Jewish RehabilitationDepartment. (2006).Breathing technique (On-line). Terdapat pada:http://www.njc.org/disease-info/wellness/breathing.aspx
Non Name. (2002, Juni 17).Breathing: pursed lipsbreathing (On-line).Terdapat pada:http://www.copd-international.com/library/plb.htm
PDPI. (2004). Asma; Pedomandiagnosis &penatalaksanaan diIndonesia. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
Pradjnaparamita. (2005, Juli22). Paru paru sehat,nafaspun lega…!. (On-line). Terdapat pada:http://www.kompas.com//kesehatanhtml.
Price, S. A., & Wilson, L. M.(1992). Phatophysiology:clinical concept ofdisease process (4th ed).
(terjemah). Alih bahasa:Anugrah, P.Patofisiologi; konsepklinis proses penyakit.Ed 4 cetakan 2.Jakarta: EGC.
Rab, T. (1996). Ilmu penyakitparu. Jakarta: Hipokrates.Rachma, N. (2005). Rehabilitasi
nafas sebagai bagianpenanganaan penyakitparu. Dipresentasikandalam workshoprehabilitasi penyakitparu di RSUD MoewardiSurakarta 5-7Desember 2005.
Rees, J., & Price, J. (1998). ABCof asthma (3 th ed).(terjemah). Alih bahasa:Nugroho, E. Petunjukpenting asma. Edisiketiga.. Jakarta: EGC.
Rekam Medis RSU Banyumas.(Maret 2006). Datapenyakit asmabronchiale di RSUBanyumas periodejanuari sampai maret2006.
Riwidikdo, H. (2002). Aplikasikomputer untukrancangan analisisstatistik dan metodologipenelitian. Depkes RIyogyakarta
Sastroasmoro, S., & Ismael, S.(1995). Dasar dasarmetodologi penelitianklinis. Jakarta:Binarupa Aksara.
Soemarno. (2001). Perbedaanpengaruh senam asmaIndonesia terhadappeningkatan KVP, VEP1 ,dan APE pada penderitaasma persisten ringandan sedang di klubasma RS graha medika
57
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3, No. 1, Februari 2007
Jakarta. Fisioterapi;Jurnal ikatanfisioterapis Indonesia.(Vol. 02. April 2001).Solo: IFI.
Smeltzer, S. C., Bare, G. B.(2001). Buku ajarkeperawatan medikalbedah. (Edisi 8 vol.1).
Alih bahasa: Waluyo, A.,dkk. Jakarta: EGC.
WHO. (1998, Desember 7).Asthma (On-line).Terdapat pada:http://www.who.int/inf-pr-1998/en/pr98-92.html
58
Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema 1 di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
PENGARUH PURSED LIPS BREATHING TERHADAP POLA PERNAPASAN PADA PASIEN DENGAN EMFISEMA
DI RUMAH SAKIT PARU DR. ARIO WIRAWAN SALATIGA
Laily Widya Astuti
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT
Pursed lips breathing will balance the homeostasis that can lead the respiratory center to
lower frequency and depth of breathing in patients with emphysema who have ineffective breathing pattern caused by an increase in dead space. The purpose of this study is to analyze the influence of breathing exercises of pursed lips breathing toward respiratory pattern in the patients with emphysema at Ario Wirawan Hospital Salatiga.
This was a quasi-experimental design with non equivalent control group design. The population in this study was 134 with the samples of 34 respondents divided into control and intervention groups. The data sampling used accidental sampling technique and the data instrument used the checklists. The data analysis used Mann Whitney and Wilcoxon tests.
The results of this study indicated that there was an influence of pursed lips breathing toward respiratory pattern in patients with emphysema. The univariate analysis indicated that the breathing pattern before the treatment in the control and intervention groups all of the patients (100%) experienced ineffective breathing pattern and after the treatment, in the intervention group it decreased into 58.8% and in the control group decreased into 88.2%. There was a difference in the breathing pattern after the treatment between the intervention and control groups with p-value of 0.000 <α (0.05).
Pursed lips breathing can be used as a non-pharmacological treatment in the management of emphysema in reducing complaints of ineffective breathing pattern. Keywords: Pursed lips breathing, respiratory pattern, emphysema
PENDAHULUAN
Emfisema merupakan salah satu golongan
penyakit paru menahun (PPOK), dimana terjadi gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai dengan adanya pelebaran permanen ruang udara di distal bronkiolus terminal disertai adanya kerusakan jaringan parenkim paru (alveoli). Definisi lain menyebutkan bahwa penyakit paru obstruktif menahun emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara diparu menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. Emfisema mengakibatkan pembesaran acinus permanen dan abnormal yang disertai perubahan destruktif. Apabila destruksi terjadi pada ruang distal sampai bronkiolus terminal maka diklasifikasikan sebagai emfisema vesikuler dan apabila destruksi terjadi pada
jaringan di antara ruang udara diklasifikasikan sebagai emfisema interlobular atau interstitial (Bararah & Jauhar, 2013).
WHO memperkirakan angka mortalitas pada tahun 2020 penyakit yang terkait dengan tembakau termasuk emfisema akan menjadi masalah kesehatan terbesar dan menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahun. Emfisema di Indonesia menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI menunjukkan angka kematian karena PPOK termasuk didalamnya emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia dan juga di dunia serta belum terlihat penurunan jumlah penderita, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan akan menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker. Penyakit emfisema di Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya faktor resiko penyebab
2 Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
emfisema seperti peningkatan jumlah orang yang menghisap rokok di usia muda, pesatnya kemajuan industri serta polusi udara. Perkiraan akibat penggunaan tembakau akan menyebabkan 70 persen kematian karena penyakit paru kronik dan emfisema (Bararah & Jauhar, 2013).
Pursed lip breathing adalah latihan pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di perpanjang. Terapi rehabilitasi paru-paru dengan pursed lips breathing ini adalah cara yang sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2013).
Tujuan dari pursed lips breathing ini adalah untuk membantu klien memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan dalam, membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, mencegah kolaps dan melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi, dan mengurangi jumlah udara yang terjebak (Smeltzer & Bare, 2013).
Langkah-langkah atau cara melakukan pursed lips breathing ini adalah dengan cara menghirup napas melalui hidung sambil menghitung sampai 3 seperti saat menghirup wangi bunga mawar. Hembuskan dengan lambat dan rata melalui bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan otot-otot abdomen. (Merapatkan bibir meningkatkan tekanan intratrakeal; menghembuskan melalui mulut memberikan tahanan lebih sedikit pada udara yang dihembuskan). Hitung hingga 7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang dirapatkan seperti saat sedang meniup lilin. Sambil duduk dikursi: Lipat tangan diatas abdomen, hirup napas melalui hidung sambil menghitung hingga 3, membungkuk ke depan dan hembuskan dengan lambat melalui bibir yang dirapatkan sambil menghitung hingga 7 (Smeltzer & Bare, 2013).
Tahap mengerutkan bibir ini dapat memperpanjang ekshalasi, hal ini akan mengurangi udara ruang rugi yang terjebak dijalan napas, serta meningkatan pengeluaran CO2 dan menurunkan kadar CO2 dalam darah arteri serta dapat meningkatkan O2, sehingga akan terjadi perbaikan homeostasis yaitu kadar CO2 dalam darah arteri normal, dan pH darah
juga akan menjadi normal (Muttaqin, 2013). Mengingat ketidak efektifan pola pernapasan pada emfisema disebabkan karena peningkatan ruang rugi dan menimbulkan hiperkapnia yang akan meningkatkan pola pernapasan maka dengan normalnya pH darah atau homeostasis seimbang maka pusat kontrol pernapasan akan menormalkan pola pernapasan klien seperti frekuensi, kedalaman dan irama pernapasan pada klien emfisema menjadi membaik.
Artikel yang dikemukakan oleh Fregonezi, G.A. de F, et al (2004), mengatakan bahwa pursed lips breathing ini memiliki banyak manfaat sebagai salah satu fisioterapi, seperti untuk pasien dengan PPOK, asma, gangguan neuromuskular, atau pun pada pasien yang mengalami gangguan respirasi lainya seperti emfisema.
Penelitian oleh Nield, A Margaret, et al (2007) menunjukkan hasil bahwa kelompok yang diberikan latihan dengan pursed lips breathing lebih menampakan hasil yang baik dibandingkan dengan kelompok intervensi yang diberikan latihan dengan expiratory muscle training dan juga kelompok kontrol pada pasien dengan dispnea.
Penelitian oleh Natalia, Dewi, et al (2007) menunjukkan perbandingan yang signifikan antara pasien yang diberikan latihan pursed lips breathing dengan pasien yang diberikan terapi tiup balon terhadap puncak arus ekspirasi yang menunjukkan fungsi paru pada pasien dengan asma bronkhial. Penelitian ini dilakukan selama empat hari dengan hasil peningkatan rata-rata pursed lips breathing 26,20 1/menit dan dengan intervensi tiup balon peningkatan sebesar 13,148 1/menit. Ini menunjukkan bahwa pursed lips breathing lebih efektif dalam meningkatkan arus puncak ekspirasi.
Hasil studi pendahuluan yang di lakukan peneliti di Rumah sakit paru dr.Ario Wirawan Salatiga pada tanggal 17 februari, hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat prevalensi emfisema kejadian emfisema pada 6 bulan terakhir adalah 134 pasien, dan semua pasien emfisema mengalami gangguan pola pernapasan. Hasil wawancara dengan 3 orang pasien dengan emfisema sering mengalami sesak napas di rumah dan wawancara tentang penanganan keperawatan yang didapatkan selama rawat inap adalah pemberian oksigen, dan obat-obatan. Pasien tidak ada yang di ajarkan teknik latihan pernapasan apapun oleh perawat. Fenomena tersebut diatasa
Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema 3 di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pursed Lips Breathing terhadap Pola Pernapasan pada Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga”.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperiment), yaitu dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design.
Kelompok intervensi dan kelompok kontrol keduanya diukur sebelum dan sesudah intervensi pada waktu penelitian. Setelah dilakukan intervensi diharapkan terdapat pengaruh pada kelompok intervensi.
Populasi dan Sampel Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien emfisema di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga yang jumlah totalnya 134 dari bulan Agustus 2013 sampai bulan Januari 2014. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan estimasi (perkiraan) untuk menguji hipotesis beda rata-rata (kategorik) dua kelompok tidak berpasangan.
Jumlah sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing-masing 17 responden. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 34 responden.
Metode yang digunakan saat melakukan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel dengan Accidental Sampling didasarkan suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojo, 2010). Metode ini dipilih karena penelitian ini peneliti lakukan di rumah sakit, jadi pasien yang datang dan memenuhi kriteria yang sudah ditentukan dalam penelitian di jadikan sebagai responden dalam penelitian.
Kriteria inklusi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah: 1) Bersedia menjadi responden; 2) Pasien dengan Emfisema yang di rawat inap; 3) Pasien emfisema dengan gangguan pola pernapasan; 4) Pasien dengan terapi bronkodilator.
Adapun kriteria eksklusi: 1) Pasien emfisema yang pulang kurang dari empat hari terhitung dari hari pertama penelitian; 2) Pasien emfisema yang menggunakan ventilator
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga pada tanggal 24 Maret sampai 15 April 2014.
Analisis Data Analisa Univariat
Bentuk analisis univariat pada penelitian ini mendiskripsikan pada kelompok kontrol dan intervensi keefektifan pola pernapasan responden sebelum dan setelah diberikan pursed lips breathing, serta perbedaan pola pernapasan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Analisa Bivariat
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon (untuk hipotesis ada perbedaan pola pernapasan sebelum dan setelah Pursed lips breathing kelompok intervensi dan hipotesis tidak ada perbedaan pola pernapasan sebelum dan setelah perlakuan kelompok kontrol pada pasien dengan emfisema). Jika p-value < α (0,05) berarti Ha diterima.
Uji hipotesis menggunakan uji Mann Whitney (untuk uji hipotesis ada pengaruh Pursed lips breathing terhadap pola pernapasan pasien dengan emfisema). jika p-value < α (0,05), maka Ha diterima.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat Pola Pernapasan Pasien Emfisema Sebelum Melakukan Pursed Lips Breathing pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pernapasan Pasien Emfisema Sebelum Melakukan Pursed Lips Breathing pada Kelompok Intervensi dan Kontrol, 2014
Pola Pernapasan
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
f % f % Tidak Efektif Efektif
17 0
100,0 0,0
17 0
100,0 0,0
Jumlah 17 100 17 100
4 Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebelum melakukan pursed lips breathing semua responden kelompok
intervensi dan kontrol mengalami pola pernapasan tidak efektif, yaitu sejumlah 17 responden (100,0%).
Pola Pernapasan Pasien Emfisema Sesudah Melakukan Pursed Lips Breathing pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pernapasan Pasien Emfisema Sesudah Melakukan
Pursed Lips Breathing pada Kelompok Intervensi dan Kontrol, 2014
Pola Pernapasan Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
f % f % Tidak Efektif Efektif
10 7
58,8 41,2
15 2
88,2 11,8
Jumlah 17 100 17 100 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa sesudah melakukan pursed lips breathing, pola pernapasan responden kelompok intervensi yang tidak efektif sejumlah 10 pasien (58,8%) dan yang efektif
sejumlah 7 pasien (41,2%). Sedangkan pada kelompok kontrol dengan pola pernapasan tidak efektif sejumlah 15 pasien (88,2%), dan pola pernapasan efektif sejumlah 2 pasien (11,8%).
Analisis Bivariat Perbedaan Pola Pernapasan Responden Sebelum dan Sesudah Melakukan Pursed Lips Breathing pada Kelompok Intervensi
Tabel 3. Perbedaan Pola Pernapasan Sebelum dan Sesudah Melakukan Pursed Lips Breathing
pada Kelompok Intervensi pada Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga, 2014
Variabel Perlakuan n Mean Sd Z p-value
Pola Pernapasan
Sebelum Sesudah
17 6,2353 17 8,7647
0,66421 -3,473 1,20049
0,001
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa
nilai Z hitung = -3,473 dengan p-value sebesar 0,001. Terlihat bahwa p-value 0,001 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pola pernapasan sebelum dan
sesudah melakukan pursed lips breathing pada kelompok intervensi pada pasien dengan emfisema di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
Perbedaan Pola Pernapasan Responden Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol
Tabel 4. Perbedaan Pola Pernapasan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol
pada Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga, 2014
Variabel Perlakuan n Mean Sd Z p-value
Pola Pernapasan
Sebelum Sesudah
17 6,1765 17 6,7647
0,72761 -1,930 1,48026
0,054
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa
nilai Z hitung = -1,930 dengan p-value sebesar 0,054. Terlihat bahwa p-value 0,054 > (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan pola pernapasan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol pada pasien dengan emfisema di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema 5 di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
Pengaruh Pursed Lips Breathing terhadap Pola Pernapasan pada Pasien Emfisema Tabel 5.
Perbedaan Pola Pernapasan Sesudah Melakukan Pursed Lips Breathing antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol pada Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru
Dr. Ario Wirawan Salatiga, 2014
Variabel Kelompok n Mean Sd Z p-value
Pola Pernapasan
Intervensi Kontrol
17 8,7647 17 6,7647
1,20049 -3,708 1,48026
0,000
Hasil uji Mann Whitney, diperoleh nilai Z
hitung sebesar -3,708 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pola pernapasan sesudah melakukan Pursed Lips Breathing antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada pasien dengan emfisema di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Pursed Lips Breathing terhadap pola pernapasan pasien dengan emfisema di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga.
PEMBAHASAN
Analisis Univariat Gambaran Pola Pernapasan Sebelum Dilakukan Pursed Lips Breathing pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga
Skor pola pernapasan pada kedua kelompok didapatkan data yang homogen atau tidak ada perbedaan yang signifikan, dapat di artikan bahwa pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga mengalami pola pernapasan tidak efektif sebelum diberikan perlakuan.
Penderita emfisema mengalami pola pernapasan tidak efektif karena terjadinya kerusakan alveoli yang membesar dan tidak dapat mengempis karena hilangnya elastisitasnya dan mengakibatkan pertukaran gas berkurang (peningkatan ruang rugi), hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar karbondioksida dan memicu tubuh untuk mencukupi kadar oksigen didalam darah sehingga pernapasan menjadi lebih cepat (takipnea) untuk menyeimbangkan kadar oksigen dan karbondioksida didalam darah, hal ini sesuai dengan penelitian pengertian emfisema dan pola pernapasan.
Pernyataan diatas sesuai dengan definisi emfisema menurut Bararah & Jauhar,
emfisema adalah kerusakan parenkim serta penyempitan saluran napas mengakibatkan obstruksi jalan napas dan sesak. Dinding alveoli yang mengalami kerusakan menyebabkan berkurangnya kontak lansung area permukaan alveolar dengan kapiler paru, menyebabkan pertukaran gas berkurang (Ruang rugi) dan terjadi peningkatan tekanan karbondioksida dalam darah arteri (hiperkapnia) sehingga menyebabkan asidosis respiratorik (Bararah & Jauhar, 2013).
Pola pernapasan pasien emfisema di Rumah Sakit dr.Ario Wirawan Salatiga memiliki nilai skor sebelum perlakuan yang dikategorikan sebagai pola pernapasan tidak efektif, baik kelompok kontrol maupun intervensi. Gaya hidup juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mempeburuk keadaan kesehatan termasuk pernapasan. Merokok salah satu gaya hidup yang dapat memperberat keadaan pasien dengan emfisema. hasil wawancara dari 19 dari 34 pasien masih aktif merokok walaupun jumlahnya sudah dikurangi, dan 11 dari 34 pasien dulunya perokok aktif namun sekarang sudah berhenti, 4 dari 34 pasien mengaku bahwa dirumahnya terdapat perokok yang aktif. Rokok serta polusi udara merupakan penyebab utama dari emfisema ini. Gambaran Pola Pernapasan Pasien Emfisema Sesudah Melakukan Pursed Lips Breathing pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
Penatalaksanaan pola pernapasan tidak efektif bisa dengan farmakologi dan dengan terapi nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan adalah latihan pernapasan, yaitu Pursed lips breathing (Smelzert & Barre, 2013). Pursed lips breathing adalah tehnik pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir dirapatkan, yang dapat memperbaiki transport
6 Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
oksigen, membantu menginduksi pola napas lambat dan dalam, dan membantu passien untuk mengontrol pernapasan, tujuannya untuk melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi (Smeltzer & Barre, 2013).
Pasien yang mengalami emfisema pada kelompok intervensi diberikan perlakuan yaitu melakukan latihan pernapasan Pursed Lips Breathing selama 15 menit setiap latihan dan dilakukan tiga kali sehari selama empat hari diruang rawat masing-masing pasien. Latihan pernapasan adalah salah satu cara untuk mengkatkan perbaikan pola pernapasan (Smelzer & Barre, 2013). Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing memiliki tahapan yang dapat membantu menginduksi pola pernapassan lambat, memperbaiki transport oksigen, membantu pasien mengontrol pernapasan dan juga melatih otot respirasi, dapat juga meningkatkan pengeluaran karbondioksida yang disebabkan oleh terperangkapnya karbondioksida karena alveoli kehilangan elastistitas, sehingga pertukaran gas tidak dapat dilakukan dengan maksimal dan meningkatkan ruang rugi di paru-paru. Namun dengan latihan pernapasan Pursed lips breathing ini dapat meningkatkan pengeluaran karbondioksidan dan juga meningkatkan jumlah oksigen didalam darah darah, dan membantu menyeimbangkan homeostasis. Jika homeostasis mulai seimbang maka tubuh tidak akan meningkatkan upaya meningkatakan kebutuhan oksigen dengan meningkatkan pernapasan yang membuat penderita emfisema mengalami sesak napas atau pola pernapasan tidak efektif.
Hasil wawancara didapatkan bahwa pasien dulunya adalah perokok aktif dan sampai sekarang ada beberapa yang masih aktif namun sudah dikurangi, 4 orang mengatakan bahwa pernah ada keluarga yang juga mengidap penyakit emfisema.
Pada pasien emfisema kelompok kontrol di Rumah Sakit dr.Ario Wirawan Salatiga didapatkan rata-rata skor pretest adalah 6,1765 dan skor posttest adalah 6,7647, terlihat ada peningkatan skor rata-rata pada kelompok kontrol dimana ada perbaikan pola pernapasan. Hal ini bisa disebabkan karena tindakan keperawatan dan tindakan medis yang didapatkan oleh pasien emfisema kelompok kontrol di Rumah Sakit dr.Ario Wirawan Salatiga sudah sesuai, tindakan yang diberikan
antara lain adalah oksigenasi, pemenuhan kebutuhan dasar seperti cairan elektrolit, nutriri, eliminasi, personal hygien, obat-obatan yang diberikan seperti bronkodilator. Analisis Bivariat Perbedaan pola pernapasan pada emfisema sebelum dan sesudah diberikan pursed lips breathing pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga.
Pola pernapasan kelompok intervensi dapat diketahui bahwa responden sebelum melakukan pursed lips breathing 100,0% mengalami pola pernapasan tidak efektif dengan rata-rata skor pola pernapasan adalah 6,2353, kemudian setelah melakukan pursed lips breathing berkurang menjadi 58,8% dengan rata-rata skor pola pernapasan yaitu 8,7647.. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon didapatkan bahwa p-value 0,001 (α=0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan pola pernapasan sebelum dan sesudah melakukan pursed lips breathing di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian pursed lip breathing berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan pola pernapasan pada pasien dengan emfisema di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga.
Skor rata-rata pola pernapasan sebelum melakukan pursed lips breathing banyak yang mengalami pola pernapasan tidak efektif, hal ini disebabkan karena terjadi asisosis respiratorik yang disebabkan oleh terperangkapnya udara (air trapping) yang meningkatkan kadar karbondioksida didalam darah yang disebabkan karena paru-paru mengalami kehilangan elastisitas dan sulit melakukan pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida.
Ketidaktahuan atau kurangnya informasi serta motivasi responden tentang cara penanganan sesak napas atau pola pernapasan tidak efektif bisa menjadi salah satu faktor penyebab, dari hasil wawancara dengan pasien sebelumnya didapatkan bahwa pasien belum mengetahui tentang latihan pernapasan. Pengelolaan atau latihan pernapasan bisa menjadi salah satu edukasi yang dapat diberikan untuk pasien dengan gangguan pola pernapasan.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara pemberian pursed lips breathing 3 kali sehari selama 15 menit dalam 4 hari yaitu
Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema 7 di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
pada saat sebelum makan pada pasien dengan emfisema yang mengalami pola pernapasan tidak efektif di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga. Setelah diberikan pursed lips breathing selama 12 kali selama 4 hari, kelompok intervensi mengalami perbaikan pola pernapasan, dan ada perbedaan pola pernapasan antara sebelum dan sesudah pemberian pursed lips breathing pada pasien emfisema yang mengalami pola pernapasan tidak efektif di RSP dr.ario Wirawan Salatiga.
Pursed lips breathing dapat memperbaiki transport oksigen, membantu untuk menginduksi pola napas lambat dam dalam, dan membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, bahkan selama periode stres fisik. Pada saat melakukan Pursed lips breathing, otot-otot ekspirasi akan dilatih untuk memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi, dengan demikian mengurangi jumlah tahanan dan jebakan jalan napas (Smeltzer & Barre, 2013). Perbedaan pola pernapasan pada pasien dengan emfisema sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di RSP dr. Ario Wirawan Salatiga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol sejumlah 17 responden di Rumah sakit dr.Ario Wirawan Salatiga, rata-rata skor pola pernapasan responden sebelum perlakuan sebesar 6,1765, setelah perlakuan meningkat menjadi 6,7647, dari 17 jumlah responden (100,0%) mengalami pola pernapasan tidak efektif, kemudian sedikit berubah menjadi 88,2% atau 15 pasien masih mengalami pola pernapasan tidak efektif setelah perlakuan, terlihat bahwa lebih banyak pasien yang masih mengalami pola pernapasan tidak efektif dan hanya 2 pasien yang mengalami perubahan pola pernapasan menjadi efektif. Hasil uji Wilcoxon di dapatkan bahwa p-value 0,054 (α=0,05) yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pola pernapasan sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol pada pasien dengan emfisema di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga.
Kelompok kontrol yaitu kelompok yang mengalami pola pernapasan tidak efektif dan di berikan serta dianjurkan untuk melakukan latihan pursed lips breathing atau latihan pernapasan lainnya, pada kelompok kontrol hanya dilakukan pemeriksaan pola pernpasan pada hari pertama sebagai laporan pretest,
peneliti hanya memberikan perlakuan seperti membantu perawatan sehari-hari sesuai dengan terapi yang diberikan dirumah sakit yang tindakannya tidak berbeda dengan pasien kelompok intervensi seperti membantu memberikan terapi obat sesuai program rumah sakit dan setelah empat hari membantu perawatan pasien kelompok kontrol dilakukan lagi pemeriksaan pola pernapasan sebagai laporan hasil penelitian atau posttest.
Hal ini sesuai dengan teori Somantri (2009), aktivitas dan istirahat juga dapat mempengaruhi dari keadaan pola pernapasan. kegiatan dapat meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan peningkatan suplai serta kebutuhan oksigen tubuh.
Hal tersebut sesuai dengan teori somantri (2009), menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempenagruhi respirasi adalah emosi. Kerja jantung dipengaruhi oelh pusat tertinggi dari serebrum mealalui hipotalalmus, dimana terdapat pusat stimulasi jantung dimedulla. Jaras motorik dari pusat tersebut yang kemudian ditrasmisikan kejantung. Pengaruh Pursed Lips Breathing terhadap Pola pernapasan pada pasien dengan emfisema di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga
Pola pernapasan tidak efektif pasien dengan emfisema pada kelompok intervensi di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga setelah diberikan Pursed Lips Breathing menjadi 58,8%. Sedangkan pola pernapasan pasien dengan emfisema pada kelompok kontrol di RSP dr.Ario Wirawan salatiga setelah diberikan perlakuan menjadi 88,2%. Ini menunjukan bahwa setelah pemberian Pursed Lips Breathing, jumlah pasien yang mengalami pola pernapasan tidak efektif pada pasien emfisema menjadi menurun dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.
Hasil uji Mann Whitney didapatkan bahwa p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian pursed lips breathing terhadap pola pernapasan pasien dengan emfisema di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan cara pemberian pursed lips breathing pada pasien emfisema selama 15 menit sebanyak 3 kali sehari dalam waktu 4 hari sebelum makan di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga. Setelah diberikan pursed lips
8 Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
breathing selama 4 hari, kelompok intervensi mengalami penurunan jumlah pasien yang mengalami pola pernapasan tidak efektif. Ada perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian pursed lips breathing pada pasien emfisema di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga.
Pasien dengan emfisema mengalami gangguan pengembangan pada paru-paru yang ditandai dengan adanya pelebaran permanen ruang di distal bronkioulus terminal disertai adanya kerusakan jaringan parenkim paru (alveoli), definisi lain menyebutkan bahwa penyakit paru obstruksi kronik emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di paru-paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas. Emfisema mengakibatkan pembesaran acinus permanen dan abnormal yang disertai perubahan destruktif (Bararah & Jauhar). Kerusakan paru-paru seperti ini akan mengakibatkan beberapa keluhan pada pasien emfisema, salah satunya adalah sesak napas.
Latihan pernapasan dapat melambatkan pernapasan, meningkatkan transportasi oksigen, juga memperpanjang ekshalasi untuk menurunkan tingkat karbondioksida dalam darah, hal ini baik untuk memperbaiki keadaan pola pernapasan tidak efektif pada pasien dengan emfisema. Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing tidak hanya membantu memperbaiki keadaan sesak napas, namun juga dapat membantu seseorang meningkatkan arus puncak ekspirasi, mengurangi frekuensi serangan PPOK, menurunkan tingkat nyeri, menurunkan tekanan darah dan juga memberikan perasaan yang lebih nyaman dan tenang serta dapat memperlambat pola pernapasan saat melakukan latihan.
Beberapa komplikasi mungkin terjadi pada pasien yang mengalami emfisema seperti gagal jantung kor-pulmonal, kardiak disritmia yang disebabkan oleh asidosis respiratorik, untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut, maka emfisema perlu mendapat penanganan secara baik sejak dini sebelum terjadi peningkatan kerusakan paru-paru lebih lanjut (Somantri, 2009). Melakukan latihan pernapasan merupakan salah satu cara untuk mencegah kerusakan paru-paru lebih lanjut, serta membantu mengurangi gejala-gejala atau serangan yang dapat terjadi pada pasien dengan emfisema seperti sesak napas yang sering dikeluhkan dan menjadi alasan pasien dirawat di rumah sakit, serta menjadi salah
satu indikator keberhasilan penatalaksaan pada pasien emfisema. Latihan pernapasan ini mudah dilakukan sendiri dimanapun oleh penderita emfisema, tidak ada gerakan yang sulit atau berat, tidak membutuhkan biaya dan tidak memiliki efek samping seperti pada pemakaian obat-obatan. Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing ini dapat dilakukan 5 menit atau lebih, beberapa kali sehari sebelum makan (smeltzer & Barre, 2013).
Tahap-tahap latihan pernapasan dengan pursed lips breathing ini dapat melatih pernapasan menjadi lebih lambat serta lebih memperpanjang ekshalasi untuk mengurangi jumlah udara yang terjebak dan jumlah tahanan jalan napas. Melalui latihan pernapasan pursed lips breathing, pasien dengan emfisema yang mengalami pola pernapasan tidak efektif dilatih untuk memperpanjang ekshalasi yang akan meningkatkan jumlah pengeluaran karbonsioksida yang terperangkap serta meningkatkan transportasi oksigen agar medula oblongata tidak terstimulasi untuk melakukan peningkatan usaha pernapasan karena telah terjadi keseimbangan homestasis gas didalam tubuh pasien dengan emfisema, dan hal ini akan menstabilkan pola pernapasan menjadi efektif (Smeltzer & Barre, 2013).
Pusat kontrol pernapasan terletak pada batang otak (pons dan medulla oblongata) serta korteks. Pada medulla oblongata berperan untuk pernapasan spontan, pada pons berupa apneustic center dan pneumotaxic center. apneustic center bekerja melalui mekanisme penghambatan inspirasi sedangakan pneumotaxic center mengatur pola pernapasan berdasarkan stimulasi hipoksia, stimulasi hiperkapnia, dan stimulasi inflasi paru. Sentrum pernapasan yang terdapat di korteks berperan untuk pernapasan saat bicara ada bernyanyi (Djojodibroto, 2009). Pusat apneustik pada pons bagian bawah menstimulasi pussat medullar inspirasi untuk meningkatkan inspirasi dalam, lama. Pusat pneumotaksik, yang terletak pada pons bagian atas sebagai pengontrol pola pernapassan (Smeltzer & Bare, 2013). Pusat pneumotaksik dan pusat apneustik sangat dipengaruhi oleh pengaturan korteks serebral, sistem limbik dan hipotalamus. Kontrol voluter dan involunter dilakukan oleh serat desenden dari pusat otak lain pengaturan kontrol tersebut mepermudah perubahan dalam mekanisme pernapasan yang
Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema 9 di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
terlihat seperti pada saat menelan, batuk, berteriak, dan tindakan yang dikehendaki. Neuron mempersarafi otot inspirasi dengan cara memberikan impuls ke otot ini sehingga menimbulkan inspirasi selain itu neuron juga meransang pusat pneumotaksik. Sebaliknya pusat pneumotaksik menghambat impuls kembali ke neuron inspirasi, sehingga menyebabkan pengehentian inspirasi (Muttaqin, 2008).
Penjelasan diatas menunjukan, perubahan pola pernapasan dipengaruhi oleh keadaan stimulasi hipoksia dan stimulasi hiperkapnia seperti yang terjadi pada pasien dengan emfisema dan akan menstimulasi medulla oblongata untuk mempercepat pernapasan agar memenuhi kebutuhan oksigen serta mengurangi jumlah karbondioksida didalam tubuh. Pursed lips breathing ini adalah latihan pernapasan atau dapat dikatakan pernapasan dengan kesadaran atau kehendak, pusat apneustik dan pneumotaksik memepermudah perubahan mekanisme pernapasan. Neuron mempersarafi otot inspirasi dengan cara memberikan impuls ke otot ini sehingga menimbulkan inspirasi selain itu neuron juga meransang pusat pneumotaksik. Sebaliknya pusat pneumotaksik menghambat impuls kembali ke neuron inspirasi, sehingga menyebabkan pengehentian inspirasi. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentunya memiliki keterbatasan yaitu peneliti tidak apat melakukan pengawasan secara intensif terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola pernapasan pasien dengan emfisema seperti aktifitas dan istirahat, keadaan lingkungan, kestabilan emosi, gaya hidup dan tingkat kesehatan pasien atau pemberian terapi lainnya yang dilakukan di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga.
Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini hanya cukup untuk memenuhi minimal jumlah sampel, karena hambatan memperoleh lebih banyak jumlah responden yang sesuai dengan kriteria.
KESIMPULAN
Ada perbedaan yang signifikan pola
pernapasan pasien dengan emfisema sebelum dan sesudah diberikan pursed lips breathing pada kelompok intervensi dengan nilai p-value 0,001 (α = 0,05).
Tidak ada perbedaan yang signifikan pola pernapasan pasien dengan emfisema sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol dengan nilai p-value 0,054 (α = 0,05).
Ada pengaruh pemberian pursed lips breathing terhadap pola pernapasan pada pasien dengan emfisema di RSP dr.Ario Wirawan Salatiga dengan nilai p-value 0,000 (α = 0,05).
SARAN
Bagi Pasien dengan emfisema dan masyarakat hendaknya menjadikan pursed lips breathing sebagai salah satu pilihan latihan pernapasan yang dilakukan saat mengalami kekambuhan gangguan pola pernapsan sehari-hari.
Pelayanan kesehatan diharapakan dapat menjadikan pursed lips breathing sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam memperbaiki pola pernapasan.
Bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya, hasil penelitian ini diharapkan para petugas kesehatan dapat memberikan perhatian lebih pada pasien yang mengalami pola pernapasan tidak efektif dengan pursed lips breathing ini sebagai salah satu alternatif intervensi tambahan.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti Pursed lips breathing ini pada pasien dengan gangguan pola pernapasan akibat penyakit paru-paru lainnya seperti PPOK, asma dan bronkhitis, dapat juga diberikan pada usia anak-anak sampai lansia.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bararah, Taqiyyah., Jauhar, Mohammad
2013. Asuhan Keperawatan panduan lengkap menjadi perawat profesional, Prestasi Pustakarya, jakarta.
[2] Berman, Audrey., Shirlee Synder., Kozier, Barbara., Erb, Glenora 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. EGC. Jakarta.
[3] Djojodibroto, Darmanto. 2013, Respirologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
[4] D’Urbano, J. 2011. Breathing Patterns [PDF] Dari: http://www.breathsounds.org/
10 Pengaruh Pursed Lips Breathing Terhadap Pola Pernapasan Pasien dengan Emfisema di Rumah Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga
docs/Breathing%20Patterns.pdf [24 januari 2014]
[5] Fregonezi, G.A. de F., Resqueti, V.R., Rous, Guell R. 2004. Pursed Lips Breathing [PDF] Dari: http://http://www. archbroconeumol.org [04 februari 2014]
[6] Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika. Jakarta
[7] Natalia, Dewi., Saryono., Indriati, Dina. 2007. Efektifitas Pursed Lip breathing dan tiup balon dalam peningkatan arus puncak ekspirasi (APE) pasien asma bronchiale di RSUD Banyumas [PDF] Dari: http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/download.php?id=335 [22 Januari 2014]
[8] Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
[9] Nield, Margaret A., Soo Hoo,Guy W., Roper, Janice M., Santiago, Silverio. 2007, Efficacy Of Pursed-Lips Breathing A Breathing Pattern Retraining Strategy For Dyspnea Reduction, [PDF]. http://www.nursingcenter.com/lnc/journalarticle?Article_ID=741753 [25 januari 2014]
[10] Padila. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 2012. Nuha Medika. Yogyakarta
[11] Priharjo, Robert. 2007, Pengkajian Fisik Keperawatan, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
[12] Priyanto, 2010. Pengaruh Deep Breathing Exercise terhadap Fusngsi Ventilasi Oksigenasi Paru Pada Klien Post Ventilasi Mekanik. Universitas Indonesia : Jakarta.
[13] Somantri, Irman. 2009, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta.
[14] Smeltzer S. C., Bare G. B. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
[15] Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
[16] Herdman, T.Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
[17] Ward, Jeremy P.T., Ward, Jane., Leach, Richard M., Wiener, Charles M 2008. At Glance Sistem Respirasi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
[18] Widowati, Ria. 2010. Efektifitas Pursed lips breathing terhadap frekuensi serangan pasien PPOK [PDF] dari : digilib uns.ac.id efektifitas pursed lips breathing.html [12 Juni 2014]
Copyright @ Lippincott Williams & Wilkins. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.
Efficacy of Pursed-Lips Breathing
A BREATHING PATTERN RETRAINING STRATEGY FORDYSPNEA REDUCTION
Margaret A. Nield, PhD, RN, Guy W. Soo Hoo, MD, MPH, Janice M. Roper, PhD, RN,and Silverio Santiago, MD
..............................................................................................................................................................................................................
h PURPOSE: Breathing pattern retraining is frequently used for exertionaldyspnea relief in adults with moderate to severe chronic obstructivepulmonary disease. However, there is contradictory evidence to supportits use. The study objective was to compare 2 programs of prolongingexpiratory time (pursed-lips breathing and expiratory muscle training) ondyspnea and functional performance.
h METHODS: A randomized, controlled design was used for the pilot study.Subjects recruited from the outpatient pulmonary clinic of auniversity-affiliated Veteran Affairs healthcare center were randomized to:1) pursed-lips breathing, 2) expiratory muscle training, or 3) control.Changes over time in dyspnea [modified Borg after 6-minute walkdistance (6MWD) and Shortness of Breath Questionnaire] and functionalperformance (Human Activity Profile and physical function scale of ShortForm 36-item Health Survey) were assessed with a multilevel modelingprocedure. Weekly laboratory visits for training were accompanied bystructured verbal, written, and audiovisual instruction.
h RESULTS: Forty subjects with chronic obstructive pulmonary disease [age = 65 T9 (mean T standard deviation) years, forced expiratory volume 1 second/forced vital capacity % = 46 T 10, forced expiratory volume 1 second %predicted = 39 T 13, body mass index = 26 T 6 kg/m2, inspiratory musclestrength = 69 T 22 cm H2O, and expiratory muscle strength (PEmax) =102 T 29 cm H2O] were enrolled. No significant Group � Time differencewas present for PEmax (P = .93). Significant reductions for the modifiedBorg scale after 6MWD (P = .05) and physical function (P = .02) frombaseline to 12 weeks were only present for pursed-lips breathing.
h CONCLUSION: Pursed-lips breathing provided sustained improvement inexertional dyspnea and physical function.
Chronic dyspnea, the constant and unpleasant sensa-tion of shortness of breath, negatively impacts health-related quality of life for those with a progressive lungdisease such as chronic obstructive pulmonary disease(COPD).1 Functional status is reduced2 and social iso-lation is likely.
Dyspnea is traditionally managed with pharma-cologic modalities to reduce airway inflammation andbronchospasm as well as self-care management strat-egies such as breathing pattern retraining. One com-monly used breathing pattern retraining strategy ispursed-lips breathing (PLB), defined as ‘‘a variable
expiratory resistance that is created by constricting thelips.’’3 Pursed-lips breathing is purported to change thebreathing pattern so that dyspnea is reduced. AlthoughCOPD patients report the effectiveness of PLB,4 data-based studies provide inconsistent findings.5Y7 Con-sequently, evidence-based practice guidelines8,9 fordyspnea management do not recommend its use. Theexperts acknowledge that breathing pattern retrainingmay provide dyspnea relief, but do not specificallyendorse its application.
People with COPD have insufficient time forexpiration due to increased airway resistance and
K E Y W O R D S
breathing exercises
chronic obstructive
dyspnea
pulmonary disease
From the VA Greater Los AngelesHealthcare System, West Los AngelesHealthcare Center, Los Angeles, Calif(Drs Nield, Soo Hoo, and Roper);University of Hawaii at Manoa,Honolulu, Hawaii (Dr Nield); andGeffen School of Medicine, Universityof California, Los Angeles (Drs Soo Hooand Santiago).
This study was funded in part byRehabilitation Research CareerDevelopment Awards, Department ofVeterans Affairs (D2186V, 02907K) anda Clinical Research Grant, AmericanLung Association (CG-002-N).
Address correspondence to:Margaret A. Nield, PhD, RN, Universityof Hawaii at Manoa, 2528 McCarthyMall, Webster 414, Honolulu, HI96822 (e-mail: mnield@earthlink.net).
............................................................................................................................................
www.jcrjournal.com Pursed-Lips Breathing and Dyspnea / 237
Copyright @ Lippincott Williams & Wilkins. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.
pressure-dependent airway collapse. During exer-cise, expiratory flow limitation worsens and leads toincomplete expiration, air trapping, and dynamichyperinflation. This is manifested by an increase inend-expiratory lung volume at increased levels of ven-tilation,10 as opposed to a decrease in end-expiratorylung volume in healthy unobstructed people.3 It thenbecomes necessary for increased breath frequency tocompensate for the associated decreased tidal volume.Each succeeding inspiration is initiated at a higher lungvolume which requires increased elastic effort andmay be perceived as increasing dyspnea. Dyspneamay be reduced by prolonging expiratory time to re-duce dynamic airway compression and air trapping.11,12
Breathing pattern retraining that focuses on gentle,prolonged exhalation addresses the main physiologicimpediment in these patients.13,14 Pursed-lips breath-ing and expiratory muscle training (EMT) with a hand-held device that provides resistance on exhalation are2 strategies that directly prolong exhalation.3
The objective of the present study was to comparethe effectiveness of a breathing pattern retraining pro-gram of prolonged exhalation using PLB or EMT ascompared with a control group in community-dwellingadults with moderate to severe COPD. After comple-tion of the initial training, follow-up evaluation wasdone 12 weeks postbaseline. Reduction in exertionaldyspnea was the primary outcome measure. Changesin functional performance were secondary outcomes.
METHODS
The institutional review board for human studies atVeterans Affairs Greater Los Angeles Healthcare Systemapproved the protocol and written consent wasobtained from all subjects. Data for this analysis arefrom a larger randomized controlled study on health-related quality of life in 53 subjects with COPD withmeasurements at baseline, 4 weeks, and 12 weeks.
Subjects
Subject inclusion criteria for the PLB, EMT, andcontrol groups were a clinical diagnosis of COPD,expiratory airflow limitation evidenced by forced expi-ratory volume 1 second/forced vital capacity percent(FEV1/FVC%) less than 70 and FEV1% predicted lessthan 80 with no reversibility by inhaled bronchodilator,and self-report of shortness of breath when walking.Exclusion criteria were exacerbation of symptoms(dyspnea, increased sputum volume, and/or increasedsputum purulence) within the past 4 weeks, hospitaladmission within the past 4 weeks, change in bron-chodilator therapy within the past 2 weeks, inability towalk, unstable angina, unstable cardiac dysrhythmia,
unstable congestive heart failure, unstable neurosis orpsychiatric disturbance, or participation in a structuredpulmonary rehabilitation program within the past year.
Procedures
Subjects completed 1 screening visit and 1 baseline test-ing visit. On the screening day, subjects were monitoredduring a 6-minute walk distance (6MWD), and thosewho reported a modified Borg score15 of 3 (‘‘moderate’’)or greater at the end of the 6MWD were randomlyassigned to PLB, EMT, or a control group.
At baseline, subjects repeated the 6MWD, sat quietlyin a lounge chair while their breathing frequency andduty cycle were monitored via respiratory inductiveplethysmography (Respitrace 200, Nims [Non-InvasiveMonitoring Systems, Inc.], North Bay Village, Fla) for25 minutes, completed clinical demographic and studyquestionnaires, and received breathing pattern retrainingbased on their randomly assigned group. Respiratorymuscle strength was measured at residual volume.16
Subjects in the PLB and EMT groups were instructedto begin daily practice sessions and were given logs torecord their practice times and potential adverseevents. Four weekly visits to the research laboratorywere made to reinforce their breathing pattern re-training program and to assure adherence to the as-signed protocol. At each visit, the intervention subjectinspiratory time-to-expiratory time ratio was used topattern the walking stride. For example, a 1:2 ratiowas interpreted to be 1 step on inhalation and 2 stepson exhalation. Each subject learned to adjust the strideand/or pace to match the individual inspiratory-to-expiratory time ratio. The purpose of the paced ca-dence was to assist transfer of the learned breathingpattern retraining to walking.
Coaching and practice during the weekly monitoredpractice sessions were reinforced with patient educa-tion handouts and audiovisual aids. At the end of week4 and week 12, subjects completed the same scheduleof testing as described for the baseline visit. All subjectsmade the same number of visits.
The control subjects received the American LungAssociation health education pamphlet ‘‘About Lungsand Lung Disease.’’ They were monitored as fre-quently as the intervention subjects and received thesame amount of attention during their visits to theresearch laboratory.
Breathing Pattern Retraining
The focus of the 2 breathing pattern retraining strate-gies was voluntary prolongation of expiratory timewhile allowing subject self-selection of a comfortablebreathing pattern.17 Prolonged expiratory time wasreinforced during the weekly monitored breathing
238 / Journal of Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention 2007;27:237/244 www.jcrjournal.com
Copyright @ Lippincott Williams & Wilkins. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.
sessions by observation of their breathing pattern ona monitor. There was no specific targeted breathingfrequency, tidal volume, or inspiratory flow rate. Toassure adherence with the prescribed protocol, thedaily diary for skills practice was reviewed weekly todetermine the duration of practice times and to identifyany difficulties with their assigned program.
Pursed-Lips BreathingPursed-lips breathing was taught by demonstration.The arterial oxygen saturation readings from a pulseoximeter (Nellcor, N -395, Puritan Bennett, Pleasanton,Calif) were used to provide feedback because reducedbreathing frequency leads to increased tidal volumeand, ultimately, may increase saturation.6 A light weightoximeter (Nonin 9500, Plymouth, MN) was provided forhome use for the study’s duration. Subjects were askedto breathe out through pursed lips (see Appendix Afor specific instructions). Subjects were instructed topractice PLB for 10 min/d the first week, 15 min/d thesecond week, 20 min/d by the third week, and 25 min/dby the fourth week.
Expiratory Muscle TrainingThe second breathing retraining program usedincreased expiratory resistance with a ThresholdiPEP(HealthScan, New Jersey). The flow-independent one-way valve provides a resistive load in the range of 4to 20 cm H2O when the subject exhales, and therebydirectly prolongs exhalation with a reliably constantexpiratory resistance. The expiratory load was setat 10% of a subject’s baseline PEmax, with the objectiveof prolongation of expiration and not expiratory mus-cle strengthening as increased PEmax is not associatedwith decreased dyspnea.18 The expiratory resistancepractice sessions were 10 min/d the first week, 15 min/dthe second week, 20 min/d the third week, and 25 min/dthe fourth week.
Measurement Instruments
Measurement of exertional dyspnea, the primary out-come, and functional performance were at baseline,week 4, and week 12.
DyspneaDyspnea assessment was performed with the Universityof California, San Diego Shortness of Breath Question-naire (SOBQ)19 and the modified Borg scale.20 TheUniversity of California, San Diego SOBQ is a 24-itemtool for measuring self-reported shortness of breathseverity during the past week while performing 21 dailyliving activities on a 6-point scale. Scores range from0 to 120, with the lower number associated with lessshortness of breath. Psychometric properties wereestablished in 28 subjects with COPD. The reported
internal consistency (" = .96) is high. The questionnairetook approximately 5 to 7 minutes to complete andwas administered before the modified Borg scale.
The modified Borg scale uses magnitude estimationto estimate the intensity of dyspnea and allowscomparisons between subjects. The scale has a rangebetween 0 and 10. A power function is incorporatedby spreading the verbal descriptors out at the highend of the scale and placing them closer together atthe low end of the scale. Thus ‘‘very, very strong’’ is9, very, very weak is 0.5, and ‘‘moderate’’ is 3. Thesubject was instructed to point at the word thatbest described the shortness of breath. Reproducibil-ity of the modified Borg scale has been well docu-mented.21,22 The 6MWD was used as a stimulus fordyspnea with the Borg scale administered at both thebeginning and end of the 6MWD.
Functional PerformanceThe 2 measures of functional performance were theHuman Activity Profile and the physical functiondimension of the Short Form 36-item Health Survey,Version 2.0.
The Human Activity Profile, originally used tomeasure quality of life in COPD patients in pulmonaryrehabilitation programs,23 was used as a measure ofactivity level. The 94 activity levels are groupedaccording to self-care activities, personal/householdwork activities, entertainment/social activities, andindependent exercise activities. The subject respondswith ‘‘still doing this activity,’’ ‘‘have stopped doing thisactivity,’’ or ‘‘never did this activity.’’ The highestoxygen-demanding activity the person is still doing isthe patient’s primary score, reported as the maximalactivity score. Lower scores are associated with loweroxygen-demanding activity. The maximal activityscores minus the total number of ‘‘have stopped doingthis activity’’ responses below maximal Activity scoresare recorded as adjusted activity scores. The adjustedactivity scores reflect functional performance. Test-retest reliability in 29 adults in a smoking cessationprogram was 0.84. Content validity of Human Activ-ity Profile is based on strong correlation betweenthe activity and oxygen consumption values (r = 0.83,P G .05). Its usefulness for patients with COPD hasbeen confirmed.24 The questionnaire takes approxi-mately 7 minutes to complete.
The SF-36 25 is a generic health-related quality-of-lifetool with 2 summary measures of physical healthand mental health. The physical health score includesthe physical function scale, which is assessed with10 items. The items are vigorous activities, moderateactivities, lift and/or carry groceries, climb severalflights, climb 1 flight, bend and/or kneel, walk 1 mile,walk several blocks, walk 1 block, bathe and/or dress.The psychometrics of the 36-item tool are well
www.jcrjournal.com Pursed-Lips Breathing and Dyspnea / 239
Copyright @ Lippincott Williams & Wilkins. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.
established.26 Reliability has been estimated with bothinternal consistency and test-retest methods for the8 domains and 2 summary scores. The reliability forthe physical function domain was 0.93.27 A higherscore is associated with improved physical function-ing. Completion takes 5 minutes.
Statistical Analysis
Based on a power of 0.80, alpha of .05, and a standarddeviation of 1, a sample size of 11 per group wasneeded to detect a clinically relevant decrease of 1 unitfor the modified Borg scale.28 A 20% attrition due toCOPD exacerbations was anticipated.
To assess the effectiveness of randomization, thebaseline characteristics across groups were comparedwith analysis of variance. The primary analyses in-volved repeated measures data, which required theuse of multilevel modeling.29Y31 Multilevel modelingallows appropriate adjustment for correlated errorsdue to repeated measures and maximizes analysis sam-ple size by including all data points available for base-line, week 4, and week 12, even if subjects’ repeatedmeasures are not complete. All statistical tests used aType 1 error rate of 5%. Data were analyzed with Sta-tistical Package for the Social Sciences (SPSS), version14.0 (Chicago, Ill) and SAS, version 9.1 (Raleigh, NC).
RESULTS
Forty subjects were randomly assigned, with 14 sub-jects in PLB and 13 subjects in EMT and control groups,respectively. One of the 40 subjects was not a veteran.Two subjects dropped out by the end of 4 weekly visits(1 from EMT and 1 from PLB) and 12 additionalsubjects (5 from EMT, 3 from PLB, and 4 from control)by week 12 due to exacerbations and/or lost to follow-up for a total completing week 12 of 10, 7, and 9subjects, respectively, for PLB, EMT, and control.
Baseline demographic and clinical characteristicsof the participants are shown in Table 1. There wereno significant differences among groups. Loss ofsubjects did not impair group equivalency at eitherweek 4 or week 12. Most subjects were white men,with an average age of 65 years, with an FEV1%predicted = 39. They were former smokers, diagnosedwith hypertension and coronary heart disease, gradu-ated from high school, and reported an annual in-come between $10,000 and $19,999.
Dyspnea
Significant Group � Time improvement for the modi-fied Borg scale after the 6MWD was found only forthe PLB group when compared with the EMT andcontrol groups (P = .05) at week 12 but not at week 4
(Figure 1). There was a consistent reduction in theSOBQ only for PLB, but the change did not achievestatistical significance. Mean T standard deviation pulseoximetry saturation values for PLB between start andend of the 6MWD were lower at all time intervals with
T a b l e 1 & BASELINE DEMOGRAPHIC ANDCLINICAL CHARACTERISTICSFOR 3 COPD GROUPS
Group PLB EMT Control
Subjects, n 14 13 13
Sex, male/female 13/1 13/0 12/1
Race
White 9 7 7
Black 5 6 5
Hispanic 0 0 1
Age, y 62 T 12 63 T 5 69 T 8
Body mass index 25 T 7 28 T 6 25 T 4
PImax, cm H2O 67 T 22 78 T 25 64 T 18
PEmax, cm H2O 103 T 23 104 T 31 99 T 35
FEV1, % predicted 35 T 8 43 T 16 40 T 15
FEV1/FVC, % 46 T 10 48 T 10 47 T 11
PaO2, mm Hg 66 T 13 77 T 20 65 T 14
Comorbid illness, n
Arthritis 2 1 1
Hypertension 7 8 9
Circulatory problems 3 2 4
Coronary heart disease 4 2 6
Diabetes 1 3 2
Cancer 2 4 4
Alcohol/drug abuse
history
3 3 3
Comorbid illness, n
0 1 0 0
1 3 4 3
2 5 5 3
3 or more 3 4 6
Education, n
G12 years 0 2 1
12 years 9 3 3
912 years 5 8 9
Income, n*
G$10,000 5 3 5
$10,000Y$19,999/year 6 5 2
$20,000Y$39,999/year 0 2 4
Q$40,000/year 0 1 0
COPD indicates chronic obstructive pulmonary disease; PLB, pursed-lipsbreathing; EMT, expiratory muscle training; n, number; PImax, inspiratorymuscle strength; PEmax, expiratory muscle strength; FEV1, forcedexpiratory volume for 1 second; FVC, forced vital capacity; PaO2,partial pressure, arterial oxygen.Values are mean T standard deviation.*Not reported: Group 1 = 3, Group 2 = 2, Group 3 = 2.
240 / Journal of Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention 2007;27:237/244 www.jcrjournal.com
Copyright @ Lippincott Williams & Wilkins. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.
significant differences at week 4 (P = .003) and week12 (P = .028) (see Table 2 for dyspnea results).
Functional Performance
Measures of functional performance using the HumanActivity Profile and the physical function scale score ofthe SF-36 health-related quality-of-life measure arepresented in Table 3. The Group � Time interactionwas significant only for the SF-36 physical function score(P = .02), with PLB subjects showing the greatestimprovement. The PLB subjects compared with allsubjects maintained consistently higher scores. Therewere no significant Group � Time interaction for the6MWD (P = .35).
Breathing Pattern and RespiratoryMuscle Strength
There were no significant Group � Time breathingpattern changes for breathing frequency (P = .93),inspiratory time (P = .95), expiratory time (P = .81), orinspiratory time/expiratory time ratio (P = .12) at week12. Similar findings were present for expiratory muscle
strength (P = .93). A significant Group � Timeinteraction was present for PImax (P = .01). The PLBgroup improved from a baseline PImax mean T standarddeviation of 67 T 24.2 cm H2O to 84 T 30 cm H2O atweek 12 without sustained improvement in the othergroups (see Figures 2a and b).
DISCUSSION
In this study, results showed that the PLB group hadsignificant improvement at 12 weeks for exertionaldyspnea and functional performance, measured by thephysical function scale of the SF-36. The sustaineddyspnea improvement post-6MWD, coupled with sig-nificantly improved physical function, are particularlynoteworthy findings because dyspnea is the mostfrequently reported and the most distressing symptomfor patients with COPD.
Several explanations for the PLB benefit comparedwith EMT and control are likely. The simplest is theready availability of PLB. No device is required topractice prolonged expiration as with EMT. Pursed-lipsbreathing can be used every waking hour and withevery activity, including walking. Pursed-lips breathingcan be incorporated into a patient’s daily routine, andtherefore, is less likely to be subject to extinction. Anydyspnea relief would reinforce its continued use.
The structured protocol of verbal, written, andaudiovisual instructions, coupled with pulse oximetrybiofeedback during the monitored training sessionsand at home, may also explain reduced dyspnea forPLB. The protocol may have focused patients on theirbreathing so that voluntary cortical motor controloverrode the sensation of breathlessness.
Reduced dynamic hyperinflation for the PLB subjectsduring the 6MWD is a likely physiologic mechanism.Dynamic hyperinflation, known to occur during the6MWD in COPD,32 can be reduced with prolonged
Figure 1. Reduction of dyspnea from baseline to week 12 after6-minute walk distance for 3 COPD groups. COPD indicateschronic obstructive pulmonary disease; PLB, pursed-lips breathing;EMT, expiratory muscle training.
T a b l e 2 &DYSPNEA AT BASELINE, WEEK 4, AND WEEK 12 FOR 3 COPD GROUPS
Group Variable Time PLB EMT Control F P
Modified Borg 2.54 .05*
After 6MWD Baseline 3.9 T 1.3 4.2 T 0.9 3.8 T 0.7
Week 4 3.2 T 0.9 3.7 T 0.7 3.2 T 0.8
Week 12 3.0 T 1.0 3.9 T 0.7 4.0 T 1.4
SOBQ 1.69 .16
‘‘Average day during past week’’ Baseline 68 T 24 65 T 19 58 T 28
Week 4 60 T 16 63 T 18 64 T 20
Week 12 59 T 17 68 T 22 69 T 24
COPD indicates chronic obstructive pulmonary disease; PLB, pursed-lips breathing; EMT, expiratory muscle training; 6MWD, 6-minute walk distance;SOBQ, Shortness of Breath Questionnaire; F value, Group � Time interaction.For both instruments, the lower the score, the less dyspnea. Values are mean T standard deviation.* P e .05.
www.jcrjournal.com Pursed-Lips Breathing and Dyspnea / 241
Copyright @ Lippincott Williams & Wilkins. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.
expiration. In a recent investigation, dyspnea reliefwith PLB during exercise was associated with decreasesin end-expiratory lung volume coupled with lower tidalvolume.33 For this study, only the PLB subjects wereobserved by the research team to consistently useprolonged exhalation during the measurement of6MWD even though both PLB and EMT subjects wereinstructed on paced walking. Although changes inbreathing pattern at rest were not found, other studieshave documented changes in breathing pattern thatoccur with PLB. Garrod et al34 reported reduced breath-ing frequency postincremental shuttle walk tests in 69COPD patients. In a study of 30 COPD patients, a slowerbreathing frequency with PLB as compared with dia-phragmatic breathing or spontaneous breathing at restwas documented.35 Similar changes in breathing patternsduring PLB correlated with decreases in end-expiratoryrib cage and chest wall volume in 22 COPD patients.36
Another feasible physiologic mechanism is a sus-tained increase in inspiratory muscle strength overtime for the PLB group (Figure 2b). With greater inspi-ratory muscle strength, less force is generated witheach breath, which may reduce motor output to therespiratory muscles and decrease the perceived senseof respiratory effort.37 This may explain the improve-ment in the more global measure of dyspnea (SOBQ)and physical function (SF-36).
Less distance covered with the 6MWD can be ex-cluded as one reason for less exertional dyspnea asthere was no significant Group � Time interaction forthe 6MWD. Increased oxygen saturation as a source of
less dyspnea is also unlikely because oxygen desatu-ration occurred between the start and end of 6MWDat each of the time intervals.
The data did not support significant differences amonggroups for the SOBQ, the second dyspnea measure. Oneexplanation may be the complexity of transferring thetechnique of prolonged expiratory time to activities otherthan walking. The SOBQ score reflects shortness ofbreath while performing 21 different activities of dailyliving. The protocol did not include any specific instruc-tion regarding implementation of breathing patternchanges with activities other than paced walking.
Further studies with a larger sample size are requiredto validate the primary finding of reduced exertionaldyspnea and to identify the changes associated withPLB. Subject dropouts reduce the power of the studyand limit generalizability of the findings. Generaliza-tion to women and nonveterans is also limited becausethe sample was primarily male veterans from a largeurban healthcare system. Future studies would includemeasures which may better clarify the mechanismsfor dyspnea reduction with PLB, such as inspiratorycapacity, the duty cycle, pace, and thoracoabdominalchanges during walking.
CONCLUSION
This is the first randomized controlled study that sup-ports the use of breathing pattern retraining to reduceexertional dyspnea in COPD patients. Two methods for
T a b l e 3 & FUNCTIONAL PERFORMANCE MEASURES AT BASELINE, WEEK 4, AND WEEK 12 FOR3 COPD GROUPS
Group Variable Time PLB EMT Control F P
Human Activity Profile
Maximal activity score 0.47 .76
Baseline 64 T 12 65 T 9 60 T 12
Week 4 65 T 10 67 T 10 61 T 11
Week 12 65 T 10 64 T 10 56 T 15
Adjusted activity score 1.27 .29
Baseline 44 T 16 45 T 15 44 T 15
Week 4 51 T 15 44 T 13 44 T 15
Week 12 48 T 15 47 T 10 42 T 15
SF-36
Physical health score, physical function domain 3.35 .02*
Base 21 T 13 32 T 15 29 T 2
Week 4 33 T 16 35 T 17 34 T 23
Week 12 37 T 24 27 T 16 31 T 18
COPD indicates chronic obstructive pulmonary disease; PLB, pursed-lips breathing; EMT, expiratory muscle training; SF-36, Short Form 36-item HealthSurvey; F value, Group � Time interaction.Higher scores indicate better functioning. Values are mean T standard deviation.*P e .05.
242 / Journal of Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention 2007;27:237/244 www.jcrjournal.com
Copyright @ Lippincott Williams & Wilkins. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.
prolonging exhalation (PLB and EMT) and a controlwere compared with PLB as the most effective. Pursed-lips breathing is a simple technique that can be usedwith all activities and without any of the restrictions orlimitations associated with medication or devices. Thebenefit became evident at 12 weeks, but not at 4 weeksof training, suggesting the need for sustained practice.Further studies are required to clarify the mechanismsof PLB benefits and to confirm the findings of ourinvestigation.
VAcknowledgmentsVThe authors acknowledge the invaluable assistance ofresearch assistants Catherine Gardner, RN, CeliaPerez-Pena, BSN, RN, Diane Thomas, RN, PeggyWalker, BA, RRT, and Sarah Rudd, MN, RN, and thestatistical consultation of Martin Lee, PhD, and LynnBrecht, EdD.
References1. Ferrer M, Alonso J, Morera J, et al. Chronic obstructive
pulmonary disease stage and health-related quality of life. TheQuality of Life of Chronic Obstructive Pulmonary Disease StudyGroup. Ann Intern Med. 1997;127:1072Y1079.
2. Pitta F, Troosters T, Spruit MA, Probst VS, Decramer M, Gosselink R.Characteristics of physical activities in daily life in chronicobstructive pulmonary disease. Am J Respir Crit Care Med. 2005;171:972Y977.
3. Spahija JA, Grassino A. Effects of pursed-lips breathing andexpiratory resistive loading in healthy subjects. J Appl Physiol.1996;80:1772Y1784.
4. Nield M. Dyspnea self-management in African Americans withchronic lung disease. Heart Lung. 2000;29:50Y55.
5. Mueller RE, Petty TL, Filley GF. Ventilation and arterial bloodgas changes induced by pursed lips breathing. J Appl Physiol.1970;28:784Y789.
6. Tiep BL, Burns M, Kao D, Madison R, Herrera J. Pursed lipsbreathing training using ear oximetry. Chest. 1986;90:218Y221.
7. Sassi-Dambron DE, Eakin EG, Ries AL, Kaplan RM. Treatment ofdyspnea in COPD. A controlled clinical trial of dyspnea manage-ment strategies. Chest. 1995;107:724Y729.
8. American Thoracic Society. Dyspnea: mechanisms, assessment,and management: a consensus statement. Am J Respir Crit CareMed. 1998;159:321Y340.
9. Celli BR, MacNee W. Standards for the diagnosis and treatment ofpatients with COPD: a summary of the ATS/ERS position paper.Eur Respir J. 2004;23:932Y946.
10. O’Donnell DE, Webb KA. Exertional breathlessness in patientswith chronic airflow limitation. The role of lung hyperinflation.Am Rev Respir Dis. 1993;148:1351Y1357.
11. O’Donnell DE, Sanii R, Anthonisen NR, Younes M. Effect ofdynamic airway compression on breathing pattern and respira-tory sensation in severe chronic obstructive pulmonary disease.Am Rev Respir Dis. 1987;135:912Y918.
12. Eltayara L, Becklake MR, Volta CA, Milic-Emili J. Relationshipbetween chronic dyspnea and expiratory flow limitation inpatients with chronic obstructive pulmonary disease. Am J RespirCrit Care Med. 1996;154:1726Y1734.
13. Spahija J, de Marchie M, Grassino A. Effects of imposed pursed-lips breathing on respiratory mechanics and dyspnea at rest andduring exercise in COPD. Chest. 2005;128:640Y650.
14. Bianchi R, Gigliotti F, Romagnoli I, et al. Chest wall kinematicsand breathlessness during pursed-lip breathing in patients withCOPD. Chest. 2004;125:459Y465.
15. Burdon JG, Juniper EF, Killian KJ, Hargreave FE, Campbell EJ.The perception of breathlessness in asthma. Am Rev Respir Dis.1982;126:825Y828.
16. Black LF, Hyatt RE. Maximal respiratory pressures: normal valuesand relationship to age and sex. Am Rev Respir Dis. 1969;99:696Y702.
17. Manning HL, Molinary EJ, Leiter JC. Effect of inspiratory flow rateon respiratory sensation and pattern of breathing. Am J RespirCrit Care Med. 1995;151:751Y757.
18. Weiner P, Magadle R, Beckerman M, Weiner M, Berar-Yanay N.Comparison of specific expiratory, inspiratory, and com-bined muscle training programs in COPD. Chest. 2003;124:1357Y1364.
19. Eakin EG, Resnikoff PM, Prewitt LM, Ries AL, Kaplan RM.Validation of a new dyspnea measure: the UCSD Shortness ofBreath Questionnaire. University of California, San Diego. Chest.1998;113:619Y624.
20. Burdon JG, Juniper EF, Killian KJ, Hargreave FE, Campbell EJ.The perception of breathlessness in asthma. Am Rev Respir Dis.1982;126:825Y828.
21. Wilson RC, Jones PW. Long-term reproducibility of Borg scaleestimates of breathlessness during exercise. Clin Sci (Lond).1991;80:309Y312.
22. Wilson RC, Jones PW. Differentiation between the intensity ofbreathlessness and the distress it evokes in normal subjectsduring exercise. Clin Sci (Lond). 1991;80:65Y70.
23. Daughton DM, Fix AJ, Kass I, Bell CW, Patil KD. Maximum
Figure 2 (A) Expiratory muscle strength at baseline, week 4, andweek 12 for 3 COPD groups. (B) Inspiratory muscle strength atbaseline, week 4, and week 12 for 3 COPD groups. PLB indicatespursed-lips breathing; EMT, expiratory muscle training.
www.jcrjournal.com Pursed-Lips Breathing and Dyspnea / 243
Copyright @ Lippincott Williams & Wilkins. Unauthorized reproduction of this article is prohibited.
oxygen consumption and the ADAPT quality-of-life scale. ArchPhys Med Rehabil. 1982;63:620Y622.
24. Nield M, Hoo GS, Roper J, Santiago S, Dracup K. Usefulnessof the human activity profile, a functional performance mea-sure, in people with chronic obstructive pulmonary disease.J Cardiopulm Rehabil. 2005;25:115Y121.
25. Ware JE Jr, Sherbourne CD. The MOS 36-item short-form healthsurvey (SF-36). I: Conceptual framework and item selection.Med Care. 1992;30:473Y483.
26. McHorney CA, Ware JE Jr, Raczek AE. The MOS 36-Item Short-Form Health Survey (SF-36): II. Psychometric and clinical testsof validity in measuring physical and mental health constructs.Med Care. 1993;31:247Y263.
27. Ware JE. The SF-36 health survey. In: Spilker B, ed. Quality ofLife and Pharmacoeconomics in Clinical Trials. Philadelphia:Lippincott-Raven; 1996:337Y345.
28. O’Donnell DE, McGuire M, Samis L, Webb KA. General exercisetraining improves ventilatory and peripheral muscle strength andendurance in chronic airflow limitation. Am J Respir Crit CareMed. 1998;157:1489Y1497.
29. Goldstein H. Multilevel Statistical Models. 3rd ed. London:Hodder Arnold; 2003.
30. Hox JJ. Multilevel Analysis, Techniques and Applications.Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates; 2002.
31. Singer JD, Willet JB. Applied Longitudinal Data Analysis:
Modeling Change and Event Occurrence. Oxford: UniversityPress; 2003.
32. Marin JM, Carrizo SJ, Gascon M, Sanchez A, Gallego B, Celli BR.Inspiratory capacity, dynamic hyperinflation, breathlessness, andexercise performance during the 6-minute-walk test in chronicobstructive pulmonary disease. Am J Respir Crit Care Med.2001;163:1395Y1399.
33. Spahija J, de Marchie M, Grassino A. Effects of imposedpursed-lips breathing on respiratory mechanics and dyspneaat rest and during exercise in COPD. Chest. 2005;128:640Y650.
34. Garrod R, Dallimore K, Cook J, Davies V, Quade K. Anevaluation of the acute impact of pursed lips breathing onwalking distance in nonspontaneous pursed lips breathingchronic obstructive pulmonary disease patients. Chron RespirDis. 2005;2:67Y72.
35. Jones AY, Dean E, Chow CC. Comparison of the oxygen costof breathing exercises and spontaneous breathing in patientswith stable chronic obstructive pulmonary disease. Phys Ther.2003;83:424Y431.
36. Bianchi R, Gigliotti F, Romagnoli I, et al. Chest wall kinematicsand breathlessness during pursed-lip breathing in patients withCOPD. Chest. 2004;125:459Y465.
37. el-Manshawi A, Killian KJ, Summers E, Jones NL. Breathless-ness during exercise with and without resistive loading. J ApplPhysiol. 1986;61:896Y905.
A P P E N D I X A & INSTRUCTIONS FOR PURSED-LIPS BREATHING
1. Sit in a comfortable position. Relax your shoulders.
2. Take an easy breath in through your nose. Slowly and gently squeeze your air out through pursed lips. Keep a steady stream of air flowing
through the center of your lips. Concentrate on breathing out as long as you can comfortably. Then gently breathe in through your nose.
3. Remember to relax and to not put much pressure in your chest. Think of making a candle flicker when you are breathing out.
4. Place your hands on the lower sides of your rib cage when you breathe in to help remember to ‘‘fill all around your waist.’’
5. Use your pulse oximeter to watch the increase in your oxygen saturation %.
6. Practice in front of a mirror to remind yourself to keep your shoulders and upper chest still.
7. Practice 10 min/d total for the first week. Use frequent short practices during the day (eg, early morning, late morning, afternoon, evening).
Increase the practice session time by 5-minute intervals to a maximum of 25 minutes total per day by the end of week 4. One session
should last NO LONGER than 10 minutes.
& 10 min/d the first week minimum
& 15 min/d the second week minimum
& 20 min/d the third week minimum
& 25 min/d the fourth week minimum
8. Use the Daily Logbook to record your home practice sessions and any unexpected events.
9. Bring the Daily Logbook to every research appointment.
244 / Journal of Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention 2007;27:237/244 www.jcrjournal.com
EFUSI PLEURA
Heni Wiji Utami A01301759
DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2015
EFUSI PLEURA
Efusi Pleura....merupakan
Penumpukan cairan berlebih di rongga
pleura.
Normalnya rongga pleura mengandung
mengandung 5-15 ml berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan pleura untuk
bergerak. Tetapi pada efusi pleura terdapat
penumpukan cairan berlebih yang
menyebabkan penderita mengeluh sesak
napas (Muttaqin, 2014).
PENYEBAB
Peradangan (tuberkulosis, pneumonia, virus),
tumor, kanker, gagal jantung, gagal ginjal.
,
TANDA GEJALA
Nyeri dada (pleuritis), sesak napas,
batuk, banyak riak, demam, menggigil.
Terdengar bunyi abnormal pada paru (bunyi
ronkhi), dan pekak pada pemeriksaan paru,
hasil rongten menggambarkan kesan efusi
pleura.
Gambaran
ronten efusi
pleura
.
TINDAKAN untuk MENCEGAH
KOMPLIKASI
1. Pemberian terapi oksigen
Tujuan terapi oksigen adalah
memberikan transport oksigen yang
adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernapas, sehingga sesak napas
berkurang.
2. Latihan Pernapasan
Tujuannya untuk menurunkan sesak
napas, sehingga pernapasan lebih efektif
dan efisien.
Cara ini dilakukan dengan meletakkan
satu tangan di dada dan satu tangan di
atas perut, hirup napas melalui hidung
sambil menghitung sampai 3 seperti saat
menghirup wangi bunga mawar dan jaga
mulut tetap tertutup, hembuskan napas
dengan lambat dan rata melalui bibir
yang dirapatkan sambil mengencangkan
otot-otot perut hitung hingga 7 dan bibir
yang dirapatkan seperti saat sedang
meniup lilin (Brunner & Suddarth, 2013).
3. Batuk Efektif
Tujuan batuk efektif ini adalah
mengeluarkan dahak, dengan cara:
lakukan napas dalam 2-3x melalui hidung
kemudian keluarkan pelan pelan. Pada
napas dalam yang ketiga, tahan sampai
hitungan 2 detik dan batukkan
menggunakan otot perut dan otot bantu
pernapasan lainnya. Disarankan sebelum
batuk efektif minum air hangat dulu, ini
mempermudah pengeluaran dahak
(Muttaqin, 2014).
Latihan pernapasan
4. WSD (Water Seal Drainage)
Tujuannya untuk
mengeluarkan
cairan di rongga
pleura dengan
memasukkan selang
melalui dada.
5. Gaya hidup yang sehat
Hidup sehat bisa dilakukan dengan
makan- makanan sehat dan teratur,
olahraga, tidak merokok, tidak minum
alkohol.
TERIMAKASIH..
SEMOGA BERMANFAAT
Disusun Oleh:
Heni Wiji Utami (A01301759)
PRODI DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
PENGERTIAN EFUSI PLEURA
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan berlebih di dalam
rongga pleura. Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem pernapasan.
Kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan penderitanya (muttaqin, 2014).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit
sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan
(10 sampai 20ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (brunner&suddarth, 2013).
Efusi pleura merupakan kondisi dimana dalam rongga pleura terdapat cairan berlebih.
PENGERTIAN EFUSI PLEURA
Cairan di rongga pleura
PENYEBAB EFUSI PLEURA
Pembentukan cairan yang berlebihan karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, gagal jantung,
gagal ginjal dan kanker.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi transudat, eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat : dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites
(oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior dan tumor.
b. Eksudat : disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi : disebabkan adanya tumor, trauma, infark paru dan tuberculosis (Muttaqin, 2014).
PENYEBAB EFUSI PLEURA
Penyebab lain: penyakit gagal jantung, gagal ginjal, dan
infeksi atau setiap peradangan apa pun pada permukaan pleura
PROSES TERJADINYA EFUSI PLEURA
Menurut Muttaqin (2014) secara normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak. Akan
tetapi, pada efusi pleura cairan di dalam pleura melebihi batas normal. Hal tersebut salah satunya
karena peradangan/ infeksi dan adanya tumor ataupun kanker. Pada setiap infeksi atau setiap
penyebab peradangan apa pun pada permukaan pleura dari rongga pleuradapat menyebabkan
pecahnya membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga
pleura secara cepat. Akibatnya terjadi akumulasi cairan di rongga pleura. Akumulasi cairan
tersebut menyebabkan penderita mengeluh sesak napas.
PROSES TERJADINYA EFUSI PLEURA
Normal ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak.
Pada efusi pleura cairan melebihi batas normal, sehingga terjadi penumpukan
caiaran di rongga pleura. Ini yang menyebabkan pengembangan
Paru tidak maksimal dan timbul sesak napas
Hasil Rongten yang menunjukkan penumpukkan
cairan di rngga pleura
TANDA GEJALA EFUSI PLEURA
Muttaqin (2014) adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit atau nyeri di dada (pleuritis). Bila
cairan banyak, penderita akan sesak napas. Selain itu muncul tanda dan gejala demam, menggigil, panas tinggi
(kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak, hasil rongten menggambarkan kesan efusi
pleura.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, fremitus melemah (raba dan vocal),
pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis
Ellis Damoiseu).
TANDA GEJALA EFUSI PLEURA
Demam
Nyeri dada
Batuk, Hasil rongten
ada dahak Efusi Pleura
TINDAKAN UNTUK MENCEGAH KOMPLIKASI
1. Pemberian terapi oksigen : Tujuan terapi oksigen adalah memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernapas, sehingga sesak napas berkurang.
2. Batuk Efektif
Menurut Muttaqin (2008) latihan batuk efektif merupakan salah satu terapi modalitas perawat unuk membersihkan sekresi
pada jalan napas. Tujuan batuk efektif ini adalah mengeluarkan dahak. lakukan napas dalam 2-3x melalui hidung kemudian
keluarkan pelan pelan. Pada napas dalam yang ketiga, tahan sampai hitungan 2 detik dan batukkan menggunakan otot perut dan
otot bantu pernapasan lainnya. Disarankan sebelum batuk efektif minum air hangat dulu, ini mempermudah pengeluaran dahak
(Muttaqin, 2014).
3. Latihan Pernapasan
Tujuannya untuk mengurangi sesak napas sehingga pernapasan lebih efektif dan efisien. Latihan nafas dalam tersebut
diberikan sebagai latihan yang diperlukan selama perawatan maupun untuk penatalaksanaan pasien dengan masalah
ketidakefektifan pola napas selama di rumah (Natalia, dkk, 2007).
4. WSD (Water Seal Drainage) Merupakan salah satu modalitas terapi yang digunakan paling efektif untuk mengembalikan kondisi di dalam cavum pleura,
yakni denga menggunakan selang yang dimasukkan ke dalam cavum pleura klien dan kemudian dihubungkan dengan seperangkat
botol, sehingga mendrainase cairan abnormal dari dalam cavum pleura keluar. Tujuan WSD yaitu untuk mengeluarkan cairan di
dalam rongga pleura (Muttaqin, 2014).
5. Ciptakan gaya hidup sehat
Gaya hidup sehat bisa dilakukan dengan tidak merokok, minuman keras, olahraga secara teratur. Olahraga disesuaikan dengan
kondisi tubuh. Selain itu bisa dengan mengatur makan- makanan yang sehat dan tentunya makan secara teratur.
TINDAKAN UNTUK MENCEGAH KOMPLIKASI
Pemberian oksigen Gaya hidup sehat dengan makanan sehat, tidak
merokok, olahraga, tidak minum alkohol
Latihan napas dalam
WSD
SEMOGA BERMANFAAT...
/
LEMBAR KONSUL BIMBINGAN KTI
MAHASISWA PRODI DⅡI KEPERAWATAN
STIKES MUIIAMMADIYAH GOMBONG
Nama
NIM
:Heni Wtti Utami
:A01301759
Pembimbing : Irmawan Andri, S.Kep., Ns., M.Kep
‰ 1く」ア|
らAら 1
R_rぃ らAol幸 び
Revls― l‐ DAら 11
Rev、キらAら n十 1R
RQviゞ らAら 1ャ lヨ
らab li +lU
らabi。 キ`仙。|`ぬn
3ablり貯,LαmlMn
らr/tち :,!:夕 1ヽ,1,,Vl_`傘、P16`■
,
ら夕♭,十 し“「 “
ぃ
移り,″ y
1.
皮 .
ろ
4´
ら
し,
1
0
0
lo,
11.
2ヽ
らen10′ 20こuni
ユ01し
二um at,ユ負
」uniたいι
κqmド ,ち o
6anIュ 。1じ
,abtu′ ュ
Juli"ο tし
,enin,4」じliュθlし
92niol 13
ゴuliルοtL
Robu′ 2。
」utiみ。、し
Sattu/23」ぬヽ λりヽし
Senln′ 2g
」uni ′οtし
は ぅl.′ ぇι」Ц01 2olし
oヽ(゛に,、 |
ハツなう、バ ′。1も
Kamゞ ),電
A9嬌、スゞユ'10
\
Recommended