View
218
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Istilah matematika sangat sulit didefinisikan secara akurat.
Banyak definisi matematika yang dikemukakan oleh berbagai ahli.
Salah satunya adalah pengertian matematika menurut Hariwijaya.
Hariwijaya mengemukakan bahwa:
Pada umumnya orang hanya akrab dengan satu cabang
matematika elementer yang disebut aritmatika atau ilmu hitung,
yang secara informal dapat diartikan sebagai ilmu tentang
berbagai bilangan yang bisa langsung diperoleh oleh bilangan-
bilangan bulat 0, 1, 2, 3,…, dan seterusnya, melalui berbagai
operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi (Hariwijaya, 2009:
29).
Namun demikian Hariwijaya mendefinisikan matematika
sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan
dan ruang. Maka secara informal matematika dapat pula disebut sebagai
ilmu tentang bilangan dan angka.
Matematika merupakan ilmu yang sangat luas, dapat dikatakan
setiap manusia tidak bisa lepas dari ilmu matematika dalam segala segi
kehidupannya. Ketika seseorang melakukan transaksi jual-beli, maupun
melihat jam sadar ataupun tidak seseorang sedang menggunakan ilmu
matematika. Pembelajaran matematika diawali dengan penanaman
konsep yang kebanyakan dimulai dari jenjang sekolah terutama SD.
8
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
10
b. Langkah Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan sembarangan
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. secara umum terdapat 4
tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran
matematika di dalam pembelajaran menurut Tim Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar (2011: 1), yaitu:
1) Penanaman Konsep
Merupakan tahap pengenalan awal tentang konsep yang akan
dipelajari siswa. Pembelajaran pada tahap ini bertujuan untuk
mengenalkan siswa konsep yang akan dipelajari, pengajaran
memerlukan penggunaan benda konkrit sebagai alat peraga. Pada
tahap penanaman konsep meupakan jembatan dari kemampuan
kognitif siswa yang masih kongkrit menuju konsep baru
matematika yang abstrak (Heruman 2007: 3).
2) Pemahaman Konsep
Merupakan tahap lanjutan setelah konsep ditanamkan pada tahap
penanaman konsep. Pada tahap ini penggunaan media mulai
dikurangi, media yang digunakan mulai menuju semi kongkrit dan
pada akhirnya tidak digunakan apabila dirasa sudah tidak diperluka
lagi. Tujuan dari tahap pemahaman konsep adalah agar siswa lebih
memahami dan mematangkan konsep yang telah diterimanya dan
siap untuk membina ketrampilan dari konsep yang siswa miliki.
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
11
3) Pembinaan Ketrampilan
Yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan
pemahaman konsep. Merupakan tahap yang tidak boleh
terlewatkan dalam membina pengetahuan siswa. Pada tahapan ini
pembelajaran tidak lagi menggunakan media pembelajaran, proses
pembelajaran dilakukan dengan latihan-latihan terkait dengan
materi yang sudak diajarkan.
4) Penerapan Konsep
Tahapan terakhir adalah penerapan konsep, yaitu tahap penerapan
konsep yang sudah dikuasai siswa. Pada tahap ini siswa diharapkan
mampu menerapkan kosnsep yang telah dikuasainya ke dalam
bentuk soal-soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
Agar kreatifitas dan kompetensi siswa dalam pembelajaran
matematika terutama di SD dapat berkembang dengan baik, maka
sebagai seorang guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang
efektif dan efisien sesuai dengan langkah-langkah yang dijelaskan di
atas. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru
dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar dapat bertahan
lama, sehingga dapat melekat dalam pola pikir siswa. Selanjutnya
konsep yang sudah dipahami siswa harus terus dibina agar ketrampilan
siswa meningkat. Pada akhirnya apa yang sudah dipelajari siswa akan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
12
2. Karakteristik Siswa SD
Sekolah merupakan salah satu pusat pendidikan bagi setiap
manusia untuk menuntut ilmu dalam hal ini adalah siswa. Setiap siswa
pada jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai
perguruan tinggi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Masa SD
berlangsung dari usia enam tahun sampai kurang lebih dua belas tahun,
pada usia tersebut anak sudah siap untuk bersekolah dan menerima
kecakapan-kecakapan baru. Masa usia sekolah sebagai masa intelektual
atau masa keserasian bersekolah, menurut Suryobroto dalam Djamaran
(2008: 124).
Masa usia sekolah membuat peserta didik lebih mudah
mendapatkan pembelajaran. Pada masa keserasian bersekolah peseta
didik relatif lebih mudah di didik daripada masa sebelum dan
sesudahnya, hal tersebut dikemukakan oleh Suryobroto dalam
Djamarah (2008:124). Masa tersebut diperinci menjadi dua fase, yaitu
masa kelas-kelas rendah dan kelas tinggi.
a. Masa Kelas-Kelas Rendah SD
Beberapa sifat khas peserta didik pada masa kelas-kelas rendah
antara lain:
1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan
pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-
peraturan permainan yang tradisional.
3) Ada kecenderungan memuji sendiri.
4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau
hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
13
5) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting.
6) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki
nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
b. Masa Kelas-Kelas Tinggi SD
Beberapa sifat khas peseta didik pada masa kelas-kelas tinggi
antara lain:
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk
membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
2) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
3) Menjelang akhir tahun masa ini telah ada minat terhadap hal-
hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan
sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang-orang dewasa lainnya.
5) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,
biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam
permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan
sendiri.
Setiap anak juga akan mengalami tahapan pekembangan
kognitif. Secara kronologis ada empat tahapan pekembangan intelektual
anak berdasakan teori yang dikemukakan oleh Piaget dalam Rahyubi
(2012: 126). Urutan tahapan ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia
kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat
tahap dimaksud adalah tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap
operasional konkrit, dan tahap operasional formal. Berdasarkan tahapan
perkembangan yang dipaparkan oleh Piaget, tahapan perkembangan
anak SD berada pada tahap perkembangan operasional kongkrit.
Tahap operasional kongkrit terjadi pada usia 7-12 tahun. Tahap
ini dicirikan dengan anak dapat mengembangkan pikiran logis. Tingkat
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
14
operasional kongkrit merupakan permulaan berpikir rasional, hal
tersebut berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat
diterapkannya pada masalah-masalah kongkrit (Sagala 2012: 27).
Operasi-operasi ini kongkrit bukan operasi-opeasi formal, anak belum
dapat berurusan dengan materi abstrak. Ciri-ciri tahap operasional
kongkrit menurut Rahyubi (2012: 132-133) antara lain:
1) Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh
Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan
secara menyeluruh peihal ingatan, pengalaman, dan obyek
yang dialami.
2) Melihat dari berbagai macam segi
Anak mulai dapat melihat suatu obyek atau persoalan secaa
sedikit menyeluruh dengan melihat aspek-aspeknya.
3) Serasi
Poses serasi adalah proses mengatur unsur-unsur berdasarkan
semakin besar atau kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut
Piaget, bila seorang anak telah dapat membuat suatu serasi,
maka ia tidak akan mengalami banyak kesulitan untuk
membuat serasi selanjutnya.
4) Klarifikasi
Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun
diberi bermacam-macam obyek dan disuruh membuat
klasifikasi yang serupa menjadi satu, ada beberapa
kemungkinan yang terjadi.
5) Bilangan
Dalam percobaan Piaget, pada tahap operasional kongkit, anak
sudah dapat mengerti soal korespondensi dan kekekalan
dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti konsep tentang
bilangan bagi anak telah berkembang.
6) Ruang, waktu, dan kecepatan
Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang
urutan ruang dengan melihat interval jarak suatu benda. Pada
umur 8 tahun anak sudah dapat mengerti relasi urutan waktu
dan juga koordinasi dengan waktu. Pada umur 10 atau 11
tahun, anak sadar akan konsep waktu dan kecepatan.
7) Probabilitas
Pada tahap ini, pengertian probabilitas adalah suatu
perbandingan antara hal yang terjadi dengan kasus-kasus yang
mulai terbentuk.
8) Penalaran
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
15
Dalam pembicaran sehari-hari, anak pada tahap ini jarang
berbicara dengan suatu alasan, tetapi lebih mengatakan apa
yang tejadi. Pada tahap ini, menurut Piaget masih ada kesulitan
dalam melihat persoalan secara menyeluruh.
9) Egosentrisme dan Sosialisme
Pada tahap ini, anak sudah tidak egosentris dalam
pemikirannya. Siswa sadai bahwa orang lain mempunyai
pikiran lain.
Siswa yang berada pada tahap operasional kongkrit biasanya
telah mengalami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit.
Dapat dikatakan siswa sudah bisa menggunakan logika, tetapi hanya
berkaitan dengan obyek fisik atau benda konkrit yang ada.
3. Media Pembelajaran
a. Pengetian Media Pembelajaran
Media pembelajan merupakan salah satu instrumen dalam
proses pembelajaran yang digunakan untuk membantu guru
menyampaikan materi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin
“medium” yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara
sumber pesan dengan penerima pesan. Heinich mencontohkan media
ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak, komputer, dan
instruktur (Susilana dan Riyana, 2011: 6).
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana komunikasi.
Media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima
informasi, contohnya video, televisi, komputer, dan lain sebagainya
menurut (Sanjaya 2012:57). Media adalah bagian yang tidak dapat
terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
16
khususnya (Arsyad 2007:2-3). Penggunaan media secara kreatif
akan memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih
banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan
meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai
dengan yang menjadi tujuan pembelajaran.
Berbagai pengertian terkait media pembelajaran yang
dikemukakan oleh ahli mengenai media pembelajaran secara umum
memiliki kesamaan. Dari berbagai pengertian tersebut kemudian
Arsyad (2007: 6-7) menjelaskan beberapa batasan tentang media
pembelajaran, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang tekandung
pada setiap batasan:
1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa
ini dikenal sebagai hadwere (perangkat keras), yaitu sesuatu
benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan
pancaindra.
2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisisk yang
dikenal sebagai softwere (perangkat lunak), yaitu
kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang
merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan
audio.
4) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
5) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misal:
radio, televisi), kelompok besar dna kelompok kecil (misal
film, slide, video, OHP), atau peroangan (misal: modul,
komputer, radio tape/kaset, vidio recorder).
6) Sikap, perbuatan, organisasi, stategi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
Dari pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan alat bantu dalam pembelajaran yang
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
17
digunakan oleh guru sebagai alat peraga untuk menyampaikan pesan.
Tujuan dari digunakannya media pembelajaran adalah membantu
guru dalam mengkongkritkan konsep yang abstrak sehingga siswa
lebih mudah memahami konsep tesebut dan pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran menjadi lebih
menarik selain itu penggunaan media pembelajaran dapat memberi
gambaran secara lebih nyata bagi siswa. Adapun manfaat media
pembelajaran (Susilana dan Riyana, 2011: 9) antara lain:
1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya
indera.
3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar.
4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat
dan kemampuan visual, auditori, & kinestetiknya.
5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan
pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.
Media memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar.
Beikut ini manfaat media menurut Sanjaya (2012:70-72):
1) Menangkap objek atau peristiwa-peristiwa
tertentu.Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang
langka dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam
melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat
disimpulkan dan dapat digunakan manakala diperlukan.
2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu.
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan
bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
18
sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan
verbalisme.
3) Menambah gairah dan motivasi belajar peserta didik.
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar
peserta didik terhadap materi pembelajaran dapat lebih
meningkat.
Dari manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran membantu guru mengatasi kesulitan yang kerap
didapatkan dalam pembelajaran. Guru terbantu untuk menyampaikan
materi pembelajaan yang terlalu abstrak, selain itu dengan
menggunakan media pembelajaan proses pembelajaran akan lebih
efisien karena dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga
dan daya indra. Media yang digunakan juga dapat meningkatkan
gairah atau motivasi belajar siswa karena siswa dapat berinteraksi
dengan sumber belajar secara langsung. Pesan yang ingin
disampaikan juga tidak semata-mata melalui komunikasi verbal atau
penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak mudah bosan.
Siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran apabila
terdapat media pembelajaran yang mendukungnya. Jadi, media
memiliki peran penting untuk menarik perhatian siswa agar tetap
fokus terhadap materi yang disampaikan. Media yang digunakan
juga dapat mempertahankan situasi dan kondisi belajar yang nyaman
dan terkendali.
Fungsi utama media pembelajaran adalah membantu guru untuk
menyampaikan meteri kepada siswa agar siswa dapat menguasai
meteri tersebut. Dengan demikian, pemilihan media pembelajaran
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
19
harus dipertimbangkan agar sesuai dengan kebutuhan dan tepat
untuk menyampaikan konsep kepada siswa.
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki jenis yang sangat beragam.
Menurut bentuk penyajian dan cara penyajiannya Susilana dan
Riyana (2011: 14) mendapatkan suatu format klasifikasi yang
meliputi tujuh kelompok media, yaitu: 1) kelompok kesatu; grafis,
bahan cetak, dan gambar diam, 2) kelompok kedua, media proyeksi
dian, 3) kelompok ketiga; media audio, 4) kelompok keempat; media
audio, 5) kelompok kelima; media gambar hidup/film, 6) kelompok
keenam; media telivisi, dan
7) kelompok ketujuh; multimedia.
Klasifikasi media tidak terbatas pada bentuk dan cara
penyajiannya. Media dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut
pandang. Klasifikasi media menurut Sanjaya (2012: 118-121) adalah
sebagai berikut:
1) Dilihat dari sifatnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,
atau media yang hanya memiliki unsur suara
b) Media visual, yaitu media yang dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
20
c) Media audio visual, yaitu jenis media yang mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat
dilihat
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi
ke adalah:
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
seperti radio dan televisi
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang
dan waktu seperti film slide, vidio, dan lain sebagainya
3) Dilihat dari cara atau teknik pamakaiannya, media dapat dibagi
ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan seperti film slide, film stripe,
transparasi, komputer dan lain sebagainya
b) Media yang tidak dapat diproyeksikan sepeti gambar, foto,
lukisan, radio, dan lain sebagainya dan berbagai bentuk
media grafis lainnya
4) Dilihat berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, media
dikelompokkan dalam:
a) Kelompok media grafis, bahan cetak dan gambar diam
b) Kelompok media proyeksi, yakni media visual yang
diproyeksikan atau media memproyeksikan pesan, dimana
hasi proyeksinya beregerak atau memiliki unsur gerak
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
21
c) Kelompok media audio adalah media yang penyampaian
pesannya hanya melalui pendengaran
d) Kelompok media audio visual diam, adalah media yang
penyampaian pesannya diterima oleh pendengaran dan
penglihatan, namun gambar yang dihasilkannya adalah
gambar diam atau memiliki sedikit gerak
e) Kelompok film (motion picture), yaitu serangkaian gambar
diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga
memberi kesan hidup dan begerak
f) Media televisi, adalah media yang menyampaikan pesan
audiovisual dan gerak
g) Kelompok multimedia, merupakan suatu sistem penyampaian
dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang
membentuk suatu unit atau paket
Berdasarkan klasifikasi media yang telah dipaparkan di atas,
guru dapat memilih media yang paling sesuai dengan kegiatan
pembelajaan yang akan dilakukan. Masing-masing media memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pemilihan media
pembelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah. Guru harus dapat
menyesuaikan kebutuhan pembelajaran dengan media yang tersedia.
Kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
menurut Susilana dan Riyana (2011: 70-72), kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
22
1) Kesesuaian dengan tujuan (Instructional goals)
2) Kesesuaian dengan matei pembelajaran (Instructional)
3) Kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran atau siswa
4) Kesesuaian dengan teori
5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa
6) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas
pendukung, dan waktu yang tersedia
Lebih lanjut lagi guru sebaiknya memperhatikan dalam
penggunaan media agar pengunaan media benar-benar dapat
membantu guru menyampaikan pesan pembelajaran.
4. Puzzle
Puzzle merupakan kata asing yang sering digunakan oleh
masyaratat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:
1158), puzzle adalah “teka-teki”. Puzzle merupakan soal yang berupa
kalimat (cerita, gambar) yang dikemukakan secara samar-samar,
biasanya untuk permainan atau untuk mengasah pikiran. Gambar
adalah sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua
dimensi sebagai curahan perasaan dan pikiran (Hamalik 1980: 57).
Secara umum puzzle dapat diartikan sebagai potongan-potongan
berupa kepingan tipis yang dapat dirangkai membentuk sebuah
gambar atau bentuk. Oleh karena itu, media puzzle termasuk kedalam
media gambar yang merupakan media visual karena hanya dapat
dicerna melalui indera penglihatan saja. Diantara berbagai jenis
media pembelajaran yang digunakan, puzzle adalah media yang
paling umum dipakai dan termasuk media pembelajaran yang
sederhana yang dapat digunakan di sekolah. Sebab puzzle disukai oleh
siswa, harganya relatif terjangkau dan tidak sulit mencarinya.
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
23
Dunia anak adalah dunia bemain dan belajar. Anak-anak akan
lebih mudah menangkap ilmu apabila diberikan lewat permainan, jadi
anak-anak bisa sekaligus bermain dan belajar. Dunia anak-anak
terdapat berbagai jenis permainan, salah satu jenis permainan yang
bermanfaat bagi anak dan bersifat edukatif adalah puzzle. Puzzle
merupakan permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan
anak dalam merangkainya.
Apabila terbiasa bermain puzzle, anak juga akan terbiasa untuk
bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu.
Kepuasan yang didapat saat seorang anak menyelesaikan puzzle pun
merupakan salah satu pembangkit motifasi untuk mencoba hal-hal
yang baru baginya.
5. Materi Jaring-Jaring Bangun Ruang Sederhana
Jaring-jaring bangun ruang merupakan materi pembelajaran
matematika kelas V di SD yang menggunakan KTSP. Materi jaring-
jaring bangun ruang pada KTSP dapat dijumpai di semester 2 dengan
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Memahami sifat-sifat
bangun dan hubungan antar
bangun
6.3 Menentukan jaring- jaring
berbagai bangun ruang
sederhana
Jaring-jaring bangun ruang merupakan gabungan dari beberapa
bangun datar yang dirangkai. Setiap jaring-jaring bangun ruang bisa
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
24
dibentuk menjadi suatu bangun ruang. Masing-masing bangun ruang
memiliki pola jaring-jaringnya sendiri. Satu jenis bangun ruang bisa
memiliki lebih dari satu jenis jaring-jaring bangun ruang.
Siswa dikenalkan dengan bebagai pola jaring-jaring bangun
ruang sederhana di kelas V semester 2. Bentuk jaring-jaring yang
diajarkan diantaranya jaring-jaring kubus, balok, prisma segitiga, limas
segitiga, limas segiempat, tabung dan kerucut.
Berikut ini merupakan berbagai pola-pola dari jaring-jaring bangun
ruang sedehana:
a. Jaring-Jaring Kubus
Gambar 2.1 Jaring-Jaring Kubus
b. Jaring-Jaring Balok
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
25
Gambar 2.2 Jaring-Jaring Balok
c. Jaring-Jaring Prisma Segitiga
Gambar 2.3. Jaring-Jaring Prisma Segitiga
d. Jaring-Jaring Limas Segitiga
Gambar 2.4. Jaring-Jaring Limas Segitiga
e. Jaring-Jaring Limas Segiempat
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
26
Gambar 2.5. Jaring-Jaring Limas Segiempat
f. Jaring-Jaring Tabung
Gambar 2.6 Jaring-Jaring Tabung
g. Jaring-Jaring Kerucut
Gambar 2.7 Jaring-Jaring Kerucut
6. Pembelajaran Kooperatif
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
27
Metode pembelajaran kooperatif saat ini sudah tidak asing lagi,
dan telah banyak diaplikasikan dalam poses pendidikan. Slavin (2005:
4) mejelaskan arti dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajai materi pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para
siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan
dam berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing.
Pembelajaran kooperatif secara umum mungkin sama dengan
kerja kelompok. Akan tetapi, tidak semua kerja kelompok dianggap
pembelajaran kooperatif. Roger dan David Jonhson dalam Lie (2008:
31) menjelaskan lima unsur yang harus ada dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
b. Tanggung jawab perseorangan
c. Tatap muka
d. Komunikasi antaranggota
e. Evaluasi proses kelompok
Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai teknik, salah
satunya adalah think pair squere. Teknik think pair square membuat
siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari 4 siswa dalam satu
kelompok. Menurut Lie (2008: 57) teknik belajar mengajar berpikir-
berpasangan-berempat dikembangkan Spencer Kagan (Think-Pair-
Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperatif learning.
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
28
Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri
serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari
teknik ini adalah optimalisasi partisispasi siswa. dengan metode
klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan
membagikan hasilnya untuk seluuh kelas, teknik think pair
square ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih
banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukan
partisispasi mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak
didik (Anita Lie 2008: 57).
Pembelajaran kooperatif tipe think pair square membuat siswa
belajar dalam kelompok dan berdiskusi dengan teman kelompoknya.
Namun, sebelum berdiskusi siswa juga diberi kesempatan untuk belajar
sendiri. Setelah berdiskusi, hasil dari diskusi tersebut kemudian
dipresentasikan di depan kelas.
B. Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang diperoleh dijadikan pula
pertimbangan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Berikut
penelitian yang dilakukan oleh:
1. Huda Fitriani, Neneng Ta‟suah, Wulan Adiarti (2014) tentang
“Penggunaan Media Puzzle Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan
Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia 5-6 Tahun (Studi Deskriptif
Kuantitatif di TK PGRI 25 Karangreo Semarang” yang menyimpulkan
bahwa penggunaan media puzzle tiga dimensi memberikan peningkatan
terhadap kecerdasan visual spasial anak usia 5-6 tahun. Kecerdasan
visual spasial anak meningkat setelah anak diberikan perlakuan
menggunakan puzzle tiga dimensi. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
29
perhitungan peningkatan kecerdasan visual spasial sebesar 8%.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan media puzzle tiga dimensi
pada penelitian ini efektif dalam meningkatkan kecerdasan visual
spasial anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak.
2. Vinalisa Okky Hidayati (2014) yang bejudul “ Peningkatan
Pembelajaran Bangun Datar Melalui Media Puzzle Pada Siswa Sekolah
Dasar” yang menyimpulkan bahwa penggunaan media puzzle pada
mata pelajaran Matematika materi Bangun Datar di kelas II SD Negeri
Kemandungan 03 Tegal terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa, serta performansi guru selama proses pembelajaran. Hal
ini ditandai dengan perolehan persentase aktivitas dan hasil belajar
siswa, serta perolehan nilai performansi guru yang mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya.
Berdasarkan kedua hasil penelitian di atas terdapat persamaan antara
kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Persamaan yang dimaksud meliputi hasil identifikasi awal dimana
kurangnya penggunaan media pembelajaran, sehingga mengakibatkan siswa
merasa bosan terhadap proses pembelajarannya dan media pembelajaran
puzzle yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berbeda dengan kedua
penelitian di atas, media puzzle dikembangkan oleh peneliti menjadi media
untuk materi puzzle jaring-jaring bangun ruang di kelas V Sekolah Dasar
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
30
C. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran matematika masih dianggap mata pelajaran yang
sulit bagi siswa SD. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran matematika
yang abstrak. Dibutuhkan langkah yang tepat agar siswa dapat memahami
materi pelajaran matematika. Materi matematika yang kebanyakan
merupakan bentuk abstrak akan lebih mudah apabila dalam mengajarkan
dibantu dengan media pembelajaran yang lebih kongkrit. Hal tersebut
mengingat tahap pekembangan siswa SD adalah tahapan perkembangan
operasional kongkrit.
Tahap berpikir siswa sekolah dasar usia tujuh sampai dua belas
tahun adalah tahap operasional kongkret, sehingga logika berpikir siswa
merupakan manipulasi dari objek atau benda kongkret. Objek kongkit
tersebut berupa media yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan
oleh guru sehingga siswa akan lebih cepat memahami materi yang
diberikan. Selain itu, kerucut pengalaman Edgar Dale mengemukakan
bahwa siswa akan lebih mengingat pelajaran apabila semua siswa
melakukan sesuatu (what they do).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dibeberapa sekolah di
Kabupaten Banyumas, media pembelajaran yang digunakan pada materi
jaring-jaring bangun ruang masih sangat sederhana. Media tersebut terbuat
dari kertas dan hanya bisa digunakan untuk satu kali pembelajaran. Selain
itu, dalam pembelajaran siswa tidak bisa aktif menemukan sendiri konsep
berbagai pola jaring-jaring bangun ruang. Maka dari itu peneliti bermaksud
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
31
mengembangkan media jaring-jaring bangun ruang menggunakan puzzle.
Media puzzle jaring-jaring bangun ruang nantinya dapat digunakan berulang
kali karena terbuat dari bahan yang lebih awet. Selain itu, media puzzle
jaring-jaring bangun ruang dapat memudahkan guru untuk menanamkan
konsep kepada siswa, lebih lanjut lagi siswa dapat aktif dalam
pembelajaran. Hal tersebut karena siswa akan mencari sendiri berbagai pola
jaring-jaring bangun ruang menggunakan media puzzle jaring-jaring bangun
ruang.
Media yang dikembangkan melalui proses validasi ahli. Setelah
proses validasi selesai dan tidak ada lagi revisi, media diuji cobakan pada
siswa kelas V SD. Diharapkan dengan adanya media pembelajaran puzzle
jaring-jaring bangun ruang prestasi belaja siswa dapat meningkat. Berikut
bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini:
1. Tahap perkembangan kognitif
siswa SD
2. Kerucut pengalaman Edgar
Dale
Hasil
Observasi
Awal
Evaluasi
Pengembangan Media
Puzzle Jaring-Jaring
Bangun Ruang
Validasi Revisi
Layak/ tidak
layak
Digunakan dalam
poses
pembelajaran
Prestasi Belajar
Meningkat
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
32
Gambar 2.8 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasakan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Media puzzle jaring-jaring bangun ruang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran matematika materi jaring-jaring bangun ruang.
2. Pengembangan media puzzle jaring-jaring bangun ruang layak
digunakan dalam pembelajaran matematika materi jaring-jaring
bangun ruang.
3. Prestasi belajar siswa meningkat setelah menggunakan media
pembelajaran puzzle jaring-jaring bangun ruang.
4. Respon guru dan respon siswa baik terhadap pembelajaran
menggunakan media puzzle jaring-jaring bangun ruang pada
pembelajaran matematika.
Pengembangan Media Matematika..., Ida Alfiana Choeron,FKIP, UMP, 2016
Recommended