View
16
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
teknik konservasi waduk
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Waduk dan Komponen Waduk
Waduk sering disebut danau buatan yang besar. Menurut Komisi DAM dunia
bendungan/waduk besar adalah bila tinggi bendungan lebih dari 15 m. Sedangkan
embung merupakan waduk kecil dan tinggi bendungannya kurang dari 15 m. Sistem tata
air waduk berbeda dengan danau alami. Pada waduk komponen tata airnya pada
umumnya telah direncanakan sedemikian rupa sehingga volume, kedalaman, luas,
presepitasi, debit inflow/outflow dan waktu tinggal air diketahui dengan pasti. Waduk
memiliki beberapa komponen yaitu:
1. Waduk
2. Bendungan
3. Pelimpah (Spillway)
4. Tailrace Outlate (Pintu Keluar Saluran Akhir)
5. Pembangkit listrik (Power House)
Gamber 1 Komponen Waduk
Sumber: yogie-civil.blogspot.co.id
2. Bendungan (DAM)
Bendungan (DAM) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju
air menjadi waduk. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air
ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Dam juga memiliki bagian yang
disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diperlukan secara bertahap atau
berkelanjutan. DAM berfungsi untuk menahan atau membelokkan arah aliran air.
4
5
Bangunan air yang bernama spillway ini mempunyai kegunaan untuk
mengendalikan tinggi air pada waktu saat terjadinya banjir, dimana pengendalian
spillway ini yakni dengan mengatur kedudukan pintunya. Pada saat terjadi hujan
dengan curah yang tinggi, maka kemungkinan permukaan air untuk itu guna
menghindari meluapnya air yang tinggi tersebut maka dapat diatasi dengan
membuka pintu spillway agar kedudukan air pada waduk dalam keadaan stabil.
Selain itu spillway juga berfungsi mengurangi banyak sedimen yang masuk ke
dalam waduk dengan cara yang sama yakni mengatur buka dan tutupnya pintu air
spillway. Konstruksi bangunan pelimpah terbuat dari beton, urugan batu, urugan
tanah atau gabungan dari ketiganya.
4. Tailrace Outlate (Pintu Keluar Saluran Akhir)
Suatu konstruksi khusus tempat keluarnya air dari spillway atau air
buangan rumah pembangkit. Konstruksinya dari beton.
5. Pembangkit listrik (Power House)
Power house hanya terdapat pada bendungan pembangkit listrik, atau
dapat disebut sebagai rumah pembangkit merupakan konstruksi tehnik khusus
yang berfungsi sebagai tempat merubah energi air menjadi energi listrik yang
melalui turbin. Konstruksi umumnya dari beton.
2.2. Manfaat adanya Waduk
Pembangunan waduk/bendungan merupakan salah satu upaya dalam
pengelolaan konservasi sumber daya air. Adapun manfaat dari keberadaan
waduk/bendungan adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan air baku penduduk
Keberadaan bendungan/waduk dapat dijadikan cadangan ketersediaan air bagi
penduduk ketika musim kemarau telah tiba.
2. Suplay air irigasi daerah persawahan.
Lahan pertanian membutuhkan air secara terus menerus. Ketersediaan air yang
melimpah menjadikan tanaman dapat supply air dan tidak hanya mengandalkan dari
datangnya hujan.
6
3. Pengendalian banjir.
Melalui bendungan maka laju air dapat dikendalikan sebagai upaya pengendalian
banjir di hilir bendungan.
4. Pengembangan pariwisata.
Keberadaan bendungan/waduk sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata
yang berujung pada peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) dan kesejahteraan
masyarakat sekitar.
5. Suplay air untuk kegiatan industri.
Kegiatan industri membutuhkan air baku yang relatif banyak. Oleh karena itu dapat
merangsang investor untuk mendirikan industri.
2.3. Kendala dalam Pengelolaan Waduk
Pengelolaan sumber daya air di dalam waduk/bendungan tertuang dalam UU
No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang terdiri dari 3 komponen yaitu
konservasi, pemanfaatan dan pengendalian daya rusak air. Namun pada kenyataannya
konservasi sumber daya air masih jauh dari harapan malah semakin rusak baik kualitas
maupun kuantitasnya. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya
air waduk/bendungan antara lain :
a. Banyaknya instansi yang terkait dalam melakukan pengelolaan DAS waduk yaitu
setiap instansi lebih mementingkan ego sektoralnya daripada upaya
konservasinya.
b. Banyaknya instansi yang terkait dalam pemanfaatan air waduk sehingga
menimbulkan konflik kepentingan.
c. Perbedaan batas ekologis dan administratif, sehingga ada keengganan pemerintah
tempat berlokasinya waduk untuk melakukan konservasi.
d. Masih lemahnya kapasitas kemampuan instansi pengelola dalam melakukan
konservasi.
e. Kurangnya pemahaman dan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan, untuk
melakukan konservasi bagi penduduk yang ada di sekitar DAS atau penduduk di
sekitar waduk.
2.4. Permasalahan yang ditimbulkan akibat adanya waduk
Keberadaan bendungan/waduk juga menimbulkan berbagai permasalahan baik
terhadap lingkungan alamiah maupun bagi penduduk. Berbagai permasalahan tersebut
7
bukan berarti sebagai penghalang tetapi sebaiknya dijadikan pertimbangan dalam upaya
mewujudkan konservasi sumber daya air. Adapun permasalahan-permasalahan yang
dapat ditimbulkan oleh keberadaan bendungan/waduk adalah sebagai berikut :
a. Keberadaan waduk/bendungan dapat menghilangkan komunitas setempat.
Kondisi seperti ini berlaku pada area rencana waduk yang terdapat penduduk di
dalamnya. Permasalahan yang sering terjadi adalah masyarakat setempat harus
direlokasi dan terancam kehilangan tempat tinggal, tanah dan keberlangsungan
hidup termasuk mata pencaharian.
b. Keberadaan waduk/bendungan dapat menghilangkan habitat berbagai
jenis hewan.
Hutan, lahan basah, dan habitat lain dibanjiri air. Waduk juga dapat memisahkan
habitat hewan dan menghalangi rute migrasi.
c. Keberadaan waduk/bendungan dapat menciptakan permasalahan
kesehatan.
Berbagai penyakit seperti malaria akan meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah nyamuk.
d. Bendungan/waduk dapat membunuh ikan.
Hal ini tentunya akan merugikan masyarakat yang menggantungkan hidupnya
pada ikan di sungai.
e. Hasil panen berkurang
Waduk akan membanjiri lahan pertanian di sekitar sungai atau pinggiran sungai.
f. Waduk sebagai salah satu faktor penyebab cuaca buruk bagi daerah
sekitarnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hossain (2009) terdapat korelasi
antara keberadaan bendungan/waduk dengan tingkat curah hujan. Waduk dapat
meningkatkan proses penguapan yang kemudian meningkatkan kadar
kelembapan pada atmosfer. Hal inilah yang menyebabkan curah hujan di sekitar
waduk meningkat.
2.5. Inflow Tampungan wadukRangkaian air yang memberikan kontribusi sebagai debit inflow sungai antara
lain adalah berasal dari presipitasi langsung, debit air tanah, dan termasuk juga limpasan
permukaan dan limpasan bawah permukaan.
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi volume total limpasan adalah:
1. Faktor-faktor iklim
a. Banyaknya presipitasi.
b. Banyaknya evapotranspirasi.
2. Faktor-faktor DAS
a. Ukuran daerah aliran sungai.
b. Tinggi tempat rata-rata daerah aliran sungai (pengaruh orografis).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran waktu limpasan adalah:
1. Faktor-faktor meteorologis
a. Presipitasi.
b. Intensitas curah hujan.
c. Lamanya curah hujan.
d. Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran.
e. Arah pergerakan curah hujan.
f. Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah.
g. Kondisi-kondisi meteorologi yang lain.
2. Faktor-faktor daerah aliran sungai
a. Topografi.
b. Geologi.
c. Tipe tanah.
d. Vegetasi.
e. Jaringan drainasi.
3. Faktor-faktor manusiawi
a. Struktur hidrolik.
b. Teknik-teknik pertanian.
c. Urbanisasi.
Kapasitas tampungan mati dihitung berdasarkan pada berapa waktu yang
dibutuhkan oleh sedimen untuk mengisi kapasitas tampungan mati. Dengan diketahui
besarnya kapasitas tampungan mati dan besarnya kecepatan laju sedimen yang
mengendap, maka akan diketahui waktu yang dibutuhkan sedimen untuk mengisi pada
daerah tampungan mati. Semakin bertambah umur maka semakin berkurang kapasitas
tampungan matinya, yang kemudian akan mengganggu pelaksanaan operasional waduk.
9
Sehingga hal ini merupakan acuan untuk memprediksikan kapan kapasitas tampungan
mati tersebut akan penuh.
2.6. Permasalahan-Permasalahan yang Ada di Waduk
1) Erosi
Menurut Utomo (1987) erosi adalah proses perataan kulit bumi yang meliputi
proses penghancuran, pengangkutan dan pengendapan butir-butir tanah. Dalam hal ini
Ellison (1947) dan Morgan (1986), mengemukakan bahwa erosi tanah merupakan
proses pelepasan butir-butir tanah dan poses pemindahan atau pengangkutan tanah yang
disebabkan oleh angin dan air. Untuk Indonesia yang beriklim tropis basah maka proses
erosi tanah lebih banyak disebabkan oleh air, akibat air hujan yang turun di permukaan
tanah. Menurut Arsyad (1976), yang dimaksud dengan proses erosi yang disebabkan
oleh air merupakan kombinasi dua sub proses, yaitu:
a. Penghancuran struktur-struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi
tumbukan butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah dan peredaman oleh air
yang tergenang (proses dispersi).
b. Pengangkutan butir-butir primer tanah tersebut oleh air yang mengalir di atas
permukaan tanah.
Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia maka air merupakan
penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan untuk daerah-daerah panas yang kering
maka angin merupakan faktor penyebab utamanya. Erosi tanah yang disebabkan oleh
air meliputi 3 tahap (Suripin, 2004), yaitu :
a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.
b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.
c. Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup
lagi untuk mengangkut partikel.
Sedangkan Foster (1976) dan Lane dan Shirley (1982), mengemukakan proses
erosi tanah merupakan proses pelepasan butir-butir tanah akibat pukulan jatuhnya
butiran air hujan dan pengangkutan butir-butir tanah oleh aliran permukaan atau
limpasan permukaan atau pelepasan butir-butir tanah oleh aliran air dalam alur
pengangkutan butir-butir tanah oleh air dalam alur. Berdasarkan bentuknya erosi
dibedakan menjadi 7 tipe, diantaranya yaitu :
a. Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan terlemparnya partikel-partikel
tanah dari massa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung.
10
b. Erosi aliran permukaan (overland flow erosion) akan terjadi hanya dan jika
intensitas dan/atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi atau kapasitas
simpan air tanah.
c. Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan
partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-
saluran air.
d. Erosi parit/selokan (gully erosion) membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan
lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.
e. Erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah erosi yang terjadi akibat
pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh
terjangan arus sungai yang kuat terutama pada tikungan-tikungan.
f. Erosi internal (internal or subsurface erosion) adalah proses terangkutnya partikel-
partikel tanah ke bawah masuk ke celah-celah atau pori-pori akibat adanya aliran
bawah permukaan.
g. Tanah longsor (land slide) merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau
gerakan massa tanah yang terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar.
(Sumber : Suripin, 2004)
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi antara lain :
Iklim
Tanah
Topografi
Tanaman / Vegetasi
Macam penggunaan lahan
Kegiatan manusia
Karakteristik hidrolika sungai
Karakteristik penampung sedimen, check dam, dan waduk
Kegiatan gunung berapi
Hudson (1976), memandang erosi dari dua segi yakni :
1. Faktor penyebab erosi, yang dinyatakan dalam erosivitas hujan, dan
2. Faktor ketahanan tanah terhadap erosivitas hujan, yang dinyatakan sebagai
erodibilitas tanah.
2) Sedimentasi
11
Proses sedimentasi yaitu proses terkumpulnya butir-butir tanah. Keadaanini
terjadi karena kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen mencapai
kecepatan pengendapan. Proses sedimentasi dapat terjadi baik pada lahan-lahan
pertanian maupun
di sepanjang dasar sungai, dasar waduk, muara, dan sebagainya. Sedimentasi pada
sungai dan waduk menyebabkan daya tampung sungai dan waduk akan menurun.
Khusus untuk waduk dapat berakibat memperpendek umur waduk. Pada muara sungai,
proses pengendapan sedimen dapat membentuk suatu delta.
Dengan tersumbatnya muara sungai dengan sedimentasi dapat menghambat
kemampuan sungai membuang air banjir ke laut sehingga secara bersama-sama dapat
mendatangkan bahaya banjir dan kerusakan-kerusakan lain yang diakibatkan. Dari
proses terjadinya erosi tanah dan proses sedimentasi maka proses sedimentasi dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) bagian :
1. Proses sedimentasi secara geologi. Proses sedimentasi secara geologi yaitu proses
erosi tanah dan sedimentasi yang berjalan secara normal atau berlangsung secara
geologi, artinya proses pengendapan yang berlangsung masih dalam batas-batas
diperkenankan atau dalam keseimbangan alam dari proses degradasi dan agradasi
pada perataan kulit bumi akibat pelapukan.
2. Proses Sedimentasi dipercepat. Proses Sedimentasi dipercepat yaitu proses terjadinya
sedimentasi yang menyimpang dari proses secara geologi dan berlangsung dalam
waktu yang cepat biasanya bersifat merusak atau merugikan dan dapat mengganggu
keseimbangan alam atau kelestarian lingkungan hidup. Kejadian ini biasanya
disebabkan karena kegiatan manusia dalam mengolah tanah. Cara mengolah tanah
yang salah dapat mengakibatkan erosi tanah yang sangat tinggi, sehingga sedimentasi
juga meningkat.
Disamping kegiatan manusia bencana alam seperti gunung meletus juga
merupakan penyimpangan besar-besaran yang dapat mendatangkan kesulitankesulitan
akibat timbulnya bahan sedimen yang tinggi baik yang menutup lahan-lahan pertanian,
daerah pemukiman, jalan-jalan maupun pendangkalan sungai-sungai, waduk-waduk dan
lain sebagainya.
12
Gambar 2 Masalah Sedimentasi di Hilir Bengawan Solo
Sumber: PU Pengairan, 2014
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi
Proses terjadinya sedimentasi merupakan bagian dari proses erosi tanah.
Timbulnya bahan sedimen adalah sebagai akibat terjadinya erosi tanah. Kegiatan ini
berlangsung baik oleh air maupun angin. Proses erosi dan sedimentasi di Indonesia yang
lebih berperan adalah faktor air, sedangkan faktor angin relatif kecil. Faktor-faktor yang
mempengaruhi erosi tanah juga merupakan sebagian besar dari faktor-faktor yang
menpengaruhi sedimentasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi sedimentasi yaitu :
Iklim
Tanah
Topografi
Tanaman
Macam Penggunaan Lahan
Kegiatan Manusia
Karakteristik Hidrolika Sungai
Karakteristik Penampungan Sedimen, Cekdam-cekdam dan waduk-waduk
Kegiatan Gunung Berapi
2.6. Alternatif dalam pengupayaan konservasi energi
13
Dalam rangka menciptakan kondisi air yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan, maka keberadaan bendungan/waduk sangat potensial untuk dikembangkan.
Permasalahan yang paling sulit adalah dampak sosial dari pembangunan
bendungan/waduk. Banyak penduduk yang harus kehilangan tempat tinggal beserta
mata pencaharian. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain selain bendungan/waduk
dalam rangka upaya konservasi sumber daya air, menghasilkan energi dan mencegah
banjir. Alternatif-alternatif tersebut diantaranya adalah :
a. Alternatif konservasi air
Upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi permintaan terhadap air,
menampung air hujan melalui pembuatan sumur resapan, pembangunan porous paving,
pembuatan bendungan kecil di lahan pertanian dan meningkatkan RTH baik kualitas
maupun kuantitasnya serta aplikasi ecodrainase.
b. Alternatif penghasil energi
Mengurangi kebutuhan energi, meningkatkan kualitas bendungan/waduk dan
tranmisi yang ada, membangun sumber energi lain seperti hydropower kecil, energi
biomassa, energi matahari, tenaga angin dan energi geothermal.
c. Alternatif pencegahan banjir
Pada dasarnya banjir terjadi karena air permukaan yang melebihi ambang batas
yang tidak terserap ke dalam tanah. Oleh karena itu perlu upaya perlindungan dan
pengembalian area penangkapan air, serta perlunya sistem peringatan dini terhadap
banjir.
2.7. Hidrolika
Hidrolika merupakan satu topik dalam Ilmu terapan dan keteknikan yang
berurusan dengan sifat-sifat mekanis fluida, yang mempelajari perilaku aliran air secara
mikro maupun makro. Mekanika Fluida meletakkan dasar-dasar teori hidrolika yang
difokuskan pada rekayasa sifat-sifat fluida. Dalam tenaga fluida, hidrolika digunakan
untuk pembangkit, kontrol, dan perpindahan tenaga menggunakan fluida yang
dimampatkan. Topik bahasan hidrolika membentang dalam banyak aspek sains dan
disiplin keteknikan, mencakup konsep-konspen seperti aliran tertutup (pipa),
perancangan bendungan, pompa, turbin, tenaga air, hitungan dinamika fluida,
pengukuran aliran, serta perilaku aliran saluran terbuka seperti sungai dan selokan.
2.8. Prinsip Utama Teknik Hidrolika
14
Prinsip utama dari teknik hidrolika mencakup mekanika fluida, aliran fluida,
sifat fluida, hidrologi, jaringan perpipaan, hidrolika saluran terbuka, mekanika
transportasi sedimen, permodelan, permesinan hidrolika, dan hidrolika drainase.
2.8.1. Mekanika Fluida
Hidrostatika adalah studi terhadap fluida dalam keadaan diam.[1] Pada fluida
dalam keadaan diam terdapat gaya yang disebut dengan tekanan yang bekerja pada
sekelilingnya. Tekanan ini diukur dalam satuan N/m2, dan tidak konstan pada seluruh
badan air. Tekanan, p, meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Sehingga gaya ke
atas dapat didefinisikan dengan persamaan:
Mengembalikkan persamaan akan memberikan tinggi tekanan (pressure head) p/ρg = y.
Empat alat dasar untuk pengukuran tekanan yaitu piezometer, manometer, manometer
diferensial, manometer miring, dan Bourdon gauge.
2.8.2. Sifat Fluida Real
1. Fluida ideal dan fluida real
Perbedaan mendasar antara fluida ideal dan fluida real adalah p1 = p2 untuk aliran
fluida ideal, dan p1 > p2 untuk aliran fluida real. Fluida ideal tidak bisa ditekan
('incompressible) dan tidak memiliki viskositas. Fluida real memiliki viskositas.
Fluida ideal hanyalah fluida imajiner karena semua fluida, termasuk udara,
memiliki viskositas.
2. Aliran berviskositas
Fluida berviskositas akan terdeformasi secara kontinu di bawah gaya geser, di mana
fluida ideal tidak terdeformasi.
3. Aliran laminar dan turbulen
Gangguan pada aliran berviskositas akan menghasilkan aliran laminar (stabil),
transisi, hingga turbulen (tidak stabil).
15
4. Persamaan Bernoulli
Untuk fluida ideal, berlaku persamaan Bernoulli:
p/ρg + u²/2g = p1/ρg + u1²/2g = p2/ρg + u2²/2g
5. Lapisan batas
Asumsikan aliran dibatasi hanya pada satu sisi saja, dan aliran mendatar melewati
bidang datar yang sejajar dengan aliran. Aliran yang berada tepat di atas bidang
datar akan memiliki kecepatan yang seragam. Dan ketika aliran mengalami kontak
dengan bidang, lapisan fluida akan bergesekan dengan permukaan bidang padat.
Sehingga akan ada gaya geser antara lapisan fluida di atas permukaan bidang datar
dan lapisan kedua dari fluida. Lapisan kedua akan memperlambat lapisan ketiga,
meski tidak sampai membuatnya berhenti, dan menciptakan gaya geser terhadap
lapisan ketiga. Dan seterusnya. Gaya kohesi intermolekuler pada fluida tidak
cukup untuk menahan molekul fluida. Sehingga fluida akan terus mengalir selama
masih ada jalan untuk mengalir. Aliran di dalam lapisan bisa berupa aliran laminar
atau aliran turbulen, tergantung pada bilangan Reynolds.
2.9. Pembangunan Sungai dengan Konsep Hidraulika Murni
Konsep pembangunan hidraulika murni tidak mempertimbangkan aspek ekologi
dan dampak yang akan terjadi setelah pembangunan.Metode ini telah merubah
penampakan alami dan alur alamiah sungaim enjadi buatan yang berbentuk trapesium
dengan alur relatif lurus. Beberapa pembangunan sungai yang dilakukan dengan konsep
hidraulika murni antara lain koreksi sungai (river correction) atau normalisasi sungai
berupa pelurusan, sudetan, penyempitan alur,penyederhanaan tampang sungai.
a. Pelurusan Sungai
Dengan beda tinggi yang sama dan panjang alur yang lebih pendek, akan
menghasilkan slope yang lebih besar sehingga kecepatan aliran tinggi. Indikasi dampak
negatif dari pelurusan sungai ini adalah retensi tahanan aliran berkurang, peningkatan
sedimentasi didaerah hilir, dan erosi di daerah hulu. Pemendekkan berdampak
menurunkan tingkat peresapan (waktu untuk meresap ke dalam tanah)yang
mengakibatkan banjir di hilir dan kekeringan (saat musimkemarau), sehingga
konservasi air di hulu rendah.
16
b. Penyempitan alur
Penyempitan alur merupakan usaha/pembangunan sungai yangmerubah tampang
melintang sungai alamiah menjadi alur dengan tampang teknis yang sempit.
Penyederhanaan profil tampang sungai menjadi berbentuk trapesium atau segiempat.
Profil ini dibuat dengan tujuan mempermudah pemeliharaan, mendrain
kawasan,membersihkan kawasan, dan juga mempermudah hitunganhidroliknya.
Dampak negatifnya adalah berkurangnya retensi alur sungai, rusaknya ekologi sungai,
dan menurunnya konservasi air
c. Pembuatan tanggul
Pembuatan tanggul memanjang sungai adalah rekayasa teknik hidrolik dengan
tujuan untuk membatasi limpasan atau luapan air sungai, sehingga banjir dapat
dihindari. Namun kelemahannya adalah apabilaterjadi kegagalan tanggul akan
mengarah kepada jebolnya tanggul akibat rembesan karena bocoran konstruksi lapisan
kedap air dan over tapping. Selain itu, bangunan ini tidak mampu menahan
genanganyang relatif lama (lebih dari 2 hari).
2.10. Pembangunan Sungai dengan Konsep Ekohidraulika
Konsep ekohidrolika merupakan konsep pembangunan sungaiintegratif yang
berwawasan lingkungan. Dalam konsep ini, sungaididefinisikan sebagai suatu sistem
keairan terbuka yang padanya terjadiinteraksi antara faktor biotis dan abiotis yaitu flora
dan fauna disatu sisidan hidraulika air dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh
aktivitas manusia yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sungai.
Beberapa aktivitas yang terkait dengan konsep ekohidrolik ini antara lain:
a. Aktivitas peningkatan retensi sungai
Aktivitas peningkatan retensi sungai dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya dengan menanami kembali bantaran-bantaran sungai yang dulunya sudah
dibersihkan atau diratakan pada saat pelurusan sungai. Vegetasi di sepanjang sungai
tersebut akan dapat menurunkankecepatan air mengalir ke arah hilir sekaligus
menghidupkan dinamika sungai serta deversifikasi kecepatan, kedalaman air, turbulensi
aliran, dll. Dalam rangka meningkatkan ruang retensi sepanjang alur sungai, sehingga
dapat menurunkan banjir di hilir maka dilakukan peningkatan retensi bantaraan
sepanjang alur sungai dengan cara membuka lahan-lahan pinggir sungai yang secara
geografis dapat dikembangkanmenjadi kolam konservasi semi-ilmiah
17
b. Mengembalikan kondisi dinamik sungai
Melakukan kondisi dinamik sungai dapat dilakukan dengan cara menanami
daerah bantaran sungai yang hilang vegetasinya. Cara lain dengan membuat pulau-pulau
buatan ditengah sungai. Dengan ini maka kecepatan aliran air akan berkurang, arus air
akan terbendung secara tidak permanen. Muka air akan naik dibagian hulu dan di hilir
turun serta timbul loncat air di beberapa tempat. Hal ini tentu saja dapat menurunkan
kecepatan aliran air, sehingga erosi di berbagai tempat di sungai ini bisa dihindari serta
flora dan fauna akan tumbuh kembali menuju komposisi flora dan fauna alamiah
semula.
c. Pembukaan lagi sungai-sungai lama yang telah ditutup
Hal ini dilakukan untuk menambah kemampuan retensi air pada waktu banjir,
sekaligus untuk menghidupkan kembali ekosistem sungai lama yang telah
mati,meningkatkan konservasi lain, menurunkan kecepatan air, mengurangiresiko banjir
hilir dan meningkatkan kualitas ekosistem danmenghidupkan kembali sungai lama.
d. Konsep drainase ramah lingkungan
Menstabilkan muka air tanah dengan cara memperbanyak ruang retensi alamiah di
bagian hulu dan meningkatkan resapan air hujan ke tanah dengan cara memperbanyak
daerah tangkapan air hujan yangdilindungi. Konsep drainase ramah lingkungan dengan
cara mengalirkankelebihan air (air hujan) dengan cara meresapkan air ke dalam tanah
Recommended