View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank
Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannnya agak terlambat bila dibandingkan
dengan negara-negara Muslim lainnya, perbakan syariah di Indonesia akan terus berkembang.
Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, maka pada tahun 2005,
jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah
dan 17 unit syariah.
Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan
uang, meminjamkan uang, dan memeberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah
perekonomian uamt Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah
menjadi bagian tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti menerima
titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta
melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw. Dengan
demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit, menyalurkan dana,
dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. ( Adiwarman Karim,
2004, 18)
Didirikannya bank syariah dilatarbelakangi oleh keinginan umat Islam untuk
menghindari riba dalam kegiatan muamalahnya, memperoleh kesejahteraan lahir batin melalui
kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agamanya, sebagai alternatif lain dalam
menikmati jasa-jasa perbankan yang dirasakannnya lebih sesuai, yaitu bank yang berusaha sebisa
mungkin untuk beroperasi berlandaskan kepada hukum-hukum Islam. Indonesia sebagai negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan penduduk Indonesia yang beroperasi tanpa
riba. (Edi wibowo & Untung hendy, 2005, 10)
Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Al-Ma’soem merupakan salah satu bank yang
menggunakan prinsip syari’ah. Bank Pembiayaan rakyat Syari’ah (BPRS) Al-Ma’soem memiliki
produk-produk simpanan (funding), pembiayaan (financing) dan layanan (service). Adapun
jenis-jenis dari simpanan yaitu Tabungan Ma’soem iB, Tabungan Siswa iB, Tabungan Ma’soem
Berasuransi, Tabungan Ma’soem Haji iB, Tabungan Ma’soem Qurban iB, Tabungan Masa
Depan iB, Deposito Ma’soem iBadalah tabungan Ma’soem iB, sedangakn jenis dari pembiayaan
yaitu Pembiayaan ma’soem Mudharabah, Pembiayaan Ma’soem Musyarakah, Pembiayaan
Ma’soem Murabahah, Pembiayaan Ma’soem Ijarah, Pembiayaan Ma’soem IMBT, Pembiayaan
Ma’soem Qardh, Pembiayaan Ma’soem gadai Emas. Untuk layanan BPR Syariah yaitu
Pembayaran/Penitipan Zis, Pembayaran Kartu Kredit (EDC), Isi Ulang Pulsa Pasca Bayar
(EDC), Transfer Uang (EDC), Pembayaran Telepon Rumah dan Listrik, Pembayayan Tagihan
Listrik dan payroll Gaji Ma’soem Group.
Setiap produk mempunyai karakter dan tujuan tersendiri. Dengan banyaknya produk
yang ditawarkan menjadi daya tarik dan menambah minat masyarakat untuk menyimpan
dananya di BPR Syari’ah. Hal ini dapat memberikan peluang memilih bagi setiap pelaku bisnis
untuk menggunakan produk-produk sesuai kebutuhan.
Salah satu produk pendanaan di BPR Syari’ah Al-Ma’soem adalah tabungan Ma’soem
dengan akad Wadi’ah yadh dhamanah. Dari prinsip wadi’ah yadh dhamanah ‘tangan
penanggung” yang berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan
atau kehilangan pada barang atau aset titipan (Ascarya, 2011: 43). Tabungan wadi’ah bersifat
simpanan yang bisa diambil setiap saat (on call) atau berdasarkan kesepakatan, dan tidak ada
imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari
pihak bank (Atang Abd. Hakim, 2011: 211).
Begitupun dengan produk pendanaan di BPR Syari’ah pada tabungan Ma’soem iB
merupakan tabungan bersifat titipan yang dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah yang
diperuntukan untuk masyarakat umum serta dikelola oleh Bank sesuai prinsip syari’ah dengan
akad wadi’ah.
Sesuai fatwa DSN No. 02/IV/2000 tentang tabungan point ke tiga ketentuan Umum
Tabungan berdasarkan Wadi’ah:
1. Bersifat simpanan;
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan;
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
Serta Peraturan Bank Indonesia No. 07/46/PBI/2005 pasal 3, yaitu:
(a) Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana
titipan;
(b) Dana titipan disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal;
(c) Dana titipan dapat diambil setiap saat;
(d) Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah;
(e) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 07/46/PBI/2005 pasal 3 point (d), tidak
diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah, produk Tabungan
Ma’soem dengan akad wadi’ah dalam prakteknya menjanjikan bonus kepada nasabahnya Oleh
karena itu penulis mencoba untuk meneliti masalah ini dengan tulisan ilmiah guna mengetahui
lebih lanjut tentang bagaimana aplikasi tabungan Ma’soem iB, maka penulis membatasi masalah
tersebut dengan judul:
“APLIKASI PEMBERIAN BONUS PADA TABUNGAN MA’SOEM iB DENGAN AKAD
WADI’AH YAD DHAMANAH DI BPR SYARI’AH PNM AL-MA’SOEM RANCAEKEK
BANDUNG”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi tabungan wadi’ah yad dhamanah pada tabungan ma’soem iB di BPR
Syariah PNM Al-Ma’soem Rancaekek Bandung?
2. Bagaimana aplikasi pemberian bonus tabungan ma’soem iB dengan akad wadi’ah yad
dhamanah di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem Rancaekek Bandung?
3. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 dan Peraturan Bank Indonesia No.
07/46/PBI/2005 terhadap aplikasi bonus pada tabungan ma’soemiB dengan akad wadi’ah
yad dhamanah di BPR Syari’ah PNM Al- Ma’soem Rancaekek Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam
rumusan masalah antara lain:
1. Untuk mengetahui aplikasi tabungan wadi’ah yad dhamanah pada tabungan ma’soem iB di
BPR Syariah PNM Al-Ma’some Rancaekek Bandung.
2. Untuk mengetahui aplikasi pemberian bonus tabungan ma’soem iB dengan akad wadi’ah
yad dhamanah di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem Rancaekek Bandung.
3. Untuk mengetahui tinjauan Fatwa DSN MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 07/46/PBI/2005
terhadap aplikasi bonus pada tabungan ma’soem iB dengan akad wadi’ah yad dhamanah di
BPR Syari’ah PNM Al- Ma’soem Rancaekek Bandung.
D. Kegunaaan Penelitian
Adapun nilai guna yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Dari hasil penelitian dan penulisan ini akan sangat bermanfaat untuk memperoleh
pemahaman tentang disiplin ilmu yang dipelajarinya, serta bagaimana penerapan teori-teori
dalam praktek perusahaan khususnya di Bank- bank Syariah, sebagai tambahan informasi
dan referensi tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan
kegiatan muamalah, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi
perkembangan Bank Syariah khususnya yang terkait dengan kegiatan muamalahnya.
c. Dari hasil penelitian ini juga semoga bermanfaat bagi penulis khususnya, umumnya bagi
semua.
E. Kerangka Pemikiran
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu, yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu. (UU RI Perbankan Syari’ah, 2008:21).
Salah satu produk pendanaan di BPR Syariah PNM Al-Ma’soem adalah tabungan
Ma’soem deengan akad wadi’ah yadh dhamanah.
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang
seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, karena ia meninggalkannya
pada orang yang sanggup menjaga. Secara harfiah al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan
murni dari satu pihak ke pihak yang lain. Baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. (Syafi’i Antonio, 2001:85)
Menurut undang-undang Perbankan Syari’ah No. 21 Tahun 2008 pasal 19 ayat (1) huruf
a yang dimaksud dengan akad wadi’ah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang
mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga
keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang (Undang-Undang RI No. 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syari’ah, 2008:187)
Ulama fiqh sependapat bahwa al-wadi’ah adalah sebagai salah satu akad dalam rangka
saling membantu antara sesama manusia. (Nasrun Haroen 2007:245). Sedangkan firman Allah:
يأمسكم أن لأماواتتإدوا ئلى أهلها وئذا حكمتم بيه الىاس ئن الل
كان سميعا بصيسا. ا يعظكم به ئن الل وعم أن تحكمىا بالعدل ئن الل
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memeberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. (QS.
An-Nisa: 58)
... فان أمه بعضكم بعضا فليإد الري اؤتمه أماوته وليتق الل
زبه…
...jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu
menunaikan amanatnya (hutangnya), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya...(QS.
Al-Baqarah: 283).
Berdasarkan definisi Undang-undang, para ahli dan keterangan dari Al-Qur’an serta Al-
Hadits, maka dapat diambil kesimpulan bahwa wadi’ah adalah akad yang dilakukan seseorang
yang memeberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan
secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu sehingga kondisi barang
atau harta terjaga dan aman dari bentuk apapun.
Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah,
yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak
pemiliknya (Adiwarman Karim, 2008: 297)
Pada aplikasi ini di perbankan syari’ah, akad wadi’ah yang digunakan adalah akad
wadi’ah yadh dhamanah, karena bank tidak mungkin meng-idle-kan asset tersebut tetapi
memepergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu. Sebagai konsekuensi dari akad
wadi’ah yadh dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari titipan tersebut menjadi milik
bank (demikian juga ia adalah penanggung seluruh kemungkinan kerugian). Sebagai imbalan
nasabah/si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya.
Sungguhpun demikian bank sebagai penerima titipan, sekaligus juga pihak yang telah
memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus
dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal
atau presentase secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen
bank. (Syafi’i Antonio, 2001: 87)
Adiwarman Karim (2008: 298) menyatakan bahwa, implikasi hukum wadi’ah sama
dengan qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan keuntungan harta
tersebut. Namun demikian bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan
selama tidak disyaratkan di muka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan
Bank Syari’ah semata yang bersifat sukarela.
Sebagai salah satu akad yang bertujuan untuk tolong-menolong antara manusia maka
wadi’ah dibolehkan. Adapun fatwa yang mengatur tabungan wadi’ah yaitu fatwa DSN-MUI NO.
02/DSN/MUI/IV/2000, yang ketentuannya sebagai berikut:
1. Bersifat simpanan;
2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan;
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (‘’athaya) yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
Serta Peraturan Bank Indonesia No. 07/46/PBI/2005 pasal 3, yaitu:
(f) Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana
titipan;
(g) Dana titipan disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal;
(h) Dana titipan dapat diambil setiap saat;
(i) Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah;
(j) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.
Mengenai produk penghimpunan dana di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’some, BPR
Syari’ah PNM Al-Ma’some dalam produk tabungan ma’soem iB dengan akad wadi’ah yad
dhmanah menjanjikan pemberian imbalan/bonus kepada nasabah, dimana seperti yang tertera
pada brosur jika saldo Rp. 10.000.000,00 bonus perbulan dipastikan kisaran Rp. 50.100,00.
F. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini lazim juga disebut prosedur penelitian, dan ada pula yang
menggunakan istilah metodologi penelitian. Langkah-langkah penelitian ini, secara garis besar
mencakup: penentuan metode penelitian, penentuan jenis data yang akan dikumpulkan
penentuan sumber data yang akan digali, cara pengumpulan data yang akan digunakan, dan cara
pengolahan dan analisis data yang akan ditempuh. Langkah-langkah ini tergantung pada masalah
dan tujuan peneitian yang akan ditentukan sebelumnya (Cik Hasan Bisri, 2008:53).
Untuk mempermudah penelitian dalam pemproleh data-data penelitian tersebut, langkah
yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yakni suatu metode
dengan cara menggambarkan dan menjelaskan mengenai pelaksanaan tabungan Ma’soem iB
di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem Jln. Rancaekek No. 1
bandung, pertimbangan atas pemilihan lokasi tersebut didasarkan karena BPR Syari’ah
PNM Al-Ma’soem merupakan pelopor bank konvensional yang membuka Unit Usaha
Syari’ah yang mengeluarkan produk pendanaan dengan menggunakan akad wadi’ah yadh
dhamanah, dan BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem ini juga sudah memiliki banyak nasabah
yang tersebar di kota bandung diantaranya Kantor Kas Cipacing Jatinangor, Kantor Cabang
Majalaya, Kantor Cabang Jatiwangi, Kantor Cabang Kopo, kantor Cabang Arcamanik dan
Kantor kas Ciwidey.
3. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan
penelitian yang diajukan terhadap masalah yang dirumuskan dan pada tujuan penelitian yang
telah ditetapkan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
dihubungkan dengan masalah yang dibahas, sebagai data pokok yang akan dikumpulkan
dalam masalah penelitian ini adalah mengenai aplikasi pemberian bonus pada tabungan
ma’soem iB dengan akad wadi’ah yad dhamanah di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer, yaitu data yang didapat dari sumbernya secara langsung kepada
pihak yang bersangkutan, dalam hal ini data yang dijadikan data primer adalah data yang
langsung dikumpulkan oleh penulis dari sumber-sumbernya yaitu dari pihak-pihak bank
BPRS PNM Al-Ma’soem Rancaekek Bandung. Baik itu data yang berbentuk file dan
selebaran ataupun yang diperoleh secara lisan dan tulisan yang diperoleh dari wawancara.
Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur artinya wawancara yang
pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Dengan metode ini penelitian bertujuan mencari jawaban terhadap hipotesis
kerja. Dengan itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat.
b. Sumber data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari berbagai referensi seperti
buku-buku dan informasi atau data-data dari bank seperti brosur-brosur dan modul-
modul.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah dengan dua
cara:
a. Studi Literatur/ Riset perpustakaan (Library Research), yaitu suatu cara untuk
memperoleh atau mencari teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang ada. Dalam
hal ini buku-buku Hukum Islam (fiqih) yang berkaitan dengan mua’malah, buku
perbankan Syari’ah, Undang-undang Perbankan Syariah, Fatwa DSN-MUI, serta buku-
buku lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Riset Lapangan (Field Research), yaitu cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan,
khususnya data lapangan. Dalam teknik pengumpulan data ini, maka penulis mencari
data lapangan dengan cara:
1) Wawancara
Adapun metode yang paling tepat untuk memperoleh data adalah dengan deep
interview/ wawancara sebagai metode tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih
saling berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat dengan matanya sendiri yang lain
juga dapat mendengarkan suar a dengan telinganya sendiri. Ini merupakan pengumpulan
informasi yang langsung mengenai beberapa jenis data. Dalam pelaksanaannya penulis
mengadakan wawancara dengan ibu Dewi yulianti selaku SDM Di BPR Syariah PNM
AL-Ma’soem dari tanggal 26 April 2013 s/d 3Mei 2013 yang bertempat di Jl. Rancaekek
No.1 Bandung.
2) Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasanya diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki bank secara
langsung maupun tdak langsung dilokasi penelitian yaitu dikantor BPR Syariah PNM
AL-Ma’soem Rancaekek Bandung.
6. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara kualitatif, dengan maksud
yang didapat dari lapangan akan dilakukan secara seleksi data yang telah dikumpulkan
kemudian diklasifikasikan berdasarkan kategori tertentu. Maka penulis melakukan analisis
data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data dari berbagai sumber data, baik sumber data primer maupun
sumber data sekunder kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara
mengklasifikasikan data tersebut sebagai kriteria pokok bahasan dengan mengacu
kepada rumusan masalah.
b. Menganalisis melalui pendekatan teori dan prinsip-prinsip Wadi’ah yadh dhamanah
yang tercantum dalam kerangka pemikiran dengan memperhatikan rumusan masalah
dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian.
c. Menafsirkan dan menarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.
Recommended