View
89
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
blok VIII
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Stomatognasi
Komponen sistem stomatognasi meliputi gigi-geligi beserta jaringan
pendukungnya, otot, persyarafan maupun persendian antara maksila dan
mandibula. Stomatognasi dalam praktek kedokteran gigi merupakan ilmu yang
mempertimbangkan hubungan antara gigi geligi, rahang, persendian
temporomandibula, kraniofasial dan oklusi gigi (Andriyani, 2001).
Termasuk dalam fungsi stomatognasi adalah pengunyahan makanan,
penelanan, pernafasan, dan berbicara. Masing-masing fungsi ini erat hubungannya
dan kadang-kadang dua atau lebih fungsi ini dapat dilakukan secara bersama-
sama. Fungsi stomatognasi yang akan dibahas di sini adalah pengunyahan dan
penelanan makanan Selama proses pengunyahan, komponen-komponen yang
terlibat adalah tulang, otot-otot, ligament dan gigi (Andriyani, 2001).
Pada sistem stomatognasi, proses pengunyahan dan penelanan merupakan
suatu proses yang kompleks, melibatkan otot-otot, persendian temporomandibula,
gigi dan persyarafan. Koordinasi pergerakan mandibula dan gigi yang berfungsi
optimal, akan menghasilkan makanan yang berubah menjadi konsistensi relatif
halus yang disebut dengan bolus (Andriyani, 2001).
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap bukal, tahap
faringeal dan tahap esophageal. Aktivitas otot penelanan dimulai dengan kerja
secara volunter dan akan berubah menjadi refleks involunter. Refleks lain yang
dapat terjadi pada aktivitas penelanan adalah batuk, muntah dan menghisap,
diakibatkan rangsangan-rangsangan sensorik (Andriyani, 2001).
4
2.2 Anatomi dan Fisiologi Pengunyahan
Pengunyahan adalah proses menghancurkan partikel makanan di dalam
mulut dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga
merubah ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang
mudah untuk ditelan. Penghancuran makanan dilakukan oleh gigi geligi dangan
bantuan otot-otot pengunyahan dan pergerakan kondilus mandibula melalui
artikulasi temporo mandibula. Gerakan artikulasi temporomandibula adalah
gerakan kapitulum mandibula yang terjadi pada waktu mengunyah seperti gerakan
memajukan mandibula, gerakan memundurkan mandibula dan gerakan mandibula
kesamping kiri dan kanan (Andriyani, 2001).
Mengunyah terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap membuka mandibula,
tahap menutup mandibula dan tahap berkontaknya gigi antagonis satu sama lain
atau kontak gigi dengan bolus makanan, dimana setiap tahap mengunyah berakhir
0,5 sampai 1,2 detik (Andriyani, 2001).
2.2.1 Aktivitas Otot Pengunyahan
Otot-otot yang terutama bertanggung jawab untuk menggerakkan mandibula
selama proses pengunyahan adalah m.masseter, m.temporalis, m.pterygoideus
lateralis, m.pterygoideus medialis. Otot pengunyahan tambahan seperti muskulus
mylohyoideus, m.geniohyoideus, m.stylohyoideus, m.infrahyodeus, m.buccinator
dan labium oris (Evelyn, 1992).
Selama proses pengunyahan, otot yang aktif pada saat gerakan membuka
mandibula adalah muskulus pterygoideus lateralis. Pada saat bersamaan
m.temporalis, m.masseter dan m.pterygoideus medialis, sedangkan
5
m.pterygoideus lateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup
perlahan, m.temporalis dan m.masseter juga berkontraksi membantu gigi geligi
saling berkontak pada oklusi normal. Sedangkan oleh penelitian elektromiografi
oleh Perry (1957) dan Harrizz (1957) melaporkan bahwa selama proses
pengunyahan m.temporalis mendahului m.masseter. Pada fenomena yang sama
dijumpai saat m.digastrikus menunjukkan aksi potensial ketika mandibula
bergerak dari posisi istirahat ke posisi oklusi, walaupun m.digastrikus tidak ikut
serta dalam mengangkat mandibula tetapi akan mempertahankan kontak gigi
geligi (Evelyn, 1992).
Lidah berperan penting selama proses pengunyahan, karena lidah berfungsi
membawa dan mempertahankan makanan diantara permukaan. Oklusi gigi-geligi,
membuang objek seperti biji, benda asing, fragmen tulang dan substansi yang
tidak enak rasanya, serta berfungsi untuk membawa massa makanan yang sudah
dikunyah kepalatum sebelum akhirnya ditelan. Lidah juga berperan penting dalam
mempertahankan kebersihan mulut, yaitu untuk menghilangkan debris makanan
pada gigiva, vestibulum dan dasar mulut (Andriyani, 2001).
2.2.2 Persendian Temporomandibula
Tulang adalah merupakan bagian tubuh yang sangat penting dan terdiri dari
bahan yang keras didalam tubuh. Walaupun demikian tulang adalah bersifat
plastis dan dapat bereaksi terhadap tekanan-tekanan yang diakibatkan oleh
beberapa fungsi, sehingga dapat dikatakan bahwa pada tulang terdapat hubungan
antara bentuk dan fungsi. Didalam tubuh manusia ada dua jenis tulang yaitu
tulang yang saling berhubungan erat satu dengan yang lainnya ada pula yang
6
tidak. Hubungan antara tulang ini diperlukan untuk melakukan berbagai gerakan
yang disebut sendi. Salah satu diantaranya adalah sendi temporomandibula yang
menghubungkan kapitulum mandibula dengan fossa artikulasi (Suryonegoro,
2010).
Selama gerakan mandibula, kondilus mandibula melakukan gerakan
memutar dan meluncur, hal ini mengakibatkan mandibula membuka dan menutup.
Perpindahan kondilus terjadi pada saat kondilus bergerak kebawah dan keatas
sepanjang eminensia artikularis dari tulang temporal (Suryonegoro, 2010).
Kondilus dan tulang temporal dipisahkan oleh rongga persendian dan
meniskus, dimana meniskus terdiri atas rongga bagian atas dan bawah
(Suryonegoro, 2010).
Kepala kondilus sewaktu terjadinya proses pengunyahan melakukan
gerakan ke arah lateral atau ke arah sisi kerja, gerakan ini disebut gerakan Bennet.
Pada saat mandibula bergerak, secara garis besar sendi temporo mandibula dibagi
menjadi dua kompartmen. Kompartmen bagian atas terletak diantara meniskus
dengan fossa mandibula, sedangkan kompartmen bawah berada diantara meniskus
dengan kondilus mandibula yang sumbu geraknya berjalan transversal melalui
kapitulum mandibula (Suryonegoro, 2010).
Pergerakan dari pembukaan mandibula diikuti oleh peluncuran dari
proccessus condilus dan meniscus ke depan dan kebelakang sepanjang tuberkulum
artikularis. Pergerakan dari penutupan mandibula diikuti tertariknya processus
kondilus dan meniscus ke atas dan kebawah sepanjang tuberkulum artikularis di
dalam fossa mandibula bersama dengan pergerakan serat. Pergerakan dari
memajukan mandibula terjadi karena tertariknya kondillus dan meniscus ke depan
7
sepanjang tuberkulum artikularis. Pergerakan dari memundurkan mandibula oleh
serat-serat posterior dari muskulus temporalis yang menarik kondilus dan
meniscus ke belakang dan ke atas sepanjang tuberkulum artikularis, muskulus
massetter mempertahankan kontak gigi geligi. Pergerakan mandibula ke samping
oleh aktivitas muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus
lateralis pada satu sisi, dimana prosessus kondilaris dan discus articularis akan
terdorong ke depan dank e eminensia artikularis (Suryonegoro, 2010).
2.2.3 Kontak Gigi Geligi
Oklusi adalah kontak gigi geligi yang diakibatkan oleh control
neuromuskuler terhadap sistem mastikasi (otot-otot, sendi temporomandibula dan
periodonsium). Dari sudut pandang fungsional, normal dan abnormalnya suatu
oklusi seseorang di tentukan dari caranya berfungsi dan dari efeknya terhadap
periodonsium, otot-otot dan sendi temporomandibula. Oklusi tidak ditentukan dari
susunan gigi geligi dalam rahang atau hubungan antara rahang atas dengan rahang
bawah (Andriyani, 2001).
Susunan gigi geligi yang lengkap pada oklusi sangat penting, karena
menghasilkan proses pencernaan makanan yang baik, dimana dengan
penghancuran makanan oleh gigi geligi sebelum penelanan akan membbantu
pemeliharaan kesehatan gigi yang baik. Oklusi yang baik dan penggantian gigi
yang hiilang dengan gigi tiruan, akan menjaga estetis dan kesehatan rongga mulut.
Larsen (1957) juga mengemukakan bahwa dengan mengunyah dan memberikan
latihan untuk otot-otot dalam mempertahankan fungsi dan kesehatan jaringan
periodontal (Andriyani, 2001).
8
Tonjol gigi pada arkus dentalis superior dan inferior terletak pada posisi
oklusi yang normal, dimana hal ini akan menghasilkan kontak yang maksimal
antara tonjol dan fossa serta interkuspidasi maksimal. Oklusi umumnya bervariasi
dari satu individu dengan individu lainnya, sehingga ada beberapa individu yang
benar-benar memiliki oklusi ideal. Oklusi ideal merupakan oklusi dimana terdapat
hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital.
Selama proses pengunyahan gigi geligi cenderung kembali ke posisi istiraha,
dimana pada posisi ini semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada
dalam keadaan istirahat, dan adanya celah antara gigi geligi atas dan bawah,
disebut free way space dan dalam upaya mencapai keadaan tersebut, gigi geligi
akan memberikan efek mekanis yang maksimal terhadap bahan makanan
(Andriyani, 2001).
Jankelson, Hoffman dan Hendron (1957) mengadakan penelitian mengenai
kontak gigi geligi selama pemotongan, proses pengunyahan dan pencernaan
makanan. Pada saat makanan yang berkonsentrasi keras dipotong, gigi insicivus
menutup dalam hubungna edge to edge tetapi tidak pada posisi kontak yang
sebenarnya. Mandibula bergerak ke depan sampai makanan berkontak dengan
gigi, sebagai tanda dimulainya proses pemotongan makanan, setelah itu
mandibula retrusi. Retrusi mandibula berhenti ketika resistensi terhadap
pemotongan makanan dijumpai. Pada saat gigi rahang bawah menekan makanan,
tegangan otot akan meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk
gerakan beraturan yang terus-menerus. Makanan yang telah dipotong oleh gigi
anterior kemudian dihancurkan atau digiling dengan gigi posterior. Dengan
9
demikian gigi incisivus berada dalam hubungan edge to edge selama pemotongan
makanan (Andriyani, 2001).
2.3 Proses Penelanan
Proses penelanan adalah aktivitas terkoordinasi yang melibatkan beberapa
macam otot-otot dalam mulut, otot palatum lunak, otot faring dan otot laring.
Aktivitas otot penelanan dimulai sebagai kerja volunter dan kemudian berubah
menjadi refleks involunter (Andriyani, 2001).
Hollinshead, Longmore (1985) menyatakan bahwa peristiwa menelan
adalah peristiwa yang terjadi setelah proses pengunyahan selesai didalam mulut,
kemudian mulut tertutup, lidah bagian ventral bergerak ke palatum sehingga
mendorong bolus ke arah isthmus faucium menuju faring untuk selanjutnya di
teruskan ke esophagus (Andriyani, 2001).
2.3.1 Aktivitas Otot Penelanan
Berkovitz (1995) dan William (1995) menyatakan bahwa otot-otot yang
berperan dalam proses penelanan adalah otot-otot didalam kavum oris proprium
yang bekerja secara volunteer, otot-otot faring dan laring bekerja secara
involunter. Kavum oris terbagi menjadi dua bagian yaitu vestibulum oris dan
kavum oris proprium. Vestibulum oris adalah ruang antara gigi-geligi dan batas
mukosa bagian dalam dari pipi dan labium oris. Sedangkan kavum oris proprium
merupakan ruang antara arkus dentalis superior dan inferior. Batas anterior dan
lateral kavum oris proprium adalah permukaan lingual gigi geligi dan prosesus
alveolaris (Andriyani, 2001).
10
1. Otot di dalam kavum oris proprium
Otot yang termasuk didalam kelompok ini adalah otot – otot lidah dan otot –
otot palatum lunak. Otot- otot lidah terdiri dari otot- otot instrinsik dan ekstrinsik.
Otot- otot intrinsic lidah merupakan otot yang membentuk lidah itu sendiri yaitu
muskulus longitudinalis lingua superfisialis, muskulus longitudinalis lingua
provunda, muskulus transfersus lingua dan muskulus vertikalis lingua. Otot
ekstrinsik lidah merupakan otot yang berada di bawah lidah yaitu muskulus
genioglossus untuk mengerakan bagian tengah lidah ke belakang dan muskulus
styloglossus yang menarik lidah keatas dan kebawah. Sedangan otot- otot palatum
lunak yaitu muskulus tensor dan muskulus levator veli palatini untuk mengangkat
faring dan muskulus palatoglossus yang menyebabkan terangkatnya uvula
(Evelyn, 1992).
2. Otot – otot faring
Terbagi menjadi 2 golongan yaitu otot- otot yang jalannya melingkar dan
otot- otot yang menbujur faring. Otot- otot melingkar terdiri atas muskulus
konstriktor faringis superior, muskulus konstriktror faringis media dan muskulus
konstriktor faringis inferior (Evelyn, 1992). Sedangkan otot- otot membujur faring
yaitu muskulus stilofaringeus. Faring tertarik kearah medial untuk saling
mendekat. Setelah itu lipatan- lipatan faring membentuk celah sagital yang akan
di lewati makanan menuju kedalam faring posterior celah ini melakukan kerja
selektif sehingga makanan yang telah di kunyah dapat lewat dengan mudah
(Evelyn, 1992).
3. Otot laring
11
Terbagi dua yaitu otot laring instrinsik dan otot laring ekstrinsik. Otot laring
ekstrinsik yaitu muskulus krikotiroideus, sedangan otot- otot laring intrinsic yaitu
muskulus tireoepiglottikus dan muskulus aritenoideus pada laring terdapat dua
sfingter yaitu aditus laringis dan rima glottidis. Aditus laringis berfungsi hanya
pada saat menelan. Ketika bolus makanan di pindahkan kebelakang diantara lidah
dan palatum lunak laring tertarik keatas. Aditus laringis di persempit oleh kerja
muskulus arytinoideus obliqus dan muskulus oroepiglottikus. Bolus makanan atau
cairan, kini masuk ke esophagus dengan mengelincir di atas epiglottis atau turun
lewat alur pada sisi aditus laringis rima glottidis berfungsi sebagai sfingter pada
saat batuk atau bersin tetapi yang terpenting adalah epiglottis membantu
mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita suara, dimana akan
mempengaruhi tegangan pita suara pada waktu bicara (Evelyn, 1992).
4. Otot Mastikasi
Otot – otot Membuka dan Menutup mulut (Joenarto, 2007):
1. Muskulus Maseter
Lapisan Superficial [lebih besar]
Origo : Processus zygomaticus ossis maxillae,2/3 ventral dari tepi caudal
arcus zygomaticus
Insersio : Tuberositas maseterica
Lapisan Profundus
Origo : 1/3 dorsal dari tepi caudal arcus zygomaticus,permukaan dalam
arcus zygomaticus
Insersio :1/2 cranial ramus mandibula dan processus muskularis
2. M. Pterigoideus lateralis
12
Caput Superior
Origo : Facies infratemporalis dan Crista infratemporalis ala magna ossis
sphenoidalis
Caput Inferior
Origo : Facies lateral lamina lateralis proc pterigoideus
Insersio : Sebagian capsula dan discus articularis proc articularis mandibula,
dan sebagian fovea pterygoideus dari colum mandibula
3. M. Pterigoideus medialis
Caput Superficial
Origo : Lamina lateralis proc pterigoideus facies medialis dan proc
pyramidalis ossis palatine
Caput Profundus [lebih besar]
Origo : Proc pyramidalis ossis palatini dan tuber maxilla
Insersio : Tuberositas pterygoidea pada bagian dalam angulus mandibula
4. M. Temporalis
Origo : Fossa temporalis, caudal dari linea temporalis inferior dan fascia
temporalis lapisan yang profundus
Insersio : Processus coronoideus dan tepi ventral ramus mandibula
5. M. Buccinator
Origo : proc alveolaris maxillaris et mandibularis dan raphe pterigoideus
Insersio : M. Orbicularis oris
6. M. Suprahyoid
- Geniohyoid
Origo : Spina mentalis mandibularis
13
Insersio : Corpus os hyoid
- Mylohyoid
Origo : Linea mylohyoidea
Insersio : Raphe mediana dan os hyoid
- Stylohyoid
Origo : Proc styloideus
Insersio : Os hyoid antara corpus dan cornu majus
- Digastricus
Venter posterior : dari fossa digastrica ke os hyoid
Venter anterior : dari os hyoid ke incisura mastoidea
Intermediate tendon : terikat pada cornu majus os hyoid oleh jaringan
apeneurotica
Otot-otot bibir dan pipi yang berperan dalam proses penelanan (Joenarto, 2007) :
1. Otot spincter bibir
Otot spincter bibir adalah orbicularis oris yang membentuk sebagian
jaringan pada bibir. Memiliki koneksi yang luas terhadap muskulus-
muskulus yang terdapat dalam rongga mulut.
Origo dan insersio
Serat-serat berjalan melingkari orificium oris di dalam substansi bibir.
Beberapa serat berawal di tengah garis maxilla dan berjalan serong ke
membran mukosa permukaan dalam bibir. Umumnya serat-serat ini
berasal dari muskulus buccinator.
Fungsi : Merapatkan bibir
2. Otot dilator bibir
14
a. M.levator labii superior
b. M.zygomaticus mayor dan minor
c. M.levator anguli oris
d. M.risorius
e. M.depressor anguli oris
f. M.depressor labii inferior
g. M.mentalis
3. Otot pipi
2.3.2. Mekanisme Penelanan
Penelanan makanan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap volunter atau
tahap oral / tahap bukal, tahap faringeal atau involunter, dan tahap esofageal.
Setiap tahap ini umumnya melakukan gerak yang berkesinambungan dan
berlangsung dengan cepat (Andriyani, 2001).
1. Stadium volunter
Dipengaruhi oleh kemauan. Pada stadium ini, makanan halus didorong
oleh
2. Stadium Involunter
Tidak dipengaruhi oleh kemauan. Stadium ini terbagi 2 :
a. Stadium pharyngeal
b. Stadium oesophageal
3. Stadium Pharyngeal
Di mulut pharyng, bolus merangsang reseptor. Terjadi peristiwa:
a. Gerakan palatum molle menutup nasophatyang
15
b. Penutup epiglottis ke arah laring
c. Sphincter pharingoesophageal relaksasi
d. Terjadi gelombang peristaltik di pharyng
e. Pernapasan berhenti sejenak
Proses berlangsung selama 1-2 detik
4. Stadium Oesophageal
Makanan digerakkan oleh adanya
a. Gelombang peristaltik primer (merupakan lanjutan gel pharyng)
b. Gelombang peristaltik sekunder (terjadi bila gelombang peristaltik
primer tidak sampai lambung
c. Regangan dinding melalui refleks vagus menimbulkan gelombang
peristaltik sekunder
Proses berlangsung 5-10 detik dipengaruhi gaya gravitasi (Pratiwi,2010).
Oesophagus
Berfungsi sebagai saluran lewat makanan dari mulut ke lambung. Makanan
becampur dengan saliva disebut bolus
Pada oesophagus tidak terjadi proses pencernaan, tidak ada proses obsorbsi
Sekresi oesophagus
Proses penelanan
Lidah menekan bolus ke arah soft palate, kembali ke arah mulut, merangsang
refleks salivasi (Pratiwi,2010).
2.3.3 Reflek
Kesatuan anatomik susunan syaraf adalah neuron, sedangkan lengkungan
fungsionalnya adalah lengkungan reflek. Lengkungan reflek adalah dasar
16
anatomik untuk kegiatan-kegiatan reflek di luar pengendalian kemauan kita, ini
berarti reaksi-reaksi yang bersifat otomatik, dikeluarkan dari kavum oris. Proses
ini terbentuk secara refleks ataupun secara sadar (Andriyani, 2001).
2.3.4 Persyarafan Menelan
Pada tahap menelan, daerah posterior mulut dan faring merupakan daerah
taktil yang paling sensitif. Pada faring terdapat suatu cincin yang mengelilingi
pembukaan faring dan mempunyai sensitivitas terbesar pada tiang – tiang tonsil.
Impuls dijalarkan dari daerah ini melalui bagian sensoris syaraf trigeminal dan
syaraf glossofaringeal ke daerah medulla oblongata yang berhubungan erat
dengan traktus solitaries yang terutama menerima semua impuls sensoris dadri
mulut (Andriyani, 2001).
Secara otomatis proses menelan diatur oleh daerah – daerah neuron di
batang otak yang didistribusikan ke seluruh substansia retikularis medula dan
bagian bawah pons. Daerah medulla dan ponsbagian bawah mengatur penelanan
secara keseluruhan disebut pusat menelan atau deglutisi (Andriyani, 2001).
Impuls motorik dari pusat menelan ke faring dan esophagus bagian atas
menyebabkan menelan dijalarkan oleh syaraf cranial, yaitu syaraf trigeminal,
syaraf glossofaringeal, syaraf vagus dan syaraf hypoglossal (Andriyani, 2001).
2.4 Gangguan Pada Sistem Stomatognathi
2.4.1 Penelanan Abnormal
Penelanan abnormal atau yang sering disebut dengan disfagia yaitu keadaan
dimana pasien mengalami kesulitan dalam menelan makanan. Kesulitan menelan
ada dua tahap pertama yaitu melewatkan bolus ke bagian belakang tenggorokan
17
dan tahap mengawali refleks menelan makanan . disfagia yang terjadi setelah
tahap mengawali refleks menelan biasanya disebabkan oleh kelainan
neuromuskular dan jarang terjadi, hal ini adanya lesi didalam laringofari dan
esophagus (Andriyani, 2001).
Bebrapa penyebab lain terjadinya disfagia antara lain pernha dilaporkan
oleh gankroger (1993), yaitu disfagia karena trauma akut benda asing yang masuk
kedalam faring dan menyebabkan spasma dan abses pada otot-otot faring dan
laring, disertai rasa sakit yang hebat sehingga penderita mengalami kesulitan
menelan makanan. Schlie-phake dan kawan-kawan (1998) juga melaporkan
bahwa pasien yang mmengalami operasi pengambilan karsinoma sel skuamosa
didasar mulut, akan mengalami kesulitan dalam menggerakan lidah karena
perubahan bentuk otot-otot lidah, selain itu juga akan mengalami perubahan
kualitas suara yaitu suara akan terdengar lebih besar dan lebih berat (Andriyani,
2001).
2.4.2 Bruksim
Bruksim adalah kebiasaan seseorang mengkerot-kerotkan atau
mengertakkan gigi geligi serta menekan kuat gigi geligi tanpa fungsi. Keadaan ini
sering terjadi dalam keadaan tidak sadar dan terutama pada malam hari disaat
sedang tidur. Keadaan ini menyebabkan bunyi gemerutuk gigi, rasa capek pada
otot saat bangun pagi, rahang terasa terkunci sehingga akan merasakan rasa sakit
pada daerah sendi rahang dan kecenderungan untuk menggigit pipi, lidah atau
bibir.selain itu gigi akan cepat aus sehingga akan berpengaruh pada pengunyahan
dan penelanan makanan (Andriyani, 2001).
18
Bruksim bisa juga disebabkan oleh karena emosi atau stres dan kontak gigi
geligi yang prematur atau bad bite. Pada pasien dengan keadaan seperti ini, otot-
otot pengunyahan akan bersifat protektif menjauhi kontak prematur selama proses
menelan. Hal ini akan menyebabkan oto tegang dan akhirnya menjadi sakit.
Perwatan bruksim dilakukan dengan berbagai cara seperti mengasah permukaan
okklusal gigi geligi dan perwatan dengan memakai alat splint. Dianjurkan untuk
mengasah permukaan gigi karena tonus otot yang tinggi waktu mengkerot-
kerotkan gigi akan mempersukar penemuan oklusi yang benar (Andriyani, 2001).
2.4.3 Tersedak
Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran pernafasan disekitar
tenggorokan (laring) / saluran pernafasan (trakea). Aliran udara menuju paru-paru
pun terhambat sehingga aliran darah yang menuju ke otak dan organ tubuh lain
terputus (Carpenita, 2009).
Tersedak adalah masuknya benda asing ke arah paru-paru , tersumbatnya
trakea seseorang oleh benda asing dan masuknya benda lain ke dalam
kerongkongan (Carpenita, 2009).
Tersedak adalah tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing, muntah,
darah atau cairan lain. Tersedak bisa terjadi jika sumber udara tersumbat.
Tersedak juga bisa terjadi jika adaya benda asing disaluran nafas yang
menghalangi udara masuk keparu-paru. Tersedak mungkin disebabkan oleh
kelainan otot-otot volunter dalam proses menelan khususnya pada klien dengan
penyakit-penyakit (otot rangka) atau persarafan yaitu penderita adermatomiiositis,
miastenia grafis, distrofi otot, polio, kelumpuhan pseudobular dan kelainan otak
19
dan sum-sum tulang belakang seperti penyakit Parkinson dan sklerosis lateral
amiotropik. Tersedak merupakan salah satu gejala klini dari dispagia dan terjadi
bila ada problem dari bagian proses menelan, misalnya kelemahan otot pipi atau
lidah yang menyebabkan kesukaran untuk memindahkan makanan ke sekeliling
mulut untuk dikunyah. Makan yang ukurannya sangat besar utuk ditelan akan
masuk ke tenggorokkan dan menutup jalan nafas. Kedua, karena ketidak
mampuan untuk memulai reflek menelan yang merupakan suatu rangsangan
sehingga menyebabkan makanan dan cairan dapat melewati faring dengan aman,
seperti adanya gangguan stroke, atau gangguan syaraf lain sehingga terjadi
ketidakmampuan utnuk memulai gerakan otot yang dapat memindahkan
makanan-makan dari mulut ke lambung. Ketiga, kelemahan otot-otot faring
sehingga terjadi ketidak mampuan memindahkan keseluruhan makan ke lambung
akibatnya sebagian makanan akan jatuh atau tertarik kedalam saluran nafas
(trakea) yang menyebabkan infeksi pada paru-paru (Arsyad, 2008).
Tersedak biasanya terjadi karena makanan yang kurang dikunyah dengan
baik “memasuki saluran yang salah”. Bila keadaan ini tidak segera diatasi, bisa
berakibat fatal (Arsyad, 2008).
Tersedak menyebabkan tersumbatnya saluran pernapasan di sekitar
tenggorokan (laring) atau saluran pernapasan (trakea). Aliran udara menuju paru-
paru pun terhambat sehingga aliran darah yang menuju otak dan organ tubuh lain
terputus. Karena itu perlu dilakukan tindakan pertama yang efektif untuk
menyelamatkan nyawa dengan tindakan Heimlich (Arsyad, 2008).
1. Klasifikasi Tersedak
20
a. Obstruksi total
Pembuntuan saluran pernafasan secara total sehingga klien tidak dapat
bernafas sama sekali dan harus segera di tolong karena dalam beberapa
menit pasien bisa mengalami kematian (Carpenita, 2009).
b. Fenomena check valve/ Parsial
Pembuntuan saluran nafas secara parsial / tidak total, sehingga klien masih
dapat bernafas tetapi kurang adekurat dan benda asing harus segera di
keluarkan karena akan mempengaruhi pasokan O2 jaringan (Carpenita,
2009).
2. Gejala
Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk, hal ini
normal karena batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan
benda asing dari kerongkongan (Carpenita, 2009).
2.5 Kelenjar Ludah/ Saliva
Sejak erupsi.elemen gigi-geligi langsung berhubungan dengan ludah. Pada
gigi yang telah dibersihkan dalam beberapa menit akan melekat protein ludah
pada email gigi, yang disebut “acquired pellicle” atau secara singkat pelikel.
Setelah beberapa jam bakteri-bakteri pertama berkolonisasi pada elemen gigi-
geligi dengan mengikatkan diri pada protein pelikel. Dengan demikian akan
terjadi pembentukan plak. Kepentingan ludah bagi kesehatan mulut terutama bila
terjadi gangguan sekresi (pengeluaran ludah). Sekresi ludah yang menurun akan
menyebabkan kesukaran berbicara ,mengunyah dan menelan. Ternyata ludah
21
adalah faktor penting dalam pencegahan karies,kelaian periodontal dan
gambaran penyakit mulut lainnya (Amerongen, 1991).
Ludah dapat melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan berbagai
cara, yaitu dengan (Amerongen, 1991):
- Pembersihan mekanis,yang dapat menghasilkan pengurangan akumulasi
plak.
- Pelumuran elemen gigi-geligi,yang akan mengurangi keausan oklusi yang
disebabkan oleh daya pengunyahan.
- Pengaruh buffer,sehingga naik turunnya derajat asam (pH) dapat ditekan dan
dekalsifikasi elemen gigi-geligi dapat dihambat.
- Agregasi bakteri yang dapat merintangi kolonisasi mikroorganisme.
- Aktivitas anti bakteri sehingga menghalang-halangi pertumbuhan bakteri
2.5.1 Fungsi Saliva
Berikut adalah beberapa fungsi dari saliva (Sloane, 2003):
a. Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa.
b. Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat di telan.
c. Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltosa.
d. Zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain seperti obat,
virus dan logam, diekresi ke dalam saliva.
e. Zat anti bakteri dan antibodi dalam saliva berfungsi untuk membersihkan
rongga oral dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah
kerusakan gigi.
22
Recommended