View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
JURNAL KESEHATAN – VOLUME 12 NOMOR 2 (2021) 274 - 278
Available online at : http://ejurnal.stikesprimanusantara.ac.id/
Jurnal Kesehatan
| ISSN (Print) 2085-7098 | ISSN (Online) 2657-1366 |
DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i2.503 Jurnal Kesehatan is licensed under CC BY-SA 4.0
© Jurnal Kesehatan
Artikel Penelitian
CITRA TUBUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU PENGIDOLAAN POP KOREA PADA REMAJA Fitri Kamila Rahmadini 1, Widyatuti 2 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2 Departemen Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
INFORMASI ARTIKEL A B S T R A K
Received: March 31, 2021 Revised: April 20, 2021 Accpeted: July 30, 2021 Available online: July 31, 2021
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku pengidolaan pop Korea dengan citra tubuh (body image) pada remaja. Sampel sebanyak 109 responden remaja putra dan putri antara usia 15-17 tahun yang merupakan siswa SMA Negeri di Kecamatan Sukmajaya Depok. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan 18,35 remaja memiliki tingkat perilaku pengidolaan rendah, 70,65% memiliki tingkat perilaku pengidolaan sedang, dan 11% memiliki tingkat perilaku pengidolaan tinggi. Sedangkan untuk citra tubuh 56,88% remaja memiliki citra tubuh negatif dan 43,12% sisanya memiliki citra tubuh yang positif. Kesimpulan penelitian ini dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku pengidolaan dan citra tubuh dengan nilai p= 0,166 (p>0,05). Peneliti menyarankan untuk ditingatkannya konseling remaja terutama terkait penerimaan terhadap diri dan bagaimana membentuk citra tubuh yang positif. This study aims to examine the relationship between Korean pop idolization behavior and body image in adolescents. The sample consisted of 109 male and female adolescent respondents between the ages of 15-17 years who were state high school students in Sukmajaya District, Depok. The results showed that 18.35 adolescents had a low level of idolizing behavior, 70.65% had a moderate level of idolizing behavior, and 11% had a high level of idolizing behavior. Meanwhile, for body image 56.88% of adolescents have a negative body image and the remaining 43.12% have a positive body image. The conclusion of this study from the results of bivariate analysis showed that there was no significant positive relationship between idolizing behavior and body image with p value = 0.166 (p>0.05). Researchers suggest to increase adolescent counseling, especially related to self-acceptance and how to form a positive body image.
KATA KUNCI Citra Tubuh; Idola; Remaja KORESPONDENSI Widyatuti
E-mail: tuti_cw@yahoo.com
PENDAHULUAN Karakteristik fisik seperti tinggi dan berat badan serta
atribut yang melekat pada tubuh adalah sesuatu yang mudah
ditangkap oleh mata dan sebagai ciri dari seseorang. Melalui
pengalaman peneliti sendiri dan hasil observasi di suatu kelompok
remaja, tampilan fisik sering kali menjadi bahan pembicaraan
sebagai isu yang menjadi perhatian terutama di kalangan remaja
perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bornioli et al.
(2019) menunjukan bahwa sebagian remaja merasa tidak puas
dengan bentuk tubuhnya. Sejumlah 30% remaja laki-laki
berkeinginan untuk menaikkan berat badan, sedangkan 50% remaja
perempuan berkeinginan menurunkan berat badan.
Remaja saat ini menghubungkan persepsi tubuh yang
diharapkannya dengan figur atau seseorang yang diidolakannya
(Mustikaningrum, 2013). Remaja yang dalam tahap
perkembangannya yaitu mencari identitas diri, menjadikan idola
yang di gemarinya sebagai figur yang ingin ditiru. Dengan
mengidolakan seseorang, biasanya terjadi proses modelling atau
meniru tokoh idola dalam perilaku remaja sehari-hari. Survey yang
dilakukan oleh Chia et al. (2009) pada 621 remaja berusia 11-18
tahun di Singapura menunjukan terdapat kaitan antara perilaku
remaja dalam mengidolakan tokoh yang di gemarinya dengan
perkembangan remaja. Remaja cenderung akan mengadopsi
perilaku tokoh idoalnya baik itu cara berpakaian, pembelian
produk, dan bahkan perilaku kesehatan.
Indonesia sendiri, seperti di kebanyakan negara, idola
remaja yang paling banyak di gemari adalah penyanyi populer dan
bintang film. Salah satu idola populer yang saat ini sedang sangat
di gandrungi remaja adalah idola pop Korea. Idola pop Korea
dikenal juga dengan istilah idola K-pop atau kependekan dari
Korean Pop adalah budaya populer asal Korea Selatan (Sihombing,
WIDYATUTI, W, ET AL/ JURNAL KESEHATAN - VOLUME 12 NOMOR 2 (2021) 274 - 278
DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i2.503 Widyatuti, W, Et Al 275
2013). Bentuk penyajian budaya populer Korea ini amat beragam
mulai dari drama, musik, fesyen, film, makanan, sampai kecantikan
(Kim, 2015). K-pop juga terkenal dengan grup penyanyi laki-laki
dan perempuan yang berpenampilan menarik (Dwiputeri et al,
2015).
Menurut Valge et al. (2019), idola pop Korea perempuan
memiliki karakteristik penampilan tertentu, yaitu kulit yang sangat
putih dan bentuk tubuh yang sangat langsing. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan Gan (2012) bahwa idola pop Korea memiliki
karakteristik penampilan tertentu, yaitu hidung mancung, ukuran
wajah kecil, dan pipi tirus. Idola pop Korea perempuan memiliki
beberapa bagian tubuh dengan karakteristik yang dianggap
sempurna dan diinginkan oleh penggemar. Karakteristik bagian
tubuh tersebut adalah kaki (paha sampai telapak kaki) panjang
dengan proporsi ukuran yang sempurna, perut dengan otot yang
menyerupai angka sebelas, lengan kurus, dan lebar pinggang yang
kecil (Hoi, 2013; Kim, 2012).
Remaja penggemar idola pop Korea dapat menjadikan
tubuh idola pop Korea perempuan sebagai standar yang ingin
diikuti. Peneliti sebelumnya juga telah melakukan studi
pendahuluan dengan mewawancarai 4 remaja putri dan 1 remaja
putra di SMA Negeri 3 Depok pada bulan Januari 2020 mengenai
gambaran citra tubuh remaja penggemar idola pop Korea. Peneliti
memberikan pertanyaan tentang alasan mereka mengagumi idola
pop Korea dan pengaruhnya terhadap gambaran citra diri remaja.
Sebagian remaja mengatakan bahwa idola pop Korea memiliki
penampilan yang sangat menarik dan ingin mengubah gambaran
dirinya menjadi seperti idola pop Korea. Empat remaja putri
tersebut juga menyatakan memiliki niat untuk melakukan diet demi
mengubah penampilannya tersebut.
Citra tubuh adalah evaluasi seseorang terhadap ukuran,
berat, atau aspek lain dari tubuh yang menetukan penampilan fisik.
Citra tubuh tidak terlepas dari aspek kepuasan terhadap diri sendiri
atau yang dikenal dengan istilah body satisfaction (Thompson et al,
1999). Pada usia remaja, penilaian dan kepuasan akan tubuh
menjadi isu penting karena pada masa ini remaja banyak
mengalami perubahan baik dari segi fisik seperti berkembangnya
karakteristik seksual primer dan sekunder dan bertambahnya tinggi
serta berat badan (Potts et al, 2012). Perubahan ini menyebabkan
remaja cenderung lebih memperhatikan tubuh mereka dibanding
aspek lain dalam diri mereka.
Ketidakpuasan akan tubuh sebagai bentuk dari citra tubuh
yang negatif, dapat mengarahkan remaja pada gangguan mental
yang signifikan seperti perasaan malu, depresi, bahkan harga diri
rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Choi et al. (2016) pada 1002
remaja di Amerika dan 3993 remaja di Korea Selatan mengenai
hubungan antara kepuasan tubuh dengan aspek psikologis remaja
menunjukan bahwa terdapat kaitan antara ketidakpuasan tubuh
dengan depresi, dan harga diri merupakan perantara antara kedua
hubungan tersebut. Dampak yang lebih serius dari ketidakpuasan
tubuh pada remaja ini adalah terdapatnya hubungan antara perilaku
bunuh diri dengan citra tubuh yang negatif (Crow et al, 2008).
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengidolaan dengan kepuasan citra tubuh pada remaja di SMA
Negeri di Kecamatan Sukmajaya Depok. Penelitian ini diharapkan
menjadi perhatian bagi petugas kesehatan maupun guru sekolah
bahwa pembentukan citra tubuh yang positif pada remaja sangatlah
penting.
METODE Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain
penelitian cross sectional pada 109 siswa di SMA Negeri di
Kecamatan Sukmajaya Depok dan menggunakan analisa data
univariat dan bivariat. Analisa bivariat menggunakan uji chi square
untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara pengidolaan dan
citra tubuh. Etika penelitian yang diterapkan yaitu menghormati
harkat dan martabat responden, menghormati privasi dan
kerahasiaan responden penelitian, bersikap adil dan terbuka kepada
responden, serta memperhitungkan manfaat dan kerugian yang bisa
ditimbulkan kepada responden.
Pengumpulan data menggunakan instrumen yaitu Celebrity
Attitude scale untuk mengukur tingkat pengidolaan serta Multiple
Body-Self Related Questionaire untuk mengindentifikasi citra
tubuh. Data akan diolah dengan langkah editing, coding,
processing, cleaning, dan tabulating. Kemudian, data dianalisis
dengan analisa univariat dengan uji mean, median, SD, frekuensi,
dan presentase dan analisa bivariat menggunakan uji chi square.
HASIL DAN PEMBAHASAN Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah
perempuan yaitu sebanyak 91 (83,48%) dan responden laki-laki
sebanyak 18 (16,52%). Rata-rata usia responden adalah 16,45
tahun, dengan usia terendah 15 tahun dan tertinggi 18 tahun.
Pada tabel 1 ditampilkan gambaran IMT pada Siswa SMA Negeri
di Kecamatan Sukmajaya Depok Tahun 2020.
Tabel 1: Distribusi IMT (n=109)
Indeks Massa Tubuh Jumlah Presentase
Underweight 35 32,11% Normal 70 64,22%
Overweight 4 3,67% Total 109 100%
WIDYATUTI, W, ET AL/ JURNAL KESEHATAN - VOLUME 12 NOMOR 2 (2021) 274 - 278
Widyatuti, W, Et Al DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i2.503 276
Hasil analisa menunjukan bahwa jumlah responden yang
memiliki IMT normal sebanyak 70 responden (64,22%).
Responden dengan IMT underweight sebanyak 35 responden
(32,11%). Sedangkan responden yang memiliki IMT overweight
sebanyak 4 responden (3,67%).
Pada tabel 2 ditampilkan distribusi tingkat pengidolaan
pada Siswa SMA Negeri di Kecamatan Sukmajaya Depok Tahun
2020:
Tabel 2: Distribusi Tingkat Pengidolaan (n =109)
Pengidolaan Jumlah Presentase Rendah 20 18,35 % Sedang 77 70,65 % Tinggi 12 11 % Total 109 100 %
Hasil penelitian menunjukan perbedaan yang cukup besar
antara ketiga kategori pengidolaan. Jumlah responden dengan
tingkat pengidolaan rendah sebanyak 20 orang (18,35%),
responden dengan tingkat pengidolaan sedang sebanyak 77 orang
(70,65%) dan merupakan jumlah terbesar, dan tingkat pengidolaan
tinggi sebanyak 12 orang (11%) dari total 109 responden.
Pada tabel 3 ditampilkan distribusi tingkat pengidolaan
pada Siswa SMA Negeri di Kecamatan Sukmajaya Depok Tahun
2020
Tabel 3: Distribusi Citra Tubuh
Citra Tubuh Jumlah Presentase Negatif 62 56,88 % Positif 47 43,12 % Total 109 100 %
Hasil penelitian menunjukan perbedaan yang cukup besar
antara distribusi citra tubuh negatif dan citra tubuh positif pada
responden. Jumlah responden yang memiliki citra tubuh negatif
lebih banyak yaitu sebanyak 62 orang (56,88%). Sedangkan
responden dengan citra tubuh positif sebanyak 47 orang (43,12%).
Kemudian, dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan
pengidolaan dengan citra tubuh pada Siswa SMA Negeri di
Kecamatan Sukmajaya Depok Tahun 2020 sebagai berikut
Tabel 4: Analisis Hubungan Pengidolaan dengan Citra Tubuh pada Remaja (n=109)
Perilaku pengidolaan
Citra Tubuh Total OR (95% CI)
P Value Negatif Positif N % n % n %
Rendah 36 33% 21 19,3 57 52,3% 1,714 0,166 Tinggi 26 23,85% 26 23,85% 52 47,7%
Total 62 56,85% 47 43,15% 109 100%
Hasil uji statistic didapatkan nilai p=0,166 (P>a), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima sehingga tidak terdapat hubungan
positif yang signifikan antara perilaku pengidolaan dan citra tubuh
pada siswa SMA Negeri di Kecamatan Sukmajaya Depok.
PEMBAHASAN Pengidolaan
Hasil analisa univariat pada variabel pengidolaan yang
telah ditampilkan pada bab sebelumnya menampilkan distribusi
responden berdasarkan tingkat pengidolaan. Hasil analisis
menunjukan terdapatnya perbedaan yang cukup signifikan antara
responden dengan tingkat pengidolaan rendah (18,35%), tingkat
pengidolaan sedang (70,65%), dan tingkat pengidolaan tinggi
(11%). Sebagian besar responden penelitian, yaitu 77 orang dari
total 109 responden memiliki tingkat pengidolaan sedang. Ketika
intensitas keterlibatan dengan idola meningkat, remaja sebagai
penggemar mengembangkan hubungan yang lebih intim dengan
idolanya. Kekagumana yang kuat ini sering disebut sebagai aspirasi
remaja untuk berpikir atau bahkan berperilaku seperti idolanya
(Chia et al, 2009). Pernyataan ini juga didukung dari temuan pada
analisis peryataan pada instrumen penelitian ini terkait intensitas
responden dalam mengakses berita idola pop Korea favoritnya,
dimana 75% responden sangat sering mengikuti berita terkait idola
pop Korea favorit, dan 83,4% sangat sering menonton drama, atau
mendengarkan lagu dari idola pop Korea favoritnya.
Berbeda dengan Chia et al (2009) yang menyatakan bahwa
intensitas keterlibatan remaja dengan selebriti secara positif terkait
dengan tingkat nilai materialistis remaja, hasil analisis penelitan ini
menunjukan bahwa 64 dari 109 (58,75%) responden
mengisyaratkan bahwa tidak akan menghabiskan atau
membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang berkaitan
dengan idola pop Korea favoritnya, baik barang sejenis yang di
gunakan, barang yang di iklankan, atau merchandise idola Korea
favoritnya.
Citra Tubuh
Hasil analisa univariat pada variabel citra tubuh
menunjukan perbedaan yang cukup besar antara resoponden yang
WIDYATUTI, W, ET AL/ JURNAL KESEHATAN - VOLUME 12 NOMOR 2 (2021) 274 - 278
DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i2.503 Widyatuti, W, Et Al 277
memiliki citra tubuh positif dan responden yang memiliki citra
tubuh negatif, yaitu sebesar 13,76%. Sebanyak 62 responden
(56,88%) memiliki citra tubuh negatif, sedangkan sebanyak 47
responden (43,12%) memiliki citra tubuh postif. Rentang usia
responden 15-17 tahun berada pada tahap remaja tengah dimana
hasil penelitian ini sesuai dengan teori Batubara (2010) yang
menyatakan bahwa pada periode tersebut remaja sedang sangat
memperhatikan penampilannya.
Berbeda dengan Santrock (2016) yang menyatakan bahwa
remaja laki-laki cenderung memiliki citra tubuh yang lebih positif
dibanding remaja perempuan, hasil analisis penelitian menunjukan
bahwa 10 dari 18 (55,56%) responden laki-laki memiliki
ketidakpuasan akan tubuhnya atau memiliki citra tubuh negatif.
Sedangkan untuk responden perempuan pernyataan tersebut sesuai
dimana hasil penelitian menunjukan 52 dari 91 (57,14%) responden
perempuan memiliki citra tubuh negatif. Hasil tersebut
membuktikan bahwa remaja perempuan merupakan kelompok
yang rentan mengalami ketidakpuasan tubuh, yang mana menurut
Santrock (2016) hal tersebut dikarenakan selama masa pubertas,
perempuan mengalami lonjakan lemak yang drastis yang
dampaknya dapat mengarahkan pada citra tubuh yang negatif.
Sebagai indikator ukuran tubuh, hasil analisa indeks masa
tubuh (IMT) pada responden menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki IMT normal yaitu sebanyak 70 responden
(64,22%). Sebanyak 35 responden (32,11%) memiliki IMT
dibawah normal (underweight), sedangkan hanya 4 responden
(3,67%) yang memiliki IMT diatas normal (overweight).
Berdasarkan data ini diketahui bahwa mayoritas responden
memiliki IMT normal, namun lebih dari setengah jumlah responden
memiliki citra tubuh negatif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
citra tubuh negatif tidak hanya dapat dimiliki oleh responden
dengan IMT overweight atau underweight, tetapi juga dapat
dimiliki oleh responden dengan IMT normal.
Hubungan Pengidolaan dengan Kepuasan Citra Tubuh
Fryling et al. (2011) menyatakan bahwa ketika terdapat
model atau dapat dikatakan ‘idola’ dalam lingkungan remaja, akan
terjadi proses belajar dari remaja melalui cara memperhatikan
sosok yang di idolakannya. Gambaran wanita yang kurus dan pria
yang berotot di media massa seperti idola pop Korea dapat
memberikan dampak bagi citra tubuh seseorang berupa
menurunnya kepuasan serta persepsi tubuh baik skala kecil, sedang,
maupun besar. Terlebih remaja yang dalam tahap
perkembangannya sedang mencari identitas diri dapat menjadikan
idola pop Korea sebagai figur yang ingin ditirunya. Proses ini
dikenal juga dengan istilah identifikasi, yaitu proses meniru idola
sebagai cara untuk mempertahankan hubungan penggemar dengan
idolanya (Chia et al, 2009).
Hasil analisa bivariat antara perilaku pengidolaan dengan
citra tubuh pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
uji chi-square menunjukkan nilai p (p value) sebesar 0,166 dan
penelitian ini menggunakan nilai α 0,05. Nilai P yang didapat lebih
besar daripada nilai α penelitian, sehingga didapatkan keputusan
bahwa Ho diterima. Dengan kata lain, hasil penelitian
membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara perilaku
pengidolaan dengan citra tubuh. Temuan pada penelitian ini
berbeda dengan hasil yang ditemukan Chia et al. (2009) pada
remaja di Singapura yang menyatakan bahwa intensitas keterlibatan
remaja dengan selebriti secara positif terkait dengan kepercayaan
diri dan kepuasan citra tubuh pada remaja. Hasil yang berbeda ini
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kondisi psikologis
individu dan lingkungan antara remaja di Singapura dan remaja di
Depok.
SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat
hubungan antara pengidolaan dan citra tubuh (body image) pada
remaja. Dengan p value 0,166 > 0,05. Pemberian konseling serta
pendidikan kesehatan pada remaja terutama terkait penerimaan
terhadap diri sendiri perlu untuk lebih ditingkatkan. Pengetahuan
mengenai pembentukan citra tubuh mulai dari faktor sampai
dampaknya dapat lebih memberi pemahaman pada remaja
mengenai pentingnya memiliki citra tubuh yang positif dan
bagaimana cara membentuk citra tubuh yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bornioli, A., H. L.-S., Smith, A., Slater, A., & Bray, I. (2019). Adolescent body dissatisfaction and disordered eating: Predictors of later risky health behaviours. Social Science & Medicine 112458.
2. Burrowes, N. (2013). Body image – a rapid evidence assessment of the literature. UK: UK Government Equalities Office.
3. Chia, S. C., & Ling-Poo, Y. (2009). Media, celebrities, and fans: An examination of adolescents media usage involvement with entertaiment celebrities . J&M Quarterly, 86 (1), 23-44.
4. Choi, E., & Choi, I. (2016). The associations between body dissatisfaction, body figure, self-esteem, and depressed mood in adolescents in the United States and Korea: A moderated mediation analysis. Journal of Adolescence, vol. 53, Dec, 249-259.
5. Crow, S., Eisenberg, M. E., Story, M., & Neumark-Sztainer, D. (2008). Suicidal behavior in adolescents: Relationship to weight status, weight control behaviors, and body dissatisfaction. International Journal of Eating Disorders, 41 (1), 82-87.
WIDYATUTI, W, ET AL/ JURNAL KESEHATAN - VOLUME 12 NOMOR 2 (2021) 274 - 278
Widyatuti, W, Et Al DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i2.503 278
6. Dwiputeri, L., & Maulina, V. V. (2015). Kontribusi body comparison dengan artis K-pop perempuan terhadap body dissatisfaction (Studi pada remaja perempuan Indonesia fans K-pop). Jurnal Perkotaan Desember Vol. 6-7 No. 1-2, 58-76.
7. Kim, B. (2015). Past, present and future of hallyu (Korean wave). American International Journal of Contemporary Research, 5 (5), 154-160.
8. Mustikaningrum, D. H. (2013). Gambaran citra tubuh pada remaja yang mengidolakan tokoh idola di SMAN 1 Depok. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan.
9. Santrock, J. W. (2016). Adolescence (16th ed.). New York: McGraw-Hill Education.
10. Sihombing, L. H. (2013). Pengaruh kpop bagi penggemarnya: Analisis kajian blok. Tesis. Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
11. Valge, C., & Hinsberg, M. (2019, Oktober 2). The capitalist control of K-Pop: The idol as a product. Diambil kembali dari RKK ICDS: https://icds.ee/the-capitalist-control-of-k-pop-the-idol-as-a-product/
Recommended