View
228
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
penciuman, rasa, dan raba.(Notoatmodjo, 2003; h. 121)
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup di dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
8
9
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintetis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melakukan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang akan lebih
dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa.
2) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia itu berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003),
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
10
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003). Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
3) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari artinya makin cocok jenis pekerjaan, makin tinggi pula
tingkat kepuasan yang diperoleh
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
(Wawan dan Dewi, 2010; h. 16-18)
2. Sumber Pengetahuan
a. Media massa adalah sarana penyebaran berita seperti surat kabar dan
majalah
b. Media cetak merupakan alat untuk mendapatkan informasi kesehatan
yang berfariasi, antara lain :
1) Booklet ialah media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam
bentuk buku baik berupa tulisan atau gambaran.
2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi melalui lembaran yang
dilipat.
11
3) Flyer (selebaran) bentuknya seperti leaflet tapi tidak dilipat
4) Flif Charf (lembar balik) media penyampaian informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk
buku di mana tiap lembar berisi gambar dan lembar baliknya berisi
informasi.
5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah yang
membahas masalah kesehatan.
6) Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi informasi
kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, tempat
umum atau kendaraan umum.
c. Media elektronik
Sebagai sarana untuk menyampaikan informasi kesehatan yang
berbeda jenis, antara lain :
1) melalui audio visual yang dapat berbentuk tanya jawab via telphon,
ceramah, film atau sandiwara yang mengupas masalah kesehatan
dan lain-lain.
2) Video merupakan media penyampai informasi kesehatan dalam
bentuk audio visual yang dapat diputar secara berulang-ulang,
sehingga audien akan mendapatkan informasi yang jelas
3) Slide, media informasi yang dioperasionalkan melalui komputer bias
dalam bentuk tulisan ataupun gambar-gambar.
d. Media papan reklame / billboard
Yaitu papan seng yang dipasang di tempat-tempat umum dengan
berbagai pesan kesehatan, bisa juga dipasang pada kendaraan umum
( bus dan taxi ). (Notoatmodjo.2003;h.70-72 )
12
Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dapat diperoleh dengan
cara:
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah
dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba
kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan (Otoritas)
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-
pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
13
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut
metodologi penelitian (Wawan dan Dewi, 2010; h. 14-15).
Kriteria tingkat pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : hasil prosentase 76%-100%
b. Cukup : hasil prosentase 56%-75%
c. Kurang : hasil prosentase < 56%
(Wawan dan Dewi, 2010; h. 18)
3. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
( Matondang. S.2005;h.7)
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Alimul, Aziz,2008;h. 54)
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman yang sudah
dimatikan atau dilemahkan. ( Marimbi,Hanum,2010;h.108)
Imunisasi adalah memberi vaksin ke dalam tubuh berupa bibit
penyakit, yang dilemahkan yang menyebabkan tubuh memproduksi
antibody tetapi tidak menimbulkan penyakit, bahkan anak menjadi kebal.
( Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2003)
14
vaksin adalah suatu produk biologik yang terdiri dari kuman, atau
racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk
merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang.
a. Jenis imunisasi
pada hakekatnya imunisasi tubuh dapat diperoleh dengan dua cara
yaitu :
1) Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan antigen kedalam tubuh sehingga tubuh anak
sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan
bertahun-tahun lamanya. Salah satu cara untuk mendapatkan
kekebalan aktif adalah bila seseorang menderita salah satu
penyakit, secara umum dapat dikatakan setelah seseorang
sembuh dari suatu penyakit mereka menjadi kebal terhadap
penyakit tersebut sampai seumur hidup. ( Riyadi,Sujono,2009;h.48)
Kekebalan aktif dibagi menjadi dua bagian :
a) Kekebalan aktif secara alami
Imunitas alami merupakan imunitas yang terkuat, tetapi perlu
diperhitungkan berapa anak yang oleh infeksi alami itu
meningggal atau sembuh dengan cacat seumur hidup. Oleh
karena itu imunisasi secara sengaja perlu dilaksanakan
sebanyak-banyaknya, mencakup semua anak.contoh difteria
dan poliomyelitis.
b) Kekebalan aktif sengaja di buat
Cara pemberian imunitas terdiri dari tiga macam antigen yaitu
15
(1) Live altenuated bacteria or virus
Yang dipakai adalah kuman yang masih hidup namun telah
dijinakkan sehingga tidak dapat menyebabkan penyakit
melainkan masih dapat menyebabkan imunitas misalnya
smallpox, BCG, polio sabin dan campak.
(2) Killed bacteria or virus
Misalnya kolera, tifus abdominalis, paratipus, pertusis,
polio.
(3) Toksoid
Yang dipakai ialah toksin yang sedemikian rupa, misalnya
dengan formol dan kemudian diabsorbsi dengan aluminium
sehingga biasanya dinamakan formol toxiod alum
precipitated. (Husein dan Hassan,2007;h.8-9)
2) Kekebalan pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh
dan tidak menyangkut sama sekali sistem imun tubuh itu sendiri,
tubuh hanya pasif menerima antibody yang masuk kedalam tubuh.
Kekebalan ini tidak berlangsung lama. Kekebaan pasif dibagi
menjasi dua bagian :
a) Kekebalan pasif alami
Terdapat pada bayi baru lahir sampai bayi berumur lima bulan.
Neonates mendapatnya dari ibu sewaktu di dalam kandungan
yaitu berupa zat antibody yang melalui jalan darah menembus
plasenta. Zat anti itu dapat berupa globulin gama yang
mengandung imunitas seperti yang juga dimiliki ibu, contohnya
difteria, campak, tetanus, dan pertusis.
16
b) Kekebalan pasif buatan
Zat anti didapatkan oleh anak dari luar dan hanya
berlangsung pendek yaitu 2-3 minggu karena zat seperti ini akan
dikeluarkan lagi dari tubuh anak. Bahan zat anti demikan dapat
berupa globulin gama murni yang didapat dari darah orang yang
pernah mendapat penyakit. Contohnya campak, tetanus, rabies
dan gigitan ular berbisa. (Husein dan Hassan,2007;h.2-5)
b. Klasifikasi vaksin
Pada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1) Vaksin hidup
Vaksin hidup dibuat dilaboratorium dari organisme hidup penyebab
vaksin. Vaksin mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki
kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak dan menimbulkan
kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit.
2) Vaksin mati
Vaksin mati atau tidak aktif mengandung semua atau sebagian dari
organisme penyakit yang telah dibuat tidak aktif. Vaksin yang tidak
aktif digunakan untuk penyakit : Polio, Hepatitis A, Kolera, Pertusis,
dan lain-lain. ( Suyitno,2005;h.19 )
c. Tujuan Imunisasi
1) Tujuan umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi ( PD3I )
2) Tujuan khusus
Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal ( insiden
dibawah 1 per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun ).
17
( Depkes, 2005 )
d. Sasaran Imunisasi
Sasaran program imunisasi di indonesia meliputi :
1) Sasaran berdasarkan usia yang diimunisasi
Imunisasi rutin
Imunisasi yang diberikan secara rutin dan terus menerus harus
dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan. Imunisasi
rutin dibagi menjadi :
(1) Bayi usia 0 – 11 bulan
(2) Wanita usia subur ialah wanita berusia 15 -35 tahun, termasuk
ibu hamil dan calon pengantin.
(3) Anak usia skolah tingkat dasar
2) Sasaran berdasarkan tingkat kekebalan yang ditimbulkan
a) Imunisasi wajib ( BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis )
b) Imunisasi lanjutan yang diberikan pada :
(1) Anak usia sekolah tingkat dasar
(2) Wanita usia subur.
e. Jenis-jenis vaksin dalam program imunisasi dasar
Vaksin-vaksin yang saat ini dipakai dalam program imunisasi rutin di
indonesia adalah :
1) Vaksin BCG
a) Indikasi
18
Vaksin BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit
Tuberculosis atau lebih dikenal dengan istilah penyakit TBC.
Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
Mycobacterium Tuberculosis dan mycobacterium bovis.
Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru, tetapi dapat
juga mengenai organ-organ lainnya seperti selaput otak, tulang
kelenjar superfisialis, dan lain-lain. Infeksi mycobacterium
tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tuberkulosis aktif.
Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi dengan
mycobacterium tuberculosis terjadi respon imunitas selular
yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberculin. (Rahajoe,
2005;h.88).
Penularan penyakit TBC dapat terjadi melalui percikan udara
atau percikan air ludah penderita. Mungkin juga bayi sudah
terjangkit penyakit TBC sewaktu lahir. Ia terinfeksi kuman TBC
sewaktu masih dalam kandungan, bila ibu mengidap penyakit
TBC. Pada anak yang terinfeksi, kuman TBC dapat menyerang
berbagai alat tubuh . yang diserangnya ialah paru-paru,
kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati atau selaput
otak. (Rahajoe, 2005 : 89-90)
b) Cara pemberian dan dosis
Sebelum disuntikkan vaksin BCG dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan alat mengunakan alat suntik steril (5ml).
c) Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali
19
Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertion musculus deltoideus) dengan membentuk sudut 15-
20 º. ( Purnamaningrum, 2009;h.1-11)
d) Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi
biasanya diberikan pada bayi usia 2 bulan. Dapat diberikan
pada anak berusia lebih dari 2 bulan jika sudah melalui uji
tuberkulin dengan hasil negatif. (Dedeh,Sri rahayu,209;h.42)
e) Efek samping
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak
seperti pada imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak
menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi,
akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang
berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka
tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh
dengan sendirinya secara spontan.
f) Kontra indikasi
(1) Sedang menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi
infeksi HIV, penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe. Bayi yang dilahirkan dari ibu HIV
positif, lakukan konselling pada keluarga, rawat bayi seperti
bayi yang lain, dan perhatikan khusus pada pencegahan
infeksi. Bayi tetap diberi imunisasi rutin seperti layaknya
bayi sehat lain (Indarso dan Hendrarto,2005;h.57).
2) Anak menderita gizi buruk
3) Sedang menderita demam tinggi
4) Kehamilan
20
5) Pernah sakit tuberculosis
g) Ibu menderita tuberculosis dan mendapatkan pengobatan
kurang 2 bulan sebelum melahirkan, atau di diagnosa TB stelah
melahirkan.
(1) Jangan diberi BCG pada saat setelah lahir
(2) Beri pencegahan dengan isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali
sehari oral.
(3) Pada umur 8 minggu evaluasi bayi kembali, berat badan,
lakukan pemeriksaan uji tuberculin dan foto dada.
(a) Apabila ditemukan kemungkinan atau TB aktif mulai
diberi pengobatan anti TB sesuaikan program
pengobatan TB pada bayi
(b) Apabila kondisi bayi baik dan hasil uji tuberculin
negative, lanjutkan pencegahan dengan isoniazid
dalam waktu 6 bulan.
(c) Tunda pemberian BCG sampai 2 minggu setelah
pengobatan selesai. Bila BCG sudah terlanjur
diberikan, ulang 2 minggu setelah pengobatan INH
selesai.
(d) Yakinkan ibu bahwa ASI tetap boleh diberikan dan
cacat berat badan bayi tiap 2 minggu.
(Indarso dan Hendrarto,2005;h.56)
2) Vaksin DPT
a) Indikasi
Untuk mencegah 3 penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis,
tetanus yaitu :
21
(1) Difteria
Difteria adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-
mediated diseases dan disebababkan oleh kuman
Corynebacterium Diphteriae. Ganas, Mudah menular dan
menyerang saluran nafas bagian atas dengan gejala :
adanya demam yang tinggi, pada tonsil atau tenggorok
terlihat selpaut putih kotor, lesu, pucat, nyeri kepala,
anoreksia (gejala tidak mau makan), dan lemah
(Hadinegoro, 2005 : 98-108).
(2) Pertusis
Pertusis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kuman Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin
yang menyebabkan ambang rangsang batuk menjadi
rendah sehingga bila terjadi sedikit saja rangsangan akan
terjadi batuk yang hebat dan lama. Batuk lebih sering pada
malam hari, batuk terjadi beruntun, biasanya disertai
muntah. Batuk bisa menjadi 1-3 bulan. Pada bayi sering
disertai penghentian nafas sehingga bayi menjadi biru.
Akibat batuk yang berat dapat terjadi perdarahan selaput
lendir mata ( conjungtiva) atau pembengkakan disekitar
mata. Dampak batuk rejan paling berat bagi bayi berusia
12 bulan kebawah dan sering kali rawat inap dirumah sakit.
Pencegahan paling efektif dengan imunisasi bersama
dengan tetanus dan difteri sebanyak 3 kali sejak bayi
berumur 2 bulan.
(3) Tetanus
22
Tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular
dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya
adalah bakteri Clostridium Tetani. Pada bayi penularan
disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alat yang
steril. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi
karena luka yang kotor atau luka terkontaminasi spora
kuman tetanus. Tetanus disebabkan oleh bakteri yang
berada di tanah, dan kotoran hewan.
b) Cara pemberian dan dosis
Cara pemberian vaksin DPT adalah melalui injeksi
intramuskular. Suntikan diberikan pada paha tengah luar atau
subkutan dalam. Dosis 0,5 ml dilakukan tiga kali.
c) Efek samping
Pemberian imunisasi DPT /memberikan efek samping ringan
dan berat, efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri
pada tempat penyuntikan dan demam, sedang efek berat bayi
menangis hebat karena kesakitan selama kurang lebih 4 jam,
keasadaran menurun, terjadi kejang, dan shock.
(Proverawati, 2010; h.42-49)
d) Kontra indikasi
(1) Riwayat anafilaksis
(2) Anak menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat
kejang dalam 3 hari sesudahnya.
(Hadinegoro,2005;h.105)
3) Vaksin polio
a) Indikasi
23
Vaksin polio adalah Untuk mencegah penyakit poliomielitis,
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus poliomielitis.
Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu
polio type1, 2, atau 3. Penyakit ini ditularkan orang ke orang
melaui fekal-oral-route. Poliomielitis tidak menunjukkan gejala
apapun. Kurang dari 1 % virus masuk pada sistem saraf pusat,
akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem
saraf motorik, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan
kelumpuhan. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri
otot dari kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit.
b) Cara pemberian dan dosis
Vaksin polio diberikan 4 kali. Imunisasi polio ulang diberikan 1
tahun setelah imunisasi IV.vaksin diberikan sebanyak 2 tetes
langsung ke mulut anak. Dosis 0,1 ml.
c) Efek samping
Efek samping berupa paralisis yamhg disebabkan oleh vaksin
sangat jarang terjadi. (Satyanegara,Surya,2004;h.638)
d) Kontra indikasi
(1) Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita defisiensi imunitas.
(2) Pada anak dengan diare berat atau muntah, vaksin harus
ditunda.
(3) Sedang sakit parah atau demam (suhu > 38,5 ºC),
vaksinasi harus ditunda.
( Proverawati, 2009;h.54-58)
24
Terdapat 2 macam vaksin polio yaitu :
a. Inactivated polio vaccine (IPV) mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan pemberian dengan dosis 0,5 ml dengan suntikkan
subkutan atau intramuscularm (di paha tengah bagian luar) dalam
tiga kali berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing
dosis akan memberikan imunitas jangka panjang terhadap tiga
macam tipe virus polio. (Purnamaningrum,2009;h.41-50)
b. Oral poli vaccine (OPV) mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Diberikan
sebanyak 2 tetes langsung ke mulut anak, tiap dosis 2 tetes 0,1
ml. Vaksin akan menghambat virus polio liar yang serentak, maka
sangat berbahaya untuk mengendalikan epidemik. Jenis vaksin
virus polio ini dapat bertahan ditinja sampai 6 minggu setelah
pemberian OPV (Suyitno,Haryono,2005;h.114-115)
4) Vaksin hepatitis B
a) Indikasi
Vaksin hepatitis B untuk memberi kekebalan terhadap
penyakit hepatitis B, dalam sehari-hari lebih dikenal sebagai
liver. Vaksin terbuat dari bagian virus hepatitis B yang
dinamakan HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi
tidak menimbulkan penyakit. Penyakit hepatitis B adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Cara
penularan hepatitis B dapat melalui mulut, transfusi darah, dan
jarum suntik yang tercemar. Pada bayi penularannya dari ibu
melalui plasenta semasa dalam kandungan atau pada saat
kelahiran. Gejalanya adalah hilangnya nafsu makan, mual,
25
muntah, rasa lelah, mata kuning, dan muntah serta demam,
urin menjadi kuning, sakit perut.
b) Cara pemberian dan dosis
Vaksin ini diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui ijeksi
intramuscular dengan dosis 0,5 ml.
c) Efek samping
Rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Dan biasanya hilang setelah 2 hari.
d) Kontra indikasi
Vaksin tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit
berat. Hipersensitif terghadap komponen vaksin. Dan tidak
boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai
kejang. ( Proverawati,2009;h. 59-62)
e) Ibu yang menderita hepatitis B atau uji serologis HBsAg positif,
dapat menularkan hepatitis B pada bayinya :
(1) Berikan dosis awal vaksin hepatitis B 0,5 ml segera setelah
lahir seyogyanya dalam 12 jam sesudah lahir, diikuti dosis
kedua dan ketiga sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis.
(2) Apbila tersedia, pada saat yang sama beri immunoglobulin
hepatitis B 200 IU i.m (0.5 ml) disuntikkan pada paha yang
lainnya, dalam waktu 48 jam sesudah lahir (sebaiknya 24
jam sesudah lahir).
(3) Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila
vaksin diatas sudah diberikan.
(Indarso dan Hendrarto,2005;h.56).
5) Vaksin campak
26
a) Indikasi
Vaksin campak Untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Campak, measles atau rubella adalah peyakit
virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Virus campak
ditularkan lewat infeksi droplet melalui udara, menempel dan
berkembang. Gejalanya adalah panas meningkat dan
mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar
membaik dengan cepat pada saat panas menurun,
conjunctivitis ditandai dengan mata merah, munculnya bercak
koplik umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam
hahri ke 3-4 dan cepat menghilang setelah beberapa jam.
b) Cara pemberian dan dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 ml. Sebelum
disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dillarutkan dengan
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Disuntikkan pada lengan kiri atas secara subkutan.
c) Efek samping
Mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang
dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
d) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukimia dan limfoma.
( Proverawati, 2009;h.49-53)
27
f. Jenis-jenis imunisasi yang dianjurkan
Vaksin-vaksin yang dianjurkan untuk anak-anak adalah:
1) HIB
2) Pneumokokus ( PCV)
3) Vaksin influenza
4) MMR
5) Imunisasi Varisella
6) Tifoid
7) Hepatitis A (Marimbi,Hanum,2010;h.138-142).
g. Jadwal imunisasi
Tabel 2.1 Imunisasi dasar lengkap
JenisVaksin
BulanLhr 1 2 3 4 5 6 7 8 9
BCG 1Hepatitis B 1 2 3Polio 0 1 2 3DPT 1 2 3Campak 1Sumber : Cahyono, 2010; h.164
Jadwal Imunisasi
Tabel 2.2 imunisasi dasar lengkap
Umur Vaksin KeteranganSaat lahir
Hepatitis B-1
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HbsAg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBIg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada
28
bayi lain)1 bulan Hepatitis
B-2Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan
0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan DPT-1 DPT-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
4 bulan DPT-2 DTP-2 (DTwp atau Dtap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T)
HiB-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atu dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-26 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T)Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3
pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DPT-3Hepatitis B-3
HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan Campak 1
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD krlas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
Sumber : Marimbi,Hanum,2010;h. 116-117
h. Penyimpangan dari jadwal imunisasi
Dalam kenyataannya tidak semua anak mendapat imunisasi secara
lengkap dan sempurna menurut jadwal imunisasi yang telah
ditetapkan. Keadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
misalnya keadaan sakit parah, masalah sekolah, masalah keluarga,
perpindahan tempat tinggal dan sebagainya. Dengan kejadian ini
29
beberapa anak akan mengalami keterlambatan atau penyimpangan
dari jadwal imunisasi yang ditentukan. Berkonsultasilah dengan dokter.
Keterlambatan pemberian imunisasi berikutnya, tidaklah selalu berarti
vaksinasi sebelumnya gagal. Bagaimanapun tubuh anak dapat
mengenal dan mengingat kembali pemberian vaksin yang diperoleh
sebelumnya. Dokter akan dapat mempertimbangkan waktu dan dosis
vaksin yang akan diberikan berikutnya. (Melany Sofyan, 2010)
i. Manfaat Imunisasi
1) Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3) Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan perkembangan negara.
( Proverawati, 2009;h.5)
j. Faktor yang meepengaruhi imunisasi
1) Status imun penjamu :
a) Adanya Ab spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi
misalnya :
(1) Campak bayi
(2) Kolostrum ASI
30
b) maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar
komponen, aktifasi optonin
c) pembentuk Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi
ditunda sampai umur 2 bulan
d) cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal
secara simultan, bayi diimuinisasi
e) frekuensi penyakit, dampaknya pada neonatus berat imunisasi
dapat diberikan pada neonatus
f) status imunologik respon terhadap vaksin kurang.
2) Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik,
cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak 100%
a) Kualitas vaksin
b) Cara pemberian :Misal polio oral
c) Dosis vaksin
(1) Tinggi menghambat respon, menimbulkan efek samping
(2) Rendah tidak merangsang sel imunokompeten.
d) Frekuensi pemberian
Respon imun sekunder sel efektor aktif lebih cepat, lebih
tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian
mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila vaksin
berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi
Ag dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel
imunokompeten.
e) Ajuvan
31
(1) Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag
(2) Mempertahankan Ag tidak cepat hilang
(3) Mengaktifkan sel imunokompeten
(4) Jenis vaksin
(5) Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik
f) Kandungan vaksin
(1) Antigen virus
(2) Bakteri
(3) Vaksin yang dilemahkan : polio, campak, BCG
(4) Vaksin mati : pertusis
(5) Eksotoksin : toksoid, dipteri, tetanus
(6) Ajuvan : persenyawaan aluminium
(7) Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur
jaringan, telur.
( Marimbi,Hanum,2010;h.112-114)
32
B. Kerangka Teori
Gambar .2.1.Kerangka teori.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar
Lengkap Dengan Status Imunisasi Pada Bayi Umur 12 Bulan.
Modifikasi Sumber :
- Metodologi Penelitian Kesehatan, Notoatmodjo, 2005
- Pedoman Imunisasi Indonesia, I.G.N.Ranuh.dkk, 2005
- Imunisasi dan vaksinasi, Proverawati, 2009
Dipengaruhi oleh : - Faktor
internal- Faktor
eksternal
Tingkat pengertahuan :1. Tahu2. Memahami3. Aplikasi4. Analisi5. Sintesis6. evaluasi
Pengetahuan ibu tentang imunisasi
dasar lengkap
Status imunisasi bayi usia 12 bulan
- BCG- Hepatitis B- DPT- Polio- Campak
Recommended