View
14
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang : (A) Pembelajaran Matematika, (B) Tinjauan
Materi, (C) Model Group Investigation, (D) Hasil Belajar, (E) Penelitian yang
relevan,( F) Kerangka Pikir. Kajian Teori berisi tentang penjelasan istilah dari
pendapat para ahli yang berkenaan dengan judul yang dibuat. kumpulan refrensi-
refrensi di dapat dari buku, jurnal, internet dan artikel, dibawah ini dijelaskan
berbagai refrensi yang terkait dengan judul. Penjelasan secara rinci sebagai berikut :
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
a. Definisi Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Fathurrohman,2015:16).
Sedangkan menurut Haryono Dwi (2014:3) juga berpendapat bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam
penyelesaian masalah sehari-hari dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Susanto.2013:185).
Bab ini membahas tentang : (A) Pembelajaran Matematika, (B) Tinjauan
Materi, (C) Model Group Investigation, (D) Hasil Belajar, (E) Penelitian yang
relevan,( F) Kerangka Pikir. Kajian Teori berisi tentang penjelasan istilah dari
pendapat para ahli yang berkenaan dengan judul yang dibuat. kumpulan refrensi-
refrensi di dapat dari buku, jurnal, internet dan artikel, dibawah ini dijelaskan
berbagai refrensi yang terkait dengan judul. Penjelasan secara rinci sebagai berikut :
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
a. Definisi Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Fathurrohman,2015:16).
Sedangkan menurut Haryono Dwi (2014:3) juga berpendapat bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam
11
Selaras dengan pendapat Nur Rokhmah Laely (2014) bahwa matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Matematika harus dikuasai siswa sejak berada di sekolah dasar, karena
sekolah dasar merupakan pondasi awal untuk mempelajarinya, dan alasan
lainnya karena pelajaran ini termasuk mata pelajaran syarat kelulusan.
Menurut Cockroft (dalam Solihin,Ahmad.2014:2) berpendapat bahwa
Matematika perlu di ajarkan kepada siswa karena, (1) selalu digunakan dalam
segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika
yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4)
dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan;
dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membentuk
watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik serta
membantu siswa dalam belajar matematika agar tercipta komunikasi
matematika yang baik sehingga matematika itu lebih mudah dipelajari dan lebih
menarik (Soviawati, 2011:84).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses interaksi guru dan siswa melibatkan pengembangan
pola berfikir dan mengola logika melalui serangkaian peristiwa yang sengaja
manusia. Matematika harus dikuasai siswa sejak berada di sekolah dasar, karena
sekolah dasar merupakan pondasi awal untuk mempelajarinya, dan alasan
lainnya karena pelajaran ini termasuk mata pelajaran syarat kelulusan.
Menurut Cockroft (dalam Solihin,Ahmad.2014:2) berpendapat bahwa
Matematika perlu di ajarkan kepada siswa karena, (1) selalu digunakan dalam
segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika
yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4)
dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan;
dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Pembelajaran matematika adalah usaha sadar guru untuk membentuk
watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik serta
membantu siswa dalam belajar matematika agar tercipta komunikasi
matematika yang baik sehingga matematika itu lebih mudah dipelajari dan lebih
menarik (Soviawati, 2011:84).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
12
diciptikan oleh guru dengan berbagai metode agar siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara efektif dan efisiean.
b. Tujuan Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar
Mata pelajaran matematika, merupakan satu dari banyaknya mata
pelajaran yang harus di pelajari. Guru dan siswa juga perlu mengetahui DAN
mempelajari tujuan matematika, agar lebih termotifasi dan bersemangat dalam
mempelajarinya. Tujuan khusus pembelajaran matematika yang terdapat pada
Depdiknas tahun (2006:148) adalah sebagai berikut :
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Penyusunan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar seluruh mata
pelajaran yang ada pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, disusun dan
dibagi oleh dinas pendidikan sesuai dengan ruang lingkup mata pelajaran
tersebut. Contohnya pada mata pelajaran matematika, pengelompokan materi
pada setiap aspek yang akan di ajarkan pada siswa, harus merujuk pada tujuan
yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran.
b. Tujuan Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar
Mata pelajaran matematika, merupakan satu dari banyaknya mata
pelajaran yang harus di pelajari. Guru dan siswa juga perlu mengetahui DANDANDA
mempelajari tujuan matematika, agar lebih termotifasi dan bersemangat dalam
mempelajarinya. Tujuan khusus pembelajaran matematika yang terdapat pada
Depdiknas tahun (2006:148) adalah sebagai berikut :
(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Penyusunan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar seluruh mata
pelajaran yang ada pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, disusun dan
dibagi oleh dinas pendidikan sesuai dengan ruang lingkup mata pelajaran
13
Standar mata pelajaran ini berisi kompetensi dasar, indikator, dan materi
pokok dalam setiap aspeknya. Merujuk pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, menurut Nasaruddin (2013:68) ruang lingkup materi
matematika sebagai berikut:
(1) aljabar, Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi.(2)pengukuran dan geomerti, ditekankan pada kemampuan menggunakan sifat dan aturan dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan tranfrormasi. (3) peluang dan statistik, ditekankan pada menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara. (4) trigonometri, ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri. (5)Kalkulus ditekankan pada mengunakam konsep limit laju perubahan fungsi.
Ruang lingkup matematika di atas selaras dalam standar kompetensi
kurikulum 2004 mata pelajaran matematika, dimana standar dikelompokkan
dalam kemahiran matematika bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar,
statistika dan peluang, trigonometri, dan kalkulus. Kurikulum 2004 ini,
standar kompetensi mata pelajaran matematika sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah, dipilih dan di rancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
siswa, sesuai dengan karakteristik siswa. Menyebabkan hanya ada tiga ruang
lingkup matematika yang di ajarkan dan dijadikan aspek dalam standar
kompetensi.
Standar kompetensi yang diberikan pada siswa sekolah dasar dan
madrasah ibtidaiyah sesuai kurikulum 2004 adalah:
1.) Bilangan
a) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah.
b) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
matematika sebagai berikut:
(1) aljabar, Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi.(2)pengukuran dan geomerti, ditekankan pada kemampuan menggunakan sifat dan aturan dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan tranfrormasi. (3) peluang dan statistik, ditekankan pada menyajikan dan meringkas data dengan berbagai cara. (4) trigonometri, ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri. (5)Kalkulus ditekankan pada mengunakam konsep limit laju perubahan fungsi.
Ruang lingkup matematika di atas selaras dalam standar kompetensi
kurikulum 2004 mata pelajaran matematika, dimana standar dikelompokkan
dalam kemahiran matematika bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar,
statistika dan peluang, trigonometri, dan kalkulus. Kurikulum 2004 ini, Kurikulum 2004 ini, K
standar kompetensi mata pelajaran matematika sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah, dipilih dan di rancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
siswa, sesuai dengan karakteristik siswa. Menyebabkan hanya ada tiga ruang
lingkup matematika yang di ajarkan dan dijadikan aspek dalam standar
kompetensi.
Standar kompetensi yang diberikan pada siswa sekolah dasar dan
madrasah ibtidaiyah sesuai kurikulum 2004 adalah:
14
c) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan
masalah.
d) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat
dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
e) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan,serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
2.) Pengukuran dan geometri
a) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang,
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.
b) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
c) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
d) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang,
menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
e) Mengenal sistem koordinat pada bidang datar.
3.)Pengelolaan data
a) Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data.
Berdasarkan ruang lingkup matematika yang di paparkan diatas, dapat
dilihat bahwa ruang lingkup matematika diberikan pada siswa, harus sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik siswa pada jenjang pendidikannya,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Setiap aspek
dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
e) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan,serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
2.) Pengukuran dan geometri
a) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang,
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari.
b) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
c) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
d) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang,
menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
e) Mengenal sistem koordinat pada bidang datar.
3.)Pengelolaan data
a) Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data.
Berdasarkan ruang lingkup matematika yang di paparkan diatas, dapat
15
dalam materi pembelajaran matematika yang diberikan saling
berkesinambungan sehingga ketika mempelajari materi selanjutnya tidak
mengalami hambatan.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinas pendidikan telah
menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Ketetapan tersebut
bertujuan agar ketika pendidik menyampaikan suatu materi pembelajaran,
materi yang ingin di sampaikan tidak meluas cakupannya sehingga tujuan
dalam pembelajaran yang di inginkan dapat tercapai.
SK dan KD yang akan di jadikan acuan dalam menyampaikan materi
mata pelajaran matematika pada kelas III semester II adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 : SK dan KD Matematika Kelas III semeseter IIStandar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
5.1Menghitung keliling persegi dan persegi panjang
5.2 Menghitung luas persegi dan persegi panjang5.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
keliling, luas persegi dan persegi panjang
e. Tinjauan Materi Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang
Dalam Buku BSE Matematika 3 untuk SD/MI kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang di susun dan di telaah oleh Suharyanto dan Jacob (2008: 175-
176) berisi tentang tentang tinjauan materi keliling dan luas persegi dan
persegi panjang sebagai berikut :
1) Menghitung keliling persegi dan persegi panjang.
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinas pendidikan telah
menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Ketetapan tersebut
bertujuan agar ketika pendidik menyampaikan suatu materi pembelajaran,
materi yang ingin di sampaikan tidak meluas cakupannya sehingga tujuan
dalam pembelajaran yang di inginkan dapat tercapai.
SK dan KD yang akan di jadikan acuan dalam menyampaikan materi
mata pelajaran matematika pada kelas III semester II adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 : SK dan KD Matematika Kelas III semeseter IIStandar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
5.1Menghitung keliling persegi dan persegi panjang
5.2 Menghitung luas persegi dan persegi panjang5.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
keliling, luas persegi dan persegi panjang
e. Tinjauan Materi Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang
Dalam Buku BSE Matematika 3 untuk SD/MI kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang di susun dan di telaah oleh Suharyanto dan Jacob (2008: 175
176) berisi tentang tentang tinjauan materi keliling dan luas persegi dan
16
a) Keliling persegi
5 Satuan
5 Satuan
Panjang persegi di samping adalah 5 satuan. Lebar persegi di samping
adalah 5 satuan. Keliling persegi dapat ditentukan dengan menjumlahkan
seluruh sisi- sisinya. Jadi, keliling persegi di samping adalah 5 satuan + 5
satuan + 5 satuan + 5 satuan = 20 satuan.
b) Menghitung keliling persegi panjang
Dengan Satuan Tak Baku
5 Satuan
2satuan
Keliling = sisi + sisi+sisi+sisi
= 4 x sisi
5 Satuan
Panjang persegi di samping adalah 5 satuan. Lebar persegi di samping
adalah 5 satuan. Keliling persegi dapat ditentukan dengan menjumlahkan
seluruh sisi- sisinya. Jadi, keliling persegi di samping adalah 5 satuan + 5
satuan + 5 satuan + 5 satuan = 20 satuan.
b) Menghitung keliling persegi panjang
Dengan Satuan Tak Baku
5 Satuan
Keliling = sisi + sisi+sisi+sisi
= 4 x sisi
17
Panjang persegi panjang di samping adalah 5 satuan. Lebar persegi panjang
di samping adalah 2 satuan. Keliling persegi panjang dapat ditentukan
dengan menjumlahkan seluruh sisi-sisinya. Jadi, keliling persegi panjang di
samping adalah 5 satuan + 2 satuan + 5 satuan + 2satuan = 14 satuan.
1) Menghitung luas persegi dan luas persegi panjang
a) Luas persegi
5 Satuan
5Satuan
Bangun persegi mempunyai 4 sisi yang sama panjang. Jadi, panjang dan
lebar sisinya sama. Pada gambar di samping panjangnya ada 5 satuan,
lebarnya ada 5 satuan. Dengan menghitung jumlah kotaknya, diketahui
bahwa
luasnya ada 25 satuan. Bilangan 25 dapat diperoleh dari perkalian 5 × 5.
Keliling = sisi + sisi + sisi + sisi
= panjang + lebar + panjang + lebar
= 2 × panjang + 2 × lebar
samping adalah 5 satuan + 2 satuan + 5 satuan + 2satuan = 14 satuan.
1) Menghitung luas persegi dan luas persegi panjang
a) Luas persegi
5 Satuan
5Satuan
Bangun persegi mempunyai 4 sisi yang sama panjang. Jadi, panjang dan
lebar sisinya sama. Pada gambar di samping panjangnya ada 5 satuan,
lebarnya ada 5 satuan. Dengan menghitung jumlah kotaknya, diketahui
bahwa
Keliling = sisi + sisi + sisi + sisi
= panjang + lebar + panjang + lebar
= 2 × panjang + 2 × lebar
18
b) Luas Persegi Panjang
7 satuan
5 satuan
Panjangnya ada 7 satuan. Lebarnya ada 5 satuan. Kamu pasti bisa
menghitung kelilingnya. Bagaimana menghitung luasnya?
Untuk menghitung luas bangun di atas dapat kamu lakukan dengan
menghitung seluruh kotak satuan yang ada. Ada berapa banyak kotak yang
ada? Benar, banyaknya kotak satuan ada 35 buah. Jadi, luas bangun di atas
adalah 35 satuan. Bilangan 35 dapat diperoleh dari hasil perkalian 7 × 5.
2. Model dan Metode Pembelajaran Matematika SD
a. Definisi Model dan Metode Pembelajaran
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru harus merancang pembelajaran
dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, salah satunya dengan
menentukan penggunaan model dan metode pembelajaran. Fathurrohman
(2015:29) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
5 satuan
Panjangnya ada 7 satuan. Lebarnya ada 5 satuan. Kamu pasti bisa
menghitung kelilingnya. Bagaimana menghitung luasnya?
Untuk menghitung luas bangun di atas dapat kamu lakukan dengan
menghitung seluruh kotak satuan yang ada. Ada berapa banyak kotak yang
ada? Benar, banyaknya kotak satuan ada 35 buah. Jadi, luas bangun di atas
adalah 35 satuan. Bilangan 35 dapat diperoleh dari hasil perkalian 7 × 5.
2. Model dan Metode Pembelajaran Matematika SD
a. Definisi Model dan Metode Pembelajaran
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru harus merancang pembelajaran
dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, salah satunya dengan
menentukan penggunaan model dan metode pembelajaran. Fathurrohman
19
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran
bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Selaras dengan pendapat Soekamto (dalam Shoimin.2014:23)
mengemukakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah desain pemikiran secara konseptual yang menggambarkan tentang
perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru dan dilakukan oleh
siswa selama porses pembelajaran berlangsung, dan memiliki tujuan tertentu
sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih dan dirancang.
Terdapat banyak perangkat pembelajaran yang dapat digunakan di dalam
proses pembelajaran, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya menerapkan
gabungan antara model dan metode pembelajaran. Alasannya karena model dan
metode pembelajaran ikut berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Uno.B (2011:2) metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang
digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Selaras dengan pendapat Danim Sudarwan
(2011:157) bahwa metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan metode pembelajaran
adalah suatu cara yang dipilih dan diterapkan oleh guru, dan telah disesuaikan
mengemukakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah desain pemikiran secara konseptual yang menggambarkan tentang
perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru dan dilakukan oleh
siswa selama porses pembelajaran berlangsung, dan memiliki tujuan tertentu
sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih dan dirancang.
Terdapat banyak perangkat pembelajaran yang dapat digunakan di dalam
proses pembelajaran, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya menerapkan
gabungan antara model dan metode pembelajaran. Alasannya karena model dan
metode pembelajaran ikut berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Uno.B (2011:2) metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang
digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Selaras dengan pendapat Danim Sudarwan
(2011:157) bahwa metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
20
dengan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang di inginkan dapat
tercapai secara optimal.
b. Definisi Model Group Investigation Berbantu Metode Diskusi
Kelompok
Peningkatakan mutu pendidikan, dapat dilakukan dengan merubah cara
mengajar dari model pembelajaran tradisional menuju model pembelajaran
inovatif. Model pembelajaran inovatif, dalam kegiatannya menuntut siswa untuk
lebih aktif dan berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga guru hanya
menjadi fasilitator bagi siswa. Salah satu model inovasi tersebut model group
investigation. Menurut pendapat Fathurrohman (2015:69) berpendapat bahwa
model group investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang
tersedia. Shoimin (2014:80) juga membenarkan bahwa group investigation adalah
suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa
dari pada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas.
Berdasarkan pendapat di atas model group investigation merupakan model
pembelajaran yang dilakukan dengan mengajak siswa secara langsung untuk ikut
berpartisipasi dan aktif dalam mencari informasi dan mengolah data yang ingin di
pelajari melalui bahan yang telah diperoleh. Melalui kegiatan tersebut dapat
meningkatkan cara berkomunikasi dan meningkatkan kemampuan keterampilan
proses kelompok. Model pembelajaran ini menuntut setiap anggota kelompok
untuk mencari informasi sendiri tentang persoalan yang akan di selesaikan, setelah
Kelompok
Peningkatakan mutu pendidikan, dapat dilakukan dengan merubah cara
mengajar dari model pembelajaran tradisional menuju model pembelajaran
inovatif. Model pembelajaran inovatif, dalam kegiatannya menuntut siswa untuk
lebih aktif dan berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga guru hanya
menjadi fasilitator bagi siswa. Salah satu model inovasi tersebut model group
investigation. Menurut pendapat Fathurrohman (2015:69) berpendapat bahwa
model group investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang
tersedia. Shoimin (2014:80) juga membenarkan bahwa group investigation adalah
suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa
dari pada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas.
Berdasarkan pendapat di atas model group investigation merupakan model
pembelajaran yang dilakukan dengan mengajak siswa secara langsung untuk ikut
berpartisipasi dan aktif dalam mencari informasi dan mengolah data yang ingin di
pelajari melalui bahan yang telah diperoleh. Melalui kegiatan tersebut dapat
21
masing-masing anggota memiliki informasi maka setiap anggota kelompok
tersebut wajib bertukar informasi pada anggota lainnya. Tujuannya agar setiap
anggota kelompok memiliki pengetahuan dan informasi yang sama.
Metode diskusi menurut Shoimin (2014:18) metode diskusi merupakan
metode penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk
membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan metode
diskusi adalah kegiatan yang menimbulkan terjadinya interaksi lebih dari satu
orang, untuk membahas, mengeluarkan ide serta mencari solusi dari sebuah
permasalahan yang dihadapi.
Penerapan model group investigation ini, dipadukan dengan menggunakan
metode diskusi kelompok, dimana metode ini sesuai dengan langkah-langkah yang
ada dalam model group investigation. Penerapan metode dalam pembelajaran
inovatif bukan lagi metode yang membuat guru lebih aktif dari siswa, melainkan
metode yang dapat membuat siswa antusias, aktif dan ikut berpartisipasi dalam
mengikuti pembelajaran.
c. Tahap-Tahap Perencanaan Model Group Investigation
Penerapan model group investigation, dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah di rencanakan oleh guru
tentunya harus melihat dan mengacu pada langkah-langkah yang ada dalam model
group investigation, hal tersebut dapat membuat tujuan penerapan model ini dapat
tercapai dengan optimal.
Metode diskusi menurut Shoimin (2014:18) metode diskusi merupakan
metode penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk
membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang
bersifat problematis. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan metode
diskusi adalah kegiatan yang menimbulkan terjadinya interaksi lebih dari satu
orang, untuk membahas, mengeluarkan ide serta mencari solusi dari sebuah
permasalahan yang dihadapi.
Penerapan model group investigation ini, dipadukan dengan menggunakan
metode diskusi kelompok, dimana metode ini sesuai dengan langkah-langkah yang
ada dalam model group investigation. Penerapan metode dalam pembelajaran
inovatif bukan lagi metode yang membuat guru lebih aktif dari siswa, melainkan
metode yang dapat membuat siswa antusias, aktif dan ikut berpartisipasi dalam
mengikuti pembelajaran.
c. Tahap-Tahap Perencanaan Model Group Investigation
Penerapan model group investigation, dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah di rencanakan oleh guru
22
Langkah-langkah penerapan model Group Investigation yang
dikemukakan oleh Fathurrohman (2015:71-72) sebagai berikut:
(1)Seleksi Topik : Para siswa memilih berbagai subtopik data suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2-6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. (2)Merencanakan Kerja Sama : Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas. (3)Implementasi : Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. (4) Analisis dan Sintesis :Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. (5) Penyajian Hasil Akhir : Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah diajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. (6) Evaluasi :Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Selaras dengan pendapat Shoimin (2014:81) langkah- langkah penerapan
model group investigation sebagai berikut:
(1)Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen. (2)Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang dikerjakan. (3)Guru mengundang ketua-ketua kelompok untuk memanggil materi tugas secara kooperatif kelompoknya. (4)Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya. (5)Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasan. (6)Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan. (7)Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.(8)Evaluasi.
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2-6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. (2)Merencanakan Kerja Sama : Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas. (3)Implementasi : Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. (4) Analisis dan Sintesis :Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. (5) Penyajian Hasil Akhir : Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah diajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. (6) Evaluasi :Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Selaras dengan pendapat Shoimin (2014:81) langkah- langkah penerapan
model group investigation sebagai berikut:
(1)Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen. (2)Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang dikerjakan. (3)Guru mengundang ketua-ketua kelompok untuk memanggil materi tugas secara kooperatif kelompoknya. (4)Masing masing kelompok
23
Berdasarkan paparan pendapat para ahli di atas tentang langkah-langkah
dalam penerapan model pembelajaran group investigation. Peneliti juga membuat
langkah-langkah penerapan model pembelajaran tersebut yang dimana tetap
mengacu pada pendapat ahli.
Langkah-langkah model pembelajaran group investigation yang akan
digunakan sebagai sintak oleh peneliti sebagai berikut :
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil secara heterogen.
2) Guru menyampaikan maksud pembelajaran, tugas kelompok yang akan di
kerjakan dan bagaimana cara kegiatan yang akan dilakukan.
3) Guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk kedepan kelas dan guru
memberikan tugas pada setiap perwakilan kelompok.
4) Siswa yang menjadi perwakilan, diminta untuk menjelaskan dan membagi
tugas pada anggota kelompok.
5) Seluruh anggota kelompok diminta untuk mencari dan mengumpulkan
informasi sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru.
6) Setiap anggota kelompok harus menyampaikan dan bertukar informasi yang
telah di peroleh kepada anggota kelompoknya.
7) Setelah selesai, setiap kelompok diminta untuk mengirimkan 2 perwakilan
untuk menyampaikan hasil pembahasan. dan anggota lainnya dapat ikut
memberikan tanggapan apabila ada yang memberikan tanggapan.
8) Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasan.
mengacu pada pendapat ahli.
Langkah-langkah model pembelajaran group investigation yang akan
digunakan sebagai sintak oleh peneliti sebagai berikut :
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil secara heterogen.
2) Guru menyampaikan maksud pembelajaran, tugas kelompok yang akan di
kerjakan dan bagaimana cara kegiatan yang akan dilakukan.
3) Guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk kedepan kelas dan guru
memberikan tugas pada setiap perwakilan kelompok.
4) Siswa yang menjadi perwakilan, diminta untuk menjelaskan dan membagi
tugas pada anggota kelompok.
5) Seluruh anggota kelompok diminta untuk mencari dan mengumpulkan
informasi sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru.
6) Setiap anggota kelompok harus menyampaikan dan bertukar informasi yang
telah di peroleh kepada anggota kelompoknya.
7) Setelah selesai, setiap kelompok diminta untuk mengirimkan 2 perwakilan
untuk menyampaikan hasil pembahasan. dan anggota lainnya dapat ikut
24
9) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan
konsep dan memberikan kesimpulan.
10) Guru melakukan evaluasi berupa soal esay dialkukan secara individual.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Group Investigation
Penerapan model group investigation, tentunya harus mengetahui kelebihan
dan kekurangan model ini, sehingga dengan mengetahui hal tersebut dapat lebih
mengoptimalkan penerapan model pembelajaran ini, selain itu juga dapat mencari
pemecahan masalah untuk menutupi kekurangan model pembelajaran group
investigation.
Kelebihan dan kekurangan group investigaion menurut Shoimin (2014:81-82)
diantaranya sebagai berikut :
Kelebihan :
1.)Secara Pribadi(1)Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas. (2)Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif. (3) Rasa percaya diri dapat lebih meningkat. (4) Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah. (5) Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik.
2.)Secara Sosial(1) Meningkatkan belajar bekerja sama. (2) Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru. (3) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis. (4) Belajar menghargai pendapat orang lain. (5) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
3.)Secara Akademis(1)Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan. (2) Bekerja secara sistematis. (3) Mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang. (4) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya. (5) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat. (6) Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga di dapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
d. Kelebihan dan Kekurangan Model Group Investigation
Penerapan model group investigation, tentunya harus mengetahui kelebihan
dan kekurangan model ini, sehingga dengan mengetahui hal tersebut dapat lebih
mengoptimalkan penerapan model pembelajaran ini, selain itu juga dapat mencari
pemecahan masalah untuk menutupi kekurangan model pembelajaran group
investigation.
Kelebihan dan kekurangan group investigaion menurut Shoimin (2014:81-82)
diantaranya sebagai berikut :
Kelebihan :
1.)Secara Pribadi(1)Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas. (2)Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif. (3) Rasa percaya diri dapat lebih meningkat. (4) Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah. (5) Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik.
2.)Secara Sosial(1) Meningkatkan belajar bekerja sama. (2) Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru. (3) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis. (4) Belajar menghargai pendapat orang lain. (5) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan.
3.)Secara Akademis(1)Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan. (2) Bekerja secara sistematis. (3) Mengembangkan dan melatih
25
Kekurangan
Kekurangan model group investigation menurut Setiawan (dalam
Shoimin.2014:82) sebagai berikut :
(1)Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan. (2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal. (3)Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation. Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang di alami sendiri. (4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif. (5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini.
Berdasarkan kekurangan dari paparan diatas, peneliti mengusahakan
untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan tersebut dengan cara sebagai
berikut :
1) Sedikit atau tidaknya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan,
menurut peneliti hal tersebut tidak dapat di ukur. Pengantisipasinya peneliti
mengusahakan dalam menyampaikan materi berpatokan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ada.
2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal, hal tersebut dapat
diantisipasi dengan melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
yakni saat berdiskusi kelompok, menyampaikan pendapat di depan kelas.
Guru juga dapat melihat dari hasil tes yang dilakukan secara individual.
3) Materi cocok menggunakan model pembelajaran group investigation
karena materi ini berkenaan menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang. Siswa dapat memahami
suatu bahasan dari pengalaman yang di alami sendiri.
(1)Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan. (2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal. (3)Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation. Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang di alami sendiri. (4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif. (5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini.
Berdasarkan kekurangan dari paparan diatas, peneliti mengusahakan
untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan tersebut dengan cara sebagai
berikut :
1) Sedikit atau tidaknya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan,
menurut peneliti hal tersebut tidak dapat di ukur. Pengantisipasinya peneliti
mengusahakan dalam menyampaikan materi berpatokan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ada.
2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal, hal tersebut dapat
diantisipasi dengan melihat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
yakni saat berdiskusi kelompok, menyampaikan pendapat di depan kelas.
Guru juga dapat melihat dari hasil tes yang dilakukan secara individual.
3) Materi cocok menggunakan model pembelajaran group investigation
26
4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif, hal tersebut dapat
diantisipasi dengan diselingi adanya berupa permainan atau bernyanyi agar
dapat membuat siswa kembali bersemangat dan fokus kembali sehingga
diskusi kelompok berjalan dengan lancar.
5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami
kesulitan saat menggunakan model ini. Pengantisipasiannya dengan di
adakannya remedial atau dapat di terapkannya tutor sebaya yang bertujuan
agar siswa yang tidak berani bertanya pada guru mengenai materi mana
yang belum dipahami, dapat leluasa bertanya pada teman sebaya.
3. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Belajar berkaitan dengan hasil belajar, karena dengan belajar maka
seseorang akan dapat meningkatkan hasil belajar dan sebaliknya apabila
seseorang malas untuk belajar maka hal tersebut akan berpengaruh dengan hasil
belajarnya yang menurun. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan
secara umum merujuk kepada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
“Hasil belajar pada dasarnya merupakan hasil yang diperoleh seseorang
melalui proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung
pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru” Sudjana (2013:65).
Menurut Suprijono (dalam Mustofa dan Thobroni.2013: 22-23) hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
diskusi kelompok berjalan dengan lancar.
5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami
kesulitan saat menggunakan model ini. Pengantisipasiannya dengan di
adakannya remedial atau dapat di terapkannya tutor sebaya yang bertujuan
agar siswa yang tidak berani bertanya pada guru mengenai materi mana
yang belum dipahami, dapat leluasa bertanya pada teman sebaya.
3. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil BelajarDefinisi Hasil BelajarDef
Belajar berkaitan dengan hasil belajar, karena dengan belajar maka
seseorang akan dapat meningkatkan hasil belajar dan sebaliknya apabila
seseorang malas untuk belajar maka hal tersebut akan berpengaruh dengan hasil
belajarnya yang menurun. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan belajarnya yang menurun. Hasil belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan belajarnya yang men
secara umum merujuk kepada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
“Hasil belajar pada dasarnya merupakan hasil yang diperoleh seseorang
melalui proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung
pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru” Sudjana (2013:65).
27
apersepsi, dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal
berikut:
(1)Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. (2) Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. (3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. (4) Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Bloom (dalam Sudjana.2013:22)
berpendapat bahwa klasifikasi hasil belajar secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh prestasi belajar melalui cara
yakni belajar dengan tekun. Dari usaha tersebut akan mendapatkan hasil yang di
harapkan yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dalam Jurnal Penerapan Metode Kooperatif Model Group Investigation
Sebagai Alternatif Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Hubungan Antar Satuan Berat Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 3 Tlogo
Sari Tahun Pelajaran 2014-2015. Yasin,Ahmad. Mengemukakan sesuai hasil
penelitian bahwa selama pembelajaran dengan kooperatif model Group
Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. (3) Strategi kognitif, kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. (3) Strategi kognitif, kemampuan memyaitu kecakapan menalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. (4) Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Bloom (dalam Sudjana.2013:22)
berpendapat bahwa klasifikasi hasil belajar secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh prestasi belajar melalui cara
yakni belajar dengan tekun. Dari usaha tersebut akan mendapatkan hasil yang di
harapkan yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Dalam Jurnal Penerapan Metode Kooperatif Model Group Investigation
Sebagai Alternatif Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Hubungan Antar Satuan Berat Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 3 Tlogo
Sari Tahun Pelajaran 2014 2015. Yasin,Ahmad. Mengemukakan sesuai hasil
28
siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I (63,00%), siklus II (71,00%), siklus III (80,00%).
2. Dalam Jurnal Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Perkalian Melalui
Penggunaan Gambar Tokoh Pahlawan Dengan Metode Group Investigation
Pada Siswa Kelas III Semester 1 SD Negeri Bandung Rejo 1 2013/2014.
Sumardi.F.A. Mengemukakan sesuai hasil penelitian bahwa nilai rata-rata
sebelum perbaikan pembelajaran adalah 66,05 kemudian meningkat menjadi
73,42 pada siklus I dan 80,26 pada siklus II. Presentase ketuntasan siswa juga
mengalami peningkatan, dimana sebelum diadakan perbaikan pembelajaran,
prosentase ketuntasan hanya 63,00% kemudian meningkat menjadi 82,00%
pada siklus I dan 100% pada siklus II.
Dari beberapa temuan peneliti terdahulu diatas, dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkan model group investigation dapat meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Dua temuan peneliti tersebut
memiliki perbedaan yakni pada subjek, lokasi penelitian yang berbeda dan
keberhasilan yang berbeda. Pada peneliti yang pertama melakukan penelitian
sampai siklus III, sedangkan peneliti yang kedua melakukan penelitian sampai
siklus II.
Pada penelitian saat ini, peneliti juga akan melakukan penelitian
dengan menerapkan model group investigation adapun perbedaan antaranya
subjek, lokasi penelitian dan materi pembelajaran yang akan diterapkan
menggunakan model group investigation. Temuan peneliti terdahulu yang
Penggunaan Gambar Tokoh Pahlawan Dengan Metode Group Investigation
Pada Siswa Kelas III Semester 1 SD Negeri Bandung Rejo 1 2013/2014.
Sumardi.F.A. Mengemukakan sesuai hasil penelitian bahwa nilai rata-rata
sebelum perbaikan pembelajaran adalah 66,05 kemudian meningkat menjadi
73,42 pada siklus I dan 80,26 pada siklus II. Presentase ketuntasan siswa juga
mengalami peningkatan, dimana sebelum diadakan perbaikan pembelajaran,
prosentase ketuntasan hanya 63,00% kemudian meningkat menjadi 82,00%
pada siklus I dan 100% pada siklus II.
Dari beberapa temuan peneliti terdahulu diatas, dapat disimpulkan
bahwa dengan menerapkan model group investigation dapat meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran matematika. Dua temuan peneliti tersebut
memiliki perbedaan yakni pada subjek, lokasi penelitian yang berbeda dan
keberhasilan yang berbeda. Pada peneliti yang pertama melakukan penelitian
sampai siklus III, sedangkan peneliti yang kedua melakukan penelitian sampai
siklus II.
Pada penelitian saat ini, peneliti juga akan melakukan penelitian
dengan menerapkan model group investigation adapun perbedaan antaranya
29
dicantumkan oleh peneliti digunakan untuk menambah wawasan bagi peneliti
dan digunakan sebagai refrensi pada penelitian kali ini.
Penelitian ini diharapkan dapat membuat siswa aktif dan ikut
berpartisipasi saat pembelajaran, meningkatkan ketrampilan proses siswa,
menumbuhkan sikap kerja sama dan saling menghargai pendapat yang di
kemukakan.
berpartisipasi saat pembelajaran, meningkatkan ketrampilan proses siswa,
menumbuhkan sikap kerja sama dan saling menghargai pendapat yang di
kemukakan.
30
C. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Kondisi Awal : (1) Guru belum pernah menerapkan metode
group investigation.(2) Siswa kurang aktif dan tidak ikut
berpartisipasi saat mengikuti pembelajaran.
(3) Kerja sama antar anggota kelompok belum baik karena banyak siswa yang pasif dan hanya menerima hasilnya saja.
(4) Siswa masih kesulitan dalam membedakan dan menunjukkan mana panjang dan lebar bangun datar.
(5) Hasil belajar rendah, hanya 10 siswa dari 29 mencapai KKM
Akibat : (1) Kondisi di dalam kelas saat
pembelajaran berlangsung tidak kondusif.
(2) Dalam kegiatan kelompok siswa pandai yang cenderung aktif, sedangkan beberapa masih pasif dan hanya menerima hasilnya saja.
(3) Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, belum optimal
Solusi: Penerapan model Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Keunggulan:(1) Siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
(2) Melatih dan merangsang siswa untuk memiliki sikap kritis, saling menghargai dan berani mengemukakan pendapat.
(3) Terjalinnya sikap kerjasama antar siswa dalam kegiatan kerja kelompok.
Hasil : (1) Siswa menjadi aktif dan ikut
berpartisipasi saat pembelajaran.(2) Tidak ada siswa yang berpangku
tangan, semua bekerja sama dan aktif saat kegiatan kerja kelompok.
(3) Tujuan pembelajaran tercapai.
(2) Siswa kurang aktif dan tidak ikut berpartisipasi saat mengikuti pembelajaran.
(3) Kerja sama antar anggota kelompok belum baik karena banyak siswa yang pasif dan hanya menerima hasilnya saja.
(4) Siswa masih kesulitan dalam membedakan dan menunjukkan mana panjang dan lebar bangun datar.
(5) Hasil belajar rendah, hanya 10 siswa dari 29 mencapai KKM
pembelajaran berlangsung tidak kondusif.
(2) Dalam kegiatan kelompok siswa pandai yang cenderung aktif, sedangkan beberapa masih pasif dan hanya menerima hasilnya saja.
(3) Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, belum optimal
Solusi:Penerapan model Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Keunggulan:(1) Siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
(2) Melatih dan merangsang siswa untuk memiliki sikap kritis, saling menghargai dan berani mengemukakan pendapat.
(3) Terjalinnya sikap kerjasama antar siswa dalam kegiatan kerja kelompok.
Hasil :(1) Siswa menjadi aktif dan ikut
berpartisipasi saat pembelajaran.(2) Tidak ada siswa yang berpangku
tangan, semua bekerja sama dan aktif saat kegiatan kerja kelompok.
(3) Tujuan pembelajaran tercapai.
Recommended