View
213
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada tanggal 26-27 Maret 2012 Presiden Amerika, Barack Obama, mengikuti
kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir (KTT Keamanan Nuklir) ke-
2 di Seoul, Korea Selatan. Pada tanggal 26 Maret 2012 sebelum mengikuti
pertemuan KTT Keamanan Nuklir ke-2, Obama memberikan pidato di Universitas
Hankuk tentang keamanan nuklir yang akan dibahas pada KTT Keamanan Nuklir
ke-2. Pidato Obama mengenai keamanan nuklir dalam rangka KTT Keamanan
Nuklir ke-2 di Universitas Hankuk menarik untuk diteliti karena isi pidato Obama
tentang energi nuklir, masalah yang sensitif, sehingga banyak kalimat yang bersifat
persuasif. Obama bermaksud untuk mengajak semua negara untuk bergabung
dengannya dalam anggota KTT Keamanan Nuklir untuk menjalankan visinya yaitu
dunia tanpa senjata nuklir. Termasuk mengajak negara-negara yang bertentangan
dengan visi KTT Keamanan Nuklir seperti Korea Utara dan Iran yang masih
memanfaatkan nuklir untuk membuat senjata nuklir.
Agar mendapat sebuah kepercayaan yang diyakini sebagai suatu kebenaran
atau realitas, kemampuan berbahasa sangat diperlukan dalam menyusun pidato.
Pidato Obama yang tersusun dari beberapa kalimat yang mempunyai hubungan
pengertian yang satu dengan yang lain. Di dalam pidato Obama terdapat praktik
ideologi yang terselubung. Praktik ideologi tersebut ditransformasikan dalam bentuk
frame (bingkai) pidato Obama untuk mempengaruhi khalayak. Penelitian ini
2
bermaksud untuk mencari frame pidato Obama dan kaitannya dengan ideologi.
Frame pidato Obama akan dikaji melalui linguistik dari segi penggunaan kosa kata
dan struktur kalimat dalam pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas
Hankuk.
Dilihat dari segi linguistik, pemakaian kosa kata, susunan kalimat, dan bentuk
kalimat dalam pidato tidak dipandang semata sebagai persoalan teknis tata bahasa
atau linguistik, tetapi ekspresi dari ideologi (Fowler: 1979 via Eriyanto, 2001: 133).
Pemakaian bahasa dipandang tidak netral karena mengandung ideologi tertentu.
Dalam pidato Obama mempunyai tujuan untuk mempengaruhi khalayak melalui
bahasa.
Salah satu contoh pemilihan kosa kata dalam pembuatan klasifikasi yang
merepresentasikan frame pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas
Hankuk, yaitu seperti berikut:
(A.1) Three years ago, I traveled to Prague and I declared America’s commitment
to stopping the spread of nuclear weapons and to seeking a world without
them.
Tiga tahun yang lalu, saya berkunjung ke Praha dan saya menyatakan bahwa
Amerika berkomitmen untuk menghentikan penyebaran senjata nuklir dan
meminta dunia tanpa senjata nuklir.
(A.2) So today, with you, I want to take stock of our journey and chart our next
steps.
Jadi hari ini, bersama kalian semua, saya ingin menginventaris perjalanan
kita sejauh ini dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya.
Berdasarkan data A.1 dan A.2, kosa kata yang menunjukkan masa lalu yaitu
three years ago, sedangkan kosa kata yang menunjukan masa sekarang yaitu today.
3
Klasifikasi masa lalu dan masa sekarang yang pertama yaitu kalimat A.1 dan A.2
yang menggambarkan bahwa tiga tahun yang lalu Amerika berjanji akan
menghentikan penyebaran senjata nuklir dan sekarang Amerika akan merencanakan
langkah-langkah selanjutnya dalam menghentikan penyebaran senjata nuklir. Tujuan
klasifikasi masa lalu dan masa sekarang pada data A.1 dan A.2 untuk menjelaskan
kepada pendengar bahwa tiga tahun yang lalu Amerika berjanji akan menghentikan
penyebaran senjata nuklir dan sekarang. Amerika akan merencanakan langkah-
langkah selanjutnya dalam menghentikan penyebaran senjata nuklir.
Contoh lain, dalam penggunaan transitifitas yaitu proses mental yang
merepresentasikan frame pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas
Hankuk yaitu seperti berikut:
(A.3) We refuse to consign ourselves to a future where more and more regimes
possess the world’s most deadly weapons.
(Kami menolak untuk tidak menyerah pada masa depan dimana lebih
banyak rezim yang memiliki senjata paling mematikan di dunia)
Bentuk struktur kalimat dalam ketransitifan di atas termasuk proses
mental karena verba refuse digunakan untuk sikap penolakan tidak
menyerahkan masa depan kepada rezim yang memiliki senjata nuklir. Verba
refuse yang menandai proses mental dalam kalimat di atas menghubungkan
senser we dan fenomenon to consign ourselves to a future where more and
more regimes possess the world’s most deadly weapons. Dengan menganalisis
proses mental ini, pendengar dapat memahami sikap yang dilakukan oleh
Amerika terhadap keamanan nuklir dunia. Data tersebut menunjukkan bahwa
4
Amerika secara tegas menghentikan pembuatan senjata nuklir sampai
seterusnya demi mencapai perdamaian dunia.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan membahas tentang
frame pidato Obama dan kaitannya dengan ideologi, penggunaan kosa kata,
dan struktur kalimat yang merepresentasikan frame pidato Obama pada
mahasiswa Korea di Universitas Hankuk penting dilakukan. Penelitian ini
mengenai analisis wacana kritis dengan objek pidato Obama pada mahasiswa
Korea di Universitas Hankuk dengan menggunakan teori analisis wacana kritis
dari pandangan Fowler. Kajian ini mengkaji unsur-unsur linguistik dalam teks
kemudian dikembangkan melalui analisis wacana kritis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang tersebut, tersusun beberapa
rumusan masalah dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana frame pidato Obama dan ideologi pada mahasiswa Korea di
Universitas Hankuk?
2. Bagaimana penggunaan kosa kata yang merepresentasikan frame dan
ideologi pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas Hankuk?
3. Bagaimana penggunaan struktur kalimat yang merepresentasikan frame
dan ideologi pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas
Hankuk?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan pada rumusan masalah, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan frame pidato Obama dan ideologi pada mahasiswa
Korea di Universitas Hankuk.
2. Mendeskripsikan penggunaan kosa kata yang merepresentasikan frame
dan ideologi pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas
Hankuk.
3. Mendeskripsikan penggunaan struktur kalimat yang merepresentasikan
frame dan ideologi pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas
Hankuk.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pelengkap
dari kajian linguistik khususnya analisis wacana kritis. Penelitian ini ditinjau
dari frame pidato Obama dan kaitannya dengan ideologi, penggunaan kosa
kata, dan struktur kalimat yang membentuk frame dan ideologi pidato
Obama pada mahasiswa Korea di Universitas Hankuk.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan
kesadaran kritis khalayak dalam menyikapi wacana yang disajikan oleh
pembicara pidato. Penelitian ini dapat membantu khalayak agar tidak
6
langsung menerima realitas yang disampaikan oleh pembicara. Sebaiknya
khalayak berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber agar tidak
terjebak dalam pemikiran yang sempit dan tidak netral yang disampaikan
oleh pembicara pidato.
1.5 Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan,
penelitian ini difokuskan pada pembahasan frame dan ideologi pidato Obama,
penggunaan kosa kata, dan struktur kalimat yang merepresentasikan frame
pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas Hankuk. Struktur kalimat
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah transitifitas, pasifasi, dan
nominalisasi. Jenis penelitian analisis wacana kritis ini menggunakan teori
analisis wacana kritis dari pandangan Fowler.
1.6 Tinjauan Pustaka
Penelitian analisis wacana kritis telah banyak dilakukan oleh peneliti lain.
Beberapa penelitian akan diuraikan secara ringkas sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Sumarti (2010) menulis artikel jurnal
tentang “Analisis Wacana Kritis Strategi Politik Penggunaan Bahasa Dalam Pidato
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono”. Penelitian tersebut menggunakan teori
Fairclough dan Van Dijk untuk mengungkapkan strategi politik penggunaan bahasa
yang digunakan SBY. Hasil penelitiannya yaitu strategi politik dalam penggunaan
bahasa direfleksikan dalam penggunaaan kata, kalimat, dan gaya bahasa.
7
Penggunaan bahasa dalam pidato SBY menunjukkan kepada khalayak bahwa
kondisi apa saja yang dihadapi Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Tri Rina Budiwati (2011) menulis artikel jurnal
tentang “Respresentasi Wacana Gender Dalam Ungkapan Berbahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris: Analisis Wacana Kritis”. Data penelitiannya tentang ungkapan
berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang menyangkut tentang gender. Penelitian
tersebut menggunakan teori Fairclough dan Mills untuk membongkar norma-norma
secara implisit untuk memproduksi suatu ungkapan bergender. Hasil penelitiannya
yaitu ungkapan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang mengandung wacana
gender berbentuk nomina, frase nomina, frase verba, frase adjektiva, frase preposisi,
anak kalimat, kalimat tunggal, kalimat elipsi, kalimat majemuk setara, majemuk
bertingkat, dan majemuk campuran. Makna ungkapan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris adalah kelemahan dan kelebihan seseorang, kesuksesan, pernikahan,
seksualitas, hal-hal negatif, dan kebijaksanaan. Dilihat dari pelakunya, ungkapan
mengacu pada laki-laki, perempuan, dan laki-laki atau perempuan.
Penelitian yang dilakukan oleh Amirotul Roifah (2013) menulis tesis “Analisis
Wacana Kritis pada Headline Media Masa The Jakarta Post”. Penelitian ini
menganalisis menggunakan teori perubahan sosial Fairclough yang memfokuskan
pada elemen linguistik kata, tata bahasa, metafora, dan grafis. Hasil penelitian ini
yakni 1) bentuk-bentuk strategi representatif kata, tata bahasa, metafora, dan grafis;
2) makna yang ditimbulkan wacana headline ini dihasilkan dari konteks berita,
konteks sosial, dan representasinya; dan 3) ada tiga fungsi wacana headline tentang
isu kenaikan harga BBM dalam media masa The Jakarta Post yaitu sebagai berikut:
8
a) mempengaruhi pembaca agar tetap menolak kenaikan harga BBM dan mendorong
publik untuk mencari solusi BBM dari pada bergantung pada BBM yang harganya
bisa dipermainkan, b) menggambarkan respon publik terhadap kenaikan harga BBM
yang berisi penolakan kenaikan harga BBM, dan c) menggambarkan ideologi media
masa.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusep Ahmafi (2014) menulis prosiding tentang
“Representasi Konteks Miss World 2013 di sindonews.com (Analisis Wacana
Kritis). Penelitian ini menggunakan model analisis Fairclough untuk
mendeskripsikan mekanisme teks yang digunakan sindonews.com dalam
merepresentasikan kontes Miss World 2013 yang digelar di Indonesia. Hasil
penelitiannya adalah a) sindonews.com menggunakan pemarkah linguistic seperti
modalitas dan bentuk leksikal dalam membangun opini positif kontes Miss World
2013 dan b) sindonews.com merepresentasikan dukungan dari berbagai pihak
sebagai opini tandingan atas pihak yang menolak dan mengecam kontes Miss World
2013 yang digelar di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatan Idul (2014) yang menulis tesis
“Representatif Tekstual Praktik-Praktik Sosial dalam Pidato Internasional Hasan
Rouhani (Kajian Analisis Wacana Kritis). Penelitian ini menggunakan model
analisis yang dikembangkan oleh Leeuwen untuk mengungkap 3 dimensi praktik
sosial yang direpresentasikan Hasan Rouhani dalam pidatonya yaitu sebagai berikut
1) representasi aktor sosial, 2) representasi aksi sosial, dan 3) representasi sikap
Hasan Rouhani terhadap isu yang terdapat dalam pidatonya. Hasil penelitian ini
adalah 1) Hasan Rouhani menggunakan beberapa bentuk modalitas yang sesuai
9
dengan tujuan penggunaan modalitas tersebut dan menggunakan negasi, 2) Hasan
Rouhani merepresentasikan aksi sosial melalui beberapa cara yaitu pemilihan kata
yang hati-hati dan tepat, dan 3) dalam merepresentasikan aktor sosial yang terlibat
dalam aksi-aksi sosial yang termuat dalam pidatonya.
Berdasarkan beberapa penelitian analisis wacana kritis yang pernah dilakukan,
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap wacana mempunyai aspek-aspek
bahasa dan aspek-aspek lain di luar bahasa. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-
penelitian di atas karena penelitian ini menggunakan teori analisis wacana kritis dari
Fowler dan sumber data diambil dari teks pidato Obama pada mahasiswa Korea di
Universitas Hankuk menjelang KTT Keamanan Nuklir ke-2.
1.7 Landasan Teori
Ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan pembahasan dalam tesis ini
yang perlu diuraikan. Konsep-konsep dasar tersebut dijadikan penegasan beberapa
ide yang terkait dengan penelitian ini. Konsep-konsep yang dimaksud adalah (1)
wacana, (2) pidato, (3) analisis wacana kritis, (4) ideologi, (5) frame, (6) pemilihan
kosa kata, dan (7) tata bahasa.
1.7.1 Wacana
Pengertian wacana menurut Stubbs (1983: 10) adalah organisasi bahasa di
atas kalimat atau di atas klausa; dengan perkataan lain unit-unit linguistik yang
lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaran-pertukaran
10
percakapan atau teks tertulis. Secara singkat, apa yang disebut teks bagi wacana
adalah kalimat bagi ujaran (utterance). Pendapat yang lain dikemukakan oleh
Kridalaksana (2011: 258) yang menyatakan bahwa wacana ialah satuan bahasa
terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel,
buku, seri ensiklopedia, pidato, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang
membawa amanat lengkap.
Lubis (1993: 21) mengistilahkan wacana (discourse) yaitu sama dengan teks,
yakni satuan kebahasaan bahasa yang diucapkan atau tertulis panjang atau
pendek, itulah yang dinamakan teks atau discourse. Teks adalah satu kesatuan
semantik dan bukan kesatuan grammatikal. Kesatuan yang bukan lantaran
bentuknya (morfem, klausa, kalimat) tetapi kesatuan artinya. Fairclough (1997:
258) menyatakan bahwa wacana adalah penggunaan bahasa yang dilihat sebagai
bentuk praktik sosial, dan analisis wacana adalah analisis bagaimana teks bekerja
dalam praktik sosiokultural. Dalam konteks wacana, bahasa digunakan sesuai
keperluannya. Wacana yng dilahirkan bukan sekedar dalam format kalimat, tetapi
dapat berbentuk klausa, frasa, paragraf, dan teks yang panjang. Wacana
mengandung makna yang berbeda-beda, tergantung pada konteks wacana atau
bagaimana bahasa digunakan. Oleh sebab itu, kajian wacana adalah kajian bahasa
berdasarkan konteks penggunaannya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana yaitu satuan
bahasa terlengkap yang memiliki satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dan
mengandung ide atau suatu gagasan di dalamnya. Wacana pidato yang dituturkan
11
oleh Obama merupakan suatu praktik sosial yang digunakan untuk tujuan atau
kepentingan tertentu.
1.7.2 Pidato
Dalam KBBI (Alwi, 2005: 1071) pengertian pidato adalah pengungkapan
pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, wacana yang
disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Crystal (1991: 327) pidato adalah
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak
atau dapat diartikan juga sebagai wacana yang disiapkan di depan khalayak. Pidato
tersusun dari tuturan yang tertata dengan baik dan bertujuan untuk menyampaikan
sebuah ide atau topik tertentu. Pidato termasuk ke dalam komunikasi satu arah dan
biasanya penting dan dapat menarik khalayak. Pidato disampaikan oleh orang
penting untuk menuntun pendengar sesuai tujuan. Pidato yang baik dapat mengubah
persepsi kepada pendengar pidato. Sedangkan menurut Woolbert (via Rakhmat:
2014: 14) pidato dipandang sebagai ilmu tingkah laku. Proses penysusnan pidato
adalah kegiatan seluruh organisme. Pidato merupakan uangkapan kepribadian.
Logika adalah dasar utama persuasi.
Pidato merupakan contoh kegiatan bertutur yang sangat sering dilakukan
oleh pemimpin. Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai ketika seorang
pemimpin berpidato, yaitu menyebarluaskan ide, menanamkan pengaruh, dan
memberikan arahan tentang suatu hal. Pidato merupakan ilmu dan seni bertutur.
Pidato memiliki teknis, aturan, dan norma tersendri, termasuk didalamnya adalah
12
retorika. Pidato merupakan bentuk retorika dalam berkomunikasi dan bertujuan
untuk memersuasi pendengar (Richard, John, dan Heidi, 1992: 29).
Menurut Hart (1983: 15) pidato berbeda dengan komunikasi karena memiliki
beberapa fitur yang khusus. Pesan yang disampaikan harus relevan secara
keseluruhan sehingga pidato perlu disampaikan dengan jelas kepada siapa pidato
tersebut disampaikan. Bahasa pidato terbatas dan tidak fleksibel dengan
menggunakan kode-kode yang lazim, tidak menggunakan ungkapan pribadi ataupun
tidak formal. Pidato yang dikomunikasikan dengan baik akan mendapatkan respon
secara tidak langsung sebagai parameter suksesnya komunikasi lisan yang efektif.
Dari beberapa pengertian pidato di atas, dapat disimpulkan bahwa pidato
adalah pengungkapan pikiran atau ide atau topik dalam bentuk kata-kata yang
tersusun dengan baik yang disampaikan oleh orang penting yang ditujukan kepada
orang banyak. Pesan yang disampaikan harus relevan secara keseluruhan sehingga
pidato perlu disampaikan dengan jelas kepada siapa pidato tersebut disampaikan.
Pidato yang disusun dengan baik dapat mengubah persepsi kepada pendengar
pidato.
1.7.3 Analisis Wacana Kritis
Pada awal tahun 1990, analisis wacana kritis telah menjadi diskusi hangat di
antara para ilmuwan sosial. Berkembang pesatnya penelitian tentang analisis wacana
kritis diawali oleh penerbitan jurnal dari Dijk, yaitu Discourse and Society pada
tahun 1990, yang dalam perkembangannya memicu kemunculan buku-buku, e-
jurnal, pertemuan, dan konferensi yang membahas analisis wacana kritis sehingga
13
akhirnya analisis wacana kritis dapat menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri (Wodak
dan Meyer, 2009: 3). Analisis wacana kritis adalah suatu jenis penelitian yang
mengkaji tentang penyalahgunaan kekuasaan sosial dan dominasi yang dihasilkan
melalui teks dan pembicaraan dalam konteks sosial dan politik. Oleh karena itu,
analisis wacana kritis berusaha untuk memahami dan memaparkan masalah-masalah
sosial tersebut. Lebih spesifik, analisis wacana kritis berfokus pada cara-cara wacana
menetapkan, melegitimasi, menghasilkan relasi kuasa dan dominasi dalam
masyarakat. Analisis wacana kritis berkaitan erat dengan masalah-masalah
kekuasaan, dominasi, hegemoni, ideologi, gender, ras, diskriminasi, struktur sosial,
dan lain sebagainya. Tujuan dilakukan analisis wacana kritis adalah menguak
masalah-masalah yang timbul dalam wacana. Sebuah teks dapat diibaratkan sebagai
sebuah gunung es di permukaan laut sehingga untuk menguak makna-makna yang
tersembunyi dalam teks, dilakukan dengan berpegangan pada analisis wacana kritis
(Dijk, 2009: 352).
Fairclough memandang analisis wacana kritis sebagai suatu bentuk analisis
terhadap wacana, yaitu penggunaan bahasa sebagai bentuk praktik sosial. Disebut
praktik sosial adalah karena bahasa merupakan bagian dari masyarakat, ada dalam
kehidupaan mereka. Selain itu, bahasa juga merupakan suatu proses sosial dan
penggunaanya ditemukan oleh kaidah-kaidah sosial yang berlaku dalam masyarakat
tersebut. Analisis wacana kritis merupakan suatu pendekatan analisis wacana yang
menjelaskan proses bagaimana suatu teks dapat diproduksi dan dikonsumsi.
Fairclough menyebutkan analisis wacana kritis menjelaskan bagaimana suatu
wacana dianalisis dengan tidak memisahkan konteks “institutional and discoursal
14
practices” yang terdapat di dalam teks tersebut. Analisis wacana kritis bukanlah
semata-mata merupakan analisis teks dengan memperhatikan fitur linguistiknya saja,
melainkan juga peristiwa atau realita dari wacana tersebut (Fairclough, 1997: 258).
Pendapat Fairclough tersebut juga sejalan dengan pendapat Wodak dan Meyer
(2009: 2) yang menegaskan bahwa analisis wacana kritis berbeda dengan analisis
wacana biasa. Analisis wacana kritis tidak semata-mata mencermati unsur linguistik
suatu teks, tetapi mempelajari fenomena sosial yang terdapat di dalamnya sehingga
analisis wacana kritis akan membutuhkan pendekatan dari berbagai macam metode
dan disiplin ilmu.
Pendekatan kritis dalam analisis wacana ini menunjukkan bahwa analisis
wacana kritis tidak hanya menjelaskan praktik wacana, tetapi juga bagaimana
hubungan antara kekuasaan dan ideologi membangun wacana. Selain itu, analisis
wacana kritis juga menjelaskan bagaimana pembentukan suatu pengetahuan, relasi,
dan identitas sosial dipengaruhi oleh wacana tersebut, yang prosesnya tidak disadari
oleh suatu lingkup masyarakat (Fairclough, 1997: 131).
Wodak dan Meyer (2009: 3) menegaskan bahwa analisis wacana kritis
berbeda dengan analisis wacana biasa. Analisis wacana kritis tidak semata-mata
mencermati unsur linguistik suatu teks, tetapi mempelajari fenomena sosial yang
terdapat di dalamnya sehingga analisis wacana kritis akan membutuhkan pendekatan
dari berbagai macam metode dan disiplin ilmu. Miles dan Huberman (2007: 15)
menjelaskan analisis wacana kritis sebagai kajian wacana terkait dengan struktur
masyarakat dan ideologi. Tujuan analisis wacana kritis yaitu membantu
menganalisis dan memahami masalah sosial dalam membantu mengatasi dan
15
memahami masalah sosial dalam hubungannya antara ideologi dan kekuasaan.
Analisis wacana kritis dapat mengembangkan asumsi-asumsi yang bersifat ideologis
yang terkandung dibalik kata-kata dalam teks atau ucapan dalam berbagai bentuk
kekuasaan.
Pengertian mengenai analisis wacana kritis dari Fairclough, Wodak, dan
Habermas di atas sama halnya dengan pengertian linguistik kritis yang diungkapkan
oleh Fowler dkk dan Crystal. Fowler (1979: 69) berpendapat bahwa linguistik kritis
memandang bahasa sebagai praktik sosial, melalui mana suatu kelompok
memantapkan dan menyebarkan ideologinya. Linguistik kritis dikembangkan dari
teori linguistik yang melihat tata bahasa atau gramatikal dan strategi pemilihan
kosakata tertentu membawa implikasi dan ideologi tertentu. Definisi tersebut
sejalan dengan definisi linguistik kritis menurut Crystal (1991: 90) bahwa linguistik
kritis merupakan kajian ilmu bahasa yang bertujuan mengungkapkan relasi-relasi
antara kuasa tersembunyi dan proses-proses ideologis yang muncul dalam teks-teks
lisan atau tulisan.
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, wacana yang berupa pidato tidak
dianggap sebagai suatu hal yang netral akan tetapi merupakan bentuk dari
pemertahanan kekuasaan. Maka dari itu, wacana pidato Obama pada KTT
Keamanan Nuklir ke-2 akan dianalisis menggunakan kajian analisis wacana kritis
yang bermaksud untuk mendiskripsikan suatu kepentingan kelompok dengan cara
menganalisis bagaimana wacana diproduksi dan direpresentasikan kepada khalayak.
16
1.7.4 Ideologi
Menurut Asshiddiqie (2005: 3), secara etimologis, istilah ideologi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu idea yang berarti pemikiran, gagasan, dan konsep keyakinan,
serta logos yang berarti pengetahuan. Dengan demikian, konsep ideologi pada
dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang gagasan, konsep keyakinan atau
pemikiran. Istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai
dasar, dan keyakinan-keyakinan yang dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif.
Dalam artian ini ideologi disebut terbuka, sedangkan dalam arti sempit, ideologi
adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang
menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak, yang
disebut dengan ideologi tertutup. Kata ideologi sering juga dijumpai untuk
pengertian memutlakkan gagasan tertentu, tetapi menyembunyikan kepentingan
kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya.
Menurut Suseno (2003: 5), ideologi dalam arti luas digunakan untuk
kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung
tinggi sebagai pedoman normatif. Ideologi juga merupakan gagasan dan nilai yang
secara mutlak mau menentukan bagaimana manusia harus bertindak dan hidup. Dari
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ideologi yaitu kepercayaan
(pandangan) yang dimiliki kelas atau kelompok tertentu, sistem kepercayaan yang
dibuat yang digunakan oleh kelompok dominan untuk mendominasi kelompok yang
tidak dominan. Berdasarkan pengertian ideologi di atas, dapat disimpulkan bahwa
17
ideologi yaitu suatu keyakinan terhadap nilai yang dianggap benar dan nilai tersebut
disebar kepada orang lain untuk membangun, mempertahankan kekuasaan atau
dominasi.
1.7.5 Frame
Berkenaan dengan hubungan antara bahasa dan ideologi, frame merupakan
bentuk turunan atau transformasi ideologi (Fairclough, 1997: 73). Frame adalah
suatu gagasan yang mengorganisasikan, atau suatu kerangka, untuk memahami
peristiwa-peristiwa yang relevan yang dapat membuat isu tertentu (Eriyanto, 2002:
67). Frame berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada
khalayak. Moss (1999: 185) juga membahas hubungan antara bahasa dan ideologi
bahwa wacana merupakan merupakan konstruk kultural yang dihasilkan ideologi
karena wacana menggunakan frame tertentu untuk memahami realitas sosial. Moss
mengartikan ideologi sebagai asumsi budaya yang menjadi normalitas alami dan
idak dipersoalkan lagi.
Sedangkan Gamson dan Modigliani (1983: 3) berpendapat bahwa frame
adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan
menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek.
Gitlin (1980: 7) mendefinisikan frame sebagai pola yang berkesinambungan tentang
aspek kognisi, interpretasi, dan penyajian atas symbol-simbol yang secara rutin
terseleksi, memperoleh penekanan dan pengecualian dalam pengaturan wacana.
Gamson dan Modigliani (1989: 3) mendefinisikan frame sebagai sentral pengaturan
gagasan yang menghasilkan makna dan menghubungkan potongan-potongan
18
peristiwa yang terorganisir sedemikian rupa yang berkaitan dengan objek suatu
wacana. Berdasarkan pengertian frame yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa frame yaitu suatu gagasan yang terorganisir dengan membentuk
peristiwa atau realita terhadap objek wacana tertentu.
1.7.6 Pemilihan Kosa Kata
Dalam membangun model analisis Fowler mendasarkan pada penjelasan
Halliday mengenai struktur dan fungsi bahasa. Fungsi dan struktur bahasa menjadi
dasar struktur tata bahasa, di mana tata bahasa itu menyediakan alat untuk
dikomunikasikan kepada khalayak. Fowler (1997: 81) meletakkan tata bahasa dan
praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi. Kosa kata
melakukan proses struktural yang sungguh-sungguh meskipun tidak mudah teramati
secara langsung. Kosa kata adalah peta bukan sekedar daftar, sehingga melalui kosa
kata dapat diketahui motif dari penggunaan kosakta tersebut. Penggunaan kosa kata
berkaitan dengan penilaian seseorang terhadap realitas yang akan berdampak pada
kosa kata yang dipilih. Menurut Fowler (1979 via Eriyanto, 2001: 133) ada 4 fungsi
dalam penggunaan kosa kata dalam linguistik kritis yaitu pembuat klasifikasi,
pembatas pandangan, pertarungan wacana, dan marjinalisasi.
1.7.7 Tata Bahasa
Salah satu tata bahasa atau gramatikal yang dibahas oleh Fowler dkk adalah
transitifitas. Transitifitas dalam studi bahasa kritis adalah teori dari aliran linguistik
fungsional-sistemik dari Halliday (Fowler, 1996: 71). Teori ketransitifan ini
19
bersumber dari fungsi representasi bahasa yakni fungsi bahasa yang bertugas (i)
menyandikan (encode) pengalaman tentang dunia, dan (ii) membawa gambaran
tentang realitas. Gambaran mental itu dapat berupa struktur frasa, klausa, dan kata
(Santoso, 2012: 151).
Fowler (1996: 76-80) membahas transformasi dalam tata bahasa. Ada dua tipe
transformasi yaitu pasifasi dan nominalisasi. Pasifasi adalah proses perubahan
kalimat aktif menjadi pasif. Ketika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif,
proses bukan ditunjukkan kepada subjek, tetapi kepada objek yang menjadi titik
perhatian objek atau pihak yang dikenai tindakan. Nominalisasi terjadi ketika
kalimat atau bagian dari kalimat, gambaran dari suatu tindakan atau partisipan
dibentuk dalam kata benda. Akibatnya, yang diterima oleh pembaca adalah kesan
penguat dari suatu tindakan, tetapi sekaligus menghilangkan atau menurunkan peran
aktor atau partisipan dari suatu peristiwa. Titik perhatian pembaca bukan pada siapa
yang melakukan suatu tindakan, tetapi pada tindakan itu sendiri. Nominalisasi
mengarahkan proses ke dalam objek, bukan subjek
1.8 Metode Penetitian
Analisis wacana kritis adalah penelitian mengenai penggunaan bahasa yang
menyusun dan tersusun secara fungsional (Fairclough, 1997: 258). Hal ini sejalan
dengan Systemic Functional Linguistics yang dikemukakan Halliday (2004: 45)
bahwa setiap teks memiliki fungsi ideasional yang berkaitan dengan bagaimana
bahasa digunakan untuk merepresentasikan pengalaman, mememahami, dan
mengekspresikan presepsi tentang dunia dan kesadaran manusia. Selain itu, teks
20
juga memiliki interaksi-interaksi sosial antara partisipan dalam wacana atau
menampilkan fungsi interpersonal. Ketiga, teks memiliki fungsi tekstual yaitu
penyatuan satuan linguistik yang terpisah ke dalam suatu keutuhan dan
menggabungkannya dengan konteks-konteks situasional.
Penelitian analisis wacana kritis dalam pidato Obama pada mahasiswa Korea
di Universitas Hankuk menggunakan teori linguistik kritis yang dikemukakan oleh
Fowler (1996: 76-80) yang menitik beratkan pada metafungsional SFL (Systemic
Fungtional Grammar) Halliday yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan
fungsi tekstual. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan
tentang frame pidato Obama dan kaitannya dengan ideologi, penggunaan kosa kata,
dan struktur kalimat yang merepresentasikan frame pidato Obama pada KTT
Keamanan Nuklir ke-2. Penelitian ini mengenai analisis wacana kritis dengan objek
pidato Obama pada KTT Keamanan Nuklir ke-2 dengan menggunakan teori analisis
wacana kritis dari pandangan Fowler. Metode penelitian ini berpijak pada tiga tahap
yaitu: 1) pengumpulan data (penjaringan data dan pengklasifian data), 2)
penganalisisan data (pembuktian data yang diklasifikasikan), dan 3) penyajian hasil
analisis (perumusan kaidah penggunaan bahasa yang telah ditemukan).
1.8.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah teks pidato yang disampaikan oleh
Presiden Obama tentang keamanan nuklir menjelang KTT Keamanan Nuklir ke-2
kepada mahasiswa Korea di Universitas Hankuk (Seoul, Korea Selatan), pada
tanggal 26 Maret 2012. Teks pidato Obama pada KTT Keamanan Nuklir ke-2 di
21
Seoul, Korea Selatan didapatkan dari website white house, pada pustaka laman
http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2012/03/26/remarks-president-obama-
hankuk-university (diakses pada tanggal 18 September 2014, 23.20 WIB). Data
yang dianalisis yaitu kosa kata, transitifitas dan pasifasi yang merepresentasikan
frame dan ideologi pidato Obama.
1.8.2 Metode Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data penelitian dengan cara membaca penggunaan
bahasa dalam teks pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas Hankuk agar
dapat memahami secara mendalam. Peneliti mengidentifikasi penggunaan bahasa
yang relevan. Menyimak penggunaan bahasa yang digunakan dalam teks pidato
Obama. Data diidentifikasi berdasarkan pilihan kosa kata, transitifitas, dan pasifasi.
Kemudian data diklasifikasi sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat
sebelumnya. Dengan cara menyimak, mengidentifikasi, dan mengklasifikasi data
memudahkan penjaringan data dan menganalisis data.
1.8.3 Metode dan Teknik Analisis Data
Pendekatan kualitatif kritis yang digunakan dalam penelitian analisis wacana
kritis ini menggunakan teori linguistik kritis (critical linguistics) dari pandangan
Fowler tentang penggunaan kosa kata dan struktur kalimat (transitifitas dan
transformasi (pasifasi dan nominalisasi)) yang merepresentasikan frame pidato dan
22
ideologi Obama pada mahasiswa Korea di Universitas Hankuk. Dengan pendekatan
kualitatif kritis, kalimat-kalimat dalam pidato Obama akan dikaji secara kritis
dengan mendeskripsikan frame dan ideologi pidato Obama, penggunaan kosa kata,
dan struktur kalimat yang merepresentasikan frame dan ideologi pidato Obama pada
mahasiswa Korea di Universitas Hankuk.
Ada dua metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk
merepresentasikan frame pidato Obama dan ideologi, penggunaan kosa kata, dan
struktur kalimat. Pertama, metode padan pragmatik adalah metode padan yang alat
penentunya mitra bicara pada saat satuan kebahasaan menurut reaksi mitra bicara
pada saat kebahasaan itu dituturkan oleh orang lain (Kesuma, 2007: 43). Kedua,
model analisis kognisi sosial dengan cara mengidentifikasi clue (tanda, isyarat)
(Titscher via Subagyo, 2014: 26). Clue berupa aneka satuan kebahasaan, mulai dari
pernyataan berwujud gugus kalimat, kalimat tunggal, frasa, kata. Kemudian clue
dideskripsikan dan dipaparkan sesuai konteks. Analisis data dilakukan melalui tabel
fokus telaah, unit analisis, dan penjabaran satuan analisis yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Fokus Telaah, Unit Analisis, dan Penjabaran Analisis
Fokus Telaah Unit Analisis Penjabaran Analisis
Frame dan
kaitannya
dengan ideologi
Kosa kata
Frasa
Kalimat
Gugus kalimat
Bagaimana frame pidato Obama dan
ideologi ?
Penggunaan
kosa kata
Kosa kata
Frasa
Kalimat
Bagaimana penggunaan kosa kata dapat
menggambarkan realitas untuk
merepresentasikan frame dan ideologi
23
Gugus kalimat pidato Obama?
Tata bahasa:
Transitifitas
Pasifasi
Nominalisasi
Kalimat
Bagaimana realitas yang sedang
berlangsung untuk merepresentasikan
frame dan ideologi pidato Obama?
Apa yang ditonjolkan Obama dengan
frame dan ideologi pidato Obama?
Apa yang disamarkan atau
disembunyikan Obama dengan frame
dan ideologi pidato Obama?
1.8.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data yang disajiakan dengan secara deskriptif
berdasarkan kerangka analisis dan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Diskripsi
disajiakan melalui kata-kata biasa disertai dengan contoh-contoh yang relevan,
sehingga menghasilkan informasi yang detail dan lengkap. Penyajian hasil analisis
data ini dilakukan dengan mendeskripsikan frame pidato Obama dan kaitannya
dengan ideologi, penggunaan kosa kata, dan struktur kalimat yang
merepresentasikan frame dan ideologi pidato Obama pada mahasiswa Korea di
Universitas Hankuk.
1.9 Sistematika Penyajian
Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:
Bab 1 berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika penyajian.
24
Bab 2 membahas tentang frame dan ideologi pidato Obama pada mahasiswa Korea
di Universitas Hankuk.
Bab 3 membahas tentang penggunaan kosa kata yang merepresentasikan frame dan
ideologi pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas Hankuk.
Bab 4 membahas tentang penggunaan struktur kalimat yang merepresentasikan
frame dan ideologi pidato Obama pada mahasiswa Korea di Universitas Hankuk.
Bab 5 berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Recommended