View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia semakin dimudahkan dalam berkomunikasi pada era globalisasi.
Jarak dan waktu tidak lagi menjadi hambatan dalam berkomunikasi, baik untuk
mendapatkan informasi maupun berbagi informasi. Hal ini terjadi seiring dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan media sosial
sebagai media komunikasi yang mudah, efektif, dan efisien.
Media sosial muncul sebagai media daring berbasis internet yang
memudahkan penggunanya untuk berbagi, berpartisipasi, dan menciptakan konten
berupa blog, wiki, forum, jejaring sosial, dan ruang dunia virtual yang didukung
oleh teknologi multimedia yang semakin canggih (Tim Pusat Humas Kementerian
Perdagangan RI, 2014:25). Selain itu, pengguna media sosial dapat mengedit,
menyebarkan, dan memodifikasi baik, tulisan, gambar, video, grafis, maupun
berbagai bentuk konten yang lain melalui media sosial.
Berdasarkan hal tersebut, internet, media sosial, dan teknologi multimedia
menjadi kesatuan yang sulit dipisahkan dan mendorong pada hal-hal baru (Tim
Pusat Humas Kementerian Perdagangan RI, 2014:25). Salah satunya adalah
fenomena internet meme. Meme merupakan istilah yang diciptakan oleh Richard
Dawkins pada tahun 1976 untuk menjelaskan unit kecil budaya yang menyebar
dari satu orang ke orang lainnya dengan menyalin atau meniru. Adapun dalam
perkembangannya, istilah meme digunakan pengguna internet pada umumnya
untuk menggambarkan penyebaran hal-hal seperti lelucon, rumor, video, dan situs
2
dari satu orang ke orang yang lain melalui internet (Shifman, 2014:2). Pengguna
internet menggunakan kata meme untuk mendeskripsikan penyerapan dan
penyebaran cepat ide tertentu yang disajikan sebagai teks tertulis, gambar, bahasa
bergerak, atau beberapa unit dari budaya lainnya (Michele Knobel dan Koline
Lankshear dalam Shifman, 2014:13).
Penyebaran meme tidak hanya terbatas pada penguna internet dalam suatu
negara. Akan tetapi, meme menyebar dari pengguna internet suatu negara ke
pengguna internet negara lainnya yang aktif menggunakan media sosial. Begitu
pula di negara-negara Arab, sebagaimana yang dinyatakan oleh Arab Social
Media Influencers Summit pada tahun 2015 (2015:3) 12 % pengguna media sosial
di negara-negara Arab menggunakan media sosial sebagai media untuk
memperoleh informasi, menonton video, mendengarkan musik, dan berbagi foto.
Penyebaran meme di negara-negara Arab dapat ditemukan seperti di
Facebook, Instagram, Website dan sebagainya. Berikut adalah contoh meme
berbahasa Arab yang terdapat pada media sosial.
Gambar 1. Contoh Meme Berbahasa Arab
3
/Al-farqu bainal-binti wa’sy-syabi fi> asma>’al-mujallida>ti (al-malaffa>ti)/
/Malaffa>ti>/, /shuwari>/, /agha>ni>/
/Bbylbyls|fglyba>lba/>, /blfgfgs|qfqf/, /ybqfqf/
„Perbedaan antara anak perempuan dan anak laki-laki dalam menamai folder-
folder (kumpulan file)‟
„File-fileku‟, „foto-fotoku‟, „lagu-laguku‟ (@9owar_md7eka, Mei, 2015)
Contoh meme di atas menunjukkan adanya aspek lingual dan aspek visual
yang terdapat dalam meme tersebut. Aspek lingual dapat terlihat dari satuan
gramatikal berupa frase, yaitu /al-farqu bainal-binti wa’sy-syabi fi> asma>’al-
mujallida>ti (al-malaffa>ti)/, /malaffa>ti/, /shuwari>/, /agha>ni>/. Adapun aspek visual
dapat terlihat dari gambar seorang perempuan, seorang laki-laki dan beberapa file.
Hal ini menunjukkan bahwa sebuah meme terbentuk dengan adanya aspek lingual
dan aspek visual. Dengan demikian, meme dapat menjadi data penelitian
kebahasaan.
Aspek lingual meme dapat dikaji dengan menggunakan analisis sintaksis
guna mengetahui satuan gramatikal pengisi aspek lingual suatu meme. Adapun
aspek visual dapat dikaji dengan menggunakan analisis semiotika guna
mengetahui tanda-tanda pengisi aspek visual suatu meme. Dengan demikian,
bentuk meme dapat ditentukan berdasarkan aspek lingual dan aspek visualnya.
Selain itu, contoh meme di atas merupakan meme yang termasuk genre
rage comics. Rage comics adalah salah satu jenis genre meme yang menampilkan
satu set karakter ekspresif, masing-masing terkait dengan perilaku dan emosi yang
khas (Shifman, 2014:113). Genre rage comics pada contoh meme di atas terlihat
4
dari terdapatnya rage face Derpina dan Yao Ming. Rage face merupakan karakter
ekspresif yang terdapat dalam rage comics (Sav, 2011, http://knowyourmeme.com
/memes/rage-comics). Rage face Derpina dan Yao Ming pada meme di atas
menunjukkan makna ekspresi senang hal ini ditandai dengan ujung mulut mereka
yang tertarik ke arah telinga.
Penelitian ini terfokus pada bentuk meme berbahasa Arab dan makna rage
face yang terdapat dalam meme berbahasa Arab yang bergenre rage comics.
Dengan demikian, penelitian ini mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk
meme berdasarkan aspek lingual dengan menggunakan analisis sintaksis dan
aspek visual dengan menggunakan analisis semiotika. Demikian pula, penelitian
ini mengidentifikasi dan mendeskripsikan makna rage face dengan menggunakan
analisis semiotika.
Meme rage comics berbahasa Arab yang dikaji berasal dari media sosial
Instagram karena Instagram merupakan media sosial paling populer yang
digunakan untuk mengirim foto (Landsverk, 2014:2). Selain itu, Instagram
merupakan media sosial keempat yang sering digunakan pengguna internet di
negara-negara Arab (Arab Social Media Influencers Summit, 2015:4). Adapun
akun yang menjadi sumber data adalah Shuwarun Mudhchikatun yang merupakan
akun Instagram yang aktif mengunggah meme berbahasa Arab di Instagram sejak
tahun 2014. Selain itu, akun tersebut memiliki pengikut lebih dari 2 juta pengikut
(NN, TT, www.instagram.com/9owar_md7eka/).
Penelitian terkait bentuk dan makna pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti terdahulu dengan kajian dan objek penelitian yang berbeda-beda. Berikut
penelitian yang terkait tersebut.
5
Pertama, Ningrum (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Bentuk dan
Makna Satuan Lingual Nama-nama Motif Seni Ukir Jepara” menyimpulkan
bentuk nama-nama motif seni ukir Jepara berbentuk kata dan frase. Bentuk kata
terdiri dari kata dasar dan kata turunan. Bentuk frase berdasarkan distribusinya
meliputi frase endosentrik atributif dan frase endosentrik koodinatif sedangkan
berdasarkan kategorinya terdiri dari frase nominal dan frasa numeralia.
Berdasarkan satual lingual unsur-unsurnya, nama motif seni ukir Jepara berbentuk
kata+kata, kata+frase, dan frase+frase. Berdasarkan kategori unsur-unsurnya
nama motif seni ukir Jepara berbentuk N+N, N+V, N+Num, dan Num+N.
Berdasarkan maknanya, nama-nama seni ukir Jepara memiliki makna leksikal,
makna gramatikal, dan makna kultural. Selain itu, nama-nama seni ukir Jepara
dapat diketahui juga berdasarkan fungsinya.
Kedua, penelitian Luvytasari (2015) dalam skripsinya yang berjudul
“Meme Instagram Dagelan Kajian Sosiolinguistik”. Temuan dari penelitian ini
adalah meme di Instagram Dagelan (MID) merupakan suatu bentuk tulisan yang
sering kali disertai gambar, foto, dan karakter tertentu yang digunakan untuk
menyindir suatu fenomena sosial dan politik, menimbulkan kesan lucu atau
humor, mengekspresikan diri dan percintaan atau memberi informasi dan
motivasi. Perangkat ekspresi MID meliputi bahasa verbal, satuan lingual dan
visualisasi, kapitalisasi, warna, tipografi, ukuran huruf, dan posisi teks. Fungsi
bahasa yang ditemukan dalam MID ada empat, yaitu fungsi representasional,
fungsi interaksional, fungsi personal, dan fungsi imajinatif.
Ketiga, Istiyani (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Makna dan
Fungsi Emotikon dalam Novel (Neukdaeeui Yuhok I) Karya Gwiyoni: Kajian
6
Semiotika Peirce” menyimpulkan terdapat 33 macam variasi emotikon yang
memiliki makna yang berbeda. Berdasarkan maknanya, emotikon dibagi menjadi
12 macam, yaitu emotikon kekesalan, emotikon kegugupan, emotikon kekagetan,
emotikon kebohongan, emotikon kesedihan, emotikon kesenangan, emotikon
ketertarikan, emotikon kemarahan, emotikon ketidakpercayaan, emotikon
meledek, emotikon mengantuk, dan emotikon berteriak. Adapun fungsi
penggunaan emotikon dalam novel Neukdaee Yuhok I adalah untuk
menggambarkan ekspresi tokoh-tokoh dalam novel serta melengkapi dan
memperjelas kalimat-kalimat yang ditulis sebelum dan sesudah emotikon tersebut
ditulis.
Keempat, Sayani (2013) dalam artikelnya yang berjudul “Semiotic
Analysis of Memes in 9gag.com” menyimpulkan bahwa meme memiliki penanda
yang berbeda yang menyebabkan tanda berbeda, dan fungsi yang berbeda ketika
digunakan dalam postingan. Meme Poker Face menunjukkan ekspresi wajah
seseorang yang datar, tidak menunjukkan emosi tertentu dan hanya diam karena
sesuatu yang menyebabkan dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi dengan benda
atau situasi. Meme Oke menunjukkan ekspresi wajah seseorang yang sedih, lelah,
dan dipaksa untuk menerima sesuatu.
Kelima, penelitian Dhianari (2011) dalam tesisnya yang berjudul “Ragam
Bahasa Kaskus”. Temuan dari penelitian ini adalah struktur leksikal ragam bahasa
Kaskus diklasifikasikan ke dalam lima bentuk, yaitu singkatan, akronim, ragam
bahasa Kaskus bentuk ringkas, ragam bahasa Kaskus bentuk plesetan, ragam
bahasa Kaskus yang mengalami penyederhanaan pelafalan, dan ragam bahasa
Kaskus bentuk campuran. Proses pemaknaan secara leksikal ragam bahasa Kaskus
7
sebagian besar melalui proses pengembalian kata-kata ragam bahasa Kaskus ke
bentuk panjang maupun bentuk aslinya. Di samping itu, terdapat beberapa bentuk
yang tidak hanya memiliki makna literal, tetapi juga mengandung makna figuratif,
yakni gaya bahasa metafora dan metonimi. Selain itu, emoticon ragam bahasa
Kaskus dikelompokkan berdasarkan ukuran menjadi dua, yakni emoticon Kaskus
berukuran kecil dan emoticon berukuran besar. Emoticon ragam bahasa Kaskus
juga dikelompokkan berdasarkan komponen yang dimiliki menjadi emoticon yang
mengandung simbol, ikon, indeks, simbol dan ikon, simbol dan indeks, ikon dan
indeks, simbol, ikon dan indeks. Adapun makna yang terkandung dalam emoticon
ragam bahasa Kaskus adalah cinta, kebahagiaan, kesedihan, reputasi baik, reputasi
buruk, sindiran, aktivitas mental dan aktivitas fisik.
Keenam, penelitian Puspitasari (2010) dalam skripsinya yang berjudul
“Makian dalam Bahasa Indonesia: Suatu Kajian Bentuk dan Referensi pada
Komik” menyimpulkan makian dalam bahasa Indonesia dalam bentuk lingual
berwujud kata yang meliputi kata monoforfemik dan kata polimorfemik. Selain
itu, ditemukan juga dalam bentuk frase dan klausa. Kata, frase, dan klausa makian
bahasa Indonesia yang terdapat pada komik berkategori nomina, ajektiva, dan
verba. Bentuk referensi kata makian menunjuk pada benda, binatang, kekerabatan,
makhluk halus, bagian tubuh, aktivitas, diskriminasi, keadaan, dan profesi. Selain
itu, makna leksikal yang ditemukan memiliki berbagai pengertian yang dapat
disesuaikan dengan pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia. Adapun tujuan
makian bahasa Indonesia dalam komik yang dikaji adalah untuk menghina,
meremehkan, keheranan, mengucapkan kekesalan atau marah dan
mengungkapkan kekecewaan.
8
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai bentuk
dan makna dapat disimpulkan bahwa bentuk dapat ditentukan berdasarkan satuan
lingual berupa kata, frase, klausa dan kalimat sedangkan makna dapat ditentukan
berdasarkan satuan lingual maupun tanda visual. Adapun penelitian ini membahas
mengenai bentuk dan makna rage face meme berbahasa Arab dalam media sosial
Instagram Shuwarun Mudhchikatun yang belum pernah dibahas oleh peneliti
sebelumnya. Adapun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
sangat membantu penelitian ini.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian
ini memfokuskan pada bentuk meme berbahasa Arab dalam media sosial
Instagram Shuwarun Mudhchikatun berdasarkan aspek lingual dan aspek
visualnya. Aspek lingual dianalisis menggunakan analisis sintaksis sedangkan
aspek visual dianalisis menggunakan analisis semiotika. Selain itu, makna yang
dikaji adalah makna rage face berupa tanda-tanda visual menggunakan analisis
semiotika. Adapun penelitian sebelumnya, bentuk dikaji hanya berdasarkan aspek
lingualnya saja. Sejauh pengamatan dan pencarian yang dilakukan, penelitian
yang mengkaji bentuk meme berdasarkan aspek lingual sekaligus berdasarkan
aspek visualnya dan makna rage face terutama meme berbahasa Arab yang
terdapat pada media sosial Instagram belum ditemukan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah
dapat memperkaya hasil penelitian dalam peristiwa kebahasaan terutama yang
berkenaan dengan meme, serta menambah khazanah keilmuan dalam bidang
sintaksis dan semiotika. Adapun manfaat praktis penelitian ini adalah dapat
9
memberikan pengetahuan tentang fenomena meme rage comics berbahasa Arab
dalam media sosial Instagram dari segi bentuk dan maknanya, dan dapat memberi
kontribusi bagi pelaksanaan penelitian-penelitian yang berbasis sintaksis dan
semiotika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk meme berbahasa Arab dalam media sosial Instagram
Shuwarun Mudhchikatun?
2. Bagaimana makna rage face dalam media sosial Instagram Shuwarun
Mudhchikatun?
C. Tujuan Penelitian
Berpijak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tentang
meme berbahasa Arab adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan bentuk meme berbahasa Arab dalam media sosial Instagram
Shuwarun Mudhchikatun.
2. Mendeskripsikan makna rage face dalam media sosial Instagram Shuwarun
Mudhchikatun.
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam suatu penelitian perlu dilakukan agar suatu
penelitian dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai serta
10
masalah yang dikaji tidak melebar. Pertama, penelitian ini dibatasi pada meme
berbahasa Arab yang menggunakan bahasa Arab fushcha> dan bergenre rage
comics. Kedua, bentuk meme yang dibatasi berdasarkan aspek lingual dan aspek
visual. Ketiga, aspek lingual dibatasi pada satuan sintaksis berupa kata, frase,
klausa dan kalimat dan didasarkan pada teori sintaksis. Keempat, aspek visual
didasarkan pada teori semiotika tipologi tanda Charles S. Peirce (1986). Kelima,
makna rage face dianalisis berdasarkan tanda-tanda visual yang terdapat pada
ekspresi wajah rage face dan didasarkan pada teori semiotika tanda Charles S.
Peirce (1986) dan ekspresi wajah animasi Tekalp dan Jörn (2000).
E. Landasan Teori
Teori adalah sekumpulan preposisi yang saling berkaitan secara logis
untuk memberikan penjelasan mengenai sejumlah fenomena (Lieng Gie dalam
Kesuma, 2007:37). Adapun dalam bidang lingusitik, teori adalah seperangkat
hipotesis yang dipergunakan untuk menjelaskan data bahasa, baik yang bersifat
lahiriah seperti bunyi bahasa, maupun yang bersifat batin seperti makna
(Kridalaksana, 2011:240). Dalam subbab ini diuraikan teori mengenai sintaksis,
kata, frase, klausa, kalimat, semiotika, internet meme, rage comics, dan ekspresi
wajah.
1. Sintaksis
Istilah sintaksis secara etimologis berasal dari bahasa Belanda syntaxis. Di
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah syntax. Sintaksis adalah cabang dari
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase
(Ramlan, 2005:18). Menurut Chaer (2009:3) sintaksis adalah subsistem yang
11
membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata ke dalam satuan-satuan yang
lebih besar, yang disebut satuan-satuan sintaksis, yaitu kata, frase, klausa, kalimat,
dan wacana.
Al-Khuli (1982:279) menyepadankan istilah sintaksis dalam bahasa Arab
dengan istilah /‘ilmu’n-nachwi/. Al-Khuli mengemukakan adalah
""
/Dira>satu achka>mi tarti>bil-kalima>ti wal-‘iba>ra>ti wal-jumaila>ti da>khilal-jumlati
wal-‘ala>qa>ti’n-nachwiyyati bainaha>/
„Sintaksis adalah ilmu yang mengkaji kaidah susunan kata, frase, dan klausa yang
masuk ke dalam kalimat serta hubungannya secara sintaksis‟.
Satuan lingual atau dikenal juga sebagai satuan gramatikal merupakan
satuan dalam struktur bahasa yang mencakup morfem, kata, frase, klausa, kalimat,
kelompok kalimat, paragraf, dan wacana (Kridalaksana, 2011:215). Adapun
satuan sintaksis secara hierarkial dibedakan menjadi lima macam satuan, yaitu
kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Kata merupakan satuan terkecil dalam
sintaksis secara hierarkial. Kata satuan terkecil yang membentuk frase, lalu, frase,
membentuk klausa, klausa membentuk kalimat, kalimat membentuk wacana
(Chaer, 2009:37).
Berpijak pada uraian di atas sintaksis merupakan cabang linguistik yang
mengkaji satuan lingual berupa kata, frase, klausa dan kalimat. Dengan demikian,
sintaksis dapat digunakan untuk menentukan bentuk berdasarkan aspek lingual
yang terdapat pada data penelitian.
12
a. Kata
Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem
yang telah mengalami proses morfologis (Kridalaksana, 2011:110). Al-Khuli
(1982:013) menyepadankan istilah kata dalam bahasa Arab dengan istilah
/kalimatun/. Al-Khuli mengemukakan /kalimatun/ adalah
""
/Ashgharu wachdatin lughawiyyatin dza>ti ma‘na>/
„Satuan terkecil bahasa yang memiliki makna‟
Kata dalam bahasa Arab dibagi menjadi tiga, yaitu ism, fi‘l, dan charf
(Ni‘mah, 1988:17). Berikut masing-masing penjelasannya.
a) Ism (Nomina)
Ism adalah kata yang menunjukkan pada unsur makna manusia, hewan,
tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat, atau makna yang bebas dari waktu.
Ism memiliki penanda sebagai berikut (Ni‘mah, 1988:17).
1) Ism dapat menerima penanda tanwin.
Contoh :
/Rajulun/, /Kita>bun/, /Syajaratun/
„Laki-laki‟, „Buku‟, „Pohon‟
2) Ism dapat menerima penanda definit atau takrif alif dan lam ( ).
Contoh :
/Ar-rajulu/, /Al-kita>bu/, /Asy-syajaratu/
„Laki-laki itu‟, „Buku itu‟ , „Pohon itu‟
3) Ism dapat didahului oleh penanda charfu’n-nida>.
Contoh : ,
/Ya> Muchammadu/, /Ya> rajulu/
13
„Wahai Muhammad‟, „Wahai laki-laki‟
4) Ism dapat dibentuk jar dengan menggunakan charf jar atau tarki>b idhafah.
Contoh : ,
/Ghashnu‟sy-syajarah/, /‘Ala’sy-syajarah/
„Ranting pohon‟, „Di atas pohon‟
5) Ism dapat menjadi isna>d atau ikhba>r.
Contoh :
/Al-kita>bu mufi>dun/
„Buku itu bermanfaat‟
b) Fi‘l (Verba)
Fi‘l adalah kata yang menunjukkan peristiwa atau suatu kejadian yang
terikat dengan waktu atau kala tertentu. Fi‘l memiliki penanda sebagai berikut
(Ni‘mah, 1988:18).
1) Fi‘l dapat bersambung dengan ta>’ fa>‘il.
Contoh :
/Katabtu/, /Syakarta/
„Saya telah membaca‟, „Kamu telah bersyukur‟
2) Fi‘l dapat bersambung dengan ta>’ ta’ni>ts.
Contoh :
/Katabat/, /Taktubu/
„Dia (perempuan) telah membaca‟, „Dia (perempuan) membaca‟
3) Fi‘l dapat bersambung dengan ya> mukhatha>bah.
Contoh :
/Taktubi>na/, /Usykuri>/
„Kamu (perempuan) membaca‟, „Kamu (perempuan) bersyukurlah‟
4) Fi‘l dapat bersambung dengan nu>n tauki>d.
14
Contoh :
/Layaktubanna/, /Usykuranna/
„Sungguh dia (laki-laki) membaca‟, „Sungguh saya bersyukur‟
c) Charf (Partikel)
Charf adalah kata yang tidak memiliki makna kecuali bergabung dengan
kata yang lain (Ni‘mah, 1988:18). Penanda dari charf adalah tidak dapat
menerima satu pun dari penanda ism (nomina) dan fi‘l penanda (verba) (Al-
Gulayaini, 2010:18).
Contoh :
/fi>/, /anna/, /hal/, /lam/
„di‟, „sesungguhnya‟, „apakah‟, „tidak‟
b. Frase
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif,
gabungan itu dapat rapat, dapat renggang (Kridalaksana, 2011:66). Menurut
Chaer (2009:39) frase adalah satuan sintaksis yang dibentuk dari dua buah kata
atau lebih dan mengisi salah satu fungsi sintaksis. Adapun menurut Ramlan
(2005:138) adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.
Al-Khuli (1982:215) menyepadankan istilah frase dalam bahasa Arab
dengan istilah /‘iba>ratun/. Al-Khuli mengemukakan adalah
/Majmu>‘atu kalima>tun du>na fi‘lin wa fa>‘ilihi aw du>na mubtada’in wa khabarihi/
„Kumpulan kata yang tidak terdapat fi‘l dan fa>‘il atau mubtada’ dan khabar‟
Ryding (2014:119-123) membagi frase bahasa Arab berdasarkan
strukturnya menjadi dua, yaitu :
15
a. Agreement-based phrase structure merupakan frase yang terdiri atas kepala
(head) dan komponen frase lainnya. Kepala (head) frase menentukan
kategori sintaksis dan distribusinya dalam kalimat. Tipe agreement-based
phrase structure sebagai berikut.
1) Frase nomina (Noun phrases)
Frase nomina dapat disepadankan dengan ‘ibaratun ismiyyatun, yaitu
(1) gabungan kata yang unsur utamanya adalah nomina (ism) yang
berkesinambungan dalam kalimat, (2) gabungan kata yang menempati fungsi
nomina (ism) tanpa menjadi klausa (Al-Khuli, 1982:184). Ryding (2014:119-
121) membagi frase nomina (noun phrases) menjadi empat kategori, yaitu :
a) N + N : nomina dalam aposisi
Nomina dalam aposisi mengidentifikasi dan menentukan satu sama
lain, masing-masing mengacu pada yang lain dan bertindak sebagai satu unit
sintaksis.
Contoh :
/Al-maliku Chusainun/
„Raja Husain‟
b) N + N (N) : nomina dalam koordinasi
Nomina dalam koordinasi terkait dengan koordinasi konjungsi /wa/
„dan‟, /am/ „atau‟ atau /aw/ „atau‟. Secara sintaksis, struktur ini sebagai
kelompok terkoordinasi mengisi slot sintaksis tunggal, seperti pelaku,
obyek, atau penerima. Frase jenis ini dapat dipadankan dengan al-
murakkabu al-‘athfi>, yaitu susunan yang terdiri dari al-ma‘thu>fu dan al-
ma‘thu>fu ‘alaihi, di antara kedua kata tersebut disisipi dengan charful-‘athfi
(Al-Ghulayaini, 2010:10).
16
Contoh :
/Ats-tsa‘labu wal-ghura>bu/
„Serigala dan burung gagak‟
c) N + adj. (+adj.)
Frase ini terdiri atas nomina dan kata sifat (ajektiva). Frase kata
benda-kata sifat bahasa Arab memerlukan beberapa kesepakatan dalam
kasus, ketakrifan, jenis kelamin, dan jumlah. Frase jenis ini dapat
dipadankan dengan ‘ibaratun na’tiyyatun, yaitu frase yang unsur pokoknya
berupa ajektiva (na‘at) (Al-Khuli, 1982:5).
Contoh :
/Madi>natun Farnsiyyatun kabi>ratun/
„Kota Perancis yang besar‟
d) Kesesuaian dalam DPs (Determiner phrases): Frase determinator bahasa
Arab (Arabic determiner phrases)
Frase yang ini terdiri dari determinator dan nomina. Determinator
dalam bahasa Arab dapat berupa artikel, pronomina persona, atau
pronomina demonstratif.
Contoh :
/Hadzal-math‘amu/
„Restoran ini‟
b. Government-based phrase structure merupakan frase yang menunjukkan
pengaruh internal, yaitu salah satu frase mempengaruhi lainnya dan
menyebabkan berinfleksi untuk kasus tertentu, biasanya genetif (jar). Frase
jenis ini dikategorikan menjadi dua, yaitu :
17
1) Frase preposisional (prepositional phrase) merupakan frase yang terdiri
atas preposisi atau semi-preposisi (locative adverb/zharaf maka>n) diikuti
nomina (ism). Frase preposisi dapat dipadankan dengan ‘ibaratul-jarri,
yaitu frase yang terdiri atas preposisi (ja>r) dan objek preposisi (majru>r) dan
pengikut-pengikutnyanya ) (Al-Khuli, 1982:225).
Contoh : - preposisi diikuti nomina (ism)
/Fi>l-ja>mi‘ah/
„Di Universitas‟
- semi-preposisi diikuti nomina (ism)
/Ba‘dal-chaflah/
„Setalah pesta‟
2) N+N konstruksi genetif (idha>fah) merupakan frase yang terdiri atas
mudha>f dan mudha>f ilaih. Frase ini yang digunakan untuk menunjukkan
berbagai seluruh hubungan yang bermakna antara entitas, dari
kepemilikan, identitas, penentuan/kuantifikasi, pengukuran, komposisi,
konten, dan aktivitas. Frase jenis ini dapat dipadankan dengan al-
murakkabu al-idha>fi, yaitu susunan yang terdiri dari al-mudha>fu dan al-
mudha>fu ilaihi (Al-Ghulayaini, 2010:9).
Contoh :
/Launil-ba>bi/
„Warna pintu‟
c. Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-
kurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk
18
menjadi kalimat (Krisalaksana, 2011:124). Menurut Ramlan (2005:79) klausa
adalah satuan gramatikal yang terdiri dari S, P, baik O, Pel, dan Ket ataupun
tidak. Adapun menurut Chaer (2009:41) klausa adalah satuan sintaksis yang
berada di atas satuan frase dan di bawah satuan kalimat, berupa runtunan kata-
kata berkonstruksi predikatif.
Al-Khuli (1982:42) menyepadankan istilah klausa dalam bahasa Arab
dengan istilah /jumailatun/. Al-Khuli mengemukakan adalah
""
/Tarki>bun lughawiyyun yusyabbihul-jumlata fi> ‘ana>shirihi illa annahu
yusyakkilu juz’an min jumlah/
„Struktur bahasa yang menyerupai kalimat dalam unsur-unsurnya dan klausa
bisa membentuk bagian dari kalimat‟
Adapun menurut Asrori (2005:80), klausa dalam bahasa Arab
dipadankan dengan istilah /jumlatun/. Asrori (2005:80) berdasarkan jenis kata
atau frase yang menjadi predikat, klausa dalam bahasa Arab dapat terbagi
menjadi :
1) Klausa verbal (Jumlah fi’liyyah), yaitu klausa yang predikatnya berupa kata
verba (fi‘l) (Asrori, 2005:81).
Contoh :
/Turqishu al-fata>ta>ni/
„Dua pemudi itu menari‟
2) Klausa nomina (Jumlah ismiyyah), yaitu klausa yang predikatnya berupa
kata nomina (ism) (Asrori, 2005:81). Klausa nomina dapat disepadankan
dengan jumailatun ismiyyatun, yaitu klausa yang predikatnya berupa ism
dan diikuti klausa pokok (Al-Khuli, 1982:184).
19
Contoh :
/Chani>fatu ukhti>/
„Hanifah adalah saudariku‟
3) Klausa preposisional (Syibhul-jumlah), yaitu klausa yang predikatnya
berupa frase depan (jar-majrur) (Asrori, 2005:81).
Contoh :
/Al-mudi>ru fi>l-maktabi/
„Direktur itu di kantor‟
d. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa (Kridalaksana, 2011:103). Menurut Chaer (2009:44) kalimat adalah
satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa,
dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Al-Khuli (1982:350) menyepadankan istilah kalimat dalam bahasa Arab
dengan istilah /jumlatun/. Al-Khuli mengemukakan adalah
""
/Aktsaru wachdatin qa>bilatin lil-washfi’n-nachwiyyi
„Satuan terbesar dalam ilmu nahwu‟
Menurut Asrori (2005:101) berdasarkan jumlah dan jenis klausa, kalimat
dalam bahasa Arab dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1) Kalimat tunggal (Kala>m basi>th) adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa
bebas tanpa klausa terikat (Asrori, 2005:101). Kalimat tunggal dapat
disepadankan dengan jumlatun basi>thatun, yaitu kalimat yang terdiri atas
satu klausa bebas yang memiliki satu predikat (Al-Khuli, 1982:258).
20
Contoh :
/ Akhi> ya‘malu mudarrisan/
„Saudaraku berkerja sebagai guru‟
2) Kalimat majemuk bersusun (Kala>m tarki>bi>) adalah kalimat yang minimal
terdiri atas satu klausa bebas dan satu klausa terikat (Asrori, 2005:101-102).
Kalimat majemuk bersusun dapat disepadankan dengan jumlatun
murakkabatun, yaitu kalimat yang terdiri atas satu klausa utama dan satu
klausa pengikut atau lebih (Al-Khuli, 1982:50).
Contoh :
/Dzahabtu ila>l-mustasyfa> lianna wa>lidi> mari>dun/
„Saya telah pergi ke rumah sakit karena ayahku sakit‟
3) Kalimat majemuk setara (Kalam murakkab) adalah kalimat yang terdiri atas
dua atau lebih klausa bebas (Asrori, 2005:103). Kalimat majemuk setara
dapat disepadankan dengan jumlatun ‘athfiyyatun, yaitu kalimat yang
terdiri atas dua klausa tunggal atau lebih yang menghubungkan keduanya
dengan konjungsi yang sepadan seperti „dan‟ atau konjungsi korelasi seperti
either or‟(Al-Khuli, 1982:51).
Contoh :
/Istaiqizh Yasirun mina’n-naumi mubakkiran tsumma tawadhdha’u wa
shalla’sh-shubchi/
„Yasir telah bangun dari tidur lebih awal kemudian ia berwudhu dan shalat
shubuh‟
2. Semiotika
Semiotika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani semeion yang
berarti tanda (Wibowo, 2011:5). Adapun secara terminologis semiotika adalah
21
ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda (Kridalaksana,
2011:218-219).
Al-Khuli (1982:252) menyepadankan istilah semiotika dalam bahasa Arab
dengan istilah /‘ilmu’r-rumu>zi/. Al-Khuli mengemukakan adalah
" : "
/‘Ilmu’r-rumu>zi : ‘ilmun yabchatsu fi>’r-rumu>zi’l-lughawiyyati wa ghairu’l-
lughawiyyati/
„Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda-tanda bahasa dan tanda-tanda selain
bahasa‟.
Semiotika memiliki dua tokoh yang berpengaruh, yakni Ferdinand de
Saussure (1857-1913) dan Charles S. Peirce (1839-1914). Ferdinand de Saussure
mengembangkan ilmu semiotika di Eropa sedangkan Charles S. Peirce di Amerika
Serikat. Latar belakang keilmuan Ferdinand de Saussure adalah linguistik
sedangkan Charles S. Peirce filsafat (Tinarbuko, 2012:11).
Istilah semiotika dikemukakan oleh Charles S. Peirce merujuk pada
doktrin formal tentang tanda-tanda. Adapun Ferdinand de Saussure menggunakan
istilah semiologi yang merujuk pada sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-
tanda di dalam masyarakat. Semiotika bagi Charles S. Peirce adalah suatu cabang
dari filsafat sementara semiologi bagi Ferdinand de Saussure adalah bagian dari
disiplin ilmu psikologi sosial (Budiman, 2011:3).
Istilah semiotika dan semiologi dapat digunakan merujuk kepada ilmu
tanda-tanda tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam. Perbedaan
keduanya adalah istilah semiologi lebih banyak dikenal di Eropa yang mewarisi
linguistik Saussurean, sementara istilah semiotika cenderung dipakai oleh para
22
penutur bahasa Inggris atau mereka yang mewarisi tradisi Peircian (Budiman,
2011:3-4).
Berdasarkan hal di atas perbedaan penggunaan istilah semiotika dan
semiologi dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan dan pemikiran para tokohnya.
Selain itu, hal tersebut dipengaruhi oleh pengikut yang menggunakan istilah
tersebut.
Menurut Charles S. Peirce dalam Tinarbuko (2012:13), tanda
(representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas
batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu kepada sesuatu yang lain, yaitu objek.
Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda
melalui interpretan. Jadi interpretan ialah pemahaman makna yang muncul dalam
diri penerima tanda. Sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik
langsung dengan interpretan dan objeknya (Budiman, 2011:17).
Interpretan
Objek Representamen
Gambar 2. Segitiga Semiotika
Menurut Charles S. Peirce dalam Budiman (2011:19-22) tipe-tipe tanda
dapat dibedakan berdasarkan relasi di antara representamen dan objeknya
menjadi:
a. Ikon (icon) adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa (resemblance)
sebagaimana dapat dikenali oleh pemakainya. Hubungan antara
23
representamen dan objeknya dalam ikon terwujud sebagai kesamaan dalam
beberapa kualitas.
b. Indeks (index) adalah tanda yang memiliki keterikatan fenomenal atau
eksistensial di antara representasemen dan objeknya. Hubungan antara
representamen dan objeknya dalam indeks bersifat konkret, aktual, dan
biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal.
c. Simbol (symbol) adalah jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional
sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-
tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol.
Tabel 7. Jenis Tanda dan Cara Kerjanya
Jenis Tanda Ditandai dengan Contoh Proses Kerja
Ikon
- persamaan
(kesamaan)
- kemiripan
gambar, foto, patung dilihat
Indeks
- hubungan
sebab akibat
- keterkaitan
- asap......api
- gejala.....penyakit diperkirakan
Simbol
- konvensi
atau
kesepakatan
sosial
- kata-kata
- isyarat dipelajari
3. Internet Meme
Istilah meme pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli biologi Richard
Dawkins dalam bukunya yang berjudul The Selfish Gene pada tahun 1976. Kata
meme berasal dari bahasa Yunani mimema, yang berarti sesuatu yang ditiru
(Shifman, 2013:363). Meme sebagai suatu unit budaya kecil transmisi, analog
dengan gen, yang menyebar dari orang ke orang dengan menyalin atau imitasi
(Dawkins dalam Shifman, 2014:9). Adapun dalam perkembangannya, istilah
24
meme digunakan pengguna internet pada umumnya untuk menggambarkan
penyebaran hal-hal seperti lelucon, rumor, video, dan situs dari satu orang ke
orang yang lain melalui internet (Shifman, 2014:2).
Shifman mendefinisikan internet meme sebagai (a) kumpulan hal-hal
digital yang berbagi karakteristik umum konten, bentuk, dan sikap, (b) yang
diciptakan dengan kesadaran terhadap satu sama lain, dan (c) beredar, ditiru, dan
/atau berubah melalui internet oleh banyak pengguna (Shifman, 2014:41).
Internet meme menggunakan struktur yang sama. Salah satu yang umum
digunakan, yaitu image macro. Image macro adalah seperangkat aturan gaya
untuk menambahkan teks ke gambar. Beberapa image macro menambahkan teks
yang sama untuk berbagai gambar, dan yang lainnya menambahkan teks yang
berbeda untuk gambar umum (Davison, 2012:127).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa internet meme
merupakan fenomena yang beredar di internet berupa kumpulan hal-hal digital
berisi konten, bentuk dan sikap yang dapat ditiru dan disebarkan oleh pengguna
satu ke pengguna internet lainnya.
a. Rage Comics
Menurut Morehead (2011:646) rage memiliki arti kemarahan, kegilaan,
dan kemurkaan. Adapun comics memiliki arti serangkaian gambar atau buku
lucu lucu (Morehead, 2011:136). Rage comics adalah salah satu jenis genre
meme yang menampilkan satu set karakter ekspresif, masing-masing terkait
dengan perilaku dan emosi yang khas (Shifman, 2014:113). Rage comics adalah
seri komik web dengan karakter-karakter yang disebut sebagai rage face. Rage
comics sering dibuat dengan perangkat lunak gambar sederhana seperti MS
25
Paint. Rage comics ini secara khas digunakan untuk bercerita tentang
pengalaman kehidupan nyata dan diakhiri dengan bagian pokok dengan lucu
(Sav, 2011, http://knowyourmeme.com/memes/rage-comics).
Genre ini diawali oleh “4chan” pada tahun 2008 dengan aliran komik
empat panel yang didedikasikan untuk cerita dari karakter bernama Rage Guy.
Rage Guy merupakan karakter yang sering terjebak dalam situasi yang
membuatnya berteriak dalam kemarahan (FFFFFFUUUUUU). Serangkain
karakter lainnya muncul setelah keberhasilan rage face ini, di antaranya Forever
Alone (sedih, orang yang kesepian tanpa teman), Me Gusta ( "saya suka" dalam
bahasa Spanyol, karakter yang mengekspresikan kesenangan), Troll Face (yang
menikmati mengganggu dan merugikan orang), dan Poker Face (yang mencoba
untuk menyembunyikan rasa malunya dalam situasi canggung). Sejak itu, rage
comics jangkauannya meluas tidak hanya di “4chan” tetapi juga ke komunitas
lain. Cara untuk membuat rage comics dipopulerkan oleh website “Rage
Makers”. Melalui website ini pengguna dapat membuat rage comics dengan
mudah dengan mengambil alih karakter yang sudah dibuat (Shifman, 2014:113-
115).
Beberapa karakter dari rage comics atau rage face adalah sebagai berikut :
1) LOL guy adalah karakter rage comics yang sering digunakan untuk
menunjukkan tawa dan hiburan umum (Don, 2011, http://knowyourmeme.
Com /memes/lol-guy).
Gambar 3. Rage Face LOL guy
26
2) Derpina adalah julukan yang terkait dengan karakter perempuan dalam rage
comics. Derpina memiliki beberapa versi karakter dengan berbagai ekspresi
wajah dan yang paling sering digambarkan dengan wall-eyed derp face atau
senyum dengan gaya emoticon Jepang (^ ^) (Grnarrow, 2012,
http://knowyourmeme.com/memes/derpina).
Gambar 4. Rage Face Derpina
3) Are you fucking kidding me? adalah karakter rage comics yang
menggunakan ekspresi wajah menghina yang biasanya digunakan sebagai
reaksi terhadap kebodohan ekstrem orang lain (Rage Guy, 2010,
http://knowyourmeme.com/memes/are-you-fucking-kidding-me).
Gambar 5. Rage Face Are You Fucking Kidding Me?
4) Are you serious face, juga dikenal sebagai Seriously? adalah gambar hitam
dan putih dari pria yang tampak bingung atau wanita yang sering digunakan
dalam rage comics. Hal ini umumnya digunakan sebagai reaksi terhadap
ketidaktahuan atau kebodohan (Don, 2011, http://knowyourmeme.com
/memes/are-you-serious-face-seriously)
Gambar 6. Rage Face Are You Serious Face
27
5) Yao ming face/bitch please (kadang disebut sebagai Fuck That Guy atau
Dumb Bitch) adalah karakter rage comics yang menggambarkan pemain
basket profesional Yao Ming dengan senyum hangat. Karakter ini biasanya
digunakan sebagai reaksi wajah untuk menyampaikan sikap meremehkan
terhadap masukan orang lain dalam diskusi online. Versi Dumb Bitch sering
digunakan dalam lelucon misoginis dalam rage comics, sementara versi
Fuck That cenderung mengekspresikan sikap yang lebih sembarangan untuk
komentar yang tidak layak yang dilakukan oleh orang lain (Don, 2011,
http://knowyourmeme.com/memes/yao-ming-face-bitch-please).
Gambar 7. Rage Face Yao Ming/Bitch Please
6) Rage guy (FFFFFFUUUUUU) adalah karakter utama dari seri komik
crudely-drawn yang biasanya terdiri dari empat panel yang menggambarkan
situasi marah dan putus asa dengan karakter utama berteriak dengan
kemarahan sebagai hasilnya (Jamie Dubs, 2009, http://knowyourmeme.com/
memes/rage-guy-fffffuuuuuuuu).
Gambar 8. Rage Face Rage Guy (FFFFFFUUUUUU)
7) Big grin (alias Grinface, Epic Lulz Guy) adalah reaksi rage comics dari
kegembiraan yang tak terelakkan (dan sering puas diri) yang dihasilkan dari
28
tindakan tertentu atau lelucon. Reaksi Big Grin biasanya menggambarkan
tingkat kepuasan yang tinggi dan pencapaian. Penggunaannya menunjukkan
kebalikan reaksi Rage Guy (Zerohack, 2011, http://knowyourmeme.com/
memes/big-grin-never-ever).
Gambar 9. Rage Face Big Grin
8) Pffftttchh adalah karakter rage comics digunakan untuk menyampaikan
bahwa seseorang sedikit menampilkan tawanya (Pffftttch, 2011,
http://knowyourmeme.com/memes/pffftttchh ).
Gambar 10. Rage Face Pffftttch
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rage comics
merupakan salah satu genre meme yang memiliki karakter ekspresif (rage face).
Rage face tersebut memiliki karakter masing-masing sesuai dengan ekspresi yang
ditampilkan.
4. Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah merupakan tanda universal bagi emosi-emosi spesifik.
Sejak tahun 1963, ahli psikologi Paul Ekman melakukan penelitian mengenai
ekspresi wajah. Penelitian itu menunjukkan bahwa dengan membagi-bagi ekspresi
wajah menjadi komponen-komponen karakteristik posisi alis, bentuk mata, bentuk
mulut, ukuran lubang hidung, dan lainnya dalam pelbagai kombinasi akan
29
menentukan bentuk, X, dan makna, Y dari ekspresi bersangkutan (Danesi,
2011:58).
Adapun Tekalp dan Jörn (2000:392) mendeskripsikan enam pokok
ekspresi wajah, yaitu senang, sedih, marah, takut, jijik, dan terkejut. Deskripsi
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8. Ekspresi Wajah Pokok
Nama
Ekspresi
Deskripsi
Senang
- Posisi alis mata rileks
- Posisi mulut terbuka
- Ujung mulut tertarik ke arah telinga
Sedih
- Posisi alis mata bagian dalam terangkat ke atas
- Mata agak terpejam
- Bentuk mulut rileks
Marah
- Posisi alis mata bagian dalam tertarik ke bawah secara
bersamaan
- Mata terbuka lebar
- Bibir atas dan bawah saling menekan atau terbuka lebar
untuk memperlihatkan gigi
Takut
- Posisi alis mata terangkat ke atas dan tertarik
- Bagian dalam alis cenderung lebih ke atas
- Mata tegang dan perhatian
Jijik - Posisi alis mata dan kelopak mata rileks
- Mulut bagian atas terangkat dan melengkung
Terkejut
- Posisi alis mata terangkat
- Kelopak mata atas terbuka lebar
- Kelopak mata bawah dalam posisi rileks
- Rahang terbuka
Selain itu, Tekalp dan Jörn (2000:388) juga mendeskripsikan kondisi
wajah netral, yaitu sebagai berikut :
a. Seluruh otot wajah dalam kondisi rileks
b. Kelopak mata bersinggungan dengan retina
c. Bibir atas dan bawah saling bersentuhan
d. Garis bibir berbentuk horizontal dan ujung bibir rata
30
e. Mulut tertutup
f. Gigi atas dan bawah saling bersentuhan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ekspresi wajah
merupakan salah satu tanda emosi seseorang. Ekspresi wajah dapat diketahui
melalui kondisi wajah. Teori ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan makna
rage face berdasarkan ekspresi wajahnya.
F. Data dan Sumber Data
Data merupakan objek penelitian beserta dengan konteksnya (Sudaryanto,
1988:10). Konteks yang dimaksud baik lingual maupun non lingual dapat
dipandang sebagai realitas lain yang menentukan identitas objek sasaran
penelitian (Sudaryanto, 1988:14). Adapun data pada penelitian ini adalah kata,
frase, klausa, kalimat dan tanda visual yang terdapat pada meme berbahasa Arab.
Sumber data adalah asal data dari penelitian yang diperoleh (Subroto,
1992:34). Sumber data primer pada penelitian ini adalah meme berbahasa Arab
fushcha> yang bergenre rage comics yang terdapat dalam media sosial Instagram
Shuwarun Mudhchikatun pada bulan Juni dan Juli tahun 2015. Meme rage comics
berbahasa Arab fushcha> yang digunakan berjumlah 47 meme. Adapun sumber
data sekunder pada penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari buku-
buku, hasil penelitian dan website yang berhubungan serta menunjang penelitian
ini.
31
G. Metode dan Teknik Penelitian
Metode dan teknik penelitian ini meliputi tiga tahap, yatu penyediaan
data, analisis data, serta penyajian hasil analisis. Berikut ini penjabaran masing-
masing metode dan teknik tersebut.
1. Penyediaan Data
Penyediaan data adalah penyediaan data yang benar-benar data,
penyediaan data yang terjamin sepenuhnya akan kesahihannya, penyediaan
data yang sangat patut atau pantas untuk dipercaya kualitas kedataannya
(Sudaryanto, 2015:201). Penyediaan data pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode simak. Metode simak merupakan metode yang
dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa
(Sudaryanto, 2015:201). Teknik dasar dari metode ini adalah teknik sadap,
yaitu pelaksanaan metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa
seseorang atau beberapa orang. Penggunaan bahasa yang disadap dapat
berbentuk lisan dan tulisan (Kesuma, 2007:43). Adapun teknik lanjutan yang
digunakan pada penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, yaitu
menyimak penggunaaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses
pembicaraan serta teknik catat, yaitu teknik menjaring data dengan mencatat
hasil penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007:44-45).
Teknik tersebut dilakukan dengan menyimak dan menyadap meme
berbahasa Arab yang berjenis rage comics yang terdapat dalam media sosial
Instagram Shuwarun Mudhchikatun dengan mengunduhnya dengan
menggunakan aplikasi InstaSave. Selanjutnya, meme disortir berdasarkan
satuan gramatikalnya yang menggunakan bahasa Arab fushcha>, lalu
32
ditransliterasi ke dalam huruf Latin dan diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, kemudian diklasifikasi berdasarkan aspek lingual. Adapun tanda
visual diklasifikasikan berdasarkan aspek visual tipologi tanda ikon, indeks,
dan simbol serta makna rage face.
2. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya sang peneliti menangani langsung
masalah yang terkandung pada data. Penanganan itu tampak dari adanya
tindakan mengamati yang segera diikuti dengan membedah atau mengurai
dan memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara-cara khas tertentu
(Sudarfyanto, 2015:7).
Analisis data dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode padan
dan metode agih (Sudaryanto, 2015:15). Metode yang digunakan dalam
analisis data ini adalah metode agih. Metode agih adalah metode yang alat
penentunya terletak di bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto,
2015:18). Metode agih memiliki dua teknik, yaitu teknik dasar dan teknik
lanjutan. Teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik ini
dilakukan dengan membagi satuan lingual menjadi beberapa bagian yang
dipandang sebagai bagian dari satuan lingual yang akan diteliti (Sudaryanto,
2015:38). Teknik ini digunakan untuk menentukan bentuk meme berdasarkan
aspek lingual berupa satuan lingual frase, klausa dan kalimat.
Selain itu, pada penelitian ini juga digunakan metode analisis
kualitatif taksonomi, yaitu metode analisis terhadap keseluruhan data yang
terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014:110).
Metode ini digunakan untuk menentukan bentuk meme berdasarkan aspek
33
satuan visual meme dengan mengklasifikasikannya sesuai tipologi tanda dan
untuk menentukan makna rage face meme.
3. Penyajian Hasil Analisis Data
Tahap yang dilaksanakan setelah data selesai dianalisis adalah
menyajikan hasil analisis data. Penyajian hasil analisis data dapat disajikan
dengan menggunakan metode informal dan metode formal (Kesuma,
2007:71). Adapun metode penyajian hasil analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode informal. Metode informal adalah penyajian
hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa. Rumus-rumus atau
kaidah-kaidah yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang
apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami (Kesuma,
2007:71).
H. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga
bab sebagai berikut :
Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, data
dan sumber data, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penyajian.
Bab kedua adalah pembahasan. Bab ini berisi pembahasan mengenai
bentuk meme berbahasa Arab berdasarkan aspek lingual dan aspek visual, serta
makna rage face dalam dalam media sosial Instagram Shuwarun Mudhchikatun.
Bab ketiga adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari
keseluruhan hasil penelitian.
Recommended