View
223
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saluran Pencernaan
2.1.1 Organ Pencernaan
Organ pencernaan dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu saluran
gastrointestinal dan struktur aksesoris. Saluran gastrointestinal merupakan saluran
yang panjang pada rongga tubuh yang dimulai dari mulut sampai anus. Organ dari
saluran gastrointestinal terdiri dari mulut, sebagian besar faring, esophagus, lambung,
usus halus, dan usus besar. Struktur aksesoris terdiri dari gigi, lidah, kelenjar ludah,
empedu dan pankreas. Pada saat saluran gastointestinal berisi makanan dari waktu
dimakan sampai dicerna dan dipersiapkan untuk dieliminasi, kontraksi otot pada
dinding saluran gastrointestinal merusak makanan secara fisik dengan cara
mengaduknya.13 Berikut keterangan beberapa organ pencernaan :
2.1.1.1 Lambung
Lambung adalah ruang berbentuk kantung mirip huruf J yang terletak di
antara esofagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan
perbedaan anatomis, histologis, dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung yang
terletak di atas lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus
(badan). Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian bawah
lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. Bagian akhir lambung adalah
6
sfingter pilorus, yang berfungsi sebagai sawar antar lambung dan bagian atas usus
halus, duodenum.14
Fungsi motorik lambung ada tiga yaitu menyimpan makanan dalam jumlah
besar sampai makanan tersebut dapat diproses pada bagian bawah saluran
pencernaan, mencampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai ia
membentuk suatu campuran setengah padat yang dinamakan khimus, dan
mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung masuk ke usus halus dengan
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi oleh usus halus.14, 15
2.1.1.2 Usus Halus
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan,
walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Usus halus adalah
statu saluran dengan panjang sekitar 6,3 m dengan diameter kecil 2,5 cm. Usus ini
berada dalam keadaan bergelung di dalam rongga abdomen dan terentang dari
lambung sampai usus besar.14
Terdapat dua jenis gerakan dari usus halus, yaitu gerakan segmentasi dan jenis
peristaltik yang disebut kompleks gerakan yang berpindah. Gerakan segmentasi
merupakan gerakan yang timbul pada bagian usus yang terdesak oleh kimus dalam
jumlah yang besar. Gerakan ini mencampur kimus dengan cairan digestif, dan
kemudian akan diserap oleh mukosa usus. Gerakan ini tidak mendorong isi usus
sepanjang saluran pencernaan. Setelah gerakan segmentasi selesai akan muncul
peristalsis. Jenis peristalsis pada usus halus dikenal sebagai kompleks motilitas yang
7
berpindah, dimulai pada bagian bawah lambung dan akhirnya mendorong kimus
bersamaan dengan sedikit peregangan dari usus halus. Iritasi yang sangat kuat pada
mukosa usus, seperti yang terjadi pada beberapa infeksi, dapat menimbulkan apa
yang dinamakan peristaltic rush yang merupakan gelombang peristaltik sangat kuat
yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa menit. Gelombang ini dapat
menyapu isi usus masuk ke kolon dan karena itu menghilangkan zat pengiritasi atau
peregangan yang berlebihan pada usus halus.14, 15
2.1.1.3 Usus Besar
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum
membentuk kantung buntu di bawah taut antara usus halus dan usus besar di katup
ileosekum. Tonjolan kecil mirip jari di dasar sekum adalah apendiks, jaringan limfoid
yang mengandung limfosit. Kolon, yang membentuk sebagian besar usus besar, tidak
bergelung-gelung seperti usus halus, tetapi terdiri tiga bagian yang relatif lurus (kolon
asendens, kolon transervus, dan kolon desendens). Bagian akhir kolon desendens
berbentuk huruf S, yaitu kolon sigmoid, dan kemudian berbentuk lurus yang disebut
rektum.14
Fungsi utama kolon adalah mengabsorpsi air dan elektrolit serta menyimpan
feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon terutama
berhubungan dengan absorpsi, dan setengah bagian distal, berhubungan dengan
penimbunan. Karena tidak diperlukan pergerakan intensif untuk fungsi – fungsi ini,
maka pergerakan kolon secara normal sangat lambat. Meskipun lambat,
pergerakannya masih mempunyai karakteristik yang srupa dengan pergerakan usus
8
halus. Proses pencernaan yang terjadi pada usus besar terbagi atas 3 yaitu pencernaan
mekanik, pencernaan kimia, dan absorbsi.14, 15
Gambar 2.1 Organ saluran pencernaan16
2.1.2 Kontrol Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal
Traktus gastrointestinal memiliki sitem persarafan sendiri yang disebut sistem
saraf enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esophagus dan
memanjang sampai ke anus. Sistem ini terutama mengatur pergerakan dan sekresi
gastrointestinal. Sistem enterik terutama terdiri atas dua pleksus, satu pleksus bagian
luar yang terletak di antara lapisan otot longitudinal dan sirkular, disebut pleksus
mienterikus atau pleksus Auerbach, dan satu pleksus bagian dalam, disebut pleksus
submukosa atau pleksus Meissner, yang terletak di dalam submukosa. Pleksus
9
mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal, dan pleksus submukosa
terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal.15
Neuron-neuron postganglionik dari parasimpatis terletak di pleksus
mienterikus dan pleksus submukosa, dan perangsangan saraf parasimpatis
menimbulkan peningkatan umum dari seluruh aktivitas sistem saraf enterik. Hal ini
kemudian akan memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi gastrointestinal tetapi
tidak semuanya, karena beberapa neuron enterik bersifat inhibitoris dan karena itu
menghambat fungsi-fungsi tertentu. Persarafan simpatis menghambat aktivitas dalam
traktus gastrointestinal menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang
ditimbulkan oleh sistem parasimpatis.15
2.1.3 Proses defekasi normal
Fungsi kolon adalah mencampur dan mendorong isi kolon dan mengabsorpsi
air dan elektrolit. Motilitas kolon dan rektal diatur oleh sistem saraf simpatik,
parasimpatik dan enterik, sehingga lesi pada jaras ini akan mempengaruhi frekuensi
defekasi. Motilitas kolon dirangsang oleh faktor-faktor seperti makanan dan emosi.
Adanya feses yang cukup dalam rektum menyebabkan distensi rektum, dan
menimbulkan refleks kontraksi otot polos rektum dan relaksasi sfingter ani interna.
Dengan mengkontraksikan otot diafragma dan abdomen, serta merelaksasikan serat
lintang puborektalis dan sfingter ani eksterna, tinja dapat dikeluarkan. Pada dasarnya
terdapat dua macam refleks defekasi, yaitu :
10
2.1.3.1 Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini dihantarkan melalui syaraf enterik lokal, yaitu pleksus mienterikus
dan biasanya lemah intensitasnya. Refleks ini timbul akibat distensi dinding rektum
karena terisinya rektum dengan materi fekal. Refleks ini juga menimbulkan
gelombang peristaltik di kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum yang
menyebabkan feses terdorong ke arah anus.16
2.1.3.2 Refleks defekasi parasimpatis
Refleks ini kuat intensitasnya yang diperlukan untuk memperkuat refleks
defekasi intrinsik yang lemah agar efektif untuk menimbulkan defekasi. Impuls
sensorik atau sinyal aferen dari reseptor regangan di dinding rektum dihantarkan ke
medula spinalis segmen sakral yang merupakan pusat refleks defekasi parsimpatis.
Impuls motoriknya atau sinyal eferennya sebagai respons terhadap rangsangan
distensi dihantarkan ke kolon desenden, kolon sigmoid, rektum, dan anus melalui
nervus pelvikus yang menimbulkan gelombang peristaltik yang lebih kuat. Kadang-
kadang gelombang peristaltik ini demikian kuatnya, sehingga dapat mengosongkan
kolon mulai dari fleksura lienalis dengan sekali gerakan saja sampai ke anus.16
2.2 Mengkudu
2.2.1 Klasifikasi Ilmiah
Mengkudu memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut:17
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
11
Ordo : Rubiales
Familia : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
2.2.2 Sejarah Perkembangan
Mengkudu berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 100 SM penduduk Asia
Tenggara berimigrasi ke kepulauan Polinesia dan membawa mengkudu sebagai
tanaman obat. Laporan tentang khasiat mengkudu sudah ada pada tulisan-tulisan kuno
2000 tahun yang lalu pada masa dinasti Han di Cina. Pada tahun 1860 penggunaan
mengkudu sebagai bahan pengobatan alami mulai tercatat dalam literatur-literatur
Barat.18
Buah mengkudu sudah digunakan di Hawaii sebagai obat tradisional sejak
lebih dari 1500 tahun lalu, penduduknya menyebut mengkudu dengan istilah noni dan
dijuluki Hawaii magic plant.19 Di Indonesia tanaman mengkudu sudah dimanfaatkan
sejak zaman dahulu. Pada awalnya yang dimanfaatkan adalah kulit akarnya sebagai
zat pewarna. Setelah diketahui bahwa dalam bagian tanaman lain mengkudu,
terutama buahnya mengandung berbagai zat yang dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit, maka selanjutnya tanaman mengkudu lebih dikenal sebagai
tanaman obat.20
2.2.3 Deskripsi Tanaman
12
Mengkudu merupakan pohon berdaun hijau yang tumbuh di daerah pantai dan
dalam area hutan hingga ketinggian 1300 kaki di atas permukaan laut.7
Adapun bagian mengkudu adalah sebagai berikut:21
a. Batang
Tinggi batang sekitar 4-6 m. Bentuk batang umumnya bengkok, berdahan kaku,
kulit batang kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit
batang berwarna cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuningan, dan tidak berbulu.
Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun.
b. Daun
Daun letaknya berhadap-hadapan, berbentuk bulat telur sampai elips (lonjong dan
ujungnya meruncing) dengan panjang 10-20 cm dan lebar 8-15 cm. Tepi daun
bergelombang dan ujung daun lancip. Pangkal daun menyempit dan berbentuk
pasak, ukurannya 0,5-2,5 cm. Tulang daun menyirip. Warna daun hijau mengilap
dan tidak berbulu.
c. Bunga
Bunga bertipe bonggol bulat, bergagang dengan ukuran 1-4 cm. Bunga putih,
kecil, harum, dan menggerombol pada satu dasar bersama yang membentuk
benjol-benjol sehingga disebut bonggol. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu
yang berhadapan dengan daun yang tumbuh normal. Bunga berkelamin dua.
Benang sari tertancap di mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga
mekar dari kelopak berbentuk seperti tandan.
d. Buah
13
Buah terbentuk dari bonggol bunga yang membengkak dan mengukuhkan diri
setelah bunga rontok. Buah bulat lonjong sebesar telur ayam sampai berdiameter
7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (bersegi
banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau,
menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah masak, warnanya putih
transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk
piramid, berwarna coklat merah.
e. Biji
Biji berwarna cokelat kehitaman dengan ruang udara yang tampak jelas.
Pertumbuhan tanaman yang berasal dari biji cukup cepat. Dalam waktu sekitar 6
bulan, tinggi tanaman bisa mencapai 1,2-1,5 meter. Pembungaan dan pembuahan
berlangsung terus-menerus sepanjang tahun.
Gambar 2.2 Buah mengkudu26
2.2.4 Bahan Gizi
14
Berdasarkan sejumlah literatur dan publikasi ilmiah, ternyata hampir pada
semua bagian mengkudu terkandung berbagai macam senyawa kimia yang berguna
bagi kesehatan manusia.19
Pada daun terkandung protein, zat kapur, zat besi, karoten, dan askorbin. Pada
kulit akar terkandung senyawa morindin, morindon, aligarin-d-methyleter, dan
soranjideol. Pada bunga terkandung senyawa glikosida, antrakuinon, asam kapron
dan asam kaprylat.19
Beberapa jenis senyawa kimia dalam buah mengkudu adalah terpen, acubin,
lasperuloside, alizarin, zat-zat antrakuinon, asam askorbat, asam kaproat, asam
kaprilat, zat-zat skopoletin, damnachantal, dan alkaloid.25 Senyawa turunan
antrakuinon antara lain adalah morindin, morindon, dan alizarin, sedangkan
alkaloidnya antara lain xeronin dan proxeronin.23
Buah mengkudu juga mengandung vitamin A, vitamin C, niasin, tiamin, dan
riboflavin, serta mineral seperti natrium, kalium, kalsium, zat besi, dan selenium.27, 28
Selain itu, terkandung pektin yang digolongkan ke dalam soluble fiber yang dapat
mengatasi konstipasi.26
Hasil analisis fruit powder secara keseluruhan menunjukkan bahwa buah
mengkudu mempunyai tingkatan karbohidrat dan serat yang tinggi, cukup protein,
dan rendah lemak.27
Kandungan bahan-bahan terpenting dalam 100 g buah mengkudu dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut.27
Tabel 2.1 Kandungan Bahan-Bahan Terpenting Dalam 100 g Buah Mengkudu
15
Jenis Bahan Kandungan (%)
Protein
Lemak
Air
Abu
Serat
Karbohidrat
5.8 %
1.2 %
9.3 %
10.3 %
36 %
71 %
Kandungan nutrisi hasil analisis dari 1200 mg sari buah mengkudu dapat
dilihat pada Tabel 2.2 berikut.27
Tabel 2.2 Kandungan Nutrisi Hasil Analisis Dari 1200 mg Sari Buah Mengkudu
Jenis Nutrisi Jumlah Kandungan
Protein
Lemak
Karbohidrat
Serat
Kalori
Vitamin A
Vitamin C
Niasin
Thiamin
Riboflavin
Besi
Kalsium
Natrium
Kalium
69,6 mg
15,5 mg
843 mg
419 mg
3 mg
2,26 IU
9,81 mg
0,048 mg
–
–
0,02 mg
0,88 mg
2,63 mg
32,0 mg
2.2.5 Kegunaan
16
Hampir semua bagian mengkudu baik akar, buah, maupun daun dapat
digunakan untuk pengobatan. Adapun kegunaannya adalah sebagai berikut:28
a. Akar digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi) dan sulit
buang air besar (sembelit/konstipasi).
b. Buah digunakan sebagai antioksidan, mengobati diabetes mellitus, hipertensi,
ulkus, dan infeksi.
c. Daun digunakan untuk mengatasi diabetes melitus, menurunkan kolesterol, mual,
ulkus, dan infeksi.
2.3 Laksatif
2.3.1 Pengertian
Laksatif merupakan obat yang berkhasiat memperlancar buang air besar
(defekasi).29
2.3.2 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja laksatif yang sesungguhnya masih belum dapat dijelaskan,
karena kompleksnya faktor-faktor yang mempengarui fungsi kolon, transpor air dan
elektrolit. Namun, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:12
a. Laksatif menarik air karena adanya sifat hidrofilik atau osmotiknya, akibatnya
massa, konsistensi, dan transit tinja bertambah.
b. Laksatif bekerja langsung ataupun tidak langsung terhadap mukosa kolon dalam
menurunkan absorpsi air dan NaCl.
17
c. Laksatif dapat meningkatkan motilitas usus sehingga absorpsi garam dan air
menurun kemudian mengurangi waktu transit.
2.3.3 Jenis Obat
2.3.3.1 Laksatif Rangsang
Laksatif rangsang meningkatkan peristaltik dan sekresi lendir usus melalui
perangsangan mukosa, saraf intramural, atau otot polos usus. Obat yang termasuk ke
dalam golongan ini adalah minyak jarak, difenilmetan (fenolftalein, bisakodil,
oksifenasetin), dan antrakinon (aloe, kaskara sagrada, sena, dantron).12
2.3.3.2 Laksatif Garam dan Laksatif Osmotik
Adanya daya osmotik laksatif memberikan pengaruh tidak langsung pada usus
sehingga peristaltik usus meningkat. Air ditarik ke dalam lumen usus dan tinja
menjadi lembek setelah 3-6 jam. Absorpsi laksatif garam melalui usus berlangsung
lambat dan tidak sempurna. Obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah garam
magnesium, garam natrium, Gliserin, Sorbitol, Mannitol dan laktulosa.12
2.3.3.3 Laksatif Pembentuk Massa
Golongan ini bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon, dengan
demikian feses akan menjadi lebih banyak dan lunak. Sebagian dari komponennya
misalnya pektin akan dicerna bakteri kolon dan metabolitnya akan meningkatkan efek
laksatif melalui peningkatan osmotik cairan lumen. Sediaan yang termasuk ke dalam
18
golongan ini adalah sediaan alam (agar-agar dan psillium) dan sediaan semisintetik
(metilselulosa, natrium karboksimetilselulosa, dan kalsium polikarbofil).12
2.3.3.4 Laksatif Emolien
Laksatif ini melunakkan tinja tanpa merangsang peristaltik usus, baik
langsung maupun tidak langsung sehingga memudahkan defekasi. Obat yang
termasuk ke dalam golongan ini adalah dioktilnatrium sulfosuksinat, dioktilkalsium
sulfosuksinat, parafin cair, dan minyak zaitun.12
2.3.4 Bentuk Sediaan
Beberapa jenis laksatif dapat diperoleh di apotek, supermarket dan toko obat
tanpa resep dokter. Namun, ada juga yang harus memerlukan resep dokter. Adapun
bentuk sediaan laksatif yaitu tablet, kapsul, makanan, sirop, bubuk, enema, serta
suppositoria.12
2.3.5 Indikasi
Beberapa indikasi laksatif adalah sebagai berikut :
a. Mengatasi konstipasi fungsional dan tidak dapat mengatasi konstipasi yang
disebabkan keadaan patologi usus.12
b. Membersihkan isi usus sebelum pemeriksaan radiologi, endoskopi, pemeriksaan
rektum atau operasi usus.30
c. Digunakan pada penyakit yang membahayakan bila tinja keras atau mengejan,
yaitu pada pasien dengan penyakit angina, wasir, fisura ani, hernia, gagal jantung,
19
penyakit koroner, hipertensi berat, dan peninggian tekanan intrakranial ataupun
intraokular.12, 31
d. Detoksifikasi/menghilangkan racun pada pasien dengan keracunan.12
e. Untuk mengeluarkan parasit setelah pengobatan antihelmintik.32
2.3.6 Kontraindikasi
Penggunaan laksatif pada pasien dengan dugaan appendisitis, obstruksi usus,
atau sakit perut yang tidak diketahui sebabnya, dapat membahayakan. Semua laksatif
tidak boleh diberikan pada pasien dengan mual, muntah, spasme, kolik, atau berbagai
gangguan abdomen lainnya.12
2.3.7 Efek Samping
2.3.7.1 Cathartic Colon Syndrom
Penggunaan laksatif jangka panjang dan berlebihan dapat menyebabkan diare,
nyeri abdomen, dan kejang. Secara morfologi, terjadi inflamasi, hipertrofi mukosa
otot, atrofi lapisan otot luar, serta kerusakan submukosa dan pleksus myenterikus.29
2.3.7.2 Ketergantungan Laksatif
Keinginan untuk buang air besar setiap hari mungkin menghasilkan
ketergantungan psikologis pada laksatif, terutama laksatif stimulant (laksatif
rangsang). Sebagai tambahan, mengosongnya kolon distal sebelum waktunya,
membuat pasien salah menginterpretasikan ketiadaan buang air besar setiap hari
sebagai konstipasi yang pada kenyataannya rektum kosong.29
20
2.3.7.3 Hipokalemia
Gangguan keseimbangan elektrolit mengakibatkan pengurangan volume
plasma, stimulasi sistem renin-angiotensin, dan peningkatan aldosteron. Pada kolon
dan ginjal, aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ diganti dengan K+, sehingga
terjadi kehilangan K+ melalui feses dan urin, yang berakibat terjadinya
hipokalemia.12,29
2.3.7.4 Abnormalitas Hati
Hepatitis kronik telah dilaporkan terjadi setelah menggunakan kombinasi
dioktilkalsium sulfosuksinat dan dantron.29
2.3.7.5 Peningkatan Kehilangan Protein Melalui Usus
Seluruh laksatif telah dilaporkan menyebabkan kehilangan protein berlebihan
melalui usus, kecuali serat dan laktulosa.29
2.3.7.6 Malabsorpsi
Penggunaan laksatif yang kronik dan terus-menerus dapat menyebabkan
malabsorpsi xylosa dan karbohidrat lain, lemak, vitamin larut lemak, serta kalsium.
Pengeluaran kalsium yang terlalu banyak dapat menyebabkan osteomalasia.12, 29
2.3.8 Penyalahgunaan
Sebagian orang menyalahgunakan laksatif untuk menurunkan berat badan
dengan menggunakan laksatif dosis tinggi secara teratur, sehingga dapat
21
menimbulkan gejala yang serius. Kondisi pasien tergantung pada jenis dan jumlah
laksatif yang ditelan, serta lamanya waktu yang telah dilewati sebelum mendapatkan
perawatan.30
Penyalahgunaan laksatif berpotensi serius karena dapat mendorong ke arah
paralisis intestinum, Irritable Bowel Syndrome, pankreatitis, gagal ginjal, gangguan
keseimbangan elektrolit dan masalah lainnya.31
Penyalahgunaan laksatif yang banyak terjadi di masyarakat dengan alasan
menjaga kesehatan, sama sekali tidak rasional karena akan menurunkan sensitivitas
mukosa usus sehingga usus gagal bereaksi terhadap rangsang fisiologis.12
2.4 Konstipasi
Konstipasi merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang sering
ditemukan dalam praktek sehari-hari dan biasanya mengarah kepada defekasi yang
persisten, susah, jarang dan tidak puas. Karena banyaknya variasi kebiasaan defekasi
di antara individu, maka prevalensi yang tepat dari konstipasi sulit untuk ditentukan.
Kebanyakan orang mengalami defekasi sekurang-kurangnya 3 kali dalam seminggu.
Namun, frekuensi defekasi sendiri bukan merupakan krieria yang tepat untuk
diagnose konstipasi karena banyak pasien konstipasi mempunyai frekuensi defekasi
yang normal namun mengeluhkan defekasi yang susah, feses yang keras, rasa penuh
pada perut bagian bawah, dan rasa defekasi yang tidak puas. Untuk mendiagnosa
konstipasi dapat digunakan kriteria Roma II, yaitu :
1. Peregangan
2. Feses yang keras
22
3. Sensasi defekasi yang inkomplit
4. Sensasi adanya hambatan anorektal
5. Kurang dari 3 defekasi per minggu
Konstipasi ditetapkan bila terdapat 2 atau lebih gejala di atas menetap
sekurang-kurangnya selama 12 minggu, namun tidak harus berurutan selama 12
minggu tersebut.32
2.4.1 Etiologi dan patofisiologi
Konstipasi merupakan hasil dari berbagai macam kelainan baik local maupun
sistemik. Ketika penyebab dari suatu konstipasi diketahui, maka konstipasi itu
dikenal sebagai konstipasi sekunder. Penyebab sering konstipasi sekunder adalah :
1. Struktural
2. Obat-obatan
3. Endokrin
4. Metabolik
5. Kelainan infiltrattif
6. Kelainan neurologis
7. Psikologis
Ketika pemeriksaan gagal mendapatkan penyebab spesifik dari konstipasi,
maka konstipasi tersebut dikenal sebagai konstipasi fungsional/idiopatik. Secara
konsep konstipasi ini mengarah kepada kelainan pergerakan feses melewati kolon
atau rektum. Sindrom konstipasi fungsional adalah :
23
1. Constipation predominant irritable bowel syndrome (IBS)
Sering juga disebut sebagai spastik kolon. Ini merupakan penyebab konstipasi
fungsional paling sering di antara orang berumur muda dan menengah. Biasanya
disertai dengan nyeri abdomen dan perasaan tidak puas setelah defekasi. Patofisiologi
yang pasti dari kondisi ini belum pasti walaupun penurunan jumlah kontraksi dan
terhambatnya waktu transit kolon ditemukan pada banyak pasien.32
2. Konstipasi transit lambat
Tanda-tanda kliniknya disebabkan oleh konstipasi yang sulit dan
terhambatnya transit kolon. Inersia kolon mengarah pada bentuk konstipasi transit
lambat yang parah yang ditandai dengan kurangnya respon kontraksi terhadap
makanan atau terhadap stimulant.
Patofisiologi dari konstipasi transit lambat ini hanya sedikit dimengerti.
Beberapa pasien dengan konstipasi transit lambat ini mungkin mengalami persepsi
viseral yang terganggu dan berkurangnya sejumlah serat saraf dan sel interstitial di
kolon.32
3. Konstipasi fungsi anorektal abnormal
Ditandai dengan sejumlah kelainan anatomi dan fungsi yang menghasilkan
gejala berupa pengeluaran feses yang sulit. Patofisiologi dari konstipasi ini adalah
disinergi dasar pelvis (kegagalan relaksasi terkooordinasi dari otot puborektalis dan
spingter anal eksternal), tenaga dorong dan arah dorong yang lemah. Banyak pasian
dengan konstipasi jenis ini memiliki disfungsi rektal yang tidak bisa dijelaskan.32
2.4.2 Pemeriksaan klinis
24
2.4.2.1. Riwayat
Riwayat yang terperinci merupakan keharusan pada pasien dengan riwayat
konstipasi. Pemeriksaan umum tentang gaya hidup, stress psikologis, diet, aktifitas
fisik dan sebagainya sangat bernilai dalam mendiagnosa konstipasi fungsional. Gejala
dengan periode yang sangat pendek, anoreksia, turunnya berat badan atau darah pada
feses akan memberikan petunjuk adanya kelainan organik yang serius. Riwayat
konsumsi obat juga penting mengingat banyaknya obat yang dapat menyebabkan
konstipasi. Sejak kelainan metabolik diketahui dapat menyebabkan konstipasi,
riwayat diabetes atau disfungsi tiroid harus diketahui.
Riwayat kelainan serebrovaskular, neuropati perifer, gejala penyakit
Parkinson atau cedera spinal merupakan petunjuk penting terhadap kebiasaan usus
yang abnormal.32
2.4.2.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan pada abdomen untuk mencari massa, kekakuan,
hepatomegali, atau asites. Pemeriksaan pada rektum dilakukan sebagai kelanjutan
dari pemeriksaan fisik dan tidak boleh diabaikan. Pemeriksaan fisik ini membutuhkan
informasi tentang tonus spingter anal, prolaps rektal, dan obstruksi atau lesi lainnya
dari saluran anal.32
2.4.2.3 Pemeriksaan tambahan
Berikut jenis-jenis pemeriksaan tambahan pada konstipasi :
25
1. Waktu transit seluruh usus dan kolon
2. Manometri anorektal
3. Elektromiography anorektal
4. Proktography defekasi
5. Teknik ekspulsi balon
Waktu transit seluruh usus/kolon ditentukan dengan mengkonsumsi 30 marker
radio opaque (Kapsul Sitz Mark) dan melakukan x-ray pada hari kelima. Jika fungsi
transit normal, setidaknya 80% marker yang sudah masuk tidak terlihat lagi pada x-
ray. Marker yang tersebar di kolon menunjukkan adanya inersia kolon dan marker
yang terlokalisir di rektosigmoid menunjukkan adanya disfungsi pada usus bagian
belakang.
Perubahan tekanan pada rektum dan saluran anal dan rekaman elektromiografi
dapat membedakan pasien dengan konstipasi disfungsi pengeluaran dan pasien
dengan konstipasi transit lambat. Dengan mengetahui gejala-gejala sendiri tidak dapat
membedakan antara konstipasi yang disebabkan karena disfungsi dasar pelvis dan
konstipasi transit lambat, pemeriksaan fungsi dasar pelvis harus dilakukan pada
semua pasien konstipasi yang sulit disembuhkan. Selain itu, adanya transit kolon
yang terhambat tidak efektif untuk mendiagnosa konstipasi transit lambat karena
tramsit kolon juga terhambat pada pasien dengan disfungsi dasar pelvis. Defekografi
untuk mengetahui kelengkapan evakuasi rektal dan dapat menunjukkan abnormalitas
seperti rektokel, prolaps mukosa dan gerakan dasar pelvis paradoksikal.32
2.4.3 Penatalaksanaan
26
Banyak yang dapat dilakukan dalam penatalaksaan pasien konstipasi selain
dengan pemberian laksatif. Pengembalian dan edukasi untuk memperoleh kebiasaan
usus normal sangat penting. Pasien disarankan untuk menetapkan waktu yang teratur
untuk defekasi Aktifitas harus dilakukan bagi pasien yang inaktif. Efek dari aktifitas
pada transit kolon dan konstipasi telah diteliti dan haslnya secara umum
menyebabkan penurunan waktu transit tanpa penambahan signifikan pada berat feses
dan frekuensi pergerakan usus.
Dukungan psikologis penting pada pasien dengan konstipasi yang disebabkan
oleh stress atau gangguan emosi. Pada pasien dengan konsumsi kalori yang rendah,
kekurangannya harus dikembalikan karena masukan kalori yang adekuat dapat
menmperbaiki transit kolon. Konsumsi makanan tinggi serat juga dianjurkan pada
pasien konstipasi. Terapi perilaku pada anak-anak dan pasien tirah baring berguna
untuk menyembukan konstipasi dan diketahui berhasil pada sekitar 80% pasien.
Terkadang operasi dibutuhkan pada beberapa kasus. Operasi perbaikan pada rektokel
dapat menyembuhkan konstipasi ketika kelainan ini merupakan penyebab utama
konstipasi.32
2.5 Kerangka Teori
27
2.6 Kerangka Konsep
Obat
Laksatif
Defekasi Psikis, Penyakit, ObatMakanan
Frekuensi
BeratKonsistensi
Penarikan Air Meningkat Penurunan Absorpsi Air Peningkatan Peristaltik
28
Obat
Minyak jarak
Laksatif
Infusa buah mengkudu
Peningkatan Peristaltik
Recommended