View
145
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Lidah buaya atau Aloe vera adalah salah satu tanaman obat yang
berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tanaman ini sudah
digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1500 SM. Berkat khasiatnya,
masyarakat Mesir Kuno menyebutnya sebagai tanaman keabadian.
Seorang peracik obat-obatan tradisional berkebangsaan Yunani bernama
Dioscordes, menyebutkan bahwa lidah buaya dapat mengobati berbagai
penyakit, misalnya bisul, kulit memar, kulit pecah-pecah, lecet, rambut rontok,
wasir dan radang tenggorokan. Seorang peneliti dan pemerhati tanaman obat
(Fusio L. Panggabean) mengatakan bahwa keampuhan lidah buaya tak lain
karena tanaman ini memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagi tubuh manusia.
Hasil penelitian lain terhadap lidah buaya menunjukkan bahwa karbohidrat
merupakan komponen terbanyak setelah air, yang menyumbangkan sejumlah
kalori sebagai sumber tenaga. Lidah buaya juga dikenal berkhasiat untuk
mengobati sejumlah penyakit. Di antaranya diabetes mellitus dan serangan
jantung (www.sedapsekejap.com/artikel/1991/edisi 1/files/tekno.htm).
Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah. Lidah buaya berdasarkan asumsi dapat menurunkan kadar
glukosa darah. Masyarakat dahulu menggunakan lidah buaya dengan cara
mengambil sehelai daun dari tanaman lidah buaya dan digunakan untuk obat luar
dengan membalutkan disekitar bagian yang terluka untuk kesembuhan. Selain itu
lidah buaya juga diolah masyarakat dengan cara merajang.
Kebanyakan masyarakat kurang berminat untuk menggunakan lidah
buaya sebagai obat dalam, kemungkinan karena rasa dan bau yang kurang enak
dari lidah buaya. Oleh karena itu peneliti memformulasikan dalam bentuk sirup.
Penambahan gula dan essense sangat penting dalam formulasi sirup lidah buaya,
karena essense dapat memberikan cita rasa dan aroma pada sirup lidah buaya,
sehingga secara ekonomis ketertarikan konsumen lebih tinggi. Sedangkan
penambahan gula untuk menutupi rasa pahit dari lidah buaya. Pemanis yang
digunakan yaitu aspartam dan sorbitol, kedua pemanis ini tidak kontraindikasi
dengan penderita diabetes mellitus, karena pemanis ini dapat menghambat
penyerapan glukosa dan menurunkan gula darah.
Sirup juga disebut larutan oral. Larutan oral yang mengandung sukrosa
atau gula lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup. Larutan sukrosa hampir
jenuh dalam air dikenal sebagai sirup simpleks. Penggunaan istilah sirup juga
digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengentalan dan
pemanis, termasuk suspensi oral.
Disamping sukrosa dan gula lain, senyawa polio tertentu seperti sorbitol
atau gliserin dapat digunakan dalam larutan oral untuk menghambat
penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa dan sifat lain zat pembawa.
Umumnya juga ditambahkan antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri,
jamur dan ragi. Beberapa larutan oral tidak mengandung gula, melainkan bahan
pemanis buatan, seperti sorbitol atau aspartame dan bahan pengental seperti gom
selulosa. Larutan kental dengan pemanis buatan seperti ini, tidak mengandung
gula, dibuat sebagai zat pembawa untuk pemberian obat kepada pasien diabetes.
(Direktoral Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope
Indonesia. Ed. IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 15).
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa
pokok masalah dalam penelitian yaitu :
1. Apakah ada pengaruh perlakuan penambahan kosentrasi gula terhadap
kualitas sirup lidah buaya ?
2. Apakah ada pengaruh perlakuan penambahan kosentrasi essense
terhadap kualitas sirup lidah buaya ?
3. Apakah ada interaksi antara perlakuan penambahan konsentrasi gula
dengan penambahan essense terhadap kualitas sirup lidah buaya ?
I.3. Hipotesis
1. Diduga ada pengaruh perlakuan penambahan kosentrasi gula terhadap
kualitas sirup lidah buaya.
2. Diduga ada pengaruh perlakuan penambahan kosentrasi enssense
terhadap kualitas sirup lidah buaya.
3. Diduga ada interaksi antara perlakuan penambahan kosentrasi gula
dengan penambahan essense terhadap kualitas sirup lidah buaya.
I.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perlakuan penambahan kosentrasi gula dan essense terhadap fisik dan
organoleptik sirup lidah buaya.
I.5. Manfaat Penelitian
a. Memberi informasi ilmiah mengenai manfaat sirup lidah buaya untuk
berbagai macam penyakit.
b. Memberi pengetahuan dasar bagi para peneliti berikutnya mengenai
manfaat lidah buaya sebagai obat tradisional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Utama Lidah Buaya
Lidah buaya termasuk keluarga teratai. Daun-daunnya tebal,
ujungnya berduri, warnanya dari abu-abu hingga cerah. Klasifikasi lidah
buaya sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Angios permae
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Monocotyledonae
Familia : Liliaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.
II.2. Karakteristik Daun Lidah Buaya
Terna tahunan ini tingginya sekitar 30-50 cm. Batang bulat tidak
berkayu. Daun tunggal berbentuk taji, ujung runcing, tebal berdaging mudah
patah (getas), dan mengandung getah yang berwarna jernih. Permukaan daun
berbintik, panjang 15-36 cm, lebar 2-6 cm, warnanya hijau. Bunga berwarna
jingga, tersusun dalam tandan yang panjangnya 60-90 cm. Buahnya buah
kotak, berkatup berwarna hitam (Dr. Dalimarta Setiawan, 2002. Ramuan
Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Melitus. Jakarta. 82).
II.3. Kandungan Kimia dan Kegunaan Tanaman Lidah Buaya
Didalam lidah buaya terkandung nutrisi yang disebut Polisakarida.
Zat satu ini memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan enzim
pemerah protein (Protase) dan asam amino essensial. Ketika bekerja dengan
enzim protase, polisakarida dalam lidah buaya dapat membantu memecahkan
jaringan kulit yang sakit akibat kerusakan. Misal gesekan benda tajam.
Sementara saat bekerja sama dengan asam amino (NH3), polisakarida
berperan dalam penggantian sel-sel yang telah rusak. Dalam hal ini lidah
buaya dikategorikan sebagai zat antibiotik dan peredan rasa sakit.
Lignin dalam sel lidah buaya mampu meresap ke dalam kulit dan
menahan hilangnya cairan tubuh di permukaan kulit sehingga kulit tidak
cepat kering serta terjaga kelembabannya.
Selain mengandung polisakarida, gel lidah buaya juga mengandung
zat-zat lain yang berguna bagi tubuh yaitu : Kalsium, potasium, sodium,
choline, magnesium, zinc, copper, chromium, vitamin B1, B6, B12, dan vitamin
C, niasinanida, asam folat, asam salisilat, karbohidrat, gula, enzim, asam
amino, saponin, krisofanol, kunor, lektin, lignin, selulosa, resin, tanin,
kalium, seng, mangan, kuprum.
Kegunaan dari tanaman lidah buaya adalah mengobati diabetes
melitus, sembelit (kontstipasi), batuk rejan (pertussis), muntah darah.
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Penyakit ini dapat disebabkan
karena sel β tidak berfungsi sehingga pankreas tidak dapat memproduksi
insulin (tipe insulin – dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), dan adanya
resistensi kerja insulin karena interaksi kerja insulin dengan reseptor
berkurang sehingga glukosa tidak dapat masuk kedalam sel (tipe non
insulin – dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)). Penyakit ini menjadi
berbahaya karena dapat menimbulkan komplikasi yang melibatkan mata,
jaringan saraf, ginjal, jantung, pembuluh darah.
Dari penelitian oleh Fauziah, S2 Biologi pada tanggal 14 November
2005 dengan penelitian dilakukan untuk mengukur pengaruh Jus
Aloe Vera L dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus, diabetes aloksan
dan besarnya hambatan penyerapan glukosa oleh usus halus, maka diperoleh
hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tikus diabetes
aloksan mengalami penurunan setelah pemberian Jus Aloe Vera L selama 1
bulan. Penurunan kadar glukosa terbesar terjadi perlakuan dengan dosis 5,1
mg/kg BB dari rata-rata 369,272 sebelum pemberian Jus Aloe Vera L
menjadi 121,498 setelah 1 minggu.
Secara klinis keampuhan lidah buaya diteliti oleh fakultas farmasi
Mahidol University, Bangkok, Thailand. Sebanyak 72 pasien berusia 35 – 60
tahun dengan kadar gula darah tinggi diberi ekstrak 80% lidah buaya sehari 2
kali selama 47 hari. Hasilnya menunjukkan hasil kadar gula darah mereka
menjadi 141,92 mg/dl. Nilai trigliserida juga turun dari 220,31 mg/dl
menjadi 122,72 mg/dl.
Maka dapat disimpulkan Jus Aloe Vera L dapat menurunkan kadar
glukosa darah tikus diabetes aloksan dan dapat menghambat penyerapan
glukosa oleh usus halus. (http://digilib.ti.itb.ac.id/go.php?id=jiptumn-gdl-S1-
2004- iqdamthali - 1536).
Lidah buaya membantu mengatasi sembelit atau sulit buang air besar
karena lendirnya bersifat pahit dan mengandung laktasit sehingga merupakan
pencahar yang baik.
Lidah buaya juga bisa mengatasi bengkak sendi pada lutut, batuk,
dan luka.
Aloe vera mempercepat proses penyembuhan luka-luka bakar,
merangsang pertumbuhan sel-sel kulit yang sehat, serta membatasi produksi
jaringan bekas luka tubuh. Menurut Elizabeth Burdick, MS, seorang pakar
mikrobiologi dan terapi kulit yang mengobati luka bakar para pasien yang
trauma di Dermatherapy, inc, di Encinitas, California, jaringan bekas luka
bakar adalah tebal seperti sebuah belulang dan dihasilkan oleh sel-sel dasar
yang mengalir kelapisan kulit yang terdapat pada lapisan akhir kulit.
Menurut Burdick, Aloe Vera menghalangi proses produksi goresan bekas
luka. Aloe Vera dapat menyebabkan sel-sel kulit memperbaharuinya dengan
cepat sekali dan sel-sel epidermal baru, mulai menutup wilayah yang terluka
(Gage, Diane, Tara, Elizabeth, MD. Buku Pintar Terapi Aloe Vera
Terjemahan Suwandi. Taramedia dan Resto Agung. 77).
II.4. Tinjauan Tentang Sirup Lidah Buaya
II.4.1 Tinjauan Tentang Lidah Buaya
Terdapat lebih dari 275 spesies didalam induk jenis Aloe Vera atau
pohon aloe seluruh dunia. Tiga dari empat spesies dipakai secara komersil,
yang paling populer adalah Aloe barbadensis Miller (juga dikenal sebagai
Aloe vera Linne, Aloe Vulgaris Lamarch, dan nama-nama lain).
Nama Aloe Vera, dari bahasa latin yang berarti “Pohon Aloe Asli”
mungkin diberikan kepada tanaman khusus ini karena ia spesies gaharu yang
mengandung obat-obatan yang paling bereputasi didalan faedah dan daya
penyembuhannya. Ia juga spesies yang tersedia paling luas dari aloe-aloe
yang mengandung obat dan satu-satunya yang dikembangbiakkan dibumi
belahan barat.
Dewasa ini, tanaman tersebut tumbuh di India, Cina, Amerika
Selatan dan Amerika Pusat, Karibia, Spanyol, Meksiko, Amerika Utara
utamanya di Texas dan Florida serta daerah-daerah tropis dan sub tropis lain.
Daun-daunnya tebal, ujungnya berduri, jajaran warnanya dari abu-
abu hingga hijau cerah, memberikan penampilan Aloe Vera seperti sebuah
kaktus, namun pada kenyataannya ia, sebuah keluarga teratai (Liliaceae).
Masih ada hubungan keluarga dengan bawang merah, bawang putih,
asparagus dan lobak cina, hubungannya dengan teratai menjadi tampak nyata
apabila tanaman itu sedang berbunga. Sebuah tipikal tanaman Aloe Vera
menghasilkan dua atau tiga kuntum bunga seperti pipa berwarna kuning,
berbentuk yang banyak menyerupai Teratai dari Timur, dan bunga-bunganya
hanya muncul sekejap sepanjang tahun.
Daun-daun Aloe Vera yang berbentuk pisau belati tumbuh dari dasar
tanaman dalam sebuah pola bunga mawar. Tanaman-tanaman yang tumbuh
sepenuhnya dalam ukuran tingginya berkisar antara satu setengah hingga
empat kaki serta memiliki pukul rata lima belas helai daun. Daun-daun
sebuah tanaman aloe vera yang sudah matang berukuran masing-masing
memiliki berat satu hingga tiga pon. Tergantung pada kondisi-kondisi cuaca
tanah, tanaman itu mencapai kematangan pada usia satu setengah hingga
lima tahun. Banyak dari penanam dan pembuat produk memperingatkan
bahwa tanaman aloe vera yang belum matang, yang sering kali termasuk
tanaman-tanaman pot rumah tangga, tidak memiliki potensi kimia seperti
sebuah tanaman yang telah matang.
Kata aloe berasal dari bahasa Arab alloeh atau dari bahasa Yahudi
yang bermakna “pahit, zat bersinar” suatu penjabaran bahwa sehat hanya
dapat dijumpai pada salah satu dari dua materi berbeda dalam daun aloe
vera. Terletak pada lapisan yang berkelok-kelok dibawah permukaan sebelah
dalam kulit tanaman adalah getah, biasanya disebut getah/cairan berwarna
kuning. Cairan yang rasanya pahit serta terasa pedih dibibir, serta daun-daun
yang ujungnya berduri diperkirakan menghalangi hewan-hewan dan
serangga memakan tanaman.
Bagian utama lain daripada daun aloe vera, yang jernih, zat setengah
padat yang membuat parenchyma yang dikenal dengan gel. Gel tersebut,
memiliki suatu aroma sayuran yang berbeda, oleh beberapa orang dianggap
bau yang tidak sedap. Adalah gel aloe vera yang memungkinkan tanaman
menyimpan busa dalam periode waktu yang sangat panjang. Sebagai sebuah
anggota kelas botani xerophyte (kepada mana tanaman-tanaman serupa
termasuk sebagai kaktus, agave, dan yucca), aloe vera memiliki kemampuan
untuk sepenuhnya berdekatan dengan stomatanya untuk menghindari
kekurangan air serta dapat bertahan hidup dalam periode waktu yang lama
tanpa air. Untuk alasan yang sama, jika sehelai daun terpotong, lukanya akan
secepatnya terobati dan tanaman tumbuh pada sebuah arah yang lain.
Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah
sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan
digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan
kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di
Afrika.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pemanfaatan tanaman Lidah Buaya berkembang sebagai bahan baku industri
farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman
kesehatan.
Secara umum, Lidah Buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman
terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebgai
tanaman obat dan bahan baku industri.
Berdasarkan hasil penelitian tanaman ini kaya akan kandungan zat-
zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen
lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Di negara-negara Amerika, Australia, dan Eropa, saat ini Lidah
Buaya juga telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan
minuman kesehatan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Lidah_Buaya).
II.4.2 Tinjauan Tentang Sirup
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Kadar sakarosa adalah tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,9%
kecuali dinyatakan lain.
Sirup dibuat sebagai berikut, dibuat cairan untuk sirup, dipanaskan
dan ditambah gula, jika perlu dididihkan hingga larut. Ditambahkan air
mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, bila terjadi
busa, hilangkan busanya dan diserkai. Pembuatan sirup dari simplisia yang
mengandung glukosida antrakinon, ditambahkan Natrium Karbonat sejumlah
10% bobot simplisia. Pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan
ditambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok. Sirup disimpan
dalam wadah tertutup rapat dan ditempat yang sejuk.
Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa,
bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62%
sirup akan membusuk. Berat jenis sirup ialah kira-kira 1,3. Pada
penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa (pecah menjadi Glukosa dan
Fruktosa) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
Dalam larutan berair, mengandung 62% atau lebih sakarosa tidak
dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak terbunuh.
Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh.
Bila dalam resep sirup diencerkan dengan air, dapat pula ditumbuhi jamur.
Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk ditambah Nipagin sebagai
pengawet.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka
sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemak dan dalam botol yang tertutup.
Sebuah gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling
sering digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk
merubah rasa dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana seperti
glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam)
menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan yang
diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gula).
Gula yang digunakan dalam penelitian ini gula aspartam dan
pemanis sorbitol.
Aspartam (C14 H18 H205) merupakan pemanis sintetis non-
karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk
metil ester dari dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat
dan asam amino essensial fenilalanin.
Aspartam dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal,
Nutrasweet dan Canderel dan telah digunakan di hampir 6.000 produk
makanan dan minuman di seluruh dunia.
1. Sejarah penemuan
Ditemukan pada tahun 1965 oleh James Schslatte pada tahun 1965
sebagai hasil percobaan yang gagal. Aspartam merupakan dipeptida yang
dibuat dari hasil penggabungan asam aspartat dan fenilalanin. Fenilalanin
merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampai
pesan pada sistem saraf otak.
2. Sertifikasi kelayakan
Tahun 1981 aspartam mendapat persetujuan dari FDA untuk
digunakan pada beberapa jenis makanan. Untuk mendapat persetujuan ini,
tentu banyak penelitian ilmiah yang harus ditinjau terlebih dahulu. Setelah
dinyatakan aman untuk dikonsumsi, barulah FDA mau menyetujuinya. FDA
telah melakukan evaluasi terhadap pemakaian aspartam dalam makanan dan
minuman sebanyak 26 kali sejak pertama kali menyetujui penggunaannya.
Dan dari bukti-bukti ilmiah yang ada, maka sejak tahun 1996 FDA
menyetujui penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan yang dapat
digunakan dalam semua makanan dan minuman.
Saat ini aspartam telah ada dalam berbagai bentuk, seperti cair,
granular, enkapsulasi dan juga tepung. Dengan demikian, aspartam dapat
digunakan dalam berbagai bentuk dan jenis makanan maupun minuman.
Bentuk enkapsulasi bersifat tahan panas sehingga dapat digunakan untuk
produk-produk yang memerlukan suhu tinggi dalam pembuatannya.
Setelah persetujuan diperoleh, bukan berarti tidak ada lagi penelitian
lain yang dilakukan. Lebih dari 100 penelitian telah dilakukan sejak tahun
1981, dan sampai saat ini, FDA tidak merubah pendapatnya. Aspartam kini
telah disetujui penggunaannya di lebih dari 100 negara termasuk Indonesia.
3. Metabolisme
Di antara semua pemanis tidak berkalori, hanya aspartam yang
mengalami metabolisme. Tetapi proses pencernaan aspartam juga seperti
proses pencernaan protein lain. Aspartam akan dipecah menjadi komponen
dasar, dan baik aspartam maupun komponen dasarnya tidak akan
terakumulasi dalam tubuh.
4. Keamanan
Aspartam telah dinyatakan aman digunakan baik untuk penderita
kencing manis, wanita hamil, wanita menyusui bahkan anak-anak.
Penelitian yang menggunakan aspartam secara bolus sebesar
34 mg/kg berat badan memperlihatkan bahwa walaupun hasil metabolisme
aspartam dapat melewati sawar darah plasenta, jumlahnya tidak bermakna
untuk sampai dapat menimbulkan gangguan saraf pada janin. Penelitian
besar yang dilakukan terhadap manusia, bukan hewan tikus menjelaskan
bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa minuman soda yang
mengandung pemanis aspartam dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker.
Aspartam dapat diurai oleh tubuh menjadi kedua asam amino
tersebut dan termasuk pemanis nutritif. Hanya, aspartam tidak tahan suhu
tinggi, karena pada suhu tinggi aspartam terurai menjadi senyawa yang
disebut diketopiperazin yang meskipun tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi
tidak lagi manis. Karena itu, aspartam tidak dipakai dalam produk pembuat
kue dan dipakai hanya untuk minuman, es krim, dan yoghurt. Jika dicerna
secara normal oleh tubuh, aspartam akan menghasilkan asam aspartat dan
fenilalanin. Dengan demikian, aman untuk dikonsumsi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Aspartam).
II.4.3 Tinjauan Tentang Essense
Essense adalah zat tambahan yang digunakan untuk memberikan cita
rasa dan aroma pada sirup sehingga ketertarikan konsumen lebih tinggi. Pada
penelitian sirup lidah buaya ini digunakan essense pandan. Essense pandan
dapat digunakan sebagai bahan tambahan, penyedap rasa dan aroma dari
sirup lidah buaya komoditas ekspor.
BAB III
METODE PEMECAHAN MASALAH
III.1. Jenis Penelitian
Adapun penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode
eksperimen laboratorium tentang lidah buaya diolah menjadi sirup lidah
buaya, dalam pembuatannya diberikan perlakuan penambahan konsentrasi
gula dan essense.
III.2. Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : gelas kimia, gelas
ukur, batang pengaduk, sendok tandu, penangas air, penyaring, pisau,
kompor, juicer, wadah plastik, panci, timbangan analitik.
III.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Lidah buaya jenis Aloe vera L 80%.
- Natrium benzoat 0,1%
- Garam 0,025%
- Essense pandan 0,5%
- Pemanis sorbitol dan gula aspartam 2,5 gram
- Aquadest sampai 150 ml
III.2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian formulasi sirup Lidah Buaya (Aloe vera)
dilaksanakan dilaboratorium Akademi Farmasi Bina Farmasi Palu, pada
tanggal 8 dan 15 Juli 2008.
III.2.4 Cara Pembuatan Sirup Lidah Buaya
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menimbang natrium benzoat, asam sitrat, garam, essense pandan.
3. Menyiapkan daun Lidah Buaya (jenis Aloe vera L). Daun yang masih
berbentuk tombak itu kemudian dipotong-potong untuk memudahkan
pengupasan, ukuran potongannya sebaiknya sekitar 3x3 cm.
4. Setelah itu dibersihkan dan dikupas atau dipisahkan dari kulit luarnya,
kemudian diambil gelnya.
5. Menimbang gel lidah buaya, setelah ditimbang gelnya direndam dalam
0,025% larutan garam dan 0,025% asam sitrat (untuk menghilangkan
rasa getirnya daun lidah buaya).
6. Kemudian gelnya di blansing, pengukusan selama 5 menit.
7. Setelah itu keluarkan gel lalu di blender.
8. Setelah di blender, gel hasil blenderan tadi disaring supaya larutan dari
ampas yang berupa serat-serat tipis dan kecil dapat terseleksi.
9. Kemudian gula aspartam dan pemanis sorbitol dilarutkan dalam 25 cc
air, setelah larut masukan kedalam gel lidah buaya yang sudah di blender
tadi (perbandingan gel dengan larutan gula aspartam dan pemanis
sorbitol adalah gel 50 : 25).
10. Setelah itu tambahkan bahan pengawet natrium benzoat dan essense
pandan untuk menutupi bau, rasa, dan warna.
11. Tambahkan aquadest hingga mencapai 150 ml.
12. Kemudian diletakan diatas api hingga mendidih selama 30 menit dan
disimpan pada ruangan bersuhu dingin.
13. Setelah dingin masukan kedalam botol dan berikan etiket.
Recommended