View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
14
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG POLA KOMUNIKASI
ANTARA DOKTER DAN PARAMEDIS DENGAN PASIEN
A. Tinjauan Umum Tentang Komunikasi
1. Pengertian dan Unsur-unsur Komunikasi
a) Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa latin
“comunicatio” yang berarti “sama”, maksudnya orang yang
menyampaikan dan yang menerima mempunyai persepsi yang sama
tentang apa yang disampaikan.31
Sedangkan secara terminologi, para pakar komunikasi antara lain:
(1) Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, berpendapat bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.32
(2) Wilbur Schramm, menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses
saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan
pertalian antara para peserta dalam proses informasi.33
(3) Drs. A.W. Widjaja, berpendapat bahwa Komunikasi adalah
penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada
orang lain.34
Sementara Dr. Harold Lasswell seseorang profesor dibidang ilmu
hukum pada Universitas Yale Amerika Serikat yang dikutip oleh
Djamalul Abidin Ass. dalam buku Komunikasi dan Bahasa Dakwah,
31 Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Gema Insani Press, Jakarta,
1996, hlm : 16 32 Onong Uchyana Effendy MA, Ilmu Komunikasi......., Op. cit. , hlm :10 33 D. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm, Grounds of Comunication Among Human
Being, Terj .Agus Stiadi, Azas-azas Komunikasi antar Manusia, LP3ES bekerja sama dengan East – West Communication Institute, Jakarta, 1977, hal : 6
15
merumuskan bahwa komunikasi itu merupakan jawaban terhadap Who
says what to whom in which channel to whom with what effect (siapa
berkata apa dalam media apa kepada siapa dengan dampak apa). Jadi
menurut Dr. Lasswell, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi
berjalan lancar, yakni :
- Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender
(pengirim komunikasi)
- What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan komunikasi
- Whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau receiver
(khalayak)
- Channel (media apa) yang kemudian disebut sarana atau media
- Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau
efek komunikasi yang diimplikasikan dalam umpan balik (feed
back).35
Dari beberapa batasan pengertian komunikasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar komunikasi adalah proses
pengoperan informasi melalui lambang-lambang yang penuh arti dan
menimbulkan dampak tertentu.
b) Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi sebagaimana di atas, tampak adanya
sejumlah komponen atau unsur yang dicakup dan merupakan
persyaratan terjadinya proses komunikasi. Dalam bahasa komunikasi,
komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :
i). Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara,
menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat
kabar, radio televisi, film dan sebagainya.36 Dalam Proses
komunikasi ini, arus pesan tidak hanya datang dari satu arah saja
34 Drs. A. W.Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, PT. Bina aksara, Jakarta,
1986, hlm : 8 35 Djamalul Abidin Ass., Op. cit., hlm : 16-17 36 Drs. A. W. Widjaja, Op. cit. hlm 12
16
yaitu dari sumber ke sasaran, melainkan merupakan suatu proses
interaktif dan konvergen. Ini berarti komunikator dan komunikan
bisa berganti peran, yaitu yang tadinya sebagai komunikator
kemudian berperan sebagai komunikan karena komunikan
menyampaikan feedback kepada komunikator.
Ada beberapa ciri yang dilakukan oleh seorang
komunikator dalam melakukan kegiatannya, sesuai dengan situasi
yang dihadapi. Ciri-ciri tersebut dapat dibedakan dalam beberapa
model seperti :
i.a). Komunikator yang membangun, ciri-cirinya:
- Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak pernah menganggap dirinya benar.
- Ingin bekerja sama dan memperbincangkan sesuatu persoalan dengan sesamanya sehingga timbul saling pengertian.
- Tidak terlalu mendominir situasi dan mau mengadakan komuniaksi timbal balik.
- Menganggap bahwa pikiran orang banyak lebih baik dari seseorang.37
i.b). Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya :
- Pendapatnya merupakan hal yang dianggap paling baik sehingga ia tidak mau mendengarkan pandangan orang lain intern maupun ekstern. Maksud dari intern dan ekstern yaitu dimana seorang komunikator menganggap kalau pendapatnya itu paling baik , sehingga tidak mau mendengarkan pendapat dari orang-orang yang berada di lingkungannya dan orang-orang yang berada di luar lingkungannya.
- Menginginkan komunikasi satu arah saja, tidak akan menerima dari arah lain.38
i.c). Komunikator yang melepaskan diri, ciri-cirinya :
- Lebih banyak menerima dari lawan komunikasinya. - Kadang-kadang rasa rendah dirinya timbul sehingga
ketidak mampuannya ke luar.
37 Ibid, hlm : 13 38 Ibid, hlm : 13
17
- Lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak bersungguh-sungguh menghadapinya.
- Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia lebih suka melempar tanggung jawabnya kepada orang lain.39
i.d). Komunikator yang menarik diri, ciri-cirinya :
- Lebih bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak dapat diperbaiki lagi.
- Lebih suka melihat keadaan seadanya dan kalau mungkin berusaha menyadarkan keadaan tambah buruk.
- Selalu diam tidak menunjukkan reaksi dan jarang memberikan buah pikiran.40
ii). Pesan
Yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah
sesuatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.41
Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal
dapat secara tertulis seperti :surat, buku, majalah, memo,
sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa : percakapan tatap
muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan
yang non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi
muka dan nada suara.42
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan
sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi,
keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan
seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah didalam
usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat
disampaikan secara panjang lebar, namun perlu diperhatikan dan
diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi. 43
Pesan yang mengena harus memenuhi beberapa syarat :
39 Ibid, hlm : 13 40 Ibid, hlm : 144 41 Anri Muhammad, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm : 17 42 Ibid, hlm : 18 43 Onong Uchyana effendy, MA., Dinamika Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung,
1986, hlm : 6
18
- Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik serta sesuai dengan kebutuhan pembaca.
- Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.
- Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.44
Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi :
ii.a). Umum
Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh
komunikan/audience, bukan soal-soal yang cuma berarti atau
hanya dipahami oleh seorang atau kelompok tertentu.
ii.b). Jelas dan gamblang
Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika mengambil
perumpamaan diusahakan contoh yang senyata mungkin,
agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.
ii.c). Bahasa yang jelas
Sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang mudah
dipahami oleh si penerima atau pendengar. Bahasa yang
digunakan jelas dan sederhana yang cocok dengan
komunikan, daerah dan kondisi dimana kita berkomunikasi.
ii.d). Positif
Secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan
melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh
karena itu setiap pesan agar diusahakan dalam bentuk positif.
ii.e). Seimbang
Pesan yang disampaikan oleh komunikator pada komunikan
dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan
mentafsirkan pesan tersebut. Artinya agar komunikan bisa
44 Ibid, hlm : 15
19
mentafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh
pengirim pesan, sehingga pesan tidak berubah maknanya.
ii.f). Penyesuaian dengan keinginan komunikan
Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang kita
lancarkan selalu mempunyai keinginan tertentu.45 Misalnya :
pesan yang ditujukan untuk kelompok petani yang buta huruf,
haruslah dirumuskan sedemikian rupa hingga para petani
tersebut mampu menafsirkannya, seperti yang diharapkan
oleh pengirim pesan . Untuk ini, maka pengirim pesan harus
mengenal situasi dan kondisi sasaran.
iii). Komunikan
Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang menjadi
sasaran kegiatan komunikasi. Komunikasi atau penerima pesan bisa
bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.46
Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi 3
jenis yaitu sebagai berikut :
iii.a) Individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal.
iii.b) Group atau kelompok, ditujukan pada grop atau kelompok
tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang
mempunyai antar hubungan sosial yang nyata dan
memperlihatkan struktur yang nyata pula. Dalam hal ini
group atau kelompok dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
sebagai berikut:
- Kelompok kecil (small group, micro group) yaitu
sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama
lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka
(face-to-face meeting) dimana setiap anggota mendapat
kesan atau penglihatan antara satu sama lainnya yang
45 Ibid, hlm : 15-16 46 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, Gramedia, Jakarta, 1998, hlm : 71
20
cukup kentara sehingga dia baik pada saat timbul
pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan
tanggapan kepada masing-masing perorangan. 47
- Kelompok besar (large group, macro group) misalkan
sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang
sedang mendengarkan pidato / ceramah.
iii.c) Organisasi yaitu suatu kumpulan (sistem) individu yang
bersama-sama melalui pembagian kerja yang berusaha
mencapai tujuan tertentu. 48
iv). Media
Yang dimaksud media disini adalah saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima.49 Dalam
hal ini menyangkut semua peralatan mekanik yang di gunakan
untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Tanpa saluran /
media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara cepat dan luas.50
Dengan demikian media dapat di bedakan menjadi dua yaitu media
massa dan media personal. Media massa digunakan dalam
komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat
tinggal jauh. Media massa banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari umumnya adalah surat kabar, majalah, radio dan
televisi. Sedangkan media personal yaitu seperti surat, telepon,
telegram.51 Meskipun intensitas media personal kurang bila
dibandingkan dengan media massa, namun untuk kepentingan
tertentu media personal tetap efektif, karena itu banyak digunakan.
47 Onong uchyana Effendi, op.cit, hlm 72 48 Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication (Konteks-konteks komunikasi),
terjemahan Deddy Mulyana M.A., Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm 164 49 I.B. Mantraa, MPH, Komunikasi, Dep Kes RI (Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat), Jakarta, 1994, hlm : 3 50 Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, PT Grasindo, Jakarta, 2000 hlm : 7 51 Onong Uchyana Effendi, Dinamika................., Op cit, hlm 10
21
Oleh karena itu, dalam melancarkan komunikasi dengan
menggunakan media, seorang komunikator sebelumnya lebih
matang dalam perencanaan dan persiapannya, sehingga ia merasa
pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil.
Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat
berlangsung menurut 2 saluran , yaitu :
iv.a) Saluran formal atau yang bersifat resmi .
Saluran formal biasanya mengikuti garis wewenang dari
suatu organisasi, yang timbul dari tingkat paling tinggi dalam
organisasi itu sampai ketingkat yang paling bawah.
Komunikasi berlangsung dari atas ke bawah dan dari bawah
ke tingkat atas. Disamping saluran komunikasi yang
disebutkan diatas juga terdapat saluran yang bersifat
mendatar (komunikasi horisontal). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa saluran yang dipakai dalam berkomunikasi
itu dapat terjadi 3 arah yaitu : ke atas, ke bawah dan ke
samping. Ketiga cara ini disebut tiga dimensi. 52
Pengalaman menunjukkan bahwa perintah dan pengarahan
yang datang dari atasan tidak banyak menimbulkan halangan
dan gangguan. Tetapi sebaliknya kalau yang datangnya dari
bawah menuju keatas sering menimbulkan rintangan dan
penyimpangan.
iv.b) Saluran informal ataiu yang bersifat tidak resmi.
Saluran informal ini berbentuk desas-desus atau kabar angin
yang timbul karena orang ingin mengetahui sesuatu yang
berhubungan erat dengan dirinya, kelompoknya dan
lain-lain.53
52 A.W. Widjaja, Komunikasi………, Op cit, hlm : 17 53 Ibid, hlm : 18
22
v). Efek atau hasil
Efek atau hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap atau
tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan.54
Efek yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya,
yakni :
v.a). Dampak kognitif
Adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia
menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan
yang disampaikan oleh komunikator adalah berkisar pada
upaya mengubah pemahaman / pengetahuan dari komunikan.
v.b). Dampak afektif
Dampak ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator ditujukan bukan
hanya sekedar komunikan tahu, tetapi bergerak hatinya,
menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba,
terharu, sedih gembira, marah dan sebagainya.
v.c). Dampak Behavioral
Yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan atau kegiatan.55
vi). Umpan Balik (feed back)
Umpan balik (feed back) adalah tanggapan/reaksi dari
penerima kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan
atau reaksi kembali dari pengirim kepada penerima. Maka
terjadilah komunikasi timbal balik. Dengan adanya umpan balik
inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.56
Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam
komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya
komunikasi yang dilancarkan. Oleh karena itu, umpan balik bisa
54 Ibid, hlm 20 55 Ibid, hlm 20
23
bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Umpan balik posistif
adalah tanggapan/respon/reaksi komunikan yang menyenangkan
komunikatornya sehinga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya
umpan balik negatif adalah tanggapan komunikator yang tidak
menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan
untuk melanjutkan komunikasinya.57
Umpan balik dapat berwujud verbal dan non-verbal.58
Umpan secara verbal misalnya dengan menggunakan bahasa,
sedangkan umpan balik secara non-verbal misalnya dengan isyarat.
Jadi Perbedaan antara efek atau hasil dan umpan balik itu
terlihat jelas dalam proses komunikasi. Maksudnya efek atau hasil
itu tidak secara langsung muncul dalam sebuah proses komunikasi
melainkan akan muncul sebagai out put. Sedangkan umpan balik
merupakan hasil komunikasi yang menjadi “kesepakatan” antara
komunikator dan komunikan pada saat menjalankan proses
komunikasi (saat berkomunikasi).
2. Bentuk-bentuk Komunikasi
Yang dimaksud bentuk-bentuk komunikasi adalah proses
komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, kelompok
orang atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar.59
Berdasarkan situasi seperti itu, maka diklasifikasikan menjadi bentuk-
bentuk sebagai berikut :
a. Komunikasi sebagai sebuah proses
Komunikasi sebagai suatu proses, dapat dibagi dalam 2 bentuk
yaitu ;
a.i). Komunikasi primer atau komunikasi langsung
56 Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Adminsitrasi, Duta Wacana University Press,
yogyakarta: 1991, hlm. 46 57 Onong Uchyana, op. cit., hlm. 14 58 A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Reneka Cipta, Yogyakarta, 2002,
hlm. 48. 59 Onong Uchyana Effendi, MA, Ilmu, Teori dan Filsafat......, Op. cit, hlm : 32
24
Yaitu komunikasi tanpa menggunakan suatu alat perantara
tehnik yang tercetak ataupun berbentuk alat elektronika.60 Dalam
proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan
menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media atau
saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-
situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan
dapat berupa kial (gesture) yakni gerak anggota tubuh, gambar,
warna dan lain sebagainya. 61
Pada komunikasi langsung ini, komunikator dapat
mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga. Tanggapan/
respon komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator
a.ii ) Komunikasi sekunder atau komunikasi tidak langsung
Dalam komunikasi sekunder terjadi komunikasi tidak
langsung, dimana orang menggunakan alat atau sarana sebagai
media dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima
pesan (sasaran). 62 Alat atau sarana yang dimaksud disini adalah
seperti surat, misalnya sebagai media komunikasi sekunder yang
pada mulanya terbatas sekali jangkauan sasarannya, dengan
dukungan pesawat terbang jet, dapat mencapai komunikan
dimana saja di seluruh dunia. Demikian pula media telepon , jika
pada waktu itu ditemukan menggunakan kawat yang oleh sebab
itu terbatas sekali wilayah jangkauannya, kini dengan radio
telepon dapat mencapai sasaran dikota lain, negara lain dan benua
lain. 63
b. Komunikasi dilihat dari arahnya pesan
Berdasarkan arahnya pesan , ada 2 bentuk komunikasi yaitu:
60 I.B Mantra, ………Op cit, hlm 6 61 Onong Uchyana Effendi, MA, Ilmu, Teori dan Filsafat......, Op. cit, hlm : 33 62 I.B Mantra, .......... .Op. cit, hlm : 6 63 Onong Uchyana Effendi, MA, Ilmu, Teori, dan Filsafat..... Op. cit, hlm : 38
25
b.i). Komunikasi satu arah.
Komunikasi satu arah yaitu suatu pesan yang disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan. 64 Dalam komunikasi satu
arah ini, seorang komunikator tidak mengetahui bagaimana
seorang komunikan telah mendekodifikasikan pesannya.
b.ii). Komunikasi Timbal balik
Pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan,
kemudian komunikan setelah menerima pesan tadi memberikan
umpan balik (feedback) kepada komunikator. 65
c. Komunikasi dilihat dari sifatnya
Berdasarkan sifatnya ada 3 bentuk komunikasi
c.i ). Komunikasi Personal
Disini komunikator berkomunikasi dengan seorang atau
sekelompok komunikan dengan efek dan umpan balik langsung.66
Dalam komunikasi ini baik komunikator maupun komunikan
mempunyai kesempatan untuk memperdalam masalah, karena
masing-masing bisa mengajukan pendapat dan pandangannya. 67
Komunikasi ini tepat digunakan apabila menghendaki
adanya efek perubahan tingkahlaku berkomunikasi, karena
sewaktu berkomunikasi terjadi umpan balik langsung. Dengan
saling melihat, maka komunikator bisa mengetahui keadaan
komunikan pada saat berkomunikasi.
c.ii). Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok berarti komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok
orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. 68
64 I.B Mantra, .................Op. cit. hlm : 7 65 Ibid, hlm : 8 66 Ibid, hlm : 8 67 Suwito Suprayogi Lc, Bagaimana Berdakwah, Media Dakwah, Jakarta, 1988, hlm : 25 68 Onong Uchyana effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat........, Op. cit., hlm : 75
26
Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa
sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok
itu sedikit berarti kelompok itu kecil (small group
communication), jika jumlahnya banyak berarti kelompoknya
besar dinamakan komunikasi kelompok besar (large group
communication). 69
c.iii). Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan
dari suatu sumber kepada khalayak yang berjumlah besar, dengan
menggunakan saluran media massa. 70
Ciri-ciri komunikasi massa menurut Wright yang dikutip
oleh Zulkarimein Nasution, dalam buku Prinsip-prinsip
Komunikasi untuk Penyuluhan adalah :
- Ditujukan kepada suatu khalayak yang relatif luas, heterogen
dan anonim.
- Pesan disampaikan secara publik dan umumnya diterima oleh
khalayak secara relatif serempak.
- Komunikator melakukan komunikasinya melalui suatu
organisasi yang bersifat komplek, yang karena itu
menyangkut masalah pembiayaan yang besar. 71
3. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana
orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana
diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam buku
Komunikasi Antar Pribadi, bahwa komunikasi antar pribadi merupakan
69 Ibid, hlm : 75 70Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, Fakultas
Ekonomi UI, Jakarta, 1990, hlm : 28 71 Ibid, hlm : 29
27
pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau
sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.72
Berdasarkan definisi di atas, komunikasi antar pribadi dapat
berlangsung antara dua orang, misalnya: antara penyaji makalah dengan
salah seorang peserta suatu seminar.
Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi
dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu
positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi
kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Secara teoritis komunikasi antar pribadi diklasifikasikan menjadi dua
jenis menurut sifatnya.
a) Komunikasi diadik (dyadic communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang
berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator
yang menyampaikan pesan dan yang seorang lagi komunikan yang
menerima pesan. Oleh karena komunikasinya dua orang, maka dialog
yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan
perhatiannya hanya kepada diri komunikan yang hanya seorang itu.
b) Komunikasi triadik (triadic communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antar pribadi yang
pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua
orang komunikan, jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka
ia pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian
kalau dijawab atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C, juga
secara berdialog.73
72 Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm :12 73 Onong Uchyana Effendi, M.A, Ilmu Teori dan Filsafat..... Op. cit.,, hlm : 63
28
Apabila dibandingkan antara komunikasi diadik dengan
komunikasi triadik , maka komunikasi diadik lebih efektif, karena
komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan,
sehingga ia labih dapat memahami frame of reference komunikan
serta memantau umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang
sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.
Walaupun demikian dibandingkan dengan bentuk-bentuk
komunikasi lainnya, misalnya komunikasi kelompok dan komunikasi
massa, komunikasi triadik yang merupakan komunikasi antar pribadi
menjadi lebih efektif dalam rangka mengubah sikap, opini atau
perilaku komunikan
Karena kedua jenis komunikasi itu sifatnya tatap muka, maka
umpan balik berlangsung seketika. Beda dengan komunikasi bermedia
yang umpan baliknya tertunda (delayed feedback): komunikator
mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai,
adakalanya umpan balik ini harus diciptakan mekanismenya. Pada
komunikasi tatap muka, umpan balik berlangsung pada saat
komunikator tengah menyampaikan pesannya, artinya komunikator
mengetahui dan menyadari pada saat itu juga sehingga jika ia
merasakan umpan baliknya negatif, yang berarti uraiannya tidak
komunikatif, pada saat itu juga ia dapat mengubah gayanya.74
Adapun ciri-ciri dari komunikasi antar pribadi tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
- Spontan dan terjadi sambil lalu saja. - Tidak mempunmyai tujuan terlebih dahulu. - Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang identitasnya belum
tentu jelas. - Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja. - Kerap kali berbalas-balasan. - Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang,
serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan. - Harus membuahkan hasil.
74 Onong Uchyana Effendi, MA. , Ilmu Komunikasi ,..... Op. cit.hlm 15
29
- Menggunakan pelbagai lambang-lambang bermakna.75
Sebagai sebuah komunikasi tatap muka, tujuan komunikasi antar
pribadi adalah sebagai berikut :
- Mengenal diri sendiri dan orang lain. - Mengetahui dunia luar. - Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna. - Mengubah sikap dan perilaku. - Bermain dan mencari hiburan. - Membantu orang lain.76
Dalam komunikasi antar pribadi terdapat pengaruh
mempengaruhi antara kedua pihak, dan lebih merupakan proses yang
terus berlangsung dari pada merupakan peristiwa yang statis.
B. Komunikasi Dakwah
1. Persamaan Komunikasi dan Dakwah
Dalam kegiatan komunikasi dan dakwah terdapat kondisi paralel
yang sifatnya saling mengisi dan saling melengkapi satu dengan yang
lain. Dengan adanya aktivitas komunikasi memungkinkan terlaksananya
pula tugas-tugas. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan
komunikasi dan dakwah merupakan hubungan kausal, artinya masih
sering dilaksanakan komunikasi berarti makin mantap pula dakwah.
Begitu pula sebaliknya bahwa dakwah adalah kegiatan komunikasi yang
berarti makin intensifnya kegiatan dakwah akan berakibat terjadinya
komunikasi yang berarti pula.77
Dengan demikian antara komunikasi dan dakwah terdapat beberapa
persamaan diantaranya adalah :
a) Mempunyai kesamaan dalam unsur-unsur yang terkandung baik
dalam komunikasi maupun dalam berdakwah.
75 Alo Liliweri, Op. cit. hlm 13-14 76 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 2000, hlm . 25 77 Bahri Ghozali, op. cit., hlm. 13
30
b) Komunikasi dan dakwah memiliki kesamaan yang mendasar yaitu
penyampaian pesannya baik informatif maupun persuasif. 78
c) Dilihat dari tujuannya antara komunikasi79 dan dakwah80 sama-sama
mengharapkan adanya partisipasi dari komunikan atas dasar ide-
ide/pesan-pesan yang disampaikan oleh pihak komunikator sehingga
pesan-pesan yang disampaikan tersebut terjadilah perubahan sikap
dan tingkah laku yang diharapkan.81
2. Perbedaan Komunikasi dan Dakwah
Komunikasi dan dakwah selain memiliki persamaan juga terdapat
perbedaan. Perbedaan itu terletak pada penekanannya yaitu di mana
komunikasi bermuatan pesan umum, sedangkan dakwah berkonotasi
pesan khusus ajaran agama Islam. 82 Dari segi tujuan, ciri khas yang
membedakannya adalah terletak pada pendekatannya yang dilakukan
secara persuasive, dan juga tujuannya yaitu mengarapkan terjadinya
perubahan / pembentukan sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran-
ajaran agama Islam.
Perbedaan lain dari segi komunikator, dalam komunikasi
komunikatornya semua orang, sedangkan dakwah komunikatornya
adalah mereka yang mempunyai profesi ataupun memang sengaja
mengkonsentrasikan dirinya dalam tugas menyampaikan ajaran Islam.
Dari segi pesan, komunikasi adalah gagasan, pendapat, fakta dan
sebagainya yang sudah dirumuskan dalam bentuk pesan. Karena dakwah
merupakan aktifitas lanjutan daripada tugas rasul maka materi yang akan
disampaikan dalam kegiatan dakwah adalah semua ajaran yang dibawa
Rasulullah SAW yang datangnya dari Allah SWT untuk seluruh umat
78 Ibid., hlm. 5 79 Tujuan komunikasi yaitu ; Mengubah sikap, mengubah opini atau/pendapat/pandangan,
mengubah perilaku dan mengubah masyarakat (lihat Onong Uchyana Effendi, M.A, Ilmu Teori dan Filsafat..... Op. cit.,, hlm :55)
80 Tujuan Dakwah adalah untuk memberikan pemahaman tentang Islam dan mengadakan perubahan perilaku masyarakat sasaran dakwah itu. (Lihat Toto Tasmara, op. cit., hlm. 7)
81 Toto Tasmara, op. cit., hlm. 39 82 Bahri Ghozali, op. cit., hlm. 6
31
manusia. Dalam cara menyampaikan, perbedaannya terletak pada
kesesuaiannya terhadap norma-norma dan ajaran yang ada dalam
masyarakat, dalam dakwah terikat dengan ajaran yang terkandung dalam
al-Qur’an dan hadist.83
3. Bentuk-bentuk Komunikasi dakwah
Komunikasi dakwah merupakan proses penyampaian pesan ajaran
agama Islam kepada masyarakat agar masyarakat tersebut memiliki
pemahaman dan perilaku Islam.84 Komunikasi yang berimplikasi dakwah
mengandung perhatian bahwa dalam kegiatan komunikasi yang beraneka
ragam terefleksikan adanya bentuk dakwah yang komunikatif.
Ada beberapa bentuk komunikasi dakwah diantaranya sebagai
berikut :
a) Komunikasi Personal
Komunikasi personal adalah komunikasi seputar diri seseorang
baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun komunikan.85
Dalam komunikasi ini baik dokter dan paramedis maupun pasien
mempunyai kesempatan untuk memperdalam masalah, karena
masing-masing bisa mengajukan pendapat dan pandangannya.
b) Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang
dengan sejumlah orang yang berkumpul secara bersama–sama dalam
bentuk kelompok. Kelompok ini bisa kecil bisa juga besar.86
c) Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi media massa modern,
meliputi, surat kabar, siaran radio dan televisi yang ditujukan oleh
umum.87
83 Toto Tasmara, op. cit., hlm. 44. 84 Ibid., 85 Onong Uchyana, Ilmu dan Teori………., hlm. 57. 86 Onong Uchyana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, Alumni, Bandung, 1986,
hlm. 65 87 Ibid., hlm. 79
32
Dalam kegiatan dakwah keberadaan radio sangat penting
dalam penyampian materi dakwah dalam bentuk pidato dan ceramah.
Pesawat radio dapat menjangkau mad’u-nya dalam jarak jauh dan
meluas. Kelebihan dakwah melalui radio terletak pada aktivitas dan
efesiensi berdakwah.88
Sedangkan dakwah melalui televisi dapat diramu dengan
segala bentuk acara baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya
dengan model penerapan/mimbar agama atau sinetron atau peristiwa
keagamaan yang mengandung nilai-nilai dakwah.89
C. Hubungan Dokter dan Paramedis Dengan Pasien
1. Peran Dokter Dan Paramedis Dalam Proses Penyembuhan
Dalam melakukan perannya sebagai seorang yang memiliki
kompetensi untuk mengobati orang yang sakit, dokter dan paramedis
melaksanakan beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut : Menerapkan
peraturan umum atau khusus yang harus ditaati oleh pasien.
- Membina interaksi dengan pasien secara luas dan membaur, atau
terbatas pada fungsinya sebagai dokter dan paramedis.
- Melibatkan emosi / perasaannya atau bersikap netral dalam
hubungannya dengan pasien. Mengutamakan kepentingan diri sendiri
atau kepentingan bersama.
- Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya. 90
Dengan dimilikinya pengetahuan dan ketrampilan khusus dalam
penyembuhan penyakit, seorang dokter dan paramedis mendapat
kepercayaan dari pasien untuk melakukan tindakan yang dalam situasi
biasa tidak dapat diterima oleh norma sosial, misalnya memeriksa bagian
tubuh yang yang paling pribadi.
Meskipun dokter dan paramedis menganggap dirinya serba tahu,
kebanyakan pasien , apalagi yang sangat percaya kepada keahliannya,
88 Bahri Ghozali, op. cit., hlm. 37 89 Ibid., hlm. 40 90 Solita Sarwono, Op. cit. hlm : 42
33
menganggap dokter dan paramedisnya sebagai orang yang tahu tentang
semuanya dan menyembuhkan segala penyakitnya. 91
Dalam kenyataan di lapangan tugas seorang dokter dan paramedis
kadang-kadang memaksa mereka untuk memperlakukan pasiennya secara
berbeda, tergantung dari tingkat sosial si pasien.92 Misalnya, seorang
dokter mendatangi dan mengobati raja atau menteri yang sedang sakit di
istana/ kediamannya, sedangkan rakyat kecil diminta datang ke rumah
sakit dan mereka harus sabar menunggu gilirannya untuk diperiksa/diobati.
Ini menunjukkan bahwa dokter tidak lagi bersikap netral melainkan
menggunakan afeksinya. Sukses dokter dalam menangani keluhan
pasiennya tidak saja terletak pada hasil pendidikan dan kemahirannya
dalam bidang kedokteran, melainkan ditentukan oleh unsur-unsur pribadi
dokter itu sendiri dan harapan/pandangan pasien atau masyarakat yang
dilayaninya.93
Hubungan antara dokter dan paramedis dengan pasien dapat
dikategorikan menurut intensitas harmoni atau adanya konflik antara
kedua pihak. Menurut Persons yang dikutip oleh Solita Sarwono dalam
buku Sosiologi Kesehatan, meskipun keduanya mempunyai tujuan yang
sama , yaitu kesembuhan si pasien, hubungan antara dokter dan paramedis
dengan pasien bersifat asimetris.94
Dalam hal ini, dokter dan paramedis mempunyai kedudukan yang
lebih kuat/tinggi karena pengetahuannya di bidang medis, sedangkan si
pasien biasanya awam dalam bidang itu serta sangat membutuhkan
pertolongan dokter dan paramedisnya.
Pada dasarnnya ada tiga pola dasar hubungan dokter dan paramedis
dengan pasien yaitu :
a) Pola dasar hubungan aktif – pasif
91 Ibid, hlm : 43 92 Ibid, hlm : 44 93 Ibid, hlm : 45 94 Ibid, hlm : 46
34
Secara historis hubungan ini paling dikenal dan merupakan pola
klasik sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik yaitu sejak
zaman Hipokrates, 25 abad yang lalu.95 Hubungan aktif – pasif terjadi
bilamana pasien berada dalam kondisi yang bereaksi atau turut berperan
serta dalam relasi itu. Dalam hal ini pasien benar-benar merupakan
obyek yang hanya menerima apa saja yang diberikan kepadanya.96
Secara sosial hubungan ini bukanlah hubungan yang sempurna,
karena hubungan satu arah yaitu dari dokter kepada pasien, sehingga
pihak yang lain itu tidak dapat melakukan fungsi dan peran yang aktif.
Dalam keadaan tertentu memang pasien tidak dapat berbuat sesuatu,
hanya berlaku sebagai resipien atau penerima belaka, seperti pada
waktu pasien diberi anestesi atau narkose ketika pasien dalam keadaan
tidak sadar atau koma dan pada waktu pasien diberi pertolongan darurat
setelah kecelakaan.
Dari contoh di atas pasien sekedar menjadi penerima pelayanan,
tidak dapat memberikan respon dan tidak dapat menyampaikan suatu
pesan. Hubungan aktif–pasif ini dapat kita lihat pada hubungan orang
tua dengan anaknya yang masih kecil yang hanya menerima semua hal
yang dilakukan orang tua terhadapnya. Anak tidak dapat memberikan
respon atau peran aktif sehingga seluruh interaksi hanya tergantung
kepada orang tua.
b) Pola dasar hubungan membimbing – kerja sama.
Pola dasar ini ditemukan pada sebagian besar hubungan pasien
dengan dokter dan paramedis, yakni bila keadaan penyakit pasien tidak
terlalu berat, misalnya penyakit infeksi dan berbagai penyakit akut
lainnya.97 Dalam hal ini, walaupun pasien sakit, ia tetap sadar dan tetap
memiliki perasaan dan kemauan sendiri.
95 Benyamin Lumentu, Pasien (Citra, Peran dan Perilaku, Tinjauan Fenomena sosial),
Kanisius, Yogyakarta,1989, hlm 46. 96 Solita Sarwono, Op. cit. hlm : 46. 97 Benyamin, Op. cit. hlm : 73.
35
Hubungan tersebut serupa dengan hubungan orang tua dengan
remaja. Orang tua memberi nasehat dan membimbing, sedangkan anak
yang sudah remaja itu akan bekerja sama dengan mengikuti nasehat dan
bimbingan orang tuanya. Hubungan membimbing - kerja sama ini sama
pula dengan hubungan pimpinan perusahaan dengan pegawai. Yang
satu memberikan bimbingan, yang lain bekerja sama sebagai suatu
respon aktif. Yang membedakan kedua pihak dalam hubungan ini ialah
adanya kekuasaan yang dimiliki pihak yang satu (pengetahuan
kedokteran, kepemimpinan) dan kemampuan atau kemauan yang
dimiliki pihak lain untuk menuruti (nasehat, bimbingan).98
c) Pola dasar hubungan saling berperan serta.
Secara filosofis pola ini berdasarkan pada pendapat bahwa semua
manusia memiliki hak dan martabat yang sama. Hubungan ini lebih
berdasar pada struktur sosial yang demokratis dan yang merupakan
perjuangan hidup bagi sebagian besar umat manusia sepanjang masa.99
Pola hubungan ini terjadi antar dokter dan paramedis dengan
pasien yang ingin memelihara kesehatannya, yakni pada waktu
pemeriksaan medis (medical check up) misalnya, atau dengan pasien
berpenyakit menahun (kronis) seperti penyakit gula, jantung koroner,
dan sebagainya. Dalam hubungan semacam ini, pasien dapat
menceritakan pengalamannya sendiri berkaitan dengan penyakitnya dan
pengobatan yang tepat.100
Dalam ketiga jenis ini, perilaku dokter dan paramedis dapat
sangat berlainan, dan akibatnya kesembuhan pasien dapat dinilai baik
dan kurang baik. Ini semua tergantung pada sikap dokter dan paramedis
terhadap pasien.
2. Hubungan Dokter dan Paramedis Dengan Pasien Sebagai Bentuk
Komunikasi Antar Pribadi
98 Ibid, hlm : 74. 99 Ibid, hlm : 74 100 Ibid, hlm : 75.
36
Pada hakekatnya hubungan antara dokter dan paramedis tidak dapat
terjadi tanpa melalui komunikasi termasuk juga hubungan dokter dan
paramedis dengan pasien dalam pelayanan medis. Komunikasi merupakan
proses timbal balik yang berkesinambungan yang menyangkut dua
pihak.101 Pihak-pihak yang bersangkutan secara bergantian berperan
menjadi pemberi informasi (pembicara) dan penerima informasi
(penerima).
Secara umum dikatakan bahwa dalam berkomunikasi orang berusaha
menyampaikan pandangan, perasaan dan harapannya kepada orang lain.
Komunikasi ini dapat terjadi antara dua individu, antar kelompok atau
antara individu dan kelompok. Hal-hal seperti ini dapat menimbulkan
kerancuan dalam proses komunikasi sehingga pesan yang ingin
disampaikan oleh kedua belah pihak tidak dapat mencapai sasaran seperti
yang diharapkan.
Menurut Persons yang dikutip oleh Solita Sarwono dalam buku
Sosiologi Kesehatan, bahwa antara dokter dan paramedis dengan pasien
sukar terjalin komunikasi sebab biasanya pasien berada dalam situasi
emosional : sakit, bingung, takut, depresif atau bahkan pasien itu sudah
tidak dapat berkomunikasi lagi karena sudah dalam keadaan tidak sadar.102
Dalam uraian ini jelas terlihat bahwa hubungan dokter dan
paramedis dengan pasien dapat berbeda-beda sifatnya dan untuk setiap
model diperlukan tehnik komunikasi yang berbeda pula. Jika dokter dan
paramedis tidak memperhitungkan hal ini, maka komunikasi dengan
pasien tentu tidak efektif dan tidak optimal.
Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara dokter dan
paramedis dengan pasien ialah :
a) Penggunaan simbol (istilah-istilah medis atau ilmiah yang diartikan
secara berbeda atau sama sekali tidak dimengerti oleh pasien).
101 Veranica Komalawati, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik
(Persetujuan dalam Hubungan Dokter dan Pasien) Suatu tinjauan Yuridis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm : 47
102 Ibid, hlm : 46
37
b) Pseudo-komunikasi (tetap berkomunikasi dengan lancar padahal
sebenarnya pasien tidak sepenuhnya mengerti atau mempunyai
persepsi yang berbeda tentang apa yang dibicarakan).103
Seperti halnya dokter, petugas kesehatan juga mempunyai karakter
yang dapat menghambat komunikasinya dengan masyarakat (pasien),
antara lain perbedaan status sosial, harapan masyarakat terhadap
kemampuan petugas serta kecenderungan sikap otoriter, terutama dalam
rangka mengatasi penyebaran penyakit akut. Selain itu, di Indonesia sering
kali petugas kesehatan ditempatkan di daerah yang keadaan sosial,
budayanya, tidak sama dengan latar belakang sosial budaya petugas
kesehatan itu. Dengan demikian kesulitan berkomunikasi bertambah,
sebab petugas tidak menguasai bahasa setempat dan tidak mengenal
budaya disana. 104 Untuk itu diperlukan kemauan untuk mempelajari
bahasa dan budaya setempat, agar petugas tidak dianggap orang asing oleh
penduduk asli dan supaya komunikasinya dengan masyarakat (pasien)
dapat menjadi lebih lancar.
103 Ibid, hlm : 48 104 Ibid, hlm : 53
Recommended