View
214
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak penghujung tahun 2010 hingga awal 2011, kawasan di Afrika Utara
dan Timur Tengah mulai mengalami sebuah pergolakan yang selanjutnya dikenal
dengan peristiwa “Arab Spring”. Peristiwa tersebut jika diartikan secara literal,
bermakna musim semi Arab. Namun, secara istilah terdapat pendapat yang
mengatakan bahwa Arab Spring adalah istilah untuk kebangkitan dunia Arab/Islam
atau pemberontakan yang dimulai dari Tunisia pada musim semi, Desember 2010.
Arab Spring telah terjadi di Tunisia sejak 18 Desember 2010, kemudian
menyusul Mesir, perang saudara di Libya, pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah,
dan Oman. Protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, serta protes kecil di
Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan, dan Sahara Barat. Namun, dari
keseluruhan kejadian tersebut, apa yang terjadi di Tunisia, Mesir, Aljazair, Libya,
Yaman, Suriah, serta Bahrain merupakan yang paling strategis dan penting karena
menjadi rebutan banyak pihak serta paling intens diberitakan oleh media massa.1
Protes yang bernama Arab Spring ini pada awalnya menggunakan teknik
pemberontakan sipil dalam kampanye yang melibatkan serangan, demonstrasi,
pawai, dan pemanfaatan media sosial, seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan
Skype. Tujuannya adalah mengorganisir, berkomunikasi, serta meningkatkan
1 M. Agastya ABM, Arab Spring : Badai Revolusi Timur Tengah yang Penuh Darah, Jogjakarta :
IRCiSoD, 2013, hal. 11
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
kesadaran terhadap usaha-usaha penekanan dan penyensoran internet oleh
pemerintah. Dalam kejadian tersebut, banyak unjuk rasa ditanggapi keras oleh
pihak berwajib, serta milis dan pengunjuk rasa propemerintah. Adapun slogan
pengunjuk rasa di dunia Arab adalah ash-sha’b yurid isqat an-nizam (rakyat ingin
menumbangkan rezim ini).2
Kejadian tersebut menunjukkan bahwa peristiwa Arab Spring merupakan
sebentuk protes massa (revolusi) yang bertujuan menggulingkan, menurunkan,
melengserkan, serta menjatuhkan para pemimpin negara karena telah bertindak
diktator, otoriter, korup, dan menindas rakyat dalam memimpin. Sederhananya,
massa (rakyat) turun ke jalan melakukan demonstrasi dan protes terhadap
pemerintah, sekaligus menuntut presiden turun dari jabatannya.3 Itulah revolusi
yang sedang terjadi di dunia Arab, sebuah pergolakan yang berasal dari rakyat.
Suriah merupakan salah satu dari negara Arab yang terkena hempasan Arab
Spring. Kasus pergolakan yang terjadi di Suriah memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan Timur Tengah yang
mengalami proses pergolakan Arab Spring. Dari segi korban, jumlahnya jauh lebih
besar daripada revolusi yang terjadi di negara-negara Arab lainnya, Menteri Luar
Negeri AS, John Kerry, mengatakan bahwa jumlah korban tewas di Suriah
mencapai 90 ribu orang, data tersebut di dapatkan dari Menteri Luar Negeri Arab
Saudi Pangeran Saud al-Faisal. PBB dan AS memperkirakan lebih dari 750 ribu
warga Suriah telah meninggalkan negaranya. Sedangkan sekitar 2,5 juta lainnya
2 M. Agastya ABM, Ibid, hal. 12 3 Ibid
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
kehilangan rumah.4 Dari segi waktu, apa yang terjadi di Suriah membutuhkan
waktu yang relatif lama, karena pada faktanya aksi saling tembak antara pasukan
pemerintah yang loyal terhadap Presiden Assad melawan para milisi bersenjata
yang berjuang untuk perubahan di Suriah masih terus berlanjut. Sementara Bashar
al-Assad masih berhasil mempertahankan kekuasaannya sejak digoyang oleh pihak
oposisi pada Februari 2011.
Pada awalnya gerakan protes di Suriah yang terjadi dipermulaan tahun 2011
hanya dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi yang secara terus menerus muncul di
Suriah, rakyat Suriah menyuarakan tuntutannya untuk menghentikan rezim Bashar
al-Assad. Tetapi, dengan berjalannya waktu aksi demonstrasi yang dilakukan oleh
rakyat Suriah akhirnya berkembang menjadi suatu pemberontakan nasional. Aksi
pemberontakan nasional tersebut akhirnya berujung pada terjadinya konflik
bersenjata internal di Suriah, karena pemerintah Suriah tidak segan-segan
mempergunakan senjata api untuk merepresif dan membungkam pergolakan
rakyat. Konflik yang terjadi di Suriah tersebut, menyebabkan rakyat mulai
mengangkat senjata dan melakukan perlawanan terhadap pemerintah Suriah.
Bahkan, berkembang menjadi sebuah gerakan yang berorientasi politik dengan
kemunculan berbagai macam gerakan-gerakan yang ingin mengambil alih
kekuasaan dalam rangka menggulingkan Assad.
Seluruh pemimpin dunia saat ini memberikan perhatian serius kepada
Suriah. Sejumlah langkah politik sudah diambil, Organisasi Kerjasama Islam
4 http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/02/15/mi8fec-menlu-as-korban-tewas-
suriah-capai-90-ribu-jiwa, diakses pada 12 Mei 2013.
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
memutuskan membekukan keanggotaan Suriah menyusul krisis politik dan
kemanusiaan yang makin memburuk di negara itu. Bahkan, Arab Saudi telah
melontarkan inisiatif di Majelis Umum PBB agar al-Assad meletakkan
kekuasaannya kepada pihak oposisi dan mendorong demokratisasi. Secara
geopolitik, krisis politik di Suriah menimbulkan friksi di negara-negara yang
mempunyai hak veto di Perserikatan Bangsa-Bangsa karena Rusia dan China masih
bertahan pada posisinya menggunakan hak veto menolak intervensi negara-negara
Barat dalam masalah Suriah. Rakyat Suriah mempunyai kedaulatan politik untuk
menentukan jatuh bangunnya kekuasaan al-Assad.
Perkara yang lebih menarik bagi penulis adalah ternyata pergolakan yang
terjadi di Suriah tidak hanya mengundang kekuatan dari negara-negara besar saja,
melainkan juga kekuatan tempur dari para mujahidin di berbagai wilayah.
Mujahidin di Suriah yang menginginkan bentuk kekhilafahan Islam, memperoleh
bantuan dari para mujahidin dari berbagai macam bangsa. Tidak hanya dari wilayah
jazirah Arab, tetapi juga Kaukasus dan Eropa. Berdasarkan hal itu, konflik internal
Suriah mempunyai karakternya sendiri jika dibandingkan dengan negara-negara
lain dalam rentetan “Arab Spring”. Karakter itu terletak pada isu yang
diperjuangkan oleh gerakan-gerakan perlawanan di Suriah, yang menginginkan
agar Suriah pasca Assad adalah sebuah Negara Islam yang tegak di atas dasar Islam.
Fenomena ini setidaknya menjadi sebuah pertanda dari kebangkitan gerakan politik
Islam dalam pergolakan di Suriah.
Menguatnya gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah
dapat kita lihat dari bermunculannya berbagai macam kelompok-kelompok
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
perlawanan milisi jihad Islam, salah satu diantara mereka adalah kelompok yang
disebut sebagai Jabhat al-Nusra (Front al-Nusra), kelompok ini disebut-sebut
berafiliasi dengan Al-Qaeda serta paling solid dan kuat di antara beberapa
kelompok-kelompok lainnya. Jabhat al-Nusra telah berhasil merebut beberapa
lokasi strategis milik rezim Assad, diantaranya mereka berada di kota Idlib dan
Aleppo, bahkan konsentrasi mereka sedang mengarah ke ibukota Suriah, yakni
Damaskus.5
Kelompok Jabhat al-Nusra merilis video yang disebarluaskan melalui
YouTube berisi pernyataan “akan membawa hukum Allah kembali ke tanah-Nya”.
Selain itu, Jabhat al-Nusra bersama dengan sejumlah kelompok pejuang Islam
lainnya mendeklarasikan Brigade Koalisi Pendukung Khilafah.6 Amerika Serikat
menyebut mereka sebagai “kaum ekstrimis” dan menjadikan Jabhat al-Nusra
dinyatakan sebagai organisasi teroris, melalui dimasukkannya Jabhat al-Nusra ke
dalam list organisasi kelompok terorisme.7
Ketika Barack Obama berkunjung ke Timur Tengah dalam sebuah
konferensi pers bersama dengan Raja Abdullah II dari Yordania, beliau
menyampaikan peringatan tentang bahaya Suriah pasca-Assad yang digambarkan
sebagai skenario mimpi buruk di mana lembaga-lembaga negara Suriah hancur dan
5 Mujiyanto, 2013 : Tahun berdirinya Khilafah ?, Media Umat Edisi 96, 4-17 Januari 2013, Hal. 4 6 Dina Y. Sulaeman, Prahara Suriah : Membongkar Persekongkolan Multinasional, Depok :
Pustaka Iman, Cetakan 1, Juni 2013, hal. 114-118 7 http://hizbut-tahrir.or.id/2013/04/30/faktor-islam-pada-revolusi-suriah-menyulitkan-amerika/, di
akses pada 30 April 2013
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
negara terpecah ke dalam sektarianisme, serta kelompok Islam mengisi
kesenjangan.8
Obama memiliki kekhawatiran terhadap prospek kelompok jihadis Islam
yang mampu beroperasi secara bebas di Suriah. Obama beranggapan bahwa kaum
ekstremis di Suriah tidak memiliki banyak hal yang dapat mereka tawarkan untuk
membangun Suriah, namun mereka sangat baik memanfaatkan situasi konflik yang
sedang berlangsung. Para analis kebijakan luar negeri di Washington berpendapat
jika kaum Islam mengisi kevakuman kekuasaan hal ini bisa menimbulkan ancaman
tidak hanya bagi Israel namun juga bagi negara-negara tetangga seperti Yordania
dan Libanon.9 Termasuk pula ancaman bagi kepentingan Amerika Serikat secara
umum di kawasan Timur Tengah.
Berangkat dari fenomena dan uraian di atas, penulis merasa sangat tertarik
untuk mengetahui secara lebih mendalam lagi mengenai persepsi ancaman dari
Amerika Serikat terhadap kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan
yang terjadi di Suriah, utamanya terkait dengan salah satu kelompok dari barisan
pejuang Islam, yakni Jabhat al-Nusra ( Front al-Nusra ) yang dimasukkan oleh
Amerika Serikat ke dalam list organisasi teroris dan di klaim sebagai organisasi
yang merupakan cabang dari Al-Qaeda di Suriah. Fokus penulisan tesis ini
bertumpu pada upaya untuk memberikan sebuah konstruksi penjelasan mengenai
alasan yang menyebabkan Amerika Serikat mempersepsikan gerakan politik Islam
8 http://hizbut-tahrir.or.id/2013/03/24/obama-khawatirkan-berkuasanya-kelompok-islam-pasca-
assad-di-suriah/, di akses pada 09 April 2013. 9 Ibid
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
dalam pergolakan yang terjadi di Suriah, khususnya kelompok Jabhat al-Nusra
sebagai sebuah ancaman, sehingga dimasukkan kedalam list organisasi teroris.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada pemaparan yang telah dikemukan sebelumnya tentang
persepsi ancaman dari Amerika Serikat terhadap kebangkitan gerakan politik Islam
dalam pergolakan di Suriah utamanya terkait dengan eksistensi Jabhat al-Nusra
(Front al-Nusra), maka kami mencoba untuk merumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut, yaitu : Mengapa Amerika Serikat mempersepsikan kebangkitan
gerakan politik Islam “Jabhat al-Nusra (Front al-Nusra)” dalam pergolakan yang
terjadi di Suriah sebagai sebuah ancaman dan memasukkannya kedalam list
organisasi teroris ?
C. Tinjauan Pustaka
Hakikat dari penelitian ilmiah adalah untuk membuka tabir kegelapan agar
menjadi terang dan lebih jelas atas fenomena atau obyek tertentu berdasarkan suatu
parameter ilmiah, maka aktivitas penelitian tidak terhindar dari proses tesis,
antithesis, maupun sintesis. Kajian pustaka pada intinya mengandung makna
aktivitas peneliti untuk berdialog secara kritis dengan pendapat pihak lain. Dengan
kajian pustaka berarti kapasitas peneliti akan berhadapan dengan konsep-konsep
yang terlebih dulu ada. Kajian pustaka dilakukan secara selektif terhadap tema yang
secara substansial relevan dengan kajian yang sedang dilakukan.10
10 Irawati Singarimbun, Metode Penelitian Sosial, LP3ES, Jakarta, 1989, Hal. 70-71
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Tulisan-tulisan tentang Islam Politik termasuk didalamnya pembahasan
tentang gerakan politik Islam dan hubungannya dengan Amerika Serikat
sebenarnya telah banyak ditulis oleh para ilmuwan baik dalam bentuk buku,
maupun jurnal-jurnal. Salah satu buku yang menurut penulis telah berhasil sangat
baik dalam memberikan penjelasan tentang hubungan antara Amerika dan Islam
politik adalah buku yang ditulis oleh Fawaz A. Gerges yang berjudul America and
Political Islam : Clash of Civilization or Clash of Interest ? ( Amerika dan Islam
Politik : Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan ?, edisi terjemahan )11.
Buku tersebut menelaah pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap
negara-negara Islam dari masa Carter sampai Clinton, dengan fokus pada pemikiran
para elit kebijakan luar negeri AS terhadap negara-negara dan gerakan-gerakan
Islam.12
Buku tersebut mencoba memetakan berbagai penilaian masyarakat dan
beberapa pandangan pribadi kalangan elit kebijakan luar negeri AS terhadap
kebangkitan Islam untuk menyingkap pandangan dari beberapa era pemerintahan
yang berbeda dalam kebijakan Amerika, kesinambungannya, serta ragamnya.
Perbandingan yang dilakukan secara hati-hati terhadap wacana masyarakat dan
pernyataan-pernyataan pribadi menunjukkan berbagai tema, nilai, serta pandangan-
pandangan yang bergaung saat ini, yang merupakan hal penting untuk memahami
11Fawaz A. Gergez, America and Political Islam : Clash of Civilization or Clash of Interest ? (Edisi
Indonesia : Amerika dan Politik Islam : Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan ?), Jakarta
: AlvaBet, Cet.1, September 2012 12 Ibid, Hal. 1
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
perumusan dan tindakan-tindakan yang diambil dalam kebijakan AS tentang
Islam.13
Buku tersebut memaparkan bahwa ada tiga hal yang mendasari posisi
Amerika terhadap Islam politik. Pertama, AS tidak ingin terlihat tak bersahabat bagi
negara-negara Islam, ini dikhawatirkan bakal memperparah sikap mereka terhadap
Amerika. Para pejabat pemerintah AS tidak mau mengulangi kesalahan yang dibuat
saat menghadapi revolusi Islam di Iran. Alasan kedua, AS ragu-ragu untuk secara
terbuka mendukung kelompok Islam manapun kecuali jika menguntungkan bagi
kepentingan regionalnya ataupun kepentingan sekutunya. Pejabat-pejabat Amerika
mengidap kecurigaan besar pada tujuan kebijakan luar negeri para aktivis Islam
berikut agenda mereka. Alasan terakhir, di dalam lingkaran para pembuat kebijakan
luar negeri AS terdapat sebentuk keyakinan tentang kemungkinan terjadinya
hubungan baik antara Islam dan demokrasi. Namun, pandangan Amerika yang
sudah dijejali dengan masukan-masukan implisit mengenai perilaku politik Islam,
melihat Islam revolusioner itu antidemokrasi dan otoriter. Sehingga, bukannya
memberikan panduan kebijakan yang konkret, pernyataan-pernyataan resmi AS
jadinya berbentuk bahasa yang mendua dan bisa memunculkan beragam
interpretasi.14
Intinya buku yang ditulis oleh Gerges tersebut memberikan sebuah
kesimpulan bahwa para kalangan elit kebijakan luar negeri AS dalam
perkembangannya tidak memandang Islam sebagai sebuah ancaman yang bersifat
13 Ibid, Hal. 1-2, Lihat juga dalam Michael H. Hunt, Ideology and U.S. Foreign Policy (New Heaven,
CT : Yale University Press, 1987), Hal. 15-16 14 Ibid, Hal. 4
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
monolitik dengan hanya mendasarkannya pada aspek budaya dan sejarah, tetapi
juga memandang pada aspek politik dan pertahanan keamanan. Bahkan, masalah
politik dan keamanan sekarang ini merupakan hal penting, mungkin jauh lebih
penting ketimbang faktor budaya dan sejarah, karena berdampak langsung terhadap
persepsi para pemimpin AS tentang kepentingan utama mereka.
Kajian pustaka lainnya yang juga memiliki relevansi dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh International Crisis Group (ICG) yang
berjudul Understanding Islamism, Middle East/North Africa Report No3715, yang
dipublikasikan pada 2 Maret 2005. Di dalam tulisan tersebut Islamism didefinisikan
oleh International Crisis Group sama dengan Islamic Activism, yang bermakna
sebuah tuntutan yang aktif, dan dukungan terhadap keyakinan, preskripsi, hukum-
hukum yang berasal dari karakter Islam. ICG membagi kelompok Islamism dalam
dua bagian, Sunni Activism dan Syiah Activism. Sunni Activism juga kemudian
dibagi dalam beberapa bagian, Pertama, kelompok politik Islam yang prioritas
gerakannya fokus pada kekuasaan dan menghindari aksi-aksi kekerasan. Contoh
dari gerakan ini adalah seperti Partai AKP di Turki, PKS di Indonesia dan Jamaat I
Islami di Pakistan. Kedua, adalah kelompok missionary activism yang apolitis dan
fokus pada dakwah menuju iman dan keshalehan individu. Contoh dari kelompok
ini adalah kelompok Salafi. Selanjutnya, yang ketiga, kelompok jihadist yang
bergerak di medan jihad/perang. Mereka fokus melakukan perjuangan bersenjata
15 International Crisis Group, Understanding Islamism : Middle East/North Africa Report No37,
Cairo/Brussels, 2 March 2005
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
untuk membela kaum muslim dari pendudukan Negara-negara Barat atau dari
kekuasaan yang tunduk pada Negara-negara Barat.
Berdasarkan pada sumber literatur tersebut penulis menjadi tertarik untuk
mengkaji secara lebih mendalam tentang persepsi ancaman dari Amerika Serikat
terhadap kebangkitan gerakan politik Islam. Kasus terbaru saat ini yang
menunjukkan ketegangan antara Amerika dan Islam politik adalah maraknya
kemunculan berbagai macam gerakan-gerakan politik Islam yang terjadi di Suriah
sebagai bagian dari “Arab Spring” yang dipersepsi oleh Amerika Serikat sebagai
sebuah potensi ancaman karena aspek identitas Islam yang dibawanya, utamanya
setelah dimasukkannya kelompok Jabhat al-Nusra (Front al-Nusra) oleh Amerika
Serikat ke dalam list organisasi teroris. Atas dasar itu, penelitian ini berupaya untuk
memberikan sebuah konstruksi penjelasan mengenai alasan yang menyebabkan
Amerika Serikat mempersepsikan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang
terjadi di Suriah, khususnya kelompok Jabhat al-Nusra sebagai sebuah ancaman,
sehingga dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris. Sepengetahuan penulis,
belum ada penelitian yang secara spesifik membahas tentang ancaman gerakan
politik Islam (terkhusus kelompok Jabhat al-Nusra) dalam pergolakan yang terjadi
di Suriah.
D. Kerangka Dasar Berfikir
Kerangka analisis yang akan digunakan untuk menjawab perumusan
masalah dan menarik suatu asumsi dasar yang berkaitan dengan masalah penelitian
ini menggunakan konsep gerakan politik Islam yang nantinya akan
menggambarkan apa sebenarnya yang disebut dengan gerakan politik Islam dalam
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
tulisan ini. Selanjutnya, kerangka teoritik yang berbasis pada perspektif
konstruktivisme dalam upaya untuk menjelaskan tentang persepsi aktor yang
dibentuk oleh identitas, ide, dan norma-norma yang dimilikinya.
1. Gerakan Politik Islam, Jabhat al-Nusra (Front al-Nusra)
Gerakan Politik Islam dalam beberapa buku sering disebut sebagai
“Political Islam”. Pengkajian yang membahas tentang fenomena kemunculan
Gerakan Politik Islam tersebut, secara jelas dibahas dalam buku Joel Beinin dan Joe
Stork yang berjudul “Political Islam : Essays from Middle East Report” yang
diterbitkan oleh University of California Press pada tahun 1997. Buku tersebut
mengungkapkan bahwa mengapa Joel Beinin menggunakan istilah Political Islam
bukan Islam Fundamentalis, seperti yang disebutkan oleh para politisi karena istilah
fundamentalisme tidak sesuai untuk gerakan politik Islam, mengingat istilah ini
berasal dari gerakan Kristen Protestan pada awal abad ke-20 untuk meyakinkan
bahwa Injil merupakan firman Tuhan, sedangkan gerakan politik Islam tidak ada
satu pun yang menyangsikan bahwa Al-Qur’an sebagai kumpulan firman Tuhan.
Tepatnya dikatakan, “Nonetheles, fundamentalism is a problematic comparative
term. It is inescapably rooted in a specific Protestan experience whose principle
theological premise is that the Bible is the true word of God and should be
understood literally”.16
Gerakan politik Islam didefenisikan sebagai gerakan politik yang
menggunakan Al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar gerakan mereka.17 Ada beberapa
16 Joel Beinin dan Joe Stork, Political Islam : Essays from Middle East Report, University of
California Press, 1997, hal. 3. 17 Ibid
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
cara menyebut Jabhat al-Nusra atau Front al-Nusra, dalam bahasa Arab disebut
Jabhat an-Nuṣrah li-Ahl ash-Shām yang berarti Front Pendukung untuk warga
Levant/Syam. Karena pertimbangan kelaziman bahasa Arab yang biasa diadopsi ke
dalam bahasa Indonesia maka penelitian ini menggunakan nama Jabhat al-Nusra
(Front al-Nusra).
Gerakan politik Islam biasanya akan muncul dalam keadaan negara menjadi
sekuler, sementara sebagian besar penduduknya mempunyai akar Islam yang kuat,
penguasa terlalu dekat dengan Barat, masyarakat Islam dimarginalkan di negara
yang sebagian besar beragama Islam.18 Gerakan politik Islam ini mempunyai
agenda untuk menerapkan syariah Islam dan konsep-konsep politik Islam dalam
lingkup negara, menentang pemisahan antara urusan agama dengan urusan negara
yang dianggap sebagai sekularisme, dan melawan segala bentuk penjajahan serta
penindasan kepentingan Islam, khususnya di negara yang mayoritas beragama
Islam. Selain itu, juga terkadang jalur kekerasan sering dipilih oleh gerakan politik
Islam untuk mewujudkan tujuannya.19
2. Perspektif Konstruktivisme
Konstruktivisme muncul sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan
antara empirisis dan pos-positivis. Konstruktivis mengklaim bahwa orang bertindak
di dunia sesuai dengan persepsi mereka tentang dunia itu, dan bahwa dunia ”nyata”
atau “obyektif” membentuk persepsi itu. Persepsi ini, kata mereka, muncul dari
identitas orang yang, menurut kaum konstruktivis, dibentuk oleh pengalaman dan
18 Siti Mutiah Setiawati, Mekanisme Consociational dalam Penyelesaian Konflik Internal Lebanon,
Yogyakarta : Elmatera Publishing, 2010, hal. 41 19 Ibid, hal. 196-197. Lihat juga dalam Siti Mutiah Setiawati, Kekuatan Gerakan Politik Islam di
Timur Tengah dari Iran Hingga Al-Jazair, laporan penelitian FISIPOL UGM, 2003, hal. 6-7
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
norma-norma sosial yang berubah. Sebagai contoh, mereka yang menganggap
dirinya “miskin” atau “tak berdaya” mempersepsi dunia dengan cara yang sangat
berbeda dari mereka yang mengidentifikasi diri sebagai “kaya” atau “berkuasa”.
Begitu orang tahu “siapa mereka”, mereka dapat memahami kepentingan mereka
dan membuat kebijakan-kebijakan yang melayani kepentingan mereka.20
Namun, tidak seperti kaum realis dan liberal yang menganggap identitas dan
kepentingan sebagai sesuatu yang “terberikan” yang nyaris tak berubah, kaum
konstruktivis memandang pembentukan identitas sebagai proses penting dan
dinamis. Bagi kaum konstruktivis, kepentingan tidak inheren atau ditentukan
sebelumnya, melainkan dipelajari melalui pengalaman dan sosialisasi. Di mana
kaum realis dan liberal menganggap bahwa para aktor adalah orang-orang egois
yang selalu ingin memaksimalisasikan keuntungan mereka, kaum konstruktivis
memandang para aktor bersifat sosial dalam arti ide-ide dan norma-norma mereka
berkembang dalam konteks sosial. Akibatnya, identitas berubah seiring waktu
selama interaksi dan berkembangnya keyakinan dan norma serta akibatnya begitu
juga dengan kepentingan. Kaum konstruktivis berpendapat bahwa ide-ide dan
norma-norma kolektif memainkan peran utama dalam memproduksi identitas dan
kepentingan.21
Kaum Konstruktivis percaya bahwa cara orang mendefenisikan dirinya
membentuk cara mereka bertindak, sikap mereka berkenaan dengan apa yang oleh
20 John Gerard Ruggie, Constructing the World Polity (New York : Routledge, 1998). Lihat juga
dalam Richard W. Mansbach dan Kirsten L. Rafferty, Introduction to Global Politics (Edisi
Indonesia : Pengantar Politik Global), Bandung, Nusa media : 2012, Hal. 41-42 21 Richard W. Mansbach dan Kirsten L. Rafferty, Ibid, Hal. 42
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
teoritisi hari ini disebut masalah agen-struktur,22 lebih cocok dengan keyakinan
liberal bahwa para aktor (pemimpin atau negara, misalnya) atau “agen”
membentuk politik global daripada dengan keyakinan neorealis bahwa faktor-
faktor struktural seperti anarki, distribusi kemampuan militer pada seluruh sistem
global, pasar ekonomi global, atau budaya memaksa individu-individu untuk
bertindak seperti yang mereka lakukan. Bagi Konstruktivis, agen punya
kemampuan untuk bertindak dengan bebas di dalam batasan-batasan struktur, dan
persepsi mereka tentang lingkungan mereka, termasuk struktur, dan interaksinya
dengan satu sama lain mempengaruhi perilaku mereka, yang selanjutnya
membentuk struktur. Keyakinan dan tindakan mereka mengubah struktur yang
selanjutnya membatasi mereka dengan cara-cara baru, sebuah siklus yang dapat
dilacak secara historis.23
Kaum konstruktivis tetap empirisis tetapi, tidak seperti banyak empirisis,
mereka fokus terutama pada faktor-faktor obyektif seperti norma-norma, ide-ide,
dan nilai-nilai. Kaum konstruktivis, yang sebagian percaya bahwa pendekatan
mereka adalah pertengahan antara determinisme struktural neorealisme dan
keyakinan liberal bahwa dunia fleksibel secara tak terbatas, berpendapat bahwa
kadang-kadang peristiwa-peristiwa sangat mempengaruhi keyakinan dan norma
individu dan kelompok. Misalnya ketika terjadi perang besar, para pemimpin dan
elite lain mungkin mulai memandang dunia secara berbeda dan ketika mereka
22 Alexander E. Wendt, The Agent-Structure Problem in International Relations Theory,
International Organization 41:3 (Summer, 1987), Hal. 335-370. Lihat juga dalam Richard W.
Mansbach dan Kirsten L. Raffery, ibid, Hal. 43. 23 Richard W. Mansbach dan Kirsten L. Rafferty, Ibid, hal. 43-44
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
berinteraksi menghasilkan konsensus seputar norma-norma baru dan cara-cara baru
dalam berperilaku.24
Konstruktivisme mengembangkan konsep pilihan yang secara mendalam
digali dari identitas pemimpin, tentang bagaimana mereka mendefinisikan Negara
atau kelompok mereka, siapa mereka, dan bagaimana mereka melihat diri mereka
dalam hubungan dengan orang lain. Konstruktivis telah memperluas daftar
penjelasan psikologis hubungan internasional – yang biasanya berfokus pada
keyakinan, citra, dan penilaian pemimpin – dengan memasukkan keyakinan
kolektif atau keyakinan bersama yang merupakan identitas bersama, dan proses-
proses penciptaan norma dan kepatuhan norma. Konstruktivis menganggap
identitas dan kepentingan sebagai diciptakan terutama melalui interaksi dengan
orang lain. Mereka membangun kedalam konsep identitas tidak hanya kepentingan
tetapi perhatian terhadap norma-norma sebagai unsur pembentuk.25
E. Hipotesis
Melalui kerangka dasar berfikir yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
hipotesis yang dapat dibangun dalam penelitian ini sebagai sebuah kesimpulan
sementara adalah, kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan Suriah
sangat mempengaruhi persepsi Amerika Serikat. Persepsi tersebut mewujud dalam
bentuk persepsi ancaman yang berasal dari Amerika Serikat terhadap kebangkitan
gerakan politik Islam dalam pergolakan Suriah, utamanya melalui dimasukkannya
24 Ibid, hal. 44 25 Walter Carlsnaes, Thomas Risse, & Beth A. Simmons, Handbook of International Relations (Edisi
Indonesia : Handbook Hubungan Internasional), Bandung : Penerbit Nusa Media, 2013, Hal. 627-
628
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Jabhat al-Nusra (Front al-Nusra) ke dalam list organisasi teroris, yang dipandang
sebagai konstruksi realitas sosial dengan menekankan pada peran ide-ide dan
norma-norma kolektif yang memproduksi perbedaan antara dua identitas yang
saling berlawanan dan benturan kepentingan yang berbeda. Identitas konstruksi
Amerika adalah identitas sebagai bangsa Amerika yang merupakan masyarakat
demokratis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan dan hak azasi manusia,
sementara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan di Suriah yang
diwakili oleh Front al-Nusra menunjukkan adanya sebuah gerakan politik yang
berkeinginan untuk menerapkan syariah Islam dan konsep-konsep politik Islam
dalam lingkup negara, dengan didasarkan pada karakter dan identitas Islam.
Sebagai negara adidaya global Amerika Serikat memiliki tanggung jawab untuk
melindungi pemerintah-pemerintah yang bersahabat, sekaligus menjaga kawasan
Timur Tengah dari ancaman “kaum ekstrimis” yang semakin meningkat dengan
adanya gerakan-gerakan politik Islam yang dapat berujung pada terorisme
Internasional maupun domestik.
F. Metode Penelitian
Berkaitan dengan metode penelitian, maka dalam penulisan tesis ini penulis
menggunakan pendekatan metode eksplanatif. Pendekatan ini penulis gunakan
untuk menjelaskan tentang alasan yang menyebabkan munculnya persepsi ancaman
dari Amerika Serikat terhadap kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan
yang terjadi di Suriah. Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang sebagian besar berasal dari buku-buku, jurnal, laporan tertulis,
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
website, koran online, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek
penelitian kami.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menelusuri berbagai dokumen tertulis yang berkaitan dengan buku-buku,
laporan, jurnal, website, koran dan sebagainya. Data yang terkumpul selanjutnya
akan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif, dimana penulis akan menjelaskan
dan menggambarkan permasalahan berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang
telah diperoleh untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
Untuk membuktikan hipotesis utama dan menjawab rumusan masalah,
penulis akan membagi pembahasan dalam lima bab. Bab pertama akan membahas
mengenai pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tinjauan
pustaka, kerangka dasar berfikir, hipotesis, metode penelitian, dan sistematika
penulisan. Kemudian dalam bab dua akan dibahas tentang kebangkitan gerakan
politik Islam dalam pergolakan di Suriah.
Bab tiga akan menjelaskan mengenai strategi Amerika Serikat dalam
pergolakan Suriah dan persepsinya terhadap gerakan politik Islam “Jabhat al-
Nusra”. Bab empat membahas mengenai konstruksi ancaman dan peran identitas
dalam membentuk persepsi Amerika Serikat terhadap gerakan politik Islam “Jabhat
al-Nusra”. Kemudian bab lima akan menjadi penutup dari pembahasan sebelumnya.
KEBANGKITAN GERAKAN POLITIK ISLAM DALAM PERGOLAKAN SURIAH MENURUT PERSEPSIAMERIKA SERIKAT ( StudiKasus : Persepsi AS terhadap Jabhat Al-Nusrah di Suriah )DANIAL DARWISUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Recommended