View
222
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
6
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1 Akuntansi
2.1.1 Pengertian Akuntansi
Akuntansi berasal dari kata asing yaitu accounting, yang artinya bila
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah menghitung atau
mempertanggungjawabkan.
Akuntansi adalah sistem informasi keuangan yang bertujuan untuk
menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan bagi pihak yang
berkepentingan.
Menurut Kieso, et al. (2010) mendefinisikan akuntansi adalah :
“ Suatu sistem dengan input data/informasi dan output berupa
informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna
internal maupun eksternal entitas”.
Menurut Fees, et al. (2005:10) bahwa akuntansi adalah :
“ Sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan
kondisi perusahaan”.
2.2 Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan keuangan
Para ahli mendefinisikan pengertian laporan keuangan dengan
berbagai pendapat berbeda antara lain :
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), pengertian
laporan keuangan adalah:
7
“ Laporan yang menggambarkan posisi keuangan, kinerja
keuangan dan arus kas entitas.”
Menurut Fees, et al. (2005:24), pengertian laporan keuangan adalah :
“ Setelah transaksi dicatat dan diikhtisarkan, maka disiapkan
laporan bagi pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan
informasi demikian disebut laporan keuangan. Laporan keuangan
yang utama bagi perusahaan perorangan adalah laporan laba
rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca dan laporan arus kas.”
Menurut Irham Fahmi (2011:2), laporan keuangan adalah :
“Merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut
dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan
tersebut .”
Suatu laporan keuangan (financial statement) akan menjadi lebih
bermanfaat untuk pengambilan keputusan, apabila dengan informasi tersebut
dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah
lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi dan
analisis tren, akan mampu diprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa
mendatang, sehingga disinilah laporan keuangan tersebut begitu diperlukan.
2.2.2 Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), pengguna
laporan keuangan adalah:
1. Pemegang Saham
2. Kreditor
3. Pekerja
4. Masyarakat dalam arti luas
8
5. Bank
6. Pemilik
7. Penyandang Dana
Menurut Dwi Martani (2012:33), Pengguna laporan keuangan
meliputi investor, calon investor, pemberi pinjaman, karyawan, pemasok,
kreditur lainnya, pelanggan, pemerintah, lembaga, dan masyarakat. Pengguna
tersebut menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
informasi yang berbeda, diantaranya sebagai berikut :
1. Investor : menilai entitas dan kemampuan entitas membayar deviden di
masa mendatang. Investor dapat memutuskan untuk membeli atau menjual
saham entitas.
2. Karyawan : kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pension, dan
kesempatan kerja.
3. Pemberi jaminan : kemampuan membayar utang dan bunga yang akan
mempengaruhi keputusan apakan akan memberikan pinjaman.
4. Pemasok dan kreditur lain : kemampuan entitas membayar liabilitasnya
pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan : kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.
6. Pemerintahan : menilai bagaimana alokasi sumber daya.
7. Masyarakat : menilai trend an perkembangan kemakmuran entitas.
2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) adalah :
“ Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi
keuangan, kinerja keuangan dan laporan arus kas suatu entitas
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambil
keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat
meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan
9
informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.”
Menurut Irham Fahmi (2011:5), tujuan laporan keuangan adalah:
“Memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan
tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam
satuan moneter.”
Laporan keuangan juga merupakan wujud pertanggungjawaban
manajemen atas pengguna sumber daya yang dipercayakan kepada mereka
dalam mengelola suatu entitas. Dengan demikian laporan keuangan tidak
dimaksudkan untuk tujuan khusus. Misalnya dalam rangka likuiditas entitas
atau menentukan nilai wajar entitas untuk tujuan merger dan akuisisi.
2.2.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari (2004) menyatakan bahwa laporan
keuangan menggamambarkan kondisi secara umum dari perusahaan. Oleh
karena itu, laporan keuangan sebagai jendela untuk mengetahui isi rumah,
tidak terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasannya adalah sebagai
berikut :
1. Penyajian dikelompokan pada akun-akun yang material, tidak bisa dirinci.
2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya
kadaluarsa. Keterbatasan sebenarnya tergantung pada ketertiban
administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apabila
menggunakan komputerisasi.
3. Laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan),
sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaiannya.
4. Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi,
sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan
mudah menggunakan bahasa bisnis.
10
2.2.5 Komponen-komponen Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), keuangan
yang lengkap terdiri dari :
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelas lainnya.
2.2.5.1 Neraca
Pengertian neraca menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(2013) adalah:
“ Laporan keuangan yang menyajikan hubungan aset, kewajiban dan
ekuitas entitas pada waktu tertentu.”
Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
a. Kas dan setara kas
b. Piutang usaha dan piutang lainnya
c. Persediaan
d. Property investasi
e. Aset tetap
f. Aset tidak berwujud
g. Utang usaha dan utang lainnya
h. Aset dan kewajiban pajak
i. Kewajiban diestimasi
11
j. Ekuitas
Entitas menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya dalam neraca
jika penyajian seperti itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi
keuangan entitas. SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap
pos-pos yang disajikan.
Klasifikasi aset dan kewajiban :
1. Aset
Menurut Kieso, et al. (2010:180), pengertian aset adalah:
“Manfaat ekonomi yang mungkin diperoleh dari masa depan atau
dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atas
kejadian masa lalu.”
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (20013), pengertian
aset adalah :
“ Sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh entitas.”
a) Aset Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;
b. Dimiliki untuk diperdagangkan;
c. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan;atau
12
d. Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari
pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya
12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
b) Aset Tidak Lancar
Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai tidak
lancar. Jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan
jelas, maka siklus operasi diasumsikan 12 bulan.
2. Kewajiban
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(20013) kewajiban adalah:
“ Entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
yang mengandung manfaat ekonomi.”
Kewajiban perusahaan dapat dibedakan kedalam kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang.
a) Kewajiban jangka pendek
Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan
yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset lancar
yang dimiliki perusahaan. Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai
kewajiban jangka pendek jika:
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi entitas;
b. Dimiliki untuk diperdagangkan;
13
c. Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah
akhir periode pelaporan;atau
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
b) Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban Jangka Panjang adalah kewajiban keuangan yang
jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang
(lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).
Entitas mengklasifikasikan semua kewajiban lainnya sebagai
kewajiban jangka panjang.
2.2.5.2 Laporan Laba Rugi
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), laporan laba
rugi adalah:
“ Laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai
kinerja entitas selama satu periode, yaitu hubungan penghasilan
dengan beban.”
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban
yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK
ETAP mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan
dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian
terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam
periode terjadinya perubahan.
14
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan;
b. Beban keuangan;
c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
d. Beban pajak;
e. Laba atau rugi neto.
Entitas harus menyajikan pos, judul dan sub jumlah lainnya pada
laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja
keuangan entitas.
Entitas menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi
berdasarkan sifat beban atau fungsi beban dalam entitas, mana yang
memberikan informasi yang lebih andal dan relevan.
Menurut Dwi Martani (2012:110) laporan laba rugi adalah:
“Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan
kinerja perusahaan selama periode tertentu”.
Laporan laba rugi mempunyai dua unsur yaitu:
1. Pendapatan (revenue) yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas seperti penjualan barang dagang, penghasilan jasa (fees),
pendapatan bunga, pendapatan dividen, royalti dan sewa.
2. Beban (expense) dapat diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi
dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban (yang
menyebabkan penurunan ekonomi yang tidak menyangkut pembagian
kepada pemilik) perusahaan selama periode tertentu.
15
2.2.5.3 Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas atau laporan perubahan posisi keuangan
merupakan suatu laporan yang memuat seluruh kegiatan penanaman modal
dan pembiayaannya. Laporan perubahan ekuitas menunjukkan aliran modal
kerja selama periode tertentu dan perubahan modal kerja selama periode
yang bersangkutan.
Menurut Dwi Martani, et.al (2012:126) menyatakan bahwa:
“Laporan perubahan ekuitas merupakan salah satu unsur laporan keuangan lengkap yang harus disajikan oleh perusahaan.
Laporan perubahan ekuitas menyajikan infomasi tentang
perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode
pelaporan yang mencerminkan naik turunnya aset neto
perusahaan selama periode, baik yang berasal dari setoran atau
distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari hasil kinerja
perusahaan selama periode berjalan”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), laporan
perubahan ekuitas adalah:
“Laporan keuangan yang menyajikan laba atau rugi untuk suatu periode, pos penghasilan dan beban yang diakui secara langsung
dalam ekuitas pada periode, dampak perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan pada periode, dan (bergantung
pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih entitas)
jumlah transaksi dengan pemilik dalam kapasitas sebagai pemilik
selama periode.”
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
a. Laba atau rugi untuk periode;
b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan yang diakui kebijakan akuntansi, estimasi dan
kesalahan;
16
d. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat
awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang
berasal dari:
i. Laba atau rugi;
ii. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
iii. Jumlah investasi, dividend an distribusi lainnya ke pemilik ekuitas,
yang menunjukkan secara terpisah modal saham, transaksi saham
treasuri, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan
perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan
kehilangan pengendalian.
2.2.5.4 Laporan Arus Kas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013),
arus kas adalah:
“Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah
perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan.”
Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas
untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
1) Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas
penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut
pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang
mempengaruhi penetapan laba atau rugi. Contoh arus kas dari aktivitas
operasi adalah:
17
a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;
b) Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan pendapat lain;
c) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
d) Pembayaran kas kepada dan atas nama karyawan;
e) Pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas
pendanaan dan investasi;
f) Penerimaan dan pembayaran kas dari investasi, pinjaman dan kontak
lainnya yang dimiliki untuk tujuan perdagangan, yang sejenis dengan
persediaan yang dimaksudkan untuk dijual kembali.
Beberapa transaksi, seperti penjualan peralatan pabrik, dapat
menimbulkan keuntungan atau kerugian yang dimasukkan dalam
perhitungan laba atau rugi. Tetapi, arus kas yang menyangkut transaksi
tersebut merupakan arus kas dari aktivitas investasi.
2) Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan. Contoh arus kas yang berasal dari
aktivitas investasi adalah:
a) Pembayaran kas untuk memperoleh aset tetap (termasuk aset tetap
yang dibangun sendiri), aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang
lainnya;
b) Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset
jangka panjang lainnya;
c) Pembayaran kas untuk peroleh efek ekuitas atau efek utang entitas lain
dan bunga dalam Ijoint venture (selain pembayaran untuk efek yang
diklasifikasikan sebagai kas atau setara kas atau dimiliki untuk
diperdagangkan;
18
d) Penerimaan kas dari penjualan efek ekuitas atau efek utan entitas lain
dan bunga dalam joint venture (selain penerimaan dari efek yang
diklasifikasikan sebagai setara kas atau dimiliki untuk perdagangan;
e) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain;
f) Penerimaan kas dari pembayaran kembali uang muka dan pinjaman
yang diberikan kepada pihak lain.
3) Aktivitas Pendanaan
Contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
a) Penerimaan kas dari penerbitan saham atau efek ekuitas lain;
b) Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau
menebus saham entitas;
c) Penerimaan kas dari penerbitan pinjaman, wesel dan pinjaman jangka
panjang atau jangka pendek lainnya;
d) Pelunasan pinjaman;
e) Pembayaran kas oleh lesse untuk mengurangi saldo kewajiban yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan.
Menurut Rudianto (2012:19) laporan arus kas adalah:
“Laporan yang menunjukkan aliran uang yang diterima dan yang
digunakan perusahaan selama satu periode akutansi, beserta
sumber-sumbernya”.
Walaupun terdapat begitu banyak akivitas yang dilakukan perusahaan
dengan berbagai keunikan produknya, secara umum semua aktivitas
perusahaan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok aktivitas utama
yang berkaitan dengan penyusunan laporan arus kas. Ketiga kelompok
aktivitas utama tersebut adalah:
19
a) Aktivitas Operasi, yaitu berbagai aktivitas yang berkaitan dengan upaya
perusahaan untuk menghasilkan produk sekaligus semua yang terkait
dengan upaya menjual produk tersebut. Artinya, semua aktivitas yang
berkaitan dengan upaya memperoleh laba usaha dimasukkan dalam
kelompok ini. Karena ini, dalam aktivitas ini tercakup beberapa aktivitas
utama, yaitu penjualan produk perusahaan, penerimaan piutang,
pendapatan dari sumber di luar usaha utama, pembelian barang dagang ,
pembayaran beban tenaga kerja, dan pembayaran beban-beban usaha
lainnya.
b) Aktivitas Investasi, yaitu berbagai aktivitas yang terkait dengan
pembelian dan penjualan harta perusahaan yang dapat menjadi sumber
pendapatan perusahaan, seperti pembelian dan penjualan gedung,tanah,
mesin, kendaraan, pembelian obligasi/saham perusahaan lain, dan
sebagainya.
c) Aktivitas Pembiayaan, yaitu semua aktivitas yang berkaitan dengan
upaya mendukung operasi perusahaan dengan menyediakan kebutuhan
dana dari berbagai sumber beserta konsekuensinya. Sebagai contoh,
penerbitan surat utang, penerbitan obligasi, penerbitan saham baru,
pembayaran dividen, pelunasan utang, dan sebagainya. Tetapi secara
umum, aktivitas pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
perolehan modal dari pemilik beserta kompensasinya dan perolehan
harta dari utang beserta pembayaran kembali utang yang dipinjam.
20
2.2.5.5 Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013), catatan atas
laporan keuangan adalah:
“Informasi tambahan terhadap pos-pos yang disajikan dalam neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
Catatan atas laporan keuangan memberikan uraian naratif atau
pemisah pos-pos yang diungkapkan dalam laporan keuangan, serta
informasi tentang pos-pos yang tidak memenuhi persyaratan pengakuan
dalam laporan keuangan tersebut.”
Catatan atas laporan keuangan harus :
a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan;
b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi
tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan
c) Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
Secara normal urutan penyajian catatan atas laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
a) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
SAK ETAP;
b) Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan;
c) Informasi yang mendukung pos-pos laporan keuangan, sesuai dengan
urutan penyajian setiap komponen-komponen keuangan dan urutan
penyajian pos-pos tersebut.
d) Pengungkapan lain.
Menurut Rudianto (2012:20) catatan atas laporan keuangan adalah:
21
“Informasi tambahan yang harus diberikan menyangkut berbagai hal
yang terkait secara langsung dengan laporan keuangan yang
disajikan entitas tertentu, seperti kebijakan akuntansi yang
digunakan perusahaan, dan berbagai informasi yang relevan dengan
laporan keuangan tersebut”.
2.3 Laporan Keuangan Koperasi
2.3.1 Penjelasan Laporan Keuangan Koperasi
Menurut La Ode Turi (2014), Laporan keuangan koperasi meliputi
laporan sisa hasil usaha, neraca, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi
anggota dan catatan atas laporan keuangan.
1) Laporan sisa hasil usaha
Laporan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota,
dan laba atau rugi kotor dengan nonanggota. Perhitungan hasil usaha
menyajikan informasi mengenao pendapatan dan beban-beban usaha serta
beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan ini juga
menyajikan hasil akhir yang disebut dengan sisa hasil usaha.
UU RI No. 25 tahun 1992 pasal 45 menyatakan bahwa:
a. Sisa hasil usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan
dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
b. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dana cadangan dibagikan kepada
anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-
masing anggota dengan koperasi.
Besarnya pemenuhan dan cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.
22
Tabel 2.1
Contoh Perhitungan Sisa Hasil Usaha
No SHU dibagi untuk :
perolehan sisa hasil usaha
dari
anggota dari bukan anggota
1 bagi anggota:
a. Jasa Modal .....%
b. Jasa Penjualan .....%
c. Jasa Pembelian .....%
.....%
2 cadangan koperasi
.....% .....%
3 dana pengurus
.....% .....%
4 dana karyawan/pegawai
.....% .....%
5 dana pendidikan koperasi
.....% .....%
6 dana pemb.D.Kerja
.....% .....%
7 dana social
.....% .....%
100% 100%
Sumber: La Ode Turi
2) Neraca
Menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan modal
koperasi, modal koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib,
cadangan koperasi dan donasi jika ada. Simpanan sukarela tidak
dimasukan sebagai modal koperasi karena sifatnya yang setiap saat dapat
diambil kembali oleh anggota dan untuk dana-dana yang berasal dari
pembagian SHU, seperti dana pendidikan, dana pegawai, dan dana sosial
dimasukkan sebagai hutang jangka pendek.
23
Tabel 2.2
Contoh Neraca
KOPERASI "XYZ"
NERACA
Per 31 Desember xxx
ASSET LIABILITAS
ASET LANCAR KEWAJIBAN LANCAR
kas dan bank xxx utang usaha xxx
piutang dagang xxx biaya y.m.h dibayae xxx
cad.pengh.piutang dagang (xxx) pinjaman dari bank xxx
piutang bunga xxx simpanan sukarela xxx
cadangan penghap.piutang xxx hutang wesel xxx
pendapatan yang akan
diterima xxx hutang bunga xxx
piutang wesel (wesel tagih) xxx hutang gaji dan honorarium xxx
persediaan barang dagangan xxx hutang pajak penghasilan xxx
persediaan bahan habis pakai xxx simpanan sukarela anggota xxx
biaya sewa dibayar dimuka xxx dana pendidikan xxx
asuransi dibayar dimuka xxx dana sosial xxx
sewa tempat dibayar dimuka xxx dana kesejahteraan pegawai xxx
perlengkapan/suplai kantor xxx jasa anggota ymh dibayar xxx
utang biaya RAT xxx
komisi diterima dimuka xxx
bunga diterima dimuka xxx
sewa diterima dimuka xxx
TOTAL AKTIVA LANCAR
xxx TOTAL KEWAJIBAN LANCAR
xxx
AKTIVA TETAP KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Investasi xxx hutang hipotik xxx
peralatan kantor xxx hutang obligasi xxx
ak.penyus peralatan (xxx) hutang bank xxx
Kendaraan xxx TOTAL KEWAJIBAN JK PANJANG
xxx
ak.penyus kendaraan (xxx)
Gedung xxx MODAL
24
Sumber: La Ode Turi
3) Laporan arus kas
Dalam laporan ini disajikan informasi mengenai perubahan kas
yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas,
dan saldo akhir kas pada periode tertentu.
4) Laporan promosi ekonomi
Laporan yang mengikhtisarkan manfaat ekonomi yang
didapatkan anggota selama periode tertentu laporan prinsip ekonomi
mencakup:
1. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama
2. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama
3. Manfaat ekonomi dari simpanan pinjam lewat koperasi
4. Manfaat ekonomi dalam pembagian SHU laporan promosi ekonomi
anggota disesuaikan dengan jenis koperasi dan bidang usaha yang
dijalankan.
Catatan kas laporan keuangan memuat akuntansi mengenai:
1. Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi
dengan anggota dan nonanggota.
2. Kebijakan akuntansi mengenai aktiva tetap, penilaian persediaan, piutang
dan lain-lain.
3. Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non anggota.
ak.penyus gedung (xxx) simpanan pokok anggota xxx
Tanah xxx simpanan wajib anggota xxx
sisa hasil usaha belum dibagi xxx
Donasi xxx
dana cadangan xxx
TOTAL AKTIVA TETAP
xxx TOTAL MODAL
xxx
TOTAL AKTIVA
xxx TOTAL KEWAJIBAN + MODAL
xxx
25
2.3.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha
Sisa Hasil Usaha koperasi dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:
1. Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang dilakukan untuk anggota
2. Sisa hasil usaha yang berasal dari usaha yang dilakukan untuk pihak
ketiga atau bukan anggota.
Sisa hasil usaha yang boleh dibagikan kepada para anggota hanyalah
sisa hasil usaha yang boleh dibagikan kepada para anggota hanyalah sisa hasil
usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam anggaran dasar koperasi, dimana
komponen dari sisa hasil usaha yang berasal dari anggota adalah sebagai
berikut:
1. Cadangan koperasi
2. Anggota sebanding dengan jasa yang diberikan
3. Dana pengurus
4. Dana pegawai/karyawan
5. Dana pendidikan koperasi
6. Dana social
7. Dana pembangunan daerah
Sedangkan hasil usaha yang berasal dari bukan anggota adalah sebagai
berikut:
1. Cadangan koperasi
2. Dana pengurus
3. Dana pengawas/karyawan
4. Dana pendidikan koperasi
5. Dana social
6. Dana pembangunan daerah
26
2.4 Koperasi
2.4.1 Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari Co dan Operation yang mengandung arti kerja
sama untuk mencapai tujuan. Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2012
pasal 1 ayat 1 tentang koperasi menyatakan bahwa:
“ Koperasi adalah badan usaha yang didirikan oleh orang
perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan
kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menajalankan
usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip
koperasi.”
Menurut UUD Tahun 1945 pasal 33 ayat 1 juga telah digariskan
bahwa :
“Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asa kekeluargaan.”
Menurut Sonny Sumarsono (2004:1), pengertian koperasi adalah:
“Suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk dan
keluar sebagai anggota. Dengan bekerja sama secara
kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi
kesejahteraan anggotanya.”
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2013) pengertian
koperasi adalah:
“Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas
dasar-dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi
untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, dengan demikian koperasi
merupakan gerakan rakyat dan soko guru perekonomian
nasional.”
27
2.4.2 Karakteristik Koperasi
Menurut Alfred Hanel (2005:38), koperasi memiliki karakteristik atau
ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan badan usaha yang lain, dan
ciri-cirinya antara lain :
a. Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar
sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama (Kelompok
Koperasi).
b. Anggota-anggota kelompok secara individual bertekad mewujudkan
tujuannya, yaitu memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka, melalui
usaha (aksi-aksi) bersama dan saling membantu (Swadaya Dari Anggota).
c. Sebagai intrumen (wahana) untuk mewujudkannya adalah suatu
perusahaan yang dimiliki dan dibina secara bersama (Perusahaan
Koperasi).
d. Perusahaan itu ditugaskan untuk menunjang kepentingan para anggota
kelompok koperasi itu, dengan cara menyediakan/ menawarkan barang
dan jasa yang dibutuhkan oleh para anggota dalam kegiatan ekonominya,
yaitu dalam perusahaan /usaha dan rumah tangganya masing-masing
(Tujuan/Tugas Atau Prinsip Promosi Anggota).
2.4.3 Fungsi dan Peran Koperasi
Mengingat koperasi merupakan badan usaha dan sekaligus gerakan
ekonomi rakyat, fungsi dan peran koperasi diatur dalam UUD No.17 Tahun
2012 pasal 4 adalah sebagai berikut:
a. Berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan anggota dan
masyarakat.
b. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social.
28
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi.
2.4.4 Prinsip dan Tujuan Koperasi
Berdasarkan Undang-Undang Tahun 2012Pasal 6 adalah:
1 Koperasi melaksanakan prinsip sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
d. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
e. Kemandirian.
2 Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula
prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut:
a. Pendirian koperasi
b. Kerja sama antar koperasi
Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2012 Pasal 4, tujuan
koperasi adalah:
“Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan
anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan
berkeadilan.”
29
2.4.5 Kegiatan Koperasi
Dalam Undang-Undang No.17 tahun 2012, untuk mencapai maksud
dan tujuan tersebut, koperasi menyelanggarakan beberapa kegiatan usaha
sebagai berikut:
1. Koperasi Konsumsi
Koperasi yang usahanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para
anggotanya.
2. Koperasi Produksi
Koperasi yang usahanya mengelola hasil-hasil produksi untuk memenuhi
kebutuhan para anggotanya dan masyarakat dengan harga yang serendah
mungkin.
3. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi yang usahanya menerima simpanan dan member pinjaman
kepada para anggota untuk pembentukan modal.
2.4.6 Unit Usaha Simpan Pinjam
Unit usaha simpan pinjam merupakan salah satu kegiatan usaha yang
diselenggarakan oleh koperasi dibidang jasa keuangan, yang pengelolanya
harus dipisahkan dari unit lainnya, serta memenuhi persyaratan. Peraturan
pemerintah No.9 Tahun 1995 tentang usaha simpan pinjam oleh koperasi.
Usaha-usaha yang diselenggarakan oleh unit simpan pinjam adalah
sebagai berikut:
1. Menerima simpanan sukarela dari para anggota.
2. Member pinjaman kepada anggota.
3. Melakukan kerjasama kemitraan dengan pihak ketiga dalam rangka
meningkatkan pelayanannya.
30
Adapun penjelasan dari Koperasi Simpan Pinjam itu sendiri menurut
G.Kartasapoetra (2007:4) adalah:
“Koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberikan
kesempatan kepada anggotanya memperoleh pinjaman dengan
mudah dan bunga ringan.”
2.4.7 Pengertian Simpanan
Menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2012 pasal 1 ayat 13,
pengertian simpanan adalah:
“Sejumlah uang yang disimpan oleh anggota kepada koperasi
simpan pinjam, dengan memperoleh jasa dari koperasi simpan
pinjam sesuai dengan perjanjian.”
Adapun jenis-jenis simpanan:
1. Simpanan Pokok
Jumlah nilai uang tertentu yang sama banyaknya bagi setiap anggota dan
yang wajib diserahkan kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota.
Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama anggota yang
bersangkutan menjadi anggota koperasi.
2. Simpanan Wajib
Jumlah simpanan tertentu yang sewaktu-waktu dan dalam kesempatan
tertentu wajib dibayarkan oleh anggota koperasi dan hanya boleh diambil
kembali dengan cara yang sudah diatur dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga dan keputusan-keputusan yang mengutamakan
kepentingan koperasi.
3. Simpanan Sukarela
Suatu jumlah tertentu yang diserahkan oleh anggotanya atau bukan
anggota terhadap koperasi atas kehendak seendiri sebagai simpanan,
dimana simpanan dapat diambil kembali oleh pemiliknya setiap saat
31
karena itu simpanan sukarela ini dikelompokkan sebagai hutang jangka
pendek.
2.4.8 Pengertian Pinjaman
Menurut G. Kartasapoetra (2007;128) dalam bukunya menjelaskan
pengertian pinjaman adalah:
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara pihak yang satu dengan pihak yang lain yang mewajibkan
pihak pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.”
Uang yang ditabung dalam koperasi simpan pinjam digunakan untuk
memberikan pinjaman kepada angggota yang memerlukan dengan bunga
rendah. Pada koperasi yang boleh meminjam pada koperasi simpan pinjam
hanyalah anggota saja. Setiap anggota yang telah memasukkan simpanan
pokok, berhak mendapat pinjaman (asal tidak memiliki tunggakan lama).
2.4.9 Modal Koperasi
Menurut UU RI No. 25 tahun 1992 modal koperasi terdiri dari modal
sendiri dan modal pinjaman.
1. Modal Sendiri
Modal sendiri yang dimiliki koperasi adalah modal yang menanggung
risiko atau disebut juga dengan modal. Dikatakan menanggung risiko
karena jika koperasi menderita rugi dalam usaha ekonominya, modal
sendiri koperasi itulah yang digunakan untuk menutup kerugian. Modal
sendiri meliputi:
a. Simpanan Pokok
32
Simpanan pokok merupakan sejumlah uang besarnya sama banyak
yang wajib dibayarkan kepada koperasi pada saat masuk menjadi
anggota.
b. Simpanan Wajib
Simpanan wajib merupakan jumlah simpanan yang tidak harus sama,
yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dan waktu dalam
kesempatan tertentu.
c. Dana Cadangan
Dana cadangan merupakan sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan sisa hasil usaha, untuk menambah modal sendiri dan
menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
d. Hibah
Hibah merupakan sejumlah uang yang didapatkan koperasi dari
sumbangan atau bantuan pihak lain secara sukarela.
2. Modal Pinjaman
Menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41 ayat (3), modal
pinjaman dapat berasal dari:
a. Anggota
b. Koperasi lainnya dan atau anggota
c. Bank dan atau lembaga keuangan lainnya
d. Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya
e. Sumber lainnya yang sah
3. Permodalan Koperasi
Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman, modal
sendiri dapat berasal dari:
a. Simpanan pokok, adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama
banyaknya yang harus kembali selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota koperasi.
33
b. Simpanan wajib, adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayar
oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap
bulan. Simpanan wajib dapat diambil kembali dengan cara-cara yang
diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan
keputusan rapat anggota.
c. Dana cadangan, sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha, yang dimaksud untuk memupuk modal sendiri dan untuk
menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Modal koperasi yang
berasal dari penyetoran anggota dapat berbentuk simpanan pokok,
simpanan wajib dan simpanan sukarela.
d. Simpanan sukarela, adalah jumlah tetentu dalam nilai uang yang
diserahkan oleh anggota atau bukan anggota kepada koperasi atas
kehendak sendiri sebagai simpanan. Simpanan sukarela dapat diambil
kembali setiap saat. Selain dari modal sendiri untuk mengembangkan
usahanya koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan
memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya. Modal
pinjaman terdiri dari:
- Anggota
- Koperasi lainnya dan atau anggotanya
- Bank dan lembaga keuangan lainnya
- Sumber lain yang sah
Pinjaman yang diperlukan dari anggota termasuk calon anggota yang
memenuhi syarat. Pinjaman dari koperasi lainnya dan atau anggotanya
didasari dengan perjanjian kerja sama antar koperasi. Pinjaman dari
bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumber lainnya yang
sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui
penawaran secara umum. Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya
34
dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
e. Sisa Hasil Usaha
Sisa hasil usaha adalah laba bersih atau pendapatan yang diperoleh
dalam setahun dikurangi dengan penyusutan dan biaya-biaya dari
tahun buku yang bersangkutan. Sisa hasil usaha dapat dibagi atas sisaa
hasil usaha bukan dari transaksinya dengan para anggota. Kedua jenis
ini dapat dikembalikan kepada anggota sedangkan sisa hasil usaha
yang diperoleh bukan dari anggota tidak dibagikan kepada anggota.
Sisa hasil usaha setelah dikurangi dengan bagian yang dikembalikan
kepada anggota dapat dibagikan untuk:
1) Cadangan koperasi
2) Dana pengurus
3) Dana pegawai/karyawan
4) Dana pendidikan koperasi
5) Dana pembangunan daerah kerja
2.4.10 Perangkat Organisasi Koperasi
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 pasal 21 menyebutkan
bahwa, perangkat organisasi koperasi meliputi:
1. Rapat anggota
Koperasi harus melakukan rapat anggota paling sedikit dalam satu tahun.
Kedudukan rapat anggota dalam koperasi sangat penting. Hal ini
ditegaskan dalam UU No.25 tahun 1992 bahwa:
a. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
koperasi
b. Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur
dalam anggaran dasar.
35
2. Pengurus Koperasi
Tugas Pengurus Koperasi meliputi:
a. Mengelola koperasi dan usahanya
b. Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana
anggaran pendapatan dan belanja koperasi
c. Menyelenggarakan rapat anggota
d. Mengajukan laporan keuangan pertanggung jawaban pelaksanaan
tugas
e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan investasi secara tertib
f. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus
3. Pengawas Koperasi
Prosedur mengenai pembentukan pegawai dan ketentuan mengenai tugas
maupun wewenang pengawas diatur dalam UU Perkoperasian No.25
tahun 1992 pasal 38 dan 39, persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat
sebagai anggota pengawas ditetapkan dalam anggaran dasar.pembentukan
pengawas koperasi dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat
anggota serta bertanggungjawab kepada rapat anggota. Sedangkan tugas
dan wewenang koperasi adalah sebagai berikut:
1. Tugas
a. Melakukan pengawas terhadap pelaksanaan kebijakan dan
pengelolaan koperasi
b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan
2. Wewenang
a. Meneliti catatan yang ada di koperasi
b. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan
3. Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasan terhadap pihak
ketiga.
36
4. Pemeriksaan Koperasi
Pemeriksaan atas laporan keuangan badan usaha koperasi yang
dilakukan oleh Koperasi Jasa Audit dan Kantor Akuntan Publik harus
sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan. Pemeriksaan ini mencakup
pemeriksaan laporan keuangan yang diperluas dengan aspek lainnya yaitu
aspek organisasi, tata laksana, usaha dan ekonomi diluar laporan keuangan
sesuai dengan lingkup perjanjian penugasan. Pemeriksaan koperasi
bertujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan
keuangan koperasi yang sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia yang
ditetapkan secara konsisten. Dan memberikan saran perbaikan atas aspek
organisasi, tata laksana, usaha dan ekonomi dalam kaitannya dengan
pelaksanaan asas dan sendi dasar koperasi ruang lingkup pemeriksaan
laporan keuangan koperasi adalah neraca, perhitungan hasil usaha, laporan
perubahan posisinkeuangan dan catatan atas laporan keuangan, serta
laporan keuangan kekayaan bersih sebagai laporan keuangan tambahan.
Ruang lingkup ini dapat diperluas tergantung pada perjanjian penugasan
yang dibuat oleh pemberi tugas dengan Koperasi Jasa Audit atau Kantor
Akuntan Publik.
Surat penugasan berisi antara lain sifat pemeriksaan, ruang lingkup
pemeriksaan serta tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Ruang lingkup pemeriksaan aspek lain di luar laporan keuangan
mencakup pengkajian, pengujian dan penilaian terhadap aspek organisasi,
tata laksana, usaha dan ekonomi dalam kaitannya dengan pelaksanaan asa
dan sendi dasar koperasi. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasikan
kelemahan dan kekuatan aspek tata laksana dan usaha koperasi yang
diberikan serta memberikan saran perbaikan. Penilaian sistem pengawasan
intern koperasi. Sistem pengawasan intern dalam rangka pemeriksaan
akuntan publik atas laporan keuangan dapat dibagi 2 yaitu:
37
1. Pengawasan administratif yang meliputi, tetapi tidak terbatas pada
organisasi dan semua proseduur serta catatan yang berhubungan
dengan proses pengambilan keputusan yang mengarah pada otorisasi
manajemen atas suatu transaksi. Otorisasi ini suatu fungsi manajemen
yang secara langsung dan merupakan titik pangkal dari
penyelenggaraan pengawasan akuntansi terhadap transaksi.
2. Pengawasan akuntansi meliputi organisasi, semua prosedur dan
catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta kekayaan, serta
dapat dipercayainnya catatan keuangan. Karena itu, pengawasan ini
harus disusun sedemikian rupa. Sehingga memberi jaminan yang
memadai bahwa:
a. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi manajemen, baik
yang bersifat umum maupun yang khusus.
b. Transaksi dibukukan sedemikian rupa, sehingga:
1) Memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai
dengan Prinsip Akuntansi Indonesia atau kriteria yang berlaku
bagi laporan keuangan
2) Untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban atas aktivitas
perusahaan
3) Setiap kegiatan yang berkenaan dengan aktiva hanya
diperkenankan apabila sesuai dengan otorisasi manajemen
c. Pertanggungjawaban pencatatan akuntansi biaya dibandingkan
dengan aktiva yang ada dalam selang waktu yang wajar dan bila
ada selisih diambil tindakan penyelesaian yang tepat.
38
2.5 Pengertian SAK ETAP
Menurut Standar Akuntan Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik atau SAK ETAP (IAI:2009:1), pengertian SAK
ETAP yaitu standar yang dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa
akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal
adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha dan
kreditur.
Entitas memiliki akuntabilitas public signifikan jika:
a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
b. entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok
besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau
pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
c. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan
penggunaan SAK ETAP.
Dalam koperasi tentu tidak lepas dari laporan keuangan koperasi.
Penyusunan laporan keuangan tentu berdasarkan standar yang telah
39
ditetapkan. Standar yang berlaku saat ini yaitu Standar akuntansi entitas tanpa
akuntanbilitas publik (SAK ETAP) merupakan standar baru yang mulai
efektif digunakan pada tanggal 1 januari 2011.
SAK-ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan usaha kecil atau menengah atau
Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement ) untuk
mampu membuat pelaporan keuangn sendiri. Selain itu SAK ETAP Lebih
sederhana dibandingkan dengan PSAK – IFRS sehingga lebih mudah dalam
implementasinya tetapi Tetap memberikan informasi yang handal dalam
penyajian laporan keuangan.
Dalam beberapa hal SAK-ETAP dinilai lebih mudah dipahami karena
dalam SAK-ETAP terdiri dari seratus halaman dengan menyajikan 30 bab.
Hal ini berbeda dengan PSAK yang menurut beberapa orang sulit.
SAK ETAP ini Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME, dengan
modifikasi sesuai kondisi di Indonesia dan dibuat lebih ringkas, sehingga
lebih mudah dalam penerapan atau praktik secara langsung pada penyusunan
laporan keuangan.
40
Munculnya SAK ETAP dengan maksud agar konvergensi IFRS dapat
segera diwujudkan secara penuh, sehingga perusahaan-perusahaan yang
kesulitan untuk menerapkan SAK Penuh, dapat mengadopsi SAK ETAP
sebagai standar keuangan yang lebih sederhana. Perbedaan yang paling
terlihat antara PSAK no. 27 dengan SAK ETAP adalah tidak ada kewajiban
koperasi menyusun dan menyajikan Laporan Promosi Ekonomi Anggota
(LPEA).
Recommended