View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Universitas Agung Podomoro | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangSebagai salah satu Negara yang memiliki mayoritas penduduk sebagai
pemeluk agama Islam, penduduk Indonesia memiliki animo yang cukup besar
untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah sebagai bentuk pemenuhan
kewajiban rukun Islam kelima bagi umat Muslim yang mampu secara fisik
dan finansial.1 Berdasarkan data dari Kementerian Haji dan Umrah Arab
Saudi, jumlah visa yang dikeluarkan untuk Indonesia pada 2016 mencapai
angka 699,6 ribu jemaah, lalu kemudian meningkat pada tahun 2017, dengan
jumlah 875.958 jemaah2 di mana hal ini menjadikan Indonesia sebagai Negara
dengan jumlah jemaah umrah terbesar kedua dunia pada tahun 2017.3 Pada
tahun 1441 Hijriyah atau 2019/2020 Masehi ini, jumlah jemaah umrah dari
Indonesia diperkirakan dapat mencapai angka 1,2 juta jemaah4, di mana
perkiraan tersebut didasarkan pada kalkulasi data maskapai yang
mengakomodir penerbangan dari Indonesia ke Kerajaan Saudi Arabia (KSA).5
Meningkat atau tidaknya jumlah pemberangkatan calon jemaah tersebut
dipengaruhi oleh kebijakan waktu tunggu ibadah haji yaitu sekitar 15-40
tahun.6
1 Lusiana Mustinda, 5 Rukun Islam dan Penjelasannya yang Wajib Diketahui Umat Muslim,https://news.detik.com/berita/d-4678154/5-rukun-islam-dan-penjelasannya-yang-wajib-diketahui-umat-muslim, 23 Agustus 2019, diakses pada 5 Mei 2020.2 Dian Cahyaningrum, “Tanggung Jawab Hukum First Travel dalam Kasus Penipuan, Penggelapan,dan Pencucian Uang dengan Modus Umrah”, Majalah Info Singkat Hukum Pusat Penelitian BadanKeahlian DPR RI, Vol 9, No. 16, (Agustus, 2017).3 Kementerian Agama, “Indonesia, Negara Kedua dengan Jemaah Umrah Terbesar di Dunia”,https://www.suaramerdeka.com/news/baca/166454/indonesia-negara-kedua-dengan-jamaah-umrah-terbesar-di-dunia, 9 Februari 2019, diakses pada 6 Mei 2020.4 Abdul Malik, “Jemaah Umrah Asal Indonesia bisa Tembus 1,5 juta Orang”,https://www.bareksa.com/id/text/2019/11/13/jemaah-umroh-asal-indonesia-bisa-tembus-15-juta-orang-begini-kalkulasinya/23588/news, 13 November 2019, diakses pada 30 April 2020.5 PKT, “Ini Jumlah Jamaah Umrah Indonesia ke Arab Saudi Perharinya”,https://padangkita.com/ini-jumlah-jamaah-umrah-indonesia-ke-arab-saudi-perharinya/, 27Februari 2020, diakses pada 6 Mei 2020.6 Kementerian Agama, Op Cit.
Universitas Agung Podomoro | 2
Meskipun kedua kegiatan tersebut adalah sama-sama berkunjung ke kota
Mekah di Arab Saudi, namun terdapat perbedaan antara ibadah haji dengan
umrah. Salah satunya adalah terkait hukumnya, di mana ibadah haji adalah
wajib bagi orang yang bernazar dan bagi orang yang pertama kali
melaksanakannya, sedangkan umrah dapat dilakukan kapan saja diluar musim
haji dan hukumnya bersifat Sunnah (apabila melaksanakan akan mendapat
berkah, sebaliknya apabila tidak dilaksanakan tidak berdosa).7 Dengan adanya
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang mengadakan perjalanan
umrah, maka pelaku usaha baik secara perorangan maupun perusahaan
menjadikan hal ini sebagai peluang bisnis baru yang menjanjikan, salah
satunya adalah untuk mendirikan usaha dalam bidang biro perjalanan wisata
secara khusus untuk perjalanan ibadah.
Berdasarkan data pada tahun 2016, presentase umat Islam yang ada di
Indonesia adalah 85% di mana jumlah ini telah mengalami penurunan dari
angka 95%.8 Namun dengan presentase ini para pelaku usaha biro perjalanan
wisata tetap dapat menggunakan peluang yang ada untuk menyelenggarakan
perjalanan tur untuk memfasilitasi umat Islam yang akan melaksanakan
ibadah haji dan umrah (“Biro Perjalanan Umrah”)9. Berbagai bentuk upaya
dan strategi dilakukan oleh para pelaku usaha Biro Perjalanan Umrah untuk
menarik calon jemaah umrah agar bersedia menyetorkan uangnya dan
menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Biro Perjalanan Umrah tersebut.
Salah satu strategi yang sering digunakan adalah dengan membuat promosi
harga murah, yang terbukti dapat mempengaruhi referensi konsumen.10
Namun, tidak semua Biro Perjalanan Umrah menjalankan kegiatan
bisnisnya secara jujur, bersih dan sesuai dengan hukum yang berlaku,
7 Budwining Anggraeni, “Larangan, Hukum, dan Perbedaan Ibadah Haji dan Umrah”,https://tirto.id/larangan-hukum-dan-perbedaan-ibadah-haji-umrah-eklt, 25 Oktober 2019,diakses pada 6 Mei 2020.8 Erik Purnama Putra, “Presentase Umat Islam di Indonesia Jadi 85 Persen”,https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/09/o0ow4v334-persentase-umat-islam-di-indonesia-jadi-85-persen, 9 Januari 2016, diakses pada 6 Mei 2020.9 Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia(“Perka BPS”) No. 19 tahun 2017, BNRI tahun 2017 No. 388, pada Lampiran, Dapat dilihatdeskripsi kegiatan usaha Aktivitas Biro Perjalanan Wisata pada Kode Usaha 79120.10 Ayu Kurnia Illahi, “Diskursus Review dalam Penipuan Umrah”, Jurnal Paradigma UniversitasNegeri Surabaya, Vol. 7 No. 4 Tahun 2019.
Universitas Agung Podomoro | 3
sekalipun proses pendirian telah memenuhi syarat serta mendapatkan izin
operasional dari Menteri Agama. Berdasarkan data dari Ditjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, pada tahun 2015 terdapat 14 (empat belas)
biro perjalanan umrah yang telah dikenakan sanksi oleh Kementerian Agama
RI (“Kemenag RI”), yang 4 (empat) diantaranya telah memperoleh sanksi
peringatan tertulis, 3 (tiga) mendapat sanksi pencabutan izin, dan 5 (lima)
lainnya dinyatakan tidak dapat beroperasi karena izin operasionalnya
dinyatakan tidak berlaku.11
Kemudian pada tahun 2017, muncul kembali permasalahan yang
melibatkan salah satu biro perjalanan umrah yang sedang terkenal pada saat
itu, yaitu PT First Anugerah Karya Wisata (“First Travel”) yang didakwa
melakukan tindak pidana penipuan, penggelapan serta pencucian uang dengan
modus penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah.12 First Travel merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang usaha pariwisata dan penyelenggaraan
Perjalanan Ibadah Umrah, yang mengawali usahanya melalui sebuah bisnis
biro perjalanan wisata dengan bentuk CV First Karya Utama pada 1 Juli
2009.13 Kemudian pada awal tahun 2011, First Travel merambah kegiatan
bisnisnya dibawah bendera PT First Anugerah Karya Wisata, dengan Akta
Pendirian No. 14 tanggal 24 Oktober 2011 yang dibuat dihadapan Notaris
Yasman, S.H., M.Kn., yang kemudian pada tahun 2015 mengalami perubahan
susunan pengurus berdasarkan Akta No. 5 tanggal 11 April 2015 dihadapan
Notaris Kunia Jaya, S.H., M.Kn.14 dengan susunan kepengurusan Andika
Surachman sebagai Direktur Utama (“Terdakwa 1”), Anniesa Desvitasari
Hasibuan sebagai Direktur (“Terdakwa 2”), dan Siti Nuraida Hasibuan
sebagai Komisaris Utama (selanjutnya bersama-sama disebut sebagai (“Para
11 Dian Cahyaningrum, Op Cit.12 Sakina Rakhma, “Dua Bos First Travel Divonis 20 Tahun dan 18 Tahun Tahun Penjara”,https://nasional.kompas.com/read/2018/05/30/12290361/dua-bos-first-travel-divonis-20-tahun-dan-18-tahun-penjara, 30 Mei 2018, diakses pada 6 Mei 2020.13 Andi Saputra, “Akhir Geger Pencucian Uang Rp905 Miliar Jemaah Umrah First Travel”,https://news.detik.com/berita/d-4424125/akhir-geger-pencucian-uang-rp-905-miliar-jemaah-umrah-first-travel, 12 Februari 2019, diakses pada 15 Mei 202014 Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, Putusan Pengadilan Negeri Depok No.83/Pid.B/2018/PN.Dpk, hal 339.
Universitas Agung Podomoro | 4
Terdakwa”) dan Muamar Rizky Fadila Hasibuan sebagai Komisaris. 15 First
Travel terdaftar sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (“PPIU”),
yang antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 beralamat Kantor di Pusat
Gedung PT First Anugerah Karya Wisata, Jl. Radar Auri No. 1 Cimanggis,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.16
Adapun Terdakwa 1 sebagai Direktur Utama First Travel yang
memimpin dan mengendalikan seluruh jalannya perusahaan, memiliki tugas
dan tanggung jawab yaitu:
a. Membuat produk paket travel (menentukan biaya perjalanan umrah);b. Pembukaan dan penutupan pendaftaran paket;c. Mengawasi dan menerima laporan transaksi keuangan serta
logistik.17
Sedangkan Terdakwa 2 memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjalin
komunikasi dengan para koordinator/agen (sebagai Person in Contact/PIC),
kemudian Siti Nuraida sebagai Komisaris First Travel dan selaku Kepala
Divisi Keuangan First Travel.18
Sejak tahun 2011, First Travel menyelenggarakan Paket Perjalanan
Umrah Promo dengan ketentuan pemberangkatan yang dilakukan setiap satu
tahun kemudian setelah biaya perjalanan tersebut dilunasi oleh calon jemaah.19
Untuk menarik calon jemaah agar semakin banyak yang menggunakan jasa
pemberangkatan umrah First Travel, maka pada Januari 2015 Para Terdakwa
sebagai jajaran Direksi dan Komisaris First Travel tersebut mulai melakukan
strategi marketing dengan menawarkan promosi beberapa macam paket
pejalanan ibadah umrah, yaitu:
a. “Paket Umrah Promo 2017 dengan harga Rp14.300.000,00/oranguntuk perjalanan selama 9 (sembilan) hari, dengan fasilitaspenginapan hotel bintang 3, sistem pemberangkatan FIFO (First InFirst Out) yang dilaksanakan 1 tahun setelah pembayaran dilunasi.Promo ini ditawarkan untuk pemberangkatan bulan November 2016– Mei 2017;
15 Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, Putusan PN Depok, hal 339-34016 Ibid, hal 339.17 Ibid, hlm 340.18 Ibid.19 Ferdinan, “Umrah Promo First Travel untuk Pancing Calon Jemaah”,https://news.detik.com/berita/d-3874070/ini-paket-umrah-promo-first-travel-untuk-pancing-calon-jemaah, 19 Februari 2018, diakses pada 6 Mei 2020.
Universitas Agung Podomoro | 5
b. Paket Umrah Regular dengan Rp26.613.000,00/orang denganfasilitas penginapan hotel bintang 4;
c. Paket Milad ke-8 First Travel dengan harga Rp8.888.888,00/orang;d. Paket VIP – Rp54.000.000,00/orang dengan fasilitas penginapa hotel
bintang 5 dan keberangkatan setiap saat setelah pembayaran dilunasi;e. Paket Umroh Promo 2018 dengan harga Rp15.000.000,00/orang,
dengan fasilitas penginapan hotel bintang 3.”20
Dalam dakwaan yang disusun oleh Jaksa, Terdakwa sendiri telah
menyadari bahwa Paket Umrah Promo 2017 yang ditawarkan kepada calon
jemaah dengan biaya Rp14.300.000,00/orang itu tidak dapat mencukupi untuk
dapat membiayai satu orang jemaah untuk sebuah paket perjalanan ibadah
umrah.21 Karena, pada kenyataannya biaya yang biasanya dikeluarkan oleh
First Travel untuk memberangkatkan 1 (satu) orang jemaah dengan fasilitas
yang tertera pada Paket Promo Umrah 2017 adalah sebesar Rp20.020.000,00
(dua puluh juta dua puluh ribu rupiah) dengan rincian biaya termasuk tiket
pesawat, land arrangement Jeddah to Jeddah, Visa Arab Saudi, handling di
Bandara Soetta, paket perlengkapan Ibadah, pengadaan kain Ihrom/mukena,
namun belum termasuk biaya manasik.
Untuk menutupi hal tersebut, Para Terdakwa tetap melakukan
penawaran paket promo umrah tersebut kepada calon jemaah agar tetap
tertarik untuk menggunakan jasa melalui promo tersebut, yaitu dengan cara:
a. Sejak tahun 2015, First Travel membuka beberapa cabang di daerah
Jakarta, Medan, Bandung, Sidoarjo dan Bali, untuk menerima
pendaftaran calon jemaah umrah dengan tujuan kemudahan
pemasaran paket Umrah Promo, operasional kegiatan tersebut
dikendalikan dari kantor pusat First Travel22;
b. Membentuk jaringan pemasaran seluruh wilayah Indonesia dengan
mengadakan perekrutan Agen, dengan jumlah agen yang aktif adalah
835 orang dari 1.173 orang23;
c. Melakukan prekrutan para agen yang berasal dari alumni jemaah
umrah agar dapat menceritakan pengalamannya menggunakan paket
20 Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, Putusan PN Depok, Op Cit, hal 340-341.21 Ibid, hal 341.22 Ibid.23 Ibid.
Universitas Agung Podomoro | 6
umrah promo dari First Travel, dengan terlebih dahulu mengikuti
seminar keagenan24;
d. Mengadakan seminar keagenan dan pelatihan untuk para calon
agen25;
e. Sejak tahun 2015, Para Terdakwa menjual Franchise (Waralaba)
First Travel ke beberapa perusahaan dengan harga
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah), di mana pemegang
Franchise berhak untuk merekrut calon jemaah umrah dengan
menentukan biaya paket perjalanan umrahnya secara mandiri26;
f. Membentuk Koordinator yang memiliki tugas untuk mengkoordinir
para staf Kantor Pusat yang melayani calon jemaah umrah yang
mendaftar dan melakukan pembayaran langsung ke kantor pusat
First Travel27;
g. Menawarkan paket perjalanan umrah melalui sosial media Facebook
(https://facebook.com/FirstTravel), dengan judul Umrah Promo
2017, serta membuat brosur-brosur promosi dengan desain yang
menarik28;
h. Melakukan promosi melalui Publik Figur, dengan memberangkatkan
artis Rini Fatimah Jaelani, S.H., alias Syahrini dengan fasilitas VIP
Plus, dengan timbal balik yaitu selama perjalanan Syahrini selalu
menggunakan atribut First Travel; membuat vlog, video dan foro
perjalanan; serta mempublikasikannya sejak berangkat hingga
pulang29;
i. Sejak tahun 2017, menyelenggarakan promo carter pesawat yang
ketentuan pemberangkatannya sesuai ketetapan First Travel, dengan
tambahan biaya Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan
umrah promo Ramadhan diberangkatkan bulan Ramadhan dengan
24 Ibid.25 Ibid, hlm 342.26 Ibid.27 Ibid.28 Ibid.29 Ibid.
Universitas Agung Podomoro | 7
tambahan biaya Rp1.800.000,00 (satu juta delapan ratus ribu rupiah)
– Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Melalui cara-cara tersebut, Para Terdakwa berhasil untuk memikat
93.295 orang calon jemaah umrah, yang kemudian menyetorkan uang seharga
paket umrah yang ditawarkan sebesar Rp1.319.535.402.852,00 (satu trilyun
tiga ratus sembilan belas milyar lima ratus tiga puluh lima juta empat ratus
dua ribu delapan ratus lima puluh dua rupiah).30 Dari jumlah calon jemaah
yang telah menyetorkan uang, sejak tanggal 16 November 2016 sampai
dengan tan/ggal 14 Juni 2017 terdapat 29.985 orang jemaah yang telah
diberangkatkan oleh First Travel.31 Sedangkan sisanya sebanyak 63.310 orang
calon jemaah yang telah membayar lunas dengan total Rp905.333.000.000,00
(sembilan ratus lima milyar tiga ratus tiga puluh tiga juga rupiah) tidak
diberangkatkan, dan uang tersebut juga tidak dikembalikan pada calon jemaah
yang tidak jadi diberangkatkan.32
Dalam pemeriksaan di persidangan, ditemukan adanya fakta bahwa uang
yang telah disetorkan oleh para calon jemaah umrah tersebut dipergunakan
untuk menutupi pembayaran pemberangkatan umrah promo sebelumnya.33
Selain itu uang tersebut juga digunakan untuk membiayai seluruh operasional
kantor, gaji pegawai, fee agen dan koordinator serta untuk membiayai
kepentingan pribadi Direktur First Travel yang sama sekali tidak berkaitan
dengan pemberangkatan jemaah umrah.34 Sementara itu, promo-promo yang
dibuat oleh Para Terdakwa tersebut hanyalah digunakan untuk menipu calon
jemaah, di mana jemaah yang tertarik dengan promo tersebut akan
menyetorkan uangnya kepada rekening First Travel lalu kemudian oleh
Terdakwa dipindahkan ke rekening yang sengaja disiapkan agar pihak-pihak
lain tidak mengetahui asal usul harta tersebut. Praktik ini dilakukan dalam
sebuah transaksi dalam jumlah besar atau dapat disebut juga sebagai
30 Ibid, hal 343.31 Dedy Priatmojo dan Zahrul Darmawan, “Vonis Bos First Travel dan Misteri Uang Jemaah”,https://today.line.me/id/pc/article/Vonis+Bos+First+Travel+dan+Misteri+Uang+Jemaah-B12VE2,31 Mei 2018, diakses pada 7 Mei 2020.32 Andika Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan, Putusan PN Depok, Op Cit, hal 343.33 Dedy Priatmojo dan Zahrul Darmawan, Op Cit.34 Ibid, hal 344.
Universitas Agung Podomoro | 8
penyalahgunaan uang (abuse of money), di mana transaksi tersebut dilakukan
atas nama rekening perusahaan agar seolah-olah terlihat bukan merupakan
transaksi kejahatan melainkan untuk kepentingan bisnis suatu perusahaan.35
Berdasarkan fakta-fakta yang telah terungkap dalam persidangan, pada
tanggal 30 Mei 2018, Pengadilan Negeri Depok mengeluarkan putusan No.
83/Pid.B/2018/PN.Dpk, yang pada amarnya memutuskan bahwa Terdakwa 1
dan Terdakwa 2 telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “Bersama-sama Melakukan Penipuan dan
Pencucian Uang sebagai Perbuatan Berlanjut”, dan dijatuhkan pidana
penjara selama 20 tahun dan 18 tahun serta pidana denda pada masing-masing
Terdakwa.36 Selain itu, Majelis Hakim juga menetapkan barang bukti
penyitaan untuk dikembalikan kepada yang berhak, namun yang merupakan
aset ekonomis First Travel (dengan nomor urut barang bukti poin 1 s/d 529,
dan 530 s/d 543) dirampas untuk Negara.37 Putusan Pengadilan Negeri
tersebut telah dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat pada saat
upaya hukum Banding diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, berdasarkan
putusan No. 195/PID/2018/PT BDG tanggal 15 Agustus 2018 serta Putusan
Mahkamah Agung pada tingkat Kasasi melalui putusan No. 3096
K/Pid.Sus/2018 yang telah diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum,
dengan pertimbangan yang menguatkan pertimbangan Pengadilan di
bawahnya.38 Sehingga dapat dikatakan bahwa kasus ini telah berkekuatan
hukum tetap.
Dalam perkara First Travel ini, Hakim Pengadilan Negeri Depok
memutuskan untuk merampas aset First Travel untuk Negara, karena
berdasarkan dakwaan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dan di dalam
pertimbangannya Hakim menilai bahwa tindakan pidana yang dilakukan oleh
Para Terdakwa telah menimbulkan adanya perubahan wujud aset berupa uang
yang telah disetorkan oleh para calon jemaah umrah First Travel yang
35 Ibid, hal 899.36 Andrian Pratama Taher, “Vonis Kasus First Travel: Andika 20 Tahun, Anniesa 18 Tahun Penjara,https://tirto.id/vonis-kasus-first-travel-andika-20-tahun-anniesa-18-tahun-penjara-cLoC, 30 Mei2018, diakses pada 7 Mei 2020.37 Andika Surachman dan Anniesa Devitasari Hasibuan, Putusan Mahkamah Agung No. 3096K/Pid.Sus/2018, hal 387-390.38 Ibid, hal 392.
Universitas Agung Podomoro | 9
dikuasai oleh Para Terdakwa. Dalam pertimbangannya, Hakim juga melihat
bahwa nilai dari aset yang berhasil disita tidak cukup untuk melunasi atau
mengganti kerugian yang dialami oleh ribuan calon jemaah First Travel yang
gagal diberangkatkan, sehingga menurut Hakim prosedur pemulihan aset yang
terbaik untuk dilakukan terhadap aset tersebut adalah dengan cara merampas
untuk negara. Dengan dirampasnya aset First Travel untuk Negara, maka para
calon jemaah yang mengalami kerugian menjadi semakin sulit untuk
mempertahankan haknya, karena prosedur pemulihan aset terhadap korban
tindak pidana yang asetnya dirampas oleh Negara belum ditentukan oleh
undang-undang atau peraturan pelaksana dan juga belum dirumuskan melalui
terobosan Hakim ataupun Jaksa Penuntut umum pada saat mengadili perkara
ini.
Dasar hukum tentang perampasan aset yang berlaku di Indonesia masih
berupa rancangan undang-undang (“RUU Perampasan Aset”)39, di mana
dalam RUU tersebut perampasan aset didefinisikan sebagai upaya paksa
pengambilalihan hak atas kekayaan atau keuntungan yang telah diperoleh
yang dilakukan oleh negara berdasarkan penetapan atau putusan pengadilan
tanpa didasarkan penghukuman terhadap pelakunya.40 Namun, pada
praktiknya saat ini telah diatur dalam hukum pidana dan hukum acara pidana,
di mana menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (“KUHP”),
perampasan aset termasuk ke dalam salah satu pidana atau hukuman
tambahan.41
Sebagaimana dasar hukum terkait perampasan aset yang telah diatur
dalam Pasal 194 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(“KUHAP”), yang menyatakan bahwa:
39 Tri Jata Ayu Pramesti (A), “Bolehkah Perampasan Aset Dilakukan Tanpa Ada Penyitaan LebihDulu?”, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56cefaf1c0089/bolehkah-perampasan-aset-dilakukan-tanpa-ada-penyitaan-lebih-dulu, 17 Maret 2016, diakses pada 7 Mei2020.40 Yunus Husein, “Rancangan Undang-undang Perampasan Aset Tindak Pidana”, TayanganSosialisasi Rancangan Undang-undang Perampasan Aset Tindak Pidana yang diselenggarakanoleh Ditjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM, Hotel Ambhara, 26Oktober 2010.41 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya LengkapPasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 2013), Pasal 10 huruf b, hal. 34.
Universitas Agung Podomoro | 10
“Dalam hal putusan pemidanaan atau bebas atau lepas dari segalatuntutan hukum, pengadilan menetapkan supaya barang bukti yang disitadiserahkan kepada pihak yang paling berhak menerima kembali yangnamanya tercantum dalam putusan tersebut kecuali jika menurutketentuan undang-undang barang bukti itu harus dirampas untukkepentingan negara atau dimusnahkan atau dirusak sehingga tidak dapatdipergunakan lagi.”42
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dimaknai bahwa proses perampasan
terhadap suatu aset dilakukan terhadap aset yang telah disita untuk
kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.
Sita merupakan suatu tindakan hukum pengadilan atas benda bergerak
atau benda tidak bergerak milik Tergugat atas permohonan Penggugat agar
diawasi atau diambil sebagai jaminan agar tuntutan atau kewenangan
Penggugat tidak menjadi illusoir.43 Istilah sita yang kemudian dikenal dengan
istilah penyitaan berasal dari bahasa Belanda yaitu beslaag. Dalam urgensi
Sita pada Hukum Pidana, tindakan penyitaan pada prinsipnya adalah
perbuatan untuk mengambil-alih penguasaan benda dari yang berhak
kemudian diserahkan kepada penyidik untuk keperluan penyidikan,
penuntutan dan proses peradilan.44
Dalam Hukum Pidana, sita pidana yang disebut juga sebagai Penyitaan
(inbesilagneming), yang menganut bahwa hal itu sebagai salah satu bentuk
upaya paksa karena kaitannya erat dengan perampasan hak seseorang, namun
perampasan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan hukum yang diatur
dalam hukum yang berlaku (due process of law) yaitu KUHAP. Penyitaan
dilakukan oleh Penyidik dengan upaya paksa di mana merupakan serangkaian
tindakan untuk mengambil alih dan menyimpan dibawah penguasaannya
benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan dan/atau proses persidangan di muka
pengadilan.45
42 Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), TLN RI No. 3258,Pasal 194 ayat (1)43 Wildan Suyuthi, Sita dan Eksekusi Praktek Kejurusitaan Pengadilan, (Jakarta: PT Tatanusa,2004), hal. 20.44 Jamin Ginting, “Sita Pidana Vs. Sita Umum Kepailitan” (Makalah Hukum Pendidikan LanjutanKurator dan Pengurus AKPI, Jakarta 20 Juni 2019), hal 2.45 KUHAP, Ibid, Pasal. 1 butir 16.
Universitas Agung Podomoro | 11
Keberadaan putusan perkara pidana tidak secara substansif hanya berisi
putusan yang menyatakan bersalah atau tidaknya seorang Terdakwa, ataupun
hanya memuat pidana yang dijatuhkan terhadap Terdakwa tersebut. Namun,
apabila ternyata terdapat barang bukti yang digunakan selama proses
pembuktian, maka putusan hakim tersebut juga harus memuat tindakan dan
penentuan status terhadap barang bukti tersebut. Penentuan status barang bukti
dalam putusan pengadilan berpedoman pada Pasal 46 juncto Pasal 194
KUHAP, di mana terdapat alternatif yang dapat diterapkan oleh Majelas
Hakim sesuai dengan keadaan maupun jenis barang bukti yang disita, yaitu
dengan mengembalikan kepada orang yang paling berhak, dimusnahkan atau
dirusak, serta dirampas untuk Negara.46
Berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri yang
mengacu pada fakta yang terungkap selama proses persidangan perkara First
Travel, barang-barang bukti yang ditetapkan agar dirampas untuk Negara itu
memiliki nilai ekonomis dan telah terbukti sebagai hasil tindak pidana yang
dilakukan oleh Para Terdakwa, yaitu dari hasil penipuan dan tindak pidana
pencucian uang.
Tindak pidana pencucian uang (money laundering) di Indonesia diatur
dalam Undang-undang No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (“UU TPPU”). TPPU
merupakan suatu kejahatan yang memiliki ciri khas tersendiri dengan prinsip
kejahatan ganda (double criminality), atau disebut sebagai kejahatan lanjutan
(follow up crime) di mana adanya tindak pidana asal (predicate crime) yang
menghasilkan uang, lalu kemudian hasilnya dilakukan dalam proses
pencucian.47 Sebagai tindak pidana lanjutan dari tindak pidana asal,
pembuktian untuk adanya tindak pidana pencucian uang tidak digantungkan
pada tindak pidana asalnya, sehingga kejahatan ini dapat dikatakan sebagai
independent crime atau kejahatan yang dapat berdiri sendiri.
46 M. Yahya Harahap (A), Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan danPenuntutan) Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal 366.47 DNT Lawyers, “Ini Daftar Kejahatan yang Bisa Dikenakan Pidana Pencucian Uang”,https://dntlawyers.com/ini-daftar-kejahatan-yang-bisa-dikenakan-pidana-pencucian-uang/, 30November 2018, diakses pada 8 Mei 2020.
Universitas Agung Podomoro | 12
Berdasarkan Pasal 69 UU TPPU, menyatakan bahwa “Proses
penyidikan, penuntutuan dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap
TPPU tidak wajib dibuktikan tindak pidana asalnya”.48 Untuk dapat
membuktikan adanya tindak pidana ini cukup dengan membuktikan
perbuatan-perbuatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3, Pasal 4, dan
Pasal 5 UU TPPU yang berupa menempatkan, mentransfer, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau
perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga berasal
dari tindak pidana.49
Kemudian, kejahatan ini juga dapat dikatakan sebagai kejahatan luar
biasa (extraordinary crime), karena kejahatan ini memiliki karakteristik yang
tidak hanya dapat mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian
dan sistem keuangan negara, namun juga dapat membahayakan sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Dengan melakukan kegiatan pencucian uang ini, memungkinkan bagi para
pelaku untuk menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul sebenarnya harta
kekayaan hasil tindak pidana, kemudian pelaku tersebut dapat menikmati dan
menggunakan hasil tindak pidana tersebut seolah-olah terlihat sebagai hasil
kegiatan yang legal. Hal tersebut dilakukan oleh pelaku dengan memanfaatkan
teknologi canggih dan harta kekayaan dalam jumlah besar serta melibatkan
pihak Penyedia Jasa Keuangan yang juga tentunya akan berdampak pada
perputaran keuangan di Indonesia.
Pada dasarnya dalam sistem hukum pidana formil di Indonesia, beban
pembuktian ada atau tidaknya sebuah tindak pidana terletak pada Jaksa
Penuntut Umum, seperti yang telah dinyatakan dalam Pasal 66 Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) sebagai bentuk implementasi asas
praduga tak bersalah, sehingga Tersangka atau Terdakwa tidak dibebani
48 Indonesia, Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana PencucianUang, UU No. 8 Tahun 2010, TLN No. 5164, Pasal 69.49 Toetik Rahayuningsih, “Perampasan Aset Hasil Tindak Pidana Perbankan dalam RangkaPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang”, Jurnal Rechtidee Fakultas Hukum UniversitasTrunojoyo Madura, Vol. 8, No 2, 2013.
Universitas Agung Podomoro | 13
kewajiban Pembuktian.50 Namun, hal ini terjadi sebaliknya sebagaimana yang
disampaikan oleh Adrian Sutedi bahwa karakteristik kejahatan TPPU adalah
luar biasa, maka Hakim harus memiliki visioner yang didasarkan pada
pemahaman kesulitan pembuktian kejahatan ini. Hal tersebut dapat
diimplementasikan secara nyata dalam sistem acara peradilan yang
menggunakan pendekatan pragmatis dengan adanya perlindungan saksi dan
pembalikan beban pembuktian (the shifting of the burden proof).51
UU TPPU sampai saat ini belum mengatur secara rinci tentang acara
persidangan khususnya terkait pembalikan beban pembuktian ini, di mana
pada penerapannya melanggar prinsip nonself incrimination, sehingga hakim
harus menekankan bahwa penerapan pembalikan beban pembuktian terbatas
pada tahap persidangan dan hanya untuk satu unsur.52 Unsur yang harus
dibuktikan Terdakwa adalah Harta Kekayaan bukan berasal dari kejahatan.
Pada perkara First Travel ini, terjadi percampuran harta kekayaan atau aset
aset yang dimiliki oleh First Travel kekayaan calon jemaah umrah First
Travel sebagai korban yang telah disetorkan kepada rekening First Travel
seharga Paket Promo Umrah 2017 yang ditawarkan dengan harta-harta lainnya
yang muncul akibat tindak pidana yang dilakukan oleh Para Terdakwa. Hal ini
semakin mempersulit pembuktian asal usul pendapatannya, sehingga hakim
menilai hal tersebut patut diduga merupakan hasil dari tindak pidana
pencucian uang sehingga dapat dirampas untuk Negara oleh kekuasaan
Pengadilan.
Dalam Penelitian pada Skripsi ini, Penulis akan membahas kewenangan
peradilan pidana dalam merampas aset First Travel, dengan melakukan
analisa pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan
Negeri No. 83/Pid.B/2018/PN.Dpk. Hal ini dilakukan oleh Penulis karena
melihat karena adanya percampuran aset First Travel yang terdiri dari uang
calon jemaah dan hasil tindak pidana Para Terdakwa. Sehingga aset tersebut
menjadi barang bukti yang disita untuk kepentingan pemeriksaan dan
ditetapkan dirampas untuk Negara oleh Majelis Hakim, yang kemudian
50 KUHAP, Op Cit, Pasal 66.51 Andrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, (Citra Aditya Bakti, 2008), hal 21552 Ibid.
Universitas Agung Podomoro | 14
menimbulkan akibat hukum di mana semakin menyulitkan proses
pengembalian aset kepada korban yang menurut Penulis adalah pihak yang
paling berhak.
1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana ratio decidendi Majelis Hakim dalam memutus pidana
perampasan aset untuk Negara?
2. Bagaimana mekanisme pemulihan aset korban yang disita akibat suatu
tindak pidana yang dialaminya dalam perkara First Travel berdasarkan
putusan Pengadilan Negeri No. 83/Pid.B/2018/PN.Dpk?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis dan mengetahui ratio decidendi Majelis Hakim dalam
memutus pidana perampasan aset untuk Negara.
2. Untuk menganalisis dan mengetahui mekanisme pemulihan aset korban
yang disita akibat suatu tindak pidana yang dialaminya dalam perkara
First Travel.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang dapat
mencakup dua hal, yaitu dari segi teoritis dan secara praktis:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
dalam hukum pidana, hukum acara pidana, yang dikaitkan dengan
konsep penyitaan aset serta adanya unsur tindak pidana pencucian
uang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi di bidang akademis
dan sebagai bahan kepustakaan.
2. Secara Praktis
a. Bagi Mahasiswa
1) Penelitian ini diharapkan mampu berperan sebagai bentuk
implementasi ilmu teori yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan
Universitas Agung Podomoro | 15
2) Penelitian ini dapat melatih cara berpikir dan memecahkan masalah
hukum.
b. Bagi Masyarakat
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemhaman bagi
masyarakat terkait perampasan harta kekayaan yang dilakukan
berdasarkan terbukti atau tidaknya suatu tindak pidana.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
dalam rangka upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
penipuan dan pencucian uang.
c. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
bagi Pemerintah dalam rangka mempersiapkan rancangan Undang-
undang Perampasan Aset Tindak Pidana serta hukum acara terkait
mekanisme pemulihan aset.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka Teori
A. Teori Kewenangan
Kekuasaan sering disamakan dengan kewenangan, begitupun
sebaliknya. Kewenangan juga sering disamakan dengan wewenang.
Kekuasaan biasanya dapat berbentuk hubungan, di mana terdapat
satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah (the rule
and the ruled).53
Istilah Kewenangan berasal dari kata dasar wewenang, yang
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai
hal berwenang, hak dan kekuasaan untuk yang dipunyai untuk
melakukan sesuatu.54
Menurut F.P.C.L. Tonner yang dikutip oleh Ridwan AR
berpendapat bahwa Overheidsbevoegdheid wordt in dit verband
opgevad als het vermogen om positief recht vast te srellen en Aldus
53 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), hal 35-36.54 Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (KBBI),https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kewenangan, diakses pada 21 April 2020.
Universitas Agung Podomoro | 16
rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead en
te scheppen, yang dapat dimaknai bahwa Kewenangan Pemerintah
dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan
hukum positif, dan dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum
antara pemerintahan dengan warga negara.55
Kemudian, menurut S.F. Marbun membedakan istilah
Kewenangan dengan wewenang, di mana Kewenangan (authority,
gezag atau yurisdiksi) adalah kekuasaan yang diformalkan baik
terhadap segolongan orang tertentu, maupun kekuasaan terhadap
sesuatu bidang pemerintahan tertentu secara bulat yang berasal dari
kekuasaan legislatif maupun dari kekuasaan pemerintah56, sedangkan
Wewenang (competence atau bevoegdheid) adalah kemampuan
bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk
melakukan hubungan-hubungan hukum.57 Selain itu, sebagaimana
dikutip oleh S.F. Marbun, Prajudi Atmosudirdjo mengemukakan
bahwa kewenangan merupakan kumpulan dari wewenang-wewenang
(rechtsbevoegdheden).
Sehingga berdasarkan beberapa definisi terkait kewenangan
yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
kewenangan (authority) merupakan kekuasaan formal bagi pejabat
ataupun institusi di suatu bidang pemerintahan yang berasal dari
Undang-undang.
Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3)
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
(“UUD RI 1945”) bahwa “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”58, yang dapat dimaknai bahwa bangsa Indonesia secara
sungguh-sungguh melandaskan seluruh aktivitas kehidupan
berbangsa dan bernegara pada ketentuan-ketentuan hukum yang
55 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hal 100.56 S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, (Yogyakarta:FH UII Press, 2015), hal 143.57 Ibid, hal 144.58 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (“UUD 1945”), Pasal 1 ayat (3).
Universitas Agung Podomoro | 17
berlaku.59 Oleh karena itu segala bentuk hukum atau peraturan yang
dibentuk setelah UUD RI 1945 tidak boleh bertentangan dengan apa
yang telah ditentukan oleh UUD RI 1945. Salah satunya adalah
ketentuan terkait pelimpahan kewenangan yang diberikan kepada
Lembaga Penegak Hukum.
Diantara aparat penegak hukum yang memiliki posisi dominan
dalam pelaksanaan penegakan hukum adalah Hakim, yang diberikan
wewenang oleh Undang-undang Dasar untuk memeriksa dan
memutus perkara yang diajukan ke Pengadilan. Sebagaimana
ketentuan Pasal 24 ayat (1) UUD RI 1945, yang menyatakan bahwa:
“Kekuasaan kehakiman merupakan yang merdeka untukmenyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dankeadilan.”60
Ditinjau dari doktrin pemisahan kekuasaan (separation of
power), kekuasaan kehakiman yang merdeka merupakan bagian dari
upaya menjamin kebebasan dan mencegah kesewenang-wenangan
demi terjaminnya kebebasan serta pengendalian atas jalannya
pemerintahan negara sebagai persyaratan mutlak dalam sebuah
negara yang berdasarkan hukum,61 “sebagai persyaratan mutlak
dalam sebuah negara yang berdasarkan hukum atau condition sine
qua non”.62
Salah satu kewenangan Hakim sebagai penegak hukum adalah
untuk membuktikan ada atau tidaknya suatu tindak pidana yang
dilakukan oleh seseorang. Melalui pemeriksaan di Pengadilan, di
mana Jaksa Penuntut Umum atas perintah Hakim akan melakukan
penyitaan terhadap benda bergerak maupun tidak bergerak, berwujud
59 Janpatar Simamora, “Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif Undang-undang DasarNegara Republik Indonesia tahun 1945”, Jurnal Dinamika Hukum Fakultas Hukum UniversitasHKBP Nommensen Medan, Vol 14 No. 3, (2014), hal 547-561.60 UUD 1945, Pasal 24 ayat (1)61 Bagir Manan, Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia, (Bandung: LPPM-UNISBA, 1995), hal 7.62 Kata Pembuka dalam Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi YudisialRI No. 047/KMA/SKB/IV/2009, 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman PerilakuHakim (“Keputusan Bersama MA dan KY”), yang menjelaskan bahwa condition sine qua nonmemiliki maksud bahwa Pengadilan adalah mandiri, netral (tidak memihak), kompeten,transparan, akuntabel dan berwibawa, yang mampu menegakkan wibawa hukum dan keadilan.
Universitas Agung Podomoro | 18
maupun tidak berwujud (aset) untuk kepentian pembuktian dalam
penyidikan penuntutan dan peradilan.63
Kewenangan Hakim untuk menjatuhkan putusan terkait salah
atau tidaknya seorang Terdakwa dilakukan berdasarkan
pertimbangan dari sudut pandang Hakim yang memeriksa perkara
akan dinyatakan dalam suatu proposisi hukum, melalui premis-
premis yang diungkapkan baik secara eksplisit ataupun implisit, atau
yang dapat disebut sebagai Ratio Decidendi.64
B. Teori Keadilan
Dalam literatur Inggris, istilah keadilan disebut dengan justice,
dengan kata dasar ‘jus’ yang berarti hukum atau hak. Dengan
demikian salah satu pengertian justice adalah hukum, yang kemudian
berkembang arti dari kata justice sebagai lawfulness yaitu keabsahan
menurut hukum.65
Kemudian adapun pendapat beberapa ahli yang mengemukakan
pendapatnya terkait makna keadilan, yaitu:
1) Menurut Frans Magnis Suseno, keadilan merupakan suatu
keadaan antar manusia yang diperlakukan adil dengan sama
rata, yang sebanding dengan hak dan kewajibannya masing-
masing.66
2) Sedangkan menurut Ibnu Taymiyyah, keadilan adalah
memberikan sesuatu kepada setiap anggota masyarakat sesuai
dengan haknya yang harus diperolehnya tanpa diminta; tidak
berat sebelah atau tidak memihak kepada salah satu pihak;
mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan
63 KUHAP, Op Cit, Pasal 1 angka 1664 Shidarta, “Ratio Decidendi dan Kaidah Yurisprudensi”, https://business-law.binus.ac.id/2019/03/04/ratio-decidendi-dan-kaidah-yurisprudensi/, Maret 2019, diaksespada 12 Mei 2020.65 Bahder Johan Nasution, “Kajian Filosofis tentang Konsep Keadilan dari Pemikiran Klasik sampaiPemikiran Modern”, Yustisia Jurnal Hukum, Vol. 3 No.2, (Mei-Agustus 2014), hal 118-130.66 Sastrawacana, “Pengertian Keadilan Menurut Para Ahli”, https://sastrawacana.id/pengertian-keadilan-menurut-para-ahli/, 1 Mei 2020, diakses pada 4 Mei 2020.
Universitas Agung Podomoro | 19
yang salah, bertindak jujur dan tetap menurut peraturan yang
telah ditetapkan.67
3) Menurut John Rawls sebagai filsuf Amerika juga berpendapat
bahwa keadilan adalah kebajikan utama dari hadirnya institusi-
institusi sosial (social institutions),68 menurutnya keadilan ini
hanya dapat ditegakkan pada negara yang melaksanakan asas
keadilan, berupa setiap orang hendaknya memiliki hak yang
sama untuk mendapat kebebasan dasar (basic liberities).69
Sehingga berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat yang
telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa keadilan
merupakan suatu perbuatan yang diberikan oleh institusi baik
pemerintah maupun non pemerintah kepada masyarakat berdasarkan
haknya yang diperoleh dari Undang-undang ataupun terlahir karena
telah terpenuhinya sebuah kewajiban.
Sebagaimana yang telah termaktub pada sila kelima Pancasila,
keadilan sosial dijadikan sebagai pijakan atas penegakan hukum dari
setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat. Untuk
mewujudkan penegakan hukum dan keadilan ditengah masyarakat,
maka lahirlah Undang-undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, yang kemudian diberikan wewenang yang merdeka
untuk dapat menyelenggarakan peradilan berdasarkan Pancasila dan
UUD RI 1945.
1.5.2 Kerangka Konsep
A. Penyitaan dan Perampasan Aset
Penyitaan berasal dari terminologi beslaag (Belanda), dan
istilah Indonesia “beslah”, tetapi istilah bakunya adalah “sita” atau
“penyitaan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
“sita” memiliki arti “tuntutan pengadilan, atau perihal mengambil
67 Ibid.68 Pan Mohamad Faiz, “Teori Keadilan John Rawls (John Rawls Theory of Justice)”, JurnalKonstitusi, Vol. 6, No. 1,1 April 2009, hal 135-149.69 Inge Dwisvimiar, “Keadilan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum”, Jurnal Dinamika HukumFakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Vol 11 No. 3, (2011), hal 522-531
Universitas Agung Podomoro | 20
dan menahan barang bukti menurut keputusan pengadilan oleh alat
negara (polisi dan sebagainya); pembeslahan”.70 Kemudian untuk
istilah penyitaan, memberi arti “proses, cara, perbuatan menyita;
pembeslahan atau Pengambilan milik pribadi oleh pemerintah tanpa
ganti rugi”.71 Sedangkan menurut kamus hukum Black’s Law
Dictionary, “confiscation is the act of confiscating; or of
condemning and adjudging to the public treasury”.72
Adapun pengertian penyitaan menurut Yahya Harahap sebagai
Ahli Hukum Pidana, di mana penyitaan merupakan tindakan
menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa berada ke dalam
keadaan penjagaan (custody) yang dilakukan secara resmi
berdasarkan perintah pengadilan atau hakim.73
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyitaan merupakan
tindakan yang dilakukan berdasarkan kewenangan yang diperoleh
melalui Undang-undang atau putusan Hakim Pengadilan untuk
mengambil dan menempatkan harta milik Debitur ke dalam
penjagaan sebagai bentuk hukuman atau sanksi kepada Debitur.
Penyitaan dan Perampasan dalam Hukum Pidana
Tindakan penyitaan dalam hukum pidana merupakan bentuk
upaya paksa (dwang middelen) yang dilakukan oleh Penyidik untuk
mengambil atau merampas barang tertentu dari tersangka, pemegang
atau penyimpan barang yang dimaksud.74 Penyitaan merupakan
tindakan hukum yang dilakukan pada taraf penyidikan75, sehingga
sesudah lewat taraf penyidikan tidak dapat lagi dilakukan penyitaan
untuk dan atas nama penyidik. Tata cara untuk melakukan penyitaan
diatur juga di dalam KUHAP. Pada dasarnya prosedur untuk
70 KBBI, Op Cit, diakses pada 7 Mei 2020.71 Ibid.72 Online Black's Law Dictionary, https://thelawdictionary.org/confiscation/, diakses pada 11Desember 2019.73 Frisca Cristi, Proposal Skripsi: “Sita Pidana di Atas Sita Perdata (dengan Studi Kasus: PutusanMA No. 3233. K/Pdt/1995), (Depok: UI, 2007), 17.74 Jamin Ginting, Op Cit, hal 1.75 M. Yahya Harahap (A), Op Cit.
Universitas Agung Podomoro | 21
melakukan penyitaan mengikuti standar umum yang berlaku.
Sebelum melakukan penyitaan, Penyidik harus mendapatkan surat
izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, kecuali dalam hal-hal
tertentu.76
Pada prinsipnya penyitaan dilakukan terhadap suatu barang
yang diduga dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau
merupakan hasil tindak pidana.77 Penyitaan bersifat sementara
karena berdasarkan Pasal 194 KUHAP setelah proses persidangan
selesai, maka Hakim melalui putusannya akan menentukan status
daripada barang bukti yang disita tersebut. Apabila terbukti barang
yang disita merupakan hasil dari suatu tindak pidana, maka Hakim
dapat memutuskan agar barang tersebut dirampas untuk Negara
melalui putusan Pengadilan terlebih dahulu.78
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
(“Permenkumham”) No. 16 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara
Pada Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, Benda Sitaan
Negara (Basan) adalah benda yang disita oleh negara untuk
keperluan proses peradilan.79 Benda ini bisa disita oleh penyidik atau
penuntut umum guna keperluan barang bukti dalam proses peradilan.
B. Tindak Pidana Pencucian Uang
Dalam konsep ini, Penulis memisahkan bahwa melalui dua
unsur yang akan dijelaskan yaitu Tindak Pidana dan Pencucian
Uang.
Tindak Pidana (straafbaarfeit) berasal dari bahasa Belanda
straafbaarfeit, yang didalamnya terkandung dua unsur pembentuk
kata, yaitu straafbaar dan feit. Kata feit dalam bahasa Belanda
76 KUHAP, Op. Cit, Pasal. 3877 Jamin Ginting, Op Cit.78 Tri Jata Ayu Pramesti (A), Op Cit, diakses pada 7 Mei 2020.79 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (“Permenkumham”) tentang Tata CaraPengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara Pada Rumah PenyimpananBenda Sitaan Negara, Permenkumham No. 16 Tahun 2014, Pasal 1 angka 3.
Universitas Agung Podomoro | 22
diartikan sebagian dari kenyataan, sedang straafbaar berarti dapat
dihukum, sehingga secara harfiah perkataan straafbaarfeit berarti
sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum. Kemudian adapun
beberapa pendapat terkait pengertian tindak pidana, yaitu:
1) Tindak pidana, yang dalam bahasa Inggris, disebut dengan
criminalact, sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut misdriff
dikonsepkan sebagai perbuatan yang berkaitan dengan
kejahatan.80
2) Kamus Besar Bahasa Indonesia menterjemahkan tindak pidana
sebagai perbuatan pidana (perbuatan kejahatan) di mana perlu
ditingkatkan lagi dalam misi pemberantasannya.
3) Menurut Moelijatno, tindak pidana (strafbaar feit) merupakan
perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan
yang disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu, bagi siapa saja yang melanggar tersebut.81 Kemudian
Moelijatno berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara dapat
dipidananya perbuatan (die strafbaarheid van het feit) dan
dapat dipidananya orang (strafbaarheid can den person).
Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa, tindak pidana merupakan suatu dasar yang pokok
dalam menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan
pidana atas dasar pertanggung jawaban seseorang atas perbuatan
yang telah dilakukannya.
Selanjutnya adalah pembahasan mengenai istilah Pencucian
Uang, yang disampaikan menurut beberapa sumber, yaitu: Kemudian
terdapat definisi yang disampaikan menurut beberapa sumber, yaitu:
1) Menurut Kamus Hukum Black’s Law Dictionary adalah:
80 Andrian Formen Tumiwa, Tindak Pidana Pencucian Uang dalam Perspektif Undang-undang No.8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/19596/19166, 2 April 2018,diakses pada 15 Desember 2019.81 Putra Keadilan, Pengertian Tindak Pidana,https://www.academia.edu/7933833/PENGERTIAN_TINDAK_PIDANA , diakses pada 15Desember 2019.
Universitas Agung Podomoro | 23
“term to used to describe investment or other transfer ofmoney flowing from racketeering, drug transaction, and otherillegal sources into legitimate channels so that the originalsource can be tracked”.
Apabila diterjemahkan:“bahwa melalui kegiatan pencucian uang, para pelaku tindakanpidana berusaha menyembunyikan atau mengaburkan asal-usulsebenarnya dari suatu dana atau uang hasil tindak pidana yangdilakukan dan manfaatnya seolah-olah berasal dari usaha yangsah atau legal.”82
2) Menurut Sutan Remi Sjahdeini yang menjelaskan bahwa
pencucian uang merupakan proses yang dilakukan oleh
seseorang atau organisasi terhadap uang haram, yaitu uang
yang berasal dari kejahatan dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal-asul uang tersebut
dari pemerintah atau otoritas yang berwenang untuk melakukan
penindakan terhadap tindak pidana dengan cara terutama
memasukkan uang tersebut ke dalam sistem keuangan sehingga
uang tersebut dapat dikeluarkan dari sistem keuangan sebagai
uang yang halal.83
3) Menurut Fraser yang juga berpendapat bahwa
“money launderingis quite simple the process through with‘dirty’ monet procees of crime, is washed through ‘clean’ orlegitimate sources and interprises so that the ‘bad guys’ maymore safe enjoy thei ill gotten gains.
Kemudian apabila diterjemahkan:
perbuatan melanggar hukum karena merupakan sebuah prosesdengan menggunakan cara yang sungguh sederhana di manauang kotor diproses atau dicuci melalui sumber yang sah ataubersih sehingga lebih banyak orang dapat menikmatikeuntungan yang tidak halal itu dengan aman. 84
4) Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 8 tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang menjelaskan bahwa Pencucian uang
merupakan segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
82 Andrian Formen Tumiwa, Op.Cit, hal.2.83 Andrian Formen Tumiwa, Op.Cit, hal.2.84 Adrian Sutedi, Op Cit, hal. 13.
Universitas Agung Podomoro | 24
tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
ini.
Kemudian, juga banyak terdapat literatur tentang Kriminologi yang
menyatakan bahwa definisi pencucian uang berkenaan dengan
kegiatan membersihkan atau mencuci “uang kotor”, sehingga dapat
dimaknai bahwa prinsip dasar kegiatan pencucian uang adalah
tindakan yang dilakukan untuk mengubah sesuatu yang kotor
menjadi bersih (sesuatu yang illegal menjadi legal).85
Sehingga berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa pencucian uang merupakan tindak pidana di
mana seseorang berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul Harta Kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana
dengan berbagai cara agar Harta Kekayaan hasil tindak pidananya
sulit untuk ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan
leluasa memanfaatkan Harta Kekayaan tersebut baik untuk kegiatan
yang sah maupun tidak sah.
Tindak pidana pencucian uang memiliki karakteristik sebagai
suatu kejahatan yang merupakan kejahatan Ganda, karena ditandai
dengan sifatnya yang berkelanjutan atau disebut dengan follow up
crime (kejahatan lanjutan). Berbeda dari hukum pidana biasa di
mana beban pembuktian ada pada Jaksa Penuntut Umum, TPPU ini
menerapkan asas pembalikan pembuktian di mana Terdakwa harus
membuktikan asal usul harta kekayaannya bukan merupakan hasil
tindak pidana. Tujuan utama dari TPPU adalah menyembunyikan
hasil dari tindak pidana, sehingga pelaku utama sebagai pelaku aktif
akan melakukan beberapa upaya untuk menyamarkan harta kekayaan
atau mengubah bentuk dana melalui beberapa transaksi demi
mempersulit pelacakan (audit trail) asal usul dana tersebut,
85 Deny Law Office, Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering),https://lawofficedeny.wordpress.com/2016/12/27/tindak-pidana-pencucian-uang-money-laundering/, 27 Desember 2016, diakses pada 22 April 2020.
Universitas Agung Podomoro | 25
kemudian pihak-pihak yang menerima harta tersebut digolongkan
sebagai pelaku pasif.86
Tindak pidana pencucian uang memiliki karakteristik sebagai
suatu kejahatan yang merupakan kejahatan Ganda, karena ditandai
dengan sifatnya yang berkelanjutan atau disebut dengan follow up
crime (kejahatan lanjutan) yang berasal dari kejahatan asalnya yang
disebut sebagai predicate offense/core crime atau unlawful activity di
mana kejahatan ini menghasilkan uang yang kemudian dilakukan
proses pencucian terhadapnya.
Rumusan pada pasal-pasal TPPU memiliki unsur-unsur yang
cukup banyak, namun tidak jauh berbeda dengan tindak pidana pada
umumnya karena masih memiliki unsur subjektif dan unsur objektif,
perbuatan pidana (actus reus) serta pertanggungjawaban pidana
(mens rea). Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) dalam PPATK E-Learning (2014) mengelompokkan
pelaku pencucian uang kedalam dua kategori, yaitu pelaku pencucian
uang aktif dan pelaku pencucian uang pasif. Menurut Muhammad
Novian, perbedaan diantara kedua kategori TPPU tersebut terletak
pada keaktifan pelaku TPPU dalam menyembunyikan atau
menyamarkan harta kekayaan hasil tindak pidana.87
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam Penelitian ini, Penulis membagi dan menguraikan penelitian
dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara komprehensif tentang pokok
permasalahan yang akan dibahas, yaitu Latar Belakang,
86 Alfa, Mawar, Putri, Siaran Pers: Netralisasi Pelaku Pasif dalam TPPU,http://www.ppatk.go.id/siaran_pers/read/960/netralisasi-pelaku-pasif-dalam-tppu-.html, 15 Juli2019, diakses pada 22 April 2020.87 Darma S. Zandrato, Pencucian Uang Aktif vs Pencucian Uang Pasif,https://darmasamadayazendrato.wordpress.com/2016/03/28/pencucian-uang-aktif-vs-pencucian-uang-pasif/, diakses pada 22 April 2020.
Universitas Agung Podomoro | 26
Rumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Kegunaan
Penelitian, Kerangka Pemikiran dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan kerangka teoritis dari teori
Kewenangan dan Keadilan, serta konsep penyitaan,
perampasan aset hasil tindak pidana serta Tindak Pidana
Pencucian Uang sebagai sarana menganalisis permasalahan
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang Metodologi Penelitian yang
digunakan, Sifat Penelitian, Bahan Penelitian, Tahap
Penelitian, Sumber Data Penelitian, Metode Analisis
Penelitian, Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang disertai dengan
analisis dan penjelasan atas jawaban dari permasalahan untuk
menggambarkan fakta sebenarnya tentang informasi yang
berkaitan dengan pendekatan kasus yang dipilih Penulis.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban singkat
atas permasalahan penelitian dan saran yang merupakan usulan
alternatif yang diusulkan oleh Penulis untuk mengatasi
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
Recommended