View
4
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan ditunjukan untuk mencapai Indonesia sehat,
yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan
kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes
RI, 2010).
Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah
penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya
mengenal gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang
menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan
nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi,
kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan
cepat maka dapat menimbulkan perdarahan (hemorrhagic gastritis) sehingga
banyak darah yang keluar dan berkumpul di lambung, selain itu juga dapat
menimbulkan tukak lambung, kanker lambung sehingga dapat menyebabkan
kematian (Hastuti, 2007).
Menurut Ardiansyah (2012) penyebab dari gastritis adalah konsumsi
obat yang mengandung kimia digitals, konsumsi alkohol yang berlebihan,
terapi radiasi, kondisi stress dan infeksi bakteri seperti helicobacteri pillory,
dan salmonella yang dapat menimbulkan tanda dan gejala anoreksia, mual
dan muntah, peredarahan saluran cerna dan nyeri ulu hati.
2
Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung
semakin meningkat dan akhirnya membuat lambung luka-luka (ulkus) yang
dikenal dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan peradangan saluran
cerna bagian atas berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan
anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan
dapat menimbulkan kanker lambung (suratun, 2010). Banyaknya faktor yang
dapat menyebabakan gastrtitis membuat angka kejadian gastritis juga
meningkat. Budiana (2012), mengatakan bahwa gastritis ini tersebar di
seluruh dunia dan bahlan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 miliar orang.
World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap
beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian
gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada
35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari
jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis
yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2%
yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar
4,1% dan bersifat asimptomatik.
Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun
gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.
Penyakit gastritis merupakan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang
banyak dikeluhkan dimasyarakat dan paling banyak ditemukan di bagian
gastroenterologi, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami
3
kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala
gastritis adalah stres dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bisa
meningkatkan asam lambung (Maulidah, 2006).
Gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak
pada pasien inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus
(4,9%) (Depkes, 2012). Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa
penduduk.Didapatkan data bahwa di kotaSurabaya angka kejadian Gastritis
sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Jawa Tengah angka kejadian
infeksi cukup tinggi sebesar 79,6% (Riskesdas, 2013).
Di Sulawesi Tenggara tahun 2016, angka kejadian penyakit gastritis
sebanyak 41.899 kasus (Dinkes Sultra, 2013). Berdasarkan laporan RSUD
Kabupaten Buton menunjukkan bahwa angka kejadian gastritis pada tahun
2016 (Rawat Inap 26, Rawat Jalan 147 kasus, Tahun 2017 (Rawat Inap 4
Rawat Jalan 134 kasus, Tahun 2018 (Rawat Inap 6, Rawat Jalan 18 kasus)
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis tertarik
melakukan studi kasus gangguan sistem pencernaan dengan penyakit gastritis
yang dtuangkan dalam judul “Asuhan Keperawatan dengan gangguan sistem
pencernaan Gastritisdi Ruang interna RSUD Pasarwajo
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan Pada Tn.F dengan gangguan
sistem pencernaan Gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo
4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan
Gastritis.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian gangguan sistem pencernaan gastritis di Ruang
interna Rumah Sakit Pasarwajo
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada gangguan sistem pencernaan
gastritis di Ruang interna Rumah Sakit Pasarwajo.
c. Merumuskan intervensi keperawatan dengan gangguan sistem
pencernaan gastritis di Ruang interna Rumah sakit pasarwajo.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan gangguan sistem
pencernaan gastritis di Ruang interna Rumah sakit pasarwajo.
e. Melakukakan evaluasi asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
pencernaan gastritis di Ruanginterna Rumah sakit pasarwajo.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis
Dapat dijadikan sebagai pengembangan pengetahuan peneliti
sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku
perkuliahan dan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam penerapan asuhan keperawatan.
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat/ Klien
Menambah pengetahuan dan keterampilan klien dan keluarga
mengenai perawatan kesehatan dengan penyakit gastritis.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan untuk
institusi pendidikan dan sebagai referensi Perpustakaan Poltekkes
Kemenkes Kendari yang bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai
bahan bacaan dan dasar untuk studi kasus selanjutnya.
c. Bagi Peneliti
Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam meningkatkan
“Asuhan Keperawatan dengan kasus gangguan sistem pencernaan
gastritis di RSUD Pasarwajo.
E. Metode Dan Teknik Penelitian
Studi kasus ini dilakukan dengan kasus gangguan Sistem Pencernaan
Gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo pada tanggal12 – 15 februari
2019 Teknik pengumpulan data pada studi kasus dengan gangguan sistem
pencernaan gastritis di Ruang interna RSUD Pasarwajo dilakukan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Studi kepustakaan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan
dengan karya tulis ini.
b. Studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa keperawatan,
6
penyusunan rencana tindakan keperawatan, penerapan rencana
tindakan keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.
Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan
beberapa cara antara lain :
a. Observasi dengan mengadakan pengamatan langsung pada klien
dengan cara melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan
perkembangan dan keadaan klien.
b. Wawancara dengan mengadakan pengamatan langsung.
c. Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pemeriksaan pada klien melalui;
Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
d. Studi Dokumentasi Penulis memperoleh data dan medical record hasil
pemeriksaan di RSUD .
F. Teknik Penulisan
Tekink penulisan disusun secara sistematis sebagai berikut:
a. BAB I: Latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan
teknik penulisan.
b. BAB II: Tinjuan teoritis yang mencakup konsep dasar gastritis
c. BAB III: Tinjauan kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang
meliputi pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
d. BAB IV: Pembahasan kasus
e. BAB V: Penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran serta diakhiri
dengan daftar pustaka dalam penyusunan karya tulis
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Konsep Gastritis
1. Definisi Gastritis
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan it is
yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis atau yang secara umum
dikenal dengan sakit “maag” atau sakit ulu hati adalah peradangan
dinding lambung terutama pada selaput dinding lambung (Gustin,2011).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa
lambung.Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa
lambung sampai terlepasnya epital mukosa superficial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan
epitel akan merangsang timbulnya proses imflamasi pada lambung
(Sukarmin 2012).
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme proektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis adalah proses
inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara histopatologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut (Suryono,2011).
8
Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikanmenjadi 2 yaitu:
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang bersifat menahun.Gastritis kronik dikasifikasikan dengan tiga
perbedaan yaitu gastritis superficial, gastritis atrofik, dan gastritis
hipertrofik.
a. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa
b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan
mukosa. Pada perembangannya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakterisitik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya modul-
nodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan
hemoragik.
2. Etiologi
a. Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti
merokok,jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi,
alergi atau intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam
9
empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2011). Faktor-
faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti
whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi
normal sehingga, dapat menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2017).
Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri
H.Pylori, namun dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti
H.heilmanii, Streptococci, Staphylococci, Protecus
species,Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan Secondary
syphilis (Anderson, 2017). Gastritis juga dapat disebabkan oleh
infeksi virus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti
Candidiasis,Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk
penyebab dari gastritis (Feldman,2011).
Penyebab gastritis akut adalah stres fisik dan makanan,
minuman. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis,
trauma, pembedahan, gagal nafas, gagal ginjal, kerusakan susunan
saraf pusat dan refluks usus-lambung. Hal ini disebabkan oleh
penurunan aliran darah termasuk pada saluran pencernaan sehingga
menyebabkan gangguan pada produksi mukus dan fungsi sel epitel
lambung (Wibowo, 2017).
b. Gastritis kronik
10
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum
diketahui,tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa
meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non infeksi
(Muttaqin, 2011).
a. Gastritis infeksi
b. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter
pylorimerupakan penyebab utama dari gastritis kronik. Infeksi
Helicobacter pylori sering terjadi pada masakanak-kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidakdilakukan perawatan.
Saat ini Infeksi Helicobacter pyloridiketahui sebagai penyebab
tersering terjadinya gastritis. Infeksi lain yangdapat
menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacterheilmannii,
Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus
(Wehbi, 2010).
c. Gastritis non-infeksi
1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistemkekebalan
tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalamdinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dansecara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambungdan mengganggu produksi faktor
intrinsik yaitu sebuah zatyang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12.Kekurangan vitamin B-12 akhirnya dapat
mengakibatkanpernicious anemia, sebuah kondisi serius yang
11
jika tidakdirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh.Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang
tua (Jackson, 2016).
2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi
reflukgaram empedu kronis dan kontak dengan OAINS
atauAspirin (Mukherjee, 2009).
3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis
yangmenyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada
mukosalambung dan gastritis sekunder dari terapi obat-
obatan(Wehbi, 2008).
4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang
berhubungandengan berbagai penyakit, meliputi penyakit
Crohn,Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan
kokain,Isolated granulomatous gastritis, penyakit
granulomatuskronik pada masa anak-anak, Eosinophilic
granuloma,Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma
cellgranulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis,
dangranulomas yang berhubungan dengan kanker
lambung(Wibowo,2007).
5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenousgastritis
dan injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2014).
12
3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila
terdapat ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor
pertahanan (defensif) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan
faktor ofensif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa. Faktor
ofensif tersebut meliputi asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim
pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang bersifat gram-negatif,
OAINS, alkohol dan radikal bebas. Sedangkan sistem pertahanan atau
faktor defensif mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni
elemen preepitelial, epitelial, dan subepitelial (Pangestu, 2013).
Elemen preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah
berupa lapisan mucus bicarbonate yang merupakan penghalang
fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hidrogen.
Lapis pertahanan kedua adalah sel epitel itu sendiri. Aktifitas
pertahanannya meliputi produksi mukus, bikarbonat, transportasi ion
untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar sel. Lapisan
pertahanan ketiga adalah aliran darah dan lekosit. Komponen
terpenting lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang
adekuat (Pangestu, 2013). Endotoksin bakteri setelah menelan
makanan terkontaminasi, kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen
pencetus yang lazim. Infeksi H.pylori lebih sering dianggap sebagai
penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel
lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung,
13
meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat,
misalnya OAINS (indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamid,
steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga
diketahui mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol
diminum bersama dengan aspirin, efeknya akan lebih merusak
dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum
secara terpisah (Price dan Wilson, 2015).
a) Gejala klinis
Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut
dangastritis kronik (Mansjoer, 2014)
1. Gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual,
kembung,muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda
anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis
lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau
bahan kimia tertentu.
2. Gastritis kronik
Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan
gejala apapun (Jackson, 2016). Hanya sebagian kecil mengeluh
nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik
tidak dijumpai kelainan. Gastritis kronis yang berkembang
14
secara bertahap biasanya menimbulkan gejala seperti sakit yang
tumpul atau ringan (dull pain) pada perut bagian atas dan terasa
penuh atau kehilangan selera setelah makan beberapa gigitan.
4. Diagnosis
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Keluhan yang sering
dihubungkandengan gastritis yaitu nyeri panas atau pedih pada ulu
hati disertaimual dan muntah. Keluhan tersebut tidak bisa digunakan
sebagaiindikator dalam evaluasi keberhasilan terapi dari
gastritis.Pemeriksaan fisik juga tidak memberikan informasi yang
dibutuhkandalam menegakkan diagnosis gastritis (Hirlan, 2009).
Diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan endoskopi
danhistopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan secara sistematis
yangmengharuskan menampilkan topografi. Gambaran endoskopi
yangditemukan adalah eritema, eksudatif, flat erosison, raised
erosion,perdarahan, edematous rugae. Perubahan histopatologi
selainmenggambarkan perubahan morfologi, sering juga
menggambarkanproses yang mendasari misalnya autoimun, atau
respon adaptifmukosa lambung. Perubahan yang terjadi yaitu
degradasi epitel, hiperplasia foveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel
mononuklear,folikel limfoid, atropi, intestinal metaplasia, hiperplasia
sel endokrin,dan kerusakan sel epitel. Pemeriksaan histopatologi juga
menyertakanpemeriksaan Helicobacter pylori (Hirlan, 2009).
15
5. Komplikasi
Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut
dangastritis kronik. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena.
Komplikasi ini dapat berakhir syok hemoragik. Gastritis kronik
komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus,
perforasi dan anemia (Mansjoer, 2014).
6. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:
a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan
hemoragi.
b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,
kelesuan,mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi
tidakdimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun
nafsumungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer,
2011)
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik
kecualiuntuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B,
16
pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu
hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan
muntah.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan pada gastritis meliputi:
b. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
c. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit
diberikanintravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan
sampaigejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah
diobati denganantasida dan istirahat.
d. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat
pembentukanasam lambung dan kemudian menurunkan iritasi
lambung.
e. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung
dengancara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam
danpepsin yang menyebabkan iritasi.
f. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan
perforasi,Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi
pilorus.(Dermawan, 2010)
2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis kronisdiatasi dengan menginstruksikan pasien
untukmenghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila
pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan.
17
Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila
perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur
yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila
gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau
alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen
penyebab.
a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal
:alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan
juslemon encer atau cuka encer.
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karenabahaya
perforasi.terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative,
antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin
diperlukan.
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangreneatau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi
lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis
kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat,
mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi
dengan antibiotic( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu (
pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap
faktor instrinsik (Smeltzer, 2011)
3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
18
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet
8. Pathway
Gambar 2.1 Pathway Gatritis
B. Konsep Asuhan keperawatan Gastritis
1. Fokus Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
19
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2008). Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk
dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses keperawatan
berlangsung.
a. Identitas
1) Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian diagnose medis, status dan alamat.
2) Identitas keluarga/penanggung jawab meliputi: nama, umur,
alamat, pendidkan, pekerjaan, hubungan dengan klien
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan proses dalam mengkaji status atau
masalah kesehatan sekarang dan dahulu serta keluarga, kemudian
dapat menggunakan pola PQRST dalam mengumpulkan data yang
lebih lengkap tentang setiap keluhan pasien.
1) Keluhan utama merupakan suatu keluhan yang dirasakan oleh
klien sangat mengganggu yaitu mengeluh nyeri epigastrium.
2) Riwayat kesehatan utama merupakan pengembangan dari
keluhan utama yang terdiri dari : provikative/palliative (p) yaitu
faktor penyebab, quality (q) seberapa berat nyeri dirasakan,
region (r) seberapa luas nyeri dirasakan, savety atau skala nyeri
(s) seberapa tinggi nyeri yang dirasakan, time (t) seberapa lama
serangan itu terjadi.
20
3) Riwayat kesehatan dahulu menerangkan kedaan keluarga apakah
ditemukan ada penyakit keturunan kecenderungan alergi dalam
satu keluarga, penyakit menular, akibat kontak langsung maupun
tidak langsung antara anggota keluarga..
4) Riwayat kesehatan keluarga menanyakan tentang riwayat
penyakit dalam keluarga terdekat klien.
c. Aspek Biologis
1) Keadaan/ Penampilan Umum : lemah, sakit ringan, sakit berat,
gelisah, rewel.
2) Kesadaran : dapat diisi dengan tingkat kesadaran secara kualitatif
atau kuantitatif yang dipilih secara dengan kondisi klien. Secara
kuantitatif dapat dilakukan dengan pengukuran Glossgow Coma
Scala (GCS), sedangkan secara kualitatif tingkat kesadaran
dimulai dari compos mentis, apatis, somnolen, spoor dan koma.
3) Berat Badan/ tinggi badan.
4) Tanda-tanda vital yang terdiri dari :
a) Tekanan Darah : tekanan sistole/ tekanan diastole mmHg
b) Nadi : frekuensi per menit, denyut kuat/ tidak, regular/ ireguler.
c) Suhu : ° C
d) Frekuensi pernafasan : frekuensi per menit, regular/ ireguler
d. Pemeriksaan fisik
1) Sistem Pernafasan dikaji ketajaman penciuman bentuk dada,
adanya nyri tekan atau tidak, bunyi suara nafas.
21
2) Sistem kardiovaskuler dikaji apakah ada peninggian vena
jugularis, capillary refill, frekuensi nadi, bunyi jantung.
3) Sistem gastrointestinal dikaji mengenal nafsu makan, kebiasaan
defekasi, intoleransi makanan, nual, muntah, dan nyeri, bising
usus.
4) Sistem perkemihan dikaji frekuensi buang air kecil. Warna
apakah ada nyeri saat buang air kecil.
5) Sistem neurologis dikaji sakit kepala, kelemahan, tingkat
kesadaran dapat terganggu, disorientasi/ bingung, dan nyeri
epigastrium.
6) Sistem musculoskeletal ditunjukkan dengan adanya kelemahan
dan kelelahan pada ekstremitas.
7) Sistem endokrin menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan,
polipagia, poliurea, polidipsi.
8) Sistem Integumen mengkaji warna kuit, tekstur kulit, turgor kulit,
CRT kurang dari 2 detik, suhu oedema, infeksi, pada pasien diare
kulit pucat, turgor jelek, suhu tubuh, meningkat.
9) Sistem genetalia memeriksa kemungkinan adanya iritasi dan
infeksi
e. Pola Aktivias
1) Pola nutrisi: terdapat penurunan nafsu mskn, mual dan muntah.
2) Pola elimminasi: terjadi diare atau konstipasi.
3) Pola Istirahat: terjadi gangguan tidur karena nyeri.
22
4) Pola aktivitas: biasanya penderita merasa cepat lelah bila
beraktivitas.
5) Personal hygiene: ketidakmampuan klien dalam melakukan
pemeliharaan secara mandiri.
f. Psikososial dan spiritual
1) Status emosi dikaji perasaan atau perilaku yang tidak diharapkan
seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.
2) Konsep diri
a. Citra tubuh yaitu sikap individu terhadap tubuhnya baik
disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau
sekarang megenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan
potensi tubuh.
b. Ideal diri yaitu persepsi individu tentang bagaimana
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
3) Harga diri yaitu penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa berapa banyak kesesuaian tingkah laku
dengan ideal dirinya.
4) Peran diri yaitu serangkaian pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi
individu di dalam kelompok sosialnya.
5) Identitas diri yaitu kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya,
menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
23
6) Data social yaitu interaksi klien selama di rumah sakit pada
perawat, dokter dan lingkungan sekitar.
7) Data ekonomi yaitu kondisi ekonomi, pendapatan keluarga dan
penggunaan program jaminan Kesehatan.
8) Data Spiritual dikaji kebiasaan ibadah klien sebelum dan saat
sakit hubungannya dengan yang maha kuasa dan maha pencipta,
tergantung pada kepercayaan dianut oleh klien.
9. Data Penunjang
a. Pemriksaan radiologi : USG, BNO.
b. Elektrokardiografi.
c. Laboratorium.
2. Fokus Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nanda NIC NOC, 2013) pada pasien gastritis diagnosa
keperawatan yang dapat ditemukan antara lain :
a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan
keluar/ hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/
perdarahan) ditambah dengan asupan cairan yang tidak memadai.
b. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: iritasi mukosa
lambung.
c. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan
dengan tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena
berpuasa.
24
d. Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubaha status
kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri
3. Fokus Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnose keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan harus ditetapkan untuk mengurangi, menghilangan,
mencegah keperawatan klien yang disebut perencanaan keperawatan
(Nanda nic noc, 2013).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisa tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindkan, serta menilai data yang baru (Rohma dan Walid,
2012).Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi
keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi Tindakan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan klien (jasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohma & Walid, 2012). Evaluasi sebagai
langka akhir proses keperawatan yaitu upaya untuk menetukan apakah
seluruh proses keperawatan berjalan dengan baik dan apakah tindakan
berhasil dengan baik (Zaidin, 2010).
25
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Dengan metode wawancara dilakukan pengkajian , observasi langsung,
melakukan pemeriksaan fisik pada klien, menelaah catatan medis dan
keperawatan klien. Asuhan keperawatan dilakukan pada klien Tn F, usia 28
tahun, agama Islam, dengan diagnosa medis gastritis, selaku penanggung
jawab Ny.L selaku Istri dari klien. Klien masuk jam 10.45 Wita tanggal 12
februari 2019. Data diperoleh melalui wawancara dengan Tn.F secara
langsung di Ruang Interna Rumah Sakit Pasar Wajo.
Pada tanggal 13 februari 2019, dan dari hasil pengkajian diperoleh sebagai
berikut :
1. Riwayat Kesehatan
a. Alasan masuk rumah sakit
Klien mengatakan nyeri daerah ulu hati skala nyeri 5, mual,muntah 6 kali,
dan tiap memakan sesuatu dimuntahkan kembali.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada Ulu Hati. Pada pengkajian
riwayat keluhan klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba,
nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau dan dirasakan pada daerah
perut, klien mengatakan dari angka 0-10 nyeri yang dirasakan
berada diangka 5 (nyeri sedang) dan keluhan yang dirasakan terus
menerus yang membuat klien tidak bisa tidur sepanjang malam.
26
Keluarga mengatakan pada saat itu tanpa berpikir langsung
mengantarkan Tn.F ke RSUD Pasarwajo untuk dilakukan
pemeriksaan segera.Dari hasil observasi yang dilakukan nampak
wajah klien meringis,gelisah,menjerit kesakitan dan terlihat
memegang perut bagian yang dirasakan sakit dan terdapat nyeri
tekan pada epigastrium.
2) Keluhan yang menyertai
Klien mengakatakan keluhan lain yang dirasakan yaitu mual dan
muntah 6 kali,4 kali sebelum dibawa di rumah sakit dan 2 kali
setelah klien sudah berada di rumah sakit, klien mengatakan
kesulitan untuk makan, jika makan akan langsung dimuntahkan
kembali.
3) Terapi/operasi yang pernah dilakukuan
Klien mengatakan tidak pernah menjalani oprasi
4) Riwayat Kesehatan Masalah Lalu
Klien mengatakan sering mengalami keluhan yang sama sebelumnya
jika sudah telat makan berkali-kali dan jika setelah makan
makanan yang bersifat asam, klien tidak pernah mengalami riwayat
penyakit lain.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan anggota keluarganya belum pernah ada yang
mengalami keluhan yang sama dengan Tn.F sebelumnya, keluarga
27
juga mengatakan anggota kelarganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit tertentu atau penyakit keturunan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan
darah 120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, penafasan 24 x/menit dan suhu
37° C. pada pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada
epigastrium. Pada pemeriksaan fisik body systems lainnya didapatkan
hasil tidak ada data bermasalah atau dikeluhkan klien.
d. Pola aktivitas
Pada pengkajian pola aktivitas makan didapatkan data sebelum sakit; klien
mengatakan jenis makanan yang sering dikonsunmsi adalah jenis
makanan berminyak, asam, pedas, dan berbumbu. Klien megatakan
sering terlambat makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar.
Selama sakit klien dianjurkan diet makanan lunak dengan porsi sedikit
tapi sering dan menghindari makanan pencetus keluhan. Tidak ada
masalah pada pengkajian pola aktivitas kebersihan perorangan,
istirahat dan aktivitas.
e. Psikososial
Pada pengkajian sosial/interaksi didapatkan data adanya dukungan
keluarga, kelompok/teman/masyarakat dan reaksi saat interaktif klien
terlihat kooperatif. Pada pengkajian psikologis klien mengatakan
merasa cemas dengan keadaanya, klien mengatakan rasa nyeri yang
28
dirasakan masih belum hilang dan merasa takut jika keadaannya tak
kunjung membaik, hasil observasi yang dilakukan nampak wajah klien
terlihat tegang dan takut, klien tampak bingung tentang penyakitnya
ketika ditanya.
f. Terapi yang didapatkan saat ini yaitu omeprazole tab 3x1,
cotrimoxazole 3x1, vitamin B komplek 3x1.
B. Analisa Data
Data Subyektif
• Klien mengeluh nyeri pada daerah ulu hati
P:Kien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba dan tidak tahu
penyebab timbulnya keluhan.
Q: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau.
R: Keluhan dirasakan pada daerah ulu hati
S: Skala nyeri 5 (nyeri sedang ).
T: Klien mengatakan keluhan yang dirasakan terus menerus.
• Klien mengatakan sebelum sakit jenis makanan memang sering
dikosumsi adalah jenis makanan berminyak, asam, pedas.
• Klien mengatakan sering terlambat makan.
• Kien mengatakan merasa cemas dengan keadaanya
• Kien mengatakan nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan merasa
takut jika keadaanya tak kunjung membaik.
29
Data obyektif
• Nampak wajah klien meringis
• Klien terlihatmenjerit kesakitan
• Nampak klien gelisah
• Klien terlihat tegang
• terlihat memegang perut bagian yang dirasakan sakit
• Nyeri tekan pada epigastrium
• Klien tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya.
• Tanda-tanda vital :
TD : 120/100 mmHg
N :86 x /m
RR: 24 x/m
S : 37 C
C. Klasifikasi Data
Tabel 3.1 klasifikasi data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif :
1. Klien mengeluh nyeri
pada daerah ulu hati
P : klien mengatakan
keluhantimbul secara
tiba-tiba
Q : klien mengatakan
nyeri yang dirasakan
seperti teriris pisau
R : keluhan dirasakan
pada daerah ulu hati
S : skala nyeri 0-10
(nyeri berat7)
T :klien mengatakan
Faktorpredisposisi
(Pola makan tidak
teratur, obat-obatan,
bakteri)
Mengganggu
pembentukan sawat
mukosa lambung
Produksi
HCLmeningkat
Nyeri Akut
30
keluhan yang
dirasakan terus
menerus
Data Objektif :
1. Nampak wajah klien
meringis
2. Nampak klien gelisah
3. Nyeri tekan pada
epigastrium
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/100 mmHG
N : 86 x/m
RR : 24 x
S : 37 C
Mukosa
lambungteriritasi
Nyeri Akut
2 Data Subjektif :
1. Klien mengatakan merasa
takut dengan keadaannya
2. Klien mengatakan rasa
nyeri yang dirasakan
masih belum hilang dan
merasa takut jika
keadaannya tak kunjung
membaik.
Data Objektif :
1. Nampak klien gelisah
2. Nampak wajah klien
terlihat tegang
3. Tanda-tanda vital :
TD 120/90 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 37 °C
kurang informasi
faktor predisposisi
(Pola makan tidak
teratur, obat-obatan,
bakteri)
Gastritis
Perubahan status
kesehatan
Ansietas
Ansietas
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis, ditandai dengan :
Data Subjektif :
1. Klien mengeluh nyeri pada ulu hati
P : klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba
Q : klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau
31
R : keluhan dirasakan pada daerah ulu hati
S : skala nyeri 5 (nyeri sedang )
T : klien mengatakan keluhan yang dirasakan terus menerus
DO :
1. Nampak wajah klien meringis
2. Nampak klien gelisah
3. Nyeri tekan pada epigastrium
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/100 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/menit
S : 37 C
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehaan yang ditandai
dengan :
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan merasa takut dengan keadaannya.
2) Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan
merasa takut jika keadaannya tak kunjung membaik.
Data Objektif :
1) Nampak klien gelisah
2) Nampak wajah klien terlihat tegang
3) Tanda-tanda vital :
TD : 120/100 mmHg, N : 86 x/menit, RR : 24 x/menit , S : 37 °C
35
D. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic
1 NyeriAkut berhubungan
dengan agen cedera biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3
x 24 jam diharapkan klien
mampu:Melaporkan nyeri yang
terkontrol
Dengan Kriteria Hasil :
1. Skala nyeri berkurang/tidak ada
2. Tanda – tanda vital dalam rentan normal
Manajemen Nyeri :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.
2. Kurangi atau eliminasi faktor – faktor yang
dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
3. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau
akupressur)
4. Kolaborasidalam pemberian analgesik untuk
penurunan nyeri
2 Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24
jam diharapkan klien tidak merasa cemas,
dengan Kriteria Hasil :
1. Tidak mengalami perasaan gelisah
2. Tidak mengungkapkan perasaan takut
3. Tidak terlihat tegang
Pengurangan kecemasan :
1. Kaji tanda verbal dan non verbal dari kecemasan
2. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,
perawatan, dan prognosis
3. Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat
4. Dorong keluarga untuk mendampingi klien
dengan cara yang tepat
E. Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
1 Nyeri Akut berhubungan
dengan agen cedera
biologis
13 Februari
2019
Manajemen Nyeri :
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi , frekuensi,
kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan
Subjektif :
1. Klien mengatakan nyeri masih
dirasakan.
2. Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan masih sama, 0-10 nyeri
36
faktor pencetus.
Hasil : nyeri dirasakan di daerah ulu hati.
Skala nyeri 7
2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor
yang dapat mencetuskan atau meningkatkan
nyeri
Hasil : menyarankan untuk makan tepat
waktu dan tidakmakanmakanan yang kecut
3. Mengajarkan penggunaan teknik non
farmakologi seperti (aplikasi panas digin
dan pijatan atau akupressur)
Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik
untuk penurunan nyeri
Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12 jam
Injeksi ranitidine 1amp/IV/12 jam
berada di angka 7 (nyeri berat) Objektif :
1. Nampak klien masih meringis,
2. Nyeri tekan pada epigastrik
3. Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi dan distraksi.
4. Tanda-tanda vital
TD : 120/100 mmHg
N : 86 x/m
RR : 24 x/m
S : 36, 8 °C
A : Masalah belum teratasi
Planning :
Intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan.
2 Ansietas berhubungan
dengan perubahan status
kesehatan
13 Februari
2019
Pengurangan kecemasan :
1. Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari
kecemasan
Hasil : klien mengatakan khawatir dengan
keadaanya
2. Memberikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan, dan prognosis
Hasil : klien dapat mengerti
3. Memberikan lingkungan yang tenang untuk
istirahat
Hasil : klien tidak bisaberistirahat
4. Mendorong keluarga untuk mendampingi
klien dengan cara yang tepat.
Hasil : anak klien selalu menemani
Subjektif
Klien mengatakan cemas sedikit
berkurang setelah mendapatkan
informasi tentang kondisi
kesehatannya.
Objektif
Nampak wajah klien lebih rileks dan
tidak merasa tegang.
A : masalah teratasi sebagian
Planning : Intervensi dilanjutkan
3 Nyeri Akut berhubungan
dengan agen cedera
biologis
14 februari 2019 Manajemen Nyeri :
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi , frekuensi,
Subyektif
1. klien mengatakan nyeri sudah
sedikit berkurang skala nyeri 4.
2. Klien mengatakan mengontrol
37
kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
Hasil : nyeri dirasakan di daerah ulu hati,
skala nyeri 3
2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor
yang dapat mencetuskanataumeningkatkan
nyeri
Hasil : menyarankan untuk makan tepat
waktu
3. Mengajarkan penggunaan teknik non
farmakologi seperti (aplikasi panas digin
dan pijatan atau akupressur)
Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik
untuk penurunan nyeri
Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12
jamInjeksi ranitidine 1 amp/IV/12 jam
nyeri dengan teknik relaksasi dan
distraksi (nonton)
3. Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan teknik
manajemen nyeri yang diajarkan.
Objektif :
1. Nampak wajah klien tidak
meringis
2. Nyeri tekan pada epigastrik.
3. Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi dan distraksi.
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mm Hg
N : 82 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,8 °C
A : Masalah teratasi sebagian
Planning : Intervensi dilanjutkan.
4 Ansietas berhubungan
dengan perubahan status
kesehaan
14 februari 2019 Pengurangan kecemasan :
1. Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari
kecemasan
Hasil : klien mengatakan sudah tidak
khawatir dan optimis pasti sembuh
2. Memberikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan, dan prognosis
Hasil : klien dapat mengerti
3. Memberikan lingkungan yang tenang untuk
istirahat Hasil : klien beristirat dengan tenang
4. Mendorong keluarga untuk mendampingi
klien dengan cara yang tepat.
Hasil : anak klien selalu menemani
Subjektif :
1. Klien mengatakan sudah tidak
lagi merasa cemas.
2. Klien yakin akan segera sembuh
dari sakitnya. Objektif :
Nampak wajah klien rileks dan tidak
merasa tegang.
A : masalah teratasi
Planning : intervensi dipertahankan
5 NyeriAkut berhubungan
dengan agen cedera
biologis
15 februari 2019 Manajemen Nyeri :
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi , frekuensi,
Subjektif :
1. klien mengatakan nyeri sudah
berkurang skala nyeri 2.
2. Klien mengatakan mengontrol
38
kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
Hasil : nyeri dirasakandi daerah ulu hati,
skala nyeri 3
2. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor
yang dapat mencetuskan atau meningkatkan
nyeri
Hasil : menyarankan untuk makan tepat
waktu dan tidak makan makanan yang
kecut.
3. Mengajarkan penggunaan teknik non
farmakologi seperti (aplikasi panas digin
dan pijatan atau akupressur)
Hasil : dilakukan relaksasi nafas dalam
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgesik
untuk penurunan nyeri
Hasil : Injeksi Cefotaxime 1 gr/IV/ 12 jam
Injeksi ranitidine 1amp/IV/12 jam
nyeri dengan teknik relaksasi dan
bermain hp.
3. Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan teknik
manajemen nyeri yang diajarkan.
Objektif :
1. Nampak wajah klien tidak
meringis
2. Tidak ada nyeri tekan pada
epigastrik.
3. Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi dan distraksi.
4. Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mm Hg
N : 80 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5 °C
A : Masalah teratasi sebagian
Planning : Intervensi dihentikan
39
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Tahap awal dalam proses keperawatan adalah Pengkajian sehingga tahap
yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah dan walid, 2012).
Sesuai dengan teori yang dijabarkan diatas, penulis melakukan pengkajian
pada Tn F, usia 28 tahun, agama Islam, diagnosa medis gastritis. Pengkajian
dilakukan dengan menggunakan metode pengkajian keperawatan yaitu
metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan menelah catatan medik
dan keperawatan untuk memperoleh data yang diperlukan.
Data yang didapatkan pada pengkajian Tn.F pada tahap pengkajian
riwayat kesehatan didapatkan data, keluhan utama klien mengeluh nyeri pada
daerah ulu hati, hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan Nampak
wajah klien meringis, klien Nampak menjerit-jerit, Nampak memegang perut
pada daerah yang sakit, gelisah dan terdapat nyeri tekan pada epigastrium.
Nyeri timbul karena asam lambung tak dapat ditekan produksinya hal ini
akan mengakibatkan peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung
saraf yang terpajan yaitu saraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam
lambung, kontak antara lesi dan asam lambung juga merangang mekanisme
reflex lokal yang dimulai dengan kontraksi otot sehingga terjadi nyeri (srin,
Syafrudin, dan Purwatiningsih, 2009), hal ini didukung dengan diagnose
medic yaitu gastritis pada catatan medik klien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah
120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 24 x/menit dan suhu 37° C, pada
40
pemeriksaan fisik abdomen terdapat nyeri tekan pada epigastrium. Pada
pemeriksaan fisik body systems lainnya didapatkan hasil tidak ada data
bermasalah atau dikeluhkan klien. Menurut Natadijaja (2012) abdomen dibagi
menjadi empat kwadran dan lambung berada di kwadran dua sehingga ada
nyeri tekan karena adanya peradangan pada lambung.
Pada pengkajian pola aktivitas makan didapatkan data sebelum sakit; klien
mengatakan jenis makanan yang sering dikonsumsi adalah jenis makanan
berminyak, asam, pedas dan berbumbuu.Klien mengatakan sering terlambat
makan dan jika makan selalu dalam porsi yang besar. Mengkonsumsi
makanan instan, pedas, asam-asaman. Tidak jarang kondisi seperti ini
menimbulkan luka pada dinding lambung dan menyebabkan penyakit
gastritis.
Sebaiknya makan diberi dalam porsi kecil tapi sering. Makan tiga sampai
empat kali sehari dalam porsi kecil untuk menghindari makan dalam keadaan
lapar dan dalam porsi yang besar, jangan makan dengan tergesa-gesa
sehingga makanan yang masuk dapat lebih sedikit dan makanan dapat lebih
dinikmati (sulastri, 2012).
Pada pengkajian psiokologis klien mengatakan merasa cemas,tegang
dengan keadaanya, klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum
hilang dan merasa takut jika keadaannya tak kunjung membaik, hasil
observasi yang dilakukan Nampak wajah klien terlihat tegang dan takut, klien
tampak bingung tentang penyakitnya ketika ditanya. Menurut Mutaqqin
(2011) Pengkajian yang dilakukan pada pasien gastritis adalah pengkajian
41
tentang nyeri epigastrium yang dapat menimbulkan manfiestasi kecemasan
secara individu.
Terapi yang digunakan saat ini adalah omeprazole tab. 2x1, cotrimoxazole
2x2, vitamin B komplek 3x1. Tujuan utama dalam pengobatan gastritis
adalah menghilangkan nyeri, menghilangkan inflamasi, dan mencegah
terjadinya ulkus lambung dan komplikasi. Sampai saat ini pengobatan
ditujukan untuk mengurangi sekresi asam lambung. Selain itu pengobatan
gastritis juga dilakukan dengan memperkuat mekanisme defensive mukosa
lambung dengan obat-obat sitoproteksi (Wardaniati, 2011).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual/potensial) dari
individu atau kelompok perawat secara legal mengidentifikasi danperawat
dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau
untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohma dan
Walid, 2012).
Pada perumusan maslah diagnosa yang didapatkan dari analisa data
berdasarkan data subjektif dan objektif diagnosa yang muncul dan ditemukan
pada tinjuan teori dengan kasus megenai masalah gastritis terdapat sedikit
perbedaan. Dalam teori terdapat 4 diagnosa keperawatan, tetapi di kasus
terdapat 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam
tinjuan teori yaitu :
42
1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan dengan
keluar/hilangnya cairan tubuh secara berlebihan (muntah/ perdarahan)
ditambah dengan asupan cairan yang tidak memadai.
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung.
3. Resiko tinggi mengalami kekurangan nutrisi yang berhubungan dengan
tindakan pembatasan asupan nutrisi (makanan) atau karena berpuasa.
Kecemasan/ketakutan yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan, ancaman kematian, dan timbulnya rasa nyeri.
Sedangkan diagnosa yang dijumpai dalam kasus Tn.F dengan gangguan
sistem pencernaan gastritis yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa lambung
yang ditanda dengan:
Data subjektif:
Klien mengeluh nyeri pada perut
P: Klien mengatakan keluhan timbul secara tiba-tiba setelah makan
makanan yang kecut (rujak)
Q: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti teriris pisau
R: Keluhan dirasakan pada daerah perut
S: Skala nyeri 0-10 (nyeri sedang)
T: Klien mengatakan keluhan yang dirasakan terusmenerus
Data objektif:
a. Nampak wajah klien meringis
b. Nampak klien gelisah
c. Klien Nampak menjerit
43
d. Klien terliha tmemegang daerah perut pada bagian yang dirasa sakit
e. Nyeri tekan pada epigastrium
f. Tanda-tanda vital :
TD : 120/100 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37 °C
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditanda
dengan:
Data subjektif :
a. Nampak klien gelisah
b. Klien Nampak cemas
c. Nampak wajah klien terlihat tegang
d. Tanda-tanda vital :
TD : 120/100 mmHg
N : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
S : 37 °C
Beberapa masalah yang didapatkan dalam kasus ditentukan tiga
diagnosa yang dipilih berdasarkan prioritas masalah yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: Iritasi mukosa
lambung.
Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa
keperawatan yang pertama karena diagnosa ini saat pengkajian yang
44
paling klien keluhkan yaitu nyeri pada perut, diagnosa ini didasarkan
pada triage konsep yaitu penulis memprioritaskan masalah yang perlu
penanganan perawatan yang tepat, tidak mengancam kehidupan, tetapi
mengancam gangguan kesehatan yang lebih berat, masalah ini bila
tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas sehari-hari bahlan
menimbulkan ancaman kesehatan yang lebih berat.
Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang dapat
diambil penulis adalah agen cedera biologis. Agen cedera biologis
yang dialami pasien yaitu adanya perlukaan mukosa gaster. Perlukaan
mukosa gaster adalah penyakit yang disebabkan dengan luka yang
terjadi di lambung (Nuraruf, Kusuma, 2015).
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu; perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya). Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan
yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman ( NANDA NIC-NOC,
2013). Kecemasan yang dialami klien timbul karena perubahan status
kesehatan yang terjadi pada klien Ny. N, sumber utama kecemasan
yang dialami adalah karena kurangnya informasi tentang masalah
gastritis yang sedang dilami.
Penulis memprioritaskan masalah ini sebagai diagnosa
keperawatan yang kedua karena diagnosa ini mencerminkan kebutuhan
45
klien, keluhan dirasakan klien sehingga perlu penanganan keperawatan
guna meperbaiki psikologis klien mengenai kondisi kesehatan yang
dialami saat ini.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan kesimpualan tindakan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dan masalah atau diagnosis keperawatan yang ditetapkan (Zaidin,
2010).
Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Rohmah dan Walid, 2012).
Penyusunan rencana keperawatan disesuaikan dengan teori asuhan
keperawatan yang ada. Rencana tindakan keperawatan diagnose yang pertama
nyeri Kronis berhubungan dengan agen cedera biologis ; setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang
atau teratasi dengan kriteria hasil Skala nyeri berkurang/tidak ada, tanda –
tanda vital dalam rentan normal dengan manajemen nyeri.
Intervensi yang ditetapkan yaitu lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif yang meliputi lokasi,karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas,atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. Kurangi atau
eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri,
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan
pijatan atau akupressur), Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti
46
(aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur), dan Kolaborasi dalam
pemberian analgesik untuk penurunan nyeri.
Rencana tindakan keperawatan diagnosa yang kedua ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan ; setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cemas dapat berkurang atau
hilang dengan criteria hasil klien Tidak mengalami perasaan gelisah, Tidak
mengungkapkan perasaan takut Intervensi yang ditetapkan yaitu Kaji tanda
verbal dan non verbal dari kecemasan, Berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan, dan prognosis, Berikan lingkungan yang tenang untuk
istirahat , Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Rohma dan Walid,
2012).Implementasi keperawatan dilaksanakan berdasarkan intervensi
keperawatan yang telah disusun.
Tindakan keperawatan diagnose keperawatan nyeri kronis berhubungan
dengan agen cedera biologis dilakukan mengacuh pada intervensi dan
diimpelementasikan sama dengan intervensi yang telah ditetapkan yaitu,
Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi , frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus. Megurangi atau eliminasi faktor – faktor yang dapat
mencetuskan atau meningkatkan nyeri Mengajarkan penggunaan teknik non
47
farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur),
Berkolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri. Pada
implementasi diagnosa keperawatan nyeri akut semua intervensi yang telah
ditetapkan dilaksanakan dikarenakan untuk memenuhi semua criteria hasil
dan tercapainya intervensi, sehingga respon nyeri dapat berkurang atau hilang
(Mutaqqin, 2011).
Tindakan keperawatan diagnose keperawatan ansietas berhubungan
dengan perubahan status kesehatan juga dilakukan sama dengan diagnose
nyeri yaitu mengacuh intervensi yang telah ditetapkan yaitu Mengkaji tanda
verbal dan non verbal dari kecemasan, Memberikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan, dan prognosis, Memberikan lingkungan yang tenang
untuk istirahat, Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara
yang tepat. Implementasi pada diagosa ini hanya dilaukan dua hari karena
masalah sudah teratasi dalam dua hari.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan klien dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Rohma & Walid, 2012).
Evaluasi sebagai langka akhir proses keperawatan yaitu upaya untuk
menetukan apakah seluruh proses keperawatan berjalan dengan baik dan
apakah tindakan berhasil dengan baik (Zaidin, 2010). Evaluasi terakhir
diagnose nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dlakukan
pada klien Tn.F pada tanggal 15 februari 2019 didapatkan data subjektif klien
mengatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri pada ulu hatinya. Pada hari
48
pertama intervensi skala nyeri dirasakan 7 berat, Nyeri dengan skala berat
berat erat kaitannya dengan kecemasan yang dirasakan oleh pasien.
Hubungan antara nyeri dan kecemasann seringkali meningkatkan persepsi
nyeri, namun nyeri juga dapat menimbulkan perasaan asietas. Pernyatan
tersebut didukung oleh teori yang menyatakan bahwa stimulus nyeri
mengaktifkan bagian syaraf limbik yang diyakini mengendalikan emosi
seseorang, khususnya asietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi
terhadap nyeri yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri. Sedangkan
nyeri yang tidak reda dapat mempengaruhi system pulmonary,
kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan immunologik. (Kolcaba, 2003).
Tetapi, setelah dilakukan intervensi relaksasi nafas dalam, dan pemberian
analgetik yaitu injeksi Ranitidine 1 amp/8jam skala nyeri klien menuru. Pada
hari ke 2 intensitas nyeri skala 4 (kategori sedang) dan pada hari ke 3, skala
nyeri 2 (kategori ringan) skala nyeri dapat menurun karena klien
mendapatkan asuhan keperawatan secara tepat dan optimal.
Dalam hal ini perawat terlibat langsung dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga untuk
melakukan secara mandiri untuk mengantisipasi nyeri yang sewaktu-waktu
dapat terjadi.
Data objektif tampak wajah klien tidak meringis, tidak ada nyeri tekan
pada epigastrik, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan
distraksi, tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,6° C. Hasil analisis
masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien.
49
Evaluasi terakhir diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan dilakukan pada klien Tn.F pada tanggal 15
februari 2019 didapatkan data subjektif klien mengatakan sudah tidak lagi
merasa takut, dan klien yakin akan segera sembuh dari sakitnya. Data
objektifnya didapatkan, tampak wajah klien rileks dan tidak merasa tegang.
Hasil analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan.
Evaluasi pada diagnosa kedua dapat teratasi karena selain berperan
memberi asuhan keperawatan, peneliti juga berperan sebagai pendidik. Klien
diberi tahu, dan penjelasa tentang penyakitnya secara terstruktur dan jelas
sehingga klien maupun keluarga mudah memahami tentang penyakit gastritis.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil studi kasus asuhan keperawatan pada klien Tn.F dengan gangguan
sistem pencernaan gastrirtis di RuangInterna RSUD Pasarwajo,maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berkut :
1. Pengkajian dilakukan sesuai dengan teori yang sudah ada. Pada pengkajian
didapatkanhasil data dimana klien mengeluh nyeri pada perut, klien
mengatakan tidak tau tentang penyebab timbulnya keluhan, klien
mengatakan sebelum sakit jenis makanan yang sering dikonsumsi adalah
jenis makanan berminyak, asam, pedas, klien mengatakan sering terlambat
makan, klien mengatakan merasa cemas, dengan keadaannya, klien
mengatakan rasa nyeri yang dirasakan masih belum hilang dan merasa
takut jika keadaannya tak kunjung membaik.
Dari hasil pemeriksaaan diperoleh data nampak wajah klien
meringis, nampak kliengelisah,dannyeri tekan pada epigastrium, nampak
wajah klien terlihat tegang,cemas, klien tampak bingung tentang
penyakitnya ketika ditanya dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah 120/100 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 24
x/menit dan suhu 37 ° C.
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada kasus ini terdapat 2 diagnosa
utama yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis : Iritasi
mukosa lambung, ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan dan defisiensi pengetahuan berhubungan kurangnya informasi.
51
3. Intervensi keperawatan yangakan direncanakan sesuai dengan masalah
keperawatan yang ditemukan pada data. Pada diagnosa nyeri Akut,
Intervensi yang ditetapkan yaitu Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor pencetus. kurangi atau
eliminasi faktor – faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan
nyeri, Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti (aplikasi panas
digin dan pijatan atau akupressur), Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi seperti (aplikasi panas digin dan pijatan atau akupressur), dan
Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk penurunan nyeri. Diagnosa
yang kedua ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
Intervensi yang ditetapkan yaitu Kaji tanda verbal dan non verbal dari
kecemasan, Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan
prognosis, Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat , Dorong
keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
4. Implementasi dan Evaluasidilakukanbersamaan pada tanggal 13 februari
s/d 15 februari 2019. Implementasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan
intervensi yang telah disusun.Evaluasi terakhir diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi dilakukan pada klien
Tn.Fpada tanggal 15 februari 2019 didapatkan data subjektif klien
mengatakan sudah tidak lagi merasakan nyeri pada perutnya pada saatini.
Data objektif tampak wajah klien tidak meringis ,tidak ada nyeri tekan
pada epigastrik, klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi dan
distraksi, tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg,
52
nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,6° C. Hasil analisis
masalah teratasi dan intervensi dipertahankan klien. Evaluasi terakhir
diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan dilakukan pada klien Tn.F pada tanggal 14 februari 2019
didapatkan data subjektif klien mengatakan sudah tidak lagi merasa cemas
dan klien yakin akan segera sembuh dari sakitnya. Data objektifnya
didapatkan, tampak wajah klien rileks dan tidak merasa tegang. Hasil
analisis masalah teratasi dan intervensi dipertahankan.
B. Saran
1. Bagi Klien
Klien berisiko untuk terjadi kekambuhan penyakit, sehingga diharapkan
perlunya upaya pencegahan serta pengendalian secara rutin dari
klien.Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor
penyebab timbulnya keluhan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi dan ilmu pengetahuan untuk institusi pendidikan dan sebagai
referensi perpustakaan yang bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai
bahan acuan dan dasar dalam menerapkan asuhan keperawatan khususnya
gastritis.
3. Bagi Rumah Sakit
Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama
yang baik antara petugas kesehatan dengan klien dan dapat memberikan
53
pelayanan kesehatan yang optimal khususnya klien dengan penyakit
gastritis.
Recommended